Anda di halaman 1dari 66

TUGAS IKM-IKK FK UNSRI

LAPORAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

DIAGNOSIS KOMUNITAS KELURAHAN BAGUS KUNING


WILAYAH KERJA PUSKESMAS PLAJU

KEPANITERAAN PERIODE 15 FEBRUARI 2022 – 16 MARET 2023

Ni Made Dyah Gayatri, S.Ked. 04084822225074


Herfandi Dimas Anugrah, S.Ked. 04084822225123

Pembimbing:
Dr. Iche Andriyani Liberty, SKM., M.Kes
dr. Erine Dwinda Indra Putri
dr. Mardalena

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023

1
2

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Akhir dengan Judul:

Diagnosis Komunitas Kelurahan Bagus Kuning Wilayah Kerja Puskesmas


Plaju

Disusun oleh
Ni Made Dyah Gayatri, S.Ked. 04084822225074
Herfandi Dimas Anugrah, S.Ked. 04084822225123

Telah diterima sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 15 Februari 2023 – 16 Maret
2023.

Palembang, 6 Maret 2022


Kepala Bagian IKM-IKK FK Unsri
dr. Emma Novita, M.Kes. ................................................

Dosen Pembimbing Lapangan


Dr. Iche Andriyani Liberty, SKM., M.Kes. ………………………………

Kepala Puskesmas Plaju


dr. Erine Dwinda Indra Putri ………………………………

Dokter Pembimbing Puskesmas Plaju


dr. Mardalena ………………………………
3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir dengan judul “Diagnosis Komunitas Kelurahan Bagus Kuning
Wilayah Kerja Puskesmas Plaju”. Laporan akhir ini merupakan salah satu
syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Pimpinan Puskesmas Plaju sekaligus dokter pembimbing
Puskesmas dr. Erine Dwinda Indra Putri, dr. Mardalena beserta staf-staf
Puskesmas Plaju, ibu-ibu kader di Kelurahan Bagus Kuning, teman-teman, dan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan akhir ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Palembang, 6 Maret 2023

Penulis
4

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
BAB III ANALISIS SITUASI PUSKESMAS......................................................18
BAB IV DIAGNOSTIK KOMUNITAS...............................................................22
ALTERNATIF PEMECAHAN PENYEBAB MASALAH..................................46
RENCANA KEGIATAN......................................................................................48
BAB V PENUTUP................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................53
5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diagnosis komunitas adalah upaya untuk mengidentifikasi masalah,
kemudian mengarahkan suatu intervensi perbaikan, sehingga menghasilkan suatu
rencana kerja yang konkrit. Kegiatan diagnosis komunitas menilai dan
menghubungkan masalah, kebutuhan, keinginan, dan fasilitas yang ada dalam
komunitas. Dari hubungan keempat hal tersebut, dipikirkan suatu solusi atau
intervensi untuk pemecahan masalah yang ada dalam komunitas tersebut.
Diagnosis komunitas didapatkan dari beberapa tahapan, dimana setiap
tahapan membutuhkan kerja sama tim salah satunya dokter umum, tokoh
masyarakat, kader, dan petugas puskesmas. Dokter umum yang berperan di
fasilitas kesehatan primer sangat penting untuk mengetahui tentang permasalahan

dan pemecahan masalah-masalah komunitas yang ada di sekitar lingkungan

kerjanya.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja, yaitu kecamatan dan kelurahan. Puskesmas merupakan suatu
kesatuan organisasi yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok.
Puskesmas Plaju adalah puskesmas yang berada di tepi jalan raya utama,
dengan batas wilayah Sungai Musi di utara, Kabupaten Banyuasin di selatan,
Kabupaten OKI di timur, dan Kelurahan Seberang Ulu II di barat. Wilayah kerja
Puskesmas Plaju terdiri atas lima kelurahan, antara lain Kelurahan Plaju Ulu,
Kelurahan Plaju Ilir, Kelurahan Talang Bubuk, Kelurahan Bagus Kuning, dan
Kelurahan Komperta. Terdapat 55.567 jiwa penduduk di wilayah Puskesmas Plaju
6

dengan 15.429 kepala keluarga yang terdaftar. Luas wilayah kerja puskesmas
plaju yakni sebesar 126.5 Ha. Masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat
kelurahan Bagus Kuning berbagai macam, seperti Hipertensi, Stroke, Diabetes
dan lain-lain.
Laporan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan masalah yang
ada serta penyebabnya dari berbagai aspek yang terjadi pada masyarakat sekitar di
wilayah kerja Puskesmas Plaju. Laporan ini diharapkan dapat membantu
menemukan intervensi terhadap masalah yang ada sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan masyaraka di wilayah kerja Puskesmas Plaju Palembang.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah kesehatan yang mendasari wilayah kerja
Puskesmas Plaju untuk kemudian dicarikan alternatif pemecahan masalah.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan terbanyak dan penyebabnya di
wilayah kerja Puskesmas Plaju.
2. Menetapkan prioritas masalah kesehatan.
3. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari masalah kesehatan
yang ada.
4. Menyusun rencana penyelenggaraan dan pembiayaan.

1.3. Manfaat
1. Memberikan data mengenai penyebab masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Plaju.
2. Menjadi tolak ukur tenaga kesehatan dan kader untuk meningkatkan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Plaju.
3. Menambah pengetahuan dokter muda mengenai cara penegakkan
diagnosis komunitas.
7

1.4. Kerangka Operasional

Analisis situasi wilayah kerja Puskesmas Plaju

Pengumpulan dan anilisis data sekunder

Pengumpulan data primer

Identifikasi masalah

Identifikasi penyebab masalah

Penetapan prioritas
masalah

Pemilihan alternatif
pemecahan masalah

Penyusunan program kerja

Pelaksanaan, pengawasan,
monitoring, dan evaluasi

Identifikasi masalah didapatkan dari membandingkan data primer dan data


sekunder kemudian dicocokkan. Data primer diperoleh dari survei, wawancara,
dan kuesioner dengan kader dan warga di lingkungan setempat.
Kuisioner PIS-PK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga)
digunakan dalam pemerolehan data. Kuisioner ini berisi identifikasi 12 indikator
utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga, yaitu:
8

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)


2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
4. Bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif
5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
6. Penderita Tuberkulosis Paru (TB) mendapatkan pengobatan sesuai standar
7. Penderita hipertensi berobat secara teratur
8. Penderita gangguan jiwa mendapat pengobatan dan tidak ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Penentuan prioritas masalah menggunakan metode USG, yaitu
menetapkan urutan prioritas masalah dengan teknik scoring. Terdapat hal-hal
yang diperhatikan, antara lain urgensi dari masalah (urgency), keseriusan masalah
yang dihadapi (seriousness), serta kemungkinan perkembangan masalah tersebut
menjadi semakin besar (growth). Penyakit dengan skor tertinggi menjadi prioritas
akan dicari akar penyebab masalah serta alternatif pemecahan masalahnya.

Tabel 1. Menentukan Urutan Prioritas Masalah


Masalah U S G UxSxG Ranking
1 1–5 1–5 1–5
2 1–5 1–5 1–5
3 1–5 1–5 1–5
4 1–5 1–5 1–5
5 1–5 1–5 1–5
Keterangan:
5 = Sangat Besar 4 = Besar 3 = Sedang 2 = Kecil 1 = Sangat Kecil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batasan Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan didefinisikan sebagai kesenjangan antara harapan dan
kenyataan. Kesenjangan tersebut dideskripsikan secara kualitatif maupun
kuantitatif. Pemecahan masalah kesehatan masyarakat, bukan hanya dilihat
dari segi kesehatannya saja, namun juga harus dilihat dari seluruh segi yang
ada pengaruhnya terhadap masalah kesehatan. Ruang lingkup kesehatan
masyarakat meliputi usaha-usaha: Promotif (peningkatan kesehatan), Preventif
(pencegahan penyakit), Kuratif ( pengobatan) dan Rehabilitatif (pemeliharaan
kesehatan).2
2.2 Kesehatan Derajat H.L. BLOOM
H.L Bloom menjelaskan ada empat faktor utama yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat. Keempat faktor tersebut adalah faktor gaya
hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi, politik budaya), faktor
pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik
(keturunan). Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi
kesehatan perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Berikut ini gambar
konsep H.L Bloom yang menggambarkan status kesehatan seseorang
dipengaruhi oleh 4 faktor.2,3

Gambar 1. Konsep H.L Blum yang menjelaskan empat faktor utama yang menentukan derajat
kesehatan masyarakat.3

6
7

1. Faktor pertama yaitu perilaku, perilaku seseorang memiliki peranan


penting dalam menjaga status kesehatan, karena kesadaran dalam pribadi
seseorang harus dimunculkan untuk mencapai budaya hidup bersih dan
sehat sehingga terhindar dari berbagai penyakit seperti diare.
2. Faktor kedua yaitu lingkungan, salah satu yang menjadi sumber
berkembangnya suatu penyakit yaitu karena kondisi sanitasi lingkungan
yang buruk dan dapat membahayakan kesehatan masyarakat kita.
Penumpukan sampah yang tidak dikelola dengan benar dapat menjadi
penyebab. Tempat pelayanan kesehatan sendiri memiliki beberapa
program terkait dengan pemeliharaan sanitasi lingkungan untuk mencegah
terjadinya berbagai penyakit, namun masih terkendala dengan jumlah
tenaga kesehatan lingkungan yang masih kurang memadai.
3. Faktor ketiga yaitu pelayanan kesehatan yang menjadi penunjang dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
berkualitas dan terbaik sangat dibutuhkan masyarakat untuk mencegah dan
menurunkan tingkat kematian yang disebabkan karena suatu penyakit.
4. Faktor keempat yaitu genetik, yang perlu di diperhatikan yaitu bagaimana
cara meningkatkan kualitas generasi muda mendatang yang memiliki
kompetensi dan kreatifitas tinggi. Mencapai tujuan tersebut, perlu
diperhatikan status gizi Balita yang dapat meningkatkan perkembangan
otak anak. Pada kenyataannya di Indonesia masih banyak ditemukan kasus
gizi buruk yang mengakibatkan risiko sakit pada anak. Pemeriksaan
tumbuh kembang anak harus dilakukan secara rutin dan mendeteksi dini
status gizi agar menghindari kasus gizi buruk maupun obesitas terjadi, hal
ini memperlihatkan bahwa perilaku manusia mempunyai konstribusi yang
besar.3

