Anda di halaman 1dari 81

Pertemuan 1

MANAJEMEN KEUANGAN

1. Definisi Manajemen Keuangan


Manajemen keuangan merupakan penggabungan dari ilmu dan senin yang membahas,
mengkaji dan menganalisis tentang bagaimana seorang manajer keuangan dengan
mempergunakan seluruh sumberdaya perusahaan untuk mencari dana, mengelola dana, dan
membagi dana dengan tujuan mampu memberikan profit atatu kemakmuran bagi para
pemegang saham suistainability (keberlanjutan) usaha bagi perusahaan.

2. Ruang Lingkup Manajemen Keuangan


a. Bagaimana mencari dana
Pada tahap ini merupakan tahap awal dari tugas seorang manager keuangan, dimana
ia bertugas untuk mencari sumber-sumber dana yang bias dipakai atau dimanfaatkan
untuk dijadikan sebagai modal perusahaan. Secara umum modal perusahaan bersumber
dari modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri yaitu berapa modal dari pemilik yang
disetor dan itu dijadikan sebagai moal perusahaan seperti stock (saham), dan modal asing
berupa hasil pinjaman ke perbankan, hasil penjualan saham, termasuk utang dagang serta
obligasi juga lainnnya.
b. Bagaimana mengelola dana
Pada tahap ini tugas manajemen keuangan bertugas untuk mengelola dana
perusahaan dan kemudian menginvestasikan dana tersebut ke tempat-tempat yang
dianggap produktif dan menguntungkan. Bagi seorang manajer keuangan akan selalu
memantau dan menganalisis dengan baik pada setiap tindakan dan keputusan yang akan
diambil dengan memperhitungkan aspek-aspek keuangan dan non keuangan, terutama
kondisi memungkinkan terjadinya profit dan kontinuetas perusahaan di kemudian hari.
c. Bagaimana membagi dana.
Pada tahap ini pihak manajemen keuangan akan melakukan keputusan untuk
membagi keuntungan kepada para pemilik sesuai dengan jumlah modal yang disetor atau
yang ditempatkan.Biasanya ini dibicarakan dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham). Pembagian keuntungan terhadap kepemilikan saham biasanya disebut dengan
pembagian deviden.
3. Fungsi Manajemen Keuangan
Ilmu manajemen keuangan berfungsi sebagai pedoman bagi manajer perusahaan dalam
setiap pengambilan keputusan yang dialkukan. Artinya seorang manajer keuangan boleh
melakukan terobosan dan kreativitas berfikir, akan tetapi semua itu tetap tidak
mengesampingkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu manajemen keuangan. Seperti
mematuhi aturan-aturan yang terkandung dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan), GAAP
(General Accepted Accounting Principle), undang-undang dan peraturan tentang pengelolaan
keuangan perusahaan, dan lain sebagainya yang mempengaruhi keputusan keuangan. Yaitu
jika pihak manajer pemasaran menetapkan patokan harga yang terlalu tinggi untuk biaya
periklanan sementara pada saat penjualan tidak sesuai seperti yang diharapkan, ini tentunya
akan menjadi suatu permasalahan. Apalagi jika dana yang dipakai untuk membiayai
periklanan bersumber dari dana pinjaman.
Kondisi ini juga termasuk pada bagian personalia. Jika manajer personalia mengusulkan
agar ada kenaikan gaji karyawan sementara kualitas kinerja yang dihasilkan adalah tidak
sesuai seperti yang diharapkan. Maka artinya keputusan manajer personalia hanya bersifat
sepihak, tanpa berusaha menciptakan keseimbangan dalam setiap keuangan.

4. Tujuan Manajemen Keuangan


Ada beberapa tujuan dari manajemen keuangan yaitu,
a. Memaksimumkan nilai perusahaan
b. Menjaga stabilitas financial dalam keadaan yang selalu terkendali.
c. Memperkecil risiko perusahaan
Dari tiga tujuan ini yang paling utama adalah yang pertama yaitu memaksimumkan nilai
perusahaan. Pemahaman memaksimum nilai perusahaan adalah bagaimana pihak
manajemen perusahaan mampu memberikan nilai yang maksimum pada saat perusahaan
tersebut masuk ke pasar.

5. Karir sebagai Manajemen Keuangan


Dalam konteks karir yang akan mempengaruhi seorang yang memilih jalur mempelajari
keuangan dan berkeinginan menjadi manajer keuangan. Seorang manajer keuangan memiliki
tanggung jawab yang lebih kompleks terutama ia bertugas untuk menjamin kondisi keuangan
perusahaan selalu berada dalam keadaan yang sehat.
Beberapa kasus bangkrut atau dimergernya perusahaan sangat sering diakibatkan oleh
kasus keuangan. Manajer keuangan memiliki pengaruh besar dalam menetukan menerima
atau menolak usulan tersebut.
Keputusan menolak atau menerima sangat memungkinkan diputuskan dengan berbagai
alas an dan pandangan yang mendalam. Jika keputusan sudah dibuat maka risikoharus siap
untuk di tanggung, termasuk menanggung risiko kerugian dalam bentuk keuangan.
Keputusan akuisisi sering dianggap sebagai salah satu keputusan ekspansi perusahaan.
Namun tidak selalu keputusan akuisisi dianggap sebagai keputusan terbaik.
Oleh karena itu, untuk menjadi seorang manajer keuangan yang cakap, dibutuhkan
memiliki latar belakang keilmuan yang maksimal.
Perbedaan dan Persamaan keuangan Perusahaan dan Keuangan Negara
Tabel 1.1 : Perbedaan dan Persamaan Keuangan Perusahaan dan Keuangan Negara

No Keuangan Perusahaan Keuangan Negara


1 Bersifat Profit oriented Bersifat non profit oriented
2 Mengikuti aturan-aturan dalam Mengikuti aturan-aturan dalam SAP
SAK (Standar Akuntansi Keuagan) (Standar Akuntansi Pemerintahan)
3 Memberikan kemakmuran yang Memberikan kemakmuran kepada
maksimal kepada para pemegang masyarakat sebagai pembayar pajak
saham
4 Bersifat kontinuetas atau
keberlanjutan usaha
5 Pertanggungjawaban laporan Pemerintah memberikan
keuagan pada komisaris perusahaan pertanggungjawaban laporan
sebagai pemegang saham keuangan kepada lembaga Legislatif

6. Definisi Perencanaan Keuangan


Memang salah satu tujuan perencanaan keuangan untuk memberikan arah perubahan dan
perkembangan perusahaan secara berkelanjutan. Jika suatu perusahaan berkeinginan untuk
menciptakan perubahan yang bersifat berkelanjutan maka artinya perencanaan keuangan
perusahaan bersifat jangka panjang. Namun jika ingin mengejar profit jangka pendek maka
perencanaan perusahaanbersifat jangka pendek. Namun harus diingat perencanaan yang baik
adalah perencanaan yang bersifat jangka panjang.
7. Kondisi Perencanaan Keuangan
Ada tiga kondisi yang harus diantisipasi dalam pembuatan perencanaan keuangan, yaitu :
a. Kondisi buruk
Kondisi buruk dalam dunia bisnis bias dipengaruhi oleh berbagai sebab, seperti
ekonomi, krisis moneter, peperangan, dan lain sebagainya.
b. Kondisi normal atau biasa
Pada kondisi normal suatu perusahaan diminta membuat suatu rencana engan
menempatkan asumsi-asumsi yang akan terjadi dalam kondisi normal.
c. Kondisi baik atau bertumbuh
Pada kondisi ini dunia bisnis berkembang dengan baik, karena setiap perencanaan bisnis
dapat dijalankan dengan baik.

8. Model Perencanaan Keuangan


Suatu model dibuat untuk membantu para manajer dalam memetakan masalah secara
terstruktur dan bersifat sistematis. Model adalah sebuah usaha yang dibangun dengan
berlandaskan berbagai asusmsi yang ada, dan asumsi tersebut dibuat serta diilhami dengan
berdasarkan apa yang pernah terjadi di waktu-waktu sebelumnya. Suatu model memiliki
keeratan hubungan yang kuat dengan peramalan, karena suatu model diangap mampu
memberikan peramalan.
Menurut Stephen A.Ross, dkk bahwa, ”Masing-masing model dapat memiliki
kompleksitas yang bervariasi, tetapi hampir semuanya akan memiliki unsur-unsur yang akan
kita bahas di bawah ini.
 Ramalan penjualan. Hampir semua rencana keuangan meminta adanya ramalan
penjualan yang diberikan secara eksternal.
 Laporan Pro Forma. Suatu rencana keuanganakan memiliki ramalan neraca, laporan
laba rugi, dan laporan arus kas.
 Persyaratan Aset. Suatu rencana keuangan akan menguraikan proyeksi belanja modal.
 Persyaratan Keuangan. Mendiskusikan masalah kebijakan dividen dan kebijakan
utang.
 Penyeimbang (plug). Pendanaan baru karena proyeksi total asset akan melebihi proyeksi
total kewajiban dan ekuitas. Atau dengan kata lain, neraca telah tidak seimbang lagi.
 Asumsi-asumsi perekonomian. Rencana tersebut akan harus menyatakan secara
eksplisit lingkungan perekonomian di mana perusahaan berharap akan berada sepanjang
umur rencana.

9. Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Keuangan


Tujuan dari pembuatan perencanaan dan pengendalian , yaitu :
a. Suatu perencanaan dan pengendalian keuangan disusun serta dikonsep dengan tujuan
untuk memperkecil risiko yang akan terjadi di kemudian hari
b. Suatu perencanaan dan pengendalian keuangan yang dibuat harus didasarkan atas konsep
target-target atau prioritas-prioritas yang ingin dibangun
c. Suatu perencanaan dan pengendalian keuangan yang konsep secara baik serta dijalankan
dengan benar mampu memberi keyakinan kepada stakeholder’s perusahaan
d. Suatu perencanaan dan pengendalian keuangan yang baik mampu memberikan kekuatan
deteksi kepada berbagai peristiwa yang terjadi, dimana peristiwa tersebut dirasakan
berbeda dari biasanya.

10. Time Schedule


Time schedule adalah jangka waktu yang dibuat untuk melaksanakan suatu rencana
pekerjaan seacara sistematis dan terjadwal.
Untuk lebih jelas dalam memahami bentuk dari time schedule dapat kita lihat pada table
di bawah ini.
Tabel 1.2: Contoh Time Schedule

Waktu Pelaksanaan
No Uraian Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Uraian 1
2 Uraian 2
3 Uraian 3
4 Uraian 4
5 Uraian 5
6 Uraian 6
7 Uraian 7
8 Uraian 8
9 Uraian 9
10 Uraian 10
11 Uraian 11
12 Uraian 12
Catatan : pembuatan jangka waktu bulan bisa diperpanjang disesuaikan dengan
kebutuhan yang di inginkan.
11. Contingency Plan
Contingency Plan adalah rencana cadangan yang dibuat untuk mengantisipasi
kemungkinan dari gagalnya rencana inti. Contingency plan dalam perspektif keuangan dapat
di putuskan dalam bentuk memiliki cadangan (reserve) aset yang bersifat dapat dipergunakan
sewaktu-waktu.
Pertemuan 2 Dan 3
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

1. Definisi Laporan Keuangan


Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan
suatu perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja
keuangan perusahaan tersebut.
Laporan keuangan merupakan informasi yang diharapkan mampu memberikan bantuan
kepada pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial.

2. Laporan Keuangan dan Pengaruhnya bagi Perusahaan


Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa manajemen menyajikan laporan keuangan dan
pihak luar perusahaan memanfaatkan informasi tersebut untuk membantu membuat
keputusan. Bahwa seorang investor yang ingin membeli atau menjual saham .bisa terbantu
dengan memahami dan menganalisis laporan keuangan hingga selanjutnya bisa menilai
perusahaan mana yang mempunyai prospek yang menguntungkan di masa depan.
Menurut Lyn M. Fraser dan Aileen Ormistin, “Suatu laporan tahunan corporate terdiri
dari empat laporan keuangan pokok..” yaitu:
a. Neraca
b. Laporan Rugi-Laba
c. Laporan ekuitas pemegang saham
d. Laporan arus kas

3. Kegunaan Laporan Keuangan


Bahwa laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu
perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut. Sehingga laporan keuangan memegang peranan yang luas dan mempunyai suatu
posisi yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
Menurut Munawir, Laporan keuangan merupakan salah satu informasi keuangan yang
bersumber dari intern perusahaan yang bersangkutan.
4. Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informai kepada piha yang
membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan sudut angka-angka dalam satuan moneter.
Menurut Skousen, Stice dan Stice, bahwa tujuan pelaporan keuangan yang diungkapkan
di dalam rangka konseptual adalah:
a. Kegunaan (usefulness)
b. Dapat dipahami (understandability)
c. Target audiens, investor dan kreditor
d. Penilaian arus kas masa yang akan datang
e. Mengevaluasi sumber daya ekonomi
f. Fokus primer pada laba

Menurut PAI sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah ssebagai berikut:
a. Laporan keuangan bersifat historis
b. Laporan keuangan bersifat umum
c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan tafsiran dan berbagai
pertimbangan.
d. Akuntansi hanya melaporkan informasi material.
e. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam mengahdapi ketidapastian
f. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi
daripada bentuk hukumnya.
g. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istila teknis
h. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang digunakan menimbulkan variasi
dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis
i. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantitatifkan.

5. Langkah-langkah dalam Menganalisis Laporan Keuangan


Langkah-langkah analisis laporan keuangan yaitu:
a. Tentukan tujuan analisis
b. Pelajari tentang dimana perusahaan bergerak dan hubungan iklim industri dengan proyesi
pengembangan ekonomi
c. Kembangkanlah pengetahuan mengenai perusahaan dan kualitas manajemen
d. Evaluasi laporan keuangan
- Alat : laporan keuangan common size, rasio keuangan utama, analisis trend,
analisis struktural, dan perbandingan dengan industri pesaing.
- Bidang utama : likuiditas jangka pendek, efisiensi usaha, struktur modal dan
solvensi jangka panjang, profitabilitas, rasio pasar dan analisis data segmen.
e. Ikhtisarkan temuan-temuan atas dasar suatu analisis dan ambil kesimpulan berkenaan
dengan sasaran yang ditetapkan.

Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, antara


lain:
a. Kreditur. Pihak yang memberikan pinjaman baik dalam bentuk uang, barang maupun
dalam bentuk jasa.
b. Investor. Investor disini bisa mereka yang membeli saham tersebut atau bahkan
komisaris perusahaan. Seorang investor berkewajiban untuk mengetahui secara dalam
kondisi perusahaan dimana ia akan berinvestasi atau pada saat ia sudah berinvestasi,
karena dengan memahami laporan keuangan perusahaan tersebut artinya ia akan
mengetahui berbagai informasi keuangan perusahaan. Investor menginginkan dana yang
diinvestasikannya itu selalu berada dalam keadaan aman dan terus berkembang.
c. Akuntan publik. Mereka yang ditugaskan untuk melakukan audit pada sebuah
perusahaan.
d. Karyawan perusahaan. Secara ekonomi mereka mempunyai ketergantungan yang besar
yaitu pekerjaan dan penghasilan yang diterima dari perusahaan tempat bekerja telah
begitu berperan dalam membantu kehidupakannya, terutama jika karyawan tersebut telah
berkeluarga.
e. Bapepam. Badan pengawas pasar modal.
f. Underwriter. Penjamin emisi bagi setiap perusahaan yang akan menerbitkan sahamnya di
pasar modal.
g. Konsumen. Pihak yang menikmati produk atau jasa yang dihasilkan oleh sebuah
perusahaan.
h. Pemasok. Mereka yang menerima order untuk memasok setiap kebutuahn perusahaan
mulai dari hal-hal yang dianggap kecil sampai yang besar yang mana semua itu dihitung
dengan skala finansial.

6. Pengaruh informasi Laporan Keuangan bagi investor dalam Menilai Kinerja


keuangan Perusahaan
Adapun informasi keuangan bersumber daro 2 (dua) bagian, yaitu:
a. Management accounting information (informasi akuntansi manajemen)
Akuntasi manajemen dapat dipandang dari dua sudut, akuntansi manajemen sebagai
salah satu tipe akuntansi dan akuntansi manajemen sebagai salah satu tipe informasi.
b. Financial accounting information (informasi akuntansi keuangan)
Informasi akuntansi keuangan menurut Stadard Akuntansi Keuangan (SAK) adalah
laporan yang terdiri dari: laporan posisi keuangan atau neraca, informasi kinerja
perusahaan atau laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan
laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan
keuangan.
Pertemuan 4
Manajemen Modal Kerja

3.1 Pengertian modal kerja


Dalam operasinya, perusahaan selalu membutuhkan dana harian misalnya untuk membeli
bahan mentah, membayar gaji karyawan, membayar rekening listrik, membayar biaya
transportasi, membayar hutang dan sebagainya. Dana yang dialokasikan tersebut diharapkan
akan diterima kembali dari hasil penjualan produk yang dihasilkan dalam waktu yang tidak
lama (kurang dari 1 tahun). Uang yang diterima tersebut dipergunakan lagi untuk kegiatan
operasi perusahaan selanjutnya, dan seterusnya dana tersebut berputar selama perusahaan
masih beroperasi. Dana yang dipergunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan
sehari-hari disebut modal kerja (working capital).
Manajemen modal kerja (working capital management) merupakan manajemen dari
elemen-elemen aktiva lancar dan elemen-elemen hutang lancar. Kebijakan modal kerja
(working capital policy) menunjukkan keputusan-keputusan mendasar mengenai target
masing-masing elemen (unsur) aktiva lancar dan bagaimana aktiva lancar tersebut dibelanjai.
Tujuan manajemen modal kerja adalah mengelola aktiva lancar dan hutang lancar sehingga
diperoleh modal kerja neto yang layak dan menjamin tingkat likuiditas perusahaan. Dengan
demikian dapat dikemukakan bahwa perhatian utama dalam manajemen manajemen modal
kerja adalah pada manajemen aktiva lancar perusahaan, yaitu kas, sekuritas, piutang dan
persediaan, serta pendanaan (terutama kewajiban lancar atau jangka pendek) yang diperlukan
untuk mendukung aktiva lancar.

