Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ETIK DALAM PROMOSI KESEHATAN


Bd.6.603

DOSEN PENGAMPU :
1. AFFI ZAKIYYA, SST, MPH
2. DESSY HIDAYATI FAJRIN, SST., M.Kes

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8:


1. SHELVI FITRIA PRATAMA (201091045)
2. FRANSISKA SELMINIA MARDA (201091015)
3. FITRI AYUNI HONORA (201091014)
4. SITI HAJAR (201091046)

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN
2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena hanya dengan
izin, rahmat dan kuasa-Nyalah kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ ETIK DALAM PROMOSI
KESEHATAN ”.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar- besarnya kepada semua pihak terutama kepada Dosen pengajar Mata
Kuliah Promosi Kesehatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari
apa yang diharapkan.
Untuk itu, kami berharap dan kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat
bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Pontianak, 16 September 2022


Penyusun

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

Cover..............................................................................................................
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................
1.3 Tujuan.........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cara Menganalisis Masalah Kesehatan dan Perilaku.................. 3
2.2 Cara Menetapkan Sasaran Promosi Kesehatan........................... 4
2.3 Cara Menetapkan Tujuan............................................................ 4
2.4 Cara Menetapkan Pesan Pokok................................................... 5
2.5 Cara Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi................... 6
2.6 Cara Menetapkan Kegiatan Operasional..................................... 8
2.7 Penggunaan Media Video Dalam Promosi Kesehatan Stunting. 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................
3.2 Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika merupakan bagian dari filosopil yang berhungan erat dengan
nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan
apakah penyelesaiannya baik atau buruk (jones,1994).Moral merupakan
pengetahuan atau keyakinan tentang adanya hal yang baik dan buruk serta
mempengeruhi sikap seseorng. Kesadaran tentang adanya baik dan buruk
berkembang pada diri seseorng seiring dengan pengaruh lingkungan,
pendidikan, sosial budaya, agama dsb, hal inilah yang disebut kesadaran
moral atau kesadaran etik. Moral juga merupakan keyakinan individu bahwa
suatu adalah mutlak baik atau buruk walaupun situasi berbeda.
Kesadaran moral erat kaitannya dengan nilai-nilai, keyakinan
seseorang dan pada prinsipnya semua manusia dewasa tahu akal hal yang
baik dan buruk, inilah yang disebut suara hati. Perkambangan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi berdampak pada perubahan pola pikir manusia.
Masyarakat semakin kritis sehingga terjadi penguatan tuntunan terhadap mutu
pelayanan kebidanan. Mutu pelayanan kebidanan yang baik perlu landasan
komitmen yang kuat dangan basis etik dan moral yang baik.
Dalam promosi kesehatan seringkali bidan dihadapkan pada beberapa
permasalahan yang dilematik, artinya pengambilan keputusan yang sulit
berkaitan dengan etika. Dilema muncul karena terbentuk pada konflik moral,
pertentangan batin atau pertentangan antara nilai-nilai yang diyakinkan bidan
dengan kenyataan yang ada.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menganalisis masalah kesehatan dan perilaku ?
2. Bagaimana cara menetapkan sasaran promosi kesehatan ?
3. Bagaimana cara menetapkan tujuan ?
4. Bagaimana cara menetapkan pesan pokok ?
5. Bagaimana cara menetapkan metode dan saluran komunikasi ?
6. Bagaimana cara menetapkan kegiatan operasional ?

1
7. Bagaimana penggunaan media video dalam promosi kesehatan terhadap
stunting ?
1.3 Tujuan
1. Umum
Mengetahui pandangan ilmu Promosi Kesehatan ke dalam ilmu
kesehatan terutama kebidanan.
2. Khusus
Mengetahui bagaimana Promosi kesehatan dalam ruang lingkup
dengan praktik kebidanan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cara Menganalisis Masalah Kesehatan dan Perilaku


