Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


EVIDENCE BASED DALAM
KESEHATAN MASYARAKAT

Dosen Pengampu
Mugiati, SKM.,M.Kes.

Disusun Oleh:

Fitria Istiqomah 2115301006


Ratih Purwasih 2115301014
Salsabilla Maharani 2115301018
Sindy Tri Oktia Regina 2115301019
Aulya Mutiara Nurussabila 2115301047

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN TANJUNGKARANG
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Evidence Based Dalam Kesehatan Masyarakat” d engan baik
meskipun banyak kekurangan d id alamnya. Dan juga kami berterima
kasih kepad a Dosen Mata Kuliah Asuhan Kebid anan Komunitas yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita tentang Evidence Based Dalam Kesehatan
Masyarakat sebagaimana yang dicangkup dalam makalah ini. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan d an
kami memohon kritik d an saran yang membangun d emi perbaikan di
masa depan.

Bandar Lampung, 24 Juli 2023

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................2
BAB 2.........................................................................................................................3
PEMBAHASAN ........................................................................................................3
2.1 Definisi Evidence Based Practice (EBP) ........................................................3
2.2 Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Evidence Based .....................................4
2.3 Pendekatan yang Digunakan untuk Kesehatan Masyarakat Berdasarkan.......6
2.4 Langkah-Langkah yang Digunakan untuk Mendeskripsikan Masalah ..........8
2.5 Manfaat Pendekatan Evidence Based dalam Kesehatan Masyarakat ..........14
2.6 Prinsip-Prinsip Evidence-Based Public Health ............................................14
BAB 3.......................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan....................................................................................................16
3.2 Saran ..............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................iv

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan masyarakat merupakan salah satu aspek penting dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup penduduk di suatu negara. Penyakit menular,
perubahan gaya hidup, akses terhadap pelayanan kesehatan, dan faktor-faktor
lainnya memiliki dampak besar terhadap kesehatan populasi. Oleh karena itu,
penting bagi para praktisi dan pengambil keputusan di bidang kesehatan
masyarakat untuk memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil didasarkan
pada bukti yang kuat dan relevan. Pendekatan ini dikenal sebagai Evidence-
Based Public Health (EBPH) atau Kesehatan Masyarakat Berbasis Bukti.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perubahan
paradigma dalam bidang kesehatan masyarakat juga menjadi semakin penting.
Sebelum munculnya pendekatan Evidence-Based, banyak kebijakan dan
intervensi kesehatan masyarakat didasarkan pada kebiasaan lama, otoritas ahli,
atau preferensi pribadi. Hal ini sering kali mengakibatkan kurangnya efektivitas
dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya kesehatan yang terbatas.
Perkembangan konsep Evidence-Based ini dipopulerkan pada tahun 1990-
an oleh Evidence-Based Medicine Working Group di Kanada dan kemudian
diterapkan dalam berbagai bidang kesehatan, termasuk kesehatan masyarakat.
Tujuan utamanya adalah untuk menggabungkan bukti-bukti ilmiah terbaik
dengan kebijaksanaan klinis dan pengalaman praktisi untuk memberikan
pelayanan kesehatan yang optimal.

1.2 Rumusan Masalah


Mengacu pemaparan latar belakang, ditetapkan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Evidence Based Practice?
2. Apakah yang dimaksud dengan Kesehatan Masyarakat berbasis Evidence
Based Practice?
3. Apa sajakah pendekatan yang dilakukan dalam penerapan Evidence Based
Practice dalam kesehatan masyarakat ?

