C0
Oleh:
Nada Shafiyah, S Ked 04054822022179
Riswan Ahmad Pradaretza, S Ked 04054822022143
Pembimbing:
dr. Hj. Desty Aryani, M.Kes
dr. Emma Novita, M. Kes
2021
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Akhir dengan Judul:
Diagnosis Komunitas Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka
(Kelurahan 19 Ilir) Palembang
Disusun Oleh :
Nada Shafiyah, S Ked 04054822022179
Riswan Ahmad Pradaretza, S Ked 04054822022143
Telah diterima sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang periode 6 September – 9 Oktober 2021.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan
berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Diagnosis
Komunitas kami yang berjudul Diagnosis Komunitas Wilayah Kerja
Puskesmas Merdeka (19 Ilir) Palembang sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
wilayah kerja Puskesmas, diperlukan diagnosis komunitas untuk
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kesehatan, mengidentifikasi
sumber daya untuk mengatasi masalah dan kebutuhan tersebut, memastikan
bahwa masyarakat berpartisipasi dan mengupayakan fisik, lingkungan
biologis dan psikologis dari keluarga yang terkena dampak.4
Diagnostik Komunitas menggunakan pemecahan masalah sebagai
pendekatan. Diagnosis komunitas didefinisikan oleh WHO sebagai
gambaran kesehatan suatu komunitas, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diagnosa komunitas
dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan di suatu wilayah dan
menganalisis faktor-faktor penyebab masalah tersebut untuk
merekomendasikan intervensi dan menyusun rencana kerja untuk
memecahkan masalah di wilayah tersebut.3,5
Dalam proses diagnosis komunitas, dilakukan analisis kasus dan
kemudian dikumpulkan data yang merupakan data primer dari masyarakat
langsung atau data sekunder dari survei atau laporan yang ada. Data
dianalisis dan oleh karena itu ada masalah yang diidentifikasi. Jika
ditemukan lebih dari satu masalah, prioritaskan pemecahan masalah dan
tentukan penyebabnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun dan memilih
alternatif dan memperbaiki masalah, kemudian mengembangkan program
kerja. Setelah pembentukan laporan diagnostik komunitas, kegiatan yang
dibahas di atas dilakukan. Pemantauan dan tindak lanjut juga diperlukan
sebelum melakukan penilaian. 3,5
Tujuan dari diagnosis komunitas adalah untuk menentukan sejauh
mana masalah kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, memprioritaskan masalah kesehatan, merencanakan
intervensi, melaksanakan, mengevaluasi dan menemukan sumber daya yang
tersedia di masyarakat. Diagnosis komunitas penting karena dapat
mengungkap potensi dan potensi masalah dalam komunitas dan
meningkatkan kesadaran akan masalah nyata yang dihadapi anggota
komunitas. Melalui pendaftaran, dimungkinkan untuk mengidentifikasi
2
prioritas masalah kesehatan di masyarakat sehingga mereka dapat dilibatkan
untuk membantu departemen kesehatan setempat menilai kesehatan
masyarakat jangka panjang. 3,5
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk menegakkan diagnosis
komunitas di wilayah kerja Puskesmas Merdeka.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Merdeka
2. Menetapkan prioritas masalah kesehatan
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah kesehatan
4. Menyusun perencanaan kegiatan dan penganggaran terpadu
1.3. Manfaat
1. Memberikan data mengenai penyebab masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Merdeka
2. Menjadi tolak ukur tenaga kesehatan dan kader untuk meningkatkan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Merdeka
3. Menambah pengetahuan dokter muda mengenai cara penegakkan
diagnosa komunitas
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
3. Pelayanan kesehatan; dan
4. Faktor genetik (keturunan).
5
terjadinya berbagai penyakit. Faktor lingkungan terdiri dari 3
bagian:
● Lingkungan fisik, terdiri dari benda mati yang dapat dilihat,
diraba dan dirasakan;
● Lingkungan biologis, terdiri dari makhluk hidup yang bergerak,
baik yang dapat dilihat maupun tidak;
● Lingkungan sosial, merupakan bentuk selain lingkungan fisik
dan biologis.
6
2.3.2.Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Angka
Kematian Bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun
dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan
juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun
(dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup). Angka Kematian Ibu (AKI)
menunjukkan banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama
42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat
persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan
bukan karena sebab- sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Kematian Ibu
adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun
waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya
kehamilan atau tempat persalinan, yaitu kematian yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan, terjatuh dan lain-lain.10
2.3.3.Stunting
Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan
tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Kondisi ini
diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar
deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Sehingga, anak lebih
pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki
keterlambatan dalam berpikir. Umumnya disebabkan asupan makan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Balita stunting termasuk masalah gizi
kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi,
gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada
bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan
dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Kejadian
balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi
Indonesia.10
7
2.3.4.Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu
tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh
seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan
berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Tujuan dari Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat adalah meningkatkan partisipasi dan peran serta
masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan produktivitas masyarakat dan
mengurangi beban biaya kesehatan. Untuk mewujudkan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat dilakukan melalui peningkatan aktivitas fisik,
peningkatan perilaku hidup sehat, penyediaan pangan sehat dan percepatan
perbaikan gizi, peningkatan, pencegahan dan deteksi dini penyakit,
peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan edukasi hidup sehat.
Pemerintah pusat dalam hal ini seluruh kementerian berperan dalam
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat sesuai dengan kewenangan masing
masing.9
8
● Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan
potensi yang tersedia.
