Oleh:
Afrida Yolanda Putri, S Ked 04054822022138
Syafira Nofwanda, S Ked 04054822022171
Pembimbing:
dr. Emma Novita, M. Kes
dr. Hj. Desty Aryani, M.Kes
i
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Afrida Yolanda Putri, S Ked 04054822022138
Syafira Nofwanda, S Ked 04054822022171
Telah diterima sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang periode 11 Oktober – 13 November 2021
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan
berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Diagnosis
Komunitas kami yang berjudul Diagnosis Komunitas Wilayah Kerja
Puskesmas Merdeka (22 Ilir) Palembang sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Lapangan dr. Emma
Novita, M.Kes, Kepala Puskesmas Merdeka dr. Hj. Desty Aryani, M. Kes, dan
seluruh staff Puskesmas Merdeka yang telah memberikan arahan, saran serta
masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
akhir ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan akhir ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER..............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................1
1.2. Tujuan...............................................................................................................2
1.3. Manfaat.............................................................................................................3
BAB II DAFTAR PUSTAKA................................................................................4
2.1. Definisi Masalah Kesehatan..............................................................................4
2.2. Faktor yang Mempengatuhi Derajat Kesehatan................................................5
2.3. Jenis Masalah Kesehatan di Indonesia..............................................................8
2.4. Analisis Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat..............................................12
BAB III ANALISIS SITUASI PUSKESMAS....................................................27
3.1. Puskesmas.......................................................................................................22
3.2. Keadaan Geografi............................................................................................30
3.3. Upaya Kesehatan Puskesmas Merdeka...........................................................32
3.4. Data Epidemiologi..........................................................................................36
3.5. Upaya Kesehatan Puskesmas Merdeka...........................................................36
3.6. Identifikasi Faktor Perilaku Lingkungan........................................................37
BAB IV DIAGNOSIS KOMUNITAS DAN PERENCANAAN
PENGANGGARAN KESEHATAN TERPADU...............................................50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................61
5.1. Kesimpulan.....................................................................................................61
5.2. Saran................................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................63
DAFTAR TABEL
Gambar 1. Konsep H.L Blum empat faktor utama yang menentukan derajat
kesehatan masyarakat...............................................................................................5
Gambar 2. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Target Penurunan AKI di Indonesia)..........9
Gambar 3. Angka Kematian Bayi (AKB)...........................................................................10
Gambar 4. Stunting...............................................................................................................11
Gambar 5. Siklus Perencanaan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota..................13
Gambar 6. Siklus Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas.........................14
Gambar 7. Metode Fishbone................................................................................................21
Gambar 8. Metode Pohon Masalah......................................................................................22
Gambar 9. Tampak depan Puskesmas Merdeka...................................................27
Gambar 10. Wilayah kerja Puskesmas Merdeka..................................................27
Gambar 11. Kegiatan Puskesmas Menyapa Dulur...............................................32
Gambar 12. Area Bermain Anak..........................................................................32
Gambar 13. Kunjungan rumah ke wilayah RT 10 Kelurahan 22 Ilir...................36
Gambar 14. Kunjungan rumah ke wilayah RT 05 Kelurahan 22 Ilir...................37
Gambar 15. Kondisi Lingkungan Rumah Warga saat kunjungan........................38
BAB I
PENDAHULUAN
1
diawali dengan melakukan analisis situasi, identifikasi masalah, penyebab
masalah, prioritas masalah sampai alternatif pemecahan masalah. Diagnosis
komunitas didapatkan dari beberapa tahapan, dimana setiap tahapan
membutuhkan kerja sama tim salah satunya dokter umum, tokoh masyarakat,
kader, dan petugas puskesmas. Diagnosis komunitas dianggap sebagai elemen
kunci yang mencerminkan kehidupan sehari-hari dalam pelayanan kesehatan,
yang memastikan prinsip- prinsip perawatan kesehatan dasar, seperti definisi
wilayah dan populasi yang ditentukan. 4
Diagnosis komunitas merupakan keterampilan (skill) yang harus dikuasai
oleh dokter di fasilitas kesehatan tingkat primer, dan/atau bila bekerja sebagai
pimpinan institusi/unit kesehatan yang bertanggung jawab atas kesehatan suatu
komunitas/masyarakat untuk menerapkan pelayanan kedokteran secara holistik
dan komprehensif. Menurut World Health Organization (WHO) dokter di masa
depan adalah dokter yang mencakup Care provider, Decision Maker, Educator,
Manager dan Community Leader. Salah satu posisi atau pekerjaan yang akan
dijalani dokter adalah memimpin suatu fasilitas kesehatan.5,6
Laporan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan masalah yang
ada atau faktor risiko penyakit serta penyebabnya dari berbagai aspek yang terjadi
pada masyarakat sekitar, khususnya Kelurahan 22 Ilir, Kota Palembang. Laporan
ini diharapkan dapat membantu menemukan intervensi terhadap masalah yang ada
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Merdeka Palembang.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk menegakkan diagnosis
komunitas di wilayah kerja Puskesmas Merdeka.
