Anda di halaman 1dari 91

PENGARUH KARAKTER EKSEKUTIF, KOMITE AUDIT,

LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN


PENJUALAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP TAX
AVOIDANCE (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sub-Sektor
Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2013-2017)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang

Disusun oleh:
Herlina Ayudya Wibowo
NIM. B.211.15.0235

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
2019
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan


(QS Al- insyirah:5)”
“Just believe that Allah will make your way easier”

Persembahan :

Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah, saya persembahkan skripsi


ini untuk mama, bapak, dan adik saya. Tidak lupa pula untuk para
sahabat saya (Wiwit, Farida, Fita, Dyah, Sylvi, Elvira, Ovianda, Rebti,
Chori, Tika, dan semua sahabat saya yang lain yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu),dan juga saudara-saudara saya.

vii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh karakter eksekutif,


komite audit, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan
profitabilitas terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur sub-sektor food
and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling
yaitu metode pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria tertentu. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 57 perusahaan manufaktur sub-sektor
food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2013-
2017. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian ini adalah leverage dan pertumbuhan penjualan
berpengaruh terhadap tax avoidance. Sedangkan karakter eksekutif, komite audit,
ukuran perusahaan, dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Kata kunci: karakter eksekutif, komite audit, leverage, ukuran perusahaan,
pertumbuhan penjualan, profitabilitas dan tax avoidance

viii
ABSTRACT

This study aims to analyze relationship of excutive character, audit


committe, leverage, size, sales growth, and profitability toward tax avoidance at
food and beverage companies in Indonesia Stock Exchange.This research used
purposive sampling method, that is choosing sample based of certain criteria.
Sample of this research were 57 food and beverage companies listed in Indonesia
Stock Exchange during years of 2013-2017. Data analysis technique used was
multiple linier regression analysis.
The reseaerch result was leverage and sales growth effect on tax
avoidance. While excutive character, audit committe, size, and profitability has no
effect on tax avoidance.
Keywords: excutive character, audit committe, leverage, size, sales growth, and
profitability and tax avoidance.

ix
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas segara
rahmat dan hidayah-Nya sehingga proses pembuatan skripsi dengan judul
“PENGARUH KARAKTER EKSEKUTIF, KOMITE AUDIT, LEVERAGE,
UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DAN
PROFITABILITAS TERHADAP TAX AVOIDANCE (Studi Pada
Perusahaan Manufaktur Sub-Sektor Food And Beverage Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2017)” berjalan baik dan lancar.
Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya penulis mendapatkan bimbingan,
dorongan, dan pengarahan dari berbagai pihak yang terlibat. Oleh karena itu,
penulis akan mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Andi Krisdasusila, SE, MM selaku Rektor Universitas Semarang
2. Bapak Yohanes Suhardjo, SE, MSi, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Semarang dan Dosen Wali penulis
3. Ibu Dr Ardiani Ika Sulistyawati, SE, MM, Akt selaku Ketua Program
Studi Fakultas Ekonomi Universitas Semarang
4. Ibu Amerti Irvin W, SE, MSi, Akt selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan arahan serta petunjuk dalam kelancaran proses penyusunan
skripsi ini
5. Seluruh Dosen mata kuliah akuntansi yang telah memberikan ilmu dan
arahan kepada penulis dalam membuat skripsi
6. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Semarang yang
telah membantu penulis dalam menyusun skripsi
7. Keluargaku tercinta, yang telah memberikan doa, dorongan, serta
dukungan kepada penulis selama proses pembuatan skripsi
8. Sepupu-sepupuku tersayang yang selalu memberikan semangat untuk
penyusunan skripsi ini

x
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN REVISI SKRIPSI .................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN .......................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ....................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ........................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 11
2.1 Landasan Teori ....................................................................................... 11
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 19
2.3 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ................... 22
2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 29
3.1 Variabel Penelitian ................................................................................. 29
3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penentuan Sampel ......... 33
3.3 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 34
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 35
3.5 Metode Analisis ...................................................................................... 35

xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 40
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ..................................................................... 40
4.2 Analisis Data .......................................................................................... 41
4.3 Pembahasan ............................................................................................ 57
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 63
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 63
5.2 Saran ....................................................................................................... 63
5.3 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 64
5.4 Agenda Penelitian Yang Akan Datang ................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 68

xiii
DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1: Tabel hasil penelitian terdahulu


2. Tabel 2.2: Tabel penelitian terdahulu
3. Tabel 3.1: Tabel definisi operasional variabel
4. Tabel 4.1: Data hasil pemilihan sampel
5. Tabel 4.2: Hasil Analisis Statistik Deskriptif
6. Tabel 4.3: Hasil uji normalitas menggunakan one sample kolmogorov-
smirnov sebelum outlier
7. Tabel 4.4: Hasil uji normalitas menggunakan one sample kolmogorov-
smirnov setelah outlier
8. Tabel 4.5: Hasil Uji Multikolinearitas
9. Tabel 4.6: Hasil Uji Autokorelasi
10. Tabel 4.7: Hasil Analisis Regresi Berganda
11. Tabel 4.8: Hasil Uji Koefisien determinasi (R2)
12. Tabel 4.9: Hasil Uji F
13. Tabel 4.10: Hasil Uji t

xiv
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1: Gambar kerangka teoritis


2. Gambar 4.1: Gambar hasil uji heteroskedastisitas

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pajak adalah salah satu kewajiban masyarakat kepada negara dan sebagai

bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan tanah air dan negara. Pajak

merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan suatu negara. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun

2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1

merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan sumber penerimaan

negara yang paling potensial dan menempati persentase tertinggi dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dibandingkan penerimaan lainnya

(Dewinta & Setiawan, 2016). Ciri-ciri yang melekat pada definisi pajak adalah:

pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya; dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontraprestasi individual oleh pemerintah, pajak dipungut oleh negara baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah; pajak diperuntukkan bagi

pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila dari pemasukannya masih terdapat

surplus, digunakan untuk membiayai public investment (Resmi, hal. 2016).

1
2

Berkaitan dengan pembayaran pajak, terdapat perbedaan kepentingan

antara wajib pajak dan pemerintah. Bagi wajib pajak khususnya perusahaan, pajak

merupakan beban yang akan mengurangi laba yang dihasilkan oleh perusahaan,

sedangkan bagi negara pajak merupakan sumber penerimaan yang digunakan

untuk membiayai pengeluaran negara. Perbedaan yang terjadi menyebabkan

perusahaan cenderung mencari cara untuk mengurangi jumlah pajak yang

dibayarkan baik secara legal maupun ilegal (Faizah & Adhivinna, 2017). Usaha

untuk mengurangi pembayaran pajak secara ilegal disebut tax evasion, sedang

usaha untuk pembayaran pajak secara legal dapat disebut dengan penghindaran

pajak (tax avoidance). Tax avoidance adalah cara untuk menghindari pembayaran

pajak secara legal yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan cara mengurangi

jumlah pajak terutangnya tanpa melanggar aturan perpajakan atau dengan istilah

lainnya mencari kelemahan peraturan (Oktamawati, 2017).

Dalam praktik tax avoidance, wajib pajak tidak secara jelas melanggar

undang-undang atau menafsirkan undang-undang namun tidak sesuai dengan

maksud dan tujuan undang-undang. Praktik tax avoidance yang dilakukan oleh

manajemen suatu perusahaan semata-mata untuk meminimalisasi kewajiban pajak

yang dianggap legal, membuat perusahaan memiliki kecenderungan untuk

melakukan berbagai cara untuk mengurangi beban pajaknya. Oleh karena itu

persoalan tax avoidance merupakan persoalan yang unik dan rumit karena di satu

sisi tax avoidance tidak melanggar hukum, tapi disisi lain tax avoidance tidak

diinginkan oleh pemerintah (Putri & Putra, 2017).


3

Fenomena yang pernah terjadi mengenai penghindaran pajak adalah

melibatkan salah satu perusahaan dalam kelompok Coca-Cola Company, yakni

PT Coca-Cola Indonesia (CCI). PT CCI diduga mengakali pajak sehingga

menimbulkan kekurangan pembayaran pajak senilai Rp 49,24 miliar. Sekarang

kasus ini sedang dalam tahap banding di Pengadilan Pajak. PT CCI mengajukan

banding karena merasa sudah membayar pajak sesuai ketentuan. Kasus ini terjadi

untuk tahun pajak 2002, 2003, 2004, dan 2006. Hasil penelusuran Direktorat

Jenderal Pajak (DJP), Kementerian Keuangan menemukan, ada pembengkakan

biaya yang besar pada tahun itu. Beban biaya yang besar menyebabkan

penghasilan kena pajak berkurang, sehingga setoran pajaknya pun mengecil.

Beban biaya itu antara lain untuk iklan dari rentang waktu tahun 2002-

2006 dengan total sebesar Rp 566,84 miliar. Itu untuk iklan produk minuman jadi

merek Coca-Cola. Akibatnya, ada penurunan penghasilan kena pajak. Menurut

DJP, total penghasilan kena pajak CCI pada periode itu adalah Rp 603,48 miliar.

Sedangkan perhitungan CCI, penghasilan kena pajak hanyalah Rp 492,59 miliar.

Dengan selisih itu, DJP menghitung kekurangan pajak penghasilan (PPh) CCI Rp

49,24 miliar.

Bagi DJP, beban biaya ini sangat mencurigakan dan mengarah pada

praktik transfer pricing demi meminimalisir pajak. Transfer pricing merupakan

transaksi barang dan jasa antara beberapa divisi pada suatu kelompok usaha

dengan harga yang tidak wajar, sehingga beban pajak berkurang. Praktik ini bisa

dideteksi jika ada kegiatan yang tak sesuai dengan bisnis perusahaan.
4

Produk PT CCI adalah konsentrat, bukan produk minuman jadi. Namun,

mereka harus mengeluarkan biaya yang besar untuk iklan. "Biaya iklan yang

dibebankan oleh PT CCI tidak memiliki kaitan langsung dengan produk yang

dihasilkan," kata Edward Sianipar, perwakilan DJP di persidangan, Kamis (12/6).

Wajarnya, biaya iklan menjadi tanggungan perusahaan Coca-Cola lainnya. Asal

tahu saja, Coca-Cola Indonesia terbagi pada tiga perusahaan, yakni yang fokus

menangani konsentrat, pengemasan, dan distribusi.

Sementara itu, dalam persidangan ini, PT CCI diwakili Price Water House

Cooper (PWC) dengan kuasanya adalah Ay Tjhin Pan dan Mardianto. Mereka

mengajukan banding karena DJP dianggap tak konsisten melakukan pemeriksaan.

Namun, saksi ahli yang hadir di persidangan itu, yakni Zainal Arifin Muchtar,

pakal hukum Administrasi Negara, berpendapat, pemeriksaan DJP bisa saja

berbeda di setiap periode. Itu tergantung tujuan pemeriksaaan, apakah untuk

kewajaran atau kebenaran dan bukti. "Pemeriksaan kewajaran lebih dalam

dibandingkan dengan pemeriksaan kebenaran," katanya. Namun, di persidangan

itu, perwakilan PT CCI tidak memberikan bantahan ataupun tanggapan.

Selanjutnya, hakim masih akan memeriksa kasus ini sebelum menjatuhkan

putusan (Mustami, 2014).

Penelitian mengenai praktik penghindaran pajak (tax avoidance) telah

dilakukakan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Dari hasil penelitian tersebut,

didapatkan beragam variabel independen dan juga beragam hasil penelitian.

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi praktik penghindaran pajak (tax

avoidance) berdasarkan penelitian sebelumnya, yaitu:


5

Karakter eksekutif, dalam melaksanakan tugasnya sebagai pimpinan

perusahaan, eksekutif memiliki dua karakter, yaitu risk taker adalah eksekutif

yang lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis. Tipe ini memiliki dorongan

kuat untuk memiliki posisi, kesejahteraan, kewenangan yang lebih tinggi, dan

penghasilan yang lebih besar dengan bersedia menerima konsekuensi risiko yang

lebih tinggi pula (Praptidewi & Sukartha, 2016). Sedangkan eksekutif yang tidak

menyukai risiko sehingga kurang berani dalam mengambil keputusan bisnis

merupakan eksekutif yang memiliki karakter risk averse. Jika risiko perusahaan

makin tinggi maka eksekutif mempunyai karakter risk taker, dan begitu

sebaliknya (Oktamawati, 2017). Berdasarkan hasil penelitian (Praptidewi &

Sukartha, 2016), diperoleh simpulan bahwa karakteristik eksekutif yang

diproksikan melalui risiko perusahaan cenderung bersifat risk averse berpengaruh

negatif pada tax avoidance. Sedangkan penelitian dari (Oktamawati, 2017)

menyatakan bahwa karakteristik eksekutif berpengaruh positif terhadap tax

avoidance, ini artinya semakin tinggi eksekutif memiliki karakteristik risk taking

(diindikasikan dengan semakin tinggi risiko perusahaan) maka semakin tinggi tax

avoidance.

Komite audit, berdasarkan Keputusan Bursa Efek Indonesia tentang

Keputusan Direksi BEJ No.Kep-315/BEJ/06/2000 menyatakan bahwa komite

audit adalah sebuah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan yang

anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris. Komite bertugas

membantu melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap

pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan suatu perusahaan. Komite audit


6

terdiri dari 3 orang dan minimal 1 diantaranya memiliki keahlian di bidang

akuntansi atau keuangan (Mulyani, Wijayanti, & Masitoh, 2018). Hasil penelitian

dari (Oktamawati, 2017) menyatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh

terhadap tax avoidance. Sedangkan penelitian dari (Mulyani, Wijayanti, &

Masitoh, 2018) komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax

avoidance. Jumlah komite audit yang semakin banyak, maka semakin baik dalam

melakukan pengawasan tax avoidance.

Leverage juga dapat mempengaruhi praktik penghindaran pajak (tax

avoidance). Leverage merupakan penggunaan hutang baik jangka panjang

maupun pendek dalam memenuhi kebutuhan dana yang digunakan untuk

operasiaonal perusahaan selain modal kerja yang dimiliki (Faizah & Adhivinna,

2017). Leverage menunjukkan seberapa besar aset perusahaan dibiayai oleh

hutang (Dewinta & Setiawan, 2016). Hasil pengujian (Dewi & Noviari, 2017)

menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif pada penghindaran pajak. Hal

ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai utang perusahaan maka semakin

rendah praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan.

Ukuran perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dengan

tindakan pengembalian keputusan perpajakannya. Ukuran perusahaan

menunjukkan kestabilan dan kemampuan perusahaan untuk melakukan aktivitas

ekonominya. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin menjadi pusat

perhatian dari pemerintah dan akan menimbulkan kecenderungan untuk berlaku

patuh (compliances) atau menghindari pajak (tax avoidance) (Kurniasih & Sari,
7

2013). Hasil penelitian dari (Dewinta & Setiawan, 2016) menunjukkan bahwa

ukuran pereusahaan berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

Pertumbuhan penjualan (sales growth) menunjukkan perkembangan

tingkat penjualan dari tahun ke tahun (Budiman & Setiyono, 2012). Perusahaan

dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan diperoleh dengan besarnya

pertumbuhan penjualan. Peningkatan pertumbuhan penjualan cenderung akan

membuat perusahaan mendapatkan profit yang besar, maka dari itu perusahaan

akan cenderung untuk melakukan praktik tax avoidance (Dewinta & Setiawan,

2016). Berdasarkan hasil penelitian dari (Dewinta & Setiawan, 2016)

pertumbuhan penjualan berpengaruh positif terhadap tax avoidance, sedangkan

hasil penelitian dari (Oktamawati, 2017) pertumbuhan penjualan berpengaruh

negatif terhadap tax avoidance.

Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu

perusahaan. Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan suatu

perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat

penjualan, asset dan modal saham tertentu. Profitabilitas terdiri dari beberapa

rasio, salah satunya adalah return on assets (ROA) (Dewinta & Setiawan, 2016).

ROA memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang

terlepas dari pendanaan, ROA juga menunjukkan bahwa besarnya laba yang

didapat perusahaan dengan menggunakan total aset yang dimiliki (Oktamawati,

2017). Berdasarkan hasil penelitian dari (Oktamawati, 2017) profitabilitas

berpengaruh terhadap tax avoidance, ini dikarenakan perusahaan yang memiliki

ROA tinggi akan wajib untuk membayar pajak lebih tinggi sehingga manajemen
8

perusahaan memiliki kecenderungan untuk melakukan tax avoidance. Sedangkan

hasil penelitian dari (Rosalia & Sapari, 2017) menyatakan ROA tidak

berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Tabel 1.1

Hasil penelitian terdahulu

Variabel (Oktamawati (Mulya (Rosalia & (Dewinta (Dewi &


Independen Dependen , 2017) ni, Sapari, & Noviari,
Wijaya 2017) Setiawan, 2017)
nti, & 2016)
Masito
h,
2018)
Karakter Berpengaruh
eksekutif
Komite audit Tidak Berpen
berpengaruh garuh

Ukuran Berpengar
Penghindaran
perusahaan uh
pajak
Leverage Tidak Berpenga
berpengaru ruh
h
Pertumbuhan Berpengaruh Berpengar
Penjualan uh
Profitabilitas Berpengaruh Tidak
berpengaruh
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian (Oktamawati, 2017).

Perbedaan dari penelitian ini terletak pada obyek penelitian dan periode

pengamatan. Pada penelitian Mayarisa Oktamawati objek yang digunakan adalah

perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014, sedangkan dalam penelitian

ini objek yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur sub-sektor food and

beverage yang terdaftar di BEI tahun 2013-2017. Pengambilan objek penelitian

dari perusahaan manufaktur sub-sektor food and beverage karena dari tahun 2013-

2017 sub-sektor food and beverage selalu mengalami kenaikan prosentase. Tahun

2013 sub-sektor food and beverage berkontribusi pada PDB sebesar 0,17%.
9

Prosentase tersebut selalu meningkat sampai pada tahun 2017 subsektor food and

beverage berkontribusi untuk PDB sebesar 7,19% (Kementrian Perindustrian,

2018). Tahun penelitian digunakan periode tahun 2013-2017 karena periode

tersebut lebih lama dan menunjukkan lebih baru.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang dan beberapa penelitian

terdahulu, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

PENGARUH KARAKTER EKSEKUTIF, KOMITE AUDIT, LEVERAGE,

UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PENJUALAN, DAN

PROFITABILITAS TERHADAP TAX AVOIDANCE. (Studi pada

Perusahaan Manufaktur Sub-Sektor Food and Baverage yang Terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2017)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fenomena penelitian, peneliti

ingin menguji dan menganalisis kembali faktor-faktor yang mempengaruhi tax

avoidance diantaranya karakter eksekutif, komite audit, leverage, ukuran

perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas. Adapun rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengaruh karakter eksekutif terhadap tax avoidance?

2. Apakah pengaruh komite audit terhadap tax avoidance?

3. Apakah pengaruh leverage terhadap tax avoidance?

4. Apakah pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax avoidance?

5. Apakah pengaruh pertumbuhan penjualan terhadap tax avoidance?

6. Apakah pengaruh profitabilitas terhadap tax avoidance?


10

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menguju secara empiris pengaruh karakter eksekutif, komite audit, leverage,

ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas terhadap

penghindaran pajak (tax avoidance) pada perusahaan sub-sektor food and

beverage yang terdaftar di BEI

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukakan diatas, maka penelitian

ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, antara lain :

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan evaluasi kepada

pihak perusahaan sehingga dapat lebih baik lagi dalam menjauhi perilaku

penghindaran pajak

2. Bagi Akademik

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sumber

pengetahuan bagi kalangan akademik. Penelitian ini erat hubungannya dengan

mata kuliah perpajakan. Penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih jauh

lagi di penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Hubungan antara manajemen dengan pemegang saham dinamakan

hubungan keagenan (agency relationship). Hubungan tersebut akan terjadi

kapanpun seseorang (pemilik)makan mempekerjakan pihak lain (agen) untuk

mewakili kepentingan-kepentingannya (Ross, Westerfield, Jordan, Lim, & Tan,

2015). Teori keagenan menggambarkan perusahaan sebagai suatu titik temu

antara pemilik perusahaan (principal) dengan manajemen (agent). Agent

berkewajiban untuk mengelola perusahaan dengan sebaik-baiknya. Karena

memiliki tanggung jawab yang berat, agent menuntut principal untuk

mendapatkan imbalan yang sesuai dengan permintaan agent (Rosalia & Sapari,

2017). Agency conflict sendiri terbagi menjadi dua bentuk, yaitu : (1) agency

conflict antara pemegang saham dan manajer. Penyebab konflik antara manajer

dengan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan

dengan aktivitas pencarian dana dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan

bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan. (2) agency conflict antara

pemegang saham dan kreditor (Putri & Putra, 2017). Teori agensi menyatakan

adanya asimetri informasi antara agent dan principal karena agent lebih

mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang

dibandingkan principal (Handayani, 2018). Sistem perpajakan di Indonesia

menggunakan self assessment system dapat memberikan kesempatan agent untuk

11
12

menghitung penghasilan kena pajak serendah mungkin. Hal ini dilakukan agent

karena dengan melakukan manajemen pajak maka agent akan memperoleh

keuntungan tersendiri yang tidak bisa didapatkan dari kerjasama dengan principal.

2.1.2 Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) selalu berusaha untuk

memperbaharui peraturan-peraturan perpajakan untuk meningkatkan penerimaan

pajak. Namun dalam ketentuan perpajakan, masih terdapat berbagai celah

(loophole) yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan agar jumlah pajak yang

dibayar oleh perusahaan optimal dan minimum (secara keseluruhan). Optimal

disini diartikan sebagai, perusahaan tidak membayar sesuatu (pajak) yang

semestinya harus dibayar, membayar pajak dengan jumlah yang ‘paling sedikit’

namun tetap dilakukan dengan cara yang elegan dan tidak menyalahi ketentuan

yang berlaku (Puspita, Nurlaila, & Masitoh, 2018).

Tax avoidance adalah suatu usaha pembayaran pajak secara legal yang

sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (Oktamawati, 2017).

Penghindaran pajak (Tax Avoidance) adalah usaha yang dilakukan oleh wajib

pajak untuk mengurangi beban pajak yang harus ditanggung dengan

memanfaatkan kelemahan-kelemahan peraturan perundang-undangan (Ngadiman

& Puspitasari, 2014).

Tax avoidance dilakukan untuk berbagai aspek perpajakan yang bersifat

legal karena tujuannya untuk meminimalkan beban dan pembayaran pajak atau

memaksimalkan penghasilan setelah pajak. Semakin cepatnya pertumbuhan suatu

negara maka akan banyak pula perusahaan atau badan usaha asing yang
13

melakukan investasi pada negara tersebut dengan tujuan untuk mendapatkan laba

yang sangat maksimal (Marfirah & Syam, 2016).

Adapun cara untuk melakukan tax avoidance menurut (Oktamawati, 2017) adalah

sebagai berikut:

1. Memindahkan subjek pajak dan/atau objek pajak ke negara-negara yang

memberikan perlakuan pajak khusus atau keringanan pajak (tax haven

country) atas suatu jenis penghasilan (substantive tax planning).

2. Usaha penghindaran pajak dengan mempertahankan substansi ekonomi dari

transaksi melalui pemilihan formal yang memberikan beban pajak yang

paling rendah (Formal tax planning).

3. Ketentuan anti avoidance atas transaksi transfer pricing, thin capitalization,

treaty shopping, dan controlled foreign corporation (Specific Anti Avoidance

Rule), serta transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis (General Anti

Avoidance Rule).

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tax Avoidance

 Karakter Eksekutif

Penghindaran pajak yang dilakukan perusahaan tentu saja melalui

kebijakan yang diambil oleh pemimpin perusahaan itu sendiri. Dimana

pimpinan perusahaan sebagai pengambil keputusan dan kebijakan dalam

perusahaan tentu memiliki karakater yang berbeda-beda (Dewi & Jati, 2014).

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan, eksekutif

memiliki dua karakter, yaitu risk taker adalah eksekutif yang lebih berani

dalam mengambil keputusan bisnis (Praptidewi & Sukartha, 2016), dan risk
14

averse adalah eksekutif yang tidak menyukai risiko sehingga kurang berani

dalam mengambil keputusan bisnis. Risiko perusahaan (corporate risk) adalah

cerminan kebijakan yang diambil pimpinan perusahaan. Kebijakan yang

diambil pimpinan perusahaan dapat mengindikasikan apakah pimpinan

mempunyai karakter risk taker atau risk averse (Oktamawati, 2017).

Risiko perusahaan menggambarkan perilaku menyimpang. Tipe

manajer risk taker umumnya memiliki keinginan dapat mendatangkan arus kas

yang besar untuk memenuhi tujuan pemilik perusahaan agar mendapat arus kas

dari operasi perusahaan. Arus kas yang tinggi akan didapatkan dari aktivitas

tax avoidance dengan memperbesar tax saving. Oleh karena itu manajemen

dengan karakter risk taker akan berupaya menaikkan pendapatan perusahaan

(Oktamawati, 2017). Semakin tinggi risiko suatu perusahaan, maka eksekutif

cenderung bersifat risk taker. Sebaliknya, semakin rendah risiko suatu

perusahaan, maka eksekutif cenderung bersifat risk averse (Dewi & Jati, 2014).