3.2 Konsep Modal Kerja


Pengertian modal kerja di atas masih umum sehingga masih mengalami kesulitan untuk
menetapkan elemen-elemen modal kerja. Untuk memudahkan dalam menetapkan elemen-
elemen modal kerja, dikenal 3 konsep modal kerja, yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep kuantitatif adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang
disebut juga modal kerja bruto (gross working capital). Umumnya elemen- elemen dari
modal kerja kuantitatif meliputi kas, surat-surat berharga (sekuritas), piutang dan
persediaan.
2. Konsep Kualitatif
Pada konsep ini modal kerja dihubungkan dengan besarnya hutang lancar atau hutang
yang segera harus dilunasi. Sebagian aktiva lancar dipergunakan untuk melunasi
hutang lancar seperti hutang dagang, hutang wesel, hutang pajak, dan sebagian lagi
benar-benar dipergunakan untuk membelanjai kegiatan operasi perusahaan. Dengan
demikian modal kerja menurut konsep kualitatif merupakan kelebihan aktiva lancar di
atas hutang lancar yang juga disebut modal kerja neto (net working capital).
3. Konsep Fungsional
konsep fungsional mendasarkan pada fungsi dana yang digunakan untuk memperoleh
pendapatan. Setiap dana yang dialokasikan pada berbagai aktiva dimaksudkan untuk
memperoleh pendapatan (income), baik pendapatan saat ini (current income) maupun
pendapatan masa yang akan datang (future income). Konsep modal kerja fungsional
merupakan konsep mengenai modal yang digunakan untuk menghasilkan current
income.
Untuk memperoleh gambaran ketiga konsep modal kerja tersebut dapat dilihat pada
contoh berikut :
PT “LANCAR”
Neraca per 31
Desember 1999 (rupiah)

Kas dan Efek 20.000.000 Hutang Dagang 40.000.000


Hutang dagang 60.000.000 Hutang Wesel 25.000.000
Persediaan 80.000.000 Hutang Lainnya 35.000.000
Total Aktiva Lancar 160.000.000 Total Hutang 100.000.000
Mesin 70.000 .000 Modal Sendiri (MS):
Penyusutan Mesin (14.000.000) Modal Saham 200.000.000
Gedung 120.000.000 Laba Ditahan 12.000.000
Penyusutan Gedung (24.000.000)
Total Aktiva 312.000.000 Total Hutang & MS 312.000.000

Contoh diatas dapat dihitung :


Modal kerja kuantitatif :
Kas dan Efek Rp. 20.000.000
Piutang Dagang Rp. 60.000.000
Persediaan Rp. 80.000.000
Modal Kerja Bruto Rp.160.000.000
Modal Kerja Kualitatif:
Total Aktiva Lancar Rp.160.000.000
Total Hutang Lancar Rp.100.000.000
Modal Kerja Neto Rp. 60.000.000

Berdasarkan contoh di atas, apabila disertai informasi tentang marjin laba sebesar 25% dan
surat-surat berharga (efek-efek) sebesar Rp. 12.000.000 maka:
1. Modal kerja fungsional adalah terdiri dari:
 Modal kerja riil :
Kas Rp. 8.000.000
Piutang dagang (75%) Rp. 45.000.0001)
Persediaan Rp. 80.000.000
Penyusutan Mesin Rp. 14.000.000
Penyusutan Gedung Rp. 24.000.000
Modal Kerja Riil Rp.171.000.000
 Modal Kerja Potensial:
Efek-efek Rp. 12.000.000
Marjin laba piutang (25%) Rp. 15.000.0002)
Modal kerja potensial Rp. 27.000.000
 Sedangkan yang termasuk bukan Modal Kerja dalam Konsep fungsional :
Mesin Rp. 70.000.000
Gedung Rp. 120.000.000
Bukan Modal Kerja Rp. 190.000.000
Keterangan:
1)
Dalam konsep fungsional, maka piutang yang terjadi sebagian merupakan kontribusi
laba yaitu sebesar 25% sehingga piutang yang diperhitungkan dalam konsep ini
hanya sebesar 75% dari piutang yang ada = 75% x Rp. 60.000.000 =Rp.45.000.000
2)
Marjin laba dari piutang yang ada = 25% x Rp.60.000.000= Rp. 15.000.000

3.3 Pentingnya Manajemen Modal Kerja


Ada beberapa alasan yang mendasari pentingnya manajemen modal kerja yaitu:
a. Aktiva lancar dari perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa
memiliki jumlah yang cukup besar dibanding dengan jumlah aktiva secara keseluruhan.
b. Untuk perusahaan kecil, hutang jangka pendek merupakan sumber utama bagi pendanaan
eksternal. Perusahaan ini tidak memiliki akses pada pasar modal untuk Pendanaan jangka
panjangna.
c. Manajer keuangan dan anggotanya perlu memberikan porsi waktu yang sesuai untuk
pengelolaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan modal kerja.
d. Keputusan modal kerja berdampak langsung terhadap tingkat risiko, laba, dan harga
saham perusahaan.
e. Adanya hubungan langsung antara pertumbuhan penjualan dengan kebutuhan dana untuk
membelanjai aktiva lancar.
Contoh soal :
Suatu perusahaan perdagangan “LARIS” memiliki data tentang modal kerja sebagian
berikut: rata-rata periode terkaitnya modal kerja:
Lama barang disimpan 7 hari
Lama pengumpulan piutang 13 hari
Jumlah 20 hari
Rata-rata pengeluaran kas setiap hari :
Pembelian barang dagangan Rp. 1.000.000
Upah karyawan Rp. 100.000
Biaya Administrasi dan umum Rp. 10.000
Biaya Penjualan Rp. 35.000
Biaya Lainnya Rp. 5.000
Jumlah Rp.1.150.000
Bila ditetapkan jumlah kas minimal Rp. 150.000 maka jumlah modal kerja yang dibutuhkn
adalah :
Periode terikatnya modal kerja x pengeluaran kas setiap hari + kas minimal =
x Rp. 1.150.000 + Rp. 150.000= Rp. 23.150.000 (20x1.150.000+ 150.000= 23.150.000)
contoh soal :
Pada tahun depan PT. AMALIA merencanakan untuk memproduksi barang jadi
sebanyak 7.500 unit sebulan. Untuk memproduksi satu unit barang jadi tersebut diperlukan
3,5 kg bahan baku dengan harga Rp. 1.750 ,- per kg. Bahan baku tersebut sebelum diproses
rata-rata disimpan di gudang selama 14 hari. Lamanya proses produksi 7 hari. Setelah
menjadi barang jadi biasaya barang disimpan selama 20 hari. Rata-rata piutang dapat ditagih
selama 45 hari. Upah langsung perunit barang jadi sebesar Rp. 2.250,-. Biaya pemasaran
tunai sebulan sebesar Rp. 15.000.000,-, biaya administrasi dan umum sebulan sebesar Rp.
12.000.000,- dan kas minimal ditentukan sebesar Rp. 3.250.000,-
Dari informasi di atas, berapa kebutuhan modal kerja PT. AMALIA tersebut?
Penyelesaiannya :
Periode terkaitnya modal kerja :
a. Lamanya bahan baku disimpan 14 hari
b. Lamanya proses produksi 7 hari
c. Lamanya barang jadi disimpan 20 hari
d. Lamanya piutang tertagih 45 hari
Jumlah 86 hari
Kebutuhan kas per hari :
a. Pembelian bahan baku = (7.500:30)x 3,5 kg x Rp. 1.750 = Rp.1.531.250,-
b. Pembayaran upah langsung = (7.500: 30) x Rp. 2.250 = Rp. 562.500,-
c. Pembayaran biaya pemasaran = Rp. 15.000.000 : 30 = Rp. 500.000,-
d. Pembayaran biaya adm dan umum = Rp. 12.000.000:30 = Rp. 400.000,-
Jumlah = Rp. 2.993.750,-
Dengan demikian jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah :
86 x Rp. 2.993.750 + Rp. 3.250.000 = Rp. 260.712.500,-
PERTEMUAN 5
Kas

1. Pengertian Kas
Manajemen (pengelolaan) kas dimaksudkan untuk memaksimalkan pemanfaat-an kas
tanpa harus mengabaikan likuiditas. Artinya berusaha memegang kas seminimal
mungkin dimana operasional sehari-hari tetap jalan serta kewajiban terhadap kreditur juga
lancar. Kas merupakan aktiva yang paling lancar, dan segera bisa digunakan untuk
melunasi kewajiban finansial. Namun kas memberi keuntungan yang paling rendah.
(bandingkan kas di saku, kas dalam bentuk tabungan di bank, rekening giro maupun
deposito dll). Karena menyimpan kas memberi keuntungan yang paling rendah diantara
berbagai kesempatan investasi, bukan berarti semua kas harus di rubah ke bentuk lain
(tabungan, deposito, surat berharga dll). Memegang kas masih diperlukan sebagai cadangan
untuk transaksi yang akan dilakukan, berjaga-jaga dan spekulasi (Keynes). Secara umum
Kas diartikan :
a. Uang tunai yang dimiliki baik yang ada di perusahaan maupun di bank.
b. Salah satu bagian dari aktiva yang paling likuid (paling lancar)
c. Bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan.
d. Digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari (dalam bentuk modal
kerja) maupun pembelian aktiva tetap, memiliki sifat rutin (untuk pembelian bahan
baku, membayar upah dan gaji, membayar supplies kantor habis pakai, dll) dan tidak
rutin (untuk pembayaran deviden, pajak, angsuran hutang, dsb)
Kas merupakan aktiva moneter yang digunakan sebagai alat pembayaran yang syah
yang dapat diterima secara umum sebesar nilai nominalnya. Siap dan bebas digunakan tidak
dibatasi penggunaannya. Kas merupakan aktiva yang paling likuid.
Surat berhara : (efek/marketable securities) merupakan surat berharga yang terdiri :
obligasi (bonds), saham (stock) dan derifatif efek.
Investasi dalam surat berharga untuk menjaga likuiditas perusahaan dan
menginvestasikan kelebihan kas sementara waktu.
Peranan manajemen kas Berkaitan dengan Modal kerja , dan perlu ditentukan berapa
jumlah yang harus diinvestasikan kedalam kas. Investasi berlebihan di kas,
mengurangi risiko likuiditas, akibat lain rendahnya keuntungan melalui investasi tersebut.
Alasan perusahaan untuk mempunyai kas berkaitan secara mendasar terhadap
aliran kas yang terjadi sbb :
Kas Keluar (tidak tutin) Kas Masuk (tidak rutin)
1) Pembagian deviden kas 1) Penjualan saham
2) Pembayaran bunga hutang 2) Penjualan obligasi
3) Cicilan pokok hutang 3) Hutang lainnya
4) Pembelian kembali saham beredar
5) Pembayaran pajak
Saldo kas perusahaan mengalami perubahan karena 3 penyebab utama :
a. Untuk keperluan tidak rutin
Pengeluaran tidak rutin, sebagai pengeluaran kas yang tidak terjadi setiap hari, atau tidak
dalam fekuensi dan interval waktu yang relatif sama. Pengeluaran kas tidak rutin
dilakukan untuk :
1) Pembayaran deviden
2) Pembayaran bunga hutang
3) Pembayaran cicilan pokok hutang
4) Pembelian kembali saham beredar
5) Pembayaran pajak
b. Pengeluaran modal, baik berupa pembelian aktiva tetap maupun pengeluaran untuk
aktiva tetap yang telah ada dan tergolong pengeluaran modal (capital expenditures)
c. Pembelian persediaan (bahan baku) yang dilakukan secara rutin dalam interval
waktu sesuai dengan kebutuhan, dengan tujuan untuk menjaga agar kegiatan produksi
tidak terganggu.

Gambar 4.1 Aliran kas dalam Perusahaan


2. Tujuan Penyimpanan Kas
Manajemen (pengelolaan) kas dimaksudkan untuk memaksimalkan pemanfaatan kas
tanpa harus mengabaikan likuiditas, artinya berusaha memegang kas seminimal mungkin
dimana operasional sehari-hari tetap jalan serta kewajiban terhadap kreditur juga lancar.
Kas merupakan aktiva yang paling lancar, dan segera bisa digunakan untuk melunasi
kewajiban finansial. Namun kas memberi keuntungan yang paling rendah. (bandingkan
kas di saku, kas dalam bentuk tabungan di bank, rekening giro maupun deposito dll).
Karena menyimpan kas memberi keuntungan yang paling rendah diantara berbagai
kesempatan investasi, bukan berarti semua kas harus di rubah ke bentuk lain (tabungan,
deposito, surat berharga dll). Memegang kas masih diperlukan sebagai cadangan untuk
transaksi yang akan dilakukan, berjaga-jaga dan spekulasi. Lagi pula kas yang terlalu sedikit
akan mengganggu kelancaran perusahaan dalam melunasi utang jangka pendek.
Dengan demikian kas harus dikelola dengan prinsip keseimbangan (tidak kekurangan
dan tidak juga berlebihan). Jika kekurangan perusahaan akan menghadapi kemungkinan
dengan permasalahan likuiditas yang semangkin meningkat, dan sebaliknya bila berlebihan
dana menganggur dan kehilangan kesempatan untuk memperoleh penghasilan.
Motif Penyimpanan Kas :
a. Motif transaksi (Transaction motive) : kas sangat variatif
b. Motif berjaga-jaga (Precautionary Motive)
c. Motif Spekulasi (Speculative Motive)
Tujuan Manajemen Kas :
Trade–off antara resiko dan keuntungan dikurangi dengan memperhatikan tujuan utama
sistem pengelolaan kas perusahaan :
a. Jumlah kas yang cukup harus dimiliki untuk memenuhi kebutuhan pengeluaran
yang timbul akibat aktivitas usaha.
b. Investasi dalam bentuk kas yang tidak produktif diupayakan untuk dikurangi
sampai tingkat yang paling minimum
Prosedur penagihan dan pengeluaran :
a. Mempercepat aliran kas masuk (penerimaan kas)
b. Meningkatkan metode pengeluaran kas, sehingga memperlambat kas keluar tanpa
mengganggu aktivitas perusahaan.
Pengelolaan kas masuk :
Jangka waktu terdiri atas :
a. Jangka waktu saat konsumen memberikan cek sampai memproses cek yang
dimaksud.
b. Memproses cek sebelum disimpan di bank.
c. Cek diterima melalui kliring sampai dana siap dan bebas digunakan perusahaan.
Mengatasi kendala waktu tersebut digunakan metode :
a. The Lock–box Arrangement (mempercepat konversi pembayaran yang diterima
dengan pengurangan waktu.
b. Preauthorized Checks, Mempercepat waktu koversi penerimaaan dengan mengurangi
mail float dan processing float jangka waktu lebih cepat dari sebelumnya.
c. Depository Transfer Checks (Concentration Banking) dengan menunjuk bank dimana
perusahaan mempunyai rekening pengeluaran umum dan besar, dan mengurangi waktu
mengambang.
Pengelolaan Kas Keluar :
Melalui cara :
a. Zero balance Account, Tujuan agar perusahaan dapat meningkatkan pengendalian
pembayaran kas, mengurangi saldo berlebih, meningkatkan jangka waktu pengeluaran
kas (mengawasi dengan ketat izin pengeluaran kas)
b. b. Payable trough Drafts, dengan membayar seluruh pengeluaran perusahaan
melalui bank draft yang butuh jangka waktu kliring.

3. Model Manajemen Kas


a. Model Persediaan (Inventory Model/Boumal)
Dalam model persediaan jumlah kebutuhan kas hampir dapat dipastikan,

Tujuan : menyeimbangkan antara pendapatan yang mungkin hilang akibat kas,


sebagai alternatif dengan menyimpan dalam bentuk surat berharga dibanding dengan
biaya transaksi surat berharga.
Asumsi : perusahaan menyimpan sejumlah kas tertentu diinvestasikan dalam surat
berharga. Jika butuh kas tambahan maka dilakukan penjualan surat berharga. Asumsi
ini berhubungan dengan 2 hal : biaya untuk mengkonversikan surat berharga
menjadi kas atau sebaliknya biaya transfer dan biaya yang muncul akibat pendapatan
yang hilang karena investasi dalam kas (biaya penyimpanan).
Wiliam Baumol (dalam Weston dan Brigham, 1990) berpendapat bahwa
pengelolaan Kas dalam banyak hal mirip dengan pengelolaan persediaan, dengan
demikian Model EOQ bisa digunakan untuk menentukan saldo kas.
Variabel yang digunakan :
T = Jumlah kebutuhan kas perusahaan dalam suatu periode tertentu.
C = Jumlah saldo kas yang diinginkan
i = Tingkat keuntungan dinyatakan dengan tingkat bunga (dlm % atas investasi
surat berharga )
b = Biaya transfer, sebagai biaya untuk mengkonversi surat berharga
menjadi kas. diasumsikan biaya ini tetap tidak tergantung jumlah surat berharga.
Jumlah kebutuhan kas dalam satu periode
1) Frekuensi transfer = Jumlah kebutuhan kas dalam satu periode = T/C
Saldo kas yang diinginkan perusahaan
2) Biaya Penyimpanan Kas = Saldo kas yang diinginkan / 2 = C/2
Saldo kas diformulasikan sebagai berikut : Y = b (T/C) + i (C/2)
Saldo kas optimal yang harus dimiliki perusahaan dengan biaya yang minimal:

Hubungan antara berbagai faktor didalam manajemen kas disajikan sebagai gambar
berikut :

Gambar 4.2 Saldo kas menurut model persediaan


Berikut ini gambaran biaya dan total biaya yang berhubungan dengan persediaan :

Gambar 4.3 Hubungan biaya dan biaya total model persediaan

Contoh Kasus 1 :
Perusahaan Alfabeta membutuh kas sebesar Rp 900.000,- setiap kelebihan kas
diinvestasikan dalam surat berharga, sebaliknya menjual surat berharga dengan biaya
konversi surat berharga adalah Rp 200,- setiap transaksi, tingkat pengembalian surat berharga
diperkirakan 10%
Saldo kas optimal dihitung sbb :

Saldo kas rata-rata adalah = 60.000/2 = 30.000


Jumlah frekuensi transfer 1 periode = 900.000/60.000 = 15 kali
maka total biaya perusahaan untuk mempertahankan saldo kas senilai 3 juta adalah :
Total Biaya = 200 (15) + 10% (30.000) = 3.000 + 3.000 = 6.000
Hubungan tersebut di dalam manajemen kas disajikan sebagai berikut :

Gambar 4.4 Saldo kas menurut model persediaan


Berikut ini gambaran biaya dan total biaya yang berhubungan dengan persediaan :

Gambar 4.5 Hubungan biaya dan total biaya model persediaan

A. Kebutuhan kas berfluktuasi secara random (Model Miller – Orr)


Miller dan Orr memperlonggar asumsi, bahwa tidak mungkin mengasumsikan
penggunaan kas tiap harinya bersifat konstan. Dalam keadaan penggunaan kas dan
pemasukan bersifat acak perusahaan perlu menetapkan batas atas dan batas bawah saldo kas.

