SKRIPSI
oleh
DYAH AYU LARASATI
NIM 041411331051
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
FEE”. Skripsi ini ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Dian Agustina, SE., M.Si., Ak., CA., CMA selaku Dekan
2. Drs. Agus Widodo Mardijuwono, M.Si., Ak., CA., CMA selaku Ketua
Airlangga.
penulis.
4. Prof., Dr., Widi Hidayat, SE., M.Si., Ak. selaku Dosen Wali yang telah
iv
5. Dr. M. Suyunus SE., MAFIS., Ak., CA; Dr. Heru Tjaraka SE., M.Si., Ak;
dosen penguji atas skripsi ini yang telah memberikan saran dan masukan
serta adik penulis, Vini atas segala dukungan, motivasi, semangat serta doa
pada penulis.
motivasi, berbagi data, umpan balik dan belajar dalam mengolah data atas
skripsi ini yaitu Melinda, Endah, Ina, Diarany, Danik, Steven, Yessy,
9. Semua pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, untuk
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh
sebab itu kritik dan saran sangat diperlukan bagi penulis. Akhir kata penulis
ucapkan terimakasih.
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................... vi
viii
ix
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
Overconfidence dapat muncul pada diri setiap orang, termasuk pimpinan di dalam
tindakan estimasi adalah suatu hal yang rumit dan tak jarang manajer mengalami
kemungkinan peristiwa acak yang dapat terjadi. Adanya perasaan bahwa ia lebih
baik dari orang lain pada manajemen yang overconfidence dianggap akan ikut
dalam hal investasi, merger dan akuisisi, tindakan ekspansi perusahaan, inovasi,
melalui tindakan berani dalam melakukan inovasi serta kerap meraih kesuksesan
umpan balik dengan kolega kerjanya namun juga innovator yang sukses, dimana
ia memiliki visi yang kuat untuk melakukan inovasi yang revolusioner dalam
mantan CEO dari Uber adalah salah satu contoh dari adanya managerial over-
confidence yang memberikan risiko dalam perusahaan. Kallanick adalah CEO dan
pendiri dari Uber sejak tahun 2010. Dalam waktu 1 tahun Uber telah memiliki
lebih dari 168.000 penumpang pada pasarnya di Amerika. Tak puas dengan pasar
Amerika, Kallanick membidik China sebagai pasar utama pada tahun 2013
dimana saat itu di China terdapat aplikasi lokal sejenis yang masih baru yaitu Didi
chuxing. Optimis bahwa Uber akan mengalami kesuksesan Travis berbicara pada
wartawan akan mengakuisisi Didi dan akan menaklukkan pasar China dengan
cara apapun1. Namun kondisi ternyata berbalik, uber rugi sebesar $2 Miliar di
pasar china dan pada tahun 2016 uber menjual operasinya di China ke Didi
sayangnya tak semua pertumbuhan dicapai dengan cara yang legal, berbagai
permasalahan menerpa Uber atas kebijakan Travis, seperti pencurian data dari
google atas inovasi mobil tanpa supir, pembajakan ponsel apple untuk mampu
membayar pajak serta budaya kerja yang buruk di dalam perusahaan. Hal ini
dilakukan Uber untuk mampu terus melakukan pelebaran bisnis, bahkan Kallanick
Sayangnya tindakannya yang berani dan percaya diri membuat para investor
menjadi khawatir akan kelangsungan Uber hal ini terefleksikan pada nilai saham
yang turun 15%, akibatnya pada pertengahan tahun 2017 Kallanick diminta
meninggalkan posisinya sebagai seorang CEO oleh empat investor terbesar Uber2.
1
Diakses dari https://www.wsj.com/articles/ubers-efforts-to-build-chinese-business-ultimately-
fail-against-homegrown-rival-1470056431, Pada tanggal 11 Februari 2017
2
Diakses dari https://www.nytimes.com/2017/06/21/technology/uber-travis-kalanick-final-
hours.html, Pada tanggal 11 Februari 2017
mengatasi segala risiko yang mungkin terjadi dan dapat mengendalikan hasil dari
proyek investasi tersebut. Persepsi kendali ini muncul dari seorang manajer ketika
merasa lebih baik dari orang lain (Larrick et al., 2007). Akibatnya, manajer
investasi yang dilakukan manajer bagi korporasi. Penelitian Malmendier & Tate
secara lebih agresif dan menunjukkan adanya tindakan investasi yang lebih tinggi
berlebih ini akan mengarahkan manajer kepada perkiraan yang tidak realistis dan
yang rendah (Ahmed & Duellman, 2012) dan kecenderungan untuk melakukan
penyajian kembali atas laporan keuangan (Presley & Abbott, 2013). Tindakan
yang menyebabkan salah saji laporan keuangan ini dilakukan untuk menutupi
kenyataan bahwa proyeksi dan ekspektasi atas pendapatan yang telah dibuat
melakukan pekerjaan audit. Pemahaman yang baik oleh auditor atas tone of the
top yang diterapkan manajemen tingkat atas adalah hal penting bagi auditor untuk
menekan risiko audit karena tone of the top yang diciptakan manajer akan
membentuk moral, sikap, dan budaya organisasi yang akan diterapkan di dalam
sinyal untuk memberikan suatu perhatian lebih. Hal ini terjadi bila auditor melihat
oleh auditor atas managerial overconfidence (e.g: Chen, et al., 2014; Johnson et
adanya narcissm yan tinggi dari seorang manajer diinterpretasikan oleh auditor
dengan adanya SOX 404 (b) dimana auditor eksternal secara independen
meningkatkan pekerjaan audit dan memerlukan lebih banyak biaya audit (Hoitash
et al., 2008).
menimbulkan risiko audit yang tinggi maka auditor akan meningkakan audit effort
sebagai upaya untuk menekan risiko. Peningkatan audit effort ini kemudian
membuat auditor akan mengajukan tambahan biaya (audit fee) dengan harapan
auditor mampu menunjang naiknya biaya dari adanya peningkatan audit effort
untuk mengurangi risiko deteksi dalam pekerjaan audit (Simunic, 1980). Di sisi
dalam penelitian ini melibatkan variabel lain seperti adanya komite audit,
profitabilitas, risiko inheren audit, opini audit, dan ukuran perusahaan yang dalam
et al., 2003; Bell et al., 2001; Bryan & Mason, 2016; Duellman et al., 2015;
Sejauh ini telah banyak penelitian di Negara maju dan Negara berkembang
yang membahas mengenai audit fee. Penelitian yang telah dilakukan seperti
determinan audit fee (Rusmanto & Waworuntu, 2015; Simunic, 1980), pengaruh
risiko pelaporan keuangan terhadap tingkat audit fee (Charles et al., 2009), hingga
keterkaitan corporate governance terhadap audit fee (Abbott et al., 2003). Namun
dilakukan di Negara maju yaitu Amerika oleh (Duellman et al., 2015). Melalui
latar belakang ini penelitian ini dilakukan untuk meneliti pengaruh managerial
overconfidence terhadap audit fee pada perusahaan yang tercatat di BEI untuk
perode 2014-2016.
