SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH:
BERLYN MEGA APRILIANI
NIM: 041611323002
iv
KATA PENGANTAR
dan rahmat, serta petunjuknya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Tahun 2014-2016)” dengan baik dan lancar. Skripsi disusun sebagai salah satu
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itulah pada kesempatan ini penulis ingin
2. Prof. Dr. H. Widi Hidayat, SE., M.Si., Ak., CA., CMA. Selaku dosen wali
dalam perkuliahan.
3. Prof. Dr. Soegeng Soetedjo, SE., Ak., CMA., CA., CfrA. Selaku dosen
4. Ayah, Mama dan Kak Eca. Tanpa perjuangan mereka, tanpa keringat
mereka, tanpa doa yang mereka panjatkan siang dan malam, aku gak akan
bisa jadi seperti ini. Semoga dengan Berlyn menyelesaikan kuliah ini akan
5. Fajar Sidiq Fathoni yang terkasih. Terima kasih atas segala kesabarannya
menghadapi aku yang selalu mengeluh ini. Terima kasih masih selalu ada
Fathin, Apil, Momo) yang sudah menjadi teman terbaikku selama ini.
9. Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri. Terima kasih
karena kamu selalu mencoba untuk optimis. Sering kali, hidup tidak
pernah sejalan dengan apa yang kamu mau, tidak semulus yang kamu
harapkan, tapi aku bahagia karena kamu nggak lantas menyerah dan terus
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
The purpose of this research is to provide empirical evidence which related to the
implementation of good corporate governance mechanism to financial reporting
lag. Good corporate governance in this research is measured by independent
commissioners, audit committees, institutional ownership, managerial ownership
and audit quality. The research sample which used in this research is
manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange 2014-2016.
Purposive sampling is used as a sampling method. The analytical technique use
multiple regression analysis with SPSS Version 20. The results of this study
indicate that audit committee, institutional ownership, managerial ownership
have an effect on financial reporting lag as independent commissioner and audit
quality has no effect on financial reporting lag.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
ix
xi
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
keuangan yaitu relevan, tepat waktu dan dapat diandalkan. Relevan berarti
menggambarkan keadaan sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini. Tepat waktu
berarti laporan keuangan telah selesai dilaporkan pada batas waktu yang sesuai
agar lebih tepat dalam membantu pengambilan keputuan. Laporan keuangan yang
dapat diandalkan dapat diartikan bahwa informasi yang dilaporkan dalam laporan
pengambilan keputusan.
yang dalam dunia pasar modal digunakan untuk mengambil keputusan investasi
Indonesia nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal yang menyatakan bahwa
waktu. Ketepatan waktu dalam pelaporan keuangan terbagi menjadi dua aspek
yaitu frequency of the report dan financial reporting lag (Kaihatu, 2006).
Financial reportig lag adalah periode dari tanggal penutupan tahun buku sampai
(2014) secara umum financial reporting lag dibagi menjadi dua yaitu audit report
lag dan management report lag. Lamanya waktu penyampaian laporan keuangan
tahunan bagi emiten dan perusahaan publik yang berlaku sejak 31 Desember 2012
yang sebelumnya diatur dalam Keputusan Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal
Desember 2006 tentang kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten dan
perusahaan publik.
diawasi oleh bapepam. Pengawasan ini bertujuan agar semua emiten dan
sekarang biasa kita sebut dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Laporan
keuangan berkala emiten dan perusahaan publik akan secara otomatis tercatat
pada Bursa Efek Indonesia ataupun Bursa Efek lainnya. Berdasarkan peraturan
dibutuhkan dalam pelaporan laporan keuangan. Komponen yang ada dalam good
komisaris dan komite audit dalam sebuah perusahaan akan berdampak besar
jumlahnya semakin baik dalam menaggulangi financial reporting lag dan fraud.
merupakan kepemilikan saham oleh pihak manajer, kepemilikan manajer ini dapat
(Kadir, 2016).
bisnis sesuai dengan pedoman bisnis yang baik atau sering disebut dengan good
fairness (KNKG, 2006). Praktik good corporate governance ditekankan pada dua
hal yaitu pentingnya para stakeholder untuk mendapatkan informasi yang tepat
waktu dan akurat yang dapat digunakan dalam mengambil sebuah keputusan dan
keterbukaan informasi dan ketepatan waktu atas semua kinerja dari pihak-pihak
diperiksa oleh auditor eksternal. Menurut Oktrivina and Yumna (2016) Auditor
merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan karena sangat mempengaruhi
(1991) dalam Shalicha (2012) menentukan tinggi atau rendahnya kulitas auditor
Kualitas audit yang tinggi dapat memberikan dampak yang positif yaitu
dalam laporan keuangan dan juga untuk menjaga kredibilitas dari pihak auditor
(Nugrahanti & Darsono, 2014). Tinggi atau rendahnya suatu kualitas audit
terhadap laporan keuangan juga tergantung dari faktor jasa audit. Hasil yang
tinggi juga dapat diperoleh apabila telah dapat memenuhi ekspektasi yang
keuangan ke bursa ini diawasi dengan ketat oleh Bapepam. Pihak Bapepam telah
dalam melaporkan laporan keuangannya. Namun jeda waktu yang cukup lama
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Meskipun hal ini tidak terjadi di semua
perusahaan karena masih ada perusahaan yang dengan tepat waktu disetiap
(BEI) pada tahun 2014 terdapat 52 emiten yang terlambat melaporkan laporan
perusahaan tercatat atau emiten yang terlambat pada kuartal pertama. Objek dari
sektor perusahaan yang lain. Hal ini dapat dilihat dalam Pengumuman
penyampaikan laporan keuangan pada tahun 2014, pada tahun 2015 naik menjadi
10% dan tahun 2016 meningkat menjadi 16%. Perusahaan manufaktur yang
lag?
lag?
sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
c) Bagi pihak lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2016)" ini terdiri atas lima bab.
Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
corporate governance terhadap financial reporting lag. Selain itu, pada bab ini
juga berisi mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika skripsi.
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA, pada bab ini berisi mengenai landasan teori
yang berisi tentang agency theory, good corporate governance, dan financial
reporting lag. Selain itu, dijabarkan pula mengenai penelitian sebelumnya dan hal
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Selain itu,
sumber data, dan teknik analisis. Penelitian ini menggunakan teknik analisis
penjabaran dari gambaran umum subjek dan objek penelitian, deskripsi hasil
10
mekanisme good corporate governance terhadap financial reporting lag dan saran
penelitian berikutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
bahwa manajemen perusahaan merupakan agen atau pihak yang termasuk dalam
menjabarkan keadaan sesuai dengan realita yang ada. Adanya kepentingan sendiri
Teori keagenan ini pertama kali muncul ketika adanya pemisahan antara
kali dikemukakan oleh Jensen and Meckling (1976) yang menyebutkan apabila
ada hubungan antara pihak agen dengan pihak lain itu termasuk kedalam
partisipan. Dalam teori keagenan terdapat pihak lain atau partisipan dan agen.