Gambar 4.6 Saldo kas model Miller – Orr


Besarnya BA (batas atas) dan BB (batas bawah) tergantung : biaya transfer (b), dan biaya
penyimpanan (i) dari jumlah investasi dalam kas.
Assumsi: 1) biaya tetap diketahui,
2) Biaya menjual surat berharga = biaya membeli surat berharga
BA = Batas atas
BB = Batas Bawah
M = Jumlah kas optimal
b = Biaya transfer untuk setiap kali transfer
i = Tingkat keuntungan investasi surat berharga (%)
r = variance (penyimpangan) perubahan kas yang diprediksi perusahaan untuk 1 hari

Contoh Kasus 2 :
Diketahui : r = 800
b = 100
i = 9% (360 hari)
Saldo minimal Rp 1.000,-
Perhitungan:

Gambar 4.7 Model Batasan Pengendalian Kas

B. Anggaran Kas
1. Pengertian Anggaran Kas (Cash Budget)
Proses perencanaan keuangan dilakukan dengan proyeksi yang didasarkan kepada
standar dan pengembangan dari umpan balik serta proses penyesuaian dalam meningkatkan
kinerja perusahaan, dengan menggunakan peramalan (forecasting) dan seperangkat anggaran
(budget) yang dibuat setiap aktivitas perusahaan yang signifikan.
Peranan perencanaan keuangan untuk meramalkan kebutuhan keuangan perusahaan yang
akan datang (future oriented) serta meyiapkan lebih awal dan terperinci transaksi keuangan
yang berhubungan dengan kebutuhan keuangan.
Anggaran Kas (Cash Budget) merupakan estimasi (perkiraan) penerimaan dan
pengeluaran kas pada periode tertentu yang akan datang.

2. Tujuan Anggaran Kas


a. Membuat taksiran posisi kas pada setiap akhir periode dari kegiatan operasi
perusahaan baik periode bulanan ataupun tahunan
b. Mengetahui adanya kelebihan atau kekuarangan kas yang terjadi pada periode
tertentu
c. Merencanakan besarnya kas yang terjadi pada periode tertentu
d. Menentukan besarnya kas untuk pembayaran-pembayaran dan kelebihan kas yang
dapat digunakan untuk melakukan investasi
e. Mengetahui waktu kapan suatu pinjaman atau kewajiban lainnya harus dibayar
Manajemen.

3. Proyeksi Keuangan
Langkah-langkah mendasar dalam memproyeksi keuangan adalah :
a. Memproyeksikan penjualan perusahaan dan seluruh biaya yang berhubungan bengan
kegiatan ini selama jangka waktu perencanaan.
b. Memperkirakan nilai investasi yang akan dilakukan di dalam aktiva lancar
c. maupun aktiva tetap yang dibutuhkan untuk mendukung tercapainya penjualan
yang diproyeksikan.
d. Menentukan kebutuhan keuangan perusahaan selama jangka waktu rencana.
Proyeksi penjualan untuk periode yang akan datang seharusnya mencerminkan :
a. Kecenderungan penjualan masa lalu yang diperkirakan akan terjadi lagi di masa
yang akan datang.
b. Faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi secara material kecenderungan penjualan
yang dimaksud.
Analisis terhadap aliran kas perusahaan melalui penyusunan anggaran kas menjadi
penting. Anggaran kas merupakan indikator dari kombinasi berbagai efek yang ditimbulkan
oleh rencana aktivitas perusahaan untuk suatu periode tertentu dan pengaruhnya terhadap
aliran kas perusahaan. Aliran kas yang positif merupakan indikasi bahwa perusahaan telah
mempunyai sumber pembiayaan yang cukup. Aliran kas merupakan suatu siklus yang
berkelanjutan yang diawali dengan penerimaan kas dari pemilik melalui penerimaan
setoran modal para pemegang saham, pinjaman dari pihak luar (kreditur) digunakan untuk
membeli peralatan, persediaan perlengkapan lain, pembayaran gaji dan upah serta
pengeluaran kas lainnya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi.

4. Menyusun Rencana Keuangan


Menyusun anggaran dengan didasarkan pada anggaran penjualan untuk membuat
anggaran lainnya yang seharusnya mencerminkan :
a. Kecenderungan penjualan masa lalu.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi material kecenderungan penjualan
Pembuatan rencana keuangan melalui penyusunan anggran dengan titik awal
peramalan penjualan, pada akhirnya akan menghasilkan ; proyeksi neraca (Proforma
Balance Sheet), proyeksi laba rugi (Project income statement) serta anggaran kas (Cash
budget).

Gambar 4.7 Aliran kas Perusahaan (cash flow cycle diagram)


Contoh Kasus 3:
PT Dhifa Style mempunyai penjualan yang berfluktuasi. Hasil penjualan akan diterima
satu bulan setelah bulan penjualan (20% dari penjualan) dan 50% lagi akan diterima dua
bulan setelah penjualan. Sisanya 30% dari penjualan akan diterima bulan ketiga setelah bulan
penjualan. Perusahaan merencanakan jumlah Pembelian yang disesuaikan dengan penjualan
yang direncanakan, dengan nilai pembelian 80% dari nilai penjualan. Pembelian persediaan
dilakukan 2 bulan sebelum bulan penjualan. Misal untuk bulan Maret dibeli pada bulan
Januari. Pembayaran pembelian disetujui pemasok pada bulan depannya (1 bulan setelah
Pembelian).
Biaya-biaya yang terjadi sebagai berikut (Rp 000) :

Pada awal penyusunan anggaran saldo kas sebanyak Rp 25 juta, perusahaan menetapkan
saldo kas minimum setiap bulan adalah Rp 15 Juta. Jika Perusahaan harus menyediakan dana
tambahan dengan melakukan pinjaman. Pinjaman harus dilakukan setiap awal bulan dari
kebutuhan tambahan pembiayaan setiap bulan. Tingkat bunga yang berlaku umum adalah
12% pertahun dan sama untuk tahun yang akan datang, pembayaran bunga dilakukan pada
bulan berikutnya setelah bulan peminjaman.
PERTEMUAN 6
MANAJEMEN PIUTANG

1. PENGERTIAN PIUTANG
Piutang dagang (account receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada
pelanggan/pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan. Bagi penjual, penjualan
kredit ini akan menambah pos piutang dan mengurangi persediaan barang. Sedangkan bagi
pembeli, maka pembelian kredit akan menambah hutang dagang (account payable) dan
menambah persediannya.
Kebijakan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang ini sebenarnya
menimbulkan biaya bagi perusahaan. Biaya tersebut antara lain adalah administrasi piutang,
modal atas dana yang tertanam dalam piutang, biaya penagihan dan biaya piutang yang
mungkin tida tertagih. Namun demikian, karena kebijakan kredit ini akan meningkatkan
penjualan, maka biaya piutang tersebut akan diimbangi oleh meningkatnya penjualan
perusahaan. Oleh karena itu, manajemen piutang merupakan pengelolaan piutang agar
kebijakan kredit mencapai optimal, yaitu tercapainya keseimbangan antara biaya yang
mengakibatkan oleh kebijakan kredit dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan tersebut.

2. PENENTUAN BESARNYA PIUTANG


Ditentukan oleh dua faktor yaitu pertama adalah besarnya presentase penjualan kredit
terhadap penjualan total. Kedua, adalah kebijakan penjualan kredit dan jangka waktu
pengumpulan piutang (jangka waktu penagihan piutang).
Cepat lambatnya piutang dapat dikumpulkan juga dipengaruhi oleh kualitas pelanggan,
baik kualitas kemampuan perusahaan pelanggan maupun kualitas karakter pelanggan itu
sendiri. Penilaian kualitas pelanggan ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko kemungkinan
piutang tidak tertagih (bad debt) dan memperkceil biaya penagihan piutang. Jika kualitas
pelanggan menurun maka biaya penagihan akan meningkat. Informasi kualitas pelanggan ini
dapat diperoleh dari laporang keuangan, operasi perusahaan, sejarah pengembalian kredit
pelanggan, asosiasi pedagang, pesaing, referensi bank dan sebagainya. Salah satu cara untuk
menilai kualitas pelanggan tersebut adalah dengan menggunakan penilaian kredit (credit
scoring).
Untuk menilai pelanggan dapat juga digunakan sistem 5K atau 5C. Kelima K (atau 5C)
tersebut adalah Karakter (Caracter), Kapasitas (Capacity), Kapital (Capital), Kolateral atau
jaminan (Colateral) dan Kondisi (Condition).
Penilaian yang terakhir adalah mengenai kondisi perusahaan. Kondisi ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi perekonomian pada umumnya yang pada akhirnya akan
mempengaruhi keadaan pelanggan.
Tingkat perputaran piutang dapat dicari dengan membagi jumlah penjualan kredit bersih
(net credit sales) per tahun dengan rata-rata piutang (average receivables).

Penjualan Kredit
Perputaran piutang = x1
Rata-rata Piutang

3. PENGELOLAAN PENGUMPULAN PIUTANG


a. Pengumpulan Piutang untuk Penjualan yang Tidak Berdiskon
Contoh:
Perusahaan “ALMA” melakukan kebijakan kredit atas penjulan barang
dagangannya. Sejak tahun 2001, perusahaan ini menetapkan penjualan kreditnya sebesar
60% dari total penjualan dengan jangka waktu kredit selama 4 bulan. Dari kredit yang
diberikan tersebut pembeli harus mengangsur hutangnya dengan ketentuan masing-
masing sebesar 30% membayar pada bulan pertama dan kedua. Dan sebesar 20%
masing-masing dibayar pada bulan ketiga dan keempat setelah bulan penjualan.
Penjualan kredit yang direncanakan selama 6 bulan pertama tahun 2001 adalah sebagai
berikut:
Bulan Penjualan Total Penjualan Tunai Penjualan Kredit
Januari Rp 5.000.000 Rp 2.000.000 Rp 3.000.000
Februari Rp 5.000.000 Rp 2.000.000 Rp 3.000.000
Maret Rp 6.000.000 Rp 2.400.000 Rp 3.600.000
April Rp 6.000.000 Rp 2.400.000 Rp 3.600.000
Mei Rp 8.000.000 Rp 3.200.000 Rp 4.800.000
Juni Rp 8.000.000 Rp 3.200.000 Rp 4.800.000

Dari tabel tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya selama 6
bulan pertama tahun 2001.
Tabel 5.1: Perusahaan “ALMA”
Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni 2001
(dalam jutaan rupiah)
Bulan Penjualan Bulan Pengumpulan Piutang
penjualan Kredit Jan Feb Maret April Mei Juni Juli
1) 1) 2) 2)
Januari 3.000 - 900 900 600 600 - --
Februari 3.000 - - 900 900 600 600 -
Maret 3.600 - - - 1.080 1.080 720 720
April 3.600 - - - - 1.080 1.080 720
Mei 4.800 - - - - - 1440 1440
Juni 4.800 - - - - - - 1.440
Jumlah 22.800 - 900 1.800 2.580 3.360 3.840 4.320
Keterangan:
Penjualan kredit bulan Januari = Rp 3.000.000
1)
Penerimaan piutang bulan Pebruari = 30% x Rp 3.000.000 = Rp. 900.000
1)
Penerimaan piutang bulan Maret = 30% x Rp 3.000.000 = Rp. 900.000
2)
Penerimaan piutang bulan April = 20% x Rp 3.000.000 = Rp 600.000
2)
Penerimaan piutang bulan Mei = 20% x Rp 3.000.000 = Rp 600.000
Dan seterusnya untuk penerimaan piutang bulan-bulan selanjutnya.

b. Pengumpulan Piutang untuk Penjualan yang berdiskon


Contoh Soal:
Apabila Perusahaan “ALMA” sebagaimana 5.1 melakukan kebijakan penjualan yang
berdiskon dengan syarat pembayaran 5/20, net/60, maka untuk tahun 2001 perusahaan
menetapkan penjualan kreditnya sebesar 60% dari total penjualan dengan jangka waktu kredit
selama 4 bulan. Dari pengalaman penjualan kredit dengan diskon yang diberikan kepada
pembeli, cara pembayaranya adalah sebagai berikut:
Sebanyak 30% pembeli membayar dalam waktu 1 s/d 20 hari setelah bulan penjualan
Sebanyak 20% pembeli membayar dalam waktu 21 s/d 30 hari setelah bulan penjualan
Sebanyak 30% pembeli membayar dalam waktu 31 s/d 60 hari setelah bulan penjualan
Sebanyak 10% pembeli membayar dalam waktu 61 s/d 90 hari setelah bulan penjualan
Sebanyak 10% pembeli membayar dalam waktu 91 s/d 120 hari setelah bulan penjualan
Adapun penjualan kredit yang direncanakan selama 6 bulan pertama tahun 2001 adalah
sebagai berikut :
Bulan Penjualan Total Penjualan Tunai Penjualan Kredit
Januari Rp 5.000.000 Rp 2.000.000 Rp 3.000.000
Februari Rp 5.000.000 Rp 2.000.000 Rp 3.000.000
Maret Rp 6.000.000 Rp 2.400.000 Rp 3.600.000
April Rp 6.000.000 Rp 2.400.000 Rp 3.600.000
Mei Rp 8.000.000 Rp 3.200.000 Rp 4.800.000
Juni Rp 8.000.000 Rp 3.200.000 Rp 4.800.000

Dari tabel tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya yang telah
diperhitungkan diskon selama 6 bulan pertama tahun 2001 sebagai berikut.
Tabel 5.2: Perusahaan “ALMA”
Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni 2001
(dalam jutaan rupiah)
Bulan Penjualan Bulan Pengumpulan Piutang
penjualan Kredit Jan Feb Maret April Mei Juni Juli
Januari 3.000 - 14551) 9001) 3001) 3001) - --
Februari 3.000 - - 14552) 9002) 3002) 3002) -
Maret 3.600 - - - 1.7463) 1.0803) 3603) 3603)
April 3.600 - - - - 1.746 1.080 3620
Mei 4.800 - - - - - 2.3284) 14404)
Juni 4.800 - - - - - - 2.328
Jumlah 22.800 - 1.455 1.355 2.946 3.426 4.068 4.488

Keterangan:
Penjualan kredit bulan Januari = Rp 3.000.000
1)
Penerimaan piutang bulan Pebruari:
Pada periode diskon (1-20 hari) = 30% x Rp 3.000.000 = Rp 900.000
Diskon = 5% x Rp 900.000 = Rp 45.000 -
= Rp 855.000
Periode tidak berdiskon (21-30 hari) = 20% x Rp 3.000.000 = Rp 600.000 +
Jumlah penerimaan piutag bulan Pebruari = Rp 1.455.000
1)
Penerimaan piutang bulan Maret = 30% x Rp 3.000.000 = Rp 900.000
1)
Penerimaan piutang bulan April = 10% x Rp 3.000.000 = Rp 300.000
1)
Penerimaan piutang bulan Mei = 10% x Rp 3.000.000 = Rp 300.000
Penjualan kredit bulan Pebruari = Rp 3.000.000
2)
Penerimaan piutang bulan Maret:
Pada periode diskon (1-20 hari) = 30% x Rp 3.000.000 = Rp 900.000
Diskon = 5% x Rp 900.000 = Rp 45.000
= Rp 855.000
Periode tidak berdiskon (21-30 hari) = 20% x Rp 3.000.000 = Rp 600.000
Jumlah penerimaan piutag bulan Maret = Rp 1.455.000
2)
Penerimaan piutang bulan April = 30% x Rp 3.000.000 = Rp 900.000
2)
Penerimaan piutang bulan Mei = 10% x Rp 3.000.000 = Rp 300.000
2)
Penerimaan piutang bulan Juni = 10% x Rp 3.000.000 = Rp 300.000

Penjualan kredit bulan Maret = Rp 3.600.000


1)
Penerimaan piutang bulan April:
Pada periode diskon (1-20 hari) = 30% x Rp 3.600.000 = Rp 1.080.000
Diskon = 5% x Rp 1.080.000 = Rp 54.000
= Rp 1.026.000
Periode tidak berdiskon (21-30 hari) = 20% x Rp 3.600.000 = Rp 720.000
Jumlah penerimaan piutag bulan April = Rp 1.746.000
3)
Penerimaan piutang bulan Mei = 30% x Rp 3.600.000 = Rp 1.080.000
3)
Penerimaan piutang bulan Juni = 10% x Rp 3.600.000 = Rp 360.000
3)
Penerimaan piutang bulan Juli = 10% x Rp 3.600.000 = Rp 360.000