9
mendatang (H+1). Dalam PTP Terpadu rencana ini diwujudkan dalam
perencanaan kebutuhan kegiatan Puskesmas (H+1) sesuai dengan
kategori permasalahan lokal pada tingkat desa/kampung dalam satu
tahun. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) diwujudkan dalam
perencanaan kegiatan sesuai dengan skala prioritas berdasarkan alokasi
dana yang tersedia dalam tahun berjalan.
Gambar
c. Ruang Lingkup
Perencanaan Tingkat Puskesmas mencakup semua kegiatan yang
termasuk dalam Upaya Kesehatan Esensial, Upaya Kesehatan
Pengembangan dan upaya kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun
oleh Puskesmas sebagai Rencana Tahunan Puskesmas yang dibiayaioleh
Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, serta sumber dana lainnya.13
d. Tahap Perencanaan13
Perencanaan Tingkat Puskesmas disusun melalui 4 tahap
yaitu: 1. Tahap persiapan
2. Tahap analisa situasi
3. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
4. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
10
Proses perencanaan Puskesmas mengikuti siklus perencanaan
pembangunan daerah, dimulai dari tingkat desa/kelurahan/kampung
melalui Musrembang desa/kelurahan/kampung, selanjutnya disusun pada
Musrembang tingkat kecamatan/distrik, kemudian diusulkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan kabupaten/kota akan
mengusulkan perencanaan tersebut pada Musrembang tingkat
Kabupaten/kota kepemerintah daerah kabupaten/kota. Penyusunan
Perencanaan Tingkat Puskesmas ditunjukkan oleh diagram berikut
dilakukan melalui lima tahap sebagai berikut:
12
antisipasi terhadap kemungkinan penyebab dan hambatan nyata
dan yang mungkin akan terjadi.
d) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung kemungkinan
terjadinya suatu perubahan signifikan, baik perubahan ke arah yang
lebih baik dan perubahan ke arah lebih buruk, dan memanfaatkan
pengalaman tersebut untuk mengadakan perbaikan pelayanan
kesehatan.
e) Ketersediaan dan kemampuan sumber daya Puskesmas. f) Analisis
masalah dari sisi pandang masyarakat, dilakukan melalui Survey
Mawas Diri (SMD) atau Community Self Survey (CSS). Ada dua
kelompok data yang dikumpulkan untuk dilakukan analisa situasi
yaitu data umum dan data khusus.15
A. Data Umum:
a) Data dasar Puskesmas
Nama Puskesmas, alamat Puskesmas, nomor registrasi
Puskesmas, karakteristikwilayah kerja Puskesmas, kemampuan
penyelenggaraan Puskesmas, angka kelahirankasar (CBR), angka
kematian bayi (AKB), tahun data dan jumlah kampung.
b) Data Wilayah Kerja dan Fasilitas Pelayanan
Nama kampung/desa, kampung/desa tertinggal, kampung
gondok endemik, luaswilayah, jumlah desa/dusun/RT/RW, jarak
desa dengan Puskesmas, waktu tempuh kePuskesmas, jumlah
sekolah, jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang ada termasuk
Posyandu. Data ini dapat diperoleh di Kantor Kecamatan/Distrik
atau Kampung/Desa.
c) Data Sumber Daya
Data sumber daya Puskesmas (termasuk Puskesmas
Pembantu dan Bidan di Desa), mencakup:
● Ketenagaan
Ketenagaan meliputi: Jumlah Tenaga Kesehatan, Non Kesehatan
dan StatusKepegawaian, Standar Ketenagaan Minimal di
13
Puskesmas dan Posisi Saat Ini, Standar Ketenagaan Minimal di
Puskesmas Pembantu, Standar Ketenagaan Minimal di
Polindes/Poskeskam.
● Ketersediaan obat dan vaksin
● Keadaan peralatan kesehatan
● Pembiayaan Kesehata
● Keadaan Sarana Prasarana Kesehatan
d) Data Peran Serta Masyarakat
Data ini mencakup jumlah Posyandu, kader, dukun bayi dan
tokoh masyarakat.
e) Data Penduduk dan Sasaran Program
Data penduduk dan sasaran program mencakup: jumlah
penduduk berdasarkan jeniskelamin, kelompok umur (sesuai
sasaran program dan SPM), di setiap desa/kampung.Data ini dapat
diperoleh di kantor kampung/desa, kantor kecamatan, dan data
estimasisasaran di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
f) Data sekolah
Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat,
mencakup jenis sekolah, jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS,
jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS/guru BP, dan lain-lain.
14
● Pola Penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan
berdasarkan jenis kelamin
● Kejadian Luar Biasa
● Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di
setiap kampung/desa, dapat dilihat dari Laporan Capaian Kinerja
Puskesmas
● Hasil survey (bila ada), dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas
atau pihak lain
2.4.3. Perumusan Masalah16
Perumusan masalah dilakukan berdasarkan hasil analisa data.
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Tahapan ini
dilaksanakan melalui:
C. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar
masalah yang dikelompokkan menurut jenis upaya, target, pencapaian,
dan masalah yang ditemukan.
Tabel 1. Identifikasi Masalah
Keterangan:
Masalah dirumuskan berdasarkan prinsip 5W1H (What, Who, When,
Where, Why, and How). Apa masalahnya, siapa yang terkena
masalahnya, kapan masalah itu terjadi, dimana masalah itu terjadi,
kenapa dan bagaimana masalah itu terjadi.