a. Identifikasi masalah
Ada 4 hal dalam melakukan identifikasi masalah di masyarakat :
a) Latar belakang masyarakat
1) Letak geograf antara lain iklim, keadaan tanah, ( bukti, laut,
gunung ), lokasi ( urban, ural)
2) Mata pencaharian (petani, nelayan, buruh, pekerja)
3) Karakteristik demografi antara lain pendidikan, sosial budaya,
sosial ekonomi, agama.
4) Perilaku kesehatan masyarakat (kebiasaan buang air besar,
kebiasaan merokok, dll). (Hikmawati, isna. 2012)
b) Status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari vital statistic seperti
angka kematian, angka kelahiran, fertilitas dan angka
kesakitan/morbidity baik penyakit infeksi dan non infeksi.
(Hikmawati, isna. 2012)
c) Sistem layanan kesehatan masyarakat, meliputi ketersediaan sumber
daya manusia kesehatan, dan sarana prasarana (rumah sakit,
puskesmas, balai pengobatan baik negeri maupun swasta), serta
keterjangkauan dari segi jarak tempuh. (Hikmawati, isna. 2012)
d) Sistem sosial masyarakat yang ada meliputi pola partisipasi
masyarakat dan organisasi sosial maupun keagamaan yang ada.
(Hikmawati, isna. 2012)
b. Menetapkan masalah dan prioritas masyarakat
a) Langkah-langkah
1) Tentukan status kesehatan
2) Tentukan pola pelayanan kesehatan
3) Tentukan hubungan antar status dan pelayanan kesehatan
4) Tentukan determinan kesehatan

3
b) Hal yang perlu dipertimbangkan
1) Beratnya masalah
2) Akibat yang ditimbulkan
3) Besarnya masalah
4) Aspek politis
5) Sumber daya yang ada di masyarakat
c) Sumber data
1) Dokumen
2) Langsung dari masyarakat
3) Petugas lapangan
4) Tokoh masyarakat formal dan informal
d) Cara pengumpulan data
1) Key informant approach: FGD, indepth interview
2) Community form approach: forum diskusi
Sample survey approach: wawancara dan observasi. (Hikmawati, isna.
2012)
2.2 Cara Menetapkan Sasaran Promosi Kesehatan
a. Sasaran langsung (primer)
Yaitu sasaran yang nantinya akan melaksanakan kebiasaan/perilaku
baru dari kegiatan promosi kesehatan (bumil, nifas, dan balita)
b. Sasaran tidak langsung (sekunder dan tersier)
Yaitu sasaran yang mempunyai pengaruh terhadap sasaran primer
anatar lain: keluarga, kerabat, petugas kesehatan, tokoh masyarakat, dan
tokoh agama (sasaran sekunder) dan sasaran yang mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan program antara lain: pengambil keputusan,
penyandang dana (sasaran tersier). (Hikmawati, isna. 2012)
2.3 Cara Menetapkan Tujuan
Tujuan berorientas meningkatkan, pengetahuan sikap dan perilaku
kesehatan masyarakat, sehingga masyarakat mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan.Tujuan dalam kegiatan promosi kesehatan harus
jelas, ada indicator tingkat keberhasilan, dinyatakan dalam bentuk

4
performance bukan effart, realitis, dapat diukur, sesuai, logis, layak dan dapat
diamati.
Macam-macam Tujuan :
1. Tujuan program (jangka panjang)
2. Tujuan pendidikan (jangka menengah)
3. Tujuan perilaku (jangka pendek). (Hikmawati, isna. 2012)
Tujaun akhir atau visi promosi kesehatan adalah kemampuan
masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
2.4 Cara Menetapkan Pesan Pokok
1. Pesan dibuat sederhana mungkin sehingga mudah dipahami oleh sasaran
2. Pesan sebaiknya dibuat menggunakan gambar dan bahasa setempat,
sehingga sasaran mudah memahaminya. (Hikmawati, isna. 2012)
Etika Promosi Kesehatan
1. Pelaksana promosi kesehatan harus memiliki keahlian dan keterampilan
dalam bidang ilmu pengetahuan, kesenian, dan teknologi termasuk metode
pendidikan, pelatihan serta penelitian.
2. Menguasai materi substansi ilmu pendidikan kesehatan, ilmu perilaku, dan
promosi kesehatan serta lebih diutamakan bila memahami teori belajar
mengajar.
3. Memiliki kemampuan mempergunakan metode-metode pendidikan
kesehatan, penyuluhan kesehatan, KIE, pemasaran sosial, mobilisasi sosial
yang berkaitan dengan promosi kesehatan.
4. Bagi tenaga promosi kesehatan pernah mengikuti pendidikan dan promosi
kesehatan, TOT, MOT, di bidang promosi kesehatan.
5. Jujur, ramah, terbuka ttterhadap kritik, responsive terhadap perubahan-
perubahan sosial budaya yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
6. Cakap didalam memberikan penjelasan secara verbal kepada masyarakat
yang berkaitan dengan promosi kesehatan.
7. Berpenampilan santun dan penuh tanggung jawab ditengah-tengah
masyarakat.