 Komite Audit

Berdasarkan Keputusan Bursa Efek Indonesia tentang Keputusan Direksi

BEJ No.Kep-315/BEJ/06/2000 menyatakan bahwa komite audit adalah sebuah

komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan yang anggotanya

diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris. Komite audit terdiri dari 3

orang dan minimal 1 diantaranya memiliki keahlian di bidang akuntansi atau

keuangan (Mulyani, Wijayanti, & Masitoh, 2018).

Menurut (Oktamawati, 2017) BAPEPAM mewajibkan komite audit

mempunyai pedoman kerja komite audit. Menurut aturan BAPEPAM


15

mengenai tugas dan tanggung jawab komite audit berdasarkan Kep. No.

29/PM/2004 sebagai berikut:

1. Melaksanakan penelaahan informasi keuangan yang akan diterbitkan

perusahaan.

2. Melaksanakan penelaahan atas kepatuhan perusahaan terhadap aturan

undangundang di pasar modal dan aturan undang-undang lainnya yang

berkaitan dengan kegiatan perusahaan.

3. Melakukan penelaahan atas pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor

internal.

4. Melaporkan pada komisaris mengenai risiko yang dihadapi perusahaan dan

kegiatan manajemen risiko yang dilakukan oleh direksi.

5. Melaksanakan penelaahan dan melaporkan pada dewan komisaris tentang

pengaduan yang ditunjukan kepada perusahaan.

6. Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.

 Leverage

Menurut (Martono & Harjito, 2005) leverage dalam pengertian bisnis

mengacu pada pengunaan aset dan sumber dana (sources of fund) oleh

perusahaan dimana dalam penggunaan aset atau dana tersebut perusahaan

harus mengeluarkan biaya tetap atau beban terhadap penggunaan aset atau dana

tersebut pada akhirnya dimaksudkan untuk meningkatkan keuntungan potensial

bagi pemegang saham. Dalam suatu perusahaan dikenal 2 macam leverage,

yaitu leverage operasi (operating leverage) dan leverage keuangan (financial

leverage). Penggunaan kedua leverage ini dengan tujuan agar keuntungan yang
16

didapat lebih besar daripada biaya aset dan sumber dananya. Dengan demikian

penggunaan leverage akan meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham.

Sebaliknya leverage juga dapat meningkatkan risiko keuntungan. Jika

perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih rendah dari biaya tetapnya

maka penggunaan leverage akan menurunkan keuntungan pemegang saham.

Leverage merupakan bagian dari rasio keuangan yang menggambarkan

hubungan antara utang terhadap modal maupun aset perusahaan. Leverage

menunjukkan seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar

dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (Faizah &

Adhivinna, 2017). Leverage adalah rasio yang dapat mengukur seberapa jauh

perusahaan menggunakan utangnya untuk membiayai aktivitas operasi

perusahaan. Leverage menunjukkan hubungan antara total asset dengan modal

saham biasa dan menunjukkan penggunaan utang untuk meningkatkan laba

perusahaan (Oktamawati, 2017).

 Ukuran Perusahaan

Perusahaan merupakan wajib pajak, sehingga ukuran perusahaan dianggap

mampu mempengaruhi cara sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban

pajaknya dan merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya tax

avoidance. Secara umum ukuran perusahaan (organization size) dapat diartikan

sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu objek (Dewi & Noviari,

2017). Perusahaan besar lebih cenderung memanfaatkan sumber daya yang

dimilikinya daripada menggunakan pembiayaan yang berasal dari utang.

Perusahaan besar akan menjadi sorotan pemerintah, sehingga akan


17

menimbulkan kecenderungan bagi para manajer perusahaan untuk berlaku

agresif atau patuh. Tahap kedewasaan perusahaan ditentukan berdasarkan total

aktiva, semakin besar total aktiva menunjukkan bahwa perusahaan memiliki

prospek baik dalam jangka waktu yang relatif panjang (Kurniasih & Sari,

2013).

Ukuran perusahaan adalah suatu skala atau nilai dimana perusahaan dapat

diklasifikasikan besar kecilnya berdasarkan total aktiva, log size, nilai saham

dan lain sebagainya. Besar (ukuran) perusahaan dapat dinyatakan dalam total

aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar (Hormati, 2009). Ukuran perusahaan

umumnya dibagi dalam 3 kategori, yaitu large firm, medium firm, dan small

firm (Puspita, Nurlaila, & Masitoh, 2018) .

 Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan dapat diukur dengan berdasarkan perubahan total

penjualan perusahaan (Oktamawati, 2017). Perusahaan dapat mengoptimalkan

dengan baik sumber daya yang ada dengan melihat penjualan dari tahun

sebelumnya. Pertumbuhan penjualan memiliki peranan yang penting dalam

manajemen modal kerja. Penelitian ini menggunakan pengukuran pertumbuhan

penjualan karena dapat menggambarkan baik atau buruknya tingkat

pertumbuhan penjualan suatu perusahaan. Perusahaan dapat memprediksi

seberapa besar profit yang akan diperoleh dengan besarnya pertumbuhan

penjualan. Peningkatan pertumbuhan penjualan cenderung akan membuat

perusahaan mendapatkan profit yang besar, maka dari itu perusahaan akan
18

cenderung untuk melakukan praktik tax avoidance (Dewinta & Setiawan,

2016).

Pertumbuhan penjualan dapat dihitung dengan mengurangkan

pertumbuhan penjualan pada tahun yang diteliti dengan pertumbuhan penjualan

tahun sebelumnya kemudian dibagi dengan pertumbuhan penjualan pada tahun

yang diteliti. Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penjualan adalah

perubahan penjualan pada laporan keuangan per tahun yang dapat

mencerminkan prospek perusahaan dan profitabilitas di masa yang akan datang.

Apabila profitabilitas perusahaan meningkat maka pertumbuhan penjualan pun

akan meningkat dan kinerja perusahaan semakin baik, karena dengan semakin

meningkatnya profitabilitas perusahaan, semakin meningkat pula laba suatu

penjualan yang dapat mendorong peningkatan pertumbuhan penjualan dari

tahun ke tahun

 Profitabilitas

Return On Asset (ROA) merupakan salah satu indikator keberhasilan

perusahaan untuk menghasilkan laba sehingga semakin tinggi profitabilitas

maka semakin tinggi kemampuan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan.

Kemampuan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasi merupakan

fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan. Laba menjadi indikator

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan

investor, serta merupakan bagian dalam proses penciptaan nilai perusahaan

berkaitan dengan prospek perusahaan di masa depan. Return On Asset (ROA)

dapat mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan


19

menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan

biaya yang digunakan untuk mendanai aset tersebut seperti biaya

pengembangan dan pengelolaan karyawan dalam meningkatkan intellectual

(Rachmawati, 2012)

Return On Asset (ROA) merupakan cara yang digunakan untuk

menghitung profitabilitas. ROA merupakan teknik analisis yang sering

digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan

(Faizah & Adhivinna, 2017). ROA merupakan ukuran keuntungan bersih yang

didapat dari hasil menggunakan aktiva. Semakin besar rasio, semakin baik

kemampuan menghasilkan aset dalam memperoleh keuntungan bersihnya

(Oktamawati, 2017).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tax avoidance telah

dilakukan oleh beberapa pihak dan menghasilkan hasil yang berbeda-beda.

Penelitian terdahulu menjelaskan yang hasil penelitian oleh peneliti terdahulu dan

berhubungan dengan penelitian ini. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh

(Dewinta & Setiawan, 2016), (Dewi & Noviari, 2017), (Oktamawati, 2017),

(Rosalia & Sapari, 2017), dan (Mulyani, Wijayanti, & Masitoh, 2018).

Penelitian dari (Dewinta & Setiawan, 2016), (Dewi & Noviari, 2017),

(Oktamawati, 2017) menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar

di BEI, sedangkan penelitian (Rosalia & Sapari, 2017) menggunakan sampel

perusahaan BUMN terdaftar di BEI, dan (Mulyani, Wijayanti, & Masitoh, 2018)
20

menggunakan sampel perusahaan pertambangan terdaftar di BEI. Kelima peneliti

tersebut semuanya menggunakan metode analisis regresi linear berganda.

Penelitian terdahulu dapat diringkas dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan Sampel dan Variabel dan Hasil


Tahun Periode Metode Analisis
Penelitian
1 (Dewinta & Sampel: 176 Variabel Dependen: Dari hasil
Setiawan, 2016) perusahaan Tax Avoidance penelitian variabel
manufaktur ukuran perusahaan,
yang terdaftar di Variabel umur perusahaan,
BEI Independen: profitabilitas, dan
Ukuran perusahaan, pertumbuhan
Periode umur perusahaan, penjualan
penelitian: profitabilitas, berpengaruh
2011-2014 leverage, dan positif terhadap
pertumbuhan Tax Avoidance.
penjualan. Sedangkan variabel
leverage tidak
Metode analisis: berpengaruh
Regresi linear terhadap Tax
berganda Avoidance
2 (Dewi & Sampel: 36 Variabel Dependen: Hasil penelitian
Noviari, 2017) perusahaan Tax Avoidance mengungkapkan
yang terdaftar di bahwa variabel
BEI Variabel ukuran perusahaan,
Independen: ukuran leverage,
Periode perusahaan, profitabilitas, dan
penelitian: leverage, pengungkapan
2013-2015 profitabilitas, dan corporate social
corporate social responsibility
responsibility. berpengaruh
terhadap Tax
Metode Analisi: Avoidance
Regresi linear
berganda
3 (Oktamawati, Sampel: 540 Variabel Dependen: Hasil penelitian
2017) perusahaan Tax Avoidance mengungkapkan
yang terdaftar di bahwa variabel
BEI Variabel karakter eksekutif,
Independen: ukuran perusahaan,
21

No Peneliti dan Sampel dan Variabel dan Hasil


Tahun Periode Metode Analisis
Penelitian
Periode karakter eksekutif, leverage,
penelitian: komite audit, pertumbuhan
2010-2014 ukuran perusahaan, penjualan, dan
leverage, profitabilitas
pertumbuhan berpengaruh
penjualan, dan terhadap tax
profitabilitas. avoidance.
Sedangkan variabel
Metode Analisi: komite audit tidak
Regresi linear berpengaruh
berganda terhadap tax
avoidance
4 (Rosalia & Sampel: 64 Variabel Dependen: Hasil penelitiannya
Sapari, 2017) perusahaan Penghindaran Pajak adalah variabel
BUMN yang (Tax Avoidance) profitabilitas,
terdaftar di BEI likuiditas, dan
Variabel corporate
Periode Independen: governance
penelitian: profitabilitas, (kualitas audit)
2012-2015 likuiditas, dan tidak berpengaruh
Corporate terhadap tax
Governance avoidance.
(kepemilikan Sedangkan variabel
institusional, corporate
komisaris governance
independen, (kepemilikan
kualitas audit, dan institusional,
komite audit). komisaris
independen, dan
Metode Analisi: komite audit)
Regresi linear berpengaruh
berganda terhadap tax
avoidance.

5 (Mulyani, Sampel: 46 Variabel Dependen: Hasil penelitian


Wijayanti, & perusahaan Tax Avoidance mengungkapkan
Masitoh, 2018) pertambangan bahwa variabel
yang tetrdaftar Variabel kepemilikan
di BEI Independen: institusional, dewan
Corporate komisaris
Periode Governance independen dan
penelitian: (kepemilikan komite audit
2014-2016 institusional, dewan berpengaruh
komisaris terhadap tax
independen, komite avoidance.
audit, dan kualitas Sedangkan variabel
audit) kualitas audit tidak
22

No Peneliti dan Sampel dan Variabel dan Hasil


Tahun Periode Metode Analisis
Penelitian
Metode Analisis: berpengaruh
Regresi linear terhadap tax
berganda avoidance.
Sumber: disarikan dari berbagai jurnal

2.3 Hubungan Logis Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

Pada bagian ini akan diuraikan hipotesis-hipotesis penelitian yang

dilengkapi oleh argumentasi yang mendasari penentuan hipotesis. Dalam

penelitian initerdapat enam hipotesis, yaitu:

2.3.1 Pengaruh Karakter Eksekutif terhadap Tax Avoidance

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pimpinan perusahaan, eksekutif

memiliki dua karakter, yaitu risk taker adalah eksekutif yang lebih berani dalam

mengambil keputusan bisnis (Praptidewi & Sukartha, 2016), dan risk averse

adalah eksekutif yang tidak menyukai risiko sehingga kurang berani dalam

mengambil keputusan bisnis. Karakter eksekutif dapat diketahui menggunakan

risiko perusahaan. Risiko perusahaan menggambarkan perilaku menyimpang.

