Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan

hidup manusia, karena dengan kondisi yang sehat maka manusia dapat

melakukan aktivitas dengan baik. Kesehatan juga merupakan salah satu

aspek penting dalam pembangunan suatu bangsa, oleh karena itu sangatlah

perlu terselengaranya berbagai upaya kesehatan. Undang-Undang No. 36

th 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa sehat adalah keadaan

sejahtra dari badan, jiwa yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

secara sosial dan ekonomis yang memiliki arti sehat bukan hanya sehat

jasmani tetapi juga rohani (Permenkes No. 75, 2014).

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan,

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan

derajat kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan

dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (Promotif),

pencegahan penyakit (Preventif), penyembuhan (Kuratif), dan pemulihan

kesehatan (Rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu,

dan berkesinambungan (Kepmenkes, 2004).

Ketersediaan sumber daya baik dari segi kualitas maupun

kuantitas, sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan. Undang-Undang

nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa sarana

kesehatan adalah suatu alat atan tempat yang digunakan untuk

1
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, kuratif,

prefentif maupun rehabilitatif yang dilakukan pemerintah, pemerintah

daerah dan atau masyarakat. Sarana kesehatan tersebut mencakup Rumah

Sakit dsan Puskesmas (Pusat Kesehatan Mayarakat). Puskesmas adalah

Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota

yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat

dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang baik pada wilayah kerjanya (Permenkes No.

75, 2014).

Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan

terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya

kesehatan wajib (basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang

disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi

serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas dalam

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh dan terpadu

dilaksanakan melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan

pemulihan disertai dengan upaya penunjang yang diperlukan (Profil

Kesehatan Indonesia, 2009).

Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari

Upaya Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan Pengembangan. Upaya

Kesehatan Wajib dilaksanakan diseluruh Puskesmas di Indonesia yang

merupakan daya ungkit paling besar terhadap keberhasilan pembangunan

kesehatan. Bagian dalam Upaya Kesehatan Wajib diantaranya adalah

2
promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

dan Keluarga Berencana (KB), Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)

serta pengobatan. Upaya Kesehatan Pengembangan yang ditemukan dan

ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan masyarakat setempat serta

disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas (Profil Kesehatan Indonesia,

2009).

Untuk menjangkau seluruh wilayah kerjanya, Puskesmas diperkuat

dengan Puskesmas pembantu (pustu) dan Puskesmas keliling (pusling).

Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok daerah

di Indonesia salah satunya di daerah banyumas. Puskesmas II Kemranjen

merupakan salah satu Puskesmas yang tedapat di daerah Kabupaten

Banyumas. Puskesmas II Kemranjen menjadi pusat kesehatan masyarakat

yang berkualitas prima untuk mendukung Indonesia sehat (Kepmenkes,

2004).

B. RumusanMasalah

Rumusan masalah pada kegiatan ini adalah bagaimanakah sistem

manajemen Puskesmas II Kemranjen Kabupaten Banyumas sebagai

penyelenggara layanan kesehatan masyarakat?

C. Tujuan
1. TujuanUmum
Mengetahui sistem manajemen Puskesmas II Kemranjen

Kabupaten Banyumas sebagai penyelenggara layanan kesehatan

masyarakat.
2. TujuanKhusus
a. Mendeskripsikan gambaran umum Puskesmas II Kemranjen.
b. Mendeskripsikan sarana dan prasarana Puskesmas II Kemranjen.

3
c. Mendeskripsikan sistem manajemen program Puskesmas II

Kemranjen.
d. Mendeskripsikan manajemen keuangan Puskesmas II Kemranjen.
e. Mendeskripsikan manajemen farmasi Puskesmas II Kemranjen.
f. Mendeskripsikan manajemen sistem informasi Puskesmas II

Kemranjen.
D. Manfaat

Manfaat melakukan observasi mengenai manajemen Puskesmas pada

Puskesmas II Kemranjen adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran umum Puskesmas II Kemranjen


2. Mengetahui sarana dan prasarana Puskesmas II Kemranjen.
3. Mengetahui sistem manajemen program Puskesmas II Kemranjen.
4. Mengetahui sistem manajemen keuangan Puskesmas II Kemranjen.
5. Mengetahui manajemen farmasi Puskesmas II Kemranjen
6. Mengetahui manajemen sistem informasi Puskesmas II Kemranjen

4
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes No.75, 2014). Sebagai unit

pelaksana teknis kesehatan kabupaten/kota, Puskesmas berperan

menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan

kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung

tombak pembangunan kesehatan di Indonesia (Depkes RI, 2004). Pelayanan

kesehatan yang diberikan Puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh

meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif

(peningkatan kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Dalam

upaya menyelenggarakan pembangunan kesehatan, Puskesmas memiliki

program kesehatan wajib dan pengembangan Puskesmas (Effendi, 2009).

2.1.1 Manajemen Puskesmas

Manajemen Puskemas digambarkan sebagai suatu rangkaian

kegiatan yang bekerja secara sinergis, sehigga menghasilkan keluaran yang

efisien dan efektif. Manajemen tersebut terdiri dari perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban

Prinsip manajemen Puskesmas adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2004).:

5
1. Perencanaan (P1)

a. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) sama dengan Plan of Action

(POA) atau rencana kerja yang biasanya disusun menjelang

pergantian tahun anggaran kegiatan baru.


b. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) merupakan pengembangan

dari RUK setelah ada perbaikan tata cara pembuatan anggaran

kegiatan dalam setiap unit Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).


c. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) setelah disusun rencana

kegiatan kemudian dibuat strategi pelaksanaan secara terpadu.


d. Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) merupakan kelanjutan

dari RKA yang telah disetujui sebagai pedoman pelaksanaan

penggunaan anggaran kegiatan.

2. Pengaturan (P2)

a. Penggerakan: Mini Lokakarya Lintas Program (MinLok)

dilaksanakan Puskesmas setiap sebulan sekali untuk mengevaluasi

hasil kegiatan pelayanan.


b. Pelaksanaan: Mini Lokakarya Lintas Sektoral dilaksanakan

Puskesmas setiap tiga bulan sekali dengan melibatkan instansi

terkait seperti Dinas Kesehatan, Kecamatan, Kelurahan dan lainnya

sesuai porsi kegiatan Puskesmas.

3. Penilaian (P3)

a. Pengawasan (Monitoring) merupakan kegiatan pelayanan yang

diawasi pelaksananya agar mencapai target yang telah di tetapkan.


b. Pengendalian (Controlling) merupakan pengendalian pelayanan

yang sudah optimal agar tidak menyimpang dari tujuan kegiatan.

6
c. Penilaian (Evaluation) merupakan evaluasi setiap hasil kegiatan

sebagai bentuk pertanggung jawaban institusi terhadap publik dan

pemerintah daerah.

2.1.2 Prinsip Penyelenggaraan, Tugas, Fungsi dan WewenangPuskesmas

1. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Menurut pasal 3 Permenkes No. 75 tahun 2014 prinsip

penyelenggaraan Puskesmas meliputi paradigma sehat, pertanggung

jawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan , teknologi tepat

guna, dan keterpaduan kesinambungan.

a. Prinsip paradigma sehat: Puskesmas mendorong seluruh pemangku

kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan

mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat.


b. Pertanggung jawaban wilayah: Puskesmas menggerakkan dan

bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah

kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat: Puskesmas mendorong kemandirian hidup

sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.


d. Pemerataan: Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah

kerjanya secara adil.


e. Teknologi tepat guna: Puskesmas menyelenggarakan pelayanan

kesehatan dengan manfaat teknologi tepat guna yang sesuai dengan

kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak berdampak

buruk bagi lingkungan.


f. Keterpaduan dan kesinambungan: Puskesmas mengintegrasikan dan

mengkoordinasikan penyelenggaraan Unit Kesehatan Masyarakat

7
(UKM) dan Unit Kesehatan Perorangan (UKP) lintas program dan

lintas sektor serta melaksanakan sistem rujukan yang didukung dengan

manajemen Puskesmas.

2. Tugas Puskesmas

Menurut pasal 4 Permenkes No. 75 Tahun 2014, Puskesmas

mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai

tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya Kecamatan sehat.

3. Fungsi Puskesmas

Fungsi Puskesmas terbagi menjadi dua yaitu penyelenggaraan

UKM dan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya (Permenkes No. 75,

2014).

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama

1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan.

2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan.

3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan.

4) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat

perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain

terkait.

5) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan

upaya kesehatan berbasis masyarakat.

8
6) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia

Puskesmas.

7) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan.

8) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,

mutu, dan cakupan Pelayanan kesehatan

9) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,

termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon

penanggulangan penyakit.

b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama

1) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara

komprehensif, berkesinambungan, dan bermutu.

2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan

upaya promotif dan preventif.

3) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

4) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan

keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung.

5) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif

dan kerja sama inter dan antar profesi.

6) Melaksanakan rekam medis.

7) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu

dan akses pelayanan kesehatan.

8) Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.

4. Wewenang Puskesmas

9
Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014, dalam

menyelenggarakan fungsi Puskesmas memiliki wewenang sebagai berikut:

a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan dan bermutu.


b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif.


c. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada

individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat; menyelenggarakan

pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan

pasien, petugas, dan pengunjung.


d. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif

dan kerja sama inter dan antar profesi.


e. Melaksanakan rekam medis.
f. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan

akses pelayanan kesehatan.


g. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.
h. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya.


i. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan

sistem rujukan.

