Oleh:
By:
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT
atas rahmat dan hidayah yang diberikan sehingga tugas akhir skripsi yang berjudul
“Pengaruh Good Corporate Governance dan Struktur Kepemilikan Terhadap
Pengungkapan Corporate Social Responsibility” dapat terselesaikan dengan baik,
sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga. Penulis memiliki harapan, bahwasanya
kelak penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan bagi setiap orang yang
memiliki kepentingan berkaitan dengan topik bahasan ataupun peneliti dimasa yang
akan datang. Dalam proses penulisan penelitian ini, penulis menyadari bahwasanya
terdapat beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak memberikan baik
dukungan, bimbingan, saran maupun nasehat. Maka dari itu dengan banyak rasa
syukur dan ucapan terima kasih, penulis sampaikan kepada:
vi
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh sebuah bukti empiris melalui
beberapa pengujian statistik dan sekaligus melakukan analisis terkait hasil yang
diperoleh mengenai topik yang dibahas yaitu pengaruh dari Good Corporate
Governance dan Struktur Kepemilikan terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility. Proksi yang digunakan dari dua variabel independen adalah ukuran
Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Kepemilikan
saham Manajerial dan Kepemilikan saham Institusional. Sedangkan pengukuran
variabel dependen pengungkapan CSR menggunakan guideline dari GRI
Standards. Sampel data dalam penelitian yaitu perusahaan sektor manufaktur yang
terdaftar pada BEI periode tahun 2017-2019. Selain itu, metode yang digunakan
saat pemilihan sampel yaitu dengan membuat beberapa kriteria tertentu (purposive
sampling) sehingga mendapat sampel data akhir sebanyak 294 perusahaan. Teknik
analisis yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan regresi linier berganda hingga
mendapatkan hasil bahwa ukuran Dewan Komisaris, Dewan Komisaris
Independen, Kepemilikan oleh Manajerial dan Kepemilikan oleh Institusional
berpengaruh positif signifikan terhadap Pengungkapan CSR. Sedangkan proksi
Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Pengungkapan CSR. Penelitian ini
diharapkan dapat menjadi referensi sekaligus pemahaman mengenai pengaruh good
corporate governance dan struktur kepemilikan terhadap pengungkapan CSR.
Selain itu, hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi bagi manajemen maupun
stakeholders perusahaan dalam mengevaluasi kebijakan pengungkapan informasi
lingkungan perusahaan
Kata Kunci: GCG, Struktur Kepemilikan, Pengungkapan CSR, GRI
vii
ABSTRACT
The purpose of this study is to obtain empirical evidence through several statistical
tests and at the same time conduct analysis related to the results obtained on the
topic discussed, namely the influence of Good Corporate Governance and
Ownership Structure on Corporate Social Responsibility Disclosure. The proxies
used from the two independent variables are the size of the Board of
Commissioners, the Independent Board of Commissioners, the Audit Committee,
Managerial Share Ownership and Institutional Share Ownership. Meanwhile, csr
disclosure dependent variable measurement using guidelines from GRI Standards.
The data sample in the study is a manufacturing sector company registered with
IDX for the period 2017-2019. In addition, the method used when sampling is to
create certain criteria (purposive sampling) so that it gets the final data sample as
many as 294 companies. The analysis techniques used are descriptive statistics and
multiple linear regressions to obtain the results that the size of the Board of
Commissioners, Independent Board of Commissioners, Ownership by Managerial
and Institutional Ownership have a significant positive effect on CSR Disclosure.
Meanwhile, the Audit Committee's proxy has no effect on CSR Disclosure. This
research is expected to be a reference as well as an understanding of the influence
of good corporate governance and ownership structure on CSR disclosure. In
addition, the results of this study can be a reference for management and
stakeholders of the company in evaluating the company's environmental
information disclosure policy.
Keywords: GCG, Ownership Structure, CSR Disclosure, GRI
viii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pengungkapan Corporate Social Responsibility merupakan sarana
pengungkapan informasi terkait beberapa aspek dalam perusahaan seperti aspek
sumber daya manusia, produk dan layanan, pelatihan dan pengembangan,
kesehatan keselamatan kerja dan segala aktivitas perusahaan yang memiliki
dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan dimana
perusahaan berdiri (Ashfaq dan Rui, 2018). Pengertian CSR dalam The World
Business Council for Sustainable Development yaitu sebuah konsep yang
menunjukkan bahwa suatu perusahaan harus memiliki komitmen bisnis untuk
berkontribusi pada keberlanjutan ekonomi, peningkatan kualitas karyawan dan
peningkatan keamanan sekaligus kesejahteraan lingkungan sekitar yang perusahaan
(Alazzani dkk. 2019). Hal tersebut sangat penting bagi perusahaan karena
bagaimanapun perusahaan juga harus mempertimbangkan tujuan non keuangan
untuk lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakat akibat adanya aktivitas
perusahaan (Ezhilarasi dan Kabra, 2017)
dalam aspek pencemaran udara, dan 30% dalam hal pencemaran pengelolaan
limbah (Mareta dan Fitriyah, 2017). Maka dari itu, praktik pengungkapan CSR
berperan penting dalam meminimalisir adanya permasalahan lingkungan dan sosial
yang timbul akibat aktivitas operasi perusahaan (Kirana, 2013).