Tipe manajer risk taker umumnya memiliki keinginan dapat mendatangkan arus

kas yang besar untuk memenuhi tujuan pemilik perusahaan agar mendapat arus

kas dari operasi perusahaan. Arus kas yang tinggi akan didapatkan dari aktivitas

tax avoidance dengan memperbesar tax saving. Oleh karena itu manajemen

dengan karakter risk taker akan berupaya menaikkan pendapatan perusahaan

(Oktamawati, 2017).

Penelitian dari (Oktamawati, 2017) mengungkapkan bahwa karakter

eksekutif berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Semakin tinggi risk taking

maka semakin tinggi tax avoidance. Hasil penelitian tersebut juga konsisten
23

dengan penelitian dari (Budiman & Setiyono, 2012) bahwa karakter eksekutif

berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Dari teori dan penjelasan peneliti

terdahulu diatas, hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H1: Karakter eksekutif berpengaruh terhadap tax avoidance

2.3.2 Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance

Sejak direkomendasikan Corporate Governance di Bursa Efek Indonesia

(BEI), komite audit telah menjadi komponen umum dalam struktur Corporate

Governance (CG) perusahaan public. Komite audit merupakan salah satu bagian

dari manajemen perusahaan yang berpengaruh secara signifikan dalam penentuan

kebijakan perusahaan. Anggota komite audit dengan keahlian akuntansi atau

keuangan lebih mengerti celah dalam peraturan perpajakan dalam cara yang dapat

menghindari resiko deteksi, sehingga dapat memberikan saran yang berguna

untuk penghindaran pajak (Puspita & Harto, 2014).

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Fadhilah, 2014)

menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh signifikan terhadap penghindaran

pajak. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Mulyani, Wijayanti, &

Masitoh, 2018) yang mengungkapkan bahwa komite audit berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tax avoidance. Jumlah komite audit yang semakin banyak,

maka semakin baik dalam melakukan pengawasan tax avoidance. Berdasarkan

teori dan penelitian terdahulu, diduga terdapat hubungan antara komite audit

dengan penghindaran pajak sehingga dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

H2 : Komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance.


24

2.3.3 Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance

Leverage merupakan bagian dari rasio keuangan yang menggambarkan

hubungan antara utang terhadap modal maupun aset perusahaan. Leverage

menunjukkan seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar

dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (Faizah &

Adhivinna, 2017). Menurut (Ngadiman & Puspitasari, 2014) leverage adalah

penggunaan dana dari pihak eksternal berupa hutang untuk membiayai investasi

atau aset perusahaan. Penambahan hutang akan mengakibatkan munculnya beban

bunga yang harus dibayarkan perusahaan. Beban bunga akan mengurangi laba

sebelum pajak perusahaan, sehingga mengurangi pajak yang harus dibayarkan

oleh perusahaan.

Hasil penelitian dari (Oktamawati, 2017) mengungkapkan bahwa leverage

berpegaruh positif terhadap tax avoidance, semakin tinggi leverage maka semakin

tinggi tax avoidance. Leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance karena

utang yang mengakibatkan munculnya beban bunga dapat menjadi pengurang

laba kena pajak, sedangkan dividen yang berasal dari laba ditahan tidak dapat

menjadi pengurang laba. Dari teori dan penjelasan peneliti diatas, hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

H3: Leverage berpengaruh terhadap Tax Avoidance.

2.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Tax Avoidance

Menurut (Ngadiman & Puspitasari, 2014) penentuan ukuran perusahaan

didasarkan pada total aset perusahaan. Semakin besar total aset maka

menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik dalam jangka waktu yang
25

panjang. Perusahaan dengan aset yang besar menggambarkan bahwa perusahaan

lebih stabil dan lebih mampu dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan

perusahaan dengan total aset yang kecil. Apabila aset yang dimiliki perusahaan

besar, maka laba yang dihasilkan juga akan besar. Laba yang besar dan stabil akan

cenderung mendorong perusahaan untuk melakukan praktik penghindaran pajak

(tax avoidance) karena laba yang besar akan menyebabkan beban pajak yang

besar pula (Dewinta & Setiawan, 2016). Berdasarkan teori agensi, sumber daya

yang dimiliki oleh perusahaan dapat digunakan oleh agent untuk memaksimalkan

kompensasi kinerja agent, yaitu dengan cara menekan beban pajak perusahaan

untuk memaksimalkan kinerja perusahaan (Dewinta & Setiawan, 2016).

Penelitian yang dilakukan (Dewinta & Setiawan, 2016) mengungkapkan

bahwan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance artinya semakin

besar ukuran perusahaan, maka semakin tinggi aktivitas tax avoidance di

perusahaan yang disebabkan karena perusahaan dengan jumlah total aset yang

relatif besar cenderung lebih mampu dan lebih stabil dalam menghasilkan laba.

Kondisi tersebut menimbulkan peningkatan jumlah beban pajak sehingga

mendorong perusahaan untuk melakukan praktik tax avoidance. Dari teori dan

penjelasan terdahulu, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H4: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance.

2.3.5 Pertumbuhan Penjualan terhadap Tax Avoidance

Apabila suatu perusahaan memiliki pertumbuhan penjualan dari tahun ke

tahun mengalami peningkatan, maka perusahaan tersebut memiliki prospek yang

baik. Jika tingkat penjualan bertambah, maka penghindaran pajaknya meningkat.


26

Hal tersebut terjadi karena jika penjualan meningkat, laba yang dihasilkan juga

meningkat lalu berdampak pada semakin tingginya biaya pajak yang harus

dibayar. Oleh karena itu, perusahaan melakukan penghindaran pajak agar beban

pajak perusahaan tidak tinggi (Oktamawati, 2017).

Hasil penelitian dari (Purwanti & Sugiyarti, 2017) mengungkapkan bahwa

pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap tax avoidance. Dikatakan

pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap tax avoidance, karena semakin

besar penjualan semakin besar pendapatan atau laba yang didapatkan dan semakin

besar laba maka akan semakin besar pula beban pajak yang ditanggung

perusahaan. Oleh karena itu, penjualan memiliki pengaruh yang signifikan atas

terjadinya tindakan penghindaran pajak (tax avoidance). Dari penjelasan diatas,

dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H5: Pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap tax avoidance

2.3.6 Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance

Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Rasio

ini paling sering disoroti dalam analisis laporan keuangan karena mampu

menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Dewinta

& Setiawan, 2016). Profitabilitas merupakan gambaran kinerja keuangan

perusahaan dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dihitung

dengan Return On Assets (ROA). Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin besar

juga laba yang diperoleh perusahaan. Ketika laba yang diperoleh membesar, maka

jumlah pajak penghasilan akan meningkat sesuai dengan peningkatan laba

perusahaan sehingga perusahaan kemungkinan melakukan tax avoidance untuk


27

menghindari peningkatan jumlah beban pajak (Dewi & Noviari, 2017). Teori

agensi akan memacu para agent untuk meningkatkan laba perusahaan. Ketika laba

yang diperoleh membesar, maka jumlah pajak penghasilan akan meningkat sesuai

dengan peningkatan laba perusahaan sehingga perusahaan kemungkinan

melakukan tax avoidance untuk menghindari peningkatan jumlah beban pajak.

Agent dalam teori agensi akan berusaha mengelola beban pajaknya agar tidak

mengurangi kompensasi kinerja agent sebagai akibat dari berkurangnya laba

perusahaan oleh beban pajak. Perusahaan mampu mengelola asetnya dengan baik

sehingga memperoleh keuntungan dari insentif pajak dan kelonggaran pajak

lainnya sehingga perusahaan tersebut terlihat melakukan tax avoidance (Dewinta

& Setiawan, 2016).

Hasil penelitian dari (Oktamawati, 2017) mengungkapkan bahwa

Profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance karena perusahaan yang

memiliki ROA tinggi berarti mampu melakukan operasinya dengan efisien dan

oleh pemerintah hal ini akan dihargai dengan memberikan tarif pajak efektif yang

lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang melakukan operasinya

dengan kurang efisien (tax subsidy). Dengan kata lain, perusahaan yang memiliki

ROA tinggi akan wajib untuk membayar pajak lebih tinggi sehingga manajemen

perusahaan memiliki kecenderungan untuk melakukan tax avoidance, bahkan

mengurangi kemungkinan dilakukannya tax avoidance. Dari teori dan penjelasan

peneliti terdahulu diatas, hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

H6: Profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance


28

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi tax avoidance. melalui gambaran kerangka pemikiran berikut,

diharapkan variabel independen yang terdiri dari karakter eksekutif, komite audit,

leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan profitabilitasakan

berpengaruh terhadap tax avoidance. dibawah ini digambarkan hubungan dari

masing-masing variabel.

Karakter Eksekutif
(X1)

H1
Komite Audit (X2)
H2

Leverage (X3) H3

Tax Avoidance (Y)

H4
Ukuran Perusahaan
(X4)

H5
Pertumbuhan Penjualan
(X5)

H6

Profitabilitas (X6)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian

3.1.1 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah penghindaran pajak (tax avoidance). Variabel independen

yang akan diteliti antara lain jumlah karakter eksekutif, leverage, ukuran

perusahaan, pertumbuhan panjualan, dan profitabilitas.

3.1.1.1 Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu tax avoidance.

Pengukuran tax avoidance dalam penelitian ini menggunakan cash effective tax

rate (CETR). CETR adalah kas yang dikeluarkan untuk biaya pajak dibagi dengan

laba sebelum pajak (Budiman & Setiyono, 2012). Pengukuran ini digunakan

karena dapat lebih menggambarkan adanya aktivitas tax avoidance (Oktamawati,

2017).

3.1.1.2 Variabel Inpenden (Variabel Bebas)

 Karakter Eksekutif

Karakter eksekutif adalah karakter pemimpin perusahaan yang dicirikan

dengan risk taking atau risk averse. Karakter eksekutif diukur menggunakan

risiko perusahaan yang dimiliki perusahaan, yaitu penyimpangan atau standar

deviasi dari laba perusahaan baik yang bersifat kurang direncanakan maupun

29
30

direncanakan (Oktamawati, 2017). Risiko perusahaan diukur menggunakan

standar deviasi EBITDA (Earning Before Income Tax, Depreciation, and

Amortization) dibagi total aktiva perusahaan (Paligorova, 2010).

Karakter eksekutif =

∑ ∑
Standart deviasi =
 Komite Audit

Komite Audit adalah sebuah komite yang bertanggung jawab mengawasi

audit eksternal perusahaan dan merupakan kontak utama antara auditor

dengan perusahaan (Mulyani, Wijayanti, & Masitoh, 2018). Indikator yang

digunakan untuk mengukur komite audit adalah jumlah anggota komite audit

pada perusahaan (Oktamawati, 2017).

Komite audit = ∑ komite audit

 Leverage

Leverage adalah bagian dari rasio keuangan yang menggambarkan hubungan

antara utang terhadap modal maupun aset perusahaan. Leverage diukur

menggunakan rurmus DER (Debt To Equity Ratio). Rasio DER digunakan

untuk membandingkan jumlah hutang terhadap ekuitas.


DER= ∑
.

 Ukuran Perusahaan

Perusahaan merupakan wajib pajak, sehingga ukuran perusahaan dianggap

mampu mempengaruhi cara sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban

pajaknya. Ukuran perusahaan ditunjukkan melalui log total aset dengan


31

tujuan untuk menyamakan dengan variabel lain, karena nilai total aset

perusahaan relatif lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel lain

dalam penelitian ini. Ukuran perusahaan dirumuskan sebagai berikut:

Ukuran perusahaan = LN (total aset)

 Pertumbuhan Penjualan

Pertumbuhan penjualan diartikan sebagai kenaikan jumlah penjualan dari

waktu ke waktu atau dari tahun ke tahun (Kennedy, Azlina, & Suzana, 2010).

Pertumbuhan penjualan merupakan aktivitas yang memiliki peranan penting

dalam manajemen modal kerja, hal tersebut disebabkan karena perusahaan

dapat memprediksi seberapa besar profit yang akan diperoleh dengan

besarnya pertumbuhan penjualan. Rumus yang digunakan adalh sebagai

berikut:

Pertumbuhan penjualan =

 Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

Profitabilitas diukur menggunakan Return On Asset (ROA), yaitu

perbandingan antara laba bersih dengan total aset pada akhir periode.