Bila sudah ditemukan area masalah, maka juga perlu mengetahui berbagai faktor
yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut. Konsep terjadinya penyakit menurut
Blum dapat dipakai untuk membuat kerangka konsep yang menjelaskan mengapa
penyakit tersebut terjadi. Ini akan membantu menentukan data apa yang akan
dikumpulkan dari masyarakat agar mendapatkan masalah yang utama dan hal-hal lain
yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.7
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan diIndonesia perlu
dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain masalah perilaku kesehatan, lingkungan,
genetik dan pelayanan kesehatan yang akan menimbulkan berbagai masalah lanjutan
seperti masalah kesehatan ibu dan anak, masalah gizi dan penyakit-penyakit baik menular
maupun tidak menular. Masalah kesehatan tersebut dapat terjadi pada masyarakat secara
umum atau komunitas tertentu seperti kelompok rawan (bayi, balita dan ibu), kelompok
lanjut usia dan kelompok pekerja.8
Gambar 1. Konsep H.L Blum yang menjelaskan empat faktor utama yang
menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Faktor pertama yaitu perilaku/gaya hidup, gaya hidup seseorang memiliki peranan
penting dalam menjaga status kesehatan, karena kesadaran dalam pribadi seseorang harus
dimunculkan untuk mencapai pola hidup bersih dan sehat sehingga terhindar dari
berbagai penyakit. sehat dan tidak sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri, di samping itu juga
dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, sosial ekonomi dan
perilaku-perilaku lain yang melekat pada dirinya. Faktor perilaku merupakan suatu
perilaku seseorang memiliki peranan penting dalam menjaga status kesehatan, karena
kesadaran dalam pribadi seseorang harus dimunculkan untuk mencapai budaya hidup
bersih dan sehat sehingga terhindar dari berbagai penyakit.
Faktor kedua yaitu lingkungan (sosial, ekonomi, politik dan budaya), Lingkungan
ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau buatan manusia) misalnya sampah, air,
udara dan perumahan, dan sosiokultur (ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain).
Pada lingkungan fisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh kualitas sanitasi lingkungan
dimana manusia itu berada. Hal ini dikarenakan banyak penyakit yang bersumber dari
buruknya kualitas sanitasi lingkungan, misalnya; ketersediaan air bersih pada suatu
daerah akan mempengaruhi derajat kesehatan karena air merupakan kebutuhan pokok
manusia dan manusia selalu berinteraksi dengan air dalam kehidupan sehari-hari.
Gambar 2. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Target Penurunan AKI di Indonesia
Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), pada tahun
1990 ada 390 perempuan meninggal dunia di setiap 100 ribu kelahiran di Indonesia. Angka
tersebut turun perlahan menjadi 334 pada tahun 1997, 307 pada tahun 2002, dan 228 pada
tahun 2007. Namun, angka kematian ibu kembali meningkat pada tahun 2012 menjadi 359
sebelum akhirnya turun hingga 305 pada 2015. Kematian ibu tidak hanya disebabkan oleh
faktor langsung kesehatan sang ibu seperti penyakit jantung, hipertensi, dan pendarahan
melainkan juga turut dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti ketersediaan sarana
prasarana
kesehatan yang memadai, pernikahan muda, keterlambatan dalam mendapat rujukan dan
perawatan, hingga tingkat sosial, dan pendidikan yang rendah.7
Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun
dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai
probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun yang dinyatakan dengan per
1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk
mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir
sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat
erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Dalam RPJMN 2020-2024,
pemerintah menargetkan penurunan AKB dari 24 per 1.000 kelahiran menjadi 16 per 1.000
kelahiran hidup.6
2.3.3. Stunting
Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak)
akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Kondisi ini diukur dengan panjang atau
tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak
dari WHO.