5
8. Tidak membedakan atau bekerja tanpa membedakan suku, bangsa, agama,
jenis kelamin, status sosial ekonomi atau status sosial, politik didalam
melaksanakan promosi kesehatan.
9. Bersikap dan berperilaku sebagai pelayan masyarakat selama dalam
melaksanakan promosi kesehatan.
10. Menghargai hak asasi manusia atau hak pribadi, martabat, budaya, dan
harga diri semua orang.
11. Menjaga kemitraan klien (individum kelompok, institusi) yang dilayani
selama melaksanakan promosi kesehatan.
12. Didalam melaksanakan promosi kesehatan sama sekali tidak
melaksanakan hal-hal yang bersifat pemaksaan.
13. Pekerjaan yang dilakukan dalam melaksanakan promosi kesehatan
dilakukan secara ikas dengan prinsip bekerja merupakan ibadah didasari
cinta pada kemajuan kesehatan.
14. Berkepribadian konsisten terhadap dirinya sendiri dan tidak memberikan
contoh yang bertentangan dengan peran promosi kesehatan seperti halnya
tidak merokok, tidak minum alcohol, dan hal-hal yang bertentangan
dengan promosi kesehatan.
15. Ketika merencanakan dan mengevaluasi kegiatan promosoi kesehatan
selalu berkomunikasi dengan klien (individu, kelompok, institusi)
16. Sebagai tenaga profesi promosi kesehatan harus dapat merahasiakan hal-
hal yang harus dirahasiakan sehingga tidak menimbulkan akibat yang
buruk ditengah masyarakat.
17. Tenaga promosi kesehatan tidak akan melakukan kegiatan promosi
kesehatan yang tidak kompeten. (Suryani, eko. 2009)
2.5 Cara Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi
Dalam menentukan metode harus mempertimbangkan aspek yang
akan dicapai:
1. Aspek pengetahuan metode yang digunakan adalah: poster, radio, spanduk
leaflet.
2. Aspek sikap metode yang digunakan adalah: foto, film, slide, dan drama.

6
3. Aspek keterampilan metode yang digunakan adalah: stimulasi, dan
demonstrasi. (Hikmawati, isna. 2012)
Dalam peningkatan keberhasilan program promosi kesehatan perlu
adanya upaya pengembangan konsep, metod, dan teknik yang tepat dan dapat
berhasil.Sejalan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat, konsep,
metode, dan teknik promosi kesehatan perlu dikembangkan sesuai dengan
situasu dan kondisi masyarakat yang ada.Pengembangan konsep, metode dan
teknik promosi kesehatan dilakukan di tingkat pusat dan juga dio daerah
disesuaikan dengan spesifikasi daerah masing-masing.
1. Metode individual
Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap orang
mempunyai masalah atau alas an yang berbeda-beda sehubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan
mengetahui dengan tepat serta membantunya maka perlu menggunakan
metode sebagai berikut:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih
intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan
dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela,
berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku
tersebut (mengubah perilaku).
b. Interview (wawancara)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk
mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum
maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Meode kelompok
Dalam memilih metode kelompok, harus mengingat besarnmya

7
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Kelompok
besar metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu
meode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar
dengan pendidikan menengah ke atas.Seminar adalah suatu
penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli
tentang suatu topic yang dianggap penting dan dianggap hangat
di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok
2) Curah pendapat (brain storming)
3) Bola salju (snow balling)
4) Kelompok-kelompok kecil (buzz group)
5) Role play (memainkan peranan)
6) Memainkan simulasi ( simulation game)
3. Metode massa
1) Ceramah umum
2) Pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media cetak
3) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah
4) Tulisan di majalah atau Koran, baik dalam bentuk artikel maupun
Tanya jawab atau konsultasi kesehatan dan penyakit
5) Bill board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster, dan
sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
2.6 Cara Menetapkan Kegiatan Operasional
Rencana operasional terdiri atas rencana sekali pakai dan rencana

