Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH SENSORY WALK TERHADAP PERKEMBANGAN FISIK

MOTORIK ANAK USIA 4-5 TAHUN DI RA AL KAHFI BALIKPAPAN

( Proposal Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi

Penelitian)

Disusun Oleh :

UTARI LUSIANA IFTITAH

1932028

S1 PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI

FAKULTAS HUMANIORA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MULIA BALIKPAPAN 2021


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan anugerah-Nya, atas selesainya penulisan proposal tugas

akhir. Disusun untuk melengkapi salah satu syarat bagi Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Mulia Balikpapan.

Penulis proposal ini sangat mempunyai banyak kekurangan karena

terbatasnya pengetahuan, oleh karena itu kritik, sarana, serta masukan

dan koreksi yang sifatnya membangun sangat diperlukan untuk

memperbaiki proposal ini.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penulisan proposal ini,

baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu diucapkan

terima kasih kepada :

1. Baldwine Honest Gunarto, ST., M.Pd., selaku pembimbing dalam

pembuatan proposal.

2. Seluruh rekan – rekan beserta pihak – pihak yang telah membantu

dalam penulisan proposal ini

Akhirnya diharapkan semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi

semua.

Balikpapan, 4 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Pembatasan masalah 7

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 8

BAB II LANDASAN TEORI 10

2.1 Motorik Kasar 10

2.1.1. Pengertian Motorik Kasar 10

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

Motorik Kasar 12

2.1.3 Indikator Motorik Kasar 14

ii
2.2 Motorik Halus 14

2.2.1 Pengertian Motorik Halus 14

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik 15

2.2.3 Indikator Motorik Halus 18

BAB III METODE PENELITIAN 19

3.1 Jenis Penelitian 19

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 20

3.3 Desain Penelitian 20

3.4 Variabel Penelitian 21

3.4.1 Variabel Bebas 21

3.4.2 Variabel Terikat 21

3.5 Populasi, Sampel, dan Sampling 22

3.5.1 Populasi 22

3.5.2 Sampel 22

3.5.3 Teknik Pengambilan Sampling 23

3.6 Teknik Pengumpulan Data 24

3.6.1 Observasi 24

iii
3.6.2 Check List 24

3.6.3 Dokumentasi 24

3.7 Teknik Analisis Data 25

3.7.1 Analisis Instrumen 25

3.7.2 Analisis Data 25

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Uji Analisis Data dan Kriteria Pengujian 35

iv
v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan anak usia dini merupakan periode yang penting dan

perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Usia 2-6 tahun

merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu

periode dimana suatu fungsi tertentu perlu distimulus, diarahkan

sehingga perkembangan anak berjalan sesuai dengan

perkembangannya. Pemberian stimulus merupakan hal yang sangat

membantu anak untuk berkembang. Anak yang terstimulus dengan

baik dan sempurna maka tidak hanya satu aspek perkembangan saja

yang akan berkembang melainkan bisa mengembangkan aspek yang

lainnya. Masa ini merupakan masa utama anak untuk

mengembangkan kemampuan fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial,

emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian dan lain-lain. 1

1
Lolita Indraswari, Jurnal Pesona PAUD Vol.1.No.1 Lolita Indraswari. 1
(diakses hari rabu tanggal 31 oktober 2018 jam 09:00)

1
2

Anak usia dini adalah sosok individu sebagai mahkluk sosio

kultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat

fundamental bagi kehidupan selanjutnya.2 Masa kanak-kanak ini

sangat mudah mempelajari berbagai hal baik dari dalam dirinya

sendiri maupun dari orang lain. Anak usia dini bersifat unik dan

memiliki rasa penasaran yang lebih tinggi terhadap sesuatu yang ingin

ia pelajari.

