Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH:

ANALISIS RASIO (AKTIVITAS DAN PROFITABILITAS)


PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK TAHUN 2016-2017

MATA KULIAH:
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
(Kode/sks: ABKA3503/ 3 SKS)

Dosen Pengampu:
H. Maulana Rizky, M.Acc

Kelompok 4 :
Helda Damaiyanti (1610113220005)
Muhammad Romadhon (1610113310010)
Siti Zaqiroh (1610113320025)
Arpiansyah (1610113310001)
Agus Reza Sa’bandi (1610113110001)
Fahreza Ramadhani (1610113110007)
Nur Annisa Rizkiani (1610113220019)
Syarifah Farah Dina (1610113120021)
Nurahmiah (A1A315023)
Murdiani (A1A314033)
Seno Wahyudi (A1A315027)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Banjarmasin
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Guna memenuhi salah satu
tugas pada mata kuliah Analisis Laporan Keuangan yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dasar tentang “ANALISIS RASIO (AKTIVITAS DAN
PROFITABILITAS) PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK TAHUN 2016-
2017”.

Makalah ini disusun untuk mempelajari lebih detail mengenai Analisis


Rasio (Aktivitas dan Profitabilitas) pada PT. Unilever Indonesia Tbk Tahun 2016-
2017. Kami berharap semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai ilmu untuk
menambah wawasan bagi kita semua.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada dosen kami
bapak H. Maulana Rizky, M. Acc yang telah memberikan tugas ini kepada kami
sehingga mendapat wawasan lebih luas tentang Analisa Rasio (Aktivitas dan
Profitabilitas) pada PT. Unilever Indonesia Tbk Tahun 2016-2017, dan karena
berkat mereka makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu. Semoga makalah ini
dapat memberikan kontribusi positif dan memberikan manfaat dalam hidup kita
nantinya.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
diharapkan demi perbaikan yang semestinya pada makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.

Banjarmasin, 24 Oktober 2018

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan Makalah ..................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Pengertian Rasio Aktivitas ....................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Rasio Aktivitas ....................................................................... 3
2.3 Pengertian Rasio Profitabilitas ............................................................... 12
2.4 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas ............................................................... 12
2.5 Analisis Rasio Aktivitas dan Rasio Profitabilitas pada PT. Unilever
Indonesia Tbk Tahun 2016-2017....................................................................... 20
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 32
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 32
3.2 Saran ....................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan
dalam suatu periode tertentu. Agar laporan keuangan dapat memberikan informasi
yang lebih luas dan lebih mendalam, perlu dilakukan analisis laporan keuangan
yang salah satu caranya adalah dengan menggunakan rasio keuangan.
Rasio keuangan adalah kegiatan menganalisa laporan keuangan dengan cara
membandingkan angka-angka, membagi satu angka dengan angka lainnya
sehingga didapat hubungan yang relevan atas angka-angka tersebut untuk
mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang tetap sehingga tujuan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dicapai.
Analisis rasio keuangan atas laporan keuangan akan menggambarkan atau
menghasilkan suatu pertimbangan terhadap baik atau buruknya keadaan atau
posisi keuangan perusahaan, serta bertujuan untuk menentukan seberapa efektif
dan efiesien dalam kebijaksanaan manajemen dalam mengelola keuangan
perusahaan setiap tahunnya.
Dalam makalah ini akan membahas pengertian dan jenis-jenis dari rasio
aktivitas, pengertian dan jenis-jenis dari rasio profitabilitas, serta analisis rasio
aktivitas dan profitabilitas pada PT. Unilever Indonesia Tbk tahun 2016-2017.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang diatas, kami dapat merumuskan masalah yaitu:
1. Jelaskan pengertian dari rasio aktivitas?
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis rasio aktivitas?
3. Jelaskan pengertian dari rasio profitabilitas?
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis rasio profitabilitas?
5. Bagaimana analisis rasio aktivitas dan analisis rasio profitabilitas pada PT.
Unilever Indonesia Tbk tahun 2016-2017 ?