Sehingga, anak lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan
memiliki keterlambatan dalam berpikir. Umumnya disebabkan asupan makan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan
oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi,
dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan
mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.
Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.10
Gambar 4. Stunting
Berdasarkan hasil PSG tahun 2015, prevalensi balita pendek di Indonesia adalah 29
persen. Angka ini mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 27,5 persen. Namun,
prevalensi balita pendek kembali meningkat menjadi 29,6 persen pada tahun 2017.
Prevalensi balita sangat pendek usia 0-59 bulan pada tahun 2017 adalah 19,8 persen dan
prevalensi balita pendek usia 0-59 bulan tahun 2017 adalah 9,8 persen. Kondisi ini
meningkat dari tahun 2016 yaitu prevalensi balita sangat pendek sebesar 19 persen dan
balita pendek sebesar 8.5 persen. Provinsi dengan prevalensi tertinggi balita sangat pendek
dan pendek pada usia 0-59 bulan tahun 2017 adalah Nusa Tenggara Timur, sedangkan
provinsi dengan prevalensi terendah adalah Bali.7
Untuk tingkat Kabupaten, dokumentasi hasil PTP Terpadu ini dapat digunakan
sebagai alat bantu monitoring penggunaan dana dan pelaksanaan kegiatan di tingkat
Puskesmas, serta untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan Puskesmas yang perlu
didukung oleh Kabupaten maupun Provinsi.
c. Ruang Lingkup
Perencanaan Tingkat Puskesmas mencakup semua kegiatan yang termasuk dalam
Upaya Kesehatan Esensial, Upaya Kesehatan Pengembangan dan upaya kesehatan
penunjang. Perencanaan ini disusun oleh Puskesmas sebagai Rencana Tahunan
Puskesmas yang dibiayaioleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, serta sumber dana
lainnya.13
d. Tahap Perencanaan13
Perencanaan Tingkat Puskesmas disusun melalui 4 tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
2. Tahap analisa situasi
3. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
4. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Proses perencanaan Puskesmas mengikuti siklus perencanaan pembangunan
daerah, dimulai dari tingkat desa/kelurahan/kampung melalui Musrembang
desa/kelurahan/kampung, selanjutnya disusun pada Musrembang tingkat
kecamatan/distrik, kemudian diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas
Kesehatan kabupaten/kota akan mengusulkan perencanaan tersebut pada Musrembang
tingkat Kabupaten/kota kepemerintah daerah kabupaten/kota. Penyusunan Perencanaan
Tingkat Puskesmas ditunjukkan oleh diagram berikut dilakukan melalui lima tahap
sebagai berikut:
(RPK)
Gambar 6. Siklus Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas13
2.4.1. Tahap Persiapan
Tahap ini bertujuan mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam proses
penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan pandangan
dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan. Pada tahap ini Tim
Puskesmas mempelajari hal-hal berikut ini:14
1. Rencana Lima Tahunan Puskesmas
2. Penjabaran tahunan rencana capaian target Standar Pelayanan Minimal tingkat
kabupaten/kota.
3. Target yang disepakati bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan menjadi
tanggung jawab Puskesmas.
4. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga.
5. Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan keluarga.
6. NSPK lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh Tim di dalam
penyusunan perencanaan Puskesmas.
Magnitude (M)
Severity (S)
Vulnerability (V)
MxSxVxC
3. Metode Bryant
Menurut metode ini, masing-masing kriteria diberi scoring. Kisaran skor yang
diberikan adalah satu sampai empat, kemudian masing- masing skor dikalikan. Masalah-
masalah dengan skor tertinggi, akan mendapat prioritas tinggi, dimana masalah dengan
nilai tertinggi dapat dijadikan sebagai prioritas masalah. Metode ini menggunakan
scoring yang didasarkan pada kriteria:
d. Manageability (M) yaitu kemampuan untuk mengatasi masalah yang timbul. Hal
ini dapat dinilai dari ketersediaan sumber daya, tenaga dan sarana.