11
12
mekanisme apa yang harus dilakukan untuk menyelaraskan antara participan dan
yang ada dalam perilaku manusia yang menjadi latar belakang dari teori keagenan
ini yaitu self interest, bounded rationality dan risk aversion. Self interest yang
yang tidak lagi memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara rasional.
Risk aversion diartikan perilaku manusia yang tidak mau mengambil resiko yang
keputusan dan hal-hal yang terlibat di dalamnya. Teori keagenan ini lebih
ini tidak cocok untuk semua keadaan. Penerapan mekanisme good corporate
governance ini akan menjadi salah satu solusi dari teori kegenan. Pengawasan
yang dilakukan oleh pihak yang terkait dalam good corporate governance yaitu
masalah mengenai sifat opportunistic dari para participan maupun agen akan
perusahaan dapi pada pihak partisipan karena sifat opportunistic yang dimiliki
13
manusia maka pihak agen tidak mengungkapkan kepada pihak partisipan. Namun
karena keputusan yang akan diambil baik agen maupun partisipan akan
mereka pula.
cadbury committe, sebuah lembaga yang dibentuk oleh Bank of England untuk
kepentingan.
14
ada.
sebagai pilar utama perekonomian dan di Indonesia sendiri hal ini dapat
lainnya.
dari luar perusahaan mengenai hak-hak dan kewajiban mereka dalam suatu
perusahaan.
perusahaan dan dapat mengurangi window dressing atau take a bath. Sedangkan
menurut KNKG (2006) prinsip-prinsip good corporate governance ada lima yaitu
15
2) Accountability (akuntabilitas)
terstruktur.
3) Responsibility (pertanggungjawaban)
16
dalam perusahaan.
4) Independency (kemandirian)
kepentingan dari manajemen, independen dan tidak apa pihak yang lebih
fraud.
kepemilikan manajerial, komite audit dan kualitas audit dapat mengurangi adanya
terjadinya fraud.
17
yang tidak berasal dari pihak afiliasi. Terafilisi dapat diartikan sebagai pihak yang
dan perusahaan itu sendiri. Peran dari komisaris independen diharapkan dapat
menjamin pengawasan berjalan dengan lebih efektif sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
komisaris independen merupakan ketua dari komite audit dan anggotanya terdiri
dari komisaris dan pihak dari luar perusahaan. Pemilihan jumlah komisaris
independen ini disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu tercapainya
eksternal harus mempertimbangkan pendapat dari komite audit selain dari pihak
prosedur audit internal dan eksternal berjalan sesuai dengan peraturan yang
berlaku dan menindaklanjuti setiap terdapat temuan audit. Dalam hal ini komite
18
independen.
mementikan kepentingan salah satu pihak. Komite audit sangat membantu untuk
dan internal kontrol telah berjalan dengan efektif, sehingga tidak akan terjadi
konflik dalam perusahaan (Jensen & Meckling, 1976). Menurut Wirahadi Ahmad
perusahaan yaitu meningkatkan pengawasan dari pihak luar perusahaan yang lebih
Pemborosan yang dilakukan oleh para manajer perupakan perilaku negatif yang
manajer maka hal ini dapat mengurangi kos keagenan. Menurut Permanasari and
Kawedar (2010) Pengawasan yang optimal dari pihak institusional ini akan dapat
19
menjamin kemakmuran pemegang saham lainnya, hal ini didorong oleh investasi
yang cukup besar yang telah mereka tanamkan di pasar modal. Keuntungan yang
pihak manajemen yang dalam hal ini yaitu dewan komisaris dan direksi (Wiranata
& Nugrahanti, 2013). Pihak manajemen yang memiliki saham tersebut memiliki
manajemen. Keselarasan antara pemegang saham dan pihak manajemen maka kos
keagenan dalam perusahaan juga akan berkurang. Menurut Amanti and Venusita
(2012) kepemilikan manajerial ini juga secara aktif ikut dalam pengambilan
20
keuangan. Menurut john (1991) dalam Shalicha (2012) menentukan tinggi atau
rendahnya kulitas auditor dapat dilihat dari ukuran kantor akuntan yang
mengaudit. Kualitas audit dapat diukur dengan melihat ukuran KAP. Menurut
Oktrivina and Yumna (2016) ukuran KAP dibagi atas dua jenis berdasarkan
tahunan yaitu KAP the big four dan KAP non the big four. Reputasi KAP baik
yang dimiliki oleh KAP merupakan nilai tambah bahwa KAP tersebut telah
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kontrak kerja yang ada,
sehingga kepercayaan masyarakat terhadap KAP tersebut akan tinggi juga. KAP
yang termasuk dalam the big four merupakan kantor akuntan publik yang telah
Kantor Akuntan Publik yang masuk kedalam KAP the big four
Indonesia yaitu KAP Price Waterhouse Coopers (PWC) yang berkerja sama
dengan KAP Tanudiredja, wibisana & rekan, KAP Deloitte Touche Tohmatsu
Limited (Deloitte) yang berkerja sama dengan KAP Osman Bing Satrio, KAP
Ernst & Young (EY) yang berkerja sama dengan KAP Purwanto, Suherman &
Surja dan KAP Klynveld Pead Marwick Goerdeler (KMKG) yang bekerja sama
21
dengan penelitian Oktrivina and Yumna (2016) yaitu kualitas audit yang diukur
Menurut Watkins, Hillison et al. (2004) kualitas audit tidak bisa diukur
dengan ukuran KAP karena sebuah KAP yang besar belum tentu lebih berkualitas
dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil apabila tidak dapat memberikan opini
Enron/Andersen merupakan salah satu bukti nyata bahwa kantor akuntan yang
besar tidak menjamin akan memiliki sikap yang independen. Sehingga menurut
Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengetahui kualitas auditor adalah
berdasarkan dari keputusan yang diambil. Secara umum terdapat dua jenis
diukur menggunaan dua cara yaitu tingkat kepatuhan auditor terhadap General
terhadap jenis industri tertentu yang didasarkan pada kondisi di Amerika Serikat.
kualitas audit yang di observasi dari hasil audit yang dilakukan. Terdapat dua
22
jenis hasil audit yang dapat di observasi yaitu laporan audit dan laporan keuangan.
