Anda di halaman 1dari 16

MPI DALAM DISKURSUS KEILMUAN KONTEMPORER

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Kontemporer

Dosen Pengampu :

Yosi Intan Pandini Gunawan, S.Pd., M. Pd.

Disusun Oleh :

1. Nadia Aghisna Sani 214110401013


2. Amelia Dian Safika 214110401040
3. Sekar Amelia Putri 214110401052
4. Anggi Setiani 214110401090
5. Abdul Aziz 214110401091
6. Muhammad Riza Muzakki 214110401117

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI

PURWOKERTO

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kita mampu
menyelesaikan makalah ini dengan segala kemudahan. Sholawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabatnya, umatnya
yang mudah-mudahan kita termasuk didalamnya. Adapun judul makalah yang akan kita bahas
adalah “MPI dalam Diskursus Keilmuan Kontemporer“.

Oleh sebab itu kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Pendidikan Kontemporer, Ibu Yosi Intan Pandini Gunawan, S.Pd., M. Pd. yang
telah membimbing penulis serta para sumber-sumber referensi yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan masalah ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu,
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan guna perbaikan di
masa yang akan datang. Harapannya supaya makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi
penulis umumnya bagi semua pembaca.

Purwokerto, 16 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Tantangan Lembaga Pendidikan di Era Disrupsi............................................................ 3

B. Strategi Manajemen Pendidikan Islam Di Era Industri 4.0 ............................................ 5

C. Model-Model Lembaga Pendidikan Islam.................................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 12

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 12

B. Saran ............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak orang yang mengetahui pentingnya pendidikan, namun hal tersebut


tidak diragukan lagi Faktanya, kata tersebut masih menjadi perdebatan Panjang. Ini
sangat normal dan bagus tergantung pada aspek penelitian pendidikan mana yang
ditangani. Ke mana pun kita pergi. Dari sudut pandang ini, kegiatan mengasuh anak
mempunyai fokus umum yang merupakan ciri penting. Artinya pendidikan adalah
Upaya manusia untuk “memanusiakan manusia”. Pendidikan dalam pandangan dan
ajaran Islam mengikat seluruh umat Islam dari buaian hingga liang lahat. pendidikan
Islam adalah Pendidikan didasarkan pada ajaran Islam. Perbedaan Antara Pendidikan
Islam dan Pelatihan sebagian lagi ditentukan oleh prinsip-prinsip pendidikan Islam.
Disadari atau tidak, kita berada di suatu zaman globalisasi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang maju dan pesat. Memengaruhi Globalisasi semakin
terasa, seiring bertambahnya jumlah saluran informasi di berbagai saluran media, baik
cetak maupun non-cetak, siaran dan non-siaran, elektronik dan non-elektronik.
Jika kita perhatikan lebih dekat, kita dapat melihat bahwa komunikasi tersebut
bersifat langsung dan tidak Hubungan langsung antara warga negara kita dan warga
dunia semakin berkembang setiap hari. Oleh karena itu, kedudukan manusia sebagai
artefak (produk proses pendidikan) dapat dipertimbangkan jauh dari nilai ketuhanan
dan kemanusiaan. Di sisi lain, terdapat perbedaan dalam kenyataannya perbedaan
antara masyarakat kaya dan miskin dalam sikap terhadap pendidikan. Bahkan lebih
baik Para pemikir pendidikan menganggap ada yang salah dengan pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh rumusan masalah sebagai


berikut:
1. Apa saja tantangan Lembaga pendidikan Islam di era disrupsi?
2. Bagaimana strategi pengelolaan pendidikan Islam di Era Industri 4.0?

1
3. Apa saja model-model Lembaga Pendidikan Islam?