Rumus Bryant:
Keterangan:
P: banyaknya kelompok masyarakat yang terkena masalah.
S: kegawatan masalah
C: sejauh mana masyarakat menganggap masalah tersebut penting
M: kemampuan untuk mengatasi masalah yang timbul
4. Metode USG
Analisis Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu metode skoring
untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada tahap ini masing-
masing masalah dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Bila telah didapatkan jumlah skor
maka dapat menentukan prioritas masalah. Langkah skoring dengan menggunakan
metode USG adalah membuat daftar akar masalah, membuat tabel matriks prioritas
masalah dengan bobot skoring 1-5 dan nilai yang tertinggi sebagai prioritas masalah.
Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan
sebagai berikut (Kotler dkk, 2001):
Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan dengan waktu
yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tuntuk memecahkan masalah
yang menyebabkan isu tadi.
Seriousness
Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat yang timbul
dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau
akibat yang menimbulkan masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak
dipecahkan. Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah
yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan
dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau
dibiarkan.
Daftar
Prioritas
Masala U S G Total
Masalah
h
Masalah
A
Masalah
B
Masala
C
a. Urgency atau urgensi, yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
b. Seriousness atau tingkat keseriusan dari masalah, yakni dengan melihat
dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap
keberhasilan, membahayakan system atau tidak.
c. Growth atau tingkat perkembangan masalah yakni apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit untuk dicegah.
Pohon masalah memiliki tiga bagian, yakni batang, akar, dan cabang. Batang pohon
menggambarkan masalah utama, akar merupakan penyebab masalah inti, sedangkan
cabang pohon mewakili dampak. Penggunaan pohon masalah ini berkaitan dengan
perencanaan proyek. Hal ini terjadi karena komponen sebab akibat dalam pohon masalah
akan mempengaruhi desain intervensi yang mungkin dilakukan.
Gambar 8. Metode Pohon Masalah
Priorita
Alternatif
s Pemecahan masalah
No. Masalah pemecahan Sasaran Target
masala terpilih
masalah
h
1.
2.
6000
5000
4000
LAKI-LAKI PEREMPU
AN TOTAL
300
3. Kolak Labu
Kolak Labu adalah Kolaborasi antara petugas laboratorium dengan
petugas KIA-KB agar ibu-ibu hamil melakukan skrining triple eliminasi
yaitu HIV, Hepatitis dan sifilis.
4. Rebana Anamas
5. Kabana Pelita
Kader Serbaguna Peduli Balita (KABANA PELITA) merupakan salah
satu inovasi dari upaya kesehatan agar kader-kader yang terlatih dapat
melakukan skrining pada balita.
6. Pentas Lansia
Pelayanan yang Memprioritaskan Lansia (PENTAS LANSIA)
merupakan inovasi dari Puskesmas Merdeka yang memperioritaskan
lansia pada setiap pelayanan kesehatan.
3.4. Data Epidemiologi
Hasil data surveilans terpadu Puskesmas Merdeka pada bulan Oktober
2021 ditunjukkan pada Tabel 10. Data ini menunjukkan jumlah kasus baru
(insidens) untuk penyakit-penyakit dalam kategori penyakit tidak menular
dan menular menurut KMK No 1479/MENKES/SK/X/2003. Berdasarkan
data yang ada, ditunjukkan bahwa penyakit terbanyak secara berurutan
adalah hipertensi, diabetes mellitus dan miopia ringan.
