Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

GLOBALISASI PENDIDIKAN

LANDASAN PENDIDIKAN UNIT 03

Dosen Pembimbing:

Dr. Nasir Usman, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 1

KAFKA NASIHA (2206104030061)

ALYA NAJWA (2206104030057)

AGUSMADYA RUZA RIANA (2206104030055)

MUTIARA PUTRI (2206104030054)

ALFERA (2206104030015)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2023

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya guna
memenuhi tugas mata kuliah landasan pendidikan. Adapun judul dari makalah ini adalah
"Globalisasi Pendidikan".
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dr. Nasir Usman, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis
dalam pengerjaan tugas makalah ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini .

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Banda Aceh, 20 Maret 2023

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 4

2.1 Memahami Konsep Globalisasi ...................................................................... 4

2.2 Pengaruh Globalisasi Terhadap Pendidikan .................................................... 6

2.2.1 Dampak Positif Globalisasi ......................................................................... 6

2.2.2 Dampak Negatif Globalisasi ....................................................................... 7

2.3 Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia ........................................................ 9

2.4 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi .................................... 13

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 15

3.2 Saran ............................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 16

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak
mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan
yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya
sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-
bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005). Proses globalisasi berlangsung melalui
dua dimensi, yaitu dimensi ruang dan waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang
kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang
pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam
globalisasi.
Dalam era globalisasi pada saat sekarang ini pendidikan adalah merupakan suatu hal
atau sebuah komponen yang sangat penting dan dibutuhkan dalam mengikuti
perkembangan jaman. Dalam melaksanakan dan mewujudkan suatu pembangunan, suatu
bangsa dan negara memerlukan pendidikan. Dengan kata lain pelaksanaan sebuah
pembangunan suatu bangsa dan negara tidak akan berjalan dengan baik apabila tidak
didukung oleh berbagai sektor, salah satu diantaranya adalah sektor pendidikan.
Pendidikan dinegara Indonesia bertujuan membentuk karakter bangsa yaitu manusia
seutuhnya yang memiliki kualitas iman, budi pekerti dan rasionalitas tinggi. Pendidikan
yang ada dapat dijadikan sebagai sebuah cara sekaligus sebagai tolak ukur bagi kemajuan
dan keberhasilan sebuah negara dalam mencetak dan menghasilkan manusia yang
berkualitas.
Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dengan berbagai
bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi
tidak dapat dihindari kehadirannya, terutama dalam bidang pendidikan. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi
dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di indonesia
dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem
pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah – sekolah yang dikenal dengan
billingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa
Mandarin sebagai mata ajar wajib sekolah. Selain itu berbagai jenjang pendidikan mulai

1
dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang
membuka program kelas internasional.
Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja
berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja
Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan
bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan
di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di
negeri sendiri. Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang
ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat
membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan
keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan
yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan
kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak
masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat
menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang
cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi pendidikan belum
dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagai contoh untuk dapat menikmati
program kelas Internasional di perguruan tinggi terkemuka di tanah air diperlukan dana
lebih dari 50 juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang
mapan. Dengan kata lain yang maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan
semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang yang
dapat menyeret mereka dalam jurang kemiskinan.
Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah mewah di saat
masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekedar
menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat memicu
kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas pendidikan
yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat ketimpangan
karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari sekarang. Oleh karena itu, perlu
adanya globalisasi pendidikan yang merata bagi semua kalangan masyarakat untuk
memajukan bangsa Indonesia di era globalisasi saat ini.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penulis merumuskan masalah-
masalah yang akan di bahas diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan konsep globalisasi?
2. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap dunia pendidikan?
3. Bagaimana keadaan buruk pendidikan di Indonesia?
4. Bagaimana penyesuaian pendidikan Indonesia di era globalisasi?

1.1 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan konsep globalisasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh globalisasi terhadap dunia pendidikan.
3. Umtuk mengetahui bagaimana keadaan buruk pendidikan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui bagaimana penyesuaian pendidikan Indonesia di era globalisasi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Memahami Konsep Globalisasi

Kata "globalisasi" berasal dari global dan memiliki arti universal. Globalisasi
belum memiliki definisi yang mapan selain definisi utilitarian, jadi tergantung dari sisi
mana Anda melihat. Melihatnya sebagai proses sosial, proses sejarah, atau proses
alamiah yang semakin mempersatukan seluruh bangsa dan bangsa di dunia,
menimbulkan tatanan kehidupan baru atau kesatuan koeksistensi, dan mendobrak
batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya. . Mitos populer tentang globalisasi
adalah bahwa proses globalisasi akan mempersatukan dunia. Proses globalisasi
menghapus identitas dan identitas. Budaya lokal atau etnis ditelan oleh kekuatan
budaya besar atau global.