2.3 Masalah Kesehatan di Indonesia


Merujuk pada tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-
2019, yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2)
meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat
8

terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan. Peningkatan status


kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus kehidupan (life
cycle), yaitu bumil, bayi, balita, anak usia pendidikan dasar, usia produktif
(remaja dan kelompok usia kerja), pelayanan kesehatan penderita hipertensi,
DM, ODGJ, TB dan HIV.4,5
a. Kematian Ibu Akibat Melahirkan
Saat ini, angka kematian ibu saat melahirkan sudah mengalami penurunan.
Namun, jumlahnya tetap masih jauh dari target yang diharapkan. Hal ini
disebabkan oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai,
kondisi ibu hamil yang tidak sehat, dan faktor-faktor lainnya. Menurut data,
penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi kehamilan dan perdarahan
postpartum. Selain itu, kondisi yang sering kali menyebabkan kematian ibu
adalah penanganan komplikasi, anemia, diabetes, malaria, dan umur yang
terlalu muda. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah melakukan program
pembangunan puskesmas, diiringi pula dengan peningkatan kualitas
pelayanannya. Pemerintah juga sedang menciptakan pola keanekaragaman
makanan untuk gizi ibu hamil. Program KB yang dicanangkan juga
digunakan untuk menurunkan angka kematian ibu.
b. Kematian Bayi, Balita dan Remaja
Dalam 5 tahun terakhir, angka kematian bayi dan balita memang sudah
mengalami penurunan. Namun serupa dengan angka kematian ibu akibat
melahirkan, penurunan angka masih jauh dari target. Penyebab kematian
utama pada bayi dan balita adalah Intra Uterine Fetal Death (IUFD) dan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan untuk balita, penyebab
kematian utama yang dialami adalah pneumonia dan diare. Faktor lingkungan
serta kondisi ibu sebelum dan selama kehamilan sangat memengaruhi kondisi
bayi. Penyebab kematian utama pada remaja di samping kecelakaan
transportasi adalah DBD dan tuberkulosis. Umumnya ini disebabkan karena
penggunaan tembakau atau rokok. Untuk menanggulangi masalah ini,
pemerintah menetapkan pelaksanaan UKS yang diwajibkan di setiap sekolah
untuk mempromosikan masalah kesehatan. Prioritas program UKS adalah
9

perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi, dan deteksi dini penyakit
tidak menular.
c. Gizi Buruk
Masalah gizi di Indonesia masih sangat kompleks yang tidak hanya masalah
kekurangan gizi. Namun, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan
yang harus ditangani dengan serius. Kondisi stunting (pendek) sendiri
disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh yang tidak tepat sehingga
mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang secara maksimal,
mudah sakit, maupun berdaya saing rendah. Masalah ini paling fatal
menyerang anak-anak,
karena gangguan pertumbuhan yang serius ini bisa merusak masa depan.
Untuk mengatasi masalah stunting, pemerintah mengadakan program
sosialisasi kepada masyarakat agar dididik untuk memahami pentingnya gizi
bagi ibu dan anak. Pemerintah menetapkan fokus pada 1000 hari pertama
kehidupan, terhitung sejak konsepsi hingga anak berusia 2 tahun
d. Penyakit Menular
Masalah penyakit menular juga masih mendominasi kesehatan Indonesia.
Prioritas utama pemerintah adalah membasmi HIV/AIDS, tuberkulosis,
malaria, DBD, influenza, dan flu burung. Indonesia juga masih belum
sepenuhnya mampu mengendalikan penyakit seperti kusta, filariasis, dan
leptospirosis. Strategi pemerintah dalam memberantas masalah ini adalah
dengan meningkatkan vaksin dan imunisasi, seperti polio, campak, difteri,
pertusis, hepatitis B, dan tetanus. Strategi ini terbukti ampuh, karena pada
tahun 2014 Indonesia sudah dinyatakan bebas polio. Untuk mengendalikan
penyakit HIV/AIDS, pemerintah mengadakan sejumlah persiapan yang
mencakup tata laksana penanganan pasien, tenaga kesehatan, pelayanan
kesehatan (khususnya rumah sakit), dan laboratorium kesehatan. Selain itu,
untuk menurunkan tingginya risiko penyakit menular, pemerintah juga
mengembangkan Early Warningand Respons System (EWARS) atau Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Melalui sistem EWARS ini,
diharapkan ada peningkatan dalam deteksi dini dan respons terhadap
10

peningkatan tren kasus penyakit tertentu. Sistem tersebut juga semakin


digencarkan karena banyaknya penyakit baru yang bermunculan, seperti
SARS dan flu burung. Penyakit-penyakit baru ini pada umumnya adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus yang berasal dari binatang.
e. Penyakit Tidak Menular
Beberapa tahun ini, masalah penyakit tidak menular telah menjadi beban
utama di Indonesia. Saat ini Indonesia memang mengalami tantangan dua
kali lipat, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular. Penyakit tidak
menular yang paling banyak menyerang masyarakat Indonesia meliputi
hipertensi, diabetes mellitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Selain itu, jumlah kematian akibat rokok juga terus meningkat.
Strategi pemerintah dalam menanggulangi masalah ini adalah dengan
melaksanakan Pos Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak
Menular (Posbindu-PTM), sebagai upaya memonitor dan deteksi dini faktor
risiko penyakit tidak menular di masyarakat. Deteksi dini sangat penting,
karena sebagian besar masyarakat Indonesia tidak menyadari bahwa dirinya
menderita penyakit tidak menular. Oleh karena itu, pemerintah juga
berencana untuk meningkatkan sosialisasi dan program jaminan kesehatan
seperti BPJS.
f. Kesehatan Jiwa
Permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia sangat besar dan menimbulkan
beban kesehatan yang signifikan. Berdasarkan data, lebih dari 14 juta jiwa
masyarakat Indonesia menderita gangguan mental dan emosional. Sementara
itu, lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat. Masalah
gangguan jiwa di Indonesia berkaitan dengan masalah perilaku, dan sering
kali berujung pada kondisi yang membahayakan diri seperti bunuh diri.
Dalam satu tahun, terdapat 1.170 kasus bunuh diri dan jumlahnya terus
meningkat. Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah memprioritaskan
pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang
ujung tombaknya adalah puskesmas. Program ini bekerja sama dengan
masyarakat, untuk mencegah meningkatnya gangguan jiwa. Pada tahun 2021,
11

Menteri Kesehatan memfokuskan enam masalah kesehatan yang kemudian


disebut sebagai Program Nasional. Enam kegiatan prioritas tersebut
diantaranya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), pencegahan stunting,
peningkatan oengendalian penyakit menular dan tidak menular, serta
penguatan health security untuk penanganan pandemi, penguatan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) serta peningkatan sistem kesehatan
nasional.

2.4 Konsep Perencanaan Terpadu Puskesmas


Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang berurutan dan harus dila
kukan untuk mengatasi permasalahan dalam rangka mencapai tujuan yang tela
h ditentukan dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara efektif d
an efisien.
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) adalah proses penyusunan renca
na kegiatan tingkat Puskesmas untuk tahun yang akan datang, dilakukan secar
a sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masya
rakat di wilayah kerjanya. PTP Terpadu adalah suatu pendekatan perencanaan
tingkat Puskesmas yang mana komponen perencanaan terpadu dari IMP dipak
ai sebagai dasar analisa semua program kesehatan dasar Puskesmas dan penen
tuan kampung prioritas serta penentuan kegiatan terpilih untuk dimasukkan ke
dalam Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas.6

2.5 Fungsi Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu


1. Perencanaan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Perencanaan memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban
3. Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan potensi
yang tersedia.
12

Untuk tingkat Kabupaten, dokumentasi hasil PTP Terpadu ini dapat


digunakan sebagai alat bantu monitoring penggunaan dana dan
pelaksanaan kegiatan di tingkat Puskesmas, serta untuk mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan Puskesmas yang perlu didukung oleh Kabupaten
maupun Provinsi.

2.6 Kedudukan PTP Terpadu Dalam Manajemen Puskesmas


PTP Terpadu merupakan suatu alat untuk membantu secara teknis dan ope
rasional dalam pelaksanaan manajemen Puskesmas agar rangkaian kegiatan berjal
an lebih sistematik dan terukur untuk menghasilkan keluaran Puskesmas secara ef
ektif dan efisien. Manajemen Puskesmas tersebut terdiri dari Perencanaan (P1), Pe
nggerakan dan Pelaksanaan (P2), dan Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P
3). Seluruh kegiatan di atas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berk
esinambungan.6
Dalam proses manajemen program di Puskesmas, perencanaan yang baik
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan program. PTP mer
upakan alat bantu Puskesmas untuk melakukan rangkaian kegiatan manajemen p
uskesmas agar dilaksanakan secara sistematik dan terukur.7
Perencanaan di sini berarti kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas.
Pelaksanaan- pengendalian adalah rangkaian kegiatan mulai dari
pengorganisasian, penyelenggaraan, pemantauan (termasuk pemantauan wilayah
setempat (PWS) dengan data dari SP2TP dalam forum Lokakarya Mini
Puskesmas). Sedangkan pengawasan pertanggungjawaban adalah kegiatan
pengawasan internal dan eksternal serta akuntabilitas petugas
Penyusunan rencana kegiatan berupa Rencana Usulan Kegiatan (RUK) m
erupakan perencanaan kegiatan Puskesmas untuk tahun mendatang (H+1). Dalam
PTP Terpadu rencana ini diwujudkan dalam perencanaan kebutuhan kegiatan Pus
kesmas (H+1) sesuai dengan kategori permasalahan lokal pada tingkat desa/kam
pung (BABA, BABU, BUBA, BUBU) dalam satu tahun.
Sementara Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) diwujudkan dalam peren
canaan kegiatan sesuai dengan skala prioritas berdasarkan alokasi dana yang terse
13

dia dalam tahun berjalan.7

Gambar 2. Siklus Perencanaan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota7

2.7 Ruang Lingkup


Perencanaan tingkat puskesmas mencakup semua kegiatan yang termasuk
dalam upaya kesehatan esensial, upaya kesehatan pengembangan dan upaya
kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun oleh Puskesmas sebagai rencana
tahunan puskesmas yang dibiayai oleh Pemerintah daerah, Pemerintah pusat, serta
sumber dana lainnya.8

2.7.1 Tahap Perencanaan


Perencanaan Tingkat Puskesmas disusun melalui 4 tahap yaitu:
a. Tahap persiapan
b. Tahap analisa situasi
c. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
d. Tahap penyusunan Rencana PelaksanaanKegiatan
14

Proses perencanaan Puskesmas mengikuti siklus perencanaan


pembangunan daerah, dimulai dari tingkat desa/kelurahan/kampung melalui
Musrembang desa/kelurahan/kampung, selanjutnya disusun pada Musrembang
tingkat kecamatan/distrik, kemudian diusulkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan kabupaten/kota akan mengusulkan
perencanaan tersebut pada Musrembang tingkat Kabupaten/kota kepemerintah
daerah kabupaten/kota. Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas ditunjukkan
oleh diagram berikut dilakukan melalui lima tahap sebagai berikut9,10,11

Gambar 3. Siklus Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas 6

a. Tahap Persiapan
Tahap ini bertujuan mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat
dalam proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar
memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan
tahap-tahap perencanaan. Pada tahap ini Tim Puskesmas mempelajari hal-
hal berikut ini:
1. Rencana lima tahunan puskesmas
2. Penjabaran tahunan rencana capaian target standar pelayanan
minimal tingkat kabupaten/kota.
3. Target yang disepakati bersama dinas kesehatan Kabupaten/Kota
dan menjadi tanggung jawab puskesmas.
15

4. Pedoman umum program indonesia sehat dengan pendekatan


keluarga.
5. Penguatan manajemen puskesmas melalui pendekatan keluarga.
6. NSPK lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh tim di
dalam penyusunan perencanaan puskesmas.

b. Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai k
eadaan dan mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi Puskesma
s, agar dapat merumuskan kebutuhan pelayanan dan pemenuhan harapan
masyarakat yang rasional sesuai dengan keadaan wilayah kerja Puskesm
as. Tahap ini dilakukan dengan cara:
a) Mengumpulkan data kinerja Puskesmas:
Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data kinerja dan
gambaran status kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas d
alam 4 tahun yang dimulai dari tahun N-5 sampai dengan tahun N-2
untuk setiap desa/kelurahan. N menunjukan tahun yang akan disusun
sehingga untuk menyusun perencanaan lima tahunan (sebagai conto
h perencanaan lima tahunan periode tahun 2017-2021), maka data ki
nerja akhir tahun yang dikumpulkan dan dipelajari adalah tahun 201
2, 2013, 2014 dan 2015. Data yang dikumpulkan ditambah hasil eval
uasi tengah periode (midterm evaluation) dari dokumen laporan tahu
n berjalan (N-1). Adapun data kinerja dan status kesehatan masyarak
at diperoleh dari Sistem Informasi Puskesmas
b) Analisis data.
Dalam rangka mendapatkan informasi sebagai landasan penyusu
nan Rencana Lima Tahunan Puskesmas, dilaksanakan analisis data P
uskesmas, berdasarkan hasil analisis perhitungan IKS dan data keseh
atan lain yang telah dikumpulkan.
16

c) Analisis masalah dari sisi pandang masyarakat, yang dilakukan


melalui Survey Mawas Diri/Community Self Survey
(SMD/CSS):
i. Survei Mawas Diri adalah kegiatan untuk mengenali keadaan
dan masalah yang dihadapi masyarakat, serta potensi yang
dimiliki masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut. Potensi
yang dimiliki antara lain ketersediaan sumber daya, serta
peluang-peluang yang dapat dimobilisasi. Hal ini penting untuk
diidentifikasi oleh masyarakat sendiri, agar selanjutnya
masyarakat dapat digerakkan untuk berperan serta aktif
memperkuat upaya-upaya perbaikannya, sesuai batas
kewenangannya.
ii. Tahapannya dimulai dari pengumpulan data primer dan data
sekunder, pengolahan dan penyajian data masalah dan potensi
yang ada dan membangun kesepakatan bersama masyarakat
dan kepala desa/kelurahan, untuk bersama-sama mengatasi
masalah kesehatan di masyarakat.
iii. Instrumen SMD/CSS disusun Puskesmas sesuai masalah yang
dihadapi dan masalah yang akan ditanggulangi Puskesmas.
Instrumen yang disusun mencakup format pendataan yang
dilakukan wakil masyarakat yang dapat mengidentifikasi
masalah kesehatan masyarakat dan dapat memberi informasi.

d). Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masala
h yang dikelompokkan menurut jenis upaya, target, pencapaian, dan mas
alah yang ditemukan. Masalah dirumuskan berdasarkan prinsip 5W1H
(What, Who, When, Where, Why, and How). Apa masalahnya, siapa yang
terkena masalahnya, kapan masalah itu terjadi, dimana masalah itu terjad
i, kenapa dan bagaimana masalah itu terjadi).
e). Penentuan Prioritas Masalah
17

Mengingat keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah, k


etaktersediaan teknologi yang memadai, atau adanya keterkaitan satu ma
salah dengan masalah lainnya, masalah prioritas perlu dipilih dan ditetap
kan lewat kesepakatan Tim. Bila tidak dicapai kesepakatan, kriteria lain
dapat digunakan. Penetapan urutan prioritas masalah dapat memanfaatka
n berbagai macam metode seperti metode USG (Urgency, Seriousness,
Growth) dan sebagainya.
Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk
menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan
menetapkan skala nilai 1–5 atau 1–10 untuk melihat tingkat urgensi, kese
riusan, dan perkembangan isu. Isu dengan total skor tertinggi merupakan
isu prioritas. Masing-masing elemen dalam USG dapat diuraikan sebaga
i berikut:
a. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut, dikaitkan dengan waktu yang tersedia
dan seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masala
h yang menyebabkan isu tadi. Urgency dilihat dari tersedianya waktu,
mendesak atau tidak masalah tersebut untuk diselesaikan
b. Seriousness.
Seberapa serius isu tersebut, dikaitkan dengan akibat dari penundaan
pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
menimbulkan masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Perlu dicatat bahwa dalam keadaan yang sama, masalah yang
dapat menimbulkan masalah lain adalah masalah yang lebih serius bila
dibandingkan dengan masalah lain yang berdiri sendiri. Seriousness
dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja,
pengaruh terhadap keberhasilan, dan membahayakan sistem atau tidak.
c. Growth.
Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibi
arkan.
18

Data atau informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan met


ode USG ialah: (1) hasil analisa situasi, (2) informasi tentang sumber d
aya yang dimiliki, (3) Dokumen tentang perundang-undangan, peraturan,
serta kebijakan pemerintah yang berlaku. Contoh matriks pemecahan ma
salah dengan metode USG
Tabel 2. Matriks Pemecahan Masalah
Masalah U S G Total
Masalah A 5 3 3 11
Masalah B 4 4 4 12
Masalah C 3 5 5 13

Keterangan: berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar, 3=sed


ang, 2=kecil, 1=sangat kecil). Contoh di atas menunjukkan bahwa isu pri
oritas adalah Isu C.

e). Mencari Akar penyebab Masalah9

Setelah menentukan masalah prioritas, kerja selanjutnya ialah mencari akar


penyebab masalah tersebut. Penyebab masalah dapat dikonfirmasi dengan
data Puskesmas. Beberapa metode yang dapat dipergunakan dalam mencari
akar penyebab masalah, salah satunya ialah Diagram sebab akibat Ishikawa
(diagram tulang ikan/fish bone). Langkah-langkah penyusunannya meliputi:
 Tuliskan “masalah” pada bagian kepalaikan.
 Buat garis horizontal dengan anak panah menunjuk kearah kepalaikan.
 Tetapkan kategori utama daripenyebab.
 Buat garis dengan anak panah menunjuk ke garishorizontal.
 Lakukan curah pendapat (brain storming) dan fokuskan pada masing-
masing kategori.
 Setelah dianggap cukup, lakukan cara yang sama untuk kategori
utama yang lain.
 Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat daftar
sub penyebab dan letakkan pada cabang yang lebih kecil.
19

 Setelah semua ide/pendapat dicatat, lakukan klarifikasi data untuk


menghilangkan duplikasi, ketidaksesuaian dengan masalah,
dansebagainya.
f). Alternatif Pemecahan Masalah
Menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan membuat
kesepakatan di antara anggota Tim, didahului brainstorming (curah
pendapat). Bila tidak terjadi kesepakatan, maka Tabel atau matriks cara
pemecahan masalah di atas dapat digunakan. Langkah-langkah pemecahan
masalah sebagai berikut:
 Brainstorming (curah pendapat). Dilaksanakan untuk membangkitkan
ide/gagasan/pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu dari
setiap anggota Tim dalam rentang waktu yang singkat dan bebas dari
kritik.
 Kesepakatan di antara anggota Tim, berdasarkan hasil dari curah
pendapat (brainstorming). Hasil kesepakatan dipergunakan sebagai
bahan penyusunan Rencana Tahunan.
Hasil pembahasan akar penyebab masalah yang akan mengisi kolom 'pe
nyebab permasalahan' dan 'cara pemecahan' dapat ditulis di file “Tugas Disku
si Kelompok” pada kolom 13 sampai 15. Untuk mencari alternatif pemecaha
n masalah atau kegiatan, bisa menggunakan salah satu referensi menu yang te
rdapat dalam file excel “Referensi Menu Intervensi”.

c. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)10


Penyusunan RUK dirumuskan setelah melalui tahapan Analisa Situasi
dan Perumusan Masalah, bersama dengan pihak lintas sektor terkait dan
didampingi oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Penyusunan RUK
terintegrasi ke dalam sistem perencanaan daerah dan dalam tataran target
pencapaian akses, target kualitas pelayanan, target pencapaian output dan
outcome, serta menghilangkan kondisi yang dapat menyebabkan kehilangan
peluang dari sasaran program untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
seharusnya dapat dilaksanakan secara terintegrasi dalam satu pelaksanaan
20

(missed opportunity).Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK),


dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang
sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program
yang masih bermasalah.
 Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi
kesehatan di wilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas.

Rencana Usulan Kegiatan disusun dalam bentuk matriks dengan


memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global,
nasional, maupun daerah, dan sesuai dengan masalah yang ditemukan dari
kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Tahapan penyusunan
RUK diawali dengan Hitung RUK untuk mengetahui rincian dan besaran
dana yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan. RUK yang disusun perlu
diperjuangkan untuk mendapatkan dukungan pembiayaan sesuai dengan
sumber pembiayaan yang dicantumkan dalam RUK tersebut. Untuk
memperoleh dukungan dana APBD, RUK Puskesmas perlu dijabarkan dalam
dalam bentuk RKA (Rencana Kegiatan Anggaran).

a. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)


21

Penyusunan RPK dilaksanakan melalui pendekatan keterpaduan lintas


program dan sektor dalam lingkup siklus kehidupan. Keterpaduan penting untuk
dilaksanakan mengingatadanya keterbatasan sumber daya di Puskesmas dan agar
tidak akan terjadi missed opportunity, kegiatan Puskesmas dapat terselenggara
secara efisien, efektif, bermutu, dan target prioritas yang ditetapkan pada
perencanaan dapat tercapai.12
Langkah-langkah penyusunan RPK dapat diringkas sebagai berikut:
1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.
2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan Rencana Usulan
Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK.
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi
pelaksanaan.
4. Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan
RPK.
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.

Gambar 4. Siklus Perencanaan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


BAB III
ANALISIS SITUASI PUSKESMAS PLAJU

3.1. Profil Puskesmas


Puskesmas Plaju didirikan pada tahun 1957, yang pada awalnya
dimulai dari pusat pelayanan kesehatan ibu dan anak serta pengobatan
umum bertempat di sekitar pasar Plaju. Pada tahun 1969 pelayanan
dipindahkan oleh pemerintah kota Palembang ke tempat saat ini berada,
yaitu di Jalan D.I. Panjaitan No.40 RT.01 RW.01. Puskesmas Plaju adalah
puskesmas yang berada di tepi jalan raya utama, dengan batas wilayah
Sungai Musi di utara, Kabupaten Banyuasin di selatan, Kabupaten OKI di
timur, dan Kelurahan Seberang Ulu II di barat. Wilayah kerja Puskesmas
Plaju terdiri atas lima kelurahan, antara lain Kelurahan Plaju Ulu,
Kelurahan Plaju Ilir, Kelurahan Talang Bubuk, Kelurahan Bagus
Kuning, dan Kelurahan Komperta. Terdapat 55.567 jiwa penduduk di
wilayah Puskesmas Plaju dengan 15.429 kepala keluarga yang
terdaftar. Luas wilayah kerja puskesmas plaju yakni sebesar 126.5 Ha.
Puskesmas Plaju dibangun di atas tanah seluas 628 m2 dengan luas
bangunan seluruhnya 480 m2.

