Anda di halaman 1dari 21

RANCANGAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

“ Perkembangan Emosional Pada Anak Usia 5-6 tahun di KB TK Islam


Istiqomah”

Anggota:

Tasya Devi Salsabila (202010230311455)


Humairoh Maghfirah (202010230311465)
Fairuzia Rana Kholista (202010230311476)
Arelya Duta Fortuna (202010230311488)
Kelas I-Angkatan 2020

Dosen Pengampu Mata Kuliah Observasi:

Susanti Prasetyaningrum, M. Psi.

Asisten Laboratorium Mata Kuliah Observasi :

Bakhtiar

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan laporan hasil observasi & wawancara yang berjudul
“Perkembangan Emosional pada Anak Usia Dini” dengan baik dan tepat waktu. Meskipun
ada rintangan dan halangan dalam proses pengerjaannya.

Adapun maksud dan tujuan menyusun laporan hasil observasi & wawancara ini adalah untuk
memenuhi tugas praktikum mata kuliah observasi & wawancara. Akhir kata kami sebagai
peneliti juga mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan laporan
hasil observasi & wawancara ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca atau
siapa saja yang membutuhkan. Terimakasih

Malang, 10 Desember 2021

Peneliti

Daftar Isi
KATA PENGANTAR 2
Daftar Isi 3
BAB I. PENDAHULUAN 5
a. Latar Belakang 5
b. Rumusan Masalah 8
c. Tujuan 8
BAB II. LANDASAN TEORI 9
Definisi 9
Perkembangan 9
Emosi 9
Anak Usia Dini 10
Perkembangan emosional 11
B. Dasar Teori 11
c. Faktor-faktor perkembangan emosional 12
d. aspek-aspek perkembangan emosional 12
BAB III. METODE ASESMEN 14
A. Metode Observasi 14
Definisi Operasional 14
2. Aspek, Indikator Perilaku, dan Target Perilaku 14
3. Jenis Observasi 17
4. Teknik Pencatatan Data 17
5. Alat yang digunakan 17
6. Langkah Observasi 18
7. Subjek Observasi 18
8. Observer 18
9. Waktu dan Tempat Pelaksanaan 19
B. METODE WAWANCARA 19
Aspek, Indikator perilaku, Pertanyaan wawancara 19
Jenis wawancara 20
Langkah wawancara 20
Subjek wawancara 22
Interviewer 23
Waktu dan tempat pelaksanaan 23
DAFTAR PUSTAKA 24
BAB I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Emosi pada anak-anak merupakan hal yang unik. Karena dapat dilihat pada beberapa
pola emosi yang berbeda ditunjukkan dengan perilaku yang sama (Hurlock, 2011). Keunikan
ini menyebabkan kesulitan ketika akan membedakan apa yang anak-anak rasakan sehingga
mengakibatkan orang tua maupun guru terkadang memberikan respon yang tidak sesuai
dengan apa yang anak rasakan. Emosi yang tinggi biasanya disebabkan oleh masalah
psikologis pada anak. Dimana biasanya orang tua melarang anak untuk melakukan beberapa
hal, padahal anak merasa mampu untuk melakukannya, disini anak akan merasa marah ketika
ia tidak dapat melakukan sesuatu yang ia anggap mudah. Anak akan lebih mudah mengalami
ketegangan emosional ketika ia harus mencapai standar dari orang tuanya, sedangkan anak
tidak akan mengalami ketegangan emosional ketika orang tua lebih realistis dalam menaruh
harapan pada anak (Hurlock, 2011).
Menurut Sukatin, dkk (2020), menyatakan bahwa fungsi dari perkembangan emosi
pada masa anak adalah sumber dari penilaian lingkungan sosial terhadap dirinya. Penilaian
dari lingkungan sosial akan menjadi dasar seorang anak menilai dirinya sendiri. sebagai
contohnya ketika anak mengekspresikan ketidaknyamanannya dengan menangis maka
lingkungan sekitarnya akan beranggapan bahwa anak tersebut merupakan anak yang
‘cengeng’. Fungsi kedua dari perkembangan emosi adalah emosi berpengaruh besar terhadap
interaksi sosial baik itu emosi menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Anak akan
belajar melalui reaksi lingkungan dalam membentuk tingkah laku yang dapat diterima
lingkungan. Fungsi ketiga dari perkembangan emosi adalah emosi sangat mempengaruhi
kondisi iklim psikologis lingkungan yang mana jika terdapat anak pemarah dalam suatu
