Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK (ASPEK FISIK, EMOSI,


KEPRIBADIAN, BAHASA, PENGHAYATAN KEAGAMAAN, DAN
MORAL)

Diajukan untuk memenuhi Tugas Kelompok mata kuliah Psikologi Pendidikan


Dan Bimbingan

Dosen Pengampu : Nadia Aulia Nadhirah, M.Pd

Disusun Oleh
Kelompok 1
Deden Baehaki (2303615)
Evi Susanti (2300688)
Meisya Handayani (2310742)
Muhammad Andre (2303355)
Indah Julianti (2303406)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA DAN KERAJINAN


FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2024
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami
mengucapkan salam sejahtera bagi kita semua. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dengan tujuan
untuk menggali lebih dalam tentang perkembangan peserta didik dalam berbagai
aspek.
Melalui penyusunan makalah ini, kami berharap dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik mengenai tema yang diangkat serta mampu
menjelaskan apa saja aspek pada perkembangan peserta didik . Kami menyadari
bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa
mendatang.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi
kontribusi kecil dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang
psikologi.

Bandung, 19 Februari 2024

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1 Latar belakang...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................2

1.3 Tujuan............................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN.......................................................................................3

2.1 Konsep Dasar Perkembangan Peserta Didik..............................3

2.1.1 Pengertian Perkembangan Peserta Didik...........................3

2.1.2 Prinsip Perkembangan Peserta Didik.................................4

2.1.3 Tahapan Perkembangan Peserta Didik................................5

2.2 Aspek-Aspek Perkembangan Peserta Didik...............................7

2.2.1 Aspek Fisik..............................................................................7

2.2.2 Aspek Emosi............................................................................8

2.2.3 Aspek Kepribadian.................................................................8

2.2.3 Aspek Bahasa..........................................................................9

2.2.4 Aspek Penghayatan Keagamaan...........................................9

2.2.5 Aspek Moral..........................................................................10

2.3 Konsep dan Tugas Perkembangan Peserta Didik....................10

2.3.1 Konsep Perkembangan........................................................10

ii
2.3.2 Tugas Perkembangan...........................................................11

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan..................12

BAB III

PENUTUP..............................................................................................18

3.1 Simpulan.......................................................................................18

3.2 Saran.............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Tahap perkembangan dapat diartikan sebagai fase atau periode perjalanan
kehidupan anak yang diwarnai dengan ciri khusus atau pola tingkah laku tertentu.
Fase atau periode yang dimaksudkan pada pembahasan ini adalah tahapan-tahapan
yang terjadi pada perkembangan individu dari masa kecil sampai dewasa. Fase
perkembangan selalu berkaitan erat dengan periode perkembangan yang
mendahuluinya. Hal ini membuktikan bahwa manusia merupakan kesatuan yang
utuh. Tujuan yang terkandung dalam setiap perkembangan yaitu menjadi manusia
dewasa yang sanggup berdiri sendiri.
Menurut Santrock (1996) dalam bukunya Retno Pangestuti, perkembangan
merupakan bagian dari perubahan yang dimulai dari masa konsepsi dan berlanjut
sepanjang rentang kehidupannya. Bersifat kompleks karena melibatkan banyak
proses seperti biologis, kognitif, dan sosioemosional. F.J Monks, dkk (2001)
menambahkan pengertian perkembangan merujuk pada proses menuju
kesempurnaan yang tidak dapat diulang kembali berdasarkan pertumbuhan,
pematangan, dan belajar. Dalam kacamata psikologi, perkembangan dapat
diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan kualitatif individu dalam
rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi, bayi, kanak-kanak, masa
remaja, sampai dengan dewasa. Dalam kamus Psikologi, Chaplin (2002)
menjabarkan perkembangan sebagai perubahan yang terjadi pada organism dari
lahir sampai mati, adanya pertumbuhan dan perubahan integrasi jasmani ke dalam
fungsional dan munculnya kedewasaan.
Ada beberapa alasan mengapa guru atau mahasiswa calon guru perlu
memahami perkembangan peserta didik. Alasan-alasan itu sebagai berikut,
mempelajari dan memahami aspek perkembangan peserta didik adalah salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru,
Melalui pemahaman tentang aspek-aspek perkembangan serta faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik, dapat diantisipasi tentang
berbagai upaya memfasilitasi perkembangan tersebut, baik di lingkungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Disamping itu, dapat diantisipasi juga
tentang upaya untuk mencegah berbagai kendala atau masalah yang mungkin akan
menghambat perkembangan anak khususnya anak sekolah dasar. Semua orang
memiliki aspek perkembangan yang jumlahnya sama tetapi memiliki kemampuan
pengembangan aspek perkembangan yang berbeda-beda. Setiap manusia memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing begitupun anak sekolah dasar. Ada
yang unggul dalam hal akademik tetapi rendah dalam hal nonakademik, ada yang
unggul aspek kognitifnya tetapi rendah dalam aspek sosial begitupun sebaliknya.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor gen dan faktor
lingkungan. Perkembangan peserta didik merupakan suatu proses yang kompleks
dan melibatkan berbagai aspek yang saling terkait satu sama lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian, prinsip, dan tahapan perkembangan pada konsep dasar
perkembangan peserta didik ?
2. Bagaimana menganalisis aspek - aspek perkembangan peserta didik ?
3. Bagaimana menganalisis konsep dan tugas perkembangan peserta didik ?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik ?