kewajiban yang berbeda. Tanggung jawab Dewan direksi adalah mengatur dan
mengelola operasional perusahaan. Sedangkan Dewan Komisaris lebih kepada
melakukan pengawasan kepada dewan direksi dan sekaligus memberikan saran dan
masukan (Nugraheni dan Khasanah, 2018). Hal ini juga tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 40 tahun 2007 Pasal 66 bahwasanya dewan direksi merupakan
pihak yang bertanggung jawab atas penyampaian laporan tahunan dan laporan
tanggung jawab sosial perusahaan. Maksud dari laporan tanggung jawab sosial
adalah komitmen perusahaan untuk senantiasa berkontribusi dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan, yang menekankan pada peningkatan kualitas dan
kesejahteraan lingkungan sekitar. Kemudian, dalam Peraturan Pemerintah Nomor
47 tahun 2012 dijelaskan bahwasanya dalam menyampaikan informasi terkait
tanggung jawab sosial perusahaan, dewan direksi harus berpedoman pada rencana
kerja tahunan perusahaan dan telah mendapat persetujuan dewan komisaris. Selain
itu, bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang sumber daya alam memiliki
kewajiban untuk melakukan pengungkapan informasi tentang aktivitas tanggung
jawab sosialnya, hal ini tertuang dalam pasal 74.
topik penelitian. Selain itu, dalam bab ini juga mengulas akan kesenjangan
penelitian yang bersumber pada perbedaan hasil dari beberapa peneliti, tujuan dari
penelitian, kontribusi penelitian kepada pembaca, ringkasan hasil penelitian, dan
metode penelitian yang digunakan. Kemudian, bab 2 menjelaskan mengenai
tinjauan pustaka yang terdiri atas teori yang dipakai, penelitian terdahulu,
pengembangan hipotesis hingga kerangka konseptual yang digunakan. Kemudian,
pada bab 3 menjelaskan metode penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif
dengan model regresi linier berganda. Selain itu pada bab ini juga menjelaskan
prosedur pemilihan sampel, tahun penelitian, sumber data, definisi operasional
variabel, pengukuran variabel, jenis data dan teknik yang digunakan. Bab 4 berisi
hasil penelitian yang bersumber pada hasil pengujian baik itu hasil dari uji statistik
deskripsi maupun hasil dari pengujian hipotesis yaitu uji regresi linier berganda
yang diolah dengan program SPSS 25. Selain itu, bab ini juga berisis pembahasan
atau interpretasi dari hasil pengujian. Kemudian yang terakhir bab 5 yang berisi
kesimpulan dari hasil pengujian hipotesis masing-masing variabel dan berisi saran
untuk beberapa pihak yang dapat menggunakan hasil penelitian sebagai referensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Selain itu munculnya konflik antara agen dan prinsipal disebabkan karena
adanya kesenjangan informasi antara dua pihak tersebut. Agen dianggap memiliki
akses yang lebih baik mengenai informasi internal perusahaan secara komprehensif
daripada prinsipal (Ezhilarasi dan Kabra, 2017). Kemudian, akibat dari adanya
kesenjangan tersebut maka akan muncul permasalahan yang dinamakan asimetri
informasi. Asimetri informasi yang terjadi pada perusahaan dapat menimbulkan
perilaku oportunis manajer yang mengutamakan kepentingan pribadinya tanpa
persetujuan dari prinsipal (Naciti, 2019).