8
tetap. Rencana sekali pakai dikembangkan untuk mencapai tujuan tertentu
dan ditinggalkan manakala tujuan tersebut telah dicapai. Rencana sekali pakai
merupakan arah tindakan yang mungkin tidak akan terulang dalam bentuk
yang sama dimasa yang akan datang. Bentuk utama rencana sekali pakai,
antara lain:
1. Program. Program mencakup serangkaian aktivitas yang relatif luas
2. Proyek. Bagian dari program yang lebih kecil dan mandiri. Proyek juga
memiliki cakupan terbatas dan jelas mengenai tugas dan waktu.
3. Anggaran. Anggaran adalah pernyataan sumber daya keuangan yang
disediakan untuk kegiatan tertentu dalam waktu tertentu.
Rencana tetap merupakan pendekatan yang sudah dilakukan untuk
menangani situasi yang terjadi berulang(repetitive) dan dapat diperkirakan.
Rencana tetap itu memberikan kesempatan kepada manajer untuk menghemat
waktu yang digunakan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
karena situasi yang serupa ditangani dengan cara yang konsisten yang telah
ditentukan sebelumnya. Bentuknya antara lain:
1. Kebijakan. Merupakan suatu pedoman umum dalam pengambilan
keputusan. Hal ini menentukan suatu rencana dapat atau tidak dapat
diambil.
2. Prosedur standar. Implementasi kebijakan dilakukan melalui garis
pedoman lebih detail yang disebut prosedur standar.
3. Peraturan. Pernyataan bahwa suatu tindakan harus dilakukan atau tidak
boleh dilakukan dalam situasi tertentu.
Rencana kegiatan atau rencana operasional pada umumnya kegiatan
mencakup 3 tahap pokok, yakni :
1. Rencana kegiatan pada tahap persiapan, yakni kegiatan-kegiatan yang
dilakukan sebelum kegiatan pokok dilaksanakan, misalnya rapat-rapat
koordinasi, perizinan dan sebagainya.
2. Rencana kegiatan pada tahap pelaksanaan yakni kegiatan pokok program
yang bersangkutan.

9
3. Rencana kegiatan pada tahap penilaian, yakni kegiatan untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan dalam rangka pencapaian program tersebut.
Dalam perencanaan operasional terdapat kegiatan menetapkan sasaran
(target group). Sasaran (target group) adalah kelompok masyarakat tertentu
yang akan digarap oleh program yang direncanakan tersebut. Sasaran
program kesehatan biasanya dibagi dua, yakni:
a. Sasaran langsung, yaitu kelompok yang langsung dikenai oleh program
tersebut. Misal jika tujuan umumnya: Meningkatkan status gizi anak
balita seperti tersebut di atas maka sasaran langsungnya adalah anak
balita.
b. Sasaran tidak langsung adalah kelompok yang menjadi sasaran antara
program tersebut namun berpengaruh sekali terhadap sasaran langsung.
Misalnya seperti contoh tersebut di atas, anak balita sebagai sasaran
langsung sedangkan ibu anak balita sebagai sasaran tidak langsung. Ibu
anak balita, khususnya perilaku ibu dalam memberikanmakanan bergizi
kepada anak sangat menentukan status gizi anak balita tersebut.
2.7 Penggunaan Media Video Dalam Promosi Kesehatan Stunting
Keunggulan metode audiovisual dari metode lainnya ialah mudah
serta efektif. Penggunaan media audiovisual mempunyai jenis beragam
seperti film pendek, video, iklan, video animasi, serta video grafis.
Banyaknya pilihan media ini bisa memudahkan peserta serta membuat para
peserta tidak bosan dengan penyuluhan biasa yang dilakukan menggunakan
metode ceramah yang menggunakan poster dan flipchart. Berbagai macam
media yang ada dalam metode audiovisual mampu memberikan infomasi
secara menarik dan singkat tentang infomasi tentang gizi, pola makan,
kecukupan karbohidrat, gizi serta protein yang baik serta kebersihan
lingkungan yang harus bersih yang harus dilakukan oleh ibu.
Metode audiovisual dapat merangsang dua indera yaitu mata dan
telinga secara bersamaan sehingga ibu lebih fokus pada materi yang
diberikan24. Penyampaian melalui kata-kata saja sangat kurang efektif atau
intensitas paling rendah. Penggunaan metode audiovisual merupakan