1.3 Tujuan
1. Menguraikan pengertian, prinsip, dan tahapan perkembangan konsep dasar
peserta didik
2. Menganalisis aspek-aspek perkembangan peserta didik
3. Menganalisis konsep dan tugas perkembangan peserta didik
4. Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Perkembangan Peserta Didik


Konsep dasar dalam perkembangan peserta didik melibatkan pemahaman
tentang pertumbuhan, perkembangan, kematangan, dan perubahan sistematis pada
fungsi fisik dan psikis. Dalam pendidikan, peserta didik merupakan komponen
sentral dan menjadi fokus perhatian dalam proses transformasi yang disebut
pendidikan. Mereka adalah “bahan mentah” yang perlu dibina dan dibimbing
untuk menuju keoptimalitas kemampuannya.
2.1.1 Pengertian Perkembangan Peserta Didik
Pengertian perkembangan peserta didik merupakan bagian dari sebuah
pengkajian dan penerapan psikologi perkembangan yang mempelajari aspek-
aspek perkembangan individu atau peserta didik biasa nya pada tahap usia sekola
SMP sampai dengan SMA/SMK/MA adalah tahap yang berat, karna dari tiap-tiap
tingkatan jenjang pendidikan setiap peserta didik akan menjalankan tahapan-
tahapan perkemnangan terikat hal-hal yang menyangkut aspek prilaku dan
berkesatuan dengan tindakan-tindakan yang dilakukan secara bertahap oleh setiap
masing-masing peserta didik dan itu harus menjadi perhatian penuh oleh setiap
tenaga pendidik agar tahapan-tahapan tersebut berjalan dengan lancar serta dapat
menyelesaikan kesulitan atau hambatan yang di alami peserta didik selama
pembelajaran.
Peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu, atau
peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan,
perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan atau arahan dalam
membentuk kepribadian serta sebagai bagian dari struktural proses pendidikan.
Secara bahasa peserta didik adalah seseorang yang perlu bimbingan dari seorang
pendidik pertumbungan menyangkut fisik, dan psikis.
Menurut Toto suharto (2006: 123) peserta didik adalah makhluk allah yang
terdiri dari aspek jasmani dan rohani yang belum mencapai kematangan, baik fisik
mental, itelektual, maupun psikologinya. Karna itu, ia senantiasa memerlukan

3
bantuan, dan bimbingan dan arahan pendidikan agar dapat mengembangkan
potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan.

2.1.2 Prinsip Perkembangan Peserta Didik


Prinsip-prinsip Perkembangan menunjukkan gejala-gejala yang relatif
teratur. Sehingga terjadi pola-pola perkembangan yang sistematis. Atas dasar itu,
maka para ahli merumuskan- prinsip prinsip perkembangan. Prinsip-prinsip
perkembangan itukadang-kadang juga dianggap sebagai hukum-hukum
perkembangan. Beberapa prinsip itu adalah:
1. Perkembangan fungsi-fungsi jasmaniah dan fungsi-fungsi rohaniah
berlangsung dalam proses satu kesatuan yang menyeluruh (integral). Prinsip ini
sering disebut sebagai hukum kesatuan organis (fungsional). Prinsip ini berarti
bahwa organ-organ atau fungsi-fungsi itu proses perkembangannya bukan
secara sendiri-sendiri, terpisah satu sama lain. Melainkan satu dengan yang lain
saling berhubungan dan bahkan saling ketergantungan. Perkembangan fungsi
pikir misalnya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan fungsi ingatan,
fungsi fantasi, fungsi motivasi dan sebagainya, bahkan tidak dapat dipisahkan
dengan organ-organ fisik.
2. Setiap individu mempunyai kecepatan sendiri-sendiri dalam
perkembangannya. Prinsip ini mengandung maksud bahwa perkembangan
antara sejumlah anak tidaklah sama, belum tentu sama pula tingkat
perkembangan yang dicapainya pada suatu saat tertentu, baik pola
perkembangan keseluruhannya, maupun dalam aspek tertentu dari
perkembangan itu. Dengan kata lain selalu terdapat perbedaan-perbedaan
individu dalam proses perkembangan anak-anak. Prinsip ini disebut juga
dengan hukum tempo perkembangan.
3. Perkembangan seorang individu, baik secara keseluruhan maupun setiap
aspeknya, bertahannya tidak konstan melaikan berirama. Ini berarti bahwa
proses perkemangan itu kadang-kadang cepat, kadang-kadang lambat, atau
mungkin berhenti untuk beberapa waktu. Perkembangan kemampuan
Berbicara sebagai suatu bentuk pengembangan misalnya, pada suatu saat cepat
memperoleh kata-kata baru beserta pengertiannya dalam waktu jangka pendek,

4
pada saat yang lain sebaliknya, dalam waktu yang lebih lama hanya didapat
penambahan sedikit ataupun tidak mendapatkan kosa kata yang lain lagi.
Prinsip ini disebut juga dengan hukum irama (sajak) perkembangan.
4. Proses perkembangan itu mengikuti pola tertentu. Prinsip ini menyatakan
bahwa setiap aspek perkembangan terus menerus mengikuti aturan yang relatif
tetap, sesuai dengan perkembangan itu sendiri. Misalnya, Perkembangan
kecakapan berjalan dimulai dengan berdiri sambil berpegangan selanjutnya
berdiri tanpa berpegangan, melangkah sambil jatuh sampai melangkah dan
berjalan seperti biasa.
5. Proses perkembangan berlangsung secara berkesinambungan. Dengan prinsip
ini berarti apa yang telah dicapai pada saat-saat yang lalu merupakan bagian
yang tak terpisahkan dengan bagian-bagian sebelumnya. Oleh karena itu,
adanya periode-periode perkembangan yang diadakan hanyalah untuk
memahami perkembangan, karena sebenarnya tidak ada perubahan yang tiba-
tiba. Prinsip ini disebut juga dengan hukum kontinuitas perkembangan.
6. Antara aspek perkembangan dengan aspek perkembangan yang lain saling
tentang atau saling berkolerasi secara bermakna. Dengan prinsip ini dapat
dicontohkan, bahwa perkembangan kesanggupan berjalan akan berkolerasi
dengan perkembangan dan pertumbuhan otot-otot, syaraf-syaraf, tulang-tulang
kaki dan sebagainya. Prinsip ini dipandang sebagai hukum kolerasi
perkembangan.
7. Perkembangan berlangsung dari pola-pola yang bersifat umum menuju pola-
polayang bersifat khusus. Prinsip ini pada dasarnya menyatakan, bahwa
perkembangan bermula dari Perkembangan ini disebut menuju diferensiasi.
Oleh karena itu disebut juga dengan hukum diferensiasi (Ahmad, 1993: 30-33).
Prinsip-prinsip (hukum).