1
2

1.3 Tujuan Masalah


Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kuliah dari mata kuliah
Analisis Laporan Keuangan. Selain itu, sejalan dengan latar belakang dan
rumusan masalah di atas makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian rasio aktivitas
2. Mengetahui jenis-jenis rasio aktivitas
3. Mengetahui pengertian rasio profitabilitas
4. Mengetahui jenis-jenis rasio profitabilitas
5. Mengetahui analisis rasio aktivitas dan analisis rasio profitabilitas pada
PT. Unilever Indonesia Tbk tahun 2016-2017

1.4 Manfaat Penulisan Makalah


Makalah ini diharapkan memberikan manfaat bagi kami khususnya dan bagi
kalian semua yang pada umumnya berupa ilmu mengenai Analisis Rasio (Aktivitas
dan Profitabilitas) pada PT. Unilever Indonesia Tbk Tahun 2016-2017. Semoga
makalah ini dapat digunakan sebagai referensi bagi kalian yang ingin mempelajari
hal yang berkaitan dengan Analisis Rasio (Aktivitas dan Profitabilitas) pada PT.
Unilever Indonesia Tbk Tahun 2016-2017.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rasio Aktivitas

Menurut Kasmir “Analisis Laporan Keuangan” Rasio aktivitas merupakan


rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya dapat dikatakan pula rasio ini digunakan
untuk mengukur tingkat efisiensi (efektivitas) pemanfaatan sumber daya
perusahaan.

Menurut Irham Fahmi “Analisis Kinerja Keuangan” Rasio aktivitas adalah


rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan
sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan.

Menurut Dermawan Syahrial dan Djahotman Purba “Analisa Laporan


Keuangan” Rasio aktivitas menggambarkan kemampuan perusahaan
memanfaatkan aktiva yang dimiliki dalam memperoleh penghasilan melalui
penjualan dan rasio aktivitas tidak semata-mata mengukur tinggi rendahnya rasio
yang dihitung untuk mengetahui baik atau tidaknya keuangan perusahaan, hal ini
dikarenakan rasio aktivitas untuk mengukur kinerja manajemen dalam
menjalankan perusahaan untuk mencapai target atau sasaran yang telah ditentukan
dan hasil perhitungan rasio aktivitas bukan dalam persentase melainkan berapa
kali atau beberapa hari.

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas itu suatu cara untuk
mengetahui bagaimana perusahaan me-manage sumber daya yang dimiliki untuk
keefektifan perusahaan yang tengah berjalan tiap harinya.

2.2 Jenis-Jenis Rasio Aktivitas

Jenis-jenis rasio aktivitas yang di rangkum dari beberapa ahli keuangan,


yaitu:

3
4

1. Perputaran piutang (receivable turn over)


Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungn yang
erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu
pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran
piutang tersebut yaitu dengan membagi total penjualan kredit (neto)
dengan piutang rata-rata.
Perputaran piutang dapat diukur dengan rumus :

Penjualan kredit
RTO = x 1 kali
Rata-rata piutang

Makin tinggi rasio (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan
dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti
ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih
lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif
atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.

Contoh data diambil berdasarkan laporan keuangan PT. Unilever


Indonesia Tbk
Diketahui (dalam jutaan rupiah) :
2016 2017
Penjualan bersih 40.053.732 41.204.510
Rata-rata piutang 3.476.441,5 4.211.905,5

Perhitungan tahun 2016:


Penjualan kredit
RTO = x 1 kali
Rata-rata piutang
40.053.732
= x 1 kali
3.476.441,5
= 11, 52 kali
5

Perhitungan tahun 2017:

Penjualan kredit
RTO = x 1 kali
Rata-rata piutang
41.204.510
= x 1 kali
4.211.905,5
= 9,78 kali

2. Perputaran persediaan (inventory turn over)


Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam
inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas
dari inventory dan tendensi untuk adanya overstock (Riyanto, 2008:334).
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan
barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk
menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya
manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.
Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio
perputaran persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar
(market price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at
Cost), maka sebenarnya rasio perputaran persediaan (at cost) digunakan
untuk mengukur perputaran fisik persediaan. Sedangkan rasio yang
dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur
perputaran persediaan dalam kas (Sawir, 2003:15).
Namun banyak lembaga penelitian rasio keuangan yang menggunakan
rasio perputaran persediaan (at market) sehingga bila ingin dibandingkan
dengan rasio industri rasio perputaran persediaan (at market) sebaiknya di
gunakan. Kedua, penjualan terjadi sepanjang tahun sedangkan angka
persediaan adalah gambaran keadaan sesaat. Oleh karena itu, lebih baik
menggunakan rata-rata persediaan yaitu persediaan awal ditambah
persediaan akhir dibagi dua.
Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus:
6

Penjualan
ITO = x 1 kali
Persediaan

Contoh data diambil berdasarkan laporan keuangan PT. Unilever


Indonesia Tbk
Diketahui (dalam jutaan rupiah) :
2016 2017
Penjualan 40.053.732 41.204.510
Persediaan 2.318.130 2.393.540

Perhitungan tahun 2016:


Penjualan
ITO = x 1 kali
Persediaan
40.053.732
= x 1 kali
2.318.130
= 17,28 kali

Perhitungan tahun 2017:


