Anda di halaman 1dari 127

LAPORAN PRAKTEK KEBIDANAN KOMUNITAS DI RW 02

DESA LILY KECAMATAN KENDEDES

KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR

Tanggal 25 Agustus 2021

Laporan Kelompok Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Praktek Kebidanan Komunitas Semester IV

Dosen Pembimbing

1. Ulfa Nurhidayati, SKM.,M.Kes


2. An Nisa Fithri, SKM.,MKM
3. Eka Yuni I.N, SST.,M.Keb

Disusun Oleh:
KELOMPOK 2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PRAKTEK KEBIDANAN KOMUNITAS DI RW 02

1
DESA LILY KECAMATAN KENDEDES
KOTA MALANG JAWA TIMUR
Tanggal 28 Juli 2021
Laporan Kelompok Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Praktek Kebidanan Komunitas Semester IV

Dosen Pembimbing
1. Ulfa Nurhidayati, SKM.,M.Kes
2. An Nisa Fithri, SKM.,MKM
3. Eka Yuni I.N, SST.,M.Keb

Disusun Oleh:
Kelompok 2

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
TAHUN 2020/2021

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan laporan praktek kebidanan
komunitas “Musyawarah Masyarakat Desa”.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktek kebidanan komunitas


dan tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Mulyohadi Sungkono, SpOG (K), selaku Pembina Yayasan Kendedes


Malang.
2. drg. Suharwati selaku Ketua Yayasan Kendedes Malang.
3. dr. Endah Puspitorini, MScIH., DTMPH, selaku PLH ketua Yayasan
Kendedes Malang.
4. Dr. Edi Murwani, AMd.Keb., SPd., MMRS, selaku Ketua STIKes Kendedes
Malang.
5. Lilik Winarsih, SST., M.Keb, selaku Ketua Progam Studi Diploma III
Kebidanan STIKes Kendedes Malang.
6. Ulfa Nur Hidayati, SKM., M.Kes, selaku Wali Kelas Lily dan Pembimbing
Institusi Praktek Kebidanan Komunitas Kelompok 2.
7. An Nisa Fithri, SKM.MKM, selaku Dosen Pembimbing Institusi Praktek
Kebidanan Komunitas Kelompok 2.
8. Eka Yuni I.N, SST.,M.Keb, selaku Dosen Pembimbing Institusi Praktek
Kebidanan Komunitas Kelompok 2.
9. Bambang Arief P., Apt, selaku Kepala Puskesmas Polowijen Kota Malang.
10. ……….. , selaku Bidan Koordinator Praktek Kebidanan Komunitas
Kelompok 2.
11. ………. , selaku Dosen Pembimbing Lapangan Praktek Kebidanan
Komunitas Kelompok 2.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan ini karena keterbatasan kemampuan dan waktu. Untuk itu mohon
masukan yang positif demi kesempurnaan penyusunan laporan ini.

Malang, 28 Juli 2021

3
Peneliti

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................3

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................4

BAB I.........................................................................................................................................................5

PENDAHULUAN.....................................................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................5

1.2 Tujuan..............................................................................................................................................7

1.3 Manfaat............................................................................................................................................8

BAB II.....................................................................................................................................................10

TINJAUAN TEORI.................................................................................................................................10

2.1 Konsep PKMD...................................................................................................................................10

2.1.1 Tujuan PKMD.................................................................................................................................10

1. Tujuan Umum..............................................................................................................................10

2. Tujuan Khusus.............................................................................................................................10

2.1.2 Ciri-ciri Utama................................................................................................................................11

2.1.3 Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD.........................................................11

2.1.4 Prinsip-prinsip PKMD..............................................................................................................12

2.2 Konsep Komunitas.........................................................................................................................12

2.2.1 Definisi Komunitas.....................................................................................................................12

2.3 Konsep Kebidanan Komunitas.......................................................................................................15

2.4 Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)..........................................19

BAB III....................................................................................................................................................50

SITUASI WILAYAH..............................................................................................................................50

3.1 Kondisi Wilayah (Geografi) Desa Lily..........................................................................................50

4
3.2 Survei Kesehatan Masyarakat........................................................................................................51

3.3 Penggunaan fasilitas


Kesehatan..........................................................................................68

3.4 Status
Gizi.........................................................................................................7
0

3.5
Organisasi...................................................................................................................
........77

3.6 PWS
KIA…………………………………………………………………………………
78

3.7 Cara Penentuan Prioritas


Masalah…………………………………................................106

3.8 Hasil
MMD……………………………………………………………………………...1
07

3.9
POA…………………………………………………………………………………
…..108

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain
lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi
pribadi yang erat antara para anggota komunitas tersebut karena adanya
kesamaan interest atau values (Kertajaya Hermawan, 2012). Kebidanan
Komunitas adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan
untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. (Modul Asuhan
Kebidanan Komunitas Kendedes Malang, 2017).
Bidan Komunitas adalah praktisi bidan yang berbasis komunity yang
harus dapat memberikan supervisi yang dibutuhkan oleh wanita, pelayanan
kualitas, nasihat atau sasaran pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dengan
tanggung jawabnya sendiri dan untuk memberikan pelayanan pada BBL dan
bayi secara komprehensif (Modul Asuhan Kebidanan Komunitas Kendedes
Malang, 2017).
Visi pembangunan kesehatan Indonesia saat ini adalah menuju
Indonesia Sehat 2015 yang memproyeksikan pada mayoritas penduduknya
hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat. Memiliki kemampuan
menjangkau pelayanan yang bermutu secara adil dan merata serta berada
dalam derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia dan salah
satu upaya untuk menuju ke arah peningkatan dalam kesehatan masyarakat
tersebut dalam tujuan meningkatan derajat kesehatan masyarakat. Namun

6
kemajuan tersebut masih ada beberapa yang belum mencapai target sesuai
yang diinginkan. Keberhasilan masih dihadapkan pada berbagai masalah.
Pemerataan pembangunan kesehatan pun belum dapat diwujudkan,
masih ada beberapa daerah yang jauh dari pusat pemerintahan yang masih
mengalami kendala dalam kesehatan.Perubahanparadigma kesehatan dari
paradigma sakit menjadi paradigma sehat belum sepenuhnya dapat
dilaksanakan. Usaha promotif dan preventif masih dikesampingkan dari pada
usaha kuratif yang lebihmenitikberatkan pengobatan yang sakit.
Faktor-faktor utama dari terwujudnya paradigma sehat diantaranya
perilaku dan lingkungan dari setiap individu. Namun Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat tidak dapat timbul begitu saja pada setiap individu. Oleh karena itu
peran petugas kesehatan juga sangat berperan dalam melaksanakan usaha
promotif dan preventif seperti mengadakan penyuluhan tentang kesehatan.
Usaha promotif dan preventif pun harus tepat sasaran oleh karena itu
perlu diadakanya survei mawas diri untuk mengetahui seberapa jauh
penerapan pola hidup bersih dan sehat di masyarakat selain itu juga untuk
mengetahui masalah-masalah kesehatan yang timbul di wilayah yang
disurvei. Setelah diadakannya survei langkah selanjutnya yang terpenting
adalah diadakannya musyawarah masyarakat setempat sebagai penerapan
peran serta masyarakat terhadap kesehatannya.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Malang
mengungkapkan, kematian ibu dan bayi di kabupaten Malang cenderung
menurun dari tahun ke tahun. Meski demikian jumlah ini masih tinggi dan
hingga 2017, masih masuk dalam 10 besar kabupaten dengan kematian ibu
tertinggi di Jawa Timur. Pada tahun 2016 jumlah kematian ibu 21 kematian,
sedangkan pada tahun 2018 sebanyak 18 kematian. Data terbaru tahun 2018
menunjukkan jumlah kematian ibu di kabupaten malang sebanyak 17 kasus.
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas
adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/ kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Puskesmas juga berfungsi sebagai pusat pembinaan peran serta masyarakat

7
dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang menyelenggrakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu yang
berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam
suatu wilayah tertentu (Dinkes, 2011).
Puskesmas Polowijen, Blimbing, Kota Malang beberapa waktu lalu
baru saja meluncurkan program inovasi UKM (Upaya Kesehatan
Masyarakat) bertajuk “Gerdu Ijen (Gerakan Posbindu Polowijen) dengan
Alarm Rapor Kesehatan. Program ini bermaksud mendeteksi PTM (Penyakit
Tidak Menular). Selain itu Puskesmas ini juga mengaktifkan dan
menduplikasi Posbindu di kelompok-kelompok masyarakat. Posbindu bisa
digunakan mulai remaja umur 15 tahun untuk mendeteksi kesehatannya sejak
dini. Proses pemeriksaan dalam Gerdu Ijen ini dengan mendata pasien dan
memberikan kartu Kesehatan.

Pada Desember 2019, kasus pneumonia misterius pertama kali


dilaporkan di Wuhan, Provinsi Hubei. Sumber penularan kasus ini masih
belum diketahui pasti, tetapi kasus pertama dikaitkan dengan pasar ikan di
Wuhan. Tanggal 18 Desember hingga 29 Desember 2019, terdapat lima
pasien yang dirawat dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
Sejak 31 Desember 2019 hingga 3 Januari 2020 kasus ini meningkat pesat,
ditandai dengan dilaporkannya sebanyak 44 kasus. Tidak sampai satu bulan,
penyakit ini telah menyebar di berbagai provinsi lain di China, Thailand,
Jepang, dan Korea Selatan. Sampel yang diteliti menunjukkan etiologi
coronavirus baru. Awalnya, penyakit ini dinamakan sementara sebagai 2019
novel coronavirus (2019-nCoV), kemudian WHO mengumumkan nama baru
pada 11 Februari 2020 yaitu Coronavirus Disease (COVID-19) yang
disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2
(SARS-CoV-2). Virus ini dapat ditularkan dari manusia ke manusia dan telah
menyebar secara luas di China dan lebih dari 190 negara dan teritori lainnya.
Pada 12 Maret 2020, WHO mengumumkan COVID-19 sebagai pandemik.
(Coronavirus desease 2019:Tinjauan Literatur Terkini, 2020)

8
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka Mahasiswa STIKES
Kendedes Malang Prodi D-III Kebidanan Angkatan Tahun Akademik
2019/2020 melaksanakan Praktek Kebidanan Komunitas di wilayah Desa
Lily Kecamatan Kendedes Kabupaten Malang dengan menggunakan dua
pendekatan yaitu pendekatan masyarakat dan pendekatan keluarga dalam
rangka melakukan pembinaan dengan mematuhi protokol kesehatan untuk
mencegah penularan COVID-19, mengatasi masalah kesehatan serta
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal secara mandiri, dimana dalam
pelaksanaan praktek asuhan kebidanan komunitas menggunakan pendekatan
kebidanan komunitas yang diawali dari pengkajian dengan cara
mengumpulkan data, analisa data, menentukan diagnosa atau permasalahan
dan menyusun rencana tindakan sesuai dengan permasalahan yang
ditemukan, kemudian pelaksanaan dan yang terakhir adalah melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.

1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melaksanakan
praktek kebidanan secara komperehensif dengan memperhatikan
budaya setempat yang dikemas dalam tatanan di komunitas dengan
pendekatan manajemen kebidanan dan didasari oleh konsep,
ketrampilan dan sikap profesional bidan dalam asuhan di komunitas
dengan mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan
COVID-19.
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek kebidanan komunitas di Desa Lily
Kecamatan Kendedes Kabupaten Malang, mahasiswa mampu:

a. Menerapkan konsep, prinsip dasar, masalah dan strategi pelayanan


kebidanan komunitas dan keluarga
b. Menerapkan langkah-langkah manajemen kebidanan komunitas
c. Mengidentifikasi permasalahan yang di dapat dari hasil pengkajian
d. Mengidentifikasi prioritas masalah berdasarkan permsalahan yang
di dapat

9
e. Mengidentifikasi pemecahan masalah bersama dengan pihak terkait
f. Melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan komunitas

1.3 Manfaat
1.3.1 Masyarakat
Diharapkan peran serta masyarakat (PSM) disini dapat
membantuguna mengerti akan gambaran status kesehatannya dan
menyadari permasalahan kesehatan yang ada serta mau menyelesaikan
permasalahan tersebut.
1.3.2 Mahasiswa
Menambah pengalaman belajar secara nyata di kehidupan untuk
peka dalam mengenali masalah kesehatan dalam masyarakat serta
menentukan langkah penyelesaiannya dengan mengaplikasikan ilmu
yang didapatkan pada masyarakat tentang KIA, KB, remaja dan
kesehatan reproduksi.
1.3.3 Puskesmas
Diharapkan dapat memberikan sumbangan atau masukan berupa
informasi tentang kondisi kesehatan masyarakat yang termasuk dalam
wilayah kerja puskesmas guna membantu program kesehatan pada
masyarakat yang meliputi KIA, KB, remaja dan Kesehatan reproduksi.

10
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep PKMD


Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah suatu bentuk
pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk
berinteraksi secara langsung kepada masyarakat, dengan cara mengidentifikasi
serta menangani masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat.

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) adalah rangkaian


kegiatan masyarakat yang dilakukan berdasarkan gotong-royong, swadaya
masyarakat dalam rangka menolong mereka sendiri untuk mengenal dan
memecahkan masalah atau kebutuhan yang dirasakan masyarakat, baik dalam
bidang kesehatan maupun dalam bidang yang berkaitan dengan kesehatan, agar
mampu memelihara kehidupannya yang sehat dalam rangka meningkatkan mutu
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat (Muti, 2014).

11
2.1.1 Tujuan PKMD

1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri
sendiri dibidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.

2. Tujuan Khusus
a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki
untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu
hidup.
b. Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk
berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri.
c. Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat
yang mampu, terampil serta maua berperan aktif dalam
pembangunan desa.
d. Meningkatkan kesehatan masyarakat dalam arti memenuhi
beberapa indikator yaitu angka kesakitan menurun, angka kematian
menurun, terutama angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran
menurun, dan menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita
(Muti, 2014).

2.1.2 Ciri-ciri Utama


1. Kegiatan-kegiatan PKMD didasarkan atas kesadaran masyarakat dan
dilaksanakan melalui usaha-usaha swadaya masyarakat berdasarkan
gotong-royong yang menggali dan menggunakan sumber dan potensi
masyarakat setempat.
2. Setiap keputusan dalam rangka pelaksaan kegiatan ditetapkan oleh
masyarakat sendiri melalui musyawarah mufakat.
3. Pelaksaan pekerjaan dilakasanakan oleh tenaga yang berasal dari
masyarakat setempat dan dipilih oleh masyarakat sendiri. Tenaga tersebut
dipersiapkan terlebih dahulu sehingga pengetahuan sikap dan
keterampilannya sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.

12
4. Bantuan dan dukungan pemerintah yang bersifat lintas program dan lintas
sektoral baik dalam bentuk latihan maupun bahan-bahan atau peralatan
selalu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tidak sesuai
menimbulkan ketergantungan
5. Dari berbarbagai kegiatan masyarakat tersebut minimal ada satu kegiatan
yang merupakan salah satu unsur dari unsur “Primary Health Care”
(Yulifah Rita, 2014)

2.1.3 Hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan PKMD


a. Masyarakat perlu dikembangkan pengertiannay yang benar tentang
kesehatan dan tentang program-program yang dilaksanakan pemerintah.
b. Masyarakat perlu dikembangkan kesadarannya akan potensi dan sumber
data yang dimilikki serta harus dikembangkan dan dibina kemampuan dan
keberaniannya untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam
meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan.
c. Sikap mental pihak penyelenggara pelayanan perlu dipersiapkan terlebih
dahulu agar dapat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan
potensi untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu
hidup dan kesejahteraan masyarakat.
d. Harus ada kepekaan dari para Pembina untuk memahami aspirasi yang
tumbuh di masyarakat dan dapat berperan secara wajar dan tepat.
e. Harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan berkesinambungan
baik antara para Pembina maupun antara Pembina dengan masyarakat,
sehingga muncul arus pemikiran yang mendukung kegiatan PKMD
(Yulifah Rita, 2014).

2.1.4 Prinsip-prinsip PKMD


1. Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat walaupun kegiatan tersebut bukan
merupakan kegiatan kesehatan secara langsung. Ini berarti bahwa kegiatan
tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan saja, melainkan juga mencakup

13
aspek-aspek kehidupan lainnya yang secara tidak langsung menunjang
peningkatan taraf kesehatan.
2. Dalam membina kegiatan masyarakat diperlukan kerjasama antara dinas-
dinas atau instansi-instansi, lembaga-lembaga lainnya yang bersangkutan.
3. Memberikan pelayanan secara langsung oleh sector yang bersangkutan.
(Yulifah Rita, 2014).

2.2 Konsep Komunitas

2.2.1 Definisi Komunitas


Komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang
berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang
berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak". Komunitas
sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang
berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang
sama. Dalam komunitas manusia, individudidalamnya dapat memiliki
maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko dan
sejumlah kondisi lain yang serupa. Definisi Komunitas adalah sebuah
identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai
dimensi kebutuhan fungsional. (Soenarno, 2015)

2.2.1 Ciri-Ciri komunitas


1. Kesatuan hidup yang tetap dan teratur
Sebagai kelompok sosial, komunitas merupakan kesatuan
hidup manusia yang tetap dan teratur. Hubungan antar anggotanya
berlangsung secara akrap, secara kekeluargaan, saling mengenal
( face to face), saling menolong.
2. Bersifat Territorial
Unsur utama dan khas yang menunjukkan suatu kelompok
sosial sebagai komunitas adalah daerah yang sama tempat
kelompok tersebut berada. Oleh karena itu komunitas sering
disebut masyarakat sempat. Contohnya kelompok sosial yang
bertampat tinggal dilingkungan RT, RW, Desa. Satu hal yang
perlu diperhatikan bahwa dalam komunitas tidak mengandung

14
pengertian regionalisme atau daerah yang luas seperti kabupaten
atau provinsi. ( Yuswanto Agus, 2014 )
2.2.2 Ciri-ciri Masyarakat Indonesia
Ditinjau dari struktur sosial dan kebudayaannya, masyarakat
indonesia dapat dibagi menjadi 3 (Tiga) kategori dengan ciri-ciri
masing sebagai berikut :
1. Masyarakat Desa
Memiliki ciri-ciri diantaranya adalah :

a. Hubungan keluarga dan masyarakat sangat kuat.


b. Hubungan didasarkan pada adat istiadat yang kuat sebagai
organisasi sosial.
c. Percaya pada kekuatan-kekuatan gaib.
d. Tingkat buta huruf relative masih tinggi.
e. Berlaku hokum tidak tertulis yang diketahui dan dipahami oleh
setiap orang.
f. Tidak ada lembaga pendidikan khusus dibidang teknologi dan
keterampilan.
g. Sistem ekonomi sebagian besar ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dan sebagian kecil dijual dipasaran untuk
memenuhi kebutuhan lainnya.
h. Semangat gotong royong dalam bidang social dan ekonomi
sangat kuat
2. Masyarakat Madya
a. Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan
kemasyarakatan tidak begitu kuat.
b. Adat istiadat masih dihormati dan sikap masyarakat mulai
semakin terbuka terhadap pengaruh dari luar.
c. Timbul rasionalitas dalam berpikir sehingga kepercayaan-
kepercayaan terhadap kekuatan gaib mulai berkurang.
d. Terdapat lembaga pendidikan formal dalam masyarakat
terutama pendidikan dasar dan menengah.
e. Tingkat buta huruf mulai berkurang.