2.1.3 Tahapan Perkembangan Peserta Didik


1. Perkembangan kognitif setiap peserta didik akan menjadi tantangan bagi
pendidik dalam menentukan pendekatan pembelajaran, metode, media, dan
jenis evaluasi yang akan dipilih dan digunakan. Setiap tingkatan kognitif mulai
Taman Kanak-kanak berusia 5-6 tahun, Sekolah Dasar berusia 7-11 tahun, dan

5
Sekolah Menengah Pertama berusia 12-14 tahun, dan peserta didik Sekolah
Menengah Atas usia 15-17 tahun tentu akan berbeda-beda pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan. Menurut Piaget perkembangan intelektual
anak usia Taman Kanak-Kanak berada pada taraf pra operasional konkrit,
peserta didik Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkrit, dan peserta
didik Sekolah Menengah Pertama, serta Sekolah Menengah Atas atau Sekolah
Menengah Kejuruan berada pada tahap operasional formal.
2. Kemampuan awal (entry behavior) atau inteks peserta didik adalah
pengetahuan dan keterampilan dasar yang dimiliki terlebih dahulu oleh peserta
didik sebelum mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru. Pengetahuan
dan keterampilan awal ini akan menjadi pengantar untuk memahami
pengetahuan yang lebih tinggi. Contohnya, sebelum peserta didik mempelajari
tentang objek kajian sosiologi maka peserta didik harus terlebih dahulu
memahami pengertian sosiologi. Kemampuan awal peserta didik akan
mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai. Untuk itu seorang pendidik
harus mengetahui kemampuan awal peserta didiknya, sehingga dapat
menentukan alur pembelajaran secara tepat sesuai dengan kemampuan peserta
didik. Pengetahuan awal peserta didik bersifat individual, artinya setiap
individu memiliki pengetahuan awal yang berbeda-beda. Untuk mengetahui
pengetahuan awal peserta didik, seorang pendidik dapat melakukan pre tes
dan/atau non tes seperti wawancara sebelum mempelajari materi pokok.
Dengan demikian pendidik akan memiliki gambaran yang jelas terkait dengan
kondisi kemampuan awal peserta didik.
3. Gaya belajar merupakan cara yang digunakan peserta didik dalam mengatur,
menerima, dan memproses informasi atau materi yang diterima dari pendidik.
Seorang pendidik harus memahami gaya belajar peserta didik agar
materi/informasi yang disampaikan dapat diserap oleh peserta didik. Aspek
yang memengaruhi Gaya belajar peserta didik adalah motivasi Dalam proses
pembelajaran seorang pendidik harus memahami motivasi belajar pada diri
peserta didik. Motivasi ini bisa saja timbul dari individu itu sendiri (motivasi
instrinsik) dan bisa muncul karena faktor dari luar dirinya sendiri (motivasi
ekstrinsik). Motivasi akan mempengaruhi perilaku tertentu dalam belajar.

6
Dalam proses belajar motivasi peserta didik dapat mengalami perubahan,
kadang tinggi, sedang, atau bahkan rendah.

2.2 Aspek-Aspek Perkembangan Peserta Didik

2.2.1 Aspek Fisik


Aspek perkembangan pertama yakni, Aspek fisik dan motorik,
berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik, Kuhlen dan Thompson
menyatakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:
pertama, struktur fisik, yang meliputi tinggi badan, berat badan, dan proporsi
tubuh. Kedua, sistem syaraf yang mempengaruhi perkembangan aspek lainnya,
yakni intelektual dan emosi. Ketiga, Kekuatan otot, yan akan mempengaruhi
perkembangan motorik, Keempat, kelenjar endokrin yang menyebabkan
munculnya pola-pola perilaku baru.
Aspek perkembangan ini sangat mempengaruhi seluruh aspek
perkembangan lainnya, sebagai contoh, struktur fisik yang kurang normal
(terlalu pendek/tinggi, terlalu kurus atau obesitas) akan berpengaruh terhadap
kepercayaan diri seseorang (Karvadı, 2019).Aspek perkembangan kedua yakni,
aspek kognitif atau intelektual, perkembangan kognitif berkaitan dengan
potensi intelektual yang dimiliki individu, yakni kemampuan untuk berfikir
dan memecahkan masalah.
Aspek kognitif juga dipengaruhi oleh perkembangan sel-sel syaraf
pusat di otak. Ahli psikologi yang memberikan kontribusi teori penting mengenai
perkembangan kognitif adalah Jean Piaget. Menurutnya, tahap
perkembangan kognitif menurut periode usia adalah adalah sebagai berikut:
sensori-motori, usia 0-2 tahun, raoperational, usia 2-7 tahun, operational
konkrit, usia 7-12 tahun, dan operational formal, usia diatas 12 tahun.
Selain berhubungan erat dengan aspek perkembangan fisik dan motorik,
perkembangan kognitif juga dipengaruhi dan memengaruhi aspek
perkembangan lainnya, seperti moral, dan penghayatan agama, aspek bahasa,
sosial, emosional. Sebagai contoh, peserta didik yang memiliki
perkembangan kognitif yang baik, diharapkan mampu memahami nilai dan

7
aturan sosial,memiliki penalaran moral yang baik dan mampu menggunakan
bahasa secara tepat dan efisien.
2.2.2 Aspek Emosi
Aspek perkembangan kedua yakni, aspek perkembangan emosi.
Menurut Retno, emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang
atau suatu kejadian. Ragam emosi dapat terdiri dari perasaan senang mengenai
sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat beralu daripada suasana hati.
Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa
marah. Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
peserta didik, sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa
perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor
belajar. Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh
gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun
caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan
orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian
oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat
kesukaannya pada orang sasaran.

