Anda di halaman 1dari 50

TUGAS IKM-IKK FK UNSRI

LAPORAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

DIAGNOSIS KOMUNITAS WILAYAH KERJA


PUSKESMAS SUKARAMI PALEMBANG

KEPANITERAAN PERIODE 1 DESEMBER 2020 – 31 DESEMBER 2020

Dita Marisca, S.Ked 04084821921131


Rahma Nur Islami, S.Ked 04084821921056
Muhammad Zen Faris, S.Ked 04084821921116

PEMBIMBING:
1. dr. Dahlia
2. Pariyana, S.KM., M.Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN


ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWJAYA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Akhir dengan Judul:


Diagnosis Komunitas Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Palembang

Disusun Oleh:
Dita Marisca, S.Ked 04084821921131
Rahma Nur Islami, S.Ked 04084821921056
Muhammad Zen Faris, S.Ked 04084821921116

Telah diterima sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang periode 1 Desember 2020 – 31 Desember 2020.

Palembang, Januari 2020

Mengetahui,
Kepala Bagian IKM-IKK FK Unsri
dr. Emma Novita, M.Kes ............................................

Dosen Pembimbing Lapangan


Pariyana, S.KM., M.Kes .............................................

Kepala Puskesmas Sukarami Palembang


drg. Purnamawati .............................................

Dokter Pembimbing Puskesmas Sukarami


dr. Dahlia .............................................

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan akhir yang berjudul “Diagnosis Komunitas Wilayah Kerja Puskesmas
Sukrami Palembang” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan
klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kesehatan Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Lapangan Ibu
Pariyana, S.KM, M. Kes, dr. Dahlia sebagai pembimbing selama menjalani tugas
di Puskesmas, Kepala Puskesmas Sukarami drg. Purnamawati, seluruh staff
Puskesmas Sukarami serta semua pihak yang telah membantu sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan tugas ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan akhir ini
masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Palembang, Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2.Tujuan ......................................................................................................... 3
1.2.1.Tujuan Umum .................................................................................... 3
1.2.2.Tujuan Khusus ................................................................................... 3
1.3.Manfaat ....................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1.Batasan Masalah Kesehatan ........................................................................ 4
2.2.Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan ......................................... 4
2.3.Jenis Masalah Kesehatan di Indonesia ........................................................ 6
2.4.Konsep Perencanaan Terpadu Puskesmas ................................................. 10
BAB III ANALISIS SITUASI PUSKESMAS ................................................... 21
3.1.Analisis Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat......................................... 21
3.2.Faktor Determinan ..................................................................................... 23
BAB IV DIAGNOSIS KOMUNITAS DAN PERENCANAAN
PENGANGGARAN KESEHATAN TERPADU .............................................. 30
4.1.Diagnosis Komunitas ................................................................................. 30
4.1.1.Identifikasi Masalah .......................................................................... 30
4.1.2.Penentuan Prioritas Masalah ............................................................. 30
4.1.3.Penentuan Akar Masalah .................................................................. 31
4.1.4.Alternatif Pemecahan Masalah ......................................................... 33
4.2.Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu ............. 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 38

iv
5.1.Kesimpulan ................................................................................................ 38
5.2.Saran .......................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40

v
DAFTAR TABEL
Halaman
Identifikasi Masalah ............................................................................................... 17
Matriks Rencana Usulan Kegiatan Puskesmas ...................................................... 19
Data PIS-PK Kelurahan Sukarami tahun 2020 ...................................................... 22
Data Demografi di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami tahun 2019 ................... 23
Data Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami ................... 28
Matriks Analisis Faktor Risiko .............................................................................. 29
Menentukan Prioritas Masalah dengan Teknik PAHO .......................................... 30

vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Teori Klasik H. L. Bloom ....................................................................................... 5
Siklus Perencanaan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ..................................... 12
Siklus Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas ............................................ 13
Fishbone Hipertensi ............................................................................................... 31
Fishbone ISPA ....................................................................................................... 32

vii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
10 Penyakit Terbanyak Puskesmas Sukarami Januari-November 2020 ................ 21

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mark Stafford Smith, ketua komite ilmiah Future Earth, berpendapat bahwa
masyarakat global akan membutuhkan pengawasan yang cermat terhadap sistem
pendukung kehidupan bumi. Kelompok ini mengidentifikasi tujuh prioritas
lingkungan, atau "harus dimiliki", untuk dimasukkan dalam SDG, yaitu: iklim,
keanekaragaman hayati, layanan ekosistem, penyediaan air tawar, siklus nitrogen
dan fosfor, polusi dan penggunaan bahan-bahan baru.(Griggs et al., 2013).
Penelitian dan praktik pendidikan kesehatan telah menemukan bahwa
keputusan dan perilaku kesehatan individu berhubungan dengan persepsi
kebutuhan mereka. Juga telah ditemukan bahwa kondisi fisik, sosial, dan politik
yang dihasilkan oleh suatu komunitas dapat memberikan pengaruh penting pada
kemampuan individu untuk bertindak berdasarkan kebutuhan. Melakukan penilaian
kebutuhan dinilai sebagai komponen penting dalam perencanaan program, tetapi
informasi tersebut tidak cukup untuk merancang intervensi yang berkelanjutan.
Prosedur Diagnosis Komunitas Berorientasi Tindakan (Action Oriented Community
Diagnosis) telah dikembangkan selama beberapa tahun untuk: 1) mengidentifikasi
kebutuhan normatif dan komparatif yang ditentukan oleh agen layanan serta
kebutuhan yang diungkapkan dan dirasakan yang dialami oleh klien; 2) menilai
kondisi masyarakat yang berkontribusi terhadap kompetensi kolektif serta
hambatan dan kesenjangan yang berkontribusi terhadap penyakit dan penyakit; dan
3) meningkatkan kompetensi kolektif masyarakat dan lembaga untuk berkolaborasi
dalam mendefinisikan masalah dan kebutuhan..(Eng and Blanchard, 2006).
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu terobosan untuk
memenuhi hak rakyat akan kesehatan. JKN saja tidak cukup untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Bahkan bila tidak cermat, program upaya kesehatan
perorangan ini dikhawatirkan akan menggeser prioritas program kesehatan ke arah
kuratif-rehabilitatif. Prioritas seharusnya diarahkan ke promotif-preventif dan
diperlukan adanya pemberdayaan masyarakat serta pembangunan sektor lain yang

1
berwawasan kesehatan untuk menjamin tercapainya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. (Courtney, 2015).
Diagnosis komunitas didefinisikan oleh WHO sebagai gambaran kesehatan
suatu komunitas, baik secara kualitatif maupun kuantitatif disertai dengan faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Diagnosis komunitas dilakukan guna
mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan di suatu wilayah dan menganalisis
faktor penyebab permasalahannya untuk selanjutnya mengusulkan intervensi dan
menghasilkan suatu rencana kerja untuk mengatasi masalah di wilayah tersebut.
Puskesmas Sukarami merupakan puskesmas yang terletak di Kecamatan
Sukarami, tepatnya di Jalan Kebun Bunga Kelurahan Kebun Bunga RT/RW 37/05
Palembang. Puskesmas ini telah berdiri sejak tahun 1991. Puskesmas Sukarami
terletak berdekatan dengan perkantoran seperti Kantor Camat Sukarami, Kantor
KUA, Kantor Diknas dan Kantor Lurah Kebun Bunga. Letak Puskesmas Sukarami
yang berada kira kira 500 meter dari tepi jalan Kolonel H.Burlian dan tidak dilewati
oleh jalur kendaraan umum, maka pengunjung Puskesmas harus menggunakan
kendaraan pribadi atau ojek, kecuali untuk masyarakat yang tinggal berdekatan
dengan lokasi Puskesmas, bisa ditempuh dengan jalan kaki.
Wilayah kerja puskesmas Sukarami mencakup 2 (dua) Kelurahan, yaitu
Kelurahan Sukarami dan Kebun Bunga. Luas wilayah kerja Puskesmas Sukarami
yaitu 1.550 km2, berbatasan dengan:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Srijaya, Suka Bangun
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kenten
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Karya Baru
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sukajadi
Total keseluruhan 123 RT, 27 RW, dan jumlah penduduk 59.314 jiwa yang
terdiri dari 29.052 laki-laki dan 30.262 perempuan. Berdasarkan keadaan sosial
ekonominya, mata pencaharian penduduk bervariasi, terdiri dari ASN, pedagang,
pensiunan, pengrajin, dan buruh harian.
Berdasarkan data kunjungan 10 (sepuluh) penyakit terbanyak di Puskesmas
Sukarami, didapatkan penyakit terbanyak yaitu: hipertensi, ISPA, kontrol
kehamilan normal, common cold, dispepsia, gastritis, DM tipe II tanpa komplikasi,
myalgia, nekrosis pulpa, dan demam tidak spesifik.

