Anda di halaman 1dari 63

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan hidup

manusia, karena dengan kondisi yang sehat maka manusia dapat melakukan

aktivitas dengan baik. Kesehatan juga merupakan salah satu aspek penting

dalam pembangunan suatu bangsa, oleh karena itu sangatlah perlu

terselengaranya berbagai upaya kesehatan (Permenkes No. 75, 2014). Undang-

Undang No. 36 th 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa sehat adalah

keadaan sejahtera dari badan, jiwa yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial, dan ekonomis yang memiliki arti sehat bukan hanya

sehat jasmani tetapi juga rohani (Undang-undang No. 36, 2009).

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan,

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Salah satu upaya

mewujudkan derajat kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan upaya

kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), dan

pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh,

terpadu, dan berkesinambungan (Permenkes No. 75, 2014).

Sarana kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya

pelayanan kesehatan yaitu Rumah Sakit dan Pusat Kesehatan Mayarakat atau

biasa disebut dengan Puskesmas (Undang-undang No. 36, 2009). Puskesmas

berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran,


2

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh

derajat kesehatan yang optimal. Tujuan Puskesmas adalah mendukung

tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang

bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujudnya derajat

kesehatan yang setinggi tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat

2010. Fungsi Puskesmas yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan

berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakata serta

pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Agar upaya kesehatan terselenggara

secara optimal, maka Puskesmas harus melaksanakan manajemen dengan baik

(Depkes, 2004).

Manajemen merupakan proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-

tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang

dilakukan untuk menentukan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui

pemanfaatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber lainnya (Rosady,

1998). Sumber lain menyebutkan manajemen adalah ilmu terapan yang dapat

dimanfaatkan di dalam berbagai jenis organisasi untuk membantu manajer

memecahkan masalah organisasi (Muninjaya, 2004). Fungsi dari manajemen

sendiri adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan,

pengasawan, dan penilaian. Manajemen kesehatan adalah penerapan

manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga

yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem yang berlangsung

(Natoatmodjo, 2007). Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis besar

dapat dibagi menjadi manajemen sumber daya manusia, manajemen


3

keuangan, manajemen logistik (berkaitan dengan kefarmasian dan sarana

prasarana), manajemen informasi, dan manajemen pelayanan kesehatan

(Herlambang & Murwani, 2012)

Manajemen pelayanan kesehatan berarti penerapan prinsip manajemen

dalam pelayanan kesehatan untuk sistem dan pelaksanaan pelayanan

kesehatan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur, teratur,

menempatkan orang yang terbaik dibidang pekerjaanya, efisien, dan membuat

konsumen puas terhadap pelayanan kesehatan. Rumah Sakit dan Puskesmas

merupakan sub sistem pelayanan kesehatan yang pada dasarnya melaksanakan

dua jenis pelayanan yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

(Suryadi, 2011). Sistem manajemen pelayanan Puskesmas adalah rangkaian

kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan luaran

Puskesmas secara efektif dan efisien, sehingga tercipta masyarakat yang sehat

dan produktif, tidak gampang terjangkit penyakit dan selalu menjaga

kesehatannya dengan baik (Depkes, 2004).

Puskesmas II Kemranjen adalah salah satu Puskemas yang berada

diwilayah Kabupaten Banyumas. Wilayah kerja Puskesmas ini adalah 250

Km2 meliputi 7 desa dengan jumlah penduduk 40.159 jiwa. Perlu adanya

pelayanan yang baik untuk mengoptimalkan derajat kesehatan masyarakat dan

memuaskan pasien Puskesmas II Kemranjen. Kinerja pelayanan Puskesmas II

Kemranjen dapat diamati melalui kinerja para petugas kesehatan maupun non

kesehatan dan dapat dilihat dari program kegiatan yang selama ini berjalan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

pengamatan mengenai sistem manajemen pelayanan Puskesmas II Kemranjen.


4

B. RumusanMasalah

Rumusan masalah pada kegiatan ini adalah bagaimanakah sistem

manajemen kesehatan Puskesmas II Kemranjen Kabupaten Banyumas sebagai

penyelenggara layanan kesehatan masyarakat?

C. Tujuan
1. TujuanUmum
Mengetahui sistem manajemen kesehatan Puskesmas II Kemranjen

Kabupaten Banyumas sebagai penyelenggara layanan kesehatan

masyarakat.
2. TujuanKhusus
a. Mendeskripsikan gambaran umum Puskesmas II Kemranjen.
b. Mendeskripsikan sistem manajemen sarana dan prasarana Puskesmas

II Kemranjen.
c. Mendeskripsikan sistem sumber daya manusia Puskesmas II

Kemranjen
d. Mendeskripsikan sistem manajemen pelayanan kesehatan Puskesmas

II Kemranjen
e. Mendeskripsikan sistem manajemen keuangan Puskesmas II

Kemranjen.
f. Mendeskripsikan sistem manajemen kefarmasian Puskesmas II

Kemranjen.
g. Mendeskripsikan sistem manajemen informasi Puskesmas II

Kemranjen.

D. Manfaat

Manfaat melakukan observasi mengenai manajemen Puskesmas pada

Puskesmas II Kemranjen adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran umum Puskesmas II Kemranjen.


2. Mengetahui sistem manajemen sarana dan prasarana Puskesmas II

Kemranjen.
3. Mengetahui sistem sumber daya manusia Puskesmas II Kemranjen
5

4. Mengetahui sistem manajemen pelayanan kesehatan Puskesmas II

Kemranjen
5. Mengetahui sistem manajemen keuangan Puskesmas II Kemranjen.
6. Mengetahui sistem manajemen kefarmasian Puskesmas II Kemranjen.
7. Mengetahui sistem manajemen informasi Puskesmas II Kemranjen.
6

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No.75, 2014). Sebagai unit

pelaksana teknis kesehatan Kabupaten/Kota, Puskesmas berperan

menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung

tombak pembangunan kesehatan di Indonesia. Tujuan Puskesmas adalah

mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujudnya

derajat kesehatan yang setinggi tingginya dalam rangka mewujudkan

Indonesia Sehat 2010 (Depkes, 2004).

Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas merupakan pelayanan

yang menyeluruh meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif

(pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan

kesehatan). Dalam upaya menyelenggarakan pembangunan kesehatan,

Puskesmas memiliki program kesehatan wajib dan pengembangan Puskesmas

(Effendi, 2009).
7

1. Visi dan Misi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh

Puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya

Indonesia Sehat. Indikator Kecamatan Sehat yaitu (Depkes, 2004):

a. Lingkungan sehat.

b. Perilaku sehat.

c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu.

d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan.

Sedangkan misi dari Puskesmas yaitu (Depkes, 2004):

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah

kerjanya.

b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di

wilayah kerjanya.

c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan

masyarakat beserta lingkungannya.

2. Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, dan Fungsi Puskesmas

a. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Menurut Pasal 3 Permenkes No. 75 tahun 2014 prinsip

penyelenggaraan Puskesmas meliputi paradigma sehat, pertanggung

jawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan, teknologi

tepat guna, dan keterpaduan kesinambungan.


8

1) Prinsip paradigma sehat: Puskesmas mendorong seluruh pemangku

kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan

mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat.


2) Pertanggung jawaban wilayah: Puskesmas menggerakkan dan

bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya.
3) Kemandirian masyarakat: Puskesmas mendorong kemandirian

hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.


4) Pemerataan: Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan

yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di

wilayah kerjanya secara adil.


5) Teknologi tepat guna: Puskesmas menyelenggarakan pelayanan

kesehatan dengan manfaat teknologi tepat guna yang sesuai dengan

kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak

buruk bagi lingkungan.


6) Keterpaduan dan kesinambungan: Puskesmas mengintegrasikan dan

mengkoordinasikan penyelenggaraan Unit Kesehatan Masyarakat

(UKM) dan Unit Kesehatan Perorangan (UKP) lintas program dan

lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung

dengan manajemen Puskesmas.

b. Tugas Puskesmas

Menurut Pasal 4 Permenkes No. 75 Tahun 2014, Puskesmas

mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam

rangka mendukung terwujudnya Kecamatan sehat.

c. Fungsi Puskesmas
9

Fungsi Puskesmas terbagi menjadi dua yaitu

penyelenggaraan UKM dan UKP tingkat pertama di wilayah

kerjanya (Permenkes No. 75, 2014).

1) Penyelenggaraan UKM Tingkat Pertama

a) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah

kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang

diperlukan.

b) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

c) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan

pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan.

d) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat

perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor

lain terkait.

e) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan

dan upaya kesehatan berbasis masyarakat.

f) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

Puskesmas.

g) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan

kesehatan.

h) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap

akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan.


10

i) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan

masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan

dini dan respon penanggulangan penyakit.

2) Penyelenggaraan UKP Tingkat Pertama

a) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara

komprehensif, berkesinambungan, dan bermutu.

b) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan

upaya promotif dan preventif.

c) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

d) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan

keamanan dan keselamatan pasien, petugas, dan pengunjung.

e) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip

koordinatif dan kerjasama inter dan antar profesi.

f) Melaksanakan rekam medis.

g) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap

mutu dan akses pelayanan kesehatan.

h) Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

B. Sistem Manajemen Pelayanan Kesehatan

Manajemen merupakan proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-

tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang

dilakukan untuk menentukan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui

pemanfaatan SDM dan sumber lainnya (Rosady, 1998). Manajemen adalah

ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan di dalam berbagai jenis organisasi


11

untuk membantu manajer memecahkan masalah organisasi (Muninjaya, 2004).

Apabila batasan ini ditetapkan dalam bidang kesehatan masyarakat, maka

dapat dikatakan manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni

untuk mengatur para petugas kesehatan dan non petugas kesehatan guna

meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan. Fungsi dari

manajemen sendiri adalah perencanaan, pengorganisasian, penggerakan

pelaksanaan, pengasawan, dan penilaian (Natoadmojo, 2007).

Manajemen kesehatan adalah penerapan manajemen umum dalam

sistem pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga yang menjadi objek atau

sasaran manajemen adalah sistem yang berlangsung (Natoatmodjo, 2007).

Manajemen pelayanan kesehatan berarti penerapan prinsip manajenem dalam

pelayanan kesehatan untuk sistem dan pelaksanaan pelayanan kesehatan dapat

berjalan dengan baik sesuai dengan prosedur, teratur, menempatkan orang

yang terbaik dibidang pekerjaanya, efisien, dan membuat konsumen puas

terhadap pelayanan kesehatan. Rumah Sakit dan Puskesmas merupakan sub

sistem pelayanan kesehatan yang pada dasarnya melaksanakan dua jenis

pelayanan yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan

kesehatan yang diberikan adalah pelayanan medik, pelayanan penunjang

medik, rehabilitasi medik, dan pelayanan keperawatan. Pelayanan yang

dilakukan di Rumah Sakit meliputi; gawat darurat, rawat jalan dan rawat inap,

sedangkan di Pukesmas hanya pelayanan; gawat darurat (kearah pertolongan

pertama) dan rawat jalan (Suryadi, 2011).

