Anda di halaman 1dari 37

Tugas IKM-IKK FK Unsri

LAPORAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

DIAGNOSIS KOMUNITAS WILAYAH KERJA


PUSKESMAS MAKRAYU

Kepanitraan Periode 15 November – 18 Desember 2021

Oleh:
Tiara Jannati Dewi, S.Ked 04054822022102
Frilla Adhany Marsya, S.Ked 04054822022104

Pembimbing:

Rina Haryanti, S.Tr.Keb, M.Kes


dr. Bella Nurindalia
dr. Asmarani Ma’mun, M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Diagnosis Komunitas dengan judul:


Diagnosis Komunitas Wilayah Kerja
Puskesmas Makrayu

Disusun Oleh :
Tiara Jannati Dewi, S.Ked 04054822022102
04054822022104
Frilla Adhany Marsya, S.Ked

Telah diterima sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin

Palembang.

Palembang, Desember 2021

Mengetahui,
Kepala Bagian IKM-IKK FK Unsri
dr. Emma Novita, M.Kes ……………………

Dosen Supervisor
dr. Asmarani Ma’mun, M.Kes ……………………

Kepala Puskesmas Makrayu


Rina Haryanti. S.Tr.Keb, M.Kes ……………………

Pembimbing Puskesmas Makrayu


dr. Bella Nurindalia ……………………

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir dengan judul “Diagnosis Komunitas Wilayah Kerja Puskesmas
Makrayu”. Laporan akhir ini merupakan salah satu syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu
Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Kepala Puskesmas Makrayu Rina Haryanti. S.Tr.Keb,
M.Kes, dr. Bella Nurindalia selaku dokter pembimbing selama bertugas di
Puskesmas, dan dr. Asmarani Ma’mun, M.Kes selaku supervisor beserta staf-staf
Puskesmas Makrayu, teman-teman, dan semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan akhir ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan akibat keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan di masa mendatang. Semoga karya tulis
ini bermanfaat bagi semua pihak yang bersangkutan.

Palembang, Desember 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL. ..........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................3
1.3 Manfaat.......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4
2.1 Batasan Masalah Kesehatan ....................................................................... 4
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Menurut L.Blum................ 5
2.3 Jenis Masalah Kesehatan di Indonesia ........................................................ 7
2.4 Manajemen Puskesmas............................................................................... 8
2.5 Konsep Perencanaan Terpadu Puskesmas ................................................... 9
BAB III ANALISIS SITUASI PUSKESMAS MAKRAYU ............................ 20
3.1 Analisa Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat ........................................... 20
3.2 Faktor Determinan ..................................................................................... 23
3.2.1 Keadaan Umum/Kependudukan ..................................................... 23
3.2.2 Kinerja Sistem Kesehatan/Program Kesehatan ................................ 24
3.2.3 Program Inovasi Puskesmas Makrayu ............................................. 25
BAB IV DIAGNOSIS KOMUNITAS DAN PERENCANAAN
PENGANGGARAN KESEHATAN TERPADU ............................................. 26
4.1 Diagnosis Komunitas ................................................................................. 26
4.1.1 Identifikasi Masalah ......................................................................... 26
4.1.2 Penentuan Prioritas Masalah ............................................................ 26
4.1.3 Penentuan Akar Penyebab Masalah .................................................. 28
4.1.4 Alternatif Pemecahan Masalah ......................................................... 29
4.2 Penyusunan Perancangan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu ...............30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 31


5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 31
5.2 Saran......................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 33

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas merupakan unit pelaksana pembangunan kesehatan yang
mandiri dan bertanggung jawab dalam memegang andil yang besar terhadap
keberhasilan dalam pembangunan kesehatan. Puskesmas melaksanakan pelayanan
kesehatan menyeluruh meliputi promotif, kuratif, dan rehabilitatif dan sebagai
unit pelayanan kesehatan yang melibatkan masyarakat, puskesmas lebih
menekankan aspek preventif dalam agenda kerjanya.1
Salah satu upaya pemecahan masalah kesehatan keluarga dengan
pendekatan layanan primer adalah melalui diagnosis komunitas. Diagnosis
komunitas adalah suatu kegiatan untuk menetukan adanya suatu masalah dengan
cara pengumpulan data masyarakat di lapangan. Menurut definisi WHO,
diagnosis komunitas adalah penjelasan secara kuantitatif dan kualitatif mengenai
kondisi kesehatan di komunitas serta faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
kesehatannya. Tujuannya adalah agar teridentifikasi permasalahan yang mendasar
dan menyusun solusi pemecahan masalah kemudian dicarikan alternatif
pemecahan masalah.2
Diagnosis komunitas diawali dengan mengidentifikasi masalah kemudian
mengarahkan suatu intervensi perbaikan sehingga menghasilkan suatu rencana
kerja yang konkrit. Diagnosis komunitas merupakan keterampilan (skill) yang
harus dikuasai oleh dokter di fasilitas kesehatan tingkat primer, dan/atau bila
bekerja sebagai pimpinan institusi/unit kesehatan yang bertanggung jawab atas
kesehatan suatu komunitas/masyarakat untuk menerapkan pelayanan kedokteran
secara holistik dan komprehensif.3,4
Dalam penerapannya, penggunaan diagnosis komunitas dalam suatu
program kesehatan digunakan untuk berperan sebagai referensi data kesehatan
dalam suatu wilayah, menyediakan gambaran secara keseluruhan mengenai
masalah kesehatan pada komunitas lokal dan penduduknya, merekomendasikan
intervensi yang akan dijadikan prioritas dan solusi pemecahan masalah yang

1
mampu laksana, mengindikasi alokasi sumber daya dan mengarahkan rencana
kerja di masa depan, menciptakan peluang dari kolaborasi inter sektoral dan
keterlibatan media, dan pembentukan dasar indikator keberhasilan dari evaluasi
program kerja kesehatan.3,4
Puskesmas makrayu merupakan puskesmas Induk di Kecamatan Ilir Barat
II Kota Palembang. Wilayah kerja puskesmas makrayu terdiri dari 7 kelurahan
yaitu Kelurahan 27 Ilir, Kelurahan 28 Ilir, Kelurahan 29 Ilir, Kelurahan 30 Ilir,
Kelurahan 32 Ilir, Kelurahan 35 Ilir dan Kelurahan Kemang Manis. Jumlah
penduduk Kelurahan27 Ilir terdiri atas 2.691 jiwa, Kelurahan 28 Ilir terdiri atas
3.062 jiwa, Kelurahan 29 Ilir terdiri atas 8.777 jiwa, Kelurahan 30 Ilir terdiri
atas 21.017 jiwa, Kelurahan 32 Ilir terdiri atas 14.593 jiwa, Kelurahan 35 Ilir
terdiri atas 12.069 jiwa dan Kelurahan Kemang Manis terdiri atas 7.307 jiwa. 5
Berdasarkan data kunjungan 10 (sepuluh) penyakit terbanyak di
Puskesmas Makrayu dari bulan Januari sampai dengan Desember 2020,
didapatkan penyakit terbanyak yaitu: hipertensi esensial, dispepsia, ISPA,
influenza, myalgia, faringitis akut, dermatitis kontak alergi, diabetes mellitus tipe
2, osteoarthritis, sakit kepala.5
Laporan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan masalah yang
ada serta penyebabnya dari berbagai aspek yang terjadi pada masyarakat sekitar,
khususnya masyarakat Kelurahan 32 Ilir, Kota Palembang. Laporan ini
diharapkan dapat membantu menemukan intervensi terhadap masalah yang ada
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Makrayu Palembang.