Menurut Carey and Simnett (2006) kualitas audit dapat diobservasi dalam laporan
audit adalah ketika perusahaan akan bangkrut dan auditor mengeluarkan opini
Menurut Rossieta and Wibowo (2009) nilai laba yang didapatkan dapat
dikelola sesuai dengan tujuan manajemen. Ada dua tujuan manajemen yaitu
seringkali dikaitkan dengan kualitas laba yang dilaporkan. Menurut Chen, Lin et
al. (2008), jika kualitas audit yang dilaporkan rendah maka laba yang disajikan
dalam laporan keuangan akan mengandung akun-akun yang tidak terlalu tepat
merupakan pengukuran kualitas audit yang relatif baru dan didukung oleh
argumen yang kuat tentang hubungannya dengan kualitas audits. Selain itu juga
23
tingkat laba adalah data yang relatif mudah untuk dicari dalam laporan keuangans.
penelitian yang dilakukan Carey and Simnett (2006). Menurut Rossieta and
penghitungan 2% dari total aset dan pengukuran ini disesuaikan dengan kondisi
pasar modal yang terdapat di Australia sehingga untuk diterapkan sesuai kondisi
variabel kualitas audit yang diukur dengan earnings suprise benchmark. Namun
tidak dihitung dengan 2% dari total aset tetapi menggunakan manajemen laba.
Manajemen laba yang dilihat dari pembagian antara earnings dengan total assets.
yaitu frequency of the report dan financial reporting lag (Kaihatu, 2006).
Financial reporting lag adalah periode dari tanggal laporan keuangan sampai
dipublikasikan oleh bursa. Secara umum financial reporting lag dibagi menjadi
dua yaitu audit report lag dan management report lag (Al Daoud, Ismail et al.,
telah dipublikasi. Laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan yang
dapat membantu manager dalam mengambil keputusan pada waktu yang tepat
Financial reporting lag juga dapat diartikan jumlah hari dimulai dari
24
laporan keuangan pada bursa. Menurut Van Hout (2012) perusahaan tentu saja
tidak mungkin menyetorkan laporan keuangannya pada hari yang sama pada akhir
perlu untuk dikaji ulang dan kemudian didistribusikan ke lembaga resmi yang
ditunjuk.
Menurut Dyer and McHugh (1975) financial reporting lag dapat diukur
1. Preliminari lag: periode hari dimulai dari laporan keuangan akhir tahun
2. Auditor’s signature lag: periode hari dimulai dari laporan keuangan akhir
3. Total lag: periode hari dimulai dari laporan akhir tahun sampai dengan
keterlambatan dari Dyer and McHugh (1975) yaitu kriteria total lag. Total lag
adalah periode dari tanggal laporan keuangan sampai dengan laporan keuangan
tersebut dipublikasikan oleh bursa. Hasil interval lag yang semakin kecil
Pada penelitian ini salah satu prosedur yang harus dilakukan adalah
merujuk kepada beberapa penelitian sebelumnya yang mirip dengan topik yang
25
telah dipilih oleh penulis. Penelitian terdahulu menjadi masukan bagi penelitian
ini.
digunakan adalah jeda waktu publikasi laporan keuangan atau financial reporting
lag. Subjek penelitian ini adalah seluruh sektor perusahaan yang terdaftar di BEI
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 269 perusahaan.
Teknik analisis menggunakan metode analisis regresi berganda yang akan diolah
menggunakan SPSS versi 18. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggriani
(2017) adalah komite audit, rapat komite audit, profitabilitas, leverage keuangan
adalah subjek penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu adalah seluruh sektor
26
independen dan komite audit pada ketaatan waktu publikasi laporan keuangan
Subjek penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar pada BEI
penelitian Pramana and Ramantha (2015) dengan penelitian ini adalah penelitian
dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian Pramana and Ramantha (2015) adalah subjek penelitian yang
27
penelitian ini yaitu karakteristik komite audit yang menggunakan proksi ukuran
komite audit dan pertemuan rutin komite. Sedangkan mekanisme good corporate
Sampel penelitian yang digunakan adalah 102 perusahaan yang terdaftar di BEI
logistik dengan menggunkan SPSS versi 17. Hasil penelitian yang di peroleh
adalah ukuran komite audit, pertemuan rutin komite audit, komisaris independen
Anggiani (2011) dengan penelitian ini adalah teknik analisis yang digunakan pada
regresi berganda. Selain itu subjek penelitian yang digunakan penelitian terdahulu
28
(2013) dengan penelitian ini adalah menggunakan variabel komite audit dan
pengumpulan data purposive sampling dan teknik analisis yang digunakan dalam
29
diukur dengan ukuran perusahaan, profitabilitas, rasio gearing, pos-pos luar biasa,
luar biasa, dan umur perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Kadir (2016) dengan penelitian ini terletak pada variabel dependen yang
Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda yang akan
diolah menggunakan SPSS versi 16. Hasil penelitian Savitri (2010) adalah
30
terdaftar di BEI tahun 2005-2007. Sampel penelitian yang digunakan adalah 375
31
keuangan pada usaha go public yang terdaftar di BEI tahun 2011. Variabel
yang digunakan adalah financial reporting lead time (FRLT). Subjek penelitian
yang digunakan adalah seluruh badan usaha semua sektor yang terdaftar di BEI
tahun 2011 kecuali serkot perbankan dan keuangan. Sampel penelitian yang
menggunakan subjek penelitian seluruh badan usaha semua sektor yang terdaftar
di BEI tahun 2011 kecuali serkot perbankan dan keuangan sedangkan penelitian
32
tahun 2014-2016.
yang terdaftar di BEI tahun 2013. Sampel yang digunakan sebanyak 404
penelitian Joened and Damayanthi (2016) adalah ukuran dewan komisaris, opini
33
pergantian auditor. Subjek penelitian yang digunakan adalag perusahaan food and
independen dan teknik analisis regresi berganda. Perbedaan Budiyanto and Aditya
(2015) adalah subjek penelitian yang digunakan yaitu pada penelitian terdahulu
menggunakan perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2010-
terdaftar di BEI tahun 2009-2011. Jumlah sampel yang digunakan adalah 132
sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi berganda.
34
analisi yang digunakan regresi berganda dan teknik pengumpulan data purposive
sampling. Perbedaan penelitian Rianti (2014) dengan penelitian ini adalah periode
dengan jawaban tersebut diuji secara empiris melalui data yang telah dimiliki.
penelitian ini, berikut ini merupakan penjabaran dan rumusan hipotesis yang akan
berdasarkan dari peraturan yang berlaku (Kaihatu, 2006). Hasil kinerja perusahaan
yang baik menggambarkan kondisi perusahaan yang baik pula. Pemantauan hasil
kinerja dilakukan oleh mekanisme internal dari good corporate governance yaitu
35
pengawasan berjalan dengan lebih efektif sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Apabila perusahaan telah berjalan dengan efektif maka pengendalian internal juga
akan baik. Pengendalian internal yang baik dapat mengurangi terjadinya financial
reporting lag.
memenuhi tanggung jawabnya dan dapat menekan biaya keagenan. Salah satu
tanggung jawab yang dimiliki perusahaan terutama yang telah terdaftar dalam BEI
dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi
pula kinerja perusahaan sehingga laporan tahunan tidak akan terlambat untuk
dipublikasikan ke bursa. Laporan tahunan yang tepat waktu juga akan membantu
para manajer dalam mengambil keputusan yang tepat di waktu yang tepat.