Tujuan dari teori ini adalah untuk menciptakan kesadaran perusahaan akan
tanggung jawabnya terhadap tiap stakeholders. Karena, perusahaan sebagai sebuah
entitas tidak hanya melakukan aktivitas operasional untuk memenuhi kepentingan
internal, tetapi juga harus memberikan kontribusi kepada masyarakat lingkungan
sekitar (Nugraheni dan Khasanah, 2018). Teori stakeholder sangat berkaitan dengan
pengungkapan CSR. Pengungkapan CSR dapat digunakan perusahaan untuk
menyelaraskan persepsi stakeholders agar perusahaan mendapatkan dukungan dan
persetujuan dari mereka (Ashfaq dan Rui, 2018). Langkah ini juga dapat
memberikan motivasi kepada manajemen perusahaan dalam upaya pengungkapan
tanggung jawab sosialnya kepada para stakeholders. Selain itu, langkah ini dapat
memastikan bahwa kegiatan operasional perusahaan telah berjalan sesuai
ekspektasi dari mereka. Sehingga adanya pelaporan tanggung jawab sosial
perusahaan akan dapat mampu meminimalisir terjadinya konflik antara perusahaan
dan pemangku kepentingan (stakeholders).
yang baik dalam berusaha. Salah satu tujuan dari GCG yang tertuang pada Pedoman
GCG Indonesia adalah untuk mendorong perusahaan agar bertanggung jawab pada
masyarakat dan lingkungan sekitar. Adapun prinsip-prinsip dalam GCG yaitu:
GCG mempunyai suatu aturan main atau prosedur antara pihak yang
melakukan pengawasan terhadap kebijakan dan pihak yang mengambil keputusan
kebijakan yang disebut mekanisme corporate governance. Mekanisme GCG
merupakan syarat terselenggaranya suatu entitas. Selain itu, menurut pandangan
teori agensi bahwasanya apabila pengendalian internal suatu perusahaan berjalan
efektif maka bisa dikatakan mekanisme GCG perusahaan tersebut sangat baik.
Sehingga dengan pengendalian internal yang efektif maka perusahaan akan dapat
mengontrol biaya agensi yang dikeluarkan (Rustiarni, 2015). Mekanisme GCG
yang digunakan pada penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris, dewan
komisaris independen dan komite audit.
2.1.4.1 Dewan Komisaris
Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas, dewan
komisaris merupakan organ perseroan yang bertugas dalam melakukan pengawasan
terhadap kinerja seorang dewan direksi dan selain itu seorang komisaris juga
memiliki tugas dalam memberikan saran dan nasehat pada dewan direksi.
Sedangkan tugas dari seorang dewan direksi adalah mengatur dan menjalankan
segala aktivitas perusahaan bertanggung jawab atas pengelolaan tersebut.
Komposisi dari dewan komisaris diukur berdasarkan total jumlah anggota pada
perusahaan tersebut. Selain itu, aturan dalam penentuan dari jumlah anggota dewan
komisaris yaitu berdasarkan pada Anggaran Dasar masing-masing perseroan.
biasanya muncul karena agen bertindak sebagai pemilik sehingga mereka akan
cenderung untuk mengutamakan kepentingan pribadinya (Jensen dan Meckling,
1976). Penelitian yang dilakukan Swarte (2017) mengatakan bahwasanya
manajemen adalah pihak yang bertanggung jawab atas semua informasi dalam
laporan tahunan. Sehingga, dengan besarnya proporsi saham oleh manajemen, akan
meningkatkan motivasi manajemen untuk melaksanakan tanggung jawabnya dalam
mengungkapkan informasi perusahaan.
dan mengelola perusahaan. Dengan demikian, secara tidak langsung jumlah dewan
komisaris memiliki pengaruh terhadap tingkat kinerja perusahaan. Selain itu,
menurut pandangan teori agensi bahwa pengawasan terhadap kinerja manajemen
akan semakin efektif jika proporsi dewan komisaris semakin besar, hal tersebut juga
dapat meminimalisir perilaku oportunis oleh pihak manajemen perusahaan
(Agustia, 2012). Penelitian oleh Jahid dkk. (2020) menyatakan bahwasanya
terdapat pengaruh positif ukuran dewan komisaris terhadap luas environment
disclosure. Tingginya jumlah dewan komisaris dalam perusahaan, dapat
meningkatkan luas environment disclosure. Hal ini dikarenakan dewan komisaris
memiliki banyak rekomendasi dan saran yang dapat digunakan manajemen dalam
proses pengungkapan lingkungan. Kemudian, seorang dewan komisaris dirasa
dapat mensinergikan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, yang diperlukan
manajer dalam proses pengungkapan lingkungan perusahaan agar berjalan dengan
efektif (Trireksani dan Djajadikerta, 2016). Berdasarkan opini tersebut, maka
disusun hipotesis:
Dewan Komisaris
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
BAB 3
METODE PENELITIAN
20
dan tata letak perusahaan (GCG) merupakan variabel independen dalam penelitian
ini yang masing-masing diukur dengan komite audit, kepemilikan saham
institusional, dewan komisaris, kepemilikan saham manajerial dan komisaris
independen. Sedangkan Pengungkapan Corporate Social Responsibility merupakan
objek yang dijadikan variabel dependen dalam penelitian. Pengertian sekaligus
pengukuran tiap variabel akan diuraikan sebagai berikut:
1. Dewan Komisaris
Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas,
dewan komisaris merupakan organ perseroan yang memiliki tugas untuk
melakukan pengawasan baik secara umum maupun khusus dan memberi
saran dan nasehat kepada dewan direksi. Sedangkan tugas dari seorang
dewan direksi adalah mengatur dan menjalankan segala aktivitas
perusahaan bertanggung jawab atas pengelolaan tersebut. Pada
penelitian ini pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel
dewan komisaris adalah dengan menjumlahkan seluruh anggota dewan
komisaris yang masih aktif pada perusahaan (Said dkk. 2015). Rumus
perhitungan yang digunakan yaitu:
Dewan komisaris = Jumlah anggota aktif dewan komisaris
2. Komisaris Independen
Definisi komisaris independen menurut Peraturan Menteri BUMN No.