1
4. Bagaimanakah langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan
sebuah masalah kesehatan?
5. Apa sajakah manfaat dari penerapan Evidence Based Practice dalam
masyarakat?
6. Apa sajakah prinsip-prinsip yang digunakan dalam penerapan Evidence
Based Practice dalam masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan


Sebagaimana rumusan masalah yang ditetapkan, maka tujuan penulisan
makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan Pengertian Evidence Based Practice
2. Menjelaskan Pengertian Kesehatan Masyarakat berbasis Evidence Based
Practice
3. Menjelaskan berbagai pendekatan yang dilakukan dalam penerapan
Evidence Based Practice dalam kesehatan masyarakat
4. Menjelaskan langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan
sebuah masalah kesehatan
5. Menjelaskan manfaat dari penerapan Evidence Based Practice dalam
masyarakat
7. Menjelaskan prinsip-prinsip yang digunakan dalam penerapan Evidence
Based Practice dalam masyarakat.

1.4 Manfaat Penulisan


Setelah mengetahui tujuan dari penulisan makalah, diharapkan nantinya akan
bermanfaat bagi:
1. Penulis : sebagai pemenuhan tugas yang dipersyaratkan untuk kelulusan
mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.
2. Pembaca : bahan bacaan untuk menambah wawasan mengenai Evidence
Based dalam kesehatan masyarakat.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Evidence Based Practice (EBP)


Evidence adalah salah satu bagian dari sebuah proses yang
mendemonstrasikan intervensi-intervensi dan praktik-praktik kesehatan bagi
masyarakat; didukung melalui hasil penelitian atau berbagai jalur pengujian.
Terdapat sejumlah keuntungan menggunakan EBP, yaitu memberi kepastian
secara klinis dan cost effective sehingga menjamin atau menjaga standar.
Perawatan yang disediakan berdasarkan pada bukti-bukti yang tersedia dan
memperoleh luaran atau hasil yang terbaik bagi klien. Penekanan penting dari
penggunaan evidence adalah sebagai dasar untuk praktik dan membantu
perkembangan lingkungan budaya pembelajar dan budaya kerja. Bidan
diajarkan dan dilatih mengenai arti penting berkolaborasi dari pengalaman
praktik sebelumnya, memahami bukti-bukti penelitian dan implementasinya,
serta menghargai manfaat penting penelitian.
Beberapa sumber dari EBP terkait pelayanan kebidanan ialah berasal dari
National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE). National Health
System (NHS) evidence, penelitian-penelitian, contoh-contoh praktik yang
benar, serta inovasi (Public Health England, 2013). Panduan dari NICE
bermanfaat sebagai sumber evidence karena bersifat independen dan hasil studi
telah diuji secara ketat. Beberapa domain dari kesehatan masyarakat yang
disediakan oleh NICE dikelompokkan ke dalam empat area dari kerangka kerja
luaran kesehatan masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatkan pemahaman mengenai determinan kesehatan secara lebih
luas dengan cara meningkatkan faktor-faktor lain yang memengaruhi
kesehatan dan kesejahteraan, serta ketidakadilan bidang kesehatan.
2. Meningkatkan kesehatan. Orang-orang atau individu dibantu untuk menjaga
gaya hidup sehat; membuat pilihan yang sehat dan menurunkan
ketidakadilan di bidang kesehatan.

3
3. Perlindungan kesehatan. Melindungi kesehatan populasi dari insiden besar
dan ancaman lainnya sembari menurunkan ketidakadilan di bidang
kesehatan.
4. Perawatan kesehatan masyarakat dan pencegahan kematian prematur
melalui cara menurunkan jumlah orang-orang yang hidup dengan kondisi
sakit yang bisa dicegah dan orang-orang yang meninggal prematur sembari
menurunkan kesenjangan di antara komunitas.