5. Program Pokok Puskesmas

2.2 Badan Layanan Umum Daerah

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja

Perangkat daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di

lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatan

didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Puskesmas yang telah

10
manjadi BLUD menggunakan standar pelayanan minimum yang ditetapkan

oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya, harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan

kesetaraan layanaan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan

layanan.Standar pelayanan minimal Puskesmas ditetapkan oleh kepada daerah

dengan peraturan kepala daerah. Standar pelayanan minimal Puskesmas harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut (Peraturan Mendagri No. 61, 2007):

1. Fokus pada jenis pelayanan yaitu mengutamakan kegiatan pelayanan yang

menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLUD.


2. Terukur yaitu pencapaian kegiatan dapat dinilai dengan standar yang telah

ditetapkan.
3. Dapat dicapai yaitu kegaiatan nyata yang dapat dihitung tingkat

pencapainnya, rasional sesuai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya.


4. Relevan dan dapat diandalkan yaitu kegiatan yang sejalan, berkaitan dan

dapat dipercaya untuk menujang tugas dan fungsi BLUD.


5. Tepat waktu yaitu kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah

ditetapkan.

Penggelolaan keuangan dipengaruhi oleh status Puskesmas.

Pengelolaan keuangan Puskesmas non BLUD tunduk pada ketentuan

pengelolaan keuangan negara pada umumnya, seluruh pendapat yang

diperoleh Puskesmas harus disetor ke kas daerah, kemudian dialokasikan

kembali ke Puskesmas sebagai bagian dari rencana kerja yang diusulkan

SKPD, alokasi dana yang diterima Puskesmas dapat tidak sesuai dengan skala

prioritas yang telah direncanakan oleh Puskesmas yang bersangkutan.

Sedangkan Puskesmas berstatus BLUD pengelolaan keuangannya lebih

fleksibel. Fleksibelitas yang diberikan berupa keleluasaan untuk menerapkan

11
praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,

selain itu Puskesmas memiliki kesempatan untuk memperkerjakan tenaga

profesional non PNS serta pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai

dengan kontribusinya (Peraturan Mendagri No. 61, 2007).

Puskesmas yang telah menjadi BLUD dapat memungut biaya kepada

masyarakat sebagai imbalan atas barang jasa pelayanan yang diberikan.

Imbalan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar

perhitungan biaya perunit layanan atau hasil per investasi dana. Tarif layanan

disusun oleh Puskesmas kepada Menteri Keuangan/ Menteri Kesehatan/

Kepala SKPD sesuai kewenangannya, kemudian ditetapkan dengan peraturan

Kepala Daerah. Tarif layanan tersebut harus mempertimbangkan beberapa hal

yaitu kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, asas

keadilan, dan kepatutan dan kompetisi yang sehat (Peraturan Mendagri

No.61, 2007).

2.2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan bentuk

peleburan dari Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga

Kerja (JAMSOSTEK), Perusahaan Perseroan Dana Tabungan dan

Suransi Pegawai Negeri (JAMSOSTEK), Perusahaan Perseroan Asuransi

Sosia Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI), dan

Perusahaan Perseroan Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES).

Berdasarkan undang-undang No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, BPJS

terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan

menyelenggarakan program jaminan kesehatan, sedangkan BPJS

12
Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,

jaminan hari tua, jaminan pension, dan jaminan kematian Peserta

kelompok BPJS dibagi menjadi dua kelompok, yaitu (Undang-undang

No. 24, 2011).:

1) Penerima Bantuan Iuran (PBI) yaitu peserta jaminan kesehatan bagi

fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan

undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang

iurannya dibayarkan oleh pemerintah sebagai program jaminan

kesehatan.

2) Bukan PBI jaminan kesehatan

Mekanisme asuransi Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) bersifat

wajib bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan SJSN yaitu untuk memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada

setiap orang yang telah membayar iutan atau iurannya dibayar oleh

Pemerintah. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS kesehatan

yaitu (Buku Jaminan Kesehatan Nasional, 2014)

1) Pelayanan kesehatan tingkat pertama (pelayanan non spesialistik)

a. Adminitrasi pelayanan

b. Pelayanan promotof dan preventif

c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis

d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif

e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

f. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis

g. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama

13
h. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

2) Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut

a. Rawat jalan, meliputi:

1. Administrasi pelayanan

2. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh

dokter spesialis dan sub spesialis

3. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis

4. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai

5. Pelayanan alat kesehatan implant

6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan

indikasi medis

7. Rehabilitasi medis

8. Pelayanan darah

9. Pelayanan kedokteran forensik

10. Pelayanan jenazah di fasilitasi kesehatan

b. Rawat inap, meliputi:

1. Perawatan inap non intensif

2. Perawatan inap di ruang intensif

3. Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri

2.3 Sistem Infromasi Kesehatan


Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKN) dikembangkan dengan

memadukan sistem informasi kesehatan daerah dan sistem informasi lain yang

terkait (Depkes RI, 2004). Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan salah

satu bentuk pokok Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dipergunakan

sebagai dasar dan acuan dalam penyusunan berbagai kebijakan, pedoman, dan

14
arahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan serta pembangunan

berwawasan kesehatan. Secara umum pengertian SIK adalah gabungan

perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelola siklus informasi

(mulai dari pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi)

untuk mendukung pelaksanaan tindakan tepat dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pematauan kinerja sistem kesehatan. Keuntungan SIK

menurut World Health Organization (WHO) adalah sebagai berikut (WHO,

2005):

1. Membantu pengambilan keputusan untuk mendeteksi dan mengendalikan

masalah kesehatan, memantau perkembangan, dan meningkatkannya.


2. Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan mudah

dipahami serta melakukan berbagai perbaikan kualitas pelayanan

kesehatan.
3. Penguatan evidence based dalam mengambil kebijakan yang efektif,

evaluasi, dan inovasi melalui penelitian.


4. Perbaikan dalam tata kelola, memobilisasi sumber baru, dan akuntabilitas

cara yang digunakan.

SIK yang digunakan untuk mendukung manajemen kesehatan terdiri

dari SIMPUS, SPTP, SIMO, dan SIMKA.

1. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) merupakan

integrasi antara pelayanan rawat jalan mulai dari kegiatan pendaftaran

pasien, diagnosis, kegiatan penunjang, dan pengobatan.

2. Sistem Pelaporan terpadu Puskesmas (SPTP) merupakan aplikasi untuk

mendukung manajemen program Puskesmas (Basic six).

3. Sistem Informasi Manajemen Obat (SIMO) merupakan aplikasi untuk

mendukung manajemen obat.

15
4. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMKA) merupakan

aplikasi untuk mendukung manajemen kepegawaian.

2.3.1 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu

tatanan manusia dan/atau peralatan yang menyediakan informasi untuk

membantu proses manajemen Puskesmas mencapai sasaran kegiatannya.

SIMPUS dulu dikenal dengan SP2TP. Tujuan dari SIMPUS adalah sebagai

berikut (Pusat Data dan Informasi, 2011):

1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas secara lebih berhasil

guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara optimal data

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) maupun

informasi lainnya yang menunjang kegiatan pelayanan.


2. Tujuan Khusus:
a. Sebagai pedoman penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas

(PTP) dan pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas melalui MinLok.


b. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan

Puskesmas.
c. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan program pokok

Puskesmas.

SIMPUS dapat menangani berbagai macam kegiatan operasional

Puskesmas. Kegiatan Puskesmas yang mampu ditangani oleh SIMPUS

adalah (Pusat Data dan Informasi, 2011).

1. Pengelolaan informasi riwayat medis pasien perindividu


2. Pengelolaan informasi kunjungan pasien ke Puskesmas.
3. Pengelolaan informasi kegiatan pelayanan kesehatan dalam gedung,

meliputi:

a. Pelayanan rawat jalan (poliklinik umum, gigi, KIA, imunisasi, dll)

16
b. Pelayanan UGD

c. Pelayanan rawat inap

4. Pengelolaan informasi pemakaian dan permintaanobat/farmasi di

Puskesmas, pos obat desa.


5. Pengelolaan informasi tenaga kesehatan Puskesmas.
6. Pengelolaan informasi sarana dan peralatan (inventaris) Puskesmas.
7. Pengelolaan informasi kegiatan luar gedung, meliputi:
a. Kegiatan Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas keliling, bidan

desa, Posyandu, polindes, poskesdes, poskestren.


b. Pengelolaan informasi pembiayaan kesehatan masyarakat dan

keuangan Puskesmas.
c. Pengelolaan informasi gizi masyarakat.
d. Pengelolaan informasi surveilans (pengendalian penyakit).
e. Pengelolaan informasi promosi kesehatan.
f. Pengelolaan informasi kesehatan lingkungan.
8. Pengelolaan pelaporan internal dan ekternal

SIMPUS merupakan pilihan bagi daerah dalam pengembangan

sistem informasi kesehatan yang lebih cepat dan akurat. Pada potensi yang

dimilikinya sebenarnya SIMPUS dapat menggantikan SP2TP. Karena

SIMPUS merupakan hasil dari pengolahan berbagai sumber informasi

seperti SP2TP, survei lapangan, laporan lintas sektor, dan laporan sarana

kesehatan swasta. Seiring kemajuan teknologi, SIMPUS pun

dikembangkan melalui sistem komputerisasi dalam suatu software yang

bekerja dalam sebuah sistem operasi. Tetapi kendalanya SIMPUS masih

belum berjalan secara optimal di daerah (Pusat Data dan Informasi, 2011).

