Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas
Dosen Pembimbing : Leya Indah Permatasari, M. Kep., Ners
Disusun Oleh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas
pada stase keperawatan komunitas.
Laporan ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan laporan ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan laporan pendahuluan dan laporan kasus ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui, Mengetahui,
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum .......................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus ......................................................................................... 5
1.4 Manfaat
1. Manfaat Bagi Keperawatan .................................................................... 5
2. Manfaat Institusi ...................................................................................... 5
iii
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT REMAJA MAHASISWA
FIKES UMC
3.1 Pengkajian ...................................................................................................... 42
3.2 Analisa Data .................................................................................................. 51
3.3 Skoring Masalah ........................................................................................... 54
3.4 Intervensi Keperawatan Komunitas .......................................................... 54
3.5 Rencana Kegiatan ......................................................................................... 58
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kejenjang yang lebih tinggi yaitu perguruan tinggi. Mahasiswa adalah
seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan
terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu perguruan tinggi yang
terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas
(Purnomo, 2018).
Mahasiswa merupakan individu yang berada pada masa remaja akhir,
karena peralihan dari masa remaja ke masa dewasa yang masih belajar
diperguruan tinggi. Pada masa ini, dimana individu mulai tertarik dengan
masalah-masalah seksualitas (Ardi, 2017).
Remaja cenderung memilih untuk berpacaran ketika berada dibangku
perkuliahan, demikian pula dengan mahasiswa perantau. Perilaku pacaran
mahasiswa perantau dipengaruhi oleh kebebasan saat merantau. Perilaku
pacaran yang dimaksud adalah perilkau pacaran yang berisiko dan yang tidak
berisiko. Kebebasan yang dimaksud adalah kurang mendapat pengawasan
langsung dari orang tua, kebebasan dalam memilih teman dan lingkungan,
dan juga bebas menjalin hubungan asmara bersama lawan jenis. (Purnomo,
2018). Berdasarkan SDKI (2017) Distribusi (persentase) Remaja Menurut Usia
Pertama Kali Pacaran Tahun 2017, jika wanita usia 20-24 tahun memiliki pacar
pertama kali berusia 15-17 tahun (52,3%) sedangkan laki laki usia 20-24 tahun
memiliki pacar pertama kali berusia 15-17 tahun (51,5%).
Pacaran menjadi awal mula perilaku seksual (Purnomo, 2018). Pacaran dan
perilaku seksual berkaitan erat satu sama lain. Berpacaran pada usia remaja,
dikhawatirkan belum memiliki keterampilan hidup yang mumpuni sehingga
kelompok remaja memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat (Rafiyah, 2018).
Perilaku Seksual Remaja suatu kegiatan mendapat kesenangan dengan lawan
jenis yang terdiri dari berbagai bentuk antara lain berpegang tangan,
berpelukan, berciuman, meraba bagian tubuh yang sensitive, petting, oral seks,
hubungan seksual sampai dan kekerasan seksual (Ardi, 2015). Data menurut
SDKI tahun 2017 mengenai pengalaman saat pacaran didapatkan jika wanita
belum menikah usia 20-24 tahun banyak berpengalaman dengan melakukan
berpegangan tangan (81%), cium bibir (48,5%) dan berpelukan (30,5%),
sedangkan laki laki belum menikah usia 20-24 tahun banyak berpengalaman
dengan melakukan berpegangan tangan (88,8%), cium bibir (69,4%) dan
berpelukan (51,4%)
Penelitian (Purnomo, 2018) sebanyak 70 mahasiswa yang menjadi
responden dalam penelitian ini dan memiliki karakteristik sebagian besar
sedang berpacaran, karakteristik pacaran yang ditunjukkan oleh mahasiswa
yaitu karakteristik pacaran berisiko yakni berciuman, melakukan gigitan cinta
(cupang), saling meraba-raba organ sensitive pasangan, saling menggesekkan
kemaluan pada pasangan (petting), memasturbasi/dimasturbasi dan
2
melakukan hubungan seksual. Perilaku seksual remaja, terutama perilaku seks
pranikah adalah masalah serius yang merupakan factor resiko terpenting
timbulnya kecacatan dan kematian dinegara-negara miskin. Hubungan seks
pranikah pada remaja mengalami peningkatan selama abad ke-20. Seks aktif
pranikah pada remaja berisiko terhadap kehamilan remaja dan penularan
penyakit menular seksual. Secara umum, remaja laki-laki lebih banyak
menyatakan pernah melakukan seks pranikah dibandingkan perempuan.
(Kemenkes, 2017).
Pada masa ini merupakan dimana individu mulai belajar dan mempunyai
kemampuan fungsional dan kesehatan. (Kusmawardani, 2016) Mereka
mengadopsi perilaku berisiko itu melalui pergaulan yang tida sehat dan
informasi yang tidak terarah. Kemajuan atau moderenisasi ternyata
mempunyai dua sisi yang dapat merugikan. Sayangnya sangat sulit untuk
membendung informasi yang dapat merusak keperibadian remaja, misalnya
pornografi dan kehidupan seks bebas. (Hidayangsih, 2014).
Penelitian (Misrawati, 2015) menyatakan jika responden yang berisiko
terhadap perilaku seksual sering terpapar pornografi sebanyak 93,9%
dibandingkan responden yang tidak berisiko terhadap perilaku seksual (6,1%)
Pada remaja laki-laki, masa remaja merupakan saat diperolehnya kebebasan
sementara pada remaja perempuan saat dimulainya segala bentuk pembatasan.
Sehingga remaja laki-laki kadang sering mengekspresikan hal-hal yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksi dengan lebih terbuka dan berani.
Selain itu pemahaman yang keliru mengenai seksualitas pada remaja
menjadikan mereka mencoba untuk bereksperimen mengenai masalah seks
tanpa menyadari bahaya yang timbul dari perbuatannya, dan ketika
permasalahan yang ditimbulkan oleh perilaku seksnya mulai bermunculan,
remaja takut untuk mengutarakan permasalahan tersebut kepada orang tua
(Sari, 2016).
Dari segi kesehatan reproduksi, perilaku ingin mencoba dalam bidang seks
sangatlah rawan karena dapat mengakibatkan dampak buruk yang merugikan
masa depan. Akibatnya bagi remaja akan menambah risiko tertular penyakit
menular seksual seperti gonorea, sifilis, herpes simpleks, clamidia, kondiloma
akuminata dan HIV/AIDS. Remaja perempuan terancam kehamilan yang tidak
diinginkan, pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ
reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena pendarahan atau
keracunan kehamilan (Kemenkes,2018). Akibat dari perilaku berisiko pada
remaja tersebut memerlukan ketersediaan pelayanan kesehatan peduli remaja
yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja termasuk pelayanan
kesehatan untuk kesehatan reproduksi (Kemenkes, 2017).
3
Pelayanan kesehatan reproduksi remaja bertujuan untuk mencegah dan
melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko dan perilaku berisiko lainnya
yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Serta mempersiapkan
remaja untuk menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggung
jawab yang meliputi persiapan fisik, psikis, dan social untuk menikah dan
menjadi orang tua pada usia yang matang (Kemenkes, 2017). Kurangnya
pengetahuan atau mendapatkan pengetahuan hanya setengah-setengah hingga
menimbulkan persepsi yang tidak tepat dapat menimbulkan hasrat ingin
mencoba-coba, serta dapat meningkatkan perilaku seksual pada remaja
tersebut, karena remaja hanya mengetahui cara melakukan perilaku seksual
namun tidak mengetahui dampak yang akan dihasilkan. Kurangnya
pengetahuan mengakibatkan remaja tidak paham tentang pentingnya menjaga
kesehatan reproduksi mereka (Rafiyah, 2018).
Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Sehat disini
bukan semata hanya bebas penyakit atau bebas dari kecacatan, namun juga
sehat secara mental dan sosial budaya. Remaja perlu mengetahui informasi
mengenai kesehatan reproduksi yang benar. Dengan informasi yang benar,
diharapkan remaja dapat bertingkah laku dengan baik dan dapat bertanggung
jawab dengan proses reproduksi. Dalam peningkatan pengetahuan remaja
terhadappentingnya menjaga kesehatan reproduksi, maka peran perawat
sangat dibutuhkan dalam hal ini. Perawat dapat berupaya dalam pemberian
pendidikan kesehatan mengenai alat reproduksi, penyakit menular yang dapat
menyerang alat reproduksi, bahaya narkotika terhadap kesehatan, pengaruh
sosial dan budaya terhadap perilaku seksual, kekerasan seksual dan
bagaimana cara menghindarinya dan cara meningkatkan kepercayaan diri
sehingga dapat menolak hal-halyang bersifat negative.
Untuk itu, khususnya melalui pengembangan sistem komunikasi,
informasi dan edukasi pada golongan remaja maka penulis tertarik untuk
menyusun “Asuhan Keperawatan Komunitas Pendidikan Kesehatan
Menggunakan Metode Peer Education Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan
Sikap Perilaku Seksual Berisiko pada Mahasiswa Fikes Universitas
Muhammadiyah Cirebon Tahun 2021”.
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan komunitas yang komprehensif terhadap
Mahasiswa Fikes Universitas Muhammadiyah Cirebon dengan metode
Peer Education dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap mengenai
perilaku seksual berisiko.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada Mahasiswa Fikes Universitas
Muhammadiyah Cirebon dalam memiliki pengetahuan dan sikap
yang kurang terhadap perilaku seksual berisiko.
2. Menetapkan diagnose atau masalah keperawatan pada Mahasiswa
Fikes Universitas Muhammadiyah Cirebon dalam masalah memiliki
pengetahuan dan sikap yang kurang terhadap perilaku seksual
berisiko.
3. Menyusun intervensi keperawatan komunitas dengan menggunakan
Peer education terhadap pengetahuan dan sikap mengenai perilaku
seksual berisiko pada Mahasiswa Fikes Universitas Muhammadiyah
Cirebon.
4. Melakukan implementasi keperawatan komunitas dengan
menggunakan Peer education terhadap pengetahuan dan sikap
mengenai perilaku seksual berisiko pada Mahasiswa Fikes
Universitas Muhammadiyah Cirebon.
5. Melakukan evaluasi terhadap implementasi dengan menggunakan
Peer education terhadap pengetahuan dan sikap mengenai perilaku
seksual berisiko pada Mahasiswa Fikes Universitas Muhammadiyah
Cirebon.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Ciri-Ciri Remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang
kehidupan, pada periode masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Menurut Putro
(2017) menyebutkan ciri-ciri remaja yaitu:
1) Masa remaja sebagai periode yang penting
Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka
panjang tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat disertai
dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa awal
remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian
mental serta perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat baru.
2) Masa remaja sebagai periode peralihan
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan
terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada fase ini,
remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang dewasa. Jika
remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak
sesuai dengan umurnya. Jika remaja berusaha berperilaku sebagaimana
7
orang dewasa, remaja seringkali dituduh terlalu besar ukurannya dan
dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain
pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena
status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling
sesuai bagi dirinya.
3) Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika
perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga
berlangsung pesat. Ketika perubahan fisik menurun, maka perubahan
sikap dan perilaku juga menurun.
4) Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri,
namun masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi
baik oleh remaja laki-laki maupun remaja perempuan. Ketidak
mampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara
yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa
penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap
kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan.
Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas
lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal,
seperti sebelumnya. Status remaja yang mendua ini menimbulkan suatu
dilema yang menyebabkan remaja mengalami “krisis identitas” atau
masalah-masalah identitas-ego pada remaja.
Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai
individu adalah dengan menggunakan simbol status dalam bentuk
mobil, pakaian dan pemilikan barang-barang lain yang mudah terlihat.
Dengan cara ini, remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan agar
dipandang sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia
mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya.
6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya
sendiri yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku
merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan
mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan
bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
8
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic
Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata
berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih
dalam hal harapan dan cita-cita. Harapan dan cita-cita yang tidak
realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga
dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang
merupakan ciri dari awal masa remaja. Remaja akan sakit hati dan
kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau jika ia tidak berhasil
mencapai tujuan yang telah ditetapkannya sendiri.
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi
gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk
memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian
dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belum cukup. Oleh karena
itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan
dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan terlarang, dan terlibat dalam perbuatan seks
bebas yang cukup meresahkan. Mereka menganggap bahwa perilaku
yang seperti ini akan memberikan citra yang sesuai dengan yang
diharapkan mereka.
9
8) Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang
diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat
9) Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial harus dapat
dipertanggungjawabkan
10) Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakan-
tindakannya dan sebagai pandangan hidup.
Terjadi perubahan besar sehubungan dengan perkembangan seksualitas
remaja, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi
dewasa. Tugas-tugas yang sehubungan dengan perkembangan seksualitas
remaja, yaitu:
1) Memiliki pengetahuan yang benar tentang seks dan berbagai peran
jenis kelamin yang dapat diterima masyarakat
2) Mengembangkan sikap yang benar tentang seks
3) Mengenali pola-pola perilaku hetero seksual yang dapat diterima
masyarakat
4) Menetapkan nilai-nilai yang harus diperjuangkan dalam memilih
pasangan hidup
5) Mempelajari cara-cara mengekspresikan cinta.
10
kulit akan lebih tebal dan kasar serta munculnya pori-pori yang
membesar beserta semakin aktifnya kelenjar lemak dan kelenjar
keringat. Suara laki-laki akan lebih serak dan volume yang
meningkat, berbeda dengan suara perempuan yang menjadi lebih
merdu.
Perempuan juga akan mengalami perubahan fisik yang spesifik,
yaitu pinggul lebih berkembang dikarenakan membesarnya tulang
pinggul dan berkembangnya kelenjar lemak di bawah kulit. Serta
membesarnya payudara dan puting susu yang menonjol, hal ini
disebabkan oleh berkembangnya kelenjar susu.
2) Perubahan Psikologis Pada Remaja
Remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri (self-
awareness). Remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang
direfleksikan (self-image). Para remaja juga sering menganggap diri serba
mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat
dari perbuatan mereka. Perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan psikologis remaja:
a. Perubahan Emosi
Perubahan tersebut berupa kondisi:
- Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan
sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Hal-hal tersebut
sering terjadi pada remaja perempuan khususnya sebelum masa
menstruasi.
- Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau
rangsangan luar yang mempengaruhinya. Hal ini menyebabkan
terjadinya perkelahian, suka mencari perhatian, dan bertindak
tanpa berpikir terlebih dahulu.
- Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua dan lebih sering
pergi bersama temannya daripada berada di rumah.
b. Perkembangan Intelegensia
Pada perkembangan ini menyebabkan remaja:
- Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka
memberikan kritik.
- Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul
perilaku ingin mencoba-coba.
3) Dampak Perubahan Pada Remaja
Terjadinya perubahan dan perkembangan pada remaja juga
mempengaruhi sikap dan perilaku remaja. Namun ada beberapa yang
menyatakan bahwa perubahan dalam sikap dan perilaku yang terjadi
kebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat dari
11
perubahan kelenjar yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh.
Semakin sedikit simpati dan pengertian yang diterima oleh remaja dari
orang tua, kakak-adik, guru-guru, dan teman-teman, serta semakin
besar harapan-harapan sosial pada periode ini, semakin besar akibat
psikologis dari perubahanperubahan fisik.
Pada umumnya pengaruh perubahan remaja lebih banyak terjadi
pada perempuan daripada laki-laki, sebagian besar hal ini disebabkan
oleh periode kematangan reproduksi perempuan lebih awal dari laki-
laki, namun sebagian lainnya disebabkan oleh hambatan-hambatan
sosial mulai ditekankan pada perilaku remaja perempuan justru pada
saat remaja perempuan mencoba membebaskan diri dari berbagai
batasan. Dinyatakan oleh More, bahwa remaja laki-laki lebih memiliki
kesempatan yang banyak untuk menyesuaikan dirinya dalam kejadian
perubahan pada remaja ini dibandingkan dengan remaja perempuan
diakibatkan kepesatan perkembangan yang terjadi pada remaja
perempuan, walaupun rangsangan yang ditimbulkan sama kuatnya
bahkan lebih kuat bagi pria. Karena mencapai kematangan lebih awal,
remaja perempuan akan menunjukkan tanda-tanda perilaku yang
mengganggu, namun remaja perempuan lebih cepat stabil daripada
remaja laki-laki.