2.2 Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Evidence Based


Kesehatan masyarakat berdasarkan evidence based adalah suatu cara kerja
yang digunakan oleh ahli kesehatan masyarakat untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dalam masyarakat. Cara kerja ini adalah untuk memastikan bahwa
setiap intervensi (program kesehatan masyarakat) dapat didukung dengan bukti
yang menunjukkan bahwa intervensi mungkin akan efektif dan sukses
(evidence based public health – Browson ross c).
a. Perbedaan Kesehatan Masyarakat Berdasarkan Evidence Based dan
Kedokteran Berdasarkan Evidence Based

Kesehatan memiliki beberapa perbedaan dengan kedokteran berdasarkan


evidence based.
Karakteristik Kedokteran Kesehatan Masyarakat
Kualitas Bukti Studi Eksperimental Studi Observasi dan
quasi eksperimental

Volume Bukti Lebih Kecil Lebih Besar


Waktu Intervensi Lebih pendek Lebih panjang
hingga outcome
muncul

Pelatihan profesional Lebih formal, dengan Kurang formal, tidak ada


sertifikat atau lisensi standar sertifikasi

4
Pembuatan Individual Tim
Keputusan

Pertama, dalam hal kualitas bukti yang dimiliki oleh kedokteran yaitu
didapatkan dari hasil studi eksperimental atau percobaan misalnya hasil
laboratorium. Sedangkan kesehatan masyarakat mendapatkan kualitas bukti
dari hasil observasi quasi eksperimental contohnya melakukan aksi turun
kejalan untuk mengetahui kondisi masyarakat dalam rangka observasi ataupun
dapat menggunakan kuisioner.
Kedua, dalam hal volume bukti kedokteran memiliki volume lebih kecil.
Hal tersebut terkait studi eksperimental yang digunakan. Karena kedokteran
hanya melakukan studi tentang penyakit suatu individu maka bukti atau data
mengenai hasil studi yang dilakukan akan lebih kecil jika dibandingkan dengan
volume bukti yang dimiliki petugas kesehatan masyarakat. Hal tersebut
dikarenakan, kesehatan masyarakat melakukan observasi dengan objek
masyarakat yang tentunya akan memiliki karakteristik yang lebih beragam
dibanding dengan objek individu.
Ketiga, jika ditinjau dari waktu intervensi maka kedokteran akan memiliki
waktu intervensi lebih pendek dibandingkan dengan kesehatan masyarakat.
Intervensi pada kedokteran akan lebih pendek waktunya karena objek yang
digunakan ialah individu sehingga intervensi yang dilakukan akan lebih cepat
nenunjukan hasil dibandingkan dengan hasil intervensi yang dilakukan kepada
masyarakat. Hal tersebut dikembalikan lagi karena karekteristik yang dimiliki
masyarakat akan jauh lebih beragam dibanding dengan seorang individu
sehingga output dari intervensi yang dilakukan oleh kesehatan masyarakat akan
lebih lama.
Keempat, dalam hal pelatihan kedokteran bersifat lebih formal yang
dilengkapi dengan sertifikat atau lisensi yang diakui sedangkan untuk petugas
kesehatan pelatihan professional yang dilakukan bersifat kurang formal serata
tidak ada standar sertifikasi seperti kedokteran. Hal ini berhubungan dengan
tujuan yang berbeda antara kedokteran dengan kesehatan masyarakat. Karena
kedokteran memiliki tujuan kuratif dan rehabilitative yang dilakukan pada

5
sasaran individu yang telah mengalami sakit, sehingga pelatihan yang lebih
professional dibutuhkan dalam hal penanganan penyakit pada individu.
Sedangkan kesehatan masyarakat memiliki tujuan preventif dan promotif
dengan sasaran masyarakat yang belum terkena penyakit sehingga dicegah agar
tidak sakit.
Kelima, dalam hal pengambilan keputusan petugas kedokteran akan
mengambil keputusan secara individual terhadap menyakit seseorang ataupun
tindakan yang dilakukan untuk mengobati penyakit tersebut. Sedangkan
petugas kesehatan masyarakat akan mengambil keputusan bersama dengan
timnya untuk mengatasi masalah yang ada dalam masyarakat. Hal ini
dikarenakan petugas kesehatan tidak hanya mengatasi pada aspek kesehatan di
masyarakat tersebut, tetapi juga mengenai berbagai aspek lain misalnya tentang
pendekatan sosial dan kebudayaan masyarakat setempat yang mempengaruhi
kesehatannya.