PER-01/MBU/2011 ialah anggota dari dewan komisaris sebuah
perseroan yang ditunjuk dari lingkup eksternal perusahaan dan tidak
mempunyai relasi khusus baik secara kekeluargaan ataupun secara
kepengurusan dengan komisaris lainnya. Dalam penelitian ini
pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel dewan komisaris
independen adalah dengan menggunakan rasio total komisaris
independen dengan total seluruh anggota komisaris pada perusahaan
tersebut (Said dkk. 2015). Rumus perhitungan yang digunakan yaitu:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛
𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
3. Komite Audit
Kedudukan komite audit dalam perusahaan merupakan bukti
bahwasanya sebuah entitas telah menerapkan prinsip corporate
governance dengan baik. Komite audit memiliki fungsi sebagai
mediator antara dewan direksi dan dewan komisaris, pengawasan
terhadap pengendalian internal dan berhubungan dengan auditor
eksternal (Mak dkk. 2006). Dalam penelitian ini pengukuran yang
digunakan adalah dengan menjumlahkan total anggota komite audit
pada perusahaan tersebut (Said dkk. 2015). Pengukurannya dengan
rumus:
Komite Audit = Jumlah anggota komite audit
4. Kepemilikan Institusional
Alim dan Destriana (2016) mendefinisikan kepemilikan saham
institusional sebagai saham oleh investor institusi dari lingkup eksternal
perusahaan. Institusi yang termasuk dalam kepemilikan ini antara lain
lembaga pemerintah, perusahaan yang bergerak di bidang finansial,
institusi berbadan hukum, perusahaan asing, dana perwalian dan
institusi lainya. Pengukuran yang digunakan adalah dengan
membandingkan saham milik investor institusi dengan saham yang
beredar (Rivandi, 2020). Pengukurannya dengan rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖
𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
5. Kepemilikan Manajerial
Swarte (2017) mendefinisikan kepemilikan saham manajerial sebagai
saham yang dimiliki jajaran manajemen perusahaan yang masih aktif
dalam pengelolaan perusahaan. Dalam penelitian ini pengukuran yang
digunakan adalah membandingkan saham milik jajaran manajemen
dengan jumlah saham yang beredar (Adel dkk. 2019). Pengukurannya
dengan rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙
𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑛𝑎𝑗𝑒𝑟𝑖𝑎𝑙 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Tabel 3.1
Kriteria Pengambilan Sampel Perusahaan
No Kriteria Total
1 Perusahaan sektor manufaktur yang tercatat selama 2017-2019 540
2 Perusahaan tidak menerbitkan annual report tahun 2017-2019 (55)
3 Perusahaan dengan data tidak lengkap (191)
4 Total sampel penelitian 294
Keterangan:
α: Konstanta
β: Koefisien regresi
e: Error
3.7.3 Uji F
Merupakan proses pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh secara bersamaan atau simultan antara dua atau lebih variabel
bebas dalam model regresi terhadap variabel terikatnya (Ghozali, 2016). Ukuran
tingkat signifikansi dalam penelitian ini adalah α =10%. Suatu variabel berpengaruh
simultan apabila nilai signifikansi dari koefisien regresi ≤ 0,1. Sebaliknya tidak
berpengaruh simultan apabila nilai signifikansi dari koefisien regresi ≥ 0,1.
3.7.4 Uji t
Uji t adalah proses pengujian statistik untuk mengetahui seberapa besar
tingkat pengaruh dari setiap variabel independen atau secara parsial terhadap
variabel dependen. Suatu variabel hipotesis dianggap memiliki pengaruh secara
signifikan apabila nilai signifikansi dari P-value ≥ 0,1. Begitupun sebaliknya suatu
variabel hipotesis dianggap tidak berpengaruh signifikan apabila nilai signifikansi
P-value ≤ 0,1 (Ghozali, 2018, p. 98).