Penjualan
ITO = x 1 kali
Persediaan
41.204.510
= x 1 kali
2.393.540
= 17,21 kali

3. Perputaran modal kerja (working capital turn over)


Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan
modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar
dikurangi utang lancar. Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur
aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar
serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat
diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2003:16).
7

Working capital turn over merupakan kemampuan modal kerja (neto)


berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan
(Riyanto, 2008:335). Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau
berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam
keadaan usaha.periode perputaran modal kerja (working capital turn over
period) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-
komponen modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas. Makin
pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi
perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode perputaran modal
kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran dari masing-
masing komponen dari modal kerja tersebut.
Perputaran modal kerja dihitung dengan rumus:

Penjualan bersih
WCTO = x 1 kali
Modal kerja rata-rata

Contoh data diambil berdasarkan laporan keuangan PT. Unilever


Indonesia Tbk
Diketahui (dalam jutaan rupiah) :
2016 2017
Penjualan bersih 40.053.732 41.204.510
Modal kerja rata-rata 11.003.772,53 11.574.300,56

Perhitungan perputaran elemen modal kerja rata-rata tahun 2016 dan tahun
2017:
2016 2017
Penjualan 40.053.732 41.204.510
Perputaran kas =
Rata-rata kas 500.997 389.309,5
= 79,95 kali 105,84 kali
penjualan 40.053.732 41.204.510
Perputaran piutang =
Rata-rata piutang 3.476.441,5 4.211.905,5
= 11,52 kali 9,78 kali
8

Perputaran Penjualan 40.053.732 41.204.510


persediaan= Rata-rata persediaan 2.307.816 2.355.835
= 17,36 kali 17,49 kali
Penjualan 40.053.732 41.204.510
Perputaran utang
Rata-rata utang 4.742.040 4.584.510
dagang=
dagang
= 8,45 kali 8,99 kali
Setelah perputaran elemen modal kerja ditemukan kemudian dihitung
periode terikatnya elemen modal kerja, dan hasilnya dijumlahkan menjadi
periode terikatnya modal kerja:
2016 2017
360 360
Kas = 4,50 hari = 3,40 hari
79,95 105,84

360 360
Piutang = 31,25 hari = 36,81 hari
11,52 9,78

360 360
Persediaan = 20,74 hari = 20,58 hari
17,36 17,49

360 360
Utang dagang = (42,60 hari) = (40,04 hari)
8,45 8,99

Jumlah = 13, 89 hari = 20,75 hari

Perputaran elemen modal kerja tahun 2016 sebesar 360 : 13,89 = 25,92
kali, maka 40.053.732 : 25,92 = 1.545.282,87. Sedangkan perputaran
elemen modal kerja tahun 2017 sebesar 360 : 20,75 = 17,35 kali, maka
41.204.510 : 17,35 = 2.374.899,71.
9

Perhitungan tahun 2016:


Penjualan bersih
WCTO = x 1 kali
Modal kerja rata-rata
40.053.732
= x 1 kali
1.545.282,87
= 25,92 kali

Perhitungan tahun 2017:


Penjualan bersih
WCTO = x 1 kali
Modal kerja rata-rata
41.204.510
= x 1 kali
2.374.899,71
= 17,35 kali

4. Perputaran aktiva tetap (fixed assets turn over)


Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva
tetap. Fixed assets turn over mengukur efektivitas penggunaan dana yang
tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka
menghasilkan penjualan, atau berapa rupiah penjualan bersih yang
dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir,
2003:17).
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan
menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan.
Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas
terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau
mungkin disebabkan hal-hal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang
berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi
semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap
tersebut.
10

Perputaran aktiva tetap dihitung dengan rumus:

Penjualan
FATO = x 1 kali
Total aktiva tetap

Contoh data diambil berdasarkan laporan keuangan PT. Unilever


Indonesia Tbk
Diketahui (dalam jutaan rupiah) :
2016 2017
Penjualan 40.053.732 41.204.510
Total aktiva tetap 9.529.476 10.422.133

Perhitungan tahun 2016:


Penjualan
FATO = x 1 kali
Total aktiva tetap
40.053.732
= x 1 kali
9.529.476
= 4,20 kali

Perhitungan tahun 2017:


Penjualan
FATO = x 1 kali
Total aktiva tetap
41.204.510
= x 1 kali
10.422.133
= 3,95 kali