kelompok maka akan sangat mempengaruhi kondisi psikologis lingkungan yang ada di dekat
anak tersebut. Fungsi keempat adalah perkembangan emosi menjadi suatu kebiasaan ketika
seseorang mengulang tingkah laku yang sama dan mendapatkan dukungan dari lingkungan
sekitarnya, seperti pada contoh ketika seorang anak yang suka menolong dan ramah lalu
lingkungan sekitarnya menyukai perilaku itu maka anak tersebut akan mengulang perilaku
hingga menjadi sebuah kebiasaan. Fungsi yang terakhir adalah perkembangan emosi
berfungsi untuk mengatur ketegangan emosi yang dimiliki anak, ketika anak merasa stress
atau sedang dalam ketakutan maka hal tersebut dapat menghambat anak dalam melakukan
aktivitas motorik dan mental. seperti contohnya ketika anak menolak bermain cat poster
karena takut dimarahi ketika mengotori baju oleh orang tuanya, padahal kegiatan kreasi
dengan cat poster dapat melatih motorik halus dan indera perabaan dari sang anak.
Menurut Anggraini & Kuswanto (2019), perkembangan merupakan suatu perubahan
yang akan dialami oleh seorang manusia (Marsari, DKK, 2021). Perkembangan adalah
serangkaian kemajuan yang kemudian terjadi sebagai sebuah akibat dari bagaimana proses
kematangan dan pengalaman (Hurlock, 2011). Emosi merupakan suatu afeksi yang timbul
ketika individu dalam keadaan yang penting menurutnya, hal ini kemudian akan
diekspresikan dengan perilaku nyaman atau tidak nyaman pada situasi yang dialami. Menurut
Maulinda, Dkk (2020), emosi dapat digambarkan pada sebuah rasa takut, marah, senang, dan
sebagainya. Dimana terdapat karakteristik pada anak yaitu : (1) Emosi pada anak akan
berlangsung secara singkat dan berakhir dengan tiba-tiba; (2) Anak akan tampak lebih hebat
atau kuat; (3) Pada anak emosi bersifat sementara; (4) Emosi pada anak terjadi secara tiba-
tiba dan lebih sering terjadi: (5) Emosi pada anak dapat dilihat dengan jelas melalui tingkah
lakunya, dan yang terakhir (6) Reaksi dari anak sangat mencerminkan individualitas.
Adapun dampak negatif dari emosi seperti dapat mengganggu keterampilan motorik
dan aktivitas mental, hal ini dapat terjadi ketika emosi yang memuncak dimana ketika anak
terlalu tegang akan memiliki gerakan yang tidak terarah dan akan jika berlangsung lama akan
mengganggu keterampilan motorik pada anak. Emosi sangat mempengaruhi ranah sosial anak
dimana emosi dapat dijadikan sumber penilaian sosial dan diri seorang anak. Anak memiliki
peran dalam aktivitas sosial seperti pada keluarga, sekolah dan masyarakat dimana hal ini
akan dipengaruhi oleh perkembangan emosi mereka seperti rasa aman, takut, dan rasa
percaya diri. (Labudasari & Sriatria, 2018)
Banyaknya penelitian yang meneliti mengenai emosi pada anak menunjukkan hasil
bahwa emosi memiliki peran yang sangat penting pada perkembangan anak. Pentingnya
emosi dapat dilihat akibat munculnya deprivasi emosi. Menurut Sunaryo & Sunardi (2006)
deprivasi emosi adalah suatu keadaan seorang anak kekurangan kesempatan untuk
mendapatkan sebuah pengalaman emosional yang menyenangkan. Pengalaman emosional
yang menyenangkan ini dapat dikhususkan seperti memperoleh kasih sayang, kegembiraan,
dan rasa ingin tahu (Donna, 2016). Menurut A. N., Dkk (2005) fondasi emosi yang sehat
dibangun atas dasar penerimaan dan penghargaan diri individu, dimana perwujudan dari rasa
ini adalah anak mendapatkan kasih sayang dari orang terdekatnya, jika hal tersebut tidak
didapatkan anak maka akan anak akan sulit memiliki emosi yang dikatakan sehat (Sukatin,
2020)

b. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran perkembangan emosi anak usia 5-6 tahun ?

c. Tujuan

Untuk mengetahui gambaran perkembangan emosi anak usia 5-6 tahun dengan teori dan
indikator perilaku yang ada.
BAB II. LANDASAN TEORI