BAB 4
28
Tabel 4.1
Hasil Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Dewan Komisaris 294 2 12 4 1.739
DK. Independen 294 0.166667 0.8 0.404188 0.09649728
Komite Audit 294 1 5 3.02 0.36
K. Manajerial 294 0.000001 0.894444 0.12083 0.206099327
K. Institusional 294 0.011401 1.000.000 0.675091 0.252594147
CSRD 294 0.022472 0.539326 0.175762 0.107313745
Valid N (listwise) 294
1. Secara keseluruhan rata-rata nilai proksi dewan komisaris pada sampel yang
digunakan sebesar 4,00 dan nilai standar deviasi sebesar 1,739. Nilai
terendah Dewan Komisaris yaitu 2 yang terdapat pada beberapa perusahaan.
Sedangkan nilai tertinggi Dewan Komisaris sebesar yaitu 12 terdapat pada
perusahaan Astra International Tbk tahun 2017.
2. Secara keseluruhan rata-rata nilai proksi Komisaris Independen pada
sampel perusahaan yang digunakan sebesar 0,40418754 dan nilai standar
deviasi sebesar 0,096497280. Nilai terendah Dewan Komisaris Independen
yaitu 0,166667 pada perusahaan Asia Pacific Fibers Tbk. Sedangkan nilai
tertinggi Dewan Komisaris Independen yaitu sebesar 0,800000 pada
beberapa perusahaan.
3. Secara keseluruhan rata-rata nilai proksi Komite Audit pada sampel
perusahaan yang digunakan sebesar 3.02 dan nilai standar deviasi sebesar
0,360. Nilai terendah Komite Audit yaitu 1 pada perusahaan Sinergi Inti
Plastindo Tbk. Sedangkan nilai tertinggi Komite Audit yaitu sebesar 5 pada
beberapa perusahaan.
Tabel 4.2
Hasil Uji Regresi
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Error Beta T Sig.
1 (Constant) -0.085 0.058 -1.459 0.146
D. Komisaris 0.025 0.003 0.399 7.060 0.000*
Kom. Independen 0.162 0.059 0.145 2.725 0.007*
Komite Audit -0.001 0.016 -0.004 -0.074 0.941
Kep. Manajerial 0.112 0.044 0.214 2.565 0.011**
Kep. Institusional 0.129 0.035 0.304 3.676 0.000*
CSRD= - 0,085 + 0,025 (DK) + 0,162 (DKI) - 0,001 (KA) + 0,112 (KM) + 0,129
(KI) + e
Berdasarkan hasil uji analisis regresi linier berganda pada tabel 4.5 maka
dapat diketahui bahwa:
Tabel 4.3
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Durbin-Watson
Square Estimate
1 .452a 0.204 0.19 0.096572175 1.603
4.3.3 Uji F
Merupakan proses pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh secara bersamaan atau simultan antara dua atau lebih variabel
bebas dalam model regresi terhadap variabel terikatnya (Ghozali, 2016). Hasil
pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai F adalah 14,761 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000. Maka dengan hasil tersebut, model regresi yang
digunakan dianggap mempunyai pengaruh simultan atau bersamaan terhadap
variabel terikatnya.
Hasil Uji F
Tabel 4.4
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
1 Regression 0.688 5 0.138 14.761 .000b
Residual 2.686 288 0.009
Total 3.374 293
4.3.4 Uji t
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh
secara parsial (Ghozali, 2018, p. 98). Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.2,
berdasarkan tabel tersebut dapat diambil informasi bahwasanya:
4.4 Pembahasan
4.4.1 Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Pengungkapan CSR
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, dapat diketahui bahwa variabel
independen dewan komisaris mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap
pengungkapan CSR. Hal ini menunjukkan bahwasanya dewan komisaris dalam
suatu perusahaan dapat meningkatkan luas pengungkapan CSR. Fungsi dewan
komisaris dalam sebuah perusahaan adalah sebagai pihak yang memonitoring
kinerja perusahaan dan memberikan saran dan nasehat untuk kepada manajemen
selaku pihak yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk mengelola
perusahaan (Suprapti dkk, 2019). Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Jahid
dkk. (2020); Jayanti dan Husaini (2018) bahwasanya jumlah dewan komisaris
memiliki hubungan positif dengan pengungkapan lingkungan. Tingginya proporsi
dewan komisaris dalam perusahaan, maka akan semakin banyak rekomendasi atau
masukan yang diberikan oleh dewan komisaris kepada manajemen. Selain itu,
adanya dewan komisaris dalam suatu entitas dirasa dapat membagikan pengetahuan
dan pengalaman yang dimiliki, sehingga dapat digunakan manajer dalam proses
pengungkapan lingkungan perusahaan agar berjalan dengan efektif (Trireksani dan
Djajadikerta, 2016). Hal ini sesuai dengan teori agensi bahwa pengawasan terhadap
kinerja manajemen akan semakin efektif jika proporsi dewan komisaris semakin
besar, hal tersebut juga dapat meminimalisir perilaku oportunis oleh pihak
manajemen perusahaan (Agustia, 2012).