Kematangan lebih awal pada remaja perempuan ini dapat
mengakibatkan remaja perempuan berperilaku lebih dewasa dan lebih
berpengalaman, namun penampilan dan tindakannya dapat
menimbulkan reputasi “kegenitan seksual”, hal ini dapat menyebabkan
ia mengalami salah langkah bersama temantemannya dibandingkan
remaja laki-laki yang matang lebih awal. Keprihatinan juga dialami oleh
remaja perempuan seiring perubahan fisiknya dengan gambaran
penampilan diri yang ideal sehingga remaja tidak jarang
mempertimbangkan realitas bawaan fisik seseorang dengan gambaran
ideal.
Keprihatinan umum lainnya yang dialami pada remaja yaitu
ketegangan dan ketidaknyamanan karena berkembangnya organorgan
seks sering menyebabkan remaja untuk memeganginya. Sebagian besar
remaja diberitahu bahwa perbuatan masturbasi merupakan perbuatan
yang salah, dan remaja akan merasa malu dan bersalah bila
melakukannya.
4) Prilaku Seksual Beresiko
Sebagian besar remaja ingin diterima dalam suatu kelompok. Mereka
menghargai opini dan gaya teman-teman mereka dan sebaliknya ingin
diterima serta dihargai oleh teman sekelompoknya. Hal ini dapat
12
membuat mereka merasa tertekan hingga berperilaku dengan cara
tertentu untuk menyesuaikan diri dengan standar kelompok. Pada
tingkat tertentu, tekanan ini tidak lebih dari sekedar mengenakan
busana atau mengikuti gaya rambut tertentu, tetapi pada tingkatan yang
lain tersebut dapat memaksa mereka terlibat kegiatan yang berbahaya
dan/atau yang melanggar hukum, antara lain merokok, diet yang
berlebihan, konsumsi alkohol, penyalahgunaan narkotika, seks bebas.
Seks pranikah, salah satu perilaku remaja yang dapat menimbulkan
masalah pada kesehatan reproduksinya adalah perilaku hubungan
seksual pranikah.3 Hubungan seksual pranikah (premarital sex) adalah
kontak seksual yang dilakukan remaja dengan lawan jenis atau teman
sesame jenis tanpa ikatan pernikahan yang sah.3 Perilaku hubungan
seksual pranikah dapat menyebabkan berbagai masalah bagi kesehatan,
social, dan ekonomi bagi remaja itu sendiri maupun keluarganya.
13
reproduksi remaja, pencegahan dan penanganan komplikasi aborsi,
pencegahan dan penanganan in fertilitas, kesehatan reproduksi usia lanjut,
deteksi dini kanker saluran reproduksi serta kesehatan reproduksi lainnya
seperti kekerasan seksual, sunat perempuan dan sebagainya.
Kesehatan reproduksi menurut Depkes RI adalah suatu keadaan sehat,
secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kedudukan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi, dan pemikiran
kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit,
melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang aman
dan memuaskan sebelum dan sudah menikah (Nugroho, 2018).
Guna mencapai kesejahteraan yang berhubungan dengan fungsi dan
proses sistem reproduksi, maka setiap orang (khususnya remaja) perlu
mengenal dan memahami tentang hak-hak reproduksi berikut ini :
1) Hak untuk hidup
2) Hak mendapatkan kebebasan dan keamanan
3) Hak atas kesetaraan dan terbebas dari segala bentuk diskriminasi
4) Hak privasi
5) Hak kebebasan berpikir
6) Hak atas informasi dan edukasi
7) Hak memilih untuk menikah atau tidak, serta untuk membentuk dan
merencanakan sebuah keluarga
8) Hak untuk memutuskan apakah ingin dan kapan mempunyai anak
9) Hak atas pelayanan dan proteksi kesehatan
10) Hak untuk menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
11) Hak atas kebebasa berserikat dan berpartisipasi dalam arena politik
12) Hak untuk terbebas dari kesakitan dan kesalahan pengobatan
(Kemenkes RI, 2017).
2. Organ Reproduksi
Kata reproduksi tersusun dari dua kata yakni kata rebermaknakembali dan
kata produksibermakana perangkat / alat yang digunakan untuk membuat
generasi / keturunan (Yuntaq, 2019).
1. Organ Reproduksi Wanita
1) Organ reproduksi Eksternal Wanita
a. Mons veneris
Mons venerisatau mons pubis adalah bagian menonjol di atas
simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutupi oleh
rambut kemalauan. Pada perempuan umumnya batas atas
rambutmelintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke
bawah sampai ke sekitar anus dan paha.
14
b. Klitoris
Klitoris berukuran kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup
olehpreputiumklitoridisdan terdiri atas glands klitoridis, korpus
klitoridisdan dua kurva yang menggantungkan klitoridiske
tulangpubis. Glands klitoridisterdiri atas jaringan yang dapat
mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat sensitif
sehingga sangat sensitif pada saat hubungan seks.
c. Labia mayora (bibir besar)
Berasal dari mons veneris bentuknya lonjongmenjurus ke bawah
dan bersatu di bagian bawah. Labia mayora (bibir-bibir besar)
terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah,
terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons
veneris. Labia mayorajuga menjurus ke bawah dan ke belakang
pada kedua labia mayora bertemu dan membentuk kommisura
posterior(labia mayora analog dengan skrotum pada pria)
ligamentum rotundum berakhir di atas labia mayora. Setelah
wanitamelahirkan beberapa kali, labia mayora menjadi kurang
menonjol dan pada usia lanjut mulai mengeriput. Labia mayora
terdapat massa lemak yang mendapatkan pasokan dari pleksus
vena yang apabila terjadi cedera dapat pecah dan menimbulkan
hematoma.
d. Labia minora (bibir kecil)
Labia minora (bibir-bibir kecil atau Nymphae) adalah suatu
lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Labia
minorayang menjurus ke depan terdapat kedua bibir kecil
bertemu yang di atas. Klitoris membentuk preputium klitoridis.
Ke belakang kedua bibir kecil jugabersatu dan membentukFossa
navilulare. Fossa naviluare ini pada perempuan yang belum
pernah bersalin tampak utuh, cekung seperti perahu. Pada
perempuan yang pernah melahirkanterlihat lebihtebal dan tidak
rata. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak
glandula sebasea (kalenjar-kalenjar lemak) dan juga ujung-ujung
saraf yang meneyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan
ikatyangmengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot
polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat mengembang.
Berfungsi untukmenutupi organgenetalia yang ada di dalamnya
sertamerupakan daerah erotik yang mengandung pembuluh
darah dan syaraf.
e. Vestibulum
Vestibulumberbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan
ke belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri
oleh labiaminora dan di belakang oleh perinium (fourchette).
Embriologik sesuai dengansinus urogenitalis. Terdapat 6 lubang/
15
orifisium, yaitu orifisium urethraeeksternum, introitus vagina,
duktus glandulae bartholinidekstradan sinistradan duktus scene
dekstra–sinistra.Kurang lebih 1-1,5 cm di bawah klitoris di
temukan orifisium uretra eksternum(lubang kemih) berbentuk
membujur 4 -5 mm dan tidak jarang sukar di temukan oleh
karena tertutup oleh lipatan-lipatan selaput vagina. Tidak jauh
dari lubang kemih, di kiri dan di kanan bawahnya, dapat dilihat
dua ostia scene. Saluran scene (duktus parauretral)analog dengan
kalenjar prostat pada laki-laki. Di kiri dan di kanan dekat fossa
navikulareterdapat kalenjar bartolini. Kalenjar ini berukuran
diameter lebihkurang 1 cm, terletak di bawah otot konstriktor
kunni dan mempunyai saluran kecil panjang 1,5 –2 cm yang
bermuara di vestibulum, tidak jauh dari fossa navikulare. Pada
koitus kalenjar bartholin mengeluarkan getah. Berfungsi
untukmengeluarkan cairan apabila ada rangsangan seksual
yangberguna untuk melumasi vagina pada saat bersenggama.
f. Hymen (Selaput Darah)
Himen ini mempunyai bentuk yang berbeda-beda dari yang
semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang-lubang atau
bersekat (septum). Konsistensinya pun berbeda-beda, dari yang
kaku sampai yang lunak sekali. Hiatus seminalis (lubang selaput
dara) berukuran dari yang seujung jari sampai yang mudah di
lalui oleh dua jari. Umumnya himen robek pada koitus dan
robekan ini terjadi pada tempat jam 5 atau jam 7 dan robekan
sampai mencapai dasar selaput dara itu. Pada beberapa kasus
himen tidak mengalami laserasi senggama telah berulang kali
telah dilakukan. Sesudah persalinan himen robek di beberapa
tempat dan yang dapat dilihat adalah sisa-sisanya (karunkula
himenalis). Menurut Frank H. Netter, MD dokter yang pernah
menulis buku berjudul The Human Sexualityada beberapa
macam bentuk selaput darah :
Annular hymen, selaput melingkari lubang vagina
Septate hymen, selaput yang ditandai dengan beberapa lubang
yang terbuka
Cibriform hymen, selaput yang ditandai beberapa lubang
terbuka tetapi lebih kecil dan jumlahnya lebih banyak
Introitus, pada perempuan yang sangat berpengalaman dalam
berhubungan seks. Bisa saja lubang selaputnya membesar,
namunmasih menyisakan jaringan selaput darah.
g. Perinium
Perinium terletak antar vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4
cm. Jaringan yang mendukung perinium terutama diafragma
pelvis dan diafragma urogenitalis. Difragma pelvis terdiri ats
otot-otot levatorani dan otot koksigis posterior serta fasia yang
16
menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak
eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara
tuber isciadikadan simphisis pubis. Diafragma urogenitalis
meliputi muskulus tranversus perinei profunda, otot konstriktor
uretra dan internal maupun eksternal yang menutupinya.
Perinium mendapat pasokan darah terutama dari arteria
pudenda interna dan cabang-cabangnya. Persarafan perinium
terutama oleh nervus pudendus dan cabang-cabangnya. Oleh
sebab itu, dalam menjahit robekan perinium dapat dilakukan
anastesi blok pudendus. Otot levator ani kiri dan kananbertemu
di tengah-tengah di antara anus dan vagina yang di perkuat oleh
tendon sentral perineum. Ditempat ini bertemu otot-otot
bulbokavernosus, muskulus tranversus perinei superfisialis, dan
sfingter ani eksternal. Struktur ini membentuk perineal body
yang memberikan dukungan bagi perinium. Dalam persalinan
sering menglami laserasi, kecuali dilakukan episiotomi yang
adekuat.
2) Organ Reproduksi Internal Wanita
a. Vagina
Vagina (liang kemaluan/liang senggama) merupakan suatu
penghubung antara introitus vagina dan uterus. Arahnya sejajar
dengan arah dari pinggir atas simfisis ke promontorium. Arah ini
penting diketahui pada waktu memasukkan jari ke dalam vagina
saat melakukan pemeriksaan ginekologik. Dinding depan dan
belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing
panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina
sebelah dalam yang berlipat –lipat disebut rugae. Di tengahnya
ada bagianyang lebih keras, disebut kolumna rugarum. Lipatan-
lipatan ini memungkinkan vagina dalam persalinan melebar
sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak jalan lahir. Epitel
vagina terdiri atas epitel gepeng tidak bertanduk, dibawahnya
terdapat jaringan ikat yang mengandung banyak pembuluh
darah. Pada kehamilan terdapat hipervaskularisasi lapisan
jaringan tersebut, sehingga dinding vagina kelihatan kebiru-
biruan yang disebut livide. Dibawah jaringan ikat terdapat otot-
otot dengan susunan yang sesuai dengansusunan otot-otot usus.
Bagian dalamnya terdiri atas musculus sirkularis dan bagian
luarnya musculus longitudinalis. Bagian atas vagina berasal dari
duktus mulleri, sedangkan bagian bawahnya di bentuk oleh sinus
urogenitalis. Di sebelah depan, dinding vagina berhubungan
dengan uretra dan kandung kemih yang dipisahkan oleh jaringan
ikat yang disebut septum vesikovaginalis. Di sebelah belakang
antara dinding vagina bagian bawah dan rektum terdapat
17
jaringan ikat disebut septum rektovaginalis. Seperempat bagian
atas dinding vagina belakang terpisah dari rektum oleh kantong
rektouterina disebut kavum douglasi. Dinding kanan dan kiri
vagina berhubungan dengan muskulus levator ani. Dipuncak
vagina dipisahkan oleh serviks, terbentuk formiks anterior,
posterior, dan lateralis kiri dan kanan. Oleh karena puncak
bagian belakang terletak lebih tinggi daripada bagian depan,
maka formiks anterior lebih dalam daripada posterior. Formiks
memiliki arti klinik organ internal pelvis dapat dipalpasi melalui
dinding formiks yang tipis. Selain itu, formiks posterior dapat
digunakan sebagai akses bedah untuk masuk ke dalam rongga
peritonium.Vagina mendapat suplai darah dari :
Arteria uterina, yang melalui cabangnya ke serviks dan
vagina bagian atas 1/3 atas
Arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya
memberikan darahke vagina bagian 1/3 tengah
Arteri hemoroidalis mediana dan arteria pudendus interna,
yang memberikan darah ke vagina bagian 1/3 bawah. Darah
kembali melalui pleksus vena yang ada, antara lain pleksus
pampini formis ke vena hipogastrika dan vena iliaka ke atas
Getah bening (limfe) yang berasal dari 2/3 bagian atas vagina
akan melalui kalenjar getah bening di daerah vasa iliaka,
sedangkan getah bening yang berasaldari 1/3 bagian bawah
akan melalui kalenjar getah bening di regio inguinalis.
Berfungsi sebagai jalan lahir bagian lunak, sebagai sarana
hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lendir dan
darah menstruasi.
b. Cervix (Leher Rahim)
Bagian bawah rahimbagian luar ditetapkan sebagai batas penis
waktu masuk ke dalam vagina. Pada saat persalinan tiba, leher
rahim membuka sehingga bayi dapat keluar.
c. Uterus (Rahim)
Uterus adalah organ yang tebal, berotot berbentuk buah pir,
terletak di dalam pelvis antara rektum di belakang dan kandung
kemih di depan, ototnya disebut miometrium. Uterusterapung di
dalam pelvis dengan jaringan ikat dan ligamen. Panjang uterus ±
71/2cm, lebar 5cm,tebal 2,5 cm,tebal dinding 1,25 dengan berat 50
gr. Pada rahim wanita dewasa yang belum bersalin panjang
uterus adalah 5-8 cm dan beratnya 30-60 gr. Letak uterus dalam
keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke
depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). Bagian-
bagian dari rahim (uterus) yaitu servik uteri, korpus uteri, fundus
uteri. Secara histologist uterus dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
18
endometriumyaitu lapisan uterus yang paling dalam yang tiap
bulanlepas sebagai darah menstruasi, miometrium yaitu
lapisantengah, lapisan tengah ini terdiri dari otot polos,
danperimetrium merupakan lapisan luar yang terdiri dari
jaringan ikat. Fungsi rahim adalah tempat bersarangnya atau
tumbuhnya janin di dalam rahim, janin makan melalui plasenta
yang melekat pada dinding rahim, tempat pembuatan hormon
misal HCG (Human Chorionic Gonadotropin).
d. Tuba Fallopi
Tuba fallopiberasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah
lateral, dengan panjang sekitar 12 cm.Saluran ini bukan
merupakan saluran lurus, tetapi mempunyai bagian yang lebar
sehingga membedakanya menjadi empat bagian. Di ujungnya
terbuka dan mempunyai fimbriae, sehingga dapat menangkap
ovum saat menjadi pelepasan ovum (telur). Saluran telur ini
merupakan saluran hasil konsepsi menuju rahim. Berfungsi
sebagai saluran yang membawa ovum yang dilepaskan ovarium
ke dalam uterus, tempat terjadinya fertilisasi, fimbria
mengangkat ovum yang keluar dariovarium.
e. Indung Telur (Ovarium)
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan
dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian belakang
ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang
lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-
kira4cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5cm. Bentuknya bulat telur,
beratnya 5-6 gr. Bagian dalam ovarium disebut medula ovari
dibuat dari jaringan ikat. Jaringan yang banyak mengandung
pembuluh darah dan serabut kapiler saraf. Kalenjar ovarika
terdapat pada wanita terletak, pada ovarium disamping kiri dan
kanan uterus, menghasilkan hormon progesteron dan estrogen.