2
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengatasi masalah kesehatan terbanyak di wilayah kerja puskesmas
Sukarami dengan pendekatan kedokteran komunitas.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan terbanyak dan penyebabnya di wilayah
kerja puskesmas Sukarami
b. Menentukan alternatif pemecahan dari masalah kesehatan yang ada
c. Menyusun rencana perencanaan dan penganggaran terpadu

1.3. Manfaat
a. Sebagai data bagi Puskesmas Sukarami terhadap masalah kesehatan dan
penyebab masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sukarami
b. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Sukarami dalam membuat rancangan
program selanjutnya.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batasan Masalah Kesehatan


Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor kualitas hidup yang
mencerminkan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Sehat menurut WHO
adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari
penyakit atau kelemahan (Kemenkes RI, 2020).
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat
dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan 2 ilmu
pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya (Depkes RI dalam Notoatmodjo, 2011).
Teori tentang sehat yang dikemukakan dalam Muninjaya (2007)
menyebutkan bahwa terdapat komponen utama yang menentukan derajat kesehatan
masyarakat di suatu wilayah yaitu genetik, perilaku manusia, pelayanan kesehatan,
dan lingkungan. Sisi lain juga menyebutkan bahwa terdapat empat faktor yang
mempengaruhi atau faktor penentu status kesehatan yaitu genetik, pengaruh
perilaku dan keluarga, lingkungan sosial, lingkungan alami, dan akses menuju
pelayanan kesehatan. (Muninjaya dalam Notoatmodjo, 2011)

2.2. Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan menurut HL. Bloom


Teori klasik H. L. Bloom menyatakan bahwa ada 4 faktor yang
mempengaruhi derajat kesehatan secara berturut-turut, yaitu: 1) gaya hidup (life
style); 2) lingkungan; 3) pelayanan kesehatan; dan 4) faktor genetik (keturunan).
Keempat determinan tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status
kesehatan seseorang (Amalia dan Mahmudah, 2020).

4
a. Faktor Keturunan
Faktor ini lebih mengarah kepada kondisi individu yang berkaitan dengan asal-usul
keluarga, ras, dan jenis golongan darah.
b. Faktor Pelayanan Kesehatan
Faktor ini dipengaruhi oleh seberapa jauh pelayanan kesehatan yang diberikan.
c. Faktor Perilaku
Faktor perilaku berhubungan dengan perilaku individu atau masyarakat, perilaku
dengan petugas kesehatan, dan perilaku para pejabat pengelola pemerintahan (pusat
dan daerah) serta perilaku pelaksana bisnis.
d. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan. Faktor
lingkungan terdiri dari 3 bagian: a. lingkungan fisik, terdiri dari benda mati yang
dapat dilihat, diraba dan dirasakan; b. lingkungan biologis, terdiri dari makhluk
hidup yang bergerak, baik yang dapat dilihat maupun tidak; c. lingkungan sosial,
merupakan bentuk selain lingkungan fisik dan biologis.

Gambar 1. Teori klasik H. L. Bloom

5
2.3. Jenis Masalah Kesehatan di Indonesia (Kemenkes RI, 2020)
Perkembangan dunia kesehatan di Indonesia semakin membaik sejak
kemerdekaan Indonesia. Hal tersebut terbukti dari inovasi dunia kesehatan yang
diciptakan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Namun, Indonesia masih
dilanda beberapa masalah kesehatan yang terus meningkat. Masalah-masalah ini
masih menjadi beban dan tantangan utama di dunia kesehatan Indonesia. Berikut
beberapa masalah dan tantangan di dunia kesehatan Indonesia.
a. Kematian ibu akibat melahirkan
Saat ini, angka kematian ibu saat melahirkan sudah mengalami penurunan.
Namun, jumlahnya tetap masih jauh dari target yang diharapkan. Hal ini disebabkan
oleh kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang
tidak sehat, dan faktor-faktor lainnya. Menurut data, penyebab utama kematian ibu
adalah hipertensi kehamilan dan perdarahan postpartum. Selain itu, kondisi yang
sering kali menyebabkan kematian ibu adalah penanganan komplikasi, anemia,
diabetes, malaria, dan umur yang terlalu muda. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah
menggencarkan program pembangunan puskesmas, diiringi pula dengan
peningkatan kualitas pelayanannya. Pemerintah juga sedang menciptakan pola
keanekaragaman makanan untuk gizi ibu hamil. Program KB yang dicanangkan
juga digunakan untuk menurunkan angka kematian ibu.
b. Kematian bayi, balita dan remaja
Dalam 5 tahun terakhir, angka kematian bayi dan balita memang sudah
mengalami penurunan. Namun serupa dengan angka kematian ibu akibat
melahirkan, penurunan angka masih jauh dari target. Penyebab kematian utama
pada bayi dan balita adalah Intra Uterine Fetal Death (IUFD) dan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR). Sedangkan untuk balita, penyebab kematian utama yang dialami
adalah pneumonia dan diare. Faktor lingkungan serta kondisi ibu sebelum dan
selama kehamilan sangat memengaruhi kondisi bayi. Penyebab kematian utama
pada remaja di samping kecelakaan transportasi adalah DBD dan tuberkulosis.
Umumnya ini disebabkan karena penggunaan tembakau atau rokok. Untuk
menanggulangi masalah ini, pemerintah menetapkan pelaksanaan UKS yang
diwajibkan di setiap sekolah untuk mempromosikan masalah kesehatan. Prioritas

6
program UKS adalah perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi, dan deteksi
dini penyakit tidak menular.
c. Gizi buruk
Masalah gizi di Indonesia masih sangat kompleks yang tidak hanya masalah
kekurangan gizi. Namun, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus
ditangani dengan serius. Kondisi stunting (pendek) sendiri disebabkan oleh
kemiskinan dan pola asuh yang tidak tepat sehingga mengakibatkan kemampuan
kognitif tidak berkembang secara maksimal, mudah sakit, maupun berdaya saing
rendah. Masalah ini paling fatal menyerang anak-anak, karena gangguan
pertumbuhan yang serius ini bisa merusak masa depan. Untuk mengatasi
masalah stunting, pemerintah mengadakan program sosialisasi kepada masyarakat
agar dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu dan anak. Pemerintah
menetapkan fokus pada 1000 hari pertama kehidupan, terhitung sejak konsepsi
hingga anak berusia 2 tahun.
d. Penyakit menular
Masalah penyakit menular juga masih mendominasi kesehatan Indonesia.
Prioritas utama pemerintah adalah membasmi HIV/AIDS, tuberkulosis, malaria,
DBD, influenza, dan flu burung. Indonesia juga masih belum sepenuhnya
mampu mengendalikan penyakit seperti kusta, filariasis, dan leptospirosis. Strategi
pemerintah dalam memberantas masalah ini adalah dengan meningkatkan vaksin
dan imunisasi, seperti polio, campak, difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus.
Strategi ini terbukti ampuh, karena pada tahun 2014 Indonesia sudah dinyatakan
bebas polio. Untuk mengendalikan penyakit HIV/AIDS, pemerintah mengadakan
sejumlah persiapan yang mencakup tata laksana penanganan pasien, tenaga
kesehatan, pelayanan kesehatan (khususnya rumah sakit), dan laboratorium
kesehatan. Selain itu, untuk menurunkan tingginya risiko penyakit menular,
pemerintah juga mengembangkan Early Warningand Respons System (EWARS)
atau Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Melalui sistem EWARS ini,
diharapkan ada peningkatan dalam deteksi dini dan respons terhadap peningkatan
tren kasus penyakit tertentu. Sistem tersebut juga semakin digencarkan karena
banyaknya penyakit baru yang bermunculan, seperti SARS dan flu burung.