A. Definisi

a. Perkembangan
Menurut Jamaris dalam (Sujiono, 2009), perkembangan merupakan suatu
proses yang kumulatif dimana perkembangan akan menjadi fondasi untuk
perkembangan selanjutnya. Maka apabila terjadi hambatan pada
perkembangan sebelumnya nantinya akan terjadi permasalahan pada
perkembangan di tahap selanjutnya. Sedangkan menurut Yusuf (2008),
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang dialami individu
menuju kearah kedewasaan dan kematangan dan akan berlangsung secara
sistematis dan berkesinambungan (Rohaniah) (Sukatin, Dkk, 2020).
Perkembangan merupakan suatu perubahan psikologis yang memiliki proses
dalam mematangkan fungsi psikis dan fisik anak yang dapat didukung oleh
lingkungan yang sangat berpengaruh untuk kehidupan menuju dewasa dan
proses belajar dalam waktu menuju kedewasaan.
b. Emosi
Menurut Darmiah (2020) emosi berasal dari kata “emotus” atau “emovere”
atau “mencerca” yang merupakan suatu dorongan terhadap sesuatu misalnya
emosi gembira mendorong seseorang untuk tertawa. Emosi dapat dikatakan
sebagai keadaan penyesuaian diri yang asalnya dari dalam diri individu dan
melibatkan keseluruhan diri dari individu (Sujiono, 2009). Jadi dapat
disimpulkan bahwa emosi merupakan sebuah pengalaman afektif yang disama
ratakan dalam sebuah penyesuaian diri dan mental seseorang sehingga
mencapai pemahaman tentang siapa individu tersebut sesungguhnya dan dapat
ditentukan dalam setiap perilakunya.
c. Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-
Undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan
anak (Fitriani, 2018). Dalam Mansur (2005) mereka yang masuk dalam usia
dini berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik.
Pola perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi bersifat khusus sesuai
dengan tingkatnya (Prasanti, Dkk, 2018). Menurut Sukatin (2019), masa ini
disebut juga dengan masa emas atau golden age, dikarenakan masa ini
perkembangan dan pertumbuhan yang dialami anak usia dini sangat pesat dan
tidak akan tergantikan untuk masa mendatang. Dari penelitian yang dilakukan
neurologi terbukti bahwa 50% dari kecerdasan anak terbentuk dalam kurun
waktu 4 tahun pertama. Ketika menginjak usia 8 tahun perkembangan otaknya
80% dan pada usia 18 tahun akan mencapai 100%.
d. Perkembangan emosional
Menurut Riana Mashar (2011), perkembangan emosi adalah kemampuan
untuk mengontrol, memproses, dan mengendalikan emosi sehingga dapat
merespon secara positif setiap kondisi yang merangsang emosi tersebut (Sari,
DKK 2020)