36
semakin kecil. Kecilnya risiko keagenan membuat manajemen fokus pada usaha
juga dilakukan oleh komite audit. Menurut KNKG (2006), komite audit berperan
yang berlaku dan internal control telah berjalan dengan efektif, sehingga tidak
reporting lag.
komite audit yang lebih besar akan mampu bekerja lebih efektif untuk mengawasi
37
(2012) menyatakan bahwa komite audit juga memiliki peran yang penting dalam
Pengawasan yang ketat oleh komite audit juga mengurangi adanya konflik dalam
perusahaan. Minimnya konflik dalam perusahaan hal ini juga akan berdampak
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Menurut Rochmah Ika and Mohd
Ghazali (2012) dalam penelitian yang telah dilakukan dengan keoptimalan dan
terjadinya konflik dalam perusahaan (Jensen & Meckling, 1976). Dengan adanya
pengawasan terhadap pemborosan manajer maka hal ini dapat mengurangi kos
keagenan. Menurut Permanasari and Kawedar (2010) pengawasan yang baik dari
lainnya, hal ini didorong oleh investasi yang cukup besar yang telah mereka
tanamkan di pasar modal. Pengawasan yang baik juga dapat meningkatkan kinerja
38
(2017) efek kepemilikan pihak luar memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi
yang disajikan akan mempengaruhi keputusan ekonomi yang akan diambil oleh
monitoring yang baik maka akan mengurangi sifat opportunitic dari pihak
manajer. Menurut Amanti and Venusita (2012) kepemilikan manajerial ini juga
39
keuangan. Menurut john (1991) dalam Shalicha (2012) menentukan tinggi atau
rendahnya kulitas auditor dapat dilihat dari ukuran kantor akuntan yang
mengaudit. Menurut Oktrivina and Yumna (2016) ukuran KAP dibagi atas dua
laporan keuangan tahunan yaitu KAP the big four dan KAP non the big four.
40
Reputasi KAP baik yang dimiliki oleh KAP merupakan nilai tambah bahwa KAP
tersebut telah melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kontrak kerja
yang ada, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap KAP tersebut akan tinggi
juga. Namun pengukuran kualitas audit tidak valid apabila menggunakan ukuran
apakah KAP tersebut KAP the big four atau KAP non the big four.
Menurut Watkins, Hillison et al. (2004) kualitas audit tidak bisa diukur
dengan ukuran KAP karena sebuah KAP yang besar belum tentu lebih berkualitas
dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil apabila tidak dapat memberikan opini
Enron/Andersen merupakan salah satu bukti nyata bahwa kantor akuntan yang
besar tidak menjamin akan memiliki sikap yang independen. Sehingga menurut
mampu mengerjakan pekerjaan auditnya secara lebih efisien dan efektif sehingga
dapat selesai secara tepat waktu. Kualitas auditor yang mengaudit perusahaan
41
kantor akuntan publik yang memiliki reputasi baik. Perusahaan yang diaudit oleh
KAP yang berkualitas baik akan melaporkan laporan keuangan perusahaan lebih
tepat waktu dibandingkan perusahaan yang diaudit oleh KAP yang kurang
berkualitas. Selain itu, Budiyanto and Aditya (2015) menyatakan bahwa auditor
besar cenderung untuk memberi informasi kepada klien tentang peraturan yang
agensi, manajer sebagai agen yang telah diberikan wewenang untuk mengelola
perusahaan oleh prinsipal akan cenderung memilih Kantor Akuntan Publik yang
berkualitas untuk menilai laporan keuangan perusahaan karena dinilai lebih efektif
dalam mengaudit dan menghasilkan laporan audit yang sesuai dengan kewajaran
berdasarkan dari peraturan yang berlaku (Kaihatu, 2006). Penelitian ini menguji
42
laporan keuangan terbagi menjadi dua aspek yaitu frequency of the report dan
financial reporting lag (Kaihatu, 2006). Financial reportig lag adalah periode dari
Financial reporting lag dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan total
lag. Menurut (Oktrivina & Yumna, 2016) mekanisme good corporate governance
BAB 3
METODE PENELITIAN
untuk dapat di generalisasikan kepada populasi yang diteliti. Metode penelitian ini
corporate governance dan kualitas audit terhadap financial reporting lag pada
perusahaan manufaktur yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia pada tahun
2014-2016. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis regresi berganda atau multiple regretion analysis yang akan
yaitu:
43
44
terhadap variabel lainnya (Anshori & Iswati, 2009). Dalam penelitian ini
lag (Y).
bentuk kegiatan memberikan definisi kepada suatu variabel untuk diukur dan
memiliki tiga unsur penting ini yaitu memberikan sebuah arti, menjelaskan
bagaimana cara variabel tersebut diukur dan alat ukur apa yang digunakan serta
menyatakan ukuran apa yang digunakan. Penelitian ini terdapat lima variabel
45
.....................(3.1)
.......................(3.2)
..........................(3.3)
46
rendahnya kualitas auditor dapat dilihat dari ukuran kantor akuntan yang
diukur dengan membagi earnings dengan total assets atau yang sering kita sebut
dengan ROA.
dengan penelitian yang dilakukan Carey and Simnett (2006). Menurut Rossieta
and Wibowo (2009) dalam penelitian Carey and Simnett (2006) mengukur
pengukuran ini disesuaikan dengan kondisi pasar modal yang terdapat di Australia
sehingga untuk diterapkan sesuai kondisi di Indonesia pengukuran ini belum tentu
valid.
dimana µ merupakan rata-rata dari pembagian antara earnings dengan total assets
tersebut maka variabel dummy yang digunakan yaitu 1 (satu) apabila kualitas
audit yang tinggi dengan kriteria µ - σ < ROA < µ + σ dan 0 (nol) apabila kualitas
audit yang rendah dengan kriteria nilai ROA > µ + σ atau ROA < µ - σ.