7
Penyakit-penyakit baru ini pada umumnya adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus yang berasal dari binatang.
e. Penyakit tidak menular
Beberapa tahun ini, masalah penyakit tidak menular telah menjadi beban
utama di Indonesia. Saat ini Indonesia memang mengalami tantangan dua kali lipat,
yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular. Penyakit tidak menular yang
paling banyak menyerang masyarakat Indonesia meliputi hipertensi, diabetes
mellitus, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Selain itu, jumlah
kematian akibat rokok juga terus meningkat. Strategi pemerintah dalam
menanggulangi masalah ini adalah dengan melaksanakan Pos Pembinaan Terpadu
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Posbindu-PTM), sebagai upaya
memonitor dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di masyarakat.
Deteksi dini sangat penting, karena sebagian besar masyarakat Indonesia tidak
menyadari bahwa dirinya menderita penyakit tidak menular. Oleh karena itu,
pemerintah juga berencana untuk meningkatkan sosialisasi dan program jaminan
kesehatan seperti BPJS.
f. Kesehatan jiwa
Permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia sangat besar dan menimbulkan
beban kesehatan yang signifikan. Berdasarkan data, lebih dari 14 juta jiwa
masyarakat Indonesia menderita gangguan mental dan emosional. Sementara itu,
lebih dari 400.000 orang menderita gangguan jiwa berat. Masalah gangguan jiwa
di Indonesia berkaitan dengan masalah perilaku, dan sering kali berujung pada
kondisi yang membahayakan diri seperti bunuh diri. Dalam satu tahun, terdapat
1.170 kasus bunuh diri dan jumlahnya terus meningkat. Untuk menanggulangi hal
ini, pemerintah memprioritaskan pengembangan Upaya Kesehatan Jiwa Berbasis
Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah puskesmas. Program ini
bekerja sama dengan masyarakat, untuk mencegah meningkatnya gangguan jiwa.
Pada tahun 2021, Menteri Kesehatan memfokuskan enam masalah
kesehatan yang kemudian disebut sebagai Program Nasional. Enam kegiatan
prioritas tersebut diantaranya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), pencegahan
stunting, peningkatan pengendalian penyakit menular dan tidak menular, serta

8
penguatan health security untuk penanganan pandemi, penguatan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) serta peningkatan sistem kesehatan nasional
(Kemenkes RI, 2020).
a) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme
asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Bentuknya, Pemerintah memastikan seluruh masyarakat mendapatkan pelayanan
kesehatan melalui Badan Pengelola Jaminan Soaial (BPJS) Kesehatan.
b) Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian bayi usia
0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan
juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun
(dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup). Angka Kematian Ibu (AKI)
menunjukkan banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari
sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-
sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Kematian Ibu adalah kematian perempuan
pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan
tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yaitu kematian yang
disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, bukan karena sebab-sebab
lain seperti kecelakaan, terjatuh dan lain-lain.
c) Pencegahan Stunting
Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh
dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih
pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki
keterlambatan dalam berpikir. Umumnya disebabkan asupan makan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi.

9
d) Peningkatan pengendalian penyakit menular maupun tidak menular,
termasuk penguatan health security untuk penanganan pandemi
Dalam mengatasi pandemi COVID-19, Kementerian Kesehatan telah
menyiapkan sejumlah dana yang akan dipakai untuk membiayai pengadaan vaksin
COVID-19, imunisasi, sarana dan prasarana dan penelitian dan pengembangan
kesehatan, serta cadangan bantuan iuran BPJS untuk PBPU/BP. Kementerian
Kesehatan juga akan menfokuskan program dan kegiatan prioritas untuk
pencegahan dan pengendalian penyakt termasuk TB.
e) Penguatan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan
sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh
komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat
untuk meningkatkan kualitas hidup.
f) Peningkatan Sistem Kesehatan Nasional
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan yang
diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

2.4. Konsep Perencanaan Terpadu Puskesmas (Kompak, 2020)


Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) adalah proses penyusunan rencana
kegiatan tingkat Puskesmas untuk tahun yang akan datang, dilakukan secara
sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat
di wilayah kerjanya.
PTP Terpadu adalah suatu pendekatan perencanaan tingkat Puskesmas yang
mana komponen perencanaan terpadu dari IMP dipakai sebagai dasar analisa semua
programkesehatan dasar Puskesmas dan penentuan kampung prioritas serta
penentuan kegiatan terpilih untuk dimasukkan ke dalam Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) Puskesmas.

10
a. Fungsi Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu (Heldy, 2013)
Fungsi Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu:
1. Perencanaan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Perencanaan memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban.
3. Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan potensi yang
tersedia.
Untuk tingkat Kabupaten, dokumentasi hasil PTP Terpadu ini dapat
digunakan sebagai alat bantu monitoring penggunaan dana dan pelaksanaan
kegiatan di tingkat Puskesmas, serta untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan
Puskesmas yang perlu didukung oleh Kabupaten maupun Provinsi.
b. Kedudukan PTP Terpadu Dalam Manajemen Puskesmas (Heldy, 2013)
PTP Terpadu merupakan suatu alat untuk membantu secara teknis dan
operasional dalam pelaksanaan manajemen Puskesmas agar rangkaian kegiatan
berjalan lebih sistematik danterukur untuk menghasilkan keluaran Puskesmas
secara efektif dan efisien. Manajemen Puskesmas tersebut terdiri dari Perencanaan
(P1), Penggerakan dan Pelaksanaan (P2), dan Pengawasan, Pengendalian dan
Penilaian (P3). Seluruh kegiatan di atas merupakan satu kesatuan yang saling terkait
dan berkesinambungan.
Dalam proses manajemen program di Puskesmas, perencanaan yang baik
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan program. PTP
merupakan alat bantu Puskesmas untuk melakukan rangkaian kegiatan manajemen
puskesmas agar dilaksanakan secara sistematik dan terukur.
Perencanaan di sini berarti kegiatan perencanaan tingkat Puskesmas.
Pelaksanaan pengendalian adalah rangkaian kegiatan mulai dari pengorganisasian,
penyelenggaraan, pemantauan (termasuk pemantauan wilayah setempat (PWS)
dengan data dari SP2TP dalamforum Lokakarya Mini Puskesmas). Sedangkan
pengawasan pertanggungjawaban adalah kegiatan pengawasan internal dan
eksternal serta akuntabilitas petugas.
Penyusunan rencana kegiatan berupa Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
merupakan perencanaan kegiatan Puskesmas untuk tahun mendatang (H+1). Dalam
PTP Terpadu rencana ini diwujudkan dalam perencanaan kebutuhan kegiatan

11
Puskesmas (H+1) sesuai dengan kategori permasalahan lokal pada tingkat
desa/kampung dalam satu tahun. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
diwujudkan dalam perencanaan kegiatan sesuai dengan skala prioritas berdasarkan
alokasi dana yang tersedia dalam tahun berjalan.

Gambar 2. Siklus Perencanaan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


c. Ruang Lingkup
Perencanaan Tingkat Puskesmas mencakup semua kegiatan yang termasuk
dalam UpayaKesehatan Esensial, Upaya Kesehatan Pengembangan dan upaya
kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun oleh Puskesmas sebagai Rencana
Tahunan Puskesmas yang dibiayaioleh Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, serta
sumber dana lainnya (Fadilah, 2017).
d. Tahap Perencanaan (Fadilah, 2017)
Perencanaan Tingkat Puskesmas disusun melalui 4 tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
2. Tahap analisa situasi
3. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
4. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Proses perencanaan Puskesmas mengikuti siklus perencanaan
pembangunan daerah, dimulai dari tingkat desa/kelurahan/kampung melalui
Musrembang desa/kelurahan/kampung, selanjutnya disusun pada Musrembang
tingkat kecamatan/distrik, kemudian diusulkan ke Dinas Kesehatan

12
Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan kabupaten/kota akan mengusulkan perencanaan
tersebut padaMusrembang tingkat Kabupaten/kota kepemerintah daerah
kabupaten/kota. Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas ditunjukkan oleh
diagram berikut dilakukan melalui lima tahap sebagai berikut:

Gambar 3. Siklus Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas


e. Tahap Persiapan
Tahap ini bertujuan mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat dalam
proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar memperoleh kesamaan
pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-tahap perencanaan.
Pada tahap ini Tim Puskesmas mempelajari hal-hal berikut ini: (Laura, 2019)
• Rencana Lima Tahunan Puskesmas
• Penjabaran tahunan rencana capaian target Standar Pelayanan Minimal tingkat
kabupaten/kota.
• Target yang disepakati bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan menjadi
tanggung jawab Puskesmas.
• Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan keluarga.
• Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan keluarga.
• NSPK lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh Tim di dalam
penyusunan perencanaan Puskesmas.

