MANAJEMEN KEUANGAN
Waktu Pelaksanaan
No Uraian Januari Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Uraian 1
2 Uraian 2
3 Uraian 3
4 Uraian 4
5 Uraian 5
6 Uraian 6
7 Uraian 7
8 Uraian 8
9 Uraian 9
10 Uraian 10
11 Uraian 11
12 Uraian 12
Catatan : pembuatan jangka waktu bulan bisa diperpanjang disesuaikan dengan
kebutuhan yang di inginkan.
11. Contingency Plan
Contingency Plan adalah rencana cadangan yang dibuat untuk mengantisipasi
kemungkinan dari gagalnya rencana inti. Contingency plan dalam perspektif keuangan dapat
di putuskan dalam bentuk memiliki cadangan (reserve) aset yang bersifat dapat dipergunakan
sewaktu-waktu.
Pertemuan 2 Dan 3
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Menurut PAI sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah ssebagai berikut:
a. Laporan keuangan bersifat historis
b. Laporan keuangan bersifat umum
c. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan tafsiran dan berbagai
pertimbangan.
d. Akuntansi hanya melaporkan informasi material.
e. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam mengahdapi ketidapastian
f. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi
daripada bentuk hukumnya.
g. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istila teknis
h. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang digunakan menimbulkan variasi
dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis
i. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantitatifkan.
Berdasarkan contoh di atas, apabila disertai informasi tentang marjin laba sebesar 25% dan
surat-surat berharga (efek-efek) sebesar Rp. 12.000.000 maka:
1. Modal kerja fungsional adalah terdiri dari:
Modal kerja riil :
Kas Rp. 8.000.000
Piutang dagang (75%) Rp. 45.000.0001)
Persediaan Rp. 80.000.000
Penyusutan Mesin Rp. 14.000.000
Penyusutan Gedung Rp. 24.000.000
Modal Kerja Riil Rp.171.000.000
Modal Kerja Potensial:
Efek-efek Rp. 12.000.000
Marjin laba piutang (25%) Rp. 15.000.0002)
Modal kerja potensial Rp. 27.000.000
Sedangkan yang termasuk bukan Modal Kerja dalam Konsep fungsional :
Mesin Rp. 70.000.000
Gedung Rp. 120.000.000
Bukan Modal Kerja Rp. 190.000.000
Keterangan:
1)
Dalam konsep fungsional, maka piutang yang terjadi sebagian merupakan kontribusi
laba yaitu sebesar 25% sehingga piutang yang diperhitungkan dalam konsep ini
hanya sebesar 75% dari piutang yang ada = 75% x Rp. 60.000.000 =Rp.45.000.000
2)
Marjin laba dari piutang yang ada = 25% x Rp.60.000.000= Rp. 15.000.000
1. Pengertian Kas
Manajemen (pengelolaan) kas dimaksudkan untuk memaksimalkan pemanfaat-an kas
tanpa harus mengabaikan likuiditas. Artinya berusaha memegang kas seminimal
mungkin dimana operasional sehari-hari tetap jalan serta kewajiban terhadap kreditur juga
lancar. Kas merupakan aktiva yang paling lancar, dan segera bisa digunakan untuk
melunasi kewajiban finansial. Namun kas memberi keuntungan yang paling rendah.
(bandingkan kas di saku, kas dalam bentuk tabungan di bank, rekening giro maupun
deposito dll). Karena menyimpan kas memberi keuntungan yang paling rendah diantara
berbagai kesempatan investasi, bukan berarti semua kas harus di rubah ke bentuk lain
(tabungan, deposito, surat berharga dll). Memegang kas masih diperlukan sebagai cadangan
untuk transaksi yang akan dilakukan, berjaga-jaga dan spekulasi (Keynes). Secara umum
Kas diartikan :
a. Uang tunai yang dimiliki baik yang ada di perusahaan maupun di bank.
b. Salah satu bagian dari aktiva yang paling likuid (paling lancar)
c. Bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan.
d. Digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari (dalam bentuk modal
kerja) maupun pembelian aktiva tetap, memiliki sifat rutin (untuk pembelian bahan
baku, membayar upah dan gaji, membayar supplies kantor habis pakai, dll) dan tidak
rutin (untuk pembayaran deviden, pajak, angsuran hutang, dsb)
Kas merupakan aktiva moneter yang digunakan sebagai alat pembayaran yang syah
yang dapat diterima secara umum sebesar nilai nominalnya. Siap dan bebas digunakan tidak
dibatasi penggunaannya. Kas merupakan aktiva yang paling likuid.
Surat berhara : (efek/marketable securities) merupakan surat berharga yang terdiri :
obligasi (bonds), saham (stock) dan derifatif efek.
Investasi dalam surat berharga untuk menjaga likuiditas perusahaan dan
menginvestasikan kelebihan kas sementara waktu.
Peranan manajemen kas Berkaitan dengan Modal kerja , dan perlu ditentukan berapa
jumlah yang harus diinvestasikan kedalam kas. Investasi berlebihan di kas,
mengurangi risiko likuiditas, akibat lain rendahnya keuntungan melalui investasi tersebut.
Alasan perusahaan untuk mempunyai kas berkaitan secara mendasar terhadap
aliran kas yang terjadi sbb :
Kas Keluar (tidak tutin) Kas Masuk (tidak rutin)
1) Pembagian deviden kas 1) Penjualan saham
2) Pembayaran bunga hutang 2) Penjualan obligasi
3) Cicilan pokok hutang 3) Hutang lainnya
4) Pembelian kembali saham beredar
5) Pembayaran pajak
Saldo kas perusahaan mengalami perubahan karena 3 penyebab utama :
a. Untuk keperluan tidak rutin
Pengeluaran tidak rutin, sebagai pengeluaran kas yang tidak terjadi setiap hari, atau tidak
dalam fekuensi dan interval waktu yang relatif sama. Pengeluaran kas tidak rutin
dilakukan untuk :
1) Pembayaran deviden
2) Pembayaran bunga hutang
3) Pembayaran cicilan pokok hutang
4) Pembelian kembali saham beredar
5) Pembayaran pajak
b. Pengeluaran modal, baik berupa pembelian aktiva tetap maupun pengeluaran untuk
aktiva tetap yang telah ada dan tergolong pengeluaran modal (capital expenditures)
c. Pembelian persediaan (bahan baku) yang dilakukan secara rutin dalam interval
waktu sesuai dengan kebutuhan, dengan tujuan untuk menjaga agar kegiatan produksi
tidak terganggu.
