GLOBALISASI PENDIDIKAN
Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
Kelompok 1
ALFERA (2206104030015)
2023
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya guna
memenuhi tugas mata kuliah landasan pendidikan. Adapun judul dari makalah ini adalah
"Globalisasi Pendidikan".
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dr. Nasir Usman, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis
dalam pengerjaan tugas makalah ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta yang
membuka program kelas internasional.
Globalisasi pendidikan dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja
berkualitas yang semakin ketat. Dengan globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja
Indonesia dapat bersaing di pasar dunia. Apalagi dengan akan diterapkannya perdagangan
bebas, misalnya dalam lingkup negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan
di Indonesia harus menghasilkan lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi “budak” di
negeri sendiri. Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang
ekonomi, sehingga dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat
membutuhkan kombinasi antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan
keterampilan daya cipta yang tinggi. Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan
yang dipadukan dengan kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Selain itu hendaknya peningkatan kualitas pendidikan hendaknya selaras dengan
kondisi masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak
masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat
menikmati pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja memerlukan biaya yang
cukup besar. Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi pendidikan belum
dirasakan oleh semua kalangan masyarakat. Sebagai contoh untuk dapat menikmati
program kelas Internasional di perguruan tinggi terkemuka di tanah air diperlukan dana
lebih dari 50 juta. Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang
mapan. Dengan kata lain yang maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan
semakin terpinggirkan dan tenggelam dalam arus globalisasi yang semakin kencang yang
dapat menyeret mereka dalam jurang kemiskinan.
Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah – sekolah mewah di saat
masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk sekedar
menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat memicu
kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas pendidikan
yang sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat ketimpangan
karena kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari sekarang. Oleh karena itu, perlu
adanya globalisasi pendidikan yang merata bagi semua kalangan masyarakat untuk
memajukan bangsa Indonesia di era globalisasi saat ini.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penulis merumuskan masalah-
masalah yang akan di bahas diantaranya:
1. Apa yang dimaksud dengan konsep globalisasi?
2. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap dunia pendidikan?
3. Bagaimana keadaan buruk pendidikan di Indonesia?
4. Bagaimana penyesuaian pendidikan Indonesia di era globalisasi?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Kata "globalisasi" berasal dari global dan memiliki arti universal. Globalisasi
belum memiliki definisi yang mapan selain definisi utilitarian, jadi tergantung dari sisi
mana Anda melihat. Melihatnya sebagai proses sosial, proses sejarah, atau proses
alamiah yang semakin mempersatukan seluruh bangsa dan bangsa di dunia,
menimbulkan tatanan kehidupan baru atau kesatuan koeksistensi, dan mendobrak
batas-batas geografis, ekonomi, dan budaya. . Mitos populer tentang globalisasi
adalah bahwa proses globalisasi akan mempersatukan dunia. Proses globalisasi
menghapus identitas dan identitas. Budaya lokal atau etnis ditelan oleh kekuatan
budaya besar atau global.
Di sisi lain, ada yang memandang globalisasi sebagai proyek adidaya sehingga
masyarakat bisa memandangnya secara negatif atau curiga. Dari perspektif ini,
globalisasi tidak lebih dari kapitalisme dalam bentuk terbarunya. Negara-negara kuat
dan kaya secara efektif mendominasi perekonomian dunia dan negara-negara kecil
semakin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Hal ini karena globalisasi
cenderung berdampak besar pada perekonomian dunia dan juga berdampak pada
bidang lain seperti budaya dan agama.
4
interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Dalam banyak hal,
globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan internasionalisasi
sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan
istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas
negara.
5
2.2 Pengaruh Globalisasi terhadap dunia Pendidikan
6
Meningkatnya Kualitas Pendidikan
7
Meningkatnya Kesenjangan Sosial
Dampak buruk selanjutnya adalah meningkatnya kesenjangan sosial di
masyarakat. Metode pendidikan berbasis teknologi bisa menjadi kesempatan
bagi sebuah negara untuk meningkatkan pendidikannya, namun nyatanya
kemajuan teknologi dan informasi di dunia pendidikan perlu dibarengi dengan
kesiapan mental dan modal yang tentunya tidak sedikit. Di beberapa negara di
dunia khususnya negara berkembang, perkembangan teknologi hanya bisa
dinikmati sekolah-sekolah di wilayah perkotaan, sementara sekolah yang
berada di wilayah pedalaman terus tertinggal karena sulitnya akses dan
kurangnya modal. Akibatnya kesenjangan sosial di bidang pendidikan tidak
dapat dibendung lagi.