ROA =

3.1.2 Definisi Operasional

Dalam definisi operasional variabel ini, akan dibahas mengenai beberapa

hal atau istilah yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu :


32

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No Nama Variabel Definisi Variabel Indikator sumber

1 Tax Avoidance Tax avoidance diukur (Oktama


(CETR) menggunakan Cash wati,
Effective Tax Rate CETR = 2017)
(CETR), yaitu
pembayaran pajak secara
kas atas laba perusahaan
sebelum pajak
penghasilan.
2 Karakter Dalam melaksanakan (Paligor
Eksekutif tugasnya sebagai ova,
pimpinan perusahaan, Karakter Eksekutif = 2010)
eksekutif memiliki dua
karakter, yaitu risk taker
adalah eksekutif yang
lebih berani dalam
mengambil keputusan Satndar deviasi =
bisnis, dan risk averse ∑ ∑
adalah eksekutif yang
tidak menyukai risiko
sehingga kurang berani
dalam mengambil
keputusan bisnis
3 Komite Audit Komite Audit adalah (Mulyan
sebuah komite yang i,
bertanggung jawab Wijayan
mengawasi audit Komite audit = ∑ komite ti, &
eksternal perusahaan dan audit Masitoh,
merupakan kontak utama 2018)
antara auditor dengan
perusahaan
4 Leverage Leverage adalah salah (Putri &
satu rasio keuangan yang Putra,
menggambarkan DER (Debt To Equity 2017)
hubungan antara hutang Ratio)=
perusahaan terhadap
modal maupun asset ∑
perusahaan.

5 Ukuran Ukuran perusahaan (Faizah
Perusahaan adalah skala yang dapat &
mengklasifikasikan Ukuran Perusahaan = LN Adhivin
perusahaan menjadi (Total Aset) na,
perusahaan besar dan 2017)
33

No Nama Variabel Definisi Variabel Indikator Sumber


kecil menurut berbagai
cara seperti total aktiva
atau total aset perusahaan,
nilai pasar saham, rata-
rata tingkat penjualan,
dan jumlah penjualan
6 Pertumbuhan Pertumbuhan penjualan Pertumbuhan penjualan = (Puspita,
Penjualan (sales growth) Nurlaila,
mencerminkan &
kemampuan perusahaan Masitoh,
untuk meningkatkan 2018)
penjualannya dari waktu
ke waktu.
7 Profitabilitas Variabel profitabilitas (Rosalia
mwnggunakan ROA, ROA = &
yaitu Ukuran kemampuan Sapari,
perusahaan dalam 2017)
menghasilkan laba.
Sumber : Disarikan dari berbagai jurnal

3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi, dan Penentuan Sampel

3.2.1 Objek Penelitian dan Unit Sampel

Objek penelititan adalah keseluruhan dari segala gejala yang terdapat di

sekitar kehidupan. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan

food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017.

Unit sampel adalah satu elemen atau sekelompok elemen yang menjadi

dasar untuk dipilih menjadi sampel. Unit sampel yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah berupa data sekunder yaitu laporan keuangan yang diperlukan dalam

pengolahan data.

3.2.2 Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang

mempunyai karakteristik tertentu. Anggota populasi juga disebut dengan elemen

populasi (Indriantoro & Supomo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah
34

semua perusahaan yang tercatat dalam subsektor food and beverage yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017. Perusahaan yang menjadi sampel akan

dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan

kriteria tertentu. Adapun kriteria dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan subsektor food and beverage yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2013-2017.

2. Perusahaan subsektor food and beverage yang tidak delisting dari Bursa Efek

Indonesia selama periode 2013-2017.

3. Perusahaan subsektor food and beverage yang menyajikan Laporan Tahunan

yang lengkap selama periode 2013-2017.

4. Perusahaan yang menghasilkan laba secara berturut-turut pada tahun 2013-

2017.

5. Laporan Keuangan menggunakan mata uang rupiah

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Dalam penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder

adalah data yang diperoleh dari pihak ketiga dan biasanya dalam bentuk angka.

Jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berupa

laporan keuangan.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari situs www.idx.co.id.

Sumber pendukung lainnya diperoleh dari jurnal yang diperlukan dan sumber-

sumber lain yang dapat digunakan dalam penelitian ini.


35

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh melalui metode dokumentasi,

dimana peneliti mengambil data tersebut dari pihak ketiga (dalam hal ini melalui

www.idx.co.id). Data tersebut berupa Laporan Keuangan perusahaan manufaktur

sub-sektor food and beverage tahun 2013-2017.

3.5 Metode Analisis

Menurut (Gozali, 2012) analisis data penelitian ini adalah analisis

kuantitatif. Analisis kuantitatif merupakan bentuk analisa yang berupa angka-

angka dan dengan menggunakan perhitungan statistik untuk menganalisis suatu

hipotesis. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan cara mengumpulkan data

yang dibutuhkan, kemudian mengolahnya dan menyajikannya dalam bentuk tabel,

grafik, dan output analisis lain yang digunakan untuk menarik kesimpulan sebagai

dasar pengambilan keputusan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear

berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan karena variabel independen

dalam penelitian ini lebih dari 1. Analisis regresi linear berganda merupakan uji

yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen (Dewinta & Setiawan, 2016).

3.5.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan seacar ringkas

variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian statistik deskriptif

dilakukan untuk mengetahui nilai mean, maksimum, minimum dan standar

deviasi. Dengan menggunakan statistik deskriptif data dapat tersaji dengan

ringkas sehingga dapat terlihat ukuran persebaran datanya normal atau tidak.
36

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan pengujian atas kelayakan model regresi.

Dalam penelitian ini, uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji

heterokedastisitas, uji autokorelasi, dan uji multikolinearitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji t dan F

mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi

ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Uji statistik Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi apakah residual normal

atau tidak, seperti yang digunakan dalam penelitian ini. Model regresi

dikatakan mematuhi asumsi normalitas apabila nilai Kolmogorov-Smirnov

tidak signifikan atau lebih besar dari 0,05 (Gozali, 2012).

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji keberadaan korelasi antara

variabel independen dan model regresi. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi di antara variabel independennya (Gozali, 2012).

Apabila nilai tolerance > 0,1 atau sama dengan nilai VIF < 10, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonearitas pada model regresi.

3. Uji Heterokedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam

medel regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain dalam model regresi. Uji heteroskedastisitas dilakukan


37

dengan cara melihat tabel scatterplot pada uji glejser antara standardized

predicted value (ZPRED) dengan studentized residual (SRESID). Apabila

tidak ada pola yang jelas seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi akan terjadi apabila munculya suatu data dipengaruhi oleh

data sebelumnya. Dengan kata lain, pengujian ini dimaksudkan untuk melihat

adanya hubungan antara data (observasi) satu dengan data yang lainnya

dalam satu variabel. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat

digunakan metode grafik maupun uji Durbin Waston (DW). Pengambilan ada

tidaknya autokorelasi antara lain :

 Bila nilai DW teletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du)

maka koefisien autokorelasinya sama dengan nol, berarti tidak ada

autokorelasi.

 Bilai nilai DW lebih rendah dari batas bawah atau lower bound (dl) maka

koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi

positif.

 Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasinya

lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

 Bila nilai DW terletaak antara batas atas (du) dan dibawah atas bawah (dl)

atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl) maka hasilnya tidak dapat

disimpulkan.
38

3.5.3 Analisis Regresi Berganda

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda.

Metode regresi linear berganda yaitu metode statistik untuk menguji pengaruh

antara beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi

linear berganda menggunakan aplikasi SPSS 16. Persamaan yang digunakan

untuk analisis regresi linear berganda adalah:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e

Keterangan:

Y = Cash Effective Tax Rate (CETR)

α = Nilai Konstanta

β1 = Koefisien regresi karakter eksekutif

β2 = Koefisien regresi komite audit

β3 = Koefisien regresi leverage

β4 = Koefisien regresi ukuran perusahaan

β5 = Koefisien regresi pertumbuhan penjualan

β6 = Koefisien regresi profitabilitas

X1 = Karakter eksekutif

X2 = Komite audit

X3 = Leverage

X4 = Ukuran perusahaan

X5 = Pertumbuhan Penjualan

X6 = Profitabilitas

e = error
39

3.5.4 Pengujuan Hipotesis

3.5.4.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) adalah presentase yang menunjukkan seberapa

besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Semakin

tinggi nilai R2 maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pula prosentase

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

3.5.4.2 Uji F (Signifikansi Model Simultan)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan

menggunakan tingkat signifikasi 0,05. Jika nilai signifikansi kurang dari atau

sama dengan 0,05 maka semua variabel independen secara serentak berpengaruh

terhadap variabel dependen begitupun sebaliknya.

3.5.4.3 Uji t (Signifikansi Model Parsial)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas atau independen secara individu dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Uji t dilakukan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen secara individual parsial. Jika

nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan 0,05 menyatakan bahwa secara

parsial variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen, begitupun

sebaliknya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sub-sektor food

and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2017. Dengan

menggunakan metode purposive sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan

menggunakan kriteria-kriteria tertentu, dimana dari total 19 perusahaan yang

masuk dalam sub-sektor food and beverage hanya 13 perusahaan saja yang dapat

digunakan sebagai sampel. Hal tersebut karena 6 perusahaan tidak memenuhi

kriteria yang telah ditentukan. Berikut ini disajikan tabel hasil pemilihan sampel:

Tabel 4.1

Data hasil pemilihan sampel

NO KETERANGAN JUMLAH
Jumlah seluruh perusahaan manufaktur sub-sektor food and
1 beverage 19
2 Perusahaan yang delisting dari tahun 2013-2017 -
Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan lengkap
3 (2013-2017) (1)
4 Perusahaan yang tidak menghasilkan laba selama tahun 2013-2017 (5)
Perusahaan yang menyjikan laporan keuangan dengan kurs selain
5 rupiah -
TOTAL PERUSAHAAN SAMPEL 13
TAHUN PENELITIAN (2013-2017) 5
TOTAL PERUSAHAAN (13X5) 65
DATA DI OUTLIER (1)
TOTAL PERUSAHAAN SAMPEL (65-1) 64
Sumber: BEI, data diolah dengan SPSS V.16

Dari tabel 4.1 diperoleh sampel penelitian dengan kriteria-kriteria tertentu

yang telah ditentukan. Hasilnya diperoleh 65 sampel perusahaan manufaktur sub-

sektor food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun

40
41

2013-2017. Tetapi dikarenakan adanya outlier yang berjumlah 1 data dan data-

data yang di outlier harus dihapus, sehingga total sampel yang digunakan dalam

penelutian ini sejumlah 64 sampel (N) = 64.

4.2 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode regresi linear

berganda, yaitu terdiri dari pengujian statistik deskriptif dan hasil pengujian

hipotesis lainnya. Pengujian asumsi klasik terdiri dari: uji normalitas; uji

multikolinearitas; uji heteroskedastisitas; dan uji autokorelasi. Pengujian hipotesis

terdiri dari: uji koefisien determinasi (R2); uji F; dan uji t.

4.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis statistik deskriptif menjelaskan mengenai variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian ini dan jumlah sampel yang ditunjukan dengan N.

Analisis statistik deskriptif juga memberikan gambaran suatu data yang dilihat

dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (maen), dan standar deviasi

dari masing-masing variabel. Penelitian ini menggunakan variabel dependen tax

avoidance yang dihitung dengan cash effective tax rate (CETR). Sedangkan

variabel independennya meliputi karakter eksekutif (KE), komite audit (KA),

leverage (DER), ukuran perusahaan (UKURAN), pertumbuhan penjualan (PP),

dan profitabilitas (ROA). Berikut ini tabel statistik deskriptif untuk masing-

masing variabel:
42

Tabel 4.2

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Sumber: Data diolah dengan SPSS V.16

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, terdapat 64 sampel perusahaan yang merupakan

perusahaan sub-sektor food and beverage yang terdaftar di BEI selama tahun

2013-2017, sedangakan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean),

dan standar deviasi adalah sebagai berikut:

1. Karakter eksekutif menunjukkan nilai minimum sebesar 0,12 yang dimiliki

oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2015, sedangkan nilai maksimum

dimiliki oleh PT Fast Food Indonesia Tbk tahun 2014 dengan angka 51,07.

Rata-rata variabel karakter eksekutif sebesar 8,29 dengan nilai standar deviasi

sebesar 10,04.

2. Variabel komite audit menunjukkan nilai minimum 1 yaitu milik PT Sekar

Laut Tbk tahun 2016. Sedangkan hampir seluruh perusahaan sampel memiliki

jumlah komite audit 3 orang. Rata-rata komite audit sebesar 2,94 dengan nilai

standar deviasi 0,3.

3. Leverage yang diproksikan dengan DER menunjukkan nilai minimum 0,18

yang dimiliki oleh PT Delta Djakarta Tbk tahun 2017 dan nilai maksimum 3.03
43

dimiliki oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk. Rata-rata nilai DER sebesar

1,06 dengan standar deviasi 0,62.