B. Dasar Teori

Hurlock (2011), menyatakan bahwa dua jenis emosi yang paling


umum terjadi pada masa bayi adalah rasa takut dan marah. Menurut penulis,
kedua jenis emosi tersebut mewakili berbagai jenis emosi negatif. Anak-anak
mengekspresikan diri mereka dengan menangis dan berteriak ketika mereka
takut, dan beberapa menjadi sangat ketakutan dan pingsan ketika mereka
melempar, menabrak, atau terluka. Saat marah. Menurut Cole dkk (2009),
perkembangan emosi pada anak melibatkan pengenalan emosi dan emosi yang
mereka alami, memahami bagaimana dan mengapa itu terjadi, mengenali dan
mengelola emosi yang berbeda dari mereka sendiri, dan cara efektif untuk
mengelolanya. Ini termasuk mengembangkan Seiring dengan pertumbuhan
anak, perkembangan emosinya juga akan semakin kompleks tergantung dari
pengalaman yang diterimanya (Santrock, 2012).
Menurut Lazarus (1991), ia membagi keadaan emosional menjadi dua
kategori: emosi negatif yang timbul dari hubungan yang mengancam atau
kondisi yang menyakitkan, dan emosi positif yang timbul dari kondisi yang
menguntungkan. Reaksi emosional negatif termasuk marah, khawatir, malu
atau bersalah, sedih, cemburu, atau jijik. Respon emosional positif terdiri dari
perasaan bahagia, gembira, bangga, cinta, harapan, emosi atau kasih sayang.
(Mashar, 2011: 16)
Kapasitas emosional seorang anak adalah ketika seorang anak mampu
mengenali, mengekspresikan, memahami, dan mengelola berbagai emosi.
Anak-anak yang dapat mengelola dan memahami emosi mereka sambil tetap
tenang dan menikmati pengalaman lebih mungkin mengembangkan citra diri
yang positif, mengembangkan rasa percaya diri, dan ingin tahu tentang
pembelajaran. Perkembangan emosi adalah tugas yang menantang yang
dimulai pada usia muda dan berlanjut hingga dewasa.
c. Faktor-faktor perkembangan emosional
Perkembangan emosi seorang anak tidak selalu stabil, dan banyak faktor yang
mempengaruhi anak itu sendiri dan berasal dari luar. Berbagai faktor yang
mempengaruhi perkembangan emosi anak antara lain:
1. Keadaan Individu, seperti usia, kondisi fisik, kecerdasan, peran gender
dan lain-lain dapat mempengaruhi perkembangan individu (Hurlock, 2011).
apapun yang cukup menonjol terutama berupa cacat fisik atau apapun yang
dianggap oleh diri anak sebagai kekurangan akan sangat mempengaruhi
perkembangan emosinya.
2. Konflik dalam perkembangan melalui tahapan-tahapan perkembangan,
dan setiap anak pasti melalui berbagai jenis konflik dan biasanya mampu
mengatasinya dengan sukses, namun beberapa anak menghadapi kendala atau
hambatan dalam menyelesaikan konflik tersebut. Anak-anak yang tidak dapat
mengatasi konflik ini sering mengalami tekanan emosional.
3. Sebab-sebab yang bersumber dari lingkungan, anak-anak hidup dalam dua
lingkungan yang mempengaruhi perkembangan emosi dan kepribadian.
Perkembangan ini dipengaruhi oleh tiga faktor. Ini adalah lingkungan keluarga
yang memainkan peran yang sangat penting dalam memelihara fondasi
pengalaman emosional. Pada umumnya jika ekspresi emosi umumnya ditolak
oleh lingkungan keluarga, hal ini menunjukkan bahwa keamanan emosional
yang diterimanya dari keluarga tidak mencukupi. Dalam keadaan ini, anak
sulit bergaul, mudah marah, cepat menangis, dan sebagainya. Lingkungan
dapat mempengaruhi emosi anak, termasuk daerah padat penduduk/kriminal.
Terakhir, ada lingkungan sekolah yang dapat menyebabkan gangguan emosi
dan perilaku pada anak, antara lain: Patmonodewo mengatakan bahwa faktor
penyebab perubahan emosi pada anak adalah perkembangan kognisi kognitif,
imajinasi atau imajinasi anak, dan pemahaman sosial anak.
d. aspek-aspek perkembangan emosional
Hurlock (2011:116) berpendapat bahwa perilaku emosional anak meliputi
delapan aspek yaitu rasa marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih,
dan kasih sayang. Interaksi sosial yang baik dengan lingkungan anak dapat mengatur
emosinya dengan menunjukan beberapa emosi positif. Tetapi jika lingkungannya
tidak memberi kenyamanan kepada anak, maka anak akan menunjukan perilaku atau
emosi marah, sedih, takut, kaget, dan sebagainya. Perilaku emosi mempengaruhi
perilaku sosial anak, jika emosinya terganggu maka perilaku sosial akan muncul.
Interaksi sosial yang baik dengan orang lain akan berdampak baik terhadap perilaku
emosinya. Anak yang memiliki emosi yang baik dan stabil akan memiliki perilaku
sosial yang kompeten. Peran orang tua sangat diperlukan dalam perkembangan anak
terutama dalam perilaku sosial dan emosi, sehingga anak dapat berinteraksi dengan
teman, memiliki kemandirian, kepercayaan diri yang baik, menunjukan emosi yang
wajar, dan bertanggung dalam perilakunya.
Definisi dari delapan aspek yang telah disebutkan menurut Hurlock (2011),
sebagai berikut :