Hubungan antara berbagai faktor didalam manajemen kas disajikan sebagai gambar
berikut :
Contoh Kasus 1 :
Perusahaan Alfabeta membutuh kas sebesar Rp 900.000,- setiap kelebihan kas
diinvestasikan dalam surat berharga, sebaliknya menjual surat berharga dengan biaya
konversi surat berharga adalah Rp 200,- setiap transaksi, tingkat pengembalian surat berharga
diperkirakan 10%
Saldo kas optimal dihitung sbb :
Contoh Kasus 2 :
Diketahui : r = 800
b = 100
i = 9% (360 hari)
Saldo minimal Rp 1.000,-
Perhitungan:
B. Anggaran Kas
1. Pengertian Anggaran Kas (Cash Budget)
Proses perencanaan keuangan dilakukan dengan proyeksi yang didasarkan kepada
standar dan pengembangan dari umpan balik serta proses penyesuaian dalam meningkatkan
kinerja perusahaan, dengan menggunakan peramalan (forecasting) dan seperangkat anggaran
(budget) yang dibuat setiap aktivitas perusahaan yang signifikan.
Peranan perencanaan keuangan untuk meramalkan kebutuhan keuangan perusahaan yang
akan datang (future oriented) serta meyiapkan lebih awal dan terperinci transaksi keuangan
yang berhubungan dengan kebutuhan keuangan.
Anggaran Kas (Cash Budget) merupakan estimasi (perkiraan) penerimaan dan
pengeluaran kas pada periode tertentu yang akan datang.
3. Proyeksi Keuangan
Langkah-langkah mendasar dalam memproyeksi keuangan adalah :
a. Memproyeksikan penjualan perusahaan dan seluruh biaya yang berhubungan bengan
kegiatan ini selama jangka waktu perencanaan.
b. Memperkirakan nilai investasi yang akan dilakukan di dalam aktiva lancar
c. maupun aktiva tetap yang dibutuhkan untuk mendukung tercapainya penjualan
yang diproyeksikan.
d. Menentukan kebutuhan keuangan perusahaan selama jangka waktu rencana.
Proyeksi penjualan untuk periode yang akan datang seharusnya mencerminkan :
a. Kecenderungan penjualan masa lalu yang diperkirakan akan terjadi lagi di masa
yang akan datang.
b. Faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi secara material kecenderungan penjualan
yang dimaksud.
Analisis terhadap aliran kas perusahaan melalui penyusunan anggaran kas menjadi
penting. Anggaran kas merupakan indikator dari kombinasi berbagai efek yang ditimbulkan
oleh rencana aktivitas perusahaan untuk suatu periode tertentu dan pengaruhnya terhadap
aliran kas perusahaan. Aliran kas yang positif merupakan indikasi bahwa perusahaan telah
mempunyai sumber pembiayaan yang cukup. Aliran kas merupakan suatu siklus yang
berkelanjutan yang diawali dengan penerimaan kas dari pemilik melalui penerimaan
setoran modal para pemegang saham, pinjaman dari pihak luar (kreditur) digunakan untuk
membeli peralatan, persediaan perlengkapan lain, pembayaran gaji dan upah serta
pengeluaran kas lainnya yang dikeluarkan untuk kegiatan produksi.
Pada awal penyusunan anggaran saldo kas sebanyak Rp 25 juta, perusahaan menetapkan
saldo kas minimum setiap bulan adalah Rp 15 Juta. Jika Perusahaan harus menyediakan dana
tambahan dengan melakukan pinjaman. Pinjaman harus dilakukan setiap awal bulan dari
kebutuhan tambahan pembiayaan setiap bulan. Tingkat bunga yang berlaku umum adalah
12% pertahun dan sama untuk tahun yang akan datang, pembayaran bunga dilakukan pada
bulan berikutnya setelah bulan peminjaman.
PERTEMUAN 6
MANAJEMEN PIUTANG
1. PENGERTIAN PIUTANG
Piutang dagang (account receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada
pelanggan/pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan. Bagi penjual, penjualan
kredit ini akan menambah pos piutang dan mengurangi persediaan barang. Sedangkan bagi
pembeli, maka pembelian kredit akan menambah hutang dagang (account payable) dan
menambah persediannya.
Kebijakan penjualan kredit yang akan menimbulkan piutang ini sebenarnya
menimbulkan biaya bagi perusahaan. Biaya tersebut antara lain adalah administrasi piutang,
modal atas dana yang tertanam dalam piutang, biaya penagihan dan biaya piutang yang
mungkin tida tertagih. Namun demikian, karena kebijakan kredit ini akan meningkatkan
penjualan, maka biaya piutang tersebut akan diimbangi oleh meningkatnya penjualan
perusahaan. Oleh karena itu, manajemen piutang merupakan pengelolaan piutang agar
kebijakan kredit mencapai optimal, yaitu tercapainya keseimbangan antara biaya yang
mengakibatkan oleh kebijakan kredit dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan tersebut.
Penjualan Kredit
Perputaran piutang = x1
Rata-rata Piutang
Dari tabel tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya selama 6
bulan pertama tahun 2001.
Tabel 5.1: Perusahaan “ALMA”
Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni 2001
(dalam jutaan rupiah)
Bulan Penjualan Bulan Pengumpulan Piutang
penjualan Kredit Jan Feb Maret April Mei Juni Juli
1) 1) 2) 2)
Januari 3.000 - 900 900 600 600 - --
Februari 3.000 - - 900 900 600 600 -
Maret 3.600 - - - 1.080 1.080 720 720
April 3.600 - - - - 1.080 1.080 720
Mei 4.800 - - - - - 1440 1440
Juni 4.800 - - - - - - 1.440
Jumlah 22.800 - 900 1.800 2.580 3.360 3.840 4.320
Keterangan:
Penjualan kredit bulan Januari = Rp 3.000.000
1)
Penerimaan piutang bulan Pebruari = 30% x Rp 3.000.000 = Rp. 900.000
1)
Penerimaan piutang bulan Maret = 30% x Rp 3.000.000 = Rp. 900.000
2)
Penerimaan piutang bulan April = 20% x Rp 3.000.000 = Rp 600.000
2)
Penerimaan piutang bulan Mei = 20% x Rp 3.000.000 = Rp 600.000
Dan seterusnya untuk penerimaan piutang bulan-bulan selanjutnya.
Dari tabel tersebut, maka dapat dibuat rencana pengumpulan piutangnya yang telah
diperhitungkan diskon selama 6 bulan pertama tahun 2001 sebagai berikut.