Puskesmas memiliki manajemen kesehatan tersendiri dalam upaya

pengembangan pelayanan kesehatan secara optimal. Manajemen Puskesmas


12

digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergis,

sehigga menghasilkan keluaran yang efektif dan efisien. Manajemen tersebut

terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan dan

pertanggungjawaban. Berikut beberapa model manajemen dan fungsi

penjabarannya (Natoadmojo, 2007):

a. Model PIE (planning, implementation, evaluation)


b. Model POAC (planning, organizing, actuating, controling)
c. Model P1 P2 P3 (perencanaan, pergerakan-pelaksanaan,

pengawasan-pengendalian-penilaian)
d. Model ARRIF (analisis, rumusan, rencana, implementasi dan forum

komunikasi)
e. Model ARRIME (analisis, rumusan, rencana, implementasi,

monitoring, evaluasi)

Dari berbagai model manajemen tersebut sebenarnya mempunyai

fungsi manajemen yang sama. Setiap Puskesmas bebas menentukan model

manajemen yang ingin diterapkan. Prinsip manajemen Puskesmas adalah

sebagai berikut (Depkes RI, 2004):

a. Perencanaan (P1)

1) Rencana Usulan Kegiatan (RUK) sama dengan Plan of Action (POA)

atau rencana kerja yang biasanya disusun menjelang pergantian tahun

anggaran kegiatan baru.


2) Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) merupakan pengembangan dari

RUK setelah ada perbaikan tata cara pembuatan anggaran kegiatan

dalam setiap unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).


3) Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) setelah disusun rencana

kegiatan kemudian dibuat strategi pelaksanaan secara terpadu.


13

4) Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) merupakan kelanjutan dari

RKA yang telah disetujui sebagai pedoman pelaksanaan penggunaan

anggaran kegiatan.

b. Pengaturan (P2)

1) Penggerakan: Mini Lokakarya Lintas Program dilaksanakan

Puskesmas setiap sebulan sekali untuk mengevaluasi hasil kegiatan

pelayanan.
2) Pelaksanaan: Mini Lokakarya Lintas Sektoral (MinLok) dilaksanakan

Puskesmas setiap tiga bulan sekali dengan melibatkan instansi terkait

seperti Dinas Kesehatan, Kecamatan, Kelurahan dan lainnya sesuai

porsi kegiatan Puskesmas.

c. Penilaian (P3)

1) Pengawasan (Monitoring) merupakan kegiatan pelayanan yang diawasi

pelaksananya agar mencapai target yang telah di tetapkan.


2) Pengendalian (Controlling) merupakan pengendalian pelayanan yang

sudah optimal agar tidak menyimpang dari tujuan kegiatan.


3) Penilaian (Evaluation) merupakan evaluasi setiap hasil kegiatan

sebagai bentuk pertanggung jawaban institusi terhadap publik dan

pemerintah daerah.

C. Program Kesehatan Pokok dan Pengembangan Puskesmas

Program Puskesmas dibedakan menjadi program kesehatan pokok dan

program pengembangan. Program kesehatan pokok adalah program minimal

yang harus dilaksanakan oleh tiap Puskesmas atau biasa disebut dengan

istilah basic six adalah sebagai berikut (Depkes, 2001).

1. Promosi kesehatan
14

Promosi kesehatan adalah upaya memberikan pengalaman belajar atau

menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat dalam

berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan

informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap

dan prilaku. Tujuan dari promosi kesehatan ini yaitu perubahan dari

prilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan

memelihara prilaku sehat, serta dapat berperan aktif dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Sasaran dan contoh kegiatan

dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut (Depkes, 2001):

a. Pelaksanaan Posyandu dan pembinaan kader

b. Penyuluhan kesehatan baik di dalam gedung ataupun luar gedung,

penyuluhan kelompok seperti kelompok Posyandu, anak sekolah,

masyarakat

c. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

d. Advokasi program kesehatan dan program prioritas seperti

pemberitahuan program prioritas vitamin A, narkoba, P2M demam

berdarah, Human Imune Virus (HIV), malaria dan diare

e. Promosi tentang jamkesmas dan pembinaan dana sehat/jamkesmas

2. Kesehatan Lingkungan

Upaya kesehatan lingkungan sangat penting dilakukan karena

lingkungan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh paling besar

terhadap status kesehatan masyarakat disamping faktor pelayanan

kesehatan genetik dan prilaku. Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang

dilakukan oleh para staf Puskesmas akan berhasil baik apabila masyarakat
15

berperan aktif dalam pelaksanaanya harus mengikut sertakan masyarakat

sejak perencanaan sampai pemeliharaan (Depkes, 2004).

Tujuan umum upaya kesehatan lingkungan yaitu terwujudnya

kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat

dari segala kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan

gangguan dan bahaya kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan

masyarakat yang lebih baik, sedangkan tujuan khususnya adalah

meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat

mencapai derajat kesehatan yang optimal, terwujudnya pemberdayaan

masyarakat dan keikutsertaan sektor lain yang bersangkutan, serta

bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan pelestarian lingkungan

hidup, terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan

lingkungan dan pemukiman yang berlaku, terselenggaranya pendidikan

kesehatan guna menunjang kegiatan dalam peningkatan kesehatan

lingkungan dan pemukiman, terlaksananya pengawasan secara teratur pada

sarana sanitasi perumahan, kelompok masyarakat, tempat pembuatan

makanan, perusahaan daan dan tempat umum (Depkes, 2001).

Kegiatan kesehatan lingkungan yang harus dilakukan di

Puskesmasn yaitu (Depkes, 2001):

a. Penyehatan air

b. Penyehatan makanan dan minuman

c. Pengawasan pembuangan kotoran manusia

d. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah

e. Penyehatn pemukiman
16

f. Pengawasan sanitasi tempat umum

g. Pengamanan polusi industri

h. Pengamanan pestisida

i. Klinik sanitasi

3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular

Penyakit Menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen

infeksi atau toksinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir,

yang ditularkan/ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan

(Depkes, 2001). Kejadian kesakitan atau kematian yang menarik

perhatian umum dan mungkin menimbulkan ketakutan di kalangan

masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya

peningkatan yang berarti (bermakna) dari kejadian kesakitan/kematian

tersebut kepada kelompok penduduk dalam kurun tertentu disebut dengan

Kejadian Luar Biasa (KLB), sedangkan kejadian berjangkitnya suatu

penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat

secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah

tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka merupakan wabah penyakit

menular (Undang-undang No. 4,1984).

Upaya pencegahan agar penyakit menular tidak menyebar di

dalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan

kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan

imunisasi. Beberapa cara penularan penyakit menular yaitu penularan

secara kontak, penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan

minuman yang tercemar, penularan melalui vektor, penularan melalui


17

suntikan, transfusi, tindik dan tato. Pengumpulan data penyakit menular

perlu dilakuiakn untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan

(Surveillance for Action), beberapa program yang biasa dilakukan yaitu

(Depkes, 2001)

a. Program imunisasi

b. Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC

c. Program malaria dengan Angka Insiden Malaria (AMI)

d. Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penanggulangan

pneumonia

e. Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare

f. Program rabies

g. Program Surveilans

h. Pemberantasan P2B2 demam berdarah

4. Kesehatan Keluarga dan Reproduksi

Kesehatan Keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia

dan sejahtra dari suamiistri, anak dan anggota keluarga lainnya (Undang-

undang No. 23, 1992), sedangkan kesehatan reproduksi adalah

kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh. Bukan hanya bebas dari

penyakit dan kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan

sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Depkes, 2001).

Indikator keberhasilan program kesehatan keluarga dan reproduksi

dinilai dari Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI),

persentase ibu hamil yang mempunyai berat badan dan tinggi yang

normal, persentase ibu hamil dengan anemia, persentase balita dengan


18

berat badan dan tinggi sesuai umur kesehatan ibu dan anak (Depkes,

2001).

Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan upaya kesehatan primer

yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu dalam

menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya kelangsungan

hidup, pengembangan dan perlindungan bayi, anak bawah lima tahun

(BALITA) dan anak usia pra sekolah dalam proses tumbuh kembang.

Prioritas pelayanan KIA dewasa ini adalah meningkatkan derajat

kesehatan ibu dan anak dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan

anak. Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari (Depkes, 2001):

a. Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas

b. Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah

Tujuan program KIA yaitu terciptanya pelayanan berkualitas

dengan partisipasi penuh pengguna jasa dan keluarganya dalam

mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai kesempatan yang terbaik dalam

hal waktu dan jarak antar kehamilan, melahirkan bayi sehat yang aman

dalam lingkungan yang kondusif sehat, denagn asuhan antenatal yang ade

kuat, dengan gizi serta persiapan menyusui yang baik (Undang-undang

No. 23, 1992)

Kesehatan anak usia sekolah merupakan upaya terpadu lintas

program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

serta membentuk prilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada

disekolah dan perguruan agama anak usia sekolah (7-21 tahun) sesuai

proses tumbuh kembang di bagi 3 subkelompok yaitu pra- remaja (7-9


19

tahun), remaja (10-19 tahun), dewasa Muda (20-21 tahun). Tujuan dari

kegiatan kesehatan anak usia sekolah yaitu derajat kesehatan peserta didik,

sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis

dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya

(Depkes, 2001).

Kesehatan Remaja merupakan pembinaan yang meliputi

perencanaan, penilaian, pembimbingan dan pengendalian segala upaya

untuk meningkatkan status kesehatan remaja dan peningkatan peran serta

aktif remaja dalam perawatan kesehatan diri dan kesehaatan keluarga,

dengan dukungan kerjasama lintas program dan lintas sectoral Undang-

undang No. 23, 1992). Tujuan kegiatan kesehatan remaja adalah

meningkatnya kemampuan hidup sehat remaja sebagai unsur kesehatan

keluarga, guna membina kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka

meningkatkan ketahanan diri, prestasi dan peran aktifnya dalam

pembangunan. Menurunnya angka kehamilan dikalangan remaja,

menurunnya angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan remaja,

menurunnya angka kejadian penyakit akibat hubungan seksual (PHS) di

kalangan remaja (Depkes, 2001).

Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya kesehatan primer yang

menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur

dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas. Prioritas

pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan

pasangan usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik

jumlah dan waktu kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan
20

angka kelahiran nasional. Tujuan kegaitan KB adalah terciptanya

pelayanan yang berkualitas dengan penuh pengguna jasa pelayanan dan

keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap pasangan usia subur

mempunyai kesempatan yang terbaik dalam mengatur jumlah, waktu dan

jarak antar kehamilan guna merencanakan dan mewujudkan suatu keluarga

kecil, bahagia dan sejahtera (Undang-undang No. 23, 1992).

Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur, calon pasangan

usia subur, pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa

menopause, keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas,

Wanita Usai Subur (WUS) yang datang pada pelayanan rawat jalan

Puskesmas yang dalam fase intervensi pelayanan KB (Depkes, 2001).

5. Perbaikan Gizi masyarakat

Kegiatan perbaikan gizi masyarakat yaitu mengupayakan

peningkatan status gizi masyarakat dengan pengelolaan terkoordinasi dari

berbagai profesi kesehatan serta dukungan peran serta aktif masyarakat.

Tujuan kegiatan perbaikan gizi yaitu meningkatkan kemampuan dan peran

serta masyarakat, keluarga dan seluruh anggotanya untuk mewujudkan

prilaku gizi yang baik dan benar sesuai dengan gizi seimbang. Sasaran

upaya perbaikan gizi adalah bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak

usia sekolah, WUS, calon pengantin (cantin), ibu hamil, ibu nifas, ibu

menyusui, dan usia lanjut (usila), semua penduduk rawan gizi (endemik),

semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi, pekerja penghasilan

rendah. Program Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas meliputi (Depkes,

2004):
21

a. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

b. Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)

c. Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi

1) Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan

Yodium (GAKY)

2) Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)

3) Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi

4) Protein (KEP) Dan KurangEnergi Kronis (KEK)

5) Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)

6) Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi Mikro

Lain

7) Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Gizi Lebih

d. Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG)

6. Pengobatan Dasar

a. Pelayanan Medik Rawat Jalan

Pelayanan medik rawat jalan merupakan pelayanan medik yang

dilakukan oleh pelaksana pelayanan (dokter) baik secara sendiri

ataupun atas koordinasi bersama dengan sesama profesi maupun

pelaksana penunjang pelayanan kesehatan lain sesuai dengan

wewenangnya, untuk menyelesaikan masalah kesehatan dan

menyembuhkan penyakit yang ditemukan dari pengguna jasa


22

pelayanan kesehatan, dengan tidak memandang umur dan jenis

kelamin, yang dapat diselenggarakan pada ruang praktek. Tujuan

pelayanan medik rawat jalan adalah terwujudnya pengguna jasa dan

keluarga yang partisipatif, sehat sejahtera, badan, jiwa, dan sosial

yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara

sosial dan ekonomi dengan baik (Depkes, 2004)

b. Pelayanan Kedaruratan Medik

Merupakan pelayanan medik terdepan yang merupakan

penatalaksanaan kecelakaan dan keadaan kedaruratan medik

berkenaan dengan perubahan keadaan baik fisiologik, anatomik dan

mental psikologikal dari pengguna jasa pelayanan, yang terjadi

mendadak, yang tindakan mengatasinya harus segera dilaksanakan di

mulai dari tempat kejadian sampai dengan pelayanan medik untuk

menyelamatkan kehidupan. Tujuan pelayanan kecelakaan dan

kedaruratan medik adalah memberikan pertolongan medik segera

dengan menyelesaikan masalah kritis yang ditemukan untuk

mengambil fungsi vital tubuh serta meringankan penderitaaan dari

pengguna pelayanan (Depkes, 2004)

c. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan medis

ataupun kesehatan yang berwenang dalam bidang kesehatan gigi dan

mulut, dilaksanakan sendiri atau bersama menurut fungsinya masing-

masing, guna mengantisipasi proses penyakit gigi dan mulut dan

permasalahannya secara keseluruhan, yang dapat dilaksanakan dalam


23

prosedur pelayanan di kamar praktek dan pembinaan kesehatan

wilayah setempat. Tujuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah

meningkatkannya partisipasi anggota masyarakat dan keluarganya

untuk bersama-sama mewujudkan tercapainya derajat kesehatan gigi

dan mulut masyarakat yang optimal. Pelayanan kesehatan gigi dan

mulut meliputi (Depkes, 2007):

1) Pelayanan kesehatan gigi dasar paripurna yang terintegrasi

dengan program-program lain di Puskesmas adalah pelayanan

kesehatan gigi esensial yang terbanyak dibutuhkan oleh

masyarakat dengan mengutamakan upaya peningkatan dan

pencegahan penyakit gigi.

2) Pelayanan kesehatan gigi khusus adalah upaya perlindungan

khusus, tindakan, pengobatan, dan pemulihan masalah

kesehatan gigi dan mulut serta pelayanan asuhan sistemik

kesehatan gigi dan mulut.

Selain keenam program kesehatan dasar tersebut, tiap Puskesmas

dapat megembangkan program lain sesuai dengan situasi, kondisi,

masalah, dan kemampuan Puskesmas setempat. Program lain diluar enam

program kesehatan dasar disebut sebagai program kesehatan

pengembangan (Depkes, 2001).

D. Badan Layanan Umum Daerah

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja

Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di

lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan


24

kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatan

didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Puskesmas yang telah

manjadi BLUD menggunakan standar pelayanan minimum yang ditetapkan

oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan

kewenangannya, harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan

kesetaraan layanaan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan.

Standar pelayanan minimal Puskesmas ditetapkan Kepada Daerah dengan

Peraturan Kepala Daerah. Standar pelayanan minimal Puskesmas harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut (Peraturan Mendagri No. 61, 2007):

1. Fokus pada jenis pelayanan yaitu mengutamakan kegiatan pelayanan yang

menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLUD.


2. Terukur yaitu pencapaian kegiatan dapat dinilai dengan standar yang telah

ditetapkan.
3. Dapat dicapai yaitu kegiatan nyata yang dapat dihitung tingkat

pencapainnya, rasional sesuai kemampuan, dan tingkat pemanfaatannya.


4. Relevan dan dapat diandalkan yaitu kegiatan yang sejalan, berkaitan, dan

dapat dipercaya untuk menujang tugas dan fungsi BLUD.


5. Tepat waktu yaitu kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah

ditetapkan.

Penggelolaan keuangan dipengaruhi oleh status Puskesmas.

Pengelolaan keuangan Puskesmas non BLUD mengikuti pada ketentuan

pengelolaan keuangan negara pada umumnya, seluruh pendapat yang

diperoleh Puskesmas harus disetor ke kas daerah, kemudian dialokasikan

kembali ke Puskesmas sebagai bagian dari rencana kerja yang diusulkan

SKPD, alokasi dana yang diterima Puskesmas dapat tidak sesuai dengan skala
25

prioritas yang telah direncanakan oleh Puskesmas yang bersangkutan.

Sedangkan Puskesmas berstatus BLUD pengelolaan keuangannya lebih

fleksibel. Fleksibelitas yang diberikan berupa keleluasaan untuk menerapkan

praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,

selain itu Puskesmas memiliki kesempatan untuk memperkerjakan tenaga

profesional non PNS serta pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai

dengan kontribusinya (Peraturan Mendagri No. 61, 2007).

Puskesmas yang telah menjadi BLUD dapat memungut biaya kepada

masyarakat sebagai imbalan atas barang jasa pelayanan yang diberikan.

Imbalan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar

perhitungan biaya perunit layanan atau hasil per investasi dana. Tarif layanan

disusun oleh Puskesmas kepada Menteri Keuangan/ Menteri Kesehatan/

Kepala SKPD sesuai kewenangannya, kemudian ditetapkan dengan peraturan

Kepala Daerah. Tarif layanan tersebut harus mempertimbangkan beberapa hal

yaitu kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas

keadilan, dan kepatutan dan kompetisi yang sehat (Peraturan Mendagri No.61,

2007).

1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan bentuk

peleburan dari Perusahaan Perseroan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(JAMSOSTEK), Perusahaan Perseroan Dana Tabungan dan Suransi

Pegawai Negeri (JAMSOSTEK), Perusahaan Perseroan Asuransi Sosial

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), dan Perusahaan

Perseroan Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES). Berdasarkan


26

undang-undang No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, BPJS terdiri dari BPJS

Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan

menyelenggarakan program jaminan kesehatan, sedangkan BPJS

Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,

jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian Peserta

kelompok BPJS dibagi menjadi dua kelompok, yaitu (Undang-undang

No. 24, 2011):

a. Penerima Bantuan Iuran (PBI) yaitu peserta jaminan kesehatan bagi

fakir miskin dan orang tidak mampu yang diamanatkan undang-

undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang iurannya

dibayarkan oleh pemerintah sebagai program jaminan kesehatan.

b. Bukan PBI jaminan kesehatan yaitu peserta jaminan kesehatan yang

tidak menerima bantuan iuran dari pemerintah.

Mekanisme asuransi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

bersifat wajib bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan SJSN yaitu untuk

memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang

diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iutan atau iurannya

dibayar oleh Pemerintah. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

BPJS kesehatan yaitu (Buku Jaminan Kesehatan Nasional, 2014):

a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (pelayanan non spesialistik)

1) Adminitrasi pelayanan

2) Pelayanan promotif dan preventif

3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis


27

4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non

operatif

5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

6) Transfusi darah sesuai kebutuhan medis

7) Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama

8) Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut

1) Rawat jalan, meliputi:

a) Administrasi pelayanan

b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh

dokter spesialis dan sub spesialis

c) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis

d) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

e) Pelayanan alat kesehatan implant

f) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan

indikasi medis

g) Rehabilitasi medis

h) Pelayanan darah

i) Pelayanan kedokteran forensik

j) Pelayanan jenazah di fasilitasi kesehatan

2) Rawat inap, meliputi:

a) Perawatan inap non intensif

b) Perawatan inap di ruang intensif

c) Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri


28

2. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) adalah jaminan

perlindungan untuk pelayanan kesehatan secara menyeluruh

(komprehensif) mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif yang diberikan secara berjenjang bagi masyarakat/peserta

yang iurannya dibayarkan Pemerintah. Sumber dana Jamkesmas berasal

dari Pemerintah pusat (APBN) melalui mekanisme dana bantuan sosial.

Jamkesmas diperuntukkan untuk menjamin akses penduduk miskin

terhadap pelayanan kesehatan.

Jamkesmas mulai dijalankan pada tahun 2005 dengan nama

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat kemudian

mengalami perubahan menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat dengan

tidak ada perubahan cakupan terhadap masyarakat miskin. Tujuan umum

penyelenggaraan Jamkesmas yaitu meningkatkan akses dan mutu

pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak

mampu agar tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal

secara efektif dan efisien. Tujuan khusus dalam penyelenggaraan

Jamkesmas adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang

mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit.

b. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan

akuntable.

E. Sistem Infromasi Kesehatan Nasional (SIKN)


29

Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKN) dikembangkan dengan

memadukan sistem informasi kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang

terkait (Depkes RI, 2004). Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan salah

satu bentuk pokok Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dipergunakan

sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman, dan

arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan

berwawasan kesehatan. Secara umum pengertian SIK adalah gabungan

perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi

(mulai dari pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi),

untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pematauan kinerja sistem kesehatan. Keuntungan SIK adalah

sebagai berikut (Depkes RI, 2004):

1. Membantu pengambilan keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan

masalah kesehatan, memantau perkembangan, dan meningkatkannya.


2. Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan mudah

dipahami serta melakukan berbagai perbaikan kualitas pelayanan

kesehatan.
3. Penguatan evidence based dalam mengambil kebijakan yang efektif,

evaluasi, dan inovasi melalui penelitian.


4. Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber baru, dan akuntabilitas

cara yang digunakan.

SIK yang digunakan untuk mendukung manajemen kesehatan yang

terdiri dari (Depkes RI, 2004):

1. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) merupakan

integrasi antara pelayanan rawat jalan mulai dari kegiatan pendaftaran

pasien, diagnosis, kegiatan penunjang, dan pengobatan.


30

2. Sistem Pelaporan Terpadu Puskesmas (SPTP) merupakan aplikasi untuk

mendukung manajemen program Puskesmas (Basic six).

3. Sistem Informasi Manajemen Obat (SIMO) merupakan aplikasi untuk

mendukung manajemen obat.

4. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMKA) merupakan

aplikasi untuk mendukung manajemen kepegawaian.

F. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu

tatanan manusia dan/atau peralatan yang menyediakan informasi untuk

membantu proses manajemen Puskesmas mencapai sasaran kegiatannya.

SIMPUS dulu dikenal dengan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu

Puskesmas (SP2TP). Tujuan dari SIMPUS adalah sebagai berikut (Pusat

Data dan Informasi, 2011):

1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil

guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara optimal data

SP2TP maupun informasi lainnya yang menunjang kegiatan pelayanan


2. Tujuan Khusus:
a. Sebagai pedoman penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas

(PTP) dan pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas melalui MinLok.


b. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan

Puskesmas.
c. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan program pokok

Puskesmas.

SIMPUS dapat menangani berbagai macam kegiatan operasional

Puskesmas. Kegiatan Puskesmas yang mampu ditangani oleh SIMPUS

adalah (Pusat Data dan Informasi, 2011):


31

1. Pengelolaan informasi riwayat medis pasien perindividu


2. Pengelolaan informasi kunjungan pasien ke Puskesmas.
3. Pengelolaan informasi kegiatan pelayanan kesehatan dalam gedung,

meliputi:

a. Pelayanan rawat jalan (poliklinik umum, gigi, KIA, imunisasi)

b. Pelayanan UGD

c. Pelayanan rawat inap

4. Pengelolaan informasi pemakaian dan permintaanobat/farmasi di

Puskesmas, pos obat desa.


5. Pengelolaan informasi tenaga kesehatan Puskesmas.
6. Pengelolaan informasi sarana dan peralatan (inventaris) Puskesmas.
7. Pengelolaan informasi kegiatan luar gedung, meliputi:
a. Kegiatan Pustu, Pusling, Bidan Desa, Posyandu, Polindes,

Poskesdes, Poskestren.
b. Pengelolaan informasi pembiayaan kesehatan masyarakat dan

keuangan Puskesmas.
c. Pengelolaan informasi gizi masyarakat.
d. Pengelolaan informasi surveilans (pengendalian penyakit).
e. Pengelolaan informasi promosi kesehatan.
f. Pengelolaan informasi kesehatan lingkungan.
8. Pengelolaan pelaporan internal dan ekternal

SIMPUS merupakan pilihan bagi daerah dalam pengembangan

sistem informasi kesehatan yang lebih cepat dan akurat. Pada potensi yang

dimilikinya sebenarnya SIMPUS dapat menggantikan SP2TP. SIMPUS

merupakan hasil dari pengolahan berbagai sumber informasi seperti

SP2TP, survei lapangan, laporan lintas sektor, dan laporan sarana

kesehatan swasta. Seiring kemajuan teknologi, SIMPUS pun

dikembangkan melalui sistem komputerisasi dalam suatu software yang

bekerja dalam sebuah sistem operasi. Tetapi kendala SIMPUS masih

belum berjalan secara optimal di daerah (Pusat Data dan Informasi, 2011).
32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yang dilakukan

dengan pengamatan langsung dan wawancara dengan narasumber.

B. Lokasi dan Waktu

Observasi dilakukan di Puskesmas II Kemranjen sejak tanggal 27 Mei

2016 sampai dengan 17 Juni 2016.

C. Sumber Data

Sumber data pada laporan ini diperoleh dari:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari wawancara secara langsung

dengan Kepala Tata Usaha Puskemas II Kemranjen dan ketua setiap

bidang program Puskemas II Kemranjen.


2. Data sekunder yaitu profil kesehatan Puskesmas tahun 2016 dan

Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Puskesmas II Kemranjen

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan dan mempelajari data sekunder.

2. Mengumpulkan data primer dengan melakukan wawancara dengan

Kepala Tata Usaha Puskemas II Kemranjen dan ketua setiap bidang

program Puskesmas mengenai program yang sudah dijalankan,

kekurangan dan hambatan setiap program yang dilaksanakan.

3. Menyusun laporan manajemen Puskesmas


33

4. Diskusi dengan Pembimbing lapangan mengenai laporan yang sudah

disusun

5. Presentasi hasil observasi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bolpoin
2. Kertas/ Buku
3. Laptop
4. Printer
5. Kamera

F. MetodeAnalisis

Metode analisis menggunakan metode desktiptif, data yang didapat

diuraikan dan dikaji.


34

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Gambaran Umum Puskesmas II Kemranjen
a. Keadaan Geografi

Secara geografis, wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen


terletak di Desa Sidamulya Kecamatan Kemranjen Kabupaten
Banyumas dengan luas wilayah Kecamatan Kemranjen adalah 250
km2 yang terdiri dari 7 Desa dengan rincian sebagai berikut:
1) Desa Sirau dengan luas 47.3 km2,
2) Desa Kebarongan dengan luas 44.3 km2,
3) Desa Grujungan dengan luas 25.6 km2,
4) Desa Sidamulya dengan luas 21.7 km2,
5) Desa Pageralang dengan luas 59.2 km2,
6) Desa Alasmalang dengan luas 0.2 km2,
7) Desa Nusamangir dengan luas 21.6 km2.

Gambar 4.1. Peta Kecamatan Kemranjen

Puskesmas II Kemranjen memiliki batas wilayah:


1) Utara: Desa Karangrau Kecamatan Banyumas Kabupaten
Banyumas
2) Selatan: Desa Mujur Lor Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap
3) Barat: Desa Adisana Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas
35

4) Timur: Desa Karangjati Kecamatan Kemranjen Kabupaten


Banyumas
b. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen

tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2015
JUMLAH PENDUDUK RASIO JENIS
USIA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH KELAMIN
0-4 1.209 1.189 2.398 101,68
5-9 1.302 1.412 2.714 92,21
10-14 1.474 1.435 2.909 102,72
15-19 1.507 1.500 3.007 100,47
20-24 1.520 1.509 3.029 99,28
25-29 1.572 1.597 3.169 98,43
30-34 1.723 1.717 3.440 100,35
35-39 1.758 1.784 3.542 98,54
40-44 1.517 1.745 3.262 86,93
45-49 1.467 1.455 2.922 100,82
50-54 1.382 1.306 2.688 105,82
55-59 997 908 1.905 91,07
60-64 970 879 1.849 110,35
65-69 899 924 1.823 97,29
70-80 739 766 1.502 96,08
JUMLAH 20.033 20.126 40.159 99,54
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN 39
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, 2015
Pada Tabel 4.1 menjelaskan jumlah penduduk di wilayah

kerja Puskesmas II Kemranjen tahun 2015 sebesar 40.159 jiwa.

Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 20.033 jiwa (49,88%) dan

penduduk perempuan sebanyak 20.126 jiwa (50,12%). Menurut

lokasinya jumlah penduduk Puskesmas II Kemranjen adalah

sebagai berikut:

1) Desa Sirau
a) Luas wilayah 47.3 km2,
b) Jumlah penduduk 6423 jiwa
c) Jumlah Rumah Tangga 1589
d) Kepadatan Penduduk 13,58 jiwa/km2
2) Desa Kebarongan
a) Luas wilayah 44.3 km2,
b) Jumlah penduduk 7388 jiwa
36

c) Jumlah Rumah Tangga 1755


d) Kepadatan Penduduk 16,68 jiwa/km2
3) Desa Grujungan
a) Luas wilayah 25.6 km2,
b) Jumlah penduduk 3645 jiwa
c) Jumlah Rumah Tangga 1017
d) Kepadatan Penduduk 14,24 jiwa/km2
4) Desa Sidamulya
a) Luas wilayah 21.7 km2,
b) Jumlah penduduk 4824 jiwa
c) Jumlah Rumah Tangga 1301
d) Kepadatan Penduduk 22,25 jiwa/km2
5) Desa Pageralang
a) Luas wilayah 59.2 km2,
b) Jumlah penduduk 10238 jiwa
c) Jumlah Rumah Tangga 2568
d) Kepadatan Penduduk 17,29 jiwa/km2
6) Desa Alasmalang
a) Luas wilayah 30.2 km2,
b) Jumlah penduduk 4489 jiwa
c) Jumlah Rumah Tangga 1209
d) Kepadatan Penduduk 14,86 jiwa/km2
7) Desa Nusamangir
a) Luas wilayah 21.6 km2.
b) Jumlah penduduk 3152 jiwa
c) Jumlah Rumah Tangga 865
d) Kepadatan Penduduk 14,59 jiwa/km2 (BPS Kabupaten
Banyumas, 2015)
c. Keadaan Sosial Ekonomi
Keberhasilan program pembangunan masyarakat sangat

tergantung dari kondisi sosial ekonomi masyarakat. Indikator

kondisi sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat diantaranya dari

tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan masyarakat.


1) Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data dari masing-masing desa, jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat

pendidikan adalah sebagai berikut:


Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan
Jenis Kelamin
Tingkat
No. Laki- Perempuan jumlah Persentase (%)
Pendidikan
laki
1 Tidak tamat SD 0 0 0 0
2 SD 2050 1931 3981 11,36
37

3 SLTP/Sederajat 1048 1038 2086 5,95


4 SLTA/Sederajat 455 811 1266 3,61
5 SMK 51 205 256 0,73
6 Diploma I/II 78 83 161 0,46
7 Akademi/Diploma 91 123 214 0,61
III
8 Universitas 159 139 298 0,85
9 S2/S3 35 23 58 0,17
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, 2015
Berdasarkan tabel di atas, tingkat pendidikan penduduk di

wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen yang terbanyak adalah

tamat SD (11,36%) dan tersedikit adalah tidak tamat SD (0%).

2) Mata Pencaharian
Jumlah penduduk menurut tingkat mata pencaharian dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Mata Pencaharian Penduduk
No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentasi (%)
1 Petani 18951 47,19
2 Buruh 7489 18,65
3 Pedagang 7128 17,75
4 PNS 6035 15,03
9 TNI 566 1,41
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, 2015

Berdasarkan tabel di atas, mata pencaharian penduduk

terbanyak yaitu sebagai buruh tani (47,19%), dan yang tersedikit

adalah TNI (1,41%).


2. Sistem Manajemen Sarana dan Prasarana Puskesmas II Kemranjen
Puskesmas II Kemranjen memiliki 1 Puskesmas Pembantu

(Pustu) yaitu Puskesmas Pembantu Grujugan yang buka setiap hari

Senin sampai Sabtu. Diwilayah kerja pusksmas II Kemranjen, terdapat 2

PKD yang terletak di dusun Jangkang Dewa Widodomartani dan di

dusun Pokoh Desa Wedomartani, 3 bidan praktek swatsa di desa

Widodomartani dan 6 di desa Wedomartani, dan 1 Balai Pengobatan dan

Rumah Bersalin (BPRB) di desa Widodomartani. Sehingga seluruh


38

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen dapat mengakses

tempat pelayanan kesehatan dengan mudah.


Puskesmas II Kemranjen memiliki 59 Posyandu Balita, 33

Posyandu Lansia, kegiatan Puskesmas keliling yang terdapat 48 pos.

Puskesmas keliling dilaksanakan sesuai tanggal yang telah ditentukan

oleh pos masing-masing.


3. Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia Puskesmas II
Kemranjen
Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas II Kemranjen tahun 2015

sebanyak 47 orang yang meliputi PNS, PTT, dan tenaga kontrak. jumlah

tenaga kesehatan di Puskesmas II Kemranjen dapat dilihat pada table 4.4


Tabel 4.4 Jumlah Tenaga Kesehatan
No Jabatan Jumlah
1 Dokter Umum 3
2 Dokter Gigi 1
3 Bidan Puskesmas 7
4 Bidan Desa 11
5 Perawat 9
6 Petugas Laborat 1
7 Adminstrasi 5
8 Tenaga Farmasi 2
9 Petugas Radiologi 0
10 Petugas Imunisasi 1
11 Petugas Kesling 1
12 Tenaga Sanitasi 4
Sumber: Profil Puskesmas II Kemranjen 2015
Kebutuhan jabatan fungsional umum berdasarkan analisis beban

kerja Puskesmas II Kemranjen pada bulan Desember 2015 dapat dilihat

pada table 4.5 sebagai berikut:


Tabel 4.5 Kebutuhan Jabatan Fungsional Umum
Tenaga
No Jabatan Kebutuhan Kekurangan
yang ada
1 Kepala Puskesmas 1 1 0
2 Ka. Sub bagian tata 1 1 0
usaha
3 Pengadministrasian 2 1 1
umum
4 Pramu kantor 1 0 1
5 Pengelola 4 2 2
keuangan
6 Pengelola barang 1 0 1
39

7 Penjaga keamanan 1 0 1
8 Petugas kebersihan 3 3 0
9 Pengemudi 2 1 1
Total 16 9 7
Sumber: Profil Puskesmas II Kemranjen 2015
Sedangkan kebutuhan jabatan fungsional tertentu berdasarkan

analisis beban kerja Puskesmas II Kemranjen pada desember 2015 dapat

dilihat pada table 4.6


Tabel 4.6 Kebutuhan Jabatan Fungsional Tertentu
Tenaga
No Jabatan Kebutuhan Kekurangan
yang ada
1 Dokter 3 2 1
2 Dokter gigi 1 1 0
3 Pranata lab. kes 1 1 0
4 Perawat 11 9 2
5 Bidan 7 7 0
6 Perawat gigi 2 1 1
7 Sanitarian 1 1 1
8 Asisten Apoteker 1 1 0
9 Nutrisionis 1 1 0
10 Epidemologi 1 1 0
kesehatan
11 Penyuluhan 1 0 1
kesehatan
12 Rekam medis 2 0 2
Jumlah 32 25 8
Sumber: Profil Puskesmas II Kemranjen 2015

4. Sistem Manajemen Pelayanan Kesehatan Puskesmas II Kemranjen

Manajemen Puskesmas II Kemranjen mengacu pada fungsi

manajemen yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian, serta pengawasan dan pertanggung jawaban

a. Perencanaan

Penyusunan program kegiatan yang akan dilakukan Puskesmas

II Kemranjen dilakukan secara musyawarah pada setiap akhir tahun,

dimulai dengan adanya analisis masalah atau situasi yang telah terjadi

satu tahun sebelumnya sebagai contoh masalah ketenagaan, UKM, dan

UKP yang dibandingkan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM).


40

Hasil perbandingan tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam analisa

mana yang sudah mencapai target dan belum mencapai target sesuai

dengan masing-masing pencapaian program, jika ada yang tidak

mencapai target maka dimasukkan kedalam skala prioritas masalah

dan ditarik ke penyebab masalah, lalu dibuat fish bone sehingga

menjadi Rencana Usulan Kegiatan (RUK). Rencana usulan kegiatan

ini diajukan kepada pimpinan Puskesmas untuk disetujui dan

direalisasikan dengan rincian Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).

b. Pelaksanaan dan pengendalian

Pelaksanaan program di Puskesmas II Kemranjen dilakukan oleh

semua unit Puskesmas setelah adanya pengesahan anggaran.

Pelaksanaan kegiatan melibatkan seluruh mitra kerja atau staf yang ada

di Puskesmas, serta melibatkan lintas program atau seksi bagian lain

yang terkait dengan pelaksanaan program. Tahapan pelaksanaan kegiatan

di Puskesmas II Kemranjen yaitu mengkaji usulan rencana kegiatan

berdasarkan RUK dan anggaran yang telah disusun, selanjutnya

menyusun RPK dan rencana serapan anggaran, lalu mensosialisasikan

jadwal kegiatan kepada seluruh personil yang terlibat serta melaksanaan

kegiatan sesuai rencana dan jadwal yang telah disusun. Pelaksanaan

kegiatan dilihat dari Standar Operatioanal Prosedur (SOP) yang sudah

ditetapkan dan dilaporkan dalam rapat bulanan.

c. Pengawasan dan pertanggungjawaban

1) Pengawasan : Monitoring
41

Pengawasan kegiatan pelayanan dilakukan secara internal dan

eksternal. Pengawasan internal yaitu diawasi langsung oleh Kepala

Puskesmas dan koordinator program kegiatan, sedangkan pengawasan

eksternal yaitu diawasi oleh masyarakat, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota serta beberapa instansi terkait.

2) Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban program kegiatan pelayanan dilakukan 2 kali

dalam satu tahun. Semester I dilakukan pada bulan Januari-Juni dan

semester II pada bulan Juli-September, pada setiap akhir tahun

anggaran, Kepala Puskesmas harus membuat laporan

pertanggungjawaban tahunan yang diserahkan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten dalam bentuk profil Puskesmas lengkap beserta

pencapaianpencapaian program kerja Puskesmas.

Bentuk pelayanan kesehatan yang tersedia di Puskesmas II

Kemranjen mengacu pada program wajib basic six yaitu sebagai

berikut:
a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas II

Kemranjen dilakukan di dalam gedung dan juga luar gedung

Puskesmas. Penanggung jawab dari program KIA adalah Ibu Susanti.

Jenis kegiatan yang dilakukan yaitu:


1) Pelayanan Antenatal/pemeriksaaan kehamilan
2) Pelaksanaan program perencanaan pencegahan persalinan dan

komplikasi (P4K)
3) Pemantauan bumil resiko tinggi
4) Pelaksanaan kelas ibu
5) Kemitraan bidan dukun
42

6) Kunjungan rumah Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak ber-KB

atau drop out


7) Pembinaan pelayanan kesehatan ibu
8) Pelayanan nifas termasuk KB (pill, suntik, susuk/implant, ayudi).
9) Pemantauan kesehatan neonatal termasuk resiko tinggi
10) Pemantauan kesehatan bayi
11) Pemantauan bayi resiko tinggi
12) Kunjungan rumah, sekolah, Usaha Kesehatan Bersu,ber

Masyarakat (UKBM), panti


13) Pemantauan balita resiko tinggi
14) Penyuluhan orientasi sosialisasi kespro termasuk KB
Kegiatan KIA sudah berjalan dengan cukup baik dikarenakan

adanya kesinergisan kinerja antara Bidan Puskesmas dan Bidan Desa

yang ada. Setiap minggu juga dilakukan pertemuan antara bidan

Puskesmas dan Bidan Desa untuk mengevaluasi program yang sudah

berjalan. Hambatan bagi program KIA dalam hal sarana prasarana

yaitu akses di dalam ruangan KIA yang tidak memungkinkan bisa

dilewatinya kursi roda, selain itu alat sterilisator pribadi yang belum

ada.
b. Perbaikan Gizi
Usaha perbaikan gizi di Puskesmas II Kemranjen berjalan

dengan cukup baik. Penanggung jawab dari kegiatan ini adalah Ibu

Nihayah Fitriah. Hasil pemantauan status gizi balita wilayah kerja

Puskesmas II Kemranjen dibagi menjadi 7 desa, dimana dari ke 7

desa memiliki status gizi balita yang bervariasi. Status gizi balita

BB/TB sangat kurang hanya terdapat pada desa Nusamangir,

sedangkan desa yang memiliki status gizi balita yang cukup baik

adalah desa Sirau. Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi

status gizi sangat kurang yaitu pola asuh gizi yang kurang dari orang

tua, status kemiskinan, faktor penyakit (jantung atau flek paru-paru).


43

Beberapa jenis kegiatan yang dilakukan pada usaha perbaikan gizi

yaitu:
1) Pemberian PMT Bumil KEK
2) Pemantauan kesehatan bayi (pengukuran pertumbuhan)
3) Pemantauan kesehatan bayi (pemantaua status gizi)
4) Pemantauan kesehatan bayi (pemberian vitamin A)
5) PMT pemulihan
6) Pemberian PMT penyuluhan
7) Surveilence gizi
8) Pelacakan gizi buruk
Sejauh ini kegiatan perbaikan gizi lebih banyak campur tangan

Bidan Desa yang biasa dipantau dari Posyandu balita. Hal ini

dikarenakan petugas gizi pada Puskesmas II Kemranjen hanya

berjumlah satu orang, sehingga jika penanggung jawab tersebut

menerima laporan mengenai status gizi sangat kurang, maka petugas

gizi tersebut baru memberikan advokasi secara personal dan

pemberian ekstra asupan makanan bagi bayi berstatus gizi sangat

kurang.
c. Promosi Kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas II Kemranjen

dilakukan secara terjadwal dan teratur setiap bulannya. Tujuan

kegiatan ini yaitu perubahan dari individu, keluarga, dan masyarakat

dalam membina dan memelihara prilaku sehat, serta dapat berperan

aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Penanggung jawab dari kegiatan promosi kesehatan adalah bapak

Syahri Romadhon. Jenis kegiatan yang dilakukan pada promosi

kesehatan adalah sebagai berikut:


1) Penyegaran, orientasi kader kesehatan dalam upaya kesehatan

secara terpadu.
2) Penyuluhan kelompok, penyuluhan masal tentang program

kesehatan.
44

3) Survei mawas diri.