13
f. Tahap Analisa Situasi (Laura, 2019)
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan
dan masalah yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisa terhadap data yang
dikumpulkan. Dalam tahap ini Tim Puskesmas melakukan langkah–langkah
sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data kinerja Puskesmas:
Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data kinerja dan gambaran
status Kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas di tahun (N-2) untuk
setiap desa/kelurahan. Data diperoleh dari Sistem Informasi Puskesmas (SIP).
2. Melakukan Analisa data
Hasil analisa data harus bisa menggambarkan:
a) Kecenderungan pencapaian status kesehatan masyarakat dan hasil kinerja
Puskesmas pada tahun (N-3) dan tahun (N-2). Status kesehatan keluarga dan
masyarakat dapat dilihat dari hasil Indeks Keluarga Sehat yang diperoleh dari
pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
b) Hasil kinerja dan mutu penyelenggaraan kesehatan di tahun (N-2).
c) Prediksi status kesehatan dan tingkat kinerja Puskesmas di tahun N, baik
prediksi untuk pencapaian target kinerja dan status kesehatan masyarakat
maupun untuk kesenjangan pencapaian hasilnya, serta antisipasi terhadap
kemungkinan penyebab dan hambatan nyata dan yang mungkin akan terjadi.
d) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung kemungkinan terjadinya suatu
perubahan signifikan, baik perubahan ke arah yang lebih baik dan perubahan ke
arah lebih buruk, dan memanfaatkan pengalaman tersebut untuk mengadakan
perbaikan pelayanan kesehatan.
e) Ketersediaan dan kemampuan sumber daya Puskesmas.
3. Analisis masalah dari sisi pandang masyarakat, dilakukan melalui Survey
Mawas Diri (SMD) atau Community Self Survey (CSS).

14
Ada dua kelompok data yang dikumpulkan untuk dilakukan analisa situasi yaitu
data umum dan data khusus (Suciono, Firdawati, Edison, 2019).
1. Data Umum:
a) Data dasar Puskesmas
Nama Puskesmas, alamat Puskesmas, nomor registrasi Puskesmas,
karakteristikwilayah kerja Puskesmas, kemampuan penyelenggaraan Puskesmas,
angka kelahirankasar (CBR), angka kematian bayi (AKB), tahun data dan jumlah
kampung.
b) Data Wilayah Kerja dan Fasilitas Pelayanan
Nama kampung/desa, kampung/desa tertinggal, kampung gondok endemik,
luaswilayah, jumlah desa/dusun/RT/RW, jarak desa dengan Puskesmas, waktu
tempuh kePuskesmas, jumlah sekolah, jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang
ada termasukPosyandu. Data ini dapat diperoleh di Kantor Kecamatan/Distrik atau
Kampung/Desa.
c) Data Sumber Daya
Data sumber daya Puskesmas (termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan di
Desa), mencakup:
• Ketenagaan
Ketenagaan meliputi: Jumlah Tenaga Kesehatan, Non Kesehatan dan
StatusKepegawaian, Standar Ketenagaan Minimal di Puskesmas dan Posisi
Saat Ini, Standar
Ketenagaan Minimal di Puskesmas Pembantu, Standar Ketenagaan Minimal di
Polindes/Poskeskam.
• Ketersediaan obat dan vaksin
• Keadaan peralatan kesehatan
• Pembiayaan Kesehata
• Keadaan Sarana Prasarana Kesehatan
d) Data Peran Serta Masyarakat
Data ini mencakup jumlah Posyandu, kader, dukun bayi dan tokoh masyarakat.
e) Data Penduduk dan Sasaran Program
Data penduduk dan sasaran program mencakup: jumlah penduduk
berdasarkan jeniskelamin, kelompok umur (sesuai sasaran program dan SPM), di

15
setiap desa/kampung.Data ini dapat diperoleh di kantor kampung/desa, kantor
kecamatan, dan data estimasisasaran di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
f) Data sekolah
Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat, mencakup
jenis sekolah, jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS, jumlah dokter kecil, jumlah
guru UKS/guru BP, dan lain-lain.

2. Data Khusus (hasil capaian kinerja Puskesmas)


a) Data Kesehatan Lingkungan wilayah kerja Puskesmas
Data kesehatan lingkungan mencakup rumah sehat, tempat pembuatan
makanan/minuman, tempat-tempat umum, tempat pembuangan sampah, sarana
airbersih, jamban keluarga, sistem pembuangan air limbah, sarana air minum dan
sanitasi.
b) Status Kesehatan terdiri dari:
1. Data kematian berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur
2. Data Kunjungan Kesakitan berdasarkan jenis kelamin dan jumlah kunjungan
baruatau lama
3. Pola Penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan berdasarkan jenis
kelamin
c) Kejadian Luar Biasa
d)Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di setiap
kampung/desa, dapat dilihat dari Laporan Capaian Kinerja Puskesmas
e) Hasil survey (bila ada), dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas atau pihak lain
g. Perumusan Masalah (Suhbah, Suryawati, Kusumastuti, 2019)
Perumusan masalah dilakukan berdasarkan hasil analisa data. Masalah
adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Tahapan ini dilaksanakan
melalui:
Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang
dikelompokkan menurut jenis upaya, target, pencapaian, dan masalah yang
ditemukan.

16
Tabel 1. Identifikasi Masalah

Keterangan:
Masalah dirumuskan berdasarkan prinsip 5W1H (What, Who, When, Where, Why,
and How). Apa masalahnya, siapa yang terkena masalahnya, kapan masalah itu
terjadi, dimana masalah itu terjadi, kenapa dan bagaimana masalah itu terjadi.

Menetapkan Urutan Prioritas Masalah


Mengingat keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah,
ketidaktersediaan teknologiyang memadai, atau adanya keterkaitan satu masalah
dengan masalah lainnya, masalah prioritas perlu dipilih dan ditetapkan lewat
kesepakatan Tim. Bila tidak dicapai kesepakatan, kriteria lain dapat digunakan.
Prioritas masalah ditentukan melalui skoring, yaitu dengan memberikan nilai untuk
kriteria tertentu dan masalah yang menjadi prioritas pertama adalah masalah yang
memiliki bobot paling besar. Salah satu teknik skoring adalah PAHO. Penentuan
prioritas masalah kesehatan dilakukan dengan menggunakan teknik skoring PAHO.
Teknik PAHO memiliki 4 indikator, yaitu: (1) besarnya masalah (Magnitude), (2)
derajat keparahan (Severity), (3) ketersediaan teknologi (Vulerability), dan (4)
kepedulian masyarakat dan pejabat (Community/Political Concern). Prioritas
masalah telah dilakukan dengan meminta pendapat 8-10 orang untuk memberikan
skor antara 1-10 untuk masing-masing kriteria yang ada (Fattima, Wahyudo,
Setiawan, dkk., 2016).