sebagai kepemilikan saham oleh jajaran manajemen yang secara aktif masih ikut
dapat pengambilan keputusan dalam perusahaan (Swarte, 2017). Adanya saham
yang dimiliki oleh manajemen diharapkan dapat mengatasi permasalahan biaya
agensi perusahaan dengan menyelaraskan setiap kepentingan antara pemegang
saham (Purwanty dkk. 2017). Hasil penelitian ini menguatkan penelitian Suprapti
dkk. (2019) bahwa tingginya saham yang dimiliki manajerial pada perusahaan,
akan menciptakan rasa kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitar dimana
perusahaan beroperasi. Hal ini dikarenakan, kepemilikan saham manajer akan
menciptakan rasa kepemilikan terhadap perusahaan tersebut. Sehingga semaksimal
mungkin manajer akan berusaha untuk mengungkapkan informasi lingkungan
perusahaan agar citra perusahaan meningkat yang nantinya akan berdampak baik
pada kinerja perusahaan. Selain itu, adanya saham yang dimiliki oleh jajaran
manajemen diharapkan dapat mengurangi tindakan manipulasi laba oleh
manajemen dan juga membuat manajemen lebih bijak dalam hal pengambilan
keputusan strategis perusahaan (Listyaningsih dkk. 2018). Hal ini sejalan dengan
pandangan teori agensi bahwa, adanya saham yang dimiliki manajemen perusahaan
akan dapat menyelaraskan kepentingan manajer dengan pemegang saham. Karena
manajer yang memiliki saham perusahaan akan ikut andil berkontribusi dalam
perumusan kebijakan pengungkapan CSR yang nantinya akan meningkatkan
legitimasi dan mempermudah aliran modal masuk ke perusahaan (Adel dkk. 2019).
dibuat oleh manajemen akan berjalan efektif. Adanya kepemilikan saham oleh
investor institusi juga dapat meningkatkan proses pengawasan terhadap manajemen
yang telah diberikan wewenang untuk mengelola perusahaan. Hasil penelitian ini
menguatkan penelitian Nurleni dkk. (2018) bahwasanya tingginya saham yang
dimiliki oleh investor institusi dapat meningkatkan pengawasan terhadap kinerja
manajemen dan dapat menghalangi adanya tindakan oportunis dari para manajer.
Sehingga, dengan meningkatnya pengawasan dari para investor institusi akan
mendorong manajemen untuk melakukan pengungkapan informasi terkait
lingkungan (Rivandi, 2020). Hal tersebut sesuai dengan teori keagenan bahwasanya
dengan adanya saham yang dimiliki investor institusi, maka pengawasan terhadap
operasional perusahaan akan berjalan efektif, sehingga perilaku oportunis dari
manajer dan biaya agensi yang dikeluarkan oleh perusahaan akan dapat mudah
dikendalikan (Suprapti dkk. 2019).
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan dari bab sebelumnya mengenai hasil yang diperoleh
dan pembahasannya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
40
5.2 Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk menambah jumlah sampel baik
dari rentang tahun pengambilan sampel maupun cakupan wilayah dari
sampel agar hasil penelitian lebih akurat dan relevan. Selain itu, penelitian
selanjutnya juga dapat mencari referensi media lain terkait informasi
pengungkapan lingkungan perusahaan bukan hanya dari annual report.
2. Bagi perusahaan, penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam
penyusunan kebijakan pengungkapan corporate social responsibility dan
juga dalam penerapan good corporate governance perusahaan.
5.3 Keterbatasan
Keterbatasan yang dialami dalam penelitian ini salah satunya adalah
hasil dari pengujian koefisien determinasi terbilang masih rendah hal ini
terlihat dari nilai adjusted R square sebesar 0,190 atau 19%. Maka dapat
disimpulkan bahwasanya kemampuan dari model regresi yang digunakan
dalam mendeskripsikan variabel dependen masih terbilang rendah. Sehingga
terdapat faktor lain diluar variabel penelitian sebesar 81%.
