OLEH
160503082
Kata Kunci : Opini Audit Going Concern, Financial Distress, Debt Default,
Opinion Shopping, Pertumbuhan Perusahaan Dan Reputasi
Auditor
The problems of this research is the extent to which the effect of financial
distress, debt default, opinion shopping, corporate growth, and auditor’s
reputation on going concern audit opinion. The purpose of this study is to
investigate and analyze the effect of financial distress, debt default, opinion
shopping, corporate growth, and auditor’s reputation. The population of this
research are 170 companies with access the financial statement of auditee and
independent audit report on website www.idx.co.id. Sampling method that used in
this research is purposive sampling method, so that 64 sample companies were
obtained for 4 years of observation (2016 – 2019) with 256 units of analysis. The
data analysis technique used is the logistic regression method.
The results of this study indicate that financial distress has a negative and
significant effect on giving going concern audit opinion and debt default has a
positive and significant effect on giving going concern audit opinion while opinion
shopping and company growth have a positive effect and do not significantly effect
the provision of going concern audit opinion and the auditor’s reputation has a
negative effect and do not significantly effect the provision of going concern audit
opinion.
ii
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan kuasaNya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Adapun tujuan dari penulisan
skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Utara.
bimbingan, saran, dukungan, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Pada
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE., M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Departemen Akuntansi.
4. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak., selaku Dosen Penguji dan Bapak Drs. Firman
Syarif, M.Si, Ak., selaku Dosen Pembanding, atas segala saran dan masukan
5. Kedua orangtua penulis, Saud Marpaung dan Surta Siallagan serta adik
penulis Miracle Nauli Ivanka Margareth Marpaung atas doa dan dukungan
iii
Shaviera Hanako, Sayyidatul Aufia, Siti Firyal, Fara Erina, Dinia dan Trisha
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
membacanya.
Miranda Marpaung
NIM : 160503082
iv
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 11
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 12
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................. 13
vi
vii
viii
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
kelangsungan hidup usahanya (going concern) dalam jangka waktu yang panjang.
Going concern dalam sebuah perusahaan diartikan bahwa perusahaan akan mampu
Kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dapat dilihat dari opini audit
laporan keuangan. Salah satu faktor bertahannya suatu perusahaan adalah ketika
oleh perusahaan, karena memberikan pengaruh besar dalam jaminan kebenaran dan
kewajaran atas laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan hal itu disebabkan
atau menilai posisi keuangan perusahaan, dimana hasil analisis tersebut dapat
peran dan tanggung jawab yang sangat penting. Salah satu tugas auditor independen
adalah memberikan jasa audit terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh
atau memberikan pendapat bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen
telah disajikan secara wajar dan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum
wajar oleh auditor. Tanggung jawab auditor dalam menerbitkan opini audit wajar
mengeluarkan opini karena akan menimbulkan dampak positif maupun negatif bagi
Opini audit yang diberikan oleh auditor menjadi penting untuk bahan
informasi yang salah, sehingga banyak pihak yang merasa dirugikan. Atas dasar
tersebut, maka menurut Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 110 paragraf
01 (SPAP, 2011), tujuan auditor atas laporan keuangan oleh auditor independent
semua hal material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas
keadaan mengharuskan, untuk tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor
Fenomena yang terjadi di Indonesia dapat dilihat pada Batavia Air pada
tahun 2012, dimana Batavia Air tidak mampu membayar hutang (default) sebesar
$4,68 juta yang jatuh tempo karena Batavia Air tidak melakukan pembayaran, pihak
kewajiban jangka pendek serta jangka panjang dan arus kas dalam kondisi baik.
Laporan keuangan pun mendapat opini wajar tanpa pengecualian dan tidak
menerima kualifikasi going concern pada tahun 2011. Namun ternyata Batavia Air
akurat sehingga mengakibatkan kebangkrutan Batavia Air dan juga kerugian bagi
investor.
Opini going concern juga diterima oleh PT Surabaya Agung Industri Pulp
& Kertas Tbk atas laporan keuangan konsilidasian yang berakhir 31 Desember
2012. Pertimbangan atas pemberian opini going concern tersebut atas keputusan
auditor Anwar & Rekan karena perusahaan mengalami kerugian yang berulang kali
dari usahanya sehingga pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2012 mengakibatkan
tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi para investor maupun calon investor yang
akan menanamkan dananya, pada tanggal 31 Oktober 2013 pihak BEI melakukan
delisting yang merujuk pada Peraturan Bursa Nomor I-1 tentang delisting dimana
adalah pada PT Asia Natural Resources Tbk yang bergerak dalam perusahaan batu
bara, menerima opini going concern atas laporan keuangan konsolidasian yang
concern tersebut dilakukan atas keputusan auditor Asep Hermansyah & rekan
kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan
auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan (Chen dan
kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun
sejak laporan keuangan yang sedang diaudit. Peran auditor diperlukan untuk
menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit para pemakai laporan keuangan
Opini auditor merupakan sumber informasi bagi pihak di luar perusahaan sebagai
pedoman untuk pengambilan keputusan. Hanya auditor yang berkualitas yang dapat
dapat memberikan opini going concern. Opini ini merupakan bad news bagi
pemakai laporan keuangan. Masalah yang sering timbul adalah bahwa sangat sulit
auditor yang mengalami dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini
going concern. Hal ini disebabkan adanya hipotesis self fulfilling prophecy yang
menyatakan bahwa jika auditor memberikan opini audit going concern, maka
perusahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut karena akan menyebabkan investor
membatalkan investasinya.
dana untuk menutup kewajiban perusahaan atau kesulitan likuiditas yang diawali
dengan kesulitan ringan sampai pada kesulitan yang lebih serius, yaitu jika hutang
kelangsungan hidupnya pada masa mendatang. Hal ini akan mempengaruhi opini
audit yang diberikan oleh auditor (Ayu, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh
mengalami financial distress kemungkinan besar akan menerima opini audit going
concern, sebaliknya semakin baik kondisi keuangan suatu perusahaan atau tidak
mengalami financial distress maka kemungkinan kecil mendapat opini audit going
concern. Sedangkan hasil penelitian Sidqi dan Sutapa (2014) membuktikan bahwa
Selain financial distress, indikator going concern yang banyak dipakai oleh
dalam dalam memenuhi kewajiban utang (debt default). Debt default merupakan
kepada kreditur pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 1992 dalam
dikatakan sebagai faktor utama yang akan diperiksa oleh auditor untuk mengukur
Praptitorini dan Januarti 2007; Januarti 2009; Astuti dan Darsono 2012; Nirmalasari
Sementara menurut Difa (2015) dan Triseptya (2014) menunjukkan bahwa debt
default tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Auditor dalam
perusahaan untuk membayar hutang pokok atau bunganya pada saat jatuh tempo,
keseluruhan.
adalah kegiatan mencari auditor yang mau mendukung cara perlakuan akuntansi
yang dilakukan oleh pihak manajerial untuk mencapai tujuan yang diinginkan
penerimaan opini audit going concern. Tujuan melakukan opinion shopping adalah
keseluruhan (Eko et al, 2006). Pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari rasio
positif cenderung memiliki potensi untuk mendapatkan opini yang baik lebih besar.
terdahulu yang dilakukan oleh Alichia (2013) semakin bagus pertumbuhan laba
perusahaan maka kemungkinan untuk menerima opini audit going concern akan
semakin kecil.
belum tentu menerima opini audit going concern. Seperti contoh pada perusahaan
Ratu Prabu Energi (2011) yang memiliki rasio pertumbuhan laba perusahaan
negative sebesar 88,74%, tetapi tidak menerima opini auditor dengan modifikasi
concern. Seperti yang terjadi pada perusahaan Arpeni Pratama Ocean Line Tbk
(2011) yang memiliki rasio pertumbuhan laba perusahaan positif sebesar 48,17%
Seorang auditor yang sudah memiliki kantor akuntan publik yang memiliki
yang akan diterimanya adalah opini audit going concern, tanpa memandang apakah
kantor akuntan publiknya tergolong dalam Big Four atau tidak. Hal ini ditemukan
dari penelitian yang dilakukan oleh Arsianto (2013). Hasil temuan yang berbeda
menemukan pengaruh antara reputasi auditor dengan peluang pemberian opini audit
sebuah KAP besar seperti Big Four, maka mereka akan berusaha keras menjaga
mengganggu nama besar mereka. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
pemberian opini audit oleh auditor yang memiliki reputasi Big Four, selalu wajar
tanpa pengecualian. Hal ini dikarenakan auditor yang berasal dari KAP yang
memiliki reputasi Big Four, lebih cenderung menjaga nama baik KAP dimana dia
bekerja sehingga tidak jarang auditor bersikap tidak objektif dan tidak independen.