1. Amarah adalah sebuah perasaan pada anak yang biasanya disebabkan


oleh pertengkaran dalam permainan. Perasaan ini ditandai dengan
adanya perilaku menangis, menendang, memukul, berteriak dan
menggertak.
2. Takut adalah perasaan yang timbul karena ingatan yang tidak
menyenangkan seperti dari cerita, gambar, dan film yang terdapat
unsur menakutkan. Reaksi awal yang muncul pada anak adalah panik,
lalu setelah itu akan menimbulkan reaksi yang lebih khusus seperti
menghindar, bersembunyi, dan menangis ketika berada pada situasi
yang menakutkan.
3. Cemburu adalah perasaan yang hadir ketika anak mengira bahwa
perhatian orang tua teralih kepada orang lain, seperti terdapat adik
yang baru lahir. anak biasanya menunjukkan perilaku dengan berpura-
pura sakit atau menjadi nakal dengan tujuan untuk menarik perhatian.
4. Ingin tahu adalah suatu perasaan penasaran terhadap hal baru seperti
tubuhnya sendiri dan orang lain. Anak akan bereaksi dengan cara
bertanya.
5. Iri hati adalah suatu perasaan yang ditunjukkan ketika seorang anak
sirik dengan kemampuan dan barang orang lain. Anak menunjukkan
perasaan ini dengan mengeluh tentang barangnya sendiri dan anak
mulai mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang orang lain.
6. Gembira adalah perasaan yang dapat dilihat ketika anak menunjukkan
perilaku seperti tersenyum, melompat-lompat, bertepuk tangan,
tertawa, atau memeluk benda dan orang yang membuat anak bahagia.
7. Sedih adalah perasaan yang muncul ketika anak merasa kehilangan
akan sesuatu yang ia anggap berharga dan penting untuknya.
Umumnya anak mengekspresikan kesedihan dengan menangis dan
kehilangan minat pada kegiatan normal seperti makan.
8. Kasih sayang adalah suatu perasaan yang timbul ketika anak belajar
mencintai sesuatu yang menyenangkan baginya seperti orang, benda,
dan binatang. Anak menyatakan kasih sayang dengan cara mencium
dan memeluk objek kasih sayangnya.
BAB III. METODE ASESMEN

A. Metode Observasi

1. Definisi Operasional
Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak dalam diri
individu yang sifatnya didasari. Sedangkan perkembangan emosional sendiri adalah
suatu kemampuan dalam mengendalikan ataupun mengontrol emosi agar seseorang
dapat merespon secara positif setiap kondisi yang merangsang munculnya sebuah
emosi. Perkembangan emosi pada anak usia pra sekolah, yang diketahui terdapat 8
aspek perkembangan emosi yaitu takut, marah, cemburu, sedih, keingintahuan,
kegembiraan, kasih sayang, dan iri hati.
Pada aspek perkembangan emosi terdapat pula komponen didalamnya, seperti
aspek pada emosi takut yang mana dijelaskan pada empat komponen yang terdiri dari
khawatir, cemas, canggung, dan malu, emosi takut ditimbulkan oleh ingatan yang
tidak menyenangkan biasanya berasal dari film, radio, cerita dengan unsur
menakutkan. Reaksi takut yang dapat dilihat pada anak mereka akan cenderung
menghindar atau menangis pada situasi yang menakutkan. Pada emosi marah terdapat
dua komponen yaitu impulsif dan ditekan, emosi marah pada anak biasanya
disebabkan oleh pertengkaran dalam permainan yang ditandai dengan perilaku
menendang, memukul, dan berteriak. Pada emosi cemburu terdapat tiga komponen
yaitu rasa memiliki dan rasa terabaikan, anak yang merasakan emosi ini biasanya
merasa perhatian dari orang tuanya teralihkan kepada sesuatu yang baru, seperti
ketika anak memiliki adik yang baru lahir. Biasanya anak akan menarik kembali
perhatian orang tuanya dengan berpura-pura sakit atau menjadi nakal.
Terdapat dua komponen dalam emosi duka cita yaitu kesedihan dan murung,
emosi ini muncul ketika anak merasa kehilangan sesuatu yang menurutnya berharga.
Reaksi umum yang ditunjukkan oleh anak adalah menangis dan tidak minat makan.
Pada aspek keingintahuan terdapat tiga komponen yaitu minat, pengamatan, dan
tekun, keingintahuan adalah perasaan penasaran anak mengenai tubuhnya atau tubuh
orang lain. Reaksi anak paling umum adalah dengan bertanya. Aspek kebahagiaan
memiliki satu komponen yaitu rasa senang, emosi ini dapat dilihat ketika anak
tersenyum, tertawa, bertepuk tangan, memeluk orang atau benda yang membuat ia
bahagia. Pada aspek iri hati terdapat komponen dua komponen yaitu mengeluh dan
merebut, perasaan iri muncul ketika anak merasa sirik dengan kemampuan ataupun
barang orang lain. Perasaan iri ditandai dengan mengeluhkan barang miliknya dan
anak memiliki keinginan untuk mempunyai barang orang lain. Dan pada aspek
terakhir yaitu kasih sayang terdapat tiga komponen yang terdiri dari perhatian, suka,
dan ramah tamah. Rasa kasih sayang timbul ketika anak belajar mencintai sesuatu
yang menyenangkan baginya. Anak menunjukkan rasa kasih sayang dengan memeluk
dan mencium objek kasih sayang.