Arus globalisasi yang sangat pesat juga bisa menggerus kebudayaan lokal
di sebuah negara. Perkembangan teknologi memungkinkan kontak budaya
terjadi melalui media massa, akibatnya pengaruh luar negeri dapat masuk
dengan leluasa ke sebuah negara. Pengaruh globalisasi dalam bidang
pendidikan yang dikuasai dan digerakkan oleh negara-negara maju bisa
menjadi masalah bagi negara-negara berkembang, tidak terkecuali bagi
Indonesia yang memiliki beberapa pulau yang masuk dalam kategori pulau
terbesar di dunia.Akibat dari arus globalisasi ini, budaya di Indonesia
dikhawatirkan akan hilang karena pudarnya rasa nasionalisme, berkurangnya
sifat kekeluargaan, serta gaya hidup masyarakat yang kebarat-baratan. Sebagai
contoh dapat kita lihat dari gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari-
hari, remaja-remaja di Indonesia banyak yang berdandan meniru selebritis
Korea maupun Amerika. Remaja ini mengenakan pakaian yang tidak pantas
dan tidak sesuai dengan kebudayaan yang ada di Indonesia.
8
proses pembelajaran. Orientasi pendidikan yang awalnya menekankan pada
proses telah berubah ke ranah pencapain hasil. Akibatnya banyak orang yang
hanya menekankan pada hasil akhir ketika menempuh sebuah pendidikan,
bahkan kini makin marak adanya jual beli ijazah palsu karena banyak orang
yang ingin cepat mendapatkan keuntungan secara cepat dan instan. Tentu hal
ini bisa menjadi masalah yang besar dan merugikan negara jika tidak segera
ditangani dengan cepat. Globalisasi di dunia pendidikan perlu disikapi dengan
bijak agar nantinya tidak salah arah.
9
menjadi tiga poin utama, yaitu literasi, matematika, dan sains. Hasil pada tahun 2018
mengukur kemampuan 600 ribu anak berusia 15 tahun dari 79 negara.
10
penelitian selama bertahun-tahun, ia menyatakan bahwa semua manusia memiliki
kecerdasan. Howard kemudian memunculkan istilah multiple intelligences, yang
dikembangkan menjadi teori melalui penelitian yang rumit, melibatkan antropologi,
psikologi kognitif, psikologi perkembangan, psikometri, studi biografi, fisiologi
hewan, dan neuroanatomi. Multiple intelligences (kecerdasan majemuk) atau teori
yang dikemukakan oleh Howard Gardner terbagi menjadi sembilan bagian,
kesembilan multiple intelligences tersebut adalah kecerdasan verbal-linguistik,
kecerdasan logikamatematika, kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestik,
kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan
naturalis, dan kecerdasan eksistensial.
Fakta yang kita temukan di Indonesia bahwa ketika anak memiliki bakat seni
dan olahraga akan dipandangan sebelah mata, sekalipun ketika mereka menorehkan
prestasi yang gemilang akan cepat hilang dari ingatan. Masyarakat lebih terkesima
dan bangga ketika seorang anak meraih prestasi di bidang akademi, khususnya di
bidang hitung-menghitung. Bahkan ketika 2014 terjadi kasus bunuh diri seorang siswi
SMP Negeri 1Tabanan, Bali. Setelah mengikuti ujian nasional mata pelajaran
Matematika pada Selasa, 6 Mei 2014. Sewaktu pulang sekolah org tua anak tersebut
bertanya mengenai kesulitan ujian pada mata pelajaran tersebut. Dugaan terbesar
adalah anak tersebut mengalami stres berat, kemungkinan ia menjadi takut akan
mengecewakan org tua dengan hasil yang akan diraih nanti.
Untuk sebagian anak-anak yang menjadi korban label “bodoh” karena tidak
pandai matematika, mengakibatkan anak tersebut berpikir bahawa ia tidak pandai
dalam segala bidang karena label negatif tersebut, label “bodoh” akhirnya menjalar ke
pelajaran lain. Hal ini mengakibatkan anak akan selalu menghindari pelajaran yang
ada ilmu berhitungnya, karena alam bawah sadarnya “mencap” bahwa ia tidak
mampu.Seharusnya anak-anak yang mengalami kesulitan belajar matematika
diberikan dukungan dan motivasi yang baik agar mampu mengikuti pembelajaran
matematika dan menyenangi matematika, bukan dibiarkan saja dengan anggapan
sebagai anak bodoh dan pemalas.