Research Gap
Variabel Variabel
Peneliti Hasil Penelitian
Dependen Independen
opini audit going concern dengan judul Pengaruh Financial Distress, Debt
10
1.2.Rumusan Masalah
concern?
11
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
concern.
2. Untuk mengetahui pengaruh Debt Default terhadap opini audit going concern.
concern.
going concern.
concern.
12
Adapun manfaat yang diharapkan dan diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Investor
2. Bagi Kreditor
Penelitian ini dapat membantu dalam membuat keputusan yang tepat. Serta
dapat menyelamatkan kreditur dari kerugian yang mungkin akan diderita.
3. Bagi Akademis
4. Bagi Perusahaan
13
TINJAUAN PUSTAKA
keagenan dalam suatu kontrak, dimana satu orang atau lebih (principal) meminta
orang lain (agen) untuk melakukan sejumlah pekerjaan atas nama principal yang
pemegang saham atau pemilik, sedangkan agen adalah manajemen yang mengelola
harta pemilik. Principal menggunakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi
pendapat audit going concern, agen bertanggung jawab secara moral terhadap
14
dimiliki oleh manajer dan pemilik saham dimana informasi tersebut sering kali
sehari-hari secara mendetil. Tujuan dari teori agensi adalah pertama, untuk
role). Kedua, untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna
kontrak kerja (the performance evaluation role). Menurut Copeland dan Weston
(1922) teori keaegenan menyatakan sulit untuk dipercayai bahwa agen akan selalu
principal.
Untuk itu, dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada
hubungan antara principal dan agen. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu
dengan pihak agen (manajer) dalam mengelola keuangan perusahaan. Tugas dari
auditor adalah memberikan jasa untuk menilai laporan keuangan yang dibuat oleh
agen, mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Selain itu, auditor juga harus
Januarti, 2011). Dengan adanya tanggung jawab yang besar untuk mengeluarkan
15
manajer berkeinginan untuk menyajikan laporan keuangan agar tampak lebih baik
dari kondisi yang sebenarnya. Sejalan dengan pendekatan audit top downholistic,
indikator going concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai
kegagalan debitor (perusahaan) dalam membayar hutang pokok dan atau bunganya
pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church, 1992). Status default dapat
16
diproksikan dengan rasio pertumbuhan laba (Alichia, 2013: 4). Rasio ini mengukur
industrinya maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Laba yang tinggi pada
umumnya menandakan arus kas yang tinggi. Pada penelitian yang dilakukan oleh
merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini audit going
concern.
Reputasi auditor juga sering digunakan sebagai proksi dalam kualitas audit.
Reputasi auditor didasarkan pada kepercayaan pemakai jasa auditor bahwa auditor
perusahaan untuk masa mendatang (Brigham dan Houston 2006: 38). Jogiyanto
17
menganalisis informasi tersebut sebagai sebuah sinyal baik atau sinyal buruk.
Informasi ini menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan
masa lalu, saat ini, maupun keadaan masa yang datang bagi kelangsungan hidup
suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan,
akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat
analisis untuk mengambil keputusan investasi dengan informasi tersebut dan juga
yang berupa informasi mengenai hal yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
pihak luar. Teori signaling juga dapat membantu pihak agen, principal, dan pihak
atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak – pihak yang
pihak agen, perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas yaitu auditor
going concern yang diungkapkan oleh auditor pada laporan keuangan akan menjadi
18
Beberapa definisi terkait going concern antara lain, menurut SPAP 2011
(PSA 30 Seksi 341.1) menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi
tanpa melakukan penjualan sebagian besar asset kepada pihak luar melalui bisnis
biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, dan
hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap
akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan
dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Laporan audit dengan modifikasi mengenai
going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam peneliaian auditor terdapat
risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Asumsi going concern adalah
suatu asumsi yang dipakai dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas
2009:21).
Asumsi going concern berarti suatu badan usaha dianggap akan mampu
mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan
dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Pengeluaran opini audit going concern ini
19
yang tepat dalam berinvestasi, karena ketika seorang investor akan melakukan
2004).
Secara garis besar ada dua tipe opini audit menurut standa audit, Standar
Audit (SA) 700 menjelaskan tentang opini tanpa modifikasian dan Standar Audit
(SA) 705 yang menjelaskan tentang opini modifikasian, lebih lengkap dijelaskan
sebagai berikut :
Opini ini akan diberikan bila auditor berkesimpulan bahwa laporan keuangan
telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan
maupun kesalahan.
2) Opini Modifikasian
Opini ini diberikan jika auditor menyimpulkan, berdasarkan bukti audit yang
kesalahan penyajian material atau auditor tidak dapat memperoleh bukti audit
20
secara agregasi.
b. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
dengan Pengecualian".
d. Kemudian pada paragraf opini, ketika opini ini diambil karena terdapat
21
kerangka kepatuhan.
hal…”
Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah
22
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan
yang tidak terdeteksi terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat
material dan pervasif. Juga pada kondisi ketika auditor telah memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat, tetapi terdapat banyak ketidakpastian dan
auditor tetap tidak dapat merumuskan suatu opini atas laporan keuangan
23
keuangan”.
Menurut Mirna dan Januarti (2007), masalah going concern terbagi dua,
yang meliputi kerugian operasi yang terus – menerus, prospek pendapatan yang
operasi. Boynton dan Kell (2007: 374), menunjukkan bahwa informasi yang
1. Tren negatif seperti kerugian operasi yang berulang, kekurangan modal kerja,
arus kas negatif dari aktifitas operasi, dan rasio keuangan kunci yang buruk.
ekonomis.
4. Masalah eksternal seperti kerugian pada franchise atau waralaba yang penting;
perusahaan. Perusahaan dengan kondisi keuangan yang menurun atau tidak sehat
24
Faktor internalnya adalah kesulitan arus kas, besarnya jumlah hutang dan
Atiningsih, 2018). Menurut (McKeown et al, 1991) kondisi perusahaan yang buruk
menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak
perusahaan menerima opini audit going concern atau dengan kata lain, auditor tidak
kebangkrutan yang dimaksudkan untuk membuat alat prediksi ini lebih relevan
25
341), indikator going concern yang banyak dipakai oleh auditor dalam memberikan
utang (default). Menurut Chen dan Church (1992) debt default didefinisikan
bunganya pada waktu jatuh tempo. Pada penelitian yang dilakukan oleh Irfana
“ketika suatu perusahaan memiliki hutang yang tinggi, maka kas yang ada di
perusahaan akan diarahkan untuk menutup hutang yang dimiliki perusahaan yang
dampaknya akan mengganggu kegiatan operasional perusahaan. Ketika perusahaan
kesulitan untuk memenuhi hutangnya, auditor akan memberikan status default
untuk perusahaan tersebut.”
melalui bukti empiris bahwa debt default berpengaruh signifikan terhadap opini
audit going concern. Sebuah perusahaan dapat dikategorikan dalam keadaan default
utangnya bila salah satu kondisi dibawah ini terpenuhi (Chen dan Church, 1992),
yaitu :
1. Perusahaan tidak dapat atau lalai dalam membayar utang pokok atau bunga.
tidak dituntut atau telah dituntut kreditor untuk masa kurang dari satu tahun.
tempo
26
sebagai aktivitas mencari auditor yang mau mendukung perlakuan akuntansi yang
untuk mengindari penerimaan opini going concern. Auditee yang diaudit oleh KAP
untuk mengganti auditor karena mereka tidak puas dengan pelayanan yang
Lennox (2000). Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy, angka
1 untuk perusahaan diaudit oleh auditor independent yang berbeda untuk tahun
untuk perusahaan diaudit oleh auditor yang sama untuk tahun selanjutnya setelah
27
diproksikan dengan rasio pertumbuhan laba (Alichia, 2013: 4). Rasio ini mengukur
yang sedang baik. Jika rasio pertumbuhan laba positif, maka auditor cenderung
Laba yang tinggi pada umumnya menandakan arus kas yang tinggi. Santosa
kebangkrutan merupakan salah satu dasar bagi auditor untuk memberikan opini
28
concern.
dihasilkan dari audit yang dilakukan secara efektif oleh auditor yang berkualitas.