Tabel 5.2: Perusahaan “ALMA”
Rencana Pengumpulan Piutang Periode Januari s/d Juni 2001
(dalam jutaan rupiah)
Bulan Penjualan Bulan Pengumpulan Piutang
penjualan Kredit Jan Feb Maret April Mei Juni Juli
Januari 3.000 - 14551) 9001) 3001) 3001) - --
Februari 3.000 - - 14552) 9002) 3002) 3002) -
Maret 3.600 - - - 1.7463) 1.0803) 3603) 3603)
April 3.600 - - - - 1.746 1.080 3620
Mei 4.800 - - - - - 2.3284) 14404)
Juni 4.800 - - - - - - 2.328
Jumlah 22.800 - 1.455 1.355 2.946 3.426 4.068 4.488
Keterangan:
Penjualan kredit bulan Januari = Rp 3.000.000
1)
Penerimaan piutang bulan Pebruari:
Pada periode diskon (1-20 hari) = 30% x Rp 3.000.000 = Rp 900.000
Diskon = 5% x Rp 900.000 = Rp 45.000 -
= Rp 855.000
Periode tidak berdiskon (21-30 hari) = 20% x Rp 3.000.000 = Rp 600.000 +
Jumlah penerimaan piutag bulan Pebruari = Rp 1.455.000
1)
Penerimaan piutang bulan Maret = 30% x Rp 3.000.000 = Rp 900.000
1)
Penerimaan piutang bulan April = 10% x Rp 3.000.000 = Rp 300.000
1)
Penerimaan piutang bulan Mei = 10% x Rp 3.000.000 = Rp 300.000
Penjualan kredit bulan Pebruari = Rp 3.000.000
2)
Penerimaan piutang bulan Maret:
Pada periode diskon (1-20 hari) = 30% x Rp 3.000.000 = Rp 900.000
Diskon = 5% x Rp 900.000 = Rp 45.000
= Rp 855.000
Periode tidak berdiskon (21-30 hari) = 20% x Rp 3.000.000 = Rp 600.000
Jumlah penerimaan piutag bulan Maret = Rp 1.455.000
2)
Penerimaan piutang bulan April = 30% x Rp 3.000.000 = Rp 900.000
2)
Penerimaan piutang bulan Mei = 10% x Rp 3.000.000 = Rp 300.000
2)
Penerimaan piutang bulan Juni = 10% x Rp 3.000.000 = Rp 300.000
Tabel diatas menunjukkan bahwa risiko besarnya piutang yang tidak tertagih (bad debt)
adalah Rp 240.000 atau sebesar (Rp 240.000: Rp 10.000.000) x 100% = 2.4%.
Apabila tambahan barang yang dijual secara kredit tersebut memiliki harga pokok
penjualan sebesar Rp 7.000.000 dan mengakibatkan bertambahnya biaya operasi sebesar Rp
1.000.000, maka manfaat (keuntungan) yang diperoleh adalah:
Tambahan Penjualan kredit = Rp 10.000.000
Harga pokok penjualan = Rp 7.000.000
Tambahan laba kotor = Rp 3.000.000
Tambahan biaya operasi = Rp 1.000.000
Tambahan keuntungan = Rp 2.000.000
Piutang tida tertagih = Rp 240.000
Tambahan keuntungan bersih = Rp 1.760.000
Apabila risiko piutang tidak tertagih sudah dapat diperkirakan, maka informasi tersebut
dapat digunakan untuk memperkirakan arus kas masuk dari piutang, yaitu dengan
mengurangkan piutang yang ada dengan perkiraan risiko yang tidak tertagih.
Menghitung laba tahun 2001 : Penjualan 125% x 80.000 unit = 100.000 unit
Penjualan = 100.000 x Rp 500 = Rp 50.000.000
Biaya Tetap = Rp 22.000.000
Biaya Variabel = 100.000xRp 150= Rp 15.000.000
Harga Pokok penjualan = Rp 37.000.000
Laba = Rp 13.000.000
60 hari x Rp 37.000.000
Investasi piutang tahun 2001 = = Rp 6.166.667
360 hari
Tambahan modal investasi = Rp 6.166.667 – Rp 2.833.333 = Rp 3.333.333
Keterangan :
EOQ : Economic Order Quantity
D : permintaan tahunan (demand)
OC : biaya pemesanan (ordering cost)
CC : biaya penyimpanan (craying cost)
Analisis break event point (BEP) merupakan sarana untuk mengetahui pada jumlah
produksi berapa total revenue (TR) sama dengan total biaya (TC). Oleh karena itu BEP dapat
pula diartikan kaitan antara besarnya total biaya dari investasi dan volume yang disyaratkan
untuk mencapai profit tertentu. Total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap sangat dipengaruhi oleh total investasi, karena total investasi akan menentukan besarnya
biaya penyusutan.
6. BEP = FC
MIR
7. BEP = FC
P/unit – VC/unit
8. BEP = FC
MI/unit
Jika dilihat dalam bentuk laporan rugi laba dengan menggunakan pendekatan direct costing
akan nampak dalam contoh berikut ini.
Penjualan Rp. 100.000
Biaya variabel Rp. 60.000 -
Marginal Income Rp. 40.000
Biaya tetap Rp. 40.000 -
Laba Rp. 0
Catatan:
FC = Fixed Cost = Biaya tetap
VC = Variabel Cost = Biaya Variabel
TC = Total Cost atau (FC+VC)
TR = Total Revenue atau (P.Q)
MI = Marginal Income atau (S-VC)
S = Sales (Penjualan)
P = Price (Harga)
Q = penjualan dalam unit
VRC= Variabel Cost Ratio atau (VC/S)
MIR= Marginal Income Ratio atau (1- VCR)
Penentuan BEP secara matematik maupun secara grafik hanya dapat dilakukan dengan
asumsi bahwa biaya dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu biaya tetap dan biaya
variabel.
Soal 1
PT Bima Sakti pada tahun 1998 mengalami kerugian sebesar Rp. 2.000.000 dengan jumlah
produk yang terjual 40.000 unit. Harga jual produk Rp. 100 per unit dan biaya tetap Rp.
5.600.000 per tahun. Keadaan tahun 1999 diperkirakan lebih baik dan perusahaan
mengharapkan terjadi peningkatan penjualan. Target earning power 1999 sebesar 20% dan
operating assets turn over diharapkan sebesar 3 kali. Biaya tetap akan bertambah sebesar Rp.
2.400.000 dan harga jual akan menaik menjadi Rp. 125 per unit, sedangkan variabel cost naik
sebesar Rp. 10 per unit.
Ditanyakan
1. Berapa penjualan minimal yang harus dicapai untuk memperoleh target earning power
tersebut baik dalam rupiah maupun unit
2. BEP tahun 1998 dan 1999 dalam rupiah dan unit
3. Buatlah grafik BEP yang menggambarkan BEP 1998 dan 1999
Penyelesaian:
1. Keuntungan = penjualan – Total biaya
(2.000.000) = 6.000.000 – Total biaya
Total biaya = 6.000.000 + 2.000.000 =Rp.8.000.000
Total biaya = biaya tetap + biaya variabel
8.000.000 = 5.600.000 + biaya variabel
Biaya variabel = 8.000.000 – 5.600.000 = Rp. 2.400.000
Biaya variabel per unit = 2.400.000 : 40.000= Rp. 60
Rasio biaya variabel = 60: 100 = 60%
Biaya tetap tahun 1999 = 5.600.000 + 2.400.000 = Rp. 8.000.000
Biaya variabel per unit tahun 1999 = 60 + 15 = Rp 75
Earning power = profit margin x operating assets turn over
20/100 = PM x 3
Profit margin = 300/20 = 15%
Penjualan minimal yang harus dicapai tahun 1999 dimaksimalkan = X
X = 8.000.000 + 0,15X
1- 0,60
X = 8.000.000 + 0,15X
0,40
0,25 X= 8.000.000
X= Rp. 32.000.000 atau 256.000 unit
2. BEP 1998 dan BEP 1999
BEP 1998 = 5.600.000 = Rp. 14.000.000 atau 140.000 unit
0,40
BEP 1999 = 8.000.000 = Rp. 20.000.000 atau 160.000 unit
0,40
Pertemuan ke - 10
TIME VALUE OF MONEY
1. Definisi Uang
Uang adalah satuan nilai yang dijadikan sebagai alat transaksi dalam setiap pembayaran
di masyarakat, dimana pada uang tersebut tercantum nilai nominal, penerbit, serta ketentuan
lainnya.