2.2.3 Aspek Kepribadian


Aspek perkembangan ketiga, yakni aspek kepribadian dan seni, kata
kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan kata personality. Kata ini berasal
dari kata latin, yaitu persona yang berarti topeng atau seorang individu yang
berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan identitasnya dan
memerankan tokoh lain dalam drama. Suadianto menjelaskan bahwa hal penting
dalam perkembangan kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian atau
persistensi. Artinya, terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang
menetap dan relatif tidak berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus
terhadap diri seseorang. Aspek Kepribadian peserta didik dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk lingkungan keluarga, pengalaman masa kecil, dan
bawaan sejak lahir. Upaya pembentukan kepribadian melibatkan pendekatan yang
holistik, termasuk pendidikan, pengasuhan, dan interaksi dengan orang lain.

8
2.2.3 Aspek Bahasa
Aspek keempat, yaitu aspek bahasa. Menurut para ahli, bahasa adalah
sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat dan
perasaan) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama.
kemudian kata disusun dalam urutan tertentu untuk membentuk kalimat yang
memiliki makna, serta mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu
komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998).Lenneeberg
(1996) salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal mengatakan
bahwa perkembangan bahasa tergantung pada pematangan otak secara biologis.
Sementara itu,Tarigan (2009) menjelaskan evolusi bahasa dalam beberapa
fase, yakni fase meraban (pralinguistik) pertama dan fase meramban
(pralinguistik) kedua. Pada fase meraban pertama, selama beberapa bulan awal
kehidupan, bayi menagis, mendekut, mendenguk,
Menjerit, dan tertawa. Mereka tampaknya mencoba menghasilkan
berbagai macam suara yang dapat mereka buat. Pada fase meramban kedua, yang
juga dikenal sebagai fase omong kosong atau fase kata tanpa makna, biasanya
dimulai pada awal dua tahun pertama kehidupan. Anak-anak mengeluarkan kata-
kata yang dapat dikenali, tetapi terlihat seperti mereka mengatur kata-kata mereka
sesuai dengan pola suku kata.

2.2.4 Aspek Penghayatan Keagamaan


Perkembangan dan dimaknai dengan sebuah proses perubahan yang
progresif dan kontinyu/berkesinambungan dari setiap diri individu dimulai sejak
ia lahir hingga meninggal (the progressive and continuous change in the organism
from birth to death). Sebuah perkembangan dapat juga dartikan sebagai perubahan
yang dialami oleh setiap indidvidu atau organisme menuju pada tingkat
kedewasaan atau kematangan yang terus berlangsung secara sistematis, progresif,
dan berkesinambungan baik dari fisik/jasmaniah ataupu psikis/rohaniah. Aspek
perkembangan moral dan pemahaman agama. Istilah moral berasal dari bahasa
Latin "mos/moris" yang mengacu pada peraturan, nilai-nilai, adat istiadat,
kebiasaan, dan tata cara hidup (Retno, 2013).

9
Menurut perspektif psikoanalisis, perkembangan moral melibatkan
internalisasi norma-norma sosial oleh individu yang dipengaruhi oleh kedewasaan
biologis. Dalam pandangan Teori behavioristik, perkembangan moral dianggap
sebagai hasil dari respons terhadap serangkaian stimulus yang dipelajari oleh
anak, termasuk pengalaman hukuman dan pujian. Menurut Wiliam James, salah
satu keunggulan manusia adalah kemampuannya untuk mengenal Allah dan
mengikuti ajaran-Nya.(Murphy, 1967) Dengan kehalusan dan fitrah tadi,
seseorang setidaktidaknya pasti mengalami, mempercayai bahkan menyakini dan
menerimanya tanpa keraguan, bahwa di luar dirinya ada suatu kekuatan yang
Maha Agung yang melebihi apapun termasuk dirinya, yang demikian itu disebut
sebagai pengalaman religi atau keagamaan.

2.2.5 Aspek Moral


Aspek perkembangan kelima yakni, aspek pekembangan moral dan
penghayatan agama. Istilah moral berasal dari bahasa latin mos/moris yang
dapat diartikan sebagai peraturan, nilai-nilai, adat istiadat, kebiasaan dan tatacara
kehidupan. Sedangkan moralitas lebih mengarah pada sikap untuk menerima
dan melakukan peraturan, nilai dan prinsip moral.
Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi
mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh individu dalam interaksinya
dengan oranglain. Dengan kehalusan dan fitrah, seseorang setidaktidaknya
pasti mengalami, mempercayai bahkan menyakini dan menerimanya tanpa
keraguan, bahwa di luar dirinya ada suatu kekuatan yang Maha Agung yang
melebihi apapun termasuk dirinya, yang demikian itu disebut sebagai
pengalaman religi atau keagamaan (Handoyo, 2019).