10
pengalaman salah satu prinsip proses pendidikan. Metode audiovisual sangat
membantu dalam penyampaian informasi tentang gizi seimbang untuk balita
kepada ibu agar informasi tersebut dapat disampaikan lebih jelas dan tepat.
Media audiovisual juga menerangkan suatu objek yang dapat diberikan
misalnya makan yang dikonsumsi menggandung karbohidrat, protein, mineral
dan lain sebagainya.
Manfaat dari metode audiovisual diantaranya dapat menjadi media
pendukung untuk melakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan karena
informasi yang diberikan singkat, padat, dan jelas serta menarik dan mudah
dipahami. Media audiovisual menampilkan gerak serta suara yang
memudahkan ibu-ibu untuk menerima informasi secara cepat. Video saat ini
banyak digunakan dalam kegiatan sehari-hari, sehingga sangat mendukung
dalam pelaksanaan edukasi dibandingkan metode ceramah.
1. Pengaruh Edukasi Menggunakan Media Audiovisual Terhadap
Pengetahuan Orang Tua Tentang Merawat Balita Stunting
Hasil penelitian menunjukan bahwa selisih rata-rata pengetahuan
orangtua tentang merawat balita stunting sebelum dan sesudah pemberian
edukasi menggunakan media audiovisual lterjadi peningkatan. Penelitian
yang dilakukan oleh Zakaria (2017) mengatakan bahwa ada peningkatan
pengetahuan dan sikap setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan
media audiovisual. Media audiovisualadalah alat bantu pendidikan yang
dalam penggunaannya menstimulus indera penglihatan dan pendengaran
yang terdiri dari suara dan gambar yang dapat meningkatkan persepsi,
pengetahuan, dan meningkatkan ingatan orangtua.
Menurut Maulana (2014) pancaindera yang banyak menyalurkan
pengetahuan keotak adalah mata (kurang lebih 75% sampai 87%),
sedangkan 13% sampai 25%, pengetahuan manusia diperoleh dan
disalurkan melalui pancaindera yang lain. Pemilihan audiovisual sebagai
media penyuluhan kesehatan dapat diterima dengan baik oleh responden.
Media ini menawarkan penyuluhaan yang lebih menarik dan tidak
monoton. Penyuluhan dengan audiovisual menampilan gerak, gambar dan

11
suara sedangkan penyuluhan dengan media cetak menampilkan tulisan dan
suara penyuluh secara langsung yang membuat terkesan formal.
Pada saat pelaksanaan penelitian, karena media ini terbilang baru
sebagian besar responden mempunyai keingintahuan yang besar terhadap
isi video dan melihat video sampai selesai dengan serius. Peningkatan
pengetahuan orangtua setelah diberikan perlakuan merupakan akibat dari
pemberian pendidikan kesehatan dengan media audiovisual. Dengan
demikian media audiovisual sebagai media pendidikan kesehatan efektif
digunakan untuk memberikan peningkatan pengetahuan kepada orangtua
menjadi lebih baik.
Selain itu juga usia dan paritas orangtua yang mempunya balita
stunting pada kelompok audiovisual antara 25 – 30 tahun dan multipara.
Usia dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik dan
orangtua dengan multipara lebih banyak pengalaman dari sebelumnya
untuk merawat balitanya.
2. Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Animasi Pencegahan Stunting
Terhadap Pengetahuan Calon Pengantin
Proses konsepsi merupakan momen reproduksi sangat penting yang
mengawali terjadinya kehamilan maka intervensi gizi seharusnya diberikan sejak
sebelum hamil. Calon pengantin wanita adalah sasaran yang paling tepat untuk
intervensi gizi prakonsepsi, karena mereka adalah calon ibu hamil. Pencegahan
adalah upaya yang dilakukan sebelum peristiwa terjadi, intervensi gizi 1000 HPK
diberikan sebelum hamil. Keberadaan gizi prakonsepsi sangat penting sebagai
upaya preventif dalam mengatasi masalah kesehatan ibu dan anak, seperti
masalah kematian ibu melahirkan yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan,
serta masalah gizi, termasuk untuk pencegahan stunting.
Pengetahuan masyarakat yang masih rendah menjadi hambatan dalam
upaya penurunan angka kejadian malnutrition termasuk stunting. Pengetahuan
yang rendah membuat masyarakat cenderung memiliki kebiasaan atau pola hidup
yang tidak baik seperti makan makanan yang tidak bergizi, tidak menerapkan

12
pedoman gizi seimbang dan lain-lain. Sebaliknya, pengetahuan yang tinggi dapat
menunjang perilaku hidup sehat di masyarakat.
Peningkatan pengetahuan dan sikap seseorang dapat dilakukan dengan
cara memberikan informasi. Pada penelitian ini pemberian informasi yang
dilakukan dengan cara melakukan penyuluhan tentang stunting degan media
animasi yang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap calon
pengantin yang berguna untuk mendukung terciptanya generasi yang berkualitas.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sebelum
dilakukan penyuluhan mayoritas catin menunjukkan bahwa pengetahuan tentang
stunting masih rendah.
Penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan Catin sebelum diberikan
intervensi sangatlah kurang. Didukung fakta bahwa beberapa saat sebelum
dilakukan intervensi, peneliti memberikan pertanyaan terkait dengan Stunting,
namun kebanyakan dari responden tidak bisa menjawab pertanyaan dari peneliti.
Dari 47 responden, nilai rata-rata pengetahuan calon pengantin sebelum edukasi
adalah 8,62. Sedangkan setelah edukasi terdapat peningkatan nilai rata-rata yaitu
sebanyak 13,38 Dan jika membandingkan tingkat pengetahuan sebelum dan
setelah pemberian edukasi secara keseluruhan, maka dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan secara signifikan.
Peningkatan pengetahuan didukung oleh karakteristik calon pengantin
seperti, umur, pendidikan dan pekerjaan. Pada saat dilakukan penelitian,
responden (calon penganting) yang berusia 18-25 tahun lebih mudah mengerti
mengenai penjelasan pencegahan stunting. tingkat pendidikan calon pengantin
juga berpengaruh pada penelitian ini, diketahui pada saat penelitian ini
berlangsung, maka sebagian besar calon pengantin yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi (diploma dan sarjana) lebih mudah menjawab pertanyaan
pertanyaan yang diajukan. Selain Sebelum diberikan penyuluhan peneliti terlebih
dahulu menjelaskan secara singkat maksud dan tujuan penelitian ini dan seberapa
penting materi yang akan dibawakan dan dampaknya terhadap calon ibu dan
calon anaknya dimasa yang akan datang sehingga catin lebih memperhatikan dan
menyimak materi yang diberikan dengan baik. Sama halnya dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sofiyya (2019).
Pemberian edukasi dengan metode brainstorming dan audiovisual dapat
meningkatkan pengetahuan ibu tentang stunting di Desa Gununglurah,

13
Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.dimana Hasil penelitian tersebut
menyatakan dengan meningkatnya skor jawaban benar setelah post-test.
3. Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Animasi Pencegahan Stunting
Terhadap Sikap Calon Pengantin
Perubahan sikap mempunyai esensi yang sama dengan pembentukan
sikap. Artinya perubahan sikap juga merupakan pembentukan sikap. Namun
karena sudah ada sikap sebelumnya, maka proses transisi kepada sikap yang baru,
lebih baik menggunakan istilah perubahan sikap. Jadi, sebagaimana pada
pembentukan sikap, pembelajaran (learning), pengalaman pribadi, sumber-
sumber informasi yang lain, serta kepribadian, merupakan faktor-faktor yang
dapat mengubah sikap seseorang.
Pengetahuan dan sikap yang baik akan membentuk perilaku calon
pengantin dalam memperbaiki status gizi nya sebelum mempersiapkan
kehamilan, secara tidak langsung akan mempengaruhi status kesehatan ibu, janin
yang dikandung, dan kualitas bayi yang akan dilahirkan. Selama ini upaya
peningkatan gizi dilakukan ketika ibu sudah mengalami kehamilan, bahkan anak
yang sudah lahir dengan BBLR atau stunting baru akan mendapatkan perhatian
untuk di tangani status gizinya oleh tenaga kesehatan.
Pendidikan kesehatan bertujuan agar calon pengantin atau calon ibu dapat
memahami pentingnya perilaku kesehatan dalam pencegahan stunting. Dengan
adanya pengetahuan dan sikap yang baik, maka calon pengantin akan berusaha
semaksimal mungkin untuk mempersiapkan 1000 HPK dalam pencegahan
stunting dengan baik. Pemberian suplemen multimikronutrien sejak masa pra
konsepsi dapat menurunkan kejadian neonatal stunting dibandingkan pemberian
suplemen zat besi folat hanya pada masa kehamilan.
Sebelumnya menunjukkan bahwa dari 47 responden, terdapat nilai rata-
rata sikap calon pengantin sebelum edukasi adalah 20,68, sedangkan setelah
edukasi terdapat peningkatan nilai rata-rata yakni, hasil Post test sebanyak 31,60.
Dan jika dibandingkan sebelum dan setelah pemberian edukasi terjadi
peningkatan sikap yang baik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Wenna Araya (2018). Mengemukakan bahwa, Terjadinya perubahan sikap
menjadi lebih baik dikarenakan pemberian pendidikan kesehatan tentang
pencegahan stunting terhadap sikap ibu. Bertambahnya pengetahuan ibu, juga
akan mempengaruhi bertambahnya sikap positif.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika dalampromosi kesehatan diperlukan dalam masyarakat sebagai
dasar dalam menentukan langkah untuk mencapai tujuan yang berorientasi
pada masyarakat. Adapun langkah dalam etika promosi kesehatan yaitu :
1.) Analisa masalah kesehatan dan perilaku.
 Identifikasi masalah.
 Menetapkan masalah dan prioritas masyarakat.
2.) Menetapkan tujuan.
3.) Menetapkan sasaran.
4.) Menetapkan pesan pokok.
5.) Menetapkan metode dan saluran komunikasi.
Untuk meningkatkan keberhasilan program promosi kesehatan
perlu adanya pengembngan konsep, metode dan teknik. Sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat yang ada. Pengembangan tersebut
dilakukan ditingkat pusat dan juga di daerah sesuai dengan spesifikasi
daerah masing-masing. Ada beberapa metode yang perlu diterapkan untuk
promosi kesehatan yakni metode individual, metode kelompok, dan
metode masa.
6.) Etika promosi kesehatan.
3.2 Saran
Sebagai seorang Bidan sangat ditekankan akan pelayanan yang
maksimal. Tuntutan seorang bidan sangatlah berat dan berisiko tinggi pada
ibu. Maka dari itu seorang bidan wajib melakukan tugas sesuai prosedur dan
filosofi kebidanan yang sudah ditentukan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, S., Siregar, S. and Dewi, R. (2020) ‘Pengaruh Media Audio Visual
Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pada Ibu Hamil Tentang’,
Jurnal Ilmiah Kebidanan Imelda, 6(1), pp. 44–49. Available at:
http://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JURNALKEBIDANAN.
Fadyllah, M.I. and Prasetyo, Y.B. (2021) ‘Pendidikan Kesehatan Menggunakan
Metode Audiovisual dalam Meningkatkan Pengetahuan Ibu Merawat
Anak dengan Stunting’, Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 16(1), pp.
23–30. doi:10.14710/jpki.16.1.23-30.
Hulu, V. T. et al. (2020) Promosi kesehatan masyarakat. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
J., Apriliawati, A. and Sulaiman, S. (2020) ‘Media Booklet Dan Audiovisual
Efektif Terhadap Pengetahuan Orangtua Dengan Balita Stunting’, Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 9(2), pp. 60–65. doi:10.52657/jik.v9i2.1217.
Jatmika, S. . et al. (2019) Buku Ajar Pengembangan Media Promosi Kesehatan.
K-Media.
Kholid, A. (2018) Promosi Kesehatan dengan pendekatan teori perilaku, media,
dan aplikasinya, Raja Grafindo Persada.z
Nurlinda, N., Zarkasyi R, R. and Wahyuni Sari, R. (2021) ‘Pengaruh Penyuluhan
dengan Media Animasi Pencegahan Stunting terhadap Pengetahuan dan
Sikap Calon Pengantin’, Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia
(MPPKI), 4(3), pp. 372–376. doi:10.56338/mppki.v4i3.1606.

16

Anda mungkin juga menyukai