Asumsi atau gagasan di atas tidak sepenuhnya benar. Faktanya, kemajuan


teknologi komunikasi telah membuat batas dan jarak menjadi usang dan tidak
berguna. John Naisbitt (1988), dalam bukunya Global Paradox, menunjukkan dengan
tepat apa paradoks fenomena globalisasi itu. Naisbitt (1988) menghadirkan paradoks
lain bahwa semakin universal kita, semakin kesukuan kita bertindak, dan semakin
lokal kita berpikir, semakin global kita bertindak.Ini berarti bahwa modal untuk
pengembangan masyarakat internasional perlu difokuskan pada sesuatu yang bersifat
etnik dan hanya milik kelompok atau masyarakat itu sendiri.

Di sisi lain, ada yang memandang globalisasi sebagai proyek adidaya sehingga
masyarakat bisa memandangnya secara negatif atau curiga. Dari perspektif ini,
globalisasi tidak lebih dari kapitalisme dalam bentuk terbarunya. Negara-negara kuat
dan kaya secara efektif mendominasi perekonomian dunia dan negara-negara kecil
semakin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Hal ini karena globalisasi
cenderung berdampak besar pada perekonomian dunia dan juga berdampak pada
bidang lain seperti budaya dan agama.

Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan


keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia dunia
melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk

4
interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Dalam banyak hal,
globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi
sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan
istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas
negara.

Tiap negara memiliki strategi dalam menghadapi globalisasi sehingga dampak


integrasi dan globalisasi beragam. Posisi sebuah negara bisa diketahui dalam indeks
globalisasi yang diukur dengan beberapa indikator, seperti konektivitas global,
integrasi, dan ketergantungan pada ruang ekonomi, sosial, dan ekologi.Ada lima
kategori pengertian globalisasi yang umum ditemukan dalam literatur.Kelima kategori
definisi tersebut berkaitan satu sama lain dan kadangkala saling tumpang-tindih,
namun masing-masing mengandung unsur yang khas.

1. Globalisasi sebagai internasionalisasi


Dengan pemahaman ini, globalisasi dipandang sekedar 'sebuah kata sifat
(adjective) untuk menggambarkan hubungan antar-batas dari berbagai negara.
2. Globalisasi sebagai liberalisasi
Dalam pengertian ini, globalisasi merujuk pada sebuah proses penghapusan
hambatan- hambatan yang dibuat oleh pemerintah terhadap mobilitas antar negara
untuk menciptakan sebuah ekonomi dunia yang terbuka' dan 'tanpa-batas.
3. Globalisasi sebagai universalisasi
Dalam konsep ini, kata 'global' digunakan dengan pemahaman bahwa proses
'mendunia' dan 'globalisasi merupakan proses penyebaran berbagai obyek dan
pengalaman kepada semua orang ke seluruh penjuru dunia. Contoh klasik dari
konsep ini adalah penyebaran teknologi komputer, televisi, internet, dll.
4. Globalisasi sebagai westernisasi atau modernisasi
Globalisasi dalam konteks ini dipahami sebagai sebuah dinamika, di mana
struktur-struktur sosial modernitas (kapitalisme, rasionalisme, industrialisme,
birokratisme, dsb.) disebarkan ke seluruh penjuru dunia, yang dalam prosesnya
cenderung merusak budaya setempat yang telah mapan serta merampas hak self-
determination rakyat setempat.

5
2.2 Pengaruh Globalisasi terhadap dunia Pendidikan

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari


pengaruh perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang pesat. Era pasar bebas juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan
Indonesia, karena terbuka peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari
mancanegara masuk ke Indonesia. Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan
pendidikan nasional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik
maupun non-akademik, dan memperbaiki manajemen pendidikan agar lebih produktif
dan efisien serta memberikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat untuk
mendapatkan pendidikan. Ketidaksiapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang
berkualitas dan bermoral yang dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam
kancah globalisasi, menimbulkan dampak positif dan negatif dari dari pengaruh
globalisasi dalam pendidikan.