47
buruk apabila:
1. Ketika nilai ROA > µ + σ, artinya laba perusahaan telah melebihi earnings
2. Ketika nilai ROA < µ - σ, artinya rugi perusahaan telah melebihi earnings
berjalan menjadi sangat rendah oleh manajemen dengan cara menjadikan rugi
Financial reporting lag adalah periode hari dimulai dari tanggal penyerahan
bursa. Menurut Van Hout (2012) perusahaan tentu saja tidak mungkin
menyetorkan laporan keuangannya pada hari yang sama pada akhir periode
48
kemudian diaudit oleh KAP. Selanjutnya laporan keuangan juga perlu untuk
Variabel ini diukur menggunakan salah satu kriteria keterlambatan dari Dyer and
McHugh (1975) yaitu kriteria total lag. Total lag adalah periode dari tanggal
bursa. Hasil interval lag yang semakin kecil menunjukan bahwa ketepatan waktu
2017).
dalam Bursa Efek Indonesia. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif berupa laporan tahunan sektor manufaktur selama periode
2014-2016. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014-2016 yang didapatkan dari situs
yang termasuk dalam listing perusahaan manufaktur dalam Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tahun 2014-2016. Penentuan sampel dalam penelitian ini terdapat
49
berturut-turut.
penelitian ini.
membahas topik permasalahan yang sama dan telah dijadikan referensi. Data
akan digunakan penelitian yang sekarang. Data yang digunakan berupa data
terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014-2016 dan situs
regresi linier berganda atau multiple regression analysis. Metode regresi linier
berganda akan diolah menggunakan SPSS (statistical program for social science)
50
versi 21. Metode regresi linier berganda baru dapat dilakukan apabila model
penelitian ini telah lolos dalam uji asumsi klasik. Lolos dalam uji asumsi klasik
(Anshori & Iswati, 2009). Metode regresi linier berganda ini dapat digunakan
fungsional. Model regresi berganda dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
........................................(3.4)
Keterangan :
a = konstanta
b1 = komisaris independen
b2 = komite audit
b3 = kepemilikan institusional
b4 = kepemilikan manajerial
b5 = kualitas audit
51
e = tingkat kesalahan
linier berganda atau multiple regresion analysis. Uji asumsi klasik terdiri dari uji
dengan menggunakan distribusi normal. Menurut Janie (2012) apabila hasil dari
penelitian ini tidak normal maka terjadi pelanggaran akan mendapatkan hasil yang
tidak valid apabila jumlah sampel dalam penelitian ini kecil. Terdapat dua cara
untuk mendeteksi residual ini yaitu dengan analisis grafik dan uji kolmogov
smirnov (KS). Nilai dari uji kolmogov smirnov ini dinilai dengan tingkat
signifikan 0,05 atau 5%. Apabila hasil dari uji kolmogov smirnov lebih dari 0,05
dapat dikatakan bahwa uji kolmogof smirnov tidak signifikan sehingga tingkat
52
linier terdapat residual (Janie, 2012). Jika terdapat sebuah korelasi dapat diartikan
Autokorelasi dalam regresi linier berganda dapat diuji dengan menggunakan uji
Run Test. Suatu model regresi dinyatakan tidak terdapat masalah dalam
autokorelasi adalah apabila nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05.
dilakukan apabila terdapat varian yang sama dalam satu penelitian. Cara yang
glejser. Uji glejser dilakukan dengan meregresikan nilai dari absolute residual
0,05. Apabila nilai signifikan dari uji glejser kurang dari 0,05 dapat diartikan
signifikan dari uji glejser lebih dari 0,05 dapat diartikan bahwa tidak terdapat
apakah suatu dalam suatu regresi dapat ditemukan korelasi yang cukup tinggi atau
53
menggunakan tolarence value dan variance inflation factor (VIF). Korelasi yang
value < 0,10 dan variance inlation factor > 10 sehingga dapat diartikan terdapat
penelitian dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan dari data yang telah
diperoleh selama proses penelitian tanpa ada maksud untuk mengambil sebuah
sample dalam sebuah populasi (Anshori & Iswati, 2009). Dalam pelakukan
54
Nilai dari koefisien determinasi adalah 1 (satu) dan 0 (nol). Semakin nilai dari
variabel dependen.
terhadap variabel dependent. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau
1. Jika F statistik < 0,05 atau F hitung > F tabel, maka Ho ditolak, yang berarti
dependen.
2. Jika F statistik > 0,05 atau F hitung > F tabel, maka Ho diterima, yang berarti
variabel dependent.
55
3.7.4.3 Uji t
1. Jika p-value > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti bahwa variabel yang
2. Jika p-value < 0,05, maka Ho ditolak, yang berarti bahwa variabel yang diuji
BAB 4
reporting lag. Subjek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
manufaktur diakses dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Objek
dari penelitian yang dilakukan yaitu berupa variabel-variabel yang terdiri dari
manufaktur dari 2014-2016 sebanyak 134 perusahaan. Berikut ini adalah tabel
prosedur penentuan sampel perusahaan manufaktur yang tertera pada tabel 4.1
Tabel 4.1
Prosedur Penentuan Sampel
Kriteria Sampel Jumlah Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan tidak 134
pernah delisting dari tahun 2014-2016
Perusahaan manufaktur yang tidak menerbitkan laporan (22)
keuangan secara berkala
Perusahaan manufaktur yang tidak menyediakan data (8)
informasi lengkap yang diperlukan penelitian
Jumlah perusahaan sampel penelitian 104
3 tahun periode penelitian 3
Jumlah sampel penelitian 312
56
57
manufaktur yang terdaftar di BEI dan tidak pernah mengalami delisting dari tahun
2014-2016 adalah 134 perusahaan dan data yang data yang digunakan adalah
penelitian adalah informasi mengenai data yang digunakan peneliti sebagai data
Indonesia dari tahun 2014-2016 adalah sebanyak 312 perusahaan yang digunakan
sebagai sampel penelitian dan daftar perusahaan yang dijadikan sampel disajikan
pada Lampiran 1.
58
manajerial (KMNJ) dan variabel dependen yang lain yaitu kualitas audit (KUA),
sedangkan variabel dependen penelitian ini yaitu Financial Reporting Lag (FRL).
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
good corporate governance proksi yang pertama yaitu komisaris independen (KI)
nilai minimum dari komisaris independen dimiliki oleh Unggul Indah Cahaya Tbk
(UNIC) dan nilai maximum dimiliki oleh Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) tahun
kurangnya memiliki komisaris independen sebanyak 30% (tiga puluh persen) dari
jumlah dewan komisaris yang ada. Rata-rata dari komisaris independen dalam
penelitian ini telah memenuhi syarat dalam memiliki komisaris independen dalam
sebuah perusahaan yaitu 0,4089391 yang sudah lebih dari 30%. Nilai rata-rata
59
yang artinya bahwa sebaran data (data spread) dalam penelitian baik atau data
bersifat homogen.