4. Nilai minimum dari variabel ukuran perusahaan adalah 26,10 dan nilai

maksimum 32,15 yang berturut-turut diperoleh dari PT Fast Food Indonesia

Tbk tahun 2014 dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk tahun 2017. Nilai rata-

rata didapatkan sebesar 28,78 dengan standar deviasi 1,56.

5. Variabel pertumbuhan penjualan memiliki nilai minimum sebesar -0,26 yang

dimiliki PT Delta Djakarta Tbk tahun 2015 sedangkan nilai maksimal

diperoleh PT Wilmar Cahaya Indonesia tahun 2013 denan nilai 1,27. Rata-rata

pertumbuhan penjualan 0,16 dan nilai standar deviasi sebesar 0,26.

6. Profitabilitas yang diproksikan dengan ROA menunjukkan nilai minimum 0,01

yang dimiliki PT Tunas Baru Lampung Tbk tahun 2013 dan nilai maksimum

0,67 yang dimiliki PT Multi Bintang Indonesia Tbk tahun 2017. Rata-rata dari

ROA sebesar 0,12 dengan standar deviasi sebesar 0,12.

7. Variabel dependen penghindaran pajak atau tax avoidance yang diproksikan

dengan CETR memiliki nilai minimum 0,03 yang dimiliki PT Sekar Bumi Tbk

tahun 2014 dan nilai maksimum 3,54 yang dimiliki PT Delta Djakarta Tbk

tahun 2015. Nilai rata-rata CETR sebesar 0,48 dengan standar deviasi sebesar

0,72.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Tujuan dari uji asumsi klasik adalah agar data sampel yang diolah dapat

mewakili populasi secara keseluruhan. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas,

uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.


44

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah nilai residual yang

dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang

baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Normalitas

data dapat dilihat dengan uji one sample kolmogorov-smirnov. Apabila nilai

signifikansi > 0,05 maka nilai residual data tersebut normal, sedangkan bila nilai

signifikansi < 0,05 maka nilai residual data tersebut tidak normal. Hasil uji

normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Hasil uji normalitas menggunakan one sample kolmogorov-smirnov sebelum

outlier

Sumber: Data diolah dengan SPSS V.16


45

Tabel 4.4

Hasil uji normalitas menggunakan one sample kolmogorov-smirnov setelah outlier

Sumber: Data diolah dengan SPSS V.16

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi uji

normalitas dengan uji one sample kolmogorov-smirnov sebelum di outlier adalah

0,049 yang berarti bahwa data tidak terdistribusi secara normal. Sedangkan

gambar 4.4 adalah hasil uji normalitas setelah di outlier diperoleh nilai 0,054.

Nilai signifikansi one sample kolmogorov-smirnov menunjukkan nilai 0,054 yang

berarti > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji keberadaan korelasi antara

variabel independen dan model regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi di antara variabel independennya. Untuk mendeteksi ada tidaknya

korelasi dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance
46

inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka dapat

dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada nmodel regresi.

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinearitas

Sumber: Data diolah dengan SPSS V.16

Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa

variabel independen KE mempunyai angka VIF sebesar 2,695; variabel KA

mempunyai angka VIF sebesar 1,028; variabel DER mempunyai angka VIF

sebesar 1,019; variabel UKURAN mempunyai angka VIF sebesar 2,711; variabel

PP mempunyai angka VIF sebesar 1,063; dan variabel ROA mempunyai angka

VIF sebesar 1,163. Sedangkan untuk nilai tolerance dari variabel independen KE

sebesar 0,371; nilai tolerance variabel KA sebesar 0,973; nilai tolerance variabel

DER sebesar 0,981; nilai tolerance variabel UKURAN sebesar 0,369; nilai

tolerance variabel PP sebesar 0,941; dan nilai tolerance variabel ROA sebesar

0,860. Dari hasil diatas semua nilai VIF dari variabel independen < 10 dan nilai

tolerance > 0,1 maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini tidak terdapat

multikolinearitas dalam model regresi, sehingga dapat dikatakan tidak terdapat

korelasi di dalam variabel-variabel independen.


47

3. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam

medel regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain dalam model regresi. Uji heteroskedastisitas dilakukan

dengan cara melihat tabel scatterplot pada uji glejser antara standardized predicted

value (ZPRED) dengan studentized residual (SRESID). Apabila tidak ada pola

yang jelas seperti titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y

maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sedangkan bila titik-titik tidak menyebar

dan membentuk suatu pola maka telah terjadi heteroskedastisitas dalam model

regresi. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar berikut:

Sumber: Data diolah dengan SPSS V.16

Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
48

Dari gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa titik-titik menyebar di atas dan

di bawah titik 0 pada sumbu Y sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas dalam model regresi.

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi akan terjadi apabila munculya suatu data dipengaruhi oleh

data sebelumnya. Dengan kata lain, pengujian ini dimaksudkan untuk melihat

adanya hubungan antara data (observasi) satu dengan data yang lainnya dalam

satu variabel. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat digunakan

metode grafik maupun uji Durbin Waston (DW). Pengambilan ada tidaknya

autokorelasi antara lain :

 Bila nilai DW teletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du)

maka koefisien autokorelasinya sama dengan nol, berarti tidak ada

autokorelasi.

 Bilai nilai DW lebih rendah dari batas bawah atau lower bound (dl) maka

koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi

positif.

 Bila nilai DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasinya lebih

kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

 Bila nilai DW terletaak antara batas atas (du) dan dibawah atas bawah (dl)

atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl) maka hasilnya tidak dapat

disimpulkan

Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian autokorelasi:


49

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi

Sumber: Data diolah dengan SPSS V.16

Dari hasil uji autokorelasi diatas diperoleh nilai DW sebesar 2,208.

Dengan sampel atau n=64dan variabel independen atau k=6 didapatkan nilai DL

1,3981 dan DU 1,8052, sedangkan nilai 4-DU adalah 2,1948. Berdasarkan hasil

diatas maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model

regresi karena nilai DW 2,208 berada diatas atau lebih besar dari DU dan 4-DU.

4.2.3 Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi betujun untuk mengetahui pengaruh variabel independen

(karakter eksekutif, komite audit, leverage, ukuran perusahaan, pertumbuhan

penjualan, dan profitabilitas) terhadap variabel dependen (tax avoidance).

pengujian dalam penelitian ini menggunakan software SPSS (statistic package for

social sciency) versi 16, dan hasil pengujian nilai koefisien persamaan regresi

sebagai berikut:
50

Tabel 4.7

Hasil Analisis Regresi Berganda

Sumber: Data diolah dengan SPSS V.16

Model regresi linear dapat dilihat dari unstandardized coefficients kolom

beta. Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai kontanta sebesar 2,745. Untuk

variabel KE diperoleh angka -0,008; variabel KA 0,271; variabel DER -0,332;

variabel UKURAN -0,094; variabel PP -0,695; dan variabel ROA diperoleh angka

1,418. Dari hasil tersebut, maka bentuk model regresi menjadi:

Y = 2,745 -0,008X1 + 0,271X2 -0,332X3 -0,094X4 -0,695X5 + 1,418X6 + e

Keterangan:

Keterangan:

Y = Cash Effective Tax Rate (CETR)

X1 = Karakter eksekutif

X2 = Komite audit

X3 = Leverage (DER)

X4 = Ukuran perusahaan

X5 = Pertumbuhan Penjualan
51

X6 = Profitabilitas (ROA)

e = error

Dari hasil analisis regresi linear diatas, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai

berikut:

1. Nilai koefisien KE sebesar -0,008 memiliki pengertian bahwa setiap kenaikan

1% dari KE maka akan berpengaruh terhadap CETR sebesar -0,008. Karena

bernilai negatif maka KE dan CETR saling bertolak belakang, sehingga apabila

nilai CETR naik maka nilai KE akan turun, begitupun sebaliknya jika nilai

CETR turun maka nilai KE akan naik.

2. Nilai koefisien KA 0,271, hal ini berarti setiap kenaikan 1% dari KA maka

akan berpengaruh terhadap CETR sebesar 0,271. Koefisien bernilai positif

menunjukkan KA dan CETR saling berhubungan. Apabila nilai CETR

bertambah maka nilai KA juga bertambah begitupun sebaliknya jika nilai

CETR turun maka KA juga akan turun.

3. Nilai koefisien DER -0,332 hal ini berarti bahwa setiap kenaikan 1% dari DER

maka akan memberikan pengaruh -0,332 terhadap CETR. Koefisien bernilai

negatif menunjukkan bahwa hubungan antara DER dan CETR saling bertolak

belakang. Apabila nilai CETR bertambah maka nilai DER akan berkurang atau

turun begitupun sebaliknya jika nilai CETR turun maka nilai UKURAN akan

naik.

4. Ukuran perusahaan memiliki nilai koefisien UKURAN -0,094. Hal tersebut

menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% dari UKURAN akan berpengaruh -

0,094 terhadap CETR. Koefisien bernilai negatif menunjukkan bahwa


52

hubungan antara UKURAN dan CETR saling bertolak belakang. Apabila nilai

CETR bertambah maka nilai UKURAN akan berkurang atau turun begitupun

sebaliknya jika nilai CETR turun maka nilai UKURAN akan naik.

5. Variabel PP atau pertumbuhan penjualan memiliki nilai koefisien -0,695. Hal

tersebut menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1% PP akan berpengaruh sebesar

-0,695 terhadap CETR. Karena bernilai negatif maka PP dan CETR saling

bertolak belakang, sehingga apabila nilai CETR naik maka nilai PP akan turun,

begitupun sebaliknya jika nilai CETR turun maka nilai PP akan naik.

6. Nilai koefisien ROA sebesar 1,418. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap

kenaikan 1% ROA akan berpengaruh terhadap CETR sebesar 1,418. Karena

bernilai positif, maka ROA dan CETR saling berhubungan. Saat CETR naik

maka ROA juga akan naik begitu pula sebaliknya, jika nilai CETR turun maka

nilai ROA juga akan turun.

4.2.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis diukur

dengan koefisien determinasi (R2), nilai uji F, dan nilai uji t. Berikut akan

dijelaskan hasil dari pengujian hipotesis:

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) adalah presentase yang menunjukkan seberapa

besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Semakin

tinggi nilai R2 maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pula prosentase

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hal tersebut juga


53

menunjukkan bahwa variabel independen memberikan hampir seluruh informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Hasil uji koefisien

determinasi (R2) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8

Hasil Uji Koefisien determinasi (R2)

Sumber: Data diolah dengan SPSS V.16

Dari tabel 4.7 diperoleh Adjusted R Square (R2) sebesar 0,137, yang

berarti bahwa seluruh variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen

sebesar 13,7%, dan sisanya sebesar 86,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang

tidak diteliti dalam penelitian ini.

2. Uji F (Signifikansi Model Simultan)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan

menggunakan tingkat signifikasi 0,05. Jika nilai signifikansi kurang dari atau

sama dengan 0,05 maka semua variabel independen secara serentak berpengaruh

terhadap variabel dependen begitupun sebaliknya. Berikut disajikan tabel hasil uji

F:
54

Tabel 4.9

Hasil Uji F

Sumber: Data diolah dengan SPSS V.16

Hasil uji F menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 2,672 dengan

tingkat signifikansi 0,024, karena signifikansi dari hasil uji F adalah < 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian ini

layak dan dapat dipergunakan analisis berikutnya. Model regresi ini dapat

digunakan untuk memprediksi variabel independen karakter eksekutif (KE),

komite audit (KA), leverage (DER), ukuran perusahaan (UKURAN),

pertumbuhan penjualan (PP), dan profitabilitas (ROA) secara serentak dan

signifikan mempengaruhi variabel dependen penghindaran pajak atau tax

avoidance (CETR).

3. Uji t (Signifikansi Model Parsial)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas atau independen secara individu dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Uji t dilakukan untuk menguji tingkat signifikan pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen secara individual parsial. Jika

nilai signifikansi kurang atau sama dengan 0,05 menyatakan bahwa secara parsial
55

variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen, begitupun

sebaliknya. Berikut dalah tabel hasil uji t:

Tabel 4.10

Hasil Uji t

Sumber: Data diolah dengan SPSS V.16

Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa:

1. Pengujian hipotesis variabel karakter eksekutif diperoleh t hitung sebesar -

0,556 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,581. Nilai 0,581 > 0,05 sehingga

hipotesis yang menyatakan karakter eksekutif berpengaruh terhadap tax

avoidance ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa H1 ditolak. KE memiliki

nilai koefisien regresi -0,008 dengan arah negatif. Hal itu berarti bahwa apabila

nilai karakter eksekutif mengalami kenaikan maka nilai tax avoidance akan

mengalami penurunan.

2. Pengujian hipotesis kedua yaitu variabel komite audit didapatkan nilai t hitung

sebesar 0,956 dengan signifikansi 0,343. Karena nilai signifikansi 0,343 > 0,05

maka hipotesis komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance ditolak.