Hormon ini dapat mempengaruhi kerja menentukan sifat-sifat
kewanitaan. Misalnya panggul yang besar, panggul sempit dan
lain-lain. Struktur ovarium terdiri atas :
Korteks, bagian luar yang diliputi oleh epitalium
germinativum berbentuk kubik dan di dalamnya terdiri atas
stroma serta folikel-folikel primordial.
Medulla, bagian di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya
stroma dengan pembuluh-pembuluh darah, serabut-serabut
saraf dan sedikit otot polos.
Saat lahir bayi wanita mempunyai sel telur 750.000, umur 6-15
tahun sebanyak 439.000, umur16-25 tahun sebanyak 169.000,
umur 26-35 tahun sebanyak 59.000, umur 35-45 tahun sebanyak
34.000, danmasa menopause semua telur menghilang. Berfungsi
19
memproduksi ovum (sel telur), sebagai organ yang menghasilkan
hormon (estrogendan progesteron).Pada wanita diperkirakan
jumlah folikelnya adalah 100.000 folikel primer. Setiap bulan
sebuah folikel kadang-kadang berkembang dan ovum dilepaskan
yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel de graaf.
Folikel de graaf yang matang terdiri atas:
Ovum, yakni suatu sel besar dengan diameter 0,1 mm yang
mempunyai nukleus deengan anyaman kromatin yang jelas
sekali dan satu nukleolus pula.
Stratum granulosum, yang terdiri atas sel-sel granulosa; yaknio
sel-sel bulat kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaandan
mengelilingi ovum; pada perkembangan lebih lanjut di
tengahnya terdapat suatu rongga terisi likuor follikuli.
Teka interna, suatu lapisan yang melingkari stratum
granulosum dengan sel-sel lebih kecil daripada sel granulose
Teka eksterna, di luar teka interna yang terbentuk oleh stroma
ovarium yang terdesak.
Menstruasi adalah perdarahan dariuterusyang keluar melalui
vagina selama 5-7 hari, dan terjadi setiap 22 atau 35 hari. Yang
merangsang menimbulkan menstruasi adalah hormon FSHdan
LH, prolaktindari daerah otak dan hormon estrogenserta
progesterondari sel telur yang dalam keseimbanganya
menyebabkan selaput lendir rahim tumbuh dan apabila sudah
ovulasi terjadi dan sel telur tidak dibuahi hormon estrogendan
progesteronmelebur dan terjadilah pelepasan selaput lendir
dengan perdarahan yang disebutmenstruasi (Proverawati, 2018).
Pada ovulasi folikel yang matang yang mendekati permukaan
ovarium pecah dan melepaskan ovum ke rongga perut. Sel-sel
granulosa yang melekat pada ovum dan yang membentuk korona
radiata bersama-sama ovum dilepas, ovum mulai mengalami
pematangan dalam 2 tahap sebagai persiapan untuk dibuahi.
Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai
berproliferasi dan masuk keruangan bekas tempat ovum dan
likuor follikuli. Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh-
pembuluh darah kecil yang ada di situ. Biasanya timbul
pendarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel bewarna
merah dan diberi nama korpus rubrum. Di dalam sel-selnya
timbul pigmen kuning dan korpus rubrum menjadi korpus
luteum. Sel-sel yang membesar dengan mengandung lutein
dengan banyak kapilar dan jaringa ikat di antaranya. Di tengah-
tengah masih terdapat bekas pendarahan. Jika tidak ada
pembuahan ovum, sel-sel besar serta mengandung lutein
mengecil dan menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya
20
bertambah. Korpus luteum lambat laun menjadi korpus albikans.
Jika pembuahan terjadi, korpus luteum tetap ada, malahan
menjadi lebih besar, sehingga mempunyai diameter 2,5 cm pada
kehamilan 4 bulan. Namunapabila tidak terjadi pembuahan maka
korpus luteum bertahan hanya selama 12-14 hari tepat sebelum
masa menstruasi berikutnya korpus atrium menjadi atropi. Siklus
menstruasi adalah perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan
uterus dimana masa menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari,
selama masa ini epitelium permukaan dinding uterus terlepas
dan terjadi sedikit pendarahan.
f. Parametrium (penyangga rahim)
Merupakan lipatan peritonium dengan berbagai penebalan, yang
menghubungkan rahim dengan tulang panggul. Lipatan atasnya
terdapat tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur.
Bagian ini sensitive terhadap infeksi sehingga mengganggu
fungsinya. Berfungsi untuk mengikat atau menahan organ-organ
reproduksi wanita agar terfiksasi dengan baik pada tempatnya,
tidak bergerak dan berhubungan dengan organ sekitarnya.
21
4) Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran yang berjalan dari bagian bawah
sekaligus sebagai lanjutan saluran epididimis. Masuk ke kanalis
inguinalis kemudian berjalan ke rongga perut melewati atas
kandung kemih akhirnya bergabung dengan vesika seminalis
danselanjutnya membentuk ejakulatorius dan bermuara di prostat.
Vas deferens memiliki panjang sekitar 4,5 cm dengan diameter
sekitar 2,5 mm. Berfungsi sebagai saluran yang menyalurkan
spermadari testis menuju prostat.
5) Epidydimis
Epididimis adalah organ kecil yang terletak dibekang testis serta
terkait padanya berbentuk saluran halus yang memiiki panjangnya
+6 cm. Saluran -saluran yang lebih besar dan berkelok -kelok ini
yang membentuk bangunan seperti topi.Sperma yang dihasilkan
oleh testiskecil akan berkumpul di epidydimis. Fungsinya sebagai
saluran penghantar dan mengatur sperma dari tesis masuk ke vas
deferenssebelun ejakulasi dan memproduksi semen.
6) Testis (pelir)
Berjumlah dua buah untuk memperoduksi spermasetiap hari dengan
bantuan testoteron, testisberada didalam scrotum, diluar rongga
panggul karena pertumbuhan spermamembutuhkan suhu yang lebih
rendah dari pada suhu tubuh. Spermayaitu sel yang berbentuk
seperti berudu berekor hasil dari testisyang dikeluarkan saat
ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu dengan sel telur
yang matang akan terjadi pembuahan.
7) Scrotum
Skrotum (kantung pelir) merupakan kantung yang di dalamnya
berisi testis. Skrotum berjumlah sepasang, yaitu skrotum kanan dan
skrotum kiri. Di antara skrotum kanan dan skrotum kiri dibatasi oleh
sekat yang berupa jaringan ikat dan otot polos (otot dartos). Otot
dartos berfungsi untuk menggerakan skrotum sehingga dapat
mengerut dan mengendur. Di dalam skrotum juga tedapat serat-
serat otot yang berasal dari penerusan otot lurik dinding perut yang
disebut otot kremaster. Otot ini bertindak sebagai pengatur suhu
lingkungan testis agar kondisinya stabil. Proses pembentukan
sperma (spermatogenesis) membutuhkan suhu yang stabil, yaitu
beberapa derajat lebih rendah daripada suhu tubuh.
8) Kelenjar prostat
Kelenjar prostat melingkari bagian atas uretra dan terletak di bagian
bawah kantung kemih. Merupakan pembentukan cairan yang akan
bersama sama keluar saat ejakulasi dalam hubungan seksual.
Kelenjar ini berada dibagian dalam dan berfungsi membentuk cairan
pendukung sperma.
22
9) Vesikula seminalis
Vesikula seminalisatau kantung semen (kantung mani) merupakan
kelenjar berlekuk-lekuk yang terletak di belakang kantung kemih.
Dinding vesikula seminalis menghasilkan zat makanan yang
merupakan sumber makanan bagi sperma. Fungsinya hampir sama
dengan kelenjar prostat.
10) Kandung Kencing
Tempat penampungan sementara air yang berasal dari ginjal (berupa
air seni).
23
3) Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja,
depresi karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga
wanita terhadap pria yang memberi kebebasan secara materi).
4) Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca
penyakit menular seksual).
24
yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan yang lama dan macet,
perdarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan yang berhubungan
dengan kehamilan juga sering terjadi pada remaja yang sedang hamil
misalnya, hipertensi dan anemia yang berdampak buruk pada
kesehatan tubuhnya secara umum. Kehamilan yang tidak diinginkan
pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi. Banyak surveiyang telah
dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa hampir 60%
kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan
yang tidak diinginkan atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang
disengaja seringkali beresiko lebih besar pada remaja putri
dibandingkan pada mereka yang lebih tua. Banyak studi yang telah
dilakukan juga menunjukkan bahwa kematian dan kesakitan sering
terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak aman. Komplikasi dari
aborsi yang tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan dalam
buku Facts of Life yaitu :
a. Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
b. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
d. Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
e. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
f. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen
pada wanita).
g. Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
h. Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
i. Kanker hati (Liver Cancer).
j. Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat
pada saat kehamilan berikutnya.
k. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy).
l. Infeksirongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).Selain itu aborsi juga
dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu adanya
rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian
seperti berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan
dapat menyebabkan perilaku pencobaan bunuh diri.
4) Penyalahgunaan Narkoba
Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi
seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke
25
dalam tubuh manusia baik dengancara dimakan, diminum, dihirup,
suntik, intravena, dan lain sebagainya (Kurniawan, 2018).Narkoba
dibagi dalam 3 jenis :
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, atau ketagihan yang sangat berat
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2017)
Jenis narkotika di bagiatas 3 golongan :
1. Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya,
daya adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantunggan. Tidak
dapat digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk
penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, morphine,
putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.
2. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memilki daya
adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian.
Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol.
3. Narkotika golonganIII adalah narkotika yang memiliki daya
adiktif ringan, tetapi dapat bermanfaat untuk pengobatan dan
penelitian. Contoh : codein dan turunannya (Martono, 2018).
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamimaupun sintetis, bukan
narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan prilaku, digunakan untuk mengobati gangguan
jiwa (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2017).
Jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan :
1. Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat
kuat untuk menyebabkan ketergantungan, belum diketahui
manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya
seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk
tablet atau kapsul), sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat
menthaphetamin).
2. Golongan II adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat
untuk menyebabkan Sindroma ketergantungan serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : ampetamin dan
metapetamin.
26
3. Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiktif yang
sedang berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh:
lumubal, fleenitrazepam.
4. Golongan IV adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: nitrazepam,
diazepam (Martono, 2018).
c. Zat Adiktif Lainnya
Zat adiktif lainnya adalah zat –zat selain narkotika dan psikotropika
yang dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakainya,
diantaranya adalah :
1. Rokok
2. Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan
3. Thinerdan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan
aseton, cat, bensin yang bila dihirup akan dapat memabukkan
5) Media massa
Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang
cukup berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan
khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel
yang dibuat dalam media massa, remaja akan mengetahui hal-hal yang
harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga kesehatan reproduksinya.
6) Akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi
Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan
preventif dan tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di
puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan tempat-tempat lain yang
memungkinkan. Dengan akses yang mudah terhadap pelayanan
kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang kesehatannya
khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasiyang
benar tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan
tindakan pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan
masalah-masalah yang berhubungan dengan organ reproduksinya
seperti penyakit menular seksual.
7) Hubungan harmonis dengan keluarga
Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh
dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua
orangtuanya tentang masalah keremajaan yang dialaminya. Keluarga
merupakan tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang anak
sebelum ia mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga dapat
memperoleh informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang
perilaku yang benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan.
Di dalam keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu
dilakukan dan yang harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan
27
informasi awal tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang
remaja.
8) Penyakit Infeksi Menular Seksual
Infeksi menular seksualadalah infeksi yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual. Hal ini lebih beresiko bila melakukan
hubungan seksual dengan berganti –ganti pasangan.
a. Bahaya infeksi menular seksual
1. Kemandulan pada pria dan wanita
2. Kematian
3. Kanker serviks
4. Keguguran
5. Infeksi menular seksual menular pada bayi yang dikandung
6. Memudahkan penularan HIV
b. Jenis –jenis infeksi menular seksual
1. Gonore (kencing nanah)
2. Sifilis (raja singa)
3. Herpes genetalis
4. Trikomonas vaginalis
5. Chancroid / sancroid (ulkus molle/ koreng)
6. Candiloma acuminate (jengger ayam)
7. Candidiasis (jamur)
8. Kutu pubis (kutu kelamin)
9. Hepatitis B
10. HIV / AIDS
c. Cara penjegahan infeksi menular seksual
1. Abstinence: tidak melakukan hubungan seksual sebelum nikah
2. Be faithfull: melakukan hubungan seks pada pasangan yang sah
saja atau pada pasangan suami istri
3. Condom : menggunakan kondom seandainya salah satu dari
pasangan mengidap infeksi menular seksual(khusus pada
pasangan suami istri)
4. Drugs: tidak menggunakan atau mengkonsumsi narkoba
5. Equipment: jangan menggunakan peralatan yang tidak steril dan
bergantian (jarum suntik, pisau cukur, jarum tatto, tindik telinga)
d. Pengobatan
Infeksi menular seksual disebabkan oleh bakteri yang dapat
disembuhkan. Sedangkan yang disebabkan oleh virus tidak dapat
disembuhkan.
28
mengandung banyak zat besi (bayam, hati, buah-buahan, dan lain lain)
karena selama masa haid perempuan dapat mengalami anemia atau
kekurangan zat besi dalam darah. Berikut cara-cara memelihara / merawat
kesehatan organ reproduksi kebersihan:
1) Wanita
a. Selama haid, menggunakan pembalut wanita untuk menampung
darah haid. Pembalut dapat dibeli di took ataupun dibuat dengan
kain bersih.
b. Mengganti pembalut empat jam sekali, atau lebih sering selama masa
haid.
c. Setiap kali buang air, siramlah (basuh) alat kelamin dengan air yang
bersih atau pengganti air (tissue).
d. Setelah buang air besar, bersihkan alat kelamin dari depan ke
belakang, bukan sebaliknya, agar sisa kotoran tidak masuk ke alat
kelamin.
e. Jangan sering menggunakan antiseptic / cairan pembunuh kuman
untuk mencuci alat kelamin, khususnya vagina, karena akan
mematikan mikroorganisma yang secara alami dapat melindungi
vagina.
f. Jangan memakai celana dalam yang terlalu ketat.
g. Mengganti celana dalam dua kali sehari.
h. Gunakan celana dalam yang menyerap keringat.
2) Laki-Laki
a. Mandi secara teratur dua kali sehari.
b. Mengganti celana dalam dua kali sehari dan gunakan celana dalam
yang menyerap keringat.
c. Membersihkan anus dan penis dengan air bersih setiap kali buang
air besar maupun kecil.
d. Sunat dapat mencegah penumpukan kotoran (smegma) di penis.
e. Bagi yang belum disunat, kulit penutup penis ditarik kebelakang
agar bagian dalam penis dapat dicuci dengan air bersih setiap kali
mandi.
f. Tidak menggunakan celana dalam yang ketat, celana ketat dapat
mengganggu stabilitas suhu testis di dalam buah zakar.
29
seperti organisasi-organisasi non pemerintah (NGO), dan juga pemerintah
sendiri (khususnya Departemen Pendidikan Nasional), untuk memasukkan
seksualitas dalam mata pelajaran Pendidikan Reproduksi Remaja, namun
hal ini belum sepenuhnya mampu mengatasi problem riil yang dihadapi
remaja. Faktanya, masalah terkait seksualitas dan kesehatan reproduksi
masih banyak dihadapi oleh remaja. Masalah-masalah tersebut antara lain :
1. Pemerkosaan
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya
tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja
perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena
dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.
2. Free Sex
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang
bergantiganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun)
secara medis selain dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi
menular seksual dan virus HIV, juga dapat merangsang tumbuhnya sel
kanker pada rahim remaja perempuan. Sebab, pada usia remaja
perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan aktif pada sel
dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya juga dibarengi
dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan remaja.
Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang dihadapi
remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
3. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Hubungan seks pranikah dikalangan remaja didasari pula oleh mitos
seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan seksual
dengan pacar merupakan bukti cinta. Atau, mitos bahwa berhubungan
seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan. Padahal
hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan
kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa subur.
4. Aborsi
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan
sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait kehamilan tidak
diinginkan biasanya tergolong dalam kategori abortus provokatus, atau
pengguguran kandungan yang sengaja dilakukan. Namun begitu, ada
juga yang keguguran terjadi secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini
terjadi karena berbagai hal antara lain karena kondisi si remaja
perempuan yang mengalami kehamilan tidak diinginkan umumnya
tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia belum siap
menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan
30
berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk
melangsungkan kehamilan.
5. Perkawinan dan Kehamilan Dini
Nikah dini ini, khususnya terjadi di pedesaan. Di beberapa daerah,
dominasi orang tua biasanya masih kuat dalam menentukan
perkawinan anak dalam hal ini remaja perempuan. Alasan terjadinya
pernikahan dini adalah pergaulan bebas seperti hamil di luar
pernikahan dan alasan ekonomi. Remaja yang menikah dini, baik secara
fisik maupun biologis belum cukup matang untuk memiliki anak
sehingga rentan menyebabkan kematian anak dan ibu pada saat
melahirkan. Perempuan dengan usia kurang dari 20 tahun yang
menjalani kehamilan sering mengalami kekurangan gizi dan anemia.
Gejala ini berkaitan dengan distribusi makanan yang tidak merata,
antara janin dan ibu yang masih dalam tahap proses pertumbuhan.
6. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi menular seksual ini sering disebut juga penyakit kelamin atau
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. Sebab infeksi
menular seksual dan HIV sebagian besar menular melalui hubungan
seksual baik melalui vagina, mulut, maupun dubur. Untuk HIV sendiri
bisa menular dengan transfusi darah dan dari ibu kepada janin yang
dikandungnya. Dampak yang ditimbulkannya juga sangat besar sekali,
mulai dari gangguan organ reproduksi, keguguran, kemandulan,
kanker leher rahim, hingga cacat pada bayi dan kematian.
31
9. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Secara garis besar, ruang lingkup kesehatan reproduksi (BKKBN, 2018)
meliputi:
1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2) Kesehatan reproduksi remaja
3) Pencegahan dan penanggulangan pada penyimpangan seksual dan
napza yang dapat berakibat pada HIV/AIDS
4) Kesehatan reproduksi pada usia lanjut.
Uraian ruang lingkup kesehatan reproduksi remaja berdasarkan pada
pendekatan siklus kehidupan, yakni memperhatikan kehususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta
kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Ini dikarenakan masalah
kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, maka
apabila tidak ditangani d engan baik maka akan berakibat buruk bagi masa
kehidupan selanjutnya Salah satu ruang lingkup kesehatan reproduksi
dalam siklus kehidupan adalah kesehatan reproduksi remaja. Tujuan dari
program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja agar
memahami kesehatan reproduksi, sehingga remaja memiliki sikap dan
perilaku sehat serta bertanggung jawab kaitannya dengan masalah
kehidupan reproduksi (Widyastuti dkk., 2017).
32
11) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan
berkeluarga dan kehidupan reproduksi
12) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi (Widyastuti, 2012).
Menurut BKKBN 2016, kebijakan teknis operasional di Indonesia, untuk
mewujudkan pemenuhan hak-hak reproduksi:
1) Promosi hak-hak reproduksi
Dilaksanakan dengan menganalisis perundang-undangan, peraturan,
dan kebijakan saat ini berlaku apakah sudah seiring dan mendukung
hak-hak reproduksi dengan tidak melupakan kondisi lokal sosial
budaya masyarakat.
2) Advokasi hak-hak reproduksi
Advokasi dimaksudkan agar mendapat dukungan komitmen dari para
tokoh politik tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM/LSOM, dan swasta.
3) KIE hak-hak reproduksi
Dengan KIE diharapkan masyarakat semakin mengerti hak-hak
reproduksi sehingga dapat bersama-sama mewujudkannya.
4) Sistem pelayanan hak-hak reproduksi.
33
serta tidak terbatas pada kelompok tertentu, berkelanjutan dan tidak
terbatas pada perawatan yang bersifat episodik. (Effendi & Makhfudli,
2018).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok
resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas adalah
seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang
beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah
terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi, balita,
lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Menurut WHO (2016) keperawatan komunitas mencakup perawatan
kesehatan keluarga (nurse health family) juga kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi masalah
kesehatannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan tersebut sesuai
dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta
bantuan pada orang lain.
Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi
kesehatan populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial dan
ilmu kesehatan masyarakat (American Public Health Association, 1996).
Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi dengan tujuan utama
promosi kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan untuk semua
orang melalui kondisi yang dicipakan dimana orang bisa menjadi sehat.
Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk meningkatkan kesehatan
individu, keluarga, komunitas dan populasi melalui fungsi inti dari
pengkajian, jaminan dan kebijakan pengembangan (IOM, 2018). Fungsi inti
diaplikasikan dalam cara sistematik dan komprehensif. Proses pengkajian
meliputi identifikasi kepedulian, kekuatan dan harapan populasi dan
dipandu dengan metode epidemiologi. Jaminan diperoleh melalui regulasi,
advokasi pada penyedia layanan kesehatan profesional lain untuk
memenuhi kebutuhan layanan yang dikehendaki populasi, koordinasi
pelayanan komunitas atau ketentuan langsung pelayanan.
34
2. Tujuan Keperawatan Komunitas
Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan
kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut:
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu,
keluarga, kelompok, dalam konteks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakt (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga, individu
dan kelompok.
Selanjutnya secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk :
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang di alami
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan msaalah yang mereka hadapi,
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam mempelihara
kesehatan secara mandiri (self care).
35
c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan.
3) Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan
terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak
terikat dalam suatu institusi.
a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi
antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil,
Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu,
kelompok pekerja informal.
b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara
lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah
tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
4) Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai
risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan
pada masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang
mempunyai :
a. Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
b. Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan
daerah lain
c. Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
d. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll)
e. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau
akibat lainnya.
36
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care)
diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan
tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program
screening kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan pendidikan
kesehatan.
4) Di tempat kerja/industri
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus
kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industri/
industri, pabrik dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan
dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga
dan penanganan perokok serta pengawasan makanan.
5) Di barak-barak penampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap kasus
akut, penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, dan mental.
6) Dalam kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan dalam
puskesmas keliling diberikan kepada individu, kelompok masyarakat di
pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan yang dilakukan
adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan, perawatan kasus
penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
7) Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti
wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau lembaga
pemasyarakatan (Lapas).
8) Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi:
a. Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia
mendapat perlakukan kekerasan
b. Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
c. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
d. Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia,
gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV
(ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan WTS.
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbing dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat
untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat
sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajad kesehatannya.
37
pengetahuan individu, media massa, televisi, penyuluhan yang
dilakukan oleh pettugas kesehatan, dan sebagainya. Begitu juga dengan
masalah kesehatan lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran
penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat
memengaruhi upaya penanganan atau pencegahan penyakit yang
mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penanganan yang
bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas
penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pendekatan
pemecahan masalah kesehatan menggunakan proses kelompok.
2) Pendidikan kesehatan (health promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/ teori
dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur.
Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adnya kesadaran dari dalam diri
individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Tujuan utama pendidikan
kesehatan adalah agar seorang mampu:
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri
b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap maslaahnya,
dengan sumberdaya yang ada pada mereka dan di tambah dengan
dukungan dari luar
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk meningkatkan
taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang
Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu “meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan; baik fisik, mental, dan sosialnya; sehingga produktif secara
ekonomi maupun secara social.
3) Kerja Sama (Partner Ship)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak di tangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas, melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
38
exsternal. Asuhan keperawatan komunitas menggunanakan pendekatan
proses keperawatan komunitas, yang terdiri atas pengkajiaan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dengan entry point pada individu, keluarga,
kelompok, atau komunitas.
1. Pengkajian Keperawatan Komunitas (SMD)
Pada tahap pengkajian ini perlu didahului dengan sosialisasi
program perawatan kesehatan komunitas serta program apa saja yang
akan dikerjakan bersama-sama dalam komunitas tersebut. Sasaran dari
sosialisasi inimeliputi tokoh masyarakat baik formal maupun informal,
kader masyarakat, serta perwakilan dari tiap elemen di masyarakat
(PKK, karang taruna, dan lainnya). Setelah itu, kegiatan dianjurkan
dengan dilakukannya Survei Mawas Diri (SMD) yang diikuti dengan
kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).
Survei Mawas Diri adalah kegiatan perkenalan, pengumpulan, dan
pengkajian masalah kesehatan oleh tokoh masyarakat dan kader
setempat di bawah bimbingan petugas kesehatan atau perawat di desa
(Depkes RI, 2017). Tujuan Survei Mawas diri adalah sebagai bei Mawas
diri adalah sebagai berikut :
1) Masyarakat mengenal, mengumpulkan data, dan mengkaji masalah
kesehatan yang ada di desa.
2) Timbulnya minat dan kesadaran untuk mengetahui masalah
kesehatan dan pentingnya permasalahan tersebut untuk diatasi.
Survey Mawas diri dilaksanakan di desa terpilih dengan memilih
lokasi tertentu yang dapat menggambarkan keadaan desa pada
umumnya. SMD dilaksanakan oleh kader masyarakat yang telah
ditunjuk dalam pertemuan tingkat desa. Informasi tentang masalah
masalah kesehatan di desa dapat diperoleh sebanyak mungkin dari
kepala keluarga yang bermukim di lokasi terpilih tersebut. Waktu
pelaksanaan SMD dilaksanakan sesuai dengan hasil kesepakatan
pertemuan desa.
39
membangun rasa percaya diri dan kompetensi masyarakat untuk
mengatasi masalah yang lain (Bract, 2015 dalam Helvie, 2017).
4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah
perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan
berubah masyarakat. Sering kali, perencanaan program yang sudah baik
tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan
implementasi. Implementasi melibatkan aktivitas tertentu sehingga
program yang ada dapat dilaksanakan, diterima, dan direvisi jika tidak
berjalan. Implementasi keperawatan dilakukan untuk mengatasi
masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi proses kelompok,
pendidikan kesehatan, kemitraan (partnership), dan pemberdayaan
masyarakat (empowerment). Perawat komunitas menggali dan
meningkatkan potensi komunitas untuk dapat mandiri dalam
memelihara kesehatannya.
Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan
perubahan masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan
berubah dari anggota masyarakat. Perubahan nilai dan norma di
masyarakat dapat disebabkan oleh faktor eksternal, seperti adanya
undang-undang, situasi politik, dan kejadian kritis eksternal
masyarakat. Dukungan eksternal ini juga dapat dijadikan daya
pendorong bagi tindakan kelompok untuk melakukan perubahan
prilaku masyarakat. Organisasi ekternal dapat menggunakan model
social planning dan locality development untuk melakukan perubahan,
menggalakkan kemitraan dengan memanfaatkan sumber daya internal
dan sumber daya eksternal.
40
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi
merupakan sekumpulan informasi yang sistemik berkenaan dengan
program kerja dan efektivitas dari serangkaian program yang
digunakanmasyarakat terkait program masyarakat terkait program
kegiatan, karakteristik, kegiatan, karakteristik, dan hasil yang dan hasil
yang telah dicapai (Patto, 2015).
41
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti dan data
sub sistem.
3.1.1 Data Inti Komunitas
1. Riwayat Atau Sejarah Perkembangan Komunitas
Lokasi : Universitas Muhammadiyah Cirebon kampus
II Watubelah, Sumber
Provinsi daerah tingkat 1 : Jawa Barat
Kabupaten/ kota madya : Kabupaten Cirebon
Kecamatan : Sumber