Mencari Akar Penyebab Masalah


Setelah menentukan masalah prioritas, kerja selanjutnya ialah mencari akar
penyebab masalah tersebut. Penyebab masalah dapat dikonfirmasi dengan data
Puskesmas. Beberapa metode yang dapat dipergunakan dalam mencari akar

17
penyebab masalah, salah satunya ialah Diagram sebab akibat Ishikawa (diagram
tulang ikan/fish bone). Langkah-langkah penyusunannya meliputi:
• Tuliskan “masalah” pada bagian kepala ikan.
• Buat garis horizontal dengan anak panah menunjuk kearah kepala ikan.
• Tetapkan kategori utama dari penyebab.
• Buat garis dengan anak panah menunjuk ke garis horizontal.
• Lakukan curah pendapat (brain storming) dan fokuskan pada masing-masing
kategori.
• Setelah dianggap cukup, lakukan cara yang sama untuk kategori utama yang
lain.
• Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat daftar sub
penyebab dan letakkan pada cabang yang lebih kecil.
• Setelah semua ide/pendapat dicatat, lakukan klarifikasi data untuk
menghilangkan duplikasi, ketidaksesuaian dengan masalah, dan sebagainya.
Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
Menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan membuat
kesepakatan diantara anggota Tim, didahului brain storming (curah pendapat). Bila
tidak terjadi kesepakatan, maka Tabel atau matriks cara pemecahan masalah di atas
dapat digunakan.
Langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut:
• Brain storming (curah pendapat) dilaksanakan untuk membangkitkan
ide/gagasan/pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu dari setiap
anggota Timdalam rentang waktu yang singkat dan bebas dari kritik.
• Kesepakatan di antara anggota Tim, berdasarkan hasil dari curah pendapat
(brain storming). Hasil kesepakatan dipergunakan sebagai bahan penyusunan
Rencana Tahunan.

h. Tahap Penyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK)


Penyusunan RUK dirumuskan setelah melalui tahapan Analisa Situsi dan
Perumusan Masalah, bersama dengan pihak lintas sektor terkait dan didampingi
oleh dinas Kesehatan kabupaten/kota. Penyusunan RUK terintegrasi ke dalam
sistem perencanaan daerah dan dalam tataran target pencapaian akses, target

18
kualitas pelayanan, target pencapaian output dan outcome, serta menghilangkan
kondisi yang dapat menyebabkan kehilangan peluang dari sasaran program untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang seharusnya dapat dilaksanakan secara
terintegrasi dalam satu pelaksanaan (missed opportunity).
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-halsebagai berikut:
a. Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai
pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih bermasalah.
b. Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan di
wilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas.
Rencana Usulan Kegiatan disusun dalam bentuk matriks dengan
memperhatikan berbagai kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global,
nasional, maupun daerah, dan sesuaidengan masalah yang ditemukan dari kajian
data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Tahapan penyusunan RUK diawali
dengan Hitung RUK untuk mengetahui rincian dan besaran dana yang dibutuhkan
untuk setiap kegiatan.
Tabel 2. Matriks Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas

RUK yang disusun perlu diperjuangkan untuk mendapatkan dukungan


pembiayaan sesuai dengan sumber pembiayaan yang dicantumkan dalam RUK
tersebut. Untuk memperoleh dukungan dana APBD, RUK Puskesmas perlu
dijabarkan dalam dalam bentuk RKA (Rencana Kegiatan Anggaran).

19
i. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Penyusunan RPK dilaksanakan melalui pendekatan keterpaduan lintas
program dan sektor dalam lingkup siklus kehidupan. Keterpaduan penting untuk
dilaksanakan mengingat adanya keterbatasan sumber daya di Puskesmas.
Keterpaduan dimaksudkan agar tidak akan terjadi missed opportunity, kegiatan
Puskesmas dapat terselenggara secara efisien, efektif, bermutu, dan target prioritas
yang ditetapkan pada perencanaan dapat tercapai.
Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan untuk upaya kesehatan
Masyarakat Esensialdan Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan, upaya
kesehatan perorangan, pelayanan Perkesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan
laboratorium, semuanya dilaksanakan secarabersama, terpadu dan terintegrasi. Hal
ini sesuai dengan azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan.
Langkah-langkah penyusunan RPK dapat diringkas sebagai berikut:
1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.
2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan Rencana Usulan
Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat penyusunan RPK.
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi
pelaksanaan.
4. Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan RPK.
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.

20
BAB III
ANALISIS SITUASI PUSKESMAS

3.1. Analisis Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat


3.1.1. Sepuluh penyakit terbanyak
Data Puskesmas Sukarami dari bulan Januari hingga November 2020
menunjukkan urutan 10 penyakit terbanyak di Kelurahan. Penyakit terbanyak pada
tahun 2020 adalah hipertensi sebanyak 945 orang, ISPA yaitu sebanyak 643 orang,
kontrol kehamilan normal sebanyak 396 orang, common cold sebanyak 251 orang,
dispepsia sebanyak 169 orang, gastritis sebanyak 163 orang, diikuti dengan, DM
tipe II tanpa komplikasi sebanyak 161 kasus, mialgia sebanyak 152 kasus, nekrosis
pulpa sebanyak 112 orang, dan demam tidak spesifik sebanyak 110 orang. Data
tersebut disajikan dalam bentuk grafik seperti pada grafik 1 berikut.

10 Penyakit Terbanyak
Puskesmas Sukarami Januari-November 2020
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0 Jumlah kasus

Grafik 1. 10 Penyakit Terbanyak Puskesmas Sukarami Januari-November 2020

21
Data PISPK
Data PIS-PK Kelurahan Sukarami tahun 2020 ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 3. Data PIS-PK Kelurahan Sukarami tahun 2020
Kelurahan
No. Indikator Target Masalah
sukarami
1. Keluarga mengikuti program 65% 29,12% Masih ada 35,88 % keluarga belum mengikuti
Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana (KB)
2. Ibu melakukan persalinan di 100% 92,25% Masih ada 7,75% Ibu belum melakukan
fasilitas kesehatan persalinan di fasilitas Kesehatan
3. Bayi mendapat imunisasi 100% 95,63% Masih ada 4,05% bayi belum mendapat
dasar lengkap Imunisasi Dasar Lengkap
4. Bayi mendapat air susu ibu 100% 87,86% Masih ada 12,14% bayi belum mendapat ASI
(ASI) eksklusif ekslusif
5. Balita mendapatkan 100% 92,18% Masih ada 7,82% balita belum memantau
pemantauan pertumbuhan pertumbuhan dan perkembangan secara rutin
6. Penderita tuberkulosis paru 100% 19,77% Masih ada 80,23% penderita Tuberkulosis Paru
mendapatkan pengobatan belum mendapatkan pengobatan sesuai standar
sesuai standar
7. Penderita hipertensi 100% 23,64% Masih ada 23,36% penderita hipertensi belum
melakukan pengobatan secara melakukan pengobatan secara teratur
teratur
8. Penderita gangguan jiwa 100% 2,13% Masih ada 97,87% penderita gangguan jiwa
mendapatkan dan tidak mendapatkan belum pengobatan dan tidak
ditelantarkan ditelantarkan
9. Anggota keluarga tidak ada 70% 54,41% Masih ada 15,59% anggota keluarga yang masih
yang merokok merokok
10. Keluarga sudah menjadi 100% 74,02% Masih ada 25,98% keluarga belum menjadi
anggota Jaminan Kesehatan anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Nasional (JKN)
11. Keluarga mempunyai akses 100% 97,81% Maih ada 2,19% keluarga yang belum
sarana air bersih mempunyai akses sarana air bersih
12. Keluarga mempunyai akses 100% 98,74% Masih ada 1,26% keluarga belum mempunyai
atau menggunakan jamban akses atau menggunakan jamban sehat
sehat

22
Dari tabel dapat dilihat beberapa indikator PIS-PK yang belum mencapai
target. Capaian terendah pada hasil PIS-PK di Kelurahan Sukarami yaitu pada
indikator penderita gangguan jiwa mendapatkan belum pengobatan dan tidak
ditelantarkan. Indikator kedua yang juga belum mencapai target hingga 50% yaitu
pengobatan TB Paru mendapatkan pengobatan sesuai standar.