15
D. Menetapkan Urutan Prioritas Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah,
ketidaktersediaan teknologiyang memadai, atau adanya keterkaitan
satu masalah dengan masalah lainnya, masalah prioritas perlu dipilih
dan ditetapkan lewat kesepakatan Tim. Bila tidak dicapai kesepakatan,
kriteria lain dapat digunakan. Prioritas masalah ditentukan melalui
skoring, yaitu dengan memberikan nilai untuk kriteria tertentu dan
masalah yang menjadi prioritas pertama adalah masalah yang
memiliki bobot paling besar. Salah satu teknik skoring adalah PAHO.
Penentuan prioritas masalah kesehatan dilakukan dengan
menggunakan teknik skoring PAHO. Teknik PAHO memiliki 4
indikator, yaitu: (1) besarnya masalah (Magnitude), (2) derajat
keparahan (Severity), (3) ketersediaan teknologi (Vulerability), dan
(4) kepedulian masyarakat dan pejabat (Community/Political
Concern). Prioritas masalah telah dilakukan dengan meminta pendapat
8-10 orang untuk memberikan skor antara 1-10 untuk masing-masing
kriteria yang ada.17
16
● Lakukan curah pendapat (brain storming) dan fokuskan pada
masing-masing kategori.
● Setelah dianggap cukup, lakukan cara yang sama untuk kategori
utama yang lain.
● Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat
daftar sub penyebab dan letakkan pada cabang yang lebih kecil. ●
Setelah semua ide/pendapat dicatat, lakukan klarifikasi data untuk
menghilangkan duplikasi, ketidaksesuaian dengan masalah, dan
sebagainya.
F. Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
Menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan
membuat kesepakatan diantara anggota Tim, didahului brain storming
(curah pendapat). Bila tidak terjadi kesepakatan, maka Tabel atau
matriks cara pemecahan masalah di atas dapat digunakan.
Langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut:
● Brain storming (curah pendapat) dilaksanakan untuk
membangkitkan ide/gagasan/pendapat tentang suatu topik atau
masalah tertentu dari setiap anggota Timdalam rentang waktu yang
singkat dan bebas dari kritik.
● Kesepakatan di antara anggota Tim, berdasarkan hasil dari curah
pendapat (brain storming). Hasil kesepakatan dipergunakan
sebagai bahan penyusunan Rencana Tahunan.
17
mendapatkan pelayanan kesehatan yang seharusnya dapat dilaksanakan
secara terintegrasi dalam satu pelaksanaan (missed opportunity).
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang
sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program
yang masih bermasalah.
b) Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi
kesehatan di wilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas. Rencana
Usulan Kegiatan disusun dalam bentuk matriks dengan memperhatikan
berbagai kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global, nasional,
maupun daerah, dan sesuaidengan masalah yang ditemukan dari kajian
data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Tahapan penyusunan
RUK diawali dengan Hitung RUK untuk mengetahui rincian dan besaran
dana yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan.
Tabel 2. Matriks Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas
18
APBD, RUK Puskesmas perlu dijabarkan dalam dalam bentuk RKA
(Rencana Kegiatan Anggaran).
2.4.5. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Penyusunan
RPK dilaksanakan melalui pendekatan keterpaduan lintas program dan
sektor dalam lingkup siklus kehidupan. Keterpaduan penting untuk
dilaksanakan mengingat adanya keterbatasan sumber daya di Puskesmas.
Keterpaduan dimaksudkan agar tidak akan terjadi missed opportunity,
kegiatan Puskesmas dapat terselenggara secara efisien, efektif, bermutu,
dan target prioritas yang ditetapkan pada perencanaan dapat tercapai.
Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan untuk upaya
kesehatan Masyarakat Esensial dan Upaya Kesehatan Masyarakat
Pengembangan, upaya kesehatan perorangan, pelayanan Perkesmas,
pelayanan kefarmasian, pelayanan laboratorium, semuanya dilaksanakan
secara bersama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas
penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan.
Langkah-langkah penyusunan RPK dapat diringkas sebagai berikut: 1.
Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui. 2.
Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan Rencana
Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat
penyusunan RPK.
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi
pelaksanaan.
4. Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan
RPK.
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.
19
BAB III
ANALISIS SITUASI PUSKESMAS
20
kerja yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD) setelah dilakukan masa uji coba. Dengan adanya
perjanjian kerjasama antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan.
Kebijakan Mutu
“Puskesmas Merdeka bertekad meningkatkan kualitas Pelayanan
secara berkesinambungan berdasarkan standar yang ditetapkan demi
tercapainya kepuasan masyarakat.”
Motto
“Kesehatan anda adalah kebahagiaan kami.”
Budaya kerja
M elayani dengan sepenuh hati dan mengutamakan kepuasaan
pelanggan E lok hati, senyum, sapa, dan salam
R asa kekeluargaan, kebersamaan, dan kekompakan
D isiplin kerja selalu diutamakan
E tika dijaga, ikhlas, jujur, dan penuh tanggung jawab
K ebersihan dan kerapian diri dan lingkungan kerja
A papun yang dikerjakan sesuai dengan SOP
21
Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka
Puskesmas Merdeka berada di Jalan Merdeka No. 66 Kelurahan
Talang Semut Kecamatan Bukit Kecil Palembang. Puskesmas Merdeka
terletak di pinggir jalan raya sehingga masyarakat mudah mengakses dengan
berjalan kaki maupun berkendaraan.