eksternal?”
berikut:
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
pengaruhnya pada risiko audit dan audit fee yang dibutuhkan untuk
perusahaan.
selanjutnya.
sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
penilaian auditor atas hal tersebut, dan latar belakang dari dilakukannya
variabel, rincian pemilihan sampel dari populasi yang ada serta penjelasan
bebas, audit fee sebagai variabel terikat, serta berbagai variabel kontrol
overconfidence terhadap audit fee. Dalam bab ini juga akan terdapat
telah dirumuskan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
menentukan tingkat audit fee yang mereka ajukan. Dalam asumsi pasar yang
kompetitif, audit fee yang diajukan oleh auditor terhadap klien akan
laporan keuangan yang diterbitkan oleh manajemen telah sesuai dengan standar
Secara konsep, total taksiran biaya audit terdiri dari dua elemen. Pertama
adalah biaya atas sumber daya yang di alokasikan dalam audit dan kedua ialah
taksiran biaya yang mungkin terjadi contohnya seperti potential loss yang
Pratt & Stice (1994) mendeskripsikan implementasi auditor atas model ini dalam
terjadinya kerugian di masa depan dan jumlah kerugian potensial yang mungkin
akan timbul. Kedua auditor akan mengeluarkan sumber daya pada pekerjaan
audit, hingga pada titik keuntungan marjinal atas penguranngan dari potential loss
sama dengan biaya marjinal dari tambahan sumber daya yang dilakukan dalam
11
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan audit dan kemungkinan terjadinya
kerugian di masa depan. Pratt & Stice (1994) menekankan bahwa professional
model ini misalnya dalam menilai potential loss & menentukan sumber daya audit
Dihubungkan dengan penelitian ini, potential loss dan jumlah sumber daya
digunakan dalam audit yang menjadi poin perhitungan audit fee akan meningkat
seiring dengan meningkatnya risiko audit klien. Semakin tinggi risiko klien maka
semakin tinggi pula risiko yang akan diterima auditor (Stanley, 2011). Ketika
dampak negatif pada perusahaan dan meningkatkan risiko audit, maka auditor
akan meningkatkan taksiran potensial loss dan atau meningkatkan investasi dalam
rasional dan memiliki suatu bias kognitif. Keuangan keperilakuan mencoba untuk
bagaimana perspektif dari manusia “normal” atas tindakan finansial dan investasi
dari sudut pandang psikologi, sosiologi dan ekonomi (Prosad et al., 2015).
dengan keadaan manusia yang lebih realistis yang dipengaruhi oleh sentimen dan
kognitif menjadi dua kelompok yaitu heuristic driven bias dan frame dependent
membuat keputusan (Tversky & Kahneman, 1974). Salah satu bias dalam
menilai bahwa dirinya memiliki kemampuan dan pengetahuan yang melebihi rata
ini diperluas ke dalam isu keuangan oleh Roll (1986) yang menunjukkan bahwa
terlalu optimis atas hasil investasi yang akan ia dapat di masa depan dan
meremehkan risiko buruk yang mungkin akan terjadi. Adanya optimisme dan
persepsi kendali yang kuat dari seorang manager overconfidence didorong oleh
keinginan dari dirinya atas reputasi, kekuasaan, kekayaaan pribadi yang semuanya
2002) .
Manager atau management dalam peneltian ini mengacu pada orang yang
(2010) dan Malmendier & Tate (2005) menunjukkan bahwa perusahaan dengan
dari perusahaan lain dan kerap melakukan overinvestment atas ivestasinya. Dalam
inovasi.
Ahmed & Duellman (2012) dan Schrand & Zechman (2012) menunjukkan bahwa
kecenderungan dalam melakukan salah saji. Selama ini telah banyak penelitian
Imbalan jasa (audit fee) adalah imbalan yang diterima oleh akuntan publik
dari entitas kliennya sehubungan dengan pemberian jasa audit (IAPI, 2016).
besaran audit fee yang diterima oleh auditor dari klien. Dari penelitian tersebut
menunjukkan bahwa audit fee dipengaruhi oleh client size, risiko audit, dan
fee terdiri dari dua bagian utama, pertama ialah biaya sumber daya yang
dikonsumsi dalam melakukan proses audit dan yang kedua ialah biaya perkara
yang kemungkinan terjadi di masa depan sebagai akibat dari kegagalan audit.
Peraturan Pengurus No 2 tahun 2016 tentang penentuan imbalan jasa audit laporan
keuangan. Menurut surat keputusan tersebut, penentuan audit fees selain terkait
kebutuhan klien, tugas dan tanggung jawab menurut hukum (statutory duties),
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan basis penetapan fee yang
pekerjaan audit seperti gaji staf yang kompeten dan berkeahlian, imbalan lain di
luar gaji, beban overhead, projected charge out time, marjin laba yang pantas.
berikutnya. Artinya, tingkat audit fee selain menunjukkan besarnya sumber daya
dan premi atas risiko yang ditanggung auditor namun juga mampu memberikan
suatu risiko, maka auditor akan menyesuaikan audit fee sesuai sumber daya dan
premi atas risiko audit yang mereka tetapkan dalam pekerjaan audit untuk klien.
CEO yang di proxy kan melalui Holder 67, Longholder, dan Net Buyer. Hasil
dari penelitian ini menunjukkan bahwa manajer cenderung terlalu optimis dengan
hasil investasi yang akan ia lakukan. Tindakan overinvestment akan terjadi ketika
financial reporting risk terhadap tigkat audit fee. Penelitian ini dilakukan pada
regresi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh financial reporting
risk terhadap audit fee meningkat sejak adanya kasus audit pada tahun 2002. Hal
ini merepresentasikan respon atas meningkatknya risiko bisnis dan litigasi yang
akan dihadapi auditor setelah adanya skandal dan regulasi tambahan yang
fee dengan risiko bisnis yang dihadapi perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negative antara tingkat audit fee
perusahaan.
dan excess dari pertumbuhan asset. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya
salah saji laporan keuangan. Penelitian ini menganalisa perusahan yang terindikasi
tak disengaja dan dalam jumlah kecil, adanya optimisme manajer membuat
salah saji yang ada. Namun ketika ekspektasi tersebut tidak terealisasi maka
misalnya melalui manajemen laba. Akibatnya jumlah salah saji akan terus
sikap narsis dari klien terhadap penilaian atas risiko kecurangan. Penelitian ini
dilakukan melalui metode studi kasus pada auditor di firma akuntan publik
manajer memiliki karakter narcissistic. Artinya, sikap narisme dari manajer secara
2010 menggunakan data dari audit analytics database. Hasil dari penelitian ini
adanya penetapan ataupun pengelolaan pengendalian internal yang efektif. Hal ini
buruk di masa depan karena pengendalian internal yang buruk, seperti investasi
yang tidak efisien, return on asset yang rendah dan kualitas pelaporan keuangan
yang buruk.
