OLEH
The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect
of Good Corporate Governance (board of directors, audit committee, and
institutional ownership) on the firm profitability using indicators, Return on Asset
and Return on Equity of public mining companies listed in Indonesian Stock
Exchange from 2010 to 2012. This study also used several control variables are
Leverage and firm size. The type of this study is associative research and the type
of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian
Stock Exchange about companies profile, company performance report, financial
statement and annual report, reference books, internet, and scientific literature
related to this study. Collecting data is undertaken by using archival strategy, data
is collected from existing records and data basis. The analysis methods used is
descriptive statistics and multiple linear regression analysis. The result of this
study shows that board of directors, audit committee, and institutional ownership
variable simultaneously have a significant positive effect on the firm profitability
(ROA and ROE). Partially, board of directors and institutional ownership do not
affect profitability (ROA and ROE) significantly while audit committee has a
negative effect on the firm profitability (ROA and ROE) of public mining
companies listed in Indonesian Stock Exchange.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai
dengan kasih setia dan berkat-Nya, terkhusus dalam perkuliahan, sehingga penulis
Skripsi ini merupakan persembahan terindah buat orang tua tercinta Irwan
segala kebutuhan dana, nasehat-nasehat yang berharga, serta kasih sayang yang
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME dan Dra. Marhayanie, M.Si, selaku ketua dan
Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si dan Dra. Friska Sipayung, M.Si,
skripsi ini.
5. Ibu Dra.Nisrul Irawati, MBA, selaku dosen Pembaca Penilai penulis yang
Bangun, Erika Valentine Bangun, Christa Bella Bangun, dan Meilan Sagala),
serta pamanku Rudy Markus Sagala yang telah memberikan dukungan moril
Sahabat Onara (Abet hth, Afriani Desy, Agelina, Annie Maria, dan Ariyanti),
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang tidak berhenti mendoakan,
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan
mungkin skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
NIM : 100502070
Halaman
ABSTRAK …………………………………………………………… i
ABSTRACT …………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… vii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… viii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… ix
LAMPIRAN ............................................................................................... 92
The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect
of Good Corporate Governance (board of directors, audit committee, and
institutional ownership) on the firm profitability using indicators, Return on Asset
and Return on Equity of public mining companies listed in Indonesian Stock
Exchange from 2010 to 2012. This study also used several control variables are
Leverage and firm size. The type of this study is associative research and the type
of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian
Stock Exchange about companies profile, company performance report, financial
statement and annual report, reference books, internet, and scientific literature
related to this study. Collecting data is undertaken by using archival strategy, data
is collected from existing records and data basis. The analysis methods used is
descriptive statistics and multiple linear regression analysis. The result of this
study shows that board of directors, audit committee, and institutional ownership
variable simultaneously have a significant positive effect on the firm profitability
(ROA and ROE). Partially, board of directors and institutional ownership do not
affect profitability (ROA and ROE) significantly while audit committee has a
negative effect on the firm profitability (ROA and ROE) of public mining
companies listed in Indonesian Stock Exchange.
PENDAHULUAN
Saat ini, dalam era globalisasi dan pasar terbuka, perusahaan dituntut
dana yang diberikan investor tersebut digunakan secara tepat dan seefisien
perusahaan.
sehingga nantinya dapat mencapai laba yang ditargetkan. Laba tersebut akan
satu cara yang dapat perusahaan pakai untuk mencapai tujuan tersebut adalah
2008: 24)
Good Corporate Governance (GCG) atau lebih dikenal dengan tata kelola
perusahaan yang baik merupakan alternatif terbaik yang dapat perusahaan lakukan
masih sangat tinggi. Tingginya tingkat korupsi yang terjadi ini merupakan
bahwa pengabaian terhadap GCG tidak hanya berakibat negatif pada kinerja
(value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan dalam
informasi dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban
menjadi salah satu faktor penting bagi investor dalam hal berinvestasi di suatu
perusahaan. Prinsip-prinsip dasar dari GCG pada dasarnya memiliki tujuan untuk
kebijakan dividen yang stabil sementara pada saat yang sama dapat
perusahaan.
yakni Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). ROA dapat dihitung
dengan membandingkan laba bersih dan total aset. Semakin tinggi rasio ini,
untuk menghasilkan laba (Van Horne dan Wachowicz, 2005: 224). ROE dapat
dihitung dengan membandingkan laba bersih dan ekuitas pemegang saham. ROE
investasi yang baik dan manajemen yang efektif. Akan tetapi, jika perusahaan
telah memilih untuk menerapkan tingkat upah yang tinggi berdasarkan standar
industri, ROE yang tinggi hanyalah merupakan hasil dari asumsi risiko keuangan
merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja yang sudah lama
sektor yang sangat diminati oleh para pemilik modal, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri hingga tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari pemeringkatan
realisasi investasi berdasarkan sektor industri yang disajikan pada Tabel 1.1:
Tabel 1.1
Pemeringkatan Realisasi Investasi Dalam Negeri
Periode 2010-September 2013 (Rp Miliar)
No Sektor Industri Realisasi Investasi
1 Makanan 48.421,42
2 Transportasi, Gudang, dan Komunikasi 41.445,53
3 Listrik, Gas, dan Air 38.236,21
4 Pertambangan 31.750,02
5 Tanaman Pangan dan Perkebunan 31.458,20
catatan: di luar investasi migas, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank.