Puskesmas Merdeka memiliki 4 wilayah kerja yaitu 26 Ilir, 22 Ilir, 19
Ilir dan Talang Semut. Wilayah kerja Puskesmas Merdeka berada di tengah
kota. Batas wilayah kerja Puskesmas Merdeka yaitu:
● Utara : berbatasan dengan Kelurahan 24 Ilir
● Selatan : berbatasan dengan Kelurahan 28 Ilir, 29 Ilir dan 30 Ilir ●
Timur : berbatasan dengan Kelurahan 16 Ilir
● Barat : berbatasan dengan Kelurahan 26 Ilir Daerah I
Ga
mbar 4. Wilayah kerja Puskesmas Merdeka
22
3.1.2.Keadaan Demografi
Jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Merdeka pada
tahun 2020 adalah sebanyak 14.588 jiwa yang tersebar di empat kelurahan
(Tabel 3). Sebanyak 7150 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan sisanya
sebanyak 7438 jiwa berjenis kelamin perempuan. Distribusi menurut
kelompok umur yang terbanyak adalah penduduk yang masuk dalam
kategori usia produktif yakni 15- 59 tahun yakni sebanyak 6346 jiwa, lalu
kategori penduduk usia lanjut (usia 45-59 tahun) yakni sebanyak 3808 jiwa.
Jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Merdeka pada
tahun 2020 adalah sebanyak 14.588 jiwa yang tersebar di empat kelurahan
(Tabel 4). Sebanyak 7150 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan sisanya
sebanyak 7438 jiwa berjenis kelamin perempuan. Distribusi menurut
kelompok umur yang terbanyak adalah penduduk yang masuk dalam
kategori usia produktif yakni 15- 59 tahun yakni sebanyak 6346 jiwa, lalu
kategori penduduk usia lanjut (usia 45-59 tahun) yakni sebanyak 3808 jiwa.
Gakin 4 3 9 8 24
Gakin 6 3 10 7 26
23
kanak (TK)
a. Negeri 0 0 2 0 2
b. Swasta 1 0 2 3 6
12. Jumlah
SMP/sederajatnya
a. Negeri 0 0 0 1 1
b. Swasta 0 0 1 3 4
Swasta 0 0 0 2 2
7000
6000
5000 3.1.3.Upaya Kesehatan Puskesmas Merdeka
LAKI-LAKI
PEREMPUAN TOTAL
1000
24
(RPU) dewasa, RPU lansia, RPU anak, ruang KIA-KB, ruang pemeriksaan
kesehatan gigi dan mulut, ruang Promkes, kesling dan imunisasi, ruang
pemeriksaan TB dan VCT. Selain itu terdapat ruang tindakan, rekam medik,
farmasi dan laboratorium. Puskesmas Merdeka juga menyediakan fasilitas
luar gedung seperti 2 Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu Pustu 19 Ilir dan
26 Ilir dan 1 buah ambulance.
Upaya kesehatan di Puskesmas Merdeka juga berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas yang terdiri dari
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM). UKM diklasifikasikan menjadi dua yaitu upaya kesehatan
masyarakat esensial dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan
masyarakat esensial terdiri dari upaya kesehatan gizi, upaya kesehatan KIA
KB, upaya kesehatan lingkungan, upaya promosi kesehatan, kesehatan
lingkungan, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya kesehatan yang dibuat
berdasarkan permasalahan kesehatan di masyarakat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat kelurahan dan kemampuan puskesmas. Ada delapan
upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas Merdeka, yaitu upaya
kesehatan jiwa, upaya kesehatan gizi masyarakat, upaya kesehatan
tradisional komplementer, upaya kesehatan olahraga, upaya kesehatan
indera, upaya kesehatan lansia, upaya kesehatan kerja, dan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS)/UKGS (Upaya Kesehatan Gigi Sekolah).
25
kandungannya secara rutin di puskesmas. Para ibu hamil diberikan kupon
untuk pemeriksaan USG secara gratis sehingga dapat menarik minatnya
untuk datang ke puskesmas. Program ini merupakan program yang
dijadikan unggulan di Puskesmas Merdeka.
2. Merdeka Menyapa Dulur
Merdeka menyapa dulur merupakan salah satu inovasi dari upaya
kesehatan promosi kesehatan. Hal ini dilakukan dengan diadakan
penyuluhan tentang kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar
gedung dalam beragam topik kesehatan.
26
Arena Bermain Anak-Anak Suka Puskesmas (REBANA ANAMAS)
adalah satu inovasi upaya kesehatan agar anak-anak menyukai puskesmas
berupa wahana bermain sederhana bagi anak.
5. Kabana Pelita
Kader Serbaguna Peduli Balita (KABANA PELITA) merupakan salah
satu inovasi dari upaya kesehatan agar kader-kader yang terlatih dapat
melakukan skrining pada balita.
6. Pentas Lansia
Pelayanan yang Memprioritaskan Lansia (PENTAS LANSIA)
merupakan inovasi dari Puskesmas Merdeka yang memperioritaskan
lansia pada setiap pelayanan kesehatan.
3.1.4.Data Epidemiologi
Hasil data surveilans terpadu Puskesmas Merdeka pada bulan Agustus
2021 ditunjukkan pada Tabel 5. Data ini menunjukkan jumlah kasus baru
(insidens) untuk penyakit-penyakit dalam kategori penyakit tidak menular
dan menular menurut KMK No 1479/MENKES/SK/X/2003. Berdasarkan
data yang ada, ditunjukkan bahwa penyakit terbanyak secara berurutan
adalah hipertensi, diare, dan diabetes mellitus.