pada penelitian ini adalah total asset, piutang, persediaan, segmen ,jumlah anak
usaha, dan auditor eksternal. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa total
asset ialah factor yang secara positif dan signifikan memengaruhi tingkat audit
fee.
menggunakan 5 proxy dummy variable yang terdiri dari penilaian atas excess
investment, net acquisition, debt to equity ratio, risk debt, dan dividend yield.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa auditor akan memberikan opini
terhadap audit fee, di mana hubris effect mendominasi dari sikap managerial
dengan baik.
mengenai bagaimana judgement auditor atas risiko klien akan menentukan tingkat
audit fee. Dalam audit pricing theory oleh Simunic (1980) mengutarakan bahwa
taksiran audit fee terdiri dari dua elemen. Pertama adalah biaya atas sumber daya
yang di alokasikan dalam audit dan kedua ialah taksiran biaya yang mungkin
terjadi di masa depan contohnya seperti potential loss yang disebabkan adanya
TABEL 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan
1. Malmendier CEO Over- 1. Independen : Manajer yang over- Menggunakan tek- 1. Managerial over-
& Tate confidence and Managerial confidence akan melaku- nik analisis regresi confidence diukur
(2005) Corporate Overconfidence kan overinvestment keti- berdasarkan Holder
Investment 2. Dependen : ka memiliki dana inter- 67, longholder dan
Investasi nal yang melimpah, na- net buyer.
perusahaan mun akan membatasi in- 2. Subjek penelitian
vestasi bila hal tersebut berdasarkan Forbes
memerlukan pendanaan 500 CEOs
eksternal.
2. Charles et The Association 1. Independen : Pengaruh risiko pelaporan Menggunakan tek- Subjek penelitian ada-
al (2009) between Risiko pelaporan keuangan terhadap audit nik analisis regresi lah 4320 observasi
Financial keuangan fee meningkat sejak ada- yang berasal dari klien
Reporting Risk 2. Dependen : nya skandal audit pada BIG4 untuk tahun
and Audit Fees Audit fee tahun 2002. 2000-2003
Before and
After the
Historic Events
Surrounding
SOX
3. Stanley Is the Audit Fee 1. Independen : Terdapat hubungan yang Menggunakan tek- Penelitian dilakukan
(2011) Disclosure a Risiko bisnis negatife dan signifikan nik analisis regresi menggunakan sampel
Leading Perusahaan antara tingkat audit fee dengan periode 2000-
Indicator of 2. Dependen : dengan operating 2007
Clients’ Audit fee performance perusahaan
Business Risk? pada tahun berikutnya.
21
21
22
22
23
23
24
24
keuangan dari klien untuk menentukan tingkat audit fee. Semakin buruk kualitas
pelaporan keuangan, maka risiko pelaporan keuangan akan meningkat dan begitu
pula tingkat risiko audit. Pada penelitian Gul et al (2003) menunjukkan bahwa
kualitas yang buruk, maka hal ini akan meningkatkan risiko yang akan diterima
auditor, untuk itu auditor akan meningkatkan audit effort untuk menekan risiko
audit, adanya hal ini akan berimbas kepada meningkatnya tingkat biaya audit yang
membuat manajer terlalu optimis atas pengembalian dari proyek dan investasi
yang telah ia lakukan, hal ini akan mengakibatkan penundaaan pengakuan atas
kerugian dan mempercepat pengakuan keuntungan. Lebih lanjut sikap yang terlalu
tindakan investasi yang tidak efisien (Malmendier & Tate, 2005) dan
adanya tindakan manajemen laba (Hsieh et al., 2014) dan cenderung melakukan
dan pelaporan keuangan maka auditor akan meningkatkan cakupan audit di dalam
adanya potential loss yang sesuai dengan audit pricing theory. Akibat dari
akan memerlukan biaya tambahan sebagai kompensasi atas cakupan audit yang
lebih luas, sehingga biaya audit yang dibayarkan oleh perusahaan menjadi lebih
tinggi.
Di sisi lain, perusahaan sebagai klien dari jasa yang diberikan akuntan
publik berhak untuk ikut bernegosiasi atas rencana audit yang diajukan oleh
penunjukkan auditor dan proses negosiasi mengenai perikatan audit (Beck &
meningkatnya waktu audit yang dibutuhkan. Namun, di sisi lain klien dapat
tentunya berhubungan dengan waktu audit untuk menegosiasikan biaya audit yang
lebih rendah (Emby & Davidson, 1998). Seorang manajer dengan sikap
pekerjaannya, dan merasa memiliki kualitas lebih baik dari orang lain (better than
melakukan banyak negosiasi atas cakupan audit dengan auditor untuk mampu
membayarkan audit fee yang lebih rendah, hal ini karena overconfident manager
(Duellman et al.,2015).
melalui proxy keputusan investasi dan over-investment yang telah digunakan pada
penelitian sebelumnya (Ahmed & Duellman, 2012; Duellman et al., 2015). Untuk
menggunaan beberapa variabel kontrol seperti tingkat rapat komite audit, anggota
komite audit dengan latar belakang pendidikan akuntansi, leverage, firm size,
rasio kas terhadap asset, rasio piutang dan persediaan terhadap asset tetap, ROA,
pertumbuhan aset perusahaan, penggunaan jasa auditor big 4, opini audit, year
Variabel Bebas
Managerial Overconfidence
H1
Variabel Kontrol
Tingkat rapat komite audit, Latar Variabel Terikat
Belakang Pendidikan Komite Audit,
Audit Fee
Leverage, Firm Size, Kas, Opini
Audit, Piutang dan Persediaan, ROA,
Pertumbuhan aset perusahaan, BIG4,
year dan industry.
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
BAB 3
METODE PENELITIAN
teori dengan melihat keterkaitan hubungan antara satu variabel dengan variabel
sebagai variabel independen dan tingkat audit fee sebagai variabel dependen.
bebas dan audit fee sebagai variabel terikat. Variabel yang digunakan pada
29
memengaruhi atau menjadi sebab dari perubahan variabel lain atau timbulnya
dipengaruhi oleh faktor luar atau faktor lain yang tidak diteliti (Anshori & Iswati,
2009).Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah tingkat rapat komite audit, latar
belakang akuntansi pada anggota komite audit, leverage, firm size, rasio kas,
proporsi persediaan dan piutang pada aset, ROA, Opini audit, auditor eksternal
Bagian ini akan menguraikan definisi, dari seluruh variabel yang akan
auditor atas jasa audit yang diberikan (Duellman et al., 2015). Data mengenai
audit fee pada penelitian ini diperoleh melalui laporan tahunan pada bagian
“akuntan publik” atau “auditor eksternal” yang terletak pada section tata kelola
perusahaan. Data audit fee yang diperoleh dari laporan tahunan kemudian di
suatu sikap atau bias kognitif dari seorang manajer yang menyebabkan manajer
terlalu optimis atas sesuatu yang belum pasti di masa depan ataupun sesuatu yang
sekarang sedang terjadi (Ji & Lee, 2015). Managerial overconfidence memerlukan
diukur dengan proxy yang sama dengan penelitan terdahulu (Ahmed &
expenditure.