2.3 Pendekatan yang Digunakan untuk Kesehatan Masyarakat Berdasarkan


Evidence Based (PERI Approach)
PERI approach ialah pendekatan yang digunakan untuk kesehatan masyarakat.
Menurut Riegelman (2009) PERI terdiri atas (Problem, Etiology,
Recommendations,dan Implementation).
a. Problem; Apa masalah kesehatannya ?
b. Etiology; Apa penyebab penyakitnya ?
c. Recommendations; Apa tindakan yang dapat mengurangi dampak
kesehatan ?
d. Implementation; Bagaimana kita menyelesaikannya ?

Problem, yaitu tentang bagaimana kita dapat mendeskripsikan suatu


masalah kesehatan. Langkah pertama dalam mengatasi masalah kesehatan
adalah yaitu menggambarkan dampaknya dimana kita perlu mulai dengan
memahami terjadinya kecacatan dan kematian akibat penyakit, yang kita sebut
beban penyakit. Dalam kesehatan masyarakat, cacat sering disebut morbiditas
dan kematian disebut mortalitas. Kita juga perlu menentukan apakah telah
terjadi perubahan terbaru dalam dampak penyakit. Dengan demikian,

6
pertanyaan pertama dalam menggambarkan masalah kesehatan adalah, apa
beban penyakit dalam hal morbiditas dan mortalitas dan apakah hal tersebut
memiliki perubahan dari waktu ke waktu.
Etiology, yaitu tentang hal apa yang menjadi penyebab dari suatu penyakit.
Kesehatan masyarakat berdasarkan evidence based, menggunakan definisi
penyebab yang sangat spesifik, yaitu contributory cause. Pendekatan Evidence-
based mengandalkan studi penelitian epidemiologi untuk mendirikan
Contributory cause. Ini mengharuskan kita melampaui asosiasi kelompok dan
menetapkan tiga persyaratan yang definitif .
a. Penyebabnya dikaitkan dengan efek pada tingkat individu. Artinya,
penyebab potensial dan efek potensial lebih sering terjadi pada individu
yang sama dari yang diharapkan secara kebetulan.
b. Penyebabnya mendahului efek dalam waktu. Artinya, penyebab potensial
hadir pada waktu sebelumnya dari efek potensial.
c. Mengubah penyebabnya mengubah efek. Artinya, ketika penyebab
potensial dikurangi atau dihilangkan, efek potensial juga dikurangi atau
dihilangkan.

Recommendations, yaitu tindakan apa yang dapat mengurangi dampak


kesehatan. Dalam kesehatan masyarakat berdasarkan evidence based, walau
bagaimanapun, tindakan harus didasarkan pada rekomendasi yang
menggabungkan bukti. Jadi, rekomendasi adalah ringkasan dari bukti
intervensi yang bekerja untuk mengurangi dampak kesehatan dan
menunjukkan tindakan apakah yang harus diambil. Rekomendasi tindakan
telah menjadi bagian dari kesehatan masyarakat dan kedokteran selama
bertahun-tahun yang menunjukan tentang bukti penelitian yang mendukung
manfaat dan bahaya intervensi potensial. Dalam rekomendasi evidence based,
pendapat ahli merupakan hal yang paling penting ketika bukti penelitian tidak
atau tidak dapat memberikan jawaban.
Implementation, yaitu bagaimana menyelesaikan permasalahan kesehatan.
Rekomendasi yang kuat berdasarkan bukti idealnya adalah dasar implementasi.
Dewasa ini, sering ada sejumlah besar intervensi dengan data yang memadai
untuk mempertimbangkan implementasi. Banyak intervensi memiliki potensi