DAFTAR PUSTAKA
42
Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program IBM SPSS 25.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Giannarakis, G., Andronikidis, A., & Sariannidis, N. (2019). Determinants of
environmental disclosure: investigating new and conventional corporate
governance characteristics. Springer Nature 2019(Springer
Science+Business Media).
GRI. (2021). Sustainability Reporting Guideline, Global Reporting Initiative.
Retrieved from www.globalreporting.org
Habbash, M. (2016). Corporate governance and corporate social responsibility
disclosure: evidence from Saudi Arabia. SOCIAL RESPONSIBILITY
JOURNAL, 12 NO. 4(Emerald Group Publishing Limited).
Hermawan, A., & Gunardi, A. (2019). MOTIVATION FOR DISCLOSURE OF
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY: EVIDENCE FROM
BANKING INDUSTRY IN INDONESIA. ENTREPRENEURSHIP AND
SUSTAINABILITY ISSUES, 6 Number 3.
Jahid, M. A., Rashid, M. H. U., Haryono, S., Hossain, S. Z., & Jatmiko, B. (2020).
Impact of Corporate Governance Mechanisms on Corporate Social
Responsibility Disclosure of Publicly-Listed Banks in Bangladesh. Journal
of Asian Finance, Economics and Business, 7 No 6
Jayanti, K. R., & Husaini, A. (2018). PENGARUH GOOD CORPORATE
GOVERNANCE DAN PROFITABILITAS TERHADAP
PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY. Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB), 15.
Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior,
agency costs, and ownership structure. Journal of Financial Economics,,
3(4), 305–365.
Khan, A., Siddiqui, J., & Muttakin, M. B. (2012). Corporate Governance and
Corporate Social Responsibility Disclosures: Evidence from an Emerging
Economy. J Bus Ethics(Springer Science+Business Media).
doi:10.1007/s10551-012-1336-0
Kilincarslan, E., Elmagrhi, M. H., & Li, Z. (2020). Impact of governance structures
on environmental disclosures in the Middle East and Africa. CORPORATE
GOVERNANCE, 20 NO. 4 2020(Emerald Publishing Limited), 739.
doi:10.1108/CG-08-2019-0250
Kirana, I. (2013). Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang
Lingkungan Dalam Menunjang Perolehan Program Penilaian Peringkat
Kinerja Perusahaan (PROPER) PT. Surya Kertas. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, 2 No.2.
Lestari, R. D. (2020). Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas
terhadap Sustainability Report Disclosure pada Perusahaan di Bursa Efek
Indonesia. Airlangga, Surabaya.
Listyaningsih, E., Dewi, R., & Baiti, N. (2018). The Effect Of Good Corporate
Governance On Corporate Social Responsibility Disclosure On Jakarta
Islamic Index. Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol.
4 No. 3. doi:10.17358/IJBE.4.3.273
Louvisa, D. E., Tarigan, L., & Sembiring, C. F. (2017). PENGARUH
PROFITABILTAS DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN. fundamental management journal, 2.
Mak, Y. T., Tan, S. M., & Bradbury, M. E. (2006). Board Characteristics, Audit
Committee Characteristics and Abnormal Accruals. Pacific Accounting
Review, 18 No. 2.
Mareta, A., & Fitriyah, F. K. (2017). PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN
DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP NILAI PERUSAHAAN.
Sustainable Business Practice.
Marwiyah, S. (2019). Potret Penerapan GCG di Indonesia, Wawancara dengan
Ketua KNKG Mas Achmad Daniri. Upperline Media Korporasi Indonesia.
Maunders, K., Owen, D., & Gray, R. (1996). Corporate Social Reporting: Emerging
Trends in Accountability and Social Contract. Accounting, Auditing and
Accountability.
Naciti, V. (2019). Corporate governance and board of directors: The effect of a
board composition on firm sustainability performance. Journal of Cleaner
Production(Elsevier Ltd).
doi:https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2019.117727
Nugraheni, P., & Khasanah, E. N. (2018). Implementation of the AAOIFI index on
CSR disclosure in Indonesian Islamic banks. Journal of Financial
Reporting and Accounting, Vol. 17 No. 3(Emerald Publishing Limited).
Nurleni, N., Bandang, A., Darmawati, & Amiruddin. (2018). The effect of
managerial and institutional ownership on corporate social responsibility
disclosure. International Journal of Law and Management, Vol. 60 No. 4.
doi:10.1108/IJLMA-03-2017-0078
Primadhyta, S. (2017). OJK: Praktik GCG Perusahaan Indonesia Masih Tertinggal.
CNN Indonesia.