sumber: www.bkpm.go.id (data diolah)
Tabel 1.2
Pemeringkatan Realisasi Investasi Luar Negeri
Periode 2010-2013 (US$ Juta)
No Sektor Industri Realisasi Investasi
1 Pertambangan 14.891,57
2 Transportasi, Gudang, dan Komunikasi 13.129,08
3 Kimia dan Farmasi 8.172,86
4 Logam, Mesin, dan Elektronik 8.142,00
5 Listrik, Gas, dan Air 7.029,87
catatan: di luar investasi migas, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank.
sumber: www.bkpm.go.id (data diolah)
Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 menunjukkan 5 (lima) industri dengan penanaman
modal terbesar, baik dalam maupun luar negeri dari tahun 2010 sampai 2013. Dari
sementara dari tabel realisasi investasi luar negeri, sektor pertambangan berada di
posisi pertama dengan total investasi sebesar US$ 14.891,57 juta. Hal ini
menandakan bahwa sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang paling
diminati para pemilik modal dalam kurun waktu kurang lebih empat tahun
Dari tabel tersebut kita ketahui bahwa industri ini memerlukan investasi
yang besar sehingga diperlukan pengelolaan yang baik yang dapat meningkatkan
nilai maupun kinerja perusahaan. Dengan demikian perusahaan akan mudah untuk
sampai 2012 terdapat beberapa perusahaan dalam industri ini yang mengalami
Return on Asset (ROA). Berikut adalah tabel yang menunjukkan kinerja dan GCG
Tabel 1.3
Kinerja Keuangan dan Mekanisme Good Corporate Governance
Beberapa Perusahaan Pertambangan Terbuka
Periode 2010-2012
perusahaan (GCG) beberapa perusahaan tambang. Pada tabel tersebut kita lihat
Tbk., terdapat penurunan ROA dari tahun 2010 sampai tahun 2012, yaitu sebesar
3,55% pada tahun 2010, 2,88% pada tahun 2011, dan -9,59 pada tahun 2012.
Padahal bila kita lihat dari jumlah keanggotaan komite audit sudah dapat
Surat Edaran tersebut dinyatakan bahwa keanggotaan komite audit terdiri dari
terjadi penurunan ROA yang drastis, yaitu dari 0,13% menjadi -5,92. Hal ini
dipengaruhi oleh penurunan komisaris independen dari 28% menjadi 22%, yang
Fenomena yang terjadi di perusahaan ini sesuai dengan teori yang telah
perusahaan.
Profitabilitas yang buruk pada perusahaan tambang ini juga menarik untuk
kekayaan alam Indonesia yang telah tersedia. Hal ini mungkin disebabkan karena
pajak penghasilan Rp 2,93 trilyun lebih dari apa yang dilaporkan dibayar oleh
dari dua perusahaan batubara besar di Indonesia yang merupakan anak usaha
indonesia .org)
Efek Indonesia”.
Sesuai dengan permasalahan yang hendak diteliti, maka adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris apakah
1. Bagi Peneliti
TINJAUAN PUSTAKA
Governance adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN
perundangan dan nilai-nilai etika. Organ adalah Rapat Umum Pemegang Saham
proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan sebgai upaya untuk memberi
yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang ada di
dalam maupun di luar manajemen perusahaan, dengan catatan bahwa hak di sini
adalah hak dari seluruh stakeholders dan bukan hanya terbatas kepada satu
stakeholder saja. Noensi, seorang pakar GCG dari Indo Consult, mendefinisikan
pada hukum yang berlaku dan peduli terhadap lingkungan yang dilandasi nilai-
terbentuknya struktur dan tujuan perusahaan yang pasti, dan cara mencapai tujuan
berikut:
perusahaan.
sosial.