Pemakai laporan keuangan (para investor atau calon investor) lebih percaya pada
laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor yang dianggap berkualitas tinggi
akan lebih berhati-hati dalam melakukan proses audit untuk mendeteksi salah satu
klien mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang
memiliki afiliasi dengan KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih
tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan
Auditor yang memiliki reputasi yang baik akan cenderung untuk mempertahankan
diproksikan dengan ukuran Kantor Akuntan Publik. KAP besar merupakan KAP
yang termasuk dalam big four auditors dimana KAP besar dianggap lebih
mempunyai mutu audit yang lebih tinggi, sehingga kualitas audit yang diberikan
juga lebih tinggi. Sedangkan KAP non big four mempunyai reputasi yang lebih
29
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
30
31
32
33
34
H3
Opini Audit Going Concern
Opinion Shopping (X3)
(Y)
H4
Pertumbuhan Perusahaan
(X4)
H5
Reputasi Auditor (X5)
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
35
hubungan keagenan dalam suatu kontrak, dimana satu orang atau lebih (principal)
meminta orang lain (agen) untuk melakukan sejumlah pekerjaan atas nama
orang ekonomi rasional dan semata – mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.
rasio pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba yang baik akan memberikan sinyal
bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek dan sinyal baik (Good News) dimasa
default juga menggunakan teori signaling sebagai teori yang melandasi. Debt
default perusahaan untuk membayar hutang pokok dan/ atau bunganya pada waktu
36
dalam bisnis, maka auditor cenderung untuk memberikan opini audit going
perusahaan. Perusahaan dengan kondisi keuangan yang menurun atau tidak sehat
distress. Kondisi financial distress merupakan hal yang tidak diharapkan oleh
membatalkan investasinya.
menerima opini audit going concern. Sebaliknya pada perusahaan yang tidak
perusahaan menerima opini audit going concern atau dengan kata lain, auditor tidak
bangkrut atau tidaknya suatu perusahaan termasuk salah satu komponen keputusan
37
datang.
concern penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputra
berpeluang mendapatkan opini audit going concern dari auditor karena perusahaan
concern
utang pokok maupun bunganya kepada kreditor pada waktu jatuh tempo (Chen dan
Church, 1992). Hal pertama yang merupakan faktor penting dalam mengukur
perusahaan yang mempunyai utang dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan karena
perusahaan terhambat. Perusahaan yang tidak mampu membayar utang pokok atau
bunganya pada saat jatuh tempo (debt default) maka kemungkinan besar
38
341), indikator going concern yang banyak dipakai oleh auditor dalam memberikan
utang (default). Berdasarkan hal tersebut, adanya status debt default diharapkan
opini mengenai going concern perusahaan. Chen dan Church (1992) menemukan
adanya hubungan yang kuat antara status debt default dengan penerimaan opini
audit going concern. Dengan kata lain, status debt default menjadi indikasi adanya
debt default berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap penerimaan opini
audit going concern. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayati (2017)
menemukan bahwa debt default berpengaruh secara positif tetapi tidak signifikan
H2: Debt default berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern
39
penerimaan opini going concern dalam dua cara. Pertama, jika auditor bekerja pada
concern atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan opini
penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitiannya ini juga sejalan dengan
mendapatkan laporan yang kurang baik ketika terjadi pergantian auditor. Hal ini
penelitian yang dilakukan oleh Praptorini (2011) debt default berpengaruh negative
concern
40
baik dalam industri maupun kegiatan ekonomi secara keseluruhan (Setyarno, 2006:
5).
going concern
bahwa auditor yang berasal dari kantor akuntan publik besar dan yang memiliki
afiliasi dengan Kantor Akuntan Publik Internasional yang memiliki kualitas yang
lebih tinggi. Sharma dan Sidhu (2001) menggolongkan reputasi Kantor Akuntan
Publik ke dalam skala big six firms dan non big six firms untuk melihat tingkat
besarnya biaya audit yang diterimanya. Mutchler (1985) menggunakan proksi skala
Kantor Akuntan Publik untuk variabel reputasi Kantor Akuntan Publik untuk
41
bermasalah.
adalah dengan menggunakan skala Kantor Akuntan Publik. McKinley et al, (1985)
KAP besar seperti yang dilakukan oleh big four firms, maka mereka akan berusaha
keras untuk menjaga nama besar tersebut, mereka akan menghindari tindakan yang
dapat mengganggu nama besar mereka. Hal ini dibuktikan pada penelitian Januarti
terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian ini menjelaskan
bahwa KAP big four lebih teliti dalam memberikan opini audit going concern. KAP
big four dalam memberikan opini audit going concern lebih berhati-hati karena
pihak KAP ingin memberikan hasil yang terbaik untuk perusahaan tersebut. Auditor
yang berasal dari KAP besar memiliki reputasi yang baik sehingga kualitas audit
KAP big four diyakini memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih
42
concern.
43
METODE PENELITIAN
hubungan sebab akibat antara variabel dependen dan independen. Penelitian ini
menggunakan pengolahan data berupa angka dan diolah dengan prosedur statistik.
Going Concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode
2016 – 2019.
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang dipublikasikan
atau tidak dipublikasikan. Dan data sekunder dalam penelitian ini adalah laporan
Sumber data dari penelitian ini adalah website Bursa Efek Indonesia,
sekunder yang berupa laporann keuangan auditan yang sesuai dengan kriteria
44
melakukan metode dokumentasi, yaitu dengan cara mencari data langsung dari
diperlukan. Data sekunder yang diperlukan terdiri dari laporan auditor dan laporan
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2016 – 2019, yaitu sebanyak 170
perusahaan (dapat dilihat pada lampiran 1). Sampel adalah bagian dari jumlah dan
penentuan sampel dalam penelitian ini dengan metode purposive sampling, yaitu
Kriteria yang digunakan dapat berupa pertimbangan (judgement) tertentu atau jatah
(quota) tertentu.
45
tidak pernah delisting selama tahun pengamatan 2016, 2017, 2018 dan 2019.
(2016 – 2019) dan terdapat laporan auditor independen atas laporan keuangan
perusahan.
yang terdaftar di BEI, ada sebanyak 64 perusahaan yang menjadi sampel (dapat
dilihat pada tabel 3.2) dengan empat tahun pengamatan. Sehingga total penelitian
Tabel 3.1
Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria
Jumlah
No Kriteria Pelanggaran Akumulasi
Kriteria
46
Setelah dilakukan teknik purposive sampling, maka emiten yang lolos uji ini
adalah :
Tabel 3.2
Perusahaan Yang Menjadi Sampel Penelitian
47
48
1. Variabel Dependen
variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit
Opini audit modifikasi mengenai going concern merupakan opini audit yang
operasinya dalam kurun waktu yang pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak
going concern terdiri dari opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraph
pengcualian, opini tidak wajar, dan tidak memberikan opini. Variabel ini
49
kode 0.