Variabel good corporate governance proksi yang kedua yaitu komite audit
perusahaan yang melaporkan laporan keuangan secara berkala dari tahun 2014-
2016 namun tidak menyajikan informasi jumlah komite audit dalam perusahaan
sehingga harus dihapuskan dari daftar sampel karena dalam keputusan ketua
kurangnya harus terdiri dari satu komisaris independen dan dua anggota yang
berasal dari luar emiten atau perusahaan publik. Perusahaan yang tidak memiliki
komite audit adalah Tri Banyan Tirta Tbk dan Sekar Laut Tbk. Berdasarkan
sampel yang digunakan komite audit perusahaan terdiri dari satu komisaris
independen dan dua anggota dari perusahaan publik, namun masih terdapat
perusahaan yang memiliki jumlah komite audit berjumlah kurang dari tiga orang
yaitu Titan Kimia Nusantara Tbk, Martina Beton Tbk, Kertas Basuki Rachmat
Indonesia Tbk dan Pyridam Farma Tbk. Rata-rata komite audit yaitu 3,0865385
dengan standar defiasi 0,41150442. Nilai rata-rata komite audit 3,0865385 lebih
tinggi dari standar deviasi 0,41150442, hal ini dapat diartikan bahwa data bersifat
60
yang tidak memiliki kepemilikan isntitusional yaitu Indofarma Tbk tahun 2014
dan 2015, Intan Wijaya International Tbk, Kimia Farma Tbk, Krakatau Steel Tbk,
Sat Nusa Persada Tbk, Semen Baturaja Tbk, Semen Indonesia Tbk, Jaya Pari
Steel Tbk tahun 2016. Nilai maksimumnya adalah 0,98960 yang dimiliki oleh
Bentoel International Investama Tbk. Tahun 2015. Rata- rata dari kepemilikan
0,6552061 lebih tinggi dari nilai standar defiasi 0,24947949 yang artinya bahwa
Argha Karya Prima Industry Tbk, Alaska Industrindo Tbk, Asahimas Flat Glass
Tbk dan Primarindo Asia Infrastructure Tbk. Nilai maksimum dari variabel
kepemilikan manajerial adalah 0,98960 yang dimiliki oleh Beton Jaya Manunggal
Tbk tahun 2016. Rata-rata yang dimiliki adalah 0,0390526 dengan standar
deviasi 0,36743300. Nilai rata-rata 0,0390526 lebih kecil dari nilai standar deviasi
0,367433. Hal ini dapat diartikan bahwa sebaran data (data spread) tidak baik
kualitas audit (KUA) memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1. Kualitas
audit mendapat nilai 1 (satu) apabila µ - σ < ROA < µ + σ yang artinya kualitas
audit yang tinggi dan 0 (nol) yang artinya kualitas audit yang rendah dengan
61
kriteria nilai ROA > µ + σ atau ROA < µ - σ. Rata-rata dari variabel kualitas audit
yang telah memiliki kualitas audit yang baik atau manajemen perusahaan tidak
keuntungan dimasa yang akan datang. Nilai rata-rata variabel kualitas audit
0,8397436 yang lebih besar dari nilai standar deviasi. Hal ini dapat diartikan
bahwa data bersifat homogen atau sebaran data (data spread) adalah baik.
maksimum 364. Kesimpulan yang dapat dilihat dari nilai maksimum yang
diperoleh yaitu masih ada perusahaan yang memerlukan waktu cukup lama untuk
Nomor X.K.6, Lampiran Keputusan Ketua Badan Pasar Pengawasan Modal dan
laporan tahunan bagi emiten dan perusahaan publik menyatakan bahwa emiten
atau perusahaan publik yang telah terdaftar secara aktif memilki kewajiban untuk
lam 4 bulan atau 120 hari setalah tahun buku berakhir. Rata-rata yang dimilik
mencapai 100,9326932 atau 101 hari yang artinya mayoritas dari perusahaan yang
62
yang artinya bahwa data menyebar secara baik atau data bersifat homogen.
sebelum analisis regresi berganda. Uji asumsi klasik terdiri atas 4 tahap yaitu uji
Penelitian ini melakukan uji normalitas dengan melihat nilai dari Asym.
yaitu 5% atau 0,05. Menurut Ghozali (2013) sebuah data penelitian dapat
dikatakan terdistribusi secara normal apabila nilai Asym. Sig (2-Tailed) > 0,05.
tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized
Residual
N 312
a,b
Mean .0000000
Normal Parameters
Std. Deviation 25.95564573
Absolute .202
Most Extreme Differences Positive .202
Negative -.175
Kolmogorov-Smirnov Z 3.568
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
63
Berdasarkan tabel 4.3, nilai dari Asym. Sig. (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,000.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa data penelitian yang digunakan
tidak terdistribusi secara normal. Data pada penelitian ini akan dilakukan outliner
untuk mendapatkan normalitas data. Data outliner adalah data dalam penelitian
dan akan muncul nilai ekstrim. Cara yang dilakukan untuk mendeteksi data
ouliner adalah dengan menentukan nilai batas terhadap data yang akan di outliner
sampel ke dalam z-score dari 312 menjadi 293 sampel yang artinya sebanyak 19
data dinyatakan kedalam data ouliner sehingga harus dihapuskan dari data sampel
Tabel 4.4
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 293
a,b
Mean .0000000
Normal Parameters
Std. Deviation 12.46349059
Absolute .077
Most Extreme Differences Positive .077
Negative -.067
Kolmogorov-Smirnov Z 1.311
Asymp. Sig. (2-tailed) .064
64
Berdasarkan tabel 4.4, nilai Asym. Sig (2-tailed) > 0,05 yaitu 0,064 dan
berdasarkan grafik normal plot yang disajikan pada gambar 4.1 data sampel
penelitian telah menyebar dan mengikuti disekitar garis diagonal serta membentuk
sebuah lonceng. Kesimpulan yang dapat diambil dari uji normalitas yang telah
asumsi kalsik autokorelasi yang akan terjadi antar residual padapengamatan lain
65
dalam model regresi. Penelitian ini dapat dikatakan bebas dari gelaja autokorelasi
apabila nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05. Hasil dari uji autokorelasi
Tabel 4.5
Hasil Uji Runs Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
a
Test Value -.10556
Cases < Test Value 146
Cases >= Test Value 147
Total Cases 293
Number of Runs 149
Z .176
Asymp. Sig. (2-tailed) .860
a. Median
Sumber: Data Olahan SPSS, 2018
Berdasarkan tabel 4.5, nilai dari Asymp. Sig. (2-tailed) dalam uji
autokorelasi penelitian ini adalah 0,860. Batas minimum dari nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) untuk terbebas dari gelaja autokorelasi adalah 0,05. Kesimpulan yang
dapat diambil dari uji autokorelasi dalam penelitian ini adalah model regresi
Penghitungan ini untuk mengetahui adanya indikasi ketidak samaan antar varian
karena penelitian yang baik adalah penelitian yang memiliki kesamaan antar
66
varian (Ghozali, 2013). Tingkat signifikan yang digunakan adalah 5% atau 0,05.
dari hasil uji heterokedastisitas lebih besar dari tingkat signifikan yaitu 0,05. Hasil
uji heterokedasitas dalam penelitian ini akan disajikan dalam tabel 4.6.