2.3 Konsep dan Tugas Perkembangan Peserta Didik


2.3.1 Konsep Perkembangan
Konsep perkembangan adalah perubahan. Perubahan yang dialami oleh
individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan ( maturity ) yangberlangsung
secara sistematik, progresif dan berkesinambungan, baik mengenai fisik, maupun
psikis.Terdapat beberapa istilah yang bertalian dan sering diasosiasikandengan

10
konsep perkembangan tersebut, antara lain pertumbuhan,kematangan atau masa
peka, dan belajar atau pendidikan serta latihan.Lefrancois berpendapat bahwa
konsep perkembangan mempunyai maknayang luas, mencakup segi kuantitatif
seta aspek fisik psikis seperti yang terkandung dalam istilah-istilah
pertumbuhan,kematangan, dan belajar atau pendidikan dan latihan.
Konsep perkembangan mengacu pada pemahaman tentang bagaimana
individu mengalami perubahan sepanjang hidup mereka. Dalam psikologi
perkembangan, konsep ini melibatkan pemahaman tentang tahapan-tahapan
perkembangan individu, serta faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan.
Dalam mengajar, pemahaman tentang konsep perkembangan membantu guru
berinteraksi dengan siswa secara lebih efektif dan memahami kebutuhan unik
setiap individu. seperti yang diungkapkan oleh Khalil Gibran dalam puisinya,
“Anakmu Bukanlah Milikmu.” Setiap individu memiliki alam pikiran dan jiwanya
sendiri, dan tugas pendidik adalah membantu peserta didik dalam berkembang.

2.3.2 Tugas Perkembangan


Tugas perkembangan Huvigrust (dalam Muhammad Ali, 2008:171)
mendefinisikan tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau
sekitar satuperiode tertentu dari kehidupan individu dan jika berhasil
akanmenimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalammelaksanakan
tugas-tugas berikutnya. Sebaliknya, jika tugas-tugastersebut tidak dilalui dengan
baik maka akan timbul rasa tidak bahagia dankesulitan dalam menghadapi tugas-
tugas berikutnya.Tugas perkembangan adalah berbagai ciri perkembangan
yangdiharapkan timbul dan dimiliki setiap anak pada setiap masa dalamperiode
perkembangannya. Tugas perkembangan difokuskan pada upaya peningkatan
sikap dan perilaku peserta didik serta berusaha untuk mencapai kemampuan
bersikap dan berperilaku sesuai fasenya.
Tugas Perkembangan berasal dari tiga jenis sumber adalah sebagai
berikut :
1. Tugas yang berasal dari pertumbuhan fisik. Misalnya, kesiapan fisik balita
membuatnya mulai belajar berjalan dan bicara. Dengan keterampilan itu

11
diperlukan untuk tahapan perkembangan berikutnya. Di usia remaja,
pertumbuhan fisik hormonal memunculkan rasaketertarikan pada lawan jenis.
2. Ada tugas-tugas yang berasal dari kematangan kepribadian. Iniberkaitan
dengan pertumbuhan sistem nilai dan spirasi. Misalnya, anak usia sekolah
dasar mulai muncul kesadaraan akan perbedaan kelompok sosial dan ras, maka
di usia ini ada tugas perkembangan untuk bisamenyikapi dengan tepat
perbedaan tersebut. Ketika beranjak remajamuncul harapan tentang karir,
sehingga muncul tugas perkembanganuntuk memulai mempelajari
pengetahuan dan keterampilan sebagaipersiapan kerja.
3. Jenis tugas perkembangan ketiga adalah tugas yang berasal darituntutan
masyarakat. Contoh pada usia SD, anak diharapkan sudah bisa baca tulis. Di
usia dewasa, seseorang individu dituntut melakukan tanggung jawab sebagai
warga sipil seperti membayar pajak dan memiliki pekerjaan.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan


1. Herediter, Lingkungan, dan Kematangan
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah
faktor herediter. Tentu Anda masih ingat apa yang dimaksud dengan faktor
tersebut pada saat kita membicarakan kontroversi nature dan nurture. Selanjutnya,
pengaruh yang lain datang dari lingkungan dalam (inner) dan lingkungan luar
(outer), yaitu dunia di luar diri seseorang mulai dalam rahim hingga pembelajaran
yang berasal dari pengalaman.
Perbedaan individual meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
Banyak perubahan yang khas pada bayi dan kanak-kanak awal, seperti
kemampuan berjalan dan bicara, yang umumnya berhubungan dengan
kematangan tubuh dan otak. Sejalan anak tumbuh menjadi remaja dan dewasa,
perbedaan individual dalam karakteristik bawaan dan pengalaman hidup
memainkan peran yang lebih besar .
Proses-proses yang akan dilalui oleh setiap orang bervariasi dalam tempo
dan waktu. Meskipun dalam modul-modul selanjutnya kita akan berbicara tentang
milestones atau tanda-tanda perkembangan yang terkait pada usia tertentu, usia
tersebut semata-mata merupakan rata-rata untuk terjadinya peristiwa tertentu.