2.2.1 Dampak Positif Globalisasi

 Kemudahan dalam Mengakses Informasi Pendidikan


Dampak positif globalisasi selanjutnya dalam bidang pendidikan adalah mudahnya
mengakses informasi pendidikan. Internet memberi kemudahan bagi pendidik dan
peserta didik untuk mengakses materi belajar, katakanlah hadirnya situs-situs yang
menyediakan buku dalam bentuk digital yang dapat diunduh dan dijadikan referensi
dalam proses belajar mengajar. Buku-buku elektronik atau e-book ini bisa diunduh
dan langsung dibaca tanpa harus mencetaknya terlebih dahulu, sehingga bisa
menghemat pemakaian kertas.
 Meningkatnya Kualitas Pendidik

Kemudahan dalam mengakses informasi pendidikan secara langsung bisa


meningkatkan kualitas dari tenaga pendidik. Kemudahan di era globalisasi ini harus
dimanfaatkan secara maksimal oleh guru, karena saat ini gurubisa leluasa melihat
trend pembelajaran di dunia, serta mencari referensi-referensi dari negara termaju di
dunia yang berguna dalam proses belajar mengajar. Dengan memaksimalkan
teknologi dan informasi di era globalisasi, kualitas pengajar akan terus meningkat.

6
 Meningkatnya Kualitas Pendidikan

Akibat dari pesatnya arus globalisasi, metode pembelajaran yang awalnya


bersifat sederhana kini berubah menjadi metode pendidikan berbasis teknologi.
Kemajuan teknologi yang semakin canggih ternyata memberi dampak positif bagi
peningkatan kualitas pendidikan. Sebagai contoh, pada zaman dahulu seorang guru
harus menulis di papan tulis dengan menggunakan kapur. Kini dengan adanya
teknologi, guru bisa memanfaatkan komputer dan internet untuk menggabungkan
tulisan, gambar, suara, video bahkan film untuk mempermudah dalam penyampaian
ilmu, termasuk dalam pengajaran ilmu klimatologi.

 Mendorong Siswa untuk Menciptakan Karya Inovatif

Perkembangan IPTEK pada era globalisasi bagi sebuah instansi pendidikan


seyogyanya bisa dimanfaatkan untuk mendorong siswa-siswanya agar bisa
menciptakan suatu karya yang inovatif. Sistem pembelajaran tradisional yang hanya
bersifat satu arah agaknya dapat menghambat perkembangan siswa, oleh karena itu
diperlukan metode pembelajaran baru seperti metode studentoriented yang nantinya
bisa merangsang daya pikir siswa dan juga meningkatkan keaktifan siswa dalam
belajar.

2.2.2 Dampak Negatif Globalisasi

 Menurunnya Kualitas Moral Siswa

Dampak buruk dari adanya globalisasi bagi dunia pendidikan adalah


kualitas moral para siswa. Informasi di internet yang dapat diakses secara
leluasa sangat rawan dalam mempengaruhi moral siswa, sebagai contoh situs-
situs yang berbau pornografi, serta adanya foto dan video yang tidak pantas
sangat mudah diakses dan merajalela di media sosial tanpaadanya filterisasi.
Adanya konten-konten yang tidak baik tersebut bisa mempengaruhi perilaku
siswa baik secara langsung maupun tidak langsung.Maka dari itu, agar moral
siswa tidak semakin rusak diperlukan kontrol dan perhatian dari orang tua
siswa, guru dan negara.

7
 Meningkatnya Kesenjangan Sosial
Dampak buruk selanjutnya adalah meningkatnya kesenjangan sosial di
masyarakat. Metode pendidikan berbasis teknologi bisa menjadi kesempatan
bagi sebuah negara untuk meningkatkan pendidikannya, namun nyatanya
kemajuan teknologi dan informasi di dunia pendidikan perlu dibarengi dengan
kesiapan mental dan modal yang tentunya tidak sedikit. Di beberapa negara di
dunia khususnya negara berkembang, perkembangan teknologi hanya bisa
dinikmati sekolah-sekolah di wilayah perkotaan, sementara sekolah yang
berada di wilayah pedalaman terus tertinggal karena sulitnya akses dan
kurangnya modal. Akibatnya kesenjangan sosial di bidang pendidikan tidak
dapat dibendung lagi.