3.3.2.1. Over-investment
serta melakukan akuisisi aset bagi perusahaan. Penelitian Malmendier & Tate
cenderung memiliki tingkat investasi lebih tinggi dari perusahaan lain dan
tindakan akuisisi asset korporasi (Malmendier & Tate, 2008) dan memiliki rata
rata capital expenditure yang tinggi (Malmendier & Tate, 2005). Pengukuran
Duellman et al (2015).
akan dilakukan estimasi dari model investasi perusahaan sebagai fungsi atas
Kemudian akan dihitung residual dari model regresi tersebut sebagai proxy atas
deviasi dari tingkat investasi yang diharapkan. Model regresi yang digunakan
dari capital expenditure, biaya riset dan pengembangan, selisih antara penerimaan
dan pengeluaran atas property plant and equipment, kemudian dibagi dengan total
Melalui hasil residual dari model regresi akan dilakukan klasifikasi atas
apabila hasil residual berada pada kuartil atas pada industri dan tahun observasi,
dan 0 bila hasil residual regresi tidak berada pada kuartil atas. Kuarti atas pada
investasi secara lebih agresif dan menunjukkan tingkat investasi yang lebih tinggi
dibandingkan perusahaan lain. Untuk mengukur tingkat investasi ini maka dapat
dalam perusahaan (Ahmed & Duellman, 2012; Campbell et al., 2011). Hal ini
diperkuat oleh penelitian Ben-david et al (2010) dan Malmendier & Tate (2005)
memiliki tingkat capital expenditure yang lebih tinggi dari perusahaan lain. Untuk
itu dalam penelitian ini proxy ke dua atas managerial overconfidence diukur
dengan variabel dummy. Variabel OVERCON2 akan sama dengan 1 bila hasil
capital expenditure dibagi dengan rata-rata total asset pada tahun berjalan lebih
tinggi dari median industri pada tahun observasi dan 0 bila hasil berada dibawah
median. Proxy ini telah dilakukan dalam penellitian Duellman et al (2015) untuk
bahwa komite audit di perusahaan wajib memiliki paling sedikit 1 (satu) anggota
pemahaman yang lebih baik atas judgement yang diberikan auditor dan
pelaporan keuangan, risiko, dan isu yang muncul dalam proses audit akan
membuat komite audit mendukung rencana cakupan audit oleh auditor eskternal
dengan tujuan agar auditor mampu mengatasi permasalahan dan risiko yang
muncul dalam pekerjaan audit (Abbott et al., 2003). Adanya hal ini akan
memiliki hubungan yang positif terhadap tingkat audit fee yang akan dibayarkan
oleh perusahaan karena komite audit akan mendukung auditor eksternal untuk
Variabel ini akan diberi poin 1 apabila perusahaan memiliki lebih dari 1 orang
bahwa komite audit di perusahaan wajib melakukan paling sedikit 1 kali rapat
pada setiap kuartalnya, atau minimal melakukan 4 kali rapat dalam satu tahun.
Untuk mengemban tanggung jawabnya dengan baik maka komite audit perlu
komite audit akan meningkatkan pengawasan melalui pengetahuan atas isu audit
sehingga komite audit dapat proaktif dalam setiap cakupan audit yang dilakukan
auditor eksternal (Abbott et al., 2004). Sehingga adanya rapat yang rutin
diimplikasikan komite audit dapat secara proaktif dalam berbagai tingkatan dalam
(2003) komite audit yang melakukan lebih dari 4 kali rapat berpengaruh terhadap
tingkat audit fee. Variabel ini akan diberi nilai 1 apabila komite audit melakukan
rapat lebih dari 4 kali dalam satu tahun dan 0 bila sebaliknya.
3.3.3.3 Leverage
risiko bisnis berupa kegagalan dan hal ini akan meningkatkan risiko audit (Bell et
al., 2001; Charles et al., 2009; Duellman et al., 2015; Karim et al., 2016).
kecilnya perusahaan melalui tolak ukur total aset yang ditransformasikan kedalam
logartima natural (Bryan & Mason, 2016). Pemilihan size sebagai variabel control
karena semakin besar size perusahaan maka akan semakin kompleks transaksi
aktivitas bisnis yang terjadi di dalamnya dan dalam penelitian mengenai audit fee
memberikan hasil bahwa size memilki pengaruh signifikan terhadap audit fee e.g
(Bell et al., 2001; Bryan & Mason, 2016; Cheng, Lu, & Kuo, 2016; Duellman et
Variabel rasio kas terhadap total asset digunakan untuk mengontrol adanya
risiko inheren yang ada di dalam perusahaan (Duellman et al., 2015).Variabel ini
Serupa dengan variabel rasio kas terhadap total asset, variabel rasio
dalam perusahaan (Abbott et al., 2003; Duellman et al., 2015; Karim et al., 2016).
Variabel ini diukur dengan membagi total dari persediaan dan piutang dengan rata
Return on asset adalah rasio pendapatan sebelum bunga dan pajak yang
dibagi dengan nilai buku asset. Rasio ini memberikan gambaran mengenai
ROA = ……………………..…..(3.7)
Pertumbuhan aset ditandai dengan adanya perubahan aset dari satu periode
3.3.3.9 BIG4
perusahaan di audit oleh firma audit yang termasuk di dalam big four (KPMG,
Ernst & Young, Pricewaterhouse Coopers, Deloitte). Firma audit dengan ukuran
besar memiliki level kualitas audit yang tinggi (DeAngelo, 1981). Kualitas yang
tinggi berhubungan dengan adanya kompetensi dan independensi yang lebih baik
dari firma audit. Selain itu, auditor BIG 4 kerap melayani klien besar yang
memiliki kompleksitas audit lebih tinggi, hal ini membuat auditor membebankan
premi atas risiko litigasi yang lebih tinggi (Caneghem, 2012). Variabel BIG4 telah
dilibatkan dalam berbagai penelitian mengenai audit fee dan menunjukkan bahwa
perusahaan yang menggunakan jasa akuntan pubik BIG4 memiliki biaya audit
yang tinggi (Bryan & Mason, 2016; Caneghem, 2012; Cheng et al., 2016; Karim
et al., 2016).
kompleksitas bisnis dan risiko audit di dalam klien (Bell et al., 2001; Johl et al.,
2012; H. Y. Lee & Mande, 2005; Xie et al., 2010). Auditor kerap menggunakan
pengungkapan pada periode sebelumnya sebagai signal atas risiko klien dan
menghubungkan hal tersebut dengan risiko audit yang akan dihadapi pada tahun
berjalan yang berakibat memengaruhi fee yang akan dibebankan pada klien pada
penelitian di atas, dapatlah disusun definisi operasional variable dalam Tabel 3.1
berikut ini.