Kelurahan/desa : Watubelah
RT/RW : -
Luas Wilayah : Kampus II 19.470 m2
Batas Wilayah/Wilayah :
- Utara : Pejambon
- Selatan : Klinik Yamet, GOR Watubelah
- Barat : Yayasan Al-Khairiyah
- Timur : Kampus III UMC
Keadaan tanah menurut : Institusi Pendidikan
pemanfaatannya
Pemukiman : -
Data Demografi
a. Responden : Mahasiswa keperawatan tingkat 2 – 4
Universitas Muhammadiyah Cirebon
b. Usia : Rentang usia 18 – 25 tahun ;
- 1 responden (1,8%) berusia 18 tahun
- 5 responden (5,8%) berusia 19 tahun
- 11 responden (19,6%) berusia 20 tahun
- 22 responden (39,3%) berusia 21 tahun
- 12 responden (21,4%) berusia 22 tahun
- 1 responden (1,8%) berusia 23 tahun
- 2 responden (3,6%) berusia 24 tahun
- 2 responden (3,6%) berusia 25 tahun
42
c. Jenis kelamin
- Laki-laki : 10 responden (17,9%)
- Perempuan : 46 responden (82,1%)
d. Riwayat Kesehatan
- Penyakit menular, : (404 : not found)
(sebutkan)
- Penyakit tidak : 3 responden (5,4%) mengalami GEA
menular,
(sebutkan )
- Tidak ada : 53 responden (94,6%)
e. Riwayat kesehatan
keluarga
- Penyakit menular, : (404 : not found)
(sebutkan)
- Penyakit tidak : 12 orang tua responden (21,4%) menderita
menular, (sebutkan) Hipertensi
- Tidak ada : 44 responden (78,6%)
f. Status keagamaan
- Islam : 56 responden (100%)
- Kristen : -
- Hindu : -
- Budha : -
- Katolik : -
g. Status suku bangsa
- Jawa : 41 responden (73,7%)
- Madura : -
- Sunda : 15 responden (26,3%)
- WNI keturunan : -
h. Status perkawinan
- Kawin : 1 responden (1,8%)
- Tidak kawin : 55 responden (98,2%)
- Duda : -
- Janda : -
3.1.2 Data Sub Sistem
1. Data Lingkungan Fisik
a. Sumber Air Dan Air Minum
Penyediaan Air Bersih
- PAM : 27 responden (48,2%)
- Sumur : 29 responden (51,8%)
- Sungai : -
43
Penyediaan Air Minum
- Air mineral : 31 responden (55,4%)
- PAM : 15 responden (26,8%)
- Sumur : 10 responden (17,9%)
Pengelolaan Air Minum
- Selalu dimasak : 1 responden (1,8%)
- Air mentah : 55 responden (98,2%)
b. Saluran Pembuangan Air Atau Sampah
Kebiasaan Membuang Sampah
- Mandiri : 31 responden (55,4%)
- Diangkut petugas : 2 responden (3,6%)
- Dibuang sembarangan : 23 responden (41,1%)
Pembuangan Air Limbah
- Got/parit : 40 responden (71,4%)
- Sungai : 16 responden (28,6%)
Keadaan Pembuangan Air Limbah
- Baik/Lancar : 49 responden (87,5%)
- Kotor : 7 responden (12,5%)
c. Jamban
Kepemilikan Jamban
- Memiliki jamban : 51 responden (91,1%)
- Tidak memiliki jamban : 5 responden (8,9%)
Macam Jamban Yang Dimiliki
- Septitank : 52 responden (92,9%)
- Di Sungai : 4 responden (7,1%)
Keadaan Jamban
- Bersih : 54 responden (96,4%)
- Kotor : 2 responden (3,6%)
d. Keadaan Rumah
Tipe Rumah
- Tipe A/Permanen : 54 responden (96,4%)
- Tipe B/Semi Permanen : 2 responden (3,6%)
- Tipe C/Tidak : -
permanen
Status Rumah
- Milik rumah sendiri : 56 responden (100%)
- Kontrakan : -
Lantai Rumah
- Tanah : 1 responden (1,8%)
- Papan : -
- Tegel/Keramik : 55 responden (98,2%)
44
Bumbung Rumah
- ±10m dengan : 24 responden (42,9%)
penangkal petir
- ±10m tanpa penangkal : 16 responden (28,6%)
petir
- <10m tanpa penangkal : 6 responden (10,7%)
petir
- <10m dengan : 10 responden (17,9%)
penangkal petir
Langit-langit Rumah
- Aman, mudah : 55 responden (98,2%)
dibersihkan
- Rawan kecelakaan : 1 responden (1,8%)
Ventilasi
- Ada 10% dari luas : 47 responden (83,9%)
rumah
- <10% dari luas rumah : 9 responden (16,1%)
- Tidak ada : -
Luas Kamar Tidur
- Min 8m² : 35 responden (62,5%)
- <8m² : 21 responden (37,5%)
Kepadatan Hunian Kamar Tidur
- Dihuni <2 orang : 31 responden (55,4%)
- Dihuni >2 orang : 25 responden (44,6%)
Ruang Dapur
Peralatan dapur
- Stainless : 50 responden (89,2%)
- Utensils : 3 responden (5,4%)
- Kayu/Batu : 3 responden (5,4%)
Pembuangan asap
- Cerobong asap : 31 responden (44,5%)
- Blower : 25 responden (55,5%)
Kamar Mandi
Kondisi lantai
- Tidak licin : 56 responden (100%)
- Berlumut : -
Kondisi bak mandi
- Tidak ada jentik : 56 responden (100%)
nyamuk
- Kotor berlumut : -
45
- Banyak jentik nyamuk : -
Lokasi
- Terpisah dengan toilet : 33 responden (58,9%)
(Septitank)
- Menyatu : 23 responden (41,1%)
Tempat Mencuci
- Kedap air, mudah : 56 responden (100%)
dibersihkan
- Tergenang : -
Penerangan Rumah Bantuan PLN
- 60 lux/intensitas : 53 responden (94,6%)
standar
- >60 lux/Menyilaukan : 3 responden (5,4%)
Penerangan Rumah Secara Alami
- Tersinari matahari : 54 responden (96,4%)
- Kurang/lembab : 2 responden (3,6%)
Kandang Hewan Peliharaan/Ternak
Ada (Jika ada)
- Jarak 10m dari rumah : 13 responden (23,2%)
- Jarak >10m dari rumah : 12 responden (21,4%)
- Tidak ada : 31 responden (55,4%)
e. Halaman Rumah
Kepemilikan Pekarangan
Memiliki : 52 responden (92,9%)
- Kebersihan terawat : 50 responden (89,3%)
- Tidak terawat : 2 responden (3,6%)
Tidak memiliki : 4 responden (7,1%)
Pemanfaatan Pekarangan
Ya, (pilih sesuai kondisi) : 45 responden (80,4%)
- Tanaman hias : 32 responden (57,1%)
- Apotek hidup : 2 responden (3,6%)
- Tanaman buah : 7 responden (12,5%)
- Gazebo/Zen garden : 4 responden (7,1%)
Tidak ada/Gersang : 11 responden (19,6%)
2. Fasilitas Umum Dan Kesehatan
a. Fasilitas Umum
Sarana Kegiatan Kelompok
- Karang taruna : 17 responden (30,4%)
- Pengajian : 28 responden (50%)
- Ceramah agama : 7 responden (12,5%)
46
- PKK : 4 responden (7,1%)
Tempat Perkumpulan Umum
- Kecamatan : 1 responden (1,8%)
- Kelurahan : 13 responden (23,2%)
- RW : -
- RT : 9 responden (16,1%)
- Masjid/Mushola : 26 responden (46,4%)
- Baperkam : 7 responden (12,5%)
B. Fasilitas Kesehatan
Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
- Puskesmas : 44 responden (78,6%)
- Rumah Sakit : 6 responden (10,7%)
- Para Dokter Swasta : 3 responden (5,4%)
- Praktek kesehatan lain : 3 responden (5,4%)
Kebiasaan Check Up Kesehatan
- Rutin tiap bulan : 47 responden (83,9%)
- Jarang : 9 responden (16,1%)
3. Ekonomi
Karekteristik Pekerjaan (Orang Tua)
- PNS/ABRI : 11 responden (19,6%)
- Pegawai swasta : 12 responden (21,4%)
- Wiraswasta : 22 responden (39,3%)
- Buruh tani/pabrik : 11 responden (19,6%)
Penghasilan Rata-Rata Perbulan (Keluarga)
- < dari UMR : 15 responden (26,8%)
- UMR : 15 responden (26,8%)
- > dari UMR : 26 responden (46,4%)
Pengeluaran Rata-Rata Perbulan (Keluarga)
- < dari UMR : 17 responden (30,4%)
- UMR : 17 responden (30,4%)
- > dari UMR : 22 responden (39,3%)
Kepemilikan Usaha (Keluarga)
- Toko : 19 responden (33,9%)
- Warung makanan : 4 responden (7,1%)
- UKM : 7 responden (12,5%)
- Tidak punya : 26 responden (46,4%)
4. Keamanan Dan Transportasi
A. Keamanan
Diet Makan
- Kebiasaan makan : 14 responden (33,9%) cake, cookies, makanan
makanan manis, dan minuman terkarbonasi
47
(sebutkan)
- Kebiasaan makan : 11 responden (12,5%) gorengan, junk food
makanan berlemak,
(sebutkan)
- Lain-lain, (sebutkan) : 31 responden (46,4%) fast food, menu gizi
seimbang
Kepatuhan Terhadap Diet Makanan Sehat
- Patuh : 31 responden (55,4%)
- Kadang-kadang, : 25 responden (44,6%), sebagian mengatakan
(Sebutkan) bosan, perlu cheating day dan lebih tertarik
dengan makanan fast food, junk food, dll
- Tidak Patuh, (Sebutkan : -
alasan)
Kebiasaan Berolah Raga
- Sering : 14 responden (33,9%)
- Kadang-kadang : 11 responden (12,5%)
- Tidak pernah : 31 responden (46,4%)
Kebiasaan Sehari-Hari
Memakai Alas Kaki
- Setiap saat : 17 responden (30,4%)
- Saat dirumah : 36 responden (64,3%)
- Jarang memakai : 3 responden (5,4%)
Kebiasaan Mencuci Kaki Sebelum Tidur
- Sering : 48 responden (85,7%)
- Kadang-kadang : 7 responden (12,5%)
- Tidak pernah : 1 responden (1,8%)
b. Transportasi
Fasilitas Transportasi
- Jalan raya : 38 responden (67,9%)
- Angkutan umum : 18 responden (32,1%)
- Halte : -
Alat Transportasi Yang Dimiliki
- Sepeda : 2 responden (3,6%)
- Motor : 49 responden (87,5%)
- Mobil : 4 responden (7,1%)
- Lain-lain : 1 responden (1,8%)
Penggunaan Sarana Transportasi Oleh Mahasiswa
- Angkutan umum : 11 responden (19,6%)
- Kendaraan pribadi : 45 responden (80,4%)
48
5. Politik Dan Pemerintahan
A. Riwayat Organisasi
Mengikuti organisasi, : 26 responden (46,4%), sebagian besar
(sebutkan) organisasi yang diikuti adalah BEM.
Tidak mengikuti : 30 reponsen (53,6%)
b. Kelompok Layanan Kepada Masyarakat
PKK : 7 responden (12,5%)
Karang taruna : 26 responden (46,5%)
Panti : -
Posyandu : 23 responden (41,1%)
c. Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan
Puskesmas : 46 responden (82,1%)
Klinik : 3 responden (5,4%)
Rumah Sakit umum : 7 responden (12,5%)
d. Kebijakan Pemerintah Khusus Untuk Penyakit Tidak Menular
Terlaksana, (Sebutkan : 33 responden (58,9%), posyandu, posbindu,
program) 3M plus
Belum terlaksana : 23 responden (41,1%), kunjungan rumah oleh
pihak puskesmas
e. Kebijakan Pemerintah Khusus Untuk Penyakit Menular
Terlaksana, (Sebutkan : 28 responden (50%), vaksinasi, 6M, rumah
program) sehat
Belum terlaksana : 28 responden (50%), kunjungan rumah oleh
pihak puskesmas
f. Peran Serta Partai Dalam Pelayanan Kesehatan Dan Social
Ada, (Sebutkan) : 44 responden (87,6%), program afirmasi
pengguna layanan.
Belum ada : 12 responden (21,4%)
6. Sistem Komunikasi
A. Fasilitas Komunikasi Yang Biasa Digunakan
Radio : -
TV : 2 responden (3,6%)
Telepon/Handphone : 54 responden (96,4%)
Majalah/koran : -
b. Fasilitas Komunikasi Yang Menunjang Untuk Kelompok Dengan Masalah
Kesehatan (Penyakit Menurlar/Tidak Menular
Poster tentang penyakit : 24 responden (42,9%)
Pamflet tentang : 9 responden (16%)
penanganan penyakit
Leaflet tentang : 23 responden (41,1%)
49
pengendalian penyakit
c. Kegiatan Yang Menunjang Pemeliharaan Kesehatan
Penyuluhan Kesehatan : 28 responden (50%) mengatakan dilakukan
jika ada kasus KLB, endemic ataupun
pandemic
50
8. Rekreasi
Kegiatan Refreshing Di Rumah
- Menonton TV, (Sebutkan : 14 responden (25%)
acara TV)
- Video Game, (Sebutkan : 4 responden (7,1%)
nama game dan durasi
bermain)
- Social : 38 responden (67,9%)
Media/Networking
(Sebutkan akses dan
durasi penggunaan)
Tempat Wisata Yang Biasanya Dikunjungi
- Taman kota : 4 responden (7,1%)
- Alun-alun : 9 responden (16,1%)
- Wisata alam : -
- Kuliner : 26 responden (46,4%)
- Mall : 17 responden (30,4%)
Program Rekreasi Tahunan Di Lingkungan Rumah
- Ada, (sebutkan) : 28 responden (50%), touring karang taruna.
- Belum ada : 28 responden (50%)
Program Rekreasi Tahunan Di Kampus
- Ada (Sebutkan) : 6 responden (10,7%), study tour
- Belum ada : 50 responden (50,3%)
51
- Pengetahuan tentang perilaku seksual pada 14
(60,9%) dari 23 responden tingkat III masih
sangat minim
- Pengetahuan tentang perilaku seksual pada 10
(52,6%) dari 19 responden pada tingkat IV
masih sangat minim
- Pengetahuan terkait sistem reproduksi dasar
pada 30 (53,8%) dari total 56 responden masih
kurang
- Kemampuan 35 (62,5%) dari 56 responden
dalam memahami kesehatan reproduksi masih
kurang
- Sebagian besar background pendidikan orang
tua responden rata-rata SD dan SLTP; Ayah
(39,3%), Ibu (53,6%).
2. DS : Domain 1
- 28 responden (50%) mengatakan program Promosi Kesehatan
penyuluhan kesehatan jarang ada/rarely Kelas 2
- 28 responden (50%) mengatakan dilakukan jika Kode Diagnosa 00215
ada kasus KLB, endemic ataupun pandemic Defisiensi Kesehatan
- 56 responden (100%) mengatakan sering Komunitas
dilakukan hanya ketika ada posyandu dan
posbindu saja
- 56 responden (100%) mengatakan jarang
ada/rarely
- 28 responden (50%), mengatakan belum
terlaksananya program kunjungan rumah oleh
pihak puskesmas
- 25 responden (44,6%), sebagian mengatakan
bosan, perlu cheating day dan lebih tertarik
dengan makanan fast food, junk food, dll.
DO :
- Kemampuan 35 (62,5%) dari 56 responden
dalam memahami kesehatan reproduksi masih
kurang
- Sikap terhadap perilaku seksual pada 29
responden (51,8%) dari jumlah total responden
menunjukkan sikap yang negative
- Tindakan terkait perilaku seksual pada 35
responden (62,5%) dari total responden masih
52
menunjukkan kesan yang negative
- 26 responden (46,6%) menunjukkan masih
kurang dalam menyikapi hal yang terkait
kesehatan reproduksi.
- 26 responden (46,4%) menunjukkan masih
kurangnya peran serta orang tua terhadap
kesehatan reproduksi
- 30 responden (53,6%) tidak mengikuti
organisasi khusus.
3. DS : Domain 9
- 28 responden (50%) mengatakan program Koping/ Toleransi Stres
penyuluhan kesehatan jarang ada/rarely Kelas 2
- 28 responden (50%) mengatakan dilakukan jika Kode Diagnosa 00077
ada kasus KLB, endemic ataupun pandemic Ketidakefektifan koping
- 56 responden (100%) mengatakan sering komunitas
dilakukan hanya ketika ada posyandu dan
posbindu saja
- 56 responden (100%) mengatakan jarang
ada/rarely
- 28 responden (50%), mengatakan belum
terlaksananya program kunjungan rumah oleh
pihak puskesmas.
DO :
- Kemampuan 35 (62,5%) dari 56 responden
dalam memahami kesehatan reproduksi masih
kurang
- Sikap terhadap perilaku seksual pada 29
responden (51,8%) dari jumlah total responden
menunjukkan sikap yang negative
- Tindakan terkait perilaku seksual pada 35
responden (62,5%) dari total responden masih
menunjukkan kesan yang negative
- 26 responden (46,6%) menunjukkan masih
kurang dalam menyikapi hal yang terkait
kesehatan reproduksi.
- 26 responden (46,4%) menunjukkan masih
kurangnya peran serta orang tua terhadap
kesehatan reproduksi.
53
3.3 Skoring Masalah
No Masalah A B C D E F G H I J K Total Prioritas
Kesehatan
1. Defisien 4 4 5 4 5 3 3 3 2 3 4 40 I
Pengetahuan
2. Defisien 4 4 4 4 5 3 3 3 3 3 3 39 II
kesehatan
komunitas
3. Ketidakefektifan 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 38 III
koping
komunitas
54
Jangka pendek : meningkat program
- Mahasiswa - Pengetahuan - Rumuskan tujuan
mengetahui tentang dalam program
pentingnya kesehatan penyuluhan kesehatan
menjaga reproduksi - Lakukan program
kesehatan meningkat penyuluhan kesehatan
reproduksi - Pengetahuan reproduksi dan
- Mahasiswa tentang perilaku perilaku seksual secara
mengetahui seksual berkala
perbedaan antara meningkat - Gunakan teknik
perilaku seksual - Mampu komunikasi terapeutik
yang kearah memberikan dalam penyuluhan
positif dan feedback yang - Sediakan lingkungan
negative positif yang kondusif dan
- Mahasiswa - Kebingungan waktu yang efisien
mengikuti setiap tentang - Gunakan media
program kesehatan elektronik seperti
kesehatan reproduksi dan leaflet, poster secara
komunitas yang perilaku seksual virtual untuk
dijadwalkan. pada mahasiswa mempermudah
berkurang. pemahaman
- Kaji ulang pemahaman
pasien sesudah
penyuluhan
- Berikan feedback yang
positif.
2. Defisiensi Jangka panjang : Setelah dilakukan - Identifikasi bersama
kesehatan - Terciptanya tindakan komunitas mengenai
komunitas lingkup kesehatan keperawatn masalah, kekuatan dan
komunitas yang komunitas selama prioritas kesehatan.
adekuat. 2 minggu, - Berikan kesempatan
diharapkan berpartisipasi bagi
Jangka pendek : masalah defisien semua segmen
- Meningkatnya kesehatan komunitas.
pengetahuan komunitas dapat - Lakukan konseling
tentang kesehatan teratasi, dengan sebaya terkait
komunitas pada kriteria hasil : kesehatan reproduksi
mahasiswa. - Pengetahuan dan perilaku seksual
- Status kesehatan tentang sistem secara rutin 1x dalam
reproduksi pada reprduksi seminggu
55
komunitas meningkat - Kolaborasi dengan tim
mahasiswa - Pengetahuan genre dalam melakukan
meningkat tentang proses edukasi remaja
- Informasi terkait kesehatan - Gunakan media
kesehatan reproduksi leaflet/poster,
komunitas meningkat representasikan secara
khususnya - Prevalensi virtual untuk
tentang kesehatan program mempermudah
reproduksi dan peningkatan pemahaman mahasiswa
perilaku seksual kesehatan - Ajarkan teknik yang
tersampaikan meningkat dapat mengalihkan
secara merata - Tingkat perilaku seksual yang
- Menjalin partisipasi cenderung beresiko
kemitraan dengan dalam pelayanan terhadap kesehatan
fasilitas perawatan reproduksi.
pelayanan kesehatan
kesehatan, promotif-
BKKBN (GenRe), preventif
Institusi terkait. meningkat
- Tingkat
partisipasi
dalam program
kesehatan
komunitas
meningkat
- Sistem data dan
surveillance
kesehatan di
tempat dapat
terdistribusi
dengan baik.