 Tergerusnya Kebudayaan Lokal

Arus globalisasi yang sangat pesat juga bisa menggerus kebudayaan lokal
di sebuah negara. Perkembangan teknologi memungkinkan kontak budaya
terjadi melalui media massa, akibatnya pengaruh luar negeri dapat masuk
dengan leluasa ke sebuah negara. Pengaruh globalisasi dalam bidang
pendidikan yang dikuasai dan digerakkan oleh negara-negara maju bisa
menjadi masalah bagi negara-negara berkembang, tidak terkecuali bagi
Indonesia yang memiliki beberapa pulau yang masuk dalam kategori pulau
terbesar di dunia.Akibat dari arus globalisasi ini, budaya di Indonesia
dikhawatirkan akan hilang karena pudarnya rasa nasionalisme, berkurangnya
sifat kekeluargaan, serta gaya hidup masyarakat yang kebarat-baratan. Sebagai
contoh dapat kita lihat dari gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-
hari, remaja-remaja di Indonesia banyak yang berdandan meniru selebritis
Korea maupun Amerika. Remaja ini mengenakan pakaian yang tidak pantas
dan tidak sesuai dengan kebudayaan yang ada di Indonesia.

 Munculnya Tradisi Serba Cepat dan Instan

Dampak buruk globalisasi selanjutnya dalam dunia pendidikan adalah


munculnya tradisi serba cepat dan instan. Penyikapan arus globalisasi yang
tidak tepat bisa menjadikan pendidikan kehilangan orientasi idealnya yaitu

8
proses pembelajaran. Orientasi pendidikan yang awalnya menekankan pada
proses telah berubah ke ranah pencapain hasil. Akibatnya banyak orang yang
hanya menekankan pada hasil akhir ketika menempuh sebuah pendidikan,
bahkan kini makin marak adanya jual beli ijazah palsu karena banyak orang
yang ingin cepat mendapatkan keuntungan secara cepat dan instan. Tentu hal
ini bisa menjadi masalah yang besar dan merugikan negara jika tidak segera
ditangani dengan cepat. Globalisasi di dunia pendidikan perlu disikapi dengan
bijak agar nantinya tidak salah arah.

2.3 Keadaan buruk Pendidikan di Indonesia

Pendidikan adalah kekuatan pembentuk masa depan, karena ia merupakan


instrumen yang mampu mengubah sejarah gelap menjadi terang menderang.
Pendidikan merupakan investasi yang penting, karena di sanalah masa depan
dibangun. Pendidikan sangat penting bagi setiap insan karena bertujuan mencerdaskan
dan mengembangkan potensi dalam setiap diri seseorang. Mencerdaskan kehidupan
bangsa, merupakan tujuan yang hendak diwujudkan oleh bangsa Indonesia,
sebagaimana tertuang dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

Tujuan tersebut menggambarkan sebuah cita-cita luhur serta harapan negara


dalam membangun sumber daya manusia yang unggul guna tercapainya kehidupan
yang adil, makmur, dan sejahtera. Serta upaya yang telah dan akan terus dilakukan
dengan meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan dalam berbagai jalur, jenjang,
dan jenis Pendidikan. Kabar buruknya, Indonesia mendapatkan rapor merah untuk
skor PISA. Hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA)
2018 yang diterbitkan pada maret 2019 lalu memotret sekelumit masalah pendidikan
Indonesia.

Dalam kategori kemampuan membaca, sains, dan matematika, skor Indonesia


tergolong rendah karena berada di urutan ke-74 dari 79 negara. PISA merupakan
survei evaluasi sistem pendidikan di dunia yang mengukur kinerja siswa kelas
pendidikan menengah. Penilaian ini dilakukan setiap tiga tahun sekali dan dibagi

9
menjadi tiga poin utama, yaitu literasi, matematika, dan sains. Hasil pada tahun 2018
mengukur kemampuan 600 ribu anak berusia 15 tahun dari 79 negara.