3.1.2. Faktor Determinan


A. Keadaan Umum dan Kependudukan
Wilayah kerja Puskesmas Sukarami meliputi Kelurahan Sukarami dengan
jumlah penduduk 24.638 Jiwa. Berdasarkan keadaan sosial ekonominya, mata
pencaharian penduduk kelurahan bukitsangkal antara lain: buruh kasar, pegawai
negeri sipil, pedagang, pensiunan, pengrajin.
Tabel 4. Data Demografi di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami Tahun 2019
Nama Kelurahan Jumlah
No Deskripsi
Sukarami Kebun Bunga Total
1 Jumlah Penduduk
- Laki-laki 10.134 18.918 29.052
- Perempuan 10.430 19.832 30.262
2 Jumlah Kepala Keluarga (KK)
a. KK Gakin 103 58 161
b. KK Non Gakin 279 721 1000
3 Jumlah Ibu Hamil 355 748 1103
4 Jumlah Ibu Bersalin (Bulin) 366 687 1053
5 Jumlah Ibu Meneteki (Buteki) 366 687 1053
6 Jumlah Ibu Nifas (Bufas) 366 687 1053
7 Jumlah Wanita Usia Subur (WUS) 2908 5529 8437
8 Jumlah Wanita Peserta KB Aktif - -
9 Jumlah Bayi 337 657 1014
10 Jumlah Anak Balita 1470 2492 3962
11 Jumlah Anak Batita 944 1468 2412
12 Jumlah Anak Baduta 517 649 1166
13 Jumlah Remaja 11186 20571 31757

23
14 Jumlah Usila 5673 9218 14891
15 Jumlah Taman Kanak Kanak (TK) 7 9 16
16 Jumlah SD / Madrasah Ibtidaiyah
a. Negeri
b. Swasta
Jumlah SMP / Madrasah
17
Tsanawiyah
a. Negeri 1 - 1
b. Swasta 1 4 5
18 Jumlah SMA / Madrasah Aliyah
a. Negeri 1 1 2
b. Swasta - 3 3
19 Jumlah Akademi
a. Negeri - - -
b. Swasta - - -
20 Jumlah Perguruan Tinggi
a. Negeri - - -
b. Swasta - - -
21 Jumlah Kantor 3 6 9
22 Jumlah Hotel 5 5 10
23 Jumlah Toko
24 Jumlah Pasar - 1 1
25 Jumlah Restoran / Rumah Makan 3 14 17
26 Jumlah Masjid 12 19 31
27 Jumlah Pesantren - - -
28 Jumlah Langgar / Musholla 5 5 10
29 Jumlah Gereja 1 2 3
30 Jumlah Pura - - -
31 Jumlah Kelenteng / Vihara - - -
32 Jumlah Rumah 5992 9790 15782
33 Jumlah Rumah Sehat 5113 9653 14766

24
34 Jumlah Jamban Sehat 5442 9790 15782
35 Sumber Air Bersih (PDAM) 2876 4274 7150
36 SAB Sumur Gali 3118 5514 8632
37 SAB Sumur Tangan 80 90 170
38 SAB Sumur Artesis - - -
39 SAB Air Hujan - - -
40 SAB Air Sungai - - -
Peserta Asuransi Kesehatan
41
(Askes)
42 Asuransi Jamsostek
43 Asuransi Jamsoskes
44 Asuransi Kesehatan Lainnya
45 Jumlah Panti Jompo 1 - 1
46 Jumlah Praktek Bidan 6 10 16
47 Jumlah dukun bayi - - -
48 Jumlah Pengobatan Tradisional 2 - 2
49 Jumlah Rumah Sakit Pemerintah - - -
50 Jumlah Rumah Sakit Swasta 2 - 2
51 Jumlah Rumah Bersalin 1 1 2
52 Jumlah Balai Pengobatan 4 3 7
53 Jumlah Praktek Dr Umum 4 8 12
54 Jumlah Praktek Dr Gigi - 1 1
55 Jumlah Praktek Dr Spesialis 1 - 1
56 Jumlah Laboratorium Kesehatan - - -
57 Jumlah Apotik 6 6 12
58 Jumlah Optik - 2 2
59 Jumlah Toko Obat - 3 3

25
B. Program Kesehatan
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, Puskesmas Sukarami
memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut melalui 6 Program Pokok Puskesmas,
yaitu:
1. Promosi Kesehatan (Promkes)
2. Sanitasi (Kesehatan Lingkungan)
3. KIA/KB
4. Gizi
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
6. Pengobatan
Seluruh program kegiatan tersebut di fasilitasi dengan adanya ruang dan
peralatan yang memadai, program kerja, sumber daya manusia yang selalu
ditingkatkan kemampuannya dan protap-protap sebagai standar pelayanannya.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam gedung maupun di luar gedung
guna lebih memudahkan masyarakat memperoleh keterjangkauan pelayanan
kesehatan. Fasilitas yang disediakan di Puskesmas Sukarami ini adalah sebagai
berikut:
1. Klinik Pelayanan Kesehatan Ibu (KIA/KB)
Kegiatan yang dilakukan di klinik ini meliputi pelayanan kebidanan terhadap Ibu
Hamil (Bumil), Ibu Bersalin (Bulin) dan Ibu yang telah bersalin (Bufas) serta Ibu
menyusui (Busui) dan untuk kegiatan KB, Puskesmas Sukarami melayani
kebutuhan masyarakat dalam hal KB berupa IUD, Implant, Pil, Suntikan, dan
Kondom.
2. Klinik Pelayanan Kesehatan Anak (BP Anak)
Klinik ini melayani kesehatan bayi dan balita. Dalam pelaksanaannya klinik ini
dilayani oleh para perawat terlatih di bidang anak yang mulai mengembangkan
sistem pelayanan dengan teknik MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit).
3. Klinik Pelayanan Kesehatan Umum (BP Dewasa)
Klinik ini melayani pengobatan umum bagi pasien umum/dewasa Pada
pelaksanaannya klinik ini juga dilayani oleh seorang Dokter Umum yang dibantu
oleh para perawat terlatih. Di klinik ini dilayani pula pengobatan terhadap penderita
TB Paru dan Kusta selain penyakit lainnya.

26
4. Klinik Pelayanan Kesehatan Gigi (BP Gigi)
Klinik ini melayani pengobatan dan perawatan gigi bagi seluruh lapisan masyarakat
yang membutuhkannya terutama pengobatan dasar seperti pencabutan dan
penambalan gigi. Dalam pelaksanaannya klinik ini dilayani oleh seorang Dokter
Gigi dan dibantu oleh para perawat gigi.
5. Klinik Sehat 2014 (Gilingan Mas)
Klinik ini melayani:
a. Konsultasi Gizi
Melayani konsultasi Gizi Masyarakat dan Gizi Perorangan, baik di dalam
maupun di luar gedung. Dilaksanakan oleh seorang Petugas Gizi.
b. Imunisasi
Melayani Imunisasi BCG, DPT, Polio, Hepatitis, Campak, TT Bumil/Caten.
Dilaksanakan setiap hari Rabu oleh perawat terlatih di bawah koordinator
seorang Juru Immunisasi.
c. Konsultasi Kesehatan Lingkungan (Sanitasi)
Memberikan konsultasi mengenai kesehatan dan kebersihan lingkungan Rumah
Sehat, Jamban Sehat, Sarana Air Bersih, Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN). Dilaksanakan oleh 1 ( satu ) orang Sanitarian.
6. Laboratorium
Melayani pemeriksaan urine rutin, darah rutin, test kehamilan, test trombosit, DDR,
BTA Sputum, golongan darah dan klinik VCT oleh 1 (satu) orang Analis.
7. Promosi Kesehatan
a. Dalam Gedung
Dilakukan perorangan secara konseling di setiap bagian pelayanan maupun
perkelompok pada waktu-waktu tertentu di dalam gedung Puskesmas.
b. Luar Gedung
Agar dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, Promosi Kesehatan dilakukan
di luar gedung Puskesmas misalnya:
• di Sekolah Dasar melalui Usaha Kesehatan Sekolah dan Pelatihan Dokter
Kecil serta penyuluhan rutin setiap 3 Bulan yang materinya meliputi Personal
Hygiene, Kesehatan Lingkungan, Penyakit Menular, P3K, Gizi, dan Napza.