11
tersebut di masyarakat, sehingga terjadi pemutusan rantai tradisi pada
masyarakat. Mungkin kita tidak bisa membabat habis tradisi yang mengakar di
masyarakat dengan instan, namun perubahan itu bisa dimulai dari dalam diri
kita sendiri. Kunci terpentingnya adalah mulailah dari lingkungan kita sendiri.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan diantaranya;
Generasi muda harus tumbuh dengan pemikiran baru yang lebih baik, berkaca dari
kondisi saat ini, untuk mencegah terjadinya hal tersebut kita harus sadar, sudahkah
kita sebagai calon orang tua memiliki ilmu untuk bekal kelak ketika sudah
mempunyai anak. Oleh karena itu, parenting sangat dibutuhkan untuk siapa pun,
bukan hanya untuk orang yang sudah menikah saja, namun kita sebagai anak muda
yang justru harus mempelajarinya sebagai bekal untuk nantinya. Karena menjadi
orang tua tidak hanya mencukupi kehidupan anaknya saja, melainkan harus mampu
memahami bagaimana cara mendidiknya dengan baik.
12
menyadari bahwa untuk mendidik anak dibutuhkan pola asuh yang baik, dan pola
asuh yang baik bisa ketika kita mempersiapkannya. Masyarakat harus mengenal dan
memahamipentingnya parenting bagi anak, karena proses anak menuju dewasa tidak
hanya dilihat dari perubahan fisiknya saja, melainkan sisi psikologisnya pun sangatlah
penting. Ketika orang tua salah langkah dalam mendidik anak, maka yang akan
menjadi korban adalah anak-anak itu sendiri yang merupakan generasi penerus
bangsa ini. Dengan semangat baru dan wajah baru, generasi muda berperan penting
dalam mengubur stigma-stigma yang mencacatkan pendidikan di Indonesia. Kita bisa
memulainya dari lingkungan terkecil, yaitu pada diri kita sendiri. Mulailah
mempersiapkan bekal untuk menjadi orang tua yang baik dan bijak, karena
bagaimanapun pohon yang baik akan menghasilkan buah yang berkualitas.
Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap
menghadapi globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja
dalam arus global tersebut. Kita harus menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa
transisi dan memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan peran dalam
globalisasi khususnya pada konteks regional. Inilah salah satu tantangan dunia
pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia
pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan tantangan. Namun dari uraian di
atas, kita optimis bahwa masih ada peluang.
Ketiga, alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga dalam
pendidikan anak dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian
daripendidikan formal anak di sekolah. Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga
memainkan peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak akan membuat kita
lebih hati-hati untuk tidak mudah melemparkan kesalahan dunia pendidikan nasional
kepada otoritas dan sektor-sektor lain dalam masyarakat, karena mendidik itu ternyata
tidak mudah dan harus lintas sektoral.
13
tengah bangsa kita sehingga mampu bersaing di atas gelombang globalisasi ini.Yang
dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning
strategy (strategi) , dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan
pernah beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas,
tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan
yang kuat untuk mencapai itu, tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa
bangkit kembali menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang
dalam globalisasi.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dari dampak positif globasasi di atas, sangat banyak manfaat yang dapat
diterapkan dalam memperbaiki kulitas pendidikan di Indonesia. Dalam hal ini sebaiknya
pemegang peran pendidikan seperti tenaga pendidik dan pendidik dapat memanfaatkan
pengaruh globalisasi ke dalam hal-hal yang positif untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Selain itu, dengan meningkatkan kualitas pendidikan juga dapat
meningkatkan sumber daya manusia, dimana yang nantinya merupakan salah satu cara
untuk dapat memajukan kualitas negara Indonesia.
15
DAFTAR PUSTAKA
Tohir, M. (2019). Hasil PISA Indonesia tahun 2018 turun dibanding tahun 2015.
Wibisono, K. (2014). Diduga depresi usai UN siswi SMPN 1 Tabanan bunuh diri.
16