Namun, masih ada hal-hal yang dapat melumpuhkan pendidikan di Indonesia


selain dari faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di
Indonesia, yaitu mengakarnya stigma-stigma dikalangan masyarakat mengenai
pendidikan. Ada beberapa tradisi yang tertanam pada masyarakat tentang pendidikan
di Indonesia, salah satunya yang akan penulis bahas mengenai stigma tentang anak
yang tidak pandai matematika adalah anak yang bodoh. Pemikiran-pemikar kolot
tersebut haruslah ditiadakan. Pundak generasi muda adalah tonggak kuat untuk
mengubah segalanya, kita sebagai generasi penerus bangsa harus bisa lebih menyadari
ohal-hal yang dianggap remeh namun justru berdampak begitu besar.

Stigma penyebab kecacatan pendidikan di Indonesia tersebut terjadi


dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pola asuh yang baik pada
anak. Pendidikan dari sudut pandang psikologis di Indonesia kurang diperhatikan.
Masyarakat tidak mengetahui konsekuensi apa yang akan di alami ketika salah dalam
mendidikan anak. Selama ini masyarakat di Indonesia mengenal kecerdasan hanya
terbatas pada aspek logika matematika saja, ketika seorang anak cepat mengenal
angka dan cakap berhitung maka anak tersebut dianggap sebagai seorang yang cerdas
dan pintar. Pelajaran matematika dianggap krusial karena menjadi indikator tingkat
kecerdasan.

Kecerdasan berkaitan dengan kemampuan unik seseorang. Tiap orang


mempunyai cara tertentu untuk menunjukkan kemampuan intelektualitasnya. Setiap
orang tidak dapat disamakan, cara yang dibutuhkan seseorang untuk mengembangkan
potensinya berbeda dari orang lain. Ketika seorang anak tidak menunjukkan
kemampuan mengagumkan dalam pelajaran berhitung, bisa jadi ia memiliki
kecerdasan yang lebih tinggi di aspek lain. Hal inilah yang mesti distimulasi dan
dikembangkan pada masyarakat. Makna kecerdasan tidak terbatas pada kemampuan
berhitung, dalam diri seorang anak memiliki potensinya masing-masing yang bisa
dikembangkan.

Menurut profesor pendidikan Universitas Harvard, Howard Gardner, Ph.D,


yang juga merupakan pakar psikologi dari Amerika Serikat, setelah melakukan

10
penelitian selama bertahun-tahun, ia menyatakan bahwa semua manusia memiliki
kecerdasan. Howard kemudian memunculkan istilah multiple intelligences, yang
dikembangkan menjadi teori melalui penelitian yang rumit, melibatkan antropologi,
psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi, fisiologi
hewan, dan neuroanatomi. Multiple intelligences (kecerdasan majemuk) atau teori
yang dikemukakan oleh Howard Gardner terbagi menjadi sembilan bagian,
kesembilan multiple intelligences tersebut adalah kecerdasan verbal-linguistik,
kecerdasan logikamatematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestik,
kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan
naturalis, dan kecerdasan eksistensial.

Fakta yang kita temukan di Indonesia bahwa ketika anak memiliki bakat seni
dan olahraga akan dipandangan sebelah mata, sekalipun ketika mereka menorehkan
prestasi yang gemilang akan cepat hilang dari ingatan. Masyarakat lebih terkesima
dan bangga ketika seorang anak meraih prestasi di bidang akademi, khususnya di
bidang hitung-menghitung. Bahkan ketika 2014 terjadi kasus bunuh diri seorang siswi
SMP Negeri 1Tabanan, Bali. Setelah mengikuti ujian nasional mata pelajaran
Matematika pada Selasa, 6 Mei 2014. Sewaktu pulang sekolah org tua anak tersebut
bertanya mengenai kesulitan ujian pada mata pelajaran tersebut. Dugaan terbesar
adalah anak tersebut mengalami stres berat, kemungkinan ia menjadi takut akan
mengecewakan org tua dengan hasil yang akan diraih nanti.

Untuk sebagian anak-anak yang menjadi korban label “bodoh” karena tidak
pandai matematika, mengakibatkan anak tersebut berpikir bahawa ia tidak pandai
dalam segala bidang karena label negatif tersebut, label “bodoh” akhirnya menjalar ke
pelajaran lain. Hal ini mengakibatkan anak akan selalu menghindari pelajaran yang
ada ilmu berhitungnya, karena alam bawah sadarnya “mencap” bahwa ia tidak
mampu.Seharusnya anak-anak yang mengalami kesulitan belajar matematika
diberikan dukungan dan motivasi yang baik agar mampu mengikuti pembelajaran
matematika dan menyenangi matematika, bukan dibiarkan saja dengan anggapan
sebagai anak bodoh dan pemalas.