mewujudkan hubungan kerja yang beretika, adil dan bermartabat. (IICG: 2013)
GCG yaitu jaminan produk dan layanan yang berkualitas, komitmen dalam
praktik bisnis yang beretika dan memenuhi tingkat kepatuhan yang baik,
proses pengadaan, keterbukaan informasi dan menerima keluhan serta saran dan
perusahaan;
perusahaan;
dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing
undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial
BUMN;
manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang
dewan komisaris merupakan dewan yang bersifat pasif dan tidak dapat
sebaliknya, peran komisaris yang terlalu kuat dalam perusahaan, sehingga sering
masalah pada perusahaan terbatas biasa, namun akan berbeda halnya bila
perusahaan tersebut telah go public. Sikap pasif ini atau sikap yang
mengintervensi setiap kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya akan
terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh direksi. Peraturan BEJ mewajibkan
sekurang-kurangnya 30% dari jajaran anggota dewan komisaris yang dapat dipilih
dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai
prinsip GCG. Komite audit ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan
penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Komite audit ini memiliki
Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada di bawah dewan
mereka seperti menggunakan hak suara dan mengawasi kegiatan board of director
dan manajemen perusahaan, ini dikarenakan jumlah saham yang mereka miliki
relatif kecil, hal ini berbeda dengan institusional ownership yang memiliki jumlah
saham yang relatif besar. Oleh karena itu, peran institusional ownership dalam
dengan cara melakukan pengawasan yang lebih efektif. (Bathala et al. dalam
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode waktu tertentu, sebab untuk
menyadari betul pentingnya keuntungan ini bagi masa depan perusahaan. Dari
Sumber daya yang ada dalam perusahaan seperti kegiatan penjualan, kas,
perusahaan jangka panjang. Dan kinerja keuangan ini nantinya dapat dilihat
perusahaan. Profitabilitas yang tinggi dapat menarik hati para investor untuk
yang rendah menyebabkan para investor bisa saja menarik dananya dari
perusahaan.
tersebut memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang. Karena itu,
sumber yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berhubungan dengan penjualan,
kondisi perusahaan, maka dibutuhkan alat analisis untuk dapat menilainya. Rasio
untuk mengevaluasi kinerja manajemen, apakah telah berjalan secara efektif atau
tidak. Jika pada akhirnya didapati kegagalan dalam mencapai target, maka harus
pencapaian laba di masa yang akan datang. Efektivitas manajemen ini mencakup
Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih
menyediakan pendapatan bagi para pemilik saham atas modal yang mereka
Secara umum, semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tingginya pula
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu.
sekarang.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
periode
6. manfaat lainnya.
2.3 Leverage
sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba per lembar saham perusahaan
ketidakpastian dari return yang diperoleh akan semakin tinggi pula tetapi pada
Semakin tinggi tingkat leverage akan semakin tinggi risiko yang dihadapi serta
adalah Debt to Equity Ratio (DER) (Kasmir, 2008). Debt to Equity Ratio
merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini
ekuitasnya. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang digunakan sebagai
jaminan utang. Bagi bank (kreditur) semakin besar rasio ini, akan semakin tidak
menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan
Namun bagi perusahaan, semakin besar rasio ini akan semakin baik.
Sebaliknya dengan rasio yang rendah, maka menunjukkan semakin tinggi tingkat
pendanaan yang disediakan pemilik dan semakin besar batas pengamanan bagi
peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan terhadap nilai aktiva. Rasio ini
perusahaan.
kapitalisasi pasar. Semakin besar total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar
maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini
besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal
yang ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang,
dan semakin besar kapitalisasi pasar semakin besar pula perusahaan dikenal dalam
total aktiva karena nilai aktiva relatif stabil dibandingkan dengan nilai penjualan
organisasi dioperasikan dan dijalankan dengan baik karena GCG sebagai sarana
interaksi yang mengatur antar struktur dan mekanisme yang menjamin adanya
independen dan kepemilikan institusional serta dengan adanya komite audit, maka
(X3)
Variabel Kontrol:
• Leverage (Debt to Equity
Ratio-DER)
• Ukuran Perusahaan (SIZE)
terhadap profitabilitas dalam penelitian ini dibatasi pada ROA dan ROE
METODE PENELITIAN
a. Tempat Penelitian
situs www.idx.co.id.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 sampai dengan bulan
Agustus 2014.
institusional. Variabel bebas terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return
perusahaan.
c. Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan
melalui website resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan situs resmi
sebagai berikut:
a. Variabel bebas (X) adalah variabel yang nilainya tidak bergantung pada
variabel lain. Adapun yang menjadi variabel bebas atau independent variable
dari penelitian ini dan sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Elvi
1. Komisaris Independen
diharapkan dapat bersikap netral terhadap segala kebijakan yang dibuat oleh
terhadap jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris (A. Khan et al., 2013):
2. Komite Audit
Komite audit adalah organ tambahan yang dibentuk oleh komisaris independen
kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan. Komite audit diukur
dengan melihat jumlah anggota komite audit (Siallagan dan Machfoedz, 2006):
3. Kepemilikan Institusional
institusional sebagai salah satu komponen GCG telah digunakan dalam berbagai
penelitian seperti pada penelitian Hutagalung (2012) dan Kemalasari (2009). Nilai
perusahaan lain pada suatu perusahaan sampel yang tertulis dalam Laporan
Tahunan perusahaan.
tergantung pada variabel lain. Variabel terikat atau dependent variable yang
Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur
dari nilai aktiva. Rasio ini dihitung sebagai berikut:
Laba bersih
ROA = (Horne, 2004)
Total Aset
2. Return on Equity (ROE)
Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal
pemilik. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini dihitung sebagai berikut:
Laba bersih
ROE = (Horne, 2004)
Total Ekuitas
c. Variabel kontrol adalah variabel yang digunakan untuk melengkapi atau
empiris yang lebih lengkap dan lebih baik (Jogiyanto, 2004: 157). Dalam
dengan Debt to Equity Ratio (DER) dan ukuran perusahaan (SIZE). Debt
dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini
Total Debt
DER = (Horne, 2004)
Total Equity
Sementara ukuran perusahaan adalah besar (ukuran) yang dinyatakan dalam
total aktiva sebagai ukuran perusahaan. Total aktiva yang besar akan
di masa depan.
terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan tambang yang terdaftar (listing)
memenuhi kriteria:
periode penelitian.