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Proksi Sumber
Dependen: AFEE Logaritma natural dari audit fee AR
Audit Fee
Independen: Variabel dummy, diberi nilai 1 bila
Managerial Over- hasil residual dari regresi investasi dan Wallstreet
overconfidenc Investment pertumbuhan penjualan berada pada ORBIS
e kuartil atas industry dan tahun FR
observasi , dan 0 bila hasil tidak
berada pada kuartil atas.
CAPEX Variabel dummy, diberi nilai 1 bila Wallstreet
hasil capital expenditure dibagi Journal
dengan rata-rata total asset pada tahun
berjalan lebih tinggi dari median
industry pada tahun observasi dan 0
bila hasil menunjukkan berada
dibawah median .
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder. Pada penelitian ini data
diperoleh melalui ORBIS dan laporan tahunan yang diunduh melalui website
www.idx.co.id atau dari website masing masing perusahan yang telah terdaftar di
1. Survei pendahuluan
2. Studi kepustakaan
3. Studi Dokumentasi
dan ORBIS untuk periode 2014-2016. Data yang diperoleh kemudian akan
Bursa Efek Indonesia pada periode 2014-2016. Sampel pada penelitian dipilih
dengan kritera tertentu dan melalui pendekatan unbalanced panel data, kriteria
code).
4. Berada pada industri (berdasarkan SIC) yang dalam satu tahun memiliki
Tabel 3.2
Kriteria Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
Total observasi yang menjadi populasi penelitian 1.677 observasi
Dikecualikan:
Perusahaan dengan kode SIC 6 441 observasi
Data tidak lengkap 706 observasi
Perusahaan pada industry (SIC) yang memiliki kurang dari 105 observasi
20 observasi dalam satu tahun
Total observasi yang menjadi sampel penelitian 425 observasi
Sumber: Data Olahan, 2018
Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini ialah STATA 14.0 .
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji analisis
statistik deskriptif, uji pearson correlation dan uji regresi linear berganda, namun
permasalahan adanya data ekstrim yang berasal dari efek outlier. Analisis
3.7.1 Winsorizing
Teknik ini akan mengubah nilai data yang memiliki nilai ekstrim ke nilai tertinggi
maupun terendah yang bukan merupakan outlier data (Reifman & Keyton, 2010).
persentil tertentu. Melalui STATA metode ini akan mengkonversikan nilai outlier
(Sugiyono, 2014). Melalui statistik deskriptif data dideskripsikan dalam tabel dan
memaparkan nilai rata rata, maksimum, dan minimum. Tujuannya ialah untuk
antara dua variabel (Acock, 2008). Nilai pearson correlation berkisar di antara -1
hubungan antara managerial overconfidence dengan audit fee. Pada stata metode
Uji independent t-test dilakukan untuk membandingkan nilai rata rata dari
dua atau lebih kelompok untuk memberikan penjelasan apakah terdapat perbedaan
rata rata yang signifikan di antara kedua kelompok. Dalam STATA 14.0 command
untuk melakukan uji independent ttest ialah “ttest”. Dalam penelitian data dibagi
variabel terikat dengan variabel bebas. Variabel independen dari penelitian ini
investment dan keputusan investasi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
Keterangan:
β0 : Konstanta;
β0- β12 : Koefisien regresi;
AFEE : Logaritma natural dari audit fee;
OVERCON : Managerial overconfidence;
DACMEET : Variabel dummy, 1 bila komite audit melakukan lebih dari 4
kali rapat dalam satu tahun ;
ordinary least square dengan memasukkan year & industry fixed effect sebagai
dengan pendekatan cluster model dari Petersen (2009). Cluster model dari
ticker dan tahun untuk melakukan estimasi dalam model regresi. Cluster model
digunakan untuk meminimalisir adanya error yang tidak normal atau adanya
outlier yang memengaruhi model regresi. Selain itu cluster model juga membantu
melalui hasil dari model regresi dengan mengacu pada t-value yang dibagi pada
beberapa tingkat signifikansi yaitu yaitu 10%, 5% dan 1%. Hipotesis akan
diterima ketika nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan 10%, sebaliknya
bila nilai signifikansi diatas 10% maka hipotesis akan ditolak dan menerima Ho.
terdapat korelasi yang terlalu tinggi di antara variabel bebas dalam model regresi
linear berganda. Model regresi yang baik harus tidak memiliki korelasi antara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
terdaftar di bursa efek Indonesia untuk periode 2014-2016 dan memenuhi kriteria
pengambilan sampel yang telah ditentukan. Objek dalam penelitian ini merupakan
listrik dan gas. Penelitian ini mengecualikan perusahaan dengan SIC 0,5,7,8
karena tidak memenuhi ketentuan jumlah sampel dalam pengolahan data untuk
salah satu proxy managerial overconfidence (OVERCON1) dimana hal ini baru
ditemukan setelah data dari seluruh sampel terkumpul, sedangkan SIC 6 juga
dikecualikan dalam penelitian karena bergerak pada sektor jasa keuangan dan
laporan keuangan yang berbeda, dimana hal ini akan menjadikan data perusahaan
data sehingga jumlah observasi pada setiap tahunnya tidak menunjukkan angka
yang sama. Jumlah observasi dalam penelitian ini adalah 425 observasi yang
terdiri dari 129 observasi di tahun 2014, 140 observasi di tahun 2015 dan 156
observasi di tahun 2016. 425 observasi ini berasal dari 171 perusahaan yang
46
dengan kode SIC 2 yaitu industri barang konsumsi yang banyak memiliki
telah dilakukan winsorizing ke persentil 1% dan 99% sehingga data terbebas dari
Tabel 4.1
Distribusi Sample berdasarkan Industri Pengamatan
Panel A: Managerial Overconfidence 1 (Over-Investment)
CEO Overconfident-1 CEO tidak overconfident-1 Total
SIC
n % N % n %
generalisasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu audit fee (AFEE),
asset (ROA), opini audit (OPIN), auditor eksternal (BIG), leverage (LEV), ukuran
deskriptif menampilkan informasi mengenai nilai rata rata, nilai tengah (median)
yang diberikan perusahaan kepada auditor atas jasa audit eksternal yang
logaritma natural dari audit fee (AUDITFEE). Audit fee mempunyai nilai
yang dimiliki oleh PT Wahana Pronatural pada tahun 2014,2015 dan 2016,
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Variabel Rata-Rata Median Minimum Maximum
AUDITFEE 2.068.000.000 748.000.000 46.750.000 40.000.000.000
Overcon1 0,259 0 0 1
Overcon2 0,506 1 0 1
DACMEET 0,499 0 0 1
DACAKT 0,560 1 0 1
ROA 5,070 4,020 -17,470 43,410
OPIN 0,016 0,000 0 1
BIG 0,435 0 0 1
LEV 0,493 0,485 0,064 1,193
TOTASSET 12.290.000.000.000 3.266.000.000.000 46.760.000.000 261.900.000.000.000
RECINV 0,277 0,240 0,016 0,742
Cash 0,099 0,065 0,00043 0,406
Growth 0,096 0,062 -0,289 1,043
Asset
Sumber:Data Olahan, 2018.