Sehingga hipotesis H2 ditolak. KA memiliki nilai koefisien regresi 0,271


56

dengan arah positif. Sehingga dapat diartikan bahwa apabilai nilai komite audit

meningkat maka nilai tax avoidance juga naik.

3. Pengujian hipotesis ketiga dengan variabel leverge yang diproksikan dengan

DER diperoleh nilai t hitung -2,419 dengan tingkat signifikansi 0,019. Nilai

signifikansi 0,019 < 0,05 sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa leverage

berpengaruh terhadap tax avoidance diterima. Sehingga hipotesis H3 diterima.

DER memiliki koefisien regresi sebesar -0,332 dengan arah negatif, maka

leverage berpengaruh negatif terhadap tax avoidance. Hal tersebut dapat

diartikan bahwa apabila leverage mengalami kenaikan maka tax avoidance

mengalami penurunan.

4. Pengujian hipotesis keempat dengan variabel ukuran perusahaan diperoleh nilai

t hitung -1,057 dengan nilai signifikansi 0,295. Nilai 0,295 > 0,05 maka

hipotesis yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap tax

avoidance ditolak. Sehingga H4 ditolak. Nilai koefisien regresi -0,094 dengan

arah negatif. Hal tersebut dapat diartikan bahwa apabila terjadi kenaikan nilai

ukuran perusahaan maka tax avoidance akan menurun.

5. Pengujian hipotesis kelima dengan variabel pertumbuhan penjualan diperoleh

nilai t hitung sebesar -2,067 dengan nilai signifikansi 0,043, karena nilai

signifikansi 0,043 < 0,05 maka hipotesis yang menyatakan pertumbuhan

penjualan berpengaruh terhadap tax avoidance diterima. Sehingga H5

diterima. Pertumbuhan penjualan memiliki nilai koefisien regresi -0,695

sehingga pertumbuhan penjualan berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.


57

Karena koefisien regresi bernilai negatif maka apabila terjadi kenaikan pada

pertumbuhan penjualan, tax avoidance akan mengalami penurunan.

6. Pengujian hipotesis keenam dengan variabel profitabilitas yang diproksikan

dengan ROA diperoleh t hitung sebesar 1,883 dengan nilai signifikansi 0,065.

Karena nilai signifikansi 0,065 > 0,05 maka hipotesis yang menyatakan

profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance ditolak. Sehingga H6

ditolak. Koefisien regresi ROA bernilai 1,418 dengan arah positif. Hal tersebut

dapat diartikan bahwa apabila terjadi kenaikan nilai ROA akan terjadi kenaikan

juga terhadap tax avoidance.

4.3 Pembahasan

2.3.1 Pengaruh Karakter Eksekutif Terhadap Tax Avodance

Hasil pengujian statistik menyatakan bahwa H1 ditolak, artinya karakter

eksekutif tidak berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur

sub-sektor food and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. Hal ini

ditunjukkan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,581 (> 0,05).

Karakter eksekutif tidak berpengaruh terhadap tax avoidance, hal ini

disebabkan dalam penelitian ini karakter eksekutif lebih bersifat risk averse yaitu

eksekutif yang tidak menyukai risiko sehingga kurang berani dalam mengambil

keputusan bisnis. Dengan sifat risk averse eksekutif akan cenderung menghindari

resiko dan tidak akan berani untuk mengambil keputusan bisnis dan melakukan

tax avoidance. Besar kecilnya perusahaan mengindikasikan kecenderungan

karakter eksekutif. Apabila risiko perusahaan besar maka eksekutif cenderung


58

bersifat risk taker yang berani dalam mengambil risiko. Sedangkan bila risiko

perusahaan kecil maka eksekutif cenderung bersifat risk averse yang akan

cenderung menghindari risiko.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Radiansah & Nofryanti, 2015) yang menyatakan bahwa karakter eksekutif tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance.

2.3.2 Pengaruh Komite Audit Terhadap Tax Avoidance

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa H2 yang menyatakan komite

audit berpengaruh terhadap tax avoidance ditolak. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai signifikansi sebesar 0,343 ( > 0,05) dengan koefisien regresi bernilai positif

sebesar 0,271. Sehingga dapat dikatakan bahwa komite audit tidak berpengaruh

terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur sub-sektor food and

beverage yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. Berapapun jumlah komite audit

pada suatu perusahaan tidak akan berpengaruh terhadap tax avoidance.

Berdasarkan Keputusan Bursa Efek Indonesia tentang Keputusan Direksi

BEJ No.Kep-315/BEJ/06/2000 menyatakan bahwa komite audit adalah sebuah

komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan yang anggotanya

diangkat dan diberhentikan oleh dewan komisaris. Komite bertugas membantu

melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan

fungsi direksi dalam pengelolaan suatu perusahaan. Komite audit terdiri dari 3

orang dan minimal 1 diantaranya memiliki keahlian di bidang akuntansi atau

keuangan. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa komite audit tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance.


59

Banyaknya anggota komite audit memiliki kemungkinan akan timbul

konflik pendapat diantara mereka, sedangkan sedikitnya jumlah komite audit akan

berpengaruh pada sedikitnya ide yang dihasilkan. Sehingga berapapun jumlah

komite audit tidak akan berpengaruh terhadap tax avoidance. penelitian ini sejalan

dengan penelitian (Oktamawati, 2017) yang juga menyatakan banyak sedikitnya

jumlah komite audit tidak akan berpengaruh terhadap tax avoidance.

2.3.3 Pengaruh Leverage Terhadap Tax Avoidance

Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa leverage yang diproksikan

dengan DER berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur

sub-sektor food and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2013-2015. Hal ini

ditunjukan dengan hasil signifikansi 0,019 (< 0,05) dengan koefisien regresi -

0,332. Koefisien regresi bernilai negatif menunjukkan bahwa leverage

berpengaruh negatif terhadap tax avoidane, disaat nilai leverage tinggi maka

tingkat tax avoidance akan rendah.

Leverage adalah penggunaan dana dari pihak eksternal berupa hutang

untuk membiayai investasi atau aset perusahaan. Penambahan hutang akan

mengakibatkan munculnya beban bunga yang harus dibayarkan perusahaan.

Beban bunga akan mengurangi laba kena pajak perusahaan, sehingga mengurangi

pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Rendahnya pajak yang harus

dibayarkan perusahaan membuat perusahaan akan mengurangi tindakan tax

avoidance atau bahkan menghindarinya. Itulah alasan mengapa leverage

berpengaruh negatif terhadap tax avoidane. Hasil penelitian ini sejalan dengan
60

penelitian yang dilakukan (Oktamawati, 2017) yang menyatakn bahwa leverage

berpengaruh positif terhadap tax avoidane.

2.3.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance

Hasil statistik menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh

terhadap tax avoidance pada perusahaan manufaktur sub-sektor food and

beverage yang terdaftar di BEI tahun 2013-2017. Hal ini dibuktikan dengan nilai

signifikansi sebesar 0,295 (> 0,05) dengan koefisien regresi -0,094. Sehingga

besar atau kecil sebuah perusahaan tidak akan mempengaruhi tingkat tax

avoidance. Nilai koefisien regresi yang bernilai negatif menunjukkan bahwa

setiap peningkatan variabel ukuran perusahaan dapat menurunkan tindakan

penghindaran pajak (tax avoidance).

Kewajiban membayar pajak merupakan kewajiban bagi seluruh

perusahaan. Besar atau kecilnya sebuah perusahaan tidak mempengaruhi petugas

perpajakan untuk mengawasi perusahaan tersebut. Perusahaan yang melanggar

ketentuan perpajakan tentunya akan mendapatkan sanksi yang telah ditetapkan

pemerintah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Faizah

& Adhivinna, 2017) yang juga menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance.

2.3.5 Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Tax Avoidance

Hasil pengujian statistik menyatakan bahwa H5 diterima, artinya

pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan

manufaktur sub-sektor food and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2013-2017.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,043 (< 0,05) dengan
61

koefisien regresi -0,695. Nilai koefisien regresi bernilai negatif artinya apabila

terjadi kenaikan pertumbuhan penjualan maka akan terjadi penurunan nilai CETR

yang merupakan proksi tax avoidance.

Pertumbuhan penjualan menunjukkan besar kecilnya volume penjualan.

Semakin besar pertumbuhan penjualan maka laba yang diperoleh perusahaan juga

akan tinggi. Tingginya laba yang didapatkan membuat perusahaan sadar akan

kewajiban perpajakan yang seharusnya dibayarkan. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa tingginya laba akan memperkecil kemungkinan praktik penghindaran pajak

(tax avoidance) dikarenakan kesadaran perusahaan untuk membayar kewajiban

pajaknya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

(Dewinta & Setiawan, 2016) yang menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan

berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

2.3.6 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Tax Avoidance

Hasil pengujian statistik pada perusahaan manufaktur sub-sektor food and

beverage yang terdaftar di BEI tahun 2013-2017 menunjukkan bahwa variabel

profitabilitas yang diproksikan dengan ROA diperoleh nilai signifikansi 0,065 (>

0,05) dengan koefisien regresi 1,418, sehingga dapat dikatakan bahwa ROA tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance. Meskipun hipotesis pada penelitian ini

ditolak, koefisien regresi yang bernilai positif menunjukkan bahwa semakin tinggi

nilai ROA maka semakin tinggi pula CETR, dan sebaliknya.

Nilai signifikansi ROA yang bernilai positif disebabkan oleh tidak semua

perusahaan yang memiliki ROA tinggi akan melakukan tax avoidance dan juga
62

sebaliknya perusahaan yang memiliki nilai ROA rendah juga belum tentu tidak

melakukan praktik tax avoidance. Pengambilan keputusan yang diambil oleh

manajemen menjadi penentu apakah perusahaan akan melakukan praktik tax

avoidance atau tidak.

Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh (Rosalia & Sapari, 2017). Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa ROA

tidak berpengaruh terhadap tax avoidance sejalan dengan penelitian milik

(Rosalia & Sapari, 2017).


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik dan regresi linear begrandayang telah

dilakukan dengan 64 sampel perusahaan manufaktur sub-sektor food and

beverage yang terdaftar di BEI tahun 2013-2017 diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Variabel karakter eksekutif tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

2. Variabel komite audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

3. Variabel leverage yang diproksikan dengan DER berpengaruh terhadap tax

avoidance.

4. Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

5. Variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap tax avoidance.

6. Variabel ROA tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

5.2 Saran

Berdasarkan manfaat penelitian yang telah dijelaskan dalam bab

sebelumnya, maka saran yang dapat dikemukakan adalah:

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat memberikan masukan dan evaluasi kepada pihak

perusahaan sehingga dapat lebih baik lagi dalam menjauhi perilaku penghindaran

pajak (tax avoidance)

63
64

2. Bagi Akademik

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sumber

pengetahuan bagi kalangan akademik terutama bagi mata kuliah perpajakan.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tentunya penelitian ini

memiliki keterbatasan, yaitu nilai koefisien determinasi hanya 13,7%, artinya

hanya 13,7% variabel independen memberikan informasi untuk variabel dependen.

Sisanya yaitu 86,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.

5.4 Agenda Penelitian Yang Akan Datang

Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka

agenda penelitian yang akan datang adalah untuk menambah hasil dari koefisien

determinasi dapat digunakan proksi lain selain CETR untuk mewakili variabel tax

avoidance misalnya dengan variabel ETR. Mengganti proksi profitabilitas selain

ROA, dan proksi leverage selain DER, dan dapat juga menambah variabel

penelitian atau menambah sampel penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Budiman, J., & Setiyono. (2012). Pengaruh Karakteristik Eksekutif Terhadap


Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Jurnal Universitas Islam Sultan
Agung .

Dewi, N. L., & Noviari, N. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage,


Profitabilitas Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak (Tax Avoidance). E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.21.1., 830-859.

Dewi, N., & Jati, I. (2014). Pengaruh Karakter Eksekutif, Karakteristik


Perusahaan, Dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Tax
Avoidance Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana 6.2, 249-260.

Dewinta, I. A., & Setiawan, P. E. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Umur


Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, Dan Pertumbuhan Penjualan
Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
Vol.14, 1584-1613.

Fadhilah, R. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax


Avoidance (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bei 2009-2011). Jurnal Universitas Negeri Padang. Vol. 2. No. 1.

Faizah, S. N., & Adhivinna, V. V. (2017). Pengaruh Return On Asset, Laverage,


Kepemilikan Institusional, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Akuntansi Vol.5 No.2, 136-145.

Gozali, I. (2012). Aplikasi Analisi Multivariate Dengan Program Spss. Semarang:


Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Handayani, R. (2018). Pengaruh Return On Assets (Roa), Leverage Dan Ukuran


Perusahaan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Perbankan Yang
Listing Di Bei Periode Tahun 2012-2015. Jurnal Akuntansi Maranatha,
Volume 10, Nomor 1.