Puskesmas Plaju termasuk kategori Puskesmas Kawasan Perkotaan d


engan Klasifikasi Non Rawat Inap dan merupakan salah satu Puskesmas
Induk dengan 1 Puskesmas Pembantu. Pada Tahun 2017 dan 2019, Puskes
mas Plaju telah terakreditasi “Paripurna”. Wilayah kerja Puskesmas Plaju
terdiri atas lima kelurahan, antara lain Kelurahan Plaju Ulu, Kelurahan
Plaju Ilir, Kelurahan Talang Bubuk, Kelurahan Bagus Kuning, dan
Kelurahan Komperta. Terdapat 55.567 jiwa penduduk di wilayah
Puskesmas Plaju dengan 11.278 kepala keluarga. Luas wilayah kerja
Puskesmas Plaju yakni sebesar 126.5 km2. Untuk memperluas jangkauan p
elayanan kesehatan Puskesmas Plaju dilengkapi dengan 24 Posyandu balit
a, 5 posyandu lansia, 1 posyandu remaja, 6 posbindu dan 3 posyandu ibu h

18
19

amil (GSI).

Kelurahan Bagus Kuning adalah salah satu kelurahan dari 5


kelurahan yang merupakan wilayah kerja dari Puskesmas Plaju yang
terdiri dari Kelurahan Bagus Kuning, Kelurahan Plaju Ilir, Kelurahan
Plaju Ulu, Kelurahan Talang Bubuk dan Komperta. Akses dari kelurahan
Bagus Kuning ke Puskesmas Plaju sudah cukup baik dan mudah untuk
ditempuh oleh masyarakat Bagus Kuning, jalan sudah terbuat dari aspal
dan dapat dilalui oleh motor dengan jarak tempuh yang juga tidak
terlampau jauh. Terdapat beberapa sekolah, pertokoan dan pemukiman
warga di sekitar jalan Kelurahan Bagus Kuning.

Gambar 5. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Plaju


Kelurahan Bagus Kuning merupakan kelurahan yang sedikit padat
namun di sebagian wilayah, antar beberapa rumah tidak terlalu
berdempetan dan sedikit berjarak. Pada kelurahan ini juga terdiri dari
berbagai kompleks rumah yang kondisi lingkungannya bervariasi. Ada
sebagian wilayah yang terbilang sangat padat dan berdempetan antar
rumah warganya, namun ada juga di sebagian wilayah lainnya yang tidak
terlalu padat dimana antar rumah warga terdapat jarak yang cukup.
20

Mayoritas pekerjaan penduduk di wilayah Kelurahan Bagus Kuning ini


adalah buruh dan pedagang. Jumlah penduduk Kelurahan Bagus Kuning
kurang lebih sebanyak 10.872 jiwa dan termasuk salah satu kelurahan
dengan jumlah penduduk terbanyak. Pendidikan penduduk di Kelurahan
Bagus Kuning bervariasi mulai dari tamatan SD hingga tamatan perguruan
tinggi, namun mayoritas penduduknya merupakan tamatan SMA sehingga
tingkat pendidikan Kelurahan Bagus Kuning terbilang cukup baik. Pada
sebagian wilayah kelurahan Bagus Kuning rumah yang termasuk padat,
sebagian besar rumah penduduk terbuat dari kayu, namun pada wilayah
lainnya yang tidak terlalu padat, sebagian besar rumah terbuat dari bata
dan berlantai ubin.
Kondisi perumahan di wilayah yang padat, cenderung kurang
terawat dan kurang terjaga kebersihannya. Ventilasi yang kurang memadai
pada rumah-rumah tersebut menyebabkan kurang baiknya sirkulasi udara
dan kurangnya pencahayaan rumah, mengingat terdapat 23.626 penduduk
jumlah masyarakat miskin di wilayah Plaju. Sedangkan pada wilayah yang
tidak padat, kondisi rumah cenderung terawat dan lingkungan sekitar
rumah juga terbilang cukup bersih dimana di rumah-rumah tersebut
memiliki ventilasi yang memadai sehingga sirkulasi udara dan
pencahayaan rumah juga cukup baik. Sumber air pada kelurahan Bagus
Kuning juga bermacam-macam, seperti air PDAM dan air sumur sebagai
sumbernya.
Berdasarkan survey pada beberapa rumah warga, sejauh ini tidak
ada yang menggunakan jamban cemplung di rumahnya. Sebagian besar
masyarakat di wilayah Plaju menggunakan air PDAM sebagai sumber air
minum dan MCK. Masalah kesehatan yang terdapat dimasyarakat
kelurahan Bagus Kuning berbagai macam, seperti hipertensi, jantung
koroner, stroke, diabetes dan lain-lain.
Dari hasil survei, sebagian masyarakat rutin mengikuti kegiatan
Posyandu setiap diselenggarakan, namun sebagian dari mereka hanya
21

mengonsumsi obat untuk penyakit kronis hanya pada saat diberikan di


kegiatan posyandu atau posbindu saja.
22

3.2. Data Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK)


Berdasarkan pendataan dari PIS PK di wilayah kerja Puskesmas
Plaju pada Januari 2023 dengan perhitungan IKS (Indeks Keluarga Sehat)
yang terdiri dari 12 indikator, didapatkan hasil sebagai berikut:

Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Kelurahan Cakupan


No. Indikator Plaju Ulu Plaju Ilir Bagus Komperta Talang Puskesmas
Kuning Bubuk Plaju
1 Keluarga mengikuti 100
program KB 100% 96.6% 100% 97.33% 99.31%
%
Persalinan ibu di
2 Fasilitas Pelayanan 100
100% 98.4% 100% 100% 99.67%
Kesehatan %
Bayi yang mendapat
100
3 imunisasi dasar 100% 100% 100% 100% 100%
%
lengkap
4 Bayi mendapatkan 99.
ASI eksklusif 100% 25 95.7% 100% 100% 98.86%
%
5 Pertumbuhan balita 98.
dipantau 100% 81 97.5% 100% 98.25% 99.21%
%
Penderita TB paru 86.
6 yang berobat sesuai 80% 11 96% 100% 84.00% 87.21%
standar %
7 Penderita hipertensi 97.
yang berobat teratur 98,94% 73 97.7% 100% 93.12% 97.92%
%
Penderita gangguan
8 jiwa berat, diobati dan 100
73,08% 95.4% 0% 92.31% 87.50%
tidak ditelantarkan %

Anggota keluarga 72.


9 tidak ada yang 81.09% 74 74.9% 100% 84,73% 79.72%
merokok %
10 Keluarga yang sudah 99.
menjadi anggota JKN 100% 90 99.7% 100% 99,91% 99.92%
%
Keluarga memiliki 99.
11 akses/menggunakan 100% 93 98.9% 100% 100% 99.81%
sarana air bersih %
Keluarga memiliki 99.
12 akses/menggunakan 99.98% 55 99.5% 100% 99,69% 99.75%
jamban keluarga %
Indeks Keluarga Sehat 0.7
(IKS) 0.874 0.789 1 0.879 0.849
95
Jumlah keluarga dengan 228
IKS >0,800 1218 1624 612 1893 10696
7
Jumlah keluarga 267
4887 2058 612 2154 12598
1
23

3.3. Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)


Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari puskesmas didapatkan
pencapaian SPM pada tahun 2022 sebagai berikut:
Capaian
No. Jenis layanan dasar Jumlah sasaran hingga Angk %
Desember 2022 a
(Dese
mber
2022)
1 Pelayanan kesehatan ibu 1076 10 100
hamil sesuai standar 76
2 Pelayanan kesehatan ibu 1028 10 100,09
bersalin sesuai standar 28
3 Pelayanan kesehatan bayi 1028 10 105,1
baru lahir sesuai standar 28
4 Pelayanan kesehatan balita 3897 100,01
sesuai standar 3897
5 Pelayanan 5952 59
kesehatan pada usia 52 100
pendidikan dasar
sesuai standar
6 Pelayanan kesehatan pada 39653 39
usia 65 100
produktif sesuai 3
standar
7 Pelayanan kesehatan pada 7297 72 100
usia lanjut sesuai standar 97
8 Pelayanan kesehatan 14076
penderita hipertensi sesuai 14 100
standar 07
6
9 Pelayanan kesehatan 3835 38
penderita diabetes melitus 35 100
sesuai standar
10 Pelayanan kesehatan orang 132 13
dengan gangguan jiwa 2 110
berat sesuai standar
11 Pelayanan kesehatan orang 1940 19 115
terduga TB sesuai standar 40
12 Pelayanan kesehatan orang 1288 12 101,4
dengan risiko terinfeksi 88
HIV sesuai standar
24

3.4 10 Penyakit Terbanyak Januari – Desember 2022


Tabel 4. Penyakit Terbanyak Januari – Desember 2022

No Nama Penyakit Jumlah


1. Hipertensi 7.015
2. ISPA 3.290
3. Gastritis 1.594
4. TB Paru 1.568
5. Osteoartritis 1.079
6. Diabetes Mellitus Tipe 2 839
7. Diabetes Mellitus Tipe 1 820
8. Tension Type Headache 633
9. Faringitis Akut 606
10 Gangguan Psikotik 536

3.5 Faktor Determinan


3.5.1 Keadaan Umum dan Kependudukan
Secara administrasi pemerintahan luas wilayah Puskesmas Plaju
126,5 km2. Puskesmas Plaju mempunyai wilayah kerja meliputi 5 Kelurah
an yaitu Kelurahan Plaju Ulu, Kelurahan Plaju Ilir, Kelurahan Bagus
Kuning, Kelurahan Talang Bubuk, dan Kelurahan Komperta. Masing-masi
ng jumlah penduduk di Kelurahan Plaju Ulu sebanyak 20.751 jiwa, Kelura
han Plaju Ilir sebanyak 13.498 jiwa, Kelurahan Bagus Kuning sebanyak
10.872 jiwa, Kelurahan Talang Bubuk sebanyak 7.656 jiwa, dan
Kelurahan Komperta sebanyak 2.790 jiwa. Jumlah penduduk di wilayah P
uskesmas Plaju pada tahun 2021 berjumlah 55.567 jiwa dengan mayoritas
penduduk bekerja sebagai pegawai dan wiraswasta serta mayoritas pendud
uk memiliki pendidikan menengah keatas.