2.4 Program Pokok dan Pengembangan Puskesmas

Program Puskesmas dibedakan menjadi program dasar dan program

pengembangan. Program kesehatan dasar adalah program minimal yang

17
harus dikalksanakan oleh tiap Puskesmas atau biasa disebut dengan istilah

basic six adalah sebagai berikut (Depkes, 2001)

1) Promosi kesehatan

Promosi kesehatan adalah upaya memberikan pengalaman belajar atau

menciptakan konsisi bagi perorangan, kelompok dan masyarakat dalam

berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi, menyediakan

informasi dan melakukan edukasi untuk meninkatkan pengetahuan, sikap

dan prilaku. Tujuan dari promosi kesehatan ini yaitu perubahan dari

prilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membin dan memelihara

prilaku sehat, serta dapat berperan aktif dalam upaya mewujudkn derajat

kesehatan yang optimal. Sasaran dan contoh kegitan dari promosi

kesehatan adalah sebagai berikut (Depkes, 2001):

a. Pelaksanaan Posyandu dan pembinaan kader

b. Penyuluhan kesehatan baik didalam gedung ataupun luar gedung,

penyuluhan kelompok seperti kelompok Posyandu, anak sekolah,

masyarakat

c. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

d. Advokasi program kesehatan dan program prioritas seperti

pemberitahuan program prioritas vitamin A, narkoba, P2M demam

berdarah, Human Imune Virus (HIV), malaria dan diare

e. Promosi tentang jamkesmas dan pembinaan dana sehat/jamkesmas

2) Kesehatan Lingkungan

Upaya kesehatan lingkungan sangat penting dilakukan karena

lingkungan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh paling besar

18
terhadap status kesehatan masyarakat disamping faktor pelayanan

kesehatan genetic dan prilaku. Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang

dilakukan oleh para staf Puskesmas akan berhasil baik apabila masyarakat

berperan aktif dalam pelaksanaanya harue mebgikut sertakan masyarakat

sejak perencanaan sampai pemeliharaan (Depkes, 2001).

Tujuan umum upaya kesehatan lingkungan yaitu terwujudnya

kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat

dari segala kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimnulkan

gangguan dan bahata kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan

masyarakat yang lebih baik, sedangkan tujuan khususnya adalah

meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat

mencapai derajat kesehatan yang optimal, terwujudnya pemberdayaan

masyarakat dan keikutsertaan sector lain yang bersangkutan, serta

bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan pelestarian lingkungan

hidup, terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan

lingkungan dan pemukiman yang berlaku, terselenggaranya pendidikan

kesehatan gina menunjang kegiatan dalam peningkatan kesehatan

lingkungan dan pemukiman, terlaksananya pengawasan secara teratur pada

sarana sanitasi perumahan, kelompok masyarakat, tempat pembuatan

makanan, perusahdaan dan tempat umum (Depkes, 2001).

Kegiatan kesehatan lingkungan yang harus dilakukan di

Puskesmasn yaitu (Depkes, 2001):

a. Penyehatan air

b. Penyehatan makanan dan minuman

19
c. Pengawasan pembuangan kotoran manusia

d. Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah

e. Penyehatn pemukiman

f. Pengawasan sanitasi tempat umum

g. Pengamanan polusi indusyri

h. Pengamanan pestisida

i. Klinik sanitasi

3) Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular

Penyakit Menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agent

infeksi atau toksinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir,

yang ditularkan/ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan

(Depkes, 2001). Kejadian kesakitan atau kematian yang menarik

perhatian umum dan mungkin menimbulkan ketakutan di kalangan

masyarakat, atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya

peningkatan yang berarti (bermakna) dari kejadian kesakitan/kematian

tersebut kepada kelompok penduduk dalam kurun tertentu disebut dengan

kejadian luar biasa (KLB), sedangkan kejadian berjangkitnya suatu

penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat

secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dandaerah

tertentu serta dapat mennnimbulkan malapetaka merupakan wabah

penyakit menular (U.U. No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit yang

menular)

Upaya pencegahan agar penyakit menular tidak menyebar didalam

masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan

20
kepada host melalui kegiatanpenyuluhan kesehatan dan imunisasi.

Beberapa cara penularan penyakit menular yaitu penularan secara kontak,

penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang

tercemar, penularan melalui vector, penularan melalui suntikan, transfusi,

tindik dan tato. Pengumpulan data penyakit menular perlu dilakuiakn

untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan (Surveillance for

action), beberapa program yang biasa dilakukan yaitu (Dinkes, 2001)

a. Program imunisasi

b. Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC

c. Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI)

d. Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penaggulangan

pneumonia

e. Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare

f. Program rabies

g. Program Surveilans

h. Pemberantasan P2B2 demam berdarah

4) Kesehatan Keluarga dan Reproduksi

Kesehatan Keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia

dan sejahtra dari suamiistri, anak dan anggota keluarga lainnya (UU RI no

23 th 1992), sedangkan kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik,

mental dan sosial yang utuh. Bukanhanya bebas dari penyakit dan

kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungandengan sistem

reproduksi, fungsi serta prosesnya(Dinkes, 2001).

21
Indikator keberhasilan programkesehatan keluarga dan reproduksi

dinilai dari Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI),

persentase ibu hamil yang mempunyai berat badan dan tinggi yang norma,

persentase ibu hamil dengan anemia, persentase balita dengan berat badan

dan tinggi sesuai umur kesehatan ibu dan anak

Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan upaya kesehatan primer

yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaankesehatan ibu dalam

menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upayakelangsungan

hidup, pengembangan dan perlindungan bayi, anak bawah lima tahun

(BALITA) dan anak usia pra sekolah dalam proses tumbuh kembang.

Prioritas pelayanan KIA dewasa ini adalah meningkatkan derajat

kesehatan ibu dan anak dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan

anak.Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari

a. Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas

b. Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah

Tujuan program KIA yaitu terciptanya pelayanan berkualitas

denagn partisipasi penuh pengguna jasa dankeluarganya dalam

mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai kesempatan yang terbaikdalam

hal waktu dan jarak antar kehamilan, melahirkan bayi sehat yang aman

dalamlingkungan yang kondusif sehat, denagn asuhan antenatal yang ade

kuat, dengan giziserta persiapan menyusui yang baik.

Kesehatan anak usia sekolah merupakan upaya terpadu lintas

program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan derajatkesehatan

serta membentuk prilaku hidup sehat anak usia sekolah yang berada

22
disekolah dan perguruan agamaAnak usia sekolah (7-21 tahun) sesuai

proses tumbuh kembang di bagi 3 subkelompok yaitu pra- remaja (7-9

tahun), remaja (10-19 tahun), dewasa Muda (20-21 tahun). Tujuan dari

kegiatan kesehatan anak usia sekolah yaitu derajat kesehatan peserta didik,

sehingga memungkinkan pertumbuhandan perkembangan yang harmonis

dan optimal dalam rangka pembentukan manusiaIndonesia seutuhnya

Kesehatan Remaja merupakan pembinaan yang meliputi

perencanaan, penilaian, pembimbingan danpengendalian segala upaya

untuk meningkatkan status kesehatan remaja danpeningkatan peran serta

aktif remaja dalam perawatan kesehatan diri dan kesehaatankeluarga,

dengan dukungan kerjasama lintas program dan lintas ssektoral. Tujuan

kegiatan kesehatan remaja adalah meningkatnya kemampuan hidup sehat

remaja sebagai unsur kesehatan keluarga, gunamembina kesehatan diri dan

lingkungannya dalam rangka meningkatkan ketahanan diri,prestasi dan

peran aktifnya dalam pembangunan. Menurunnya angka kehamilan

dikalangan remajac. Menurunnya angka kematian bayi dan ibu akibat

kehamilan remajad. Menurunnya angka kejadian Penyakit akibat

hubungan seksual (PHS) di kalanganremajaSasaranuntuk wilayah

Puskesmasa.

Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya kesehatan primer yang

menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur

dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas.Prioritas pelayanan

KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan pasanganusia subur

dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan

23
waktukehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka

kelahiran nasional. Tujuan kegaitan Kb adalah terciptanya pelayanan yang

berkualitas dengan penuh pengguna jasa pelayanandan keluarganya dalam

mewujudkan bahwa setiap pasangan usia subur mempunyakesempatan

yang terbaik dalam mengatur jumlah, waktu dan jarak antar

kehamilanguna merencanakan dan mewujudkan suatu keluarga kecil,

bahagia dan sejahtera.

Sasarana. Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur, calon

pasangan usia subur, pasangan usia subur dengan wanita yang akan

memasuki masa menoupaus, keluarga yang tinggal dan berada di wilayah

kerja Puskesmas, wanita usai subur yang datang pada pelayanan rawat

jalan Puskesmas yang dalam faseintervensi pelayanan KB.

5) Perbaikan Gizi masyarakat

Kegiatan perbaikan gizi masyarakat yaitu mengupayakan

peningkatan status gizi masyarakat denganpengelolaan terkoordinasi dari

berbagai profesi kesehatan serta dukungan peran sertaaktif masyarakat.

