Oleh:
Dokter Muda Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Periode 30 Januari – 26 Maret 2023
Pembimbing:
Ferry Sinatra, S.K.M., M.Si
Dr. Iche Andriyani Liberty, SKM., M.Kes
dr. Rozanna May F. Y.
dr. M. Rusdi
Oleh:
Stephanie Kurnia, S.Ked 04084822225026
Surya Bagaskara, S.Ked 04084822225093
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Ujian
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Periode 29
Januari – 26 Maret 2023.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan yang berjudul “Diagnosis Komunitas Wilayah Kerja Puskesmas
Gandus Kota Puskesmas” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran
Komunitas (IKM-IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada Dr. Iche Andriyani Liberty, S.KM. M.Kes sebagai dosen
pembimbing, Bapak Ferry Sinatra, S.K.M. sebagai kepala Puskesmas Gandus dan
pembimbing, dr. Rozanna May F.Y. dan dr. M. Rusdi sebagai dokter pembimbing
Puskesmas Gandus beserta seluruh staf Puskesmas Gandus, dan semua pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................................
ii DAFTAR ISI..........................................................................................................
iii BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat..................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
2.1 Batasan Masalah Kesehatan ..................................................................... 4
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan....................................... 5
2.3 Masalah Kesehatan di Indonesia .............................................................. 6
2.4 Konsep Perencanaan Terpadu Puskesmas................................................ 8
BAB III ANALISIS SITUASI PUSKESMAS GANDUS.................................... 16
3.1 Analisis Situasi....................................................................................... 16
3.2 Data Lapangan........................................................................................ 24
BAB IV DIAGNOSIS KOMUNITAS.................................................................. 28
4.1 Identifikasi Masalah ............................................................................... 28
4.2 Penentuan Prioritas Masalah .................................................................. 28
4.3 Rumusan Masalah .................................................................................. 29
4.4 Kerangka Fishbone................................................................................. 31
4.5 Alternatif Pemecahan Masalah............................................................... 32
4.6 Penyusunan Rencana Kegiatan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu 34
BAB V KESIMPULAN........................................................................................ 37
5.1 Kesimpulan............................................................................................. 37 5.2
Saran....................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
39
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO, profil dokter masa depan (The Future Doctor) meliputi
penyedia layanan kesehatan (care provider), pengambil keputusan (decision
maker), pendidik (educator), pemimpin (manager), dan tokoh masyarakat
(community leader). Dalam pelayanan kesehatan di Indonesia pada tingkat primer
atau tahap pertama dikenal dengan nama Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas).1
Kesehatan masyarakat adalah gabungan antara teori dan praktik yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, memperpanjang usia hidup
masyarakat, dan juga meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Untuk mencapai
tujuan-tujuan ini, diperlukan suatu upaya pengorganisasian masyarakat untuk
mengenali segala potensi yang ada di masyarakat serta identifikasi akan masalah
yang ada. Untuk hal ini diperlukan suatu penilaian menyeluruh yang
diselenggarakan di masyarakat, yakni dengan melakukan diagnosis komunitas.2
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyatakat, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Dalam mewujudkan derajat kesehatan bagi masyarakat, diselenggarakan
upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan.2
Puskesmas mempunyai fungsi sebagai penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaaan masyarakat dan keluarga, pusat pelayanan
kesehatan masyarakat (mencakup pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat). Sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama dan pusat
1
pengembangan program kesehatan, maka perlu dilakukan diagnosis komunitas
(community diagnosis) di wilayah kerja Puskesmas sehingga program kesehatan
yang dilakukan sesuai dengan masalah yang terutama dihadapi oleh
komunitas/masyarakat di area tersebut. Diagnosis komunitas ini bertujuan
mengidentifikasi masalah kemudian mengarahkan suatu intervensi
perbaikan.sehingga menghasilkan suatu rencana kerja yang konkret. Diagnosis
komunitas diawali dengan melakukan analisis situasi, identifikasi masalah,
penyebab masalah, prioritas masalah sampai alternatif pemecahan masalah.
Keterampilan melakukan diagnosis komunitas merupakan keterampilan yang harus
dikuasai oleh dokter untuk menerapkan pelayanan kedokteran secara holistik dan
komprehensif dengan pendekatan keluarga dan okupasi terhadap pasien.2,3
Dari beberapa hal yang telah diuraikan pada latar belakang tersebut, penulis akan
mengidentifikasi masalah kesehatan yang ditemukan maupun mencari faktor faktor
risiko, penyebab, faktor determinan yang memengaruhi masalah-masalah dari
beberapa penyakit yang ditemukan pada masyarakat, serta menentukan intervensi
atau alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan dalam mengatasi
masalah yang telah ditemukan wilayah kerja sekitar Puskesmas Gandus.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk menegakkan diagnosis
komunitas di wilayah kerja Puskesmas Gandus.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Gandus.