2. Aspek, Indikator Perilaku, dan Target Perilaku


NO ASPEK INDIKATOR PERILAKU

1. Takut · Malu ● Tidak dapat berpisah


dengan ibunya (cemas)
· Canggung ● Bersembunyi ketika
bertemu orang baru
· Khawatir
(malu)
· Cemas ● Berani bertanya
(canggung)
● Anak tergagap ketika
berbicara (cemas)
● suara anak bergetar
ketika berbicara (cemas)
● menghindari kontak
mata dengan orang lain
ketika berbicara
(cemas/malu)

2. Marah · Impulsive ● Tidak dapat menerima


kritik dan saran
· Ditekan (impulsive)
● Melempar
barang/mainan
● Berteriak dengan keras

3. Keingintahuan · Minat · Membantu memecahkan


perselisihan/masalah
· Pengamatan (pengamatan)

· Tekun · Melaksanakan tugas yang


diberikan oleh guru (tekun)

· Memelihara milik sendiri


(tekun)

· Berangkat sekolah tepat


waktu (tekun)

· Merapikan mainan setelah


digunakan (minat)

· Merespon pertanyaan dari


guru (minat)

4. Cemburu · Tidak mendapatkan


kesempatan untuk bermain
· Rasa memiliki bersama teman sebaya (rasa
terabaikan)
· Rasa terabaikan
· Tidak ingin berbagi mainan
(rasa memiliki)

5. Dukacita · Kesedihan ● Menangis karena mainan


direbut (kesedihan)
· Murung ● Merasa tidak dihargai
(murung)
● dilarang melakukan
sesuatu (murung)-
dilarang bermain dengan
teman

6. Kegembiraan · Rasa senang · Bangga terhadap hasil karya


sendiri (rasa senang)

7. Kasih Sayang · Perhatian · Memelihara lingkungan,


misalnya: tidak mencoret
· Suka tembok, membuang sampah
pada tempatnya. (perhatian)
· Ramah tamah
· Mengenal tata krama dan
sopan santun (ramah tamah)

· Menunjukkan empati
(perhatian)

· Bersedia bermain dengan


teman (suka)
8. Iri hati ● Merebut ● Anak merebut mainan
● Mengeluh teman ketika bermain
(merebut)
● Anak merebut buku baru
yang diberikan oleh
● Anak berbicara bahwa
barangnya atau
mainannya tidak sebagus
temannya. (Mengeluh)

3. Jenis Observasi
1. Observasi Partisipan moderat. Alasan observer memilih observasi
partisipan moderat ialah agar observer bisa terlibat dalam beberapa kegiatan
yang dilakukan oleh subjek serta dapat mencatat perilaku yang muncul pada
saat itu, lebih eksploratif, serta dapat menjelaskan perilaku individu dalam
situasi sosial.
2. Observasi Obtrusive. Alasan observer juga memilih observasi obtrusive
ialah agar memperoleh data yang lebih detail untuk berjaga jaga atau lebih
memperlengkap lagi penyebab dari perilaku tersebut bisa muncul.

4. Teknik Pencatatan Data


Menggunakan metode Kualitatif dan Kuantitatif. Pencatatan data kualitatif
dilakukan dengan metode Diary Description, untuk mencatat hasil wawancara
dengan mengajarkannya ke dalam bentuk narasi. Sedangkan metode
Kuantitatif yaitu dengan menggunakan event sampling untuk mengecek
indikator yang sudah dilakukan oleh subjek.

5. Alat yang digunakan

· Alat perekam gambar dan suara

· Lembar indikator

· Lembar pencatatan data

· Lembar pertanyaan wawancara

· Inform consent

6. Langkah Observasi

● Mendiskusikan dan tanya jawab mengenai materi observasi


● Menentukan Subjek yang berada di lingkungan sekitar yang dapat
diandalkan atau dipilih sesuai dengan masalah yang ingin diobservasi
● Menentukan Judul, Tema, Dan Permasalahan yang akan diteliti
● Mencari bahan literatur yang mendukung melalui jurnal dan pengetahuan
yang diingat.
● Membuat rancangan wawancara
● Melakukan Feedback dari hasil rancangan observasi yang dijabarkan oleh
Dosen Pengampu. Membuat pencatatan untuk pengambilan data
● Melakukan persetujuan dengan subjek melalui Informed Consent -
Melakukan Turun Lapang /Observasi
● Menentukan tempat,tanggal dan hari pelaksanaan observasi
● Menganalisis data observasi
● Menghitung skala - Membuat Laporan Hasil Observasi.