2
1.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen puskesmas dalam menyusun
perencanaan kegiatan tahunan dan melaksanakan kegiatannya berdasarkan fungsi
dan azas penyelenggaraannya.
b. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan terbanyak dan penyebabnya di
wilayah kerja Puskesmas Makrayu.
2. Menentukan alternatif pemecahan dari masalah kesehatan yang ada.
3. Menyusun rencana perencanaan dan penganggaran terpadu.

1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui kondisi kesehatan dari masyarakat yang di wilayah kerja
Puskesmas Makrayu.
2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan masyarakat yang di wilayah kerja
Puskesmas Makrayu bisa ditingkatkan.
3. Untuk mengetahui bagaimana caranya untuk meningkatkan kondisi kesehatan
komunitas
4. Dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan potensi yang ada.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan Masalah Kesehatan

Masalah kesehatan adalah suatu masalah kompleks yang merupakan hasil


dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.
Datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa ditolak, meskipun terkadang
bisa dicegah atau dihindari. Untuk memahami masalah kesehatan, kita perlu
mengetahui Batasan Kesehatan masyarakat. Batasan kesehatan masyarakat (public
health) menurut Profesor Winslow (1920) dari Universitas Yale adalah ilmu dan
seni mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehatan
fisik dan mental, dan efisiensi, melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat
untuk meningkatkan dan perbaikan sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit
menular, pendidikan kebersihan pribadi, pengorganisasian pelayanan medis dan
perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan, dan pengembangan rekayasa
sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam
memelihara kesehatan.6,7
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor kualitas hidup yang
mencerminkan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Menurut epidemiologi,
penentuan masalah (medis dan non medis) di komunitas harus memakai indikator
yang merepresentasikan permasalahan komunitas/ masyarakat. Berikut adalah
indikator status kesehatan yang biasa dipakai untuk menggambarkan masalah
kesehatan di komunitas:8

a. Angka Kematian (Mortality rate): AKI, AKB, Angka Kematian akibat


penyakit tertentu, dll
b. Angka Kesakitan (Morbidity rate): Insiden, prevalen (menyangkut berbagai
penyakit)
c. Angka Kecacatan (Disability rate): Angka absensi, dll Selain indikator diatas
terdapat indikator lain yang sering dipergunakan misalnya :
d. Indikator jangkauan pelayanan kesehatan, misalnya cakupan ibu hamil yang
mendapat pelayanan ANC.
e. Rasio petugas kesehatan-penduduk, misalnya rasio dokter: penduduk
f. Indikator kesehatan lingkungan, misalnya persentase penduduk yang
4
mendapat air bersih
g. Indikator sosio-demografi (komposisi/struktur/distribusi, income per capita,
angka buta huruf, dll)

Bila sudah ditemukan area masalah, maka juga perlu mengetahui berbagai
faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut. Konsep terjadinya
penyakit menurut Blum dapat dipakai untuk membuat kerangka konsep yang
menjelaskan mengapa penyakit tersebut terjadi. Ini akan membantu menentukan
data apa yang akan dikumpulkan dari masyarakat agar mendapatkan masalah yang
utama dan hal-hal lain yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.8

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Menurut L. Blum


Teori Blum (1974) menyebutkan terdapat empat factor yang mempengaruhi
derajat kesehatan yakni, perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan genetic.
Keempat faktor tersebut merupakan faktor yang memiliki peranan yang sangat
besar dalam meningkatkan status kesehatan baik individu maupun masyarakat.
Faktor pertama yakni perilaku, perilaku seseorang memiliki peranan penting
dalam menjaga status kesehatan, karena kesadaran dalam pribadi seseorang harus
dimunculkan untuk mencapai budaya hidup bersih dan sehat sehingga terhindar
dari berbagai penyakit seperti diare. Berikut ini contoh dari life style yang dapat
mempengaruhi kesehatan seseorang: 9,10
a. Perilaku perokok sejak dini akan meningkatkan risiko kanker pada paru-
paru.
b. Perilaku mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food) akan meningkatkan
risiko obisitas yang berisiko pada penyakit jantung.
c. Kebiasaan melakukan konsep 3 M (menguras, mengubur dan menutup)
pada pencegahan DBD akan menurunkan prevalensi penyakit DBD
Faktor kedua yaitu lingkungan, salah satu yang menjadi sumber
berkembangnya suatu penyakit yaitu karena kondisi sanitasi lingkungan yang
buruk dan dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Penumpukan sampah
yang tidak dikelola dengan benar dapat menjadi penyebab. Tempat pelayanan
kesehatan sendiri memiliki beberapa program terkait dengan pemeliharaan

5
sanitasi lingkungan untuk mencegah terjadinya berbagai penyakit seperti diare,
namun masih terkendala dengan jumlah tenaga kesehatan lingkungan yang masih
kurang memadai.

Faktor ketiga yaitu pelayanan kesehatan yang menjadi penunjang dalam


meningkatkan derajat ksehatan masyarakat. Ketersediaan fasilitas sangat
berpengaruh oleh lokasi, apakah dapat dijangkau oleh masyarakat atau tidak,
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat
untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh pelayanan, serta program
pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu
sendiri. Semakin mudah akses individu atau masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan maka derajat kesehatan masyarakat semakin baik. Adapun faktor
pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi kesehatan, dapat terlihat sebagai
berikut:9,10
a. Adanya upaya promotif terhadap penularan HIV/AIDS akan menurunkan
prevalensi HIV/AIDS.
b. Tersedianya sarana dan prasaran kesehatan yang baik akan memudahkan
masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
berkualitas.
Faktor keempat yaitu genetic. Faktor keturunan/genetik ini juga sangat
berpengaruh pada derajat kesehatan. Hal ini karena ada beberapa penyakit yang
diturunkan lewat genetik atau faktor yang telah ada pada diri manusia yang
dibawa sejak lahir, misalnya: dari golongan penyakit keturunan, diantaranya:
diabetes melitus, asma bronkial, epilepsi, retardasi mental, hipertensi dan buta
warna. Faktor keturunan ini sulit untuk di intervensi dikarenakan hal ini
merupakan bawaan dari lahir dan jika di intervensi maka harga yang dibayar
cukup mahal. Berikut ini contoh faktor keturunan dapat mempengaruhi
kesehatan:9,10
a. Perkawinan antar golongan darah tertentu akan mengakibatkan thalassemia.
b. Adanya kretinisme yang diakibatkan mutasi genetik.
HL. Blum juga menyebutkan 12 indikator yang berhubungan dengan derajat
atau status kesehatan yaitu (1) lamanya usia harapan untuk hidup dari
masyarakat. (2) keadaan sakit atau cacat secara anatomis dan fisiologis. (3)
keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, kejiwaan maupun sosial
pada dirinya. (4) ketidakmampuan seseorang untuk bersosialisasi dan melakukan