Hormati, A. (2009). Karakterisitik Perusahaan Terhadap Kualitas Implementasi


Corporate Governance. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, Vol. 13, No. 2 .

Indriantoro, N., & Supomo, B. (2014). Metodologi Penelitian Bisnis . Yogyakarta:


Bpfe-Yogyakarta.

65
66

Kementrian Perindustrian. (2018, Agustus 30). Retrieved November 5, 2018,


From wsww.kemenperin.go.id: http://www.kemenperin.go.id

Kennedy, Azlina, N., & Suzana, A. R. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Struktur Modal Pada Perusahaan Real Estate And Property Yang Go
Public Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Universitas Riau.

Kurniasih, T., & Sari, M. M. (2013). Pengaruh Return On Asset, Leverage,


Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, Dan Kompensasi Rugi Fiskal
Pada Tax Avoidance. Buletin Studi Ekonomi Vol.18 No.1, 58-66.

Marfirah, D., & Syam, F. (2016). Pengaruh Corporate Governance Dan Leverage
Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2011-2015 . Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Akuntansi (Jimeka) Vol. 1, No. 2,, 91-102.

Martono, & Harjito, A. (2005). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.

Mulyani, S., Wijayanti, A., & Masitoh, E. (2018). Pengaruh Corporate


Governance Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Riset Akuntansi Dan
Bisnis Airlangga Vol. 3. No. 1, 322-340.

Mustami, A. A. (2014, Juni 13). Kompas. Retrieved November 2, 2018, From


Kompas.Com: Http://Bisniskeuangan.Kompas.Com

Ngadiman, & Puspitasari, C. (2014). Pengaruh Leverage, Kepemilikan


Institusional, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax
Avoidance) Pada Perusahaan Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia 2010-2012. Jurnal Akuntansi/ Volume Xviii, No. 03, 408-
421.

Oktamawati, M. (2017). Pengaruh Karakter Eksekutif, Komite Audit, Ukuran


Perusahaan, Leverage, Pertumbuhan Penjualan, Dan Profitabilitas
Terhadap Tax Avoidance. Jurnal Akuntansi Bisnis Vol.Xv No.30, 126-
143.

Paligorova, T. (2010). Corporate Risk Taking And Ownership Structure. Bank Of


Canada Working Paper.

Praptidewi, L. P., & Sukartha, I. M. (2016). Pengaruh Karakteristik Eksekutif Dan


Kepemilikan Keluarga Pada Tax Avoidance Perusahaan. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 426-452.
67

Purwanti, S. M., & Sugiyarti, L. (2017). Pengaruh Intensitas Aset Tetap,


Pertumbuhan Penjualan Dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance .
Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan, 5 (3).

Puspita, Nurlaila, & Masitoh. (2018). Pengaruh Size, Debts, Intangible Assets,
Profitability, Multinationality Dan Sales Growth Terhadap Tax
Avoidance . Seminar Nasional Dan Call For Paper: Manajemen,
Akuntansi Dan Perbankan , 794-807.

Puspita, S. R., & Harto, P. (2014). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap
Penghindaran Pajak. Diponegoro Journal Of Accounting Vol. 3, No. 2.

Putri, V. R., & Putra, B. I. (2017). Pengaruh Leverage, Profitability, Ukuran


Perusahaan, Dan Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Tax
Avoidance. Jurnal Ekonomi Manajemen Dan Sumber Daya, 1-11.

Rachmawati, D. A. (2012). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Return On


Asset (Roa) Perbankan. Jurnal Nominal / Volume I Nomor I , 34-40.

Radiansah, & Nofryanti. (2015). Pengaruh Karakter Eksekutif Dan Karakteristik


Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance). Jurnal
Ilmiah Akuntansi, 782-816.

Resmi, S. (2016). Perpajakan (Teori Dan Kasus). Yogyakarta: Salemba Empat.

Rosalia, Y., & Sapari. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas Dan Corporate
Governance Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Ilmu Dan Riset
Akuntansi, 890-909.

Ross, Westerfield, Jordan, Lim, & Tan. (2015). Pengantar Keuangan Perusahaan.
Jakarta: Salemba Empat.
68

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Data perusahaan sampel

NO NAMA PERUSAHAAN KODE


1 PT AKASHA WIRA INTERNASIONAL Tbk ADES
2 PT WILMAR CAHAYA INDONESIA Tbk CEKA
3 PT DELTA DJAKARTA Tbk DLTA
4 PT FAST FOOD INDONESIA Tbk FAST
5 PT INDOFOOD CBP SUKSES MAKMUR Tbk ICBP
6 PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk INDF
7 PT MULTI BINTANG INDONESIA Tbk MLBI
8 PT MAYORA INDAH Tbk MYOR
9 PT NIPPON INDOSARI CORPINDO Tbk ROTI
10 PT SEKAR BUMI Tbk SKBM
11 PT SEKAR LAUT Tbk SKLT
12 PT TUNAS BARU LAMPUNG Tbk TBLA
PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING
13 COMPANY ULTJ
69

2. Hasil olah data


KAR KOM PERT
KODE TAHUN EKS AUDIT DER SIZE PENJ ROA CETR
ADES 25.043 3 0.666 26.812 0.054 0.126 0.083
CEKA 10.326 3 1.025 27.698 1.254 0.061 0.272
DLTA 12.739 3 0.282 27.488 0.164 0.312 3.026
FAST 5.446 3 0.842 28.338 0.113 0.077 0.183
ICBP 0.519 3 0.603 30.688 0.156 0.108 0.309
INDF 0.141 3 1.035 31.989 0.150 0.066 0.423
MLBI 2013 6.198 3 0.805 28.209 1.273 0.669 0.219
MYOR 1.138 3 1.494 29.904 0.143 0.104 0.255
ROTI 6.060 3 1.315 28.231 0.264 0.087 0.265
SKBM 22.195 3 1.474 26.933 0.720 0.117 0.103
SKLT 36.576 3 1.162 26.434 0.412 0.038 0.353
TBLA 1.778 3 2.455 29.458 -0.026 0.014 0.742
ULTJ 3.928 3 0.395 28.665 0.231 0.116 0.390
ADES 21.878 3 0.707 26.948 0.152 0.061 0.241
CEKA 8.601 3 1.405 27.881 0.462 0.032 0.346
DLTA 11.135 3 0.298 27.623 0.055 0.290 3.150
FAST 51.074 3 0.813 26.100 0.063 0.070 0.192
ICBP 0.443 3 0.656 30.846 0.196 0.102 0.298
INDF 0.129 3 1.084 32.085 0.143 0.060 0.385
MLBI 2014 4.951 3 3.029 28.433 -0.161 0.356 0.315
MYOR 1.073 3 1.510 29.962 0.179 0.040 1.215
ROTI 5.154 2 1.232 28.393 0.249 0.088 0.190
SKBM 17.005 3 0.511 27.200 0.142 0.137 0.031
SKLT 33.312 3 1.162 26.527 0.202 0.050 0.278
TBLA 1.507 3 1.987 29.623 0.710 0.060 0.110
ULTJ 3.786 3 0.288 28.702 0.132 0.097 0.335
ADES 16.909 3 0.989 27.205 0.157 0.050 0.287
CEKA 7.434 3 1.322 28.027 -0.058 0.072 0.196
DLTA 10.638 3 0.222 27.669 -0.255 0.185 3.537
FAST 4.780 3 1.072 28.469 0.063 0.045 0.246
ICBP 0.416 2 0.621 30.910 0.057 0.110 0.297
INDF 2015 0.120 3 0.530 32.151 0.007 0.035 0.470
MLBI 5.258 3 1.741 28.373 -0.098 0.237 0.271
MYOR 0.974 3 1.184 30.060 0.046 0.110 0.126
ROTI 4.081 3 1.277 28.627 0.156 0.100 0.202
SKBM 14.448 3 1.222 27.362 -0.080 0.053 0.456
SKLT 29.290 3 1.480 26.656 0.093 0.048 0.564
TBLA 1.190 3 2.225 29.859 -0.159 0.022 0.170
70

KAR KOM PERT


KODE EKS AUDIT DER SIZE PENJ ROA CETR
ULTJ 2015 3.120 3 0.265 28.895 0.122 0.148 0.159
ADES 14.392 3 0.997 27.366 0.325 0.073 0.112
CEKA 7.746 3 0.606 27.986 0.181 0.175 0.251
DLTA 9.221 3 0.183 27.812 0.054 0.212 2.956
FAST 4.285 3 1.107 28.578 0.091 0.067 0.173
ICBP 0.382 3 0.562 30.995 0.086 0.126 0.307
INDF 0.134 3 0.870 32.040 0.042 0.064 0.363
MLBI 2016 4.855 3 1.772 28.453 0.210 0.432 0.191
MYOR 0.855 3 1.063 30.190 0.238 0.107 0.290
ROTI 3.783 3 1.024 28.702 0.160 0.096 0.273
SKBM 11.027 3 1.719 27.633 0.102 0.023 0.562
SKLT 19.438 1 0.919 27.066 0.119 0.298 0.319
TBLA 0.877 3 2.683 30.164 0.222 0.049 0.144
ULTJ 2.606 3 0.215 29.075 0.066 0.167 0.271
ADES 13.146 3 0.986 27.457 -0.082 0.046 0.124
CEKA 7.931 3 0.542 27.962 0.035 0.077 0.340
DLTA 8.238 3 0.171 27.924 0.003 0.209 2.393
FAST 4.017 3 1.125 28.642 0.086 0.061 0.435
ICBP 0.349 3 0.556 31.085 0.036 0.112 0.358
INDF 0.126 3 0.881 32.108 0.053 0.059 0.447
MLBI 2017 4.400 3 1.357 28.551 0.039 0.527 0.263
MYOR 0.741 3 1.028 30.333 0.134 0.109 0.269
ROTI 2.422 3 0.617 29.148 -0.012 0.030 0.264
SKBM 6.805 3 0.586 28.115 0.227 0.016 0.432
SKLT 17.359 3 1.069 27.179 0.096 0.023 0.301
TBLA 0.788 3 2.506 30.272 0.378 0.068 0.233
ULTJ 2.129 3 0.232 29.277 0.041 0.137 0.338

Keterangan:

Data dengan tabel berwarna kuning adalah data yang di outlier.


71

3. Uji one sample kolmogorov-smirnov sebelum outlier

4. Uji one sample kolmogorov-smirnov setelah outlier

5. Uji multikolonearitas
72

6. Uji heteroskedastisitas

7. Uji autokorelasi

8. Uji regresi linier berganda


73

9. Uji koefisien determinasi

10. Uji F

11. Uji t

12. Statistik deskriptif


YAYASAN ALUMNI UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEMARANG
JI. Soekarno Hatta, Tlogosari - Semarang Telp. (024) 6702757 psw. 126 Fax. (024) 6702272

KAKTU KONSULTASI SKKIPSI

Nama Mahasiswa

Nomer lnduk

Jurusan .

Pembimbing

J udul Skripsi :
. r.~~~ . · ~~~~~ ~~~-~.~~'J., .. ~.~~~ . ~~~~'. . ~~~;~~~~.' .. ~~~~~~ ~~~~;~~~ .
. . . .f~.~~.~.~~~.~~ ~!~Il;l~~~~- : . ~~~- .. -~~t.~~'-~·~.1 ~~~f!~ . T.~ ~.~~:!~~.~.t .

O • • f • e o o e • • • o f • f e • t • e e • • f It • e • • 9 • e e e ••• o O • • t • •• o e • • •• t t •• O e O e t O e • e I • 0 e O o O • • f O e e I e • I It • I f It • I It O I f. 0 It ... t O f It e • I • f • t I O .. • f, • • • • f f I f • • ~ 0 I O O • t0 • 0 •

Tanggal Awai Bimbingan : .


No. Tonggal Uraian Konsultasi Paraf Pemh.
l 2 .3

n I cB. L.-- a"Ju.,\-af\ 10 f Of ""-.t~J


{lO v,« _1 __ C
----i'~r
{4-vD\ d Gi (\(;(.)
lJ
2-. 1l ~)C- C-< v'Otcla n o«-
10
r: ~\A{'(\4 \

r, 9' + "i
--+-+---!------~ ---
( (ti
~. 1
{ (7
J\)((1 ~l
(i
~- (,, (1 I

ID

t'?> • ( '?, ( l
Catalan : j#'
/
Tiap akhir semester harus dikctahui olch Dasen Wali dan t~etua/Sel~rek'lris , Jt in tKi 111 ·.
yang bersangkutan
~ l\ I

Semarang,
Dosen Pemblmbi

Anda mungkin juga menyukai