Tabel 5. Jumlah kasus baru penyakit tidak menular dan menular Agustus
2021
No Jenis Penyakit Kelompok Usia Total
2 Diare Berdarah 0 0 0 0 0
4 TBC Paru 0 0 8 1 9
5 Kusta 0 0 0 0 0
6 Campak 0 1 0 0 1
7 Difteri 0 0 0 0 0
8 Batuk Rejan 0 1 0 0 1
9 Tetanus 0 0 0 0 0
27
10 Hepatitis Klinis 0 0 2 0 2
11 Malaria Klinis 0 0 0 0 0
12 Malaria Vivax 0 0 0 0 0
13 Malaria 0 0 0 0 0
Falcifarum
14 Malaria Mix 0 0 0 0 0
15 DBD 1 1 1 0 3
16 Demam Dengue 1 3 0 0 4
17 Pneumonia 0 0 0 0 0
18 Sifilis 0 0 0 0 0
19 Gonorrhoe 0 0 0 0 0
20 Frambusia 0 0 0 0 0
21 Filariasis 0 0 0 0 0
22 Influenza Like 0 0 0 0 0
Illness (Ili)
23 Hipertensi 0 0 79 98 177
24 Diabetes 0 0 38 33 71
Melitus Tipe 2
28
3 DM TIPE 2 E.11 71 40
5 SCABIES B.86 16 9
7 DM TIPE 1 E.10 12 8
10 VARISELLA B.01.9 9 3
29
sebagian besar warga juga sering mengonsumsi makanan yang asin. Hanya
beberapa warga yang sering makan dan minum yang manis. Sebagian besar
warga suka mengonsumsi kopi terutama pagi hari, beberapa warga
menjadikannya sebagai kebiasaan yang dilakukan setiap hari. Hanya
beberapa warga yang suka minum teh.
Pola hidup seperti waktu tidur bervariasi pada masing-masing warga,
namun semua masyarakat yang memahami pentingnya mengatur pola tidur.
Sebagian besar warga memiliki pola tidur yang baik, akan tetapi terdapat
satu warga yang memiliki pola tidur kurang baik karena pekerjaannya
sebagai satpam yang sering berjaga malam. Semua masyarakat juga mandi 2
kali sehari dan mencuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah makan
dan setelah memegang hal-hal yang terkontaminasi. Semua warga juga rutin
menguras bak yaitu seminggu sekali untuk memberantas sarang nyamuk.
Masyarakat juga telah memiliki jamban jongkok dan septic tank.
Kebutuhan pokok masyarakat didapatkan dari pasar tradisional yang
berjarak kurang lebih 1 km dari pemukiman. Kondisi pasar tersebut cukup
baik yaitu bersih dan tertata cukup rapih. Jalan di tengah pasar cukup luas
untuk dilewati pengendara motor dan mobil, kurang lebih 3 meter. Tempat
pembuangan sampah berada cukup jauh dari pasar akan tetapi masih mudah
untuk dijangkau.
Gambar 7. Kunjungan rumah ke wilayah RT 9 Kelurahan 19 Ilir
30
Dari faktor lingkungan, sebagian besar rumah warga memiliki kondisi
fisik dan kesehatan yang sudah baik. Sebagian besar rumah warga berukuran
sedang. Satu rumah berukuran 10m x 10m dihuni oleh 2 orang, dua rumah
berukuran 15m x 20m masing masing dihuni oleh 4 orang, satu rumah
berukuran 10m x 10m dihuni oleh 3 orang, dan satu rumah berukuran 5m x
5m dihuni oleh 2 orang. Berdasarkan KEPMENKES RI
No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyarataan Kesehatan Perumahan,
sebagian besar rumah warga sudah memenuhi syarat kesehatan rumah
tinggal dalam hal kepadatan hunian yaitu minimal 8m2 untuk 2 orang
penghuni.18
Seluruh rumah warga berdinding batu bata dan sudah dicat sehingga
mengurangi risiko paparan gas radon yang dapat menjadi faktor risiko
terjadinya kanker paru. Seluruh rumah telah dipasang ubin yang kedap air
dan mudah dibersihkan. Sebagian besar atap rumah cukup baik dan tidak
keropos serta mudah dibersihkan. Jarak antar rumah sangat dekat. Sebagian
besar rumah warga memiliki pencahayaan yang cukup baik yaitu kurang
lebih 100-150 lux dengan ventilasi yang cukup dengan ukuran sedang,
masing masing ruangan memiliki ventilasi berukuran lebih dari 10% dari
luas lantai ruangan. Akan tetapi terdapat satu rumah yang dikunjungi yang
memiliki pencahayaan dan ventilasi yang kurang baik dan terasa lembab. Di
area ini tempat pembuangan sampah telah disediakan tidak jauh dari lokasi
tempat tinggal sehingga tidak terdapat sampah rumah tangga yang
berserakan di sekitar halaman rumah. Seluruh warga memiliki akses sarana
air bersih dari PDAM. Sumber air minum menggunakan air yang dimasak.