Penjualan kredit bulan Mei = Rp 4.800.000


4)
Penerimaan piutang bulan Juni
Pada periode diskon (1-20 hari) = 30% x Rp 4.800.000 = Rp 1.440.000
Diskon = 5% x Rp 1.440.000 = Rp 72.000
= Rp 1.368.000
Periode tidak berdiskon (21-30 hari) = 20% x Rp 4.800.000 = Rp 960.000
Jumlah penerimaan piutag bulan Juni = Rp 2.328.000
Penerimaan piutang bulan Juli = 30% x Rp 4.800.000 = Rp 1.440.000
Dan seterusnya untuk penerimaan piutang bulan-bulan selanjutnya.
4. RISIKO PENJUALAN KREDIT
Keberhasilan atau kegagalan penjualan kredit yang ditetapkan perusahaan tergantung
pada permintaan atas produk yang dijualnya. Semakin tinggi permintaan atas produk yang
ditawarkan, maka semain menguntungkan penjualan produk yang bersangkutan. Kebijakan
penjualan secara kredit akan meningkatkan penjualan perusahaan, tetapi juga menimbulkan
risiko. Namun, beberapa risiko yang mungkin timbul dari kebijakan kredit ini adalah: periode
pengumpulan piutang yang tidak tepat, piutang tidak tertagih atau pembeli tidak membayar
hutangnya kepada perusahaan (kredit) dan besarnya investasi yang tertanam dalam piutang
tidak seimbang dengan manfaat diperoleh dari kebijakan kredit tersebut.
Contoh Soal:
Misalnya, suatu perusahaan akan meningkatkan penjualan kreditnya sebesar Rp
10.000.000 dengan jangka watu maksimal 4 bulan (120 hari). Berdasarkan pengalaman,
piutang yang tidak dapat ditagih (kredit macet) dikaitkan dengan umur piutang adalah sebagai
berikut:

Tabel 5.3: Umur Piutang, Penjualan Kredit dan Kredit Macet


Penjualan Kredit Piutang Tida Tertagih
Umur Piutang (Hari)
% Jumlah % Jumlah
0-20 50% Rp 5.000.000 1% Rp 50.000
21-30 20% Rp 2.000.000 2% Rp 40.000
31-60 10% Rp 1.000.000 4% Rp 40.000
61-90 15% Rp 1.500.000 4% Rp 60.000
91-120 5% Rp 500.000 10% Rp 50.000
Jumlah Rp 10.000.000 Rp 240.000

Tabel diatas menunjukkan bahwa risiko besarnya piutang yang tidak tertagih (bad debt)
adalah Rp 240.000 atau sebesar (Rp 240.000: Rp 10.000.000) x 100% = 2.4%.
Apabila tambahan barang yang dijual secara kredit tersebut memiliki harga pokok
penjualan sebesar Rp 7.000.000 dan mengakibatkan bertambahnya biaya operasi sebesar Rp
1.000.000, maka manfaat (keuntungan) yang diperoleh adalah:
Tambahan Penjualan kredit = Rp 10.000.000
Harga pokok penjualan = Rp 7.000.000
Tambahan laba kotor = Rp 3.000.000
Tambahan biaya operasi = Rp 1.000.000
Tambahan keuntungan = Rp 2.000.000
Piutang tida tertagih = Rp 240.000
Tambahan keuntungan bersih = Rp 1.760.000
Apabila risiko piutang tidak tertagih sudah dapat diperkirakan, maka informasi tersebut
dapat digunakan untuk memperkirakan arus kas masuk dari piutang, yaitu dengan
mengurangkan piutang yang ada dengan perkiraan risiko yang tidak tertagih.

5. KEBIJAKAN PENAMBAHAN JANGKA WAKTU KREDIT


Kebijakan perusahaan untuk menambah penjualan kredit dapat dilakukan dengan
memperpanjang jangka waktu pengembalian kredit. Kebijakan ini akan meningkatkan
penjualan yang berasal dari pelanggan lama dan masuknya pelanggan baru. Namun demikian,
perpanjangan jangka waktu kredit akan meningkatkan biaya yang harus ditanggung oleh
perusahaan, misalnya tambahan dana untuk investasi pada modal kerja, investasi pada aktiva
tetap dan investasi pada piutang itu sendiri.
Perpanjangan jangka watu kredit dibenarkan apabila hasil (return) yang diharapkan dari
perpanjangan waktu kredit tersebut lebih besar daripada biaya yang harus dikeluarkan akibat
kebijakan tersebut. Sebaliknya apabila perpanjangan jangka watu kredit mengakibatkan biaya
yang harus ditanggung lebih besar daripada hasil yang diperoleh, maka kebijakan tersebut
tidak menguntungkan. Untuk lebih jelasnya, kita lihat contoh berikut:
Contoh Soal:
Perusahaan “ANTAREJA” dalam tahun 2000 telah melakukan penjualan hasil
produksinya sebanyak 80.000 unit. Seluruh penjualan dilakukan secara kredit dengan jangka
waktu 30 hari. Perusahaan merencanakan meningkatkan penjualannya pada tahun-tahun yang
akan datang dengan merubah jangka waktu kreditnya menjadi 60 hari. Dengan merubah
jangka waktu kredit, penjualan tahun 2001 diharapkan akan naik sebesar 25%. Biaya
produksi yang ditanggung perusahaan meliputi biaya tetap sebesar Rp 22.000.000, biaya
variabel per unit Rp 550. Sedangkan harga penjualan per unit adalah Rp 500. Apabila jangka
waktu diperpanjang menjadi 60 hari, maka biaya tambahan modal yang diperhitungkan
sebesar 30%. Apakah kebijakan perpanjangan jangka watu kredit tersebut perlu
dilaksanakan? Untuk menyelesaikan masalah diatas, perlu kita lakukan penghitungan manfaat
kenaikan penjualan dan biaya yang dikeluarkan dengan perpanjangan waktu kredit, yaitu:

Menghitung laba tahun 2000 : Penjualan 80.000 unit


Penjualan = 80.000 x Rp 500 = Rp 40.000.000
Biaya Tetap = Rp 22.000.000
Biaya Variabel = 80.000xRp 150 = Rp 12.000.000
Harga Pokok penjualan = Rp 34.000.000
Laba = Rp 6.000.000

Menghitung laba tahun 2001 : Penjualan 125% x 80.000 unit = 100.000 unit
Penjualan = 100.000 x Rp 500 = Rp 50.000.000
Biaya Tetap = Rp 22.000.000
Biaya Variabel = 100.000xRp 150= Rp 15.000.000
Harga Pokok penjualan = Rp 37.000.000
Laba = Rp 13.000.000

Menghitung Tambahan laba dan biaya modal tahun 2001


Dengan memperpanjang waktu kredit dari 30 hari menjadi 60 hari, maka
tambahan laba yang diperoleh adalah = Rp. 13.000.000 – Rp 6.000.000 = Rp
7.000.000.
Sedangkan tambahan biaya modal dengan tambahan investasi piutang dapat
dihitung sebagai berikut:
30 hari x Rp 34.000.000
Investasi piutang tahun 2000 = = Rp 2.833.333
360 hari

60 hari x Rp 37.000.000
Investasi piutang tahun 2001 = = Rp 6.166.667
360 hari
Tambahan modal investasi = Rp 6.166.667 – Rp 2.833.333 = Rp 3.333.333

Tambahan biaya modal = 30% x Rp 3.333.333 = Rp 999.999,99 = Rp 1.000.000


Dari perhitungan tambahan laba dan tambahan biaya diatas ternyata perpanjangan jangka
waktu kredit akan menghasilkan tambahan laba (Rp 7.000.000) lebih besar dibanding
tambahan biaya modalnya, yakni Rp 1.000.000. oleh karena itu, kebijakan memperpanjang
jangka waktu kredit dapat dibenarkan.
PERTEMUAN KE – 7
MANAJEMEN PERSEDIAAN

1. Definisi manajemen persediaan


Manajemen persediaan adalah kemampuan suatu perusahaan dalam mengatur dan
mengelola setiap kebutuhan barang baik barang mentah, barang setengah jadi, dan barang jadi
agar selalu tersedia baik dalam kondisi pasar yang stabil dan berfluktuasi. Untuk mewujudkan
persediaan terlaksana secara baik dan stabil maka pihak perusahaan harus menerapkan konsep
manajemen persediaaan (inventory management) yang realistis dan dapat di terima oleh
berbagai pihak. Pada perusahaan tertentu, kadang-kadang persediaan menggambarkan 70%
dari keseluruhan aktiva lancer.

2. Manajemen persediaan dan kebijakan perusahaan


Menurut Lukas Setia Atmaja manajemen persediaan (inventory management)
memfokuskan diri pada 2 pertanyaan dasar :
a. Berapa unit persediaan yang harus dipesan pada suatu waktu, dan
b. Kapan persediaan harus dipesan
Persediaan memiliki dua karakteristik penting, yakni :
a) Persediaan tersebut merupakan milik perusahaan, dan
b) Persediaan tersebut siap dijual kepada konsumen.
Bagi pihak manajemen perusahaan khususnya manajer produksi bahwa secara umum
persediaan itu mencakup 3 (tiga) bidang yaitu :
a) Persediaan dalam bentuk barang merah
b) Persediaan dalam bentuk barang setengah jadi atau barang dalam proses, dan
c) Persediaan dalam bentuk barang jadi
Kegiatan produksi akan mengalami hambatan pada saat persediaan di gudang mengalami
penurunan persediaan, karena itu menjadi penting bagi pihak manajemen persediaan
mengatasi berbagai kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan yaitu :
a) Pasar sedang mengalami kondisi yang fluktuasi
b) Negara sedang mengalami kekacauan politik, yaitu dimana stabilitas politik sedang
berada dalam kondisi yang tidak stabil seperti pada partai politik disuatu
c) Terjadi krisis ekonomi global yang berimbas pada ekonomi domestic suatu Negara
3. Keuntungan memiliki persediaan yang cukup
Menurut Farah Margaretha ada beberapa keuntungan memiliki persediaan yang cukup,
yaitu :
a. Adanya kesempatan untuk menjual barang
b. Memungkinkan mendapatkan potongan
c. Biaya pemesanan dapat dikurangi
d. Menjamin kelancaran proses produksi

4. Model Economic Order Quantity (EOQ)


Model economic order quantity (EOQ) merupakan model matematik yang menentukan
jumlah barang yang harus dipesan untuk memenuhi permintaan yang diproyeksikan, dengan
biaya persediaan yang diminimalkan. Adapun rumus untuk menghitung economic order
quantity adalah :
EOQ =

Keterangan :
EOQ : Economic Order Quantity
D : permintaan tahunan (demand)
OC : biaya pemesanan (ordering cost)
CC : biaya penyimpanan (craying cost)

5. Safety Stock dan Reorder Point


Safety stock merupakan kemampuan perusahaan untuk mencipkan kondisi persediaan
yang selalu aman atau penuh pengamanan dengan harapan perusahaan tidak akan pernah
mengalami kekurangan persediaan. Sedangkan menurut Joel G. Seagel dan Jae K. shim,
safety stock adalah persediaan tambahan yang disiapkan sebagai proteksi terhadap
kemungkinan habisnya persediaan.
Menurut Kasmir dan Jakfar terdapat beberapa faktor tertentu dalam menghitung besarnya
safety stock yaitu antara lain :
a. Penggunaan bahan baku rata-rata
b. Faktor tertentu
c. Biaya yang digunakan
Menurut farah Margaretha bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya safe
stock yaitu antara lain :
a. Sulit/tidaknya bahan/barang tersebut di peroleh
b. Kebiasaan pemasok menyerahkan barang/bahan
c. Besar/kecilnya jumlah barang /bahan yang dibeli setiap saat
d. Sering/tidaknya mendapatkan pesanan mendadak
Adapun pengertian reorder point adalah titik dimana suatu perusahaan atau institusi
bisnis harus memesan barang atau bahan guna menciptakan kondisi persediaan yang harus
terkendali.

6. Permasalahan dan Solusi dalam bidang Manajemen Persediaan secara umum


Ada beberapa solusi yang dapat diterapkan oleh pihak perusahaan dalam mengatasi persoalan
ini, yaitu :
a. Adapun beberapa permasalahan dan solusi yang terlihat secara internal pada bagian
persediaan adalah 1.
1. Stock barang digudang sering habis tidak sesuai dengan waktu yang direncanakan,
ini secara umum disebabkan karena pesanan (order) yang diterima ternyata
melebihi dari perkiraan.
Solusi yang dapat diberikan adalah sebaiknya pihak manajer persediaan memahami
dengan baik konsep penerapan stock barang dan order serta kondisi pasar yang
akan terjadi di kemudian hari (future)
2. Bahan baku yang tersedia di gudang cepat mengalami kerusakan atau kadaluarsa.
Ini sangat umum terjadi pada sektor bisnis pertanian.
Solusi yang diberikan adalah :
 Dengan cara menjual produk tersebut agar terjual secara tepat waktu
 Disesuaikan jumlah yang dipanen sesuai dengan kemampuan daya beli
konsumen (purchasing power parity) secara tepat sehingga tidak ada yang
tersisa.
 Produk yang diperkirakan akan sulit terjual dan sebelum mengalami
peembusukan, maka sebaiknya diawetkan, seperti ikan, kerang, udamg.
 Memiliki kulkas pendingin sebagai tempat unutk memperlambat bahan yang
cepat membusuk.
1. Manajer gudang kadang kala menempatkan pegawai bagian gudang yang ternyata tidak
memiliki tingkat kejujuran yang sesuai diharapkan.
Solusi yang diberikan adalah sebaiknya manajer gudang ketika menerima karyawan
untuk ditempatkan di bagian gudang, tetap dilakukan tes ulang apakah yang
bersangkutan memiliki tingkat kejujuran tinggi, sebaimana track record dari karyawan
tersebut sebelumnya.
2. Pihak perusahaan dituntut harus selalu mengikuti standard mutu yang berlaku baik di
dalam negeri dan luar negeri terutama jika produk tersebut sudah memasuki pasar ekspor.
Solusi yang dapat diberikan adalah dalam persoalan mutu maka solusi yang dapat
dilakukan adalah manajemen perusahaan perlu mempelajari dengan baik setiap konsep
dan aturan tentang standard mutu yang berlaku baik di pasar tingkat nasional dan
internasional.

b. Permasalahan dan Solusi pada Pendekatan Eksternal


Adapun beberapa permasalahan dan solusi yang terlihat secara eksternal pada bagian
persediaan adalah
1. Risiko perubahan iklim global atau dampak timbulnya global warming (pemanasan
globalyang bias mempengaruhi pada timbulnya musim kering).
Solusi yang dapat diberikan adalah sebaiknya perusahaan memiliki tenaga kerja yang
memiliki latar belakang keilmuan dalam bidang pemanasan global tersebut.
2. Kondisi fluktuasi mata asing dan pengaruhnya terhadap mata uang domestik.
Solusi yang dapat diberikan adalah pihak manajer persediaan sebaiknya mengusulkan
dengan serius tentang konsep reserve (cadangan) dan hedging (lindung nilai) dalam
bentuk foreign currency (mata uang asing) yang harus dimiliki oleh perusahaan
khususnya ke manajer keuangan.
3. Terjadinya kekacauan politik sehingga menyebabkan terganggunya pasokan bahan baku
ke bagian persediaan.
Solusi yang dapat diberikan adalah sebaiknya perusahaan memahami peta politik Negara
tempat dimana perusahaan berdomisili.
4. Produk yang dihasilkan sangat tergantung pada hasil alam seperti hasil pertanian,
sehingga jika terjadi gagal panen, seperti banjir, terserang hama, dan lain-lainnya akan
mengganggu produksi serta harga bahan mentah akan mengalami kenaikan.
Solusi yang dapat diberikan adalah perusahaan harus memiliki data kondisi cuaca dan
hubungan kuat dengan bidang meteorologi dan geofisika. Termasuk memiliki pakar yang
ahli dalam memperkirakan kondisi musim panen dan musim akan timbulnya gagal
panen.
Soal
1. Manajer sebuah perusahaan sedang melakukan perhitungan dengan mempergunakan
EOQ. Bahwa manajer tersebut mengharapkan diperolehnya jumlah barang sebesat
20.000 unit pertahun dengan hitungan biaya pesanan adalah Rp120; perunit sedangkan
biaya penyimpanan adalah Rp200; perunit. Dan bagaimana jika jumlah barangnya
meningkat menjadi 25.000 unit pertahun. Maka hitunglah dengan mempergunakan EOQ.
2. Sehubungan dengan soal nomor 1 (satu) diatas maka apabila jumlah barang meningkat
menjadi 25.000. Maka hitunglah dengan mempergunakan EOQ .
PERTEMUAN 8-9
ANALISIS BREAK EVENT POINT

Analisis break event point (BEP) merupakan sarana untuk mengetahui pada jumlah
produksi berapa total revenue (TR) sama dengan total biaya (TC). Oleh karena itu BEP dapat
pula diartikan kaitan antara besarnya total biaya dari investasi dan volume yang disyaratkan
untuk mencapai profit tertentu. Total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap sangat dipengaruhi oleh total investasi, karena total investasi akan menentukan besarnya
biaya penyusutan.

Biaya tetap (Fixed Cost)


Adalah biaya yang secara total tidak berubah meskipun terjadi perubahan jumlah
produksi dalam skala tertentu. Jenis biaya tetap antara lain:
a. Biaya penyusutan pabrik dan peralatan
b. Biaya sewa
c. Biaya gaji staf eksekutif
d. Biaya gaji karyawan tetap
e. Biaya umum kantor (kadang-kadang biaya ini disebut semi tetap atau semivariabel.

