Disusun Oleh
Kelompok 1
Deden Baehaki (2303615)
Evi Susanti (2300688)
Meisya Handayani (2310742)
Muhammad Andre (2303355)
Indah Julianti (2303406)
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami
mengucapkan salam sejahtera bagi kita semua. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan dan Bimbingan dengan tujuan
untuk menggali lebih dalam tentang perkembangan peserta didik dalam berbagai
aspek.
Melalui penyusunan makalah ini, kami berharap dapat memberikan
pemahaman yang lebih baik mengenai tema yang diangkat serta mampu
menjelaskan apa saja aspek pada perkembangan peserta didik . Kami menyadari
bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna perbaikan di masa
mendatang.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi
kontribusi kecil dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang
psikologi.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................3
ii
2.3.2 Tugas Perkembangan...........................................................11
BAB III
PENUTUP..............................................................................................18
3.1 Simpulan.......................................................................................18
3.2 Saran.............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menguraikan pengertian, prinsip, dan tahapan perkembangan konsep dasar
peserta didik
2. Menganalisis aspek-aspek perkembangan peserta didik
3. Menganalisis konsep dan tugas perkembangan peserta didik
4. Memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
bantuan, dan bimbingan dan arahan pendidikan agar dapat mengembangkan
potensinya secara optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan.
4
pada saat yang lain sebaliknya, dalam waktu yang lebih lama hanya didapat
penambahan sedikit ataupun tidak mendapatkan kosa kata yang lain lagi.
Prinsip ini disebut juga dengan hukum irama (sajak) perkembangan.
4. Proses perkembangan itu mengikuti pola tertentu. Prinsip ini menyatakan
bahwa setiap aspek perkembangan terus menerus mengikuti aturan yang relatif
tetap, sesuai dengan perkembangan itu sendiri. Misalnya, Perkembangan
kecakapan berjalan dimulai dengan berdiri sambil berpegangan selanjutnya
berdiri tanpa berpegangan, melangkah sambil jatuh sampai melangkah dan
berjalan seperti biasa.
5. Proses perkembangan berlangsung secara berkesinambungan. Dengan prinsip
ini berarti apa yang telah dicapai pada saat-saat yang lalu merupakan bagian
yang tak terpisahkan dengan bagian-bagian sebelumnya. Oleh karena itu,
adanya periode-periode perkembangan yang diadakan hanyalah untuk
memahami perkembangan, karena sebenarnya tidak ada perubahan yang tiba-
tiba. Prinsip ini disebut juga dengan hukum kontinuitas perkembangan.
6. Antara aspek perkembangan dengan aspek perkembangan yang lain saling
tentang atau saling berkolerasi secara bermakna. Dengan prinsip ini dapat
dicontohkan, bahwa perkembangan kesanggupan berjalan akan berkolerasi
dengan perkembangan dan pertumbuhan otot-otot, syaraf-syaraf, tulang-tulang
kaki dan sebagainya. Prinsip ini dipandang sebagai hukum kolerasi
perkembangan.
7. Perkembangan berlangsung dari pola-pola yang bersifat umum menuju pola-
polayang bersifat khusus. Prinsip ini pada dasarnya menyatakan, bahwa
perkembangan bermula dari Perkembangan ini disebut menuju diferensiasi.
Oleh karena itu disebut juga dengan hukum diferensiasi (Ahmad, 1993: 30-33).
Prinsip-prinsip (hukum).
5
Sekolah Menengah Pertama berusia 12-14 tahun, dan peserta didik Sekolah
Menengah Atas usia 15-17 tahun tentu akan berbeda-beda pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan. Menurut Piaget perkembangan intelektual
anak usia Taman Kanak-Kanak berada pada taraf pra operasional konkrit,
peserta didik Sekolah Dasar berada pada tahap operasional konkrit, dan peserta
didik Sekolah Menengah Pertama, serta Sekolah Menengah Atas atau Sekolah
Menengah Kejuruan berada pada tahap operasional formal.