Tujuan kegiatan perbaikan gizi yaitu meningkatkan kemampuan dan peran

serta masyarakat, keluarga dan seluruhanggotanya untuk mewujudkan

prilaku gizi yang baik dan benarsesuai dengan gizi seimbang. Sasaran

upaya perbaikan gizi adalah bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak

usia sekolah, Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon pengantin

(cantin), ibu hamil, ibu nifas,ibu menyusui, dan usia lanjut (usila), Semua

penduduk rawan gizi (endemik), Semua anak dan dewasa mempunyai

24
masalah gizi, Pekerja penghasilan rendah. Program Upaya Perbaikan Gizi

Puskesmas meliputi (Dinkes, 2001):

a. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

b. Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)

c. Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi

i. Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat

Kekurangan Yodium (GAKY)

ii. Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)

iii. Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi

iv. Protein (KEP) Dan KurangEnergi Kronis (KEK)

v. Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A

(KVA)

vi. Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi

Mikro Lain

vii. Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Gizi Lebih

d. Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG)

6) Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan

a. Pelayanan Medik Rawat Jalan

merupakan pelayanan medik yang dilakukan oleh pelaksana

pelayanan (dokter) baik secarasendiri ataupun atas koordinasi

bersama dengan sesama profesi maupun pelaksanapenunjang

pelayanan kesehatan lain sesuai dengan wewenangnya, untuk

menyelesaikanmasalah kesehatan dan menyembuhkan penyakit yang

ditemukan dari pengguna jasapelayanan kesehatan, dengan tidak

25
memandang umur dan jenis kelamin, yang dapatdiselenggarakan pada

ruang praktek.Tujuan pelayanan medik rawat jalan adalah

terwujudnya pengguna jasa dankeluarganya yang partisipatif, sehat

sejahtera, badan, jiwa, dan sosial yangmemungkinkan setiap anggota

keluarga hidup produktif secara sosial dan ekonomidengan baik

b. Pelayanan Kedaruratan Medik

Merupakan pelayanan medik terdepan yang merupakan

penatalaksanaan kecelakaan dan keadaan kedaruratan medik

berkenaan dengan perubahan keadaan baik fisiologik,anatomik dan

mental psikologikal dari pengguna jasa pelayanan, yang

terjadimendadak, yang tindakan mengatasinya harus segera

dilaksanakan di mulai dari tempatkejadian sampai dengan pelayanan

medik untuk menyelamatkan kehidupan. Tujuan pelayanan

kecelakaan dan kedaruratan medik adalah memberikan

pertolonganmedik segera dengan menyelesaikan masalah kritis yang

ditemukan untuk mengambilfungsi vital tubbuh serta meringankan

penderitaaan dari pengguna pelayanan

c. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan

medikataupun kesehatan yang berwenang dalam bidang kesehatan

gigi dan mulut, dilaksanakan sendiri atau bersama menurut fungsinya

masing-masing, guna mengantisifasi proses penyakit gigi dan mulut

dan permasalahannya secara keseluruhan,yang dapat dilaksanakan

dalam prosedur pelayanan di kamar praktek dan denganpembinaan

26
kesehatan wilayah setempat. Tujuan pelayanan kesehatan gigi dan

mulut adalah meningkatkannya partisipasi anggotamasyarakat dan

keluarganya untuk bersama-sama mewujudkan tercapainya

derajatkesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimal Pelayanan

kesehatan gigi dan mulut meliputi

i. Pelayanan kesehatan gigi dasar paripurna yang terintegrasi

dengan program-program lain di Puskesmas adalah

pelayanan kesehatan gigi esensial yang terbanyak dibutuhkan

oleh masyarakat dengan mengutamakan upaya peningkatan

dan pencegahanpenyakit gigi.

ii. Pelayanan kesehatan gigi khusus adalah upaya perlindungan

khusus, tindakan,pengobatan dan pemulihan masalah

kesehatan gigi dan mulut serta pelayanan asuhansistemik

kesehatan gigi dan mulut.

Selain keenam program kesehatan dasar tersebut, tiap Puskesmas

dapat megembangkan program lain sesuai dengan situasi, kondisi,

masalah, dan kemampuan Puskesmas setempat. Program lain diluar enam

program kesehatan dasar disebut sebagai program kesehatan

pengembangan (Depkes, 2001).

27
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional yang dilakukan

dengan pengamatan langsung dan wawancara dengan narasumber.

3.2 Lokasi dan Waktu

Observasi dilakukan di Puskesmas II Kemranjen sejak tanggal 27 Mei

2016 sampai dengan 17 Juni 2016.

3.3 Sumber Data

Sumber data pada laporan ini diperoleh dari:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari wawancara secara langsung

dengan Kepala Tata Usaha Puskemas II Kemranjen dan ketua setiap

bidang program Puskemas II Kemranjen.


2. Data sekunder yaitu profil kesehatan Puskesmas tahun 2016 dan

Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) Puskesmas II Kemranjen

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan dan mempelajari data sekunder.

2. Mengumpulkan data primer dengan melakukan wawancara dengan

Kepala Tata Usaha Puskemas II Kemranjen dan ketua setiap bidang

program Puskesmas mengenai program yang sudah dijalankan,

kekurangan dan hambatan setiap program yang dilaksanakan.

3. Menyusun laporan manajemen Puskesmas

28
4. Diskusi dengan Pembimbing lapangan mengenai laporan yang sudah

disusun

5. Presentasi hasil observasi.

3.5 Instrumen

1. Bolpoin
2. Kertas/ Buku
3. Laptop
4. Printer
5. Kamera

3.6 MetodeAnalisis

Metode analisis menggunakan metode desktiptif, data yang didapat

diuraikan dan dikaji.

29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Gambaran Umum Puskesmas
a. Keadaan Geografi

Secara geografis, wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen


terletak di Desa Sidamulya Kecamatan Kemranjen Kabupaten
Banyumas dengan luas wilayah Kecamatan Kemranjen adalah 250
km2 yang terdiri dari 7 Desa dengan rincian sebagai berikut:
1) Desa Sirau dengan luas 47.3 km2,
2) Desa Kebarongan dengan luas 44.3 km2,
3) Desa Grujungan dengan luas 25.6 km2,
4) Desa Sidamulya dengan luas 21.7 km2,
5) Desa Pageralang dengan luas 59.2 km2,
6) Desa Alasmalang dengan luas 0.2 km2,
7) Desa Nusamangir dengan luas 21.6 km2.

Gambar 4.1. Peta Kecamatan Kemranjen

Puskesmas II Kemranjen memiliki batas wilayah:


1) Utara: Desa Karangrau Kecamatan Banyumas Kabupaten
Banyumas
2) Selatan: Desa Mujur Lor Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap

30
3) Barat: Desa Adisana Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas
4) Timur: Desa Karangjati Kecamatan Kemranjen Kabupaten
Banyumas

b. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen

tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2015
JUMLAH PENDUDUK RASIO JENIS
USIA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH KELAMIN
0-4 1.209 1.189 2.398 101,68
5-9 1.302 1.412 2.714 92,21
10-14 1.474 1.435 2.909 102,72
15-19 1.507 1.500 3.007 100,47
20-24 1.520 1.509 3.029 99,28
25-29 1.572 1.597 3.169 98,43
30-34 1.723 1.717 3.440 100,35
35-39 1.758 1.784 3.542 98,54
40-44 1.517 1.745 3.262 86,93
45-49 1.467 1.455 2.922 100,82
50-54 1.382 1.306 2.688 105,82
55-59 997 908 1.905 91,07
60-64 970 879 1.849 110,35
65-69 899 924 1.823 97,29
70-80 739 766 1.502 96,08
JUMLAH 20.033 20.126 40.159 99,54
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN 39
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, 2015
Pada Tabel 4.1 menjelaskan jumlah penduduk di wilayah

kerja Puskesmas II Kemranjen tahun 2015 sebesar 40.159 jiwa.

Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 20.033 jiwa (49,88%) dan

penduduk perempuan sebanyak 20.126 jiwa (50,12%). Menurut

lokasinya jumlah penduduk Puskesmas II Kemranjen adalah

sebagai berikut:

1) Desa Sirau
a) Luas wilayah 47.3 km2,
b) Jumlah penduduk 6423 jiwa
c) Jumlah Rumah Tangga 1589
d) Kepadatan Penduduk 13,58 jiwa/km2
2) Desa Kebarongan

31
a) Luas wilayah 44.3 km2,
b) Jumlah penduduk 7388 jiwa
c) Jumlah Rumah Tangga 1755
d) Kepadatan Penduduk 16,68 jiwa/km2
3) Desa Grujungan
a) Luas wilayah 25.6 km2,
b) Jumlah penduduk 3645 jiwa
c) Jumlah Rumah Tangga 1017
d) Kepadatan Penduduk 14,24 jiwa/km2
4) Desa Sidamulya
a) Luas wilayah 21.7 km2,
b) Jumlah penduduk 4824 jiwa
c) Jumlah Rumah Tangga 1301
d) Kepadatan Penduduk 22,25 jiwa/km2
5) Desa Pageralang
a) Luas wilayah 59.2 km2,
b) Jumlah penduduk 10238 jiwa
c) Jumlah Rumah Tangga 2568
d) Kepadatan Penduduk 17,29 jiwa/km2
6) Desa Alasmalang
a) Luas wilayah 30.2 km2,
b) Jumlah penduduk 4489 jiwa
c) Jumlah Rumah Tangga 1209
d) Kepadatan Penduduk 14,86 jiwa/km2
7) Desa Nusamangir
a) Luas wilayah 21.6 km2.
b) Jumlah penduduk 3152 jiwa
c) Jumlah Rumah Tangga 865
d) Kepadatan Penduduk 14,59 jiwa/km2 (BPS Kabupaten
Banyumas, 2015)
c. Keadaan Sosial Ekonomi
Keberhasilan program pembangunan masyarakat sangat

tergantung dari kondisi sosial ekonomi masyarakat. Indikator

kondisi sosial ekonomi masyarakat dapat dilihat diantaranya dari

tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan masyarakat.


1) Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data dari masing-masing desa, jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan berdasarkan tingkat

pendidikan adalah sebagai berikut:


Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan
No. Jenis Kelamin jumlah Persentase (%)

32
Tingkat Laki- Perempuan
Pendidikan laki
1 Tidak tamat SD 0 0 0 0
2 SD 2050 1931 3981 11,36
3 SLTP/Sederajat 1048 1038 2086 5,95
4 SLTA/Sederajat 455 811 1266 3,61
5 SMK 51 205 256 0,73
6 Diploma I/II 78 83 161 0,46
7 Akademi/Diploma 91 123 214 0,61
III
8 Universitas 159 139 298 0,85
9 S2/S3 35 23 58 0,17
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, 2015
Berdasarkan tabel di atas, tingkat pendidikan penduduk di

wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen yang terbanyak adalah

tamat SD (11,36%) dan tersedikit adalah tidak tamat SD (0%).