2) Tersedianya data laporan keuangan lengkap dan laporan GCG serta kinerja
78)
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan dan Kode
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
kuantitatif yang berasal dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data
emiten, buku-buku referensi, majalah, internet, dan literatur ilmiah lainnya yang
sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek
Indonesia.
Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang
Keterangan:
(Statistic Product & Service Solution) dalam penelitian ini. Sebelum melakukan
analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak bisa dilakukan
hasil penelitian yang BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimation). Adapun syarat
Asumsi Klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut
1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah inferensi. Jika terdapat normalitas, maka
residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Yaitu perbedaan antara
nilai prediksi dengan skor yang sesungguhnya atau error akan terdistribusi secara
simetri di sekitar nilai means sama dengan nol. Jadi salah satu cara mendeteksi
variabel tidak selalu diperlikan dalam analisis, akan tetapi hasil uji statistik akan
lebih baik jika semua variabel berdistribusi normal (Ghozali, 2006:27). Uji ini
a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov
Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis
tailed) > taraf nyata (α), maka H0 diterima artinya data residual berdistribusi
normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2 tailed) < taraf nyata (α), maka H0
diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal. (Ghozali, 2006: 31)
b. Pendekatan Histogram
Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva
normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah
mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak
kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau
c. Pendekatan Grafik
nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya
berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa
residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung
plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari
garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.
2. Uji Heteroskedastisitas
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006: 105). Uji ini dapat dilakukan dengan metode
informal yakni metode grafik dan metode formal seperti Park Test, Glejser Test,
3. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear
berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Gejala autokorelasi dideteksi dengan
4. Uji Multikolinieritas
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Jika variabel
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2006: 91). Pengujian terhadap ada
a. H0:b1=�2 =�3 =0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara
c. Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.F > 0,05 maka
H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari
< 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara
d. H0:b1=�2 =�3 =0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara
f. Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.F > 0,05 maka
H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari
< 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara
a. Komisaris Independen
Efek Indonesia.
b. Komite Audit
Asset (ROA) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Indonesia.
c. Kepemilikan Institusional
a. Komisaris Independen
Efek Indonesia.
b. Komite Audit
Equity (ROE) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Equity (ROE) pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
c. Kepemilikan Institusional
dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple
oleh variabel bebas). Apabila nilai R2 suatu regresi (mendekati satu), maka
semakin baik regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel
Adjusted R Square ini digunakan untuk melihat berapa besar pengaruh faktor-
Untuk memastikan tipe hubungan antar variabel dapat dilihat pada Tabel 3.2
berikut ini:
Tabel 3.2
Hubungan Antar Variabel
tanggal 2 September 1987 dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik
melakukan investasi pada anak-anak perusahaan dan jasa pemasaran untuk pihak
20% dari 1.129.925.000 lembar saham yang ditempatkan dan disetor penuh pada
2. PT Petrosea (PTRO)
Februari 1972 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Bidang
saham dengan nilai nominal Rp 1.000,00 per saham pada tanggal 21 Mei 1990.
PT Bukit Asam didirikan pada tanggal 2 Maret 1981 dengan akta notaris
nomor 5 pada tanggal 6 Maret 1984 dan nomor 51 tanggal 29 Mei 1985 dari
notaris yang sama serta disahkan oleh Menteri Kehakiman. Perusahaan dan anak-
baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian pembangkit listrik
tenaga uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain dan memberikan jasa-
jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada hubungannya dengan industri
lembar saham yang terdiri dari 315.000.000 saham milik negara Republik
Indonesia dan 31.500.000 saham baru dengan nilai nominal Rp 500 persaham.
tertanggal 9 Juni 1980 yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia. Bidang usaha perusahaan adalah eksplorasi dan produksi minyak dan
gas bumi, dan aktivitas energi lainnya, seperti usaha pengeboran darat dan lepas
tanggal 22 Agustus 1984 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik
Indonesia. Bidang usaha perusahaan adalah jasa teknik instalasi dan rekayasa
bidang minyak, gas bumi dan energi, jasa sertifikasi mutu, jasa survei bidang
minyak, gas bumi dan energi, perdagangan besar (distributor) peralatan dan
material bidang minyak dan gas bumi, jasa penyewaan peralatan pertambangan
minyak dan gas bumi, jasa perbaikan dan perawatan instalasi pertambangan
Panelutama berdasarkan akta notaris nomor 333 pada tanggal 27 Juni 1992 dan
telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Pada tanggal 2 Mei
dengan akta notaris nomor 49 pada tanggal 25 Juli 1968 dan disetujui oleh
sebanyak 49.700.000 lembar saham atau 20% dari 248,4 juta lembar saham yang
ditempatkan dan disetor penuh. Saham yang ditawarkan kepada masyarakat dalam
Bursa Efek Indonesia) pada tanggal 16 Mei 1990. Kantor pusat perusahaan berada
di Jakarta.