Dalam perkembangan yang begitu pesat pada era sekarang ini uang bukan hanya dilihat
sebagai transaksi namun sudah lebih dari pada itu, yaitu fungsi lain dari uang :
a. Sebagai kekayaan dan status
b. Sebagai alat pengumpul kekayaan
c. Sebagai media untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Contohnya membayar
utang, membayar tambahan pekerjaan (kerja lembur), dan lain sebagainya.
d. Sebagai barang. Pemahaman uang dilihat sebagai barang telah mulai dikenal secara
umum dalam masyarakat sejak pasca perang dunia II, yaitu dimana Negara Amerika
Serikat telah menerbitkan mata uang dollar-nya dan dipakai oleh banyak pebisnis di
seluruh dunia sebagai ukuran dalam menghitung nilai suatu transaksi produk, karena
selama ini dollar dianggap memiliki nilai yang stabil di pasaran. Lebih jauh dollar sudah
dianggap sebagai barang yang diperjualbelikan untuk mengambil keuntungan dari selisih
nilai jual. Tentu kondisi keuntungan ini sangat tergantung pada naik dan turunnya nilai
kurs dollar dibandingkan rupiah di pasaran.
Uang menurut banyak pakar dapat disetarakan dengan kas. Dimana menurut pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia 2001 atau PAPI 2001 disebutkan “Kas adalah mata uang
kertas dan logam baik rupiah maupun mata uang asing yang masih berlaku sebagai alat
pembayaran yang sah,” dasar peraturannya adalah berdasarkan PSAK 31 paragraf 11. Lebih
lanjut yang dianggap setara dan kas adalah berdasarkan PSAK 31 paragraf 103 adalah (a) kas,
(b) giro pada bank Indonesia, dan (c) giro pada bank lain.
4. Jenis-jenis uang
Uang terbagi dua yaitu uang kertas dan uang giral
a. Uang kertas ada dua bentuk yaitu kertas dan logam, uang yang terbuat dari kertas biasa
disebut dengan uang utama dan yang terbuat dari logam adalah biasa disebut dengan
uang pembantu.
b. Adapun uang giral adalah dapat berbentuk cek, bilyet giro dan sejenisnya.
5. Perhitungan Bunga Uang
Bunga adalah pembayaran (payment) untuk nilai waktu dari uang
a. Nilai uang masa depan (future value)
Perhitungan secara value future adalah perhitungan uang yang dimiliki saat ini dan
diinvestasikan dengan penetapan bunga sehingga mengalami proses bunga berbunga
(compounding) sehingga nilai akan berubah pada masa yang akan datang.
Contoh soal
Seorang pengusaha memiliki dana sebanyak Rp500.000.000,00 dan menginvestasikan
dana tersebut selama dua tahun dengan tingkat bunga adalah 9%. Maka
perhitungannya adalah :
FVn = PV (1+i)n
FV2 = 500.000.000 (1+0,09)n
= 500.000.000 (FVIF, 9%,2)
= 500.000.000 (1, 188)
=Rp594.000.000
Cara untuk menghitung tabel di atas dapat dipergunakan rumus di bawah ini.
FVn = PV(1+i)n
Contoh perhitungannya adalah jika seorang menyimpan uang di sebuah bank dengan
penetapan suku bunga adalah 11% setahunnya dan jumlah uang yang disimpan
sebanyak 1.000,00 dengan masa penyimpanan selama 9 tahun. Maka jumlah uang
pada akhir tahun kedelapan adalah dapat dihitung dengan cara dibawah ini.
FVn = PV(1+i)n
= 1.000,00 (1 + 0,11)9
= 2.558,00
b. Nilai sekarang (present value)
Perhitungan secara present value adalah melakukan perhitungan nilai sekarang
dari sejumlah uang yang akan dibayar pada masa yang akan datang, atau menghitung
nilai masa yang akan datang dengan ke harusan berapa jumlah dana yang harus kita
sediakan pada saat ini. Adapun menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan
bahwa present value atau nilai tunai merupakan nilai sekarang dari jumlah uang pada
masa datang. Pada prinsipnya proses menghitung present value adalah proses
diskonkonto (discounting).
Jika kita menganalisis nilai waktu dari uang dimisalkan adalah sebesar Rp
1.000,- yang akan kita terima nantinya pada akhir tahun depan atas dasar tingkat
bunga tertentu, maka nilainya pada permulaan periode atau nilai sekarang present
value adalah lebih kecil dari Rp 1.000,-
Rumus untuk menghitung present value adalah :
PV = FV = FV = 1
(1+i)n (1+i)n
Jika dihitung di atas dimasukkan dalam rumus nilai sekarang maka,
PV = FV = FV = 2.558,00 = Rp 1.000,00
(1+i)n (1+0,11)3
Contoh Soal
Seorang pembisnis menginginkan uangnya setelah tahun ke 6 adalah sebesar
4.500.000,00 dengan bunga adalah 11%.
PV = FV = FV = 4.500.000 = 4.500.000 = Rp 2.406.417,112
(1+i)n (1+0,11)6 1,870
Contoh soal
Ibu Nisa Salsabila ditawari oleh ibu Najwa Zhafira untuk menginvestasikan uangnya
pada restoran yang akan ia buka di puncak, Jawa Barat. Dengan keuntungannya yang
akan diperoleh pada tahun ke 8 sebanyak Rp 125.000.000 denagn tingkat suku bunga
yang disepakati adalah 8%. Maka uang yang harus ibu Sofyana berikan sebagai modal
awal adalah :
PV = FV = FV = 125.000.000 = 125.000.000 = Rp 67.531.065,00
n
(1+i) (1+0,08)8 1,851
D. Kredit Perdagangan
Kredit perdagangan, merupakan usaha perusahana untuk memeperoleh barang atau
sediaan yang pembayarannya di kemudian hari sesuai perjanjian, misalnya 30 hari atau 60
hari. Kredit perdagangan sangat membantu perusahaan yang kurang atau tidak memiliki dana
tunai, namun harus segera dipenuhi barang atau sediaan yang dibutuhkan atau dengan kata
lain dengan menggunakan kredit perdagangan dapat menghemat penggunaan uang tunai yang
masih diperlukan untuk kegiatan lainnya.
Kredit perdagangan merupakan sumber pendanaan spontan dan dalam mengambil kredit
perdagangan perlu mempertimbangkan seperti :
Tidak mengambil kredit diskonto kas yang ditawarkan namun membayar pada akhir
periode.