12
Misalnya, anak rata-rata mampu berjalan pada usia 12 bulan dan berbicara pada
usia 14 bulan. Namun, apabila terjadi penyimpangan yang sangat ekstrim dari
rata-rata yang ada, kita harus mulai mempertimbangkan bahwa “ada sesuatu”
yang terjadi pada perkembangan anak tersebut dalam upaya untuk memahami
perkembangan manusia, kita perlu mempertimbangkan bagaimana faktor herediter
dan lingkungan berinteraksi. Kita perlu memahami perkembangan mana yang
sangat dipengaruhi oleh kematangan dan mana yang tidak.
Kita perlu mengetahui hal-hal yang mempengaruhi sebagian besar orang
pada usia atau waktu tertentu berdasarkan sejarah. Juga hal-hal yang
mempengaruhi orang secara individual. Selanjutnya, kita juga perlu melihat
bagaimana faktor waktu dapat mempengaruhi perkembangan dalam kehidupan
seseorang.
2. Konteks Perkembangan Manusia adalah makhluk sosial.
Sejak awal, mereka berkembang dalam konteks sosial. Secara umum,
konteks yang langsung berhubungan dengan seorang bayi adalah keluarga. Pada
gilirannya, keluarga adalah bagian dari pengaruh perubahan yang lebih besar,
yang meliputi lingkungan tempat tinggal dan masyarakat luas.
Keluarga Ada dua bentuk susunan keluarga yang umum ditemukan, yaitu
nuclearfamily dan extendedfamily. Nuclearfamily atau keluarga inti/keluarga
batih dapat diartikan sebagai unit rumah tangga yang terdiri dari satu atau dua
orang tua dan anak-anak mereka, baik anak biologis, anak adopsi, atau anak tiri.
Bentuk keluarga seperti ini dominan di dalam masyarakat Barat. Extendedfamily
atau keluarga besar merupakan jaringan hubungan multigenerasi yang terdiri dari
kakek-nenek, paman-bibi, sepupu, dan saudara-saudara yang lebih jauh
hubungannya. Bentuk keluarga seperti ini merupakan bentuk keluarga tradisional
dan banyak ditemukan dalam masyarakat. Dengan makin banyaknya orang tua
yang bekerja di luar rumah, anakanak menerima lebih banyak pengasuhan dari
sanak keluarga, bahkan dari orang yang tidak ada hubungan keluarga sama sekali,
misalnya pembantu atau pengasuh anak. Jika orang tua bercerai, anak mungkin
akan tinggal dengan salah satu dari orang tua atau mungkin berpindah mondar-
mandir antara rumah kedua orang tuanya. Rumah tangga mungkin pula akan

13
meliputi orang tua tiri dan saudara tiri. Kesemuanya itu tentu akan berpengaruh
pada perkembangan seseorang.
Status sosialekonomi dan lingkungan tempat tinggal Status
sosialekonomi keluarga didasarkan pada pendapatan dan pendidikan keluarga,
serta tingkat pekerjaan orang dewasa dalam rumah tangga. Sekalipun banyak
penelitian menunjukkan bahwa status sosial ekonomi mempengaruhi proses
perkembangan (seperti interaksi verbal ibu dengan anak-anaknya) dan hasil-hasil
perkembangan (seperti kesehatan dan performa kognitif), pengaruh tersebut
terhadap proses-proses ini bersifat tidak langsung. Status sosial ekonomi yang
rendah biasanya dihubungkan dengan lingkungan tempat keluarga tinggal serta
kualitas dari nutrisi, perawatan kesehatan, dan sekolah yang tersedia untuk
mereka. Kemiskinan, khususnya untuk jangka waktu yang lama, berpengaruh
buruk terhadap kesejahteraan fisik, kognitif, dan psikososial anak dan keluarga.
Anak dari keluarga miskin lebih rentan untuk memiliki masalah emosi dan
tingkah laku. Perkembangan kognitif serta performa sekolah mereka juga lebih
buruk. Sekali lagi, pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh kemiskinan bersifat
tidak langsung. Pengaruh buruk timbul akibat keadaan emosi orang tua serta
praktek pengasuhan yang dilakukan orang tua terhadap anak.
Bagaimanapun, perkembangan yang positif tetap dapat berlangsung pada
anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan. Tidak hanya kemiskinan, anak-anak
yang berasal dari keluarga berada juga memiliki risiko terhadap pengaruh negatif
dari status sosial ekonomi orang tuanya. Adanya tekanan untuk berprestasi dan
seringnya mereka ditinggal oleh orang tua dengan kesibukan orang tua
meningkatkan angka penyalahgunaan obat-obatan, kecemasan, dan depresi pada
anak-anak. Status sosialekonomi membatasi pilihan tempat tinggal keluarga.
Para peneliti mempelajari bagaimana komposisi lingkungan tempat tinggal dapat
mempengaruhi perkembangan seorang anak. Tinggal dalam lingkungan yang
miskin dengan sejumlah besar pengangguran dapat membuat anak kurang
memiliki dukungan sosial yang efektif.
Budaya dan ras/kelompok etnik Budaya mengacu pada keseluruhan cara
hidup dari masyarakat atau kelompok meliputi adat, tradisi, belief (keyakinan),
nilai, bahasa, dan produkproduk fisik dari alat hingga karya seni. Semua tingkah

14
laku tersebut dipelajari dan diwariskan pada anggota-anggota kelompok
masyarakat di budaya tersebut. Dalam keluarga, nilai-nilai biasanya diwariskan
oleh orang tua kepada anak-anaknya. Budaya secara konstan berubah. Perubahan
ini sering terjadi karena adanya kontak dengan budaya lain. Sebagai contoh,
ketika orang Eropa sampai ke tanah Amerika, mereka segera belajar dari orang
asli Indian tentang bagaimana caranya menanam jagung. Perkembangan komputer
dan telekomunikasi semakin makin meningkatkan kontak budaya. Di Indonesia,
kita juga dapat melihat pengaruh budaya Tionghoa pada budaya Betawi dalam hal
kosakata, pakaian, kesenian, dan arsitektur. Kelompok etnik terdiri dari orang-
orang yang dipersatukan oleh keturunan/nenek moyang, agama, bahasa, dan atau
oleh daerah asal, yang menyumbang pada perasaan berbagi identitas serta berbagi
sikap, belief, dan nilai-nilai di antara mereka.
Kebanyakan kelompok etnik memiliki akar yang sama, di mana mereka
atau nenek moyang mereka berbagi budaya dan hal ini berlanjut mempengaruhi
cara hidup mereka selanjutnya (Papalia dkk, 2009). Pola etnik dan budaya
mempengaruhi perkembangan dalam hal komposisi rumah tangga, sumber-
sumber sosial dan ekonomi, cara anggota-anggotanya bertindak satu sama lain,
makanan yang dimakan, permainan yang anak mainkan, cara anak belajar,
seberapa baik anak melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sekolah,
pekerjaan yang dipilih orang dewasa, serta cara anggota keluarga berpikir dan
memandang dunia.
Konteks historis Konteks historis merupakan bagian penting dari studi
perkembangan. Konteks ini berkaitan dengan rentang waktu di mana seseorang
hidup, dan penelitian saat ini mulai difokuskan pada pengaruh pengalaman
tertentu, yang terikat pada waktu dan tempat, terhadap perjalanan hidup
seseorang.
3. Pengaruh Normatif dan Nonnormatif
Masih ingatkah Anda apa yang terjadi saat Anda berusia antara 11 dan 13
tahun? Apakah pada saat itu mulai ada tanda-tanda pubertas? Bagi Anda yang
perempuan, apakah Anda saat itu sudah mengalami menstruasi pertama? Bagi
Anda yang laki-laki, apakah sudah mengalami mimpi basah? Pada usia berapa
Anda masuk sekolah dasar? Pernahkah Anda mendapat undian berhadiah jutaan

15
rupiah? Untuk memahami kemiripan dan perbedaan dalam perkembangan, kita
perlu melihat pengaruh normatif, yaitu kejadian-kejadian biologis atau yang
berhubungan dengan lingkungan yang mempengaruhi sebagian besar orang di
dalam masyarakat dalam cara yang serupa.
Pengaruh normatif terbagi dua, yaitu normative age-graded influences dan
normative history-graded influences. Pengaruh normative age-graded sangat mirip
untuk orang-orang pada kelompok usia tertentu. Mencakup di dalamnya adalah
waktu dari kejadian biologis yang dapat diramalkan dalam rentang yang normal,
misalnya usia saat menstruasi pertama atau usia dicapainya menopause. Untuk
waktu dari kejadian yang berhubungan dengan lingkungan dapat dicontohkan
dengan usia masuk sekolah yang kurang lebih sama, yaitu antara usia 6 – 7 tahun
atau usia pensiun seseorang yang umumnya merentang dari usia 55 hingga 65
tahun.
Normative history-graded influences merupakan kejadian lingkungan yang
signifikan yang membentuk tingkah laku dan sikap dari sebuah kohort usia atau
tingkah laku dan sikap dari generasi historikal. Kohort adalah sekelompok orang
yang lahir pada waktu yang sama, misalnya orang-orang yang lahir pada tahun
60-an merupakan orang-orang yang berada dalam satu kohort. Sementara generasi
historikal adalah kelompok orang-orang yang mengalami perubahan hidup yang
sama pada waktu tertentu dalam kehidupan mereka, misalnya demam gaya tari
breakdance populer untuk anak-anak muda pada tahun 80-an. Selain pengaruh
yang sifatnya normatif, ada pula pengaruh yang sifatnya nonnormative.
Pengaruh tersebut berupa kejadian-kejadian yang tidak biasa, yang
mempunyai pengaruh besar pada kehidupan seseorang karena kejadian tersebut
mengganggu urutan siklus hidup yang „normal‟. Di dalamnya meliputi kejadian
khusus yang terjadi pada waktu yang tidak tepat, misalnya mengalami menstruasi
pertama di usia 8 tahun atau menikah di usia belasan, maupun kejadian-kejadian
yang tidak biasa, seperti bencana alam ataupun memenangkan undian.
5. Pengaruh Waktu: Periode Sensitif atau Kritis Periode kritis
Adalah waktu tertentu ketika munculnya suatu kejadian ataupun
ketidakhadiran suatu kejadian mempunyai pengaruh khusus pada perkembangan
seseorang. Sebagai contoh, kejadian yang berlangsung pada saat kehamilan. Jika

16
ibu yang hamil terkena sinar X, memakan obat-obatan tanpa konsultasi dengan
dokter kandungan, atau mengalami penyakit tertentu pada waktu-waktu tertentu
selama kehamilan, bayinya dapat berisiko mengalami masalah tertentu kelak.
Periode kritis juga terjadi di awal masa kanak-kanak.
Seorang anak yang kurang mendapatkan pengalaman tertentu selama
periode kritis dapat menunjukkan hambatan dalam perkembangannya. Konsep
periode kritis sebenarnya mendatangkan kontroversi. Mengapa? Karena banyak
aspek perkembangan manusia, bahkan dalam domain fisik, menunjukkan
plasticity, atau kemampuan untuk memodifikasi performa.
Sebagai contoh, anak yang selama usia kanak-kanak awal tidak distimulasi
oleh orang tua dalam kegiatan-kegiatan yang mengarah pada kemampuan menulis
dan membaca (misalnya kegiatan mewarnai, menarik garis, mengenal bangun-
bangun geometri yang berbeda), mungkin akan mengalami hambatan dalam
kemampuan-kemampuan menulis dan membaca ketika ia mulai bersekolah di
sekolah formal, namun hal ini dapat diperbaiki dengan mengikutsertakan anak
dalam terapi remedial.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa perkembangan peserta didik
merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan banyak aspek penting
yang berbeda dalam kehidupan individu.
 Aspek fisik meliputi perkembangan fisik tubuh seperti pertumbuhan tinggi
badan, perkembangan otot dan kesehatan secara umum.

 Aspek emosi meliputi perkembangan pemahaman dan pengelolaan emosi.