8. PT Citatah (CTTH)
pada tanggal 26 September 1974. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri
meliputi usaha produksi dan penjualan marmer, kerajinan tangan marmer, dan
100,00 perlembar saham kepada masyarakat pada tanggal 10 Juni 1996 dan
berdasarkan Akta Notaris No. 12 yang dibuat dihadapan notaris Yani Indrawaty
Wibawa, S.H.. aktivitas utama perusahaan adalah perdagangan dan jasa. Akta
Pendirian Perusahaan tersebut telah disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM
berada di Jakarta.
akta notaris Elvie Sahdalena, S.H, M.H., No. 4 tanggal 19 April 2007. Akta
pendirian ini disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
dengan nilai nominal Rp 100 (nilai Rupiah penuh) per saham kepada masyarakat
Herawati, SH yang kemudian diubah dengan Akta No. 11 tanggal 4 Juli 1988.
Jakarta.
Akta Notaris No. 130 yang dibuat dihadapan notaris Djoko Soepadmo, S.H.. Akta
kepada masyarakat pada tanggal 18 Juli 1990. Kantor pusat perusahaan berada di
Jakarta.
Akta Notaris No. 54 yang dibuat dihadapan notaris Henny Shidki, S.H.. Akta
berada di Jakarta.
Notaris No.10 yang dibuat dihadapan notaris Tan Thong Kie, S.H.. Akta
hulu migas, jasa dan perdagangan hilir migas, jasa pengolahan dan penyimpanan
kepada masyarakat pada tanggal 6 Februari 2008. Kantor pusat perusahaan berada
di Jakarta.
Syamsul Rizal, S.H.. Akta Pendirian Perusahaan tersebut telah disahkan oleh
kepada masyarakat pada tanggal 25 Januari 2006. Kantor pusat perusahaan berada
di Jakarta.
berdasarkan Akta Notaris No.48 yang dibuat dihadapan notaris Agus Madjid,
S.H.. Akta Pendirian Perusahaan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
berada di Jakarta.
Notaris No.79 yang dibuat dihadapan notaris Eliwaty Tjitra, S.H.. Akta Pendirian
kepada masyarakat pada tanggal 25 Januari 2006. Kantor pusat perusahaan berada
di Jakarta.
berdasarkan Akta Notaris No.37 yang dibuat dihadapan notaris Ester Mercia
Sulaiman, S.H.. Akta Pendirian Perusahaan tersebut telah disahkan oleh Menteri
kepada masyarakat pada tanggal 30 Juni 2000. Kantor pusat perusahaan berada di
Malang.
berdasarkan Akta Notaris No.36 yang dibuat dihadapan notaris O. Hartati, S.H..
jasa.
kepada masyarakat pada tanggal 22 April 2003. Kantor pusat perusahaan berada
di Jakarta.
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
Valid N (listwise) 60
sumber: hasil olahan SPSS, 2014
dari total aset yang dimilikinya. Nilai minimum -0,223 artinya dari 60
b. Variabel ROE memiliki nilai maksimum sebesar 0,745 kali artinya dari 60
dari dana yang telah mereka tanamkan. Nilai minimum ROE adalah -1,799
sebesar -1,799 kali dari modal yang telah ditanamkan. Nilai mean sebesar
yang menjadi sampel dalam penelitian ini memiliki nilai ROE yang positif.
0,36467. Hal ini menunjukkan dari 60 sampel rata-rata proporsi yang dimiliki
audit minimum sebanyak 3 orang. Nilai mean sebesar 3,33 artinya rata-rata
komite audit yang dimiliki perusahaan adalah 3,33 orang atau sebanyak 4
orang.
atau 98,6%. Hal ini berarti dari 60 sampel, persentase kepemilikan saham
institusional adalah 0,052 atau 5,2%. Hal ini berarti dari 60 sampel,
persentase kepemilikan saham oleh institusi yang terkecil adalah 5,2%. Nilai
mean kepemilikan institusional adalah 0,60923 atau 60,923%. Hal ini berarti
1. Uji Normalitas
untuk uji
normalitas
adalah
pendekatan
histogram,
grafik, dan
kolomogorov-smirnov.