Nama Kelurahan
Deskripsi Bagus Plaju Plaju Kom Talang Jumlah Total
Kuning Ulu Ilir perta Bubuk
Jumlah Penduduk 10872 20751 13498 2790 7656 55567
a. Laki-laki 5341 10977 7051 1523 3785 28677
b. Perempuan 5531 9774 6447 1267 3871 26890
25

3.5.2 Pelayanan Kesehatan


Visi Pembangunan Kesehatan yaitu tercapainya masyarakat sehat
dan Palembang Sehat yang dapat dicapai dengan menyelenggarakan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) di fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di Kota Palembang. Puskesmas Plaju melakukan
pelayanan melalui Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan
Perorangan.
1. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
a. UKM Esensial
1). Promosi kesehatan (promkes) dan UKS
2). Kesehatan lingkungan
3). Gizi masyarakat
4). Pencegahan dan pengendalian penyakit
5). Kesehatan keluarga
6). Keperawatan kesehatan masyarakat
b. UKM Pengembangan
1). Kesehatan gigi masyarakat
2). Kesehatan tradisional
3). Kesehatan olahraga
4). Kesehatan kerja
5). Kesehatan jiwa
6). Kesehatan usia lanjut
7). Kesehatan Indera
2. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
a. Pendaftaran dan rekam medis
b. Pemeriksaan umum dan lansia
c. Kesehatan usia lanjut
d. Pemeriksaan anak
e. Kesehatan gigi dan mulut
f. KIA/KB/Imunisasi
26

g. Pelayanan farmasi
h. Pelayanan laboratorium
i. Perawatan dukungan dan pengobatan HIV
j. Pemeriksaan khusus TB
k. Pelayanan gizi
l. Pelayanan rujukan
m. Pelayanan tindakan
Berdasarkan data PIS-PK didapatkan bahwa keluarga yang telah
memiliki keanggotaan JKN sebesar 99,92%, dengan mayoritas merupakan
penerima bantuan iuran (PBI).

3.5.3 Identifikasi Faktor Perilaku dan Lingkungan

Berdasarkan hasil wawancara di poliklinik pelayanan, didapatkan


kondisi perilaku dan lingkungan sekitar, yaitu kebiasaan berolahraga tidak
rutin dilaksanakan. Alasan perilaku tersebut adalah karena keterbatasan
waktu yang dihabiskan untuk bekerja atau karena merasa kurang energi
untuk berolahraga. Kepatuhan meminum obat juga menjadi masalah
perilaku, dengan data yang didapat dari wawancara diketahui bahwa
alasan tidak rutin meminum obat adalah obat yang diberikan sudah habis
dan pasien tidak kembali kontrol untuk mengambil obat di pelayanan
kesehatan. Beberapa pasien tidak mengetahui bahwa mengonsumsi obat
hipertensi harus dilakukan rutin seumur hidup. Hal ini menunjukkan
bahwa perlunya edukasi pada pasien penyakit-penyakit kronis yang
membutuhkan konsumsi obat rutin. Alasan lain pasien tidak rutin kontrol
dan minum obat adalah karena akses pelayanan kesehatan yang jauh, yang
mungkin disebabkan oleh wilayah kerja Puskesmas Plaju yang cukup luas.
Mengenai perilaku berkaitan pola makan, rata-rata keluarga
memasak sendiri makanan mereka, namun terdapat kebiasaan konsumsi
teh, kopi, pempek, dan gorengan. Hal ini tentu meningkatkan risiko
terjadinya disfungsi endotel yang menyebabkan adanya hipertensi. Pola
hidup seperti waktu tidur bervariasi, namun hampir semua masyarakat
27

yang diwawancarai memahami pentingnya mengatur pola tidur. Sebagian


masyarakat juga mandi 2 kali sehari dan mencuci tangan sebelum dan
setelah makan. Kemudian, sebagian besar warga memiliki WC/Jamban
keluarga, sedangkan lainnya menggunakan jamban Sungai/Parit. Sumber
air bersih warga mayoritas berasal dari PDAM, dapat digunakan setiap
hari. Bak mandi rajin dikuras dibuktikan dengan keadaan bak yang cukup
bersih pada saat kunjungan rumah. Dari data PIS PK juga didapatkan
informasi berupa 99.75% keluarga di wilayah kerja Puskesmas telah
memiliki jamban yang baik, benar, dan bersih.
BAB IV
DIAGNOSIS KOMUNITAS
4.1. Identifikasi Masalah
Teori klasik H. L. Blum menyatakan bahwa ada 4 faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan secara berturut-turut, yaitu:
1. Gaya hidup (life style);
2. Lingkungan;
3. Pelayanan kesehatan; dan
4. Faktor genetik (keturunan).
Pada diagnosis komunitas, dilakukan pengambilan sampel dengan metode
data sekunder Puskesmas. Didapatkan 10 penyakit terbanyak yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Plaju pada 2022 di wilayah kerja Puskesmas Plaju adalah
hipertensi, ISPA, gastritis, TB paru, Osteoartritis, DM tipe 2, DM tipe 1, tension
type headache, faringitis akut, dan TB ekstra paru. Selain itu, dilakukan juga
kunjungan ke tiga rumah di salah satu wilayah kerja Puskesmas Plaju yaitu
Kelurahan Bagus Kuning.

4.1.1 Keluarga Tn. S


a. Pengenalan Anggota Keluarga secara Umum
Keluarga Tn. S terdiri dari 3 orang, yaitu Tn. S, Ny. A, dan Tn. D. Tn. S saat ini
berusia 72 tahun dan dulunya bekerja sebagai tukang pijat. Istri Tn. S, yaitu Ny.
M sudah meninggal dunia. Tn. S memiliki dua orang anak yaitu Ny. A dan Tn. D
yang masing-masing berusia 30 tahun dan 27 tahun. Kedua anaknya yaitu Ny. A
dan Tn. D belum menikah. Ny. A dan Tn. D tinggal bersama Tn. S.
1. Tn. S
Status dalam keluarga : Ayah
Umur : 72 tahun
Pekerjaan : Tidak Berkerja
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Asal : Palembang

45
23

BB : 53 kg
TB : 158 cm
IMT : 24,3 kg/m2
Golongan darah :A
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
- Riwayat genetik
Tn. S tidak tahu mengenai riwayat penyakit pada keluarga
- Pekerjaan
Tn. S sudah tidak bekerja lagi, dulu bekerja sebagai tukang pijat
- Gaya hidup
Saat ini pasien tidak bekerja. Kegiatan sehari-hari nya adalah beristirahat di
rumah. Kegiatan Tn. S yang hanya di rumah membuatnya jarang berolahraga.
Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal.
- Diet
Tn. S makan secara teratur sebanyak tiga kali sehari. Menu sehari-hari yang
sering dimakannya adalah pindang, tahu, tempe, dan gorengan
- Penyakit yang pernah diderita
Tn. S terdiagnosis hipertensi sejak 10 tahun lalu dan mengonsumsi obat
amlodipine 10 mg. Pasien rutin minum obat dan kontrol ke pelayanan
kesehatan. Pasien juga mengalami osteoporosis pada tulang punggung sejak 6
bulan yang lalu. Pasien juga menderitaTBC sejak 1 bulan yang lalu dan rutin
meminum obat dan kontrol mengambil obat ke Puskesmas Plaju.

2. Ny. A
Status dalam keluarga : Kepala Keluarga (Anak pertama)
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Dosen
Pendidikan terakhir : S2
Agama : Islam
Asal : Palembang
BB : 65 kg
24

TB : 166 cm
IMT : 23,55 kg/m2
Golongan darah :A
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Riwayat genetik
Ny. A memiliki ayah yang menderita hipertensi dan ibu yang meninggal
akibat stroke
- Pekerjaan
Ny. A memiliki pekerjaan sebagai dosen yang sehari hari bertugas dengan
aktifitas fisik yang rendah.
- Gaya hidup
Saat ini pasien bekerja. Kegiatan sehari-hari nya adalah beraktifitas di
kampus. Ny. A berolahraga setiap hari Jumat di kegiatan kampus. Kebiasaan
merokok dan minum alkohol disangkal.
- Diet
Ny. A makan secara teratur sebanyak tiga kali sehari. Menu sehari-hari yang
sering dimakannya adalah ayam, nasi dan sayuran.
- Penyakit yang pernah diderita
Riwayat Hipertensi dan Diabetes Mellitus disangkal

3. Tn. D
Status dalam keluarga : Anggota Keluarga (Anak Kedua)
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : Penjaga counter handphone
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Asal : Palembang
BB : 70 kg
TB : 175 cm
IMT : 22,85 kg/m2
Golongan darah :B
25

Tekanan Darah : 120/80 mmHg


- Riwayat genetik
Tn. D memiliki riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga yaitu ayah dan
memiliki riwayat penyakit stroke pada ibu.
- Pekerjaan
Tn. D merupakan seorang penjaga counter handphone.
- Gaya hidup
Aktivitas sehari-hari Tn. D adalah menjaga counter handphone. Tn. D
merokok sebanyak 6-8 batang/hari, tidak mengonsumsi alkohol dan tidak
mengonsumsi obat-obatan terlarang. Tn. B mengaku jarang melakukan
olahraga.
- Diet
Tn. B makan tiga kali sehari. Menu sehari-hari yang sering dimakannya
adalah ayam, sayur, tahu, tempe dan gorengan
- Penyakit yang pernah diderita
Riwayat hipertensi dan diabetes melitus disangkal

c. Asesmen Lingkungan
Lingkungan rumah Tn. S tampak tidak rapi. Terlihat banyak reruntuhan
puing puing bangunan dihalaman rumah pasien. Rumah Tn. S bersebelahan
langsung dengan tetangga. Rumah Tn. S terdiri dari satu lantai, dinding dan lantai
dilapisi semen dan keramik, dengan atap menggunakan seng.
26

Gambar 6. Keadaan Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah Tn. S


Rumah terdiri dari ruang keluarga, satu kamar tidur, ruang dapur, dan
kamar mandi. Dinding seluruh ruangan di rumah dibatasi dengan tembok yang
terbuat dari batu bata dilapisi semen dan cat. Ruang keluarga terletak di bagian
depan dan juga berfungsi sebagai ruag tidur bagi Tn. S. Di ruang keluarga
terdapat barang-barang seperti tumpukan bantal, lemari, kipas angin, karpet,
barang barang pribadi milik Tn.S. Ruang keluarga ini terdapat tiga buah jendela
dan pintu ventilasi udara di rumah pasien cukup memadai. Cahaya bisa masuk
melalui pintu utama dan kedua jendela dengan cukup baik. Keadaan ini
menyebabkan sirkulasi udara pada ruang tengah baik. Di rumah ini terdapat 1
kamar tidur tanpa jendela sehingga kamar tidur tampak sangat gelap dan lembab.
Pada bagian dapur, kamar tidur dan dan kamar mandi sirkulasi tidak baik. Daerah
dapur langsung terhubung dengan pintu menuju kamar mandi. Keadaan kamar
mandi cukup lembab dikarenakan lantai kamar mandi terbuat dari bahan semen
sehingga penyerapan air di kamar mandi kurang baik. Sumber air untuk MCK
kurang terjamin karena menggunakan air tanah sedangkan sumber air minum
menggunakan air mineral. Jamban ada di dalam kamar mandi. Pengelolaan feses
melalui septic tank. Tidak tampak sampah berserakan di beberapa sudut rumah
pasien. Rumah dibersihkan setiap hari.
27

Gambar 7. Keadaan Ruang Tengah Rumah Tn. S

Gambar 8. Keadaan Dapur Rumah Tn. S


28

Gambar 9. Keadaan Kamar Mandi Rumah Tn. S


d. Asesmen Perilaku
- Faktor gaya hidup seperti pola makan yang berlemak, goreng- gorengan,
dan tinggi garam dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi.
- Faktor genetik dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi.
- Seluruh anggota keluarga mengaku jarang mengonsumsi sayur dan buah.
- Tn. S dan Tn. D memiliki riwayat merokok dan perokok aktif. Kebiasaan
ini dapat menyebabkan anggota keluarga yang lain menjadi perokok pasif.
- Seluruh keluarga mengaku jarang melakukan kegiatan fisik dan
berolahraga
- Seluruh anggota keluarga memiliki JKN
e. Rangkuman Hasil Asesmen
Dari hasil asesmen yang telah dilakukan, didapatkan keluhan pada keluarga Tn.S.
adalah Tn.S yang menderita hipertensi. Faktor usia, faktor genetik, pola makan,
dan faktor kebiasaan (gaya hidup) merupakan faktor pencetus penyakit hipertensi
29

yang dialami keluarga Tn.S. Anak-anak Tn.S pun berisiko mengalami hipertensi
di kemudian hari melihat gaya hidup, pola makan, serta jarangnya melakukan
aktivitas fisik. Intervensi akan dilakukan berdasarkan prioritas masalah yang telah
didapatkan dari hasil asesmen ini.

4.1.2 Keluarga Ny. N


a. Pengenalan Anggota Keluarga secara Umum
Keluarga Ny. N terdiri dari 5 orang, yaitu Tn. A, Ny. M, An. D., An. S. Saat ini
Ny. N berusia 46 tahun tidak bekerja dulunya bekerja sebagai dosen. Adik Ny. N,
yaitu Ny. M berusia 42 tahun tinggal dengan suaminya dan kedua anaknya. Suami
Ny. M adalah Tn. A berusia 44 tahun dan anak Ny. M adalah An. S berusia 18
tahun dan An. D berusia 12 Tahun.
1. Ny. N
Status dalam keluarga : Bibi
Umur : 42 tahun
Pekerjaan : Tidak Berkerja
Pendidikan terakhir : S1
Agama : Islam
Asal : Palembang
BB : 53 kg
TB : 158 cm
IMT : 24,3 kg/m2
Golongan darah :A
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
- Riwayat genetik
Ny. N tidak tahu mengenai riwayat penyakit pada keluarga
- Pekerjaan
Ny. N sudah tidak bekerja lagi, dulu bekerja sebagai dosen
- Gaya hidup
Saat ini pasien tidak bekerja. Kegiatan sehari-hari nya adalah beristirahat di
rumah dan merajut kerajinan tangan. Kegiatan Ny. N yang hanya di rumah
30

membuatnya jarang berolahraga. Kebiasaan merokok dan minum alkohol


disangkal.
- Diet
Ny. N makan secara teratur sebanyak tiga kali sehari. Menu sehari-hari yang
sering dimakannya adalah nasi, tahu, tempe, dan gorengan
- Penyakit yang pernah diderita
Ny. N terdiagnosis hipertensi sejak 2 bulan yang lalu dan baru mengonsumsi
obat amlodipine 5 mg. Pasien rutin minum obat dan kontrol ke pelayanan
kesehatan. Pasien juga mengalami skizofrenia sejak 5 tahun yang lalu. Dan
rutin berobat ke puskesmas setiap 2 minggu.

2. Tn. A
Status dalam keluarga : Ayah (Kepala Keluarga)(Adik Ipar Ny. N)
Umur : 44 tahun
Pekerjaan : Pegawai kantoran
Pendidikan terakhir : S1
Agama : Islam
Asal : Palembang
BB : 70 kg
TB : 166 cm
IMT : 25,4 kg/m2
Golongan darah :A
Tekanan Darah : 130/83 mmHg
- Riwayat genetik
Tn. A memiliki riwayat penyakit hipertensi dan DM pada ayah
- Pekerjaan
Tn. A bekerja sebagai pegawai kantor yang membuatnya jarang untuk
melakukan aktifitas fisik.
- Gaya hidup
31

Kegiatan sehari-hari bekerja. Kantoran dari jam 8 pagi hingga jam 3 sore.
Kegiatan Tn. A yang bekerja di kantor membuatnya jarang berolahraga. Tn.
A merokok 4-6 batang/ hari.
- Diet
Tn. A makan secara teratur sebanyak tiga kali sehari. Menu sehari-hari yang
sering dimakannya adalah nasi, tahu, tempe, dan ayam.
- Penyakit yang pernah diderita
Tn. A tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis.

3. Ny. M
Status dalam keluarga : Ibu (Kakak dari Ny. N)
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : Guru SMA
Pendidikan terakhir : S1
Agama : Islam
Asal : Palembang
BB : 53 kg
TB : 158 cm
IMT : 24,3 kg/m2
Golongan darah :A
Tekanan Darah : 125/80 mmHg
- Riwayat genetik
Ny. M tidak tahu mengenai riwayat penyakit pada keluarga
- Pekerjaan
Ny. M bekerja sebagai guru SMA yang membuatnya melakukan aktifitas fisik
sedang.
- Gaya hidup
Pasien bekerja sebagai guru SMA dan rutin berolahraga setiap minggu.
Kebiasaan merokok dan minum alkohol disangkal.
- Diet
32

Ny. M makan secara teratur sebanyak tiga kali sehari. Menu sehari-hari yang
sering dimakannya adalah nasi, tahu, tempe, dan ayam.
- Penyakit yang pernah diderita
Ny. M tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis.
4. An. S
Status dalam keluarga : Anak Pertama (keponakan dari Ny. N)
Umur : 18 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Asal : Palembang
BB : 65 kg
TB : 158 cm
IMT : 26,03 kg/m2
Golongan darah :A
Tekanan Darah : 125/80 mmHg
- Riwayat genetik
An. S memiliki riwayat penyakit hipertensi pada bibnya dan kakeknya.
Riwayat penyakit skizofrenia pada bibinya dan riwayat penyakit DM pada
kakeknya.
- Pekerjaan
An. S bekerja mahasiswa yang membuatnya jarang melakukan aktifitas fisik.
- Gaya hidup
Pasien bekerja sebagai mahasiswa dan sangat jarang berolahraga. Kebiasaan
merokok dan minum alkohol disangkal.
- Diet
An. S makan secara teratur sebanyak tiga kali sehari diselingi snack sebanyak
2 kali. Menu sehari-hari yang dimakannya adalah nasi, tahu, tempe, dan
ayam. Dan selingan berupa pempek atau manisan.
- Penyakit yang pernah diderita
33

An. S tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis. An. S
juga melakukan imunisasi secara lengkap
4. An. D
Status dalam keluarga : Anak Pertama (keponakan dari Ny. N)
Umur : 12 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan terakhir :-
Agama : Islam
Asal : Palembang
BB : 45 kg
TB : 140 cm
IMT : 31,25 kg/m2
Golongan darah :A
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Riwayat genetik
An. S memiliki riwayat penyakit hipertensi pada bibnya dan kakeknya.
Riwayat penyakit skizofrenia pada bibinya dan riwayat penyakit DM pada
kakeknya.
- Pekerjaan
An. S seorang yang membuatnya melakukan aktifitas fisik seminggu sekali.
- Gaya hidup
Pasien sangat jarang berolahraga. Kebiasaan merokok dan minum alkohol
disangkal.
- Diet
An. D makan secara teratur sebanyak tiga kali sehari diselingi snack sebanyak
2 kali. Menu sehari-hari yang dimakannya adalah nasi, tahu, tempe, dan
ayam. Dan selingan berupa buah atau manisan atau jajanan.
- Penyakit yang pernah diderita
An. D tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis. An. D
juga melakukan imunisasi secara lengkap
c. Asesmen Lingkungan
34

Lingkungan rumah Ny. N tampak bersih dan asri. Terlihat banyak tanaman
bebuahan dihalaman rumah pasien. Di halaman pasien memelihara beberapa
ayam. Rumah Ny. N bersebelahan langsung dengan tetangga. Rumah Ny. N
terdiri dari dua lantai, dinding dan lantai dilapisi semen dan keramik, dengan atap
menggunakan genteng.
35

Gambar 10. Keadaan Rumah dan Lingkungan Sekitar Rumah Ny. N


Rumah terdiri dari ruang keluarga, tiga kamar tidur, ruang dapur, dan dua
kamar mandi. Dinding seluruh ruangan di rumah dibatasi dengan tembok yang
terbuat dari batu bata dilapisi semen dan cat. Ruang keluarga terletak di bagian
depan dan juga berfungsi sebagai ruang tamu.
Di ruang keluarga terdapat barang-barang seperti TV, lemari, kipas angin,
karpet, meja, dan sofa. Ruang keluarga ini terdapat tiga buah jendela dan pintu
ventilasi udara di rumah pasien memadai. Cahaya bisa masuk melalui pintu utama
dan kedua jendela dengan cukup baik. Keadaan ini menyebabkan sirkulasi udara
pada ruang tengah baik. Di rumah ini terdapat tiga kamar tidur dan terdapat
36

jendela sehingga kamar tidur terang dan tidak lembab sehingga sirkulasi udara
baik. Daerah dapur terdapat dua buah jendela dan sirkulasi udara baik. Keadaan
kamar mandi lantai kamar mandi terbuat dari bahan keramik sirkulasi udara baik.
Sumber air untuk MCK menggunakan air PDAM sedangkan sumber air minum
menggunakan air mineral. Jamban ada di dalam kamar mandi. Pengelolaan feses
melalui septic tank. Tidak tampak sampah berserakan di beberapa sudut rumah
pasien. Rumah dibersihkan setiap hari.

Gambar 11. Keadaan Ruang Tengah Rumah Ny. N


37

Gambar 12. Keadaan Dapur Rumah Ny. N

Gambar 13. Keadaan Kamar Mandi Rumah Ny. N


38

d. Asesmen Perilaku
- Faktor gaya hidup seperti pola makan yang berlemak, goreng- gorengan,
dan tinggi garam dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi.
- Faktor genetik dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi.
- Seluruh anggota keluarga mengaku jarang mengonsumsi sayur dan buah.
- Tn. S dan Tn. D memiliki riwayat merokok dan perokok aktif. Kebiasaan
ini dapat menyebabkan anggota keluarga yang lain menjadi perokok pasif.
- Seluruh keluarga mengaku jarang melakukan kegiatan fisik dan
berolahraga
- Seluruh anggota keluarga memiliki JKN

4.1.3 Keluarga Tn. A


1. Tn. A
Status dalam keluarga : Ayah (Kepala Keluarga)
Umur : 70 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Asal : Palembang
BB : 70 kg
TB : 166 cm
IMT : 25,40 kg/m2s
Golongan darah :A
Tekanan Darah : 130/83 mmHg
- Riwayat genetik
Tidak tahu mengenai riwayat penyakit pada keluarga.
- Pekerjaan
Tn. A bekerja sebagai pedagang di rumah yang membuatnya jarang untuk
melakukan aktifitas fisik.
- Gaya hidup
39

Kegiatan sehari-hari berdagang dari jam 8 pagi hingga jam 3 sore. Kegiatan
Tn. A yang berdagang di rumah membuatnya jarang berolahraga. Tn. A dulu
merokok sekitar merokok 4-6 batang/ hari.
- Diet
Tn. A makan secara teratur sebanyak tiga kali sehari. Menu sehari-hari yang
sering dimakannya adalah nasi, tahu, tempe, dan ayam.
- Penyakit yang pernah diderita
Tn. A memiliki penyakit diabetes melitus sejak 7 tahun yang lalu dan
mengaku keluhan yang sering dialaminya yaitu kaki dan tangan terasa kebas
dan kesemutan. Pasien sering bangun untuk kencing 3x/malam, BAK banyak
kira-kira dua gelas aqua. Tn. A juga mengaku sering merasa haus, pasien
minum kurang lebih 10 gelas air per hari. Tn. A biasa diberikan Metformin
500 mg dan Glimepirid 2 mg namun tidak dikonsumsi secara rutin terkadang
hanya 1 obat. Tn. A juga memiliki penyakit hipertensi sejak 3 tahun yang
lalu dengan keluhan pusing sesekali. Tn. A biasa diberikan obat amlodipin 5
mg.
2. Ny. K
Status dalam keluarga : Ibu (Istri dari Tn. A)
Umur : 66 tahun
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan terakhir : SD
Agama : Islam
Asal : Palembang
BB : 53 kg
TB : 158 cm
IMT : 24,3 kg/m2
Golongan darah :A
Tekanan Darah : 125/80 mmHg
- Riwayat genetik
Ny. K tidak tahu mengenai riwayat penyakit pada keluarga
- Pekerjaan
40

Ny. K bekerja sebagai pedagang yang membuatnya melakukan aktifitas fisik


sedang.
- Gaya hidup
Pasien bekerja sebagai pedagang dan jarang berolahraga. Kebiasaan merokok
dan minum alkohol disangkal.
- Diet
Ny. K makan secara teratur sebanyak tiga kali sehari. Menu sehari-hari yang
sering dimakannya adalah nasi, tahu, tempe, dan ayam.
- Penyakit yang pernah diderita
Ny. K tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis.
c. Asesmen Lingkungsn
Lingkungan rumah Tn A. tampak padat. Jarak antar tetangga sangat dekat. Di
bagian depan rumah Tn. A langsung dihadapkan dengan dagangan Tn. A dan
istrinya. Rumah Tn. A sangat berhempitan dengan tetangga. Rumah Tn. A terdiri
dari satu lantai, dinding dan lantai dilapisi semen dan keramik, dengan atap
menggunakan genteng.
Rumah terdiri dari ruang keluarga, satu kamar tidur, ruang dapur, dan satu
kamar mandi. Dinding seluruh ruangan di rumah dibatasi dengan tembok yang
terbuat dari batu bata dilapisi semen dan cat. Ruang keluarga terletak di bagian
depan dan juga berfungsi sebagai ruang tamu.
Di ruang keluarga terdapat barang-barang seperti TV, lemari, kipas angin,
karpet, meja, dan barang barang pribadi Tn. A. Ruang keluarga ini terdapat satu
buah jendela dan pintu ventilasi udara di rumah pasien kurang memadai. Cahaya
hanya masuk melalui pintu utama dan satu jendela. Keadaan ini menyebabkan
sirkulasi udara pada ruang tengah kurang baik. Di rumah ini terdapat dua kamar
tidur dan terdapat jendela di tiap kamar tidur terang dan tidak lembab sehingga
sirkulasi udara baik. Daerah dapur terdapat satu buah jendela dan sirkulasi udara
baik. Keadaan kamar mandi lantai kamar mandi terbuat dari bahan semen di lapisi
keramik. Sumber air untuk MCK menggunakan air PDAM sedangkan sumber air
minum menggunakan air mineral. Jamban ada di dalam kamar mandi.
41

Pengelolaan feses melalui septic tank. Tidak tampak sampah berserakan di


beberapa sudut rumah pasien. Rumah dibersihkan setiap hari.

Gambar 14. Keadaan Ruang Tengah Rumah Tn. A

Gambar 12. Keadaan Dapur Rumah Tn.A


42

Gambar 13. Keadaan Kamar Mandi Rumah Tn. A


d. Asesmen Perilaku
- Faktor gaya hidup seperti pola makan yang berlemak, goreng- gorengan,
dan tinggi garam dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi.
- Seluruh anggota keluarga mengaku jarang mengonsumsi sayur dan buah.
- Tn. A dan Ny. K memiliki riwayat merokok. Kebiasaan ini dapat
menyebabkan anggota keluarga yang lain menjadi perokok pasif.
- Seluruh keluarga mengaku jarang melakukan kegiatan fisik dan
berolahraga
- Seluruh anggota keluarga memiliki JKN
43

4.3 Penentuan Prioritas Masalah


Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 10 penyakit terbanyak,
dikumpulkan dan kemudian didiskusikan untuk menentukan prioritas masalah.
Prioritas masalah ditentukan dengan menggunakan metode USG; menentukan
tingkat urgensi (U), tingkat keseriusan (S), tingkat perkembangan (G). Masing-
masing kriteria ditetapkan dengan nilai 1-5 secara subjektif kemudian nilai
masing-masing kriteria dikalikan. Prioritas masalah diurutkan berdasarkan hasil
yang paling besar dari ketiga hal tersebut.
Tabel 1. Penetapan Prioritas Masalah yang didapatkan dengan menggunakan USG
No Total Skor
Masalah U S G Prioritas
(UxSxG)

1 Hipertensi 4 5 4 80 I

2 ISPA 2 3 4 24 VI

3 Gastritis 3 3 3 27 V

4 TB Paru 3 4 5 60 III

5 Osteoartritis 2 3 3 18 VII

6 Diabetes Mellitus Tipe 2 4 4 4 64 II

7 Diabetes Mellitus Tipe 1 3 4 4 48 IV

8 Tension Type Headache 2 4 3 24 VI

9 Faringitis Akut 2 2 3 12 VIII

10 Gangguan Psikotik 2 3 4 24 VI

Keterangan:
a. Urgency: Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
b. Seriousness: Seriousness dilihat dari dampak masalah tersebut
terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan
membahayakan sistem atau tidak.
44

c. Growth: Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang


dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk
kalau dibiarkan.
Berdasarkan penentuan prioritas di atas, didapatkan bahwa prioritas masalah
di Puskesmas Plaju yang akan dicari akar penyebab masalah serta alternatif dalam
pemecahan masalah adalah hipertensi.

4.4 Penetuan Penyebab Masalah


Setelah prioritas masalah didapatkan, langkah selanjutnya adalah penentuan
penyebab masalah. Dalam teori Blum (1974), dijelaskan terdapat 4 faktor utama
yang mempengaruhi derajat kesehatan. Keempat faktor tersebut saling
berinteraksi dan mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan
masyarakat. Beberapa faktor ini meliputi genetik dari keluarga, lingkungan sekitar
seperti sosial masyarakat, ekonomi yang berkembang, politik dan budaya
setempat, perilaku termasuk gaya hidup individu, dan pelayanan kesehatan (jenis
cakupan dan kualitas). Status kesehatan yang baik akan tercapai bila keempat
faktor tersebut berjalan optimal. Faktor yang paling besar memberikan pengaruh
terhadap tinggi rendahnya status kesehatan adalah faktor lingkungan dan perilaku.
Oleh karena itu perlu diupayakan terciptanya lingkungan dan perilaku yang sehat.
Penyebab masalah dalam diagnosis komunitas ini akan dianalisis
berdasarkan teori Blum, yaitu dari aspek: genetik, lingkungan, perilaku, dan
pelayanan kesehatan.

Identifikasi Pelayanan
Herediter Lingkungan Perilaku
Masalah Kesehatan
Hipertensi Riwayat Banyak Kurangnya Pelayanan
keluarga restoran yang pengetahuan kesehatan
dengan menyediakan masyarakat yang belum
hipertensi. makanan cepat terhadap dimanfaatkan
saji dan tinggi hipertensi, dan secara
garam. pencegahannya, optimal oleh
45

kebiasaan masyarakat
berolahraga
kurang, pola
makan tidak sehat
dan tinggi garam,
kurangnya
kesadaran untuk
skrining rutin

Salah satu metode yang dapat dipergunakan dalam mencari akar penyebab
masalah yaitu diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram tulang ikan/fish bo
ne). Alat ini merupakan cara terbaik untuk mengidentifikasi kemungkinan peny
ebab secara terfokus sehingga dapat dihindari kemungkinan terlewatnya penye
bab.
4.5 Fishbone Akar Masalah Hipertensi

Method
d Man Kurang patuh untuk
meminum obat sesuai
Kurangnya pengetahuan dengan anjuran dokter
mengenai penyakit
hipertensi
Kurang memiliki
kesadaran untuk kontrol
secara teratur ke fasilitas
Metode penyuluhan Pola hidup tidak sehat
layanan kesehatan
kurang merata (merokok, konsumsi
diterima oleh banyak mengandung
masyarakat garam dan lemak, dan
jarang erolahraga Tingginya angka
hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Plaju

Ekonomi
masyarakat Banyaknya tempat makan
sebagian besar yang menyediakan
Kesulitan ke menengah makanan tinggi garam
layanan kesehatan kebawah, sehingga
karena imobilisasi masyarakat sulit Kurangnya dukungan
akibat komplikasi untuk datang ke keluarga untuk meminum
hipertensi Puskesmas obat secara teratur dan
Material
Money menjauhi faktor risiko
Environment

Gambar . Fishbone Akar Masalah Hipertensi

45
4.6 Alternatif Pemecahan Masalah
Berdasarkan identifikasi akar masalah, didapatkan beberapa faktor yang mendukung tingginya kejadian hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Plaju. Dari masalah-masalah tersebut terdapat dua macam intervensi yang dapat dilakukan, yaitu intervensi langsung
dan tidak langsung. Intervensi langsung dapat dilakukan dengan cara pengobatan terhadap penyakit tersebut. Sedangkan intervensi
tidak langsung dilakukan dengan cara modifikasi atau intervensi terhadap faktor risiko atau determinan masalah yang ditemukan.

No Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah Sasaran Target


Masalah
1. Kepatuhan 1. Melakukan penyuluhan mengenai Masyarakat, Evaluasi proses
minum obat pentingnya minum obat secara petugas puskesmas,  Pengetahuan pentingnya konsumsi obat secara teratur
rendah dan tidak teratur dan kontrol rutin setiap dan kader. pada pasien hipertensi
rutin memeriksa bulan pada penderita hipertensi  Pengetahuan pentingnya kontrol rutin pada pasien
kesehatan 2. Melakukan kunjungan ke rumah hipertensi
warga yang menderita hipertensi  Kesadaran untuk melakukan minum obat dan kontrol
3. Membuat kartu kontrol yang meningkat
apabila secara berturut-turut  Pasien mendapatkan obat rutin
selama 10 kali tidak ada yang Evaluasi dampak
terlewat maka mendapat hadiah  Penderita hipertensi mengonsumsi obat teratur
sebagai apresiasi  Penderita hipertensi melakukan kontrol rutin
4. Menjalankan program Super Evaluasi hasil
Lontar (mengantar obat ke pasien Penderita hipertensi yang berobat teratur dan kontrol rutin
yang tidak dapat ke puskemas meningkat
menggunakan bantuan ojek online)

46
2. Pengetahuan 1. Memberikan penyuluhan mengenai Masyarakat, Evaluasi proses
masyarakat tanda dan gejala hipertensi Petugas puskesmas,  Pengetahuan tentang faktor risiko, tanda dan gejala,
mengenai tanda 2. Memberikan penyuluhan mengenai Kader pencegahan, serta komplikasi hipertensi meningkat
dan gejala, faktor faktor risiko hipertensi  Kesadaran untuk memeriksa kesehatan ke fasilitas
risiko, 3. Memberikan penyuluhan mengenai pelayanan kesehatan bila mengalami tanda dan gejala
komplikasi, dan komplikasi hipertensi hipertensi meningkat
pencegahan 4. Memberikan penyuluhan mengenai Evaluasi dampak
penyakit rendah pencegahan hipertensi  Masyarakat memeriksakan diri ke puskesmas jika
terdapat tanda dan gejala hipertensi
Evaluasi hasil
 Jumlah penderita hipertensi yang mendapat
pengobatan meningkat

3. Pola hidup tidak 1. Melakukan penyuluhan tentang bahaya Masyarakat, Evaluasi proses
sehat berupa rokok Kader,  Kesadaran akan pentingnya gaya hidup, aktivitas fisik
kebiasaan 2. Melakukan penyuluhan tentang pola Tenaga kesehatan, dan diet yang sehat untuk mencegah hipertensi
merokok, pola makan yang baik pada penderita Tokoh masyarakat,  Pengetahuan tentang cara melaksanakan gaya hidup,
makan buruk, hipertensi Ketua RT aktivitas fisik dan diet yang sehat untuk penderita
dan kurangnya 3. Mengadakan program olahraga rutin hipertensi
aktvitas fisik setiap minggu Evaluasi dampak
4. Mengedukasi anggota keluarga untuk  Masyarakat sudah menganggap gaya hidup, aktivitas
melakukan pemantauan diet harian dan fisik, dan diet yang sehat berperan penting dalam
pengobatan penderita hipertensi mengontrol dan mencegah hipertensi
 Masyarakat sudah melaksanakan gaya hidup, aktivitas
fisik, dan diet yang sehat untuk penderita hipertensi
 Tersedia tempat untuk melaksanan aktivitas fisik
Evaluasi hasil
 Peningkatan gaya hidup sehat di masyarakat

47
4.7 Rencana Kegiatan
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Target Kebutuhan Kebutuhan Waktu Rincian Indikator Biaya
Sumber Sumber Daya dan Pelaksanaan Keberhasilan
Daya Alat Tenaga Lokasi
Pelaksanaan
1 Mengadakan - Penerapan pola Warga 90% Speaker, Warga sekitar 1 minggu Pelaksanaan - Penurunan angka Rp400.000
senam sehat hidup sehat dan yang stetoskop, sebagai sekali di senam sehat kejadian
dan memodifikasi tinggal di tensimeter, instrukur tanah yang rutin hipertensi
pemeriksaan gaya hidup wilayah hadiah senam, kader, luas di seminggu - Menurunnya
tekanan darah sebagai cakupan doorprize petugas sekitar sekali diikuti angka kejadian
rutin pencegahan Puskesmas puskesmas kelurahan pemeriksaan terjadinya
hipertensi Plaju gula darah, komplikasi dari
- Deteksi dini dapat atau hipertensi
masyarakat diberikan
yang doorprize
mempunyai pada peserta
risiko penyakit yang aktif
tidak menular
terutama
hipertensi
2 Penyuluhan Meningkatkan Warga 90% Poster, leaflet, Petugas 1 bulan Pemaparan - Meningkatnya Rp
mengenai pengetahuan yang video puskesmas sekali di singkat lalu kunjungan 400.000,00
faktor risiko, mengenai faktor tinggal di presentasi, dan kader posyandu dilengkapi kontrol rutin
tanda dan risiko, tanda dan wilayah hadiah kesehatan dengan pasien Snack
gejala, gejala, cakupan miniquiz puskesmas diskusi dan hipertensi 15.000 x 30
komplikasi, komplikasi, Puskesmas sesi tanya - Menurunnya = 300.000
serta serta pentingnya Plaju jawab, jumlah rujukan
pentingnya minum obat, dilakukan akibat Leaflet
minum obat pola hidup miniquiz komplikasi 3.000 x 30
dan kontrol sehat, dan mengenai hipertensi =
rutin bagi kontrol rutin hipertensi dan Menurun 90.000
penderita bagi penderita diberi hadiah nya
hipertensi hipertensi bagi peserta jumlah Poster

48
serta pola yang dapat penderita 10.000
hidup sehat menjawab hipertensi

3 Pelatihan Kader kesehatan Kader 100% Materi Dokter 2 bulan Mengadakan Kader dapat Rp150.000
kader menjadi lebih kesehatan pelatihan, puskesmas sekali di pelatihan agar menggunakan
kesehatan kompeten, aktif puskesmas LCD, laptop, dan dokter puskesmas kader dapat tensimeter dan
berpartisipasi, dan ruang dari dinas di aula ikut serta dapat memberikan
tidak ketinggalan pertemuan kesehatan puskesmas memberi penyuluhan
informasi sebagai penyuluhan mengenai,
pelatih (langsung hipertensi
maupun
melalui media
sosial) dan
skrining
hipertensi
dengan
kuesioner
4 Kegiatan Menggapai Warga 90% Alat Petugas 1 bulan Melakukan Meningkatnya Rp100.000
home visit masyarakat yang yang transportasi, puskesmas sekali ke kunjungan cakupan
pasien yang berdomisili di tinggal tensimeter, kader rumah rumah untuk pelayanan
berisiko wilayah kerja glukometer kesehatan, pasien di pemeriksaan hipertensi dan
maupun Puskesmas tetapi di wikayah dokter wilayah gula darah, deteksi dini
penderita jaraknya jauh cakupan puskesmas kerja tekanan darah hipertensi
PTM untuk skrining Puskesmas puskesmas dan
terutama maupun Plaju antropometri
hipertensi pengobatan 49 seluruh
anggota
keluarga dan
memberikan
edukasi serta
penatalaksana
an
5 Pemeriksaan - Deteksi penyakit Posyandu 80% Kartu kontrol, Petugas 1 bulan Melakukan Meningkatnya Rp500.000
tekanan darah hipertensi yang Posbindu hadiah, puskesmas sekali pemeriksaan kontrol rutin pasien
rutin di tidak terkontrol tensimeter kader tekanan darah hipertensi terpantau
posyandu dan - Memantau kesehatan, dan rutin
posbindu tekanan darah dokter memberikan Mendeteksi
disertai pasien hipertensi puskesmas edukasi serta masyarakat
dengan kartu - Meningkatkan tatalaksana dengan tekanan
kontrol keinginan darah tinggi
masyarakat
untuk kontrol 50
rutin
6 Demonstrasi Penerapan pola Penderita 60% Bahan Ahli gizi, 3 bulan Memberikan Meningkatnya Rp400.000
memasak makan sehat agar hipertensi makanan, petugas sekali di edukasi dan cakupan
bahan terkendalinya di wilayah peralatan puskesmas salah satu demonstrasi pelayanan
makanan tekanan darah kerja masak rumah warga memasak hipertensi sesuai
untuk penderita hipertensi Puskesmas bahan standar
penderita dan penyakit Plaju makanan yang
hipertensi terkontrol sehat untuk
penderita
hipertensi,
pelatih
mengajari
beberapa
peserta yang
berkumpul
mengenai cara
memasak
bahan
makanan yang
sehat untuk
disebarkan ke
warga lainnya
52

BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Prioritas masalah kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Plaju Palembang
adalah hipertensi.
2. Peningkatan angka kesakitan akibat hipertensi dan capaian program yang
rendah dapat disebabkan karena kesadaran masyarakat yang kurang tentang
hipertensi serta gaya hidup yang tidak sehat, rendahnya kesadaran untuk
melakukan pengecekan rutin tekanan darah, serta kepatuhan memakan obat
dan kontrol setiap bulan yang tidak maksimal.
3. Dari hasil analisis masalah, alternatif pemecahan masalah, serta penyusunan,
perancangan, dan penganggaran kesehatan, maka kami memutuskan untuk
mengajukan beberapa kegiatan, yaitu mengadakan kegiatan promosi
kesehatan berupa senam sehat, penyuluhan hipertensi, pelatihan kader,
pelaksanaan pemeriksaan kesehatan rutin dengan kartu kontrol, skrining
melalui home visit, dan kegiatan demo memasak bahan makanan sehat untuk
mencegah hipertensi dan untuk pasien hipertensi.
4. Hasil yang diharapkan adalah peningkatan pengetahuan masyarakat
mengenai hipertensi, meningkatkan kesadaran dan kepatuhan makan obat
secara teratur, serta modifikasi gaya hidup. Program-program kesehatan
yang dicanangkan tersebut diharapkan dapat meningkatkan derajat
kesehatan dan kualitas hidup masyarakat, sehingga dapat menurunkan angka
kejadian hipertensi di masyarakat dan mencegah terjadi komplikasi lanjut.

5.2. Saran
1. Saran bagi masyarakat pada wilayah kerja Puskesmas Plaju adalah program
terkait modifikasi gaya hidup, dengan cara menjalankan PHBS, menghentikan
kebiasaan merokok, mengontrol diet dan aktivitas fisik, serta melakukan
kontrol rutin setiap bulan.
53

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43


Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. 2019.
2. Herqutanto,., Werdhani, R.A., & Prihartono, J. 2014. Buku Keterampilan
Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas. Departemen Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Ium, HL. Planning For health, development and aplication of social
changes theory.New York: Human Sciences Press;1974.
4. Kementrian Kesehatan RI, Sekretariat Jenderal. Profil kesehatan Indonesia
tahun 2019. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2020.
5. Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta, 413.
6. Kompak. Buku Panduan Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu. Diakses
pada tanggal 27 Agustus 2021 dari:
https://batukarinfo.com/BukuPanduanPerencanaanTingkatPuskesmasTerpa
du.pdf.
7. Heldy,B.Z.2013. Analisis Perencanaan Tingkat Puskesmas di Kota Medan
Tahun 2012. Kebijakan, Promosi Kesehatan dan Biostatistika, 2(1),14386.
8. Fadilah, R. 2017. Analisis Pelaksanaan Sistem Pencatatan Dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas (SP2TP) Di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Manda
iling Natal Tahun 2017.
9. Laura, S. 2019. Analisis Pelaksanaan Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Te
rpadu Puskesmas di Kota Padang Tahun 2018 (Doctoral dissertation, Univ
ersitas Andalas).
10. Suhbah, W. D., Suryawati, C., Kusumastuti, W. 2019. Evaluasi Pelaksana
an Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBIND
U PTM) Puskesmas Sukolilo I Kabupaten Pati. Jurnal Kesehatan Masyar
akat (e-Journal), 7(4), 647-657.
11. Fattima, E. T., Wahyudo, R., Setiawan, G., dkk. 2016. Gambaran Pengeta
huan Lansia terhadap Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi di Puskesma
s Cipayung Kota Depok 2015. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, 1
(2), 220-225.
12. Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesm
as.

Anda mungkin juga menyukai