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini akan
tercapai sebagai berikut:

1. Menjelaskan tantangan Lembaga Pendidikan Islam di era disrupsi


2. Menggali strategi pengelolaan Pendidikan Islam di Era Industri 4.0
3. Untuk mengetahui model-model Lembaga Pendidikan Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tantangan Lembaga Pendidikan di Era Disrupsi

Tantangan Institusi Pendidikan di Era Disrupsi Era disrupsi ini merupakan


fenomena dimana masyarakat mengalihkan aktivitas yang semula dilakukan di dunia
nyata ke dunia maya. Fenomena ini berkembang dalam perubahan model dunia bisnis.
Generasi lalu lintas internet adalah salah satu influencer paling populer di Indonesia.
Ada pula perubahan yang disebabkan oleh inovasi ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam pendidikan. Negara maju yang menjadi fokus pembangunan dengan
latar belakang pesatnya percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
perubahan destruktif juga terpengaruh.
Perubahan mendasar yang terjadi pada era disrupsi ini ditandai dengan kondisi
seperti berikut ini:
1) Penghematan biaya bisnis fisik karena bisnis dilakukan secara global virtual dan
disederhanakan
2) Untuk meningkatkan kualitas produk suatu perusahaan tertentu perkembangan yang
cepat
3) Era disrupsi menciptakan pasar baru, sehingga bisnis sebelumnya tutup dapat
dibuka kembali
4) Produk atau layanan di era disrupsi lebih mudah didapat dan dipilih sebuah toko
online dimana kita membuka toko hanya melalui dunia maya memesan dan
menggunakannya secara online
5) Era disrupsi telah membuat semua orang menjadi lebih pintar. lebih pintar,
menghemat lebih banyak waktu dan lebih akurat.
Daniel Bell mengatakan bahwa era globalisasi adalah bagian penting dari awal
era disrupsi ini, dan ada beberapa tren yang harus diperhatikan secara khusus, terutama
dalam hal pendidikan1,:
1. Trend yang menghasilkan persaingan bebas di semua bidang, termasuk di bidang
pendidikan. Di negara ini, institusi pendidikan Islam harus bersaing dengan

1
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia , (Jakarta:
PrenadaMedia, 2012), hlm.69

3
institusi pendidikan lainnya. Selain itu, ajaran Islam yang didasarkan pada
ketuhanan harus siap untuk bersaing dengan ajaran Barat yang hanya bergantung
pada logika. Secara khusus, dunia pendidikan Indonesia dikuasai oleh pemilik
modal, yang bergantung pada teknologi sebagai solusi cepat dan kecerdasan lokal
yang kuat.
2. Trend konflik politik. Tren ini menyebabkan peningkatan kebutuhan dan
keinginan masyarakat, termasuk keinginan masyarakat terhadap institusi
pendidikan. Oleh karena itu, untuk memenuhi harapan tersebut, lembaga
pendidikan Islam harus memiliki banyak kemajuan dan pendekatan kreatif.
3. Kemajuan terus-menerus dalam teknologi, terutama dalam bidang informasi dan
komunikasi (ICT). kebiasaan ini. Trend yang terus menerus menggunakan
teknologi, terutama di bidang informasi dan komunikasi (ICT). Tren ini
meningkatkan kebutuhan orang akan sesuatu yang "tanpa batas".
4. Sering bergantung pada diri sendiri Dengan pesatnya kemajuan teknologi
informasi dan berbagai manfaatnya, masyarakat membutuhkan pemain tambahan
untuk memenuhi kebutuhannya. Faktanya, tren ini dimanfaatkan oleh negara
maju yang sudah menguasai teknologi—seperti AS, China, Jepang, dan beberapa
negara lain—untuk membuat negara lain bergantung padanya. Salah satu aspek
dari dunia pendidikan adalah sekolah-sekolah yang dibangun dengan standar
internasional dan memiliki infrastruktur dan teknologi yang lebih canggih
dibandingkan sekolah lainnya. Lembaga pendidikan Islam semakin menghadapi
tantangan yang tidak sederhana karena sistem pembelajaran modern, konektivitas
yang luas, keamanan kerja, dan peluang yang tersedia.
5. Ada kecenderungan untuk munculnya "koloni" kebudayaan baru di bidang
tertentu. Hal ini mengubah cara masyarakat melihat pendidikan. Sebelumnya
mereka melihat pendidikan sebagai cara untuk mendapatkan pekerjaan, jabatan,
dan sebagainya. Sekarang mereka melihat pendidikan sebagai cara untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengembangan intelektual. Lembaga
pendidikan Islam harus mempertimbangkan model ini dengan hati-hati agar
relevan dengan zaman kita.