Tabel 10. Jumlah kasus baru penyakit tidak menular dan menular Oktober 2021
Kelompok Usia
No Jenis Penyakit Total
<5 5-19 20-59 >60
1 Kolera 3 0 2 0 5
2 Dermatitis Atopi 3 4 7 2 16
3 Diare Berdarah 0 0 0 0 0
4 Demam Tifoid 0 1 1 0 2
5 TBC Paru 0 0 22 6 28
6 Pioderma 5 15 14 2 36
7. Campak 0 0 0 0 0
8 Difteri 0 0 0 0 0
9 Batuk Rejan 0 0 0 0 0
10 Tetanus 0 0 0 0 0
11 Hepatitis 0 0 0 0 0
12 Malaria 0 0 0 0 0
13 DBD 0 3 0 0 3
14 Demam Dengue 0 1 2 0 3
15 Pneumonia 0 0 0 0 0
16 Sifilis 0 0 0 0 0
17 Gonorrhoe 0 0 0 0 0
18 Filariasis 0 0 0 0 0
19 Asma Bronkial 3 0 14 1 18
20 Hipertensi 0 0 116 139 255
21 Diabetes Melituus 0 0 40 43 83
22 Miopia Ringan 0 10 41 7 58
23 Rhinitis akut 5 15 20 7 47
24 Gastritis 0 1 14 2 17
285 Astigmatisme 0 4 12 1 17
3
Berdasarkan data capaian indikator prioritas sampai dengan Agustus tahun 2021
Puskesmas Merdeka didapatkan beberapa indikator program yang tidak
mencapai target yaitu pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar, pelayanan
kesehatan ibu bersalin sesuai standar, pelayanan kesehatan bayi baru lahir
sesuai standar, pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar sesuai
standar, pelayanan kesehatan pada usia produktif sesuai standar, pelayanan
kesehatan orang dengan resiko terinfeksi HIV sesuai standar. Berikut adalah
tabel analisis masalah dan rencana tindak lanjut berdasarkan indikator program
yang tidak mencapai target.
Tabel 13. Analisis masalah dan rencana tindak lanjut indikator program yang
tidak mencapai target
3
Melakukan koordinasi
Belum
dengan kader dan
Pelayanan didapatkan
bidan untuk
Kesehatan Ibu data ibu
2 Tidak mendapatkan
Bersalin sesuai tercapai bersalin yang
data ibu bersalin
standar akurat
Komunikasi melalui
Data sasaran WA untuk ibu hamil
ibu bersalin yang mendekati
yang taksiran persalinan
terlalu tinggi
Pelayanan Keterlambatan Petugas berkoordinasi
3 Tidak laporan BBL dengan klinik, BPS dan
Kesehatan Bayi
tercapai yang diterima kader, akan dilakukan
Baru Lahir dari kader ,
sesuai standar secara aktif
BPS dan klinik
Kunjungan rumah dan
Jumlah konseling sesuai dengan
data yang diterima dari
kelahiran lebih
klinik, kader posyandu,
banyak dari luas dan BPS
wilayah
puskesmas
merdeka
Data sasaran
yang
ditetapkan
oleh dinas
kesehatan
terlalu tinggi
Meningkatkan KIE
kesadaran tentang
35
16 12 13
14 Persentase pengolahan makanan yang memenuhi syarat 75% 81,2% Tercapai
TPM TPM TPM
Sesuai
15 Cakupan penemuan dan penanganan DBD per 100 ribu penduduk - temuan 100% - - -
kasus
160 160
16 Angka bebas jentik DBD 320 Rumah 66,4% 50% Tercapai
Rumah Rumah
14 15
17 Persentase posyandu aktif 16 posyandu 88% 93,7% Tercapai
posyandu posyandu
18 Terbentuknya saka bhakti husada di setiap kecamatan di kota Palembang 2 sekolah 1x 100% - - -
320 160 160
19 Persentase rumah tanggaberPHBS 66,4% 50% Tercapai
Rumah Rumah Rumah
3
20 Persentase kelompok olahraga di wilayah puskesmas 4 kelurahan 75% 3 75% Tercapai
Kelurahan