2
2. Menetapkan prioritas masalah kesehatan.
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah kesehatan.
4. Menyusun rencana kegiatan dan anggaran.
1.3 Manfaat
1. Memberikan data mengenai penyebab masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Gandus.
2. Menjadi acuan Puskesmas Gandus untuk menyusun rencana kegiatan
kedepannya dan melakukan intervensi yang perlu dilakukan untuk
memperbaiki masalah-masalah kesehatan yang ada.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
4. Indikator sosio-demografi (komposisi/struktur/distribusi, income per
kapita, angka buta huruf, dll).
1. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup merupakan salah satu yang menjadi sumber
berkembangnya suatu penyakit. Kondisi fisik lingkungan pada air, tanah dan
udara, faktor sosial seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi (interaksi
manusia) serta keadaan biologis suatu lingkungan seperti adanya hewan
hewan, jasad renik dan tumbuh-tumbuhan dapat mempengaruhi derajat
kesehatan suatu masyarakat.10
2. Perilaku
Perilaku seseorang memiliki peranan penting dalam menjaga status
kesehatan, karena kesadaran dalam pribadi seseorang harus dimunculkan
untuk mencapai budaya hidup bersih dan sehat sehingga terhindar dari
berbagai penyakit.10
3. Pelayanan Kesehatan
Peranan pelayanan kesehatan adalah:10
5
a. Menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan penyakit
pengobatan, dan perawatan kesehatan.
b. Dipengaruhi oleh faktor lokasi atau jarak ke tempat pelayanan kesehatan
sumber daya manusia, informasi kesesuaian program pelayanan
kesehatan dengan kebutuhan masyarakat.
4. Genetik
Faktor genetik adalah faktor yang telah ada dalam diri manusia yang dibawa
sejak lahir. Sebagai contoh diabetes melitus, asma, epilepsi, retardasi mental,
hipertensi, dan lain-lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara
meningkatkan kualitas generasi muda mendatang yang memiliki kompetensi
dan kreativitas tinggi.10
6
mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory)
berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN
dengantujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak, yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh Pemerintah. Pemerintah memastikan seluruh
masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan melalui Badan Pengelola
Jaminan Soaial (BPJS) Kesehatan.12,13
2. Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0
tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat
dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia
satu tahun. Angka Kematian Ibu (AKI) menunjukkan banyaknya kematian
perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan
tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per
100.000 kelahiran hidup. Kematian Ibu adalah kematian perempuan pada
saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi
kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan,
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, bukan karena sebab-
sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lain-lain.12,13
3. Pencegahan Stunting
Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh
dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak
lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan
memiliki keterlambatan dalam berpikir. Umumnya disebabkan asupan
makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.12,13
4. Peningkatan pengendalian penyakit menular maupun tidak menular, termasuk
penguatan health security untuk penanganan pandemi Dalam mengatasi
pandemi COVID-19, Kementerian Kesehatan telah menyiapkan sejumlah
dana yang akan dipakai untuk membiayai pengadaan vaksin COVID-19,
imunisasi, sarana dan prasarana dan penelitian dan pengembangan
kesehatan, serta cadangan bantuan iuran BPJS untuk
7
PBPU/BP. Menfokuskan program dan kegiatan prioritas untuk pencegahan
dan pengendalian penyakt termasuk TB.12,13
5. Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan
sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh
komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku
sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.12,13
6. Peningkatan Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan
saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakatyang setinggi-tingginya.12,13
8
membuat daftar masalah yang terjadi di suatu wilayah. Terdapat tiga pendekatan
yang digunakan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yaitu pendekatan
logistik, pendekatan pragmatis dan pendekatan politis. Pendekatan logistik
dilakukan dengan mengukur mortalitas dan morbiditas yang timbul dari suatu
penyakit tertentu. Pendekatan pragmatis adalah gambaran upaya masyarakat untuk
memperoleh pengobatan, misalnya dengan berobat ke fasilitas kesehatan.