Menurut sudut pandang penulis sebagai generasi muda yang tentunya


ikut andil bertanggung jawab akan hal ini, ada beberapa upaya yang dapat kita
lakukan sebagai langkah awal untuk menghilangkankan stigma-stigma

11
tersebut di masyarakat, sehingga terjadi pemutusan rantai tradisi pada
masyarakat. Mungkin kita tidak bisa membabat habis tradisi yang mengakar di
masyarakat dengan instan, namun perubahan itu bisa dimulai dari dalam diri
kita sendiri. Kunci terpentingnya adalah mulailah dari lingkungan kita sendiri.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan diantaranya;

1. Intropeksi diri dan tanamkan kesadaran

Generasi muda harus tumbuh dengan pemikiran baru yang lebih baik, berkaca dari
kondisi saat ini, untuk mencegah terjadinya hal tersebut kita harus sadar, sudahkah
kita sebagai calon orang tua memiliki ilmu untuk bekal kelak ketika sudah
mempunyai anak. Oleh karena itu, parenting sangat dibutuhkan untuk siapa pun,
bukan hanya untuk orang yang sudah menikah saja, namun kita sebagai anak muda
yang justru harus mempelajarinya sebagai bekal untuk nantinya. Karena menjadi
orang tua tidak hanya mencukupi kehidupan anaknya saja, melainkan harus mampu
memahami bagaimana cara mendidiknya dengan baik.

2. Semangat untuk memulai


Mulailah hal besar tersebut dari lingkungan terkecil, yaitu pada diri kita
sendiri. Setelah kita mengetahui bahwa kecerdasan pada anak bukan hanya dilihat dari
pandainya berhitung saja, melainkan ada sembilan jenis kecerdasan pada anak, ketika
kita mempunyai anak, kita harus mengetahui apa saja bakat anak tersebut, dan apapun
bakat yang dimilikinya, kita sebagai orang tua harus mendukung dan
mengembangkannya. Karena kesuksesan bukan hanya dinilai dari pandai matematika
saja, kesuksesan bisa diraih melalui pontensi dari masing-masing anak yang
dikembangkan. Atau ketika kita sudah mampu untuk memberitahukan kepada orang
lain bahwa stigma di atas merupakan sebuah kesalahan yang fatal bagi dunia
pendidikan anak, maka hal tersebut merupakan langkah awal generasi muda sebagai
pembawa perubahan pada negeri ini. Dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu
bukan hanya tugas pemerintah saja, melainkan masyarakat harus ikut andil dalam
proses menegakkannya.

Stigma-stigma yang mencacatkan pendidikan di Indonesia harus segera


dihilangkan, masyarakat harus menyadari bahwa terdapat hal-hal yang membuat
pendidikan di Indonesia tidak dapat mengalami perubahan. Masyarakat harus lebih

12
menyadari bahwa untuk mendidik anak dibutuhkan pola asuh yang baik, dan pola
asuh yang baik bisa ketika kita mempersiapkannya. Masyarakat harus mengenal dan
memahamipentingnya parenting bagi anak, karena proses anak menuju dewasa tidak
hanya dilihat dari perubahan fisiknya saja, melainkan sisi psikologisnya pun sangatlah
penting. Ketika orang tua salah langkah dalam mendidik anak, maka yang akan
menjadi korban adalah anak-anak itu sendiri yang merupakan generasi penerus
bangsa ini. Dengan semangat baru dan wajah baru, generasi muda berperan penting
dalam mengubur stigma-stigma yang mencacatkan pendidikan di Indonesia. Kita bisa
memulainya dari lingkungan terkecil, yaitu pada diri kita sendiri. Mulailah
mempersiapkan bekal untuk menjadi orang tua yang baik dan bijak, karena
bagaimanapun pohon yang baik akan menghasilkan buah yang berkualitas.