4
B. Strategi Manajemen Pendidikan Islam Di Era Industri 4.0

Saat ini, Revolusi Industri 1.0 telah menjadi Revolusi Industri 4.0. Richard
Mengko menggambarkannya sebagai berikut: Revolusi industri pertama yang dikenal
dengan Revolusi 1.0 (1750-1850), dimulai pada abad ke-18 ketika perakitan mekanis
pertama ditemukan pada tahun 1784. Prinsip dasarnya adalah manusia menjadi mesin;
Revolusi Industri Kedua atau dikenal dengan 2.0, muncul tahun ke-20 (1870-1914).
Ketersediaan listrik mendorong para ilmuwan untuk mempelajari berbagai teknologi
pada masa itu, termasuk sistem penerangan, telegrafi dan teknologi yang digunakan saat
ini. listrik juga meningkatkan pengaruh industri sebesar 300%. Revolusi Industri
Ketiga, juga dikenal sebagai Revolusi 3.0, dimulai dari awal pada tahun 1970an dan
ditandai dengan penggunaan elektronik dan teknologi informasi untuk otomatisasi
produksi. Teknologi populer seperti kamera terintegrasi dan Musik digital juga
berkembang pada masa ini. Keempat, Revolusi Industri 4.0 sejak awal 2018 sejauh ini.
Teknologi tersebut saat ini sedang dalam pengembangan fase 3.0 untuk berinteraksi
dengan teknologi jaringan. Industri telah beralih ke realitas virtual, yang mana
mencakup koneksi di mana-mana antara manusia, mesin, dan informasi (Internet).
Sejak awal Revolusi Industri 3.0, teknologi informasi dan komunikasi sudah ada
berkembang pesat dalam kategori aplikasi dan distribusi (2000-2015) seperti ini
didefinisikan oleh Steve Case. Teknologi yang memungkinkan telah mengubah
ekosistem berkembang lebih cepat. Media sosial, belanja online, keuangan, dan ponsel
Apple dan Android kini ada di mana-mana. Revolusi industri hanya dalam 15 tahun
dijuluki Revolusi Industri Keempat, atau Internet of Things “Revolusi Industri
Keempat” tahun 2016.2 Revolusi ditandai dengan perubahan besar yang terjadi di
berbagai bidang melalui kombinasi teknologi dan penciptaan berbagai kemajuan
teknologi, seperti komputer kuantum, kecerdasan buatan, robotika, Internet of Things,
drone, nanoteknologi, dll.3
Internet bukan lagi sekedar bisnis alat; Sekarang ini adalah alat untuk semua orang
manusia Dampaknya, munculnya teknologi-teknologi baru pun terjadi di segala bidang
kehidupan manusia menyebabkan gangguan pada operator yang ada dan menurunkan
levelnya kehidupan orang-orang biasa. Pendidikan Islam berlangsung di pesantren dan

2
Siti Fannah dkk, “Strategi Pengelolaan Pendidikan Islam Madrasah Tsanawiyah Al Hidayah di Era Revolusi
Industri 4.0”, Mandalanursa: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, Volume 6, Nomor 2 (Maret 2022), hlm. 4036
3
Nurdiana Fonna, Pengembangan Revolusi Industri 4.0 dalam Berbagai Bidang (Medan: Guepedia
Indonesia, 2019), hlm. 11.