15
f. Hukum tertulis mulai diberlakukan mendampingi hukum tidak
tertulis.
g. Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi
pasaran, sehingga uang mulai semakin dominan
penggunaannya.
h. Gotong royong tinggal diterapkan untuk keperluan-keperluan
social dikalangan keluarga dan tetangga saja, selebihnya
kegiatan-kegiatan umum lainnya didasarkan pada upah.
3. Masyarakat Modern
a. Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan
pribadi.
b. Hubungan natar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam
suasana saling pengaruh mempengaruhi.
c. Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
d. Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang
dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga
keterampilan.
e. Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata.
f. Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks.
g. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas
penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya. (Yuswanto Agus,
2014)

Ciri-ciri masyarakat sehat

a. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat


b. Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative terutama untuk ibu dan anak.
c. Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan
sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup.

16
d. Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan
status sosial ekonomi.
e. Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penyakit.(Yuswanto Agus, 2014)
Indikator Masyarakat sehat
Menurut WHO, beberapa indikator masyarakat sehat antara lain :
1. Indikator yang berhubungan dengan Status Kesehatan Masyarakat.
a. Indikator Komprehensif
1) Penurunan angka kematian kasar
2) Umur Harapan Hidup yang semakin meningkat.
b. Indikator Spesifik
1) Penurunan angka kematian ibu dan anak
2) Penurunan angka kematian karena penyakit menular.
3) Penurunan angka kelahiran.
c. Indikator Pelayanan Kesehatan.
1) Rasio antara jumlah penduduk dengan tenaga kesehatan yang
seimbang.
2) Distribusi tenaga kesehatan yang merata.
3) Tersedianya informasi yang lengkap tentang sarana dan
fasilitas pelayanan kesehatan.(Yulifah Rita, 2014)

2.3 Konsep Kebidanan Komunitas


2.3.1 Definisi
Konsep adalah kerangka ide yang mengandung suatu pengertian
tertentu. Kebidanan berasal dari kata “Bidan” yang artinya adalah
seseorang yang telah mengikuti pendidikan tersebut dan lulus serta
terdaftar atau mendapat ijin melakukan praktek kebidanan. Sedangkan
kebidanan sendiri mencakup pengetahuan yang dimiliki bidan dan
kegiatan pelayanan yang dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi
yang dilahirkan ( J.H. Syahlan dalam Diah, 2012)
Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives
(ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di
seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International

17
Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara berkala di
review dalam pertemuan Internasional (Kongres ICM).
Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan
Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut:
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan
bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut,
serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki
izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan.(Runjati, 2011)
2.3.2 Unsur - unsur kebidanan komunitas
a. Bidan
Sekarang belum ada pendidikan khusus untuk
menghasilkan tenaga bidan yang bekerja di komunitas, yang ada
hanya untuk menghasilkan bidan yang mampu bekerja di desa.
Pendidikan tersebut adalah pendidikan bidan A, B, C. sebagai
tenaga kesehatan bidan membantu keluarga dan masyarakat agar
selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Kegiatan
yang dilakukan bidan di komunitas meliputi:
1) Bimbingan terhadap kelompok remaja, masa perkawinan.
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, nifas, masa interval (antara
dua persalinan) dalam keluarga.
3) Pertolongan persalinan dirumah.
4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan
resiko tinggi di keluarga.
5) Pengobatan keluarga sesuai dengan kewenangan.
6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan
reproduksi.
7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.
b. Pelayanan Kebidanan
Hubungan interaksi antara bidan dan pasiennya dilakukan
melalui pelayanan kebidanan. Pelayanan kebidanan adalah segala
aktivitas yang dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan
pasiennya dari gangguan kesehatan.

18
Tujuan pelayanan kebidanan komunitas adalah
meningkatnya kesehatan ibu dan anak balita didalam keluarga
sehingga terwujud keluarga sehat dan sejahtera didalam komuniti.
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas meliputi individu,
keluarga dan kelompok masyarakat. Pelayanan kebidanan
komunitas dilakukan diluar rumah sakit. Kebidanan komunitas
dapat juga merupakan bagian atau kelanjutan pelayanan kebidanan
yang diberikan di rumah sakit. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas.
Pelayanan kebidanan komunitas mencakup upaya
pencegahan penyakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan,
penyembuhan serta pemulihan kesehatan. Kegiatan pelayanan
komunitas bisa dilakukan di puskesmas, polindes, posyandu, bidan
praktek swasta atau dirumah pasien. Kegiatan pelayanan komunitas
meliputi:
a) Penyuluhan dan nasehat tentang kesehatan.
b) Pemelihaaan kesehatan ibu dan balita.
c) Pengobatan sederhana bagi ibu dan balita.
d) Perbaikan gisi keluarga.
e) Imunisasi ibu dan anak.
f) Pertolongan persalinan dirumah.
g) Pelayanan KB
c. Sasaran pelayanan Kebidanan Komunitas
Dalam komunitas terdapat kumpulan individu yang membentuk
keluarga atau kelompok masyarakat. Sasaran utama adalah ibu dan anak
dalam keluarga. Menurut Undang - Undang No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak
dan anggota keluarga lainnya. Pelayanan ini diserahkan untuk
mewujudkan keluarga yang sehat dan sejahtera. Peningkatan kesehatan
keluarga mewujudkan lingkungan keluarga yang sehat dan dapat
meningkatkan sumber daya manusia.
d. Lingkungan

19
Lingkungan mencakup lingkungan fisik, sosial, flora dan fauna.
Lingkungan fisik yang kurang sehat menimbulkan penyakit pada
masyarakat. Lingkungan sosial berkaitan dengan adat atau budaya
dalam memberikan pelayanan diupayakan tidak bertentangan dengan
kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan dan agama di masyarakat. Flora
dan fauna berhubungan dengan penghijauan, pemanfaatan pekarangan
dengan tanaman yang bergisi.

e. Ilmu pengetahuan serta tehnologi (IPTEK)


Pelayanan kebidanan komunitas menggunakan ilmu dan tehnologi
yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Bidan dituntut untuk selalu
mengembangkan kemampuannya agar tidak ketinggalan terhadap
kemajuan ilmu dan tehnologi di bidang kesehatan. (Ambarwati Retna,
2012)
2.3.3 Bentuk Pelayanan Kebidanan Komunitas
Pelayanan yang Berorientasi Pada Kebutuhan Masyarakat
Proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan dan
tentukan prioritas dari kebutuhan tersebut serta mengembangkan keyakinan
masyarakat untuk berusaha memenuhi kebutuhan sesuai skala prioritas
berdasarkan atas sumber-sumber yang ada di masyarakat sendiri maupun
berasal dari luar secara gotong royong. Terdiri dari 3 aspek penting
meliputi proses, masyarakat dan memfungsikan masyarakat.(Diah, 2012)

Terdiri dari 3 jenis pendekatan :

1) Specifict Content Approach


Yaitu pendekatan perorangan atau kelompok yang merasakan masalah
melalui proposal program kepada instansi yang berwenang. Contoh:
pengasapan pada kasus DBD
2) General Content Objective Approach
Yaitu pendekatan dengan mengkoordinasikan berbagai upaya dalam
bidang kesehatan dalam wadah tertentu. Contoh: posyandu meliputi
KIA, imunisasi, gizi, KIE dsb.

20
3) Proses Objective Approach
Yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada proses yang
dilaksanakan masyarakat sebagai pengambil prakarsa kemudian
dikembangkan sendiri sesuai kemampuan
Contoh: Kader
Agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, bidan harus dapat melakukan komunikasi yang baik
dengan masyarakat. Komunikasi tersebut melibatkan lebih banyak
proses mendengarkan dan pada proses berbicara, merupakan suatu
proses interaksi yang tetap yang ditujukan untuk suatu kesepakatan.
Komunikasi yang baik akan membentuk pengetahuan dan tanggung
jawab orang-orang yang terlibat didalamnya (Meilani, 2012)
Komunikasi yang baik dapat menunjukkan rasa hormat kepada
orang lain dan memperlihatkan pandangan dan opini mereka dihargai.
Selanjutnya hal ini dapat membuat masyarakat mau mengambil
keputusan sendiri dan mengusulkan ide-idenya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang bidan dalam
berkomunikasi kepada masyarakat adalah sebagai berikut :
a. Jangan terlalu banyak bicara, cobalah untuk tidak menyela
b. Jangan meneruskan kaliamt mereka/ mengantisipasi apa yang
sedang mereka ucapkan
c. Tanyakan apabila anda merasa kurang jelas
d. Lebih baik membicarakan sesuatu dengna cara tatp muka, daripada
berkomunikasi secara tertulis. (Ambarwati, 2010)

2.4 Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)


2.4.1. Pengertian PWS KIA
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan dasar
yang berfungsi membina peran serta masyarakat sebagi pusat
pembangunan kesehatan masyarakat. Manajemen yang baik
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam mewujudkan fungsi
puskesmas. Fungsi manajemen tersebut, terutama dalam hal
monitoring (pemantauan) dan evaluasi (penilaian) keberhasilan

21
program puskesmas. Salah satu upaya monitoring dan evaluasi adalah
dengan menggunakan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Program
kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu program pokok
di puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu
hamil, menyusui, bayi dan anak merupakan kelompok yang sangat
rentan terhadap kesakitan dan kematian.
Pemantauan wilayah setempat KIA adalah suatu alat manajemen
program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu
wilayah (Puskesmas/ Kecamatan) secara terus menerus, sehingga dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa dengan
cakupan pelayanan KIA yang masih rendah. (Aisyah, 2013).

2.4.2. Tujuan PWS KIA


Tujuan PWS-KIA adalah Meningkatkan jangkauan dan mutu
pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas, melalui pemantauan
cakupan pelayanan KIA di tiap desa secara terus menerus.
a. Tujuan umum
Terpantaunya cakupan dan mutu pelayanan KIA secara terus
menerus di setiap wilayah kerja.
b. Tujuan Khusus
1) Memantau pelayanan KIA secara individu melalui Kohort
2) Memantau kemajuan pelayanan KIA dan cakupan indikator
KIA secara teratur (bulanan) dan terus menerus
3) Menilai kesenjangan pelayanan KIA terhadap standar
pelayanan KIA
4) Menilai kesenjangan pencapaian cakupan indikator KIA
terhadap target yg ditetapkan
5) Menentukan sasaran individu dan wilayah prioritas yang akan
ditangani secara intensif

22
6) Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber
daya yg tersedia dan yg potensial untuk digunakan
7) Meningkatkan peran aparat setempat dalam penggerakkan
sasaran dan mobilisasi sumber daya
8) Meningkatkan peran serta dan kesadaran masyarakat untuk
memanfaatkan pelayanan KIA ( Ambarwati Retna, 2012 )
2.4.3 Prinsip Pengelolaan Program KIA
1) Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal selengkapnya mencakup anamnesis,
pemeriksaan fisik(umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium atas indikasi, serta intervensi dasar dan khusus
(sesuai resiko yang ada termasuk penyuluhan dan konseling).
Akan tetapi dalam penerapan sehari-hari pelayanan antenatal
secara minimal terstandar sehingga dapat diakui sebagai bentuk
pelayanan antenatal. Dalam penerapan operasionalnya dikenal
dengan standar minimal “10T” yang terdiri dari :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Pemeriksaan tekanan darah
c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
d. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi
Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan
h. Test laboratorium (rutin dan khusus)
i. Tatalaksana kasus
j. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan
Temu wicara (konseling) Pelayanan antenatal ini hanya dapat
diberikan oleh tenaga kesehatan dan tidak dapat dilakukan
oleh dukun bayi. Ditetapkan pula frekuensi pelayanan

23
antenatal adalah minimal 4x selama kehamilan, dengan
ketentuan waktu sebagai berikut :
a) Minimal satu kali pada trimester I
b) Minimal satu kali pada trimester II
c) Minimal dua kali pada trimester III
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk
menjaminmutu pelayanan antenatal. Selain itu juga
dimaksudkan untuk memberi kesempatan yang cukup kepada
pemberi asuhan antenatal dalammenangani kasus resiko tinggi
yang ditemukan. ( Hani Ummi, 2013 )
2) Pertolongan Persalinan.
Program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang
memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat, yaitu:
dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, perawat bidan.
Meskipun demikian, di daerah terpencil masih banyak juga
penolong persalinan yang berasal dari keluarga ataupun
masyarakat yang dipercaya dapat menolong persalinan. Pada
prinsipnya, penolong persalinan baik yang dilakukan di rumah
klien maupun di sarana kesehatan seperti  Praktik Bidan Swasta
(PBS), klinik, puskesmas dan sarana kesehatan lain, harus tetap
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Sterilitasi/ pencegahan infeksi.
b) Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar
pelayanan.
c) Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan lebih
tinggi.

Penempatan bidan di desa diharapkan secara bertahap


jangkauan persalinan oleh tenaga kesehatan terus
meningkat.Selain itu diharapkan pula masyarakat semakin
menyadari pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
(Saputra Lyndon, 2014)

24
3) Deteksi Dini Ibu Hamil Beresiko
Menurunkan angka kematian ibu secara bermakna maka
deteksi dini dan penanganan ibu hamil beresiko/ komplikasi
kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik fasilitas pelayanan KIA
maupun di masyarakat. Dalam rangka itulah deteksi ibu hamil
beresiko/komplikasi kebidanan perlu difokuskan kepada
keadaan yang menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah
dengan pertolongan oleh dukun bayi juga oleh masyarakat atau
tenaga non kesehatan yang tidak berwenang.
4) Definisi Kehamilan Risiko Tinggi
Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di
dalamnya kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya
akibat gangguan kehamilan yang kebetulan atau unik. (Romauli
Suryati, 2015)
5) Macam-macam kehamilan risiko tinggi
Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari
berbagai institut berbeda-beda, namun dengan tujuan yang sama
mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.
6) Menurut Poedji Rochyati
Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut:
A. Risiko
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau
kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat
yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti
kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau
ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi.
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka
disebut SKOR. Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai
angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan
risiko yang rendah, risiko menengah, risiko
tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga
kelompok:

25
B. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) Dengan Jumlah Skor 2
Kehamilan tanpa masalah/faktor risiko, fisiologis dan
kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu
dan bayi hidup sehat.
C. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) Dengan Jumlah Skor 6-10
Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari
pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang
menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki
risiko kegawatan tetapi tidak darurat.
D. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) Dengan Jumlah
Skor ≥ 12 Kehamilan Dengan Faktor Risiko:
Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat
dan darurat bagi jiwa ibu dan atau banyinya, membutuhkan di
rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan
adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.
Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko
kegawatannyameningkat, yang membutuhkan pertolongan
persalinan di rumah sakitoleh dokter Spesialis. (Poedji
Rochjati, 2015)
7) Ada Potensi Gawat Obstetri/APGO (kehamilan yang perlu
diwaspadai)
1. Primi muda
Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun, rahim dan
panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa.
Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin
dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup
dewasa.

Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:

1. Bayi lahir belum cukup umur


2. Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir

26
3. Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji
Rochjati, 2015)
2.  Primi tua
·        Lama perkawinan ≥ 4 tahunIbu hamil pertama setelah
kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan
biasa:

1. Suami istri tinggal serumah


2. Suami atau istri tidak sering keluar kota
3. Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)
             Bahaya yang terjadi pada primi tua:

1. Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain


oleh karena kehamilannya, misalnya pre-eklamsia.
2. Persalinan tidak lancar.(Poedji Rochjati, 2015)
Pada umur ibu ≥ 35 tahun

Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia


tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ
kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah kaku. Ada
kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak
cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Bahaya
yang terjadi antara lain:

Hipertensi / tekanan darah tinggi

1. Pre-eklamsia
2. Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum
persalinan
3. Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih
dari satu jam, bayi tidak dapat lahir dengan tenaga ibu
sendiri melalui jalan lahir biasa.
4. Perdarahan setelah bayi lahir
5. Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) <
2500 gr.

27
(Poedji Rochjati, 2015)
Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko
mengalami kelainan-kelainan antara lain:
1. Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang
terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif lebih
tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia
lebih dari 45 tahun.
2. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi
meningkat 26% pada mereka yang usianya lebih dari 45
tahun
3. Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun
lima kali lebih mungkin mengalami kehamilan
ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai
24 tahun.
4. Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia
ibu. Oosit tertahan dalam midprofase dari miosis 1
sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan
merusak kiasma yang menjaga agar pasangan
kromosom tetap menyatu. Apabila miosis dilanjutkan
sampai selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi
menyebabkan salah satu gamet anak mendapat dua
salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga
terbentuk trisomi, anak lahir dengan cacat
bawaan sindrom down.
(F. Garry C, add all, 2013)

8) Skor Poedji Rochjati


Menentukan Kehamilan Resiko Tinggi Skor Poedji Rochjati.
Tabel 2.1 Skor Poedji Rochjati

Masalah / Faktor Resiko Skor Skor


No
Skor awal ibu Hamil 2
I 1 Terlalu muda hamil < 16 tahun 4

28
2 a.Terlalu lambat hamil I,kawin ≥ 4 tahun 4
b.Terlalu tua hamil I, ≥ 35 tahun 4
3 Terlalu cepat hamil lagi ( < 2 tahun) 4
4 Terlalu lama hamil lagi ( > 10 tahun) 4
5 Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6 Terlalu tua umur ≥ 35 tahun 4
7 Terlalu pendek ≤ 145 cm 4
8 Pernah gagal kehamilan 4
9 Pernah melahirkan dengan :
a. Tarikan tang/vakum 4
b. Uri dirogoh 4
c. Diberi infuse/transfuse 4
10 Pernah operasi sesar 8
II 11 Penyakit pada Ibu hamil
a. Anemia 4
b. Malaria 4
c. TBC 4
d. Payah jantung 4
e. Kencing manis (diabetes) 4
f. Penyakit menular seksual 4
Bengkak pada muka/tungkai dan tekanan
12 4
darah tinggi
13 Hamil kembar 2 atau lebih 4
14 Hamil kembar air (hydramnion) 4
15 Bayi mati dalam kandungan 4
16 Kehamilan lebih bulan 4
17 Letak sungsang 4
18 Letak lintang 4
II 19 Perdarahan dalam kehamilan ini 8

29
I
20 Preeklamsi berat/ kejang-kejang 8
Jumlah skor
Keterangan:
KRR : Kehamilan Resiko Rendah
KRT : Kehamilan Resiko Tinggi
KRST : Kehamilan Resiko Sangat Tinggi
9) Penanganan Komplikasi Kebidanan
Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami
komplikasi kebidanan. Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak
selalu dapat diduga atau diramalakan sebelumnya, oleh karenanya semua
persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan agar komplikasi
kebidanan dapat segera di deteksi dan ditangani. Oleh karena itu ibu
hamil harus berada sedekat mungkin pada sarana pelayanan yang mampu
memberi pelayanan obstetric dan neonatal emergensi dasar (PONED).
Kebijakan Depkes dalam penyediaan puskesmas mampu PONED adalah
setiap kabupaten/ kota harus mempunyai minimal 4 puskesmas mampu
PONED. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di puskesmas PONED
meliputi pelayanan obstetric berikut:
a. Pencegahan dan penanganan perdarahan.
b. Pencegahan dan penanganan pre-eklamsi dan eklamsi.
c. Pencegahan dan penanganan infeksi.
d. Penanganan partus lama/ macet.
e. Pencegahan dan penanganan abortus.
Pelayanan neonatal meliputi :
a. Pencegahan dan penanganan asfiksia.
b. Pencegahan dan penanganan hipotermi.
c. Pencegahan dan penanganan BBLR.
d. Pencegahan dan penanganan kejang/ ikhterus ringan-sedang.
e. Pencegahan dan penanganan gangguan minum.
10) Pelayanan Kesehatan Neonatal

30
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan pada bayi atau bayi mengalami masalah kesehatan.
Resiko terbesar kematian bayi baru lahir terjadi pada 24 jam pertama,
minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Upaya yang dilakukan
untuk mencegah kematian neonatal diutamakan pada pemeliharaan
kehamilan sebaik mungkin, pertolongan persalinan ‘’3 bersih’’ (bersih
tangan penolong, alat pemotong tali pusat dan alas tempat tidur ibu) dan
perawatan bayi baru lahir yang adekuat termasuk perawatan tali pusat
yang higienis. Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan
pendekatan komprehensif, manajemen terpadu bayi muda untuk bidan,
meliputi :
a. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikhterus, diare, bayi berat lahir rendah.
b. Perawatan tali pusat.
c. Pemberian Vitamin K1 bila belum diberikan pada saat lahir.
d. Imunisasi Hepatitis B bila belum diberikan pada saat lahir.
e. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
Eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi
baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.
f. Penanganan dan rujukan kasus.
g. Pelayanan kesehatan neonatus (bayi berumur 0-28 hari) yang
dilaksanakan oleh dokter spesialis anak/ dokter/ bidan/ perawat
terlatih, baik di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.
Setiap neonatus harus diberikan pelayanan kesehatan sedikitnya 2
kali pada minggu pertama dan 1 kali pada minggu ke 2 setelah
lahir.
A. Pelayanan kesehatan neonatus :
a. Kunjungan pelayanan kesehatan neonatus.
b. Kunjungan neonatal hari ke 3 (KN2).
c. Kunjungan neonatal minggu ke 2 (KN2).
Resiko tinggi neonatal meliputi :

31
1) BBLR
2) Bayi dengan tetanus neonatorum
3) Bayi baru lahir dengan asfiksia
4) Bayi dengan ikhterus neonatorum (ikhterus > 10 hari setelah
lahir).
5) Bayi baru lahir dengan spesies aves.
6) Bayi baru lahir dengan berat > 4000 gram.
7) Bayi pre-term dan post-term
8) Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang.
9) Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan
B. Pelayanan Kesehatan Bayi
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap
pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan bayi, sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan,
imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi
tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak mendapatkan pelayanan
kesehatan dapat terpenuhi. Pelayanan kesehatan tersebut meliputi
a) Pemberian imunisasi dasar (BCG, Polio 1 s.d 4, Hepatitis B1 s/d 3,
dan Campak)
b) Stimulasi deteksi intervensi tumbuh kembang bayi (SDIDTK).
c) Pemberian vitamin A 100.000 IU 6-11 bulan).
d) Konseling ASI Eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI.
e) Konseling pencegahan hipotermi dan perawatan kesehatan bayi di
rumah.
f) Penanganan dan rujukan kasus
Pelaksanaan kesehatan bayi
a) Kunjungan bayi antara umur 29 hari-3 bulan
b) Kunjungan bayi antara umur 3-6 bulan.
c) Kujungan bayi antara 6-9 bulan
d) Kunjungan bayi antara umur 9-11 bulan
C. Pelayanan Kesehatan Balita

32
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan terhadap
anak yang berumur 12-59 bulan yang sesuai dengan standar oleh tenaga
keshatan, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan petugas sector
lain, yang meliputi :
a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan setiap bulan yang tercatat
dalam buku KIA/KMS, dan pelayanan stimulasi deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) serta mendapat
Vitamin A 2 kali dalam setahun.
b. Pelayanan SDIDTK meliputi pemantauan perkembangan motorik
kasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi dan kemandirian minimal
2 kali per tahun (setiap 6 bulan).
c. Suplementasi Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) diberikan pada
anak balita minimal 2 kali per tahun.Kepemilikan dan
pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita.
D. Pelayanan KB berkualitas
1. Tujuan Keluarga Berencana (KB)
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk
keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga
dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga
bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
(Sulistyawati, 2013).
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka
kelahiran yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka
diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase
(menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari
kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat
melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua.(Hartanto, 2014)
1. Tujuan umum
a. Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social
ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran

33
anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadu
dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia
2. Tujuan khusus
a. Pengaturan kelahiran
b. Pendewasaan usia perkawinan.
c. Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
d. Mencegah kehamilan karena alasan pribadi
e. Menjarangkan kehamilan
f. Membatasai jumlah anak
2. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
1. Keluarga berencana
2. Kesehatan reproduksi remaja
3. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga Penguatan pelembagaan
keluarga kecil berkualitas
4. Keserasian kebijakan kependudukan
5. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
6. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
(Sulistyawati, 2013)
3. Manfaat
Dengan mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para
akseptor akan mendapatkan tiga manfaat utama optimal, baik untuk
ibu, anak dan keluarga, antara lain:
1. Manfaat Untuk Ibu:
a. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
b. Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu
c. Menjaga kesehatan ibu
d. Merencanakan kehamilan lebih terprogram
2. Manfaat Untuk Anak:

34
a. Mengurangi risiko kematian bayi
b. Meningkatkan kesehatan bayi
c. Mencegah bayi kekurangan gizi
d. Tumbuh kembang bayi lebih terjamin
e. Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat
terpenuhi
f. Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal
3. Manfaat Untuk Keluarga:
a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga
b. Harmonisasi keluarga lebih terjaga
4. Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi
Efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi dapat dinilai pada 2
tingkat, yakni:
a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu
kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila
kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang
benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan
kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya
dipengaruhi oleh faktor faktor seperti pemakaian yang tidak
hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan
sebagainya. (Wiknjosastro, 2013)
5. Memilih Metode Kontrasepsi
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang
memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Aman atau tidak berbahaya
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana
d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak

35
f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
(Hartanto, 2014)
6. Macam-Macam Alat Kontrasepsi
1. Adapun KB hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode
kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah
terjadinya konsepsi (Baziad, 2013)

Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana


estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
terhadap folikel dan proses ovulasi .(Manuaba, 2013)

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi


menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan
estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja.
Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan
suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi
progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant. (Handayani,
2013)

Efek samping dari metode kontrasepsi hormonal ini adalah:


a. Menstruasi menjadi tidak teratur atau tidak haid sama sekali
(kecuali pil)
b. Kenaikan berat badan
c. Muncul flek hitam pada wajah
d. Mual, pusing, atau muntah
Cara kerja:
1) Menekan ovulasi
2) Mencegah implantasi
3) Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit dilalui oleh
sperma
4) Pergerakan tuba terganggu, sehingga transportasi telur
juga terganggu

36
a. Pil oral kombinasi
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon
ovariumselama siklus haid yang normal, sehingga juga
menekan releasing factors di otak dan akhirnya mencegah
ovulasi.

Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah ovulasi,


tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy
(kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar,
dan terasa nyeri. (Hartanto, 2014).

a) Afektif dan reversible


b) Harus diminum setiap hari
c) Efek samping yang serius jarang terjadi
d) Efek samping yang sering timbul yaitu mual dan bercak
perdarahan atau spotting
e) Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui
f) Dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat
Jenis-jenis pil oral kombinasi, yaitu:

a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet


mengandung hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis
yang sama dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin dengan dua
dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif
c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/ progestin dengan tiga
dosis yang berbeda dengan 7 tablet tanpa hormon aktif

Kebihan pil oral kombinasi, yaitu:

a) Memiliki efektifitas yang tinggi


b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil

37
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Siklus haid teratur, tidak terjadi nyeri haid
e) Dapat digunakan jangka panjang selama wanita itu ingin
menggunakannya
f) Mudah diberhentikan setiap saat dan kesuburan akan
kembali setelah diberhentikan
g) Untuk kontrasepsi darurat
Kekurangan pil oral kombinasi, yaitu:
a) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya
setiap hari
b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
c) Perdarahan bercak/ spotting terutama 3 bulan pertama
d) Nyeri payudara, BB mengalami kenaikan, tidak untuk
wanita menyusui
e) Meningkatkan TD
b. Suntik
Kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang
tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun,
jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal
yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif
sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan
mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2
per 100 wanita per tahun pemakain NET EN. (Hartanto, 2014)

c. Implan
Efektif  5 tahun untuk Norpalan (terdiri dari 6 batang), 3
tahun untuk Indoplan/ Implano, klien merasa kenyamanan,
dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, pemasangan dan
pencabutan memerlukan pelatihan, kesuburan akan kembali
setelah dicabut, efek samping utama berupa perdarahan tidak

38
teratur, bercak dan aminorhea dan aman dipakai saat
menyusui. (Saifuddin, 2013 )
Profil kontrasepsi Implant menurut yaitu:
a) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena,
Indoplant, atau Implanon
b) Nyaman
c) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
d) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
e) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
f) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,
perdarahan bercak, dan amenorea
g) Aman dipakai pada masa laktasi
Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2013) yaitu:
a) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang
diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5
tahun.
b) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan
panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi
dengan 68 mg 3Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3
tahun.
c) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi
dengan 75 mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2013)
yaitu:
a) Lendir serviks menjadi kental
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi
c) Mengurangi transportasi sperma
d) Menekan ovulasi.
Keuntungan implant, yaitu:

39
a) Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (5
tahun), pengembalian tingkat kesuburan yang cepat
setelah pencabutan
b) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari
pengarus estrogen, tidak mengganggu coitus dan tidak
mempengaruhi ASI
c) Klien kontrol ke klinik jika ada keluhan dan dapat
dilakukan pencabutan setiap saat sesuai dengan
kebutuhan
d) Daya guna tinggi
e) Perlindungan jangka panjang
f) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
g) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
h) Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
i) Tidak mengganggu ASI
j) Klien hanya kembali jika ada keluhan
k) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
l) Mengurangi nyeri haid
m)Mengurangi jumlah darah haid
n) Mengurangi dan memperbaiki anemia
o) Melindungi terjadinya kanker endometrium
p) Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
Kekurangan implant, yaitu:
a) Perubahan pola haid
b) Nyeri kepala dan nyeri dada
c) Peningkatan/ penurunan BB
d) Memerlukan pembedahan minor untuk pemasangan
dan pelepasan
2. KB non hormonal
a. AKDR (IUD)

40
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2
yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik
progesteron) dan yang tidak mengandung hormon. (Handayani,
2013).
AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau
Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1
tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel. (Hartanto, 2014).
Cara kerja:
1) Menghambat kemampuan sperma masuk tuba fallopi.
2) Mencegah implantasi telur dalam uterus.
3) Mencegah sperma dan ovum bertemu.
Keuntungan IUD, yaitu:
1) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
2) Meningkatkan kenyamanan hubungan seksual.
3) Tidak mempengaruhi ASI.
4) Metode jangka panjang
5) Dapat digunakan sampai menopouse.
Efek samping penggunaan IUD:
1) Menstruasi menjadi lebih lama dan banyak
2) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama)
3) Perdarahan irreguler (spotting) di antara menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
b. Kondom
Cara kerja:
1) Menghalangi bertemunya sperma dan sel telur.
2) Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan ke
pasangan lain.
Keuntungan kondom, yaitu:
1) Tidak mengganggu produksi ASI.
2) Mencegah PMS
3) Mencegah ejakulasi dini.
4) Mencegah terjadinya kanker serviks.

41
5) Mencegah imunoinfertiltas.
6) Murah dan dapat diberi secara umum.
7) Memberi dorongan suami untuk ber KB. 
Efek samping:
1) Kondom rusak atau bocor sebelum berhubungan
2) Alergi
3) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
3. KB yang tanpa memakai alat apapun (alamiah)
a. Coitus interuptus (senggama terputus)
Adalah suatu metode koontrasepsi dimana senggama diakhiri
sebelum terjadi ejakulasi intravaginal. Ejakulasi terjadi jauh
dari genitalia eksterna wanita. Cara kerja: alat kelamin (penis)
dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke
dalam vagina. Dengan demikian tidak ada pertemuan antara
apermatozoa dengan ovum sehingga kehamilan dapat dicegah.
Keuntungan:
1) Efektif bila dilaksanakan dengan benar
2) Tidak mengganggu produsi ASI
3) Dapat digunakan sebagai pendukung metoda KB lainnya
4) Tidak ada efek samping
5) Tidak memerlukan alat
b. Kalender
Metode KS dengan tidak melakukan sanggama pada masa
subur, effektivitasnya 75%-80%, pengertian antar pasangan
harus ditekankan, faktor kegagalan karena salah menghitung
masa subur dan siklus haid yg tidak teratur Masa subur siklus
terpanjang dikurangi 11 dan siklus terpendek dikurangi 18.
c. MAL (metode amenorrea laktasi)
Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI
secara eksklusif. MAL dapat dipakai sebagai kontraseepsi bila:
menyusui secara penuh, lebih efektif jika pemberian belum
haid, usia bayi kurang dari 6 bulan. Efektifitasnya sampai 6

42
bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode
kontrasepsi lainnya. Cara kerjanya yaitu menunda atau
menekan ovulasi.
Keuntungannnya :
Efektifitas tinggi (98%) pada 6 bulan pertama setelah
melahirkan, segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak
ada eefek samping secara sistemik, tidak perlu perawatan
medis, tidak perlu obat atau alat dan tanpa biaya.
Keterbatasannya :
1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
2) Mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial
3) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau
sampai dengan 6 bulan
4) Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual,
termasuk hepatitis B (HBV) dan HIV/AIDS.
5) Yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui
secara eksklusif, bayinya berusia kurang dari 6 bulandan
belum mendapat haid setelah melahirkan.

4. Kontrasepsi mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW
sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah
memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP
sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu
memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan
sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi. (Handayani, 2013).
a. Tubektomi (MOW)
Pengikatam/ pemotongan tuba fallopi kiri dan kanan pada
wanita untuk mencegah transport ovum dari ovarium melalui

43
tuba ke arah uterus, dilakukan dengan cara operasi, effektivitas
: tinggi, reversibilitas: rendah, disebut kontrasepsi mantap
b. Vasektomi (MOP)
Pengikatan/ pemotongan vas defferen kiri dan kanan pada pria
untuk mencegah transport spermatozoa dari testis, dilakukan
dengan cara operasi kecil/ minor surgery, effektifitas: tinggi,
reversibilitas : rendah, disebut kontrasepsi mantap.
7. Keberhasilan Menggunakan KB Di Indonesia
Alat kontrasepsi pada program Keluarga Berencana (KB) di
Indonesia bisa dibilang sudah tinggi. Namun disayangkan, akseptor yang
didominasi perempuan itu belum dilengkapi dengan pengetahuan yang
cukup untuk membuat keputusan ber-KB berdasarkan penggunaan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP).
Rendahnya penggunaan MKJP menjadi penyebab angka kelahiran
selama satu dekade terakhir. Peserta KB modern saat ini masih
menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek (non-MKJP), seperti pil dan
suntik, yang rawan putus KB (drop out/ DO).
Selain itu, angka kegagalan metode suntik saat ini masih cukup
tinggi, yakni 6 per 100, yang artinya 6 dari 100 pengguna tetap mengalami
kehamilan setelah menggunakan metode suntik. Jumlah peserta DO itu
menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
2.4.3.11. Definisi PHBS di Rumah Tangga
A. Pengertian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat :
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga
atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan
dan dapat berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan kesehatan dan
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat
( Depkes RI, 2013 ). 
PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi,

44
guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan Advokasi, Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan
Masyarakat (Empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara
hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatan masyarakat ( Depkes RI 2013 ).
B. Pengertian PHBS ( Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat) di Rumah
Tangga :
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk
mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat berarti mampu
menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota
rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang
kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes RI, 2013).
PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk
menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada
masyarakat maupun pada keluarga, artinya harus ada komunikasi
antara kader dengan keluarga/ masyarakat untuk memberikan
informasi dan melakukan pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2013)
C. Tujuan PHBS di Rumah Tangga
1. Tujuan Umum :
Meningkatnya rumah tangga sehat di desa kabupaten/kota di
seluruh Indonesia.
2. Tujuan Khusus :
a) Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota
rumah tangga untuk melaksanakan PHBS.
b) Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat. ( Anggraeny,
2012 )
D. Manfaat PHBS di Rumah Tangga
Manfaat PHBS bagi rumah tangga :

45
a) Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak
mudah sakit
b) Anak tumbuh sehat dan cerdas
c) Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan
meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang
dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk  biaya
investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan
modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.
( Anggraeny,2012)
E. Manfaat PHBS bagi masyarakat :
a) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat
b) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-
masalah kesehatan
c) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan
Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti  posyandu, jaminan
pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin), arisan
jamban, kelompok pemakai air, ambulans desa dan lain-lain.
F. Sasaran PHBS di Rumah Tangga
Sasaran PHBS di Rumah Tangga adalah seluruh anggota keluarga
yaitu :
a) Pasangan Usia Subur
b) Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
c) Anak dan Remaja
d) Usia Lanjut
e) Pengasuh Anak
G. Indikator PHBS di Rumah Tangga
Pembinaan PHBS di rumah tangga dilakukan untuk mewujudkan
Rumah Tangga Sehat.Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga
yang memenuhi 7 indikator PHBS dan 3 indikator Gaya Hidup Sehat
sebagai berikut :
H. Tujuh Indikator PHBS di Rumah Tangga :
1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

46
Adalah pertolongan persalinan dalam rumah tangga yang
dilakukan oleh tenaga k esehatan (bidan, dokter, dan tenaga para
medis lainnya). Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah
ahli dalam membantu persalinan, sehingga keselamatan Ibu dan
bayi lebih terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan
segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan
peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah
terjadinya infeksi dan bahaya kesehata lainnya.
Apa tanda – tanda persalinan :
a) Ibu mengalami mulas-mulas yang timbulnya semakin sering
dan semakin kuat
b) Rahim terasa kencang bila diraba terutama pada saat mulas
c) Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
d) Keluar cairan ketuban yang berwarna jernih kekuningan dari
jalan lahir
e) Merasa seperti mau buang air besar
Bila ada salah satu tanda persalinan tersebut, yang harus
dilakukan adalah :
a) Segera hubungi tenaga kesehatan (bidan/dokter)
b) Tetap tenang dan tidak bingung
c) Ketika merasa mulas bernapas panjang, mengambil napas
melalui hidung dan mengeluarkan melalui mulut untuk
mengurangi rasa sakit.
I. Tanda bahaya persalinan :
a) Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas
b) Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan
c) Tali pusat atau tangan/ kaki bayi terlihat pada jalan lahir
d) Tidak kuat mengejan
e) Mengalami kejang-kejang
f) Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas
g) Air ketuban keruh dan berbau

47
h) Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar
i) Gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat (Depkes, 2012)
J. Bayi diberi ASI eksklusi
Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja sejak lahir sampai
usia 6 bulan. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan
kandungan gizi yar cukup dan sesuai  untuk kebutuhan bayi,
sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. Air Susu Ibu
pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum),
sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap
penyakit.
Apa saja keunggulan ASI :
a) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangan fisik serta kecerdasan
b) Mengandung zat kekebalan.
c) Melindungi bayi dari alergi.
d) Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan
kepada bayi dalam keadaan segar.
e) Tidak akan pemah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat
diberikan kapan saja dan di mana saja.
f) Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan
pernapasan bayi.
Kapan dan bagaimana ASI diberikan :

a) Sebelum menyusui ibu harus yakin mampu menyusui bayinya


dan mendapat dukungan dari keluarga.
b) Bayi segera diteteki/ disusui sesegera mungkin paling lambat 30
menit setelah melahirkan untuk merangsang agar ASI cepat
keluar dan menghentikan pendarahan.
c) Teteki/susui bayi sesering mungkin sampai ASI keluar, setelah
itu berikan ASI sesuai kebutuhan bayi, waktu dan lama
menyusui tidak perlu dibatasi, dan berikan ASI dari kedua
payudara secara bergantian.

48
d) Berikan hanya ASI saja hingga bayi berusia 6 bulan. Setelah
bayi berusia 6 bulan, selain ASI diberikan pula Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) dalam bentuk makanan lumat dan
jumlah yang :sesuai dengan perkembangan umur bayi.
5.Pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga bayi berusia 2 tahun.
Bagiamana cara menyusui yang benar :

a) Sebelum menyusui bayi, terlebih dahulu ibu mencuci kedua


tangannya dengan menggunakan air bersih dan sabun sampai
bersih.
b) Lalu bersihkan kedua puting susu dengan kapas yang telah
direndam terlebih dahulu dengan air hangat.
c) Waktu menyusui bayi, sebaiknya ibu duduk atau berbaring
dengan santai, pikiran ibu harus dalam keadaan tenang (tidak
tegang).
d) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
e) Upayakan badan bayi menghadap kepada badan ibu, rapatkan
dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.
f) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
g) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam.
h) Bayi disusui secara bergantian dari susu sebelah kiri, lalu ke
sebelah kanan sampai bayi merasa kenyang.
i) Setelah selesai menyusui, mulut bayi dan kedua pipi bayi
dibersihkan dengan kapas yang telah direndam air hangat.
j) Sebelum ditidurkan, bayi harus disendawakan dulu supaya udara
yang terhisap bisa keluar dengan cara meletakkan bayi tegak
lurus pada ibu dan perlahan-lahan diusap belakangnya sampai
bersendawa. Udara akan keluar dengan sendirinya.
Apa manfaat memberikan ASI?

1) Bagi Ibu :
a) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi

49
b) Mengurangi pendarahan setelah persalinan,
c) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu.
d) Menunda kehamilan berikutnya.
e) Mengurangi risiko terkena kanker payudara.
f) Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan pada setiap saat
bayi membutuhkan
2) Bagi bayi :
a) Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng
b) Bayi tidak sering sakit
3) Bagi Keluarga :
a) Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian
susu formula dan perlengkapannya.
b) Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula,
misalnya merebus air dan pencucian peralatan.
Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI:

a) Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, banyak makan


sayuran dan buah-buahan. Makan lebih banyak dari biasanya.
b) Banyak minum air putih paling sedikit 8 gelas sehari.
c) Cukup istirahat dengan tidur siang/ berbaring selama 1 -2 jam
dan menjaga ketenangan pikiran,
d) Susui bayi sesering mungkin dan kedua payudara kin dan kanan
secara bergantian hingga bayi tenang dan puas. ( Suryadi 2012 )
2. Penimbangan bayi dan balita
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau
pertumbuhan setiap bulan dan mengetahui apakah bayi dan
balita berada pada kondisi gizi kurang atau gizi buruk.
Penimbangan bayi dan balita dilakukan setiap buian mulai umur
1 bulan sampai 5 tahun di Posyandu. Manfaat penimbangan
balita setiap bulan di Posyandu :

a) Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.


b) Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.

50
c) Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/ batuk/ pilek/
diare), berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita
yang berat badannya BGM (Bawah Garis Merah) dan dicurigai
Gizi buruk sehingga dapat segera dirujuk ke Puskesmas.
d) Untuk mengetahui kelengkapan Imunitasi.
e) Untuk mendapatkan penyuluhan gizi. (Suryadi 2012 )
3. Mencuci tangan dengan air dan sabun
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri
penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan.
Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh,
yang bisa menimbulkan penyakit.
Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman,
karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di
tangan.
Manfaat mencuci tangan :
a) Membunuh kuman penyakit yang ada di tangan.
b) Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri,
Typhus, kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pemapasan
Akut (ISPA), flu burung atau Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS)
c) Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.(Wahyuni 2012)
4. Menggunakan air bersih
Air yang kita pergunakan sehari-hari untuk minum, memasak,
mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur,
mencuci pakaian, dan sebagainya haruslah bersih, agar kita tidak
terkena penyakit atau terhindar dari penyakit. (Wahyuni, 2012)
5. Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok
atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran
dan air untuk membersihkannya.

51
Syarat  jamban sehat :
a) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air
minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
b) Tidak berbau.
c) Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
d) Tidak mencemari tanah disekitarnya.
e) Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
f) Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
g) Penerangan dan ventilasi cukup.
h) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
i) Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Cara memelihara jamban sehat :

a) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada


genangan air.
b) Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban
dalam keadaan bersih.
c) Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.
d) Tidak ada serangga, (kecoa, lalat) dan tikus yang berkeliaran,
e) Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih).
f) Bila ada kerusakan, segera diperbaiki. (Adiwiryono RM,
2012 )
6. Rumah bebas jentik
Rumah bebas Jentik adalah rumah tangga yang setelah
dilakukan pemeriksaan Jentik secara berkala tidak terdapat
Jentik nyamuk. Yang perlu dilakukan agar Rumah Bebas
Jentik :
a) Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan
cara 3 M plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus
Menghindari gigitan nyamuk).
b) PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan
kepompong nyamuk penular berbagai penyakit seperti

52
Denam Berdarah Dengue, Chikungunya, Malaria, Filariasis
(Kaki Gajah} di tempat-tempat perkembangbiakannya.
c) 3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN
yaitu:
- Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air
seperti bak mandi, tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan
tempat air minum burung.
- Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti lubang
bak kontrol, lubang pohon, lekukan-lekukan yang dapat
menampung air hujan.
- Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang
dapat menampung air seperti ban bekas, kaleng bekas,
plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas botol/ gelas
akua, plastik kresek, dll)
7. Makan buah dan sayur setiap hari
Setiap anggota rumah tangga mengkonsumsi minimal 3 porsi
buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari. Makan
sayur dan buah setiap hari sangat penting, karena:
a) Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh.
b) Mengandung serat yang tinggi.
8. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh
yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Aktivitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit
dalam sehari, sehingga, dapat menyehatkan jantung, paru-paru
serta alat tubuh lainnya.
9. Tidak merokok dalam rumah
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam
rumah.Rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang

53
rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia
berbahaya, di antaranya yang paling berbahaya adalah Nikotin,
Tar, dan Carbon Monoksida (CO).
a) Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusakjantung dan aliran
darah.
b) Tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker
c) CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa
oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati (Adiwiryono, RM.
2012 ).

BAB III

SITUASI WILAYAH

54
3.1 Kondisi Wilayah (Geografi) Desa Lily
3.1.1 Identitas Lokasi Desa Lily
Kabupaten : Malang
Kecamatan : Kendedes
Desa : Lily
Rukun Warga : 02
Rukun Tetangga : 01, 02, 03, 04, 05, dan 06
Jumlah Penduduk : 691 Orang
Batasan Wilayah
- Barat : Desa Kenanga
- Timur : Desa Amethys
- Selatan : Desa Matahari
- Utara : Desa Siaga

Luas Wilayah : 207,7 ha


Keadaan Tanah : Subur
Orbitasi (Jarak Dari Pusat Pemerintahan)

- Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : 4,7 km


- Jarak dari pusat pemerintahan kota : 12 km
- Jarak dari kota/ ibuk ota kabupaten : 13,7 km
- Jarak dari ibu kota provinsi : 80 km

3.1.2 Kondisi Demografi RW 02 Desa Lily


Data Kependudukan 2021, data sekunder yang didapatkan dari data
monografi RW 02 Desa Lily Kecamatan Kendedes Kabupaten Malang
- Laki – laki : 339 Jiwa
- Perempuan : 352 Jiwa
- Jumlah Penduduk : 691 Jiwa
- Jumlah PUS : 168 Pasangan
- Jumlah WUS : 78 Jiwa
- Jumlah Kepala Keluarga : 310 KK
3.1.3 Kondisi Sarana dan Tenaga Kesehatan RW 02 Desa Lily
Kantor Desa : Permanen

55
Prasarana Kesehatan
- Puskesmas : Ada (1)
- Posyandu : Ada (2)

3.2 Survei Kesehatan Masyarakat


3.1.4 Kependudukan
3.1.4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di RW 02
Desa Lily

JENIS L % P % JUMLA PERSENTASE


KELAMIN H
RT 01 54 45% 65 55% 119 100 %
RT 02 58 51% 55 49% 113 100 %
RT 03 57 51% 55 49% 112 100 %
RT 04 56 48% 61 52% 117 100 %
RT 05 52 49% 54 51% 106 100 %
RT 06 62 50% 62 50 % 124 100 %
TOTAL 339 49% 352 51% 691 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.
Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 691 jiwa sebagian besar
warga RW 02 memiliki jenis kelamin dengan presentase laki-laki 49%
(339 jiwa), perempuan 51% (352 jiwa). Pendataan mengenai jenis
kelamin dilakukan untuk mengidentifikasikan masalah yang dapat
disebabkan oleh jenis kelamin di RW 02.

Analisa Data:
Dari data jenis kelamin diatas, dapat di peroleh jenis kelamin
terbanyak yaitu perempuan 55% dapat dilihat tabel RT 01.

3.1.4.2 Distribusi Umur Berdasarkan Jumlah Penduduk

56
Tabel 3.2 Distribusi Umur berdasarkan jumlah Penduduk di RW 02
Desa Lily

FREKUENSI Jumla
%
LAKI-LAKI PEREMPUAN h
USIA
RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT RT
01 02 03 04 05 06 01 02 03 04 05 06
0-4
5 3 6 3 5 6 6 4 7 3 7 4 59 9%
tahun
5-9
7 5 5 6 3 5 8 5 3 7 4 6 64 9%
tahun
10 –
14 2 7 6 4 5 7 7 8 4 9 7 8 74 11%
tahun
15 –
24 10 10 11 12 11 13 15 12 14 16 13 18 153 22%
tahun
25 –
49 22 24 23 25 21 23 18 16 17 19 17 18 245 35%
tahun
50 –
65 4 7 3 5 2 6 5 6 4 3 3 5 53 8%
tahun
>65
4 2 3 1 5 2 6 4 6 4 3 3 43 6%
tahun
1
TOTAL 54 58 57 56 52 62 65 55 55 61 54 691
00%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3 Kebidanan
STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas 2021.
Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 691 jiwa sebagian besar
warga RW 02 memiliki umur 0 – 4 tahun dengan presentase 9% (59
orang), umur 5 – 9 tahun 9% (64 orang), umur 10 – 14 tahun 11% (74
orang), umur 15 – 24 tahun 22% (153 orang), umur 25 – 49 tahun
35% (245 orang), umur 50 – 65 tahun 8% (53 orang), umur >65 tahun
6% (43 orang). Pendataan mengenai umur dilakukan untuk

57
mengidentifikasikan masalah yang dapat disebabkan oleh umur di RW
02.

Analisis Data:
Dari hasil pengkajian yang dilaksanakan diperoleh data umur paling
banyak berada diusia 25 – 49 tahun dengan presentase 35% atau 245
orang dapat dilihat pada tabel RT 01 sampai RT 06.

3.2.1.3 Distribusi PUS berdasarkan Jumlah Penduduk

Tabel 3.3 Distribusi Jumlah PUS berdasarkan jumlah Penduduk di


RW 02 Desa Lily
PASANGA R R R R R R JUMLA PERSENTA
N USIA T T T T T T H SE
SUBUR 01 02 03 04 05 06
PUS 28 25 27 29 27 32 168 90 %
NON PUS 4 2 3 4 2 4 19 10 %
TOTAL 32 27 30 33 29 36 187 100 %
Sumber Data: Sumber Data : Data primer,hasil pendataan
mahasiswa prodi D3 Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek
kebidanan komunitas 2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 187 jiwa sebagian besar
warga RW 02 memiliki jumlah PUS dengan presentase 90% (168
orang), dan non PUS sebesar 10% (19 orang). Pendataan mengenai
jumlah PUS dilakukan untuk mengidentifikasikan masalah yang dapat
disebabkan oleh jumlah PUS di RW 02.

Analisa Data:
Dari hasil pengkajian yang dilaksanakan diperoleh data PUS
terbanyak yaitu 168 ( 90%) sedangkan Non PUS yaitu 19 (10%).
Dengan PUS terbanyak di RT 06 yaitu 32 orang, dan jumlah PUS
paling sedikit terdapat di RT 02 yaitu 25.

58
3.2.1.4 Distribusi Jumlah WUS berdasarkan jumlah Penduduk

Tabel 3.4 Distribusi Jumlah WUS berdasarkan jumlah Penduduk di


RW 02 Desa Lily

WANITA RT RT RT RT RT RT JUMLAH PERSENTASE


USIA 01 02 03 04 05 06
SUBUR
WUS 10 12 13 14 14 15 78 80 %
NON WUS 2 4 4 3 4 2 19 20 %
TOTAL 12 16 17 17 18 17 97 100 %
Sumber Data: Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 97 jiwa sebagian besar
warga RW 02 memiliki jumlah WUS dengan presentase 80% (78
orang), dan non WUS sebesar 20% (19 orang). Pendataan mengenai
jumlah WUS dilakukan untuk mengidentifikasikan masalah yang
dapat disebabkan oleh jumlah WUS di RW 02.

Analisa Data:
Dari hasil pengkajian yang dilaksanakan diperoleh data WUS
terbanyak yaitu 15 orang dapat dilihat di tabel RT 06 dan non WUS 4
orang dapat dilihat di tabel RT 02, 03 dan RT 05.

3.2.1.5 Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Agama yang di anut

Tabel 3.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut di


RW 02 Desa Lily
Agama RT RT RT RT RT RT JUMLA PERSENTASE
yang di 01 02 03 04 05 06 H
anut
Islam 36 30 40 35 30 35 206 66%
Kristen 10 15 6 12 5 10 58 19%
Katholik 5 9 5 5 14 8 46 15%
Hindu 0 0 0 0 0 0 0 0%
Budha 0 0 0 0 0 0 0 0%
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%

59
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki agama yang dianut dengan presentase 66%
(206 orang) beragama Islam, sebanyak 19% (58 orang) beragama
Kristen, sebanyak 15% (46 orang) beragama Katholik, dan 0% untuk
agama Hindu dan Budha. Pendataan mengenai jumlah agama yang
dianut dilakukan untuk mengidentifikasikan masalah yang dapat
disebabkan oleh jumlah agama yang dianut di RW 02.

60
Analisis :
Dari Hasil pengkalian yang dilaksanakan diperoleh data penduduk di
RW 02 Desa Lily mayoritas islam yaitu 206 (66%) dapat dilihat
ditabel RT 01 sampai RT 06.

3.2.1.6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Tabel 3.6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
RW 02 Desa Lily
Pendidik R R R R R R JUML PERSENTA
an T T T T T T AH SE
01 02 03 04 05 06
TK 4 2 3 2 3 2 16 2%
SD 15 15 16 21 11 15 93 14%
SLTP 20 26 21 22 18 19 126 20%
SLTA 51 37 41 39 41 51 260 40%
PT 25 24 21 29 24 29 152 24%
Tidak
sekolah 0 0 0 0 0 0 0 0%
Total 11 10 10 11 11 647 100%
5 4 2 3 97 6
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 647 Jiwa sebagian besar
warga RW 02 memiliki tingkat pendidikan dengan presentase 40%
(260 orang) SLTA, sebanyak 20% (126 orang) SLTP, sebanyak 24%
(152 orang) PT, sebanyak 14% (93 orang) SD, sebanyak 2% (16
orang) TK dan 0% untuk yang tidak bersekolah. Pendataan mengenai
jumlah agama yang dianut dilakukan untuk mengidentifikasikan
masalah yang dapat disebabkan oleh jumlah agama yang dianut di RW
02.

Analisis Data:

61
Dari Hasil pengkalian yang dilaksanakan diperoleh data pendidikan
penduduk pada SLTA yaitu 40% atau 260 orang dapat dilihat ditabel
RT 01 sampai RT 06.

3.2.1.7 Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan jenis pekerjaan


Tabel 3.7 Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di
RW 02 Desa Lily
R R R R R R
PEKERJAA JUMLA PERSENTAS
T T T T T T
N H E
01 02 03 04 05 06
PNS 6 9 3 7 1 8 34 7%
Wiraswasta 10 11 21 16 14 30 102 21%
Swasta 0 4 12 12 5 12 45 9%
Petani 25 39 15 35 30 18 162 33%
Buruh 35 15 18 10 16 15 109 22%
Tidak
8 3 12 5 9 5 42 8%
Bekerja
Lain-Lain 0 0 0 0 0 0 0 0%
Total 84 81 81 85 75 88 494 100%

62
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 494 Jiwa sebagian besar
warga RW 02 memiliki jenis pekerjaan dengan presentase 33% (162
orang) sebagai petani, sebanyak 22% (109 orang) sebagai buruh,
sebanyak 21% (102 orang) sebagai wiraswasta, sebanyak 9% (45
orang) swasta, sebanyak 8% (42 orang) tidak memiliki pekerjaan,
sebanyak 7% (34 orang) sebagai PNS dan 0% untuk lain-lain
Pendataan mengenai jumlah agama yang dianut dilakukan untuk
mengidentifikasikan masalah yang dapat disebabkan oleh jenis
pekerjaan di RW 02.

Analisis Data
Dari Hasil pengkalian yang dilaksanakan diperoleh data pekerjaan
penduduk terbanyak yaitu swasta sebanyak 33 % (162 orang) data
dapat dilihat dari tabel RT 01 sampai RT 06.

3.2.1.8 Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Status Rumah


Tabel 3.8 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Rumah di RW 02
Desa Lily
R R R R R R
Status JUMLA PRESENTA
T T T T T T
Rumah H SE
01 02 03 04 05 06

Milik
39 35 45 46 35 38 238 77%
Sendiri

Menumpa
0 1 0 1 0 0 2 1%
ng

Kontrak 10 16 6 5 10 12 59 19%

Kost 2 2 0 0 4 3 11 4%

Total 51 54 51 52 49 53 310 100%

Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3


Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

63
Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki Rumah Sendiri dengan presentase 77% (238
KK), Menumpang dengan presentase 1% (2 KK), Kontrak dengan
presentase 19% (59 KK) Dan Kost dengan presentase 4% (11 KK).
Pendataan mengenai Status Runah dalam 5 tahun terakhir dilakukan
untuk mengidentifikasikan masalah yang dapat disebabkan oleh
penolong persalinan di RW 02.
Analisis Data:
Dari Hasil pengkalian yang dilaksanakan diperoleh data mayoritas
kepemilikan rumah penduduk yaitu milik sendiri sebanyak 238 (77%)

3.2.1.9 Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Luas Bangunan


Tabel 3.9 Distribusi Penduduk Berdasarkan Luas Bangunan di RW 02
Desa Lily
Luas R R R R R R
JUMLA PRESENTAS
Banguna T T T T T T
H E
n 01 02 03 04 05 06
<21 m2 10 15 17 19 14 15 90 29%
21-36 m2 24 26 24 25 24 26 149 49%
>36 m2 17 13 10 8 11 12 71 23%
Total 51 54 51 51 49 53 310 100%

Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3


Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 dengan ukuran Bangunan <21 m2 dengan presentase
29% (90 KK), 21-36 m2 dengan presentase 49% (149 KK), dan >36
m2 dengan presentase 23% (71 KK).
Pendataan mengenai Luas Bangunan Rumah dalam 5 tahun terakhir
dilakukan untuk mengidentifikasikan masalah yang dapat disebabkan
luasnya bangunan di RW 02.

64
Analisa Data:
Dari hasil pengkajian yang dilaksanakan diperoleh data terbanyak
mayoritas RW 02 luas bangunan 21-36 m2 yaitu 149 (49%).

3.2.1.10 Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Bangunan


Tabel 3.10 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Bangunan di RW
02 Desa Lily
R R R R R R
JUMLA PRESESNTAS
Lantai T T T T T T
H E
01 02 03 04 05 06
Tegel 21 23 25 24 17 21 131 42%
Semen 19 20 18 15 18 18 108 35%
Tanah 3 2 0 4 2 1 12 4%
Papan 8 9 8 9 12 13 59 19%
TOTA
51 54 51 52 49 53 310 100%
L
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 jumlah Jenis Bangunan yang lantainya Tegel dengan
presentase 42% (131 KK), Semen dengan presentase 35% (108 KK),
Tanah dengan presentase 4% (12 KK),dan Papan dengan presentase
19% (59 KK).
Pendataan mengenai Penduduk berdasarkan jenis bangunan dalam 5
tahun terakhir dilakukan untuk mengidentifikasikan masalah yang
dapat disebabkan jenis bangunan lantainya Tanah di RW 02.
Analisis Data:
Berdasarkan tabel diatas jumlah jenis bangunan mayoritas lantainya
Tegel dengan jumlah 131 (42%)

3.2.1.11 Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Bangunan


(Dinding)

65
Tabel 3.11 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Bangunan
(Dinding) di RW 02 Desa Lily
R R R R R R
Dindin JUMLA PRESENTAS
T T T T T T
g H E
01 02 03 04 05 06
Tembo
45 40 46 48 35 40 254 82%
k
Papan 5 14 3 4 13 11 50 17%
Bambu 1 0 2 0 1 2 6 2%
TOTA
51 54 51 52 49 53 310 100%
L

66
3.2.1.12 Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Bangunan
(Ventilasi)
Tabel 3.12 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Bangunan
(Ventilasi) di RW 02 Desa Lily
R R R R R R
Ventilas JUMLA PRESENTAS
T T T T T T
i H E
01 02 03 04 05 06
Jendela
Terbuk 21 25 21 19 18 19 123 40%
a
Jendela
Tertutu 10 9 14 17 15 17 82 26%
p
Angin-
20 20 16 16 16 17 105 34%
anginan
TOTAL 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 Menggunakan Jenis bangunan (ventilasi) Jendela
Terbuka dengan presentase 40% (123 KK), Jendela Tertutup dengan
presentase 26% (82 KK) dan Angin-anginan dengan presentase 34%
(105 KK).
Pendataan mengenai Jenis bangunan (Ventilasi) dilakukan untuk
mengidentifikasikan masalah yang dapat disebabkan oleh alasan tidak
menggunakan KB di RW 02.
Analisis Data:
Berdasarkan tabel diatas mayoritas jenis bangunan (Ventikasi) Jendela
Terbuka dengan presentase 40%.

3.2.1.13 Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Bangunan


(Penerangan)

67
Tabel 3.13 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Bangunan
(Penerangan) di RW 02 Desa Lily
R R R R R R
Peneranga JUMLA PRESENTAS
T T T T T T
n H E
01 02 03 04 05 06
Listrik 48 50 50 49 49 52 298 96%
Non
2 4 1 4 0 1 12 4%
Listrik
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%

68
Berdasarkan tabel diatas jenis Bangunan (Penerangan) Listrik yang
digunakan penduduk RW 02 Desa lily Kota Malang Tahun 2021
dengan presentase 96%.

3.2.1.14 Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Bangunan


(Cahaya Matahari)
Tabel 3.14 Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Bangunan
(Cahaya Matahari) di RW 02 Desa Lily
Cahaya R R R R R R
JUMLA PRESENTAS
Matahar T T T T T T
H E
i 01 02 03 04 05 06
Sedang 3 4 0 0 0 0 7 3%
Cukup 1 2 1 0 0 0 4 1%
Baik 47 48 50 52 49 53 299 96%
TOTAL 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 dengan Jenis bangunan (Cahaya Matahari) Sedang
dengan presentase 3% (7 KK), Cukup dengan presentase 1% (4 KK)
dan Baik dengan presentase 96% (299 KK).
Analisis Data:
Berdasarkan tabel diatas Jenis bangunan (Cahaya Matahari) Baik
dengan presentase 96%.

3.2.1.15 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Keberadaan


Pekarangan
Tabel 3.15 Distribusi Penduduk Berdasarkan Keberadaan Pekarangan
di RW 02 Desa Lily
Rt Rt Rt Rt Rt Rt
Keberadaan Jumlah Presentase
01 02 03 04 05 06
Ada 48 50 45 47 40 51 281 91%
Tidak 3 4 6 5 9 2 29 9%
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%

69
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 dengan keberadaan pekarangan dengan presentase 91%
(281 KK) ada,dan 9% (29 KK) tidak ada pekarangan. Pendataan
dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh
keberadaan pekarangan di RW 02.

70
Analisa Data:
Dapat dilihat Dari tabel distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan
Keberadaan Pekarangan di RW 02 Desa Lily bahwa rata-rata
keberadaan pekarangan yang lebih banyak yaitu sekitar 91% (281 kk)
dari total 310 kk dapat dilihat dari tabel RT 01 sampai RT 06.

3.2.1.16 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Keadaan Pekarangan


Tabel 3.16 Distribusi Penduduk Berdasarkan Keadaan Pekarangan di
RT 06 RW 02 Desa Lily
Rt Rt Rt Rt Rt Rt
Keadaan Jumlah presentase
01 02 03 04 05 06
Bersih 38 36 37 45 28 24 208 67%
Kotor 10 10 10 7 19 20 76 25%
Kering 3 8 4 0 2 9 26 8%
Becek 0 0 0 0 0 0 0 0%
total 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 dengan keadaan pekarangan dengan presentase 67%
(208 KK) bersih, sebanyak 25% (76 KK) kotor, sebanyak 8% (26 KK)
kering dan 0% becek. Pendataan dilakukan untuk mengidentifikasi
masalah yang disebabkan oleh keadaan pekarangan di RW 02.

Analisa Data:
Dapat dilihat Dari tabel distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan
Keadaan Pekarangan di RW 02 Desa Lily bahwa rata-rata keadaan
pekarangan yang lebih banyak yaitu dalam keadaan bersih sekitar
67% (208 KK) dari total 310 KK dapat dilihat dari tabel RT 01 sampai
RT 06.

71
3.2.1.17 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemanfaatan
Pekarangan
Tabel 3.17 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pemanfaatan Pekarangan
di RW 02 Desa Lily
Rt Rt Rt Rt Rt Rt Jumla
Pemanfaatan presentase
01 02 03 04 05 06 h
Tanaman
45 49 50 49 44 50 287 93%
Produktif
Tanaman Non
6 5 1 3 5 3 23 7%
Produktif
Toga 0 0 0 0 0 0 0 0%
Lain-Lain 0 0 0 0 0 0 0 0%
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%

72
Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 dengan pemanfaatan pekarangan dengan presentase
93% (287 KK) tanaman produktif, sebanyak 7% (23 KK) tanaman
non produktif, sebanyak 8% (26 orang) kering dan 0% becek.
Pendataan dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang disebabkan
oleh pemanfaatan pekarangan di RW 02.

Analisa Data:
Dapat dilihat Dari tabel distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan
Pemanfaatan Pekarangan di RW 02 Desa Lily bahwa rata-rata
pemanfaatan pekarangan dengan menanam tanaman produktif yaitu
sekitar 93% (287 KK) dari total 310 KK dapat dilihat dari tabel RT 01
sampai RT 06.

3.2.1.18 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sumber Air Bersih


Tabel 3.18 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sumber Air Bersih di
RW 02 Desa Lily
Rt Rt Rt Rt Rt Rt Jumla
Asal Air presentase
01 02 03 04 05 06 h
Ledeng 44 48 46 45 43 49 275 89%
Sumur Pompa 7 6 5 7 6 4 35 11%
Sumur 0 0 0 0 0 0 0 0%
Sumber 0 0 0 0 0 0 0 0%
Lain-
0 0 0 0 0 0 0 0%
Lain(PDAM)
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki sumber air bersih dengan presentase 89% (275
KK) ledeng, sebanyak 11% (35 orang) sumur pompa. Pendataan
dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh
sumber air bersih di RW 02.

73
Analisa Data:
Dapat dilihat Dari tabel distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan
sumber air bersih di RW 02 Desa Lily bahwa rata-rata asal air yang
lebih banyak yaitu dari ledeng sekitar 89% (275 kk) dari total 310 kk
dapat dilihat dari tabel RT 01 sampai RT 06.

3.2.1.19 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Kepemilikan Sumber


Air
Tabel 3.19 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Kepemilikan
Sumber Air di RW 02 Desa Lily
Rt Rt Rt Rt Rt Rt Jumla
Status presentase
01 02 03 04 05 06 h
Milik
51 54 51 52 49 53 310 100%
sendiri
Menumpang 0 0 0 0 0 0 0 0%
Umum 0 0 0 0 0 0 0 0%
Beli 0 0 0 0 0 0 0 0%
Lain-Lain 0 0 0 0 0 0 0 0%
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 dengan status kepemilikan sumber air memiliki
presentase 100% (310 KK) milik sendiri. Pendataan dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh status kepemilikan
sumber air di RW 02.

Analisa Data:
Dapat dilihat Dari tabel distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan
Kepemilikan Sumber Air di RW 02 Desa Lily bahwa rata-rata
kepemilikan sumber air yaitu milik sendiri sekitar 100% (310 kk) dari
total 310 kk dapat dilihat dari tabel RT 01 sampai RT 06.

3.2.1.20 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jamban

74
Tabel 3.20 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jamban Keluarga di RW
02 Desa Lily
RT RT RT RT RT RT Jumla
Status Persentase
01 02 03 04 05 06 h
Leher
51 54 51 52 49 53 310 100%
Angsa
Cemplung 0 0 0 0 0 0 0 0%
MCK
0 0 0 0 0 0 0 0%
Tertutup
Sungai 0 0 0 0 0 0 0 0%
Kebun 0 0 0 0 0 0 0 0%
Kolam Ikan 0 0 0 0 0 0 0 0%
Total 51 54 52 52 49 53 310 100%

75
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki jamban keluarga dengan presentase 100%
(310 KK) leher angsa. Pendataan dilakukan untuk mengidentifikasi
masalah yang disebabkan oleh jamban keluarga di RW 02.

Analisa Data:
Dapat dilihat Dari tabel distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan
Jamban Keluarga di RW 02 Desa Lily bahwa rata-rata yaitu Leher
angsa 100% (310 kk) dari total 310 kk dapat dilihat dari tabel RT 01
sampai RT 06.

3.2.1.21 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jarak dengan sumber air


Tabel 3.21 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jarak Dengan Sumber
Air di RW 02 Desa Lily
Jarak dengan Rt Rt Rt Rt Rt Rt
jumlah presentase
Sumber Air 01 02 03 04 05 06
<10m 45 54 51 52 49 53 304 98%
>10m 6 0 0 0 0 0 6 2%
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki jarak dengan sumber air memiliki presentase
98% (304 KK) <10m, dan 2% (6 KK) >10m. Pendataan dilakukan
untuk mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh jarak dengan
sumber air di RW 02.

Analisa Data:
Dapat dilihat Dari tabel distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan
Jarak dengan sumber air di RW 02 Desa Lily bahwa rata-rata jarak
dengan sumber air yaitu lebih tinggi <10m sekitar 67% (304 kk) dari
total 310 kk dapat dilihat dari tabel RT 01 sampai RT 06.

76
3.2.1.22 Distribusi Penduduk Berdasarkan status kepemilikan jamban
Tabel 3.22 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Kepemilikan
Jamban di RW 02 Desa Lily
Rt Rt Rt Rt Rt Rt
Status 01 02 03 04 05 06
jumlah presentase
Milik
46 51 47 50 46 49 289 93%
Sendiri
Menumpang 0 0 0 0 0 0 0 0%
Umum 5 3 4 2 3 4 21 7%
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki status kepemilikan jamban dengan presentase
93% (289 KK) milik sendiri, dan 7% (21 KK) umum. Pendataan
dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh
status kepemilikan jamban di RW 02.

Analisa Data
Dapat dilihat Dari tabel distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan
status kepemilikan jamban di RW 02 Desa Lily bahwa rata-rata
kepemilikan jamban adalah milih sendiri yaitu sekitar 93% (289 kk)
dari total 310 kk dapat dilihat dari tabel RT 01 sampai RT 06.

3.2.1.23 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pembuangan Air Limbah


Tabel 3.23 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pembuangan Air Limbah
di RW 02 RT 06 Desa Lily Kota Malang
R R R R R R
Jumla Persenta
Macam T T T T T T
h se
01 02 03 04 05 06
Selokan 16 20 16 17 13 19 101 32,6%
Paralon 29 23 21 28 30 31 162 52,3%
Resapan 2 4 9 7 4 2 28 9%
Sembarang
4 7 5 0 2 1 19 6,1%
Tempat

77
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki pembuangan air limbah dengan presentase
32,6% (101 KK) selokan, dan 52,3% (162 KK) paralon, sebanyak 9%
(28 KK) resapan, dan 6,1% (19 KK) sembarang tempat. Pendataan
dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh
pembuangan air limbah di RW 02.

Analisa Data:
Dapat dilihat Dari tabel distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan
Pembuangan Air Limbah di RW 02 Desa Lily bahwa Mayoritas
menggunakan paralon yaitu 162 kk (52,3%) dan minoritas sembarang
tempat yaitu 19 kk (6,1%) dari total 310 kk dapat dilihat dari tabel RT
01 sampai RT 06.

3.2.1.24 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Pembuangan Air


Limbah
Tabel 3.24 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kondisi Pembuangan
Air Limbah di RW 02 Desa Lily
RT RT RT RT RT RT
Kondisi Jumlah Persentase
01 02 03 04 05 06
Mengalir 51 54 51 52 49 53 310 100%
Tergenan - - - - - -
- -
g
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki kondisi pembuangan air limbah dengan

78
presentase 100% (310KK) mengalir. Pendataan dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh kondisi pembuangan
air limbah di RW 02.
Analisa Data:
Dapat dilihat Dari tabel distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan
Kondisi Pembuangan Air Limbah di RW 02 Desa Lily bahwa rata-rata
mengalir yaitu 100% dari total 310 kk.

3.2.1.25 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pembuangan Sampah


Tabel 3.25 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pembuangan Sampah di
RW 02 Desa Lily
R R R R R R
Keberadaa Jumla Persentas
T T T T T T
n h e
01 02 03 04 05 06
Ada 51 54 51 52 49 53 53 100%
Tidak Ada 0 0 0 0 0 0 0 0%
Total 51 54 51 52 49 53 53 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 53 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki pembuangan sampah dengan presentase 100%
(53 KK). Pendataan dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang
disebabkan oleh pembuangan sampah di RW 02.

Analisa Data:
Dapat dilihat Dari tabel distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan
Pembuangan Sampah di RW 02 Desa Lily bahwa rata-rata memiliki
tempat pembuangan sampah yaitu 100% dari total 310 kk.

Sumber Data: Data primer, hasil pendataan mahasiswa kebidanan


praktek komunitas.

3.2.1.26 Distribusi Penduduk Berdasarkan Macam Pembuangan Sampah

79
Tabel 3.26 Distribusi Penduduk Berdasarkan Macam Pembuangan
Sampah di RW 02 Desa Lily

80
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki macam pembuangan sampah dengan
presentase 100% (310 KK). Pendataan dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh macam pembuangan
sampah di RW 02.

Analisa Data :
Dari Hasil pengkalian yang dilaksanakan diperoleh data mayoritas
penduduk menggunakan bak sampah sebagai tempat pembuangan
sampah yaitu sebanyak 310 kk (100%).

3.2.1.27 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pengelolaan Sampah


Tabel 3.27 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pengelolaan Sampah di
RW 02 Desa Lily
R R R R R R
Pengelolaan Jumla Persenta
T T T T T T
Sampah h se
01 02 03 04 05 06
Dibakar 29 35 45 36 30 28 203 65,5%
Ditimbun 20 16 6 16 19 25 102 32,9%
Ditempat
1 3 0 0 0 0 4 1,3%
Terbuka
Sungai 1 0 0 0 0 0 1 0,3%
Tempat Khusus 0 0 0 0 0 0 0 0%
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki pengelolaan sampah dengan presentase 65,5%
(203 KK) dibakar, sebanyak 32,9% (102 KK) ditimbun, sebanyak
1,3% (4 KK) ditempah terbuka, sebanyak 0,3% (1 KK) sungai.
Pendataan dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang disebabkan
oleh pengelolaan sampah di RW 02.

81
Analisa Data:
Dari Hasil pengkalian yang dilaksanakan diperoleh data mayoritas
penduduk mengelola sampah dengan cara di bakar yaitu sekitar 203
kk (65,5%) dan minoritas dengan cara membuang ke sungai yaitu 1 kk
(0,3%) dapat dilihat dari tabel RT 01 sampai RT 06.

3.3 PENGGUNAAN FASILITAS KESEHATAN


3.3.1 Distribusi Penduduk Bila Sakit Berobat
Tabel 3.28 Distribusi Penduduk Bila Hamil Berobat Ke di RW 02
Desa Lily
Distribusi
Penduduk Bila RT RT RT RT RT RT
jumlah persentase
Hamil Berobat 01 02 03 04 05 06
Ke di
Tenaga
49 50 47 47 45 47 285 92%
kesehatan
Non kesehatan 2 4 4 5 4 6 25 8%
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3 Kebidanan
STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas 2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar warga RW 02
bila hamil berobat dengan presentase 92% (285 KK) tenaga kesehatan, sebanyak
8% (25 KK) non kesehatan. Pendataan dilakukan untuk mengidentifikasi
masalah yang disebabkan oleh bila hamil berobat di RW 02.

Analisis Data :
Berdasarkan table distribusi penduduk berdasarkan bila hamil berobat ke di RW
02 Desa Lily, sebagian besar ibu hamil berobat ke tenaga kesehatan yaitu
sebesar 92% (285 ibu hamil), namun masih ada beberapa ibu hamil yang
berobat ke tenaga non kesehatan yaitu sebesar 8% (25 ibu hamil) dapat dilihat
dari tabel RT 01 sampai RT 06.

82
3.3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Riwayat Penolong Persalinan 5
Tahun Terakhir

Tabel 3.29 Distribusi Penduduk Riwayat Penolong Persalinan 5 tahun


terakhir di RW 02 Desa Lily
Penolong RT RT RT RT RT RT
jumlah persentase
Persalinan 01 02 03 04 05 06
Non
0 0 0 0 0 0 0 0%
kesehatan
Total 51 51 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki riwayat penolong persalinan 5 tahun terakhir
dengan presentase 100% (310 KK). Pendataan dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh riwayat penolong
persalinan 5 tahun terakhir di RW 02.

Analisis Data:
Dapat dilihat dari data table distribusi penduduk berdasarkan riwayat
penolong persalinan di RW 02 Desa Lily bahwa seluruh penduduk
bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan dapat dilihat dari tabel RT 01
sampai RT 06.

3.3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Riwayat Tempat Persalinan

Tabel 3.30 Distribusi Penduduk Riwayat Tempat Persalinan di RW 02


Desa Lily
Tempat RT RT RT RT RT RT
Jumlah persentase
Persalinan 01 02 03 04 05 06
Rumah
Sakit 3 0 1 3 0 0 7 2%

Rumah
Bersalin 5 10 20 19 15 24 93 30%

Polindes 18 20 5 4 12 6 65 21%

83
Puskesmas 5 4 0 6 0 2 17 5%
Rumah
Bidan 20 20 25 20 22 21 128 41%

Total 51 54 51 52 49 53 310 100%


Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki riwayat tempat persalinan dengan presentase
41% (128 orang) di rumah bidan, sebanyak 30% (93 orang) dirumah
bersalin, sebanyak 21% (65 orang) di polindes, sebanyak 5% (17
orang) di puskesmas, dan 2% (7 orang) di rumah sakit. Pendataan
dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh
riwayat tempat persalinan di RW 02.

Analisis Data :
Dapat dilihat dari table distribusi penduduk berdasarkan riwayat
tempat persalinan di RW 02 Desa Lily penduduk memilih untuk
bersalin di Rumah Bidan yaitu sebesar 41% (128 orang).

3.4 STATUS GIZI


3.4.1 Distribusi penduduk berdasarkan Status Gizi
Tabel 3.31 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Gizi di RW 02
Desa Lily

Status RT RT RT RT RT RT
jumlah persentase
Gizi Anak 01 02 03 04 05 06
Baik 4 2 5 1 3 4 19 68%
Cukup 2 1 1 1 3 1 9 32%
Kurang 0 0 0 0 0 0 0 0%
Jelek 0 0 0 0 0 0 0 0%
Total 6 3 6 2 6 5 28 100%

84
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 28 Orang sebagian besar
warga RW 02 memiliki status gizi dengan presentase 68% ( 19 orang)
baik, sebanyak 32% (9 orang) cukup. Pendataan dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh status gizi di RW 02.

85
Analisis Data:
Dapat dilihat dari table distribusi penduduk berdasarkan status gizi
anak di RW 02 Desa Lily bahwa rata-rata anak memiliki status gizi
yang baik yaitu sekitar 68% (19 anak) dari total 28 anak.

3.4.2 Tabel Distribusi Penduduk berdasarkan Lauk Pauk yang sering di


konsumsi

Tabel 3.32 Distribusi Penduduk Lauk Pauk Yang Sering Dikonsumsi


di RW 02 Desa Lily
Lauk Pauk RT RT RT RT RT RT
jumlah persentase
Yang Sering 01 02 03 04 05 06
Daging 11 13 9 6 7 10 56 18%
Ikan 15 21 17 17 12 19 101 33%
Telur 10 17 16 10 17 15 85 27%
Tahu/Tempe 15 3 9 19 13 9 68 22%
Lain-lain 0 0 0 0 0 0 0 0%
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki lauk pauk yang sering dikonsumsi 33% (101
KK) ikan, sebanyak 27% (85 KK) telur, sebanyak 22% (68 KK)
tahu/tempe, sebanyak 18% (56 KK) daging . Pendataan dilakukan
untuk mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh lauk pauk yang
sering dikonsumsi di RW 02.

Analisis Data:

Berdasarkan table distribusi penduduk berdasarkan lauk pauk yang


sering di konsumsi penduduk RW 02 Desa Lily rata-rata penduduk
mengkonsumsi ikan sebagai lauk pauk yaitu sebesar 33% (101 KK)
dari total 310 KK.

3.4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Sayuran Yang Sering


Dikonsumsi

86
Tabel 3.33 Distribusi Penduduk Sayuran Yang Sering Dikonsumsi di
RW 02 Desa Lily

RT RT RT RT RT RT
Sayuran jumlah persentase
01 02 03 04 05 06
Sayuran
39 35 33 34 41 37 219 71%
hijau
Kacang-
12 19 18 18 8 16 91 29%
kacangan
Lain-lain 0 0 0 0 0 0 0 0&
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%

Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3


Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki sayuran yang sering dikonsumsi 71% (219
KK) sayuran hijau, sebanyak 29% (91 KK) kacang. Pendataan
dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh
sayuran yang sering dikonsumsi di RW 02.

Analisis Data:

Berdasarkan table distribusi penduduk berdasarkan sayuran yang


sering dikonsumsi di RW 2 Desa Lily rata-rata penduduk
mengkonsumsi sayuran hijau dari pada kacang-kacangan, yaitu
sebesar 71% (219KK).

3.4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pengolahan Sayur

Tabel 3.34 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pengolahan Sayur di


RW 02 Desa Lily
R R R R R
T T T T T RT Jum Perse
Pengolahan Sayur
0 0 0 0 0 06 lah ntase
1 2 3 4 5
Dicuci dahulu baru 4 4 3 4 3
45 254 82%
dipotong 9 5 8 0 7

87
Dipotong terlebih dahulu 1 1 1
2 9 8 56 18%
sebelum di cuci 3 2 2
5 5 5 5 4
Total 53 310 100%
1 4 1 2 9
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 memiliki pengolahan sayur 82% (254 KK) dicuci
dahulu baru dipotong, dan sebanyak 18% (56 KK) dipotong terlebih
dahulu sebelum dicuci. Pendataan dilakukan untuk mengidentifikasi
masalah yang disebabkan oleh sayuran yang sering dikonsumsi di RW
02.

Analisis Masalah :

Berdasarkan table distribusi penduduk berdasarkan pengolahan sayur


di RW 2 Desa Lily rata-rata penduduk mengolah sayur dengan dicuci
terlebig dahulu yaitu sebesar 82% (254 KK) sedangkan yang
mengolah sayur dengan dipotong terlebih daluhu sekitar 18% ( 56
KK)

3.4.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Cara Makan Sayuran


Tabel 3.35 Distribusi Penduduk Berdasarkan Cara Makan Sayuran di
RW 02 Desa Lily

Cara Makan RT RT RT RT RT RT
Jumlah Persentase
Sayuran 01 02 03 04 05 06

Di masak 51 54 51 52 49 53 310 100%

Mentah 0 0 0 0 0 0 0 0%

Total 51 54 51 52 49 53 310 100%


Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

88
Interpretasi data:

Data tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 310 KK semua warga RW
02 memakan sayuran dengan cara dimasak memiliki persentase 100%
(310KK) dan dengan cara di makan mentah memiliki persentase 0%.

Pendataan mengenai cara makan sayuran dilakukan untuk


mengeidentifikasi masalah yang dapat disebabkan oleh cara makan
sayuran yang ada di masyarakat RW 02.

Analisis masalah:

Dari data diatas semua warga makan sayuran dengan cara dimasak
terlebih dahulu, data diperoleh 100% dilihat dari tabel RT 01 sampai
RT 06.

3.4.6 Distribusi Penduduk Berdasarkan buah-buahan yang sering


dikonsumsi
Tabel 3.36 Distribusi Penduduk Berdasarkan Buah-Buahan Yang
Sering Dikonsumsi di RW 02 Desa Lily

Buah-buahan
RT RT RT RT RT RT Jumla
yang sering Persentase
01 02 03 04 05 06 h
dikonsumsi

Papaya 12 10 9 4 9 10 54 18%

Jeruk 9 8 6 15 16 20 74 24%

Pisang 8 5 4 8 3 4 32 10%

Apel 19 15 20 18 15 10 97 31%

Lain-lain 3 16 12 7 6 9 53 17%

Total 51 54 51 52 49 53 310 100%

89
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi data:

Data tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 berdasarkan buah-buahan yang dikonsumsi yaitu
pepaya memiliki persentase 18% (54 KK), jeruk memiliki persentase
24% (74 KK), pisang memiliki persentase 10% (32 KK), apel
memiliki persentase 31% (97 KK), dan Lain-lain memiliki persentase
17% (53 KK).

Pendataan mengenai buah-buahan yang dikonsumsi dilakukan untuk


mengeidentifikasi masalah yang dapat disebabkan oleh cara makan
sayuran yang ada di masyarakat RW 02.

Analisis Masalah:

Dari data diatas masih banyak warga yang tidak mengkonsumsi buah-
buahan, data diperoleh sebanyak 17% sebagai total keselurahan dan
16 orang dilihat dari tabel RT 02.

3.4.7 Distribusi Penduduk Berdasarkan kebiasaan minum susu dalam


keluarga
Tabel 3.37 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan Minum Susu
dalam Keluarga di RW 02 Desa Lily

90
Kebiasaan
RT RT RT RT RT RT Jumla
Minum Susu Persentase
01 02 03 04 05 06 h
dalam Keluarga

Ya 29 32 28 28 23 29 169 55%

Tidak 22 22 23 24 26 24 141 45%

Total 51 54 51 52 49 53 310 100%


Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi data:

Data tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 berdasarkan kebiasaan minum susu dalam keluarga
yaitu Ya memiliki persentase 55% (169 keluarga), Tidak memiliki
persentase 45% (141 keluarga).

Pendataan mengenai kebiasaan minum susu dalam keluarga dilakukan


untuk mengidentifikasi masalah yang dapat disebabkan oleh kebiasaan
minum susu dalam keluarga di RW 02.

Analisis masalah:

Dari data diatas masih banyak yang tidak memiliki kebiasaan minum
susu dalam keluarga, data diperoleh 45% dari total keseluruhan dan 26
orang dilihat dari tabel RT 05.

3.4.8 Distribusi Penduduk Berdasarkan kebiasaan merokok

Tabel 3.38 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan Merokok di


RW 02 Desa Lily

91
Kebiasaan RT RT RT RT RT RT
Jumlah Persentase
Merokok 01 02 03 04 05 06

Ya 42 44 45 45 39 47 262 85%

Tidak 9 10 6 7 10 6 48 15%

Total 51 54 51 52 49 53 310 100%

Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3


Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi data:

Data tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 310 KK warga RW 02


berdasarkan kebiasaan merokok yaitu Ya memiliki persentase 85%
(262 orang), Tidak memiliki persentase 48% (15 orang).

Pendataan mengenai kebiasaan merokok dilakukan untuk


mengidentifikasi masalah yang dapat disebabkan oleh kebiasaan
merokok di RW 02.

Analisis masalah:

Dari data diatas masih banyak kebiasaan merokok, data diperoleh 85%
dari total keseluruhan dan 47 orang dilihat dari tabel RT 06.

3.4.9 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kebiasaan Minum Jamu


Masyarakat
Tabel 3.39 Distribusi jumlah KK Berdasarkan Kebiasaan Minum
Jamu Masyarakat di RW 02 Desa Lily

92
Kebiasaan RT RT RT RT RT RT Jumla
Persentase
Minum Jamu 01 02 03 04 05 06 h

Ya 45 44 35 35 36 50 245 79%

Tidak 6 10 16 17 13 3 65 21%

Total 51 54 51 52 49 53 310 100%

Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3


Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi data:

Data tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 310 KK warga RW 02


berdasarkan kebiasaan minum jamu yaitu Ya memiliki persentase
79% (245 orang), Tidak memiliki persentase 21% (65 orang).

Pendataan mengenai kebiasaan minum jamu dilakukan untuk


mengidentifikasi masalah yang dapat disebabkan oleh kebiasaan
merokok di RW 02.

Analisis masalah:

Dari data diatas masih banyak kebiasaan minum jamu, data diperoleh
79% dari total keseluruhan dan 50 orang dilihat dari tabel RT 06.

3.5 ORGANISASI
Distribusi penduduk berdasarkan jumlah KK Keikutsertaan
dalam Organisasi

Tabel 3.40 Distribusi berdasarkan jumlah KK Keikutsertaan Dalam


Organisasi di RW 02 Desa Lily
Jumlah KK
RT RT RT RT RT RT
Keikutsertaan Jumlah Persentase
01 02 03 04 05 06
dalam Organisasi
Ya 32 42 45 41 36 38 234 75%

93
Tidak 19 12 6 11 13 15 76 25%
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%

Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3


Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi data:

Data tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 310 KK warga RW 02


berdasarkan jumlah KK keikutsertaan dalam organisasi yaitu Ya
memiliki persentase 75% (234 orang), Tidak memiliki persentase 25%
(76 orang).

Pendataan mengenai jumlah KK keikutsertaan dalam organisasi


dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang dapat disebabkan oleh
jumlah KK keikutsertaan dalam organisasi di RW 02.

Analisis masalah:

Dari data diatas masih terdapat jumlah KK keikutsertaan dalam


organisasi yang tidak berpartisipasi, data diperoleh 25% dari total
keseluruhan dan 15 orang dari RT 06.

3.6 PWS KIA


3.6.1 Kehamilan
Tabel 3.41 Distribusi Berdasarkan Jumlah penduduk Ibu Hamil Saat
Ini di RW 02 Desa Lily

Jumlah Ibu RT RT RT RT RT RT
Jumlah Persentase
Hamil 01 02 03 04 05 06
Ibu Hamil 18 10 13 11 15 14 81 26%
WUS 33 44 38 41 34 39 229 74%
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

94
Interpretasi data:

Data tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 310 KK warga RW 02


berdasarkan jumlah penduduk ibu hamil saat ini yaitu ibu hamil
memiliki persentase 26% (81 orang), WUS memiliki persentase 74%
(229 orang).

Pendataan mengenai jumlah penduduk ibu hamil saat ini dilakukan


untuk mengidentifikasi masalah yang dapat disebabkan oleh jumlah
penduduk ibu hamil saat ini di RW 02.

Analisis masalah:

Dari data diatas terdapat sedikit jumlah penduduk ibu hamil saat ini,
data diperoleh 26% dari total keseluruhan dan 10 orang dari RT 02.

3.6.2 Persalinan
3.6.2.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Penolong Persalinan dalam 5
Tahun Terakhir

Tabel 3.42 Distribusi Penduduk Berdasarkan Penolong Persalinan


dalam 5 Tahun Terakhir di RW 02 Desa Lily

Penolong R R R R R R
JUMLA PRESENTAS
Persalina T T T T T T
H E
n 01 02 03 04 05 06

Dokter 12 18 18 16 12 14 90 30%

Bidan 39 36 33 36 37 39 220 70%

Dukun 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 51 54 51 52 49 53 310 100%

Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3


Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:

95
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 ditolong Dokter dengan presentase 90% (30 KK),
Bidan dengan presentase 70% (220 KK), dan dukun 0.
Pendataan mengenai penolong persalinan dalam 5 tahun terakhir
dilakukan untuk mengidentifikasikan masalah yang dapat disebabkan
oleh penolong persalinan di RW 02.
Analisis masalah:

Berdasarkan tabel diatas persalinan anak terakhir di RW 02 Desa lily


Kota Malang 5 Tahun terakhir ditolong oleh dukun dengan presentase
0%.

96
3.6.2.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tempat Persalinan
Berdasarkan Jumlah Ibu Bersalin dalam 5 Tahun Terakhir
Tabel 3.43 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tempat Persalinan
Berdasarkan Jumlah Ibu Bersalin dalam 5 Tahun Terakhir di RW 02
Desa Lily

TEMPAT R R R R R R
JUMLA PRESENTAS
BERSALI T T T T T T
H E
N 01 02 03 04 05 06
RS 6 7 4 6 6 7 36 12%
BPM 25 27 30 20 13 20 135 43%
Puskesma
5 5 4 5 5 6 30 10%
s
PMB 15 15 13 20 25 20 108 35%
Rumah 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 51 54 51 51 49 53 309 100%

Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3


Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 tempat persalinan di RS dengan presentase 12% (36
KK), tempat persalinan di BPM 43% (135 KK), Puskesmas dengan
presentase 10% (30 KK), PMB dengan presentase 35% (108 KK), dan
tempat persalinan di rumah 0.
Pendataan mengenai penolong persalinan dalam 5 tahun terakhir
dilakukan untuk mengidentifikasikan masalah yang dapat disebabkan
oleh tempat persalinan di RW 02.

Analisis Data:
Berdasarkan tabel diatas tempat persalinan di RW 02 Desa lily Kota
Malang Tahun 2021 adalah rumah dengan presentase 0%.

3.5.3 IBU NIFAS


3.6.3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Ibu Nifas dalam 5
Tahun Terakhir

97
Tabel 3.44 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jumlah Ibu Nifas dalam
5 Tahun Terakhir di RW 02 Desa Lily

R R R R R R
TAHU JUMLA PRESESNTAS
T T T T T T
N H E
01 02 03 04 05 06
2016 10 8 10 8 9 11 56 18%
2017 11 8 10 10 10 10 59 19%
2018 8 10 8 11 7 8 52 18%
2019 12 9 12 8 10 12 63 20%
2020 7 11 7 11 10 10 56 18%
2021 2 4 4 4 3 2 23 7%
TOTA
51 54 51 52 49 53 310 100%
L

98
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 jumlah ibu nifas pada tahun 2016 dengan presentase
18% (56 KK), tahun 2017 dengan presentase 19% (59 KK), tahun
2018 dengan presentase 18% (52 KK), tahun 2019 dengan presentase
20% (63 KK), tahun 2020 dengan presentase 18% (56 KK), dan tahun
2021 dengan presentase 7% (23 KK).
Pendataan mengenai penolong persalinan dalam 5 tahun terakhir
dilakukan untuk mengidentifikasikan masalah yang dapat disebabkan
oleh jumlah ibu nifas di RW 02.

Analisis Data:
Berdasarkan tabel diatas jumlah ibu nifas di RW 02 Desa lily Kota
Malang Tahun 2021 sebagian besar adalah di tahun 2019 dengan
presentase 20%.

3.6.3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Akseptor KB

Tabel 3.45 Distribusi Penduduk Berdasarkan Akseptor KB di RW 02


SEBAGAI R R R R R R
JUMLA PRESENTAS
AKSEPTO T T T T T T
H E
R KB 01 02 03 04 05 06
YA 46 48 45 46 44 47 276 90%
TIDAK 5 6 6 6 5 6 34 10%
TOTAL 51 54 51 52 49 53 310 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 310 KK sebagian besar
warga RW 02 sebagian besar menggunakan akseptor KB dengan
presentase 90% (276 KK), dan yang tidak dengan presentase 10% (34
KK).

99
Pendataan mengenai akseptor KB dilakukan untuk
mengidentifikasikan masalah yang dapat disebabkan oleh jumlah
akseptor KB di RW 02.

Analisis Data:
Berdasarkan tabel diatas akseptor KB penduduk RW 02 Desa lily
Kota Malang Tahun 2021 sebagian besar sebagai akseptor KB dengan
presentase 90%.

100
3.6.3.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Alasan Tidak Menggunakan
KB

Tabel 3.46 Distribusi Penduduk Berdasarkan Alasan Tidak


Menggunakan KB di RW 02 Desa Lily

BILA
R R R R R R
TIDAK JUMLA PRESENTAS
T T T T T T
ALASA H E
01 02 03 04 05 06
N
INGIN
PUNYA 3 4 4 4 3 4 22 64,6%
ANAK
TAKUT 2 0 2 0 0 0 4 11,8%
PRINSI
P 0 2 0 0 2 0 4 11,8%
HIDUP
MEDIS 0 0 0 2 0 2 4 11,8%
TOTAL 5 6 6 6 6 6 34 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 34 KK sebagian besar
warga RW 02 alasan tidak menggunakan KB ingin punya anak dengan
presentase 64,4% (22 KK), alasan tidak menggunakan KB dengan
alasan takut dengan presentase 11,8% (4 KK), alasan tidak
menggunakan KB dengan alasan sebagai prinsip hidup dengan
presentase 11,8% (4KK), alasan tidak menggunakan KB dengan
alasan medis dengan presentase 11,8% (4 KK).
Pendataan mengenai akseptor KB dilakukan untuk
mengidentifikasikan masalah yang dapat disebabkan oleh alasan tidak
menggunakan KB di RW 02.

Analisis Data:

101
Berdasarkan tabel diatas alasan tidak menggunakan KB penduduk RW
02 Desa lily Kota Malang Tahun.

3.6.3.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis KB Yang Digunakan

Tabel 3.47 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis KB Yang


Digunakan di RW 02 Desa Lily

JENIS KB
R R R R R R
YANG JUMLA PRESENTA
T T T T T T
DIGUNAK H SE
01 02 03 04 05 06
AN
MOW 2 1 0 3 0 2 8 3%
IUD 5 5 6 4 0 4 24 8%
Pil 10 10 12 5 9 8 54 17%
Suntik 20 25 21 28 35 30 159 51%
Kondom 5 5 5 6 2 5 28 9%
Implant 5 4 2 1 1 0 13 4%
Lain-lain 4 4 5 5 2 4 24 8%
Total 51 54 51 52 49 53 310 100%

102
3.6.3.5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Imunisasi BCG

Tabel 3.48 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Imunisasi BCG di


RW 02 Desa Lily

R R R R R R
IMUNISA JUMLA PRESENTA
T T T T T T
SI BCG H SE
01 02 03 04 05 06
YA 6 3 6 2 6 5 28 100%
TIDAK 0 0 0 0 0 0 0 0
TOTAL 6 3 6 2 6 5 28 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 28 KK sebagian besar
warga RW 02 dengan sebagian besar imunisasi BCG 100% (28 KK)
dan yang tidak imunisasi BCG 0.
Analisis Data:
Berdasarkan tabel diatas status imunisasi BCG penduduk RW 02 Desa
lily Kota Malang Tahun 2021 sebagian besar adalah imunisasi BCG
dengan presentase 100%.

3.6.3.6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Imunisasi DPT

Tabel 3.49 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Imunisasi DPT di


RW 02 Desa Lily

Status
Imunisasi RT RT RT RT RT RT Jumla
Persentase
01 02 03 04 05 06 h
DPT

Ya 6 3 5 2 4 5 28 100%

Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0%

Total 6 3 5 2 4 5 28 100%

103
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi data:

Dari Hasil pengkajian yang dilaksanakan diperoleh di RW 02 data


semua bayi dan balita sudah diberi imunisasi DPT yaitu 28 (100% )

Analisis Masalah:

Dari data diatas semua bayi dan balita28 (100%) sudah imunisasi
DPT.

3.6.3.7 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Imunisasi Polio

Tabel 3.50 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Imunisasi Polio di


RW 02 Desa Lily

Status
RT RT RT RT RT RT Jumla
Imunisasi Persentase
01 02 03 04 05 06 h
Polio

Ya 6 3 6 2 6 5 28 100%

Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0%

Total 6 3 6 2 6 5 28 100%

Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3


Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:

Dari Hasil pengkalian yang dilaksanakan diperoleh data semua bayi


dan balita sudah mendapatkan imunisasi polio.

Analisis masalah:

Dari data diatas semua bayi dan balita 28(100%) sudah imunisasi
polio data di peroleh 100% dilihat dari tabel RT 01 sampai RT 06.

3.6.3.8 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Imunisasi Campak

104
Tabel 3.51 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Imunisasi
Campak di RT 06 RW 02 Desa Lily
Status
RT RT RT RT RT RT Jumla
Imunisasi Presentase
01 02 03 04 05 06 h
Campak

Ya 2 1 2 1 1 1 8 29%

Tidak 4 2 4 1 5 4 20 71%

Total 6 3 6 2 6 5 28 100%

Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3


Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:

Dari Hasil pengkalian yang dilaksanakan diperoleh data bayi dan


balita yang sudah mendapatkan imunisasi campak yaitu 8(29%) dan
yang tidak yaitu 20 (71%) dari 28(100%).

Analisis Masalah:

Dari data diatas bayi dan balita 8(29%) sudah imunisasi Campak dan
20 (71%) tidak di imunisasi campak data di peroleh 100% dilihat dari
tabel RT 01 sampai RT 06.

3.6.3.9 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepemilikan KMS

Tabel 3.52 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kepemilikan KMS di


RW 02 Desa Lily
Kepemilikan RT RT RT RT RT RT Jumla
Persentase
KMS 01 02 03 04 05 06 h

Ada 11 7 13 6 12 1 50 100%

Tidak 0 0 0 0 0 0 0 0%

Total 11 7 13 6 12 1 50 100%

Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3


Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

105
Intepretasi data: Dari Hasil pengkalian yang
dilaksanakan diperoleh data semua
bayi dan balita memiliki buku KMS.

Analisis Masalah:

Dari data diatas semua bayi dan balita Memiliki buku KMS data di
peroleh 100% dilihat dari tabel RT 01 sampai RT 06.

3.6.3.10 Distribusi Penduduk Berdasarkan ASI Eksklusif

Tabel 3.53 Distribusi Penduduk Berdasarkan ASI Eksklusif di RW 02


Desa Lily
ASI RT RT RT RT RT RT
Jumlah Presentase
Eksklusif 01 02 03 04 05 06
Ya 8 5 9 6 10 8 46 78%
Tidak 3 2 4 0 2 2 13 22%
Total 11 7 13 6 12 10 59 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Intepretasi Data:

Dari Hasil pengkalian yang dilaksanakan diperoleh data penduduk


yang diberi asi ekslusif berjumlah 46 (78%) dan yang tidak 13 (22% )
dari 59(100%).

Analisis Masalah:

Dari data diatas semua data penduduk yang di beri ASI Ekslusif
46(78%) dan yang tidak di berikan ASI Ekslusif berjumlah 13(22%)
data di peroleh 100% dilihat dari tabel RT 01 sampai RT 06.

3.6.3.11 Distribusi Penduduk Berdasarkan ASI Diberikan Sampai Umur

Tabel 3.54 Distribusi Penduduk Berdasarkan ASI Diberikan Sampai


Umur di RW 02 Desa Lily

106
ASI R R
RT RT RT RT JUMLA
Diberika T T PRESENTASE
01 03 04 06 H
n Umur 02 05
1 tahun 0 0 1 0 0 0 1 4%
1,5 tahun 2 0 0 0 1 2 5 18%
2 tahun 4 2 3 2 3 3 17 60%
>2 tahun 0 1 2 0 2 0 5 18%
TOTAL 6 3 6 2 6 5 28 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa dari 28 KK sebagian besar
warga RW 02 Asi yang diberikan umur 1 tahun dengan
presentase 4% (1 KK), 1,5 tahun dengan presentase 18% (5 KK), 2
tahun dengan presentase 60% (17KK), >2 tahun dengan presentase
18% (5 KK).
Analisis Data:
Berdasarkan tabel diatas jenis asi yang diberikan penduduk Rw 02
Desa lily Kota Malang Tahun 2021 sebagian besar adalah 2 tahun
dengan presentase 60%.

3.6.3.12 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pemberian Makanan


Tambahan Nasi Pisang
Tabel 3.55 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pemberian Makanan
Tambahan Nasi Pisang di RW 02 Desa Lily

Jenis
MPA RT RT RT RT RT RT
JUMLAH PRESENTASE
Nasi 01 02 03 04 05 06
Tim
Umur 0-
0 0 0 0 0 0 0 0%
4
Umur 4- 0 0 0 0 0 0 0 0%

107
6
Umur 6-
3 3 3 2 3 0 14 50%
9
Umur 9-
3 0 3 0 3 5 14 50%
12
TOTAL 6 3 6 2 6 5 28 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa dari 28 KK sebagian besar warga
Rw 02 jenis MPA nasi pisang yang diberikan umur 0-4 dengan
presentase 0% (0 KK), 4-6 dengan presentase 0% (0 KK), 6-9 dengan
presentase 50% (14KK), 9 -12 dengan presentase 14% (50 KK).
Analisis Data:
Berdasarkan tabel diatas jenis MPA Nasi pisang yang diberikan penduduk

Rw 02 Desa lily Kota Malang Tahun 2021 sebagian besar adalah umur 6-9
dengan presentase 50%.

3.6.3.13 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pemberian Makanan


Tambahan Sari Buah

Tabel 3.56 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pemberian Makanan


Tambahan Sari Buah di RW 2 Desa Lily

Jenis
RT RT RT RT RT RT JUMLA
MP sari PRESENTASE
01 02 03 04 05 06 H
buah
Umur 0-
0 0 0 0 0 0 0 0%
4
Umur 4-
1 1 1 0 2 1 6 22%
6
Umur 6- 2 1 3 1 2 3 12 43%

108
9
Umur 9-
3 1 2 1 2 1 10 35%
12
TOTAL 6 3 6 2 6 5 28 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa dari 28 KK sebagian besar
warga Rw 02 jenis MP sari buah yang diberikan umur 0-4
dengan presentase 0% (0 KK), 4-6 dengan presentase 22% (6 KK), 6-9
dengan presentase 43% (12KK), 9 -12 dengan presentase 35% (10
KK).
Analisis Data:
Berdasarkan tabel diatas jenis MP sari buah yang diberikan

penduduk Rw 02 Desa lily Kota Malang Tahun 2021 sebagian besar


adalah umur 6-9 dengan presentase 43%.

3.6.3.14 Distribusi Penduduk Berdasarkan Makanan Tambahan Bubur


Susu

Tabel 3.57 Distribusi Penduduk Berdasarkan Makanan Tambahan


Bubur Susu di RW 02 Desa Lily
Jenis
MPA RT RT RT RT RT RT JUMLA
PRESENTASE
bubur 01 02 03 04 05 06 H
susu
Umur 0-
0 0 0 0 0 0 0 0%
4
Umur 4-
0 0 0 0 0 0 0 0%
6
Umur 6-
5 1 3 1 2 3 15 54%
9
Umur 9-
1 2 3 1 4 2 13 46%
12

109
TOTAL 6 3 6 2 6 5 28 100%
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa dari 28 KK sebagian besar
warga Rw 02 jenis MPA bubur susu yang diberikan umur 0-

4 dengan presentase 0% (0 KK), 4-6 dengan presentase 0% (0 KK), 6-


9 dengan presentase 54% (15KK), 9 -12 dengan presentase 46% (13
KK).
Analisis Data:
Berdasarkan tabel diatas jenis MP sari buah yang diberikan

penduduk Rw 02 Desa lily Kota Malang Tahun 2021 sebagian besar


adalah umur 6-9 dengan presentase 54%.

3.6.3.15 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pemberian Makanan


Tambahan Nasi

Tabel 3.58 Distribusi Penduduk Berdasarkan Status Gizi di RW 02


Desa Lily
Statu R R R R R R
JUMLA PRESENTAS
s gizi T T T T T T
H E
01 02 03 04 05 06
anak
baik 4 2 5 1 3 4 19 68%
cukup 2 1 1 1 3 1 9 32%
kurang 0 0 0 0 0 0 0 0%
jelek 0 0 0 0 0 0 0 0%
TOTA
6 3 6 2 6 5 28 100%
L
Sumber Data : Data primer,hasil pendataan mahasiswa prodi D3
Kebidanan STIKes Kendedes Malang praktek kebidanan komunitas
2021.

Interpretasi Data:

110
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa dari 28 KK sebagian besar
warga Rw 02 status gizi anak yang diberikan , Baik dengan
presentase 68% (19 KK), cukup dengan presentase 32% (9
KK),kurang dengan presentase 0% (0 KK), jelek dengan presentase
0% (0 KK).
Analisis Data:
Berdasarkan tabel diatas jenis status gizi anak yang diberikan
penduduk Rw 02 Desa lily Kota Malang Tahun 2021 sebagian besar
adalah Baik dengan presentase 68%.

CARA PENENTUAN PRIORITAS MASALAH

No KRITERIA SCORE BOBOT


.
1 Sifat masalah:
Skala:
- Tidak/kurang sehat 3
- Ancaman kesehatan 2 1
- Keadaan sejahtera/kritis 1
2 Kemungkinan masalah dapat
diubah
Skala: 3 2
- Mudah 2
- Sebagian 1
- Tidak ada
3 Potensial masalah dapat
dicegah:
Skala: 3 1
- Tinggi 2
- Cukup 1
- Rendah
4 Menonjolnya masalah:
Skala:
- Masalah berat harus 2
segera ditangani 1
- Ada masalah tapi tidak 1

111
perlu ditangani
- Masalah dapat dirasakan 0

A. Kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat Imunisasi


1. Kriteria 1 Sifat masalah:
Tidak/kurang sehat:
Ibu memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang pentingnya imunisasi
terhadap bayinya. Jika ibu tidak membawa bayinya untuk di imunisasi, maka
akan menghambat pertumbuhan bayinya dan bayi akan lebih rentan terhadap
resiko penyakit yang lebih berbahaya.
2. Kriteria 2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah :
Latar belakang pendidikan masyarakat di desa Lily paling tinggi yaitu 40%
sehingga memudahkan untuk penerimaan informasi dan penjelasan yang
diberikan tentang pentingnya imunisasi.
3. Kriteria 3 Potensial masalah dapat dicegah
Cukup:
Imunisasi merupakan program pemerintah yang dianjurkan dan harus
dilakukan agar bayi tidak mudah terkena penyakit serta pertumbuhan dan
perkembangan bayi tidak terhambat.\
4. Kriteria 4 Menonjolnya masalah
Masalah berat harus segera ditangani:
Masih ada beberapa KK di desa Lily khususnya imunisasi campak masih
tidak dilakukan

B. Kurangnya pengetahuan tentang ASI Eksklusif


1. Kriteria 1 Sifat masalah:
Tidak/kurang sehat:
Asi ekslusif sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi bayi.
Jika tidak terpenuhi dengan baik, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi
bisa terganggu.
2. Kriteria 2 Kemungkinan masalah dapat diubah

112
Sebagian:
Masalah pemenuhan Asi ekslusif pada bayi di desa Lily bisa diubah sebagian,
karena dilihat dari pekerjaannya mayoritas petani serta dapat diubah dengan
mengadakan penyuluhan.
3. Kriteria 3 Potensial masalah dapat dicegah
Cukup:
Potensi masalah untuk dicegah cukup, karena dipengaruhi oleh pengetahuan
ibu yang masih kurang tentang Asi ekslusif.
4. Kriteria 4 Menonjolnya masalah
Masalah dapat dirasakan:
Masalah Asi ekslusif di desa Lily dapat dirasakan karena ibu-ibu lebih
mementingkan pekerjaan dari pada memberikan Asi pada bayinya serta
pengetahuan ibu kurang.

C. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap bahaya merokok


1. Kriteria I Sifat masalah:
Ancaman kesehatan:
Kebiasaan buruk merokok merupakan ancaman kesehatan karena dapat
merugikan kesehatan dan menyebabkan penyakit seperti paru-paru, kanker
tenggorokan dan serangan jantung.
2. Kriteria 2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Sebagian:
Masalah hanya dapat diubah sebagian karena masyarakat di desa Lily sudah
memiliki kebiasaan merokok sehari-hari, namun untuk frekuensi dapat
dikurangi dengan cara penyuluhan
3. Kriteria 3 Potensial masalah dapat dicegah
Rendah:
Potensi masalah untuk diubah rendah karena masyarakat di desa Lily
mengatakan tidak dapat berhenti merokok meskipun sudah mengetahui
dampaknya.
4. Kriteria 4 Menonjolnya masalah

113
Masalah dapat dirasakan:
Kebiasaan buruk merokok dapat dirasakan namun masyarakat tidak
menganggap sebagai masalah yang besar karena sudah menjadi kebiasaan
sehari-hari.

HASIL MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA

Berdasarkan Hasil Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah

masyarakat didapatkan beberapa masalah kesehatan di Desa Lily

Kelurahan Kendedes Kabupaten malang, diantaranya :

No Indikator/ Data Masalah


. Dasar
1 Kurangnya Kriteria 1 Sifat masalah:
pengetahuan Tidak/kurang sehat:
ibu tentang Ibu memiliki tingkat pengetahuan yang kurang
manfaat tentang pentingnya imunisasi terhadap bayinya.
Imunisasi Jika ibu tidak membawa bayinya untuk di
imunisasi, maka akan menghambat
pertumbuhan bayinya dan bayi akan lebih
rentan terhadap resiko penyakit yang lebih
berbahaya.

Kriteria 2 Kemungkinan masalah dapat diubah


Mudah :
Latar belakang pendidikan masyarakat di desa
Lily paling tinggi yaitu 40% sehingga
memudahkan untuk penerimaan informasi dan
penjelasan yang diberikan tentang pentingnya

114
imunisasi.

Kriteria 3 Potensial masalah dapat dicegah


Cukup: Imunisasi merupakan program
pemerintah yang dianjurkan dan harus
dilakukan agar bayi tidak mudah terkena
penyakit serta pertumbuhan dan perkembangan
bayi tidak terhambat.

Kriteria 4 Menonjolnya masalah


Masalah berat harus segera ditangani:
Masih ada beberapa KK di desa Lily khususnya
imunisasi campak masih tidak dilakukan

2 Kurangnya Kriteria 1 Sifat masalah:


pengetahuan Tidak/kurang sehat: Asi ekslusif sangat penting
tentang ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi bayi.
Eksklusif Jika tidak terpenuhi dengan baik, maka
pertumbuhan dan perkembangan bayi bisa
terganggu.
Kriteria 2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Sebagian: Masalah pemenuhan Asi ekslusif
pada bayi di desa Lily bisa diubah sebagian,
karena dilihat dari pekerjaannya mayoritas
petani serta dapat diubah dengan mengadakan
penyuluhan.
Kriteria 3 Potensial masalah dapat dicegah
Cukup:
Potensi masalah untuk dicegah cukup, karena
dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang masih
kurang tentang Asi ekslusif.

Kriteria 4 Menonjolnya masalah


Masalah dapat dirasakan: Masalah Asi ekslusif
di desa Lily dapat dirasakan karena ibu-ibu
lebih mementingkan pekerjaan dari pada
memberikan Asi pada bayinya serta
pengetahuan ibu kurang.

115
Kurangnya Kriteria I Sifat masalah:
3 pengetahuan
masyarakat Ancaman kesehatan: Kebiasaan buruk merokok
terhadap merupakan ancaman kesehatan karena dapat
bahaya
merokok merugikan kesehatan dan menyebabkan
penyakit seperti paru-paru, kanker tenggorokan
dan serangan jantung.
Kriteria 2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Sebagian: Masalah hanya dapat diubah sebagian
karena masyarakat di desa Lily sudah memiliki
kebiasaan merokok sehari-hari, namun untuk
frekuensi dapat dikurangi dengan cara
penyuluhan
Kriteria 3 Potensial masalah dapat dicegah
Rendah:
Potensi masalah untuk diubah rendah karena
masyarakat di desa Lily mengatakan tidak dapat
berhenti merokok meskipun sudah mengetahui
dampaknya.

Kriteria 4 Menonjolnya masalah


Masalah dapat dirasakan:
Kebiasaan buruk merokok dapat dirasakan
namun masyarakat tidak menganggap sebagai
masalah yang besar karena sudah menjadi
kebiasaan sehari-hari.

Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat


dijabarkan secara operasional dalam planning of action (POA) yang disusun
dan disepakati bersama masyarakat saat MMD atau lokakarya mini
masyarakat. POA disusun dalam bentuk matrik.

Plan Of Action (POA)

Masala
Sumb
h Sasa Wa Tem Me
Tujuan Kegiatan er PJ
Kebida ran ktu pat dia
Dana
nan

Kurang Masyarak - Pendekat Ibu- 25 Zoo Swada Lea Bidan,

116
an
terhadap
tokoh
masyarak
at dan
bidan
desa
setempat
- Pemberia
at desa
nya Lily n
ibu
pengeta terutama penyuluh
yang Mahasi
huan ibu-ibu an fle
mem swa
ibu agar dapat m ya
tentang iliki
tentang mengetah Agu Meet masya SA
bayi (Nurhal
manfaa ui peran Imunisasi stus ing? rakat zw
dan izah,
t penting - Bersosiali balita 2021 P
Resa,)
Imunis dan
sasi .
asi manfaat
Imunisasi kepada
masyarak
at/target
penyuluh
an
mengenai
penyuluh
an
tentang
Imunisasi
Kurang Ibu Hamil - Pendekata Ibu 26 Zoo Swada Lea Bidan,
nya dan Ibu n kepada hami m ya flt mahasi
pengeta nifas l dan Agu Meet masya
ibu hamil st swa
huan dapat ibu ing? rakat SA
tentang mengetah dan ibu nifas 2021 P (Tia,
ASI ui peran nifas Rebecc
Eksklus penting
untuk a,
if ASI
melakuka Helena

117
n
penyuluha
n tentang
ASI
Eksklusif
- Memotiva
Eksklusif si ibu )

untuk
melakuka
n
pemberian
ASI
Eksklusif
Kurang Masyarak - Pendekata Ibu- 27 Zoo Swada Lea Bidan,
nya at desa n kepada ibu Agu m ya flt mahasi
pengeta Lily dapat yang st Meet masya swa
tokoh
huan mengetah mem 2021 ing? rakat SA
tentang ui masyarak iliki (Liska,
P
penting pentingny bayi Khusnu
at untuk
nya a dan l,
melakuka Rambu
memba membawa balita
wa KMS n . Ana)
KMS pada saat penyuluha
pada posyandu
n tentang
saat
posyan pentingny
du a
membawa
KMS
pada saat
posyandu
- Memotiva
si ibu
untuk
selalu
membawa

118
KMS
pada saat
posyandu
- Pendekata
n kepada
tokoh
masyarak
at untuk
Diharapk melakuka
an para n
masyarak penyuluha
at di desa n bahaya
Kurang
Lily(bapa merokok
nya
k-bapak) - Memotiva
pengeta
agar dapat si
huan Bapa
mengopti Lea Bidan,
masyar masyarak k- 28 Zoo Swada
malkan flt mahasi
at untuk bapa Agu m ya
akat swa
kesehatan k st Meet masya
terhada mengikuti SA (Linda,
desa 2021 ing? rakat
nya penyuluha P Rini)
p Lily
melalui n tentang
bahaya
peningkat bahaya
meroko
an merokok
k
pengetahu - Bersama
an tentang masyarak
bahaya at
merokok menyiapk
an
penyuluha
n tentang
bahaya
merokok

119
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan mulai tanggal 0 s/d 29 agustus
2021 diperoleh beberapa masalah, yaitu :

120
1. Masih banyak warga yang belum memahami pentingnya imunisasi untuk
bayi dan balita, dari 28 bayi dan balita ditemukan presentase tidak
campak sebesar 71% dengan alasan tidak ingin.

2. Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya Asi ekslusif dengan


presentase sebanyak 22%, pemberian Asi ekslusif dilakukan dengan
tujuan untuk meningkatkan tumbuh kembang bayi.

3. Masih banyak kebiasaan merokok dari 310 KK ditemukan presentase


sebanyak 15% warga merokok dan pada saat pendataan terdapat
masyarakat yang masih merokok di lingkungan rumah karena jika
merokok di dalam rumah asap rokok tersebut berbahaya bagi anggota
keluarga lainya, pada asap rokok terdapat zat berbahaya seperti nikotin.
Nikotin dapat menempel sejumlah perabot rumah tangga seperti sofa,
bantal, dan lain-lain. Zat nikotin tersebutdapat bertahan berbulan-bulan
dan dihirup oleh anggota keluarga.

4.2 Prioritas Masalah

Dari data tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prioritas
masalah yang terdapat di RW 02 Desa Lily dari hasil Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD) pada tanggal 03 September 2021 yaitu Kurangnya
pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi, kurangnya pengetahuan ibu
tentang Asi ekslusif dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya
merokok.

4.3 Intervensi

1. Laksanakan Musyawarah Masyarakat Kota yaitu tanggal 03 september


2020.

R/ Untuk membicarakan bersama masalah yang ada di daerah tempat


pengkajian

2. Sampaikan masalah dan menentukan prioritas yang ada di kelurahan


tersebut

121
R/ Diharapkan masyarakat mengetahui masalah yang ada di kelurahanya

3. Bicarakan bersama warga tindak lanjut dari masalah yang ada

R/ Untuk memecahkan masalah yang ada sesuai dengan harapan masyarakat


akan hasil yang terbaik.

4. Kolaborasi dengan petugas kesehatan setempat, tokoh masyarakat dan


seluruh warga untuk terlibat dalam upaya tindak lanjut untuk menangani
masalah yang ada.

R/ Agar masalah teratasi dengan baik dan derajat kesehatan masyarakat yang
diharapkan dapat tercapai.

4.4 Implementasi

1. Melaksnakan Musyawarah Masyarakat Desa yaitu tanggal 03 september 2020


yang dihadiri sejumlah 26 orang antara lain :

- Wakil Ketua II STIKes Kendedes Malang

- Ketua Program Studi DIII Kebidanan STIKes Kendedes Malang

- Dosen pembimbing praktik kebidanan komunitas

- Mahasiswi DIII Kebidanan STIKes Kendedes Malang

(Daftar hadir disertakan pada lampiran)

2. Menyampaikan masalah dan menentukan prioritas masalah yang ada di


kelurahan Polowijen Kota Malang.

1) Kurangnya pengetahuan tentang manfaat imunisasi

2) Kurangnya oengetahuan tentang Asi eklusiff

3) Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok.

Setelah dilakukan musyawarah masyarakat kota pada tanggal 03 september


2020, ketiga masalah tersebut diangkat menjadi prioritas masalah.

122
3. Membicarakan bersama warga untuk rencana tindak lanjut dari masalah yang
ada dan memecahkan masalah sesuai dengan harapan masyarakat akan hasil
yang terbaik dengan cara melakukan penyuluhan.

4.5 Evaluasi

Setelah dilakukan musyawarah masyarakat Desa di RW 02 Desa Liu


Kecamatan Kendedes Kabupaten Malang pada tanggal 03 september 2020
masalah dan prioritas masalah yang ada di kelurahan tersebut dapat teratasi
sebagian

4.6 Pembahasan

Secara umum masyarakat RW 02 Desa Lily Kecamatan Kendedes


Kabupaten Malang menerima kehadiran mahasiswi DIII-Kebidanan STIKes
Kendedes Malang yang melaksanakan Praktek Kebidanan Komunitas yang
dimulai pada tanggal 03 Agustus 2020 sampai dengan 29 Agustus 2020
dengan urutan kegiatan sebagai berikut minggu pertama dilakukan pendataan
dengan mendapatkan informasi data dasar yang didapatkan dari kader di Rw
02. Setelah itu dari hasil pendataan ditabulasikan per KK. Dari hasil tabulasi
didapatkan beberapa masalah yang ada di RW 02 Desa Lily Kecamatan
Kendedes Kabupaten Malang yaitu Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
pada tanggal 03 September 2021 yaitu Kurangnya pengetahuan ibu tentang
manfaat imunisasi, kurangnya pengetahuan ibu tentang Asi ekslusif dan
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok.

Dari hasil Musyawarah Masyarakat Kota yang dilaksanakan pada tanggal


03 september 2020 prioritas masalah yang diambil yaitu ketiga masalah
tersebut. Di RW 02 Desa Lily Kecamatan Kendedes Kabupaten Malang yaitu
Kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi, kurangnya
pengetahuan ibu tentang Asi ekslusif dan kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang bahaya merokok. Dapat disimpulkan bahwa masing-masing individu
mempunyai alasan yang berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh

123
tingkat pengetahuan pada keluarga. Peran kita sebagai petugas kesehatan
yaitu memberikan wawasan kepada masyarakat berupa penyuluhan maupun
konseling pada keluarga.

Dalam melakukan asuhan kebidanan di RW 02 Desa Lily Kecamatan


Kendedes Kabupaten Malang tidak menemukan begitu banyak hambatan
yang berarti, baik sebelum, saat dan setelah MMD, saat penyuluhan evaluasi
berjalan baik sesuai dengan harapan.

124
BAB V

PENUTUP

5. 1 Kesimpulan

Sebagai salah satu perwujudan dari program pemerintah yaitu mewujudkan Indonesia
Sehat dengan Pendekatan keluarga maka pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kendedes Malang Prodi Diploma III Kebidanan Malang mengadakan pembangunan
kesehatan desa yang diikuti oleh mahasiswa. Upaya kesehatan masyarakat kelurahan
diupayakan untuk mewujudkan peningkatan kesehatan khususnya pembangunan
kesehatan ibu dan anak. Dalam kegiatan praktek asuhan kebidanan komunitas di RW 02
Desa Lili Kecamatan Kendedes Kabupaten Malang yang dilakukan pada tanggal 3 – 29
Agustus 2020 ditemukan beberapa prioritas masalah diantaranya adalah Kurangnya
pengetahuan ibu tentang manfaat imunisasi, kurangnya pengetahuan ibu tentang Asi
ekslusif dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok. Sehingga
mahasiswi STIKes Kendedes melakukan musyawarah masyarakat desa untuk
membahasnya, serta melakukan penyuluhan kepada warga di RW 02 Desa Lili
Kecamatan Kendedes Kabupaten Malang, dari pelaksanaan praktek kebidanan
komunitas ini adalah agar mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada
masyarakat, kelompok, keluarga atau individu secara komprehensif meliputi pengkajian,
menemukan rumusan masalah, melakukan intervensi, melaksanakan kegiatan dan
evaluasi yang diharapkan kepada pencapaian keterampilan dalam mengkaji kondisi dan
sarana kesehatan masyarakat dan Setiap tindakan yang dilaksanakan pada dasarnya
disambut baik warga masyarakat di RW 02 Desa Lili Kecamatan Kendedes Kabupaten
Malang dan masyarakat ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan yang telah disepakati
bersama.

5.2 Saran

Dengan adanya pelaksanaan praktek klinik kebidanan komunitas memberikan segi


positif bagi peningkatan pemahaman pelaksanaan materi kebidanan komunitas khususnya

125
pembangunan kesehatan ibu dan anak. Sedangkan bagi masyarakat, kegiatan ini dapat
meningkatkan pengetahuan kesehatan dan pola hidup sehat. Untuk mencapai hasil yang
maksimal dalam pelaksanaan praktek klinik kebidanan komunitas selanjutnya maka kami
harapkan :

1. Kepada Pihak Institusi Pendidikan

Bisa dijadikan pertimbangan bagi pihak institusi pendidikan untuk ikut berpartisipasi dalam
meningkatkan derajat kesehatan di Desa Lily Kecamatan Kendedes Kabupaten Malang baik
dalam bentuk pengabdian masyarakat maupun penelitian.

2. Kepada Pihak Warga Kelurahan Polowijen

Menindaklanjuti atau meneruskan untuk mengatasi masalah – masalah kesehatan yang telah
ditemukan di Kelurahan Polowijen

DAFTAR PUSTAKA

126
Asih,Yusari dan Risnenih.2016.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Jakarta
Timur: Trans Info Media
Astuti,Sri dkk.2015.Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Jakarta: Erlangga
Hani,Ummi,dkk.2014.Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis.Jakarta: Salemba Medika
Hartanto,Hanafi.2015.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Husin,Farid dkk.2015.Asuhan Kehamilan Berbasis Kompetensi Paradigma Baru dalam Asuhan
Kebidanan.Jakarta: Sagung Seto
Kemenkes RI (2016).Profil Kesehata Indonesia.Jakarta : Kemenkes
Kemenkes RI (2015).Profil Kesehata Indonesia.Jakarta : Kemenkes
Dinkes Kota Malang 2018.Profil Kesehatan Kota Malang tahun 2016.Malang : Dinas
Kesehatan Kota Malang
Ilmiah,Widia Shofa.2015.Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal Dilengkapi Dengan Soal-soal
Latihan.Yogyakarta : Medical Book
Jannah,Nurul.2014.ASKEB II Persalinan Berbasis Kompetensi.Jakarta: EGC
Kamaryah,Nurul dkk.2014.Buku Ajar Kehamilan Untuk Mahasiswa dan Praktisi Keperawatan
Serta Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika
Kumalasari,Intan.2015.Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan
Antenatal,Intranatal,Postnatal Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi.Jakarta:
Salemba Medika
Lailiyana,dkk.2011.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan.Jakarta : EGC
Liana Dewi,Vivian dkk.2014.Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal.Yogyakarta : Pustaka pelajar
Maternity,Dainty dkk.2016.Asuhan Kebidanan Persalinan.Tangerang Selatan:Binarupa Aksara
Publisher
Nugroho,Taufan,dkk.2014. Askeb I Kehamilan. Yogyakarta : Nuha Medika
Nugroho,Taufan dkk.2014.Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas.Yogyakarta:Nuha Medika
Sulistyawati,Ari.2015.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas.Jakarta: Andi
Syaputra,Lindon.2014.Asuhan Neonatus dan Bayi Baru Lahir.Tulungagung : Binarupa Aksara
Yuhedi,Lucky Taufika.2013.Buku Ajar Kependudukan dan Pelayanan KB.Jakarta: EGC

127

Anda mungkin juga menyukai