3. Ketidakefektif Jangka panjang : Setelah dilakukan - Kaji faktor penyebab
an koping - Terbentuknya tindakan yang mempengaruhi
komunitas mekanisme keperawatn kemampuan komunitas
koping yang komunitas selama untuk beradaptasi atau
adaptif pada 2 minggu, melakukan koping
komunitas. diharapkan secara efektif
Jangka pendek : masalah - Atur kesempatan
- Menunjukkan ketidakefektifan anggota komunitas
perilaku yang kopig komunitas untuk bertemu dan
56
transparansi dapat teratasi, mendiskusikan situasi
dalam dengan kriteria - Bentuk forum diskusi
mengungkapkan hasil : khusus
masalah - Hubungan trust - Bantu anggota
- Mengembangkan dan transparansi komunitas untuk
peningkatan meningkat menyadari konflik atau
komunikasi setiap - Fleksibilitas permasalahan yang
elemen di struktur dan dialami komunitas
komunitas proses yang - Tentukan cara untuk
- Mengimplementa memandu mendesimasikan
sikan strategi komunias informasi untuk
penyelesaian membuat komunitas
masalah yang keputusan - Kolaborasi dalam
efektif meningkat pengembangan
- Mengembangkan - Pencapaian program aksi
kekohesifan tujuan komunitas khususnya
kelompok komunitas mengenai masalah
- Mengekspresikan dalam perilaku seksual dan
kekuatan untuk mengahadapi kesehatan reproduksi.
mengelola masalah
perubahan dan meningkat
meningkatkan - Program-
fungsi komunitas. program
kesehatan remaja
dapat terlaksana
- Masalah
kesehatan
reproduksi dan
perilaku seksual
berkurang.
57
3.5 Rencana Kegiatan
No Masalah Tujuan Rencana Sasaran Waktu Metode Dana PJ
Kegiatan
1. Defisiensi Memberikan Penyuluhan Mahasiswa Kamis, Virtual Mandiri Mela
Pengetahuan pengetahuan kesehatan keperawatan 08/07/21 meeting Dini
tentang tentang FIKES UMC ; 09.00 s/d Diva
kesehatan perilaku tingkat 2, selesai
reproduksi seksual dan tingkat 3 dan (kondision
dan perilaku kesehatan tingkat 4 al)
seksual reproduksi
58
3.6 Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Diagnosa Implmentasi Evaluasi
Waktu Keperawatan
1 Jum’at, Domain 5. - Mengidentifikasi S:
16/07/21 Persepsi/Kognisi faktor eksternal - 15 responden
16.00 WIB Kelas 4 dan internal yang mengatakan sudah
Kode Diagnosa meningkatkan atau paham mengenai
00126 mengurangi kesehatan
Defisiensi motivasi dalam reproduksi
Pengetahuan memahami - 11 responden
kesehatan mengatakan belum
reproduksi ada gambaran
- Mengidentifikasi mengenai
kebutuhan kesehatan
pengetahuan reproduksi dan
kesehatan mengeluh
reproduksi dan dikarenakan
perilaku seksual kendala sinyal
pada kelompok (unstable network)
- Mengidentifikasi - 30 responden
sumber daya untuk mengatakan sudah
melaksanakan ada sedikit
suatu program gambaran
- Merumuskan mengenai
tujuan dalam kesehatan
program reproduksi setelah
penyuluhan pemutaran video.
kesehatan
- Melakukan O:
program - 30 responden
penyuluhan masih tampak
kesehatan pasif dan sulit
reproduksi dan mengutarakan
perilaku seksual pendapat ataupun
secara berkala bertanya
- Menggunakan - 11 responden
teknik komunikasi tampak sering kali
terapeutik dalam keluar-masuk
penyuluhan room pada saat
- Menyediakan meet dan
lingkungan yang penyuluhan
kondusif dan dilaksanakan
waktu yang efisien - 5 responden aktif
- Menggunakan dan partisipatif
media elektronik dalam
seperti leaflet, mengutarakan
59
poster secara pendapat dan
virtual untuk bertanya
mempermudah - 10 responden
pemahaman hanya
- Menkaji ulang mengkonfirmasi
pemahaman pasien bahwa mereka
sesudah sudah memahi dan
penyuluhan mampu menjawab
- Memberikan pertanyaan ketika
feedback yang ditunjuk.
positif. - Peyuluh
menyampaikan
materi
menggunakan
media ppt dan
video animasi
A:
Masalah Defisiensi
Pengetahuan belum
sepenuhnya teratasi.
P:
- Lakukan strategi
tindak lanjut yang
efektif dan efisien
dalam
menyampaikan
informasi dan
pemilihan aplikasi
virtual meeting
yang lebih stabil
jaringan signal
(connecting
issues).
- Kolaborasi dengan
HIMA terkait RTL
mengenai
penyuluhan
kesehatan
reproduksi.
- Lanjutkan
Intervensi.
60
2 Sabtu, Domain 1 - Mengidentifikasi S:
17/07/21 Promosi Kesehatan bersama komunitas - 15 responden
16.00 WIB Kelas 2 mengenai masalah, mengatakan sudah
Kode Diagnosa kekuatan dan paham mengenai
00215 prioritas kesehatan. kesehatan
Defisiensi - Memberikan reproduksi, 3
Kesehatan kesempatan responden
Komunitas berpartisipasi bagi diantaranya
semua segmen mampu menjadi
komunitas. konselor sebaya, 12
- Melakukan diantaranya hanya
konseling sebaya mampu
terkait kesehatan mengidentifikasi
reproduksi dan problem solving
perilaku seksual terkait masalah
secara rutin 1x kesehatan
dalam seminggu reproduksi dan
- Berkolaborasi perilaku seksual
dengan tim genre - 20 responden
dalam melakukan mengatakan belum
proses edukasi ada gambaran
remaja mengenai
- Menggunakan kesehatan
media reproduksi dan
leaflet/poster, mengeluh
representasikan dikarenakan
secara virtual kendala sinyal
untuk (unstable network)
mempermudah - 21 responden
pemahaman mengatakan sudah
mahasiswa ada sedikit
- Mengajarkan gambaran
teknik yang dapat mengenai
mengalihkan kesehatan
perilaku seksual reproduksi setelah
yang cenderung pemutaran video,
beresiko terhadap 10 diantaranya
kesehatan aktif berpendapat
reproduksi. dan menceritakan
permasalahan
yang dialami
terkait kesehatan
reproduksi.
O:
- 3 responden
61
mampu menjadi
konselor sebaya,
- 12 responden
hanya mampu
mengidentifikasi
problem solving
terkait masalah
kesehatan
reproduksi dan
perilaku seksual
- 10 responden
diantaranya aktif
berpendapat dan
menceritakan
permasalahan
yang dialami
terkait kesehatan
reproduksi
- 11 responden
tampak sering kali
keluar-masuk
room pada saat
meet dan
pembinaan
konseling sebaya
dilaksanakan
- Narasumber
memberikan
materi pembinaan
konselor dengan
menggunakann
media ppt dan
video
- Terjalinnya
kerjasama dengan
organisasi yang
menaungi masalah
kesehatan
reproduksi; HIMA
dan GenRe
- GenRe turut
berpartisipasi
dalam
memberikan
pembinaan
konseling sebaya
62
A:
Masalah defisiensi
kesehatan komunitas
belum sepenuhnya
teratasi.
P:
- Lakukan strategi
tindak lanjut yang
efektif dan efisien
dalam pelaksanaan
program dan
pemilihan aplikasi
virtual meeting
yang lebih stabil
jaringan signal
(connecting
issues).
- Pertahankan
jalinan kerjasama
dengan
oragnanisasi
HIMA dan GenRe
yang menaungi
mahasiswa dalam
menyelesaikan
masalah dan
terkait RTL
mengenai
konseling sebaya
tentang kesehatan
reproduksi dan
masalah perilaku
seksual.
- Lanjutkan
Intervensi.
63
kesempatan konselor sebaya, 12
anggota komunitas diantaranya hanya
untuk bertemu dan mampu
mendiskusikan mengidentifikasi
situasi problem solving
- Membentuk forum terkait masalah
diskusi khusus kesehatan
- Membantu anggota reproduksi dan
komunitas untuk perilaku seksual
menyadari konflik - 20 responden
atau permasalahan mengatakan belum
yang dialami ada gambaran
- Menentukan cara mengenai
untuk kesehatan
mendesimasikan reproduksi dan
informasi untuk mengeluh
komunitas dikarenakan
- Berkolaborasi kendala sinyal
dalam (unstable network)
pengembangan - 21 responden
program aksi mengatakan sudah
komunitas ada sedikit
khususnya gambaran
mengenai masalah mengenai
perilaku seksual kesehatan
dan kesehatan reproduksi setelah
reproduksi. pemutaran video,
10 diantaranya
aktif berpendapat
dan menceritakan
permasalahan
yang dialami
terkait kesehatan
reproduksi.
O:
- 12 responden
mampu
mengidentifikasi
problem solving
terkait masalah
kesehatan
reproduksi dan
perilaku seksual
- 10 responden
diantaranya aktif
berpendapat dan
64
menceritakan
permasalahan
yang dialami
terkait kesehatan
reproduksi
- 11 responden
tampak sering kali
keluar-masuk
room pada saat
meet dan
pembinaan
konseling sebaya
dilaksanakan
- GenRe turut
berpartisipasi
dalam
memberikan solusi
yang efektif
terhadap
permasalahan
tentang kesehatan
reproduksi dan
perilaku seksual
- Terjalinnya
kerjasama dengan
organisasi yang
menaungi masalah
kesehatan
reproduksi; HIMA
dan GenRe
A:
Masalah
ketidakefektifan
koping komunitas
belum sepenuhnya
teratasi.
P:
- Lakukan strategi
tindak lanjut yang
efektif dan efisien
dalam pelaksanaan
program dan
pemilihan aplikasi
virtual meeting
yang lebih stabil
65
jaringan signal
(connecting
issues).
- Pertahankan
jalinan kerjasama
dengan
oragnanisasi
HIMA dan GenRe
yang menaungi
mahasiswa dalam
menyelesaikan
masalah dan
terkait RTL
mengenai
konseling sebaya
tentang kesehatan
reproduksi dan
masalah perilaku
seksual.
- Lanjutkan
Intervensi.
66
BAB IV
HASIL OBSERVASI
67
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia
Kategori Karakteristik Responden n %
Usia 18 Tahun 1 1,8
19 Tahun 5 8,9
20 Tahun 11 19,6
21 Tahun 22 39,3
22 Tahun 12 21,4
23 Tahun 1 1,8
24 Tahun 2 3,6
25 Tahun 2 3,6
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden penelitian berusia 21 tahun berjumlah 22 mahasiswa
dengan presentasi 39,3%.
68
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
karakteristik responden dalam penelitian ini adalah tingkat I s/d IV
berjumlah 14 mahasiswa dari tiap tingkatan yang seluruhnya beragama
islam dengan presentasi 100%.
69
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Riwayat Kesehatan
Kategori Karakteristik Responden n %
Riwayat Penyakit Tidak Menular 3 5,4
Kesehatan Tidak Ada 53 94,6
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh
responden penelitian dari tingkat I s/d IV berjumlah 56 mahasiswa dengan
presentasi 100% tidak memiliki riwayat kesehatan yang berhubungan
dengan penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes mellitus, dll) dan
penyakit menular (penyakit pada saluran pernafasan, penyakit infeksi
saluran kelamin, dll).
70
Menindaklanjuti amanat Musyda tersebut, pada 1998 berdiri AKPER
Muhammadiyah. Pada 1999 menyusul Akademi Farmasi Muhammadiyah.
Sempat pula berdiri Sekolah Teknologi Tekstil (STT) Muhammadiyah,
namun keberadaannya tidak berlangsung lama.
Dalam Rapat Pimpinan PDM Kota/Kabupaten Cirebon tanggal 8
Desember 1999, disepakati untuk mendirikan Universitas Muhammadiyah
Cirebon (UMC). Keputusan Rapim ini kemudian ditindaklanjuti dengan
membentuk Badan Pendiri UMC, yang segera melakukan konsolidasi,
studi banding dan segala persiapan yang diperlukan. Proses pendirian
melalui Kopertis Wilayah IV dan Dirjen Dikti melalui tahap-tahap yang
tidak mudah.
Kerja keras BP UMC akhirnya mendapat dukungan berbagai pihak.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Majelis Dikti kemudian merestui
pendirian UMC. Maka pada 12 Agustus 2000 di proklamasikan berdirinya
UMC dengan 8 Program Studi Jenjang D-III dan S1. Pendirian UMC ini
kemudian diakui dan disahkan pemerintah melalui SK Mendiknas RI No
203/D/0/2000 tanggal 28 September 2000.
Sejak didirikan, UMC telah tiga kali mengalami periode pergantian
kepemimpinan. Ketiga Rektor yang pernah menjabat di UMC adalah
sebagai berikut : Prof. Dr. Ir. H. Murasa Sarkaniputra, Prof. Dr. H. Sanusi
Uwes, M.Pd., Prof. Dr. H. Khaerul Wahidin, M.Ag.
Kampus Universitas Muhammadiyah Cirebon terdiri dari 7 Fakultas
yang diantaranya adalah Fakultas Ilmu Kesehatan. Fakultas Ilmu
Kesehatan UMC merupakan salah satu Fakultas dari 7 Fakultas yang
berada di lingkungan UMC yang didirikan pada tahun 2000
berdasarkan SK Mendiknas No. 2039. D4.II/12/99 tanggal 24 Desember
1999. Lokasi Fakultas Ilmu Kesehatan UMC yang berada dalam kawasan
strategis, yang secara geografis berada di wilyah CIAYUMAJAKUNING
(Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta daerah lainnya
seperti Brebes, Tegal, Pekalongan.
Sehingga berdasarkan kondisi ini maka secara spesifik, Fakultas
Ilmu Kesehatan UMC harus dapat melangkah lebih maju dan profesional
menghadapi pengaruh lingkungan eksternal yang sangat cepat
perubahannya. Perubahan lingkungan luar perguruan tinggi (PT), mulai
lingkungan sosial, ekonomi, teknologi, sampai politik mengharuskan PT
memikirkan kembali bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi PT
sebagai sebuah institusi sosial dan bagaimana PT harus berinteraksi
dengan perubahan tersebut. Respon yang dilakukan oleh PT akan sangat
menentukan keberlangsungan hidup dan posisinya dalam konstelasi
persaingan yang ada.
71
Dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia guna
mengantisipasi era globalisasi dewasa ini, maka beberapa strategi
direncanakan untuk dilakukan oleh Fakultas Ilmu Kesehatan UMC.
Perencanaan ini dilakukan dengan tidak mengabaikan kondisi dan
keberadaan/kemampuan Fakultas Ilmu Kesehatan UMC dewasa ini.
Oleh sebab itu, analisis tentang kekuatan, kelemahan, peluang
dan tantangan menjadi dasar dari Perencanaan strategis Pengembangan
Institusi secara keseluruhan. Rencana Strategis ini dibuat sebagai peta jalan
(road map) yang akan ditapaki oleh Fikes dan merupakan ijtihad kreatif
operasionalisasi Rencana Strategis di tingkat Universitas.
Supaya bersifat strategis, semua aktivitas/program yang akan
dilakukan harus (a) bertumpu pada kekuatan institusi; (b) responsif
terhadap peluang-peluang yang ada; dan (c) harus didukung dengan
rencana yang fisibel. Selain itu, Rencana Strategis juga akan dijadikan
panduan evaluasi pelaksanaan program.
72
4) Menanamkan nilai-nilai Islam kepada seluruh civitas akademik
secara komprehensif.
c. Tujuan
1) Menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan dan
tehnologi serta memanfaatkannya bagi kemajuan Islam dalam
peningkatan status kesehatan Masyarakat.
2) Menghasilkan lulusan yang professional, siap kerja dan berjiwa
interpreneurship berdasarkan nilai Islami.
3) Menghasilkan penelitian dan pengabdian yang inovatif dibidang
kesehatan dan sesuai dengan masalah kesehatan yang sedang
dihadapi Masyarakat.