Berdasarkan KEPMENKES RI No.829/Menkes/SK/VII/1999,
sebagian besar rumah warga telah memenuhi persyaratan kesehatan rumah
tinggal yaitu dinding rumah yang sudah dicat dan tidak menggunakan
bahan-bahan yang dapat melepaskan bahan berbahaya untuk kesehatan
seperti asbestos maupun plumbum. Seluruh rumah juga telah dipasang ubin
dan kedap air serta mudah dibersihkan. Selain itu, sebagian besar rumah
telah memiliki pencahayaan alam dan/atau buatan yang cukup baik yaitu
31
lebih dari 60 lux. Sebagian besar rumah warga juga sudah memenuhi syarat
kecukupan ventilasi yaitu luas lubang ventilasi alamiah yang permanen
minimal 10% dari luas lantai rumah. Terdapat satu rumah yang tidak
memenuhi persyaratan kecukupan pencahayaan dan ventilasi, pencahayaan
alam dan/atau di salah satu rumah warga kurang dari 60 lux, ventilasinya
juga kurang dari 10% dari luas ruangan yaitu hanya terdapat satu jendela
kecil untuk ukuran rumah 5m x 5m. Rumah tersebut juga terkesan lembab
dan panas dikarenakan rumah juga dipakai untuk memasak makanan untuk
berdagang. Untuk persyaratan pembuangan limbah, lingkungan RT 9 sudah
cukup memenuhi persyaratan tersebut yaitu pengelolaan limbah yang baik
dan tidak menimbulkan bau maupun mencemari tanah. Seluruh warga juga
sudah memiliki akses air bersih dari PDAM yang cukup yaitu lebih dari 60
liter/orang/hari yang mana memenuhi syarat penyediaan air bersih.18
Absolut %
3 Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar 392 261 66,6%
6 Pelayanan kesehatan pada usia produktif sesuai standar 12.947 8.632 66,7%
7 Pelayanan kesehatan pada usia lanjut sesuai standar 2776 1850 66,6%
9 Pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus (DM) sesuai standar 1336 888 66,6%
11 Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis (TB) sesuai standar 599 400 66,6 %
Suspek Suspek
12 Pelayanan kesehatan orang dengan resiko terinfeksi HIV sesuai standar 1683 1260 66,6%
33
Berdasarkan data capaian indikator prioritas sampai dengan Agustus tahun
2021 Puskesmas Merdeka didapatkan beberapa indikator program yang
tidak mencapai target yaitu pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar,
pelayanan kesehatan ibu bersalin sesuai standar, pelayanan kesehatan bayi
baru lahir sesuai standar, pelayanan kesehatan pada usia produktif sesuai
standar, pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus (DM) sesuai
standar, pelayanan kesehatan orang dengan resiko terinfeksi HIV sesuai
standar. Berikut adalah tabel analisis masalah dan rencana tindak lanjut
berdasarkan indikator program yang tidak mencapai target.
Tabel 8. Analisis masalah dan rencana tindak lanjut indikator program yang
tidak mencapai target
No Indikator Program Keterangan Analisis Masalah RTL
34
Baru Lahir diterima dari kader kader, akan
sesuai standar , BPS dan klinik dilakukan secara
∙ Jumlah kelahiran aktif
lebih banyak ∙ Kunjungan rumah dan
dari konseling sesuai
luas wilayah dengan data yang
puskesmas merdeka diterima dari klinik,
∙ Data sasaran yang kader posyandu, dan
ditetapkan oleh BPS
dinas kesehatan
terlalu tinggi
4 Pelayanan Tidak tercapai Masih kurangnya ∙ Meningkatkan KIE
kesehatan pada kesadaran kepada masyarakat
usia produktif masyarakat untuk tentang pentingnya
sesuai standar memeriksakan diri memeriksakan
di faskes kesehatan ke fasilitas
kesehatan atau kesehatan
posyandu dan ∙ Meningkatkan KIE
posbindu kepada masyarakat
terutama usia produktif
pemeriksaan mengenai
IVA pentingnya deteksi
pada wanita usia dini PTM maupun
subur pemeriksaan IVA
untuk wanita usia
subur
35
Tabel 9. Capaian indikator kinerja UKM Puskesmas Merdeka sampai dengan bulan Agustus 2021
No Indikator Program Data Sasaran Target s/d bulan
Agustus
Absolut %
1 Persentase balita stunting 1782 154 8,6%
35
14 Persentase pengolahan makanan yang memenuhi syarat 16 10 66,4%
TPM TPM
15 Cakupan penemuan dan penanganan DBD per 100 ribu penduduk - Sesuai 100%
temuan
kasus
18 Terbentuknya saka bhakti husada di setiap kecamatan di kota Palembang 2 sekolah 1x 100%
23 Deteksi HIV pada Ibu hamil dan populasi kunci (WPS, Trangender, LSL) 1683 1260 66,6%
36
balita
28 Penemuan kasus non folio AFP per 100.000 anak <15 th 1 orang - -
dalam 1
tahun
37
Tabel 10. Analisis masalah dan rencana tindak lanjut indikator kinerja UKM yang tidak mencapai
target
No Indikator Program Keterangan Analisis Masalah
1 Cakupan K4 Tidak tercapai ∙ Belum didata sasaran ibu hamil yang ∙ Melakukan Koordi
akurat ∙ Data sasaran ibu hamil yang terlalu di masing-masing
tinggi hamil yang akura
∙ Meningkatkan KIE
pemeriksaan keha
WA pada ibu ham
2 Cakupan persalinan di Tidak tercapai ∙ Belum didapatkan data ibu bersalin yang ∙ Melakukan koordin
fasilitas kesehatan akurat ∙ Data sasaran ibu bersalin yang terlalu ibu bersalin
tinggi ∙ Koordinasi dengan
bersalin ∙ Komunika
mendekati taksiran
3 Persentase pelayanan nifas Tidak tercapai ∙ Belum didapatkan data ibu nifas ∙ Koordinasi dengan