Tabel 4.6
Hasil Uji Heterokedastisitas
a
Coefficients
signifikan semua variabel lebih besar dari tingkat signifikan 0,05. Kesimpulan
dari uji heterokedastisitas penelitian ini adalah model regresi tidak terkena
heterokedastisitas.
value dan variance inflation factor (VIF). Kedua perhitungan ini digunakan untuk
67
antar variabel adalah apabila tolerance value < 0,10 dan variance inflation factor
(VIF) > 10. Ringkasan dari uji multikolenieritas dalam penelitian ini disajikan
Tabel 4.7
HasilUji Multikolenieritas
a
Coefficients
audit (KUA) tidak ada yang memiliki tolerance value < 0,10 dan variance
infaltion fator (VIF) > 10. Kesimpulan atas uji multikolinieritas terhadap
penelitian ini adalah model regresi yang akan digunakan dalam penelitian ini tidak
68
dan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan 3 pengujian yaitu uji koefisien
dependen. Hasil dari analisis regresi linier berganda yaitu berupa koefisien yang
persamaan yang akan digunakan untuk semua variabel independen. Penelitian ini
menggunakan financial reporting lag (FRL) sebagai variabel dependen dan good
kuliatas audit (KUA). Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
.........................................(4.1)
Selanjutnya, formula diatas akan dilengkapi dengan angka dari hasil uji
regresi yang dilakukan dengan mengganti koefisien a dan b dengan angka yang
telah diperoleh dari hasil analisis. Hasil analisis dari regresi linier berganda
69
Tabel 4.8
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
a
Coefficients
yaitu positif dan negatif. Koefisien regresi positif dapat diartikan bahwa terdapat
yang tidak serah antara variabel independen dengan variabel dependen. Berikut ini
adalah interpretasi dari koefisien regresi berdasarkan hasil analitis regresi tabel
4.8:
Nilai tersebut dapat diartikan apabila semua variabel bernilai 0 (nol) atau
koefisien tersebut adalah apabila komisaris independen naik satu satuan maka
variabel financial repororting lag akan naik satu satuan yaitu sebesar 7,456
70
dan begitu pula sebaliknya tetapi dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya
tetap.
3. Variabel komite audit memiliki koefisien regresi sebesar -5,767. Arti dari
koefisien tersebut adalah apabila komite audit naik satu satuan maka variabel
financial reporting lag akan turun satu satuan sebesar 5,767 dan begitu pula
maka variabel financial reporting lag akan naik satu satuan sebesar 8,915 dan
berigu pula apabila terjadi hal yang sebaliknya tetapi dengan asumsi bahwa
16,513. Arti dari koefisien regresi dari kepemilikan manajerial yaitu apabila
reporting lag akan naik satu tingkat pula tetapi dengan syarat bahwa variabel
6. Kualitas audit memiliki niali koefisien regresi sebesar 1,046 yang artinya
apabila variabel komite audit naik satu tingkat maka variabel financial
reporting lag akan naik satu tingkat jug tetapi dengan syarat bahwa variabel
Dari hasil analisisi regresi linier berganda pada tabel 4.7 dapat disusun
71
dependen. Hasil uji koefisien determinasi terdapat nilai adjusted R2, apabila nilai
adjusted R2 mendekati nilai 1 (satu) maka hal ini menggambarkan bahwa variabel
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi
b
Model Summary
a
1 .244 .059 .043 12.57159
0,043. Hal ini dapat diartikan bahwa kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan varians variabel dependen sangat terbatas yaitu sebesar 4,3% yang
mana masih terdapat 95,7% varians variabel dependen yang tidak pada dijelaskan
72
dalam penelitian ini yang dibebabkan oleh beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penelitian ini tetapi tidak diteliti dalam penelitian ini. Menurut
reporting lag yaitu kualitas sistem pengendalian internal, opini audit, peranan
Uji statistik F atau uji kelayakan model dilakukan untuk menguji model
regresi secara simultan terhadap variabel dependen untuk menguji apakah seluruh
tingkat signifikan 5% atau 0,05. Apabila hasil dari F statitik < 0,05 dapat
Hasil uji kelayakan model atau uji statitistik F disajikan pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Uji Statistik F
a
ANOVA
Berdasarkan tabel 4.10, nilai F test pada uji ANOVA didapatkan F hitung
3,628 dengan tingkat signifikan 0,003. Tingkat signifikan dari hasil uji ANOVA
menunjukkan 0,003 atau kurang dari 0,05. Kesimpulan yang dapat diambil dari uji
73
statitik F pada penelitian ini bahwa model regresi pada penelitian ini dapat
digunakan untuk memprediksi financial reporting lag (FRL) atau dapat dikatakan
juga dahwa seluruh variabel independen yaitu komisaris independen (KI), komite
4.3.2.3 Uji t
individu. Tingkat signifikan yang digunakan adalag 5% atau 0,05. Apabila nilai
dari signifikan t < 0,05 maka variabel independen secara individu berpengaruh
terhadap variabel dependen dan apabila nialai dari signifikan t > 0,05 maka
dependen. Hasil dari uji t dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 4.11.
Tabel 4.11
Hasil Uji t
a
Coefficients
74
tingkat signifikan < 0,05 dan t-hitung > t-tabel yaitu 1,9682 yang artinya bahwa
(FRL). Sedangkan variabel komisaris independen (KI) dan kualitas audit (KUA)
memiliki tingkat signifikan > 0,05 dan t-hitung < t-tabel yaitu 1,9682 yang artinya
bahwa variabel komisaris independen (KI) dan kualitas audit (KUA) tidak
4.4 Pembahasan
Sub bab pembahasan membahas mengenai hasil uji yang telah dilakukan
berasal dari pihak afiliasi atau tidak ada hubungan dengan pemegang saham
75
yang dilakukan sehingga resiko keagenan yang mungkin timbul semakin kecil.