Perkembangan fisik-motorik diartikan sebagai perkembangan

dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Kemampuan

motorik kasar diawali dengan bermain yang merupakan gerakan

kasar. Pada usia 3 tahun sesuai dengan tahap perkembangan, anak

pada umumnya sudah menguasai sebagian besar kemampuan

motorik kasar. Sementara kemampuan motorik halus baru mulai

berkembang, yang diawali dengan kegiatan yang amat sederhana

seperti memegang sendok, memegang pensil, mengaduk.

Kemampuan motorik halus lebih lama pencapaiannya dari pada

kemampuan motorik kasar karena motorik halus membutuhkan

kemampuan yang lebih sulit misalnya konsentrasi, kontrol, kehati-

hatian, dan kondisi otot tubuh yang satu dengan yang lain.

2
Soegeng Santoso, Dasar-Dasar Pendidikan TK, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2007), h. 25
3

Perkembangan fisik-motorik termasuk salah satu yang menjadi

Standar Tingkat Percapaian Perkembangan Anak (STPPA) yang

tertuang dalam Permendikbud No. 137 tahun 2014 kurikulum 2013

dalam Kompetensi Inti (KI), KI.4 yang kemudian dispesifikkan ke

dalam Kompetensi Dasar (KD), KD 4.3 dan 4.3. “Menggunakan

anggota tubuh untuk pengembangan motorik halus dan kasar, dan

mampu menolong diri sendiri untuk hidup sehat”. 3 Kemampuan fisik

motorik dapat membentuk anak menjadi pribadi yang mandiri.

Fisik-motorik sangat diperlukan dalam kehidupan

anak,kemampuan fisik motorik yang akan menentukan anak dalam

kemandiriannya. Tanpa fisik-motorik anak akan dipandang sebagai

anak yang tidak bisa menolong dirinya sendiri.

Motorik ini terbagi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus

Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot

besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang

dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.Dorong anak berlari,

melompat, berdiri di atas satu kaki, memanjat, bermain bola,

mengendarai sepeda roda tiga. Sedangkan Motorik halus adalah

3
Permendikbud No. 137 tahun 2014, Standar Tingkat Pencapaian
Perkembangan Anak, h.
4

pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-

jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatan dan

koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup

pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk mengerjakan suatu objek

atau kemampuan anak berkreativitas dengan menggunakan otot halus

(kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun balok,

mengikat tali sepatu dan memasukkan kelereng. 4 Motorik halus anak

yang mengarah kepada kemampuan anak menggunakan otot, saraf

dan otak.

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di RA Al

Kahfi Balikpapan pada tanggal 18 Juli 2019 menunjukkan bahwa

aspek perkembangan motorik halus anak masih rendah pada usia

kelompok A. Hal ini terbukti dari sebagian besar guru dan anak

kelompok A pada tanggal 9 desember 2021 mengalami kesulitan

dalam mengembangkan kemampuan fisik motorik mereka

dikarenakan ruangan kelas dan lapangan yang sangat sempit dan

kecil. Oleh sebab itu, perlu adanya suatu perbaikan dalam

perkembangan fisik- motorik.

4
Sumantri, Model Pengembangan Keterampilan Motorik Anak Usia
Dini, (Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti, 2005), H. 143
5

Di sekolah pendidik dalam mengembangkan motorik halus

anak menggunakan media seperti meronce, mozaik, platisin dan

kolase. Sedangkan untuk mengembangkan motorik kasar

menggunakan media ayunan dan perosotan. Sehingga anak

kelompok A di RA Al – Kahfi Balikpapan masih kesulitan dalam

mengembangkan motorik halus karena media yang digunakan oleh

pendidik kurang menarik dan kegiatan yang tidak sesuai dengan

kehidupan anak. Anak cepat merasa bosan dan tidak tertarik dengan

pembelajaran tersebut. Anak dalam mengembangkan kemampuan

motorik halus dan motorik kasar di kehidupan sehari-hari masih

kurang mampu mengikat tali sepatu, mengancing baju sendiri, melipat

kain, kebanyakan masih memerlukan bantuan orang dewasa.