yangakurat ∙ Data sasaran ibu nifas yang data ibu nifas yang
terlalu tinggi ∙ Memberikan KIE te
pada masa nifas da
ibu nifas untuk m
5 Cakupan pelayanan bayi Tidak tercapai ∙ Keterlambatan laporan BBL yang diterima ∙ Petugas berkoordin
baru lahir dari kader , BPS dan klinik akan dilakukan se
∙ Jumlah kelahiran lebih banyak dari luar wilayah ∙ Kunjungan rumah d
38
puskesmas merdeka diterima dari klinik
∙ Data sasaran yang ditetapkan oleh
dinas kesehatan terlalu tinggi
6 Cakupan penanganan Tidak tercapai ∙ Keterlambatan laporan BBL yang diterima ∙ Petugas berkoordin
komplikasi neonatus dari kader, BPS dan klinik akan dilakukan se
∙ Jumlah kelahiran lebih banyak dari luar ∙ Meningkatkan kunj
wilayah puskesmas mengetahui sedini
∙ Data sasaran yang ditetapkan oleh ∙ Konseling pada kun
dinas kesehatan terlalu tinggi untuk tempat pers
7 Persentase imunisasi Tidak tercapai Orang tua bayi masih merasa cemas ∙ Petugas berkoordin
dasar lengkap membawa bayi mereka ke Faskes untuk orang tua bayi agar
imunisasi sejak terjadi pandemi covid19 pandemi dengan te
∙ Meningkatkan peny
pentingmya Imuni
∙ Berkoordinasi deng
melakukan kegiata
8 Cakupan penemuan dan Tidak tercapai ∙ Masih adanya stigma yang kurang baik ∙ Meningkatkan kerj
pengobatan penderita TBC dari masyarakat tentang penyakit TB kader ) ∙ Meningkatk
∙ Kualitas dahak masih kurang baik ( berupa ∙ Melakukan Kerjasa
air liur) penderita Tb yang
di
39
∙ Masih ada rasa cemas pada penderita tb posyandu lansia
untuk berobat ke fasyankes karena takut di ∙ Mengedukasi dan m
nyatakan covid penderita TB agar m
Mengajarkan cara m
untuk pemeriksaan a
berkualitas
∙ Melakukan pendek
9 Deteksi HIV pada Ibu Tidak tercapai Kegiatan mobile VCT tidak dilakukan agar Edukasi kepada Penj
hamil dan populasi kunci tidak terjadi kerumunan massa mengigat sering membawa kli
(WPS, Transgender, kondisi yang masih di zona merah Prokes
LSL)
10 Cakupan balita Tidak tercapai Masih kurangnya kesadaran/pengetahuan ∙ Petugas akan berko
pneumonia yang orang tua bayi/balita untuk segera membawa yang dilakukan se
ditangani anaknya yang sakit berobat ∙ Meningkatkan penj
kepuskesmas/faskes terdekat karena takut dengan lintas prog
akan dinyatakan covid 19.
40
BAB IV
DIAGNOSIS KOMUNITAS DAN PERENCANAAN
PENGANGGARAN KESEHATAN TERPADU
1. Hipertensi Essensial
2. ISPA
3. DM Tipe 2
4. Miopia Ringan
5. Scabies
6. Asma Bronkial
7. DM Tipe 1
8. Status Asmatikus
9. Otitis Eksterna
10. Varisella
40
4.1.2. Penentuan Prioritas Masalah
Tabel 12. Penentuan prioritas masalah
No Masalah U S G USG Prioritas
3. DM Tipe 2 5 5 5 125 II
4. Miopia Ringan 1 3 3 9 X
5. Scabies 2 3 4 24 IX
7. DM Tipe 1 5 5 5 125 IV
8. Status Asmatikus 4 4 4 64 VI
Keterangan
a. Urgency: Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
b. Seriousness: Seriousness dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap
produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan
membahayakan sistem atau tidak.
c. Growth: Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk
kalau dibiarkan.
41
menggunakan pendekatan terstruktur dengan teknik yang dirancang untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah. Analisis akar masalah
merupakan alat yang membantu kelompok atau individu dalam
mengidentifikasi akar penyebab masalah.19
Diagram Ishikawa telah dipopulerkan pada tahun 1960 oleh Kaoru
Ishikawa. Diagram ini dikenal sebagai diagram tulang ikan (fishbone
diagram) dikarenakan bentuk diagram yang mirip dengan bentuk tulang
ikan. Diagram tulang ikan biasanya bekerja dari kanan ke kiri, dengan
setiap "tulang" besar dari ikan bercabang untuk memasukkan tulang yang
lebih kecil yang berisi lebih banyak detail.20
Pada saat suatu masalah terdeteksi, maka potensi penyebabnya juga
harus diidentifikasi. Diagram Fishbone atau diagram sebab dan akibat
dapat menjadi alat yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi potensi
penyebab masalah yang terjadi apabila semua penyebab masalah tidak jelas
atau hanya dua atau beberapa diantaranya yang teridentifikasi. Masalah
utama sebagai kepala ikan dan potensi penyebab dan sub penyebab sebagai
struktur tulang ikan. Oleh karena itu, diagram menggambarkan dengan
jelas hubungan antara masalah yang diidentifikasikan dan potensi
penyebabnya.20
42
Man
Method
pandemi
Hipertensi
sebagai
penyakit kronis terbanyak
Penyuluhan yang
tidak merata
Sedikitnya kader
Material
Masyarakat banyak tidak berobat dan tidak patuh dalam pengobatan karena
kurang pengetahuan
Kondisi perekonomian
masyarakat kebanyakan
menengah ke bawah
Environment
Gaya hidup tidak sehat, kurang olahraga, konsumsi makanan tinggi garam, merokok,
dan kebiasaan konsumsi kopi tiap pagi
43
Tabel 13. Alternatif pemecahan masalah
N Alternatif Metode Tujuan Sasaran Target
o Pemecahan
Masalah
Peningkatan
aktivitas fisik
Pemberdayaan
individu, keluarga
dan masyarakat
Follow up keluarga
dengan riwayat