Membayar tagihan di luar batas tanggal yang telah ditentukan
Dalam kasus perusahaan tidak mengambil kredit diskonto kas yang ditawarkan namun
membayar pada akhir periode maka tidak biaya yang timbul untuk penggunaan kredit selama
net periode. Namun jika diskonto kas yang ditawarkan tidak diambil maka akan timbul biaya
kesempatan.
Sebagai contoh, perusahaan memperoleh utang dagang sebesar Rp 1.000.000,- dan
diebrikan persyaratan kredit 2/10, net 30 artinya pelanggan akan diberikan potongan
pembayaran 2% dari total penjualan apabila perusahaan membayar dalam waktu 10 hari.
Sedangkan jangka waktu kredit adalah 30 hari yang artinya kredit harus dibayar dalam jangka
waktu 30 hari.
Bila perusahaan memberikan persyaratan kredit 2/10, net 60 yang artinya pelanggan akan
diberikan potongan pembayaran 2% dari penjualan apabila perusahaan membayar dalam
waktu 10 hari. Sedangkan jangka waktu kredit adalah 60 hari yang artinya krdedit harus
dibayar dalam jangka waktu 60 hari.
Jika perusahaan tidak mengambil diskonto kas, maka perusahaan dapat menggunakan
dan untuk tambahan 20 hari. Dalam hal ini untuk tagihan Rp. 1.000.000,- perusahaan akan
kehilangan Rp. 20.000,- dan hanya memiliki dana Rp. 980. 000.- selama 20 hari.
Dari kasus di atas artinya pinjama yang diperoleh selama 20 hari adalah Rp. 980.000,-
dengan bunga sebesar Rp. 20.000,- maka bunga per tahun dapat dihitung sebagai berikut :
Rumus untuk mencari biaya hubungan tahunan jika tidak mengambil diskonto kas yang
ditawarkan tanpa memperhitungkan bunga majemuk sebagai berikut :
%Diskonto 365 hari
Bunga = X
(100% - % diskonto (tanggal pembayaran – periode diskonto)
Namun bila perusahan ingin meminjam uang sejumlah Rp. 50.000.000,- dengan diskonto
10% maka yang bersangkutan harus meminjam :
Rp. 50.000.000,-
= Rp. 55.555.555,55,-
1 – 0,10
Sehingga bunga yang harus dibayar adalah :
0,10 (55.555.555,55) = Rp. 5.555.555,55,-
dan suku bunga efekti adalah :
5.555.555,55
= 11,1%
50.000.000
Pinjaman Angsuran atau instalment loan, artinya jika pembayaran suatu pinjaman
diangsur secara bulanan dalam waktu 1 tahun, sementara itu bunga dihitung berdasarkan
saldo awal, dengan demikian otomatis suku bunga efektif akan lebih tinggi lagi.
Seperti contoh di atas nasabah meminjam Rp. 50.000.000,- dan membayar bunga Rp.
5.000.000,- untuk penggunaan separuh dari dana yang diterima karena rata-rata saldo terutang
sepanjang tahun adalah Rp. 25.000.000,-
Apabila bunga dibayar pada saat jatuh tempo, maka suku bunga efektif pinjaman yang
diangsur di hitung sebagai berikut:
5.000.000
Bunga dari rata-rata saldo pinjaman angsuran = …………. =20%
25.000.000
Sebaliknya jika pinjaman diberikan dengan bunga yang dipungut dengan metode
diskonto, maka suku bunga efektifnya adalah:
5.0000.000
Bunga diskonto pinjaman angsuran= …………… =22,2%
22.500.000
Bunga di atas dihitung dari saldo awal pinjaman dan bukan dari saldo menurun setiap
bulannya setelah angsuran, yang mengakibatkan suku bunga efektif menjadi dua kali suku
bunga yang dipersyaratkan, biasanya jenis pinjaman ini diberikan untuk pinjaman yang
bersifat konsumtif.
Pinjaman dengan saldo kompensasi, artinya pinjaman dengan menggunakan saldo
kompensasi yang haruskan bank, cenderung menaikan suku bunga efektif pinjaman
sebagaiman halnya bunga diskonto. Jumlah dana yang dipinjamkan menjadi lebih tinggi
karena adanya saldo yang ditinggal di bank dan dengan demikian bunganya pun secara efektif
akan lebih tinggi.
seperti contoh diatas bank menawarkan pinjaman Rp 50.000.00,- dengan bunga 10%
setahun tetapi dengan syarat perusahaan harus memelihara saldo konpensasi di bank sebesar
20% dari total pinjaman. Sekalipun perusahaan hanya membutuhkan Rp 50.000.000,- namun
nasabah harus meminjam sejumlah Rp 50.000.000,-/ (1 – 0.20) = Rp 62.500.000,-.
Sementara itu bunga yang harus dibayar nasabah adalah 0,10 (62.500.000) = Rp
6.250.000,-, sedangkan dana yang dinikmatinya hanya Rp 50.000.000,- karena Rp
12.500.000,- disimpan di bank sebagai dana kompensasi.
Dengan demikian suku bunga efektif pinjaman tersebut adalah ;
Bunga 6.250.000
Suku bunga efektif = ----------------------- = ……………. = 12.5%
Jumlah pinjaman 50.000.000
Pertanyaan :
Buat perhitungan saldo kumulatif pemakaian PT Air Item.
Jawab :
Pertanyaan:
Buatlah tabel perhitungan angsuran (cicilan pembayaran) yang berisi saldo pinjaman, Bunga,
poko pinjaman, dan jumlah angsuran.
Jawab:
Jumlah angsuran per bulan dapat dihitung
1 1
Faktor bunga = -------- -----------------
K k (1+k) n
1 1
Faktor bunga = -------- ---------------------
0,01 0,01 (1 +,01)12
= 11.2555,1
Angsuran / bulan = 100.000.000 : 11.255,1 = 8,884.861
Jadwal pembayara angsuran :
angsuran Saldo pinjaman Bunga Pokok Angsuran
1 100.000.000 1.000.000 7.884.861 8.884.861
2 92.115.139 921.151 7.963.710 8.884.861
3 84.151.429 841.514 8.043.347 8.884.861
4 76.108.082 761.081 8.123.780 8.884.861
5 67.984.302 670.643 8.214.218 8.884.861
6 59.770.084 597.793 8.287.068 8.884.861
7 51.483.016 514.922 8.369.939 8.884.861
8 43.113.077 431.223 8.453.638 8.884.861
9 34.659.439 346.686 8.438.175 8.884.861
10 26.121.264 261.305 8.623.556 8.884.861
11 17.497.708 175.069 8.709.792 8.884.861
Perhitungan saldo pinjaman
Saldo pinjaman = Bunga - pokok
Saldo pinjaman = 100.000.000 – 7.884.861 = 92.115.139
Saldo pinjaman = 92.115.139 – 7.963 .710 = 84.151.429
Saldo pinjaman = 84.151. 429 – 8.043.347 = 76.108.082
Saldo pinjaman = 76.108.082 – 8.123.780 = 67.984.302
Perhitungan bunga:
12% x 100.000.000
Bunga = -------------------------------------- = 1.000.000
12
12% x 92.115.139
Bunga = -------------------------------------- = 921.151,39
12
12% x 84.151.429
Bunga = ------------------------------------- = 841.514,29
12
Dan seterusnya.