2. Variabel Independen
independent.
a. Financial Distress
50
b. Debt Default
dengan skor 1 = ekuitas negatif (status debt default), dan skor 0 = ekuitas
audit.
c. Opinion Shopping
51
perusahaan adalah skala rasio dan diproksikan dengan rasio laba operasi.
e. Reputasi Auditor
berafiliasi dengan KAP Big Four atau tergolong baik diberi angka 1
sedangkan apabila KAP tidak berafiliasi dengan KAP Big Four atau
52
sebagai berikut :
Tabel 3.3
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dependen Opini Audit Opini yang dikeluarkan 1 jika opini audit going Nominal
Going oleh auditor dikarenakan concern, 0 jika opini audit non
Concern adanya keraguan going concern.
mengenai kemampuan
perusahaan dalam
mempertahankan
kelangsungan hidupnya
53
54
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
untuk menganalisis hipotesis, dan beberapa alat analisis lainnya. Analisis data
Science). Regresi logistik digunakan dalam penelitian ini karena variabel dependen
bersifat dummy dan tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variabel
bebasnya.
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum. Menurut
Ghozali (2013 : 19) dalam statistik deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya
hubungan antar variabel melalui analisis korelasi dan melakukan prediksi dengan
antar – variabel setelah semua data terkumpul, dan diolah serta disajikan dalam
bentuk table data. Hasil yang diperoleh dari statistic deskriptif tidak dapat
digunakan untuk mencari kesimpulan secara luas (Sugiyono, 2010 : 147 – 148).
analisis ini tidak memerlukan uji normalitas data pada variabel bebasnya (Ghozali,
55
Keterangan :
GCAO = Opini audit going concern (variabel dummy, 1 jika opini audit going
α = Konstanta
DEBT = Debt default (Variabel dummy, 1 jika perusahaan dalam keadaan default,
0 jika tidak)
AUDIT = Reputasi auditor (Variabel dummy, 1 untuk KAP yang berafiliasi dengan
Big Four atau tergolong baik, dan 0 jika tidak berafiliasi dengan Big Four atau
ε = Error
56
3.8.1. Menilai Model Fit dan Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolah hipotesis nol agar
model fit dengan data. Statistic yang digunakan berdasarkan pada fungsi likehood.
yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Fit Test)
57
Jika nilai statistic Hosmer and Lameshow Goodness of Fit lebih besar
daripada 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi
nilai observasinya atau dapat dikatakan model diterima karena sesuai dengan data
observasinya.
Dalam regresi linear, baik sederhana maupun berganda, uji digunakan untuk
menguji signifikansi dari pengaruh parsial. Pada regresi logistic, uji signifikansi
pengaruh parsial dapat diuji dengan uji Wald. Dalam uji Wald, statistic yang diuji
adalah statistic Wald (Wald Statistic). Nilai statistic dari uji Wald berdistribusi chi
hal mencocokkan data, maka bandingkan nilai Sig. untuk Step 1 pada Tabel
a. Jika nilai probabilitas lebih kecil (Sig.) dari tingkat signifikansi, maka
58
sederhana.
b. Jika nilai probabilitas (Sig.) lebih besar dari tingkat signifikansi, maka
59
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
menghasilkan output sesuai dengan metode analisis data yang telah ditentukan.
Data dari variable dependen dan variable independen adalah sebagai berikut :
Pada tabel dibawah ini dapat digambarkan opini audit going concern pada
Tabel 4.1
Opini Audit Going Concern
Going Concern
No Kode
2016 2017 2018 2019
1 AGII 0 0 0 0
2 AKPI 1 1 1 1
3 ALKA 0 0 0 0
4 ALMI 0 0 0 1
5 ALTO 1 1 1 1
60
61
2. Financial Distress
Pada table dibawah ini dapat digambarkan financial distress pada perusahaan
Ketentuan :
Zscore > 2.99 = perusahaan dianggap dalam posisi keuangan yang aman
1.23 < Zscore < 2.99 = Grey Area (butuh perhatian khusus)
62
Financial Distress
No Kode
2016 2017 2018 2019
1 AGII 0,79 0,93 0,87 0,86
2 AKPI 2,13 2,76 0,88 1,40
3 ALKA 8,62 6,77 5,84 3,94
4 ALMI 1,08 1,59 1,70 0,55
5 ALTO 0,43 0,22 0,21 0,37
6 AMFG 2,23 1,74 1,21 1,00
7 AMIN 2,26 2,45 1,94 1,86
8 ARNA 1,53 2,77 3,08 3,16
9 ASII 0,64 1,84 1,79 1,84
10 AUTO 2,53 2,66 2,61 2,77
11 BAJA 1,22 1,31 1,19 1,16
12 BATA 3,31 2,92 3,48 3,45
13 BIMA 2,37 -0,18 -0,41 0,09
14 BTON 2,97 4,05 4,40 3,31
15 BUDI 1,26 1,30 1,17 1,51
16 CEKA 4,90 4,82 6,48 5,66
17 CINT 3,35 3,16 2,90 2,52
18 CPIN 3,36 3,90 4,43 4,35
19 DPNS 4,68 3,98 3,96 4,51
20 DVLA 3,13 3,02 3,34 3,33
21 EKAD 4,23 3,98 4,36 4,99
22 FASW 1,32 0,55 1,92 1,65
23 GDST 1,57 1,83 1,59 1,47
24 GGRM 3,10 2,23 2,31 2,26
25 GJTL 1,37 1,29 1,23 1,43
26 HMSP 5,92 5,80 5,50 4,82
27 ICBP 3,02 2,86 3,03 3,21
28 IGAR 5,72 5,54 4,85 5,34
29 IKAI -3,40 -2,62 0,58 1,32
30 IMAS 0,74 0,67 0,53 0,51
31 INAF 1,66 1,11 1,35 1,40
63
64
Pada table dibawah ini dapat digambarkan Debt Default pada perusahaan
Tabel 4.3
Debt Default
Debt Default
No Kode
2016 2017 2018 2019
1 AGII 0 0 0 1
2 AKPI 0 0 0 1
3 ALKA 0 0 1 0
4 ALMI 1 1 1 1
5 ALTO 0 0 1 1
6 AMFG 0 0 0 0
7 AMIN 0 0 0 0
8 ARNA 0 0 0 1
9 ASII 0 0 0 0
10 AUTO 0 0 0 0
11 BAJA 1 0 1 1
12 BATA 0 0 0 0
13 BIMA 1 1 1 1
14 BTON 0 0 0 0
15 BUDI 0 0 0 0
16 CEKA 0 0 0 0
17 CINT 0 0 0 0
18 CPIN 0 0 0 0
19 DPNS 0 0 0 0
20 DVLA 0 0 0 0
21 EKAD 0 0 0 0
22 FASW 0 1 0 1
23 GDST 0 0 1 1
24 GGRM 0 0 0 0
25 GJTL 0 0 0 0
26 HMSP 0 0 0 0
65
66
Tabel 4.4
Opinion Shopping
Opinion Shopping
No Kode
2016 2017 2018 2019
1 AGII 0 0 0 0
2 AKPI 1 0 0 0
3 ALKA 0 0 0 0
4 ALMI 0 0 0 0
5 ALTO 1 0 0 0
6 AMFG 0 0 0 0
7 AMIN 0 0 0 0
8 ARNA 1 0 0 0
9 ASII 0 0 0 0
10 AUTO 0 0 0 0
11 BAJA 0 0 0 0
12 BATA 0 0 0 0
13 BIMA 1 0 0 0