Sedangkan pada pendekatan politis, masalah kesehatan diukur berdasarkan
pendapat pemerintah maupun tokoh- tokoh masyarakat.15
2.4.3 Penentuan Prioritas Masalah
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas
masalah Kesehatan yaitu Metode Matematik, Metode Delbeque, Metode Delphi,
dan metode estimasi beban kerugian akibat sakit (disease burden).17,18 a. Metode
Matematika
Metode ini dikenal juga sebagai metode PAHO yaitu singkatan dari Pan
American Health Organization, karena digunakan dan dikembangkan di wilayah
Amerika Latin. Dalam metode ini digunakan beberapa kriteria untuk menilai
prioritas masalah kesehatan disuatu wilayah berdasarkan: (a) Luasnya masalah
(magnitude) (b) Beratnya kerugian yang timbul (Severity) (c) Tersedianya sumber
daya untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut (Vunerabilty) (d)
Kepedulian/dukungan politis dan dukungan masyarakat (Community and political
concern) (e) Ketersediaan data (Affordability).
Dalam penerapan metoda ini untuk prioritas masalah kesehatan, maka
masing-masing kriteria tersebut diberi skor dengan nilai ordinal, misalnya antara
angka 1 menyatakan terendah sampai angka 5 menyatakan tertinggi. Pemberian
skor ini dilakukan oleh panel expert yang memahami masalah kesehatan dalam
forum curah pendapat (brain storming). Setelah diberi skor, masing-masing
penyakit dihitung nilai skor akhimya yaitu perkalian antara nilai skor masing
masing kriteri untuk penyakit tersebut. Perkalian ini dilakukan agar perbedaan
nilai skor akhir antara masalah menjadi sangat kontras, sehingga terhindar
keraguan manakala perbedaan skor tersebut terlalu tipis. 14,16
10
yang perlu diprioritaskan. Jadi metoda ini sebetulnya adalah suatu mekanisme
untuk mencapai suatu konsensus. Kelemahan cara ini adalah sifatnya yang lebih
kualitatif dibandingkan dengan metoda matematik yang disampaikan sebelumnya.
Kelebihannya adalah mudah dan dapat dilakukan dengan cepat. Penilaian prioritas
secara tertutup dilakukan untuk memberi kebebasan kepada masing-masing pakar
untuk memberi nilai, tanpa terpengaruh oleh hirarki hubungan yang mungkin ada
antara para pakar tersebut. Metoda lain yang mirip dengan Delbeque adalah
metoda Delphi. Dalam metoda Delphi sejumlah pakar (panel expert) melakukan
diskusi terbuka dan mendalam tentang masalah yang dihadapi dan masing-masing
mengajukan pendapatnya tentang masalah yang perlu diberikan prioritas.
Kelemahan cara ini adalah waktunya yang relatif lebih lama dibandingkan dengan
metoda Delbeque serta kemungkinan pakar yang dominan mempengaruhi pakar
yang tidak dominan. Kelebihannya metoda ini memungkinkan telaah yang
mendalam oleh masing- masing pakar yang terlibat. Dari simulasi penetapan
prioritas masalah diatas, maka skore tertinggi adalah masalah kesehatan point B
maka ini menjadi Prioritas kedua masalah kesehatan adalah point A dan begitu
seterusnya.16,19
Tabel
c. Metode Bryant
Menurut metode ini, masing-masing kriteria diberi scoring. Kisaran skor
yang diberikan adalah satu sampai empat, kemudian masing-masing skor
dikalikan. Masalah-masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas tinggi,
dimana
11
masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Metode
ini menggunakan scoring yang didasarkan pada kriteria:16,19
1) Community concern (C) yaitu sejauh mana masyarakat menganggap masalah
tersebut penting atau bagaimana perhatian atau kepentingan masyarakat atau
pemerintah setempat terkait masalah tersebut
2) Prevalence (P) atau besar masalah yaitu banyaknya kelompok masyarakat yang
terkena masalah. Semakin banyak jumlah masyarakat yang tekena masalah,
maka semakin besar skor yang diberikan pada kriteria ini.
3) Seriousness (S) yaitu kegawatan masalah. Dinilai dari tingginya angka
morbiditas atau mortalitas akibat dari masalah kesehatan yang muncul. 4)
Manageability (M) yaitu kemampuan untuk mengatasi masalah yang timbul. Hal
ini dapat dinilai dari ketersediaan sumber daya, tenaga dan sarana. Rumus Bryant:
Total Skor = P x S x C x M
Keterangan:
P = banyaknya kelompok masyarakat yang terkena masalah
S = kegawatan masalah
C = sejauh mana masyarakat menganggap masalah tersebut penting
M = kemampuan untuk mengatasi masalah yang timbul
d. Metode USG
Analisis Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu metode
skoring untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada tahap
ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Bila telah
didapatkan jumlah skor maka dapat menentukan prioritas masalah. Langkah
skoring dengan menggunakan metode USG adalah membuat daftar akar masalah,
membuat tabel matriks prioritas masalah dengan bobot skoring 1-5 dan nilai yang
tertinggi sebagai prioritas masalah. 16,19
1) Urgen
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan dengan
waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tuntuk memecahkan
masalah yang menyebabkan isu tadi.