Biaya variabel (Variabel Cost)


Adalah biaya yang secara total berubah sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Biaya
variabel ini dapat dinyatakan dalam bentuk rupiah per unit atau dalam bentuk persentase dari
penjualan .
Jenis biaya variabel antara lain:
a. Upah buruh pabrik
b. Biaya bahan baku atau bahan pembantu
c. Biaya komisi penjualan

Kegunaan Analisis BEP


Analisis BEP dapat digunakan dalam hal: (1) mengambil keputusan tentang produk baru
dan menentukan berapa tingkat penjualan agar perusahaan memperoleh keuntungan. (2)
meneliti pengaruh ekspansi terhadap operasional perusahaan. (3) menganalisis akibat
pergeseran biaya variabel menjadi biaya tetap karena dilakukan otomatisasi dengan peralatan
modern. (4) membantu dalam menetapkan harga, pengendalian biaya dan keputusan
keuangan.

Formulir Penentuan BEP


Penentuan BEP dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu secara matematik maupun
secara grafik (grafik linier maupun grafik non-linier). Penentuan BEP secara matematik dapat
dilakukan dengan formulasi sebagai berikut:
1. TR = TC (Total Revenue = Total Cost)
2. Laba = 0
3. MI = Fc (Marginal Income = Fxed Cost)
4. BEP = FC
VC
1- S
5. BEP = FC
1- VCR

6. BEP = FC
MIR

7. BEP = FC
P/unit – VC/unit

8. BEP = FC
MI/unit
Jika dilihat dalam bentuk laporan rugi laba dengan menggunakan pendekatan direct costing
akan nampak dalam contoh berikut ini.
Penjualan Rp. 100.000
Biaya variabel Rp. 60.000 -
Marginal Income Rp. 40.000
Biaya tetap Rp. 40.000 -
Laba Rp. 0
Catatan:
FC = Fixed Cost = Biaya tetap
VC = Variabel Cost = Biaya Variabel
TC = Total Cost atau (FC+VC)
TR = Total Revenue atau (P.Q)
MI = Marginal Income atau (S-VC)
S = Sales (Penjualan)
P = Price (Harga)
Q = penjualan dalam unit
VRC= Variabel Cost Ratio atau (VC/S)
MIR= Marginal Income Ratio atau (1- VCR)
Penentuan BEP secara matematik maupun secara grafik hanya dapat dilakukan dengan
asumsi bahwa biaya dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu biaya tetap dan biaya
variabel.

Soal 1
PT Bima Sakti pada tahun 1998 mengalami kerugian sebesar Rp. 2.000.000 dengan jumlah
produk yang terjual 40.000 unit. Harga jual produk Rp. 100 per unit dan biaya tetap Rp.
5.600.000 per tahun. Keadaan tahun 1999 diperkirakan lebih baik dan perusahaan
mengharapkan terjadi peningkatan penjualan. Target earning power 1999 sebesar 20% dan
operating assets turn over diharapkan sebesar 3 kali. Biaya tetap akan bertambah sebesar Rp.
2.400.000 dan harga jual akan menaik menjadi Rp. 125 per unit, sedangkan variabel cost naik
sebesar Rp. 10 per unit.
Ditanyakan
1. Berapa penjualan minimal yang harus dicapai untuk memperoleh target earning power
tersebut baik dalam rupiah maupun unit
2. BEP tahun 1998 dan 1999 dalam rupiah dan unit
3. Buatlah grafik BEP yang menggambarkan BEP 1998 dan 1999
Penyelesaian:
1. Keuntungan = penjualan – Total biaya
(2.000.000) = 6.000.000 – Total biaya
Total biaya = 6.000.000 + 2.000.000 =Rp.8.000.000
Total biaya = biaya tetap + biaya variabel
8.000.000 = 5.600.000 + biaya variabel
Biaya variabel = 8.000.000 – 5.600.000 = Rp. 2.400.000
Biaya variabel per unit = 2.400.000 : 40.000= Rp. 60
Rasio biaya variabel = 60: 100 = 60%
Biaya tetap tahun 1999 = 5.600.000 + 2.400.000 = Rp. 8.000.000
Biaya variabel per unit tahun 1999 = 60 + 15 = Rp 75
Earning power = profit margin x operating assets turn over
20/100 = PM x 3
Profit margin = 300/20 = 15%
Penjualan minimal yang harus dicapai tahun 1999 dimaksimalkan = X

X = 8.000.000 + 0,15X
1- 0,60
X = 8.000.000 + 0,15X
0,40
0,25 X= 8.000.000
X= Rp. 32.000.000 atau 256.000 unit
2. BEP 1998 dan BEP 1999
BEP 1998 = 5.600.000 = Rp. 14.000.000 atau 140.000 unit
0,40
BEP 1999 = 8.000.000 = Rp. 20.000.000 atau 160.000 unit
0,40
Pertemuan ke - 10
TIME VALUE OF MONEY

1. Definisi Uang
Uang adalah satuan nilai yang dijadikan sebagai alat transaksi dalam setiap pembayaran
di masyarakat, dimana pada uang tersebut tercantum nilai nominal, penerbit, serta ketentuan
lainnya.
Dalam perkembangan yang begitu pesat pada era sekarang ini uang bukan hanya dilihat
sebagai transaksi namun sudah lebih dari pada itu, yaitu fungsi lain dari uang :
a. Sebagai kekayaan dan status
b. Sebagai alat pengumpul kekayaan
c. Sebagai media untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Contohnya membayar
utang, membayar tambahan pekerjaan (kerja lembur), dan lain sebagainya.
d. Sebagai barang. Pemahaman uang dilihat sebagai barang telah mulai dikenal secara
umum dalam masyarakat sejak pasca perang dunia II, yaitu dimana Negara Amerika
Serikat telah menerbitkan mata uang dollar-nya dan dipakai oleh banyak pebisnis di
seluruh dunia sebagai ukuran dalam menghitung nilai suatu transaksi produk, karena
selama ini dollar dianggap memiliki nilai yang stabil di pasaran. Lebih jauh dollar sudah
dianggap sebagai barang yang diperjualbelikan untuk mengambil keuntungan dari selisih
nilai jual. Tentu kondisi keuntungan ini sangat tergantung pada naik dan turunnya nilai
kurs dollar dibandingkan rupiah di pasaran.
Uang menurut banyak pakar dapat disetarakan dengan kas. Dimana menurut pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia 2001 atau PAPI 2001 disebutkan “Kas adalah mata uang
kertas dan logam baik rupiah maupun mata uang asing yang masih berlaku sebagai alat
pembayaran yang sah,” dasar peraturannya adalah berdasarkan PSAK 31 paragraf 11. Lebih
lanjut yang dianggap setara dan kas adalah berdasarkan PSAK 31 paragraf 103 adalah (a) kas,
(b) giro pada bank Indonesia, dan (c) giro pada bank lain.

2. Alasan mengapa sistem barter tidak lagi efektif diterapkan


Ada beberapa alasan yang dapat kita kemukakan mengapa sistem barter tidak tepat lagi
diterapkan, yaitu :
a. Terlalu berat membawa barang untuk menukarnya dengan barang
b. Tidak bisa dijamin barang yang ditukar sama kualitasnya dengan barang yang
diinginkan, dan membutuhkan waktu yang lama untuk mengecek semuanya dengan teliti.
c. Lebih praktis mempergunakan uang dan memperhitungkannya jauh lebih cepat dan
mudah terutama pada saat ingin dibuktikan.
d. Konsep bisnis pada era sekarang ini adalah time is money (waktu adalah uang)
e. Sistem imbal beli secara barter hanya bisa hanya bisa terjadi apabila dilakukan oleh
organisasi yang besar dan memiliki perangkat pengawasan dan aturan kesepakatan yang
jelas.

3. Uang dan Alat Pembayaran lainnya seperti emas dan dollar


Uang merupakanbentuk penyederhanaan sebagai alat tukar dalam transaksi pembelian
suatu bentuk barang maupun jasa. Dipakainya uang pertama sekali dalam bentuk logam
seblum dipakainya uang kertas, maka itu menandakan bagaimana manusia mencoba
menerapkan suatu standard apa yang paling sederhana yang dianggap representative
(mewakili) selain sistem barter yang begitulama bahkan di beberapa tempat di pedalamandi
dunia ini masih dipakai distem barter. Maka seluruh dunia menyetujui jika logam yang paling
tinggi nilainya dari yang lain juga hingga saat ini adalah emas (gold). Dimana secara umum
dapat dimengerti jika suatu negara memakai sistem standard emas apabila nilai mata uangnya
dikaitkan atau dihubungkan atas nilai seberat emas itu. Sehingga jika masyarakat mengambil
mata uang emas tersebut dan meleburnya maka dan menjadikan batangan maka itu seharga
dengan yang berlaku di pasaran.
Emas atau yang biasa disebut dengan logam mulia merupakan pembayaran yang berlaku
disetiap Negara dan secara fakta dianggap sah disamping mata uang lain yang disahkan oleh
suatu Negara.
Sehingga disini dapat dimengerti bagaimana masalah yang akan timbul jika suatu Negara
mengalami deficit dalam neraca pembayarannya (balance of payment). Balance of payment
merupakan suatu bentuk ringkasan berisi catatan yang menjelaskan setiap transaksi dari
kejadian pembayaran dan penerimaan yang melibatkan Negara-negara lain. Dengan akibat
lebih jauh adalah akan mengalami kehabisan cadangan emasnya. Solusi yang biasa diterapkan
terhadap masalah seperti ini adalah dengan melakukan deflasi.
Deflasi adalah suatu tindakan yang berlawanan dengan inflasi. Namun kebijakan deflasi
ini dapat berimplikasi pada meningkatnya jumlah angka pengangguran, turunnya jumlah
produksi yang dihasilkan bahkan lebih jauh bisa menyebabkan banyak perusahaan gulung
tikar atau tutup. Balance payment yang harus dipahami bahwa ini menyangkut dengan
keseimbangan (balance), yaitu keseimbangan masuk dan keseimbangan keluar atau dengan
kata lain input dan output haruslah sama.
Bank central (central banking) di suatu Negara juga memiliki ketersediaan dalam bentuk
cadangan nasional yaitu emas. Saat ini Afrika Selatan dan Rusia merupakan Negara penghasil
emas dalam jumlah persentase terbesar didunia, sehingga dengan posisi kandungan emas
yang besar seperti itu menyebabkan kedua Negara tersebut sangat sulit untuk di embargo
ekonomi disebabkan banyaknya Negara yang membutuhkan emas.

4. Jenis-jenis uang
Uang terbagi dua yaitu uang kertas dan uang giral
a. Uang kertas ada dua bentuk yaitu kertas dan logam, uang yang terbuat dari kertas biasa
disebut dengan uang utama dan yang terbuat dari logam adalah biasa disebut dengan
uang pembantu.
b. Adapun uang giral adalah dapat berbentuk cek, bilyet giro dan sejenisnya.
5. Perhitungan Bunga Uang
Bunga adalah pembayaran (payment) untuk nilai waktu dari uang
a. Nilai uang masa depan (future value)
Perhitungan secara value future adalah perhitungan uang yang dimiliki saat ini dan
diinvestasikan dengan penetapan bunga sehingga mengalami proses bunga berbunga
(compounding) sehingga nilai akan berubah pada masa yang akan datang.
Contoh soal
Seorang pengusaha memiliki dana sebanyak Rp500.000.000,00 dan menginvestasikan
dana tersebut selama dua tahun dengan tingkat bunga adalah 9%. Maka
perhitungannya adalah :
FVn = PV (1+i)n
FV2 = 500.000.000 (1+0,09)n
= 500.000.000 (FVIF, 9%,2)
= 500.000.000 (1, 188)
=Rp594.000.000
Cara untuk menghitung tabel di atas dapat dipergunakan rumus di bawah ini.
FVn = PV(1+i)n
Contoh perhitungannya adalah jika seorang menyimpan uang di sebuah bank dengan
penetapan suku bunga adalah 11% setahunnya dan jumlah uang yang disimpan
sebanyak 1.000,00 dengan masa penyimpanan selama 9 tahun. Maka jumlah uang
pada akhir tahun kedelapan adalah dapat dihitung dengan cara dibawah ini.
FVn = PV(1+i)n
= 1.000,00 (1 + 0,11)9
= 2.558,00
b. Nilai sekarang (present value)
Perhitungan secara present value adalah melakukan perhitungan nilai sekarang
dari sejumlah uang yang akan dibayar pada masa yang akan datang, atau menghitung
nilai masa yang akan datang dengan ke harusan berapa jumlah dana yang harus kita
sediakan pada saat ini. Adapun menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan
bahwa present value atau nilai tunai merupakan nilai sekarang dari jumlah uang pada
masa datang. Pada prinsipnya proses menghitung present value adalah proses
diskonkonto (discounting).
Jika kita menganalisis nilai waktu dari uang dimisalkan adalah sebesar Rp
1.000,- yang akan kita terima nantinya pada akhir tahun depan atas dasar tingkat
bunga tertentu, maka nilainya pada permulaan periode atau nilai sekarang present
value adalah lebih kecil dari Rp 1.000,-
Rumus untuk menghitung present value adalah :
PV = FV = FV = 1
(1+i)n (1+i)n
Jika dihitung di atas dimasukkan dalam rumus nilai sekarang maka,
PV = FV = FV = 2.558,00 = Rp 1.000,00
(1+i)n (1+0,11)3

Contoh Soal
Seorang pembisnis menginginkan uangnya setelah tahun ke 6 adalah sebesar
4.500.000,00 dengan bunga adalah 11%.
PV = FV = FV = 4.500.000 = 4.500.000 = Rp 2.406.417,112
(1+i)n (1+0,11)6 1,870

Contoh soal
Ibu Nisa Salsabila ditawari oleh ibu Najwa Zhafira untuk menginvestasikan uangnya
pada restoran yang akan ia buka di puncak, Jawa Barat. Dengan keuntungannya yang
akan diperoleh pada tahun ke 8 sebanyak Rp 125.000.000 denagn tingkat suku bunga
yang disepakati adalah 8%. Maka uang yang harus ibu Sofyana berikan sebagai modal
awal adalah :
PV = FV = FV = 125.000.000 = 125.000.000 = Rp 67.531.065,00
n
(1+i) (1+0,08)8 1,851

Maka dari contoh 1 di atasdapat dipahami bahwa uang sebesar Rp2.406.428,00


yang dimiliki oleh pebisnis tersebut jika ia menyimpannya di bank dengan proses
(proses bunga berbunga) bunga majemuk 6% pertahunnya, jumlah pada akhirnya di
tahun ke 6 adalah akan menjadi sebesar Rp4.500.000,00.
c. Anuitas (Annuity)
Perhitungan secara anuitas merupakan suatu perhitungan pada rangkaian
pembayaran dengan jumlah yang sama besar pada setiap interval pembayaran, dimana
besar dan kecilnya jumlah pembayaran pada setiap interval tergantung kepada jumlah
pinjaman, jangka waktu, dan tingkat bunga.
Rumus untuk menghitung anuitas sekarang adalah :
PV = (1-(1+i)-n) A
i
Keterangan :
PV = Present value atau nilai sekarang
i = interest atau tingkat bunga per periodenya
n = jumlah periode
A = anuitas atau pembayaran per periode
Dalam perhitungan anuitas nilai masa sekarang maka kita juga dapat menghitung
anuitaspada nilai masa yang akan datang.
Rumus unruk menghitung anuitas yang akan datang adalah :
FV = ((1+i)n) A
i
d. Amortisasi
Yaitu dimana perhitungan utang untuk dibayar kembali dalam jumlah yang sama
yang dilakukan secara periodik dari awal ke waktu. Sehingga amortisasi ini sering
disebut dengan amortization of loan atau utang yang teramortisasi.
Aplikasi penggunaan dari perhitungan amortisasi ini adalah misalnya untuk
pembayaran kredit mobil dan juga pinjaman dengan jaminan hipotik atau mortage
loan.
Rumus untuk menhitung anuitas masa yang akan datang adalah :
PV
A= (1-(1+i)-n
i
Contoh soal

Sebuah perusahaan dapat meminjam dari bank sebesar Rp120.000.000,00 selama


12 tahun. Pinjaman tersebut dapat dilunasi secara angsuran dengan tingkat suku bunga
adalah sebesar 15%.
Pertemuan 11
PENDANAAN JANGKA PENDEK

A. Arti penting pendanaan jangka pendek


Salah satu dari tujuan perencanaan keuangan jangka pendek adalah untuk menjaga
likuiditas perusahaan. Perusahaan yang dalaam keadaan likuid atau memeiliki kemampuan
untuk membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo akan mendukung aktivitas operasional
perusahaan. Hal ini disebabkan perusahaan memiliki dan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jangka pendeknya, seperti membayar utang yang jatuh tempo, gaji karyawan,
pajak dan kewajiban jangka pendek lainnya yang harus segera dibayar. Dan yang memiliki
hubungan erat dengan kemampuan memenuhi likuiditas tersebut adalah kebijakan pendanaan
jangka pendek yang diterapkan oleh suatu perusahaan.
Perencanaa keuangan jangka pendek, juga dibutuhkan untuk membiayai aktivitas
perusahaan, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan. Perencanaan
keuangan jangka pendek kita kenal dengan nama pendanaan jangka pendek atau dikenal juga
dengan nama pembelanjaan jangka pendek.
Dengan demikian pendanaan jangka pendek disamping digunakan unyuk memenuhi
kebutuhan likuiditas juga untuk membiayai perkembangan operasi perusahaan, membayar
kewajiban, dan mendanai sebagian perkembangan aktiva perusahaan.
Dalam praktiknya pendanaan jangka pendek berkaitan dengan pembiayaan aktiva lancar.
Alternatif kebijakan yang berkaitan dengan pembiayaan aktiva lancar dan sebagin aktiva
lainnya dapat dilakukan dengan cara :
1) Pendekatan konservatif
2) Pendekatan moderat
3) Pendekatan agresif
Pendekatan konservatif (concervative approach), merupakan kebijakan hatu-hati dalam
memenuhi kebutuhan pendanaan untuk fixed assets, kebutuhan permanen pendanaan jangka
pendek dan keperluan pendanaan jangna pendek.
Pendekatan moderat (maturity matching), yaitu kebijakan moderat, guna memenuhi
kebutuhan pendanaan untuk fixed assets,dan semua kebutuhan permamen pendanaan jangka
pendek dibiayai dengan modal arau ekuitas.
Pendekatan agresif (relative aggressive approach), yaitu kebijakan agresif yaitu
kebutuhan pendanaan untuk fixed assets, dan sebagian kebutuhan permamen pendanaan
jangka pendek dibiayai dengan modal atau ekuitas ditambah pinjaman jangka pangjang.
B. Beberapa jenis sumber pendanaan jangka pendek
Dalam praktiknya terdapat beberapa jenis pendanaan jangka pendek yang dapat dipilih
perusahaan. Artinya dari berbagai alternatif perusahaan dapat memilih sumber yang paling
menguntungkan dan paling cepat diperoleh.
Berikut ini beberapa jenis pendanaan jangka pendek yang tersedia, uaitu :
1) Kredit perdagangan
2) Beban yang masih harus dibayar (gaji dan pajak)
3) Kredit pasar uang
4) Pinjaman jangka pendek
5) Wesel (draft)
6) Akseptasi bank (bankers acceptions)
7) Surat utang (promes)
8) Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan
9) Menjaminkan piutang dan sediaan
10) Anjak piutang (factoring)
Kredit perdagangan, merupakan usaha untuk memperoleh barang atau sediaan yang
pembayarannya di kemudian hari sesuai perjanjian, misalnya 30 hari atau 60 hari.
Beban yang masih harus dibayar, maksudnya adalah adanya dana milik perusahaan yang
belum dibayar seperti gaji dan pajak. Kredit pasar uang, merupakan kredit yang diberikan
oleh lembaga keuangan dengan jaminan surat berharga.
Pinjaman jangkap pendek, merupakan pinjaman dari bank atau dari lembaga keuangan
lainnya dan jangka waktunya maksimal satu tahun.
Wesel (draft), merupakan surat berharga yang diterbitkan perusahaan yang kemudian
dijaminkan atau dijual kepada pihak tertentu untuk memperoleh uang atau barang.
Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan, merupakan pendanaan jangka pendek yang
cukup popular dewasa ini. Nasabah ini perlu memberikan jaminan dengan nilai tertentu.
Artinya nasabah cukup menunjukkan prospek usaha atau pendapatan yang diperolehnya
setiap bulan
Menjaminkan piutang dan sediaan, artinya merupakan salah satu alternative bagi
perusahaan untuk memperoleh dana. Artinya manajemen dapat menjaminkan piutang atau
sediaannya kepada pihak lain, dan apabila sudah tiba saatnya, maka piutang dan sediaan
ditebus sesuai kesepakatan yang telah dibuat.
Anjak piutang (factoring), merupakan cara lain untuk menggadaikan piutang kepada
perusahaan anjak piutang. Piutang ini dapat dijaminkan atau dijual langsung dengan harga
kesepakatan berdua belah pihak. Jika dibeli putus, maka apabila piutang tersebut telah jatuh
tempo maka perusahaan anjak piutanglah yang akan menagihkannya.

C. Pertimbangan memilih pendanaan jangka pendek


Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa terdapat banya alternative sumber dana jangka
pendek. Untuk memilih salah satu atau lebih sumber dana diperlukan beberapa pertimbangan
tertentu biasanya dengan kombinasidari beberapa keuntungan. Sedangkan kombinasi terbaik
dari pendanaan jangka pendek harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
 Faktor biaya dana yang menjadi beban
 Persyaratan yang harus dipenuhi
 Jangka waktu pengembalian
 Fleksibilitas pembayaran, baik waktu maupun jumlah
 Jaminan yang diberikan
 Ketersediaan dana
 Dan lainnya
Faktor biaya yang dibebankan untuk memperoleh dana tersebut perlu dipertimbangkan.
Besarnya biaya akan menjadi beban perusahaan dalam mengembalikannya dan pada akhirnya
akan memperkecil keuntungan. Faktor biaya ini dapat beupa bunga atau biaya administrasi
atau biaya lainnya. Yang juga perlu dipertimbangkan dan dipilih adalah sumber yang
memberikan biaya yang relative rendah.
Persyaratan yang harus dipenuhi artinya untuk memperoleh pinjaman diperlukan
beberapa persyaratan. Makin banyak persyaratan yang harus dipenuhi maka akan
menyulitkan perusahaan untuk memperoleh dana yang diinginkannya. Sebaiknya manajemen
memilih jenis sumber pinjaman yang persyaratannya tidak terlalu besar.
Jangka waktu pengembalian artinya waktu pembayaran pinjaman apakah secara
angsuran, mingguan, bulanan, triwulan. Jika jangka wkatunya pendek maka jumlah angsuran
yang dibayarkan relative lebih tinggi demikian pula sebaliknya.
Fleksibiltas pembayaran, baik waktu maupun jumlah merupakan pertimbangam
selanjutnya. Artinya fleksibiltas adalah tempo pembyaran atau jumlahnya dapat diatur sesuai
kesepakatan dan kemampuan perusahaan. Misalnya kelonggaran jumlah dan waktu
pembayaran angsuran.
Jaminan yang diberikan merupakan persyaratan yang paling banyak diberikan oleh
berbagai sumber dana. Artinya untuk memperoleh dan tertentu diperlukan sejumlah jaminan.
Namun dewasa ini banyak lembaga keuangan tidak meminta jaminan fisik, akan tetapi cukup
jaminan prospek hanya saja pinjaman tanpa jaminan biasanya jumlahnya relative terbatas.
Ketersediaan dana, artinya besarnya dana yang dibutuhkan perlu dipertimbangkan.
Terkadang sumber dana hanya mampu memberikan dana jumlah tertentu saj, sehingga
perusahaan harus mencari dari sumber dana lainnya dan ini tentunya memerlukan waktu
untuk memperolehnya.

D. Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan, merupakan usaha perusahana untuk memeperoleh barang atau
sediaan yang pembayarannya di kemudian hari sesuai perjanjian, misalnya 30 hari atau 60
hari. Kredit perdagangan sangat membantu perusahaan yang kurang atau tidak memiliki dana
tunai, namun harus segera dipenuhi barang atau sediaan yang dibutuhkan atau dengan kata
lain dengan menggunakan kredit perdagangan dapat menghemat penggunaan uang tunai yang
masih diperlukan untuk kegiatan lainnya.
Kredit perdagangan merupakan sumber pendanaan spontan dan dalam mengambil kredit
perdagangan perlu mempertimbangkan seperti :
 Tidak mengambil kredit diskonto kas yang ditawarkan namun membayar pada akhir
periode.
 Membayar tagihan di luar batas tanggal yang telah ditentukan
Dalam kasus perusahaan tidak mengambil kredit diskonto kas yang ditawarkan namun
membayar pada akhir periode maka tidak biaya yang timbul untuk penggunaan kredit selama
net periode. Namun jika diskonto kas yang ditawarkan tidak diambil maka akan timbul biaya
kesempatan.
Sebagai contoh, perusahaan memperoleh utang dagang sebesar Rp 1.000.000,- dan
diebrikan persyaratan kredit 2/10, net 30 artinya pelanggan akan diberikan potongan
pembayaran 2% dari total penjualan apabila perusahaan membayar dalam waktu 10 hari.
Sedangkan jangka waktu kredit adalah 30 hari yang artinya kredit harus dibayar dalam jangka
waktu 30 hari.
Bila perusahaan memberikan persyaratan kredit 2/10, net 60 yang artinya pelanggan akan
diberikan potongan pembayaran 2% dari penjualan apabila perusahaan membayar dalam
waktu 10 hari. Sedangkan jangka waktu kredit adalah 60 hari yang artinya krdedit harus
dibayar dalam jangka waktu 60 hari.
Jika perusahaan tidak mengambil diskonto kas, maka perusahaan dapat menggunakan
dan untuk tambahan 20 hari. Dalam hal ini untuk tagihan Rp. 1.000.000,- perusahaan akan
kehilangan Rp. 20.000,- dan hanya memiliki dana Rp. 980. 000.- selama 20 hari.
Dari kasus di atas artinya pinjama yang diperoleh selama 20 hari adalah Rp. 980.000,-
dengan bunga sebesar Rp. 20.000,- maka bunga per tahun dapat dihitung sebagai berikut :
Rumus untuk mencari biaya hubungan tahunan jika tidak mengambil diskonto kas yang
ditawarkan tanpa memperhitungkan bunga majemuk sebagai berikut :
%Diskonto 365 hari
Bunga = X
(100% - % diskonto (tanggal pembayaran – periode diskonto)

Rp. 20.000,- 365 hari


Bunga = X = 37,25%
(Rp. 1.000.000,- - Rp. 20.000,-) (30-10)
atau dengan cara lain:
Rp. 20.000,- = Rp. 1.000.000,- X A %
Catatan A % adalah (20 hari / 365)
Rp. 20.000,- 365
Bunga = X = 37,25%
Rp. 980.00 20
Dari perhitungan diatas jelas bahwa jika diskonto kas tidak diambil maka kredit
perdagangan menjadi mahal jika dibandingkan dengan pinjama bank namun biaya Bungan
akan makin menurun jika tanggal pembyaran meningkat dari peridoe pembyaran mialnya
2/10, net 60.
Rp.20.000,- 365 hari
Bunga = X = 14,89%
Rp. 1.000.000,- - Rp. 20.000,-) (60-10)

E. Biaya Pinjaman Bank (Kredit)


Sumber dana jangka pendek yang paling banyak adalah dari lembaga perbankan. Biaya
yang dibebankan oleh bank bagi nasabah yang mengambil kredit khususnya bagi bank
konvensional (Barat) adalah :
 Biaya bunga
 Biaya provisi dan komisi
 Biaya materai
 Biaya administrasi
Besarnya biaya-biaya diatas tergantung dari bank yang memberikan jenis kredit, jangka
waktu, klasifikasi nasabah, atau pertimbangan lainnya. Bunga adalah balas jasa yang
diberikan nasabah kepada bank, atau dengan kata lain adalah harga yang harus dibayar oleh
nasabah atas pemakaian dana yang diberikan oleh bank.
Beberapa jenis pembebanan bunga yang dibebankan ke nasabah yaitu :
a) Bunga biasa
b) Bunga diskonto
c) Pinjaman angsuran
d) Pinjaman dengan saldo kompensasi
Bunga biasa atau dikenal dengan nama regular interest merupakan penentuan suku
bunga secara efektif atau yang sebenarnya dari suatu pinjaman.
Contoh :
PT. Baturasa memperoleh pinjaman sejumlah Rp. 50.000.000,- untuk jangka waktu 1
tahun. Pinjaman tersebut diberikan bunga 10% pa. maka besarnya bunga dapat dihitung 10%
x Rp. 50.000.000,- = Rp. 5.000.000.
Atau dengan kata lain bunga yang dibayark pada saat jatuh tempo (BJT) adalah :
Bunga
BJT =
Jumlah Pinjaman
Rp. 5.000.000,-
BJT = = 10%
Rp. 50.000.000,-
Apabila jangka waktu kurang dari setahun misalnya 90 hari maka perhitungan bunganya
adalah sebagai berikut :
Biaya Bunga = (suku bunga) ( jumlah hari) (pinjaman)
= (suku bunga tahunan / 360) (90) (50.000.000)
= (0,10 / 360) (90) (50.000.000)
= 1.250.000
dari pinjaman Rp. 50.000.000,- jangka waktu 1 tahun dengan bunga 10%, diskontonya
Rp. 5.000.000,- tetapi dana yang dimanfaatkan hanya Rp. 45.000.000,- (diperoleh dari Rp.
50.000.000,- - Rp.5.000.000,-) dengan demikian suku bunga efektif adalah sebesar 11,1%
(dibandingkan dengan pinjaman biaya hanya 10%)
cara menghitung suku bunga efektif pinjaman diskonto (BEPD) adalah :
Bunga
BEPD =
Jumlah pinjaman – Bunga
5.000.000
BEPD = = 11,1%
50.000.000 – 5.000.000

Kemudian alternative perhitungan lain adalah :


Suku bunga
BEPD =
1 – suku bunga
0,10 0,10
BEPD = = = 11,1 %
1 – 0,10 0,90

Namun bila perusahan ingin meminjam uang sejumlah Rp. 50.000.000,- dengan diskonto
10% maka yang bersangkutan harus meminjam :
Rp. 50.000.000,-
= Rp. 55.555.555,55,-
1 – 0,10
Sehingga bunga yang harus dibayar adalah :
0,10 (55.555.555,55) = Rp. 5.555.555,55,-
dan suku bunga efekti adalah :
5.555.555,55
= 11,1%
50.000.000
Pinjaman Angsuran atau instalment loan, artinya jika pembayaran suatu pinjaman
diangsur secara bulanan dalam waktu 1 tahun, sementara itu bunga dihitung berdasarkan
saldo awal, dengan demikian otomatis suku bunga efektif akan lebih tinggi lagi.
Seperti contoh di atas nasabah meminjam Rp. 50.000.000,- dan membayar bunga Rp.
5.000.000,- untuk penggunaan separuh dari dana yang diterima karena rata-rata saldo terutang
sepanjang tahun adalah Rp. 25.000.000,-
Apabila bunga dibayar pada saat jatuh tempo, maka suku bunga efektif pinjaman yang
diangsur di hitung sebagai berikut:
5.000.000
Bunga dari rata-rata saldo pinjaman angsuran = …………. =20%
25.000.000

Sebaliknya jika pinjaman diberikan dengan bunga yang dipungut dengan metode
diskonto, maka suku bunga efektifnya adalah:
5.0000.000
Bunga diskonto pinjaman angsuran= …………… =22,2%
22.500.000
Bunga di atas dihitung dari saldo awal pinjaman dan bukan dari saldo menurun setiap
bulannya setelah angsuran, yang mengakibatkan suku bunga efektif menjadi dua kali suku
bunga yang dipersyaratkan, biasanya jenis pinjaman ini diberikan untuk pinjaman yang
bersifat konsumtif.
Pinjaman dengan saldo kompensasi, artinya pinjaman dengan menggunakan saldo
kompensasi yang haruskan bank, cenderung menaikan suku bunga efektif pinjaman
sebagaiman halnya bunga diskonto. Jumlah dana yang dipinjamkan menjadi lebih tinggi
karena adanya saldo yang ditinggal di bank dan dengan demikian bunganya pun secara efektif
akan lebih tinggi.
seperti contoh diatas bank menawarkan pinjaman Rp 50.000.00,- dengan bunga 10%
setahun tetapi dengan syarat perusahaan harus memelihara saldo konpensasi di bank sebesar
20% dari total pinjaman. Sekalipun perusahaan hanya membutuhkan Rp 50.000.000,- namun
nasabah harus meminjam sejumlah Rp 50.000.000,-/ (1 – 0.20) = Rp 62.500.000,-.
Sementara itu bunga yang harus dibayar nasabah adalah 0,10 (62.500.000) = Rp
6.250.000,-, sedangkan dana yang dinikmatinya hanya Rp 50.000.000,- karena Rp
12.500.000,- disimpan di bank sebagai dana kompensasi.
Dengan demikian suku bunga efektif pinjaman tersebut adalah ;
Bunga 6.250.000
Suku bunga efektif = ----------------------- = ……………. = 12.5%
Jumlah pinjaman 50.000.000

Kemudian alternatif perhitungan suku bunga efektif adalah :


Saldo bunga pinjaman
Suku bunga efektif = ---------------------------------------
1,0 - % tase saldo kompensasi
10%
Suku bunga efektif = --------------- = 12,5%
1,0 – 0,2

Selanjutnya bila disamping saldo kompensasi pinjaman tersebut juga didiskontokan,


maka suku bunga efektifnya jadi lebih tinggi lagi seperti perhitungan di bawah ini ;
saldo bunga pinjaman
Suku bunga efektif = ------------------------------------------------------
1,0 – proporsi saldo kompensasi – suku bunga
10%
= ------------------- = 14,285% atau dibulatkan (14,3%)
1,0 – 0,20 – 0,10
Dalam keadaan seperti ini debitur yang membutuhkan pinjaman sejumlah Rp
50.000.000,- harus meminjam sejumlah :
50.000.000
= ---------------------- = 71.428,571,43
1,0 – 0,20 – 0,10
Dan apabila jumlah tersebut harus bayar 10%, jadi suku bunga efektifnya adalah
sebagai berikut :
71.428,571,43
= --------------------- = 14,285% atau dibulatkan (14,3%)
50.000.000

F. Contoh kasus perhitungan bunga


Contoh perhitungan bunga dengan saldo komulatif
PT Air item memperoleh kredit modal kerja dari Bank Jaya senilai Rp 50.000.000,-.
Jangka waktu kredit 1 tahun dan dikenakan bunga sebesar 15%. Penggunaan dana yang
dilakukan oleh PT Air Item sebagai berikut :(dalam ribuan rupiah)
Tanggal Mutasi Debit Kredit Saldo
01 Mei Tarik 10.000 (10.000)
07 Mei Tarik 15.000 (25.000)
10 Mei Setor 5.000 (20.000)
15 Mei Tarik 8.000 (28.000)
Tarik 7.000 (35.000)
Setor 4.000 (31.000)
21 Mei Tarik 12.000 (43.000)
28 Mei Setor 7.000 (36.000)
Tarik 4.000 (40.000)
29 Mei Tarik 6.000 (46.000)
Setor 8.000 (38.000)

Pertanyaan :
Buat perhitungan saldo kumulatif pemakaian PT Air Item.
Jawab :

Perhitungan saldo kumulatif selama bualn mei sebagai berikut:


Tanggal 1-6 Mei =6 hari (saldo 10.000.000)
Saldo selama 6 hari adalah 6 x 10.000.000 = 60.000.000
Tanggal 7-9 Mei = 3 hari (saldo 25.000.000)
Saldo selama 3 hari adalah 3 x 25.000.000 = 75.000.000
Tanggal 10-14 Mei = 5 hari (saldo 20.000.000)
Saldo selama 5 hari adalah 5 x 20.000.000 = 100.000.000
Tanggal 15-20 Mei = hari (saldo 31.000.000)
Saldo selama 6 hari adalah 6 x 31.000.000 =186.000.000
Tanggal 21-27 Mei = 7 hari (saldo 43.000.000)
Saldo selama 7 hari adalah 7 x 43.000.000 = 301.000.000
Tanggal 28 Mei = 1 hari (saldo 40.000.000)
Saldo selama 1 hari adalah 1 x 40.000.000 = 40.000.000
Tanggal 29-31 Mei = 3 hari (saldo 38.000.000)
Saldo selama 3 hari adalah 3 x 38.000.000 = 114.000.000
Jumlah = 876.000.000

Dengan demikian, perhitungan bunga dengan saldo kumulatif adalah:


15% x 876.000.000
Bunga = --------------------------------- = Rp 360.000,-
365

Contoh Perhitungan bunga dengan anunitas


PT Air Anyer Memperoleh Kredit investasi dari bank jasa senilai Rp 100.000.000,-
bunga berdasarkan sebesar 10% di hitung secara anunitas dan angsur 12 bulan.

Pertanyaan:
Buatlah tabel perhitungan angsuran (cicilan pembayaran) yang berisi saldo pinjaman, Bunga,
poko pinjaman, dan jumlah angsuran.

Jawab:
Jumlah angsuran per bulan dapat dihitung
1 1
Faktor bunga = -------- -----------------
K k (1+k) n
1 1
Faktor bunga = -------- ---------------------
0,01 0,01 (1 +,01)12
= 11.2555,1
Angsuran / bulan = 100.000.000 : 11.255,1 = 8,884.861
Jadwal pembayara angsuran :
angsuran Saldo pinjaman Bunga Pokok Angsuran
1 100.000.000 1.000.000 7.884.861 8.884.861
2 92.115.139 921.151 7.963.710 8.884.861
3 84.151.429 841.514 8.043.347 8.884.861
4 76.108.082 761.081 8.123.780 8.884.861
5 67.984.302 670.643 8.214.218 8.884.861
6 59.770.084 597.793 8.287.068 8.884.861
7 51.483.016 514.922 8.369.939 8.884.861
8 43.113.077 431.223 8.453.638 8.884.861
9 34.659.439 346.686 8.438.175 8.884.861
10 26.121.264 261.305 8.623.556 8.884.861
11 17.497.708 175.069 8.709.792 8.884.861
Perhitungan saldo pinjaman
Saldo pinjaman = Bunga - pokok
Saldo pinjaman = 100.000.000 – 7.884.861 = 92.115.139
Saldo pinjaman = 92.115.139 – 7.963 .710 = 84.151.429
Saldo pinjaman = 84.151. 429 – 8.043.347 = 76.108.082
Saldo pinjaman = 76.108.082 – 8.123.780 = 67.984.302

Perhitungan bunga:
12% x 100.000.000
Bunga = -------------------------------------- = 1.000.000
12
12% x 92.115.139
Bunga = -------------------------------------- = 921.151,39
12
12% x 84.151.429
Bunga = ------------------------------------- = 841.514,29
12
Dan seterusnya.
Perhitungan angsuran :
Angsuran = bunga + pokok
Angsuran = 1000.000 + 7.884.861 = 8.884.861
Angsuran = 921. 151 + 7.963.710 = 8.884.861
Angsuran = 841.514 + 8.043.347 = 8.884.861

Perhitungan pokok pinjaman :


Pokok = angsuran – bunga
Pokok = 8.884.861 – 1.000.000 = 7. 884. 861
Pokok = 8.884.861 – 921.151 = 7. 963. 710
Pokok = 8.884.861 – 841.514 = 8. 043.347
Pokok = 8.884.861 – 761.081 = 8.123.780
Dan seterusnya.
Pertemuan 12-13

Analisis Rasio Keuangan

1. Definisi Rasio
Rasio dapat dipahami sebagai hasil yang diperoleh antara satu jumlah dengan
jumlah yang lainnya. Rasio sendiri menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim1)
merupakan hubungan antara satu jumlah dengan jumlah lainnya.
Atau secara sederhana rasio (ratio) disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu
jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingannya dengan harapan
nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya itu dijadikan haban kajian untuk
dianalisis dan diputuskan.
2. Definisi Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah suatu kajian yang melihat perbandingan antara jumlah-
jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan mempergunakan formula-
formula yang dianggap representatif untuk diterapkan. Rasio keuangan atau financial
ratio ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan
perusahaan.
Secara jangka panjang rasio keuangan juga dipakai dan dijadikan sebagai acuan
dalam menganalisis kondisi kinerja suatu perusahaan, misalnya kondisi kinerja
perusahaan selama 12 (dua belas) tahun untuk kemudian diprediksi selama 10 s.d 12
tahun ke depan, namun analisa seperti itu jarang dilakukan.
3. Hubungan Rasio Keuangan dan kinerja Keuangan
Menurut Warsidi dan Bambang4) , “Analisis rasio keuangan merupakan instrumen
analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator
keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan
atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola
perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat
pada perusahaan yang bersangkutan.”
Dari pendapat di atas dapat dimengerti bahwa rasio keuangan dan kinerja
perusahaan mempunyai hubungan yang erat. Rasio keuangan ada banyak jumlahnya
dan setiap rasio itu mempunyai kegunaannya masing-masing.
4. Manfaat dan Penggunaan Analisis Rasio Keuangan
Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan,
yaitu:7)
a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat
menilai kinerja dan prestasi perusahaan.
b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai
rujukan untuk membuat perencanaan.
c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi
kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.
d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan
untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan
adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengambilan pokok
pinjaman.
e. Anasilis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak
stakeholder organisasi.
Ini sebagaimana dikemukakan oleh tiga kelompok utama: (1) manajer, yang
menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian
meningkatkan operasi perusahaan; (2) analisis kredit, termasuk petugas pinjaman
bank dan analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu
memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar untung-untungnya; dan (3)
analisis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan proyek pertumbuhan
perusahaan.”8)
5. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap9) analisa rasio mempunyai keunggulan sebagai
berikut:
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan.
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-score).
e. Menstandardisasi size perusahaan.
f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan
datang.
Dipergunakannya analisis rasio keuangan dalam melihat suatu perusahaan akan
memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan dan dapat dijadikan sebagai alat
prediksi bagi perusahaan tersebut di masa yang akan datang.
6. Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
Ada beberapa kelemhan dengan dipergunakannya analisa secara rasio keuangan
yaitu,
a. Dimana rasio-rasio keuangan bukanlah merupakan kriteria mutlak. Pada
kenyataannya, analisis rasio keuangan hanyalah suatu titik awal dalam analisis
keuangan perusahaan.
b. Analisis rasio keuangan hanya dapat dijadikan sebagai peringatan awal dan
bukan kesimpulan akhir. Ini sebagimana yang dikatakan oleh Friedlob dan
Plewa11) menyebutkan analisis rasio tidak memberikan banyak jawaban
kecuali menyediakan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya diharapkan.
c. Setiap data yang diperoleh yang dipergunakan dalam menganalisis adalah
sumber dari laporan keuangan perusahaan. Maka sangat memungkinkan data
yang diperoleh tersebut adalah data yang angka-angkanya tidak memiliki
tingkat keakuratan yang tinggi, dengan alasan mungkin saja data-data tersebut
dirobah dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan.
d. Pengukuran rasio keuangan banyak yang bersifat artificial. Artificial artinya
perhitungan rasio keuangan tersebut dilakukan oleh manusia, dan setiap pihak
memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menempatkan ukuran dan
terutama justifikasi dipergunakannya rasio-rasio tersebut. Dimana kadang kala
justifikasi penggunaan rasio tersebut sering tidak mampu secara maksimal
menjawab kasus-kasus yang di analisis.
7. Solusi dalam Mengatasi Kelemahan Rasio Keuangan
Ada beberapa solusi yang bisa diberikan dalam rangka mengatasi permasalahan
dalam bidang rasio keuangan ini, yaitu:
a. Rasio keuangan adalah sebuah formula yang dipakai sebagai sebagai alat
pengujian, karena formula maka bisa saja hasil yang diperoleh belum tentu benar-
benar sesuai untuk dijadikan alat prediksi.
b. Hasil perhitungan yang telah dilakukan kemudian dilakukan atau diadakan
c. Bagi seorang manajer keuangan diperlukan pemahaman yang mendalam serta
prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam proses pengambilan
keputusannya. Bila analisis yang dilakukan adalah memberikan suatu gambaran
dimana pola perusahaan yang menyimpang dari norma industri, maka hal ini
merupakan gejala adanya masalah dan perlu dilakukan analisis dan penelitian
lebih lanjut.
8. Cara Menganalisis Rasio Keuangan
Menurut Farah Margaretha15) ``Pengenalisaan rasio keuangan ada beberapa cara,
diantaranya:
a. Analisis horizontal/trend analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan
perusahaan selama kurun waktu tertentu;
b. Analisis vertikal, yaitu membandingkandata rasio keuangan perusahaan
dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk
waktu yang sama;
c. The du pont chart berupa bagan yang dirancang untuk memperlihatkan
hubungan antaraROI, asset turnover dan profit margin.

ROI = ROA = net profit margin x total assets turnover

ROI = EAT X sales


Sales total assets

ROA = EAT
Total assets

Adapun pengertian trend analysis menurut siegel dan Shim adalah teknik
peramalan yang mengandalkan data rangkaian waktu historis untuk meramalkan
keadaan masa depan. Secara lebih dalam sieger dan shim menambahkan,
kecendrungan linear dapat diperoleh dengan menggunakan least square method.
Garisnya mempunyai persamaan y = a+ bt, dimana t = 1,2,3,..., b = kemiringan garis,
dan a= nilai y bila t= o.
B = nƩty – (Ʃt)(Ʃy)
nƩt2 – (Ʃt)2

A = Ʃyy – b Ʃt
n n
Bagi investor ada tiga rasio keuangan yang paling dominan yang dijadikan rujukan
untuk melihat kondisi kinerja suatu perusahaan, yaitu:
1. Rasio likuiditas (liquidity ratio)
2. Rasio solvabilitas (solvability ratio), dan
3. Rasio profitabilitas (profitability ratio)
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Rasio ini penting karena kegagalan dalam membayar kewajiban
dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan.
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana perusahaan
mampu untuk mengelola utangnya dalam rangka memperoleh keuntungan dan juga
mampu untuk melunasi kembali utangnya. Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban dalam jangka panjangnya.
Adapun rasio proftabilitas adalah bermanfaat untuk menunjukkan keberhasilan
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Investor yang potensial akan
menganalisis dengan cermat kelancaran sebuah perusahaan dan kemampuannya untuk
mendapatkan keuntungan (profitabilitas), karena mereka mengharapkan deviden dan
harga pasar dari sahamnya. Rasio ini dimaksud untuk mengukur efisiensi penggunaan
aktiva perusahaan.
a. Liquid dan solvable
Liquid dan solvable adalah dimana suatu perusahaan dinyatakan sehat dan
dalam keadaan baik, karena ia mampu melunasi kewajiban-kewajibannya yang
bersifat jangka pendek dan juga mampu melunasi utang-utangnya yang jatuh
tempo secara tepat waktu.
b. Liquid dan Insolvable
Kondisi perusahaan yang liquid dan insovable adalah kondisi perusahaan yang
berada dalam kondisi menuju kepada kebangkrutan (bankruptcy).
Rumus dan Perhitungan Rasio Keuangan
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan suatu perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh membayar listrik,
telefon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknis, gaji lembur, tagihan telepon, dan
sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut dengan short term liquidity.
Rasio likuiditas secara umum ada 2 (dua) yaitu current ratio dan quick ratio
(acit test ratio).
a. Current Ratio
Rasio lancar (current ratio) adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi
jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh
tempo. Adapun rumus current ratio adalah :

Current Assets
Current Liabilities
Keterangan :
 Current Assets = Aset lancar
Current assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau
siklus operasi usaha normal yang lebih besar.
 Current liabilites = utang lancar
Current liabilites merupakan kewajiban pembayaran dalam 1 (satu) tahun atau
siklus operasi yang normal dalam usaha.
Menurut Subramanyam dan John J. Wild “Alasan digunakannya rasio lancar
secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuannya untuk mengukur:
 Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Makin tinggi jumlah (kelipatan)
asset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban
lancar tersebut akan dibayar;
 Penyangga kerugian. Makin besar penyangga, makin kecil risikonya. Rasio
lancar menunjukkan tingkar keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan
nilai asset lancar non-kas pada asset tersebut dilepas atau dilikuiditasi;
 Cadangan dan lancar. Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan
terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan.
b. Quick Ratio (Acit Test Ratio)
Quick ratio (acit test ratio) sering disebut dengan istilah rasio cepat. Rasio
cepat adalah ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti daripada rasio lancar
karena pembilangnya mengeliminasi persediaan yang dianggap aktiva lancar yang
sedikit tidak likuid dan kemungkinan menjadi sumber kerugian. Adapun rumus quick
ratio (acit test ratio) adalah :
Current Assets – Investories
Current Liabilities
Keterangan :
 Investories = Persediaan
c. Net Working Capital Ratio
Net working capital ratio atau rasio modal kerja bersih. Modal kerja
merupakan suatu ukuran dari likuiditas perusahaan. Sumber modal kerja adalah: (1)
pendapatan bersih (2) peningkatan kewajiban yang tidak lancar, (3) kenaikan ekuitas
pemegang saham, dan (4) penurunan aktiva yang tidak lancar. Adapun rumus net
working capital ratio adalah :
Current Assets – Current Liabilities

2. Rasio leverage
Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan
utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena
perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu
perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan
beban utang tersebut.
a. Debt to Total Assets atau Debt Ratio
Adapun rumus debt to total assets atau debt ratio adalah :

Total Liabilities
Total Assets

b. Debt to Equity Ratio


Adapun rumus debt to equity ratio adalah:

Total Liabilities
Total Sharehalders Equity
c. Times Interest Earned
Time interest earned disebut juga dengan rasio kelipatan. Adapun Rumus times
interest earned adalah:

Earning Before Interest and Tax (EBIT)

Interest Expense

Keterangan:
 Earning Before Interest and Tax (EBIT) = laba sebelum bunga dan pajak
 Interest Expense = Beban Bunga
Interest Expense adalah biaya dana pinjaman pada periode yang berjalan yang
memperlihatkan pengeluaran uang dalam laporan rugi laba. “ makin tinggi rasio
kelipatan pembayaran bunga makin baik, namun, jika sebuah perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi, tetapi tidak ada arus kas dari operasi, maka arus
kas ini menyesatkan. Adapun rumus times interest earned adalah :

Laba Operasi
Beban Bunga

d. Cash Flow Coverage


Adapun rumus Cash Flow Coverage adalah :

Aliran Kas Masuk + Depreciation

Fixed Cost + Dividen Saham Preferen + Dividen Saham Preferen


(1 – Tax) (1 – Tax)

e. Long – Term Debt to Total Capitalization


Long term debt to total capitalization disebut juga dengan utang jangka
panjang/ total kapitalisasi. Long – tern debt

Long – tern debt + Ekuitas pemegang saham


f. Fixed Change Coverage
Fixed change coverage disebut juga dengan rasio menutup beban tetap. Rasio
menutup beban tetap adalah ukuran yang lebih luas dari kemampuan perusahaan
untuk menutup beban tetap dibandingkan dengan rasio kelipatan pembayaran
bunga karena termasuk pembayaran beban bunga tetap yang berkenan dengan
sewa guna usaha. Adapun rumus fixed change coverage adalah :

Laba usaha + beban bunga


Bebn bunga +beban sewa

3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang
aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat
maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal.
a. Inventory Turnover
Rasio inventory turnover ini melihat sejauh mana tingkat perputaran
persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Adapaun rumus inventory
turnover (perputaran persediaan) adalah:

Cost of Good Sold

Average Inventory

Keterangan :
 Cost of good sold = harga pokok penjualan

b. Day sales outstanding


Rasio day sales outsanding disebut juga dengan rata- rata periode
pengumpulan piutang. Rasio ini mengkaji tentang bagaimana suatu perusahaan
melihat periode pengumpulan piutang yang akan terlihat. Adapun rumus day
sales outstanding adalah:Receivable

Credit sales/360
c. Fixed Assets Turnover
Rasio fixedAssets Turnover disebut juga dengan perputaran aktiva tetap. Rasio
ini melihat sejauh mana aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan
memiliki tingkat perputarannya secara efektif, dan memberikan dampak pada
keuangan perusahaan. Adapaun rumus fixed Assets turnover adalah :

Sales

Fixed Assets – net

Keterangan :
Sales = penjualan
d. Total assets turnover
Total asset turnover disebut juga dengan perputaran total aset. Rasio ini
melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi
perputaran secara efektif . adapun rumus total assets turnover adalah:

Sales

Total Assets
e. Long term Assets Turnover
Rasio long term assets turnover disebut juga dengan rasio perputaran asset
jangka panjang. Adapun rumus dari long term assets turnover adalah:

Sales
Long term assets

4. Rasio profitabilitas
Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan
oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan
penjualan maupun investasi.
a. Gross profit margin
Rasio gross profit margin merupakan margin laba kotor. “Margin laba kotor ,
yang memperlihatkan hubungan antara penjualan dan beban pokok penjualan,
mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk mengendalikan biaya persediaan
atau biaya operasi barang maupun untuk meneruskan kenaikan harga lewat
penjualan kepada pelanggan.”
Adapun rumus gross profit margin adalah:

Sales – cost of good sold


Sales
Keterangan :
 Cost of good sold = harga pokok penjualan
 Sales = penjualan

b. New profit margin


Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap
penjualan. Mengenai profit margin ini , “ margin laba bersih sama dengan laba
bersih dibagi dengan penjualan bersih. Ini menunjukkan kestabilan kesatuan untuk
menghasilkan perolehan pada tingkat penjualan khusus.
Adapun rumus rasio net profit margin adalah:

earning after tax (EAT)


sales

Keterangan : earning after tax = laba setelah pajak


c. Return on investment (ROI)
Rasio return on investment (ROI) pengembalian investasi bahwa di beberapa
referensi lainnya rasi ini juga ditulis dengan return on total Assets (ROA).
Adapun rumus rasio net profit margin adalah:

earning after tax (EAT)


total sales

d. Return on equity (ROE)


Rasio return on equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity dibeberapa
referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau perputaran total aset.
earning after tax (EAT)
shareholders ‘ Equity

5. Rasio pertumbuhan
Rasio pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam
perkembangan ekonomi secara umum.
6. Rasio nilai pasar
Rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar.
a. Earning per share (EPS)
Earning pershare atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian
keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setia[ lembar saham
yang dimiliki.
Adapun rumus earning per share adalah :

EPS = EAT
J

b. Price earning ratio (PER) atau rasio harga laba


Bagi para investor semakin tinggi price Earning ratio maka pertumbuhan laba
yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan.
Adapun rumus price earning ratio adalah :

PER = MPS

EPS

c. Book value per share (BVS)


Adapun rumus book value per share (harga buku per saham ) adalah :

Total shareholders equity – preferred stock


Common shares outstanding

d. Price book value (PBV)


Adapun rumus price book value adalah :

Market price per share

Book value per share

e. Dividen yield
Adapun rumus dividen yield atau hasil saham adalah :

Dividen per share


Market price per share

f. Dividen payout ratio


Adapun rumus dividen payout ratio atau pembayaran dividen adalah:

Deviden pre share

Earning per share


Pertemuan 14 dan 15

1. PENGERTIAN KEPUTUSAN INVESTASI


Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan ke dalam
suatu aset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan datang.
Dilihat dari jangka waktunya, investasi dibedakan menjadi 3 macam yaitu investasi jangka
pendek, investasi jangka menengah dan investasi jangka panjang. Sedangkan dilihat jenis
aktivanya, investasi dibedakan ke dalam investasi pada aktiva riil dan investasi pada gedung,
mesin dan peralatan-peralatan. Adapun investasi pada aktiva non-riil misalnya investasi ke
dalam surat-surat berharga.
Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi
kelangsungan hidup perusahaan yang bersangkutan. Hal ini karena keputusan investasi
menyangkut dana yang digunakan untuk investasi, jenis investasi yang akan dilakukan
pengembalian investasi dan risiko investasi yang mungkin timbul. Keputusan investasi
diharapkan memperoleh penerimaan-penerimaan yang dihasilkan dari investasi tersebut yang
dapat menutup biaya-biaya yang dikeluarkannya. Penerimaan investasi yng diterima berasal
dari proyeksi keuntungan atas investasi tersebut.

2. ALIRAN KAS DALAM INVESTASI


Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan akan menentukan apakah suatu investasi
layak dilaksanakan oleh perusahaan atau tidak. Pengambilan keputusan tersebut
mempertimbangkan aliran kas keluar (cash outflow) yang dikeluarkan perusahaan dan aliran
kas masuk (cash inflow) yang akan diperolehnya berkaitan dengan investasi diambil. Ada 3
macam aliran kas yang terjadi dalam investasi yaitu initial cashflow, operational cashflow,
dan terminal cashflow.
1. Initial Cashflow (Capital Outlays)
Initial Cashflow (Capital Outlays) merupakan aliran kas yang berhubungan dengan
pengeluaran kas pertamaklai untuk keperluan suatu investasi. Misalnya harga perolehan
pembelian tanah, pembangunan pabrik, pembelian mesin, perbaikan mesin dan investasi
aktiva tetap lainnya
2. Operational Cashflow
Operational Cashflow merupakan aliran kas yang terjadi selama umur investasi.
Operational Cashflow ini berasal dari pendapatan yang diperoleh dikurangi dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan.
Perhitungan besarnya Proceeds bila investasi menggunakan modal sendiri.

Proceeds = Laba Bersih Setelah Pajak + Depresiasi

Perhitungan Proceeds bila investasi menggunakan Modal Sendiri dan Hutang :

Proceeds = Laba Bersih Setelah Pajak + Depresiasi + Bunga (1 – Pajak)

3. Terminal Cashflow
Terminal Cashflow merupakan aliran kas masuk yang diterima oleh perusahaan
sebagai akibat habisnya umur ekonomis suatu proyek investasi. Terminal Cashflow
akan diperoleh pada akhir umur ekonomis suatu investasi. Terminal Cashflow ini
dapat diperoleh dari nilai sisa (residu) dari aktiva dan modal kerja yang digunakan
untuk investasi. Nilai residu suatu investasi merupakan nilai aktiva pada akhir umur
ekonomisnya yang dihitung dari nilai buku aktiva yang bersangkutan.

3. METODE PENILAIAN INVESTASI


Pengambilan keputusan proyek investasi terutama didasarkan pada pertimbangan
ekonomis. Secara ekonomis apakah suatu investasi layak atau tidak dilaksanakan dapat
dihitung dengan beberapa metode penilaian atau kinerja proyek investasi, yaitu :
a. Metode Accounting Rate of Return (ARR)
b. Metode Payback Period (PBP)
c. Metode Net Present Value (NPV)
d. Metode Profitability Index (PI)
e. Metode Internal Rate of Return (IRR)

a. Metode Accounting Rate of Return (ARR)


Metode Accounting Rate of Return (ARR) mengukur besarnya tingkat keuntungan
investasi yang digunakan untuk memperoleh keuntungan tersebut. Keuntungan yang
diperoleh adalah keuntungan bersih setelah pajak (Earnig After Tax, EAT). Sedangkan
investasi yang diperhitungkan adalah rata-rata investasi yang diperoleh dari invetasi awal
(jika ada) ditambha investasi akhir dibagi dua. Hasil dari ARR ini merupakan angka relatif
(presentase).

ARR = 100%

Contoh 10.1 :
Proyek A membutuhkan dana Rp 280.000.000,- Umur ekonomisnya 3 tahun dengan nilai Rp
40.000.000,- Laba setelah pajak (EAT) selama 3 tahun berturut-urut adalah: tahun 1 = Rp
40.000.000,- tahun2 = Rp 50.000.000,- dan tahun 3 = Rp 30.000.000,-. Dari informasi
tersebut maka dapat dihitung besarnya Accounting Rate of Return sebagai berikut :

ARR = 100%

= 40.000.000 / 160.000.000 = 0,25 = 25%

b. Metode Payback Period (PBP)


Payback Period merupaka suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali
pengeluaran suatu investasi dengan menggunakan aliran kas masuk neto (proceeds) yang
diperoleh. Metode ini juga cukup sederhana seperti metode ARR. Formula untuk mencari
Payback Period adalah sebagai berikut :

PBP = 1 tahun

Contoh 10.2
Proyek B membutuhkan investasi sebesar Rp 120.000.000. Aliran kas masuk atau
Proceeds = (kas neto + penyusutan) diperkirakan Rp 40.000.000 pertahun selama 6 tahun,
maka rumus Payback Period adalah
PBP = 1 tahun = 3 tahun

Proceeds setiap tahun tidak sama, misalnya diperkirakan :


Tahun 1. Rp 50.000.000
2. Rp 50.000.000
3. Rp 40.000.000
4. Rp 30.000.000
5. Rp 20.000.000
6. Rp 20.000.000
Maka Payback Period-nya dapat dihitung sebagai berikut :
Outlays (Investasi) Rp 120.000.000
Proceeds th ke-1 Rp 50.000.000 -
Rp 70.000.000
Proceeds th ke-2 Rp 50.000.000 –
Rp 20.000.000

PBP = 2 tahun + 1 tahun = 2 tahun 6 bulan

Pada tahun ketiga sisa investasi yang belum kembali sebesar Rp 20.000.000. Padahal ada
tahun ketiga proyek B diperkirakan memperoleh kas masuk bersih sebesar Rp 20.000.000 (1
tahun). Oleh karena itu untuk mengembalikan dana investasi sebesar Rp 40.000.000
memerlukan waktu selama 2 tahun 6 bulan. Apabila Payback Period ini lebih pendek
dibanding jangka waktu kredit (apabila dananya berasal dari waktu pinjaman) yang
diisyaratkan oleh investor atau pihak bank, maka investasi proyek B diterima.
Seperti halnya metode Accounting Rate of Return, beberapa kelemahan yang terdapat
pada metode Payback Period adalah :
1. Mengabaikan nilai waktu dari uang
2. Mengabaikan proceeds setelah PBP dicapai
3. Mengabaikan nilai sisa.
Untuk mengatasi kelemahan metode payback period di mana metode ini mengabaikan
nilai waktu dari uang, maka beberapa perusahaan melakukan modifikasi dengan pendekatan
discounted payback period (DPP). Metode ini seperti metode payback period biasa, tetapi
dalam perhitungannya menggunakan aliran kas yang didiskontokan dengan discount rate
tertentu. Untuk lebih jelasnya kita ikuti contoh berikut ini.

Contoh 10.3:
Ada 2 usulan proyek investasi A dan B. Initial cashflow kedua proyek tersebut sama
besar yaitu masing – masing Rp 10.000.000. Usia ekonomis proyek A selama 5 tahun, dan
proyek B lamanya 2 tahun. Keuntungan yang diisyaratkan kedua proyek tersebut 16%.
Tabel 10.1: Aliran Kas Proyek A dan B
Aliran Kas Proyek A Proyek B
Cash Outlay -Rp 10.000.000 -Rp 10.000.000
Aliran kas masuk :
Tahun 1 Rp 5.000.000 Rp 6.000.000
Tahun 2 Rp 4.000.000 Rp 5.000.000
Tahun 3 Rp 3.000.000 -
Tahun 4 Rp 2.000.000 -
Tahun 5 Rp 1.000.000 -

Perhitungan discounted payback period masing-masing proyek adalah sebagai berikut:


Discounted payback period proyek A :
Kuulatif
Discounted
Tahun Aliran kas PVIF16%, n discounted
cashflow
cashflow
0 -10.000.000 1,0 -10.000.000 -10.000.000
1 5.000.000 0,862 4.310.000 -5.690.000
2 4.000.000 0,743 2.972.000 -2.718.000
3 3.000.000 0,641 1.923.000 -795.000
4 2.000.000 0,552 1.104.000 309.000
5 1.000.000 0,476 476.000 785.000

Discounted payback period proyek B :


Kuulatif
Discounted
Tahun Aliran kas PVIF16%, n discounted
cashflow
cashflow
0 -10.000.000 1,0 -10.000.000 -10.000.000
1 6.000.000 0,862 5.172.000 -4.828.000
2 5.000.000 0,743 3.175.000 -1.653.000
3 - - -1.653.000
4 - - -1.653.000
5 - - -1.653.000

Discounted payback period proyek A = 3 tahun + (795.000/1.104.000) 12 bulan


= 3 tahun + 8,6 bulan
Untuk menentukan apakah proyek A diterima atau ditolak, kita bandingkan antara
selangkah waktu yang disyaratkan dengan jangka waktu pengembalian proyek A yaitu
selama 3 tahun 8,6 bulan. Apabila jangka waktu yang disyaratkan selama 5 tahun,
maka discounted payback period proyek A ini lebih cepat daripada jangka waktu yang
disyaratkan oleh investor, sehingga proyek A layak dilaksanakan. Sebaliknya,
discounted payback period proyek B tidak ada karena aliran kas masuk proyek be
tidak dapat mencukupi untuk menutup pengeluaran proyek tersebut. Dengan demikian
proyek B jelas tidak diterima atau tidak layak dilaksanakan.

c. Metode Net Present Value (NPV)


Metode Net Present Value akan mengakomodasikan tentang nilai waktu uang
dalam suatu investasi
Metode NPV ini merupakan metode untuk mencari selisih antara sekarang dari
aliran kas neto (proceeds) dengan nilai sekarang dari suatu investasi (outlays).

NPV = - Io

Keterangan :
Io = Nilai investasi atau Outlays
At = Aliran kas neto pada periode t
r = Discount rat
t = Jangka waktu proyek investasi (umur proyek investasi)
Contoh 10.4 :
Dari proyek B pada contoh 10.2 diatas kita dapat menghitung besarnya Net Present
Value (NPV) bila diketahui discount rate-nya = 10%, yaitu :
1. Apabila aliran kas masuk bersih (Proceeds) tiap tahun besarnya sama, yaitu
Rp 40.000.000
NPV = -120.000.000 + + + + + +

NPV = -120.000.000 + 40.000.000(4,3553)*)


NPV = - 120.000.000 + 174.212.000 = Rp 54.212.000,-
*)
Gunakan tabel nilai sekarang dari suatu annuity dari satu rupiah (lihat lampiran)
2. Apabila aliran kas masuk bersih (Proceeds) tiap tahun besarnya tidak sama,
(lihat data contoh 10.2 diatas)
NPV = -120.000.000 + + + + + +

NPV = - 120.000.000 + 160.980.000 = Rp. 40.980.000,-


d. Metode Profitability Index (PI)
Metode Profitability Index atau Benefit Cost Ratio merupaka metode yang memiliki
keputusan sama dengan metode NPV. Artinya apabila suatu proyek investasi diterima
menggunakan NPV maka akan diterima pula jika menghitung menggunakan Profitability
Index ini. Formula metode PI ini adalah :

PI = atau PI =

Pengambilan keputusan apakah suatu usulan proyek investasi akan diterima (layak) atau
(tidak layak) kita bandingkan dengan angka1. Apakah PI > 1, maka rencana investasi
diterima, sedangkan PI < 1 maka rencana inestasi tidak layak diterima atau tidak. Untuk lebih
jelasnya kita hitung besarnya profitabilitas index dari contoh 10.2 sebelumnya sebagai
berikut :
Bentuk aliran kas masuk bersih (Proceeds) tiap tahun yang besarnya sama, yaitu RP
120.000.000, maka:
PI = = 1,45 > 1  maka proyek investasi diterima

Bentuk contoh aliran kas masuk bersih (Proceeds) tiap tahun yang besarnya tidak sama (lihat
data contoh 10.2 di atas), maka.
PI = = 1,34 > 1  maka rencana investasi layak diterima

e. Metode Internal Rate of Return (IRR)


Metode internal rate of return (IRR) merupakan metode penilaian investasi untuk
mencari tingkat bunga (discount rate) yang menyamakan nilai sekarang dari aliran kas neto
(Present Value of Proceeds) dan investasi (Initial Outlays). Pada saat IRR tercapai, maka
besarnya NPV sama dengan nol.
Untuk lebih jelasnya kita pelajari contoh 10.2 di muka untuk dihitung besarnya IRR
sebagai berikut:
Tahun Proceeds DR (20%) PV DR (30%) PV
1 50.000.000 0,833 41.650.000 0,770 38.500.000
2 50.000.000 0,694 34.700.000 0,592 29.600.000
3 40.000.000 0,579 23.160.000 0,455 18.200.000
4 30.000.000 0,482 14.460.000 0,350 10.500.000
5 20.000.000 0,402 8.040.000 0,269 5.380.000
20.000.000 0,335 6.700.000 0,207 4.140.000
PV dari Proceeds 128.710.000 106.320.000
Investasi (Outlays) 120.000.000 120.000.000
NPV 8.710.000 -13.680.000

Pada tingkat bunga 20% diperoleh NPV positif dan pada tingkat bunga 30% diperoleh
NPV negatif. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat bunga maka NPV semakin kecil dan
sebaliknya. Untuk menghitung besar IRR, kita lakukan proses interpolasi (analisis selisih),
yaitu :
Tingkat Bunga PV of Proceeds PV of Outlays NPV
30% Rp 106.320.000 Rp 120.000.000 -Rp 13.680.000
20% Rp 128.710.000 Rp 120.000.000 Rp 8.710.000
Selisih 10 % Rp 22.390.000 Rp 22.390.000
IRR = 20% + 10% = 20% + 3,89% = 23,89%

Atau,

IRR = 30% + 10% = 30% 6,11% = 23,89%

Internal Rate of Return dapat juga dihitung dengan mudah tanpa enggunakan cara interpolasi,
yaitu dengan rumus :

IRR = rk + (rb – rk)

Keterangan :
IRR = Internal Rate of Return
rk = tingkat bunga yang kecil (rendah)
rb = tingkat bunga yang besar (tinggi)
NPV rk = Net Present Value pada tingkat bunga yang kecil
NPV rb = Net Present Value pada tingkat bunga yang besar
Sehingga untuk contoh diatas, dapat dihitung IRR-nya sebagai berikut
IRR = 20% + (30% - 20%) = 20% + 3,89% = 23,89%

Atau
IRR = rk + (rb – rk)

IRR = 30% + (30% - 20%) = 30% - 6,11% = 23,89%

Anda mungkin juga menyukai