Sedangkan dalam mengembangkan motorik kasar anak hanya duduk

diam temannya yang lain selesai menggunakann media

pengembangan yang ada.5

Pengembangan motorik halus dan motorik kasar anak di RA Al

Kahfi Balikpapan diamati sebelumnnya dengan pendidik memberikan

contoh terlebih dahulu pada anak. Kenyataan yang selama ini terjadi

anak kurang bersemangat dalam menyelesaikan tugas mereka sendiri

5
Permendikbud No. 146 tahun 2014, Kurikulum 2013 Pendidikan
Anak Usia Dini, h. 20

karena media yang digunakan cenderung monoton. Dengan demikian


6

peneliti mencoba dengan media baru yaitu media Sensory Walk yang

mana pada media pengembangan ini terdapat kegiatan aktivitas untuk

anak yang berisi berbagai macam bahan, seperti pasir,pom-

pom,rumput sintetis,batu kerikil,dan busa . Media ini juga penuh

dengan warna-warni agar menarik minat anak dalam

mengembangkan motorik halus dan motorik kasar anak. Media

Sensory Walk diharapkan dapat membantu mengembangkan

kemampuan motorik halus dan motorik kasar anak di RA Al Kahfi

Balikpapan.

Penelitian sebelumya dilakukan oleh Dara Wulandariah yaitu

pengembangan media sensory path untuk meningkatkan fisik motorik

kasar siswa SD kelas 2, melalui strategi bermain melalui media

Sensory Path dapat memberikan kemajuan pada aspek fisik motorik

kasar anak.6

Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian

sebelumnya terdapat pada variabel motorik halus. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan media Sensory Walk untuk meningkatkan

6
Islamiah Arta Utomo, dkk,”Penerapan Strategi Bermain melalui
Media Busy Book untuk Meningkatkan Fisik Motorik Halus Anak Usia
Dini”, Jurnal Pendidikan, Vol. 3, No. 12, EISSN: 2502-47X, (Malang:
Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 2018), h.1594

kemampuan motorik halus dan motorik kasar anak usia 4-5 tahun

Sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan media Sensory Path


7

untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak siswa sekolah

dasar kelas 2.

Berdasarkan latar belakang diatas, Bahwa media Sensory Walk

dapat meningkatkan motorik halus anak di RA Al Kahfi Balikpapan.

Maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

Sensory Walk terhadap perkembangan fisik motorik anak usia 4-5

tahun di RA Al Kahfi Balikpapan”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis

mengidentifikasikan masalah diatas seb agai berikut :

1. Belum adanya permainan yang bisa meningkatkan kemampuan

fisik motorik anak seperti permainan Sensory Walk.

2. Permainan anak-anak di RA Al kahfi Balikpapan cenderung

menggunakan alat dan bahan yang sudah jadi.

3. Kegiatan yang diterapkan guru bersifat konvensional dalam

mengembangkan fisik motorik anak

1.3 Pembatasan masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka

penulis membatasi permasalahan ini pada pengaruh permainan

Sensory Walk terhadap perkembangan motorik kasar dan motorik

halus anak usia 4-5 tahun.


8

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “ Bagaimana pengaruh

permainan Sensory Walk terhadap perkembangan fisik motorik anak

usia 4-5 tahun di RA AL Kahfi Balikpapan?”.

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah ada, maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: “ pengaruh permainan

Sensory Walk terhadap perkembangan fisik motorik anak usia 4-5

tahun di RA Al Kahfi balikpapan “.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun sistematika pembahasan yang dipakai dalam penulisan

skripsi ini adalah :

1. Secara Teoritis

Sebagai salah satu alternative untuk mengembangkan

penelitian lain yang menggunakan permainan Sensory Walk dalam

meningkatkan perkembangan fisik motorik anak usia 4-5 tahun.