dalam perusahaan. OVERCON1 memiliki nilai rata rata 0,259 yang berarti
perusahaan. OVERCON1 memiliki nilai rata rata 0,506 yang berarti 50,6%
rata-rata 0,56 artinya 56% sampel memiliki lebih dari satu anggota komite
Nasional Bina Buana Raya Tbk pada tahun 2015 dan nilai tertinggi sebesar
43,41 yang dimiliki oleh PT.Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2015 .
rata-rata 0,016 artinya hanya 1,6% sampel yang memeroleh opini modi-
diberikan pada perusahaan yang diaudit oleh KAP big four dan 0 bila
diaudit oleh KAP selain big four. BIG memiliki nilai rata-rata 0,435,
artinya 43,5% observasi diaudit oleh KAP big four, serta memiliki
0,493 dan nilai tengah 0,485. Nilai terendah sebesar 0.064 yang dimiliki
oleh PT Jaya Pari Steel Tbk pada tahun 2014 dan nilai tertinggi sebesar
1,193 yang dimiliki oleh PT.Bakrie and Brothers Tbk di tahun 2016.
10. Ukuran Perusahaan (FSIZE) diperoleh dari nilai logaritma natural dari
11. RECINV merupakan proporsi piutang dan persediaan terhadap total asset
perusahaan. RECINV memiliki nilai rata rata 0,277 dan nilai tengah 0,24.
Nilai terendah pada RECINV dimiliki oleh PT. XL Axiata Tbk pada tahun
2016 sebesar 0,016 dan nilai tertinggi sebesar 0,742 dimiliki oleh PT
12. CASH merupakan proporsi kas terhadap total asset di dalam perusahaan.
CASH memiliki nilai rata rata sebesar 0,099 dan nilai tengah sebesar
0,065. Nilai minimum sebesar 0.00043 yang dimiliki oleh PT Bara Jaya
Internasional Tbk pada tahun 2016 dan nilai tertinggi sebesar 0,406 yang
asset perusahaan. GROWTH_ASSET memiliki nilai rata rata 0,096 dan ni-
komsel Oke Tbk pada tahun 2015 sebesar -0,289 sedangkan nilai tertinggi
dimiliki oleh PT Surya Esa Perkasa Tbk tahun 2015 sebesar 1,043.
Uji korelasi pearson merupakan suatu teknik analisis yang ditujukan untuk
mengetahui arah serta kekuatan hubungan linier antara dua variabel. Melalui
Tabel 4.3 dapat dilihat terdapat hubungan positif dan kuat dengan signifikansi 1%
(Overinvestment) dan OVERCON2 (CAPEX) terhadap nilai audit fee. Hal ini
managerial overconfidence yang tinggi maka tingkat audit fee akan bergerak
sejalan dan menunjukkan tingkat audit fee tinggi pula. Variabel Karakteristik
komite audit yang ditunjukkan melalui tingkat rapat komite audit menunjukkan
adanya hubungan yang kuat terhadap audit fee. Hal ini memberikan dugaan awal
bahwa semakin sering komite audit melakukan koordinasi melalui rapat maka
(CASH) juga memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat audit fee,
piutang dan persediaan memiliki hubungan yang signifikan namun dengan arah
negatif terhadap tingkat audit fee. Opini auditor (OPIN) dan pertumbuhan asset
terhadap tingkat audit fee, variabel OPIN menunjukkan adanya arah hubungan
variabel dari dua kelompok tersebut. Di dalam penelitian ini uji independent t-test
Tabel 4.3
Uji Korelasi Pearson
AFEE OVERCO OVERCON2 DACAKT DACME ROA OPIN BIG LEV FSIZE RECIN CASH GROWTH
N1 ET V ASSET
AFEE 1.000
54
54
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 keduanya menunjukkan bahwa rata
rata tingkat audit fee untuk perusahan dengan managerial overconfidence lebih
variabel mengenai komite audit, terdapat perbedaan antara kedua tabel, dalam
pengkategorian melalui proxy OVERCON1 pada Tabel 4.4 rata rata variabel
dence memiliki rata rata yang lebih rendah namun tidak signifikan dibandingkan
Tabel 4.4
Uji Independent T-Test berdasarkan Managerial Overconfidence-1 (Over-
Investment)
Perusahaan
Variabel Perusahaan dengan tanpa Managerial Coef t-
Managerial Overconfidence value
Overconfidence
N=110 N=315
AFEE 20.808 20.380 0.429*** 3.122
DACMEET 0.473 0.508 -0.035 -0.635
DACAKT 0.482 0.587 -0.105* -1.923
ROA 6.951 4.414 2.538** 2.327
OPIN 0.009 0.019 -0.010 -0.705
BIG 0.536 0.400 0.136** 2.496
LEV 0.479 0.497 -0.018 -0.740
FSIZE 29.241 28.809 0.432** 2.555
RECINV 0.233 0.292 -0.059*** -2.806
CASH 0.112 0.094 0.018* 1.677
GROWTH_ASSET 0.177 0.068 0.110*** 5.152
Sumber: Data Olahan, 2018. Tingkat Signifikansi *10%, **5%, ***1%
Tabel 4.5
Uji Independent T-Test berdasarkan Managerial Overconfidence-2 (Pilihan
Investasi)
Perusahaan dengan Perusahaan tanpa
Variabel Managerial Managerial Coef t-
Overconfidence Overconfidence value
N=215 N=210
AFEE 20.862 20.111 0.751*** 6.467
DACMEET 0.488 0.510 -0.021 -0.435
DACAKT 0.567 0.552 0.015 0.312
ROA 7.626 2.454 5.172*** 5.573
OPIN 0.009 0.024 -0.015 -1.174
BIG 0.540 0.329 0.211*** 4.478
LEV 0.473 0.513 -0.040* -1.850
FSIZE 29.360 28.471 0.888*** 6.212
RECINV 0.256 0.299 -0.043** -2.309
CASH 0.113 0.084 0.029*** 3.047
GROWTH ASSET 0.142 0.049 0.094*** 5.014
Sumber: Data Olahan, 2018. Tingkat Signifikansi *10%, **5%, ***1%
overconfidence memiliki rata rata yang lebih tinggi dan signifikan untuk tingkat
profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan, jumlah kas dan pertumbuhan asset dan
utang atas asetnya karena memiliki lebih banyak kas di dalam perusahaan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Malmendier & Tate (2005) bahwa tingkat
perusahaan dan akan mengurangi tingkat investasi ketika hal tersebut memerlukan
pendanaan eksternal.