Purwanty, N., Yuliandari, W. S., & Triyanto, D. N. (2017). PENGARUH
STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY (STUDI PADA PERUSAHAAN NON-KEUANGAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA e-Proceeding of
Management, 4, 2619.
Reed, D. L., & Freeman, R. E. (1983). Stockholders And Stakeholders: A New
Perspective On Corporate Governance. Californian Management Review,
25 No. 2, 88-106.
Rivandi, M. (2020). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan High Profile di BEI.
Jurnal Ilmu Akuntansi, Volume 13 (2), 205 – 220.
Rustiarni, N. W. (2015). PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN SAHAM
PADA PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY.
Jurnal Bisnis dan Manajemen.
Said, R., Zainuddin, Y. H., & Haron, H. (2015). The relationship between corporate
social responsibility disclosure and corporate governance characteristics in
Malaysian public listed companies. SOCIAL RESPONSIBILITY JOURNAL,
VOL. 5 NO. 2(Emerald Group Publishing Limited,).
Santoso, S. (2010). Statistik Multivariat. Jakarta: PT Gramedia.
Shien, e. a. (2006). Financial Accounting Theory 3th editon: Pearson Prentice Hall.
Siregar, R. M. M. (2017). PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE
DAN KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK TERHADAP TINGKAT
PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY. Jurnal
Profita, Ed. 6.
Sugiarto. (2009). Struktur Modal ,Struktur Kepemilikan Perusahaan,
Permasalahan Keagenan dan Informasi Asimetri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suprapti, E., Fajari, F. A., & Anwar, A. S. H. (2019). Pengaruh Good Corporate
Governance Terhadap Environmental Disclosure. Jurnal Ilmu Akuntansi,
Volume 12 (2), 215 – 226.
Swarte, W. (2017). PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN TATA
KELOLA PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN
MANAJEMEN RISIKO. Jurnal Ekonomi dan Keuangan.
doi:10.24034/j25485024.y2019.v3.i4.4205
Trireksani, T., & Djajadikerta, H. G. (2016). Corporate Governance and
Environmental Disclosure in the Indonesian Mining Industry. Australasian
Accounting Business and Finance Journal and Authors, 10.
doi:10.14453/aabfj.v10i1.3
Wahyuningrum, I. F. S., Yanto, H., Oktavilia, S., Setyadharma, A., Yulianto, A., &
Triasi, A. (2020). Effect of Company Characteristics and Corporate
Governance on the Quantity of Environmental Disclosure. Earth and
Environmental Science(IOP Publishing). doi:10.1088/1755-
1315/448/1/012084
LAMPIRAN 1
HASIL OLAH DATA
Hasil Uji F
LAMPIRAN 2
INDIKATOR GRI STANDARDS
KATEGORI EKONOMI
Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan
GRI 201
didistribusikan
Implikasi finansial serta risiko dan peluang
GRI 201
lain akibat dari perubahan iklim
Kinerja Ekonomi
Kewajiban program pensiun manfaat pasti
GRI 201
dan program pensiun lainya
Bantuan finansial yang diterima dari
GRI 201
pemerintah
Rasio standar upah karyawan entry-level
GRI 202 berdasarkan jenis kelamin terhadap upah
Keberadaan Pasar minimum regional
Proporsi manajemen senior yang berasal dari
GRI 202
masyarakat lokal
GRI 203 Investasi infrastruktur dan dukungan layanan
Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi tidak langsung yang
Tidak Langsung GRI 203
signifikan
Praktik Pengadaan GRI 204 Proporsi pengeluaran untuk pemasok lokal
KATEGORI LINGKUNGAN
Material yang digunakan berdasarkan berat
GRI 301
atau volume
Bahan/Material Material input dari daur ulang yang
GRI 301
digunakan
GRI 301 Produk reclaimed dan material kemasannya
GRI 302 Konsumsi energi dalam organisasi
GRI 302 Konsumsi energi di luar organisasi
GRI 302 Intensitas energi
Energi
GRI 302 Pengurangan konsumsi energi
Pengurangan pada energi yang dibutuhkan
GRI 302
untuk produk dan jasa
Interaksi dengan air sebagai sumber daya
GRI 303
bersama
Air Manajemen dampak yang berkaitan dengan
GRI 303
pembuangan air
GRI 303 Pengambilan air
Lokasi operasi yang dimiliki, disewa,
dikelola, atau berdekatan dengan, kawasan
Keragaman Hayati GRI 304 lindung dan kawasan dengan nilai
keanekaragaman hayati tinggi di luar
kawasan lindung
LAMPIRAN 3
TABULASI DATA
LAMPIRAN 4
LEMBAR PLAGIARISM