12
2) Seriousness
Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat yang timbul
dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat
yang menimbulkan masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan.
Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat
menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu
masalah lain yang berdiri sendiri.
3) Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau
dibiarkan.
13
metode Fishbone dan metode Pohon Masalah. Suatu masalah akan lebih mudah
diselesaikan jika telah ditemukan akar masalahnya. Diagram fishbone ini
mengidentifikasi sebab-sebab potensial dari suatu masalah dan menganalisis
masalah tersebut berdasarkan kategori 6M, yaitu: machine, man, material, method,
measurement dan mother nature atau lingkungan. Langkah pertama pembuatan
fishbone adalah sebagai berikut:15
1. Menyepakati pernyataan masalah, yang secara visual dalam fishbone seperti
kepala ikan.
2. Mengidentifikasi kategori 6M.
3. Menemukan sebab-sebab potensial terjadinya suatu masalah dengan cara
brainstorming.
4. Mengkaji sebab yang paling mungkin menjadi akar permasalah.
14
Setelah RUK disetujui, dengan alokasi biaya yang ditentukan, puskesmas
membuat rencana pelaksanaan kegiatan. Sumber pembiayaan puskesmas selain
dari anggaran daerah (DAU), adalah dari pusat dan pinjaman/bantuan luar negeri
yang dialokasikan melalui dinas kesehatan kabupaten/kota. Penyusunan RPK
dilakukan dengan penyesuaian dan tetap mempertimbangkan masukan dari
masyarakat. Penyesuaian ini dilakukan, karena RPK yang disusun adalah
persetujuan atas RUK tahun lalu, alokasi yang diterima tidak selalu sesuai dengan
yang diusulkan, adanya perubahan sasaran kegiatan, tambahan anggaran (selain
dari DAU), dan lain lainnya. Penyusunan RPK dilaksanakan pada bulan Januari
tahun berjalan, dalam forum lokakarya mini yang pertama.20
15
BAB III
ANALISIS SITUASI PUSKESMAS GANDUS
Kondisi alam wilayah kerja Puskesmas Gandus beragam terdiri dari sungai
besar dan anak sungai, dan rawa yang masing-masing memilki karakteristik
tertentu. Sebagian dapat dicapai dengan kendaraan roda empat dan sebagian lagi
hanya dapat dilalui kendaraan roda dua bahkan terdapat juga daerah yang hanya
dapat dicapai dengan kendaraan sungai dan jalan kaki.4
17
Puskesmas dalam penyelenggaraannya mengupayakan minimal harus
mampu memenuhi kebutuhan kesehatan dasar dari masyarakat, lebih
mengutamakan upaya kesehatan yang memiliki daya ungkit tinggi dalam mencapai
sasaran pembangunan kesehatan masyarakat. Prioritas sasarannya yaitu ibu, bayi,
dan anak. Upaya kesehatan dilakukan berdasarkan SPM (Standar Pelayanan
Minimal) dan Indikator Kesehatan Khusus yang telah ditetapkan oleh Kepala
Dinas Kesehatan Kota.4
Untuk mencapai Visi Pembangunan Kesehatan Indonesia Sehat, Puskesmas
Gandus bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat yang
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi dua yaitu Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan
Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan.4
Jenis Pelayanan Frekuensi Lokasi Petugas
18
Upaya Kesehatan 7 × dalam 1 bulan Posyandu Lansia Bidan, Analis
Lanjut Usia Kesehatan,
Perawat
19
kualitas suatu bangsa. Gambaran derajat kesehatan dapat dilihat dari beberapa
indikator seperti mortalitas, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat. 1.
Angka Kesakitan
Berdasarkan data laporan berkala periode Januari - Desember 2022, kasus
terbanyak yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gandus, yaitu hipertensi sebanyak
1134 kasus, dengan 574 kasus pada laki-laki dan 560 pada perempuan. Penyakit
terbanyak selanjutnya adalah ISPA dengan jumlah 1095 kasus, diikuti oleh sakit
kepala (headache) dan myalgia dengan 850 dan 845 kasus.
Jumlah
No Nama Penyakit Laki- Total Laki Perempuan
1 Essensial (Primary) Hypertension 574 560 1134 2 ISPA 554 541 1095 3
Supervision Of Normal Pregnancy 450 440 890 4 Headache 430 420 850 5
Myalgia 428 417 845 6 Non-Insulin dependent DM 400 390 790 7 Dyspepsia
377 368 745 8 Common Cold 361 352 713 9 Gastritis dan Duodenitis 334 326
20
Karena itu upaya promotif dan preventif sangatlah penting untuk mengendalikan
peningkatan kasus penyakit kronis ini.