27
• di Sekolah Menengah Pertama dan Atas melalui Usaha Kesehatan Sekolah,
Pelatihan Kader Kesehatan Remaja serta penyuluhan rutin setiap 3 bulan yang
materinya meliputi Personal Hygiene, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, P3K,
Kesehatan Reproduksi, Penyakit Menular, HIV/AIDS, Gizi, Napza.
• di Lingkungan RT/RW melalui kegiatan Musyawarah/Pertemuan RT/RW
yang materinya meliputi Kelurahan Siaga, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
Kesehatan Lingkungan.
8. Lain-lain
Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di wilayah kerjanya, Puskesmas Sukarami
melakukan kegiatan-kegiatan luar gedung. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya
adalah Posyandu Balita di 18 Posyandu, Posyandu Lansia di 9 Posyandu,
UKS/UKGS di 23 TK/PAUD, 10 SD, 5 SMP, dan 5 SMA, UKGMD di 2 Kelurahan
serta melakukan kunjungan ke rumah pasien bagi pasien-pasien yang
membutuhkannya.

C. Faktor Resiko Lingkungan dan Prilaku


Tabel 5. Data Kesehatan Lingkungan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukarami
Kebun
No Deskripsi Sukarami Jumlah
Bunga
Jumlah PDAM 4274 2876 7150
1 Jumlah Sumur Gali 5514 3118 8632
Jumlah Terminal Air - - -
2 Jamban Keluarga 9596 5901 15497
3 Jumlah SPAL 9536 5833 15369
Tempat-Tempat Umum
Masjid 19 12 31
Gereja 1 1 2
Pura - 1 1
4
Klenteng 1 2
Hotel 4 4 1
Pasar 1 - 1
Salon Kecantikan - - -

28
Tempat Pengolahan
Makanan/Minuman
Industri Rumah Tangga Pangan 4 3 7
5 Depot Air Minum 19
Rumah Makan 14 3 17
Warung Nasi/Kopi 28 25 20
Jasa BOGA 6 2 8

Tabel 6. Matriks Analisis Faktor Resiko


Masalah Pelayanan
Kependudukan Lingkungan Perilaku Kebijakan
Prioritas Kesehatan
Hipertensi + + +
ISPA + + + +
Kontrol + + + +
kehamilan
normal
Common + + +
cold
Dispepsia + +

Hipertensi berkaitan dengan semakin banyaknya usia lebih tua, budaya


olahraga yang rendah, kebiasaan makan yang salah dan promosi kesehatan yang
masih kurang.
ISPA berkaitan dengan rumah penduduk yang padat dan penuh asap karena
kurang ventilasi, perilaku anggota keluarga yang masih sering merokok, kebijakan
pemerintah mengenai bakar sampah sembarangan.
Kontrol kehamilan normal berkaitan jumlah penduduk yang banyak sehingga
angka reproduktif meningkat, kemauan ibu hamil untuk memeriksakan
kandungannya, tersedianya pelayanan kesehatan tempat ibu hamil memeriksakan
kandungannya, dan adanya kebijakan yang mengatur tentang kontrol kehamilan.
Common cold berkaitan dengan risiko penularan karena rumah penduduk
yang padat, kurangnya kebersihan baik secara individu maupun lingkungan.
Dispepsia berkaitan dengan pola makan yang masih tidak teratur, makan
makanan yang tidak jelas kebersihannya, atau berhubungan dengan faktor internal
individu.

29
BAB IV
DIAGNOSIS KOMUNITAS DAN PERENCANAAN
PENGANGGARAN KESEHATAN TERPADU

4.1. Diagnosis Komunitas


4.1.1. Identifikasi Masalah
Diagnosis Komunitas merupakan upaya yang sistematis untuk menentukan
adanya suatu masalah kesehatan yang ada di masyarakat dengan cara pengumpulan
data di masyarakat sehingga dapat dicari solusi pemecahannya. Penentuan masalah
ditentukan berdasarkan analisis situasi di wilayah kerja Puskesmas Sukarami, dan
didapatkan 10 penyakit terbanyak yang masih menjadi masalah dengan solusi yang
belum optimal. Dari 10 penyakit terbanyak didapatkan bahwa 8 diantaranya adalah
penyakit tidak menular.

4.1.2. Penentuan Prioritas Masalah


Tabel 7. Menentukan Prioritas Masalah dengan Teknik PAHO
Masalah Kesehatan M S V C Total Urutan Prioritas
Hipertensi 10 8 7 10 5600 I

ISPA 8 8 8 10 5120 II

Kontrol kehamilan normal 5 6 6 5 900 IV

Common Cold 5 7 7 4 980 III

Dispepsia 4 4 4 4 256 V

30
4.1.3. Penentuan Akar Masalah
a. Hipertensi

Gambar 4. Fishbone Hipertensi

31
b. ISPA

Gambar 5. Fishbone ISPA

32
4.1.4. Alternatif Pemecahan Masalah
Pelayanan
Masalah Perilaku Lingkungan Kependudukan
kesehatan
Hipertensi Penyuluhan Membuat Pengadaan Memastikan
online program Posbindu PTM pasien di
mengenai olahraga rutin dengan wilayah kerja
hipertensi, gaya seperti senam memperhatikan Puskesmas
hidup sehat, bersama protokol memiliki
pentingnya kesehatan jaminan
kepatuhan Melakukan kesehatan,
minum obat dan edukasi massa Melakukan sehingga
kontrol teratur tentang home visit pengobatan
hipertensi, pasien-pasien utama hipertensi
Mengedukasi gaya hidup hipertensi, dapat ditanggung
bahwa sehat, terutama pada jaminan
walaupun pentingnya pasien yang kesehatan
sedang kepatuhan tidak datang ke
pandemi, minum obat puskesmas
kontrol ulang dan kontrol untuk kontrol
tetap bisa teratur kesehatannya
dilakukan
dengan
memperhatikan
protokol
kesehatan
ISPA Penyuluhan Membuat Penyediaan Memastikan
online program alat pasien di
mengenai ISPA, olahraga rutin pemeriksaan wilayah kerja
gaya hidup seperti senam Puskesmas
sehat, bersama Melakukan memiliki
pentingnya skirining awal jaminan
kepatuhan Melakukan untuk kesehatan,
minum obat edukasi mendeteksi sehingga
tentang dini ISPA pengobatan
protokol dapat ditanggung
kesehatan dan Memilih jaminan
rumah sehat, petugas kesehatan
seperti kesehatan yang
kebersihan secara khusus Membuat alokasi
rumah, bertanggung dana khusus
pentingnya jawab untuk untuk program
ventilasi dan program penanganan
pencahayaan penanganan ISPA
yang cukup ISPA
dalam Melakukan
pencegahan penyuluhan
ISPA kepada warga
secara efektif
Melakukan agar dapat
edukasi bahwa diterima warga
membakar
sampah,

33
merokok dapat
menambah
risiko
terjadinya
ISPA

34
4.2. Penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu
Rencana Tujuan Tempat Metode yang Target dan Indikator Penanggung
Waktu Sasaran Metode Evaluasi Anggaran
Kegiatan Kegiatan Kegiatan digunakan Keberhasilan Jawab Kegiatan
Penyuluhan Meningkatkan Posyandu Tiap 2 - Penduduk dan Pemaparan - Pengetahuan tentang - Kunjungan rumah rutin Kader kesehatan Rp. 750.000
dan deteksi pengetahuan minggu, penderita dan penyakit Hipertensi 1-2x/bulan untuk
dini mengenai Posbindu bergantian Hipertensi yang pembagian dibuktikan dengan melihat tekanan darah Tenaga Kesehatan
Hipertensi hipertensi, di memeriksakan materi survey post terkontrol atau tidak. puskesmas
tanda dan Puskesmas Posyandu, diri dan berobat menggunakan penyuluhan.
gejala, serta Posbindu, ke puskesmas. leaflet dan - Perubahan perilaku dan
mencegah dan slide - Terkontrolnya tekanan sikap masyarakat
terjadinya Puskesmas - Kunjungan pasien presentasi. darah penderita (minum obat secara rutin
hipertensi. ke puskesmas. hipertensi. dan menghindari faktor
Tanya jawab risiko seperti gaya
Meningkatkan Kunjungan ke antara pemateri - Menurunnya angka hidup).
kepatuhan rumah pasien yang dengan peserta. penderita hipertensi - Monitoring data jumlah
masyarakat tidak bisa datang yang mengalami gejala. rujukan hipertensi ke
meminum obat ke puskesmas. Pengecekan fasilitas kesehatan
hipertensi dan tekanan darah Turunnya angka tingkat lanjut.
rutin kontrol. di tempat penderita hipertensi yang
perlu dirujuk ke faskes
lanjut.
Mengadakan Penerapan Lapangan Sabtu atau Masyarakat di RT Pelaksanaan Penurunan angka 1 bulan 1x selama 3 bulan Ketua RT Rp 1.000.000
senam sehat pola hidup atau minggu setempat senam kejadian baru
dan sehat halaman pagi menggunakan hipertensi dan DM Kader kesehatan
penyuluhan luas di Kader kesehatan di speaker audio,
pembiasaan Deteksi dini kawasan RT setempat video, Menurunnya angka Tenaga Kesehatan
olahraga masyarakat pemukima instruktur kejadian terjadinya di Puskesmas
terutama yang n RT senam komplikasi gejala
untuk mempunyai warning sign dari
orangtua dan risiko Edukasi hipertensi dan diabetes
lansia penyakit pemaparan jenis mellitus