2.4 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi

Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap
menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja
dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa
transisi dan memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan peran dalam
globalisasi khususnya pada konteks regional. Inilah salah satu tantangan dunia
pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia
pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan tantangan. Namun dari uraian di
atas, kita optimis bahwa masih ada peluang.
Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga dalam
pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian
daripendidikan formal anak di sekolah. Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga
memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat kita
lebih hati-hati untuk tidak mudah melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional
kepada otoritas dan sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata
tidak mudah dan harus lintas sektoral.

Semakin besar kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi


peranan keluarga ini, kemudian mereka membentuk jaringan yang lebih luas untuk
membangun sinergi, maka semakin cepat tumbuhnya kesadaran kompetitif di tengah-

13
tengah bangsa kita sehingga mampu bersaing di atas gelombang globalisasi ini.Yang
dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning
strategy (strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan
pernah beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas,
tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan
yang kuat untuk mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa
bangkit kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang
dalam globalisasi.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Globalisasi telah membawa perubahan pada semua aspek kehidupan khususnya


dalam dunia pendidikan. Globalisasi dapat memberikan dampak postitif dan negatif di
dunia pendidikan. Berdampak positif jika membuat perubahan yang membawa
pendidikan Indonesia ke arah yang lebih maju, dan berdampak negatif jika menurunkan
kualitas pendidikan itu sendiri. Pemanfaatan teknologi baru, seperti komputer dan
internet, telah membawa perubahan yang luar biasa dalam dunia pendidikan dan sudah
menjadi pemandangan biasa dalam praktik pembelajaran di sekolah di Indonesia Maka
sudah sepantasnya hal tersebut lebih dikembangkan dan dimanfaatkan semaksimal
mungkin guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia.

Evaluasi pendidikan juga perlu dilakukan, hendaknya struktur dan sistem


pendidikan diubah menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman, terutama
dalam era globalisasi ini. Cenderung mempertahankan struktur dan sistem yang sudah
ada justru akan membuat dunia pendidikan di Indonesia menjadi tertinggal dari negara
lain. Oleh karena itu, untuk menghadapi pengaruh kuat globalisasi diperlukan kerja sama
yang padu antar semua komponen pendidikan seperti pendidik, peserta didik, keluarga,
dan lingkungan. Selain itu pemerintah juga berperan sebagai penjamin penyelenggaraan
pendidikan yang berkualitas dan merata di Indonesia seharusnya memberikan pendidikan
yang murah. Sehingga tidak ada alasan lagi unuk tidak dapat sekolah karena alasan biaya
mahal.

3.2 Saran

Dari dampak positif globasasi di atas, sangat banyak manfaat yang dapat
diterapkan dalam memperbaiki kulitas pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini sebaiknya
pemegang peran pendidikan seperti tenaga pendidik dan pendidik dapat memanfaatkan
pengaruh globalisasi ke dalam hal-hal yang positif untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Selain itu, dengan meningkatkan kualitas pendidikan juga dapat
meningkatkan sumber daya manusia, dimana yang nantinya merupakan salah satu cara
untuk dapat memajukan kualitas negara Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ariesta, F. W. (2021). Hakikat Teori Multiple Intelligences dalam Pembelajaran

Faizah, F. 2009. Dampak Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan, (Online),Suryabrata, S.


2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.

(Howard Gardner). Retrieved from https://pgsd.binus.ac.id/2021/12/07/1372/.

Diakses 7 April 2022

Januar, I. 2006. Globalisasi pendidikan dI indonesia, (Online),

Musfiroh, T. (2014). Hakikat Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences). Modul

Perkuliahan pdf, Universitas Terbuka.

Retrieved from https://www.antaranews.com/berita/432898/diduga-depresiusai-un-siswi-


smpn-1tabanan-bunuh-diri. Diakses 7 April 2022

Saudah dkk,2020 PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP SISWA SEKOLAH DASAR,


jurnal pendidikan dan dakwah: Volume 2

Tohir, M. (2019). Hasil PISA Indonesia tahun 2018 turun dibanding tahun 2015.

Wardoyo, C. 2007. Urgensi Pendidikan Moral (Online), (http://www.nu.or.i)

Wibisono, K. (2014). Diduga depresi usai UN siswi SMPN 1 Tabanan bunuh diri.

Yeni, E. M. (2015). Kesulitan belajar matematika di sekolah dasar. Jurnal Pendidikan

Dasar (JUPENDAS), 2(2).

16

Anda mungkin juga menyukai