5
sekolah-sekolah kecil di desa-desa terpencil Tertinggal di era Revolusi Industri 4.0,
pesantren perlu waktu untuk berkembang sempurna sebelum era digital dan
kebingungannya di dunia Islam. pelatihan . Untuk mengganti Aplikasi digital yang
diterapkan Kementerian Agama merupakan sebuah langkah maju dalam dunia politik
pemerintah terhadap madrasah atau sekolah di wilayahnya. Sistem ini cocok tidak
hanya untuk pendidikan Islam, tetapi juga untuk pembelajaran Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan Konghucu. Sikap dan kebijakan Madras mengikuti perkembangan dunia
saat ini berbagai kesenjangan dalam saran dan infrastruktur dengan pelatihan terbaik
dan terkini pasca revolusi industri 4.0 yang berimplikasi pada pendidikan Islam dan
lingkungan Madrasah harus direnovasi terlepas dari pemangku kepentingan atau
pemimpinnya di sekolah dan setiap kelas harus diajarkan menggunakan teknologi.
Perangkat itu semua masalah dukungan infrastruktur harus diprioritaskan dan ditangani
dengan hati-hati Selain itu, guru dan pemimpin pendidikan lainnya harus diasuransikan
pelatihan tatap muka untuk memungkinkan mereka menghadapi kekacauan dan
revolusi saat ini secara efektif. Oleh karena itu, sekolah harus mampu mengimbanginya
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara berdampingan sehingga
mampu beradaptasi dan mampu mematuhi semua peraturan pemerintah terkini dan
berbasis teknologi digital. Secara eksternal, administrasi sekolah berpartisipasi aktif
dengan guru dan dalam pelatihan operator madrasah yang diselenggarakan oleh
pemerintah dan lembaga atau di sekolah lain khususnya bidang teknologi informasi dan
komunikasi berupa pelatihan perangkat keras atau perangkat lunak, baik secara online
maupun dalam mode offline. Selain itu, pelatihan juga diselenggarakan untuk
meningkatkan literasi teknologi para guru dan kesadaran akan pentingnya peran
teknologi dalam memajukan pendidikan Indonesia dan penggunaan lingkungan belajar
yang lebih kreatif dan inovatif. Dan juga dukungan finansial bagi guru yang mau dan
mampu mengembangkan keterampilannya dalam proses pembelajaran. Kelanjutan
menjalankan madrasah itu penting meningkatkan administrasi dan manajemen TI guru
dan komunikasi melalui pelatihan, bimbingan dan dukungan
keuangan jika diperlukanSikap dan kebijakan madrasah mengikuti perkembangan
zaman di tengah berbagai kekurangan saran dan prasarana dengan pendidikan terbaik
dan mutakhir mengikuti revolusi industri 4.0 yang berdampak pada pendidikan Islam
dan lingkungannya. Madrasah perlu diperbarui, terlepas dari stakeholder atau kepala
sekolah, dan setiap kelas perlu diajarkan menggunakan teknologi. Piranti-piranti yang

6
berkaitan dengan menunjang prasarana kelengakapan harus diutamakan dan ditangani
secara hati-hati.
Selain itu, guru dan pemimpin pendidikan lainnya perlu diberikan pelatihan tatap
muka agar mereka dapat mengelola pergolakan dan revolusi saat ini secara efektif.
Sejalan dengan hal ini, sekolah harus mampu mengikuti laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi secara beriringan agar dapat beradaptasi dan mampu
mengikuti semua peraturan pemerintah yang terkini dan berbasis teknologi digital.
Pada lingkup eksternal manajemen sekolah giat mengikutsertakan para guru dan
operator madrasah dalam pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan Pemerintah, instansi
atau sekolah lain, lebih-lebih dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi yang
berupa pembelajaran perangkat keras atau perangkat lunak, baik melalui daring atau
luring. Selain itu, untuk menambah literasi teknologi guru, diadakan juga sosialisasi
dan penyadaran akan pentingnya peran teknologi dalam memajukan pendidikan
Indonesia serta penggunaan media pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif. Serta
dukungan dana bagi guru yang mau dan mampu mengembangkan kompetensinya
dalam proses pembelajaran. Penting bagi manajemen madrasah untuk terus
meningkatkan penguasaan manajemen danguru terhadap teknologi informasi dan
komunikasi melalui pelatihan, bimbiangan dan dukungan finansial jika dibutuhkan
sebagaimana dilakukan Kepala Madrasah.. Ini penting bagi siswa dan orang tua mereka
terdapat sosialisasi dan pengajaran manfaat teknologi informasi dan komunikasi
untuk menunjang pembelajaran siswa baik di madrasah maupun di rumah. Madrasah
harus selalu menjadi lembaga pendidikan Islam juga terlibat dalam pemanfaatan guru,
siswa, orang tua dan lingkungannya teknologi informasi dan komunikasi dan internet
dalam arti positif, jadi tidak menggerogoti nilai-nilai Islam yang terkandung dalam
madrasah sejak dini. Itu sebabnya lembaga tersebut harus melalui beberapa tahapan
Pendidikan Islam sebagai alternatif yaitu restrukturisasi sistem pendidikan bagian
integral antara agama dan masyarakat. Berikutnya, pendidikan Islam harus mulai
ditingkatkan mereka sendiri, mengembangkan strategi untuk bertemu dan merespons
tantangan perubahan ini, jika tidak maka pendidikan Islam akan tertinggal kompetisi
global. Maka dalam mengembangkan strategi untuk mengatasi tantangan tersebut
Perubahan ini setidaknya harus mempertimbangkan fitur-fitur berikut:
1. Adanya upaya untuk mengarahkan atau lebih menekankan pendidikan Islam
sebagai upaya dalam belajar, bukan mengajar.

7
2. Pendidikan Islam dapat diselenggarakan dengan struktur yang lebih tepat dan
fleksibel
3. Pendidikan Islam dapat memperlakukan peserta didik sebagai individu yang
mempunyai sifat khusus dan mandiri dan
4. Pendidikan Islam merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan
berinteraksi dengan lingkungan
Selanjutnya dalam menghadapi tantangan di era industri 4.0, desain Kurikulum
harus berwawasan luas ke depan dengan tingkat fleksibel yang tinggi, telah
menunjukkan kompetensi dan berusia muda, disesuaikan dengan kebutuhan peserta
didik dan tuntutan sosial. Oleh karena itu, peran kurikulum adalah memberikan
program pelatihan yang relevan dengan tujuan akhir pendidikan yaitu membantu siswa
menjadi orang yang mereka inginkan.
Bersama Suwito, dalam menghadapi tantangan ke depan diharapkan lembaga
pendidikan dapat menciptakan dialog yang memberdayakan. Adapun untuk
melaksanakan pelatihan yang berdaya dan memberdayakan diperlukan
empat hal, yaitu:
Memiliki visi, misi, dan orientasi strategis ke depan yang jelas.

1. Memiliki legistimasi sosial, intelektual dan moral yang kuat.


2. Bebasis pada masyarakat dan meresponi tuntutan zaman.
3. Dikelola dengan menajemen modern yang profesoinal, rasional, terbuka,
akuntabel, humanis, memiliki akses, kerjasama dan kemitraan global.
1 Memahami Permasalahan Internal Pendidikan Islam

Tanpa memahami masalah internal yang mempengaruhi pendidikan Islam, akan


sulit untuk membuat inovasi dan strategi yang efektif dan sesuai dengan permasalahan,
tantangan, kebutuhan, dan juga tujuan yang diharapkan.

Menurut Rosidin, ada delapan faktor yang perlu dibahas lebih lanjut oleh
setiap organisasi pendidikan Islam, diantaranya4

1) Adanya pertentangan antara kecepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


dengan kecepatan perkembangan pendidikan.

4
Rosidin, “Problematika Pendidikan Islam Perspektif Maqasid Shari’ah”. Maraji’: Jurnal Studi Keislaman,
Volume 3, Nomor 1 (September, 2016), hlm. 186.

8
2) Stigma yang dikenal sebagai "kelas dua" telah melekat pada pendidikan Islam karena
respon organisasi yang tidak konsisten terhadap kemajuan teknologi.

Pengelolaan pendidikan Islam harus dapat dilakukan dengan melakukan tiga langkah
sebagai berikut dalam mengatasi kedua masalah di atas5:

a. Melalui pandangan yang mengganggu mengakibatkan mereka yang bertanggung jawab


untuk memajukan pendidikan Islam yang seharusnya bekerja sama untuk memilih
keterampilan yang diperlukan untuk pengamatan yang tepat dan bertanggung jawab ini
mengalami perkembangan iptek yang pesat. Lembaga ini dapat memenuhi pencapaian
dan kebutuhan masyarakat sekitar untuk memberikan respon akan dunia persaingan.
b. Kendalikan diri maksudnya manusia mengendalikan dirinya dengan keterbukaan diri
cepat tanggap akan hal situasi dan memiliki kinerja yang mendukung segala aspek
perkembangan.
2) Menciptakan atau membentuk kembali dengan demikian dari masing-masing lembaga
pendidikan Islam bisa melakukan pekerjaannya melalui penekanan kebenaran yang
relevan sekaligus akurat agar aturan norma masyarakat bisa dikembangkan atau jauh
lebih efektif lagi.
3) Dikotomisasi ilmu yang sebagian lembaga pendidikan Islam terkadang masih
cenderung membedakan antara pendidikan agama dan pendidikan umum, serta
memandang bahwa menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lebih penting
daripada menguasai ilmu agama.
4) Adanya dualisme politik antara Kemendikbud dan Kemenag yang terus berlangsung,
yang menyebabkan ketegangan yang terus berlanjut antara kedua lembaga yang
menaungi bidang pendidikan tersebut. Polemik ini memberikan dampak negatif
terhadap dunia pendidikan pada umumnya, dalam mencapai tujuannya lembaga
pendidikan seakan tidak memiliki pedoman yang jelas.

Beberapa kualifikasi yang harus dipenuhi dalam pendidikan tinggi Islam antara lain:
6
:

5
Rhenald Kasali, Disruption “Tak Ada yang Tak Bisa Diubah sebelum Dihadapi Motivasi Saja Tidak Cukup”
Menghadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan dalam Peradaban Ube (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2017), hlm. 305.
6
Ahmad Zaki Mubarak, “Islam, Pendidikan dan Revolusi Industri: Sebuah Pengantar”. Makalah, disampaikan
pada Seminar Program Peningkatan Kompetensi Berkelanjutan oleh Kementerian Agama Kota Banjar, tanggal
13 November 2018

9
a. Dengan mengembangkan badan literatur akan menekankan Studi Ilmu
matematika, sains teknologi dan informasi serta teknologi komputer, ilmu
ekonomi dan ilmu bisnis keuangan titik di samping hal tersebut kita juga perlu
pemahaman menyeluruh mengenai konstruksi dunia agama dan juga hak asasi
manusia.
b.Meningkatkan kemampuan peserta didik dan tenaga pendidik untuk
memecahkan masalah secara kreatif Yakni dengan cara berkomunikasi meminta
solusi kepada orang lain juga memecahkan masalah secara kolaboratif yang hal
demikian dicapai untuk pemecahan masalah alasannya mereka memiliki
hubungan kerja hal itu akan memudahkannya.
c. Pembentukan karakteristik sebagai pendidikan seumur hidup pandai dan bisa
beradaptasi kecenderungan kepada hak nilai kepemimpinan serta keilmuan
sosial yang diperlukan.
Pergeseran revolusioner dalam ilmu teknologi sering terjadi diakibatkannya
adanya pencapaian dengan ketergesa-gesaan. Aspek pencapaian tersebut pada
dasarnya sulit dicarinya informasi mengenai data dasar seperti pangan papan,
pendidikan, dan lain-lain. Dalam ciri ketergesaan tersebut didasarkan kepada
berkembangnya nilai literasi yang kurang diantara masyarakat akademik yang
cenderung kepada informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan revolusi
industri hal ini bisa terjadi untuk mengubah langkah berkomunikasi juga melakukan
transaksi sosial. Populasi yang paling sering mewakili periode ini adalah digital
native yang memiliki jalan untuk memilih menjalani kehidupan yang terkoneksi
dengan internet. Gaya literasi buku digital kemudian menggunakan smartphone dan
penggunaan buku digital in Band Masih membutuhkan panduan tentang cara
penggunaannya alhasil dengan kebutuhan mendasar ini situasi penerapan pendidikan
Harus mempersiapkan sumber daya manusia yang siap menerima zaman teknologi.

C. Model-Model Lembaga Pendidikan Islam

1. Model Pertemuan Kelas/ Tatap Muka


William Glasser adalah pakar yang mengembangkan Model Pertemuan Kelas.
Menurut Glasser dalam Moejiono, sekolah umumnya berhasil mendorong perilaku
ilmiah, tetapi terkadang mereka gagal menumbuhkan hubungan interpersonal yang
hangat. Hubungan pribadi berperan dalam membantu keberhasilan pembelajaran.
Syarat-syarat berikut harus dipenuhi oleh sekolah untuk membangun hubungan

10
interpersonal yang hangat: guru harus bersifat partisipatif karena pera guru sangat
pentig dalam model ini, siswa harus ingin belajar sopan santun, guru dan siswa harus
berani menghadapi kenyataan dan berani menolak perilaku yang tidak bertanggung
jawab. Oleh karena itu, guru harus menggunakan pendekatan pengajaran khusus
agar siswa dapat meningkatkan keakraban hubungan interpersonal.
Pemahaman diri dan rasa tanggung jawab atas diri sendiri maupun kelompok
adalah dua tujuan utama model belajar tatap muka.
2. Model pembelajaran kolaboratif
Roben E. Slavin ialah pakar model ini. Model ini membagi siswa ke dalam
beberapa kelompok fokus, masing-masing dengan empat atau lima siswa. Model ini
akan menciptakan lingkungan belajar yang bebas, yang akan mengembangkan,
menstimulasi, dan meningkatkan keinginan siswa untuk belajar. Saat ini, pendidikan
di sekolah masih fokus pada topik tertentu dan siswa kurang berpartisipasi dalam
pembelajaran. Budaya belajar siswa masih belum berkembang. Hal ini akan
berdampak langsung pada hasil belajar siswa dan pendapatan mereka. Siswa menjadi
semangat dan terlibat dalam proses pembelajaran berkat model ini. Kekurangan
model ini adalah fokusnya pada bagaimana siswa dapat berpartisipasi dan bekerja
sama, tetapi tidak membahas materi pelajaran secara sistematis.
3. Model pembelajaran terpadu/ Model pembelajaran terintegrasi
Merupakan sistem pembelajaran yang menyajikan materi pelajaran secara
keseluruhan dan menghapus batas-batas yang membedakan topik atau subtopik yang
berbeda. Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk aktif meneliti,
mengeksplorasi, dan menemukan konsep dan prinsip ilmiah yang lengkap dan
autentik, baik secara individu maupun kelompok. Jika guru dapat menghubungkan
atau mengintegrasikan hasil belajar di sekolah dengan temuan di bidang ini,
pembelajaran akan lebih efektif. Program belajar Integrasi dapat digambarkan
sebagai model yang dapat dilaksanakan, di mana dokumen disertakan ke dalam
materi pelajaran. Mempelajari Integrasi juga memungkinkan guru untuk
mengintegrasikan topik dan lingkungan kehidupan siswa.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Manajemen pendidikan Islam dalam diskursus keilmuan kontemporer adalah topik


yang luas dan kompleks. Dalam konteks ini, manajemen pendidikan Islam mengacu pada cara
mengelola, merencanakan, dan melaksanakan pendidikan Islam dengan mempertimbangkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.
Beberapa poin penting dalam diskursus ini mungkin melibatkan:
a. Integrasi Teknologi: Bagaimana teknologi dapat digunakan dalam proses pembelajaran
dan administrasi sekolah untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pendidikan Islam.
b. Kurikulum yang Relevan: Pembaruan kurikulum agar sesuai dengan tuntutan masyarakat
dan perkembangan ilmu pengetahuan, sambil tetap mempertahankan nilai-nilai Islam.
c. Pengelolaan Sumber Daya: Bagaimana mengelola sumber daya manusia, keuangan, dan
fisik dalam lembaga pendidikan Islam.
d. Evaluasi dan Peningkatan Berkelanjutan: Bagaimana mengevaluasi hasil pendidikan dan
terus menerus meningkatkannya sesuai dengan standar keilmuan kontemporer.
e. Peran Pendidik: Mempertimbangkan peran guru dan staf pendidikan dalam menyebarkan
nilai-nilai Islam dan membentuk karakter siswa.

B. Saran

Penting untuk menghadapi perubahan zaman dan tetap mempertahankan


prinsip-prinsip Islam dalam konteks pendidikan. Oleh karena itu tenaga pendidik
maupun sebuah lembaga perlu adanya kesanggupan untuk menjalankan program
tersebut dengan baik didukung dengan aspek-aspek yang telah dijelaskan di atas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Zaki Mubarak, “Islam, Pendidikan dan Revolusi Industri: Sebuah Pengantar”.
Makalah, disampaikan pada Seminar Program Peningkatan Kompetensi Berkelanjutan
oleh Kementerian Agama Kota Banjar, tanggal 13 November 2018
Fannah, S., Asy'ari, H., & Ratnaningsih, S. (2022). Strategi Pengelolaan Pendidikan Islam
Madrasah Tsanawiyah Al-Hidayah di Era 4.0. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, 6(2),
4036.

Fonna, N. (2019). Pengembangan Revolusi Industri 4.0 dalam Berbagai Bidang. Medan:
Guepedia Indonesia.

Khasali, R. (2017). “Tak Ada yang Tak Bisa Diubah sebelum Dihadapi Motivasi Saja Tidak
Cukup” Menghadapi Lawan-Lawan Tak Kelihatan dalam Peradaban Ube. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Nata, A. (2012). Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di


Indonesia. Jakarta: PrenadaMedia.

Rosidin. (2016). Problematika Pendidikan Islam Perspektif Maqasid Shari'ah. Maraji': Jurnal
Studi Keislaman, 3(1), 186.

13

Anda mungkin juga menyukai