Model analisis dalam penelitian ini adalah ordinary least square (OLS)
confidence dengan tingkat audit fee untuk sampel atas perusahaan yang terdaftar
di BEI pada periode 2014, 2015 dan 2016. Untuk menguji pengaruh antara
regresi berikut :
Tabel 4.6 menunjukkan hasi regresil linier berganda antara variabel audit
regresi, regresi pertama ialah ordinary least square dengan control year &
industry fixed effect, sedangkan regresi yang kedua menggunakan ordinary least
square dengan robust melalui pendekatan cluster model. Pada kolom regresi
pertama dan kedua pada Tabel 4.6 dilakukan regresi antara variabel OVERCON1
dan variabel kontrol terhadap audit fee. Pada kolom pertama, dilakukan regresi
OVERCON1 memiliki nilai 0,176 dan nilai t-value sebesar 1,98 signifikan pada
level 5%. Hasil ini memiliki arti bahwa setiap kenaikan 1 poin OVERCON1 maka
audit fee akan meningkat sebesar 0,176. Pada kolom kedua dilakukan regresi OLS
robust antara OVERCON1 dengan audit fee, hasilnya ialah koefisien sebesar
0,176 dan t-value senilai 1,73 signifikan pada level 10%, berarti bahwa setiap
kenaikan 1 poin pada OVERCON1 maka audit fee akan meningkat sebesar 0,176.
investment) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat audit fee.
Pada kolom regresi ketiga dan keempat Tabel 4.6 dilakukan regresi OVERCON2
dan variabel kontrol terhadap audit fee. Pada kolom ketiga dilakukan regresi OLS
antara OVERCON2 dengan audit fee dan menunjukkan hasil koefisien 0,205 dan
t-value 2,52 dengan signifikansi 5%. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan 1 poin
OVERCON2 maka audit fee akan meningkat sebesar 0,205. Pada kolom keempat
dilakukan regresi OVERCON2 dan audit fee dengan OLS robust, regresi ini
memberikan hasil konstanta sebesar 0,205 dan t-value 2,31 dengan signifikansi
5%. Hasil ini berarti bahwa setiap kenaikan 1 poin OVERCON2 maka audit fee
akan meningkat sebesar 0,205. Kedua hasil regresi memberikan hasil bahwa
signifikan terhadap tingkat audit fee. Variabel kontrol hasil regresi pada Tabel 4.6
yang dimulai pada variabel DACAKT hingga Industry dummy baik pada hasil
regresi robust di kolom kedua maupun robust di kolom regresi ke empat menun-
jukkan bahwa sebagian besar variabel telah memberikan hasil sesuai dengan arah
Tabel 4.6
Hasil OLS: Managerial Overconfidence dan Audit Fee
Variabel Prediksi AUDIT FEE AUDIT FEE
Arah OLS OLS OLS OLS
robust robust
OVERCON1 +/- 0.176** 0.176*
(1.98) (1.73)
OVERCON2 +/- 0.205** 0.205**
(2.52) (2.31)
DACAKT + 0.020 0.020 0.005 0.005
(0.27) (0.27) (0.06) (0.06)
DACMEET + 0.137* 0.137* 0.148* 0.148*
(1.75) (1.82) (1.90) (1.95)
ROA + 0.008* 0.008* 0.007 0.007
(1.79) (1.65) (1.51) (1.39)
OPIN + -0.068 -0.068 -0.053 -0.053
(-0.23) (-0.25) (-0.18) (-0.20)
BIG + 0.707*** 0.707*** 0.709*** 0.709***
(8.09) (8.55) (8.16) (8.78)
*** *** ***
LEV + 0.536 0.536 0.559 0.559***
(2.73) (3.05) (2.86) (3.12)
*** *** ***
FSIZE + 0.495 0.495 0.479 0.479***
(15.46) (15.59) (14.74) (14.43)
RECINV + 0.174 0.174 0.154 0.154
(0.71) (0.75) (0.64) (0.69)
CASH + 0.738* 0.738 0.730* 0.730
(1.72) (1.53) (1.70) (1.51)
GROWTH_ASSET + -0.587*** -0.587** -0.584*** -0.584**
(-2.83) (-2.43) (-2.87) (-2.39)
Year dummy Included Included Included Included
Industry dummy Included Included Included Included
r2 0.654 0.654 0.656 0.656
N 425 425 425 425
* ** ***
t-values in parentheses t > 1,645, t > 1,960, t > 2,326
Sumber: Data Olahan, 2018
pengetahuan atas isu audit sehingga komite audit dapat proaktif dalam setiap
cakupan audit yang dilakukan auditor eksternal. Sedangkan adanya lebih dari 1
anggota komite audit dengan latar belakang akuntansi tampak berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap tingkat audit fee. Sedangkan variabel DACKT
menunjukkan arah yang positif namun tidak signifikan terhadap tingkat audit fee.
Variabel kontrol lain seperti pilihan firma auditor big four (BIG), tingkat
leverage (LEV) dan ukuran perusahaan (FSIZE) memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap audit fee dengan level signifikansi sebesar 1%, hasil ini
pada OLS dan OLS Robust. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
pekerjaan audit (Cheng et al., 2016; Simunic, 1980) dan adanya tingkat leverage
yang tinggi akan meningkatkan probabilitas bahwa klien akan mengalami risiko
bisnis berupa kegagalan ekonomi baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang dan hal ini akan meningkatkan risiko audit (Bell et al., 2001; Karim et al.,
2016) semakin tinggi ukuran dan leverage meningkatkan risiko audit dan auditor
akan melakukan lebih banyak tindakan audit dan menyebabkan tingkat audi fee
meningkat. Hasil positif atas BIG4 sejalan dengan penelitian Caneghem (2012)
dimana auditor BIG 4 memilikI kualitas audit yang lebih baik, kualitas yang
tinggi berhubungan dengan adanya kompetensi dan independensi yang lebih baik
dari firma audit sehingga akan membayar sumber daya yang lebih mahal
khususnya bagi personil yang berkualitas, selain itu auditor BIG 4 kerap melayani
klien besar yang memiliki kompleksitas audit lebih tinggi, hal ini membuat
auditor membebankan premi atas risiko litigasi yang lebih tinggi dan atau
pengaruh yang positif dengan signifikansi 10% dalam regresi atas OVERCON 1
terhadap audit fee, hal ini sesuai dengan penelitian Charles et al (2009) dan Karim
beban sehingga menimbulkan audit fee yang lebih tinggi. Untuk variabel
signifikan bagi tingkat audit fee. Dengan signifikansi 10% pada regresi OLS dan
hanya pada model regresi OLS untuk proxy OVERCON1 dan OVERCON2.