7
kerugian, serta potensi manfaat. Susunan besar dan berkembang dari intervensi
yang mungkin berarti bahwa keputusan kesehatan memerlukan metode yang
sistematis untuk memutuskan mana intervensi yang harus digunakan dan
bagaimana menggabungkannya dalam cara yang paling efektif dan efisien.
Salah satu metode untuk memeriksa opsi untuk pelaksanaan menggunakan
struktur tersebut disebut pendekatan "when-who-how”."When" bertanya
tentang waktu dalam perjalanan penyakit di mana intervensi terjadi.Waktunya
memungkinkan kita untuk mengkategorikan intervensi primer, sekunder, dan
tersier.“Who” menanyakan tentang pada siapa kita harus mengarahkan
intervensi dan apakah harus diarahkan pada individu satu per satu sebagai
bagian dari perawatan klinis. Atau, harus diarahkan pada kelompok orang,
seperti populasi rentan, atau harus diarahkan pada semua orang dalam sebuah
komunitas atau populasi.

2.4 Langkah-Langkah yang Digunakan untuk Mendeskripsikan Masalah


Kesehatan
Langkah pertama dalam mengatasi masalah kesehatan adalah untuk
menggambarkan atau mendeskripsikan dampaknya. Yaitu, kita perlu mulai
dengan memahami terjadinya kecacatan dan kematian akibat penyakit, yang
kita sebut beban penyakit. Dalam kesehatan masyarakat, cacat sering disebut
morbiditas dan kematian disebut mortalitas. Kita juga perlu menentukan
apakah telah terjadi perubahan terbaru dalam dampak penyakit. Dengan
demikian, pertanyaan pertama dalam menggambarkan masalah kesehatan
adalah “Apa beban penyakit dalam hal morbiditas dan mortalitas dan telah
berubah dari waktu ke waktu?”
Pertanyaan kedua yang perlu kita tanyakan adalah “Apakah ada perbedaan
dalam distribusi penyakit dan dapat perbedaan ini menghasilkan ide-ide dan
hipotesis tentang etiologi penyakit (penyebab)?”Yaitu, kita perlu meneliti
bagaimana penyakit ini menyebar atau didistribusikan dalam populasi.Kita
sebut ini distribusi penyakit. Profesional kesehatan masyarakat disebut
epidemiologi menyelidiki faktor yang dikenal sebagai "orang" dan "tempat"
untuk melihat apakah mereka dapat menemukan pola atau asosiasi di frekuensi

8
penyakit. Asosiasi kelompok mungkin menyarankan ide untuk hipotesis
tentang penyebab, atau etiologi penyakit."Orang" termasuk karakteristik
demografi yang menggambarkan orang-orang, seperti usia, jenis kelamin, ras,
dan faktor sosial ekonomi. Itu juga termasuk perilaku atau eksposur, seperti
merokok, olahraga, paparan radiasi, dan penggunaan obat-obatan. "Tempat"
menyiratkan lokasi geografis, seperti kota atau negara, tetapi juga mencakup
hubungan antara orang, seperti komunitas universitas atau situs internet
bersama. Ketika faktor-faktor ini lebih sering terjadi di antara kelompok-
kelompok dengan penyakit daripada di antara kelompok-kelompok tanpa
penyakit kita sebut mereka indikator risiko untuk penanda risiko.
Akhirnya, ahli epidemiologi mengambil pendekatan ilmiah untuk mengatasi
masalah kesehatan masyarakat. Mereka sering skeptis jawaban awal untuk
pertanyaan dan bertanya: Bisa ada penjelasan lain untuk perbedaan atau
perubahan dalam distribusi penyakit? mereka sering bertanya: Perbedaan atau
perubahan yang nyata atau mereka artifactual? artifactual menyiratkan bahwa
hubungan yang jelas sebenarnya adalah hasil dari proses pengumpulan data.
Ketika mencoba untuk menentukan apakah sebuah asosiasi adalah
artifaktual atau nyata, ahli epidemiologi bertanya: Apakah perubahan yang
diamati atau perbedaan mungkin karena membandingkan apel dengan jeruk --
misalnya membandingkan kelompok subyek usia rata-rata yang berbeda. usia
sangat penting untuk ahli epidemiologi karena sangat erat kaitannya dengan
penyakit kejadian. Dengan demikian, pertanyaan ketiga yang perlu kita
tanyakan dalam menggambarkan masalah adalah “Apakah perbedaan atau
perubahan digunakan untuk sugest asosiasi kelompok artifaktual atau nyata”.
Sebelum kita bisa menjawab tiga pertanyaan ini kita perlu memahami lebih
lanjut tentang pengukuran yang epidemiologi gunakan untuk menggambarkan
masalah kesehatan.Kita perlu melihat dengan seksama bagaimana kita
mengukur perubahan perbedaan penyakit, kecacatan, dan kematian.dalam
kesehatan masyarakat, kami menggunakan tarif untuk meringkas pengukuran
kami. Mari kita mulai dengan melihat apa yang kita maksud dengan tarif dan
kemudian kita akan kembali ke tiga pertanyaan yang harus ditangani saat
menjelaskan masalah kesehatan.