21
3.1.3 Faktor Determinan
DM tipe 2 dipengaruhi oleh empat faktor risiko yaitu:
a. Genetik
Puskesmas Gandus terdiri atas lima kelurahan, antara lain Kelurahan
Gandus, Kelurahan Karang Anyar, Kelurahan Karang Jaya, Kelurahan Pulo
Kerto dan Kelurahan 36 Ilir dengan luas wilayah kerja seluas 49 km 2dengan
jumlah penduduk di tahun 2021 sekitar 72.154 jiwa (laki-laki 35.983 jiwa
atau 49,87% dan perempuan 36.171 jiwa atau 50,13%) dengan kepadatan
penduduk 1.472,53/km2dengan jumlah rumah tangga sekitar 18.039 KK
(Gakin 7216 KK atau 40% dan Non Gakin 10.823 KK atau 60%). Golongan
umur terbanyak pada usia produktif (15–59 tahun) yaitu sebesar 47.055 jiwa
atau 65,21%. Sebagian besar masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gandus
bekerja sebagai petani(43,84%) dan pedagang(16,99%). Masyarakat yang
bermukim juga merupakan keturunan dari penduduk yang tinggal di tempat
yang sama. Sehingga kemungkinan diturunkannya penyakit diabetes melitus
tipe 2 kepada anak atau cucu masih cukup besar.
b. Kinerja Sistem Kesehatan/Program Kesehatan
Puskesmas Gandus terletak jauh dari pusat kota dan tidak dilewati oleh
angkutan umum, serta karena masih dalam pengaruh kondisi setelah pandemi
COVID-19 memengaruhi minat masyarakat dalam melakukan pemeriksaan
kesehatan atau melakukan kontrol kesehatan. Kunjungan ke rumah warga
dengan risiko tinggi terhambat akibat COVID-19, sehingga proses
penyuluhan dan proses skrining tidak maksimal, serta pasien jarang kontrol
meningkatkan tingginya angka pasien dengan diabetes melitus tipe 2.
c. Faktor Risiko Lingkungan
Keadaan pemukiman di wilayah kerja Puskesmas Gandus cukup
bervariasi dari rumah yang dibangun dari bata dengan lantai ubin. Selain
rumah bata ditemukan juga beberapa rumah panggung baik dari bata maupun
kayu, terutama pada pemukiman yang berada di pinggir sungai. Pada
wilayah kerja Puskesmas Gandus dapat dijumpai rumah yang sudah baik
kondisi fisik maupun kesehatannya, namun dapat juga ditemui pemukinan
yang masih padat penduduk dan masih buruk dalam hal fisik maupun
kesehatannya.
22
Pendataan dilakukan oleh Puskesmas menunjukan bahwa mayoritas
penduduk wilayah Puskesmas Gandus bekerja sebagai di antaranya petani.
Keadaan ekonomi di wilayah kerja Puskesmas Gandus termasuk golongan
menengah ke bawah dan pendidikan rata-rata SMP dan SMA. Berdasarkan
hasil pengamatan, lingkungan sekitar rumah sudah tampak bersih namun
pada beberapa tempat masih terlihat sampah-sampah yang bertumpuk yang
menyebabkan bau tidak sedap. Tiap rumah memiliki tempat pembuangan
sampah masing-masing dan diangkut oleh mobil sampah setiap pagi. Akan
tetapi, tempat pembuangan akhir sampah ini masih buruk karena sampah
sampah yang sudah dikumpulkan hanya ditumpuk di pinggir jalan, sehingga
terlihat banyak serangga yang berkerubung dan bau yang sangat tidak enak.
Sampah yang menumpuk menimbulkan bau yang tidak sedap disekitar
lingkungan dan dapat berdampak pada tingkat kenyamanan warga. Selain
itu, pada daerah pasar juga masih sangat kurang teratur mengenai jaga jarak,
penduduk masih terlihat sering membuang sampah sembarangan. Selain itu
masih banyak hewan-hewan yang berkeliaran di jalan, seperti ayam, kucing,
kambing, dan sapi yang berlalu lalang di pinggir jalan, kotoran hewan yang
berserakan akan menganggu kenyamanan dan menjadi pemicu sumber
penyakit. Selain itu infrastruktur jalan juga kurang baik karena jalanan
berdebu dan dipenuhi lubang dan akan tergenang air apabila turun hujan. Hal
ini dapat menjadi sumber penyakit perkembangbiakan nyamuk bahkan dapat
membahayakan pengguna jalan. Di wilayah kerja Puskesmas Gandus juga
terdapat beberapa pabrik serta pengepul sampah sehingga udara menjadi
tercemar dan berpotensi menjadi faktor risiko gangguan pernapasan.
d. Faktor Risiko Perilaku
Pola hidup kurang sehat di masyarakat seperti merokok, pola makan
tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko
terjadinya penyakit kronik, salah satunya adalah diabetes melitus tipe 2.