6
pekerjaan dikarenakan sakit. (5) kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
berpartisipasi dalam menjaga dirinya untuk selalu dalam keadaan sehat. (6)
perilaku individu secara langsung berkaitan dengan masalah kesehatan. (7)
perilaku masyarakat terhadap lingkungan, dan ekosistem. (8) perilaku individu
atau masyarakat terhadap sesamanya, keluarga dan komunitasnya. (9) kualitas
komunikasi anggota masyarakat. (10) daya tahan individu atau masyarakat
terhadap penyakit. (11) kepuasan anggota masyarakat terhadap lingkungan
sosialnya meliputi rumah, pekerjaan, sekolah, rekreasi, transportasi dan lain-lain.
(12) kepuasan individu atau masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya
sendiri.

Gambar 1. Faktor yang Memengaruhi Derajat Kesehatan

2.2 Jenis Masalah Kesehatan di Indonesia


Masalah kesehatan di Indonesia terfokus pada 5 aspek yaitu terkait
dengan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI/AKB),
pencegahan stunting, pencegahan dan pengendalian penyakit baik meular
maupun tidak menular, penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) serta peningkatan sistem kesehatan nasional.
a) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme
asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap
7
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Bentuknya, Pemerintah memastikan seluruh masyarakat mendapatkan pelayanan
kesehatan melalui Badan Pengelola Jaminan Soaial (BPJS) Kesehatan.11
b) Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0
tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan
juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun
(dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup). Angka Kematian Ibu (AKI)
menunjukkan banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42
hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan,
yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena
sebab- sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Kematian Ibu adalah kematian
perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak
terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat
persalinan, yaitu kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan
lain-lain.11
c) Pencegahan Stunting
Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh
dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih
pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki
keterlambatan dalam berpikir. Umumnya disebabkan asupan makan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi.11
d) Peningkatan pengendalian penyakit menular maupun tidak menular, termasuk
penguatan health security untuk penanganan pandemi
Dalam mengatasi pandemi COVID-19, Kementerian Kesehatan telah
menyiapkan sejumlah dana yang akan dipakai untuk membiayai pengadaan
vaksin COVID-19, imunisasi, sarana dan prasarana dan penelitian dan
pengembangan kesehatan, serta cadangan bantuan iuran BPJS untuk PBPU/BP.
Kementerian Kesehatan juga akan menfokuskan program dan kegiatan prioritas
untuk pencegahan dan pengendalian penyakt termasuk TB.11
e) Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan
sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh
komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat
8
untuk meningkatkan kualitas hidup.12
f) Peningkatan Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.12

2.3 Manajemen Puskesmas


Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol (Planning, Organizing, Actuating,
Controling) untuk mencapai sasaran/tujuan secara efektif dan efesien. Efektif berarti
bahwa tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui proses penyelenggaraan yang
dilaksanakan dengan baik dan benar serta bermutu, berdasarkan atas hasil analisis
situasi yang didukung dengan data dan informasi yang akurat (evidence based).
Sedangkan efisien berarti bagaimana Puskesmas memanfaatkan sumber daya yang
tersedia untuk dapat melaksanaan upaya kesehatan sesuai standar dengan baik dan
benar, sehingga dapat mewujudkan target kinerja yang telah ditetapkan.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, disebutkan bahwa Puskesmas mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
diwilayah kerjanya dan berfungsi menyelenggarakan UKM dan UKP tingkat pertama
diwilayah kerjanya. Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota,
merupakan bagian dari dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai UPTD dinas
kesehatan kabupaten/kota. Oleh sebab itu, Puskesmas melaksanakan tugas dinas
kesehatan kabupaten/kota yang dilimpahkan kepadanya, antara lain kegiatan dalam
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/kota dan upaya
kesehatan yang secara spesifik dibutuhkan masyarakat setempat (local specific).
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Puskesmas tersebut, Puskesmas harus
melaksanakan manajemen Puskesmas secara efektif dan efisien. Siklus manajemen
Puskesmas yang berkualitas merupakan rangkaian kegiatan rutin berkesinambungan,
yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan secara bermutu,
yang harus selalu dipantau secara berkala dan teratur, diawasi dan dikendalikan
sepanjang waktu, agar kinerjanya dapat diperbaiki dan ditingkatkan dalam satu siklus
“Plan-Do-Check-Action (P-D-C-A)”.
Ruang lingkup pedoman manajemen puskesmas meliputi:
a. Perencanaan (P1)
9
b. Penggerakan dan pelaksanaan (P2)
c. Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja (P3)
d. Dukungan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam manajemen puskesmas.

2.4 Konsep Perencanaan Terpadu Puskesmas13,14,15


a) Analisis Situasi
Dalam meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program kesehatan
diperlukan suatu proses perencanaan yang menghasilkan rencana yang
komprehensif dan holistik. Adapun langkah pokok pemecahan masalah ini terdiri
atas analisis situasi, identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah,
penyusunan alternatif pemecahan masalah dan penyusunan rencana kerja.
Analisis situasi sebagai langkah awal dalam perencanaan dilakukan untuk
memperoleh gambaran masalah kesehatan yang ada di suatu wilayah tertentu serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan tersebut.
Faktor-faktor ini dapat berupa faktor risiko lingkungan, sosial, perilaku,
pendidikan, kependudukan dan pelayanan kesehatan. Tujuan dari analisis situasi
adalah memperoleh hasil yang digunakan sebagai tolak ukur dalam merencanakan
rumusan pemecahan masalah kesehatan.
b) Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilakukan dengan menggabungkan data primer dan
sekunder kemudian melakukan analisis perbandingan masalah kesehatan dengan
membuat daftar masalah yang terjadi di suatu wilayah. Terdapat tiga pendekatan
yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yaitu pendekatan
logistik, pendekatan pragmatis dan pendekatan politis. Pendekatan logistik
dilakukan dengan mengukur mortalitas dan morbiditas yang timbul dari suatu
penyakit tertentu. Pendekatan pragmatis adalah gambaran upaya masyarakat
untuk memperoleh pengobatan, misalnya dengan berobat ke fasilitas kesehatan.
Sedangkan pada pendekatan politis, masalah kesehatan diukur berdasarkan
pendapat pemerintah maupun tokoh-tokoh masyarakat.
c) Penentuan Prioritas Masalah
Pembangunan kesehatan tidak terlepas dari masalah keterbatasan
sumberdaya seperti Sumber Daya Manusia, Sarana dan Dana. Oleh karena itu
dalam menyiapkan kegiatan yang akan dilakukan pada tahap perencanaan awal
kegiatan untuk penanggulangan masalah kesehatan perlu ditentukan prioritas.
Selanjutnya masalah kesehatan atau jenis penyakit yang diprioritaskan untuk