2. Kemampuan awal (entry behavior) atau inteks peserta didik adalah
pengetahuan dan keterampilan dasar yang dimiliki terlebih dahulu oleh peserta
didik sebelum mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru. Pengetahuan
dan keterampilan awal ini akan menjadi pengantar untuk memahami
pengetahuan yang lebih tinggi. Contohnya, sebelum peserta didik mempelajari
tentang objek kajian sosiologi maka peserta didik harus terlebih dahulu
memahami pengertian sosiologi. Kemampuan awal peserta didik akan
mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai. Untuk itu seorang pendidik
harus mengetahui kemampuan awal peserta didiknya, sehingga dapat
menentukan alur pembelajaran secara tepat sesuai dengan kemampuan peserta
didik. Pengetahuan awal peserta didik bersifat individual, artinya setiap
individu memiliki pengetahuan awal yang berbeda-beda. Untuk mengetahui
pengetahuan awal peserta didik, seorang pendidik dapat melakukan pre tes
dan/atau non tes seperti wawancara sebelum mempelajari materi pokok.
Dengan demikian pendidik akan memiliki gambaran yang jelas terkait dengan
kondisi kemampuan awal peserta didik.
3. Gaya belajar merupakan cara yang digunakan peserta didik dalam mengatur,
menerima, dan memproses informasi atau materi yang diterima dari pendidik.
Seorang pendidik harus memahami gaya belajar peserta didik agar
materi/informasi yang disampaikan dapat diserap oleh peserta didik. Aspek
yang memengaruhi Gaya belajar peserta didik adalah motivasi Dalam proses
pembelajaran seorang pendidik harus memahami motivasi belajar pada diri
peserta didik. Motivasi ini bisa saja timbul dari individu itu sendiri (motivasi
instrinsik) dan bisa muncul karena faktor dari luar dirinya sendiri (motivasi
ekstrinsik). Motivasi akan mempengaruhi perilaku tertentu dalam belajar.
6
Dalam proses belajar motivasi peserta didik dapat mengalami perubahan,
kadang tinggi, sedang, atau bahkan rendah.
7
aturan sosial,memiliki penalaran moral yang baik dan mampu menggunakan
bahasa secara tepat dan efisien.
2.2.2 Aspek Emosi
Aspek perkembangan kedua yakni, aspek perkembangan emosi.
Menurut Retno, emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang
atau suatu kejadian. Ragam emosi dapat terdiri dari perasaan senang mengenai
sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.
Kebanyakan ahli yakin bahwa emosi lebih cepat beralu daripada suasana hati.
Sebagai contoh, bila seseorang bersikap kasar, manusia akan merasa
marah. Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi
peserta didik, sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa
perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor
belajar. Untuk mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh
gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun
caranya adalah dengan membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan
orang lain. Keterbukaan, perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian
oleh rasa aman dalam hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat
kesukaannya pada orang sasaran.
8
2.2.3 Aspek Bahasa
Aspek keempat, yaitu aspek bahasa. Menurut para ahli, bahasa adalah
sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat dan
perasaan) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama.
kemudian kata disusun dalam urutan tertentu untuk membentuk kalimat yang
memiliki makna, serta mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu
komunitas atau masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998).Lenneeberg
(1996) salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal mengatakan
bahwa perkembangan bahasa tergantung pada pematangan otak secara biologis.
Sementara itu,Tarigan (2009) menjelaskan evolusi bahasa dalam beberapa
fase, yakni fase meraban (pralinguistik) pertama dan fase meramban
(pralinguistik) kedua. Pada fase meraban pertama, selama beberapa bulan awal
kehidupan, bayi menagis, mendekut, mendenguk,
Menjerit, dan tertawa. Mereka tampaknya mencoba menghasilkan
berbagai macam suara yang dapat mereka buat. Pada fase meramban kedua, yang
juga dikenal sebagai fase omong kosong atau fase kata tanpa makna, biasanya
dimulai pada awal dua tahun pertama kehidupan. Anak-anak mengeluarkan kata-
kata yang dapat dikenali, tetapi terlihat seperti mereka mengatur kata-kata mereka
sesuai dengan pola suku kata.