7. Subjek Observasi
Subjek yang diambil pada penelitian ini adalah anggota keluarga dalam satu
yaitu anak-anak dengan rata-rata umur 5-6 tahun. Peneliti memilih subjek
tersebut berdasarkan kondisi lingkungan keluarga dan sekolah. Menurut
gambaran singkatnya, peneliti beranggapan bahwa lingkungan anak akan
mempengaruhi perkembangan emosional anak itu sendiri.
8. Observer

Pelaksanaan observasi ini dilakukan oleh 4 observer, yaitu Fairuzia, Arelya,


Humairoh, dan Tasya. Peran observer dalam observasi ini yaitu
mengobservasi subjek sesuai dengan lembar observasi yang telah terlampir.
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti secara langsung dengan mengamati
subjek di lapangan.

9. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


B. METODE WAWANCARA

1. Jenis wawancara

Jenis wawancara yang digunakan pada penelitian kali ini adalah wawancara
semi-terstruktur dimana wawancara ini akan mengacu langsung pada
rangkaian pertanyaan terbuka dimana pada metode ini akan memungkinkan
untuk munculnya pertanyaan baru akibat jawaban yang diberikan oleh
narasumber. Sehingga nantinya informasi yang diberikan oleh narasumber
dapat lebih mendalam.

2. Langkah wawancara

Sebelum melakukan wawancara, harus memperhatikan langkah-langkah


sebagai berikut:

● Menentukan tema atau topik wawancara


● Menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada
narasumber
● Menentukan narasumber dan mengetahui identitasnya
● Membuat janji atau menghubungi narasumber
● Mempersiapkan beberapa peralatan wawancara, seperti alat
tulis dan perekam
● Melakukan wawancara
● Mencatat isi pokok-pokok wawancara
● Menyusun laporan hasil wawancara
Guide Interview

Opening

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat siang Bapak/Ibu,


Perkenalkan nama saya (nama pribadi) dari jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2020 yang sedang menjalankan tugas dari
mata kuliah wawancara, disini saya akan menanyakan terlebih dahulu pada Anda,
Apakah anda bersedia untuk menjadi subjek saya?. Untuk wawancara ini, estimasi
waktunya kurang lebih 20 sampai 30 menit, dengan tema yaitu perkembangan
emosional pada anak usia dini, dalam wawancara kali ini untuk mempermudah
penulisan dan pelaporannya, saya akan menggunakan media alat perekam agar
memudahkan saya dalam penulisan laporan, apakah anda bersedia?. Jadi langsung
saja, dalam wawancara ini saya ingin menanyakan 8 aspek, dimana didalam satu
aspek yaitu memiliki 1-4 pertanyaan. jadi totalnya adalah 19 pertanyaan.

Body

a. Aspek, Indikator perilaku, Pertanyaan wawancara

NO ASPEK INDIKATOR PERTANYAAN


WAWANCARA

1. Takut · Malu 1. Bagaimana sikap yang


biasanya ditunjukan oleh
· Canggung anak jika bertemu
dengan orang baru?
· Khawatir
2. Apakah anak anda
· Cemas nampak antusias saat
menjawab pertanyaan
yang biasanya guru
ajukan atau orang tua
ajukan?
3. Dalam keadaan seperti
apa anak anda biasanya
nampak khawatir?
4. Bagaimana kondisi anak
anda jika dia berada
dalam keadaan yang
cemas?
2. Marah · Impulsive 1. Apakah anak anda
biasanya bisa menerima
· Ditekan ajakan atau saran dari
anda?
2. Bagaimana reaksi yang
biasanya dimunculkan
anak ketika mereka
sedang marah?

3. Keingintahuan · Minat 1. Apakah anak anda


menampakan minta di
· Pengamatan suatu bidang tertentu?
2. Bagaimana biasanya
· Tekun
anak anda memberikan
tanggapan terhadap
barang atau orang yang
mereka sukai?
3. Apakah anak anda ikut
andil ketika merapikan
mainan yang sebelumnya
digunakan atau juga
mengumpulkan pr tepat
waktu?

4. Cemburu · Rasa memiliki 1. Apakah anak anda selalu


berbagi mainan yang
· Rasa terabaikan digunakan ketika
bermain dengan
temannya?
2. Apakah anak anda sulit
berinteraksi dengan
teman di lingkungannya?

5. Dukacita · Kesedihan 1. bagaimana reaksi anak


anda ketika benda
· Murung kesayangannya rusak?
6. Kegembiraan · Rasa senang 2. apakah anak anda
cenderung suka
mengapresiasi dirinya
sendiri, dengan
memberikan beberapa
pujian?