2. Secara Praktis

1) Bagi guru

Sebagai bahan masukan bagi guru untuk dapat

mempertimbangkan penerapan permainan Sensory Walk


9

dalam pembelajaran pengembangan fisik motorik anak usia 4-5

tahun.

2) Bagi sekolah

Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan serta

meningkatkan perkembangan fisik motorik anak usia 4-5 tahun.

3) Bagi peneliti sendiri

Untuk menambah wawasan , kemampuan dan pengalaman

dalam meningkatkan kompetensinya sebagai calon guru.

4) Bagi peneliti lain

Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain tentang pengaruh

permainan Sensory Walk dalam mempengaruhi perkembangan

fisik motorik anak usia 4-5 tahun.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Motorik Kasar

2.1.1. Pengertian Motorik Kasar

Motorik adalah terjemahan dari kata “motor” yaitu “suatu

dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu

gerak”. Dengan kata lain, gerak adalah “kulminasi dari suatu

tinda- kan yang didasari oleh proses motorik.7

Motorik kasar merupakan gerakan tubuh yang menggunakan

otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh ang- gota tubuh

yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.Dorong anak

berlari, melompat, berdiri di atas satu kaki, memanjat, bermain

bola, mengendarai sepeda roda tiga. Perkem- bangan motorik

adalah perkembangan pengendalian gerakan jas- maniah

melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang

terkoordinasi.keterampilan motorik kasar merupakan

7
Samsudin, Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak,

(Jakarta: Prenada Media Group, 2008), 10.

10
11

keterampilan yang meliputi aktivitas otot yang besar, seperti

menggerakkan lengan dan berjalan.8

Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa

motorik kasar dapat mengikutkan anak pada kelompok olahraga

untuk mengembangkan kesehatan fisik, psikologis serta

psikososialnya. Anak menjadi senang mendapat stimulasi

kreativi- tas yang baik untuk perkembangannya. Pendapat di

atas jelas bah- wa motorik kasar anak berkaitan dengan gerakan

fisik yang mem- butuhkan keseimbangan dan koordinasi antar

anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagiam

atau seluruh ang- gota tubuh. Perkembangan motorik kasar anak

pada permulaannya tergantung dari belajar dan pengetahuan

serta pengalaman. Pen- galaman masa kanak-kanak akan

sangat bermanfaat pada masa dewasa, di antaranya

kemampuan dalam memecahkan suatu masa- lah, baik dalam

bentuk keseharian maupun dalam bentuk kemam- puan latihan

dan peningkatan keterampilan anak dalam melakukan aktivitas

anak. Perkembangan motorik kasar pada dasarnya meru- pakan

gerakan fisik yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi

antar anggota tubuh, dengan menggunkakan oto-otot besar,

8
Ahmad Rudiyanto, Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik

Halus Anak Usia Dini, (Lampung: Darussalam Press, 2016), 10.


12

sebagian atau seluruh anggota tubuh yang merupakan hasil pola

interaksi yang kompleks daei berbagai bagian dan sistem da-

lam tubuh yang dikontrol oleh otak.

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Kasar

Anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di-

pengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi

perkembangan motorik kasar anak sebagai berikut:

a. Faktor hereditas (warisan sejak lahir atau bawaan)

b. Faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan

kematangan atau merugikan kematangan fungsi-fungsi

c. Organis dan psikis

d. Aktivitas anak sebagai subjek bebas yang berkemauan, ke-

mampuan, punya emosi serta mempunyai usaha untuk

membangun diri sendiri.9

Di samping beberapa uraian di atas, ada beberapa faktor

lainnya yang mempengaruhi perkembangan motorik anak,

antara lain:

9
Ahmad Rudiyanto, Perkembangan Motorik Kasar dan

Motorik Halus Anak Usia Dini, (Lampung: Darussalam Press,

2016), 23.
13

a. Faktor kematangan

Kematangan adalah kesiapan fungsi.Fungsi baik fisik

maupun psikis untuk melakukan aktivitas tanpa

memerlukan stimulasi dari luar. Misalnya proses anak belajar

duduk, me- rangkak, berjalan atau bercakap-cakap. Proses-

proses itu memerlukan periode belajar dan berlatih, proses di

atas tidak akan menunjukkan hasil yang maksimal bila anak

belum mencapai kematangan.