9
a. Ukuran-Ukuran Epidemiologi yang Digunakan untuk Mengukur
Masalah Kesehatan Masyarakat
Istilah "tingkat" akan digunakan untuk menggambarkan jenis
pengukuran yang memiliki pembilang dan penyebut mana pembilang
adalah bagian dari penyebut yaitu, pembilang hanya mencakup individu
yang juga termasuk dalam penyebut. Ada dua tipe dasar tarif yang
merupakan kunci untuk menggambarkan penyakit. Ini disebut tingkat
insiden dan prevalensi. Tingkat insiden mengukur kemungkinan terkena
penyakit selama periode waktu biasanya satu tahun. Yaitu, tingkat insiden
adalah jumlah kasus baru penyakit yang berkembang selama satu tahun
dibagi dengan jumlah orang dalam populasi berisiko, seperti pada
persamaan berikut:

Kita sering mengungkapkan tingkat insiden sebagai jumlah kejadian


per 100.000 penduduk di penyebut. Misalnya, tingkat kejadian kanker paru-
paru mungkin 100 per 100.000 per tahun.Kesehatan masyarakat berbasis
bukti, membandingkan tingkat insiden sering titik awal yang berguna ketika
mencoba untuk menentukan penyebab masalah.
Prevalensi adalah jumlah individu yang memiliki penyakit pada
waktu tertentu dibagi dengan jumlah individu yang berpotensi memiliki
penyakit.Dapat diwakili oleh persamaan berikut:

Prevalensi sering berguna ketika mencoba untuk menilai dampak


total atau beban masalah kesehatan dalam suatu populasi dan dapat
membantu mengidentifikasi kebutuhan layanan. Misalnya, pengetahuan
bahwa ada prevalensi tinggi kanker paru-paru adalah suatu wilayah tertentu
dapat menunjukkan bahwa ada kebutuhan untuk pelayanan kesehatan di
daerah itu.