9
Menurut perspektif psikoanalisis, perkembangan moral melibatkan
internalisasi norma-norma sosial oleh individu yang dipengaruhi oleh kedewasaan
biologis. Dalam pandangan Teori behavioristik, perkembangan moral dianggap
sebagai hasil dari respons terhadap serangkaian stimulus yang dipelajari oleh
anak, termasuk pengalaman hukuman dan pujian. Menurut Wiliam James, salah
satu keunggulan manusia adalah kemampuannya untuk mengenal Allah dan
mengikuti ajaran-Nya.(Murphy, 1967) Dengan kehalusan dan fitrah tadi,
seseorang setidaktidaknya pasti mengalami, mempercayai bahkan menyakini dan
menerimanya tanpa keraguan, bahwa di luar dirinya ada suatu kekuatan yang
Maha Agung yang melebihi apapun termasuk dirinya, yang demikian itu disebut
sebagai pengalaman religi atau keagamaan.
10
konsep perkembangan tersebut, antara lain pertumbuhan,kematangan atau masa
peka, dan belajar atau pendidikan serta latihan.Lefrancois berpendapat bahwa
konsep perkembangan mempunyai maknayang luas, mencakup segi kuantitatif
seta aspek fisik psikis seperti yang terkandung dalam istilah-istilah
pertumbuhan,kematangan, dan belajar atau pendidikan dan latihan.
Konsep perkembangan mengacu pada pemahaman tentang bagaimana
individu mengalami perubahan sepanjang hidup mereka. Dalam psikologi
perkembangan, konsep ini melibatkan pemahaman tentang tahapan-tahapan
perkembangan individu, serta faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan.
Dalam mengajar, pemahaman tentang konsep perkembangan membantu guru
berinteraksi dengan siswa secara lebih efektif dan memahami kebutuhan unik
setiap individu. seperti yang diungkapkan oleh Khalil Gibran dalam puisinya,
“Anakmu Bukanlah Milikmu.” Setiap individu memiliki alam pikiran dan jiwanya
sendiri, dan tugas pendidik adalah membantu peserta didik dalam berkembang.
11
diperlukan untuk tahapan perkembangan berikutnya. Di usia remaja,
pertumbuhan fisik hormonal memunculkan rasaketertarikan pada lawan jenis.
2. Ada tugas-tugas yang berasal dari kematangan kepribadian. Iniberkaitan
dengan pertumbuhan sistem nilai dan spirasi. Misalnya, anak usia sekolah
dasar mulai muncul kesadaraan akan perbedaan kelompok sosial dan ras, maka
di usia ini ada tugas perkembangan untuk bisamenyikapi dengan tepat
perbedaan tersebut. Ketika beranjak remajamuncul harapan tentang karir,
sehingga muncul tugas perkembanganuntuk memulai mempelajari
pengetahuan dan keterampilan sebagaipersiapan kerja.
3. Jenis tugas perkembangan ketiga adalah tugas yang berasal darituntutan
masyarakat. Contoh pada usia SD, anak diharapkan sudah bisa baca tulis. Di
usia dewasa, seseorang individu dituntut melakukan tanggung jawab sebagai
warga sipil seperti membayar pajak dan memiliki pekerjaan.
12
Misalnya, anak rata-rata mampu berjalan pada usia 12 bulan dan berbicara pada
usia 14 bulan. Namun, apabila terjadi penyimpangan yang sangat ekstrim dari
rata-rata yang ada, kita harus mulai mempertimbangkan bahwa “ada sesuatu”
yang terjadi pada perkembangan anak tersebut dalam upaya untuk memahami
perkembangan manusia, kita perlu mempertimbangkan bagaimana faktor herediter
dan lingkungan berinteraksi. Kita perlu memahami perkembangan mana yang
sangat dipengaruhi oleh kematangan dan mana yang tidak.
Kita perlu mengetahui hal-hal yang mempengaruhi sebagian besar orang
pada usia atau waktu tertentu berdasarkan sejarah. Juga hal-hal yang
mempengaruhi orang secara individual. Selanjutnya, kita juga perlu melihat
bagaimana faktor waktu dapat mempengaruhi perkembangan dalam kehidupan
seseorang.
2. Konteks Perkembangan Manusia adalah makhluk sosial.
Sejak awal, mereka berkembang dalam konteks sosial. Secara umum,
konteks yang langsung berhubungan dengan seorang bayi adalah keluarga. Pada
gilirannya, keluarga adalah bagian dari pengaruh perubahan yang lebih besar,
yang meliputi lingkungan tempat tinggal dan masyarakat luas.
Keluarga Ada dua bentuk susunan keluarga yang umum ditemukan, yaitu
nuclearfamily dan extendedfamily. Nuclearfamily atau keluarga inti/keluarga
batih dapat diartikan sebagai unit rumah tangga yang terdiri dari satu atau dua
orang tua dan anak-anak mereka, baik anak biologis, anak adopsi, atau anak tiri.