5. Perputaran aktiva (assets turn over)


Total assets turnover merupakan perbandingan antara penjualan dengan
total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan
perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu.
Total assets turnover merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi
penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume
11

penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19). Total assets turnover


merupakan rasio yang menggambarkan perputaran aktiva diukur dari
volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti
bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan
semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan
penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar
volume penjualan apabila assets turnovernya ditingkatkan atau diperbesar.
Total assets turnover ini penting bagi para kreditur dan pemilik
perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan,
karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh
aktiva dalam perusahaan.
Total assets turnover dihitung sebagai berikut:

Penjualan
TATO = x 1 kali
Total aktiva

Contoh data diambil berdasarkan laporan keuangan PT. Unilever


Indonesia Tbk
Diketahui (dalam jutaan rupiah) :
2016 2017
Penjualan 40.053.732 41.204.510
Total aktiva 16.745.695 18.906.413

Perhitungan tahun 2016:


Penjualan
TATO = x 1 kali
Total aktiva
40.053.732
= x 1 kali
16.745.695
= 2,39 kali
12

Perhitungan tahun 2017:


Penjualan
TATO = x 1 kali
Total aktiva
41.204.510
= x 1 kali
18.906.413
= 2,18 kali

2.3 Pengertian Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan untuk


mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari
pendapatan (earning) terkait penjualan, aset, dan ekuitas berdasarkan dasar
pengukuran tertentu.

2.4 Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas

Jenis-jenis rasio profitabilitas dipakai untuk memperlihatkan seberapa besar


laba atau keuntungan yang diperoleh dari kinerja suatu perusahaan yang
memengaruhi catatan atas laporan keuangan yang harus sesuai dengan standar
akuntansi keuangan. Beberapa jenis rasio profitabilitas yang sering dipakai untuk
meninjau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dipakai dalam
jenis jenis akuntansi keuangan antara lain:

1. Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Margin laba kotor merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase


laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan. Laba kotor
yang dipengaruhi oleh laporan arus kas memaparkan besaran laba yang
didapatkan oleh perusahaan dengan pertimbangan biaya yang terpakai
untuk memproduksi produk atau jasa.

Margin Laba Kotor ini sering disebut juga dengan Gross Margin Ratio
(Rasio Marjin Kotor). Gross profit margin mengukur efisiensi perhitungan
harga pokok atau biaya produksi. Semakin besar gross profit margin
semakin baik (efisien) kegiatan operasional perusahaan yang menunjukkan
13

harga pokok penjualan lebih rendah daripada penjualan (sales) yang


berguna untuk audit operasional. Jika sebaliknya, maka perusahaan kurang
baik dalam melakukan kegiatan operasional. Rumus perhitungan laba
kotor sebagai berikut.

Laba kotor
GPM = x 100%
Total pendapatan

Contoh data diambil berdasarkan laporan keuangan PT. Unilever


Indonesia Tbk
Diketahui (dalam jutaan rupiah) :
2016 2017
Laba kotor 20.459.096 21.219.734
Total pendapatan 40.053.732 41.204.510

Perhitungan tahun 2016:


Laba kotor
GPM = x 100%
Total pendapatan
20.459.096
= x 100%
40.053.732
= 0,51%

Perhitungan tahun 2017:


Laba kotor
GPM = x 100%
Total pendapatan
21.219.734
= x 100%
41.204.510
= 0,51%

2. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)


Net profit margin atau margin laba bersih merupakan rasio profitabilitas
untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah dikurangi pajak
14

terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Margin laba bersih ini
disebut juga profit margin ratio. Rasio ini mengukur laba bersih setelah
pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik
operasi suatu perusahaan. Net profit margin dihitung dengan rumus berikut
ini.

Laba setelah bunga dan pajak


NPM = x 100%
Penjualan

Contoh data diambil berdasarkan laporan keuangan PT. Unilever


Indonesia Tbk
Diketahui (dalam jutaan rupiah) :
2016 2017
Laba setelah bunga dan pajak 5.957.507 7.107.230
Penjualan 40.053.732 41.204.510

Perhitungan tahun 2016:


Laba setelah bunga dan pajak
NPM = x 100%
Penjualan
5.957.507
= x 100%
40.053.732
= 0,15%

Perhitungan tahun 2017:


Laba setelah bunga dan pajak
NPM = x 100%
Penjualan
7.107.230
= x 100%
41.204.510
= 0,17%
15

3. Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio)


Tingkat pengembalian aset merupakan rasio profitabilitas untuk menilai
persentase keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber
daya atau total asset sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola
asetnya bisa terlihat dari persentase rasio ini. Rumus Rasio Pengembalian
Aset sebagai berikut.

Laba bersih
ROA= x 100%
Total aset

Contoh data diambil berdasarkan laporan keuangan PT. Unilever


Indonesia Tbk
Diketahui (dalam jutaan rupiah) :
2016 2017
Laba bersih 6.390.672 7.004.562
Total aset 16.745.695 18.906.413

Perhitungan tahun 2016:


Laba bersih
ROA = x 100%
Total aset
6.390.672
= x 100%
16.745.695
= 0,38%

Perhitungan tahun 2017:


Laba bersih
ROA = x 100%
Total aset
7.004.562
= x 100%
18.906.413
= 0,37%
16

4. Rasio Pengembalian Ekuitas (Return on Equity Ratio)


Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi
pemegang saham perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase.
ROE dihitung dari penghasilan (income) perusahaan terhadap modal yang
diinvestasikan oleh para pemilik perusahaan (pemegang saham biasa dan
pemegang saham preferen). Return on equity menunjukkan seberapa
berhasil perusahaan mengelola modalnya (net worth), sehingga tingkat
keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau pemegang saham
perusahaan. ROE yaitu rentabilitas modal sendiri atau yang disebut
rentabilitas usaha. Rumus Return On Equity sebagai berikut.

Laba setelah bunga dan pajak


ROE = x 100%
Modal Sendiri

Contoh data diambil berdasarkan laporan keuangan PT. Unilever


Indonesia Tbk
Diketahui (dalam jutaan rupiah) :
2016 2017
Laba setelah bunga dan pajak 5.957.507 7.107.230
Modal Sendiri 4.704.258 5.173.388

Perhitungan tahun 2016:


Laba setelah bunga dan pajak
ROE = x 100%
Modal Sendiri
5.957.507
= x 100%
4.704.258
= 1,27%
17

Perhitungan tahun 2017:


Laba setelah bunga dan pajak
ROE = x 100%
Modal Sendiri
7.107.230
= x 100%
5.173.388
= 1,37%

5. Rasio Pengembalian Penjualan (Return on Sales Ratio)


Return on Sales merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat
keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya-biaya variabel produksi
seperti upah pekerja, bahan baku, dan lain-lain sebelum dikurangi pajak
dan bunga. Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan yang diperoleh dari
setiap rupiah penjualan yang juga disebut margin operasional (operating
margin) atau Margin pendapatan operasional (operating income margin).
Berikut ini rumus untuk menghitung return on sales (ROS).

Laba sebelum bunga dan pajak


ROS = x 100%
Penjualan

Contoh data diambil berdasarkan laporan keuangan PT. Unilever


Indonesia Tbk
Diketahui (dalam jutaan rupiah) :
2016 2017
Laba sebelum bunga dan pajak 8.571.885 9.371.661
Penjualan 40.053.732 41.204.510

Perhitungan tahun 2016:


Laba sebelum bunga dan pajak
ROS = x 100%
Penjualan
8.571.885
= x 100%
40.053.732
= 0,21%
18

Perhitungan tahun 2017:


Laba sebelum bunga dan pajak
ROS = x 100%
Penjualan
9.371.661
= x 100%
41.204.510
= 0,23%

6. Pengembalian Modal yang digunakan (Return on Capital Employed)


Return on Capital Employed (ROCE) merupakan rasio profitabilitas yang
mengukur keuntungan perusahaan dari modal yang dipakai dalam bentuk
persentase (%). Modal yang dimaksud adalah ekuitas suatu perusahaan
ditambah kewajiban tidak lancar atau total aset dikurangi kewajiban
lancar. ROCE mencerminkan efisiensi dan profitabilitas modal atau
investasi perusahaan. Laba sebelum pengurangan pajak dan bunga dikenal
dengan istilah ”EBIT” yaitu Earning Before Interest and Tax. Berikut ini
rumus ROCE yang sering digunakan.

Laba sebelum bunga dan pajak


ROCE= x 100%
Total aset – kewajiban

Contoh data diambil berdasarkan laporan keuangan PT. Unilever


Indonesia Tbk
Diketahui (dalam jutaan rupiah) :
2016 2017
Laba sebelum bunga 8.571.885 9.371.661
dan pajak
Total aset – kewajiban (16.745.695 – 12.041.437) (18.906.413 – 13.733.025)
4.704.258 5.173.388
19

Perhitungan tahun 2016:


Laba sebelum bunga dan pajak
ROCE = x 100%
Total aset – kewajiban
8.571.885
= x 100%
4.704.258
= 1,82%

Perhitungan tahun 2017:


Laba sebelum bunga dan pajak
ROCE = x 100%
Total aset – kewajiban
9.371.661
= x 100%
5.173.388
= 1,81%

7. Pengembalian Investasi (Return on Investment)


Return on investment merupakan rasio profitabilitas yang dihitung dari
laba bersih setelah dikurangi pajak terhadap total aktiva. Return on
investment berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan secara
keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan terhadap jumlah aktiva
secara keseluruhan yang tersedia pada perusahaan. Semakin tinggi rasio
ini berarti semakin baik kondisi suatu perusahaan. Rumus Return on
Investment berikut ini.

Laba setelah bunga dan pajak


ROI = x 100%
Total aktiva

Contoh data diambil berdasarkan laporan keuangan PT. Unilever


Indonesia Tbk
Diketahui (dalam jutaan rupiah) :
2016 2017
Laba setelah bunga dan pajak 5.957.507 7.107.230
Total aktiva 16.745.695 18.906.413
20

Perhitungan tahun 2016:


Laba setelah bunga dan pajak
ROI = x 100%
Total aktiva
5.957.507
= x 100%
16.745.695
= 0,36%

Perhitungan tahun 2017:


Laba setelah bunga dan pajak
ROI = x 100%
Total aktiva
7.107.230
= x 100%
18.906.413
= 0,38%

2.5 Analisis Rasio Aktivitas dan Rasio Profitabilitas pada PT. Unilever
Indonesia Tbk Tahun 2016-2017

Berdasarkan data-data laporan keuangan maka analisis rasio aktivitas dan rasio
profitabilitas pada PT. Unilever Indonesia Tbk tahun 2016-2017 adalah sebagai
berikut:

1. Rasio Aktivitas

Tahun RTO ITO WCTO FATO TATO


2016 11,52 kali 17,28 kali 25,92 kali 4,20 kali 2,39 kali
2017 9,78 kali 17,21 kali 17,35 kali 3,95 kali 2,18 kali
Sumber: Data Sekunder Yang Diolah

Pada perhitungan rasio aktivitas untuk RTO selama dua tahun mengalami
penurunan. Pada tahun 2016 RTO sebesar 11,52 kali dan tahun 2017 RTO sebesar
9,78 kali, berarti terjadi penurunan sebesar 1,74 kali. Apabila rasio ini semakin
kecil maka semakin buruk pula kemampuan piutang menciptakan penjualannya.
21

Ini artinya kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dikatakan baik, hal ini
ditunjukkan dengan masa perputaran piutang selama dua tahun mengalami
kenaikan, sehingga akan mempercepat piutang tersebut menjadi uang kembali.
Pada perhitungan rasio aktivitas untuk ITO selama dua tahun mengalami
penurunan. Pada tahun 2016 ITO sebesar 17,28 kali dan tahun 2017 ITO sebesar
17,21 kali, berarti terjadi penurunan sebesar 0,07 kali. Apabila rasio ini semakin
kecil maka semakin buruk pula kemampuan persediaan menciptakan
penjualannya. Ini artinya kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dikatakan
baik, hal ini ditunjukkan dengan masa perputaran persediaan selama dua tahun
mengalami kenaikan, sehingga akan mempercepat persediaan tersebut menjadi
uang kembali.
Pada perhitungan rasio aktivitas untuk WCTO selama dua tahun mengalami
penurunan. Pada tahun 2016 WCTO sebesar 25,92 kali dan tahun 2017 WCTO
sebesar 17,35 kali, berarti terjadi penurunan WCTO sebesar 8,57 kali. Apabila
rasio aktivitas untuk WCTO semakin rendah maka semakin buruk pula
kemampuan modal kerja menciptakan penjualannya. Ini artinya kinerja keuangan
PT. Unilever Indonesia Tbk dikatakan baik, hal ini disebabkan karena dana yang
tertanam pada keseluruhan modal kerja perputarannya mengalami kenaikan.
Pada perhitungan rasio aktivitas untuk FATO selama dua tahun mengalami
penurunan. Pada tahun 2016 FATO sebesar 4,20 kali dan tahun 2017 FATO
sebesar 3,95 kali, berarti terjadi penurunan FATO sebesar 0,25 kali. Apabila rasio
aktivitas untuk FATO semakin rendah maka semakin buruk pula kemampuan
semua aktiva tetap menciptakan penjualannya. Ini artinya kinerja keuangan PT.
Unilever Indonesia Tbk dikatakan baik, hal ini disebabkan karena dana yang
tertanam pada keseluruhan aktiva tetap perputarannya mengalai kenaikan.
Pada perhitungan rasio aktivitas untuk TATO selama dua tahun mengalami
penurunan. Pada tahun 2016 TATO sebesar 2,39 kali dan tahun 2017 TATO
sebesar 2,18 kali, berarti terjadi penurunan TATO sebesar 0,21 kali. Apabila rasio
aktivitas untuk TATO semakin rendah maka semakin buruk pula kemampuan
semua aktiva menciptakan penjualannya. Ini artinya kinerja keuangan PT.
Unilever Indonesia Tbk dikatakan baik, hal ini disebabkan karena dana yang
tertanam pada keseluruhan aktiva perputarannya mengalami kenaikan.
22

2. Rasio Profitabilitas
Tahun GPM NPM ROA ROE ROS ROCE ROI
2016 0,51% 0,15% 0,38% 1,27% 0,21% 1,82% 0,36%
2017 0,51% 0,17% 0,37% 1,37% 0,23% 1,81% 0,38%
Sumber: Data Sekunder Yang Diolah

Pada perhitungan rasio profitabilitas untuk GPM selama dua tahun tetap.
Pada tahun 2016 GPM sebesar 0,51% dan tahun 2017 GPM sebesar 0,51%,
berarti tidak terjadi kenaikan ataupun penurunan. Ini artinya kinerja keuangan PT.
Unilever Indonesia Tbk dikatakan baik, hal ini ditunjukkan dengan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba kotor setiap tahun tetap, hal ini disebabkan
laba kotor yang dihasilkan mengalami peningkatan.

Pada perhitungan rasio profitabilitas untuk NPM selama dua tahun


mengalami kenaikan. Pada tahun 2016 NPM sebesar 0,15% dan tahun 2017 NPM
sebesar 0,17%, berarti terjadi kenaikan sebesar 0,02%. Ini artinya kinerja
keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dikatakan baik, hal ini ditunjukkan dengan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba setelah bunga dan pajak dari
penjualannya meningkat.

Pada perhitungan rasio profitabilitas untuk ROA selama dua tahun


mengalami penurunan. Pada tahun 2016 ROA sebesar 0,38% dan tahun 2017
ROA sebesar 0,37%, berarti terjadi penurunan sebesar 0,01%. Ini artinya kinerja
keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk belum bisa dikatakan baik, hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih dari
total aset belum maksimal.

Pada perhitungan rasio profitabilitas untuk ROE selama dua tahun mengalami
kenaikan. Pada tahun 2016 ROE sebesar 1,27% dan tahun 2017 ROE sebesar
1,37%, berarti terjadi kenaikan sebesar 0,1% . Ini artinya kinerja keuangan PT.
Unilever Indoensia Tbk dikatakan baik, hal ini ditunjukkan dengan kemampuan
23

perusahaan dalam memperoleh laba setelah bunga dan pajak dari modal sendiri
meningkat.

Pada perhitungan rasio profitabilitas untuk ROS selama dua tahun mengalami
kenaikan. Pada tahun 2016 ROS sebesar 0,21% dan tahun 2017 ROS sebesar
0,23%, berarti terjadi kenaikan sebesar 0,02%. Ini artinya kinerja keuangan PT.
Unilever Indonesia Tbk dikatakan baik, hal ini ditunjukkan dengan kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba sebelum bunga dan pajak dari penjualan
meningkat.

Pada perhitungan rasio profitabilitas untuk ROCE selama dua tahun


mengalami penurunan. Pada tahun 2016 ROCE sebesar 1,82% dan tahun 2017
ROCE sebesar 1,81%, berarti terjadi penurunan sebesar 0,01%. Ini artinya kinerja
keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk belum bisa dikatakan baik, hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba sebelum
bunga dan pajak dari total aset – kewajiban belum maksimal.

Pada perhitungan rasio profitabilitas untuk ROI selama dua tahun mengalami
kenaikan. Pada tahun 2016 ROI sebesar 0,36% dan tahun 2017 ROI sebesar
0,38%, berarti terjadi kenaikan sebesar 0,02%. Ini artinya kinerja keuangan PT.
Unilever Indonesia Tbk dikatakan baik, hal ini ditunjukkan dengan kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba setelah bunga dan pajak dari total aktiva
meningkat.
24

Laporan keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk:


25
26
27
28
29
30
31
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari makalah yang telah kami paparkan dapat ditarik kesimpulan bahwa
analisis rasio keuangan atas laporan keuangan akan menggambarkan atau
menghasilkan suatu pertimbangan terhadap baik atau buruknya keadaan atau
posisi keuangan perusahaan, serta bertujuan untuk menentukan seberapa efektif
dan efiesien dalam kebijaksanaan manajemen dalam mengelola keuangan
perusahaan setiap tahunnya.
Rasio aktivitas itu suatu cara untuk mengetahui bagaimana perusahaan me-
manage sumber daya yang dimiliki untuk kefektifan perusahaan yang tengah
berjalan tiap harinya.
Jenis-jenis rasio aktivitas diantaranya ada perputaran piutang, perputaran
persediaan, perputaran modal kerja, perputaran aktiva tetap, dan perputaran
aktiva.
Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari
pendapatan (earning) terkait penjualan, aset, dan ekuitas berdasarkan dasar
pengukuran tertentu.