4) Musyawarah masyarakat desa.
5) Advokasi tingkat desa, kecamatan bidang kesehatan.
6) Penggalangan dukungan masyarakat, lintas sektor, dunia usaha.
Kegiatan promosi kesehatan biasanya dibantu oleh para kader

desa. Kader desa Puskesmas II Kemranjen berjumlah 236 kader yang

tersebar dalam 7 desa. Kader-kader tersebut biasanya mendapat

arahan dari para Bidan Desa atau petugas Puskesmas mengenai

kegiatan yang akan dilakukan setiap tahunnya.


d. Upaya Kesehatan Lingkungan (Kesling)
Penanggung jawab kegiatan Kesling di Puskesmas II

Kemranjen adalah Bapak Syahri Romadhon. Puskesmas II Kemranjen

memiliki wilayah kerja yang cukup luas mencakup 7 desa yang

berbeda latar belakang lingkungannya. Beberapa desa ada yang lebih

dekat ke laut dan sisanya lebih ke perbukitan. Oleh karena itu

Puskesmas II Kemranjen memiliki program kerja Kesling yang

bervariasi, yaitu sebagai berikut:


1) Inspeksi Kesling untuk tempat umum, pengelola makanan, sarana

air minum
2) Pemeriksaan kualitas air minum, makanan, udara, bangunan,

pemeriksaan terdiri dari pengambilan sampel


3) Pemberdayaan masyarakat melaluii pemicu Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM), rencana pengamanan air minum dikomunal,

Implementasi Higiene Sanitasi Pangan (HSP) di rumah tangga dan

sekolah
4) Pembinaan pasca pemberdayaan termasuk verifikasi desa yang

melaksanakan STBM, desa Stop Buang air besar Sembarangan

(SBS) dan Tempat-tempat Umum (TTU), Tempat Pengelola

Makanan (TPM) yang memenuhi syarat


5) Pengiriman sampel ke laboratorium kesehatan masyarakat
45

6) Pelaksanaan konseling
7) Pengolahan sampah medis
8) Pemeriksaan air limbah
9) Pemeriksaan air bersih
10) Sanitasi alat kebesihan
e. Upaya Pemberantasan Penyaklit Menular (P2M)
Kegiatan Upaya Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) di

Puskesmas II Kemranjen dibawahi oleh Ibu Zuhrotun Abadiah.

Program kerja yang dilakukan sangat bervariasi. Kegiatan dari P2M

adalah sebagai berikut:


1) Surveilans Kejadian Ikutan Pasca imunisasi (KIPI)
2) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (kesehatan dan non

kesehatan)
3) Forum kumunikasi imunisasi dan masyarakat peduli imunisasi
4) Distribusi sarana dan prasarana pelayanan imunisasi (vaksin, ADS

dan safety box)


5) Peningkatan kapasitas petugas pemberian layanan imunisasi untuk

mendukung kegiatan imunisasi lanjutan pada batita, anak usia

sekolah, WUS
6) Surveilans KIPI (Kejadian Pasca Imunisasi/PIN)
7) Validasi data hasil cakupan imunisasi
8) Peningkatan kapasitas kader imunisasi dalam rangka mendukung

kegiatan imunisasi tambahan seperti PIN Polio, campak, dan

penanganan KLB
9) Advokasi/Sosialisasi dengan lintah program dan lintas sektor

program imunisasi tambahan


10) Rapat koordinasi internal program dan lintas program maupun

sektor
11) Media KIE PIN: MUG PIN
12) Pelaksanaan imunisasi di Posyandu
13) Distribusi sarana dan prasarana pelayanan imunisasi
14) Penemuan kasus secara dini terhadap penyakit menular
15) Pelacakan kasus kontak penyakit menular langsung
16) Deteksi sini HIV/AIDS, TB, hepatitis pada ibu hamil dan populasi

beresiko
46

17) Sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat dan pemangku

kepentingan lainnya
18) Penyelidikan epidemologi termasuk Mass Bloos Survei (MBS) dan

Mass Fever Survei (MES)


19) Pelacakan kasus kontak penyakit tular vektor
20) Kunjungan rumah untuk follow up tatalaksana kasus
21) Penyuluhan dan sosialisasi penyakit tidak menular kepada

masyarakat dan pemangku kepentingan


22) Pemantauan penerapan kawasan tanpa rokok disekolah
23) Penguatan forum komunikasi masyarakat desa/kelurahan
24) Surveilans rutin PD3I (campak, difteri, pertusis, TN)
25) Pengambilan dan pengiriman spesimen ZONA III
26) Bulan imunisasi anak sekolah
f. Pengobatan Dasar
Upaya pengobatan dasar Puskesmas II Kemranjen sudah

berjalan dengan cukup baik. Penanggung jawab dari kegiatan

pengobatan dasar yaitu dr. Indra Purnama. Upaya pengobatan dasar

yang ada di Puskesmas II Kemranjen seperti Badan Pelayanan Umum

(BP Umum) atau bisa disebut dengan rawat jalan, Badan Pelayanan

Kesehatan Gigi dan Mulut (BP Kesgilut), unit kegawatdaruratan,

rawat inap dan laboratorium.


1) Badan Pelayanan Umum (BP Umum)
Badan Pelayanan Umum (BP Umum) terdiri dari 2 orang

dokter umum yang aktif. Dalam sehari BP Umum dapat melayani

kurang lebih 70 pasien. Alur untuk mendapatkan pelayanan BP

Umum yaitu pasien mengambil nomor antrian lalu mendaftarkan

dirinya, setelah itu pasien menunggu giliran untuk dipanggil,

sebelum memasuki BP Umum pasien dilakukan vital sign terlebih

dahulu, lalu masuk kedalam BP Umum dan mendapatkan resep

yang akan ditukarkan ke farmasi.


2) Badan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut (BP Kesgilut)
47

Badan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut terdiri dari 1

orang dokter gigi dan 1 orang perawat gigi. Dalam sehari BP

Kesgilut dapat melayani 15-20 pasien. Alur untuk mendapatkan

pelayanan sama dengan alur BP Umum. BP Kesgilut di Puskesmas

II Kemranjen memiliki sarana prasarana yang cukup baik. Dalam

satu tahun BP Kesgilut mendapatkan dana operasional sebesar Rp.

35.000.000,00. Macam perawatan yang dilakukan juga cukup

bervariasi, bahan yang digunakan cukup lengkap, alat yang ada

juga cukup banyak jumlahnya. Jumlah kunjungan dalam satu bulan

berkisar 200-350 pasien dengan diagnosa terbanyak adalah

kelainan pulpa dan periodontitis. Untuk tindakan yang paling

banyak dilakukan yaitu pencabutan gigi permanen.


3) Unit Kegawatdaruratan
Unit Kegawatdaruratan Puskesmas II Kemranjen sudah

berjalan dengan baik. Sarana prasarana yang ada berintegrasi

dengan rawat inap seperti seperti oksigen, suction,

elektrokardiogram (EKG), infus, gula darah sewaktu (GDS),

amubeg dan 2 tempat tidur.


4) Rawat Inap
Puskesmas II Kemranjen memiliki rawat inap yang berjalan

dengan baik.Penanggung jawab dari rawat inap adalah Ibu Yanti

Syahrifa. Rawat inap Puskesmas II Kemranjen terdiri dari 9 tempat

tidur yang dibagi menjadi 2 kelas yaitu Klas I terdiri dari 3 kamar

dengan satu tempat tidur dalam setiap kamar dan Klas II terdiri

dari 2 kamar dengan tiga tempat tidur dalam setiap kamar.

Fasilitas untuk klas I yaitu kamar mandi dalam, TV, kipas angin
48

dengan harga Rp120.000,00, sedangkan klas II yaitu kamar mandi

luar, dan kipas angin dengan harga Rp 60.000,00. Rawat inap

sendiri memiliki fasilitas pelengkap seperti oksigen, suction, EKG,

infus, GDS dan amubeg.


Alur untuk masuk ke rawat inap yaitu pasien mendaftar dan

masuk ke dalam unit kegawatdaruratan, selanjutnya di anamnesa

dan ditentukan apakah pasien harus dirawat inap atau dapat rawat

jalan. Lama pasien dapat dirawat inap maksimal adalah 7 hari,

untuk pasien BPJS apabila dirawat lebih dari 5 hari harus memiliki

surat pernyataan dari dokter. Untuk pasien BPJS dapat dirawat

pada klas I atau III tergantung dari golongannya, sedangkan pasien

yang menggunakan KIS/Jamkesmas/KBS dirawat pada klas III.

Distribusi obat untuk rawat inap dibedakan dengan rawat jalan,

rawat inap memiliki farmasi khusus rawat inap.


5) Laboratorium
Puskesmas II Kemranjen memiliki laboratorium sederhana.

Penanggung jawab dari laboratorium ini adalah Pak Aris Purnama.

Jenis Pemeriksaan yang dapat dilakukan di laboratorium ini yaitu

pemeriksaan hematologi meliputi darah lengkap, hemoglobin,

golongan darah, leukosit, trombosit, hematokrit, malaria dan AHV;

pemeiksaan kimia klinik meliputi glukosa sewaktu, puasa dan 2

jam PP, asam urat, dan kolesterol; pemeriksaan urine meliputi tes

kehamilan, urine lengkap dan protein urine; pemeriksaan

mikrobiologi meliputi BTA (Sputum); dan pemeriksaan sero

imunologi meliputi widal.


49

Alat yang tersedia pada laboratorium ini adalah sell-dyn

emerald untuk pemeriksaan darah lengkap, fotometer untuk

pemeriksaan kimia klinik, cyborider untuk pemeriksaan urine dan

kandungannya, mikroskop, centrivugal, nesco dan easy touch.

Dalam sehari biasanya pasien yang datang melakukan pemeriksaan

lab kurang lebih 15 orang baik dari dalam Puskesmas maupun

rujukan dari luar Puskesmas. Kekurangan dari laboratorium ini

adalah sumber daya manusia yang terbatas karena hanya ada satu

operator, suhu ruangan kurang bagus karena tidak ber-AC dan

tidak memiliki sterilisator mandiri.


Selain kegiatan pokok Puskesmas II Kemranjen juga memiliki

kegiatan pengembangan. Kegiatan program pengembangan sesuai dengan

situasi, kondisi, masalah, dan kemampuan Puskesmas II Kemranjen.