Bentuk keluarga seperti ini dominan di dalam masyarakat Barat. Extendedfamily
atau keluarga besar merupakan jaringan hubungan multigenerasi yang terdiri dari
kakek-nenek, paman-bibi, sepupu, dan saudara-saudara yang lebih jauh
hubungannya. Bentuk keluarga seperti ini merupakan bentuk keluarga tradisional
dan banyak ditemukan dalam masyarakat. Dengan makin banyaknya orang tua
yang bekerja di luar rumah, anakanak menerima lebih banyak pengasuhan dari
sanak keluarga, bahkan dari orang yang tidak ada hubungan keluarga sama sekali,
misalnya pembantu atau pengasuh anak. Jika orang tua bercerai, anak mungkin
akan tinggal dengan salah satu dari orang tua atau mungkin berpindah mondar-
mandir antara rumah kedua orang tuanya. Rumah tangga mungkin pula akan
13
meliputi orang tua tiri dan saudara tiri. Kesemuanya itu tentu akan berpengaruh
pada perkembangan seseorang.
Status sosialekonomi dan lingkungan tempat tinggal Status
sosialekonomi keluarga didasarkan pada pendapatan dan pendidikan keluarga,
serta tingkat pekerjaan orang dewasa dalam rumah tangga. Sekalipun banyak
penelitian menunjukkan bahwa status sosial ekonomi mempengaruhi proses
perkembangan (seperti interaksi verbal ibu dengan anak-anaknya) dan hasil-hasil
perkembangan (seperti kesehatan dan performa kognitif), pengaruh tersebut
terhadap proses-proses ini bersifat tidak langsung. Status sosial ekonomi yang
rendah biasanya dihubungkan dengan lingkungan tempat keluarga tinggal serta
kualitas dari nutrisi, perawatan kesehatan, dan sekolah yang tersedia untuk
mereka. Kemiskinan, khususnya untuk jangka waktu yang lama, berpengaruh
buruk terhadap kesejahteraan fisik, kognitif, dan psikososial anak dan keluarga.
Anak dari keluarga miskin lebih rentan untuk memiliki masalah emosi dan
tingkah laku. Perkembangan kognitif serta performa sekolah mereka juga lebih
buruk. Sekali lagi, pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh kemiskinan bersifat
tidak langsung. Pengaruh buruk timbul akibat keadaan emosi orang tua serta
praktek pengasuhan yang dilakukan orang tua terhadap anak.
Bagaimanapun, perkembangan yang positif tetap dapat berlangsung pada
anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan. Tidak hanya kemiskinan, anak-anak
yang berasal dari keluarga berada juga memiliki risiko terhadap pengaruh negatif
dari status sosial ekonomi orang tuanya. Adanya tekanan untuk berprestasi dan
seringnya mereka ditinggal oleh orang tua dengan kesibukan orang tua
meningkatkan angka penyalahgunaan obat-obatan, kecemasan, dan depresi pada
anak-anak. Status sosialekonomi membatasi pilihan tempat tinggal keluarga.
Para peneliti mempelajari bagaimana komposisi lingkungan tempat tinggal dapat
mempengaruhi perkembangan seorang anak. Tinggal dalam lingkungan yang
miskin dengan sejumlah besar pengangguran dapat membuat anak kurang
memiliki dukungan sosial yang efektif.
Budaya dan ras/kelompok etnik Budaya mengacu pada keseluruhan cara
hidup dari masyarakat atau kelompok meliputi adat, tradisi, belief (keyakinan),
nilai, bahasa, dan produkproduk fisik dari alat hingga karya seni. Semua tingkah
14
laku tersebut dipelajari dan diwariskan pada anggota-anggota kelompok
masyarakat di budaya tersebut. Dalam keluarga, nilai-nilai biasanya diwariskan
oleh orang tua kepada anak-anaknya. Budaya secara konstan berubah. Perubahan
ini sering terjadi karena adanya kontak dengan budaya lain. Sebagai contoh,
ketika orang Eropa sampai ke tanah Amerika, mereka segera belajar dari orang
asli Indian tentang bagaimana caranya menanam jagung. Perkembangan komputer
dan telekomunikasi semakin makin meningkatkan kontak budaya. Di Indonesia,
kita juga dapat melihat pengaruh budaya Tionghoa pada budaya Betawi dalam hal
kosakata, pakaian, kesenian, dan arsitektur. Kelompok etnik terdiri dari orang-
orang yang dipersatukan oleh keturunan/nenek moyang, agama, bahasa, dan atau
oleh daerah asal, yang menyumbang pada perasaan berbagi identitas serta berbagi
sikap, belief, dan nilai-nilai di antara mereka.