Variabel lainnya seperti opini auditor atas laporan keuangan perusahaan (OPIN),
terhadap tingkat audit fee. Hasil ini sesuai dengan hipotesis bahwa perusahaan
tingkat audit fee yang lebih tinggi. Nilai r2 pada regresi dengan proxy
OVERCON1 menunjukkan bahwa 65,4% model audit fee diwakili dalam model
peneltian ini. Nilai r2 pada regresi OVERCON2 menunjukkan bahwa model audit
fee dalam penelitian ini mewakili 65,6% dari model audit fee.
regresi menggunakan teknik kluster berdasarkan industry dan tahun. Mode kluster
ini juga membuat standar eror pada model regresi menjadi robust, sehingga output
keberadaan korelasi antar variabel independen pada suatu model regresi. Uji ini
dilakukan dengan menilai Variance Inflation Factor. Pada penelitian ini dilakukan
dua kali uji multikolinearitas yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.7.
rata-rata VIF sebesar 1,48 dan untuk OVERCON2 memberikan hasil nilai rata-
rata VIF sebesar 1,49. Kedua hasil uji multikolinearitas baik untuk variabel
memiliki VIF dibawah nilai 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinearitas OVERCON1 dan OVERCON2
OVERCON1 OVERCON2
Variabel VIF 1/VIF VIF 1/VIF
4.4 Pembahasan
mahal atas jasa audit yang diberikan oleh auditor eksternal. Hal ini sesuai dengan
terhadap tingkat audit fee, sehingga H1 dapat diterima. Pengaruh positif dan
Tingginya risiko audit yang ditunjukkan oleh klien kemudian direspon oleh
auditor dengan meningkatkan audit effort untuk menciptakan risiko deteksi yang
lebih rendah, akibatnya auditor membebankan audit fee yang lebih besar untuk
menutupi tambahan biaya dari meningkatnya audit effort (Bell et al., 2001;
Simunic, 1980). Hal ini sejalan dengan audit pricing theory yang mengemukakan
potential loss yang disebabkan kegagalan audit pada klien. Penelitian Stanley
(2011) konsisten dengan hal ini dimana dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
pengungkapan atas audit fee merupakan sinyal dari risiko bisnis yang dihadapi
oleh perusahaan.
kemampuan dan intelektual yang lebih baik dari orang lain (better than average).
menilai kondisi keuangan di masa depan dengan lebih baik dibandingkan orang
dalam mendasari laporan keuangan (Hribar & Yang, 2016). Selain itu, adanya
perusahaan di masa depan akan menutupi salah saji yang disengaja tersebut
Salah satu bentuk nyata atas optimisme manajer dapat terlihat melalui
mungkin terjadi atas investasi tersebut (Heaton, 2002; Malmendier & Tate, 2005).
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain dan melakukan over-invest atas
karena manajemen terlalu fokus atas optimisme dari performa perusahaan di masa
depan (J. E. Lee, 2016b). Adanya optimisme ini mendorong manajer untuk secara
manajemen laba untuk tujuan tertentu seperti merealisasikan ekspektasi yang telah
ia buat pada masa lalu (Hsieh et al., 2014; Schrand & Zechman, 2012). Selain itu,
meningkatkan penilaian control risk di dalam perusahaan oleh auditor yang secara
ditunjukkan manajer dalam laporan keuangan. Untuk mengurangi risiko ini maka
akan direspon oleh auditor dengan meningkatkan audit effort sehingga mampu
menciptakan risiko deteksi yang rendah yang dilakukan dengan cara menelusuri
lebih banyak bukti audit yang kemudian mengakibatkan kebutuhan biaya audit
bagian dari risiko audit yang dinilai oleh auditor. Dengan demikian dapat
meningkatkan risiko audit maka auditor akan meningkatkan audit effort dan atau
BAB 5
5.1. Simpulan
auditor eksternal perusahaan. Melalui hasil analisis dan pembahasan yang telah
membayarkan audit fee yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan tanpa
auditor akan meningkatkan audit effort untuk mengurangi risiko audit yang
mengakibatkan auditor eksternal membebankan audit fee yang lebih tinggi bagi
perusahaan.
5.2. Keterbatasan
67
5.3. Saran
fee.
penggunaan hutang melalui proxy debt to equity ratio, risk debt, dan
overconfidence.
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, L. J., Parker, S., & Peters, G. F. (2004). Audit Committee Characteristics
and Restatement. Auditing: A Journal of Practice and Theory, 23(1), 69–87.
https://doi.org/10.2308/aud.2004.23.1.69
Abbott, L. J., Parker, S., Peters, G. F., & Raghunandan, K. (2003). The
Association between Audit Committee Characteristics and Audit Fees.
Auditing: A Journal Of Practice & Theory, 22(2), 17–32.
Acock, A. (2008). A Gentle Introduction to Stata. Stata press.
Adams, S. (2012). Overconfident CEOs Are Better Innovators. Forbes.
Ahmed, A. S., & Duellman, S. (2012). Managerial Overconfidence and
Accounting Conservatism. Journal of Accounting Research, 51(1), 1–30.
Anshori, M., & Iswati, S. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya:
Airlangga University Press.
Arnold, J. H. (1986). Assessing Capital Risk: You Can’t Be too Conservative.
Harvard Business Review, 64(5), 113–121.
Beck, M. J., & Mauldin, E. G. (2014). Who’s Really in Charge? Audit Committee
versus CFO Power and Audit Fees. The Accounting Review, 89(6), 2057–
2085. https://doi.org/10.2308/accr-50834
Bell, T. B., Landsman, W. R., & Shackelford, D. A. (2001). Auditors Perceived
Business Risk and Audit Fees : Analysis and Evidence. Journal of
Accounting Research, 39(1), 35–43.
Ben-david, I., Graham, J. R., & Harvey, C. R. (2010). Managerial Miscalibration.
The Quarterly Journal of Economics.
Biddle, G. C., Hilary, G., & Verdi, R. S. (2009). How Does Financial Reporting
Quality Relate to Investment Efficiency? Journal of Accounting and
Economics 48.2-3, 2(48), 112–131.
Bryan, D. B., & Mason, T. W. (2016). Advances in Accounting , incorporating
Advances in International Accounting Extreme CEO Pay Cuts and Audit
Fees. Advances in Accounting, Incorporating Advances in International
Accounting, 33, 1–10. https://doi.org/10.1016/j.adiac.2016.02.001
Campbell, T. C., Gallmeyer, M., Johnson, S. A., Rutherford, J., & Stanley, B. W.
(2011). CEO Optimism and Forced Turnover. Journal of Financial
Economics, 101(3), 695–712. https://doi.org/10.1016/j.jfineco.2011.03.004
69
70
71
72
Stotz, O., & Nitzsch, R. von. (2005). The Perception of Control and the Level of
Overconfidence: Evidence from Analyst Earnings Estimates and Price
Targets. Journal of Behavioral Finance, 6(3).
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Svenson, O. (1981). Are we all less risky and more skillful than our fellow
drivers? Acta Psychologica, 47, 143–148.
Tversky, A., & Kahneman, D. (1974). Judgment under Uncertainty: Heuristics
and Biases. Science, 185(4157), 1124–1131.
https://doi.org/10.1126/science.185.4157.1124
Xie, Z., Cai, C., & Ye, J. (2010). Abnormal Audit Fees and Audit Opinion –
Further Evidence from China’s Capital Market. China Journal of Accounting
Research, 3(1), 51–70. https://doi.org/10.1016/S1755-3091(13)60019-2
73
LAMPIRAN 1
1. Statistik Deskriptif
74
2. Pearson Correlation
75
3. Independent t-test
76
OLS – Overconfidence 1
Robust – Overconfidence 1
77
OLS – Overconfidence 2
Robust – Overconfidence 2
78
5. Uji Multikolineraritas
79