Gambar 4.1
Histogram Variabel Dependen ROA
Gambar 4.2
Histogram Variabel Dependen ROE
Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa kurva histogram nilai
tidak menceng ke kiri maupun ke kanan, dan bentuknya seperti lonceng. Hal ini
Gambar 4.3
Normal P-Plot of Regression Standarized Residual ROA
Gambar 4.3 merupakan kurva P-Plot variabel dependen ROA. Pada scatter
plot terlihat titik-titik data berada di sepanjang garis diagonal dan mengikuti arah
Gambar 4.4
Normal P-Plot of Regression Standarized Residual ROE
Gambar 4.3 merupakan kurva P-Plot variabel dependen ROE. Pada scatter
plot terlihat titik-titik data berada di sepanjang garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal tersebut. Hal ini berarti data pada variabel dependen yang
sering kali menimbulkan perbedaan persepsi dari para pengamat karena sifatnya
Unstandardized
Residual
N 60
a
Normal Parameters Mean .0000000
Positive .121
Negative -.072
Kolmogorov-Smirnov Z .934
signifikan (α), dalam penelitian ini α sebesar 0,05, maka dapat dikatakan variabel
Tabel 4.2
Uji Kolmogorov-Smirnov ROA
Unstandardized
Residual
N 60
a
Normal Parameters Mean .0000000
Positive .073
Negative -.095
Kolmogorov-Smirnov Z .737
Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 menunjukkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar
0,347 dan 0,650. Angka ini lebih besar dibandingkan nilai signifikannya (0,05),
2. Uji Heteroskedastisitas
Dalam persamaan regresi pasti muncul residu, yakni variabel lain yang
terlibat, tetapi tidak dimuat dalam model, sehingga variabel tersebut diasumsikan
bersifat acak. Jika data residu tidak bersifat acak, maka dapat dikatakan data
terkena heteroskedastisitas. Uji ini juga bertujuan untuk menguji apakah sebuah
grup mempunyai varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Jika
Tabel 4.4
Glejser Test ROA
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .209 .185 1.132 .263
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .495 .377 1.314 .195
di atas tingkat kepercayaan 5%. Hal ini berarti model regresi tidak mengalami
persoalan heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi
linear berganda terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan
Tabel 4.6
Hasil Runs Test ROA
Runs Test
Unstandardized
Residual
a
Test Value -.01233
Total Cases 60
Number of Runs 32
Z .260
a. Median
sumber: hasil olahan SPSS, 2014
Runs Test
Unstandardized
Residual
a
Test Value .05465
Total Cases 60
Number of Runs 32
Z .260
a. Median
sumber: hasil olahan SPSS, 2014
Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 menunjukkan hasil pengujian Runs Test. Data
pada kedua tabel menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,795. Angka
ini nilainya lebih besar dibandingkan nilai signifikan 0,05, maka dapat dikatakan
bahwa residual bersifat random atau tidak terjadi autokorelasi antarnilai residual.
4. Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas ROA
Standardize
Unstandardized d Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Tabel 4.9
a
Coefficients
Tabel 4.8 dan Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji multikolinearitas. Gejala
multikolinearitas dapat dideteksi melalui nilai tolerance dan VIF. Nilai cut off
tolerance < 0,1 sedangkan variance inflation factor (VIF) > 5. Tabel
tolerance yang kurang dari 0,1 dan VIF yang lebih dari 5. Maka dapat
Tabel 4.10
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Dimana:
Y = Return on Asset
a = Konstanta
X1 = Komisaris Independen
X2 = Komite Audit
X3 = Kepemilikan Institusional
Z1 = Debt to Equity Ratio (DER)
Z2 = Ukuran Perusahaan (SIZE)
e = Standard error
Interpretasi:
-0,643 kali.
kali.
c. Koefisien regresi variabel komite audit adalah sebesar -0,027. Hal ini berarti
0,027 kali.
0,101 kali.
Tabel 4.11
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Dimana:
Y = Return on Equity
a = Konstanta
X1 = Komisaris Independen
X2 = Komite Audit
X3 = Kepemilikan Institusional
Z1 = Debt to Equity Ratio (DER)
Z2 = Ukuran Perusahaan (SIZE)
e = Standard error
Interpretasi:
-0,996 kali.
f. Koefisien regresi variabel komisaris independen adalah sebesar 0,092. Hal ini
kali.
g. Koefisien regresi variabel komite audit adalah sebesar -0,023. Hal ini berarti
0,023 kali.
0,021 kali.