hipertensi
44
4 P2PTM Mengembangkan dan Peningkatan Masyarakat Penurunan
memperkuat kegiatan skrining dan angka
deteksi dini hipertensi kelompok kesakitan
secara aktif(skrining) Pencegahan berisiko dankematian
primer dan
Pelayanan kesehatan pengobatan
dengan anamnesis, secara dini
pemeriksaan fisik,
diagnosis oleh
dokterdan
pemeriksaan
penunjang jika
diperlukan
Meningkatkan akses
penderita terhadap
pengobatan hipertensi
melalui peninkatan
sumberdaya di
puskesmas
Kunjungan rumah
45
4.2. Penyusunan Perencanaan Kesehatan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu
Tabel 14. Perencanaan kesehatan dan panggaran kesehatan terpadu
No Kegiatan Tujuan Sasaran Biaya/Sumber Tempat Waktu Pena
Kegiatan
46
5 Kunjungan rumah Memantau Pasien HT Transport rumah Rumah 1x/bulan Dok
pasien hipertensi kesehatan yang tidak pasien Rp.75.000 pasien bida
pasien rutin Cetak media hipertensi kese
hipertensi berobat edukasi Rp.80.000
6 Pemeriksaan fisik Melakukan Pasien Penyediaan alat dan Puskesmas 1x/bulan Dok
dan penunjang anamnesis yang penggunaan alat atau tiap bida
yang dan datang di puskesmas kunjungan kese
komprehensif dan pemeriksaan berobat
melakukan rujukan fisik secara
jika diperlukan holistik
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Diagnosis komunitas merupakan upaya yang sistematis yang meliputi
upaya pemecahan masalah kesehatan keluarga dengan cara pengumpulan
data di masyarakat sehingga dapat dicari solusi pemecahannya. Tujuan dari
diagnosis komunitas adalah untuk menentukan seberapa besar masalah
kesehatan masyarakat beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya,
menetapkan prioritas dari masalah-masalah kesehatan, merencanakan suatu
program intervensi, implementasi, evaluasi serta mengeksplorasi sumber
daya yang ada di masyarakat. Proses penegakkan diagnosis komunitas
melalui beberapa tahapan, yaitu pembentukan dan pembuatan strategi tim
komunitas, analisis situasi, pengumpulan data primer dan sekunder,
identifikasi masalah, penetapan prioritas dan penyebab masalah, pemilihan
rencana pemecahan masalah untuk penyelesaian masalah komunitas,
penyusunan progam kerja, monitoring dan evaluasi.
Maka, kesimpulan dari diagnosis komunitas wilayah kerja puskesmas
merdeka adalah:
1. Masalah kesehatan di Puskesmas Merdeka Palembang pada tahun 2021
yang menjadi prioritas utama adalah angka kesakitan hipertensi
essensial dan program pelayanan pada penderita hipertensi
2. Penyebab tingginya angka kesakitan akibat hipertensi adalah karena
pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang kurang tentang
hipertensi, gaya hidup yang tidak sehat, lingkungan yang sebagian
besar masih pada budaya malas berobat.
3. Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan antara lain dengan
peningkatan pengetahuan dan perilaku, pengembangan kesehatan
lingkungan, dan pelayanan pengobatan.
4. Rencana Pelaksanaan Kegiatan yang akan dilakukan antara lain skrining
penyakit, kunjungan rumah, media follow up, pemeriksaan
48
yang komprehensif dan promosi kesehatan dengan lebih aktif,
pengadaan senam sehat dan penyuluhan pembiasaan olahraga
terutama untuk orangtua dan lansia.
5.1. Saran
Berdasarkan laporan diagnosis komunitas yang telah dibuat maka dalam
meyelesaikan masalah yang ada diharapkan:
A. Bagi Masyarakat
• Masyarakat lebih rajin dan sadar untuk cek kesehatan dan kontrol
berobat ke puskesmas.
• Masyarakat lebih antusias dengan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dari pihak tokoh masyarakat maupun dari Puskesmas. B. Bagi
Puskesmas
• Mengadakan acara kesehatan untuk menjalin silaturahmi dengan
tokoh masyarakat ataupun kader minimal setiap bulan.
• Tersedianya anggaran dengan jumlah yang cukup dan tepat waktu.
49
DAFTAR PUSTAKA
50
15. Suciono, L., Firdawati, F., Edison, E. 2019. Analisis Pelaksanaan Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) di Kota Padang
Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(3), 700-707.
16. Suhbah, W. D., Suryawati, C., Kusumastuti, W. 2019. Evaluasi Pelaksanaan
Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU
PTM) Puskesmas Sukolilo I Kabupaten Pati. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal), 7(4), 647-657.
17. Fattima, E. T., Wahyudo, R., Setiawan, G., dkk. 2016. Gambaran
Pengetahuan Lansia terhadap Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi di
Puskesmas Cipayung Kota Depok 2015. Jurnal Kedokteran Universitas
Lampung, 1(2), 220-225.
18. Keputusan Menteri Kesehatan RI. 1999. No.829/Menkes/SK/VII/1999
tentang Persyarataan Kesehatan Perumahan.
19. Mahto, D. dan Kumar, A. 2016. Application of Root Cause Analysis in
Improvement of product. Journal of Industrial Engineering and
Management. 01(02):16-53.
20. Liliana, L 2016. A new model of Ishikawa diagram for quality assessment.
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering. Col 161, No 1,
p 012099. IOP Publishing
51