23
3.2 Data Lapangan
3.2.1 Keluarga Ny. M
Keluarga Ny. M terdiri dari pasangan suami istri, Tn. Y dan Ny. M, dan tiga
anak. Tn. Y berusia 60 tahun, dan Ny. M saat ini berusia 57 tahun. Tn. Y bekerja
sebagai pedagang wirastasta. Ketiga anak Ny. M sudah menikah dan bekerja. Saat
ini Ny. M tinggal bersama suami, anak, dan menantu dan seorang cucu di
rumahnya, bertempat tinggal di Kelurahan Karang Jaya RT 04.
Assessment Pribadi Ny. M
• Umur : 57 Tahun
• Pendidikan terakhir : SD
• Agama : Islam
• Asal : Palembang
• BB : 70,2 kg
• TB : 155 cm
Gaya Hidup
Ny. M tidur teratur setiap hari pukul 22.00 – 05.00 WIB. Tidak merokok, tidak
minum alkohol dan tidak memiliki riwayat penyalahgunaan obat. Pasien mengikuti
senam 1 kali seminggu, dan rutin melakukan pekerjaan rumah setiap hari. Tn. Y
merupakan seorang perokok berat, merokok kurang lebih 1 bungkus per hari. Tabel
7 Kuesioner Aktivitas Fisik Internasional (IPAQ-SF)
24
2. Berapa lama waktu yang anda 1 jam sehari.
gunakan untuk melakukan
aktivitas fisik berat pada salah
satu hari tersebut?
Perhitungan IPAQ:
MET = (3,3 x 10 x 1) + (4 x 7 x 20) + (8 x 1 x 60)
= 33 + 560 + 480
= 1,073
Interpretasi: minimally active
25
Diet Ny. M
Makan 3 kali sehari dan biasanya dalam porsi sedang, seperti 1 lauk, ½
mangkok sayur, ½ piring nasi. Pasien memasak makanan sendiri. Pasien terkadang
mengonsumsi buah dan sayur.
Tabel 8 Food Recall 24 Jam
Waktu Nama Nama Bahan Banyaknya
Makan Makanan Makanan
URT Berat (gram)
Minyak 1 sdm 15 ml
Snack Siang - - - -
26
Malam Nasi Nasi 1 centong 100
Bayam Bayam ½ 50
bening mangkok
27
BAB IV
DIAGNOSIS KOMUNITAS
6 Non-Insulin dependen DM 4 5 4 80 I
28
Tabel 9. Penetapan Prioritas Masalah yang Didapatkan dengan Menggunakan
USG
Keterangan:
29
Setelah prioritas masalah dan rumusan masalah didapatkan, langkah
selanjutnya adalah penentuan penyebab masalah. Salah satu metode yang dapat
dipergunakan dalam mencari akar penyebab masalah yaitu diagram sebab akibat
dari Ishikawa (diagram tulang ikan/fishbone). Alat ini merupakan cara terbaik
untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab secara terfokus sehingga dapat
dihindari kemungkinan terlewatnya penyebab.8
30
4.4 Kerangka Fishbone
Perilaku
Masyarakat
Kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai DM
Tipe 2
Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar terkait
pemantauan pasien
DM Tipe 2 penyakit
terbanyak ke-6 (790 kasus) di PKM Gandus tahun 2022
31
4.5 Alternatif Pemecahan Masalah
Prioritas Masalah Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
penyakit terbanyak Kurangnya pengetahuan - Meningkatkan pengetahuan tentang gejala, faktor risiko, dan
ke-6 (790 kasus) di masyarakat mengenai komplikasi DM tipe 2 sehingga tercipta awareness pada
gejala, faktor risiko, dan masyarakat dengan mengadakan penyuluhan DM pada hari
PKM Gandus komplikasi DM Tipe 2 hari tertentu
tahun 2022 Kurangnya dukungan - Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya
keluarga dan lingkungan peranan support keluarga pada pengobatan DM
sekitar terhadap pengobatan - Melakukan kunjungan ke rumah pasien DM Tipe 2
dan pemantauan pasien DM
PERILAKU MASYARAKAT
Pola diet pasien DM yang - Penyuluhan kepada masyarakat terkait DM dan pola makan
masih salah yang baik.
- Membentuk poli atau klinik gizi di puskesmas
32
PELAYANAN KESEHATAN
Promosi Kesehatan tentang - Pembuatan poster untuk promosi kesehatan terkait DM. -
DM belum optimal Pelatihan desain grafis pada petugas kesehatan. - Pembuatan
grup WA untuk edukasi dan pemantauan pasien DM
Tabel 11. Alternatif Pemecahan Masalah DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Gandus
33
4.6 Penyusunan Rencana Kegiatan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu Kebutuhan
Penanggung
Waktu
No Kegiatan Tujuan Sasaran Target
Sumber Daya Alat
Jawab
Pelaksanaan Mitra Kerja
Kebutuhan Anggaran
1. Penyuluhan
mengenai diabetes melitus
Januari
Desember
2023
RT,
Kader
RT,
Kader
4 OH x Rp 50.000 x 2 kegiatan = Rp
400.000
120 pamflet x Rp 2.000 = Rp 240.000
34
3 Membentuk
layanan konsultasi Gizi di Puskesmas Gandus
- Berkoordinasi dengan poli pelayanan untuk pengkajian dan diagnosis gizi serta memberikan edukasi tentang pola diet
yang baik.
- Memberikan pelayanan intervensi gizi, pemantauan pertumbuhan.
- Monitoring dan evaluasi pasien gizi (DM, gizi buruk, stunting, anemia, maalnutrisi)
Warga yang tinggal di wikayah
cakupan
Puskesmas
Gandus
100% Timbangan dan alat ukur
tinggi badan
(microtoire),
meteran,
buku plot
pertumbuhan
.
Dokter, perawat
Januari desember 2023
- Timbangan 1 x Rp.300.000
Meteran 2x Rp.5.000
= Rp. 10.000
Microtoire 1 x
125.000 = Rp.
125.000
6 Pemberian
doorprize untuk meningkatkan
angka kunjungan Posbindu PTM
- Deteksi dini masyarakat yang mempunyai risiko penyakit tidak menular terutama DM
Warga yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Gandus
100% Transport petugas,
glucometer,
tensimeter,
doorprize
Petugas PTM
Januari desember 2023
RT,
Kader
2 OH x Rp. 50.000 x 12 kunjungan = Rp. 1.200.000
Strip glucometer 5 tube x 85.000 = Rp. 425.000
Doorprize 3 x 15.000 = Rp. 45.000
7 Pelatihan kader kesehatan
- Kader kesehatan menjadi lebih kompeten dan tidak ketinggalan informasi tentang DM
- Skrining masyarakat berisiko terkena DM Tipe 2 dan membantu memantau pasien penderita DM tipe 2
Kader
kesehatan puskesmas
80% Materi
pelatihan,
LCD, laptop,
ruang
pertemuan
Dokter
puskesmas
Februari Kader 1 OH x Rp 50.000 x 1 kegiatan = Rp
50.000
Snack 50 kotak x Rp
5.000 = Rp 250.000
35
8 Edukasi di grup WhatsApp pasien DM dan kader
- Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang DM.
- Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk minum obat teratur
- Memantau pasien DM
Warga yang tinggal di wilayah
cakupan
Puskesmas
Gandus
80% Handphone Petugas Promosi
Kesehatan,
petugas
prolanis
- Kader Paket kuota Rp. 15.000 x 12 bulan =
Rp. 180.000
36
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
1. Prioritas masalah kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Gandus Palembang
pada tahun 2023 adalah Diabetes Melitus.
2. Peningkatan angka kesakitan akibat Diabetes melitus dapat disebabkan karena
kurangnya pengetahuan tentang Diabetes melitus, kurangnya kesadaran
untuk melakukan pengecekan rutin gula darah darah, gaya hidup yang tidak
sehat, serta kurangnya kepatuhan memakan obat dan kontrol setiap bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Gandus Palembang.
3. Dari hasil analisis masalah, alternatif pemecahan masalah, serta penyusunan,
perancangan, dan penganggaran kesehatan, maka dibuat suatu kegiatan, yaitu
skrining penyakit, kunjungan rumah, media follow up dan pemanfaatan
media sosial Whatsapp, pemeriksaan komprehensif dan mengadakan
kegiatan promosi kesehatan dengan aktif berupa penyuluhan diabetes
melitus, pelatihan kader khusus diabtes melitus, pembuatan layanan gizi di
puskesmas, serta pelaksanaan pemeriksaan kesehatan rutin di wilayah kerja
Puskesmas Gandus Palembang.
4. Hasil yang diharapkan adalah peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai
diabetes melitus, meningkatkan kesadaran dan kepatuhan makan obat secara
teratur, serta modifikasi gaya hidup. Program-program kesehatan yang
direncanakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan
kualitas hidup masyarakat, sehingga dapat menurunkan angka kejadian
diabetes melitus di masyarakat dan mencegah terjadi komplikasi lanjut di
wilayah kerja Puskesmas Gandus Palembang.
5.2 Saran
1. Saran yang dapat diberikan kepada Puskesmas Gandus agar dapat
menyelesaikan masalah yang ada diharapkan agar tersedia anggaran dengan
jumlah yang cukup yang tepat guna dan tepat waktu. Selain itu, dukungan
37
dari masyarakat, tokoh masyarakat, dan pemegang kebijakan dapat
membantu dalam menyelesaikan masalah secara komprehensif. 2. Saran bagi
masyarakat pada wilayah kerja Puskesmas Gandus adalah program terkait
modifikasi gaya hidup, dengan cara menjalankan PHBS, menghentikan kebiasaan
merokok, mengontrol diet dan aktivitas fisik, serta melakukan kontrol rutin setiap
bulan.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. Continuity and coordination of care: a practice
brief to support implementation of the WHO Framework on integrated people
centred health services.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 Tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
3. Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Ilmu Kedokteran Pencegahan Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2017.
Modul Pembekalan Manajemen dan Program Puskemas: Dasar-dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Ed.1.
4. PKM Gandus. 2021. Profil Pusat Kesehatan Masyarakat Gandus tahun 2021. 5.
Balitbangkes. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional
2017. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI. 2017
6. Card AJ. 2017. Moving Beyond the WHO Definition of Health: A New
Perspective for an Aging World and the Emerging Era of Value-Based Care.
World Medical & Health Policy Journal. 9(1). Hal 127-137
7. Herqutanto, Werdhani, R.A., & Prihartono, J. 2014. Buku Keterampilan Klinis
Ilmu Kedokteran Komunitas. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
8. Hadisaputro S, Nizar M, Suwandono A. Epidemiologi manajerial. Semarang.
Badan Penerbit UNDIP. Hal. 2011;22.
9. Sawitri AA, Indraguna GN, Weta IW. Buku panduan belajar koas: Ilmu
kedokteran komunitas/ilmu kedokteran Pencegahan (IKK-IKP). Denpasar:
Udayana University Press. 2017.
10. Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas. 2014. Departemen
Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI
11. Prihartono, J. dkk. 2014.“Buku Keterampilan Klinis IlmuKedokteran
Komunitas. Jakarta: Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI 12. Eliana,
Sumiati, S. 2016. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia
13. Herqutanto, dkk. 2014. Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran
39
Komunitas. Jakarta: Departemen Ilmsu Kedokteran Komunitas FKUI. 14.
Kelompok Kerja Tematis MDGs. Millenium Development Goals.
http:/www.id.undp.org/content/dam/indonesia/docs/MDG/Let%20Speak%20 Out
% 20for%20MDGs%20-%20ID.pdf.
15. Swarjana, I. K., 2017.Ilmu Kesehatan Masyarakat – Konsep, Strategi, dan
Praktik . Yogyakarta: Andi Offset
16. Apriyanti, NS, dkk. 2020. Strategy to Determine the Priority of Teachers'
Quality
17. District Health Management. 2006. Training Material Modul. GTZ-DSE; 18.
Douglas dan Suzanne. 2007. A Priority Rating System for Public Health
Programs. Jurnal of American Public Health. Vol 105 no 5.
19. Madhavi Bhargava, Poonam Naik, Utsav Raj & Reshma Acharya .2016.
„Community diagnosis by a family survey: an exposure to primary care during
medical undergraduate training, Education for Primary Care‟. 27(6). Hal 494-
498
20. Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas.
21. PKM Gandus. 2021. Perencanaan Tingkat Pertama Pusat Kesehatan Masyarakat
Gandus Tahun 2021.
22. WHO. World Health Organization (WHO). 2021. Fact Sheet: Hypertension.
Tersedia di https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension. 23.
Nuraini, Bianti. 2015. “Risk Factors of Hypertension.” Jurnal Majority 4(5): 10– 19.
24. Ganong WF. 2010. Review of Medical Physiology Ganong’s. Ed 23. New York:
The McGraw-Hill Companies.Inc. p: 609-610
25. The Eight Joint National Committee (JNC-8). 2014. The Eight Report of the Joint
National Commite. Hypertension Guidelines: An In-Depth Guide. Am J Manag
Care.
40