Kebanyakan kelompok etnik memiliki akar yang sama, di mana mereka
atau nenek moyang mereka berbagi budaya dan hal ini berlanjut mempengaruhi
cara hidup mereka selanjutnya (Papalia dkk, 2009). Pola etnik dan budaya
mempengaruhi perkembangan dalam hal komposisi rumah tangga, sumber-
sumber sosial dan ekonomi, cara anggota-anggotanya bertindak satu sama lain,
makanan yang dimakan, permainan yang anak mainkan, cara anak belajar,
seberapa baik anak melakukan hal-hal yang berhubungan dengan sekolah,
pekerjaan yang dipilih orang dewasa, serta cara anggota keluarga berpikir dan
memandang dunia.
Konteks historis Konteks historis merupakan bagian penting dari studi
perkembangan. Konteks ini berkaitan dengan rentang waktu di mana seseorang
hidup, dan penelitian saat ini mulai difokuskan pada pengaruh pengalaman
tertentu, yang terikat pada waktu dan tempat, terhadap perjalanan hidup
seseorang.
3. Pengaruh Normatif dan Nonnormatif
Masih ingatkah Anda apa yang terjadi saat Anda berusia antara 11 dan 13
tahun? Apakah pada saat itu mulai ada tanda-tanda pubertas? Bagi Anda yang
perempuan, apakah Anda saat itu sudah mengalami menstruasi pertama? Bagi
Anda yang laki-laki, apakah sudah mengalami mimpi basah? Pada usia berapa
Anda masuk sekolah dasar? Pernahkah Anda mendapat undian berhadiah jutaan
15
rupiah? Untuk memahami kemiripan dan perbedaan dalam perkembangan, kita
perlu melihat pengaruh normatif, yaitu kejadian-kejadian biologis atau yang
berhubungan dengan lingkungan yang mempengaruhi sebagian besar orang di
dalam masyarakat dalam cara yang serupa.
Pengaruh normatif terbagi dua, yaitu normative age-graded influences dan
normative history-graded influences. Pengaruh normative age-graded sangat mirip
untuk orang-orang pada kelompok usia tertentu. Mencakup di dalamnya adalah
waktu dari kejadian biologis yang dapat diramalkan dalam rentang yang normal,
misalnya usia saat menstruasi pertama atau usia dicapainya menopause. Untuk
waktu dari kejadian yang berhubungan dengan lingkungan dapat dicontohkan
dengan usia masuk sekolah yang kurang lebih sama, yaitu antara usia 6 – 7 tahun
atau usia pensiun seseorang yang umumnya merentang dari usia 55 hingga 65
tahun.
Normative history-graded influences merupakan kejadian lingkungan yang
signifikan yang membentuk tingkah laku dan sikap dari sebuah kohort usia atau
tingkah laku dan sikap dari generasi historikal. Kohort adalah sekelompok orang
yang lahir pada waktu yang sama, misalnya orang-orang yang lahir pada tahun
60-an merupakan orang-orang yang berada dalam satu kohort. Sementara generasi
historikal adalah kelompok orang-orang yang mengalami perubahan hidup yang
sama pada waktu tertentu dalam kehidupan mereka, misalnya demam gaya tari
breakdance populer untuk anak-anak muda pada tahun 80-an. Selain pengaruh
yang sifatnya normatif, ada pula pengaruh yang sifatnya nonnormative.
Pengaruh tersebut berupa kejadian-kejadian yang tidak biasa, yang
mempunyai pengaruh besar pada kehidupan seseorang karena kejadian tersebut
mengganggu urutan siklus hidup yang „normal‟. Di dalamnya meliputi kejadian
khusus yang terjadi pada waktu yang tidak tepat, misalnya mengalami menstruasi
pertama di usia 8 tahun atau menikah di usia belasan, maupun kejadian-kejadian
yang tidak biasa, seperti bencana alam ataupun memenangkan undian.
