NIM : 04011281823132
Learning Issues
Pemeriksaan Fisik
5. Kemas, anak laki-laki, usia 14 bulan. Pemeriksaan fisik : berat badan 7,5 kg, panjang badan 75
cm, lingkaran kepala 45 cm. Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, kontak mata baik, mau
melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Menoleh ketika dipanggil namanya dengan keras.
Terdapat gerakan yang tidak terkontrol. Pada posisi tengkurap dapat mengangkat dan menahan
kepala beberapa detik. Kekuatan kedua lengan dan tungkai 3, lengan dan tungkai kaku dan susah
untuk ditekuk, refleks tendon meningkat. Pada waktu diangkat ke posisi vertikal kedua tungkai
saling menyilang. Tidak ada kelainan anatomi pada kedua tungkai dan kaki. Hasil Tes bera:
respon suara telinga kanan dan kiri 30 dB
a) Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik pada kasus?
Pemeriksaan Hasil Interpretasi
7,5 kg
BB Underweight
BB/U = dibawah (-2)
75 cm
PB Normal
PB/U = diantara 0 dan (-2)
45 cm
LK Normal
LK/U = dibawah (-1)
BB/PB = tepat digaris (-3) /
BB/PB Wasted / Kurus
dibawah -2
7,5 kg
IMT= 2
=13,33 kg/m ²
BMI/U ( 0,75 m) Wasted / Kurus
BMI/U = dibawah (-2)
Gambaran Dismorfik Tidak ada Normal
Kesadaran Sadar Normal
Baik, mau melihat dan tersenyum
Kontak mata Normal
kepada pemeriksa
Menoleh ketika dipanggil
Kemampuan Bahasa Abnormal
namanya dengan keras
Gerakan tidak terkontrol (+) Abnormal
Kelainan anatomi (-) Normal
Abnormal (hanya
Anggota gerak Kekuatan: 3 mampu melawan
gravitasi)
Lengan dan tungkai kaku dan
Abnormal
susah untuk ditekuk
Refleks tendon Meningkat Abnormal
Mengangkat dan menahan kepala Abnormal (palsi
Suspensi horizontal
beberapa detik serebral spastik)
Abnormal (palsi
Suspensi vertical Kedua tungkai saling menyilang
serebral spastik)
Abnormal (gangguan
Tes bera Kanan dan kiri 30 dB
dengar ringan)
4. Kekuatan anggota gerak: 3, lengan dan tungkai kaku dan susah untuk ditekuk
Infeksi (kejang dengan demam) sirkulasi terganggu iskemia cerebri cerebral
palsy kerusakan traktus kortikospinalis kelumpuhan yang kaku
5. Refleks tendon meningkat
Infeksi (kejang dengan demam) sirkulasi terganggu iskemia cerebri cerebral
palsy kerusakan traktus kortikospinalis hiperrefleksia
6. Susp. Horizontal: Mengangkat dan menahan kepala beberapa detik & Susp.
Vertical: Kedua tungkai saling menyilang
Infeksi (kejang dengan demam) sirkulasi terganggu iskemia cerebri cerebral
palsy spastik kerusakan traktus kortikospinalis hiperaktive reflex dan stretch reflex
otot mengalami kekakuan kedua tungkai tampak kaku dan saling menyilang, tidak
dapat menahan kepala dalam waktu lama
A. Definisi
Pada tahun 1993 National Institute of Health Consensus Conference pertama kali
menganjurkan program Universal Newborn Hearing Screening. Setahun kemudian, The
Joint Committee on Infant Hearing merekomendasikan deteksi gangguan pendengaran harus
dilakukan sebelum usia 3 bulan dan dilakukan intervensi sebelum usia 6 bulan. Pada tahun
1999 American Academy of Pediatrics (AAP) mendukung pernyataan tersebut. Beberapa
syarat skrining pendengaran neonatus yang dipakai di seluruh dunia, diantaranya adalah
cepat dan mudah dikerjakan, tidak bersifat invasif, mempunyai sensitivitas dan spesifisitas
yang tinggi serta tidak mahal. Skrining hanya menunjukkan ada/tidaknya respons terhadap
rangsangan dengan intensitas tertentu pada pendengaran seseorang dan tidak mengukur
beratnya gangguan pendengaran ataupun tidak membedakan tuli konduktif atau
sensorineural.