Perhitungan angsuran :
Angsuran = bunga + pokok
Angsuran = 1000.000 + 7.884.861 = 8.884.861
Angsuran = 921. 151 + 7.963.710 = 8.884.861
Angsuran = 841.514 + 8.043.347 = 8.884.861
1. Definisi Rasio
Rasio dapat dipahami sebagai hasil yang diperoleh antara satu jumlah dengan
jumlah yang lainnya. Rasio sendiri menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim1)
merupakan hubungan antara satu jumlah dengan jumlah lainnya.
Atau secara sederhana rasio (ratio) disebut sebagai perbandingan jumlah, dari satu
jumlah dengan jumlah lainnya itulah dilihat perbandingannya dengan harapan
nantinya akan ditemukan jawaban yang selanjutnya itu dijadikan haban kajian untuk
dianalisis dan diputuskan.
2. Definisi Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah suatu kajian yang melihat perbandingan antara jumlah-
jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan mempergunakan formula-
formula yang dianggap representatif untuk diterapkan. Rasio keuangan atau financial
ratio ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa terhadap kondisi keuangan
perusahaan.
Secara jangka panjang rasio keuangan juga dipakai dan dijadikan sebagai acuan
dalam menganalisis kondisi kinerja suatu perusahaan, misalnya kondisi kinerja
perusahaan selama 12 (dua belas) tahun untuk kemudian diprediksi selama 10 s.d 12
tahun ke depan, namun analisa seperti itu jarang dilakukan.
3. Hubungan Rasio Keuangan dan kinerja Keuangan
Menurut Warsidi dan Bambang4) , “Analisis rasio keuangan merupakan instrumen
analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator
keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan
atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola
perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat
pada perusahaan yang bersangkutan.”
Dari pendapat di atas dapat dimengerti bahwa rasio keuangan dan kinerja
perusahaan mempunyai hubungan yang erat. Rasio keuangan ada banyak jumlahnya
dan setiap rasio itu mempunyai kegunaannya masing-masing.
4. Manfaat dan Penggunaan Analisis Rasio Keuangan
Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio keuangan,
yaitu:7)
a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat
menilai kinerja dan prestasi perusahaan.
b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai
rujukan untuk membuat perencanaan.
c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi
kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.
d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan
untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan
adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengambilan pokok
pinjaman.
e. Anasilis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak
stakeholder organisasi.
Ini sebagaimana dikemukakan oleh tiga kelompok utama: (1) manajer, yang
menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian
meningkatkan operasi perusahaan; (2) analisis kredit, termasuk petugas pinjaman
bank dan analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu
memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar untung-untungnya; dan (3)
analisis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan proyek pertumbuhan
perusahaan.”8)
5. Keunggulan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Sofyan Syafri Harahap9) analisa rasio mempunyai keunggulan sebagai
berikut:
a. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan
ditafsirkan.
b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dan informasi yang disajikan laporan
keuangan yang sangat rinci dan rumit.
c. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.
d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan
keputusan dan model prediksi (Z-score).
e. Menstandardisasi size perusahaan.
f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat
perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.
g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan
datang.
Dipergunakannya analisis rasio keuangan dalam melihat suatu perusahaan akan
memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan dan dapat dijadikan sebagai alat
prediksi bagi perusahaan tersebut di masa yang akan datang.
6. Kelemahan Analisis Rasio Keuangan
Ada beberapa kelemhan dengan dipergunakannya analisa secara rasio keuangan
yaitu,
a. Dimana rasio-rasio keuangan bukanlah merupakan kriteria mutlak. Pada
kenyataannya, analisis rasio keuangan hanyalah suatu titik awal dalam analisis
keuangan perusahaan.
b. Analisis rasio keuangan hanya dapat dijadikan sebagai peringatan awal dan
bukan kesimpulan akhir. Ini sebagimana yang dikatakan oleh Friedlob dan
Plewa11) menyebutkan analisis rasio tidak memberikan banyak jawaban
kecuali menyediakan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya diharapkan.
c. Setiap data yang diperoleh yang dipergunakan dalam menganalisis adalah
sumber dari laporan keuangan perusahaan. Maka sangat memungkinkan data
yang diperoleh tersebut adalah data yang angka-angkanya tidak memiliki
tingkat keakuratan yang tinggi, dengan alasan mungkin saja data-data tersebut
dirobah dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan.
d. Pengukuran rasio keuangan banyak yang bersifat artificial. Artificial artinya
perhitungan rasio keuangan tersebut dilakukan oleh manusia, dan setiap pihak
memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam menempatkan ukuran dan
terutama justifikasi dipergunakannya rasio-rasio tersebut. Dimana kadang kala
justifikasi penggunaan rasio tersebut sering tidak mampu secara maksimal
menjawab kasus-kasus yang di analisis.
7. Solusi dalam Mengatasi Kelemahan Rasio Keuangan
Ada beberapa solusi yang bisa diberikan dalam rangka mengatasi permasalahan
dalam bidang rasio keuangan ini, yaitu:
a. Rasio keuangan adalah sebuah formula yang dipakai sebagai sebagai alat
pengujian, karena formula maka bisa saja hasil yang diperoleh belum tentu benar-
benar sesuai untuk dijadikan alat prediksi.
b. Hasil perhitungan yang telah dilakukan kemudian dilakukan atau diadakan
c. Bagi seorang manajer keuangan diperlukan pemahaman yang mendalam serta
prinsip kehati-hatian (prudential principle) dalam proses pengambilan
keputusannya. Bila analisis yang dilakukan adalah memberikan suatu gambaran
dimana pola perusahaan yang menyimpang dari norma industri, maka hal ini
merupakan gejala adanya masalah dan perlu dilakukan analisis dan penelitian
lebih lanjut.
8. Cara Menganalisis Rasio Keuangan
Menurut Farah Margaretha15) ``Pengenalisaan rasio keuangan ada beberapa cara,
diantaranya:
a. Analisis horizontal/trend analysis, yaitu membandingkan rasio-rasio keuangan
perusahaan selama kurun waktu tertentu;
b. Analisis vertikal, yaitu membandingkandata rasio keuangan perusahaan
dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk
waktu yang sama;
c. The du pont chart berupa bagan yang dirancang untuk memperlihatkan
hubungan antaraROI, asset turnover dan profit margin.
ROA = EAT
Total assets
Adapun pengertian trend analysis menurut siegel dan Shim adalah teknik
peramalan yang mengandalkan data rangkaian waktu historis untuk meramalkan
keadaan masa depan. Secara lebih dalam sieger dan shim menambahkan,
kecendrungan linear dapat diperoleh dengan menggunakan least square method.
Garisnya mempunyai persamaan y = a+ bt, dimana t = 1,2,3,..., b = kemiringan garis,
dan a= nilai y bila t= o.