4) Mengembangkan kerjasama dengan berbagai pihak dan pemerintah
untuk menciptakan profesionalitas mahasiswa dan lulusan.
5) Mengembangkan sistem organisasi dan manajemen yang rapi,
efektif dan efisien sehingga mampu memberikan pelayanan
administrasi yang memuaskan pengguna.
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden Berdasarkan Data
Lingkungan Fisik (Penyediaan Air Bersih)
Kategori Karakteristik Responden n %
Penyediaan PAM 27 48,2
Air Bersih Sumur 29 51,8
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa,
mayoritas responden dalam penyediaan air bersih menggunaan sumur
berjumlah 29 mahasiswa dengan presentase 51,8%.
73
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden Berdasarkan
Penyediaan Air Minum
Kategori Karakteristik Responden n %
Penyediaan Lain-lain/Air mineral 31 55,4
Air Minum PAM 15 26,8
Sumur 10 17,9
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa,
mayoritas responden dalam memenuhi penyediaan air minum
menggunakan air mineral berjumlah 31 mahasiswa dengan presentase
55,4%.
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Pengolahan Air Minum
Kategori Karakteristik Responden n %
Penyediaan Air Mentah 1 1,8
Pengolahan Selalu Dimasak 55 98,2
Air Minum
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden dalam pengolahan air minum selalu dimasak
berjumlah 55 mahasiswa dengan presentasi 98,2%.
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kebiasaan Membuang Sampah
Kategori Karakteristik Responden n %
Kebiasaan Diangkut Petugas 31 55,4
Membuang Dibuang Sembarangan 2 3,6
Sampah Mandiri 23 41,1
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden dalam kebiasaan membuang sampah yaitu diangkut
oleh petugas kebersihan berjumlah 31 mahasiswa dengan presentase
55,4%.
Tabel 4.13
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Pembuangan Air Limbah
Kategori Karakteristik Responden n %
Pembuangan Got/parit 40 71,4
74
Air Limbah Sungai 16 28,6
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden dalam pembuangan air limbah kedalam got/parit
berjumlah 40 mahasiswa dengan presentasi 71,4 %.
Tabel 4.14
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Keadaan Pembuangan Air Limbah
Kategori Karakteristik Responden N %
Keadaan Baik/lancar 49 87,5
Pembuangan Kotor 7 12.5
Air Limbah
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden mengenai saluran pembuangan air limbah dalam
keadaan baik/lancar berjumlah 49 mahasiswa dengan presentase 87,5 %.
Tabel 4.15
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kepemilikan Jamban
Kategori Karakteristik Responden N %
Kepemilikan Memiliki Jamban 51 91,1
Jamban Tidak Memiliki Jamban 5 8,9
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden telah memiliki jamban berjumlah 51 mahasiswa
dengan presentase 91,1 %.
Tabel 4.16
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Macam Jamban yang Di Miliki
Kategori Karakteristik Responden n %
Macam Jamban Disungai 4 7,1
Yang Dimiliki Septitank 52 92,9
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki jamban yaitu septitank yang dimiliki
berjumlah 52 mahasiswa dengan presentase 92,9%.
75
Tabel 4.17
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Keadaan Jamban
Kategori Karakteristik Responden n %
Keadaan Bersih 54 96,4
Jamban Kotor 2 3,6
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
karakteristik responden berdasarkan Keadaan jamban, mayoritas
responden memiliki keadaan jamban yang bersih berjumlah 54 mahasiswa
dengan presentasi 96,4%.
Tabel 4.18
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Tipe Rumah
Kategori Karakteristik Responden n %
Tipe Rumah Tipe A/permanen 54 96,4
Tipe B/semipermanen 2 3,6
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki tpe rumah A/permanen berjumlah 54
mahasiswa dengan presentase 96,4%.
Tabel 4.19
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Lantai Rumah
Kategori Karakteristik Responden n %
Lantai Tanah 1 1,8
Rumah Tegel/keramik 55 98,2
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki lantai rumah beralaskan tegel/keramik
berjumlah 55 mahasiswa dengan presentase 98,2%.
Tabel 4.20
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Bumbung Rumah
Karakteristik
Kategori n %
Responden
Lantai < 1 m tanpa penangkal petir 6 10,7
Rumah < 10 m dengan penangkal petir 10 17,9
> 10 m dengan penangkal petir 24 42,9
> 10 mtanpa penangkal petir 16 28,6
76
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki bumbung rumah berjumlah 24 mahasiswa
dengan presentase 42,9%.
Tabel 4.21
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Langit-Langit Rumah
Kategori Karakteristik Responden n %
Langit- Aman, Mudah Dibersihkan 55 98,2
Langit Rawan Kecelakaan 1 1,8
Rumah
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki langit-langit rumah yang aman dan mudah
dibersihkan berjumlah 55 mahasiswa dengan presentase 98,2%.
Tabel 4.22
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Ventilasi
Kategori Karakteristik Responden n %
Ventilasi < 10% dari luas rumah 9 16,1
Ada 10% dari luas rumah 47 83,9
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki ventilasi > 10% dari luas rumah berjumlah
47 mahasiswa dengan presentase 83,9%.
Tabel 4.23
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Luas Kamar Tidur
Kategori Karakteristik Responden n %
Ventilasi > 8 m persegi 21 37,5
Minimal 8 m persegi 35 62,5
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki luas kamar tidur minimal 8 m persegi
berjumlah 35 mahasiswa dengan presentase 62,5%.
Tabel 4.24
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kepadatan Hunian Kamar Tidur
77
Kategori Karakteristik Responden n %
Kepadatan Dihuni < 2 orang 31 55,4
Hunian Kamar Dihuni > 2 orang 25 44,6
Tidur
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki kepadatan hunian kamar tidur < 2 orang
berjumlah 31 mahasiswa dengan presentase 55,4%.
Tabel 4.25
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Peralatan Dapur
Kategori Karakteristik Responden n %
Peralatan Kayu/Batu 3 5.4
Dapur Stainles 50 89.3
Utensils 3 5.4
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki peralatan dapur berbahan stainless
berjumlah 50 mahasiswa dengan presentase 89,3%.
Tabel 4.26
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Pembuangan Asap
Kategori Karakteristik Responden n %
Pembuangan Blower 25 44,6
Asap Cerobong Asap 31 55,5
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden menggunakan cerobong asap berjumlah 31
responden dengan presentasi 55,5%.
Tabel 4.27
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kondisi Lantai
Kategori Karakteristik Responden N %
Kondisi Tidak Licin 56 100,0
Lantai
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi
lantai seluruhnya dalam keadaan tidak licin dengan presentase 100%.
78
Tabel 4.28
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kondisi Bak Mandi
Kategori Karakteristik Responden n %
Kondisi Bak Tidak Ada Jentik Nyamuk 56 100,0
Mandi
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
karakteristik responden berdasarkan kondisi bak mandi, seluruhnya
kondisi bak mandi dalam keadaan tidak ada jentik nyamuk dengan
presentase 100%.
Tabel 4.29
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Lokasi Kamar Mandi
Kategori Karakteristik Responden n %
Lokasi Kamar Menyatu 23 41,1
Mandi Terpisah Dengan Toilet 33 58,9
(Septitank)
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh
Lokasi kamar mandi dalam keadaan terpisah dengan toilet (septitank)
dengan jumlah 33 mahasiswa dengan presentase 58,9%.
Tabel 4.30
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat
Mencuci
Kategori Karakteristik Responden n %
Tempat Kedap Air, Mudah 56 100
Mencuci Dibersihkan
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi
tempat untuk mencuci dalam keadaan kedap air dan mudah dibersihkan
dengan presentase 100%.
Tabel 4.31
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden Berdasarkan
Penerangan Rumah Bantuan PLN
Kategori Karakteristik Responden n %
Penerangan > 60 lux/menyilaukan 3 5,4
Rumah Bantuan 60 lux/intensitas standar 53 94,5
PLN
Total 56 100%
79
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh
penerangan rumah menggunakan bantuan PLN 60 lux/intensitas standar
dengan jumlah 53 responden dengan presentase 94,5%.
Tabel 4.32
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Penerangan Rumah Secara Alami
Kategori Karakteristik Responden n %
Penerangan Kurang/lembab 2 3,6
Rumah Secara Tersinar matahari 54 96,4
Alami
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh
penerangan rumah secara alami dalam keadaan tersinar matahari dengan
jumlah 54 responden dengan presentase 96,4%.
Tabel 4.33
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kandang Hewan Peliharaan / Ternak
Kategori Karakteristik Responden n %
Kandang Ada (jarak 10 m dari rumah) 13 23,2
Hewan Jarak <10m dari rumah 12 21,4
Peliharaan / Tidak ada 31 55,4
Ternak
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden tidak memiliki Kandang hewan peliharaan / ternak
berjumlah jumlah 31 responden dengan presentase 55,4 %.
Tabel 4.34
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Halaman Rumah (Kepemilikan Pekarangan)
Kategori Karakteristik Responden n %
Halaman Kebersihan terawat 50 89,3
Rumah Tidak memiliki 4 7,1
(Kepemilikan
Pekarangan) Tidak terawat 2 3,6
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas halaman rumah (kepemilikan pekarangan) dalam keadaan
kebersihan terawatt berjumlah 31 responden dengan presentase 55,4 %.
80
Tabel 4.35
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Pemanfaatan Pekarangan
Kategori Karakteristik Responden n %
Pemanfaatan Apotek hidup 2 3,6
Pekarangan Gazebo/ zen garden 4 7,1
Taman buah 7 12,5
Taman hias 32 57,1
Tidak ada/gersang 11 19,6
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas pekarangan dimanfaatkan dengan menanam tanaman berjumlah
32 mahasiswa dengan presentase 57,1 %.
Tabel 4.37
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Tempat Perkumpulan Umum
Kategori Karakteristik Responden n %
Tempat Baperkam 7 12,5
Perkumpulan Kecamatan 1 1,8
Umum Kelurahan 13 23,2
Masjid/Musholla 26 46,4
RT 9 16,1
Total 56 100%
81
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa,
mayoritas responden memiliki Tempat Perkumpulan umum di
Masjid/Musholla berjumlah 26 mahasiswa dengan presentase 46,4%.
Tabel 4.38
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Kategori Karakteristik Responden n %
Pemanfaatan Praktek Dokter Swasta 3 5,4
Fasilitas Praktek Kesehatan Lain 3 5,4
Kesehatan Puskesmas 44 78,6
Rumah Sakit 6 10,7
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
karakteristik responden berdasarkan Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan,
mayoritas responden memilih pemanfaatan fasilitas kesehatan di
Puskesmas berjumlah 44 responden dengan presentase 78,6%.
Tabel 3.39
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kebiasaan Check Up Kesehatan
Karakteristik
Kategori n %
Responden
Kebiasaan Jarang 47 83,9
Check Up Rutin Setiap Bulan 9 16,1
Kesehatan
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden jarang melakukan check up kesehatan berjumlah 47
responden dengan presentase 83,9%.
3. Ekonomi
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 56 mahasiswa. Berikut hasil
analisis data penelitian karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
orang tua (ekonomi) :
Tabel 4.40
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Karakteristik Pekerjaan Orang Tua
Kategori Karakteristik Responden n %
Karakteristik Buruh Tani/Pabrik 11 19,6
Pekerjaan Pegawai Swasta 12 21,4
Orang Tua PNS/ABRI 11 19,6
Wiraswasta 22 39,3
82
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas pekerjaan orang tua responden yaitu wiraswasta berjumlah 22
responden dengan presentase 39,3%.
Tabel 4.41
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Penghasilan Rata-Rata Perbulan (Keluarga)
Kategori Karakteristik Responden n %
Penghasilan < dari UMR 15 26,8
Rata-Rata > UMR 26 46,4
Perbulan UMR – 1.000.000,- 15 26,8
(Keluarga)
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas penghasilan rata-rata perbulan (keluarga) yaitu > umr berjumlah
26 responden dengan presentase 46,4%.
Tabel 4.42
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Pengeluaran Rata-Rata Perbulan (Keluarga)
Karakteristik
Kategori n %
Responden
Pengeluaran < dari UMR 17 30,4
Rata-Rata > UMR 22 39,3
Perbulan UMR – 1.000.000,- 17 30,4
(Keluarga)
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas pengeluaran rata-rata perbulan (keluarga) yaitu > umr
berjumlah 22 responden dengan presentase 39,3%.
Tabel 4.43
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kepemilikan Usaha (Keluarga)
Kategori Karakteristik Responden N %
Kepemlikan Tidak Punya 26 46,4
Usaha Toko 19 33,9
(Keluarga) UKM 7 12,5
Warung Makan 4 7,1
Total 56 100%
83
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas keluarga tidak memiliki kepemilikan usaha berjumlah 26
responden dengan presentase 46,4%.
Tabel 4.45
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kebiasaan Olahrga
Kategori Karakteristik Responden N %
Kebiasaan Kadang-kadang 11 46,4
Berolahrga Sering 14 33,9
Tidak Pernah 31 12,5
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden tidak memiliki kebiasan berolah raga berjumlah 31
responden dengan presentase 12,5%.
Tabel 4.46
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kebiasaan Sehari-Hari (Memakai Alas Kaki)
Kategori Karakteristik Responden N %
Kebiasaan Sehari- Jarang Memakai 3 54
Hari (Memakai Saat Diluar Rumah Saja 36 64,3
Alas Kaki) Setiap Saat 17 30,4
Total 56 100%
84
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memakai alas kaki saat diluar rumah saja berjumlah
36 responden dengan presentase 64,3%.
Tabel 4.47
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Kaki Sebelum Tidur
Kategori Karakteristik Responden n %
Kebiasaan Kadang-Kadang 7 12,5
Mencuci Kaki Sering 48 85,7
Sebelum Tidur Tidak Pernah 1 1,8
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur
berjumlah 48 responden dengan presentase 85,7%.
Tabel 4.48
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Transportasi (Fasilitas Transportasi)
Kategori Karakteristik Responden n %
Transportasi Angkutan Umum 18 32,1
(Fasilitas Jalan Raya 38 67,9
Transportasi)
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memanfaatkan fasilitas transportasi jalan raya
berjumlah 38 responden dengan presentase 67,9%.
Tabel 4.49
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Alat Transportasi Yang Dimiliki
Kategori Karakteristik Responden n %
Alat Lain-lain/becak 1 1,8
Transportasi Mobil 4 7,1
Yang Motor 49 87,5
Dimiliki
Sepeda 2 3,6
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memiliki alat transportasi motor berjumlah 49
responden dengan presentase 87,5%.
85
Tabel 4.50
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Penggunaan Sarana Transportasi Oleh Mahasiswa
Kategori Karakteristik Responden n %
Alat Angkutan Umum 11 19,6
Transportasi Kendaraan Pribadi 45 80,4
Yang
Dimiliki
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden menggunakan sarana transportas kendaraan pribadi
berjumlah 45 responden dengan presentase 80,4%.
Tabel 4.52
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kelompok Layanan Pada Masyarakat
Kategori Karakteristik Responden n %
Kelompok Karang tarna 26 46,5
Layanan PKK 7 12,5
Pada Posyandu 23 41,1
Masyarakat
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memanfaatkan layanan kesehatan dalam bentuk
karang taruna berjumlah 26 responden dengan presentase 46,4%.
86
Tabel 4.53
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kebijakan Pemerintah Dalam Pelayanan Kesehatan
Kategori Karakteristik Responden n %
Kebijakan Klinik 3 5,4
Pemerintah Puskesmas 46 82,1
Dalam RSU 7 12,5
Pelayanan
Kesehatan
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden memanfaatkan pelayanan kesehatan (puskesmas)
berjumlah 46 responden dengan presentase 82,1%.
Tabel 4.54
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kebijakan Pemerintah Khusus Penyakit Tidak Menular
Kategori Karakteristik Responden n %
Kebijakan Belum terlaksana 23 41,1
Pemerintah Terlaksana 33 58,9
Khusus PTM
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden dalam pengendalian PTM sudah terlaksana
berjumlah 33 responden dengan presentase 58,9%.
Tabel 4.55
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kebijakan Pemerintah Khusus Penyakit Menular
Kategori Karakteristik Responden n %
Kebijakan Belum terlaksana 28 50,0
Pemerintah Terlaksana 28 50,0
Khusus PM
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden dalam pengendalian PM sudah terlaksana dengan
presentase 50%.
87
Tabel 4.56
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Peran Serta Dalam Pelayanan Kesehatan
Kategori Karakteristik Responden n %
Peran Serta Ada 44 78,6
Dalam Belum ada 12 21,4
Pelayanan
Kesehatan
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden berperan serta dalam pelayanan kesehatan berjumlah
44 responden dengan presentase 78,6%.
6. Sistem Komunikasi
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 56 mahasiswa. Berikut hasil
analisis data penelitian karakteristik responden berdasarkan sistem
komunikasi :
Tabel 4.57
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Fasilitas Komunikasi Yang Bisa Digunakan
Kategori Karakteristik Responden N %
Fasilitas Telepon/Hp 54 96,4
Komunikasi TV 2 3,6
Yang Bisa
Digunakan
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden menggunakan komunikasi telepon/Hp berjumlah 54
responden dengan presentase 96,4%.
Tabel 4.58
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Fasilitas Komunikasi Yang Menunjang Untuk Kelompok
Kategori Karakteristik Responden n %
Fasilitas Leaflet Tentang Pengendalian 23 41,1
Komunikasi Penyakit
Yang Pamflet Tentang Penanganan 9 16,1
Menunjang Penyakit
Untuk Poster Tentang Penyakit 24 42,9
Kelompok
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden menggunakan leaflet tentang pengendalian [enyakit
88
dalam memahami kesehatan berjumlah 23 responden dengan presentase
41,1%.
7. Pendidikan
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 56 mahasiswa. Berikut hasil
analisis data penelitian karakteristik responden berdasarkan pendidikan :
Tabel 4.59
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Riwayat Pendidikan Formal Terakhir (Ayah)
Kategori Karakteristik Responden n %
Riwayat Pergutuan tinggi 13 23,2
Pendidikan SD 14 25,0
Formal Terakhir SLTA 21 37,5
(Ayah) SLTP 8 14,3
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas orang tua responden (ayah) berpendidikan SLTA berjumlah 21
responden dengan presentase 37,5%.
Tabel 4.60
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Riwayat Pendidikan Formal Terakhir (Ibu)
Kategori Karakteristik Responden n %
Riwayat Pergutuan tinggi 5 8,9
Pendidikan SD 20 35,7
Formal Terakhir SLTA 21 37,5
(Ibu) SLTP 10 17,9
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas orang tua responden (ibu) berpendidikan SLTA berjumlah 21
responden dengan presentase 37,5%.
Tabel 4.61
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Riwayat Pendidikan Responden
Kategori Karakteristik Responden n %
Riwayat Pergutuan tinggi 34 60,7
Pendidikan SLTA 21 37,5
Responden SLTP 1 1,8
Total 56 100%
89
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden berpendidikan perguruan tinggi berjumlah 34
responden dengan presentase 60,7%.
Tabel 4.62
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Fasilitas Pendidikan
Kategori Karakteristik Responden n %
Fasilitas Belum Memadai 7 12,5
Pendidikan Sudah Memadai 49 87,5
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden berpendapat mengenai fasilitas pendidikan yang
ditempuhnya saat ini sudah memadai berjumlah 49 responden dengan
presentase 87,5%.
8. Rekreasi
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 56 mahasiswa. Berikut hasil
analisis data penelitian karakteristik responden berdasarkan rekreasi :
Tabel 4.63
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Kegiatan Refreshing di Rumah
Total 56 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas kegiatan refreshing di rumah adalah dengan menggunakan
sosial media berjumlah 38 responden dengan presentase 67,9%.
Tabel 4.64
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Tempat Wisata Yang Biasa Dikunjungi
90
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas tempat yang biasa dikunjungi oleh responden adalah wisata
kuliner berjumlah 26 responden dengan presentase 46,4%.
Tabel 4.65
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Program Rekreasi Tahunan di Lingkungan Rumah
Tabel 4.66
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Karakteristik Responden
Berdasarkan Program Rekreasi Tahunan Kampus
91
Tentang Negatif 8 57,1
Perilaku Seksual
Total 14 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 4 memiliki pengetahuan tentang perilaku
seksual dengan kategori negatif berjumlah 8 responden dengan presentase
57,1%.
Tabel 4.68
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Pengetahuan Tentang Perilaku Seksual Pada
Mahasiswa Semester 6
Variabel Kategori n %
Pengetahuan Positif 9 39,1
Tentang Negatif 14 60,9
Perilaku Seksual
Total 23 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 6 memiliki pengetahuan tentang perilaku
seksual dengan kategori negatif berjumlah 14 responden dengan
presentase 60,9%.
Tabel 4.69
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Pengetahuan Tentang Perilaku Seksual Pada
Mahasiswa Semester 8
Variabel Kategori n %
Pengetahuan Positif 9 47,4
Tentang Negatif 10 52,6
Perilaku Seksual
Total 19 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 8 memiliki pengetahuan tentang perilaku
seksual dengan kategori negatif berjumlah 10 responden dengan
presentase 52,6%.
92
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 4 memiliki sikap tentang perilaku seksual
dengan kategori negatif berjumlah 8 responden dengan presentase 57,1%.
Tabel 4.71
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Sikap Tentang Perilaku Seksual Pada Mahasiswa
Semester 6
Variabel Kategori n %
Sikap Tentang Positif 12 52,2
Perilaku Seksual Negatif 11 47,8
Total 23 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 6 memiliki sikap tentang perilaku seksual
dengan kategori positif berjumlah 12 responden dengan presentase 52,2%.
Tabel 4.72
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Sikap Tentang Perilaku Seksual Pada Mahasiswa
Semester 8
Variabel Kategori n %
Sikap Tentang Positif 9 47,4
Perilaku Seksual Negatif 10 52,6
Total 19 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 8 memiliki sikap tentang perilaku seksual
dengan kategori negatif berjumlah 10 responden dengan presentase 52,6%.
93
Tabel 4.74
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Tindakan Tentang Perilaku Seksual Pada
Mahasiswa Semester 6
Variabel Kategori N %
Tindakan Positif 8 34,8
Tentang Negatif 15 65,2
Perilaku Seksual
Total 23 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 6 memiliki tindakan tentang perilaku
seksual dengan kategori negatif berjumlah 15 responden dengan
presentase 65,2%.
Tabel 4.75
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Tindakan Tentang Perilaku Seksual Pada
Mahasiswa Semester 8
Variabel Kategori n %
Tindakan Positif 8 42,1
Tentang Negatif 11 57,9
Perilaku Seksual
Total 19 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 8 memiliki tindakan tentang perilaku
seksual dengan kategori negatif berjumlah 11 responden dengan
presentase 57,9%.
94
Tabel 4.77
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Kesehatan Tentang Reproduksi Pada Mahasiswa
Semester 6
Variabel Kategori N %
Kesehatan Baik 8 34,8
Tentang Kurang 15 65,2
Reproduksi
Total 23 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 6 memiliki kesehatan tentang reproduksi
dengan kategori kurang berjumlah 15 responden dengan presentase 65,2%.
Tabel 4.78
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Kesehatan Tentang Reproduksi Pada Mahasiswa
Semester 8
Variabel Kategori N %
Kesehatan Baik 8 42,1
Tentang Kurang 11 57,9
Reproduksi
Total 19 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 8 memiliki kesehatan tentang reproduksi
dengan kategori kurang berjumlah 11 responden dengan presentase 57,9%.
Tabel 4.80
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Pengetahuan Tentang Reproduksi Pada
Mahasiswa Semester 6
Variabel Kategori N %
Pengetahuan Baik 11 47,8
Tentang Kurang 12 52,2
95
Reproduksi
Total 23 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 6 memiliki pengetahuan tentang reproduksi
dengan kategori kurang berjumlah 12 responden dengan presentase 52,2%.
Tabel 4.81
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Pengetahuan Tentang Reproduksi Pada
Mahasiswa Semester 8
Variabel Kategori N %
Pengetahuan Baik 10 52,6
Tentang Kurang 9 47,4
Reproduksi
Total 19 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 8 memiliki pengetahuan tentang reproduksi
dengan kategori baik berjumlah 10 responden dengan presentase 52,6%.
Tabel 4.83
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Sikap Tentang Reproduksi Pada Mahasiswa
Semester 6
Variabel Kategori N %
Sikap Tentang Baik 14 60,9
Reproduksi Kurang 9 39,1
Total 23 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 6 memiliki sikap tentang reproduksi dengan
kategori baik berjumlah 14 responden dengan presentase 60,9%.
96
Tabel 4.84
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Sikap Tentang Reproduksi Pada Mahasiswa
Semester 8
Variabel Kategori N %
Sikap Tentang Baik 11 57,9
Reproduksi Kurang 8 42,1
Total 19 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 8 memiliki sikap tentang reproduksi dengan
kategori baik berjumlah 11 responden dengan presentase 57,9%.
Tabel 4.86
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Peran Orang Tua Tentang Reproduksi Pada
Mahasiswa Semester 6
Variabel Kategori N %
Peran Orang Baik 15 65,2
Tua Tentang Kurang 8 34,8
Reproduksi
Total 23 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 6 memiliki peran orang tua tentang
reproduksi dengan kategori baik berjumlah 15 responden dengan
presentase 65,2%.
97
Tabel 4.87
Distribusi Frekuensi Dan Presentase Peran Orang Tua Tentang Reproduksi Pada
Mahasiswa Semester 8
Variabel Kategori N %
Peran Orang Baik 10 52,6
Tua Tentang Kurang 9 47,4
Reproduksi
Total 19 100%
Berdasarkan hasil pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
mayoritas responden semester 8 memiliki peran orang tua tentang
reproduksi dengan kategori baik berjumlah 10 responden dengan
presentase 52,6%.
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
99
Ketidaksadaran akan pentingnya menjaga kebersihan reproduksi akan
menimbulkan banyak permasalahan yang bisa menjadi boomerang terhadap dirinya
sendiri, sehingga masa depan remaja yang dipicu oleh masalah-masalah kesehatan
reproduksi akan lebih mengalami kesulitan dalam pencapaian status kesehatannya.
Pendidikan kesehatan, konseling sebaya, serta Focus Grup Discussion yang
melibatkan mahasiswa FIKes UMC yang juga dijembatani oleh lembaga yang ada di
lingkungan Fakultas, menjadi salah satu intervensi yang dipilih dalam memecahkan
masalah yang terjadi terkait Kesehatan reproduksi remaja mahasiswa Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Cirebon.
Penyebaran angket, Presentasi hasil distribusi data, hingga ke pelaksanaan
intervensi dilakukan secara virtual kepada mahasiswa FIKes UMC sebagai
responden agregat remaja karena keterbatasan ruang gerak selama masa pandemi
covid-19.
Tingkat keefektifan metode pelaksanaan kegiatan ini mempunyai hasil yang
positif dan negatif. Yang dimana, kegiatan ini dilaksanakan secara mudah melalui
virtual yang tidak memerlukan banyak biaya dan waktu karena dapat dilakukan
dirumah masing-masing tanpa perlu mengeluarkan anggaran yang berlebih.
Namun, pelaksanaan kegiatan secara virtual juga berdampak pada tingkat
keberhasilan pelaksanaan intervensi yang diterapkan. Mahasiswa profesi Ners UMC
yang menjadi pelaksana dalam kegiatan ini tidak mampu melihat secara langsung
tanggapan serta respon yang terjadi pada responden yang dilakukan jauh secara
virtual.
B. Saran
Drajat status kesehatan yang baik akan memberi lebih banyak dampak positif
yang diberikan sehingga diharapkan dapat memicu kesehatan reproduksi remaja
serta menciptakan remaja-remaja dengan reproduksi dan seksualitas yang sehat.
100
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2015). Sikap Manusia Teori dan Pengukuranya Edisi ke–2. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Depsos RI. (2018). Perilaku Seksual Remaja. Sabili Nomor 14 Tahun XIV, 24 Januari
2018.
Farida Y. (2015). Hubungan Pengetahuan, Status Sosial Ekonomi, Pola Asuh Orang Tua,
Papapran Media Pornografi dengan Perilaku Seksual Remaja.
Hartiningsih. (2018). Generasi Orang Tua Kepada Anak Melalui Proses Sosialisasi.
Jakarta: Gramedia Pustaka.
Husodo, B. T., & Widagdo, L. (2017). Pengetahuan dan Sikap Konselor SMP dan SMA
Dalam Penyuluhan Kesehatan Reproduksi di Kota Semarang. Makara Kesehatan
Volume 12, Nomor 1
Mubarak dan Chayatin. (2018). Teori dan Aplikasi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Pendidikan Kesehatan, Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan, edisi 1 hal 72, Jakarta:
Salemba Medika.
101
Mundakir. (2016). Komunikasi Keperawatan : Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Nurhapipa A, Gita Ayunda. (2016). Faktor yang Beruhubungan dengan Perilaku Seksual.
Midwifery Science. 1.
Nursalam & Efendi, Ferri. (2018). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Priyoto. (2015). Komunikasi dan Sikap Empati dalam Keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Tanib, AI, dkk. (2016). Faktor-Faktor yang Behubungan dengan Perilaku Seksual Pranikah
pada Remaja. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Wawan, A dan Dewi, M. (2010). Teori dan pengukuran Pengetahuan, sikap dan perilaku
Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
102
LAMPIRAN
103
DOKUMENTASI KEGIATAN
104
105
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA
A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental,
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi-
fungsinya dan prosesnya (Widyastuti, 2019). Promosi (pendidikan) kesehatan
reproduksi pada remaja sering dikonotasikan sebagai pendidikan seks dimana
sebagian besar masyarakat di Indonesia masih mentabukan hal ini. Bahkan ada
lembaga pendidikan formal setingkat sekolah menengah yang masih ragu
untuk melaksanakan penyuluhan kesehatan reproduksi bagi siswanya.
2. Inti :
Menjelaskan materi
penyuluhan
Materi :
1. Tugas
5 menit Perkembangan
Remaja,
Perkembangan
Psikolologis/Emosio
nal & Perkembangan
Organ Reproduksi
2. Seksualitas &
5 menit Pacaran sehat - Pemutaran - Menyimak
Video - Memperhatik
15 menit 3. Sesi FGD An Responsif
- Diskusi
- Berdiskusi Antusias
(FGD) Aktif
3. Inti :
Menjelaskan materi Media :
penyuluhan - Laptop
Materi : - Ppt
1. Proses - Video
5 menit pembuahan/kehamil Animasi
an
2. Masalah Kesehatan
Reproduksi
10 menit
3. Sesi FGD
15 menit
4. Inti :
Menjelaskan materi
penyuluhan
Materi :
1. Cara menjaga
5 menit
kesehatan &
kebersihan organ
reproduksi
5 menit
2. Hak-hak seksual &
15 menit reproduksi
3. Sesi FGD
5. 1 Evaluasi Tanya Mengerti Berhasil/
menit -Formatif Jawab Menjawab tidak
berhasil
D. Metode
1. Foccus Group Discussion (FGD) / Diskusi Kelompok Terarah
2. Tanya jawab
E. Media
1. Laptop, Power point (ppt),
2. Video Animasi
F. Materi (terlampir)
MATERI PENYULUHAN
Rundown Acara
Kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Tanggal
No. & Acara Narasumber
Waktu
1. 16.00-16.10 WIB Pembukaan MC (Diva Noviandari)
2. 16.10-16.30 WIB Sambutan-Sambutan
- Perwakilan Mahasiswa Ners UMC 2021 - M. Jihad Faturahman
- Dosen Pengampu Stase Komunitas dan - Leya Indah. P., M.Kep., Ners
Keluarga
- Kaprodi Ners UMC - Ito Wardin, M. Kep., Ners
- Dekan Fikes UMC - Uus Husni. M., S. Kp. M. Si
3. 16.30-17.00 WIB Penyampaian Hasil Survey Indah Yulinda. P
4. 17.00-17.15 WIB Diskusi Intervensi (Plan Of Action) M. Jihad Faturahman
5. 17.15-17.20 WIB Penutup MC (Diva Noviandari)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
Kepada Yth.
Dosen Pengampu Stase Komunitas dan Keluarga
Hari : Rabu
Tanggal : 07 Juli 2021
Pukul : 16.00 WIB s/d Selesai
Link : https://meet.google.com/owa-ixno-bza