90
21 Cakupan penemuan dan pengobatan penderita TBC 111 Kasus 74,9% 28 Kasus 25,2% Tidak tercapai
Kasus
35
22 Angka Succes rate pengobatan pasien TB 45 Kasus 90 % 34 Kasus 97% Tercapai
Kasus
23 Deteksi HIV pada Ibu hamil dan populasi kunci (WPS, Trangender, LSL) 1683 1260 75% 816 48,4% Tidak Tercapai
24 Cakupan pasien diare yang ditangani 515 388 75% 389 75% Tercapai
78 perkiraan
25 Cakupan balita pneumonia yang ditangani 58 75% 12 15,4% Tidak Tercapai
pneumonia
balita
2
26 Persentase sekolah yang melaksanakan upaya berhenti merokok (UBM) - - - - -
SMA
27 Persentase sekolah yang melaksanakan upaya pencegahan NAPZA 7 - - - - -
1 orang dalam
28 Penemuan kasus non folio AFP per 100.000 anak <15 th - - - - -
1 tahun
29 Persentase kelurahan mengalami KLB yang ditanggulangi <24 jam - - - - -
150
30 Persentase kepuasan masyarakat - - - - -
sample
Tabel 15. Analisis masalah dan rencana tindak lanjut indicator kinerja UKM yang tidak mencapai target
No Indikator Program Keterangan Analisis Masalah RTL
Melakukan Koordinasi denganketua RT dan ibu RT dan kader
di masing-masing kelurahan untuk mendapatkan dataibu hamil
Belum didata sasaran ibu hamil yang akurat
1 Cakupan K4 Tidak tercapai yang akurat
Data sasaran ibu hamilyang terlalu tinggi
Meningkatkan KIEpada ibu hamil tentang pentingnya
pemeriksaan kehamilan dan melakukan KIEmelalui grup
WA pada ibu hamil untuk periksa secara teratur
Melakukan koordinasidengankaderuntuk mendapatkan data
ibu
Cakupan persalinan di Belum didapatkandataibu bersalin yang bersalin
2 Tidak tercapai akurat
fasilitas kesehatan Koordinasidenganbidan untukmendapatkandata ibu bersalin
Data sasaran ibu bersalin yang terlalu tinggi
Komunikasimelalui WA untukibu hamilyang
mendekati taksiran persalinan
Koordinasidengan kaderdan ibu bersalin untukmendaptakan
data ibu nifas yang akurat
Belum didapatkandataibu nifas yangakurat
3 Persentase pelayanan nifas Tidak tercapai Memberikan KIE tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan
Data sasaran ibu nifas yang terlalu tinggi
pada masa nifas dan Melakukan KIEmelalui grup WA pada
ibu nifas untuk memeriksakan kesehatannya
Keterlambatan laporan BBL yang diterima Petugas berkoordinasi dengan klinik, BPS dan kader,
4 Cakupan pelayanan bayi Tidak tercapai dari kader , BPS dan klinik akan dilakukan secara aktif
baru lahir
Jumlah kelahiran lebih banyak dariluar Kunjungan rumah dan konseling sesuaidengan data yang
wilayah puskesmas merdeka
diterima dari klinik, kader posyandu, dan BPS
Keterlambatan laporan BBL yang diterima Petugas berkoordinasi dengan klinik, BPS dan kader, akan
dari
dilakukan secara aktif
Cakupan penanganan kader, BPS dan klinik
5 Tidak tercapai Meningkatkankunjunganneonatalkerumah
komplikasi neonatus Jumlah kelahiran lebih banyak dariluar
untukmengetahui sedinimungkin komplikasi
wilayah puskesmas
Konseling padakunjungan K4 untuk penggunaan faskes untuk
Data sasaran yangditetapkanoleh dinas tempat persalinan