Faktor keturunan

a) Tinggi badan

Orang tua yang mempunyai postur tubuh tinggi

cenderung mempunyai keturunan yang tinggi. Demikian

pula, orang tua yang pendek pula akan memiliki

keturunan yang pendek pula. Namun tinggi tubuh

seseorang tidak dapat diramalkan secara tepat, krena

faktor lingkungan, gizi, dan kesehatan mempunyai peran

penting terhadap perkembangan motoriknya.

b) Kecepatan pertumbuhan

Kecepatan pertumbuhan ternyata juga merupakan

sifat yang diturunkan. Penelitian pada anak kembar

identic memper- lihatkan bahwa, haid pertama yang di

alami kembar identic perempuan terjadi pada usia yang

sama. Demikian juga pada perempuan kakak-beradik,


14

haid mereka pada usia yang tidak begitu berbeda.

2.1.3 Indikator Motorik Kasar

Perkembangan motorik kasar terdiri dari 6 indikator, yakni

berjalan maju pada garis lurus, berdiri di atas satu kaki dengan

seimbang, berlari sambil melompat dengan seimbang tanpa

jatuh, berjalan dengan berjinjit, memutar dan mengayun lengan,

dan berjalan di atas papan titian.

2.2 Motorik Halus

2.2.1 Pengertian Motorik Halus

Pada umumnya motorik terbagi dua yaitu motorik kasar

dan motorik halus, Motorik kasar adalah kemampuan gerak

tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar

atau seluruh anggota tubuh, motorik kasar diperlukan agar

anak dapat duduk, menendang, berlari, naik turun tangga dan

sebagainya.10 Sedangkan motorik halus adalah

pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil

seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan

10
Sunardi dan Sunaryo, Intervensi Dini Anak Berkebutuhan

Khusus, (Jakarta: Depdiknas, 2007), h. 113-114


15

kecermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang

mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk

mengerjakan suatu objek atau kemampuan anak dengan

menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas,

menggambar, menyusun balok, mengikat tali sepatu dan

memasukkan kelereng.11

Menurut Moelichatoen (dalam Sumantri) motorik halus

adalah merupakan kegiatan yang menggunakan otot-otot

halus pada jari dan tangan, gerakan ini disebut juga

keterampilan gerak.12 Berdasarkan pemaparan diatas

maka dapat disimpulkan bahwa motorik halus adalah

kemampuan dalam menggunakan otot- otot kecil pada jari

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang sederhana seperti

mengikat tali sepatu, mengancing baju, memegang alat tulis

dan lain-lain.

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik

Berikut ini adalah beberapa faktor yang berpengaruh

terhadap motorik anak ialah:


11
Sumantri, Model PengembanganKeterampilan..., h. 143

12
Puri Aquarisnawati dan Windah Riskasari, Bunga Rampai...,

h. 80-81
16

a. perkembangan sistem saraf, kondisi fisik, motivasi yang kuat,

lingkungan yang kondusif, aspek psikologis, usia, jenis

kelamin, serta bakat dan potensi.13 Berikut ini adalah

penjabaran dari faktor diatas.

b. Perkembangan sistem saraf: sangat berpengaruh dalam

perkembangan motorik karena sistem saraflah yang

mengontrol aktivitas motorik pada tubuh manusia.

c. Kondisi fisik: perkembangan motorik sangat erat kaitannya

dengan fisik maka kondisi fisik tentu saja sangat berpengaruh

pada perkembangan motorik seseorang. Seseorang yang

normal biasanya perkembangan motoriknya akan lebih baik

dibandingkan orang lain yang memiliki kekurangan fisik.

d. Motivasi yang kuat: seseorang yang mempunyai motivasi

yang kuat untuk menguasai kemampuan motorik tertentu

biasanya telah punya modal besar untuk meraih prestasi.

Kemudian, ketika seseorang mampu melakukan suatu

aktivitas motorik dengan baik, maka kemungkinan

13
Heri Rahyubi, Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran

Motorik Deskripsidan Tinjauan Kritis, (Bandung: Nusa Media,

2012), Cet Ke-1, h. 225


17

besar dia akan termotivasi untuk menguasai kemampuan

motorik yang lebih luas dan lebih tinggi lagi.

e. Lingkungan yang kondusif: perkembangan motorik seorang

individu kemungkinan besar bisa berjalan optimal jika

lingkungan tempatnya beraktivitas mendukung dan kondusif.

Lingkungan disini bisa berarti fasilitas, peralatan, sarana, dan

pra sarana.

f. Aspek psikologis: seseorang yang memiliki aspek psikologis

yang baik maka ia mampu mengembangkan kemampuan

motoriknya. Meskipun fisik mendukung namun, psikologisnya

tidak berada dikondisi baik maka sulitlah baginya untuk

meraih kemampuan motorik yang memuaskan. Kondisi

psikologis disini juga bisa diartikan sebagai “kepribadian”.

g. Usia: usia sangat berpengaruh pada aktivitas motorik

seseorang. Seorang bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan

tua tentu saja punya karakteristik motorik yang berbeda.

h. Jenis kelamin: faktor jenis kelamin sangat berpengaruh

dalam pengembangan kemampuan motorik, misalnya dalam

cabang olahraga lelaki lebih kuat, gesit dan terampil

dibandingkan dengan perempuan.

i. Bakat dan potensi: bakat dan potensi juga berpengaruh pada

usaha meraih kemampuan motorik. Misalnya seseorang

mudah diarahkan menjadi penyanyi jika dia mempunyai bakat


18

dan potensi terhadap bidang tersebut.

2.2.3 Indikator Motorik Halus

Indikator tingkat pencapaian perkembangan lingkup motorik

halus anak ialah sebagai berikiut:

a. Membuat garis vertikal, horizontal lengkung

kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan lingkaran.

b. Menjiplak bentuk

c. Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan

gerakan yang rumit.

d. Mengekpresikan diri dengan berkarya seni menggunakan

berbagai media.

e. Mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot halus

(menjumput, mengelus, mencolek, memilin dan memeras).9


19

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Metode

penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan

untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam

kondisi yang terkendalikan.14

Metode eksperimen merupakan bagian dari metode

kuantitatif, dan memiliki ciri khas tersendiri terutama dengan adanya

kelompok kontrol. Dalam bidang sains, penelitian-penelitian dapat

menggunakan desain eksperimen karena variabel-variabel dapat

dipilih dan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi proses

eksperimen itu dapat dikontrol secara ketat. Sehingga dalam metode

ini, peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol

variabel lain yang relevan, dan mengobservasi pengaruhnya terhadap

variabel terikat. Manipulasi variabel bebas inilah yang merupakan

salah satu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental

dari penelitian-penelitian lain.15

14
Sugiyono. Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 207


15
Sugiyono. Metode Penelitian , h. 208
20

Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui

apakah ada perbedaan pengaruh permainan Sensory Walk terhadap

perkembangan fisik motorik anak usia 4-5 tahun.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di RA Al Kahfi Kota

Balikpapan, yang terletak di Jl Telindung RT 86 Muara Rapak. Waktu

pelaksanaan penelitian di laksanakan pada semester ganjil tahun

pelajaran 2022/2023.

3.3 Desain Penelitian

Dalam suatu penelitian, terdapat desain penelitian sesuai

dengan apa yang akan diteliti. Desain penelitian adalah rencana,

kerangka untuk mengkonseptualisasikan struktur relasi variabel-

variabel suatu kajian penelitian. Penelitian ini menggunakan desain

Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat

empat kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest

untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara dua

kelompok yang dibandingkan. Hasil pretest yang baik jika nilai

kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh

perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3) – (O6 – O5), dan untuk (O8 –

O7) adalah tanpa perlakuan (variabel control adalah pembelajaran


21

konvensional). Desain penelitian tersebut menurut Sugiyono

digambarkan sebagai berikut:16

R O1 X1 O2

R O3 X2 O4

R O5 X3 O6

R O7 O8

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Bebas

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahannya/timbulnya variabel

dependen (terikat)”.17 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel

bebas yaitu permainan Sensory Walk kelas eksperimen

sebagai X1 dan kelas kontrol sebagai X2.

3.4.2 Variabel Terikat

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.18 Dalam

penelitian ini variabel terikatnya adalah kreativitas siswa (Y).

16
Sugiyono. Metode Penelitian, h. 112
17
Sugiyono. Metode Penelitian, h. 208
18
Sugiyono. Metode Penelitian , h. 61
22

Kelas Eksperimen X1

Kreativitas Anak Y

Kelas Kontrol X2

3.5 Populasi, Sampel, dan Sampling

3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek-

objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan”.19 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas di RA Al Kahfi Balikpapan yang berjumlah 30

siswa.

3.5.2 Sampel

“Sampel adalah sebagian dari populasi”. Sampel

dalam penelitian ini diambil 10% dari jumlah

populasi :20

“apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara

10%-15% atau 20%-25% atau lebih”.

19
Sugiyono. Metode Penelitian, h. 297
23

20
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), h. 227

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti mengambil

sampel eksperimen sebanyak 22 orang siswa, dikarenakan

objek penelitian berjumlah di bawah 100, berdasarkan teori di

atas jika jumlah sampel berjumlah di bawah 100, maka sampel

yang dipakai adalah seluruhnya. Maka sampling pada

penelitian eksperimen ini berjumlah 22 siswa, kelas B1 = 11

siswa dan kelas B2 = 11 siswa.

3.5.3 Teknik Pengambilan Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik multiple stage sample. Sampel

ditarik dari kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota

kelompok populasi menjadi anggota sampel. Caranya bisa

dengan equal probability ataupun dengan proportional

probability.21

Pada equal probability, maka dari tiap kelompok populasi kita

pilih sejumlah anggota tertentu untuk dimasukkan dalam

sampel dan tiap anggota kelompok tersebut mempunyai

probabilitas yang sama untuk dimasukkan ke dalam sampel.

Pada proportional probability, maka tiap anggota kelompok

mempunyai probabilitas yang sebanding dengan besar relatif

dari kelompok-kelompok yang dimasukkan dalam subsampel.


21
Moh. Nazir. Metode Penelitian. (Ghalia Indonesia. Bogor, 2005) h.
24

277

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

teknik observasi, dokumentasi :

3.6.1 Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks,

suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis

dan psikologis. Dua diantara yang penting adalah proses

pengamatan dan ingatan.

3.6.2 Check List

Check List dilakukan dengan cara melakukan

pengamatan langsung ke tempat penelitian menggunakan

daftar check list ( √ ) pada kolom yang sesuai ketentuannya

yaitu: berkembang sangat baik diberi skor 4, berkembang

sesuai harapa diberi skor 3, mulai berkembang diberi skor 2,

belum berkembang diberi skor 1.

3.6.3 Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk (1) memperoleh

data tentang profil sekolah PAUD Darul Hikmah, (2)

memperoleh data tentang nama- nama siswa yang akan

menjadi sampel penelitian, dan (3) mendapatkan data

tentang nilai tes siswa.


25

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Instrumen

Penilaian yang sudah dibuat harus diujicoba untuk

mengetahui soal tersebut layak untuk diujikan atau tidak, ciri-

ciri tes yang baik harus memenuhi persyaratan: (1)

validitas/kesahihan, (2) reliabilitas/ keterandalan, (3)

objektivitas/ketetapan pada penskoran, (4) praktikabilitas /

praktis(5) ekonomis.22 Uji coba tes dilakukan pada subjek di

luar sampel tetapi mempunyai ketegori yang sepadan

dengan sampel penelitian. Hasil dari uji coba kemudian

dianalisis dan tes siap digunakan untuk mengukur kreativitas

siswa dari subjek penelitian.

3.7.2 Analisis Data

a) Uji Prasyarat Analisis Data

Pada penelitian, sebelum sampel diberikan

perlakuan, perlu dianalisis dahulu melalui uji normalitas

dan homogenitas sehingga penelitian benar-benar

berangkat dari awal yang sama.

b) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan

statistik yang akan digunakan dalam mengolah data.


26

22
Sugiyono. Metode Penelitian, h.30

Data yang akan diuji normalitasnya adalah data

nilai post-test siswa kelas RA Al Kahfi Balikpapan Uji

normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji

Chi-Kuadrat (X2). Rumus yang digunakan adalah: 23

k
(Oi - Ei)
X2 =

i 1 Ei

Keterangan :

X2 = Chi-Kuadrat

Oi = Frekuensi pengamatan

Ei = Frekuensi yang diharapkan

Jika X2 < X2tabel, maka data berdistribusi normal

sehingga dapat digunakan statistik parametris dalam

menganalisis data.

c) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui

kelompok data yang diperoleh mempunyai varian

homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varian

23
Sudjana Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) h. 24


27

terlebih dahulu dilakukan dengan uji F dengan rumus

sebagai berikut :24

Varian terbesar
F
Varian
terkecil
uk

“ Jika Harga F hitung lebih kecil dari F tabel untuk

Kesalahan 5% dan 1% ( Fh < Ft(5%) < Ft(1%) ), maka data

yang akan dianalisis homogen untuk tingkat kesalahan

1% maupun 5%”.

d) Uji Analisis Data dan Kriteria Pengujian

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

teknik anava satu jalur. Analisis ini dapat disajikan

dalam tabel :25

24
Sugiyono. Metode Penelitian , h. 276
25
Sugiyono. Metode Penelitian, h. 279
28

Sumber D Jumla h Keputu


MK Fh Ftab
Variasi k Kuadrat san

Lih
N
at Fh >
Total – Jktot -
MKant tab
1
el Ftab

Antar M unt

Kelomp – MKa uk

ok 1 JKant nt 5%

Dalam N MKdal da

Kelomp - MKd n Ha

ok M Jkdal al 1% diterima

Tabel 3,1 Uji Analisis Data dan Kriteria Pengujian


29

Jika harga Fh lebih kecil dari harga Ft baik untuk

kesalahan 1% maupun 5%, maka Ha ditolak (tidak ada

perbedaan). Sebaliknya jika Fh lebih besar dari harga Ft

baik untuk kesalahan 1% maupun 5%, maka Ha diterima

(terdapat perbedaan).

Apabila hasil pengujian menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan, maka perlu dilanjutkan

dengan uji perbedaan antara X 1 dengan X2, X1 dengan

X3, dan X2 dengan X3 menggunakan uji t dengan

rumus :26

26
Sugiyono. Metode Penelitian, h. 280
30

Selanjutnya t hitung tersebut dibandingkan

dengan t tabel (dk = n1 + n2 – 2, taraf kesalahan 5%).

Jika th lebih kecil atau sama dengan t t, maka Ha ditolak

(tidak ada perbedaan). Jika th jauh lebih besar dari tt,

maka Ha diterima (dengan taraf signifikansi perbedaan

tinggi). Jika th lebih besar dari tt, tetapi tidak terpaut jauh,

maka Ha diterima (dengan taraf signifikansi perbedaan

rendah).

Anda mungkin juga menyukai