 Aspek Kepribadian meliputi perkembangan fisik kepribadian seseorang


dan identitas.

 Aspek bahasa adalah kemampuan berkomunikasi dengan baik, baik lisan


maupun tulisan.

 Aspek penghayatan keagamaan merupakan aspek penting dalam


pengembangan diri, terutama bagi mereka yang menganut keyakinan
agama tertentu.

 Aspek Moral meliputi pengembangan pemahaman tentang benar dan salah


serta kemampuan mengambil keputusan yang etis dan bertanggung jawab.

Kesimpulannya, untuk mewujudkan manusia yang berwawasan luas,


berkualitas, maka pendidik harus memperhatikan dan mendukung pengembangan
menyeluruh dalam segala aspek fisik, emosional, kepribadian, bahasa, agama, dan
moralitas. Hanya dengan memperhatikan semua aspek tersebut kita dapat
membantu siswa menjadi individu yang kuat dan mandiri.

3.2 Saran
1. Menyediakan lingkungan belajar yang mendukung Contohnya, sekolah dan
lingkungan belajar harus dirancang untuk mendukung perkembangan fisik,
emosional, sosial dan intelektual siswa. Hal ini meliputi penyediaan fasilitas olah
raga, ruang relaksasi, ruang konsultasi dan sumber daya pendukung lainnya.

18
2. Guru dan konselor harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh. Mereka
harus memahami berbagai aspek pengembangan pribadi dan mampu memberikan
bimbingan yang tepat berdasarkan kebutuhan siswa.

3. Sekolah dapat menyelenggarakan program pengembangan pribadi yang


mencakup pelatihan keterampilan sosial, pengembangan karakter dan penguatan
nilai-nilai moral. Program ini dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah
atau diselenggarakan sebagai kegiatan ekstrakurikuler.

4. Sekolah perlu berkoordinasi erat dengan orang tua dan masyarakat untuk
mendukung pengembangan siswa secara menyeluruh di luar lingkungan sekolah.
Orang tua dan masyarakat dapat memberikan dukungan dalam hal pola asuh,
pembentukan nilai, dan kesempatan pengalaman belajar yang beragam.

5. Memasukkan pembelajaran kesadaran diri dan pengelolaan emosi dalam


kurikulum sekolah. Hal ini membantu pelajar memahami diri mereka sendiri
dengan lebih baik dan mengelola stres dan tekanan sehari-hari dengan lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2015). Perkembangan peserta didik dan bimbingan belajar.


Deepublish.
Agustina, N. (2018). Perkembangan peserta didik. Deepublish.
Asih, T. (2018). Perkembangan tingkat kognitif peserta didik di kota
Metro. Didaktika Biologi: Jurnal Penelitian Pendidikan Biologi, 2(1), 9-
17.
DIDIK, P. P. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik.
Dwiyono, H. Y. (2021). Perkembangan Peserta Didik. Deepublish.
Hamuni, H., Idrus, M., & Aswati, M. (2022). Perkembangan peserta didik.
Hildayani, R., Sugianto, M., Tarigan, R., & Handayani, E. (2014). Psikologi
perkembangan anak.
Jahja, Y. (2011). Psikologi perkembangan. Kencana.
Khiyarusoleh, U. (2016). KONSEP DASAR PERKEMBANGAN KOGNITIF
PADA ANAK MENURUT JEAN PIAGET: Array. DIALEKTIKA Jurnal
Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Dasar, 5(1).
Latifah, U. (2017). Aspek perkembangan pada anak Sekolah Dasar: Masalah dan
perkembangannya. Academica: Journal of Multidisciplinary Studies, 1(2),
185-196.
Marwanto, M. P. (2022). Psikologi perkembangan.
Mukhlis, M. (2018). Prinsip-prinsip/hukum Perkembangan Peserta Didik dan
Implikasinya terhadap Pendidikan. Jurnal Ansiru Pendidikan Agama
Islam , 2 (2), 287358.
Murniarti, E. (2020). KONSEP DASAR/PENGERTIAN PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK MENURUT PERSPEKTIF RENTANG HIDUP,
PRINSIP, PERIODISASI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
MENURUT PERSPEKTIF RENTANG HIDUP DAN TUGAS-TUGAS
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK MENURUT PERSPEKTIF
RENTANG HIDUP.
Rahmat, P. S. (2021). Perkembangan peserta didik. Bumi Aksara.

20
Ratna, M. S. (2020). Implementasi ice breaking dalam mengembangkan 6 aspek
perkembangan anak pada kelompok B3 usia 5-6 tahun di Raperwanida II
Mataram Tahun Ajaran 2019/2020 (Doctoral dissertation, UIN Mataram).
Roostin, E., & Aprilianti, R. (2018). Pengembangan Permainan Tradisional
Dakuca Untuk Menstimulasi 6 Aspek Perkembangan Pada Anak Usia
Dini. Jurnal Golden Age, 2(01), 13-24.
Safitri, L., Anandia, S., & Nasution, J. S. (2023). Implikasi Aspek Perkembangan
Dan Karakteristik Anak Dalam Proses Pembelajaran: Pembelajaran,
Perkembangan, Karakteristik Anak. EDU MANAGE-Journal of STAI
Nurul Ilmi Tanjungbalai, 2(2).
Samio, S. (2018). Aspek–Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta
Didik. Best Journal (Biology Education, Sains and Technology), 1(2), 36-
43.
Sopandi, D., & Andina Sopandi, N. (2021). Perkembangan Peserta Didik.
Deepublish.
Sutianah, D. C., PD, S., & PD, M. (2022). Perkembangan peserta didik. Penerbit
Qiara Media.

21

Anda mungkin juga menyukai