14 BTON 0 0 0 0
15 BUDI 1 0 0 0
16 CEKA 0 0 0 0
17 CINT 0 0 0 0
18 CPIN 0 0 0 0
19 DPNS 1 0 0 0
20 DVLA 0 0 0 0
21 EKAD 0 0 0 0
22 FASW 1 0 0 0
23 GDST 1 0 0 0
24 GGRM 0 0 0 0
25 GJTL 0 0 0 0
26 HMSP 1 0 0 0
67
68
Tabel 4.5
Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan Perusahaan
No Kode
2016 2017 2018 2019
1 AGII 0,30 0,56 0,17 0,01
2 AKPI 0,89 -0,75 3,81 -0,17
3 ALKA -1,90 -14,84 0,68 -0,67
4 ALMI 2,38 1,15 1,08 628,96
5 ALTO 0,09 1,37 -0,47 -0,78
6 AMFG -0,25 -1,06 -4,88 -3,86
7 AMIN 1,20 0,78 0,21 -0,14
8 ARNA 0,28 0,34 0,29 0,26
9 ASII 0,17 0,26 0,18 -0,03
10 AUTO 0,31 0,32 0,11 0,20
11 BAJA -4,73 -1,70 2,94 -0,98
12 BATA -0,67 0,27 0,27 -0,66
13 BIMA -7,67 -0,29 -0,70 37,35
14 BTON -0,06 -2,90 1,45 -0,96
15 BUDI 0,83 0,18 0,30 0,63
16 CEKA 1,34 -0,57 -0,14 1,13
17 CINT -0,30 0,44 -0,54 -0,60
18 CPIN 0,21 0,12 0,82 -0,21
19 DPNS 0,02 -0,40 0,57 -0,58
20 DVLA 0,41 0,07 0,24 0,11
21 EKAD 0,93 -0,16 -0,03 0,05
22 FASW -3,52 -0,23 1,36 -0,31
23 GDST -1,57 -0,68 -9,54 -1,31
24 GGRM 0,03 0,16 0,00 0,37
25 GJTL -3,00 -0,93 -2,66 -4,64
26 HMSP 0,23 -0,01 0,07 0,01
69
70
Tabel 4.6
Reputasi Auditor
Reputasi Auditor
No Kode
2016 2017 2018 2019
1 AGII 0 0 0 0
2 AKPI 1 1 1 1
3 ALKA 0 0 0 0
4 ALMI 0 0 0 0
5 ALTO 0 0 0 0
6 AMFG 1 1 1 1
7 AMIN 0 0 0 0
8 ARNA 1 1 1 1
9 ASII 1 1 1 1
10 AUTO 1 1 1 1
11 BAJA 0 0 0 0
12 BATA 1 1 1 1
13 BIMA 0 0 0 0
14 BTON 0 0 0 0
15 BUDI 0 0 0 0
16 CEKA 1 1 1 1
17 CINT 0 0 0 0
18 CPIN 1 1 1 1
19 DPNS 0 0 0 0
20 DVLA 1 1 1 1
21 EKAD 0 0 0 0
22 FASW 1 1 1 1
23 GDST 0 0 0 0
24 GGRM 1 1 1 1
25 GJTL 1 1 1 1
26 HMSP 1 1 1 1
27 ICBP 1 1 1 1
71
72
data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan
nilai standar deviasi, dari variable Opini Audit Going Concern (Y), Financial
Distress (X1), Debt Default (X2), Opinion Shopping (X3), Pertumbuhan Perusahaan
Tabel 4.7
Statistik Deskriptif Opini Audit Going Concern
menerima opini Non Going Concern Audit Opinion (NGCAO) sebanyak 183
73
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
FinancialDistress 256 -3,40 8,62 615,78 2,4054 1,68449
Valid N (listwise) 256
Sumber Data Diolah SPSS, 2020
memiliki nilai minimum -3,40 dan nilai maksimum 8,62, sementara nilai sum, mean
Tabel 4.9
Statistik Deskriptif Debt Default
menerima status non debt default sebanyak 204 (79,7%) perusahan, sementara
74
(3,9%) perusahaan.
Tabel 4.11
Statistik Deskriptif Pertumbuhan Perusahaan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation
PertumbuhanPerusahaan 256 -37,43 628,96 552,21 2,1571 39,68882
Valid N (listwise) 256
Sumber Data Diolah SPSS, 2020
perusahaan memiliki nilai minimum -37,43 dan nilai maksimum 628,96, sementara
nilai sum, mean dan standar deviasinya adalah 552,21; 2,1571; dan 39,68882.
75
menggunakan KAP non big four sebanyak 145 (56,6%) perusahaan, sementara
perusahaan yang menggunakan KAP big four sebanyak 111 (43,4%) perusahaan.
Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-
2LL) pada akhir (Block Number = 1). Model dapat dikatakan baik atau diterima
apabila terjadi penurunan nilai dari -2LL awal ke -2LL akhir. Hasil penelitian
keseluruhan model yaitu terdapat penurunan nilai -2LL awal ke -2LL akhir
sehingga model regresi dapat diterima karena model yang dihipotesiskan sesuai
dengan data. Hasil pengujian ditampilkan dalam tabel 4.13 dan 4.14.
76
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 LogCoefficients
likelihood
Constant
1 306.239 -.859
Step 0 2 306.052 -.918
3 306.052 -.919
Sumber Data Diolah SPSS, 2020
Tabel 4.14
Nilai -2 Log Likelihood (-2LL Akhir)
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log Coefficients
likelihood Constant FinancialDistr DebtDefaul OpinionShop Pertumbuhan ReputasiAudi
ess t ping Perusahaan tor
1 248.447 -.590 -.183 1.042 2.871 .002 -.365
2 241.216 -.482 -.302 1.221 4.396 .004 -.563
3 240.277 -.420 -.341 1.233 5.597 .004 -.610
4 240.035 -.413 -.344 1.232 6.647 .005 -.613
5 239.950 -.412 -.345 1.232 7.662 .005 -.613
6 239.919 -.412 -.345 1.232 8.668 .005 -.613
7 239.908 -.412 -.345 1.232 9.670 .005 -.613
8 239.904 -.412 -.345 1.232 10.671 .005 -.613
Step 1 9 239.902 -.412 -.345 1.232 11.671 .005 -.613
10 239.901 -.412 -.345 1.232 12.671 .005 -.613
11 239.901 -.412 -.345 1.232 13.671 .005 -.613
12 239.901 -.412 -.345 1.232 14.671 .005 -.613
13 239.901 -.412 -.345 1.232 15.671 .005 -.613
14 239.901 -.412 -.345 1.232 16.671 .005 -.613
15 239.901 -.412 -.345 1.232 17.671 .005 -.613
16 239.901 -.412 -.345 1.232 18.671 .005 -.613
17 239.901 -.412 -.345 1.232 19.671 .005 -.613
77
Tabel 4.15
Perbandingan Nilai -2LL awal dengan -2LL akhir
Block Number = 0 Block Number = 1 Penurunan/Kenaikan
306.052 239.901 Penurunan
Sumber Data Diolah SPSS 2020
1. -2 log likelihood awal pada block number = 0, yaitu model yang hanya
tabel selanjutnya dapat dilihat nilai -2LL akhir dengan block number = 1 nilai
nilai 239.901.
2. Menurut Ghozali (2013 :328) adanya pengurangan nilai antara -2LL awal
(initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya (-2LL akhir)
model regresi yang baik karena model regresi dihipotesiskan fit dengan data,
78
regresi logistik biner. Menilai kelayakan dari model regresi dapat dilakukan dengan
memperhatikan goodness of fit model yang diukur dengan Chi-Square pada kolom
1. Jika nilai statistic Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama
dengan atau kurang dari 0,05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada
Goodness fit model tidak baik karena tidak dapat memprediksi nilai
observasinya.