berjalan dengan efektif diharapkan perusahaan akan memiliki waktu yang lebih
independen lebih dari 0,05 yaitu 0,329 yang artinya bahwa komisaris independen
tidak berpengaruh signifikan terhadap financial reporting lag. Hal ini dapat
dalam menjamin perusahaan untuk lebih patuh terhadap peraturan yang berlaku
auditan dengan tepat waktu. Selain itu juga komisaris independen yang dimiliki
76
bertentangan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pramana and Ramantha
(2015), Savitri (2010) dan Joened and Damayanthi (2016) yang menyatakan
Yaputro and Rudiawarni (2012) menyatakan bahwa komite audit juga memiliki
peran yang penting dalam membantu perusahaan untuk berjalan dengan lebih
efektif dan efisien. Pengawasan yang ketat oleh komite audit juga mengurangi
adanya konflik dalam perusahaan. Minimnya konflik dalam perusahaan hal ini
Apabila fungsi komite audit dalam perusahaan dalam perusahaan berjalan dengan
juga dapat dihindari. Hasil uji t yang telah dilakukan menunjukkan tingkat
signifikan kurang dari 0,05 yaitu 0,043. Hal tersebut dapat diartikan bahwa komite
audit berpengaruh signifikan terhadap financial reporting lag. Secara teori jumlah
Berdasarkan hasil t-hitung variabel komite audit -2,031 yang artinya jumlah
77
control dan proses pengawasan dari laporan keuangan perusahaan. Hal ini
adanya financial reporting lag. Apabila fungsi komite audit berjalan dengan
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Savitri (2010) dan Yaputro and
terhadap financial reporting lag. Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan
hasil penelitian yang dilakukan Pramana and Ramantha (2015), Anggiani (2011)
dan Toding (2013) yang menyatakan bahwa komite audit berpengaruh terhadap
78
pemborosan manajer maka hal ini dapat mengurangi kos keagenan. Hasil uji t
yang dilakukan pada penelitian ini memiliki tingkat signifikan kurang dari 0,05
pengaruh terhadap panjang atau pendeknya financial reporting lag. Hasil dari t-
hitung dari variabel kepemilikan institusional adalah 2,649 yang artinya bahwa
orang yang akan terlibat dalam pengambilan keputusan karena porsi kepemilikan
lebih dari 20% berarti memiliki pengaruh dalam perusahaan. Selain itu pihak
pemilik saham berperan aktif dalam perusahaan yang akan membantu mempantau
setiap keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen. Menurut Permanasari
and Kawedar (2010) pengawasan yang baik dari pihak institusional ini akan dapat
menjamin kemakmuran pemegang saham lainnya, hal ini didorong oleh investasi
reporting lag. Namun hasil penelitian ini juga bertentangan dengan hasil
79
penelitian yang dilakukan oleh Anggriani (2017), Pramana and Ramantha (2015)
pihak direksi dan komisaris. Hasil uji t yang dilakukan pada penelitian ini dapat
dilihat bahwa tingkat signifikan variabel kepemilikan manajemen kurang dari 0,05
financial reporting lag. Hasil t-hitung dari variabel kepemilikan manajerial adalah
mengurangi kos keagenan yang ada dalam perusahaan. Menurut Amanti and
Venusita (2012) kepemilikan manajerial ini juga secara aktif ikut dalam
80
Kadir (2016) dan Savitri (2010) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajemen
bertentangan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh
rendahnya kulitas auditor dapat dilihat dari ukuran kantor akuntan yang
mengaudit. Hubungannya dengan teori agensi, manajer sebagai agen yang telah
memilih Kantor Akuntan Publik yang berkualitas untuk menilai laporan keuangan
Kualitas audit dikatakan tinggi apabila memenuhi kriteria µ - σ < ROA < µ + σ,
sedangkan kuliatas audit yang rendah apabila memenuhi kriteria nilai ROA > µ +
σ atau ROA < µ - σ. Ketika nilai ROA > µ + σ, artinya laba perusahaan telah
Sedangkan ketika nilai ROA < µ - σ, artinya rugi perusahaan telah melebihi
diberikan auditor kepada perusahaan untuk melakukan take a bath. Hasil uji t
81
yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat bahwa tingkat signifikan variabel
kualitas audit lebih dari 0,05 yaitu 0,607 yang artinya bahwa kualitas audit tidak
audit hanya berpengaruh terhadap proses audit saja, sedangkan untuk pelaporan
itu menurut Dwiyanti and Ardiyanto (2010) menyatakan bahwa meskipun para
manajer telah memilih auditor yang memiliki kualitas audit yang dinilai efektif
tidak memiliki pengaruh dalam pelaporan keuangan. Hal ini dapat dilihat dari
melakukan window dressing maupun take a bath tidak ada jaminan dalam
Dwiyanti and Ardiyanto (2010) dan Budiyanto and Aditya (2015) yang
reporting lag. Namun hasil penelitian ini bertentangan terhadap hasil penelitian
yang dilakukan oleh Savitri (2010) yang menyatakan bahwa kualitas audit
BAB 5
5.1 Simpulan
Lag yaitu:
reporting lag. Keadaan ini dapat terjadi karena komisaris independen tidak
Keadaan ini bisa saja terjadi meskipun audit yang telah dilakukan memenuhi
prosedur audit dan memberikan hasil kualitas audit yang tinggi atau audit
reporting lag.
82
83
yang akan membantu memantau setiap keputusan yang akan diambil oleh
perusahaan.
5.2 Saran
yaitu:
terhadap perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Akerlof, G. A. (1978). The market for “lemons”: Quality uncertainty and the
market mechanism Uncertainty in Economics (pp. 235-251): Elsevier.
Bédard, J., Chi, M. T., Graham, L. E., et al. 1993. Expertise in auditing;
Discussion. Auditing, 12, 21.
Carey, P., & Simnett, R. 2006. Audit partner tenure and audit quality. The
accounting review, 81(3), 653-676.
84
85
Chen, C. Y., Lin, C. J., & Lin, Y. C. 2008. Audit partner tenure, audit firm tenure,
and discretionary accruals: Does long auditor tenure impair earnings
quality? Contemporary Accounting Research, 25(2), 415-445.
DeAngelo, L. E. 1981. Auditor size and audit quality. Journal of accounting and
economics, 3(3), 183-199.
Dyer, J. C., & McHugh, A. J. 1975. The timeliness of the Australian annual
report. Journal of Accounting Research, 204-219.
FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) (Vol. Jilid II, Edisi 2. ).
Francis, J. R. 2004. What do we know about audit quality? The British accounting
review, 36(4), 345-368.
Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21.
Edisi 7, Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Quarterly Journal of
Economics, 128, 1547-1584.
86
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior,
agency costs and ownership structure. Journal of financial economics,
3(4), 305-360.
Nugrahanti, Y., & Darsono, D. 2014. Pengaruh Audit Tenure, Spesialisasi Kantor
Akuntan Publik dan Ukuran Perusahaan terhadap Kualitas Audit (Studi
Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010–2012). Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Oktrivina, A., & Yumna, N. 2016. Pengaruh Good Corporate Governance dan
Auditor Eksternal terhadap Audit Delay (Studi Empiris pada Perusahaan
Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia). EKOBISMAN-JURNAL
EKONOMI BISNIS MANAJEMEN, 1(1).
87
Raharjo, E. 2007. Teori Agensi dan Teori Stewarship dalam Perspektif Akuntansi.
Fokus Ekonomi, 2(1).
Rochmah Ika, S., & Mohd Ghazali, N. A. 2012. Audit committee effectiveness
and timeliness of reporting: Indonesian evidence. Managerial Auditing
Journal, 27(4), 403-424.
88
Van Hout, J. 2012. What determines the annual reporting lag for listed companies:
country and company characteristics effects.
Watkins, A. L., Hillison, W., & Morecroft, S. E. 2004. Audit quality: A synthesis
of theory and empirical evidence. Journal of accounting literature, 23,
153.
Wirahadi Ahmad, A., & Septriani, Y. 2008. Konflik Keagenan: Tinjauan Teoritis
dan Cara Menguranginya. Jurnal Akuntansi & Manajemen, 3(2), 47-55.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Daftar Perusahaan Sampel
Lampiran 2
Hasil Tabulasi Data