7. Kasih Sayang · Perhatian 1. bagaimana respon anak


anda ketika orang tua
· Suka atau orang terdekatnya
sedang kesulitan?
· Ramah tamah
2. Biasanya bagaimanakah
ekspresi anak anda
ketika menyukai
sesuatu?
3. Jika bertemu dengan
orang baru apakah anak
anda cenderung banyak
berbicara?

8. Iri Hati . Merebut 1. Apakah anak anda sering


mengeluhkan
. Mengeluh barang/mainannya yang
tidak sebagus temannya?
2. Apa reaksi anak anda
ketika ia melihat mainan
temannya lebih bagus?

Closing

Mungkin ini saja Bapak/Ibu pertanyaan-pertanyaan yang saya sampaikan, dan


ini ada informed consent ya pak/bu nah, informed consent ini merupakan
kesedian tertulis untuk bapak/ibu karena ini merupakan kesepakatan antara
saya sebagai pewawancara dan juga bapak/ibu sebagai interviewer yang saya
wawancara, jadi segala informasi tentang bapak/ibu akan saya rahasiakan dan
hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini. Terima kasih untuk
ketersediaan bapak/ibu sebelumnya apabila ada kesalah mohon dimaafkan,
dan terimakasih. Wassalamualaikum. Wr. Wb.
3. Subjek wawancara

Peneliti menggunakan subjek wawancara orang tua atau wali dari siswa yang
akan di observasi. Hal ini dikarenakan peneliti membutuhkan data dari anak-
anak berusia 5-6 tahun dimana pada usia ini akan sulit untuk mendapatkan
informasi secara detail dari anak tersebut sehingga memerlukan bantuan orang
tua atau wali dalam pengumpulan data dengan metode wawancara.

4. Interviewer

Pelaksanaan wawancara pada penelitian ini dilaksanakan oleh 4 orang, yaitu


Fairuzia Rana K., Arelya Duta F., Humairoh M., Tasya Devi S. Yang mana
tugas dari masing-masing interviewer menggali data yang mendalam dari
subjek penelitian agar menghasilkan informasi yang akurat.

5. Waktu dan tempat pelaksanaan


DAFTAR PUSTAKA

Donna, R.P. (2016). Asesmen Aspek Emosi untuk Mengetahui Hambatan Perkembangan
Emosi Anak Pra Sekolah, 2(1), 24.

Darmiah, D. (2020). Perkembangan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Emosi Anak


Usia Mi. Pionir: Jurnal Pendidikan, 8(2).

Fitriani. R.(2018). Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age
Hamzanwadi University. 3(1), 25-34.

Hurlock, E. B. (2011). Psikologi Perkembangan. Ed. 5. Jakarta: Erlangga

Labudasari, E., & Sriastria, W. (2018). Perkembangan Emosi Pada Anak Sekolah Dasar. In
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP Universitas Muhammadiyah Cirebon.

Mashar, R. (2011). Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Google Books.‌

Marsari. H., Neviyarni., Irdamurni. (2021). Perkembangan Emosi Anak Usia Sekolah Dasar.
Jurnal Pendidikan Tambusui, 5(1), 1816-1822.
Maulinda, R., Muslihin, H. Y., & Sumardi, S. (2020). Analisis Kemampuan Mengelola
Emosi Anak Usia 5-6 Tahun (Literature Review). Jurnal PAUD Agapedia, 4(2),
300-313.
Prasanti, D., & Fitriani, D. R. (2018). Pembentukan karakter anak usia dini: Keluarga,
sekolah, dan komunitas?(Studi kualitatif tentang pembentukan karakter anak usia
dini melalui keluarga, sekolah, dan komunitas). Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, 2(1), 13-19

Sari, P.P., Sumardi, Mulyadi, S. (2020). Pola Asuh Orang Tua terhadap Perkembangan
Emosional Anak Usia Dini, 4(1),157-170.

Sukatin, S., Chofifah, N., Turiyana, T., Paradise, M. R., Azkia, M., & Ummah, S. N. (2020).
Analisis Perkembangan Emosi Anak Usia Dini. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh
Kembang Anak Usia Dini, 5(2), 77-90.

Sukatin, Q. Y. H., Alivia, A. A., & Bella, R. (2019). Analisis Psikologi Perkembangan Sosial
Emosional Anak Usia dini. Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak, 6(2), 156-171.
Santrock, J.W. (2012). Perkembangan Masa Hidup. ed.13. Jilid 1.Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai