Anda di halaman 1dari 54

TUGAS IKM-IKK FK UNSRI

LAPORAN DIAGNOSIS KOMUNITAS

C0

DIAGNOSIS KOMUNITAS WILAYAH KERJA PUSKESMAS


MERDEKA (KELURAHAN 19 ILIR) PALEMBANG

KEPANITERAAN KLINIK PERIODE 6 SEPTEMBER – 9 OKTOBER 2021

Oleh:
Nada Shafiyah, S Ked 04054822022179
Riswan Ahmad Pradaretza, S Ked 04054822022143

Pembimbing:
dr. Hj. Desty Aryani, M.Kes
dr. Emma Novita, M. Kes

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWJAYA

2021

i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Akhir dengan Judul:
Diagnosis Komunitas Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka
(Kelurahan 19 Ilir) Palembang

Disusun Oleh :
Nada Shafiyah, S Ked 04054822022179
Riswan Ahmad Pradaretza, S Ked 04054822022143

Telah diterima sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang periode 6 September – 9 Oktober 2021.

Palembang, Oktober 2021


Mengetahui,

Kepala Bagian IKM-IKK FK Unsri


dr. Emma Novita, M.Kes
............................................

Kepala Puskesmas Merdeka


dr. Hj. Desty Aryani, M.Kes
.............................................

Dosen Pembimbing Lapangan


dr. Emma Novita, M.Kes
.............................................

Dokter Pembimbing Puskesmas


Merdeka
dr. Hj. Desty Aryani, M.Kes .............................................

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan
berkat dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Diagnosis
Komunitas kami yang berjudul Diagnosis Komunitas Wilayah Kerja
Puskesmas Merdeka (19 Ilir) Palembang sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan
Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Lapangan dr. Emma


Novita, M.Kes, Kepala Puskesmas Merdeka dr. Hj. Desty Aryani, M. Kes, dan
seluruh staff Puskesmas Merdeka yang telah memberikan arahan, saran serta
masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
akhir ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan akhir ini


masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Palembang, Oktober 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ....................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iii
DAFTAR ISI .................................................................................................iv
DAFTAR TABEL .........................................................................................v
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK............................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1 1.1.
Latar Belakang..........................................................................................1 1.2.
Tujuan.......................................................................................................3 1.3.
Manfaat....................................................................................................3 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................4 2.1. Batasan
Masalah Kesehatan ......................................................................4 2.2. Faktor yang
Mempengatuhi Derajat Kesehatan ..........................................4 2.3. Jenis Masalah
Kesehatan di Indonesia ........................................................6 2.4. Konsep
Perencanaan Terpadu Puskesmas..................................................8 BAB III
ANALISIS SITUASI PUSKESMAS...............................................20 3.1.
Analisis Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat..........................................22 3.2.
Upaya Kesehatan Puskesmas Merdeka ......................................................28
3.3. Identifikasi Faktor Perilaku dan Lingkungan...............................................29
BAB IV DIAGNOSIS KOMUNITAS DAN PERENCANAAN
PENGANGGARAN KESEHATAN TERPADU...........................................40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................48
5.1. Kesimpulan ...............................................................................................48
5.2. Saran........................................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................50

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identifikasi Masalah...........................................................................15


Tabel 2. Matriks Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas.........................18
Tabel 3. Daftar Kelurahan dan luas wilayah kerja Puskesmas Merdeka .............22
Tabel 4. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Merdeka Tahun 2020 .......23
Tabel 5. Jumlah kasus baru penyakit tidak menular dan menular .......................27
Tabel 6. Daftar 10 penyakit terbanyak Puskesmas Merdeka berdasarkan jumlah
kunjungan periode Agustus 2021......................................................................28
Tabel 7. Capaian indikator prioritas sampai dengan Agustus 2021.....................33
Tabel 8. Analisis masalah dan rencana tindak lanjut indikator program yang tidak
mencapai target ...............................................................................................34
Tabel 9. Capaian indikator kinerja UKM Puskesmas Merdeka sampai dengan
bulan Agustus 2021..........................................................................................35
Tabel 10. Analisis masalah dan rencana tindak lanjut indikator kinerja UKM yang
tidak mencapai target.......................................................................................38
Tabel 11. Identifikasi masalah .........................................................................40
Tabel 12. Penentuan prioritas masalah .............................................................41
Tabel 13. Alternatif pemecahan masalah ..........................................................44
Tabel 14. Perencanaan kesehatan dan panggaran kesehatan terpadu..................46

v
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK

Gambar 1. Siklus Perencanaan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ................10


Gambar 2. Siklus Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas.......................11
Gambar 3. Tampak depan Puskesmas Merdeka ...............................................20
Gambar 4. Wilayah kerja Puskesmas Merdeka ................................................22
Gambar 5. Kegiatan Puskesmas Menyapa Dulur..............................................26
Gambar 6. Area bermain anak ........................................................................26
Gambar 7. Kunjungan rumah ke wilayah RT 9 Kelurahan 19 Ilir......................30
Gambar 8. Kondisi Lingkungan Rumah Warga saat kunjungan.........................31
Grafik 1. Distribusi penduduk menurut umur tahun 2020 di wilayah kerja
Puskesmas Merdeka ........................................................................................24

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan upaya seluruh sektor bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, ketersediaan, dan kemampuan
hidup sehat bagi semua untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi dalam pembangunan sumber daya
manusia kesehatan yang berdaya saing ekonomi dan manfaat efisiensi sosial.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kontinum
antara upaya program dan bidang kesehatan yang begitu penting dalam
kehidupan kita.1,2
Puskesmas merupakan pelaksana pembangunan kesehatan mandiri
yang bertanggung jawab memberikan kontribusi yang berarti bagi
keberhasilan pembangunan kedokteran. Puskesmas memberikan pelayanan
kesehatan yang komprehensif meliputi promosi, perawatan dan rehabilitasi
dan sebagai pemberi pelayanan kesehatan yang melibatkan masyarakat,
Puskesmas menekankan pada aspek preventif program, melakukan sendiri.1
Kesehatan masyarakat merupakan perpaduan antara teori dan praktek
yang ditujukan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan
meningkatkan derajat kesehatan manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut,
perlu diselenggarakan suatu upaya masyarakat untuk mengenali potensi
penuh yang ada di masyarakat. dan mengidentifikasi masalah yang ada. Hal
ini membutuhkan penilaian yang menyeluruh untuk dilakukan di
masyarakat, terutama dengan melakukan diagnosa di masyarakat.3
Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks yang
berkaitan dengan masalah selain kesehatan itu sendiri. Penyelesaian suatu
masalah kesehatan masyarakat tidak terbatas pada kesehatan diri sendiri,
tetapi pada semua aspek yang mempengaruhi “penyakit kesehatan” atau
masalah kesehatan. Untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di

1
wilayah kerja Puskesmas, diperlukan diagnosis komunitas untuk
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kesehatan, mengidentifikasi
sumber daya untuk mengatasi masalah dan kebutuhan tersebut, memastikan
bahwa masyarakat berpartisipasi dan mengupayakan fisik, lingkungan
biologis dan psikologis dari keluarga yang terkena dampak.4
Diagnostik Komunitas menggunakan pemecahan masalah sebagai
pendekatan. Diagnosis komunitas didefinisikan oleh WHO sebagai
gambaran kesehatan suatu komunitas, baik secara kualitatif maupun
kuantitatif, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diagnosa komunitas
dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan di suatu wilayah dan
menganalisis faktor-faktor penyebab masalah tersebut untuk
merekomendasikan intervensi dan menyusun rencana kerja untuk
memecahkan masalah di wilayah tersebut.3,5
Dalam proses diagnosis komunitas, dilakukan analisis kasus dan
kemudian dikumpulkan data yang merupakan data primer dari masyarakat
langsung atau data sekunder dari survei atau laporan yang ada. Data
dianalisis dan oleh karena itu ada masalah yang diidentifikasi. Jika
ditemukan lebih dari satu masalah, prioritaskan pemecahan masalah dan
tentukan penyebabnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun dan memilih
alternatif dan memperbaiki masalah, kemudian mengembangkan program
kerja. Setelah pembentukan laporan diagnostik komunitas, kegiatan yang
dibahas di atas dilakukan. Pemantauan dan tindak lanjut juga diperlukan
sebelum melakukan penilaian. 3,5
Tujuan dari diagnosis komunitas adalah untuk menentukan sejauh
mana masalah kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, memprioritaskan masalah kesehatan, merencanakan
intervensi, melaksanakan, mengevaluasi dan menemukan sumber daya yang
tersedia di masyarakat. Diagnosis komunitas penting karena dapat
mengungkap potensi dan potensi masalah dalam komunitas dan
meningkatkan kesadaran akan masalah nyata yang dihadapi anggota
komunitas. Melalui pendaftaran, dimungkinkan untuk mengidentifikasi

2
prioritas masalah kesehatan di masyarakat sehingga mereka dapat dilibatkan
untuk membantu departemen kesehatan setempat menilai kesehatan
masyarakat jangka panjang. 3,5

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk menegakkan diagnosis
komunitas di wilayah kerja Puskesmas Merdeka.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Merdeka
2. Menetapkan prioritas masalah kesehatan
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah kesehatan
4. Menyusun perencanaan kegiatan dan penganggaran terpadu

1.3. Manfaat
1. Memberikan data mengenai penyebab masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Merdeka
2. Menjadi tolak ukur tenaga kesehatan dan kader untuk meningkatkan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Merdeka
3. Menambah pengetahuan dokter muda mengenai cara penegakkan
diagnosa komunitas

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Batasan Masalah Kesehatan


Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor kualitas hidup yang
mencerminkan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia. Masalah kesehatan
adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari banyak masalah
lingkungan alami dan buatan manusia. Timbulnya penyakit tidak dapat
disangkal, meskipun terkadang dapat dicegah atau dihindari. Menurut
WHO, sehat adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh,
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.6,7
Pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Rumah
sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat, yang sifatnya
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu kedokteran, kemajuan teknis dan
kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh
masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi- tingginya.8
Teori kesehatan yang diperkenalkan dalam Muninjaya menunjukkan
bahwa ada komponen utama yang menentukan tingkat kesehatan masyarakat
di suatu bidang, yaitu genetika, perilaku manusia, pelayanan kesehatan, dan
lingkungan. Pihak lain juga berpendapat bahwa ada faktor yang
mempengaruhi atau menentukan status kesehatan, yaitu genetik, pengaruh
perilaku dan keluarga, lingkungan sosial, lingkungan alam dan akses
terhadap produk kesehatan.8

2.2. Faktor yang Memengaruhi Derajat Kesehatan Menurut H. L. Blum Teori


klasik H. L. Bloom menyatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan secara berturut-turut, yaitu:8
1. Gaya hidup (life style);
2. Lingkungan;

4
3. Pelayanan kesehatan; dan
4. Faktor genetik (keturunan).

Keempat determinan tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi


status kesehatan seseorang:8
a) Faktor Keturunan
Faktor ini lebih mengarah kepada kondisi individu yang
berkaitan dengan asal-usul keluarga, ras, dan jenis golongan darah.
Dari faktor keturunan/genetik ini yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana cara meningkatkan kualitas generasi muda mendatang
yang memiliki kompetensi dan kreatifitas tinggi.
b) Faktor Pelayanan Kesehatan
Faktor ini dipengaruhi oleh seberapa jauh pelayanan
kesehatan yang diberikan. Pelayanan kesehatan yang berkualitas
dan terbaik sangat dibutuhkan masyarakat untuk mencegah dan
menurunkan angka kematian akibat penyakit-penyakit tertentu.
c) Faktor Perilaku
Faktor perilaku berhubungan dengan perilaku individu atau
masyarakat, perilaku dengan petugas kesehatan, dan perilaku para
pejabat pengelola pemerintahan (pusat dan daerah) serta perilaku
pelaksana bisnis. Gaya hidup seseorang memiliki peranan penting
dalam menjaga status kesehatan, karena kesadaran dalam pribadi
seseorang harus dimunculkan untuk mencapai pola hidup bersih
dan sehat sehingga terhindar dari berbagai penyakit.
d) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap status
kesehatan. Kondisi sanitasi dan kebersihan lingkungan yang buruk
dan dapat membahayakan kesehatan masyarakat kita. Penumpukan
sampah yang tidak dikelola dengan benar dapat menjadi penyebab.
Tempat pelayanan kesehatan sendiri memiliki beberapa program
terkait dengan pemeliharaan sanitasi lingkungan untuk mencegah

5
terjadinya berbagai penyakit. Faktor lingkungan terdiri dari 3
bagian:
● Lingkungan fisik, terdiri dari benda mati yang dapat dilihat,
diraba dan dirasakan;
● Lingkungan biologis, terdiri dari makhluk hidup yang bergerak,
baik yang dapat dilihat maupun tidak;
● Lingkungan sosial, merupakan bentuk selain lingkungan fisik
dan biologis.

2.3. Jenis Masalah Kesehatan di Indonesia


2.3.1.Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang dilaksanakan dengan Mekanisme
Jaminan Kesehatan Sosial secara Wajib berdasarkan Undang-Undang No.
40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau yang iurannya telah dibayar oleh
pemerintah. Dalam bentuk ini, pemerintah memastikan seluruh masyarakat
mendapat pelayanan kesehatan melalui Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS).9
Penerbitan JKN jelas membutuhkan peningkatan aksesibilitas dan
kualitas pelayanan kesehatan, baik di tingkat dasar maupun lanjutan, serta
meningkatkan tolok ukur pelayanan kesehatan. Untuk mengendalikan beban
fiskal negara yang dipersyaratkan oleh JKN, diperlukan dukungan terhadap
upaya kesehatan masyarakat untuk mendorong dan mencegah masyarakat
agar tidak sakit dan tetap sehat. Pertumbuhan kepesertaan JKN cukup baik.
Pada awal September 2014, jumlah peserta mencapai 127.763.851 orang
(105,1% target). Pesatnya penambahan peserta tidak dibarengi dengan
peningkatan jumlah fasilitas kesehatan sehingga menimbulkan antrian
panjang yang jika tidak segera diatasi dapat menurunkan kualitas
pelayanan.9

6
2.3.2.Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Angka
Kematian Bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun
dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan
juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun
(dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup). Angka Kematian Ibu (AKI)
menunjukkan banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama
42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat
persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan
bukan karena sebab- sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup. Kematian Ibu
adalah kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun
waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya
kehamilan atau tempat persalinan, yaitu kematian yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, bukan karena sebab-sebab lain seperti
kecelakaan, terjatuh dan lain-lain.10

2.3.3.Stunting
Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan
tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Kondisi ini
diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar
deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Sehingga, anak lebih
pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki
keterlambatan dalam berpikir. Umumnya disebabkan asupan makan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Balita stunting termasuk masalah gizi
kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi,
gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada
bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan
dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Kejadian
balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi
Indonesia.10

7
2.3.4.Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu
tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh
seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan
berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Tujuan dari Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat adalah meningkatkan partisipasi dan peran serta
masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan produktivitas masyarakat dan
mengurangi beban biaya kesehatan. Untuk mewujudkan Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat dilakukan melalui peningkatan aktivitas fisik,
peningkatan perilaku hidup sehat, penyediaan pangan sehat dan percepatan
perbaikan gizi, peningkatan, pencegahan dan deteksi dini penyakit,
peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan edukasi hidup sehat.
Pemerintah pusat dalam hal ini seluruh kementerian berperan dalam
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat sesuai dengan kewenangan masing
masing.9

2.4. Konsep Perencanaan Terpadu Puskesmas


Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) adalah proses penyusunan
rencana kegiatan tingkat Puskesmas untuk tahun yang akan datang,
dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.11
PTP Terpadu adalah suatu pendekatan perencanaan tingkat Puskesmas
yang mana komponen perencanaan terpadu dari IMP dipakai sebagai dasar
analisa semua programkesehatan dasar Puskesmas dan penentuan kampung
prioritas serta penentuan kegiatan terpilih untuk dimasukkan ke dalam
Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas.11

a. Fungsi Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu12


● Perencanaan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
● Perencanaan memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban.

8
● Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan
potensi yang tersedia.

Untuk tingkat Kabupaten, dokumentasi hasil PTP Terpadu ini dapat


digunakan sebagai alat bantu monitoring penggunaan dana dan
pelaksanaan kegiatan di tingkat Puskesmas, serta untuk mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan Puskesmas yang perlu didukung oleh Kabupaten
maupun Provinsi.

b. Kedudukan PTP Terpadu Dalam Manajemen Puskesmas 12 PTP


Terpadu merupakan suatu alat untuk membantu secara teknis dan
operasional dalam pelaksanaan manajemen Puskesmas agar rangkaian
kegiatan berjalan lebih sistematik danterukur untuk menghasilkan
keluaran Puskesmas secara efektif dan efisien. Manajemen Puskesmas
tersebut terdiri dari Perencanaan (P1), Penggerakan dan Pelaksanaan
(P2), dan Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3). Seluruh
kegiatan di atas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan
berkesinambungan.
Dalam proses manajemen program di Puskesmas, perencanaan
yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pelaksanaan
program. PTP merupakan alat bantu Puskesmas untuk melakukan
rangkaian kegiatan manajemen puskesmas agar dilaksanakan secara
sistematik dan terukur.
Perencanaan di sini berarti kegiatan perencanaan tingkat
Puskesmas. Pelaksanaan pengendalian adalah rangkaian kegiatan mulai
dari pengorganisasian, penyelenggaraan, pemantauan (termasuk
pemantauan wilayah setempat (PWS) dengan data dari SP2TP
dalamforum Lokakarya Mini Puskesmas). Sedangkan pengawasan
pertanggungjawaban adalah kegiatan pengawasan internal dan eksternal
serta akuntabilitas petugas.
Penyusunan rencana kegiatan berupa Rencana Usulan Kegiatan
(RUK) merupakan perencanaan kegiatan Puskesmas untuk tahun

9
mendatang (H+1). Dalam PTP Terpadu rencana ini diwujudkan dalam
perencanaan kebutuhan kegiatan Puskesmas (H+1) sesuai dengan
kategori permasalahan lokal pada tingkat desa/kampung dalam satu
tahun. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) diwujudkan dalam
perencanaan kegiatan sesuai dengan skala prioritas berdasarkan alokasi
dana yang tersedia dalam tahun berjalan.

Gambar

1. Siklus Perencanaan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota12

c. Ruang Lingkup
Perencanaan Tingkat Puskesmas mencakup semua kegiatan yang
termasuk dalam Upaya Kesehatan Esensial, Upaya Kesehatan
Pengembangan dan upaya kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun
oleh Puskesmas sebagai Rencana Tahunan Puskesmas yang dibiayaioleh
Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, serta sumber dana lainnya.13

d. Tahap Perencanaan13
Perencanaan Tingkat Puskesmas disusun melalui 4 tahap
yaitu: 1. Tahap persiapan
2. Tahap analisa situasi
3. Tahap penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
4. Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan

10
Proses perencanaan Puskesmas mengikuti siklus perencanaan
pembangunan daerah, dimulai dari tingkat desa/kelurahan/kampung
melalui Musrembang desa/kelurahan/kampung, selanjutnya disusun pada
Musrembang tingkat kecamatan/distrik, kemudian diusulkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan kabupaten/kota akan
mengusulkan perencanaan tersebut pada Musrembang tingkat
Kabupaten/kota kepemerintah daerah kabupaten/kota. Penyusunan
Perencanaan Tingkat Puskesmas ditunjukkan oleh diagram berikut
dilakukan melalui lima tahap sebagai berikut:

Gambar 2. Siklus Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas13

2.4.1. Tahap Persiapan


Tahap ini bertujuan mempersiapkan staf Puskesmas yang terlibat
dalam proses penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas agar
memperoleh kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan
tahap-tahap perencanaan. Pada tahap ini Tim Puskesmas mempelajari
hal-hal berikut ini:14
1. Rencana Lima Tahunan Puskesmas
11
2. Penjabaran tahunan rencana capaian target Standar Pelayanan
Minimal tingkat kabupaten/kota.
3. Target yang disepakati bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dan menjadi tanggung jawab Puskesmas.
4. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
keluarga.
5. Penguatan Manajemen Puskesmas Melalui Pendekatan keluarga. 6.
NSPK lainnya yang dianggap perlu untuk diketahui oleh Tim di dalam
penyusunan perencanaan Puskesmas.

2.4.2. Tahap Analisis Situasi14


Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai
keadaan dan masalah yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisa
terhadap data yang dikumpulkan. Dalam tahap ini Tim Puskesmas
melakukan langkah–langkah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data kinerja Puskesmas:
Puskesmas mengumpulkan dan mempelajari data kinerja dan
gambaran status Kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas di
tahun (N-2) untuk setiap desa/kelurahan. Data diperoleh dari Sistem
Informasi Puskesmas (SIP).
2. Melakukan Analisa data
Hasil analisa data harus bisa menggambarkan:
a) Kecenderungan pencapaian status kesehatan masyarakat dan hasil
kinerja Puskesmas pada tahun (N-3) dan tahun (N-2). Status
kesehatan keluarga dan masyarakat dapat dilihat dari hasil Indeks
Keluarga Sehat yang diperoleh dari pelaksanaan Program Indonesia
Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
b) Hasil kinerja dan mutu penyelenggaraan kesehatan di tahun (N-2).
c) Prediksi status kesehatan dan tingkat kinerja Puskesmas di tahun N,
baik prediksi untuk pencapaian target kinerja dan status kesehatan
masyarakat maupun untuk kesenjangan pencapaian hasilnya, serta

12
antisipasi terhadap kemungkinan penyebab dan hambatan nyata
dan yang mungkin akan terjadi.
d) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung kemungkinan
terjadinya suatu perubahan signifikan, baik perubahan ke arah yang
lebih baik dan perubahan ke arah lebih buruk, dan memanfaatkan
pengalaman tersebut untuk mengadakan perbaikan pelayanan
kesehatan.
e) Ketersediaan dan kemampuan sumber daya Puskesmas. f) Analisis
masalah dari sisi pandang masyarakat, dilakukan melalui Survey
Mawas Diri (SMD) atau Community Self Survey (CSS). Ada dua
kelompok data yang dikumpulkan untuk dilakukan analisa situasi
yaitu data umum dan data khusus.15
A. Data Umum:
a) Data dasar Puskesmas
Nama Puskesmas, alamat Puskesmas, nomor registrasi
Puskesmas, karakteristikwilayah kerja Puskesmas, kemampuan
penyelenggaraan Puskesmas, angka kelahirankasar (CBR), angka
kematian bayi (AKB), tahun data dan jumlah kampung.
b) Data Wilayah Kerja dan Fasilitas Pelayanan
Nama kampung/desa, kampung/desa tertinggal, kampung
gondok endemik, luaswilayah, jumlah desa/dusun/RT/RW, jarak
desa dengan Puskesmas, waktu tempuh kePuskesmas, jumlah
sekolah, jumlah fasilitas pelayanan kesehatan yang ada termasuk
Posyandu. Data ini dapat diperoleh di Kantor Kecamatan/Distrik
atau Kampung/Desa.
c) Data Sumber Daya
Data sumber daya Puskesmas (termasuk Puskesmas
Pembantu dan Bidan di Desa), mencakup:
● Ketenagaan
Ketenagaan meliputi: Jumlah Tenaga Kesehatan, Non Kesehatan
dan StatusKepegawaian, Standar Ketenagaan Minimal di

13
Puskesmas dan Posisi Saat Ini, Standar Ketenagaan Minimal di
Puskesmas Pembantu, Standar Ketenagaan Minimal di
Polindes/Poskeskam.
● Ketersediaan obat dan vaksin
● Keadaan peralatan kesehatan
● Pembiayaan Kesehata
● Keadaan Sarana Prasarana Kesehatan
d) Data Peran Serta Masyarakat
Data ini mencakup jumlah Posyandu, kader, dukun bayi dan
tokoh masyarakat.
e) Data Penduduk dan Sasaran Program
Data penduduk dan sasaran program mencakup: jumlah
penduduk berdasarkan jeniskelamin, kelompok umur (sesuai
sasaran program dan SPM), di setiap desa/kampung.Data ini dapat
diperoleh di kantor kampung/desa, kantor kecamatan, dan data
estimasisasaran di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
f) Data sekolah
Data sekolah dapat diperoleh dari dinas pendidikan setempat,
mencakup jenis sekolah, jumlah siswa, klasifikasi sekolah UKS,
jumlah dokter kecil, jumlah guru UKS/guru BP, dan lain-lain.

B. Data Khusus (hasil capaian kinerja Puskesmas)


a) Data Kesehatan Lingkungan wilayah kerja Puskesmas Data
kesehatan lingkungan mencakup rumah sehat, tempat pembuatan
makanan/minuman, tempat-tempat umum, tempat pembuangan
sampah, sarana airbersih, jamban keluarga, sistem pembuangan air
limbah, sarana air minum dan sanitasi.
b) Status Kesehatan terdiri dari:
● Data kematian berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur ●
Data Kunjungan Kesakitan berdasarkan jenis kelamin dan jumlah
kunjungan baruatau lama

14
● Pola Penyakit yaitu 10 penyakit terbesar yang ditemukan
berdasarkan jenis kelamin
● Kejadian Luar Biasa
● Cakupan Program Pelayanan Kesehatan 1 (satu) tahun terakhir di
setiap kampung/desa, dapat dilihat dari Laporan Capaian Kinerja
Puskesmas
● Hasil survey (bila ada), dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas
atau pihak lain
2.4.3. Perumusan Masalah16
Perumusan masalah dilakukan berdasarkan hasil analisa data.
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Tahapan ini
dilaksanakan melalui:
C. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar
masalah yang dikelompokkan menurut jenis upaya, target, pencapaian,
dan masalah yang ditemukan.
Tabel 1. Identifikasi Masalah

Keterangan:
Masalah dirumuskan berdasarkan prinsip 5W1H (What, Who, When,
Where, Why, and How). Apa masalahnya, siapa yang terkena
masalahnya, kapan masalah itu terjadi, dimana masalah itu terjadi,
kenapa dan bagaimana masalah itu terjadi.

15
D. Menetapkan Urutan Prioritas Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan dalam mengatasi masalah,
ketidaktersediaan teknologiyang memadai, atau adanya keterkaitan
satu masalah dengan masalah lainnya, masalah prioritas perlu dipilih
dan ditetapkan lewat kesepakatan Tim. Bila tidak dicapai kesepakatan,
kriteria lain dapat digunakan. Prioritas masalah ditentukan melalui
skoring, yaitu dengan memberikan nilai untuk kriteria tertentu dan
masalah yang menjadi prioritas pertama adalah masalah yang
memiliki bobot paling besar. Salah satu teknik skoring adalah PAHO.
Penentuan prioritas masalah kesehatan dilakukan dengan
menggunakan teknik skoring PAHO. Teknik PAHO memiliki 4
indikator, yaitu: (1) besarnya masalah (Magnitude), (2) derajat
keparahan (Severity), (3) ketersediaan teknologi (Vulerability), dan
(4) kepedulian masyarakat dan pejabat (Community/Political
Concern). Prioritas masalah telah dilakukan dengan meminta pendapat
8-10 orang untuk memberikan skor antara 1-10 untuk masing-masing
kriteria yang ada.17

E. Mencari Akar Penyebab Masalah


Setelah menentukan masalah prioritas, kerja selanjutnya ialah
mencari akar penyebab masalah tersebut. Penyebab masalah dapat
dikonfirmasi dengan data Puskesmas. Beberapa metode yang dapat
dipergunakan dalam mencari akar penyebab masalah, salah satunya
ialah Diagram sebab akibat Ishikawa (diagram tulang ikan/fish bone).
Langkah-langkah penyusunannya meliputi:
● Tuliskan “masalah” pada bagian kepala ikan.
● Buat garis horizontal dengan anak panah menunjuk kearah kepala
ikan.
● Tetapkan kategori utama dari penyebab.
● Buat garis dengan anak panah menunjuk ke garis horizontal.

16
● Lakukan curah pendapat (brain storming) dan fokuskan pada
masing-masing kategori.
● Setelah dianggap cukup, lakukan cara yang sama untuk kategori
utama yang lain.
● Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat
daftar sub penyebab dan letakkan pada cabang yang lebih kecil. ●
Setelah semua ide/pendapat dicatat, lakukan klarifikasi data untuk
menghilangkan duplikasi, ketidaksesuaian dengan masalah, dan
sebagainya.
F. Menetapkan Cara Pemecahan Masalah
Menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan
membuat kesepakatan diantara anggota Tim, didahului brain storming
(curah pendapat). Bila tidak terjadi kesepakatan, maka Tabel atau
matriks cara pemecahan masalah di atas dapat digunakan.
Langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut:
● Brain storming (curah pendapat) dilaksanakan untuk
membangkitkan ide/gagasan/pendapat tentang suatu topik atau
masalah tertentu dari setiap anggota Timdalam rentang waktu yang
singkat dan bebas dari kritik.
● Kesepakatan di antara anggota Tim, berdasarkan hasil dari curah
pendapat (brain storming). Hasil kesepakatan dipergunakan
sebagai bahan penyusunan Rencana Tahunan.

2.4.4. Tahap Penyusun Rencana Usulan Kegiatan (RUK)


Penyusunan RUK dirumuskan setelah melalui tahapan Analisa
Situsi dan Perumusan Masalah, bersama dengan pihak lintas sektor
terkait dan didampingi oleh dinas Kesehatan kabupaten/kota. Penyusunan
RUK terintegrasi ke dalam sistem perencanaan daerah dan dalam tataran
target pencapaian akses, target kualitas pelayanan, target pencapaian
output dan outcome, serta menghilangkan kondisi yang dapat
menyebabkan kehilangan peluang dari sasaran program untuk

17
mendapatkan pelayanan kesehatan yang seharusnya dapat dilaksanakan
secara terintegrasi dalam satu pelaksanaan (missed opportunity).
Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dilaksanakan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Menyusun RUK bertujuan untuk mempertahankan kegiatan yang
sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program
yang masih bermasalah.
b) Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi
kesehatan di wilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas. Rencana
Usulan Kegiatan disusun dalam bentuk matriks dengan memperhatikan
berbagai kebijakan yang berlaku, baik kesepakatan global, nasional,
maupun daerah, dan sesuaidengan masalah yang ditemukan dari kajian
data dan informasi yang tersedia di Puskesmas. Tahapan penyusunan
RUK diawali dengan Hitung RUK untuk mengetahui rincian dan besaran
dana yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan.
Tabel 2. Matriks Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Puskesmas

RUK yang disusun perlu diperjuangkan untuk mendapatkan


dukungan pembiayaan sesuai dengan sumber pembiayaan yang
dicantumkan dalam RUK tersebut. Untuk memperoleh dukungan dana

18
APBD, RUK Puskesmas perlu dijabarkan dalam dalam bentuk RKA
(Rencana Kegiatan Anggaran).
2.4.5. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Penyusunan
RPK dilaksanakan melalui pendekatan keterpaduan lintas program dan
sektor dalam lingkup siklus kehidupan. Keterpaduan penting untuk
dilaksanakan mengingat adanya keterbatasan sumber daya di Puskesmas.
Keterpaduan dimaksudkan agar tidak akan terjadi missed opportunity,
kegiatan Puskesmas dapat terselenggara secara efisien, efektif, bermutu,
dan target prioritas yang ditetapkan pada perencanaan dapat tercapai.
Tahap penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan untuk upaya
kesehatan Masyarakat Esensial dan Upaya Kesehatan Masyarakat
Pengembangan, upaya kesehatan perorangan, pelayanan Perkesmas,
pelayanan kefarmasian, pelayanan laboratorium, semuanya dilaksanakan
secara bersama, terpadu dan terintegrasi. Hal ini sesuai dengan azas
penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan.
Langkah-langkah penyusunan RPK dapat diringkas sebagai berikut: 1.
Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui. 2.
Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan Rencana
Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasi pada saat
penyusunan RPK.
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi
pelaksanaan.
4. Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan
RPK.
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.

19
BAB III
ANALISIS SITUASI PUSKESMAS

3.1. Analisis Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat


3.1.1.Puskesmas
Gambar 3. Tampak depan Puskesmas Merdeka
Puskesmas Merdeka didirikan pada tahun 1955. Sebelumnya,
Puskesmas Merdeka adalah sebuah klinik dengan tujuan melayani pekerja
Belanda yang bekerja di kantor ledeng (sekarang kantor walikota). Setelah
kemerdekaan Republik Indonesia, klinik ini digunakan oleh masyarakat
sekitar dan disebut Klinik Musi. Karena frekuensi pengunjung yang semakin
meningkat dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan masyarakat yang
lebih banyak, maka Dinas Kesehatan Kota Palembang mengembangkannya
sebagai Puskesmas. Pada tahun 1960-an, Pemerintah Kota Palembang
kemudian mengalihkan pengelolaannya kepada Dinas Kesehatan Kota
Palembang dan menamakannya Puskesmas Merdeka, dengan SK Walikota
Palembang.
Sejak tanggal 17 Juli 2003, berdasarkan Keputusan Walikota
Palembang No. 599 Tahun 2003 Puskesmas Merdeka ditetapkan sebagai
Puskesmas Swakelola Merdeka‖. Berdasarkan Keputusan Walikota
Palembang No. 443 Tahun Puskesmas Merdeka ditetapkan sebagai unit

20
kerja yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah (PPK-BLUD) setelah dilakukan masa uji coba. Dengan adanya
perjanjian kerjasama antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan.

Visi dan Misi Puskesmas Merdeka


Visi, Misi, kebijakan mutu, motto dan budaya kerja dari Puskesmas
Merdeka adalah sebagai berikut:
Visi
“Tercapainya wilayah kerja puskesmas merdeka Sehat dengan
bertumpu pada Pelayanan Prima dan Pemberdayaan Masyarakat.” Misi
1. Meningkatkan Kemitraan pada semua pihak
2. Meningkatkan Profesionalitas Provider dan Pemberdayaan Masyarakat
3. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Kesehatan yang bermutu prima 4.
Mengikuti Standar yang telah ditetapkan

Kebijakan Mutu
“Puskesmas Merdeka bertekad meningkatkan kualitas Pelayanan
secara berkesinambungan berdasarkan standar yang ditetapkan demi
tercapainya kepuasan masyarakat.”

Motto
“Kesehatan anda adalah kebahagiaan kami.”

Budaya kerja
M elayani dengan sepenuh hati dan mengutamakan kepuasaan
pelanggan E lok hati, senyum, sapa, dan salam
R asa kekeluargaan, kebersamaan, dan kekompakan
D isiplin kerja selalu diutamakan
E tika dijaga, ikhlas, jujur, dan penuh tanggung jawab
K ebersihan dan kerapian diri dan lingkungan kerja
A papun yang dikerjakan sesuai dengan SOP

21
Wilayah Kerja Puskesmas Merdeka
Puskesmas Merdeka berada di Jalan Merdeka No. 66 Kelurahan
Talang Semut Kecamatan Bukit Kecil Palembang. Puskesmas Merdeka
terletak di pinggir jalan raya sehingga masyarakat mudah mengakses dengan
berjalan kaki maupun berkendaraan.
Puskesmas Merdeka memiliki 4 wilayah kerja yaitu 26 Ilir, 22 Ilir, 19
Ilir dan Talang Semut. Wilayah kerja Puskesmas Merdeka berada di tengah
kota. Batas wilayah kerja Puskesmas Merdeka yaitu:
● Utara : berbatasan dengan Kelurahan 24 Ilir
● Selatan : berbatasan dengan Kelurahan 28 Ilir, 29 Ilir dan 30 Ilir ●
Timur : berbatasan dengan Kelurahan 16 Ilir
● Barat : berbatasan dengan Kelurahan 26 Ilir Daerah I

Ga
mbar 4. Wilayah kerja Puskesmas Merdeka

Tabel 3. Daftar Kelurahan dan luas wilayah kerja Puskesmas Merdeka


No Nama Kelurahan Luas Wilayah

1. 19 Ilir 36,7 km2

2. 22 Ilir 9,0 km2

3. 26 Ilir 31,8 km2

4. Talang Semut 47,0 km2

Total 123,5 km2

22
3.1.2.Keadaan Demografi
Jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Merdeka pada
tahun 2020 adalah sebanyak 14.588 jiwa yang tersebar di empat kelurahan
(Tabel 3). Sebanyak 7150 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan sisanya
sebanyak 7438 jiwa berjenis kelamin perempuan. Distribusi menurut
kelompok umur yang terbanyak adalah penduduk yang masuk dalam
kategori usia produktif yakni 15- 59 tahun yakni sebanyak 6346 jiwa, lalu
kategori penduduk usia lanjut (usia 45-59 tahun) yakni sebanyak 3808 jiwa.
Jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Merdeka pada
tahun 2020 adalah sebanyak 14.588 jiwa yang tersebar di empat kelurahan
(Tabel 4). Sebanyak 7150 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan sisanya
sebanyak 7438 jiwa berjenis kelamin perempuan. Distribusi menurut
kelompok umur yang terbanyak adalah penduduk yang masuk dalam
kategori usia produktif yakni 15- 59 tahun yakni sebanyak 6346 jiwa, lalu
kategori penduduk usia lanjut (usia 45-59 tahun) yakni sebanyak 3808 jiwa.

Tabel 4. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Merdeka Tahun 2020


Deskripsi Kelurahan Jumlah

19 Ilir 22 Ilir 26 Ilir Talang


Semut

1. Jumlah penduduk 2184 1865 6116 4423 14588

2. Jumlah Ibu Hamil

Non Gakin 28 32 103 84 247

Gakin 4 3 9 8 24

3. Jumlah Ibu Bersalin 26 31 106 96 259

Non Gakin 24 29 98 82 233

Gakin 6 3 10 7 26

4. Jumlah Ibu Nifas 30 32 108 89 259

5. Jumlah Bayi 28 30 105 84 247

6. Jumlah Balita 102 139 449 284 974

7. Jumlah Remaja 642 571 1381 1183 3777

8 Jumlah Usila 873 784 1786 1538 4981

9. Jumlah Taman Kanak- 2 0 1 3 6

23
kanak (TK)

10. Jumlah PAUD 0 0 4 3 7

11. Jumlah SD/ Madrasah


Iftidaiyah

a. Negeri 0 0 2 0 2

b. Swasta 1 0 2 3 6

12. Jumlah
SMP/sederajatnya

a. Negeri 0 0 0 1 1

b. Swasta 0 0 1 3 4

13. Jumlah SMA/


Madrasah Aliyah
Negeri 0 0 0 0 0

Swasta 0 0 0 2 2

Grafik 1. Distribusi penduduk menurut umur tahun 2020 di wilayah


kerja Puskesmas Merdeka

7000

6000
5000 3.1.3.Upaya Kesehatan Puskesmas Merdeka
LAKI-LAKI
PEREMPUAN TOTAL

1000

Upaya kesehatan yang disediakan di Puskesmas Merdeka ditunjang dengan


fasilitas kesehatan dan sumber daya manusia yang berkualitas. Fasilitas
kesehatan yang ada di Puskesmas Merdeka memiliki beberapa ruang
pelayanan kesehatan yang terdiri dari: ruang pemeriksaan umum

24
(RPU) dewasa, RPU lansia, RPU anak, ruang KIA-KB, ruang pemeriksaan
kesehatan gigi dan mulut, ruang Promkes, kesling dan imunisasi, ruang
pemeriksaan TB dan VCT. Selain itu terdapat ruang tindakan, rekam medik,
farmasi dan laboratorium. Puskesmas Merdeka juga menyediakan fasilitas
luar gedung seperti 2 Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu Pustu 19 Ilir dan
26 Ilir dan 1 buah ambulance.
Upaya kesehatan di Puskesmas Merdeka juga berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No 43 Tahun 2019 Tentang Puskesmas yang terdiri dari
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM). UKM diklasifikasikan menjadi dua yaitu upaya kesehatan
masyarakat esensial dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan
masyarakat esensial terdiri dari upaya kesehatan gizi, upaya kesehatan KIA
KB, upaya kesehatan lingkungan, upaya promosi kesehatan, kesehatan
lingkungan, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit.
Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya kesehatan yang dibuat
berdasarkan permasalahan kesehatan di masyarakat sesuai dengan
kebutuhan masyarakat kelurahan dan kemampuan puskesmas. Ada delapan
upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas Merdeka, yaitu upaya
kesehatan jiwa, upaya kesehatan gizi masyarakat, upaya kesehatan
tradisional komplementer, upaya kesehatan olahraga, upaya kesehatan
indera, upaya kesehatan lansia, upaya kesehatan kerja, dan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS)/UKGS (Upaya Kesehatan Gigi Sekolah).

Ada 6 inovasi yang dibuat sebagai salah satu pengembangan upaya


kesehatan, yaitu:

1. Merdeka Sayang Ibu (Menyangbu)


Meyangbu merupakan salah satu inovasi dari upaya kesehatan
KIA-KB. Puskesmas Merdeka merangkul semua ibu-ibu hamil agar
diberikan pelayanan kehamilan sesuai standar. Para petugas puskesmas
melakukan kunjungan ke rumah ibu-ibu hamil untuk dilakukan ANC
sederhana sembari mengajak para ibu hamil untuk memeriksakan

25
kandungannya secara rutin di puskesmas. Para ibu hamil diberikan kupon
untuk pemeriksaan USG secara gratis sehingga dapat menarik minatnya
untuk datang ke puskesmas. Program ini merupakan program yang
dijadikan unggulan di Puskesmas Merdeka.
2. Merdeka Menyapa Dulur
Merdeka menyapa dulur merupakan salah satu inovasi dari upaya
kesehatan promosi kesehatan. Hal ini dilakukan dengan diadakan
penyuluhan tentang kesehatan baik di dalam gedung maupun di luar
gedung dalam beragam topik kesehatan.

Gambar 5. Kegiatan Puskesmas Menyapa Dulur


3. Kolak Labu
Kolak Labu adalah Kolaborasi antara petugas laboratorium dengan
petugas KIA-KB agar ibu-ibu hamil melakukan skrining triple eliminasi
yaitu HIV, Hepatitis dan sifilis.
4. Rebana Anamas
Gambar 6. Area Bermain Anak

26
Arena Bermain Anak-Anak Suka Puskesmas (REBANA ANAMAS)
adalah satu inovasi upaya kesehatan agar anak-anak menyukai puskesmas
berupa wahana bermain sederhana bagi anak.
5. Kabana Pelita
Kader Serbaguna Peduli Balita (KABANA PELITA) merupakan salah
satu inovasi dari upaya kesehatan agar kader-kader yang terlatih dapat
melakukan skrining pada balita.
6. Pentas Lansia
Pelayanan yang Memprioritaskan Lansia (PENTAS LANSIA)
merupakan inovasi dari Puskesmas Merdeka yang memperioritaskan
lansia pada setiap pelayanan kesehatan.

3.1.4.Data Epidemiologi
Hasil data surveilans terpadu Puskesmas Merdeka pada bulan Agustus
2021 ditunjukkan pada Tabel 5. Data ini menunjukkan jumlah kasus baru
(insidens) untuk penyakit-penyakit dalam kategori penyakit tidak menular
dan menular menurut KMK No 1479/MENKES/SK/X/2003. Berdasarkan
data yang ada, ditunjukkan bahwa penyakit terbanyak secara berurutan
adalah hipertensi, diare, dan diabetes mellitus.

Tabel 5. Jumlah kasus baru penyakit tidak menular dan menular Agustus
2021
No Jenis Penyakit Kelompok Usia Total

<5 5-19 20-59 >60


1 Gastroenteritis 2 1 3 1 7

2 Diare Berdarah 0 0 0 0 0

3 Tifus Perut Kronis 1 1 2 0 4

4 TBC Paru 0 0 8 1 9

5 Kusta 0 0 0 0 0

6 Campak 0 1 0 0 1

7 Difteri 0 0 0 0 0

8 Batuk Rejan 0 1 0 0 1

9 Tetanus 0 0 0 0 0

27
10 Hepatitis Klinis 0 0 2 0 2

11 Malaria Klinis 0 0 0 0 0

12 Malaria Vivax 0 0 0 0 0

13 Malaria 0 0 0 0 0
Falcifarum

14 Malaria Mix 0 0 0 0 0

15 DBD 1 1 1 0 3

16 Demam Dengue 1 3 0 0 4

17 Pneumonia 0 0 0 0 0

18 Sifilis 0 0 0 0 0

19 Gonorrhoe 0 0 0 0 0

20 Frambusia 0 0 0 0 0

21 Filariasis 0 0 0 0 0

22 Influenza Like 0 0 0 0 0
Illness (Ili)

23 Hipertensi 0 0 79 98 177

24 Diabetes 0 0 38 33 71
Melitus Tipe 2

3.2. Upaya Kesehatan Puskesmas Merdeka


Berdasarkan data Laporan Berkala periode Agustus 2021, didapatkan
bahwa Hipertensi Essensial merupakan penyakit terbanyak yang terjadi,
yaitu sebanyak 177 kasus baru dan 85 kasus lama, kemudian diikuti dengan
ISPA yaitu sebanyak 122 kasus baru dan 50 kasus lama. Selanjutnya DM
Tipe 2 sebanyak 71 kasus baru dan 40 kasus lama.

Tabel 6. Daftar 10 penyakit terbanyak Puskesmas Merdeka berdasarkan


jumlah kunjungan periode Agustus 2021

No Nama Penyakit ICD-10 Jumlah Jumlah


Kasus Baru Kasus
Lama

1 HIPERTENSI ESSENSIAL I.10 177 85

2 ISPA J.06 122 50

28
3 DM TIPE 2 E.11 71 40

4 MIOPIA RINGAN H.52.1 27 12

5 SCABIES B.86 16 9

6 ASMA BRONKIAL J.45 14 9

7 DM TIPE 1 E.10 12 8

8 STATUS ASMATIKUS J.46 10 6

9 OTITIS EKSTERNA H.60.9 9 5

10 VARISELLA B.01.9 9 3

3.3. Identifikasi Faktor Perilaku dan Lingkungan


Daerah yang dipilih untuk melihat faktor perilaku dan lingkungan di
wilayah kerja Puskesmas Merdeka adalah wilayah RT 9 kelurahan 19 Ilir
Palembang. Telah dilakukan survei berupa kunjungan pada lima rumah
warga di wilayah RT 9 kelurahan 19 Ilir.
Dari faktor perilaku, sebagian besar masyarakat yang dikunjungi
memiliki JKN (BPJS). Sebagian besar juga pernah atau sedang mengikuti
program Keluarga Berencana dan persalinannya ditolong oleh tenaga
kesehatan (Bidan). Balita yang dikunjungi sebagian besar mendapat ASI
eksklusif dan mendapat imunisasi. Kader kesehatan dan pihak Puskesmas
Merdeka juga rutin mengadakan kegiatan posyandu setiap bulan di dekat
area tempat tinggal masyarakat sehingga balita di RT 9 rutin ditimbang.
Sebagian besar warga laki-laki dewasa memiliki kebiasaan merokok atau
pernah merokok sebelumnya, beberapa sudah mulai berhenti merokok sejak
merasakan keluhan-keluhan dan ada juga yang berusaha mengurangi
banyaknya rokok namun ada juga yang masih melanjutkan merokok meski
sudah didiagnosis dengan penyakit dan sudah diedukasi mengenai rokok.
Sebagian besar warga sering beraktivitas fisik ringan sehari-hari berupa jalan
pagi di jalan sekitar rumahnya.
Mengenai pola makan, seluruh keluarga memasak sendiri makanan
mereka. Sebagian besar warga yang dikunjungi menyatakan sering makan
buah dan sayur. Sebagian besar warga juga suka mengonsumsi makanan
yang digoreng seperti ikan goreng, ayam goreng, kerupuk, dll. Selain itu,

29
sebagian besar warga juga sering mengonsumsi makanan yang asin. Hanya
beberapa warga yang sering makan dan minum yang manis. Sebagian besar
warga suka mengonsumsi kopi terutama pagi hari, beberapa warga
menjadikannya sebagai kebiasaan yang dilakukan setiap hari. Hanya
beberapa warga yang suka minum teh.
Pola hidup seperti waktu tidur bervariasi pada masing-masing warga,
namun semua masyarakat yang memahami pentingnya mengatur pola tidur.
Sebagian besar warga memiliki pola tidur yang baik, akan tetapi terdapat
satu warga yang memiliki pola tidur kurang baik karena pekerjaannya
sebagai satpam yang sering berjaga malam. Semua masyarakat juga mandi 2
kali sehari dan mencuci tangan dengan sabun sebelum dan setelah makan
dan setelah memegang hal-hal yang terkontaminasi. Semua warga juga rutin
menguras bak yaitu seminggu sekali untuk memberantas sarang nyamuk.
Masyarakat juga telah memiliki jamban jongkok dan septic tank.
Kebutuhan pokok masyarakat didapatkan dari pasar tradisional yang
berjarak kurang lebih 1 km dari pemukiman. Kondisi pasar tersebut cukup
baik yaitu bersih dan tertata cukup rapih. Jalan di tengah pasar cukup luas
untuk dilewati pengendara motor dan mobil, kurang lebih 3 meter. Tempat
pembuangan sampah berada cukup jauh dari pasar akan tetapi masih mudah
untuk dijangkau.
Gambar 7. Kunjungan rumah ke wilayah RT 9 Kelurahan 19 Ilir

30
Dari faktor lingkungan, sebagian besar rumah warga memiliki kondisi
fisik dan kesehatan yang sudah baik. Sebagian besar rumah warga berukuran
sedang. Satu rumah berukuran 10m x 10m dihuni oleh 2 orang, dua rumah
berukuran 15m x 20m masing masing dihuni oleh 4 orang, satu rumah
berukuran 10m x 10m dihuni oleh 3 orang, dan satu rumah berukuran 5m x
5m dihuni oleh 2 orang. Berdasarkan KEPMENKES RI
No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyarataan Kesehatan Perumahan,
sebagian besar rumah warga sudah memenuhi syarat kesehatan rumah
tinggal dalam hal kepadatan hunian yaitu minimal 8m2 untuk 2 orang
penghuni.18
Seluruh rumah warga berdinding batu bata dan sudah dicat sehingga
mengurangi risiko paparan gas radon yang dapat menjadi faktor risiko
terjadinya kanker paru. Seluruh rumah telah dipasang ubin yang kedap air
dan mudah dibersihkan. Sebagian besar atap rumah cukup baik dan tidak
keropos serta mudah dibersihkan. Jarak antar rumah sangat dekat. Sebagian
besar rumah warga memiliki pencahayaan yang cukup baik yaitu kurang
lebih 100-150 lux dengan ventilasi yang cukup dengan ukuran sedang,
masing masing ruangan memiliki ventilasi berukuran lebih dari 10% dari
luas lantai ruangan. Akan tetapi terdapat satu rumah yang dikunjungi yang
memiliki pencahayaan dan ventilasi yang kurang baik dan terasa lembab. Di
area ini tempat pembuangan sampah telah disediakan tidak jauh dari lokasi
tempat tinggal sehingga tidak terdapat sampah rumah tangga yang
berserakan di sekitar halaman rumah. Seluruh warga memiliki akses sarana
air bersih dari PDAM. Sumber air minum menggunakan air yang dimasak.
Berdasarkan KEPMENKES RI No.829/Menkes/SK/VII/1999,
sebagian besar rumah warga telah memenuhi persyaratan kesehatan rumah
tinggal yaitu dinding rumah yang sudah dicat dan tidak menggunakan
bahan-bahan yang dapat melepaskan bahan berbahaya untuk kesehatan
seperti asbestos maupun plumbum. Seluruh rumah juga telah dipasang ubin
dan kedap air serta mudah dibersihkan. Selain itu, sebagian besar rumah
telah memiliki pencahayaan alam dan/atau buatan yang cukup baik yaitu

31
lebih dari 60 lux. Sebagian besar rumah warga juga sudah memenuhi syarat
kecukupan ventilasi yaitu luas lubang ventilasi alamiah yang permanen
minimal 10% dari luas lantai rumah. Terdapat satu rumah yang tidak
memenuhi persyaratan kecukupan pencahayaan dan ventilasi, pencahayaan
alam dan/atau di salah satu rumah warga kurang dari 60 lux, ventilasinya
juga kurang dari 10% dari luas ruangan yaitu hanya terdapat satu jendela
kecil untuk ukuran rumah 5m x 5m. Rumah tersebut juga terkesan lembab
dan panas dikarenakan rumah juga dipakai untuk memasak makanan untuk
berdagang. Untuk persyaratan pembuangan limbah, lingkungan RT 9 sudah
cukup memenuhi persyaratan tersebut yaitu pengelolaan limbah yang baik
dan tidak menimbulkan bau maupun mencemari tanah. Seluruh warga juga
sudah memiliki akses air bersih dari PDAM yang cukup yaitu lebih dari 60
liter/orang/hari yang mana memenuhi syarat penyediaan air bersih.18

Gambar 8. Kondisi Lingkungan


Rumah Warga saat kunjungan
32
1. Kinerja Sistem Kesehatan/ Program Kesehatan
Tabel 7. Capaian indikator prioritas sampai dengan Agustus 2021 (Berdasarkan PMK No.4 Tahun 2019
tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan)
No Indikator Program Data Target s/d bulan
Sasaran Agustus 2021

Absolut %

1 Pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar 431 287 66,7%

2 Pelayanan kesehatan ibu bersalin sesuai standar 411 207 66,7%

3 Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar 392 261 66,6%

4 Pelayanan kesehatan balita sesuai standar 1390 927 66,6%

5 Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar sesuai standar 5191 - -

6 Pelayanan kesehatan pada usia produktif sesuai standar 12.947 8.632 66,7%

7 Pelayanan kesehatan pada usia lanjut sesuai standar 2776 1850 66,6%

8 Pelayanan kesehatan penderita hipertensi sesuai standar 4906 3272 66,6%

9 Pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus (DM) sesuai standar 1336 888 66,6%

10 Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat (ODGJ) 43 24 58,3%


sesuai standar

11 Pelayanan kesehatan orang terduga tuberkulosis (TB) sesuai standar 599 400 66,6 %
Suspek Suspek

12 Pelayanan kesehatan orang dengan resiko terinfeksi HIV sesuai standar 1683 1260 66,6%

33
Berdasarkan data capaian indikator prioritas sampai dengan Agustus tahun
2021 Puskesmas Merdeka didapatkan beberapa indikator program yang
tidak mencapai target yaitu pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar,
pelayanan kesehatan ibu bersalin sesuai standar, pelayanan kesehatan bayi
baru lahir sesuai standar, pelayanan kesehatan pada usia produktif sesuai
standar, pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus (DM) sesuai
standar, pelayanan kesehatan orang dengan resiko terinfeksi HIV sesuai
standar. Berikut adalah tabel analisis masalah dan rencana tindak lanjut
berdasarkan indikator program yang tidak mencapai target.

Tabel 8. Analisis masalah dan rencana tindak lanjut indikator program yang
tidak mencapai target
No Indikator Program Keterangan Analisis Masalah RTL

1 Pelayanan Tidak tercapai ∙ Belum didata ∙ Meningkatkan KIE


Kesehatan Ibu sasaran ibu hamil pada ibu hamil
Hamil sesuai yang akurat tentang pentingnya
standar ∙ Data sasaran ibu pemeriksaan
hamil yang terlalu kehamilan ∙

tinggi Meningkatkan KIE


pada ibu hamil tentang
∙ Masih kurangnya
kesadaran ibu protokol kesehatan dan

hamil untuk bahwa ibu hamil tidak


perlu takut untuk
memeriksakan
memeriksakan
kehamilan ke
kehamilan ke faskes
fasilitas kesehatan
∙ Swiping dan kunjungan
rumah untuk penemuan
ibu hamil yang baru

2 Pelayanan Tidak tercapai ∙ Belum didapatkan ∙ Melakukan koordinasi


Kesehatan Ibu data ibu bersalin dengan kader dan
Bersalin sesuai yang akurat bidan untuk

standar ∙ Data sasaran ibu mendapatkan

bersalin yang data ibu bersalin

terlalu tinggi ∙ Komunikasi melalui


WA untuk ibu
hamil
yang mendekati
taksiran persalinan

3 Pelayanan Tidak tercapai ∙ Keterlambatan ∙ Petugas berkoordinasi


Kesehatan Bayi laporan BBL yang dengan klinik, BPS
dan

34
Baru Lahir diterima dari kader kader, akan
sesuai standar , BPS dan klinik dilakukan secara
∙ Jumlah kelahiran aktif
lebih banyak ∙ Kunjungan rumah dan
dari konseling sesuai
luas wilayah dengan data yang
puskesmas merdeka diterima dari klinik,
∙ Data sasaran yang kader posyandu, dan
ditetapkan oleh BPS
dinas kesehatan
terlalu tinggi
4 Pelayanan Tidak tercapai Masih kurangnya ∙ Meningkatkan KIE
kesehatan pada kesadaran kepada masyarakat
usia produktif masyarakat untuk tentang pentingnya
sesuai standar memeriksakan diri memeriksakan
di faskes kesehatan ke fasilitas
kesehatan atau kesehatan
posyandu dan ∙ Meningkatkan KIE
posbindu kepada masyarakat
terutama usia produktif
pemeriksaan mengenai
IVA pentingnya deteksi
pada wanita usia dini PTM maupun
subur pemeriksaan IVA
untuk wanita usia
subur

5 Pelayanan Tidak tercapai Masih kurangnya ∙ Meningkatkan KIE


kesehatan kesadaran kepada
penderita masyarakat untuk masyarakat
diabetes memeriksakan diri mengenai DM dan
mellitus (DM) di pelayanan pentingnya
sesuai standar kesehatan atau pengobatan yang
posbindu rutin.
∙ Meningkatkan KIE
kepada
masyarakat
tentang pentingnya
memeriksakan diri di
fasilitas kesehatan
maupun posbindu.

6 Pelayanan Tidak tercapai Kegiatan mobile Edukasi kepada


kesehatan VCT tidak Penjangkau
orang dengan dilakukan agar Lapangan (PL) agar
resiko tidak terjadi lebih sering
terinfeksi HIV kerumunan massa membawa klien
sesuai standar mengingat kondisi kelayanan dengan
yang masih di tetap menerapkan
zona merah Protokol kesehatan

35
Tabel 9. Capaian indikator kinerja UKM Puskesmas Merdeka sampai dengan bulan Agustus 2021
No Indikator Program Data Sasaran Target s/d bulan
Agustus

Absolut %
1 Persentase balita stunting 1782 154 8,6%

2 Cakupan balita gizi buruk mendapatkan perawatan 1782 Sesuai 100%


temuan
kasus

3 Cakupan K4 431 287 66,7%

4 Cakupan pesalinan di fasilitas kesehatan 411 207 66,7%

5 Persentase pelayanan nifas 411 207 66,7%

6 Cakupan penanganan ibu hamil dengan komplikasi obstetri 86 57 66,7%

7 Cakupan peserta KB aktif 3658 2853 78%

8 Cakupan pelayanan bayi baru lahir 392 261 66,6%

9 Cakupan penanganan komplikasi neonatus 59 39 66,6%

10 Persentase imunisasi dasar lengkap 382 242 63,2%

11 Pengawasan dan pembinaan tempat-tempat umum 27 18 66,4%


TTU TTU

12 Persentase rumah sehat 320 160 66,4%


Rumah Rumah

13 Persentase penyehatan kualitas air 320 160 66,4%


Rumah Rumah

35
14 Persentase pengolahan makanan yang memenuhi syarat 16 10 66,4%
TPM TPM

15 Cakupan penemuan dan penanganan DBD per 100 ribu penduduk - Sesuai 100%
temuan
kasus

16 Angka bebas jentik DBD 320 Rumah 160 66,4%


Rumah

17 Persentase posyandu aktif 16 posyandu 14 88%


posyandu

18 Terbentuknya saka bhakti husada di setiap kecamatan di kota Palembang 2 sekolah 1x 100%

19 Persentase rumah tangga berPHBS 320 160 66,4%


Rumah Rumah

20 Persentase kelompok olahraga di wilayah puskesmas 4 kelurahan 3 75%


Kelurahan
21 Cakupan penemuan dan pengobatan penderita TBC 111 Kasus 80 66,6%
Kasus

22 Angka Succes rate pengobatan pasien TB 45 Kasus 34 90 %


Kasus

23 Deteksi HIV pada Ibu hamil dan populasi kunci (WPS, Trangender, LSL) 1683 1260 66,6%

24 Cakupan pasien diare yang ditangani 515 388 66,6%

25 Cakupan balita pneumonia yang ditangani 78 52 66,6%


perkiraan
pneumoni
a

36
balita

26 Persentase sekolah yang melaksanakan upaya berhenti merokok (UBM) 2 - -


SMA

27 Persentase sekolah yang melaksanakan upaya pencegahan NAPZA 7 - -

28 Penemuan kasus non folio AFP per 100.000 anak <15 th 1 orang - -
dalam 1
tahun

29 Persentase kelurahan mengalami KLB yang ditanggulangi <24 jam - -

30 Persentase kepuasan masyarakat 150 - -


sample

37
Tabel 10. Analisis masalah dan rencana tindak lanjut indikator kinerja UKM yang tidak mencapai
target
No Indikator Program Keterangan Analisis Masalah

1 Cakupan K4 Tidak tercapai ∙ Belum didata sasaran ibu hamil yang ∙ Melakukan Koordi
akurat ∙ Data sasaran ibu hamil yang terlalu di masing-masing
tinggi hamil yang akura
∙ Meningkatkan KIE
pemeriksaan keha
WA pada ibu ham
2 Cakupan persalinan di Tidak tercapai ∙ Belum didapatkan data ibu bersalin yang ∙ Melakukan koordin
fasilitas kesehatan akurat ∙ Data sasaran ibu bersalin yang terlalu ibu bersalin
tinggi ∙ Koordinasi dengan
bersalin ∙ Komunika
mendekati taksiran

3 Persentase pelayanan nifas Tidak tercapai ∙ Belum didapatkan data ibu nifas ∙ Koordinasi dengan
yangakurat ∙ Data sasaran ibu nifas yang data ibu nifas yang
terlalu tinggi ∙ Memberikan KIE te
pada masa nifas da
ibu nifas untuk m

5 Cakupan pelayanan bayi Tidak tercapai ∙ Keterlambatan laporan BBL yang diterima ∙ Petugas berkoordin
baru lahir dari kader , BPS dan klinik akan dilakukan se
∙ Jumlah kelahiran lebih banyak dari luar wilayah ∙ Kunjungan rumah d

38
puskesmas merdeka diterima dari klinik
∙ Data sasaran yang ditetapkan oleh
dinas kesehatan terlalu tinggi

6 Cakupan penanganan Tidak tercapai ∙ Keterlambatan laporan BBL yang diterima ∙ Petugas berkoordin
komplikasi neonatus dari kader, BPS dan klinik akan dilakukan se
∙ Jumlah kelahiran lebih banyak dari luar ∙ Meningkatkan kunj
wilayah puskesmas mengetahui sedini
∙ Data sasaran yang ditetapkan oleh ∙ Konseling pada kun
dinas kesehatan terlalu tinggi untuk tempat pers

7 Persentase imunisasi Tidak tercapai Orang tua bayi masih merasa cemas ∙ Petugas berkoordin
dasar lengkap membawa bayi mereka ke Faskes untuk orang tua bayi agar
imunisasi sejak terjadi pandemi covid19 pandemi dengan te
∙ Meningkatkan peny
pentingmya Imuni
∙ Berkoordinasi deng
melakukan kegiata

8 Cakupan penemuan dan Tidak tercapai ∙ Masih adanya stigma yang kurang baik ∙ Meningkatkan kerj
pengobatan penderita TBC dari masyarakat tentang penyakit TB kader ) ∙ Meningkatk
∙ Kualitas dahak masih kurang baik ( berupa ∙ Melakukan Kerjasa
air liur) penderita Tb yang
di
39
∙ Masih ada rasa cemas pada penderita tb posyandu lansia
untuk berobat ke fasyankes karena takut di ∙ Mengedukasi dan m
nyatakan covid penderita TB agar m
Mengajarkan cara m
untuk pemeriksaan a
berkualitas
∙ Melakukan pendek

9 Deteksi HIV pada Ibu Tidak tercapai Kegiatan mobile VCT tidak dilakukan agar Edukasi kepada Penj
hamil dan populasi kunci tidak terjadi kerumunan massa mengigat sering membawa kli
(WPS, Transgender, kondisi yang masih di zona merah Prokes
LSL)

10 Cakupan balita Tidak tercapai Masih kurangnya kesadaran/pengetahuan ∙ Petugas akan berko
pneumonia yang orang tua bayi/balita untuk segera membawa yang dilakukan se
ditangani anaknya yang sakit berobat ∙ Meningkatkan penj
kepuskesmas/faskes terdekat karena takut dengan lintas prog
akan dinyatakan covid 19.

40
BAB IV
DIAGNOSIS KOMUNITAS DAN PERENCANAAN
PENGANGGARAN KESEHATAN TERPADU

4.1. Diagnosis Komunitas


Diagnosis komunitas merupakan upaya yang sistematis yang meliputi
upaya pemecahan masalah kesehatan keluarga dengan cara pengumpulan
data di masyarakat sehingga dapat dicari solusi pemecahannya. Tujuan dari
diagnosis komunitas adalah untuk menentukan seberapa besar masalah
kesehatan masyarakat beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya,
menetapkan prioritas dari masalah-masalah kesehatan, merencanakan suatu
program intervensi, implementasi, evaluasi serta mengeksplorasi sumber
daya yang ada di masyarakat. Penentuan masalah ditentukan berdasarkan
analisis situasi di wilayah kerja Puskesmas Merdeka, dan didapatkan 10
penyakit terbanyak yang masih menjadi masalah dengan solusi yang belum
optimal.3

4.1.1. Identifikasi Masalah


Tabel 11. Identifikasi masalah
No Masalah

1. Hipertensi Essensial

2. ISPA

3. DM Tipe 2

4. Miopia Ringan

5. Scabies

6. Asma Bronkial

7. DM Tipe 1

8. Status Asmatikus

9. Otitis Eksterna

10. Varisella

40
4.1.2. Penentuan Prioritas Masalah
Tabel 12. Penentuan prioritas masalah
No Masalah U S G USG Prioritas

1. Hipertensi Essensial 5 5 5 125 I

2. ISPA 5 5 5 125 III

3. DM Tipe 2 5 5 5 125 II

4. Miopia Ringan 1 3 3 9 X

5. Scabies 2 3 4 24 IX

6. Asma Bronkial 5 5 4 100 V

7. DM Tipe 1 5 5 5 125 IV

8. Status Asmatikus 4 4 4 64 VI

9. Otitis Eksterna 3 3 4 36 VII

10. Varisella 2 4 4 32 VIII

Keterangan
a. Urgency: Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak
masalah tersebut diselesaikan.
b. Seriousness: Seriousness dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap
produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan
membahayakan sistem atau tidak.
c. Growth: Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk
kalau dibiarkan.

Berdasarkan penentuan prioritas di atas, didapatkan bahwa prioritas


masalah di Puskesmas Merdeka adalah Hipertensi Essensial

4.1.3. Penentuan Penyebab Masalah


Analisis akar masalah (Root Cause Analysis) merupakan suatu proses
yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor penyebab dengan

41
menggunakan pendekatan terstruktur dengan teknik yang dirancang untuk
mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah. Analisis akar masalah
merupakan alat yang membantu kelompok atau individu dalam
mengidentifikasi akar penyebab masalah.19
Diagram Ishikawa telah dipopulerkan pada tahun 1960 oleh Kaoru
Ishikawa. Diagram ini dikenal sebagai diagram tulang ikan (fishbone
diagram) dikarenakan bentuk diagram yang mirip dengan bentuk tulang
ikan. Diagram tulang ikan biasanya bekerja dari kanan ke kiri, dengan
setiap "tulang" besar dari ikan bercabang untuk memasukkan tulang yang
lebih kecil yang berisi lebih banyak detail.20
Pada saat suatu masalah terdeteksi, maka potensi penyebabnya juga
harus diidentifikasi. Diagram Fishbone atau diagram sebab dan akibat
dapat menjadi alat yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi potensi
penyebab masalah yang terjadi apabila semua penyebab masalah tidak jelas
atau hanya dua atau beberapa diantaranya yang teridentifikasi. Masalah
utama sebagai kepala ikan dan potensi penyebab dan sub penyebab sebagai
struktur tulang ikan. Oleh karena itu, diagram menggambarkan dengan
jelas hubungan antara masalah yang diidentifikasikan dan potensi
penyebabnya.20
42

Man

Motivasi dan kesadaran


IDENTIFIKASI AKAR PENYEBAB MASALAH

Method

Upaya teknik skrining tekanan darah


untuk berobat kurang Tingkat pendidikan
kurang
Takut berobat ke
Puskesmas selama
Pemantauan kepatuhan meminum obat pada pasien hipertensi masih rendah
yang masih kurang optimal

pandemi

Merasa sudah cukup sehat sehingga pengobatan


dihentikan
Tidak merasa dirinya sakit
Penyuluhan dan promosi kesehatan belum adekuat

Hipertensi
sebagai
penyakit kronis terbanyak
Penyuluhan yang
tidak merata

Sedikitnya kader

Material
Masyarakat banyak tidak berobat dan tidak patuh dalam pengobatan karena
kurang pengetahuan

Kondisi perekonomian
masyarakat kebanyakan
menengah ke bawah

Environment
Gaya hidup tidak sehat, kurang olahraga, konsumsi makanan tinggi garam, merokok,
dan kebiasaan konsumsi kopi tiap pagi

43
Tabel 13. Alternatif pemecahan masalah
N Alternatif Metode Tujuan Sasaran Target
o Pemecahan
Masalah

1 Peningkatan Penyuluhan Peningkatan Semua Penurunan


tentang penyakit pengetahuan dan masyarakat angka
Perilaku hipertensi sikap masyarakat di wilayah kesakitan dan
kerja kematian
Edukasikepada Peningkatan Puskesmas
kelompokberisiko dukungan keluarga Merdeka
dan pendekatan terhadap
kepadakeluarga penderita hipertensi

Peningkatan
aktivitas fisik

Pemberdayaan
individu, keluarga
dan masyarakat

2 Peningkatan Inspeksi sarana air Peningkatan Semua Penurunan


Kesehatan bersih, pengadaan pengetahuan masyarakat angka
Lingkungan sarana dan mengenai kesehatan di wilayah kesakitan
prasarana, tata lingkungan, kerja akibat faktor
kelola limbah perbaikan Puskesmas lingkungan
kebersihan Merdeka
lingkungan,
Pemberdayaan Peningkatan
peningkatan sikap
individu, keluarga derajat
masyarakat
dan masyarakat menjadi lebih kesehatan
pedulipada
kesehatan
lingkungan dan
sanitasi pribadi

3 Peningkatan Pelayanan Peningkatan Masyarakat Peningkatan


Pengobatan kesehatan kesadaran akan dan kunjungan
penderita pentingnya kelompok sehat dan
hipertensi sesuai pengobatan, berisiko penurunan
standar melakukan kunjungan
kunjungan secara sakit
Penderita berobat teratur dan
secara teratur dan dapat
sesuai standar, dievaluasisecara
serta mendapat komprehensif
followup

Follow up keluarga
dengan riwayat
hipertensi

44
4 P2PTM Mengembangkan dan Peningkatan Masyarakat Penurunan
memperkuat kegiatan skrining dan angka
deteksi dini hipertensi kelompok kesakitan
secara aktif(skrining) Pencegahan berisiko dankematian
primer dan
Pelayanan kesehatan pengobatan
dengan anamnesis, secara dini
pemeriksaan fisik,
diagnosis oleh
dokterdan
pemeriksaan
penunjang jika
diperlukan

Meningkatkan akses
penderita terhadap
pengobatan hipertensi
melalui peninkatan
sumberdaya di
puskesmas

Kunjungan rumah

5 Pengobatan Distribusi obat- Peningkatan Masyarakat Pengobatan


obatandan edukasi orang yang dan dan angka
mengenaiobat mengonsumsi kelompok kesembuhan
dan menjalani berisiko 100%
pengobatan
teratur

45
4.2. Penyusunan Perencanaan Kesehatan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu
Tabel 14. Perencanaan kesehatan dan panggaran kesehatan terpadu
No Kegiatan Tujuan Sasaran Biaya/Sumber Tempat Waktu Pena
Kegiatan

1 Upaya Kesehatan Meningkatk Seluruh Transport Rp.75.000 Lapangan 1x/minggu Kad


Masyarakat berupa an derajat masyarakat Cetak media atau atau tiap
senam bersama, kesehatan edukasi Rp.80.000 halaman kunjungan
jalan santai masyarakat Konsumsi Rp.200.000 luas di
kawasan
pemukima
n RT

2 Penyuluhan Meningkatk Semua Cetak media Posyand 1x/bulan Koo


kelompok ataupun an masyarakat edukasi berupa u/ atau tiap Pro
massal dan pengetahuan leaflet Posbindu kunjungan dok
konseling tentang dan Rp. 80.000 /
hipertensi kesadaran Puskesmas
untuk
menjaga
kesehatan
dan
pencegahan
hipertensi

3 Skrining penyakit Melakukan Kelompok Transport: Posyand 1x/bulan Koor


hipertensi dan deteksi dini usia Rp.75.000,- u/
penyakit tidak penyakit produktif Posyandu Posbindu
menular lainnya tidak dan lansia Rp.200.000,- per
menular posyandu

4 Penyediaan alat Memantau Pasien PTM Penyediaan Posyand 1x/bulan Koo


ukur tekanan darah kesehatan tensimeter dan alat u/ Pro
digital, gula darah dan ukur darah Posbindu
dan kepatuhan perifer Rp1.000.000 /
kolesterol untuk berobat serta Cetak kartu berobat Puskesmas
memantau gejala efektivitas obat dan buku follow up
dan pengobatan Rp.
pasien 200.000
berkala

46
5 Kunjungan rumah Memantau Pasien HT Transport rumah Rumah 1x/bulan Dok
pasien hipertensi kesehatan yang tidak pasien Rp.75.000 pasien bida
pasien rutin Cetak media hipertensi kese
hipertensi berobat edukasi Rp.80.000

6 Pemeriksaan fisik Melakukan Pasien Penyediaan alat dan Puskesmas 1x/bulan Dok
dan penunjang anamnesis yang penggunaan alat atau tiap bida
yang dan datang di puskesmas kunjungan kese
komprehensif dan pemeriksaan berobat
melakukan rujukan fisik secara
jika diperlukan holistik

47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Diagnosis komunitas merupakan upaya yang sistematis yang meliputi
upaya pemecahan masalah kesehatan keluarga dengan cara pengumpulan
data di masyarakat sehingga dapat dicari solusi pemecahannya. Tujuan dari
diagnosis komunitas adalah untuk menentukan seberapa besar masalah
kesehatan masyarakat beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya,
menetapkan prioritas dari masalah-masalah kesehatan, merencanakan suatu
program intervensi, implementasi, evaluasi serta mengeksplorasi sumber
daya yang ada di masyarakat. Proses penegakkan diagnosis komunitas
melalui beberapa tahapan, yaitu pembentukan dan pembuatan strategi tim
komunitas, analisis situasi, pengumpulan data primer dan sekunder,
identifikasi masalah, penetapan prioritas dan penyebab masalah, pemilihan
rencana pemecahan masalah untuk penyelesaian masalah komunitas,
penyusunan progam kerja, monitoring dan evaluasi.
Maka, kesimpulan dari diagnosis komunitas wilayah kerja puskesmas
merdeka adalah:
1. Masalah kesehatan di Puskesmas Merdeka Palembang pada tahun 2021
yang menjadi prioritas utama adalah angka kesakitan hipertensi
essensial dan program pelayanan pada penderita hipertensi
2. Penyebab tingginya angka kesakitan akibat hipertensi adalah karena
pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang kurang tentang
hipertensi, gaya hidup yang tidak sehat, lingkungan yang sebagian
besar masih pada budaya malas berobat.
3. Alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan antara lain dengan
peningkatan pengetahuan dan perilaku, pengembangan kesehatan
lingkungan, dan pelayanan pengobatan.
4. Rencana Pelaksanaan Kegiatan yang akan dilakukan antara lain skrining
penyakit, kunjungan rumah, media follow up, pemeriksaan

48
yang komprehensif dan promosi kesehatan dengan lebih aktif,
pengadaan senam sehat dan penyuluhan pembiasaan olahraga
terutama untuk orangtua dan lansia.

5.1. Saran
Berdasarkan laporan diagnosis komunitas yang telah dibuat maka dalam
meyelesaikan masalah yang ada diharapkan:
A. Bagi Masyarakat
• Masyarakat lebih rajin dan sadar untuk cek kesehatan dan kontrol
berobat ke puskesmas.
• Masyarakat lebih antusias dengan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dari pihak tokoh masyarakat maupun dari Puskesmas. B. Bagi
Puskesmas
• Mengadakan acara kesehatan untuk menjalin silaturahmi dengan
tokoh masyarakat ataupun kader minimal setiap bulan.
• Tersedianya anggaran dengan jumlah yang cukup dan tepat waktu.
49
DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan. 2019. Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat


Kesehatan Masyarakat.
2. Undang Undang Republik Indonesia. 2009. Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
3. Thapa, Janak, Meera Tandan, Raj Kumar Subedi. 2012. A Text book of
Community Health Diagnosis. India: Little Buddha College
4. Madhavi Bhargava, Poonam Naik, Utsav Raj & Reshma Acharya. 2016.
„Community diagnosis by a family survey: an exposure to primary care
during medical undergraduate training, Education for Primary Care‟. 27(6).
Hal 494-498
5. Rini, M.D.P., Rendiza, T., Rahma, A. 2017. „Diagnosis Komunitas. Semarang:
Universitas Diponegoro
6. Anderson, Foster. 2009. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI Press 7.
Kementrian Kesehatan RI. 2020. Enam isu kesehatan jadi fokus kemenkes di
tahun 2021 [Internet]. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
8. Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta, 413. 9.
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Rencana Aksi
Program Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit 2015-2019.
10. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2020. Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Jakarta. 11.
Kompak. Buku Panduan Perencanaan Tingkat Puskesmas Terpadu. 12. Heldy, B.
Z. 2013. Analisis Perencanaan Tingkat Puskesmas di Kota Medan Tahun 2012.
Kebijakan, Promosi Kesehatan dan Biostatistika, 2(1), 14386. 13. Fadilah, R.
2017. Analisis Pelaksanaan Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP) Di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017.
14. Laura, S. 2019. Analisis Pelaksanaan Sistem Pencatatan Dan Pelaporan
Terpadu Puskesmas di Kota Padang Tahun 2018 (Doctoral dissertation,
Universitas Andalas).

50
15. Suciono, L., Firdawati, F., Edison, E. 2019. Analisis Pelaksanaan Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) di Kota Padang
Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(3), 700-707.
16. Suhbah, W. D., Suryawati, C., Kusumastuti, W. 2019. Evaluasi Pelaksanaan
Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU
PTM) Puskesmas Sukolilo I Kabupaten Pati. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(e-Journal), 7(4), 647-657.
17. Fattima, E. T., Wahyudo, R., Setiawan, G., dkk. 2016. Gambaran
Pengetahuan Lansia terhadap Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi di
Puskesmas Cipayung Kota Depok 2015. Jurnal Kedokteran Universitas
Lampung, 1(2), 220-225.
18. Keputusan Menteri Kesehatan RI. 1999. No.829/Menkes/SK/VII/1999
tentang Persyarataan Kesehatan Perumahan.
19. Mahto, D. dan Kumar, A. 2016. Application of Root Cause Analysis in
Improvement of product. Journal of Industrial Engineering and
Management. 01(02):16-53.
20. Liliana, L 2016. A new model of Ishikawa diagram for quality assessment.
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering. Col 161, No 1,
p 012099. IOP Publishing

51

Anda mungkin juga menyukai