2) Mata Pencaharian
Jumlah penduduk menurut tingkat mata pencaharian dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Mata Pencaharian Penduduk
No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) Persentasi (%)
1 Petani 18951 47,19
2 Buruh 7489 18,65
3 Pedagang 7128 17,75
4 PNS 6035 15,03
9 TNI 566 1,41
Sumber: BPS Kabupaten Banyumas, 2015

Berdasarkan tabel di atas, mata pencaharian penduduk

terbanyak yaitu sebagai buruh tani (47,19%), dan yang tersedikit

adalah TNI (1,41%)


d. Sumber Daya Manusia Tenaga Kesehatan
Berdasarkan data tahun 2015 jumlah tenaga kesehatan di

Puskesmas II Kemranjen terdiri dari:


1) Dokter Umum : 3 orang
2) Dokter Gigi : 1 orang
3) Bidan Puskesmas : 7 orang
4) Bidan Desa : 11 orang
5) Perawat : 9 orang
6) Petugas Laborat : 1 orang
7) Adminstrasi : 5 orang
8) Tenaga Farmasi : 2 orang
9) Petugas Radiologi : 0 orang

33
10) Petugas Imunisasi : 1 orang
11) Petugas Kesling : 1 orang
12) Tenaga Sanitasi : 4 orang
e. Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang diberikan oleh

Puskesmas II Kemranjen adalah sebagai berikut:


1) Puskesmas Pembantu : 1 buah
2) Program Kesehatan Dasar (PKD) : 2 buah
3) Bidan Praktek Swasta : 9 buah
4) Balai Pengobatan Rumah Bersalin: 1 buah
5) Posyandu Lansia : 33 buah
6) Posyandu Balita : 59 buah
7) Puskesmas Keliling : 49 pos
2. Program kesehatan Puskesmas II Kemranjen

Bentuk pelayanan kesehatan yang tersedia di Puskesmas II Kemranjen

mengacu pada program wajib basic six yaitu sebagai berikut:

a. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas II Kemranjen

dilakukan didalam gedung dan juga luar gedung Puskesmas. Penanggung

jawab dari program KIA adalah Ibu Susanti. Jenis kegiatan yang dilakukan

yaitu:
1) Pelayanan Antenatal/pemeriksaaan kehamilan
2) Pelaksanaan program perencanaan pencegahan persalinan dan

komplikasi (P4K)
3) Pemantauan bumil resiko tinggi
4) Pelaksanaan kelas ibu
5) Kemitraan bidan dukun
6) Kunjungan rumah Pasangan Usia Subur (PUS) yang tidak ber-KB

atau drop out


7) Pembinaan pelayanan kesehatan ibu
8) Pelayanan nifas termasuk KB (pill, suntik, susuk/implant, ayudi).
9) Pemantauan kesehatan neonatal termasuk resiko tinggi
10) Pemantauan kesehatan bayi
11) Pemantauan bayi resiko tinggi
12) Kunjungan rumah, sekolah, Usaha Kesehatan Bersu,ber

Masyarakat (UKBM), panti


13) Pemantauan balita resiko tinggi
14) Penyuluhan orientasi sosialisasi kespro termasuk KB

34
Kegiatan KIA sudah berjalan dengan cukup baik dikarenakan adanya

kesinergisan kinerja antara Bidan Puskesmas dan Bidan Desa yang ada.

Setiap minggu juga dilakukan pertemuan antara bidan Puskesmas dan Bidan

Desa untuk mengevaluasi program yang sudah berjalan. Hambatan bagi

program KIA dalam hal sarana prasarana yaitu akses didalam ruangan KIA

yang tidak memungkinkan bisa dilewatinya kursi roda, selain itu alat

sterilisator pribadi yang belum ada.

b. Perbaikan Gizi
Usaha perbaikan gizi di Puskesmas II Kemranjen berjalan dengan

cukup baik. Penanggung jawab dari kegiatan ini adalah Ibu Nihayah Fitriah.

Hasil pemantauan status gizi balita wilayah kerja Puskesmas II Kemranjen

dibagi menjadi 7 desa, dimana dari ke 7 desa memiliki status gizi balita yang

bervariasi. Untuk status gizi balita BB/TB sangat kurang hanya terdapat

pada desa Nusamangir. Sedangkan desa yang memiliki status gizi balita

yang cukup baik adalah desa Sirau. Beberapa faktor yang mungkin

mempengaruhi status gizi sangat kurang yaitu pola asuh gizi yang kurang

dari orang tua, status kemiskinan, faktor penyakit (jantung atau flek paru-

paru). Beberapa jenis kegiatan yang dilakukan pada usaha perbaikan gizi

yaitu:
1) Pemberian PMT Bumil KEK
2) Pemantauan kesehatan bayi (pengukuran pertumbuhan)
3) Pemantauan kesehatan bayi (pemantaua status gizi)
4) Pemantauan kesehatan bayi (pemberian vitamin A)
5) PMT pemulihan
6) Pemberian PMT penyuluhan
7) Surveilence gizi
8) Pelacakan gizi buruk
Sejauh ini kegiatan perbaikan gizi lebih banyak campur tangan Bidan

Desa yang biasa dipantau dari Posyandu balita. Hal ini dikarenakan petugas

35
gizi pada Puskesmas II Kemranjen hanya berjumlah satu orang, sehingga

jika penanggung jawab tersebut menerima laporan mengenai status gizi

sangat kurang, maka petugas gizi tersebut baru memberikan advokasi secara

personal dan pemberian ekstra asupan makanan bagi bayi berstatus gizi

sangat kurang.
c. Promosi Kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan di Puskesmas II Kemranjen dilakukan

secara terjadwal dan teratur setiap bulannya. Tujuan kegiatan ini yaitu

perubahan dari prilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina

dan memelihara prilaku sehat, serta dapat berperan aktif dalam upaya

mewujudkn derajat kesehatan yang optimal. Penanggung jawab dari

kegiatan promosi kesehatan adalah bapak Syahri Romadhon. Jenis kegiatan

yang dilakukan pada promosi kesehatan adalah sebagai berikut:


1) Penyegaran, orientasi kader kesehatan dalam upaya kesehatan secara

terpadu.
2) Penyuuhan kelompok, penyuluhan masal tentang program kesehatan.
3) Survei mawas diri.
4) Musyawarah masyarakat desa.
5) Advokasi tingkat desa, kecamatan bidang kesehatan.
6) Penggalangan dukungan masyarakat, lintas sektor, dunia usaha.
Kegiatan promosi kesehatan biasanya dibantu oleh para kader desa.

Kader desa Puskesmas II Kemranjen berjumlah 236 kader yang tersebar

dalam 7 desa. Kader-kader tersebut biasanya mendapat arahan dari par

Bidan Desa atau petugas Puskesmas mengenai kegiatan yang akan dilakukan

setiap tahunnya.

d. Upaya Kesehatan Lingkungan (Kesling)


Penanggung jawab kegiatan Kesling di Puskesmas II Kemranjen

adalah Bapak Syahri Romadhon. Puskesmas II Kemranjen memiliki wilayah

kerja yang cukup luas mencakup 7 desa yang berbeda latar belakang

36
lingkungannya. Beberapa desa ada yang lebih dekat ke laut dan sisanya lebih

ke perbukitan. Oleh karena itu Puskesmas II Kemranjen memiliki program

kerja Kesling yang bervariasi, yaitu sebagai berikut:


1) Inspeksi Kesling untuk tempat umum, pengelola makanan, sarana air

minum
2) Pemeriksaan kualitas air minum, makanan, udara, bangunan,

pemeriksaan terdiri dari pengambilan sampel


3) Pemberdayaan masyarakat melaluii pemicu Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM), rencana pengamanan air minum dikomunal,

Implementasi Higiene Sanitasi Pangan (HSP) di rumah tangga dan

sekolah
4) Pembinaan pasca pemberdayaan termasuk verifikasi desa yang

melaksanakan STBM, desa Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

dan Tempat-tempat Umum (TTU), Tempat Pengelola Makanan (TPM)

yang memenuhi syarat


5) Pengiriman sampel ke laboratorium kesehatan masyarakat
6) Pelaksanaan konseling
7) Pengolahan sampah medis
8) Pemeriksaan air limbah
9) Pemeriksaan air bersih
10) Sanitasi alat kebesihan
e. Upaya Pemberantasan Penyaklit Menular (P2M)
Kegiatan Upaya Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) di

Puskesmas II Kemranjen dibawahi oleh Ibu Zuhrotun Abadiah. Program

kerja yang dilakukan sangat bervariasi. Kegiatan dari P2M adalah sebagai

berikut:
1) Surveilans Kejadian Ikutan Pasca imunisasi (KIPI)
2) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia (kesehatan dan non

kesehatan)
3) Forum kumunikasi imunisasi dan masyarakat peduli imunisasi
4) Distribusi sarana dan prasarana pelayanan imunisasi (vaksin, ADS dan

safety box)

37
5) Peningkatan kapasitas petugas pemberian layanan imunisasi untuk

mendukung kegiatan imunisasi lanjutan pada batita, anak usia sekolah,

WUS
6) Surveilans KIPI (Kejadian Pasca Imunisasi/PIN)
7) Validasi data hasil cakupan imunisasi
8) Peningkatan kapasitas kader imunisasi dalam rangka mendukung

kegiatan imunisasi tambahan seperti PIN Polio, campak, dan

penanganan KLB
9) Advokasi/Sosialisasi dengan lintah program dan lintas sektor program

imunisasi tambahan
10) Rapat koordinasi internal program dan lintas program maupun sector
11) Media KIE PIN: MUG PIN
12) Pelaksanaan imunisasi di Posyandu
13) Distribusi sarana dan prasarana pelayanan imunisasi
14) Penemuan kasus secara dini terhadap penyakit menular
15) Pelacakan kasus kontak penyakit menular langsung
16) Deteksi sini HIV/AIDS, TB, hepatitis pada ibu hamil dan populasi

beresiko
17) Sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat dan pemangku

kepentingan lainnya
18) Penyelidikan epidemologi termasuk Mass Bloos Survei (MBS) dan