kesehatan terlalu tinggi
Petugas berkoordinasi dengankader untuk menyampaikan ke
orang tua bayiagar tetap melakukan Imunisasi di masa
Tidak tercapai Orang tua bayi masih merasa cemas
Persentase imunisasi dasar membawa bayi mereka ke Faskes untuk pandemi dengan tetap menerapkan protokol kesehatan
lengkap imunisasi sejak terjadipandemicovid19 Meningkatkan penyuluhan dalamgedung mengenai pentingmya
6
Imunisasi di masa Pandemi COVID-19
Berkoordinasidengan klinikdan BPM untuk tetap
melakukan kegiatan Imunisasi
Masih adanya stigma yang kurang baikdari Meningkatkan kerjasama denganlintas sektor ( lurah, Rt , kader
)
Cakupan penemuan dan masyarakat tentang penyakit TB
7 Tidak tercapai Kualitas dahak masih kurang baik ( berupa Meningkatkan kerjasama dengan jejaring
pengobatan penderita TBC air liur) Melakukan Kerjasama lintas programdalampenjaringan
penderita Tb yangterintegrasidengan PIS -PK dan skrining Tb
di
Masih ada rasa cemas pada penderita tb posyandu lansia
untuk berobat ke fasyankes karenatakut di Mengedukasidan memotivasiterduga TB dan
nyatakan covid kontakerat penderita TB agar memeriksakan sputumke
Puskesmas
Mengajarkancara mengeluarkan dahakyangbaikdan berkualitas
untuk pemeriksaan agar dapat mengeluarkan dahak yang
berkualitas
Melakukan pendekatan melaluilintas sektor danlintas program
Deteksi HIV pada Ibu hamil Kegiatan mobile VCT tidak dilakukan agar tidak
Edukasikepada Penjangkau Lapangan ( PL ) agar lebih sering
8 dan populasi kunci (WPS, Tidak tercapai terjadikerumunan massa mengigat kondisiyang
membawa klien kelayanandengan tetap menerapkan Prokes
Transgender, LSL) masih di zona merah
Petugas akan berkoordinasidengan klinik,BPS serta Kaderyang
Masih kurangnyakesadaran/pengetahuan orang
dilakukan secara aktif.
Cakupan balita pneumonia tua bayi/balita untuk segera membawa anaknya
9 Tidak tercapai Meningkatkanpenjaringandengan selalu berkoordinasidengan
yang ditangani yang sakit berobat kepuskesmas/faskes terdekat
lintas programdan lintas sektor.
karena takut akan dinyatakancovid 19.
BAB IV
DIAGNOSIS KOMUNITAS DAN PERENCANAAN
PENGANGGARAN KESEHATAN TERPADU
2. DM TIPE 2
3. MIOPIA RINGAN
4. RHINITIS AKUT
5. TUBERKULOSIS (TB) PARU
6. ASMA BRONKIAL
7. GASTRITIS
8. ASTIGMATISME
9. PIODERMA
40
4.1.2 Penentuan Prioritas Masalah
Tabel 17. Penentuan prioritas masalah
Man Method
Skrining penyakit
Tidak makan obat
DM belum rutin
teratur
dilaksanakan
Jarang melakukan
aktivitas fisik Tingkat pengetahuan dan
kesadaran tentang DM yang Kurangnya partisipasi
kurang masyarakat saat
penyuluhan dilaksanakan Penyuluhan yang
Tidak rutin memeriksa kesehatan
dilakukan masih kurang
di fasilitas kesehatan
menarik perhatian
Genetik masyarakat
Material Environment
44
Tabel 18. Alternatif pemecahan masalah
46
9 Pada beberapa tempat Melakukan program home visite untuk
jarak fasilitas kesehatan pasien- pasien dengan rumah yang jauh dari
masih tergolong jauh fasilitas kesehatan.