10
ditanggulangi terlebih dahulu, ditentukan jenis atau bentuk intervensi yang akan
dilakukan sehingga dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas
masalah kesehatan yaitu (1) Metode Matematik, (2) Metode Delbeque dan Delphi,
(3) Metode Bryant dan (4) Metode USG (Azrul A, 1988)

1) Metode Matematika

Metoda ini dikenal juga sebagai metoda PAHO yaitu singkatan dari Pan
American Health Organization, karena digunakan dan dikembangkan di
wilayah Amerika Latin. Dalam metoda ini dipergunakan beberapa kriteria
untuk menentukan prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah berdasarkan:
(a) Luasnya masalah (magnitude) (b) Beratnya kerugian yang timbul
(Severity) (c) Tersedianya sumberdaya untuk mengatasi masalah kesehatan
tersebut (Vulnerability) (d) Kepedulian atau dukungan politis dan dukungan
masyarakat (Community and political concern) (e) Ketersediaan data
(Affordability).
Magnitude masalah, menunjukkan berapa banvak penduduk yang terkena
masalah atau penyakit tersebut. Ini ditunjukan oleh angka prevalensi atau
insidensi penyakit. Semakin luas atau banyak penduduk terkena atau semakin
tinggi prevalensi, maka semakin tinggi prioritas yang diberikan pada penyakit
tersebut.
Severity adalah besar kerugian yang ditimbulkan dari suatu penyakit.
Sebelumnya yang dipakai sebagai ukuran severity adalah Case Fatality Rate
(CFR) masing-masing penyakit. Sekarang severity tersebut bisa juga dilihat
dari jumlah disability days atau disability years atau disease burden yang
ditimbulkan oleh penyakit yang bersangkutan.
Vulnerability menunjukan sejauh mana ketersediaan teknologi atau obat
yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut. Ketersediaan vaksin cacar
yang sangat efektif misalnya, merupakan alasan kuat kenapa penyakit cacar
mendapat prioritas tinggi pada masa lalu. Sebaliknya dari segi vulnerability
penyakit HIV/AIDS mempunyai nilai prioritas rendah karena sampai sekarang
belum ditemukan teknologi pencegahan maupun pengobatannya.
Vulnerability juga bisa dinilai dari tersedianya infrastruktur untuk
melaksanakan program seperti misalnya ketersediaan tenaga dan peralatan.
Affordability menunjukkan ada tidaknya dana yang tersedia. Bagi negara

11
maju masalah dana tidak merupakan masalah akan tetapi di negara
berkembang seringkali pembiayaan program kesehatan tergantung pada
bantuan luar negeri.

Tabel 1. Tabel Prioritas Masalah dengan Metode PAHO

Kriteria/ masalah Masalah 1 Masalah 2 Masalah 3 Masalah 4

Magnitude (M)

Severity (S)

Vulnerability (V)

Community concern (C)

MxSxVxC

2) Metoda Delbeque dan Delphi


Metode Delbeque adalah metoda kualitatif dimana prioritas masalah
penyakit ditentukan secara kualitatif oleh panel expert. Caranya sekelompok
pakar diberi informasi tentang masalah penyakit yang perlu ditetapkan
prioritasnya termasuk data kuantitatif yang ada untuk masing-masing penyakit
tersebut. Dalam penentuan prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah pada
dasarnya kelompok pakar melalui langka-langkah (1) Penetapan kriteria yang
disepakati bersama oleh para pakar (2) memberikan bobot masalah (3)
menentukan skoring setiap masalah. Bengali demikian dapat ditentukan
masalah mana yang menduduki peringkat prioritas tertinggi. Penetapan
kriteria berdasarkan beratnya permasalahan menurut pendapat para pakar
dengan contoh kriteria persoalan masalah kesehatan berupa (1) Kemampuan
menyebar/menular yang tinggi (2) mengenai daerah yang luas (3)
mengakibatkan penderitaan yang lama (4) mengurangi penghasilan penduduk
(5) mempunyai kecendrungan menyebar meningkat dan lain sebagainya sesuai
kesepakatan para pakar.
Para expert kemudian menuliskan urutan prioritas masalah. Kemudian
dilakukan perhitungan suara. Hasil perhitungan ini disampaikan kembali
kepada para expert dan setelah itu dilakukan penilaian ulang oleh para expert
dengan cara yang sama. Diharapkan dalam penilaian ulang ini akan terjadi
kesamaan pendapat sehingga akhirnya diperoleh suatu konsensus tentang

12
penyakit atau masalah mana yang perlu diprioritaskan. Jadi metoda ini
sebeltulnya adalah suatu mekanisme untuk mencapai suatu konsensus.

Kelemahan cara ini adalah sifatnya yang lebih kualitatif dibandingkan


dengan metoda matematik yang disampaikan sebelumnya. Kelebihannya
adalah mudah dan dapat dilakukan dengan cepat. Penilaian prioritas secara
tertutup dilakukan untuk memberi kebebasan kepada masing-masing pakar
untuk memberi nilai, tanpa terpengaruh oleh hirarki hubungan yang mungkin
ada antara para pakar tersebut.
Metoda lain yang mirip dengan Delbeque adalah metoda Delphi. Dalam
metoda Delphi sejumlah pakar (panel expert) melakukan diskusi terbuka dan
mendalam tentang masalah yang dihadapi dan masing-masing mengajukan
pendapatnya tentang masalah yang perlu diberikan prioritas. Diskusi berlanjut
sampai akhirnya dicapai suatu kesepakatan (konsensus) tentang masalah
kesehatan yang menjadi prioritas. Kelemahan cara ini adalah waktunya yang
relatif lebih lama dibandingkan dengan metoda Delbeque serta kemungkinan
pakar yang dominan mempengaruhi pakar yang tidak dominan. Kelebihannya
metoda ini memungkinkan telaah yang mendalam oleh masing-masing pakar
yang terlibat.

Tabel 2. Tabel Prioritas Masalah dengan Metode Delbuque dan Delphi

Dari simulasi penetapan prioritas masalah diatas, maka skore tertinggi


adalah masalah kesehatan point B maka ini menjadi Prioritas kedua masalah
kesehatan adalah point A dan begitu seterusnya.

3) Metode Bryant
Menurut metode ini, masing-masing kriteria diberi scoring. Kisaran skor
yang diberikan adalah satu sampai empat, kemudian masing- masing skor
dikalikan. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas
tinggi, dimana masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas

13
masalah. Metode ini menggunakan scoring yang didasarkan pada kriteria:

a) Community concern (C) yaitu sejauh mana masyarakat menganggap masalah


tersebut penting atau bagaimana perhatian atau kepentingan masyarakat atau
pemerintah setempat terkait masalah tersebut
b) Prevalence (P) atau besar masalah yaitu banyaknya kelompok masyarakat
yang terkena masalah. Semakin banyak jumlah masyarakat yang tekena
masalah, maka semakin besar skor yang diberikan pada kriteria ini.
c) Seriousness (S) yaitu kegawatan masalah. Dinilai dari tingginya angka
morbiditas atau mortalitas akibat dari masalah kesehatan yang muncul.
d) Manageability (M) yaitu kemampuan untuk mengatasi masalah yang timbul.
Hal ini dapat dinilai dari ketersediaan sumber daya, tenaga dan sarana.

Rumus Bryant:

Total Skor = P x S x C x M
Keterangan:
P banyaknya kelompok masyarakat yang terkena masalah. S
kegawatan masalah
C sejauh mana masyarakat menganggap masalah tersebut pentingM
kemampuan untuk mengatasi masalah yang timbul

Tabel 3. Tabel Prioritas Masalah dengan Metode Bryant

No Permasalahan P S C M Total atau Skala dari


Jumlah Skor Prioritas
1
2
3
4
5

4) Metode USG
Analisis Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu metode
skoring untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada
tahap ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Bila
telah didapatkan jumlah skor maka dapat menentukan prioritas masalah.
Langkah skoring dengan menggunakan metode USG adalah membuat daftar
14
akar masalah, membuat tabel matriks prioritas masalah dengan bobot skoring
1-5 dan nilai yang tertinggi sebagai prioritas masalah. Untuk lebih jelasnya,
pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut
(Kotler dkk, 2001):
Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut, dikaitkan dengan waktu yang tersedia dan
seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang
menyebabkan isu tadi. Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau
tidak masalah tersebut untuk diselesaikan.
Seriousness
Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat yang timbul
dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau
akibat yang menimbulkan masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah
yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan
dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
Growth
Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.
Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi
dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan
bekembangnya masalah tersebut semakin besar.

Tabel 4. Tabel Prioritas Masalah dengan Metode USG

Daftar Masalah U S G Total Prioritas Masalah

Masalah A

Masalah B

Masalah C

d) Alternative Pemecahan Masalah


Alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menentukan akar
penyebab masalah. Metode penentuan akar masalah yang sering
digunakan berupa metode Fishbone dan metode Pohon Masalah.

15
Suatu masalah akan lebih mudah diselesaikan jika telah ditemukan akar
masalahnya. Diagram fishbone ini mengidentifikasi sebab-sebab potensial dari
suatu masalah dan menganalisis masalah tersebut berdasarkan kategori 6M,
yaitu: machine, man, material, method, measurement dan mother nature atau
lingkungan. Langkah pertama pembuatan fishbone adalah sebagai berikut:
1) Menyepakati pernyataan masalah
Pernyataan masalah ini diinterpretasikan sebagi “effect” atau masalah yang
secara visual dalam fishbone seperti kepala ikan.
2) Mengidentifikasi kategori 6M
3) Menemukan sebab-sebab potensial terjadinya suatu masalah dengan cara
brainstorming
4) Mengkaji sebab-sebab yang paling mungkin menjadi akar permasalah
kesehatan

Gambar 2. Metode Fishbone

Pohon masalah (problem tree) merupakan sebuah pendekatan/ metode


yang digunakan untuk identifikasi penyebab suatu masalah. Analisis pohon
masalah dilakukan dengan membentuk pola pikir yang lebih terstruktur
mengenai komponen sebab akibat yang berkaitan dengan masalah yang telah
diprioritaskan. Metode ini dapat diterapkan apabila sudah dilakukan
identifikasi dan penentuan prioritas masalah.
Pohon masalah memiliki tiga bagian, yakni batang, akar, dan cabang.
Batang pohon menggambarkan masalah utama, akar merupakan penyebab
masalah inti, sedangkan cabang pohon mewakili dampak. Penggunaan pohon
masalah ini berkaitan dengan perencanaan proyek. Hal ini terjadi karena
komponen sebab akibat dalam pohon masalah akan mempengaruhi desain
intervensi yang mungkin dilakukan.

16
Gambar 3. Metode Pohon Masalah

Setelah menemukan akar penyebab masalah, selanjutkan melakukan


pembuatan alternative pemecahan masalah. Pada penyusunan alternative
pemecahan masalah ini ditentukan target dan sasaran dari pemecahan masalah
kesehatan serta menyusun strategi pendekatan yang sesuai agar masalah
kesehatan dapat diselesaikan.
Tabel 5. Alternatif Pemecahan Masalah
Prioritas Alternatif pemecahan Pemecahan masalah
No. Masalah Sasaran Target
masalah Masalah terpilih
1.
2.

e) Penyusunan Rencana Kerja Terpadu


Rencana kerja terpadu terdiri atas rencana usulan kegiatan dan rencana
pelaksanaan kegiatan. Upaya kesehatan yang dilakukan harus sesuai dengan
tujuan, target dan sasaran yang disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki.
Pelaksanaan upaya kesehatan dijadwalkan agar lebih efektif dan efisien.
Penyusunan RUK dirumuskan setelah melalui tahapan Analisa Situasi dan
Perumusan Masalah, bersama dengan pihak lintas sektor terkait dan
didampingi oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Penyusunan RUK
terintegrasi ke dalam sistem perencanaan daerah dan dalam tataran target
pencapaian akses, target kualitas pelayanan, target pencapaian output dan
outcome, serta menghilangkan kondisi yang dapat menyebabkan kehilangan
peluang dari sasaran program untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
seharusnya dapat dilaksanakan secara terintegrasi dalam satu pelaksanaan
(missed opportunity). Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK),
dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
17
a. Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah
dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih
bermasalah.
b. Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi
kesehatan di wilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas.
Rencana Usulan Kegiatan disusun dalam bentuk matriks dengan
memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global,
nasional, maupun daerah, dan sesuai dengan masalah yang ditemukan dari
kajian data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Tahapan penyusunan
RUK diawali dengan Hitung RUK untuk mengetahui rincian dan besaran dana
yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan. RUK yang disusun perlu
diperjuangkan untuk mendapatkan dukungan pembiayaan sesuai dengan
sumber pembiayaan yang dicantumkan dalam RUK tersebut. Untuk
memperoleh dukungan dana APBD, RUK Puskesmas perlu dijabarkan dalam
dalam bentuk RKA (Rencana Kegiatan Anggaran).
Tabel 6. Matriks Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas

Setelah tahapan RUK selesai dilakukan. Tahap selanjutnya adalah


penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Penyusunan RPK
dilaksanakan melalui pendekatan keterpaduan lintas program dan sector
dalam lingkup siklus kehidupan. Keterpaduan penting untuk dilaksanakan
agar tidak akan terjadi missed opportunity, kegiatan puskesmas dapat
terselenggara secara efisien, efektif, bermutu, dan target prioritas yang
ditetapkan dapat tercapai.
18
Tahap penyusunan RPK untuk upaya kesehatan masyarakat esensial dan
upaya kesehatan masyarakat pengembangan, upaya kesehatan perorangan,
pelayanan puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan laboratorium,
semuanya dilaksanakan secara bersama, terpadu dan terintegrasi.
Langkah-langkah penyusunan RPK dapat diringkas sebagai berikut:
1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui
2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan RUK yang
diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan
lokasi pelaksanaan
4. Mengadakan lokakarya mini tahunan untuk membahas kesepakatan
RPK
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks

Tabel 7. Matriks Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas

19
BAB III

ANALISIS SITUASI PUSKESMAS MAKRAYU

3.1 Analisis Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat


3.1.1 Analisis Puskesmas Makrayu

Gambar 4. Puskesmas Makrayu

Puskesmas Makrayu berdiri pada tahun 1976, merupakan Puskesmas Induk di


Kecamatan Ilir Barat II dengan luas tanah 880 m2 dan luas bangunan 340 m2serta luas
wilayah 662 km2 (Puskesmas Makrayu, 2020). Tenaga kesehatan di Puskesmas
Makrayu meliputi dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, dan dokter muda. Akses
menuju Puskesmas Makrayu dapat ditempuh dengan mobil ataupun sepeda motor
pribadi. Lokasi Puskesmas Makrayu berdekatan dengan beberapa komplek perumahan,
beberapa sekolah dan lokasi puskesmas ini juga cukup jauh dari pusat keramaian
seperti pasar dan terminal. Oleh karena itu, sangat diperlukan usaha kerasdari pihak
puskesmas untuk merangkul kunjungan pasien.
Berdasarkan data yang didapatkan dari angka kesakitan pada bulan
November 2021 diketahui bahwa sepuluh penyakit terbanyak pada kunjungan rawat
jalan Puskesmas Makrayu antara lain: 13
a. Hipertensi sebanyak 483 kasus
b. Dispepsia sebanyak 390 kasus
c. ISPA sebanyak 312 kasus
d. Influenza/common cold 218 kasus
e. Myalgia 160 kasus
20
f. Faringitis Akut 136 kasus
g. Dermatitis kontak alergi 112 kasus
h. DM tipe 2 sebanyak 89 kasus
i. Osteoarthritis 75 kasus
j. Sakit kepala 61 kasus

Tabel 8. Daftar 10 Penyakit Terbanyak pada Bulan November 2021

10 penyakit terbanyak di Puskesmas


Makrayu pada November 2021
600
500
400
300
200 10 penyakit terbanyak di
100 Puskesmas Makrayu pada
0 November 2021

Penilaian kinerja Puskesmas Makrayu pada tahun 2020 dilaksanakan berdasarkan enam
variabel program utama. Capaian tersebut dapat dilihat di bawah ini: 13
a. Promosi kesehatan dengan hasil cakupan sebesar 89%.
b. Kesehatan lingkungan dengan hasil cakupan sebesar 50%.
c. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana dengan hasil cakupan
sebesar 89%.
d. Perbaikan gizi masyarakatdengan hasil cakupan sebesar 100%.
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menulardengan hasil cakupan sebesar 56.8%.
f. Pengobatan dengan hasil cakupan sebesar 100%.
Pelaksanaan capaian standar pelayanan minimal di Puskesmas Makrayu didasarkan pada
tujuh siklus hidup dan lima penyakit. Berdasarkan pedoman standar pelayanan minimal (SPM)
berdasarkan Permenkes No. 4 tahun 2019, hanya ada empat indikator yang memenuhi standar
yaitu minimal 100% per tiap program, yaitu pelayanan balita sesuai standar, pelayanan kesehatan
pada usia pendidikan dasar sesuai standar, pelayanan kesehatan pada usia produktif sesuai standar,
dan pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus sesuai standar. Hal tersebut dirinci pada tabel
sebagai berikut: 13

21
Tabel 9. Capaian Program Pelayanan Kesehatan Wilayah Kerja Puskesmas
Makrayu Bulan Januari-Desember 2020
No. Indikator Target Capaian
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil sesuai standar
100% 67%

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin sesuai standar


100% 68%

3. Pelayanan Kesehatan BBL sesuai standar 100% 93%

4. Pelayanan Kesehatan Balita sesuai Standar 100% 100%


5. Pelayanan Kesehatan pada usia pendidikan dasar sesuai
100% 100%
standar
6. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif sesuai standar
100% 100%

7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut sesuai standar 100% 71%


8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi sesuai standar 100% 30%

9. Pelayanan kesehatan penderita DM sesuai standar 100% 100%

10. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat 100% 75%
(ODGJ) sesuai standar
11. Jumlah orang terduga TB yang mendapatkan
Pelayanan TB/jumlah orang yang terduaga TB di 100% 24%
wilayah PKM
12. Pelayanan Kesehatan orang dengan risiko HIV sesuai 100% 52.3%
standar

22
3.2 Faktor Determinan
3.2.1 Keadaan Umum/Kependudukan
Secara adminstratif Puskesmas Makrayu mencakup tujuh kelurahan binaa
yaitu Kelurahan 27 Ilir, Kelurahan 28 Ilir, Kelurahan 29 Ilir, Kelurahan 30 Ilir,
Kelurahan 32 Ilir, Kelurahan 35 Ilir dan Kelurahan Kemang Manis. Jumlah penduduk
Kelurahan 27 Ilir terdiri atas 2.691 jiwa, Kelurahan 28 Ilir terdiri atas 3.062 jiwa,
Kelurahan 29 Ilir terdiri atas 8.777 jiwa, Kelurahan 30 Ilir terdiri atas 21.017 jiwa,
Kelurahan 32 Ilir terdiri atas 14.593 jiwa, Kelurahan 35 Ilir terdiri atas 12.069 jiwa dan
Kelurahan Kemang Manis terdiri atas 7.307 jiwa.
Puskesmas Makrayu terletak kurang strategis karena tidak terletak pada jalan
besar yang merupakan lalu lintas transport dari segala jurusan, sehingga kalau sudah
menjelang siang hari jarang terlihat kendaraan angkutan umum lalu lalangdijalan yang
dimaksud. Puskesmas Makrayu dapat dicapai oleh pasien dari daerah- daerah wilayah
kerjanya dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua, roda tiga (becak) atau
kendaraan roda empat tetapi terbatas pada beberapa kelurahan. Puskesmas Makrayu
memiliki tujuh (7) wilayah kerja sebagai berikut:

1. Kelurahan 27 Ilir

2. Kelurahan 28 Ilir

3. Kelurahan 29 Ilir

4. Kelurahan 30 Ilir

5. Kelurahan 32 Ilir

6. Kelurahan 35 Ilir

7. Kelurahan Kemang Manis Gambar 5. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Makrayu

3.2.2 Kinerja Sistem Kesehatan/Program Kesehatan


3.2.2.1.Fasilitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Makrayu
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
- Ibu hamil, nifas dan menyusui
- KB
- Bayi dan balita sakit
- Imunisasi bayi,anak sekolah dan ibu hamil
2. Pelayanan Pengobatan
23
- Ruang Tindakan
- Pengobatan Umum
- Pengobatan Gigi
- Rujukan
3. Penyuluhan Kesehatan ( PROMKES )
- Penyuluhan di Puskesmas
- Penyuluhan di Posyandu
- Penyuluhan di SD/ SMP/ SMU
- Penyuluhan di Kelurahan
4. Pelayanan Laboratorium
- Pemeriksaan urine rutin
- Pemeriksaan darah rutin
- Tes Kehamilan
- Pemeriksaan DDR
- Pemeriksaan kimia darah
- Pemeriksaan dahak
5. Pelayanan Gizi
- Pemberian vitamin A
- Uji klinik garam beryodium
- Konsultasi Gizi faktor lingkungan
- Memberikan konsultasi tentang rumah sehat, jamban, dll
6. Pelayanan Sanitasi
- Memberikan konsultasi/penyuluhan penyakit akibat
- Pengawasan sanitasi TTU,TTM, dll
7. Lain-lain
a. Pelayanan pengobatan TBC dengan paket DOTS ( FDC )
b. Pelayanan kesehatan lansia
c. UKS dan UKGS
d. Pelaksanaan BIAS

24
3.3 Program Inovasi Puskesmas Makrayu
3.3.1 PDKT TB (Penemuan Door To Door Tuberculosis)
Program inovasi ini disampaikan oleh petugas kesehatan yang bertanggung jawab atas
program TB di Puskesmas Makrayu. PDKT TB adalah inovasi yang di khususkan untuk
penemuan, dan pelacakan terduga pasien TB secara dini di wilayah kerja Puskesmas
Makrayu kota Palembang. Inovasi ini berkaitan dengan kesehatan mengacu kepada Peraturan
Menteri Kesehatan no.67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis, karena sampai
dengan saat ini Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, dan termasuk
masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Makrayu Kota Palembang.
Pada kegiatan ini petugas dan kader kerumah-rumah warga dengan melakukan
screening pada warga yang mengalami batuk lebih dari 2 minggu, mengalami penurunan berat
badan, dan berkeringat pada malam hari tanpa melakukan aktifitas, maka pot sputum langsung
diberikan kepada warga untuk dilakukan pemeriksaan dahak. Selain itu petugas juga
melakukan penjaringan di setiap posyandu di wilayah kerja Puskesmas Makrayu.
Inovasi PDKT TB ini di evaluasi setiap bulan, pelaksanaan evaluasi PDKT TB di
evaluasi setiap akhir bulan. Setelah adanya PDKT TB diharapkan penemuan pasien terduga
TB meningkat di setiap bulannya.Evaluasi ini menggunakan daftar tilik TB 06.PDKT TB ini
diharapkan membuat masyarakat lebih paham dan mengerti tentang penyakit TBC,dan
mengurangi stigma negatif terhadap pasien TB. Masyarakat juga diharapkan bisa menjalankan
pola hidup sehat.

Gambar 5. Kunjungan door to door pada keluarga yang terduga TB

25
BAB IV
DIAGNOSIS KOMUNITAS DAN PERENCANAAN
KESEHATAN TERPADU

4.1 Diagnosis Komunitas


2.4.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan data SPM Puskesmas Makrayu, 10 penyakit dengan kunjungan
terbanyak di Poli Puskesmas Makrayu pada tahun 2020 serta hasil dari evaluasi
penilaian kerja puskesmas, maka didapatkan beberapa penyakit yang menjadi masalah
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Makrayu, yaitu sebagai berikut:
No. Indikator Target Capaian Evaluasi
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil sesuai standar Tidak
100% 67%
tercapai
2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin sesuai standar Tidak
100% 68%
Tercapai
3. Pelayanan Kesehatan BBL sesuai standar 100% 93% Tidak
Tercapai
4. Pelayanan Kesehatan Balita sesuai Standar 100% 100% Tercapai
5. Pelayanan Kesehatan pada usia pendidikan dasar sesuai Tercapai
standar 100% 100%

6. Pelayanan Kesehatan Usia Produktif sesuai standar Tercapai


100% 100%
7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut sesuai standar 100% 71% Tidak
Tercapai
8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi sesuai Tidak
100% 30%
standar Tercapai
9. Pelayanan kesehatan penderita DM sesuai standar Tercapai
100% 100%

10. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa Tidak


100% 75% Tercapai
berat (ODGJ) sesuai standar
11. Jumlah orang terduga TB yang mendapatkan Tidak
Pelayanan TB/jumlah orang yang terduaga TB di 100% 24%
Tercapai
wilayah PKM
12. Pelayanan Kesehatan orang dengan risiko HIV Tidak
100% 52.3%
sesuai standar Tercapai

2.4.2 Penentuan Prioritas Masalah


Tabel 10. Penentuan Prioritas Masalah dengan Motode USG

No. Analisis U S G Total Score Prioritas


Masalah
1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil sesuai standar 2 2 2 8 VI

2 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin sesuai standar 3 4 5 60 III

3 Pelayanan Kesehatan BBL sesuai standar 2 2 2 8 VI

26
Pelayanan kesehatan pada usia lanjut sesuai
4 standar 3 3 5 45 V

5 Pelayanan kesehatan penderita hipertensi sesuai 3 4 5 60 III


standar
Pelayanan kesehatan orang dengan
6 4 4 3 48 IV
gangguan jiwa berat (ODGJ)
sesuai standar
Jumlah orang terduga TB
7 4 5 5 100 I
yang mendapatkan Pelayanan
TB/jumlah orang yang terduaga
TB di wilayah PKM
Pelayanan Kesehatan orang
8 4 4 5 80 II
dengan risiko HIV sesuai standar

27
2.4.3. Penentuan Akar Penyebab Masalah
Gambar 6. Gambar Fishbone Pelayanan Kesehatan orang Terduga Tuberkulosis sesuai standar belum tercapai

Manusia Metode

Peran serta kader kurang


Sosialisasi penyuluhan kurang
Kurangnya kerjasama optimal
lintas sektor

Kurang pemahaman Cara pendekatan belum sesuai


tentang penyakit TB

Pendataan tidak akurat


Kurangnya
kerjasama
lintas program
Rendahnya
cakupan penemuan
cakupan suspek /
terduga TB

Sosial ekonomi
SDM masih kurang rendah

Dana tidak
mencukupi Masyarakat tidak mendukung
Kurangnya media bahkan masih terdapat stigma
promkes dan sarana Dana tidak tepat diskriminasi terhadap penderita
follow-up waktu TB

Sarana Dana Lingkungan


2.4.3 Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 10. Alternatif pemecahan masalah

Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah Alternatif Pemecahan Masalah Terpilih


Masalah
Rendahnya cakupan Kurangnya kerjasama lintas sektoral - Mengoptimalkan kerjasama dengan masyarakat dan lintas - Memberikan penyuluhan dan edukasi mengenai
penemuan cakupan sektoral seperti Camat, Lurah, RT/RW setempat agar dapat gejala TB, pemeriksaan TB, cara mengeluarkan
suspek / terduga TB membantu memastikan orang terduga TB berobat ke dahak yang benar, pengobatan TB, serta
puskesmas meluruskan stigma tentang TB.
Kerjasama lintas program kurang - Meningkatkan kerjasama lintas program - Mengoptimalkan kerjasama dengan masyarakat
Peran serta kader masih kurang - Memberikan penyuluhan mengenai penyakit TB kepada warga dan lintas sektoral seperti camat, lurah, RT/RW
dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami . setempat agar dapat membantu memastikan
orang terduga TB berobat ke puskesmas.
Kurang pemahaman tentang penyakit TB - Memberikan edukasi mengenai deteksi dini penyakit TB paru
- Memperbanyak petugas dan kader agar
Pendataan tidak akurat - Melakukan pendekatan PIS-PK penyuluhan dan skrining deteksi dini penyakit
Sosialisasi penyuluhan kurang optimal - Memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pengobatan TB lebih optimal
dan agar selalu menjaga kesehatan lingkungan, perbaikan
kebersihan lingkungan, peningkatan sikap masyarakat
menjadi lebih peduli pada kesehatan lingkungan dan sanitasi
pribadi
SDM masih kurang - Permintaan petugas sesuai kompetensi
Kurangnya media promkes dan sarana follow up - Memperbanyak media informasi seperti brosur, leaflet atau
baliho yang dipasang di tempat umum atau di jalan (selain di
puskesmas) sehingga lebih banyak masyarakat yang
mendapatkan informasi
Edukasi melalui media elektronik
Masyarakat tidak mendukung bahkan masih - Edukasi masyarakat untuk tidak mengucilkan penderita TB
terdapat stigma diskriminasi terhadap penderita dan pentingnya motivasi bagi pasien terhadap kepatuhan
TB pengobatan
Status ekonomi masyarakat masih rendah - Melakukan edukasi kepada semua warga tanpa memandang
keadaan sosial ekonomi
- Memberitahukan bahwa pengobatan TB paru gratis.

29
2.4.4 Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu
Tabel 11. Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas Makrayu Terkait TB

Target Sumber
N Upaya Kesehatan Penanggung Rencana Lokasi
Kegiatan Tujuan Sasaran Sasaran Pembiayaan
o Jawab Penilaian Pelaksanaan

Investigasi kontak Penanggung


CDR 100% BOK
pasien TB BTA (+) Meningkatka Masyarak jawab Evaluasi per RT
1 n CDR 100% at program bulan
Upaya Deteksi Dini,
preventif dan
Penanggung
respon penyakit di Meningkatka Masyaraka RT dan
Pelacakan TB t CDR 100% jawab Evaluasi per BOK
2 Puskesmas n CDR 100% Puskesmas
Mangkir program bulan
Penanggung
Skirining terduga
TB di tempat Meningkatka jawab
n CDR 100% Masya CDR 100% Evaluasi per Puskesmas BOK
3 khusus program dan
rakat bulan
Kader

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
a. Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menetukan adanya suatu
masalah dengan cara pengumpulan data masyarakat di lapangan.
b. Berdasarkan hasil SPM tahun 2020, teridentifikasi 8 masalah kesehatan yaitu
pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan
kesehatan BBL, pelayanan kesehatan usia lanjut, pelayanan kesehatan pada
penderita hipertensi, pelayanan kesehatan pada ODGJ, pelayanan kesehatan
orang terduga TB, dan pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV.
c. Dari hasil penentuan prioritas masalah menggunakan teknik USG didapatkan
masalah utama adalah pelayanan kesehatan orang terduga TB paru belum
mencapai target.
d. Dari hasil prioritas masalah dan akar masalah, penulis mengusulkan
memperbanyak petugas dan kader agar penyuluhan dan skrining deteksi dini
penyakit TB lebih optimal, mengoptimalkan kerjasama dengan masyarakat
dan lintas sektoral dan memberikan penyuluhan dan edukasi mengenai gejala
TB

5.2 Saran
a. Bagi Masyarakat
• Masyarakat memeriksakan kesehatan, terutama yang berkontak erat atau
serumah dengan penderita TB.
• Masyarakat memberi dukungan kepada penderita TB, membantu memastikan
orang terduga TB untuk berobat ke puskesmas, dan tidak mendiskriminasi
penderita TB.
• Masyarakat lebih antusias dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dari
pihak tokoh masyarakat maupun dari Puskesmas.
b. Bagi Tokoh Masyarakat atau Kader Kesehatan
• Bekerja sama dengan puskesmas dalam melakukan skrining orang terduga TB.
c. Bagi Puskesmas
• Melakukan penyuluhan dan monitoring dengan tetap menerapkan protokol 3M
(Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak)
• Melakukan screening/deteksi dini penyakit TB
• Tersedianya anggaran dengan jumlah yang cukup dan tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan. 2014. Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat


Kesehatan Masyarakat
2. Herqutanto, Werdhani RA. Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran
Komunitas. Departemen ilmu Kedokteran Komunitas FK UI. Jakarta. 2014
3. Hadisaputro S, Nizar, Suwandino A. Epidemiologi Manajerial Teori dan
Aplikasi. Badan Penerbit Undip. Semarang. 2011
4. Bannet FJ. Diagnosis Komunitas dan Program Kesehatan. Yayasan
Kesehatan Esaentia Medika. 1986
5. Puskesmas Makrayu, 2020, Profil Kesehatan Puskesmas Makrayu.
Palembang: Puskesmas Makrayu
6. Anderson, Foster. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Press. 2009
7. Sharma M, Branscum PW and Ashutosh A, 2014, Introduction to
Community andPublic Health.New York, Jossey-Bass.
8. Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas. 2014. Departemen
Ilmu KedokteranKomunitas FKUI.

9. Kementrian Kesehatan RI. 2020. Enam isu kesehatan jadi fokus kemenkes
di tahun 2021 [Internet]. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Available from:
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilismedia/20200814/1434631/enam-
isu-kesehatan-jadi-fokus-kemenkes-tahun- 2021/
10. Notoatmodjo, S. Kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta,2011.h-413
11. Duarsa, A. B. S. Prospek Pendidikan Program Pascasarjana Bidang Kesehatan
Masyarakat. Jurnal Kesehatan Masyarakat.2008. Vol. 3, No (1), pp. 23–27.
12. Adliyani, Z. O. N. Pengaruh Perilaku Individu terhadap Hidup Sehat. 2015.pp.
109– 114.
13. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2020. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Jakarta.
14. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Rencana Aksi
Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit 2015-2019
15. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat, 2006, Pedoman Perencanaan
Tingkat Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai