Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2.1.1Definisi

Menurut Chaidir Situmorang (2012) keselamatan adalah keadaan

selamat. Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat dideskripsikan secara

filosofis dan keilmuan. Secara filosofis yaitu suatu pemikiran dan upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani dan rohaniah tenaga kerja,

hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan

secara keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah merupakan ilmu

pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Menurut Suma’mur (2009) keselamatan kerja merupakan suatu

rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi

para karyawan yang berkerja di perusahaan yang bersangkutan.

Dari beberapa definisi dan konsep di atas peneliti menyimpulkan bahwa

penerapan dan keselamatan kerja adalah suatu cara untuk menerapkan diri atau

mengatur diri sendiri pada suatu pekerjaan agar bisa bekerja dengan aman dan

sehat baik secara jasmani dan rohani yang berhubungan dengan proses kerja

dan lingkungan kerjanya.

2.1.2Tujuan

Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan

produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Suma’mur, 2009),

agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan

9
sehat dan selamat serta agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara

lancar tanpa adanya hambatan.

2.1.3Ruang Lingkup

Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Suma’mur,

2009): a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja

yang di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya

akibat kerja dan usaha yang dikerjakan. b. Aspek perlindungan dalam hyperkes

meliputi: 1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian, 2) Peralatan

dan bahan yang dipergunakan, 3) faktor-faktor lingkungan fisik, biologi,

kimiawi, maupun sosial, 4) Proses produksi, 5) Karakteristik dan sifat

pekerjaan serta 6) Teknologi dan metodologi kerja. c. Penerapan hyperkes

dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga  perolehan hasil dari

kegiatan industri barang maupun jasa.d. Semua pihak yang terlibat dalam

proses industri/perusahaan ikut bertanggung  jawab atas keberhasilan usaha

hyperkes.

2.1.4 Standar Operasional Prosedur

Menurut Verawati (2012) Standar Operasional Prosedur pada K3 yaitu :

1 Pernah mengikuti pelatihan K3


2 Pernah mengalami kecelakaan kerja
3 Memakai APD saat bekerja
4 Bekerja mematuhi SPO
5 Memakai APD hanya bila diawasi
6 Kecelakaan kerja karena tidak hati-hati
7 Memakai APD dengan tepat
8 Mengetahui SPO pekerjaan
9 Rekan kerja dan atasan mengingatkan untuk mematuhi SPO
10 Mendapat sosialisasi kebijakan dari puskesmas
2.2 Konsep Perawat

10
Perawat merupakan salah satu tenaga medis di rumah sakit yang

memberikan pelayanan untuk menunjang kesembuhan pasien, oleh sebab itu

peran perawat di rumah sakit sangatlah dibutuhkan. Beradasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. HK. 02.02/MENKES/148/1/2010

tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat, definisi perawat adalah

seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar

negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Seorang perawat dituntut

untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat (Selvia,

2013).

Menurut Wijaya (2010) mengatakan bahwa perawat bertanggung jawab

meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta

pemeliharaan kesehatan dengan penekanan kepada upaya pelayanan kesehatan

utama sesuai wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan. Dalam

memberikan pelayanan kesehatan perawat dituntut untuk lebih profesional agar

kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan semakin meningkat. Dalam

pernyataan Alimul yang dikutip oleh Selvia (2013) Bahwa di dalam etika

keperawatan terdapat beberapa unsur yang terkandung didalamnya antara lain

pengorbanan, dedikasi, pengabdian dan hubungan antara perawat dengan pasien,

dokter, sejawat maupun diri sendiri (Selvia, 2013).

Peran perawat menurut Hidayat (2012) adalah sebagai berikut :

1. Pemberi asuhan keperawatan

11
Perawat bertugas memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang

dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan

menggunakan proses keperawatan.

2. Advokad pasien

Perawat membantu pasien dan keluarganya dalam menginterpretasikan

berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya

dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan

kepada pasien.

3. Educator

Perawat membantu pasien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan

kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi

perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

4. Koordinator

Perawat mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan

kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan kesehatan dapat

terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.

5. Kolaborator

Perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis,

ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan

keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam

penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

6. Konsultan

12
Perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan

keperawatan yang tepat untuk diberikan.

7. Pembaharu

Perawat mengadakan kerja sama, perencanaan, perubahan yang sistematis

dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan

2.3 Konsep Puskesmas

2.3.1 Definisi Puskesmas

Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan

dasar, menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh masyarakat yang tinggal di

wilayah kerjanya. Kunjungan masyarakat pada suatu unit pelayanan kesehatan

tidak saja dipengaruhi oleh kualitas pelayanan tetapi juga dipengaruhi oleh

faktor lain diantaranya: sumber daya manusia, motivasi pasien, ketersediaan

bahan dan alat, tarif dan lokasi. Puskesmas adalah salah satu sarana pelayanan

kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas adalah unit

pelaksana teknis dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau wilayah kerja (Depkes,

2011).

Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata

dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif

masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan

13
masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa

mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes RI, 2009).

Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi

sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta

masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat

pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu yang

berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalarn suatu

wilayah tertentu (Azrul Azwar, 2010).

Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab memberikan

pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang secara administrative

berdomosili di wilayah kerjanya. Bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan

puskesmas bersifat menyeluruh (comprehensive health care service) yaitu

pelayanan kesehatan yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif (Efendi, 2009). Dan setelah itu puskesmas memberikan prioritas

pelayanan dalam hal pelayanan kesehatan dasar (basic health care service )

khususnya upaya promosi dan pencegahan (public health service).

2.1.2 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas

adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang

yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya (Trihono, 2010).

14
2.1.3 Fungsi Puskesmas

Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau

sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan

geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan

dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan jangkauan

pelayanan kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan

kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan

puskesmas keliling. Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu

juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan.

Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau

lebih, merupakan Puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan

bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

Menurut Effendi (2009) ada beberapa proses dalam melaksanakan

fungsi tersebut yaitu:

1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan

dalam rangka menolong dirinya sendiri.

2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali

dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan

medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan

bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan

pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

15
4. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam

melaksanakan program puskesmas.

2.1.4 Peran Puskesmas

Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi

pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh

ke depan untuk eningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut

ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah

melalui sistem perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan

yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada

masa mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan

teknologi informasi terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara

komprehensif dan terpadu (Effendi, 2009).

2.1.5 Pemanfaatan Puskesmas

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan hasil dari perilaku atau

proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok.

Respon anggota masyarakat apabila sakit beragam, adapun respon-respon yang

muncul ketika seesorang mengalami sakit adalah sebagai berikut:

1. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apapun (no action).

Dengan alasan yaitu:

a. Bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan

ataukerja mereka sehari-hari.

b. Bahwa tanpa bertindak apapun simptom atau gejala yang

dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Hal ini menunjukan

16
bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan

kehidupannya.

c. Fasilitas kesehatan yang dibutuhkan tempatnya sangat jauh,

petugasnya tidak simpatik, judes dan tidak ramah.

d. Takut dokter, jarum suntik dan disuntik dan karena biaya mahal.

2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang seperti

telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang

atau masyarakat tersebut sudah percaya dengan diri sendiri, dan merasa

bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri

sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan

pencarian obat keluar tidak diperlukan yaitu:

a. Mencari pengobatan kefasilitas pengobatan tradisional (traditional

remedy), seperti dukun atau orang pintar.

b. Mencari pengobatan dengan membeli obat obat ke warung-warung

obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk tukang-tukang jamu.

c. Mencari pengobatan kefasilitas-fasilitas modern yang diadakan

oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang

dikategorikan ke dalam pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.

d. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang

diselenggarak an oleh dokter praktek (private medicine).

(Notoatmodjo,2010).

17
Menurut Notoatmodjo (2012), ada tiga faktor-faktor penting dalam

mencari pelayanan kesehatan yaitu:

1. Mudahnya menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia.

2. Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang

ada.

3. Adanya kebutuhan pelayanan kseshatan.

Adapun untuk Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik

menurut Azwar (2010) adalah :

1. Tersedia dan berkesinambungan

Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah

pelayanan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat

berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh

masyarakat.

2. Dapat diterima dan wajar

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa

yang dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar

(appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan

dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat

dan bersifat wajar.

3. Mudah dicapai

Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang

mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian

18
yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk

mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana

kesehatan menjadi sangat penting.

4. Mudah dijangkau

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah

dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di

sini terutama dari sudut biaya. Pengertian keterjangkauan di sini terutama

dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus

dapat diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya

kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

5. Bermutu

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang

bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang

menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa

pelayanan, dan pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan

kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

2.4 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Fauzi tahun 2018 tentang

Hubungan Tindakan Tenaga Perawat dengan Pengetahuan dan Sikap

Terhadap Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit USU

Tahun 2018. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional

study. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling

19
dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Alat pengumpulan data berupa

kuesioner yang terdiri dari 27 item pernyataan. Hasil penelitian didapatkan

tenaga perawat perempuan lebih dominan dari laki-laki dengan usia 26-35

tahun sebanyak 81 orang (0,81%),tingkat pendidikan yang paling banyak

dijumpai adalah D3 Keperawatan sebanyak 69 orang (0,69%) dan

mayoritas tenaga perawat telah bekerja >5 tahun sebanyak 73 orang

(0,73%). Tidak ada hubungan signifikan antara tindakan tenaga perawat

dengan pengetahuan terhadap aspek K3 (p =0,324) dan ada hubungan

signifikan antara tindakan tenaga perawat dengan sikap terhadap aspek K3

(p = 0,016).

Penelitian yang dilakukan oleh Dzulfikar tahun 2011 tentang

Analisis Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Peran Perawat

Dalam Penanganan Kecelakaan Kerja Di Beberapa Perusahaan Di

Kabupaten Gresik. Penelitian berdesain observasional analitis dengan

pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan terhadap seluruh perawat

di beberapa perusahaan di Kabupaten Gresik dengan jumlah sampel sama

dengan jumlah populasi, yaitu keseluruhan perawat sebanyak 40

responden. Variabel independen dalam penelitian ini adalah usia, jenis

kelamin, lama kerja, tingkat pendidikan, motivasi kerja, dan pengetahuan

perawat. Sementara, variabel dependennya adalah peran perawat dalam

kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan. Data dikumpulkan dengan

kuesioner. Hubungan antara variabel independen dan dependen diuji

dengan Odds Ratio (OR) tabel kontigensi 2x2 dengan tingkat kepercayaan

20
95 % (α=0,05). Perawat yang berusia ≥ 30 tahun, berjenis kelamin

perempuan, tingkat pendidikan tinggi, motivasi kerja tinggi, dan memiliki

pengetahuan yang baik cenderung mempunyai peran yang lebih baik

dalam penanganan kecelakaan kerja. Variabel motivasi kerja secara umum

merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan peran

perawat.

2.5 Kerangka Berfikir

2.5.1 Kerangka Teori

Peran Perawat

Baik Kurang Baik

Tenaga kerja aman, nyaman Kecelakaan Akibat Kerja


dan sehat

Program K3 Berjalan sesuai


SOP
Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori

2.5.2 Kerangka Konsep

Program Kesehatan dan


Keselamatan Kerja
Peran Perawat

Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep

Keterangan :

21
Variabel Independen

Variabel Dependen

Garis Hubungan

22

Anda mungkin juga menyukai