Auditory brainstem response (ABR) merupakan suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi
nervus VIII dan jalur pendengaran di batang otak. Caranya dengan merekam potensial listrik
yang dikeluarkan sel koklea selama menempuh perjalanan mulai telinga dalam hingga
nukleus tertentu dibatang otak. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan elektroda
permukaan yang dilekatkan pada kulit kepala atau dahi dan prosesus mastoid atau lobulus
telinga. Prinsip pemeriksaan ABR adalah menilai perubahan potensial listrik di otak setelah
pemberian rangsangan sensoris berupa bunyi. Rangsangan bunyi yang diberikan melalui
head phone atau insert probe akan menempuh perjalanan melalui koklea (gelombang I),
nukleus koklearis (gelombang II), nukleus olivarius superior (gelombang III), lemnikus
lateralis (gelombang IV), kolikulus inferior (gelombang V) kemudian menuju ke korteks
auditorius di lobus temporalis otak. Yang penting dicatat adalah gelombang I,III dan V. ABR
konvensional merupakan click evoked ABR air conduction, dan frekuensi yang diberikan
sebesar 2000- 4000Hz, dengan intensitas dapat mencapai 105 dB. ABR membutuhkan waktu
yang lebih lama dan tenaga terlatih dalam mengoperasikan alat maupun menginterpretasikan
hasil. ABR tidak terpengaruh oleh debris di liang telinga luar dan tengah namun memerlukan
bayi dalam keadaan tenang (bila perlu disedasi), karena dapat timbul artefak akibat gerakan.
ABR dapat mendeteksi adanya tuli konduktif dan tuli sensorineural. Sensitivitas ABR 100%
dan spesifisitasnya 97-98%.
E. Interpretasi
Derajat 0 (Normal): 0 – 25 dB
Derajat 1 (Ringan): 26 – 40 dB
KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan) merupakan suatu instrumen deteksi dini
dalam perkembangan anak usia 0 sampai 6 tahun. KPSP ini berguna untuk mengetahui
perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Instrumen KPSP ini dapat dilakukan di
semua tingkat pelayanan kesehatan dasar. Formulir KPSP terdiri dari 9-10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak yang terdiri dari gerak kasar, gerak halus,
sosialisasi dan kemandirian serta berbicara dan berbahasa.
Pembagian lembar KPSP dibedakan berdasarkan usia yakni 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,
36, 42, 48, 54, 60, 66, 72 bulan. Bila anak berusia diantaranya maka KPSP yang digunakan
adalah yang lebih kecil dari usia anak. Contoh : bayi umur umur 7 bulan maka yang digunakan
adalah KPSP 6 bulan. Bila anak ini kemudian sudah berumur 9 bulan yang diberikan adalah
KPSP 9 bulan.
1. Tentukan umur anak dengan menjadikannya dalam bulan. Bila umur anak lebih dari 15 hari
dibulatkan menjadi 1 bulan Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4 bulan
bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan.
2. Setelah menentukan umur anak pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak. Pada kasus, usia
Kemas yaitu 14 bulan maka digunakan KPSP usia 12 bulan
3. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu :
- Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak. Contoh : “dapatkah bayi makan
kue sendiri?”
- Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP. Contoh : “pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada
pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk”
4. Baca dahulu dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang ada. Bila tidak jelas atau ragu-ragu
tanyakan lebih lanjut agar mengerti sebelum melaksanakan.
5. Interpretasi Hasil KPSP
- Hitung jawaban Ya (bila dijawab bisa atau sering atau kadang-kadang)
- Hitung jawabab Tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak pernah)
- Bila jawaban YA = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan tahapan perkembangan (S)
- Bila jawaban YA = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
- Bila jawaban YA = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P).
- Rincilah jawaban TIDAK pada nomer berapa saja.
- Untuk Anak dengan Perkembangan SESUAI (S)
a) Bila jawaban “ya” 9 atau 10, berarti perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan (S)
Maka yang harus dilakukan adalah:
- Puji orang tua,
- Stimulasi untuk skrining 3 bulan kemudian (anak < 24 bulan) atau 6 bulan kemudian ( untuk
anak 24 – 72 bulan)
b) Bila jawaban “ya” 7 ayau 8, berarti perkembangan anak meragukan (M)
Maka yang harus dilakukan adalah:
- Ajarkan ibu untuk stimulasi hal yang belum bisa dilakukan. Stimulasi 3x/hari masing-masing
1 jam selama 2 minggu.
- Minta ibu dan anak datang lagi 2 minggu kemudian untuk KPSP ulang. Bila setelah 2
minggu jumlah ya tetap 7 atau 8 kemungkinan ada penyimpangan, segera rujuk.
c) Bila jawaban “ya” 6 atau kurang, perkembangan anak kemungkinan ada penyimpangan (P).
Maka yang harus dilakukan adalah:
Rujuk ke RS atau ke dokter spesialis anak divisi tumbuh kembang anak, dengan menuliskan jenis
dan jumlah penyimpangan perkembangan (Gerak kasar, gerak halus, bahasa dan bicara,
sosialisasi dan kemandirian).
D
AFTAR PUSTAKA
Rundjan, L, dkk. (2005). Skrining Gangguan Pendengaran pada Neonatus Risiko Tinggi. Sari
Pediatri. Vol. 6, No. 4; 149-154.
Stach, Brad A. (2010). Clinical Audiology an Introduction. 2nd Edition. Michigan: Department
of otolaryngology-head and neck surgery Hendry Ford Hospital Detroid; p357-382