2. Jika nilai statistic Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar
dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
79
Tabel 4.16 menunjukkan hasil pengujian Hosmer and Lemeshow’s Test. Pengujian
0,114. Berdasarkan hasil tersebut, nilai signifikansi leih besar dari 0,05 sehingga
dapat dapat disimpulkan bahwa model dapat diterima karena sesuai dengan data
observasinya.
menyesuaikan data. Dengan kata lain, nilai statistic dari Nagelkerke’s 𝑅𝑁2 dapat
pada model regresi logistic ditunjukkan oleh adanya nilai Nagelkerke’s 𝑅𝑁2 . Hasil
80
Berdasarkan Tabel 4.17, nilai Nagelkerke R Square sebesar 32,6% yang artinya
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistic
(logistic regression), yaitu dengan melihat pengaruh financial distress, debt default,
81
OAGC = -0,412 – 0,345 Financial Distress + 1,232 Debt Default + 22,671 Opinion
setiap financial distress meningkat sebesar 1% maka opini audit going concern
82
default meningkat sebesar 1% maka opini audit going concern akan meningkat
sebesar 1,232.
opinion shopping meningkat sebesar 1% maka opini audit going concern akan
reputasi auditor meningkat sebesar 1% maka opini audit going concern akan
Dalam regresi linear, baik sederhana maupun berganda, uji digunakan untuk
menguji signifikansi dari pengaruh parsial. Pada regresi logistic, uji signifikansi
pengaruh parsial. Pada regresi logistic, uji signifikansi pengaruh parsial dapat diuji
dengan uji Wald. Dalam uji Wald, statistic yang diuji adalah statistic Wald (Wald
83
H1: Financial distress (X1) berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern (Y).
-0,345 dengan tingkat signifikansi 0,005 < 0,05 yang berarti H1 dapat diterima atau
Financial distress (X1) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap opini audit
H2: Debt default (X2) berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern (Y).
84
dengan tingkat signifikansi 0,001 < 0,05 yang berarti H2 dapat diterima atau Debt
default (X2) berpengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap opini
H3: Opinion shopping (X3) berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern (Y).
22,671 dengan tingkat signifikansi 0,998 > 0,05 yang berarti H3 tidak dapat
diterima atau Opinion shopping (X3) berpengaruh positif dan tidak berpengaruh
sebesar 0,005 dengan tingkat signifikansi 0,612 > 0,05 yang berarti H4 tidak dapat
H5: Reputasi auditor (X5) berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going
concern (Y).
-0,613 dengan tingkat signifikansi 0,073 > 0,05 yang berarti H5 tidak dapat diterima
atau Reputasi auditor (X5) berpengaruh negative dang tidak berpengaruh secara
85
(model sederhana) dalam hal mencocokkan data, maka bandingkan nilai Sig. untuk
Step 1 (Step) pada tabel Omnibus Tests of Model Coefficients terhadap tingkat
a. Jika nilai probabilitas (Sig.) lebih kecil dari tingkat signifikansi, maka
model sederhana.
b. Jika nilai probabilitas (Sig.) lebih besar dari tingkat signifikansi maka
Berdasarkan tabel 4.20 diketahui nilai Sig, 0,000 < 0,05, maka model yang
melibatkan variable bebas signifikan (secara simultan) lebih baik dalam hal
86
dengan tingkat signifikansi 0,005 < 0,05 yang berarti H1 dapat didukung, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa financial distress yang diukur dengan Revised
Altman berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern. Dalam
memberikan opini going concern, seorang auditor tentu saja sangat memperhatikan
mempunyai modal kerja yang cukup, serta tidak mengalami deficit ekuitas maka
going concern.
opini audit going concern. Menurut hasil penelitian, perusahaan yang mengalami
financial distress memiliki peluang yang lebih besar terhadap penerimaan opini
audit going concern, sebaliknya semakin baik kondisi keuangan suatu perusahaan
atau tidak mengalami financial distress maka kemungkinan kecil mendapat opini
tingkat signifikansi 0,001 < 0,05, yang berarti H2 dapat didukung, dengan demikian
87
going concern sehingga hipotesis kedua penelitian ini dapat didukung. Kegagalan
dalam memenuhi kewajiban hutang dan atau bunga merupakan indikator going
concern yang banyak digunakan oleh auditor dalam menilai kelangsungan hidup
suatu perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, adanya status debt default dapat
menyatakan apabila hutang tidak dapat dilunasi perusahaan, maka kreditor akan
memberikan status default sehingga auditor dalam memberikan opini audit going
bahwa perusahaan yang tidak mampu melunasi hutang pada saat jatuh tempo akan
dengan tingkat signifikansi 0,998 > 0,05, yang berarti H3 tidak dapat didukung,
signifikan terhadap opini audit going concern. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Praptorini (2007), Susanto (2009), Astuti (2012),
dan Krissindiastuti (2016) yang mendapatkan bukti bahwa opinion shopping tidak
88
menghindari penerimaan opini going concern dalam dua cara. Pertama, jika auditor
going concern atau sebaliknya akan menunjuk auditor yang cenderung memberikan
opini non going concern. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik opinion
mengaudit kliennya. Hal tersebut terjadi karena auditor telah patuh akan regulasi
0,612 > 0,05 yang berarti H4 tidak dapat didukung, dengan demikian dapat
opini audit going concern. Penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
perusahaan terhadap opini audit going concern tidak berpengaruh signifikan tetapi
hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang bertolak belakang dengan hasil
89
publik berafiliasi dengan big four dan yang tidak berafiliasi dengan big four
0,073 > 0,05, yang berarti H5 tidak dapat didukung, dengan demikian dapat
Namun demikian penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
auditor yang diproksikan dengan KAP big four tidak berpengaruh signifikan
90
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan mengacu pada perumusan serta tujuan
financial distress berpengaruh negatif dan signifikan terhadap opini audit going
concern.
concern.
going concern.
concern.
91
going concern.
5.2. Keterbatasan
penerbitan opini audit going concern oleh auditor dalam jangka Panjang.
5.3. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah
sebagai berikut :
belum ada dalam penelitian ini, dan menggunakan lebih dari lima variable
92
dapat melihat kecenderungan tren penerimaan opini audit going concern oleh
93
Angga dan Sri. 2014. “Analisis Faktor – Faktor Penerimaan Opini Auditor Dengan
Modifikasi Going Concern (Studi Empiris di Bursa Efek Indonesia)”. Jurnal
Ilmiah Akuntansi dan Bisnis, Vol. 9. No. 1, Januari 2014.
Arens, A., & James, K., 2008. Auditing: Pendekatan Terpadu (Revisi Jilid 12
ed.). (A. A. Jusuf, Trans.) Jakarta: Salemba Empat.
Astuti, Irtani Retno dan Darsono. 2012. “Pengaruh Faktor Keuangan dan Non
Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern.” Diponegoro
Journal of Accounting, Vol. 1. No. 2m p.1 – 10
Aziz, Very Abdul. 2008. Tesis: Pengaruh Prediksi Kebangkrutan, Opini Audit
Tahun Sebelumnya, Skala Auditor dan Auditor Switching Terhadap
Keputusan Pemberian Opini Audit, Universitas Indonesia. Retrieved
(www.lib.ui.ac.id)
Brigham, E. F., & Joel, H. 2006. “Dasar – Dasar Manajemen Keuangan (10 ed.).
(A. A. Yuliyanto, Trans.) Jakarta: Salemba Empat
94
Chen, K. C. W., and B. K. Church. 1992. “Default on Debt Obligation and the
Issuance of Going – Concern Report”. Auditing : A Journal of Practice &
Theory
Craswell, Allen T., Jere R. Francis, and Stephen L. Taylor. 1995. “Auditor Brand
Name Reputations and Industry Specialization”. Journal of Accounting and
Economics. Vol. 20: 297 – 322.
Dura, Justita dan Nuryanto. 2015. “Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Opini
Audit Tahun Sebelumnya, dan Audit Lag Terhadap Opini Audit Going
Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia", Jurnal Magister Akuntansi Trisakti (e-Journal) Volume 2.
Nomor 2. September 2015. ISSN : 2339 – 0859
Eko, Budi Setyarno dan Indira Januati. 2006. “ Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi
Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”. Simposium Nasional
Akuntansi 9 Padang
Fanny, M., & Saputra, S. 2005. “Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan
Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan dan Reputasi
Kantor Akuntan Publik (Study Pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”. Simposium
Nasional (SNA) VIII
Ghozali, I., 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (8 ed.).
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
95
Hidayati, Nurul. Amboningtas, Dheasey. & Azis Fathoni. “The Effect of Financial
Distress, Audit Client Tenure and Debt Default on Admission of Going
Concern Audit Opinion with Company Size as a Moderating Variable
(Empirical Study of Registered Textile and Garment Company on Indonesia
Stock Exchange (IDX) for 2013 – 2017)”.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2011. Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 341:
Pertimbangan Auditor akan Kemampuan Entitas dalam Mempertahankan
Kelangsungan Hidupnya. Salemba Empat, Jakarta.
Izazi, Dea dan Rizka. 2016. “Pengaruh Debt Default, Financial Distress, Opinion
Shopping dan Audit Tenure Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern”. Jurnal Akuntansi. Vol. 8. No. 1. Februari 2019
Januarti, I., & Fitrianasari, E. 2008. “ Analisis Rasio Keuangan dan Rasio Non
Keuangan yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Audit
Going Concern pada Auditee (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar Di BEJ Tahun 2000 – 2005)”. Jurnal Maksi, 8, 43-58
Jensen, M., & William, H. 1976. “Theory of The Firm, Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure”. The Journal of Financial
Economics.
Junaidi dan Jogiyanto Hartono. 2010. “Faktor Non – Keuangan pada Opini Going
Concern”. Simposium Nasional Akuntansi XIII, Purwokerto.
96
Khaddafi, Muammar., 2015. “Effect of Debt Default, Audit Quality and Acceptance
of Audit Going Concern in Manufacturing Company in Indonesia Stock”,
International Journal of Academic Research in Accounting, Finance and
Management Sciences, Vol. 5, No. 1, January 2015.
Laksmiati, Devi Elza dan Suci Atiningsih. 2018. “Pengaruh Auditor Switching,
Reputasi KAP dan Financial Distress Terhadap Opini Audit Going Concern.
Jurnal Fokus Ekonomi Vol. 13. No. 1 Juni 2018: 45 – 61
97
Mirna D., P., dan Indira Januarti, 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt
Default dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern”. Simposium Nasional Akuntansi X Makasar, Juli, pp 1 – 25.
Nirmalasari, Oktavia Tri. 2014. “Analisis Pengaruh Debt Default, Auditor Client
Tenure, Kualitas KAP, Disclosure Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2012)”,
eprints.ums.ac.id
Nursasi, Enggar., 2015. “ Pengaruh Audit Tenure, Opinion Shopping, Leverage dan
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
Pada Perusahaan Perbankan dan Pembiayaan yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia”. Jurnal Enggar ABM Vol. 9, No. 1, Februari 2015.
Praptitorini, Januarti. 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default Dan
Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going Concern”. Simposium
Nasional Akuntansi X.
Praptorini, Mirna Dyah dan Januarti, I. 2011. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit,
Debt Default dan Opinion Shopping Terhadap Penerimaan Opini Going
Concern”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 8, 78 – 93.
Purba, Marisi. P., 2009. “Asumsi Going Concern: Suatu Tinjauan Terhadap
Dampak Krisis Keuangan atas Opini Audit dan Laporan Keuangan”, Edisi
1., Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta
98
Rahman, Abdul dan Baldric Siregar. 2010. “Faktor - Faktor yang Mempengaruhi
Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Santosa, Arga Fajar dan Linda Kusumaning Wedari. 2007. “Analisis Faktor –
Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going
Concern”, JAAI, Vol. 11. No. 2, p.141 – 58
Saputra dan Ketut Tanti. 2018. “Analisis Pengaruh Financial Distress, Debt
Default, Kualitas Auditor, Audit Client Tenure, Opinion Shopping dan
Disclosure Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
KRISNA: Kumpulan Riset Akuntansi. Vol. 10. No. 1 Juli 2018. ISSN: 2301 –
8879
Sidqi, Dhama Lisan dan Sutapa. 2014. “Pengaruh Financial Distress dan Audit
Client Tenure terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern”. Jurnal
Akuntansi Indonesia. Vol. 3. No. 1 Januari 2014: 1 – 12
99
Susanto, Putri dan Siti Zubaidah. 2015. “Pengaruh Kinerja Keuangan, Debt Default
dan Reputasi Kantor Akuntan Publik Terhadap Penerimaan Opini Audit
Going Concern”, Jurnal Reviu Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5. No. 2.
Oktober 2015. ISSN : 2088 – 0685
Teoh, S.H., dan T.J. Wong. 1993. “Perceived Auditor Quality and The Earnings
Response Coefficient”. The Accounting Review. Pp 346-366
www.idx.co.id
www.sahamok.com
Xu, Hongkang., Mai Dao., Jia Wu., 2016. “The Effect of Real Activities
Manipulation on Going Concern Audit Opinions for Financially Distressed
Companies”, Review of Accounting and Finance.
Yunida, R., dan M. Wahyu Wardhana, 2013. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi
Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”. Jurnal Intekna, Tahun
XIII, No. 1, Mei 2013: 54 - 61
100
Kriteria
Jumlah
No. Kode Nama Perusahaan
Sampel
1 2 3
1 ADES Akasha Wira International Tbk, PT ×
2 ADMG Polychem Indonesia Tbk ×
3 AGII Aneka Gas Industri Tbk Sampel 1
4 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT ×
5 AKKU Anugerah Kagum Karya Utama Tbk ×
6 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk Sampel 2
7 ALDO Alkindo Naratama Tbk ×
8 ALKA Alaska Industrindo Tbk Sampel 3
9 ALMI Alumindo Light Metal Industry Sampel 4
10 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk, PT Sampel 5
11 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk Sampel 6
12 AMIN Ateliers Mecaniques D'Indonesie Tbk Sampel 7
13 APLI Asiaplast Industries Tbk ×
14 ARGO Argo Pantes Tbk ×
15 ARKA Arkha Jayanti Persada Tbk ×
16 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk Sampel 8
17 ASII Astra International Tbk Sampel 9
18 AUTO Astra Otoparts Tbk Sampel 10
19 BAJA Saranacentral Bajatama Tbk Sampel 11
20 BATA Sepatu Bata Tbk Sampel 12
21 BELL Trisula Textile Industries Tbk ×
22 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk Sampel 13
23 BOLT Garuda Metalindo Tbk ×
24 BRAM Indo Korsa Tbk ×
25 BRNA Berlina Tbk ×
26 BRPT Barito Pacific Tbk ×
27 BTON Beton Jaya Manunggal Tbk Sampel 14
28 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk Sampel 15
29 CAKK Cahayaputra Asa Keramik Tbk ×
30 CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk, PT ×
31 CCSI Communication Cable Systems Indonesia Tbk ×
32 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, PT Sampel 16
33 CINT Chitose International Tbk, PT Sampel 17
102
103
104
105
Going Concern
No Kode
2016 2017 2018 2019
1 AGII 0 0 0 0
2 AKPI 1 1 1 1
3 ALKA 0 0 0 0
4 ALMI 0 0 0 1
5 ALTO 1 1 1 1
6 AMFG 0 0 0 0
7 AMIN 0 0 0 0
8 ARNA 1 1 1 1
9 ASII 0 0 0 0
10 AUTO 0 0 0 0
11 BAJA 1 1 1 0
106
107
Financial Distress
No Kode
2016 2017 2018 2019
1 AGII 0,79 0,93 0,87 0,86
2 AKPI 2,13 2,76 0,88 1,40
3 ALKA 8,62 6,77 5,84 3,94
4 ALMI 1,08 1,59 1,70 0,55
5 ALTO 0,43 0,22 0,21 0,37
6 AMFG 2,23 1,74 1,21 1,00
7 AMIN 2,26 2,45 1,94 1,86
8 ARNA 1,53 2,77 3,08 3,16
9 ASII 0,64 1,84 1,79 1,84
10 AUTO 2,53 2,66 2,61 2,77
11 BAJA 1,22 1,31 1,19 1,16
12 BATA 3,31 2,92 3,48 3,45
13 BIMA 2,37 -0,18 -0,41 0,09
14 BTON 2,97 4,05 4,40 3,31
15 BUDI 1,26 1,30 1,17 1,51
16 CEKA 4,90 4,82 6,48 5,66
17 CINT 3,35 3,16 2,90 2,52
18 CPIN 3,36 3,90 4,43 4,35
19 DPNS 4,68 3,98 3,96 4,51
20 DVLA 3,13 3,02 3,34 3,33
108
109
Zscore > 2.99 = perusahaan dianggap dalam posisi keuangan yang aman
1.23 < Zscore < 2.99 = Grey Area (butuh perhatian khusus) dalam penelitian
Debt Default
No Kode
2016 2017 2018 2019
1 AGII 0 0 0 1
2 AKPI 0 0 0 1
3 ALKA 0 0 1 0
4 ALMI 1 1 1 1
5 ALTO 0 0 1 1
6 AMFG 0 0 0 0
7 AMIN 0 0 0 0
8 ARNA 0 0 0 1
9 ASII 0 0 0 0
10 AUTO 0 0 0 0
11 BAJA 1 0 1 1
12 BATA 0 0 0 0
13 BIMA 1 1 1 1
14 BTON 0 0 0 0
15 BUDI 0 0 0 0
16 CEKA 0 0 0 0
17 CINT 0 0 0 0
18 CPIN 0 0 0 0
110
111
Opinion Shopping
No Kode
2016 2017 2018 2019
1 AGII 0 0 0 0
2 AKPI 1 0 0 0
3 ALKA 0 0 0 0
4 ALMI 0 0 0 0
5 ALTO 1 0 0 0
6 AMFG 0 0 0 0
7 AMIN 0 0 0 0
8 ARNA 1 0 0 0
9 ASII 0 0 0 0
10 AUTO 0 0 0 0
11 BAJA 0 0 0 0
12 BATA 0 0 0 0
13 BIMA 1 0 0 0
14 BTON 0 0 0 0
15 BUDI 1 0 0 0
16 CEKA 0 0 0 0
17 CINT 0 0 0 0
18 CPIN 0 0 0 0
19 DPNS 1 0 0 0
20 DVLA 0 0 0 0
21 EKAD 0 0 0 0
22 FASW 1 0 0 0
23 GDST 1 0 0 0
24 GGRM 0 0 0 0
25 GJTL 0 0 0 0
26 HMSP 1 0 0 0
27 ICBP 0 0 0 0
112
113
Pertumbuhan Perusahaan
No Kode
2016 2017 2018 2019
1 AGII 0,30 0,56 0,17 0,01
2 AKPI 0,89 -0,75 3,81 -0,17
3 ALKA -1,90 -14,84 0,68 -0,67
4 ALMI 2,38 1,15 1,08 628,96
5 ALTO 0,09 1,37 -0,47 -0,78
6 AMFG -0,25 -1,06 -4,88 -3,86
7 AMIN 1,20 0,78 0,21 -0,14
8 ARNA 0,28 0,34 0,29 0,26
9 ASII 0,17 0,26 0,18 -0,03
10 AUTO 0,31 0,32 0,11 0,20
11 BAJA -4,73 -1,70 2,94 -0,98
12 BATA -0,67 0,27 0,27 -0,66
13 BIMA -7,67 -0,29 -0,70 37,35
14 BTON -0,06 -2,90 1,45 -0,96
15 BUDI 0,83 0,18 0,30 0,63
16 CEKA 1,34 -0,57 -0,14 1,13
17 CINT -0,30 0,44 -0,54 -0,60
18 CPIN 0,21 0,12 0,82 -0,21
19 DPNS 0,02 -0,40 0,57 -0,58
20 DVLA 0,41 0,07 0,24 0,11
21 EKAD 0,93 -0,16 -0,03 0,05
22 FASW -3,52 -0,23 1,36 -0,31
23 GDST -1,57 -0,68 -9,54 -1,31
24 GGRM 0,03 0,16 0,00 0,37
25 GJTL -3,00 -0,93 -2,66 -4,64
26 HMSP 0,23 -0,01 0,07 0,01
27 ICBP 0,24 -0,05 0,35 0,15
28 IGAR 0,35 0,04 -0,38 0,36
29 IKAI 0,33 -0,63 -2,32 -2,01
30 IMAS 12,91 -0,79 -2,54 0,38
31 INAF 1,65 1,67 -0,29 -1,24
32 INAI 0,23 0,09 0,05 -0,17
33 INCI -0,41 0,66 0,01 -0,17
34 INDF 0,42 -0,03 -0,03 0,19
35 INDS 24,63 1,29 -0,03 -0,08
114
115
Reputasi Auditor
No Kode
2016 2017 2018 2019
1 AGII 0 0 0 0
2 AKPI 1 1 1 1
3 ALKA 0 0 0 0
4 ALMI 0 0 0 0
5 ALTO 0 0 0 0
6 AMFG 1 1 1 1
7 AMIN 0 0 0 0
8 ARNA 1 1 1 1
9 ASII 1 1 1 1
10 AUTO 1 1 1 1
11 BAJA 0 0 0 0
12 BATA 1 1 1 1
13 BIMA 0 0 0 0
14 BTON 0 0 0 0
15 BUDI 0 0 0 0
16 CEKA 1 1 1 1
17 CINT 0 0 0 0
18 CPIN 1 1 1 1
19 DPNS 0 0 0 0
20 DVLA 1 1 1 1
21 EKAD 0 0 0 0
22 FASW 1 1 1 1
23 GDST 0 0 0 0
24 GGRM 1 1 1 1
25 GJTL 1 1 1 1
26 HMSP 1 1 1 1
27 ICBP 1 1 1 1
28 IGAR 0 1 1 1
29 IKAI 0 0 0 0
30 IMAS 1 1 1 1
31 INAF 0 0 0 0
32 INAI 0 0 0 0
33 INCI 0 0 0 0
34 INDF 1 1 1 1
35 INDS 0 0 0 0
116
117
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
FinancialDistress 256 -3,40 8,62 615,78 2,4054 1,68449
Valid N (listwise) 256
118
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Sum Mean Std.
Deviation
PertumbuhanPerusahaan 256 -37,43 628,96 552,21 2,1571 39,68882
Valid N (listwise) 256
119
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log Coefficient
likelihood s
Constant
1 306.239 -.859
Step 0 2 306.052 -.918
3 306.052 -.919
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 306,052
c. Estimation terminated at iteration
number 3 because parameter estimates
changed by less than ,001.
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log Coefficients
likelihood Constant FinancialDistr DebtDefaul OpinionShop Pertumbuhan ReputasiAudi
ess t ping Perusahaan tor
1 248.447 -.590 -.183 1.042 2.871 .002 -.365
2 241.216 -.482 -.302 1.221 4.396 .004 -.563
3 240.277 -.420 -.341 1.233 5.597 .004 -.610
4 240.035 -.413 -.344 1.232 6.647 .005 -.613
5 239.950 -.412 -.345 1.232 7.662 .005 -.613
6 239.919 -.412 -.345 1.232 8.668 .005 -.613
7 239.908 -.412 -.345 1.232 9.670 .005 -.613
Step 1
8 239.904 -.412 -.345 1.232 10.671 .005 -.613
9 239.902 -.412 -.345 1.232 11.671 .005 -.613
10 239.901 -.412 -.345 1.232 12.671 .005 -.613
11 239.901 -.412 -.345 1.232 13.671 .005 -.613
12 239.901 -.412 -.345 1.232 14.671 .005 -.613
13 239.901 -.412 -.345 1.232 15.671 .005 -.613
14 239.901 -.412 -.345 1.232 16.671 .005 -.613
120
c. Koefisien Determinasi
Model Summary
Step -2 Log Cox & Snell Nagelkerke
likelihood R Square R Square
1 239.901a .228 .326
a. Estimation terminated at iteration number 20
because maximum iterations has been reached.
Final solution cannot be found.
121
122