B = nƩty – (Ʃt)(Ʃy)
nƩt2 – (Ʃt)2
A = Ʃyy – b Ʃt
n n
Bagi investor ada tiga rasio keuangan yang paling dominan yang dijadikan rujukan
untuk melihat kondisi kinerja suatu perusahaan, yaitu:
1. Rasio likuiditas (liquidity ratio)
2. Rasio solvabilitas (solvability ratio), dan
3. Rasio profitabilitas (profitability ratio)
Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Rasio ini penting karena kegagalan dalam membayar kewajiban
dapat menyebabkan kebangkrutan perusahaan.
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana perusahaan
mampu untuk mengelola utangnya dalam rangka memperoleh keuntungan dan juga
mampu untuk melunasi kembali utangnya. Rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban dalam jangka panjangnya.
Adapun rasio proftabilitas adalah bermanfaat untuk menunjukkan keberhasilan
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan. Investor yang potensial akan
menganalisis dengan cermat kelancaran sebuah perusahaan dan kemampuannya untuk
mendapatkan keuntungan (profitabilitas), karena mereka mengharapkan deviden dan
harga pasar dari sahamnya. Rasio ini dimaksud untuk mengukur efisiensi penggunaan
aktiva perusahaan.
a. Liquid dan solvable
Liquid dan solvable adalah dimana suatu perusahaan dinyatakan sehat dan
dalam keadaan baik, karena ia mampu melunasi kewajiban-kewajibannya yang
bersifat jangka pendek dan juga mampu melunasi utang-utangnya yang jatuh
tempo secara tepat waktu.
b. Liquid dan Insolvable
Kondisi perusahaan yang liquid dan insovable adalah kondisi perusahaan yang
berada dalam kondisi menuju kepada kebangkrutan (bankruptcy).
Rumus dan Perhitungan Rasio Keuangan
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan suatu perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh membayar listrik,
telefon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknis, gaji lembur, tagihan telepon, dan
sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut dengan short term liquidity.
Rasio likuiditas secara umum ada 2 (dua) yaitu current ratio dan quick ratio
(acit test ratio).
a. Current Ratio
Rasio lancar (current ratio) adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi
jangka pendek, kemampuan suatu perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh
tempo. Adapun rumus current ratio adalah :
Current Assets
Current Liabilities
Keterangan :
Current Assets = Aset lancar
Current assets merupakan pos-pos yang berumur satu tahun atau kurang, atau
siklus operasi usaha normal yang lebih besar.
Current liabilites = utang lancar
Current liabilites merupakan kewajiban pembayaran dalam 1 (satu) tahun atau
siklus operasi yang normal dalam usaha.
Menurut Subramanyam dan John J. Wild “Alasan digunakannya rasio lancar
secara luas sebagai ukuran likuiditas mencakup kemampuannya untuk mengukur:
Kemampuan memenuhi kewajiban lancar. Makin tinggi jumlah (kelipatan)
asset lancar terhadap kewajiban lancar, makin besar keyakinan bahwa kewajiban
lancar tersebut akan dibayar;
Penyangga kerugian. Makin besar penyangga, makin kecil risikonya. Rasio
lancar menunjukkan tingkar keamanan yang tersedia untuk menutup penurunan
nilai asset lancar non-kas pada asset tersebut dilepas atau dilikuiditasi;
Cadangan dan lancar. Rasio lancar merupakan ukuran tingkat keamanan
terhadap ketidakpastian dan kejutan atas arus kas perusahaan.
b. Quick Ratio (Acit Test Ratio)
Quick ratio (acit test ratio) sering disebut dengan istilah rasio cepat. Rasio
cepat adalah ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti daripada rasio lancar
karena pembilangnya mengeliminasi persediaan yang dianggap aktiva lancar yang
sedikit tidak likuid dan kemungkinan menjadi sumber kerugian. Adapun rumus quick
ratio (acit test ratio) adalah :
Current Assets – Investories
Current Liabilities
Keterangan :
Investories = Persediaan
c. Net Working Capital Ratio
Net working capital ratio atau rasio modal kerja bersih. Modal kerja
merupakan suatu ukuran dari likuiditas perusahaan. Sumber modal kerja adalah: (1)
pendapatan bersih (2) peningkatan kewajiban yang tidak lancar, (3) kenaikan ekuitas
pemegang saham, dan (4) penurunan aktiva yang tidak lancar. Adapun rumus net
working capital ratio adalah :
Current Assets – Current Liabilities
2. Rasio leverage
Rasio leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan
utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena
perusahaan akan masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu
perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan
beban utang tersebut.
a. Debt to Total Assets atau Debt Ratio
Adapun rumus debt to total assets atau debt ratio adalah :
Total Liabilities
Total Assets
Total Liabilities
Total Sharehalders Equity
c. Times Interest Earned
Time interest earned disebut juga dengan rasio kelipatan. Adapun Rumus times
interest earned adalah:
Interest Expense
Keterangan:
Earning Before Interest and Tax (EBIT) = laba sebelum bunga dan pajak
Interest Expense = Beban Bunga
Interest Expense adalah biaya dana pinjaman pada periode yang berjalan yang
memperlihatkan pengeluaran uang dalam laporan rugi laba. “ makin tinggi rasio
kelipatan pembayaran bunga makin baik, namun, jika sebuah perusahaan
menghasilkan laba yang tinggi, tetapi tidak ada arus kas dari operasi, maka arus
kas ini menyesatkan. Adapun rumus times interest earned adalah :
Laba Operasi
Beban Bunga
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang
aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat
maksimal dengan maksud memperoleh hasil yang maksimal.
a. Inventory Turnover
Rasio inventory turnover ini melihat sejauh mana tingkat perputaran
persediaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Adapaun rumus inventory
turnover (perputaran persediaan) adalah:
Average Inventory
Keterangan :
Cost of good sold = harga pokok penjualan
Credit sales/360
c. Fixed Assets Turnover
Rasio fixedAssets Turnover disebut juga dengan perputaran aktiva tetap. Rasio
ini melihat sejauh mana aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan
memiliki tingkat perputarannya secara efektif, dan memberikan dampak pada
keuangan perusahaan. Adapaun rumus fixed Assets turnover adalah :
Sales
Keterangan :
Sales = penjualan
d. Total assets turnover
Total asset turnover disebut juga dengan perputaran total aset. Rasio ini
melihat sejauh mana keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan terjadi
perputaran secara efektif . adapun rumus total assets turnover adalah:
Sales
Total Assets
e. Long term Assets Turnover
Rasio long term assets turnover disebut juga dengan rasio perputaran asset
jangka panjang. Adapun rumus dari long term assets turnover adalah:
Sales
Long term assets
4. Rasio profitabilitas
Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan
oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan
penjualan maupun investasi.
a. Gross profit margin
Rasio gross profit margin merupakan margin laba kotor. “Margin laba kotor ,
yang memperlihatkan hubungan antara penjualan dan beban pokok penjualan,
mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk mengendalikan biaya persediaan
atau biaya operasi barang maupun untuk meneruskan kenaikan harga lewat
penjualan kepada pelanggan.”