terhadap variabel dependen. Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika
nilai sig. F > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan
Sebaliknya, jika nilai sig. F < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh yang
Tabel 4.12
Hasil Uji-F ROA
b
ANOVA
Total 1.113 59
Berdasarkan pengolahan data, diperoleh nilai Sig sebesar 0.009. Angka ini
(α)= 0.05 diperoleh Ftabel ( 3,56) = 2,758. Fhitung > Ftabel = 3,471 > 2,758 ; maka Ha
Tabel 4.13
Hasil Uji-F ROE
b
ANOVA
Total 7.267 59
Berdasarkan pengolahan data, diperoleh nilai Sig sebesar 0.000. Angka ini
a
Coefficients
dapat dinyatakan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini mengindikasikan
(α)= 0.05 diperoleh Ftabel ( 3,56) = 2,758. Fhitung > Ftabel = 8,525 > 2,758 ; maka Ha
Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. > 0,05 maka H0
diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen
terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai sig. < 0,05 maka Ha diterima,
artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen terhadap variabel
dependen. Nilai thitung juga dapat dibandingkan dengan nilai ttabel. Kriteria
Nilai thitung komisaris independen adalah 0,657 dan nilai ttabel adalah 1,671
sehingga thitung < ttabel (0,657 < 1,671). Hal ini berarti bahwa variabel komisaris
independen berpengaruh positif dan tidak signifikan (0,514 > 0,05) secara parsial
Nilai thitung komite audit adalah -1,162 (selanjutnya dimutlakkan) dan nilai ttabel
bernilai 1,671 sehingga thitung < ttabel (1,162 < 1,671). Hal ini berarti bahwa variabel
komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan (0,250 > 0,05) secara
Nilai thitung kepemililkan institusional adalah 1,238 dan nilai ttabel bernilai 1,671
sehingga thitung < ttabel (1,238 < 1,671). Hal ini berarti bahwa variabel kepemilikan
institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan (0,221 > 0,05) secara parsial
Tabel 4.15
Hasil Uji-t ROE
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Nilai thitung komisaris independen adalah 0,170 dan nilai ttabel adalah 1,671
sehingga thitung < ttabel (0,170 < 1,671). Hal ini berarti bahwa variabel komisaris
independen berpengaruh positif dan tidak signifikan (0,866 > 0,05) secara parsial
Nilai thitung komite audit adalah -0,442 (selanjutnya dimutlakkan) dan nilai ttabel
bernilai 1,671 sehingga thitung < ttabel (0,442 < 1,671). Hal ini berarti bahwa variabel
komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan (0,660 > 0,05) secara
Nilai thitung kepemililkan institusional adalah 0,115 dan nilai ttabel bernilai 1,671
sehingga thitung < ttabel (0,115 < 1,671). Hal ini berarti bahwa variabel kepemilikan
institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan (0,909 > 0,05) secara parsial
proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel independen). Apabila
nilai R2 suatu regresi (mendekati satu), maka semakin baik regresi tersebut dan
semakin mendekati nol, maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa
Tabel 4.16
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 K.Institusional,
KomisarisIndependen,
. Enter
KomiteAudit,
a
UkuranPerusahaan, DER
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ROA
Tabel 4.17
b
Variables Entered/Removed
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 K.Institusional,
KomisarisIndependen,
. Enter
KomiteAudit,
a
UkuranPerusahaan, DER
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ROE
kosong. Hal ini berarti variabel komisaris independen, komite audit, dan
Tabel 4.19
Hasil Uji Koefisien Determinasi ROA
b
Model Summary
Tabel 4.19 menunjukkan nilai R sebesar 0,493 atau 49,3%. Hal ini berarti
institusional) adalah cukup erat. Tabel 4.19 menunjukkan bahwa nilai Adjusted R
Square dalam penelitian ini sebesar 0,173 yang berarti 17,3% ROA dapat
Tabel 4.20
Hasil Uji Koefisien Determinasi ROE
b
Model Summary
Tabel 4.20 menunjukkan nilai R sebesar 0,664 atau 66,4%. Hal ini berarti
institusional) adalah erat. Tabel 4.20 menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square
dalam penelitian ini sebesar 0,389 yang berarti 38,9% ROE dapat dijelaskan oleh
4.3 Pembahasan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kemalasari (2009) yang
komisaris merupakan dewan yang bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan
fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Sikap pasif ini atau sikap
yang mengintervensi setiap kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya
semakin besar maka komunikasi antara komisaris dan direksi akan semakin rumit.
tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada di bawah dewan
jumlah dari komite audit yang diperlukan tidak perlu besar. Berdasarkan Surat
audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua. Jadi ketika
jumlah komite audit semakin banyak, dapat mengurangi efisiensi kerja serta dapat
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA perusahaan. Hal ini
Institusi sebagai lembaga formal secara teori dinilai sebagai badan yang dapat
jumlah pemegang saham institusional yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
Tabel 4.21
Jumlah Kepemilikan Institusional
Pada Tabel 4.21 dapat kita lihat bahwa jumlah kepemilikan oleh institusi
oleh institusi, namun hal ini juga disertai dengan semakin banyaknya institusi
bawah 50%. Misalnya, pada perusahaan Sekar Laut yang Jumlah Kepemilikan
Institusinya mencapai 96.04% dimiliki oleh lima institusi yaitu, Omnistar Inv. H.
Inv. Ltd (17.22%), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (12.58%).