5. Pengaruh Waktu: Periode Sensitif atau Kritis Periode kritis
Adalah waktu tertentu ketika munculnya suatu kejadian ataupun
ketidakhadiran suatu kejadian mempunyai pengaruh khusus pada perkembangan
seseorang. Sebagai contoh, kejadian yang berlangsung pada saat kehamilan. Jika
16
ibu yang hamil terkena sinar X, memakan obat-obatan tanpa konsultasi dengan
dokter kandungan, atau mengalami penyakit tertentu pada waktu-waktu tertentu
selama kehamilan, bayinya dapat berisiko mengalami masalah tertentu kelak.
Periode kritis juga terjadi di awal masa kanak-kanak.
Seorang anak yang kurang mendapatkan pengalaman tertentu selama
periode kritis dapat menunjukkan hambatan dalam perkembangannya. Konsep
periode kritis sebenarnya mendatangkan kontroversi. Mengapa? Karena banyak
aspek perkembangan manusia, bahkan dalam domain fisik, menunjukkan
plasticity, atau kemampuan untuk memodifikasi performa.
Sebagai contoh, anak yang selama usia kanak-kanak awal tidak distimulasi
oleh orang tua dalam kegiatan-kegiatan yang mengarah pada kemampuan menulis
dan membaca (misalnya kegiatan mewarnai, menarik garis, mengenal bangun-
bangun geometri yang berbeda), mungkin akan mengalami hambatan dalam
kemampuan-kemampuan menulis dan membaca ketika ia mulai bersekolah di
sekolah formal, namun hal ini dapat diperbaiki dengan mengikutsertakan anak
dalam terapi remedial.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa perkembangan peserta didik
merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan banyak aspek penting
yang berbeda dalam kehidupan individu.
Aspek fisik meliputi perkembangan fisik tubuh seperti pertumbuhan tinggi
badan, perkembangan otot dan kesehatan secara umum.
3.2 Saran
1. Menyediakan lingkungan belajar yang mendukung Contohnya, sekolah dan
lingkungan belajar harus dirancang untuk mendukung perkembangan fisik,
emosional, sosial dan intelektual siswa. Hal ini meliputi penyediaan fasilitas olah
raga, ruang relaksasi, ruang konsultasi dan sumber daya pendukung lainnya.
18
2. Guru dan konselor harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan untuk mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh. Mereka
harus memahami berbagai aspek pengembangan pribadi dan mampu memberikan
bimbingan yang tepat berdasarkan kebutuhan siswa.
4. Sekolah perlu berkoordinasi erat dengan orang tua dan masyarakat untuk
mendukung pengembangan siswa secara menyeluruh di luar lingkungan sekolah.
Orang tua dan masyarakat dapat memberikan dukungan dalam hal pola asuh,
pembentukan nilai, dan kesempatan pengalaman belajar yang beragam.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
Ratna, M. S. (2020). Implementasi ice breaking dalam mengembangkan 6 aspek
perkembangan anak pada kelompok B3 usia 5-6 tahun di Raperwanida II
Mataram Tahun Ajaran 2019/2020 (Doctoral dissertation, UIN Mataram).
Roostin, E., & Aprilianti, R. (2018). Pengembangan Permainan Tradisional
Dakuca Untuk Menstimulasi 6 Aspek Perkembangan Pada Anak Usia
Dini. Jurnal Golden Age, 2(01), 13-24.
Safitri, L., Anandia, S., & Nasution, J. S. (2023). Implikasi Aspek Perkembangan
Dan Karakteristik Anak Dalam Proses Pembelajaran: Pembelajaran,
Perkembangan, Karakteristik Anak. EDU MANAGE-Journal of STAI
Nurul Ilmi Tanjungbalai, 2(2).
Samio, S. (2018). Aspek–Aspek Pertumbuhan Dan Perkembangan Peserta
Didik. Best Journal (Biology Education, Sains and Technology), 1(2), 36-
43.
Sopandi, D., & Andina Sopandi, N. (2021). Perkembangan Peserta Didik.
Deepublish.
Sutianah, D. C., PD, S., & PD, M. (2022). Perkembangan peserta didik. Penerbit
Qiara Media.
21