Beberapa kegiatan pengembangan Puskesmas II Kemranjen yaitu:


a. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
1) Pembinaan usia sekolah, pelatihan dokter kecil
2) Penjaringan peserta didik
3) Pemeriksaan berkala peserta didik
4) Penemuan dan tatalaksana kasus
b. Upaya Usia Lanjut

Program unggulan dari Puskesmas II Kemranjen yaitu terfokus

pada Upaya Usia Lanjut. Beberapa program yang sudah direalisasikan

yaitu adanya pegangan dinding untuk berjalan lansia, program

prolanis yang dilaksanakan setiap bulan pada rabu minggu ke tiga,

Posyandu lansia di setiap desa dan juga pelayanan santun lansia.

Pelayanan santun lansia sedang dalam proses pengkajian, diharapkan

untuk kedepannya akan dibuat beberapa fasilitas yang mendukung

lansia seperti adanya pendaftaran khusus lansia, petugas yang


50

mengantarkan lansia ke poli yang dituju, dan pengambilan obat dari

petugas, selain itu untuk para lansia nanti akan didahulukan dalam

melakukan tindakan kesehatan.

5. Sistem Manajemen Keuangan Puskesmas II Kemranjen

Puskesmas II Kemranjen merupakan salah satu Puskesmas yang berstatus

BLUD. Sumber dana Puskesmas II Kemranjen yaitu dari APBN (BOK),

APBD, dana kapitasi (BPJS, KIS/Jamkesmas, JKN), retribusi pasien, surplus

tahun sebelumnya, klaim persalinan, klaim rawat inap, klaim rawat jalan dan

klaim rujukan. Penggunaan dana kapitasi menggunakan rencana kegiatan

anggaran (RKA) satu tahun sebelumnya. Tata kelola keuangan Puskesmas II

Kemranjen bersifat lebih fleksibel, status BLUD memberikan kelulasaan bagi

Puskesmas untuk mencukupi kebutuhan tenaga kerja kontrak Puskesmas sesuai

jenis tenaga yang dibutuhkan, serta memiliki kewenangan sendiri dalam

menentukan tarif pelayanan yang masih mengacu pada Peraturan Bupati yang

berlaku.

Laporan keuangan dilaporkan dalam rapat koordinasi bulanan, lalu

dilampirkan dalam bentuk laporan tiap bulan dan tahunan. Terdapat juga

laporan setiap tiga bulan dalam bentuk tabel yang berisi total, jumlah

pemasukan, dan jumlah pengeluaran disampaikan ke Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Penggunaan dana kapitasi

biasanya mengacu pada DPPKAD tahun sebelumnya.

6. Sistem Manajemen Kefarmasian Puskesmas II Kemranjen

Manajemen obat di Puskesmas II Kemranjen meliputi perencanaan,

pengadaan, pendistribusian, dan penyimpanan. Manajemen farmasi di


51

Puskesmas II Kemranjen secara sudah cukup baik. Pengadaan obat di

Puskesmas II Kemranjen disubsidi oleh gudang farmasi, namun apabila

terdapat jenis obat yang dibutuhkan sementara gudang farmasi tidak

menyediakan atau hanya memiliki dalam jumlah terbatas maka Puskesmas

melakukan pengadaan mandiri dengan dana operasional Puskesmas. Pengadaan

mandiri obat dengan dana operasional Puskesmas harus mendapatkan

persetujuan dari gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.

Penyimpanan obat di Puskesmas II Kemranjen dibagi berdasarkan

bentuknya. Gudang obat Puskesmas II Kemranjen dilengkapi oleh pendingin

ruangan sehingga suhu ruangan tetap terjaga. Obat psikotropik disimpan dalam

lemari tertutup dan terkunci. Obat semacam vaksin disimpan dalam kulkas agar

terjaga suhu penyimpanannya.

Pendistribusian obat di gudang obat Puskesmas II Kemranjen dibagi

menjadi dua yaitu di luar gedung dan dalam gedung. Pendistribusian di dalam

gedung di distribusi untuk obat rawat jalan dan rawat inap. Pendistribusian obat

di luar gedung di distribusi untuk PKD, Pustu dan Pusling. Pelaporan obat

dilakukan setiap bulan. Obat kadarluarsa dilaporkan melalui berita acara ke

gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.

7. Sistem Manajemen Informasi Puskesmas II Kemranjen

Sistem Informasi di Puskesmas II Kemranjen menggunakan Sistem

Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) secara online. Sistem

Manajemen Puskesmas II Kemranjen baru terlaksana pertengahan tahun 2013

berkenaan dengan anggaran dan ketersediaan sarana dan prasarana untuk

menunjang sistem informasi ini. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas


52

(SIMPUS) merupakan sebuah sistem informasi yang terintegrasi dan didesain

multi user disiapkan untuk menangani keseluruhan proses manajemen

Puskesmas. SIMPUS ini terdiri berbagai modul antara lain admin sistem

(manajemen user), loket, poli umum, poli gigi, KIA, UGD, dan kegiatan luar

Gedung/UKM. SIMPUS menggunakan sistem yang berbasis website

sehingga memungkinkan koneksi online Dinas Kesehatan ke Puskesmas atau

Pustu secara real time.

Sistem Komunikasi Data Dinas Kesehatan (KomdatDinkes)

Kabupaten Banyumas merupakan aplikasi yang berfungsi untuk

mengumpulkan data dan informasi kesehatan secara berkala yang bersumber

dari Dinas Kesehatan, dan UPT Puskesmas dalam bentuk website. Setiap

program kerja di Puskesmas dan Dinas Kesehatan memiliki situs online

masingmasing sehingga dapat memberikan informasi satu dengan lainnya.

B. Pembahasan

1. Sistem Manajemen Sarana dan Prasarana Puskesmas II Kemranjen


Sistem manajemen sarana dan prasarana Puskesmas II Kemranjen

berjalan cukup baik dengan berpedoman pada perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi. Perencanaan sarana dan prasarana dilakukan pada setiap

pergantian anggran baru atau biasanya pada awal tahun, perencanaan yang

dibuat biasanya berpedoman pada kegiatan yang telah dilakukan pada

tahun sebelumnya. Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang sedang

berjalan sudah cukup baik dikarenakan kegiatan dilakukan secara teratur

sesuai jadwal, para kader Posyandu yang aktif dan masyarakat yang cukup

antusias dalam mengikuti program yang ada di Puskemas maupun

Posyandu.
53

Kegiatan Posyandu ibu hamil, balita dan lansia sudah baik berjalan

dengan dibantu adanya bidan desa yang berjumlah 17 orang. Kegiatan

Posyandu tersebut dilakukan secara rutin, kegiatan yang dilakukan

meliputi five table yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatan,

penyuluhan dan pelayanan gizi, dan pelayanan kesehatan, KB, dan

imunisasi.
2. Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia Puskesmas II Kemrajen
Manajemen sumber daya manusia pada Puskesmas II Kemranjen

masih belum maksimal dikarenakan ada beberapa petugas puskesmas yang

mengemban dua jabatan sekaligus. Hal ini dibuktikan dengan analisis beban

kerja Puskesmas yang dibuat oleh Puskesmas II Kemranjen yaitu sebagai

contohnya adalah petugas Puskesmas yang merangkap sebagai staf

administratif dan juga ahli gizi di Puskesmas tersebut, petugas Puskesmas

tersebut menyatakan bahwa belum maksimalnya melaksanakan tugas yang

ada dikarenakan tugas yang diemban terlalu banyak sehingga salah satu

kegiatan Puskesmas masih belum maksimal berjalan.


Solusi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kekurangan SDM

tersebut adalah dengan membukan lowongan tenaga kontrak dan juga

perencanaan untuk penambahan petugas Puskesmas baik petugas

kesehatan atau non kesehatan.


3. Sistem Manajemen Pelayanan Kesehatan Puskesmas II Kemrajen
Sistem manajemen Puskesmas Kemranjem II secara garis besar

sudah cukup baik dengan mengacu pada Plan of Action (POA). POA

sebagai acuan program dan kegiatan pelayanan yang diberikan telah

dilaksanakan di awal tahun periode. Perencanaan anggaran yang disusun

dalam RUK selanjutnya RAK di awal tahun periode akan digunakan sebagai

acuan pengeluaran untuk kegiatan penyelenggaraan Puskesmas selama satu


54

periode. Dengan terbentuknya PO, RUK dan RAK, tahap perencanaan

Puskesmas II Kemranjen sudah sangat baik.


Perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi masingmasing program

dilaksanakan oleh masingmasing seksi dengan berkoordinasi bersama

Bidan Desa serta kader di tiaptiap desa. Masingmasing seksi melaporkan

rencana kegiatan, hasil kegiatan serta kendala kegiatan setiap bulan dalam

rapat koordinasi bulanan Puskesmas yang dipimpin oleh Kepala Puskesmas.

Rapat koordinasi ini serupa dengan lokakarya mini bulanan untuk

membahas seluruh kegiatan yang dilakukan, kendala yang dialami, hasil

kegiatan, serta evaluasi dari tiaptiap seksi program tersebut.


Manajemen program Puskesmas tersusun berdasarkan program wajib

Puskesmas (basic six) dengan program tambahan. Setiap program kerja

memiliki penanggung jawab yang nantinya akan berkoordinasi dengan bidan

desa untuk melakukan program kerja tersebut. Target pencapaian program

Puskesmas juga hampir selalu mencapai standar pelayanan minimal, walau

terkadang ada beberapa program yang hanya mendekati saja.


4. Sistem Manajemen Keuangan Puskesmas II Kemranjen
Sumber dana Puskesmas II Kemranjen yaitu dari APBN (BOK),

APBD, dana kapitasi (BPJS, KIS/Jamkesmas, JKN), retribusi pasien,

surplus tahun sebelumnya, klaim persalinan, klaim rawat inap, klaim rawat

jalan dan klaim rujukan. Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD)

adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa

keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa (Peraturan

Mendagri No. 61, 2007). Pendapatan kapitasi dan non kapitasi, serta dana
55

APBN dan APBD yang masuk ke rekening Puskesmas merupakan sumber

dana atau pendapatan dana. Pendapatan ini digunakan untuk operasional

UKP dan UKM.


Pembayaran sistem kapitasi adalah sebuah metode pembayaran

untuk pelayanan kesehatan dimana penyedia layanan dibawa dalam jumlah

tetap per pasien tanpa memperlihatkan jumlah atau sifat layanan yang

sebenarnya diberikan. Pada pasal 1 Permenkes No. 32 tahun 2014

menyatakan bahwa dana kapitasi merupakan besaran pembayaran yang

dibayar dimuka kepada Fasilitas Kesehatan tingkat Pertama (FKTP)

berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan

jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. FKTP adalah fasilitas

kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat

non spesifik untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan

dana atau pelayanan kesehatan lainnya yang terdiri atas Puskesmas, praktik

dokter dan dokter gigi, klinik pratama dan Rumah Sakit Kelas D Pratama

(Permenkes No. 34, 2014). Secara garis bedar pengelolaan dana kapitasi

dilakukan dengan cara BPJS kesehatan melakukan pembayaran dana

kapitasi kepada FKTP milik pemerintah daerah yang didasarkan kepada

jumlah peserta yang terdaftar di FKTP sesuai data dari BPJS Kesehatan dan

dana kapitasi dibayarkan langsung oleh BPJS Kesehatan kepada Bendahara

Dana Kapitasi JKN pada FKTP, pembayaran dilakukan paling lambat

tanggal 15 bulan berjalan (Permenkes No. 28, 2014).


Besaran tarif kapitasi yang dibayarkan FKTP pada suatu wilayah

ditentukan berdasarkan besarnya kesepakatan BPJS Kesehatan dengan

asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah setempat dengan mengacu pada


56

standar tarif kapitasi yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan adalah

sebagai berikut (Permenkes No. 28, 2014):


1) Puskesmas atau fasilitas kesehatan sebesar Rp. 3.000 sampai dengan

Rp.6.000
2) Rumah Sakit Kelas D Pratama, klinik pratama dokter atau fasilitas

kesehatan setara Rp. 8.000 sampai Rp. 10.000


3) Praktik perorangan dokter gigi sebesar Rp. 2.000
Perencanaan anggaran keuangan dilakukan oleh tiap-tiap unit

pelayanan, kemudian dijadikan satu menjadi RBA (Rencana Belanja

Anggaran). RBA diinput ke SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah)

dan disahkan oleh DPPKAD (Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

Aset Daerah) sehingga RBA menjadi RAK (Rencana Anggaran Kerja) yang

lebih rinci dengan muncul perkode rekening rencana anggaran. RAK

kemudian disahkan menjadi RAPBD dan RAPBN sehingga menjadi dana

APBD dan APBN yang merupakan RBA definitif. RBA definitif Puskesmas

ini akan menjadi DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) yang lebih rinci,

dan jika sudah disetujui oleh Kepala Puskesmas selaku Kuasa Pengguna

Anggaran, maka dana akan turun (Permenkes No. 28, 2014).

5. Sistem Manajemen Kefarmasian Puskesmas II Kemranjen


Manajemen obat di Puskesmas II Kemranjen dapat dikatakan

tersusun baik, yaitu meliputi perencanaan, pengadaan, pendistribusian, dan

penyimpanan. Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan apakah obat

benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah penduduk dan pola penyakit

di daerah. Pengadaan obat yang baik sebaiknya diawali dengan dasar-dasar

seleksi kebutuhan obat yang meliputi sebagai berikut:


57

a. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang

memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek

samping yang akan ditimbulkan


b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari

duplikasi dan kesamaan jenis


c. Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang

lebih baik
d. Hindari penggunaan kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai

efek yang lebihbaik dibanding obat tunggal


e. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan

(drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi (Permenkes No.

75, 2014).
Perencanaan obat di Puskesmas dilakukan untuk menentukan jenis

obat dan jumlah kebutuhan obat. Tahap awal persiapan perencanaan obat di

Puskesmas II Kemranjen dengan melakukan pengamatan terhadap

kebutuhan obat bulan sebelumnya yang terdapat di Lembar Permintaan dan

Lembar Pemakaian Obat (LPLPO). Obat yang sering digunakan akan

menjadi proritas untuk diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.

Hal ini sesuai dengan tahap persiapan dari perencanaan obat ketika akan

memilih obat. Adapun sebelum melakukan pengadaan perlu diadakan

seleksi atau pemilihan obat (Permenkes No. 75, 2014)..


Pengadaan obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan

bahwa obat yang diminta sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang telah

direncanakan. Pengadaan obat di Puskesmas dilakukan untuk memperoleh

jenis dan jumlah obat dengan mutu yang tinggi serta menjamin tersedianya

obat dengan cepat dan tepat waktu. Pengadaan obat di Puskesmas dilakukan

melalui dinas kesehatan kota dan Gudang Farmasi Kabupaten (GFK)


58

dengan mengajukan lembar permintaan dan lembar pemakaian obat

(LPLPO). Permintaan khusus yang dilakukan diluar jadwal yang telah

disepakati apabila terjadi peningkatan yang menyebabkan kekosongan obat

dan penanganan kejadian luar biasa serta obat rusak (Permenkes No. 75,

2014).
Hasil wawancara menyatakan bahwa obat yang berada di

Puskesmas nantinya akan didistribusikan ke Pustu, Poskesdes dan Bides.

Penyaluran obat juga dilakukan dibagian sub-sub Puskesmas seperti,

(UGD), ruang rawat inap, ruang poli umum dan poli gigi.

6. Sistem Manajemen Informasi Puskesmas II Kemranjen

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) merupakan suatu

aplikasi Manajemen Puskesmas yang memiliki fungsi utama yaitu

memanage semua data pasien mulai dari pendaftaran, registrasi,

pemeriksaan (diagnosis) serta pengobatan pasien. SIMPUS digunakan untuk

menangani keseluruhan proses manajemen Puskesmas. SIMPUS ini terdiri

berbagai modul antara lain admin sistem (manajemen user), loket, poli

umum, poli gigi, KIA, UGD, dan kegiatan luar Gedung/UKM (Departemen

Kesehatan, 2004). SIMPUS menggunakan sistem yang berbasis web

sehingga memungkinkan koneksi online Dinas Kesehatan ke Puskesmas

atau Pustu secara real time. Sistem ini sebenarnya sudah dicanangkan

pemerintah sejak beberapa tahun sebelumnya namun di Puskesmas II

Kemranjen baru terlaksana pertengahan tahun 2013 berkenaan dengan

anggaran dan ketersediaan sarana dan prasarana untuk menunjang sistem

informasi ini (Departemen Kesehatan, 2004).


59

Primary Care (P-Care) di Puskesmas II Kemranjen terlaksana sejak

awal tahun 2014. Sesuai dengan namanya maka PCare atau Primary Care

ditujukan bagi pelayanan primer (Puskesmas) dan di dalamnya melakukan

pengolahan data mulai dari pendaftaran, bagian penegakan diagnosis,

pemberian terapi, hingga pemeriksaan laboratorium. PCare merupakan

sistem informasi pelayanan pasien yang ditujukan untuk pasien berstatus

BPJS Kesehatan berbasis komputer dan online via internet.


60

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil observasi sistem manajemen pelayanan Puskesmas

di Puskesmas II Kemranjen dapat disimpulkan bahwa:


1. Manajemen sarana dan prasarana Puskesmas II Kemranjen cukup

memadai, sehingga seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas II

Kemranjen dapat mengakses tempat pelayanan kesehatan dengan mudah.


2. Sumber Daya Manusia (SDM) Puskesmas II Kemranjen berjumlah 47

orang, hasil analisis beban kerja menyebutkan bahwa kebutuhan jabatan

fungsional umum dan tertentu Puskesmas II Kemranjen masih

membutuhkan tambahan SDM.


3. Sistem manajemen pelayanan Puskesmas II Kemranjen secara garis besar

sudah cukup baik dengan mengacu pada Plan of Action (POA).


4. Manajemen keuangan Puskesmas II Kemranjen menggunakan PPK-

BLUD dengan sumber pendapatan dari dana kapitasi dan non kapitasi.
5. Manajemen kefarmasian Puskesmas II Kemranjen meliputi perencanaan,

pengadaan, pendistribusian, dan penyimpanan. Obat dirotasi

menggunakan sistem FIFO dan FEFO.


6. Manajemen sistem informasi Puskesmas II Kemranjen Kecamatan

Kemranjen Kabupaten Banyumas menggunakan sistem informasi

manajemen Puskesmas (SIMPUS) secara online, Primary Care (P-Care),

dan sistem komunikasi data dinas kesehatan (KomdatDepkes) Kabupaten

Banyumas.
B. Saran
Puskesmas II Kemranjen secara keseluruhan sudah cukup baik, namun

terdapat beberapa saran demi mewujudkan Puskesmas yang lebih baik lagi,

antara lain:
61

1. Meningkatkan kerjasama antara Puskesmas dengan masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas agar informasi kesehatan dapat tersampaikan dengan

baik.
2. Perlu diadakan penambahan sumber daya manusia agar seluruh program

Puskesmas dapat terealisasikan dengan maksimal.


3. Perlu diadakan lokakarya mini triwulan lintas sektor guna membahas

seluruh kegiatan yang dilakukan, kendala yang dialami, dan hasil kegiatan.
4. Meningkatkan promosi kesehatan serta pemeberdayaan masyarakat

terutama dalam bidang kesehatan lingkungan.


5. Perlu dilakukan kalibari semua alat secara rutin setahun sekali sehingga

dengan adanya perawatandapat semakin meningkatkan kualitas pelayanan.


62

DAFTAR PUSTAKA

Buku Pegangan Sosialisasi jaminan Kesehatan nasional (JKN) dalam Sistem


Jaminan Sosial Nasional, 2014, Menkes RI: Jakarta

Departemen Kesehatan, 2001, Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,


Depkes: Jakarta.

Departemen Kesehatan, 2004, Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di


Kabupaten/Kota, Depkes, Jakarta.

Departemen Kesehatan, 2004, Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas di era


Desentralisasi, Jakarta: Balai Pustaka

Departemen Kesehatan, 2007, Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Standar


Pelayanan Minimal Kesehatan Gigi Puskesmas, Depkes, Jakarta

Effendi, F. M., 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta; Salemba Medika

Ismaniar, H., 2015, Administrasi Kesehatan Masyarakat: bagi perekam Medis dan
Informatika Kesehatan, Yogyakarta ; Deepublish

Notoatmodjo, S., 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Jakarta:Rineka


Cipta, hal 82

Muninjaya, A, A.,2004, Manajemen Kesehatan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Peraturan Menteri Kesehatan Repuplik Indonesia Nomor 75, 2014, Pusat


Kesehatan Maysrakat. Menkes RI: Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28, 2014, tentang


Pedoman Pelaksana Program Jaminan Kesehatan, Menkes RI:Jakarta

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32, 2014, tentang


pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
pada Fasilitas Kesehatan Tingkat pertama Milik Pemerintah Daerah,
Menkes RI: Jakarta

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61, 2007, Pedoman teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum daerah, Mendagri: Jakarta

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2011, Sikda Generik,
Buletin jendela Data dan Informasi Kesehatan, Vol 3(III) : 1-8

Rosady, R., 1998, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi, Konsepsi dan
Aplikasi, Jakarta, PT Raja Grafindo Rosada
63

Suryadi, 2011, Pergeseran Paradigma Manajemen: Tinjauan dari Berbagai


Disiplin ilmu, Program Pascasarjana, Universitas Brawijaya, Malang
Undang-undang Nomor 4, 1984, tentang Wabah Penyakit yang Menular

Undang-undang Nomor 23,1992, tentang Keluarga Berencana

Undang-undang Nomor 24, 2011, tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Undang-undang Nomor 4,1984, tentang Wabah Penyakit yang Menular

Anda mungkin juga menyukai