35
terutama jenis olahraga
hipertensi dan aerobik yang Menurunnya angka
diabetes bisa dilakukan penderita dengan IMT
mellitus secara mandiri berada di kategori
overweight
Mencegah Pemeriksaan
terjadinya tekanan darah
komplikasi rutin dan gula
dari penyakit darah rutin
setelah senam
Pencegahan sehat
risiko berat
badan
berlebih

Meningkatka
n perilaku
rajin
berolahraga
di masyarakat
Membuat - Memberikan Lapanga Minggu Masyarakat di RT Advokasi Penurunan angka - Kunjungan rumah rutin 1- Ketua RT Rp. 5.000.000-
perencanaan edukasi n atau pagi atau setempat program kejadian baru ISPA 2x/bulan untuk melihat 7.000.000
gotong mengenai halaman hari gotong royong kondisi rumah dan Kader kesehatan
royong pentingnya luas di libur/cuti Kader kesehatan bersama, Turunnya angka warga kebiasaan penggunaan
membersihk menajaga kawasan bersama di RT setempat “bersih-bersih dengan kebiasaan masker Tenaga Kesehatan
an rumah sehat, pemuki rumah merokok. di Puskesmas
lingkungan ventilasi baik, man RT sendiri”
serta tidak lembap,
pemberian dan bebas Rumah - Meningkatnya angka
masker rokok masing - Pembagian penggunaan masker di
gratis masing masker dan kalangan warga.
Mengenalkan warga pemaparan

36
budaya materi
mencuci menggunakan
tangan dan leaflet tentang
bersih cara mem
lingkungan bersihkan
mencegah masker dan
penyakit cuci tangan
akibat infeksi yang baik dan
lingkungans benar
seperti ISPA, -
DBD, dsb - Advokasi
penentuan
Memberikan area area
masker gratis bebas rokok
sesuai
ketentuan,
mengedukasi
pentingnya
penggunaan
masker dan
mencuci
masker yang
baik dan
benar

37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Diagnosis komunitas merupakan suatu upaya sistematis yang terdiri atas
upaya pemecahan masalah di bidang kesehatan dalam suatu komunitas.
a. Dari hasil analisis situasi didapatkan bahwa masalah kesehatan yang terdapat di
wilayah kerja puskesmas Sukarami adalah penyakit tidak menular.
b. Dari hasil penentuan prioritas masalah berdasarkan teknik PAHO didapatkan
masalah utama adalah Hipertensi dan ISPA.
c. Dari hasil prioritas masalah dan akar masalah, penulis membuat suatu kegiatan
yang membahas tentang hipertensi dan ISPA.
d. Berdasarkan estimasi, maka untuk rencana perencanaan dan penganggaran
terpadu dibuat tiga program yaitu penyuluhan dan deteksi dini Hipertensi,
pengadaan senam sehat dan penyuluhan pembiasaan olahraga terutama untuk
orangtua dan lansia, pembuatan perencanaan gotong royong bersih bersih
lingkungan serta pemberian masker gratis

5.2. Saran
Berdasarkan laporan diagnosis komunitas yang telah dibuat maka dalam
meyelesaikan masalah yang ada diharapkan:
A. Bagi Masyarakat
• Masyarakat rajin cek kesehatan dan kontrol berobat ke posbindu dan
puskesmas.
• Masyarakat lebih antusias dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dari
pihak tokoh masyarakat maupun dari Puskesmas.
B. Bagi Tokoh Masyarakat atau Kader Kesehatan
• Memiliki sarana seperti senam sehat setiap akhir pekan yang dilakukan di
daerahnya masing-masing.
• Memiliki dan aktif melakukan seminar (dilakukan secara daring) yang
beranggotakan masyarakat umum.

38
C. Bagi Puskesmas
• Bekerjasama dengan kader dan tokoh masyarakat mendata orang dengan
hipertensi dan ISPA.
• Minimal setiap bulan mengadakan acara kesehatan untuk menjalin
silaturahmi dengan tokoh masyarakat ataupun kader.
• Tersedianya anggaran dengan jumlah yang cukup dan tepat waktu.

39
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, N., & Mahmudah, M. (2020). Faktor Yang Mempengaruhi Angka Harapan
Hidup Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 Dengan Melihat Nilai Statistik
Cp Mallows. Jurnal Wiyata: Penelitian Sains dan Kesehatan.
Courtney, R. 2015. The Health Consequences of Smoking—50 Years of Progress:
A Report of the Surgeon General, 2014 Us Department of Health and Human
Services Atlanta, GA: Department of Health and Human Services, Centers
for Disease Control and Prevention, National Center for Chronic Disease
Prevention and Health Promotion, Office on Smoking and Health, 2014 1081
pp. Online (grey literature): http://www. surgeongeneral.
gov/library/reports/50‐years‐of‐progress’, Drug and Alcohol Review. Wiley
Online Library, 34(6), pp. 694–695.
Eng, E. and Blanchard, L. 2006. Action-oriented community diagnosis: A health
education tool’, International Quarterly of Community Health Education.
SAGE Publications Sage CA: Los Angeles, CA, 26(2), pp. 141–158.
Fadilah, R. 2017. Analisis Pelaksanaan Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) Di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2017.
Fattima, E. T., Wahyudo, R., Setiawan, G., dkk. 2016. Gambaran Pengetahuan
Lansia terhadap Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi di Puskesmas
Cipayung Kota Depok 2015. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung, 1(2),
220-225.
Griggs, D. et al. 2013. Policy: Sustainable development goals for people and
planet’, Nature. Nature Publishing Group, 495(7441), p. 305.
Heldy, B. Z. 2013. Analisis Perencanaan Tingkat Puskesmas di Kota Medan Tahun
2012. Kebijakan, Promosi Kesehatan dan Biostatistika, 2(1), 14386.
Kementrian Kesehatan RI, Sekretariat Jenderal. 2020. Profil kesehatan Indonesia
tahun 2019. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2020. Enam isu kesehatan jadi fokus kemenkes di tahun
2021 [Internet]. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Available from:
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-

40
media/20200814/1434631/enam-isu-kesehatan-jadi-fokus-kemenkes-tahun-
2021/
Kompak. Buku Panduan Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu. Diakses pada
tanggal 16 Desember 2020 dari:
https://batukarinfo.com/BukuPanduanPerencanaanTingkatPuskesmasTerpad
u.pdf
Laura, S. 2019. Analisis Pelaksanaan Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas di Kota Padang Tahun 2018 (Doctoral dissertation, Universitas
Andalas).
Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta, 413.
Suciono, L., Firdawati, F., Edison, E. 2019. Analisis Pelaksanaan Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) di Kota Padang
Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(3), 700-707.
Suhbah, W. D., Suryawati, C., Kusumastuti, W. 2019. Evaluasi Pelaksanaan
Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU
PTM) Puskesmas Sukolilo I Kabupaten Pati. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal), 7(4), 647-657.

41
42

Anda mungkin juga menyukai