Mass Fever Survei (MES)


19) Pelacakan kasus kontak penyakit tular vector
20) Kunjungan rumah untuk follow up tatalaksana kasus
21) Penyuluhan dan sosialisasi penyakit tidak menular kepada masyarakat

dan pemangku kepentingan


22) Pemantauan penerapan kawasan tanpa rokok disekolah
23) Penguatan forum komunikasi masyarakat desa/kelurahan
24) Surveilans rutin PD3I (campak, difteri, pertusis, TN)
25) Pengambilan dan pengiriman specimen ZONA III
26) Bulan imunisasi anak sekolah
f. Pengobatan Dasar
Upaya pengobatan dasar Puskesmas II Kemranjen sudah berjalan

dengan cukup baik. Penanggung jawab dari kegiatan pengobatan dasar yaitu

dr. Indra Purnama. Upaya pengobatan dasar yang ada di Puskesmas II

Kemranjen seperti Badan Pelayanan Umum (BP Umum) atau bisa disebut

38
dengan rawat jalan, Badan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut (BP

Kesgilut), unit kegawatdaruratan, rawat inap dan laboratorium.


1) Badan Pelayanan Umum (BP Umum)
Badan Pelayanan Umum (BP Umum) terdiri dari 2 orang dokter umum

yang aktif. Dalam sehari BP Umum dapat melayani kurang lebih 70

pasien. Alur untuk mendapatkan pelayanan BP Umum yaitu pasien

mengambil nomor antrian lalu mmendaftarkan dirinya, setelah itu

pasien menunggu giliran untuk dipanggil, sebelum memasuki BP

Umum pasien dilakukan vital sign terlebih dahulu, lalu masuk kedalam

BP Umum dan mendapatkan resep yang akan ditukarkan ke farmasi.


2) Badan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut (BP Kesgilut)
Badan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut terdiri dari 1 orang dokter

gigi dan 1 orang perawat gigi. Dalam sehari BP Kesgilut dapat

melayani 15-20 pasien. Alur untuk mendapatkan pelayanan sama

dengan alur BP Umum. BP Kesgilut di Puskesmas II Kemranjen

memiliki sarana prasarana yang cukup baik. Dalam satu tahun BP

Kesgilut mendapatkan dana operasional sebesar Rp. 35.000.000,00.

Macam perawatan yang dilakukan juga cukup bervariasi, bahan yang

digunakan cukup lengkap, alat yang ada juga cukup banyak jumlahnya.

Jumlah kunjungan dalam satu bulan berkisar 200-350 pasien dengan

diagnosa terbanyak adalah kelainan pulpa dan periodontitis. Untuk

tindakan yang paling banyak dilakukan yaitu pencabutan gigi

permanen.

3) Unit Kegawatdaruratan
Unit Kegawatdaruratan Puskesmas II Kemranjen sudah berjalan

dengan baik. Sarana prasarana yang ada berintegrasi dengan rawat inap

39
seperti seperti oksigen, suction, elektrokardiogram (EKG), infus, gula

darah sewaktu (GDS), amubeg dan 2 tempat tidur.


4) Rawat Inap
Puskesmas II Kemranjen memiliki rawat inap yang berjalan

dengan baik.Penanggung jawab dari rawat inap adalah Ibu Yanti

Syahrifa. Rawat Inap Puskesmas II Kemranjen terdiri dari 9 tempat

tidur yang dibagi menjadi 2 kelas yaitu Klas I terdiri dari 3 kamar

dengan satu tempat tidur dalam setiap kamar dan Klas II terdiri dari 2

kamar dengan tiga tempat tidur dalam setiap kamar. Fasilitas untuk klas

I yaitu kamar mandi dalam, TV, kipas angina dengan harga

Rp120.000,00, sedangkan klas II yaitu kamar mandi luar, dan kipas

angin dengan harga Rp 60.000,00. Rawat inap sendiri memiliki fasilitas

pelengkap seperti oksigen, suction, EKG, infus, GDS dan amubeg.


Alur untuk masuk ke rawat inap yaitu pasien mendaftar dan

masuk ke dalam unit kegawatdaruratan, selanjutnya di anamnesa dan

ditentukan apakah pasien harus dirawat inap atau dapat rawat jalan.

Lama pasien dapat dirawat inap maksimal adalah 7 hari, untuk pasien

BPJS apabila dirawat lebih dari 5 hari harus memiliki surat pernyataan

dari dokter. Untuk pasien BPJS dapat dirawat pada klas I atau III

tergantung dari golongannya, sedangkan pasien yang menggunakan

KIS/Jamkesmas/KBS dirawat pada klas III. Distribusi obat untuk rawat

inap dibedakan dengan rawat jalan, rawat inap memiliki farmasi khusus

rawat inap.
5) Laboratorium
Puskesmas II Kemranjen memiliki laboratorium sederhana.

Penanggung jawab dari laboratorium ini adalah Pak Aris Purnama. Jenis

Pemeriksaan yang dapat dilakukan di laboratorium ini yaitu

40
pemeriksaan hematologi meliputi darah lengkap, hemoglobin, golongan

darah, leukosit, trombosit, hematocrit, malaria dan AHV; pemeiksaan

kimia klinik meliputi glukosa sewaktu, puasa dan 2 jam PP, asam urat,

dan kolesterol; pemeriksaan urine meliputi tes kehamilan, urine lengkap

dan protein urine; pemeriksaan mikrobiologi meliputi BTA (Sputum);

dan pemeriksaan sero imunologi meliputi widal.


Alat yang tersedia pada laboratorium ini adalah sell-dyn

emerald untuk pemeriksaan darah lengkap, fotometer untuk

pemeriksaan kimia klinik, cyborider untuk pemeriksaan urine dan

kandungannya, mikroskop, centrivugal, nesco dan easy touch. Dalam

sehari biasanya pasien yang datang melakukan pemeriksaan lab kurang

lebih 15 orang baik dari dalam Puskesmas maupun rujukan dari luar

Puskesmas. Kekurangan dari laboratorium ini adalah sumber daya

manusia yang terbatas karena hanya ada satu operator, suhu ruangan

kurang bagus karena tidak ber-AC dan tidak memiliki sterilisator

mandiri.
Selain kegiatan pokok Puskesmas II Kemranjen juga memiliki

kegiatan pengembangan. Kegiatan program pengembangan sesuai dengan

situasi, kondisi, masalah, dan kemampuan Puskesmas II Kemranjen.

Beberapa kegiatan pengembangan Puskesmas II Kemranjen yaitu:


a. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
1) Pembinaan usia sekolah, pelatihan dokter kecil
2) Penjaringan peserta didik
3) Pemeriksaan berkala peserta didik
4) Penemuan dan tatalaksana kasus
b. Upaya Usia Lanjut

Program unggulan dari Puskesmas II Kemranjen yaitu terfokus

pada Upaya Usia Lanjut. Beberapa program yang sudah direalisasikan

41
yaitu adanya pegangan dinding untuk berjalan lansia, program

prolanis yang dilaksanakan setiap bulan pada rabu minggu ke tiga,

Posyandu lansia di setiap desa dan juga pelayanan santun lansia.

Pelayanan santun lansia sedang dalam proses pengkajian, diharapkan

untuk kedepannya akan dibuat beberapa fasilitas yang mendukung

lansia seperti adanya pendaftaran khusus lansia, petugas yang

mengantarkan lansia ke poli yang dituju, dan pengambilan obat dari

petugas, selain itu untuk para lansia nanti akan didahulukan dalam

melakukan tindakan kesehatan.

3. Manajemen Puskesmas II Kemranjen

Manajemen Puskesmas II Kemranjen mengacu pada fungsi manajemen

yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta

pengawasan dan pertanggung jawaban

a. Perencanaan

Penyusunan program kegiatan yang akan dilakukan Puskesmas II

Kemranjen dilakukan secara musyawarah pada setiap akhir tahun, dimulai

dengan adanya analisis masalah atau situasi yang telah terjadi satu tahun

sebelumnya sebagai contoh masalah ketenagaan, UKM, dan UKP yang

dibandingkan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Hasil

perbandingan tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam analisa mana yang

sudah mencapai target dan belum mencapai target sesuai dengan masing-

masing pencapaian program, jika ada yang tidak mencapai target maka

dimasukkan kedalam skala prioritas masalah dan ditarik ke penyebab

42
masalah, lalu dibuat fish bone sehingga menjadi Rencana Usulan Kegiatan

(RUK). Rencana usulan kegiatan ini diajukan kepada pimpinan Puskesmas

untuk disetujui dan direalisasikan dengan rincian Rencana Pelaksanaan

Kegiatan (RPK)

b. Pelaksanaan dan pengendalian

Pelaksanaan program di Puskesmas II Kemranjen dilakukan oleh

semua unit Puskesmas setelah adanya pengesahan anggaran. Pelaksanaan

kegiatan melibatkan seluruh mitra kerja atau staf yang ada di Puskesmas,

serta melibatkan lintas program atau seksi bagian lain yang terkait dengan

pelaksanaan program. Tahapan pelaksanaan kegiatan di Puskesmas II

Kemranjen yaitu mengkaji usulan rencana kegiatan berdasarkan RUK dan

anggaran yang telah disusun, selanjutnya menyususn RPK dan rencana

serapan anggaran, lalu mensosialisasikan jadwal kegiatan kepada seluruh

personil yang terlibat serta melaksanaan kegatan sesuai rencana dan jadwal

yang telah disusun. Pelaksanaan kegiatan dilihat dari Standar Operatioanal

Prosedur (SOP) yang sudah ditetapkan dan dilaporkan dalam rapat

bulanan.

c. Pengawasan dan pertanggungjawaban

1) Pengawasan : Monitoring

Pengawasan kegiatan pelayanan dilakukan secara internal dan eksternal.

Pengawasan internal yaitu diawasi langsung oleh ketua Puskesmas dan

koordinator program kegiatan, sedangkan pengawasan eksternal yaitu

diawasi oleh masyarakat, dinas kesehatan kabupaten/kota serta beberapa

instansi terkait.

43
2) Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban program kegiatan pelayanan dilakukan 2 kali dalam

satu tahun. Semester I dilakukan pada bulan Januari-Juni dan semester II

pada bulan Juli-September, pada setiap akhir tahun anggaran, Kepala

Puskesmas harus membuat laporan pertanggungjawaban tahunan yang

diserahkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten dalam bentuk profil

Puskesmas lengkap beserta pencapaian–pencapaian program kerja

Puskesmas.

4. Manajemen Keuangan Puskesmas II Kemranjen

Puskesmas II Kemranjen merupakan salah satu Puskesmas yang berstatus

BLUD. Sumber dana Puskesmas II Kemranjen yaitu dari APBN (BOK),

APBD, dana kapitasi (BPJS, KIS/Jamkesmas, JKN), retribusi pasien, surplus

tahun sebelumnya, klaim persalinan, klaim rawat inap, klaim rawat jalan dan

klaim rujukan. Penggunaan dana kapitasi menggunakan rencana kegiatan

anggaran (RKA) satu tahun sebelumnya. Tata kelola keuangan Puskesmas II

Kemranjen bersifat lebih fleksibel, status BLUD memberikan kelulasaan bagi

Puskesmas untuk mencukupi kebutuhan tenaga kerja kontrak Puskesmas sesuai

jenis tenaga yang dibutuhkan, serta memiliki kewenangan sendiri dalam

menentukan tarif pelayanan yang masih mengacu pada Peraturan Bupati yang

berlaku.

Laporan keuangan dilaporkan dalam rapat koordinasi bulanan, lalu

dilampirkan dalam bentuk laporan tiap bulan dan tahunan. Terdapat juga

laporan setiap tiga bulan dalam bentuk tabel yang berisi total, jumlah

pemasukan, dan jumlah pengeluaran disampaikan ke Dinas Pendapatan,

44
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Penggunaan dana kapitasi

biasanya mengacu pada DPPKAD tahun sebelumnya.

5. Manajemen Farmasi Puskesmas II Kemranjen

Manajemen obat di Puskesmas II Kemranjen meliputi perencanaan,

pengadaan, pendistribusian, dan penyimpanan. Manajemen farmasi di

Puskesmas II Kemranjen secara sudah cukup baik. Pengadaan obat di

Puskesmas II Kemranjen disubsidi oleh gudang farmasi, namun apabila

terdapat jenis obat yang dibutuhkan sementara gudang farmasi tidak

menyediakan atau hanya memiliki dalam jumlah terbatas maka Puskesmas

melakukan pengadaan mandiri dengan dana operasional Puskesmas.

Pengadaan mandiri obat dengan dana operasional Puskesmas harus

mendapatkan persetujuan dari gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten

Banyumas.

Penyimpanan obat di Puskesmas II Kemranjen dibagi berdasarkan

bentuknya. Gudang obat Puskesmas II Kemranjen dilengkapi oleh pendingin

ruangan sehingga suhu ruangan tetap terjaga. Obat psikotropik disimpan

dalam lemari tertutup dan terkunci. Obat semacam vaksin disimpan dalam

kulkas agar terjaga suhu penyimpanannya.

Pendistribusian obat di gudang obat Puskesmas II Kemranjen dibagi

menjadi dua yaitu di luar gedung dan dalam gedung. Pendistribusian di dalam

gedung di distribusi untuk obat rawat jalan dan rawat inap. Pendistribusian

obat di luar gedung di distribusi untuk PKD, Pustu dan Pusling. Pelaporan

obat dilakukan setiap bulan. Obat kardaluarsa dilaporkan melalui berita acara

ke gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.

45
6. Manajemen Sistem Informasi Puskesmas II Kemranjen

Sistem Informasi di Puskesmas II Kemranjen menggunakan Sistem

Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) secara online. Sistem

Manajemen Puskesmas II Kemranjen baru terlaksana pertengahan tahun 2013

berkenaan dengan anggaran dan ketersediaan sarana dan prasarana untuk

menunjang sistem informasi ini. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas

(SIMPUS) merupakan sebuah sistem informasi yang terintegrasi dan didesain

multi user disiapkan untuk menangani keseluruhan proses manajemen

Puskesmas. SIMPUS ini terdiri berbagai modul antara lain admin sistem

(manajemen user), loket, poli umum, poli gigi, KIA, UGD, dan kegiatan luar

Gedung/UKM. SIMPUS menggunakan sistem yang berbasis web sehingga

memungkinkan koneksi online Dinas Kesehatan ke Puskesmas atau Pustu

secara real time.

Sistem Komunikasi Data Dinas Kesehatan (Komdatdinkes) Kabupaten

Banyumas merupakan aplikasi yang berfungsi untuk mengumpulkan data

dan informasi kesehatan secara berkala yang bersumber dari Dinas

Kesehatan, dan UPT Puskesmas dalam bentuk website. Setiap program kerja

di Puskesmas dan Dinas Kesehatan memiliki situs online masing–masing

sehingga dapat memberikan informasi satu dengan lainnya.

4.2 Pembahasan

1. Manajemen Puskesmas
Sistem manajemen Puskesmas Kemranjem II secara garis besar

sudah cukup baik dengan mengacu pada Plan of Action (POA). POA

sebagai acuan program dan kegiatan pelayanan yang diberikan telah

dilaksanakan di awal tahun periode. Perencanaan anggaran yang disusun

46
dalam RUK selanjutnya RAK di awal tahun periode akan digunakan sebagai

acuan pengeluaran untuk kegiatan penyelenggaraan Puskesmas selama satu

periode. Dengan terbentuknya PO, RUK dan RAK, tahap perencanaan

Puskesmas II Kemranjen sudah sangat baik.


Perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi masing–masing program

dilaksanakan oleh masing–masing seksi dengan berkoordinasi bersama

Bidan Desa serta kader di tiap–tiap desa. Masing–masing seksi melaporkan

rencana kegiatan, hasil kegiatan serta kendala kegiatan setiap bulan dalam

rapat koordinasi bulanan Puskesmas yang dipimpin oleh Kepala Puskesmas.

Rapat koordinasi ini serupa dengan lokakarya mini bulanan untuk

membahas seluruh kegiatan yang dilakukan, kendala yang dialami, hasil

kegiatan, serta evaluasi dari tiap–tiap seksi program tersebut.


Manajemen program Puskesmas tersusun berdasarkan program wajib

Puskesmas (basic six) dengan program tambahan. Setiap program kerja

memiliki penanggung jawab yang nantinya akan berkoordinasi dengan bidan

desa untuk melakukan program kerja tersebut. Target pencapaian program

Puskesmas juga hampir selalu mencapai standar pelayanan minimal, walau

terkadang ada beberapa program yang hanya mendekati saja.


2. Manajemen keuangan
Sumber dana Puskesmas II Kemranjen yaitu dari APBN (BOK),

APBD, dana kapitasi (BPJS, KIS/Jamkesmas, JKN), retribusi pasien,

surplus tahun sebelumnya, klaim persalinan, klaim rawat inap, klaim rawat

jalan dan klaim rujukan. Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD)

adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa

keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan

47
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa (Peraturan

Mendagri No. 61, 2007). Pendapatan kapitasi dan non kapitasi, serta dana

APBN dan APBD yang masuk ke rekening Puskesmas merupakan sumber

dana atau pendapatan dana. Pendapatan ini digunakan untuk operasional

UKP dan UKM.


Pembayaran sistem kapitasi adalah sebuah metode pembayaran

untuk pelayanan kesehatan dimana penyedia layanan dibawa dalam jumlah

tetap per pasien tanpa memperlihatkan jumlah atau sifat layanan yang

sebenarnya diberikan. Pada pasal 1 Permenkes No. 32 tahun 2014

menyatakan bahwa dana kapitasi merupakan besaran pembayaran yang

dibayar dimuka kepada Fasilitas Kesehatan tingkat Pertama (FKTP)

berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan

jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan. FKTP adalah fasilitas

kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat

non spesifik untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan

dana atau pelayanan kesehatan lainnya yang terdiri atas Puskesmas, praktik

dokter dan dokter gigi, klinik pratama dan Rumah Sakit Kelas D Pratama

(Permenkes No. 34, 2014). Secara garis bedar pengelolaan dana kapitasi

dilakukan dengan cara BPJS kesehatan melakukan pembayaran dana

kapitasi kepada FKTP milik pemerintah daerah yang didasarkan kepada

jumlah peserta yang terdaftar di FKTP sesuai data dari BPJS Kesehatan dan

dana kapitasi dibayarkan langsung oleh BPJS Kesehatan kepada Bendahara

Dana Kapitasi JKN pada FKTP, pembayaran dilakukan paling lambat

tanggal 15 bulan berjalan (Permenkes No. 28, 2014).

48
Besaran tarif kapitasi yang dibayarkan FKTP pada suatu wilayah

ditentukan berdasarkan besarnya kesepakatan BPJS Kesehatan dengan

asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah setempat dengan mengacu pada

standar tarif kapitasi yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan adalah

sebagai berikut (Permenkes No. 28, 2014):


1) Puskesmas atau fasilitas kesehatan sebesar Rp. 3.000 sampai dengan

Rp.6.000
2) Rumah Sakit Kelas D Pratama, klinik pratama dokter atau fasilitas

kesehatan setara Rp. 8.000 sampai Rp. 10.000


3) Praktik perorangan dokter gigi sebesar Rp. 2.000
Perencanaan anggaran keuangan dilakukan oleh tiap-tiap unit

pelayanan, kemudian dijadikan satu menjadi RBA (Rencana Belanja

Anggaran). RBA diinput ke SIMDA (Sistem Informasi Manajemen Daerah)

dan disahkan oleh DPPKAD (Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

Aset Daerah) sehingga RBA menjadi RAK (Rencana Anggaran Kerja) yang

lebih rinci dengan muncul perkode rekening rencana anggaran. RAK

kemudian disahkan menjadi RAPBD dan RAPBN sehingga menjadi dana

APBD dan APBN yang merupakan RBA definitif. RBA definitif Puskesmas

ini akan menjadi DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran) yang lebih rinci,

dan jika sudah disetujui oleh Kepala Puskesmas selaku Kuasa Pengguna

Anggaran, maka dana akan turun (Permenkes No. 28, 2014).


3. Manajemen Kefarmasian
Manajemen obat di Puskesmas II Kemranjen dapat dikatakan

tersusun baik, yaitu meliputi perencanaan, pengadaan, pendistribusian, dan

penyimpanan. Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan apakah obat

benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah penduduk dan pola penyakit

49
di daerah. Pengadaan obat yang baik sebaiknya diawali dengan dasar-dasar

seleksi kebutuhan obat yang meliputi sebagai berikut:


a. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang

memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek

samping yang akan ditimbulkan


b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari

duplikasi dan kesamaan jenis


c. Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang

lebih baik
d. Hindari penggunaan kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai

efek yang lebihbaik dibanding obat tunggal


e. Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan obat pilihan

(drug of choice) dari penyakit yang prevalensinya tinggi (Permenkes No.

75, 2014).
Perencanaan obat di Puskesmas dilakukan untuk menentukan jenis

obat dan jumlah kebutuhan obat. Tahap awal persiapan perencanaan obat di

Puskesmas II Kemranjen dengan melakukan pengamatan terhadap

kebutuhan obat bulan sebelumnya yang terdapat di Lembar Permintaan dan

Lembar Pemakaian Obat (LPLPO). Obat yang sering digunakan akan

menjadi proritas untuk diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas.

Hal ini sesuai dengan tahap persiapan dari perencanaan obat ketika akan

memilih obat. Adapun sebelum melakukan pengadaan perlu diadakan

seleksi atau pemilihan obat (Permenkes No. 75, 2014)..


Pengadaan obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan

bahwa obat yang diminta sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang telah

direncanakan. Pengadaan obat di Puskesmas dilakukan untuk memperoleh

jenis dan jumlah obat dengan mutu yang tinggi serta menjamin tersedianya

obat dengan cepat dan tepat waktu. Pengadaan obat di Puskesmas dilakukan

50
melalui dinas kesehatan kota dan Gudang Farmasi Kabupaten (GFK)

dengan mengajukan lembar permintaan dan lembar pemakaian obat

(LPLPO). Permintaan khusus yang dilakukan diluar jadwal yang telah

disepakati apabila terjadi peningkatan yang menyebabkan kekosongan obat

dan penanganan kejadian luar biasa serta obat rusak (Permenkes No. 75,

2014).
Hasil wawancara menyatakan bahwa obat yang berada di

Puskesmas nantinya akan didistribusikan ke Pustu, Poskesdes dan Bides.

Penyaluran obat juga dilakukan dibagian sub-sub Puskesmas seperti,

(UGD), ruang rawat inap, ruang poli umum dan poli gigi.

4. Manajemen Sistem Informasi Puskesmas II Kemranjen

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) merupakan suatu

aplikasi Manajemen Puskesmas yang memiliki fungsi utama yaitu

memanage semua data pasien mulai dari pendaftaran, registrasi,

pemeriksaan (diagnosis) serta pengobatan pasien. SIMPUS digunakan untuk

menangani keseluruhan proses manajemen Puskesmas. SIMPUS ini terdiri

berbagai modul antara lain admin sistem (manajemen user), loket, poli

umum, poli gigi, KIA, UGD, dan kegiatan luar Gedung/UKM (Departemen

Kesehatan, 2004).
SIMPUS menggunakan sistem yang berbasis web sehingga

memungkinkan koneksi online Dinas Kesehatan ke Puskesmas atau Pustu

secara real time. Sistem ini sebenarnya sudah dicanangkan pemerintah sejak

beberapa tahun sebelumnya namun di Puskesmas II Kemranjen baru

terlaksana pertengahan tahun 2013 berkenaan dengan anggaran dan

51
ketersediaan sarana dan prasarana untuk menunjang sistem informasi ini

(Departemen Kesehatan, 2004).


Primary Care (P-Care) di Puskesmas II Kemranjen terlaksana sejak

awal tahun 2014. Sesuai dengan namanya maka P–Care atau Primary Care

ditujukan bagi pelayanan primer (Puskesmas) dan didalamnya melakukan

pengolahan data mulai dari pendaftaran, bagian penegakan diagnosis,

pemberian terapi, hingga pemeriksaan laboratorium. P–Care merupakan

sistem informasi pelayanan pasien yang ditujukan untuk pasien berstatus

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Bidang Kesehatan)

berbasis komputer dan online via internet. P–Care merupakan

pengembangan dari aplikasi pelayanan kesehatan yang dahulu digunakan

untuk dokter keluarga digunakan juga di Puskesmas terutama untuk

verifikasi peserta secara online.

52
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil observasi manajemen Puskesmas di Puskesmas II

Kemranjen dapat disimpulkan bahwa:


1. Manajemen sarana dan prasarana Puskesmas II Kemranjen Kecamatan

Kemranjen Kabupaten Banyumas memiliki beberapa sarana dan

prasarana yang belum terealisasikan.


2. Manajemen program Puskesmas II Kemranjen Kecamatan Kemranjen

Kabupaten Banyumas tersusun baik dengan program pokok Puskesmas

(Basic six) yang sudah berjalan dengan baik, namun masih terdapat yang

memegan dua tanggung jawab, seperti contohnya pada gizi dan keuangan

dipegang oleh satu penanggung jawab.


3. Manajemen keuangan Puskesmas II Kemranjen Kecamatan Kemranjen

Kabupaten Banyumas menggunakan PPK-BLUD sejak 9 Juni 2014.


4. Manajemen kefarmasian Puskesmas II Kemranjen Kecamatan Kemranjen

Kabupaten Banyumas berjalan cukup baik.


5. Manajemen sistem informasi Puskesmas II Kemranjen Kecamatan

Kemranjen Kabupaten Banyumas menggunakan sistem informasi

manajemen Puskesmas (SIMPUS) secara online, Primary Care (P-Care),

dan sistem komunikasi data dinas kesehatan (komdatdinkes) Kabupaten

Banyumas.

B. Saran
Puskesmas II Kemranjen secara keseluruhan sudah cukup baik, namun

terdapat beberapa saran demi mewujudkan Puskesmas yang lebih baik lagi,

antara lain:

53
1. Meningkatkan kerjasama antara Puskesmas dengan masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas agar informasi kesehatan dapat tersampaikan dengan

baik.
2. Perlu diadakan penambahan sumber daya manusia agar seluruh program

Puskesmas dapat terealisasikan dengan maksimal.


3. Perlu diadakan lokakarya mini triwulan lintas sektor guna membahas

seluruh kegiatan yang dilakukan, kendala yang dialami, dan hasil kegiatan.
4. Meningkatkan promosi kesehatan serta pemeberdayaan masyarakat

terutama dalam bidang kesehatan lingkungan.


5. Perlu dilakukan kalibari semua alat secara rutin setahun sekali sehingga

dengan adanya perawatandapat semakin meningkatkan kualitas pelayanan.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Repuplik Indonesia Nomor 75, 2014, Pusat

Kesehatan Maysrakat. Menkes RI: Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28, 2014, tentang

Pedoman Pelaksana Program Jaminan Kesehatan, Menkes RI:Jakarta

54
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32, 2014, tentang

pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional

pada Fasilitas Kesehatan Tingkat pertama Milik Pemerintah Daerah,

Menkes RI: Jakarta

Undang-undang Nomor 24, 2011, tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosia

Undang-undang Nomor 4,1984, tentang Wabah Penyakit yang Menular

Departemen Kesehatan, 2004, Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,

Depkes: Jakarta.

Departemen Kesehatan, 2004, Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di

Kabupaten/Kota, Depkes, Jakarta.

Effendi, F. M., 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas: teori dan praktik dalam

keperawatan. Jakarta; Salemba Medika

Ismaniar, H., 2015, Administrasi Kesehatan Masyarakat: bagi perekam Medis dan

Informatika Kesehatan, Yogyakarta ; Deepublish

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61, 2007, Pedoman teknis Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum daerah, Mendagri: Jakarta

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2011, Sikda Generik,

Buletin jendela Data dan Informasi Kesehatan, Vol 3(III) : 1-8

Buku Pegangan Sosialisasi jaminan Kesehatan nasional (JKN) dalam Sistem

Jaminan Sosial Nasional, 2014, Menkes RI: Jakarta

55

Anda mungkin juga menyukai