Mengoptimalkan pelayanan kesehatan di Advokasi
posyandu atau posbindu untuk
memberikan pengobatan DM yang mudah
dijangkau
10 Skrining penyakit DM Meningkatkan koordinasi dan koordinasi antar
yang belum rutin petugas kesehatan untuk memegang program Advokasi
dilaksanakan deteksi dan pencegahan DM dan PTM
11 Kurangnya peran Melakukan penyuluhan dan edukasi keluarga
keluarga dan sesama mengenai peranan keluarga terhadap Bina suasana
masyarakat dalam penderita DM
kegiatan pencegahan
12 Kebiasaan merokok Melakukan penyuluhan mengenai rokok
dan dampak bagi kesehatan
Tidak menyediakan asbak di dalam rumah Advokasi
Membuat tempat khusus untuk Bina suasana
kawasan merokok
Menyediakan pelayanan konseling
berhenti merokok di Puskesmas
13 Tidak makan obat Mengedukasi bahaya atau komplikasi DM
teratur bila tidak minum obat teratur Bina suasana
Alternatif
No Pemecahan Metode Tujuan Sasaran Target
Masalah
Penyuluhan tentang
penyakit DM
Pelayanan kesehatan
penderita DM sesuai
standar
Peningkatan
Peningkatan
kesadaran akan
Penderita berobat Masyarakat kunjungan
pentingnya
3 Peningkatan secara teratur dan dan sehat dan
pengobatan,
Pengobatan sesuai standar, serta kelompok penurunan
melakukan kunjungan
mendapat follow berisiko kunjungan
secara teratur dan
up sakit
dapat dievaluasi
secara komprehensif
Follow up
keluarga dengan
riwayat DM
Mengembangkan
dan memperkuat
kegiatan deteksi dini
DM secara aktif
(skrining)
Pelayanan
kesehatan dengan
anamnesis,
pemeriksaan fisik, Masyarakat Penurunan angka
diagnosis oleh Peningkatan skrining dan kelompok kesakitan dan
4 P2PTM
dokter dan berisiko kematian
pemeriksaan Pencegahan primer dan
penunjang jika pengobatan secara dini
diperlukan
Meningkatkan akses
penderita terhadap
pengobatan DM
melalui peningkatan
sumberdaya di
puskesmas
Kunjungan rumah
Peningkatan orang yang
Distribusi obat- Masyarakat Pengobatan dan
mengonsumsi dan
5 Pengobatan obatan dan edukasi dan kelompok kesembuhan
menjalani pengobatan
mengenai obat berisiko angka 100%
teratur
4.2 Penyusunan Perencanaan Kesehatan dan Penganggaran Terpadu
4.2.1 Rencana Usulan Kegiatan
Kebutuhan Kebutuhan
Indikator Sumber
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Target Sumber Sumber Daya
Keberhasilan Biaya
Daya Alat Tenaga
- Meningkatnya
pengetahuan
masyarakat
mengenai DM,
Warga yang
- Meningkatkan pengetahuan dan serta kedisiplinan
tinggal di
kesadaran masyarakat tentang DM Banner, minum obat
Penyuluhan wikayah Kader kesehatan
2 - Meningkatkan kesadaran 80% leaflet, video - Masyarakat BOK
mengenai DM cakupan puskesmas
masyarakat untuk minum obat presentasi memiliki
Puskesmas
teratur kesadaran untuk
Merdeka
memeriksa
kesehatan ke
fasilitas pelayanan
kesehatan
Kader dapat alat
Materi
pemeriksaan kadar
Kader kesehatan menjadi lebih Kader pelatihan,
Pelatihan kader Dokter gula darah dan
3 kompeten dan tidak ketinggalan kesehatan 80% LCD, laptop, BOK
kesehatan puskesmas meningkatnya
informasi puskesmas ruang
pengetahuan kader
pertemuan
tentang DM
4.2.2. Rencana Pelaksanaan Kegiatan
2 Penyuluhan Warga yang tinggal di PJ program Saat posyandu Penyuluhan Posyandu 1 bulan sekali Rp300.000
mengenai DM wikayah cakupan promosi dilakukan singkat melalui
Puskesmas Merdeka kesehatan dan dilengkapi posyandu
dengan sesi tanya
jawab
3 Pelatihan kader Kader kesehatan Pengelola Menyesuaikan Mengadakan Gedung aula Kuesioner Rp150.000
kesehatan program dan kegiatan di pelatihan dan puskesmas pemahaman
kader puskesmas memberikan DM
informasi baru
tentang DM
5.1 Kesimpulan
Penegakkan diagnosis komunitas melalui beberapa tahapan, yaitu
pembentukan dan pembuatan strategi tim komunitas, analisis situasi,
pengumpulan data primer dan sekunder, identifikasi masalah, penetapan
prioritas dan penyebab masalah, pemilihan rencana pemecahan masalah
untuk penyelesaian masalah komunitas, penyusunan progam kerja,
monitoring dan evaluasi. Maka, kesimpulan dari diagnosis komunitas
wilayah kerja puskesmas merdeka adalah:
49
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan deteksi dini berupa skrining secara rutin dan penyuluhan
kepada kelompok yang berisiko
2. Adanya dukungan dari semua pihak baik tokoh masyarakat maupun para
pemegang kebijakan termasuk masyarakat agar masalah yang ada dapat
diselesaikan secara komprehensif