Adapun rumus gross profit margin adalah:
5. Rasio pertumbuhan
Rasio pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam
perkembangan ekonomi secara umum.
6. Rasio nilai pasar
Rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di pasar.
a. Earning per share (EPS)
Earning pershare atau pendapatan perlembar saham adalah bentuk pemberian
keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setia[ lembar saham
yang dimiliki.
Adapun rumus earning per share adalah :
EPS = EAT
J
PER = MPS
EPS
e. Dividen yield
Adapun rumus dividen yield atau hasil saham adalah :
3. Terminal Cashflow
Terminal Cashflow merupakan aliran kas masuk yang diterima oleh perusahaan
sebagai akibat habisnya umur ekonomis suatu proyek investasi. Terminal Cashflow
akan diperoleh pada akhir umur ekonomis suatu investasi. Terminal Cashflow ini
dapat diperoleh dari nilai sisa (residu) dari aktiva dan modal kerja yang digunakan
untuk investasi. Nilai residu suatu investasi merupakan nilai aktiva pada akhir umur
ekonomisnya yang dihitung dari nilai buku aktiva yang bersangkutan.
ARR = 100%
Contoh 10.1 :
Proyek A membutuhkan dana Rp 280.000.000,- Umur ekonomisnya 3 tahun dengan nilai Rp
40.000.000,- Laba setelah pajak (EAT) selama 3 tahun berturut-urut adalah: tahun 1 = Rp
40.000.000,- tahun2 = Rp 50.000.000,- dan tahun 3 = Rp 30.000.000,-. Dari informasi
tersebut maka dapat dihitung besarnya Accounting Rate of Return sebagai berikut :
ARR = 100%
PBP = 1 tahun
Contoh 10.2
Proyek B membutuhkan investasi sebesar Rp 120.000.000. Aliran kas masuk atau
Proceeds = (kas neto + penyusutan) diperkirakan Rp 40.000.000 pertahun selama 6 tahun,
maka rumus Payback Period adalah
PBP = 1 tahun = 3 tahun
Pada tahun ketiga sisa investasi yang belum kembali sebesar Rp 20.000.000. Padahal ada
tahun ketiga proyek B diperkirakan memperoleh kas masuk bersih sebesar Rp 20.000.000 (1
tahun). Oleh karena itu untuk mengembalikan dana investasi sebesar Rp 40.000.000
memerlukan waktu selama 2 tahun 6 bulan. Apabila Payback Period ini lebih pendek
dibanding jangka waktu kredit (apabila dananya berasal dari waktu pinjaman) yang
diisyaratkan oleh investor atau pihak bank, maka investasi proyek B diterima.
Seperti halnya metode Accounting Rate of Return, beberapa kelemahan yang terdapat
pada metode Payback Period adalah :
1. Mengabaikan nilai waktu dari uang
2. Mengabaikan proceeds setelah PBP dicapai
3. Mengabaikan nilai sisa.
Untuk mengatasi kelemahan metode payback period di mana metode ini mengabaikan
nilai waktu dari uang, maka beberapa perusahaan melakukan modifikasi dengan pendekatan
discounted payback period (DPP). Metode ini seperti metode payback period biasa, tetapi
dalam perhitungannya menggunakan aliran kas yang didiskontokan dengan discount rate
tertentu. Untuk lebih jelasnya kita ikuti contoh berikut ini.
Contoh 10.3:
Ada 2 usulan proyek investasi A dan B. Initial cashflow kedua proyek tersebut sama
besar yaitu masing – masing Rp 10.000.000. Usia ekonomis proyek A selama 5 tahun, dan
proyek B lamanya 2 tahun. Keuntungan yang diisyaratkan kedua proyek tersebut 16%.
Tabel 10.1: Aliran Kas Proyek A dan B
Aliran Kas Proyek A Proyek B
Cash Outlay -Rp 10.000.000 -Rp 10.000.000
Aliran kas masuk :
Tahun 1 Rp 5.000.000 Rp 6.000.000
Tahun 2 Rp 4.000.000 Rp 5.000.000
Tahun 3 Rp 3.000.000 -
Tahun 4 Rp 2.000.000 -
Tahun 5 Rp 1.000.000 -
NPV = - Io
Keterangan :
Io = Nilai investasi atau Outlays
At = Aliran kas neto pada periode t
r = Discount rat
t = Jangka waktu proyek investasi (umur proyek investasi)
Contoh 10.4 :
Dari proyek B pada contoh 10.2 diatas kita dapat menghitung besarnya Net Present
Value (NPV) bila diketahui discount rate-nya = 10%, yaitu :
1. Apabila aliran kas masuk bersih (Proceeds) tiap tahun besarnya sama, yaitu
Rp 40.000.000
NPV = -120.000.000 + + + + + +
PI = atau PI =
Pengambilan keputusan apakah suatu usulan proyek investasi akan diterima (layak) atau
(tidak layak) kita bandingkan dengan angka1. Apakah PI > 1, maka rencana investasi
diterima, sedangkan PI < 1 maka rencana inestasi tidak layak diterima atau tidak. Untuk lebih
jelasnya kita hitung besarnya profitabilitas index dari contoh 10.2 sebelumnya sebagai
berikut :
Bentuk aliran kas masuk bersih (Proceeds) tiap tahun yang besarnya sama, yaitu RP
120.000.000, maka:
PI = = 1,45 > 1 maka proyek investasi diterima
Bentuk contoh aliran kas masuk bersih (Proceeds) tiap tahun yang besarnya tidak sama (lihat
data contoh 10.2 di atas), maka.
PI = = 1,34 > 1 maka rencana investasi layak diterima
Pada tingkat bunga 20% diperoleh NPV positif dan pada tingkat bunga 30% diperoleh
NPV negatif. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat bunga maka NPV semakin kecil dan
sebaliknya. Untuk menghitung besar IRR, kita lakukan proses interpolasi (analisis selisih),
yaitu :
Tingkat Bunga PV of Proceeds PV of Outlays NPV
30% Rp 106.320.000 Rp 120.000.000 -Rp 13.680.000
20% Rp 128.710.000 Rp 120.000.000 Rp 8.710.000
Selisih 10 % Rp 22.390.000 Rp 22.390.000
IRR = 20% + 10% = 20% + 3,89% = 23,89%
Atau,
Internal Rate of Return dapat juga dihitung dengan mudah tanpa enggunakan cara interpolasi,
yaitu dengan rumus :
Keterangan :
IRR = Internal Rate of Return
rk = tingkat bunga yang kecil (rendah)
rb = tingkat bunga yang besar (tinggi)
NPV rk = Net Present Value pada tingkat bunga yang kecil
NPV rb = Net Present Value pada tingkat bunga yang besar
Sehingga untuk contoh diatas, dapat dihitung IRR-nya sebagai berikut
IRR = 20% + (30% - 20%) = 20% + 3,89% = 23,89%
Atau
IRR = rk + (rb – rk)