Jenis-jenis rasio profitabilitas diantaranya ada margin laba kotor, margin laba
bersih, rasio pengembalian aset, rasio pengembalian ekuitas, rasio pengembalian
penjualan, pengembalian modal yang digunakan, dan pengembalian investasi.

Perkembangan kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk ditinjau dari


rasio keuangan aktivitas dan profitabilitas selama tahun 2016-2017 adalah baik.
Hal ini dapat dibuktikan oleh:
a. Rasio aktivitas
Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari rasio aktivitas
diukur dengan RTO dapat dikatakan baik, hal ini ditunjukkan dengan

32
33

masa perputaran piutang selama dua tahun mengalami kenaikan, sehingga


akan mempercepat piutang tersebut menjadi uang kembali.
Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari rasio aktivitas
diukur dengan ITO dapat dikatakan baik, hal ini ditunjukkan dengan masa
perputaran persediaan selama dua tahun mengalami kenaikan, sehingga
akan mempercepat persediaan tersebut menjadi uang kembali.
Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari rasio aktivitas
diukur dengan WCTO dapat dikatakan baik, hal ini disebabkan karena
dana yang tertanam pada keseluruhan modal kerja perputarannya
mengalami kenaikan.
Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari rasio aktivitas
diukur dengan FATO dapat dikatakan baik, hal ini disebabkan karena
dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva tetap perputarannya
mengalai kenaikan.
Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari rasio aktivitas
diukur dengan TATO dapat dikatakan baik, hal ini disebabkan karena
dana yang tertanam pada keseluruhan aktiva perputarannya mengalami
kenaikan.
b. Rasio profitabilitas
Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari rasio
profitabilitas diukur dengan GPM dapat dikatakan baik, hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
kotor setiap tahun tetap, hal ini disebabkan laba kotor yang dihasilkan
mengalami peningkatan.
Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari rasio
profitabilitas diukur dengan NPM dapat dikatakan baik, hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
setelah bunga dan pajak dari penjualannya meningkat.
Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari rasio
profitabilitas diukur dengan ROA belum bisa dikatakan baik, hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
bersih dari total aset belum maksimal.
34

Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari rasio


profitabilitas diukur dengan ROE dapat dikatakan baik, hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
setelah bunga dan pajak dari modal sendiri meningkat.
Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari rasio
profitabilitas diukur dengan ROS dapat dikatakan baik, hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
sebelum bunga dan pajak dari penjualan meningkat.
Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari rasio
profitabilitas diukur dengan ROCE belum bisa dikatakan baik, hal ini
ditunjukkan dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
sebelum bunga dan pajak dari total aset – kewajiban belum maksimal.
Kinerja keuangan PT. Unilever Indonesia Tbk dilihat dari rasio
profitabilitas diukur dengan ROI dapat dikatakan baik, hal ini ditunjukkan
dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba setelah bunga
dan pajak dari total aktiva meningkat.
3.2 Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dan kami sampaikan, semoga
bermanfaat bagi kita semua. Kami selaku pemakalah menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan masih jauh dari
kesempurnaan baik dari tata cara penulisan dan bahasa yang dipergunakan
maupun dari segi penyajian materinya. Keinginan kami atas partisipasi pembaca,
agar sekiranya mau memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kemajuan penulisan makalah ini. Oleh karena itu, dengan adanya kritik dan saran
dari pembaca, kami bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah kedepan
menjadi makalah yang lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat yang lebih
bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Agnes, Sawir. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Kasmir. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Murwanti, Sri dan Retno Budi Astuti. Analisis Penilaian Kinerja Keuangan
dengan Menggunakan Pendekatan Rasio (Studi Kasus Pada PT. Unilever
Indonesia Tbk.). Jurnal Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
http://journals.ums.ac.id/index.php/benefit/article/view/1337. Diunduh pada
tanggal 23 Oktober 2018.
Riyanto, Bambang. 2008. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi
Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Syamsuddin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Edisi Ketujuh,
Cetakan Kesepuluh. Semarang: Gudang Buku.
Syahrial, Dermawan dan Djahotman Purba. 2013. Analisis Laporan Keuangan
Jilid Dua. Jakarta: Mitra Wacana.

35

Anda mungkin juga menyukai