Pasifik, persentase kepemilikan sebesar 94.597% hanya dimiliki oleh satu institusi
yaitu J Resources Mining Limited. Begitu pula pada perusahaan Petrosea yang
Tbk.
menjadi kaku dan lesu karena keterbatasan hak dalam pengambilan keputusan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasinta (2012) yang
komisaris merupakan dewan yang bersifat pasif dan tidak dapat menjalankan
fungsi pengawasannya secara efektif terhadap direksi. Sikap pasif ini atau sikap
yang mengintervensi setiap kebijakan yang diambil direksi tersebut pada akhirnya
semakin besar maka komunikasi antara komisaris dan direksi akan semakin rumit.
tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada di bawah dewan
Sesuai dengan tugas dari komite audit yang hanya sebagai pengawas, maka
jumlah dari komite audit yang diperlukan tidak perlu besar. Berdasarkan Surat
audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua. Jadi ketika
jumlah komite audit semakin banyak, dapat mengurangi efisiensi kerja serta dapat
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE perusahaan. Hal ini
perusahaan. Institusi sebagai lembaga formal secara teori dinilai sebagai badan
jumlah pemegang saham institusional yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
Tabel 4.21
Jumlah Kepemilikan Institusional
pada Beberapa Perusahaan Pertambangan
dan Perusahaaan Manufaktur
Tahun 2012
Perusahaan Pertambangan Perusahaan Manufaktur
No. K. Institusional K. Institusional
Nama Perusahaan Nama Perusahaan
(%) (%)
1. ATPK Resources 73.1 Kalbe Farma 55.37
2. Cita Mineral Investindo 96.53 Astra Otopart 50.11
3. Elnusa 71.58 Gajah Tunggal 59.01
4. Indomobil Sukses
Harum Energy 70.47 70.4
Internasional
5. Indo Tambangraya
50.88 Tiga Pilar Sejahtera 25.62
Megah
6. Mitra Investindo 83.39 Indofood 80
7. J Resources Asia Akasha Wira
94.597 91.94
Pasifik Internasional
8. Petrosea 69.80 Sekar Laut 96.04
9. Radiant Utama
77.19 Siantar Top 56.76
Interisco
10. Vale Indonesia 79.51 Mayora 33.07
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
Pada Tabel 4.21 dapat kita lihat bahwa jumlah kepemilikan oleh institusi
oleh institusi, namun hal ini juga disertai dengan semakin banyaknya institusi
bawah 50%. Misalnya, pada perusahaan Sekar Laut yang Jumlah Kepemilikan
Inv. Ltd (17.22%), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (12.58%).
Pasifik, persentase kepemilikan sebesar 94.597% hanya dimiliki oleh satu institusi
yaitu J Resources Mining Limited. Begitu pula pada perusahaan Petrosea yang
Tbk.
menjadi kaku dan lesu karena keterbatasan hak dalam pengambilan keputusan.
5.1 Kesimpulan
komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA, serta
namun dapat menjadi rujukan bagi dunia usaha dalam menerapkan Good
Corporate Governance. Saat ini Bapepam-LK sebagai otoritas pasar modal tidak
Emiten dan Perusahaan Publik diatur dalam peraturan Bapepam-LK No.IX.I.5 dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Dalam peraturan tersebut Emiten dan
komite audit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE, serta
Corporate Governance. Saat ini Bapepam-LK sebagai otoritas pasar modal tidak
Emiten dan Perusahaan Publik diatur dalam peraturan Bapepam-LK No.IX.I.5 dan
Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Dalam peraturan tersebut Emiten dan
5.2 Saran
sebagai berikut:
ROA hanya sebesar 17,3% dan profitabilitas dengan indikator ROE sebesar
38,9%.
kemungkinan bahwa hasil penelitian akan berbeda jika sektor industri yang
baik.
independen dan dependen dalam penelitian ini. Oleh karena itu, untuk
BUKU
Steger, Ulrich dan Wolfgang Amann, 2008. Corporate Governance: How to Add
Value, England, Wiley.
Situmorang, Syafrizal Helmi dan Muslich Lufti, 2012. Analisis Data untuk Riset
Manajemen dan Bisnis, USU Press, Medan.
Riandi, Dani dan Hasan Sakti Siregar, 2011. “Pengaruh Penerapan Good
Corporate Governance terhadap Return On Asset, Net Profit Margin, dan
Earning Per Share Pada Perusahaan yang Terdaftar di Corporate
Governance Perception Index, Jurnal Ekonom, Volume 14 Nomor 3 hal
127-133.
Vo, Duc dan Thuy Phan, 2013. “Corporate Governance And Firm Performance:
Empirical Evidence From Vietnam”, Open University, hal 1-19.
SITUS
Lampiran 2
Lampiran 3
1. Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .209 .185 1.132 .263
a
Coefficients
c. Uji Autokorelasi
Runs Test
Unstandardized Residual
a
Test Value -.01233
Cases < Test Value 30
Cases >= Test Value 30
Total Cases 60
Number of Runs 32
Z .260
Asymp. Sig. (2-tailed) .795
a. Median
Runs Test
Unstandardized Residual
a
Test Value .05465
Cases < Test Value 30
Cases >= Test Value 30
Total Cases 60
Number of Runs 32
Z .260
Asymp. Sig. (2-tailed) .795
a. Median
d. Uji Multikolinearitas
a
Coefficients
a
Coefficients
Valid N (listwise) 60
Total 1.113 59
b
ANOVA
Total 7.267 59
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1(Constant) -.996 .616 -1.617 .112