10
b. Cara untuk Menetapkan Penyebab Masalah Kesehatan
Hal pertama yang dilakukan untuk menetapkan penyebab masalah
kesehatan adalah mengidentifikasi pengaruh dari masalah kesehatan itu.
Dalam buku Public Health 101 hal ini biasa disebut “burden of disease” atau
pokok penyakit. Kita harus dapat menentukan perubahan apa saja yang
terjadi akibat adanya masalah kesehatan itu. Jadi pertanyaan pertama untuk
menetapkan penyebab masalah kesehatan adalah apa saja dampak yang
ditimbulkan dari masalah itu, baik morbiditas atau mortalitasnya dan apakah
ada perubahan.
Pertanyaan kedua adalah apakah ada perbedaan dalam penyebaran
penyakit itu dan bisakah perbedaan itu menjadi gagasan penyebab penyakit
tersebut. Dalam hal ini epidemiologist membagi faktor penyebabnya d engan
“person” dan “place” untuk melihat pola penyebaran dari masalah
kesehatan ini. Kita harus mengetahui bagaimana penyebaran penyakit ini
di masyarakat agar semakin jelas faktor penyebabnya dan hal ini disebut
distribution of disease. “person” berhubungan dengan karakteristik individu
seperti umur, jenis kelamin, ras, dan sosio ekonomi. Juga tidak lupa
memasukkan faktor lain yang mungkin berhubungan seperti riwayat
merokok, obat-obatan, olahraga dan sebagainya. ”place” menunjukkan
letak geografisnya, seperti pedesaan atau perkotaan, juga bagaimana
hubungan seseorang dengan komunitas di sekitarnya. Jika faktor dari tipe
ini terjadi lebih sering di kelompok yang terjangkit penyakit dinamakan risk
indicators atau risk markers.Pada akhirnya epidemiologi ialah melakukan
pendekatan secara ilmiah untuk mendeteksi masalah kesehatan Para
epidemiologis seringkali melakukan perbandingan kelompok berdasarkan
perbedaan rata-rata umur.Umur sangat penting karena memiliki hubungan
yang kuat dengan terjadinya penyakit.
Contoh kasusnya ialah pada awal abad ke 20, seorang anak di kota
Colorado Springs, Colorado ditemukan mengalami masalah serius dalam
hal pengrusakan warna gigi menjadi coklat. Kondisi ini terjadi pada mereka
yang menggunakan air dari sumber yang sama. Ironisnya, mereka yang
mengalami hal itu terlindungi dari gigi berlubang. Penemuan dari factor

11
”place” ini menyebabkan dilakukannya penelitian selama dua dekade yang
menghasilkan penemuan bahwa kandungan fluoride di air dapat
menurunkan risiko gigi berlubang namun jika digunankan secara berlebihan
dapat menyebabkan gigi menjadi coklat (Riegelman 2009).
c. Cara Membuat Rekomendasi untuk Menyelesaikan Masalah
Kesehatan
Rekomendasi adalah studi yang dibangun berdasarkan bukti dan
intervensi mengenai masalah kesehatan. Sehingga rekomendasi mencakup
tindakan apa yang harus diambil untuk mengurangi masalah kesehatan.
Dalam menyusun sebuah rekomendasi maka diperlukan bukti dasar dari
sebuah permasalahan kesehatan.Bukti dasar ini didapat dari penelitian dan
studi intervensi mengenai sebuah kasus penyakit. Bukti dasar tersusun atas
2 kriteria yaitu kualitas dari bukti dan besarnya dampak dari permasalahan
kesehatan tesebut. Kualitas dari bukti ditentukan oleh penyelidikan
menggunakan metode-metode yang sesuai. Besarnya dampak dari sebuah
kejadian penyakit juga mempengaruhi sebuah tindakan rekomendasi.
Besarnya dampak dapat dilihat dari angka mortalitas dan morbiditas.
Rekomendasi bukti dasar merupakan kombinasi dari nilai kualitas eviden
(bukti) dan nilai dari besarnya dampak melalui studi intervensi.
Contoh dari pembuatan rekomendasi dalam menyelesaikan masalah
kesehatan salah satunya adalah tentang rekomendasi mengenai berhenti
merokok. Seorang ahli kesehatan masyarakat harus mengkaji masalah-
masalah tentang bahaya merokok dengan melakukan penelitian. Penelitian
tersebut mencakup tentang apa saja kerugian merokok, bahan kimia yang
terkandung dalam rokok serta penyakit penyakit yang dapat ditimbulkan
karena merokok. Hasil dari penelitian tersebut dikaji dan disusunlah sebuah
rekomendasi mengenai langkah yang harus dilakukan kepada perokok agar
berhenti merokok.
d. Kerangka untuk Menentukan Pilihan Implementasi Aksi
Kerangka untuk melakukan implementasi tersusun atas “When-
Who-How” (kapan, siapa, bagaimana). When (Kapan), bertanya mengenai
waktu perjalan penyakit terjadi. Waktu dikategorikan dalan primer,

12
sekunder, dan tersier. Intervensi primer yaitu sebelum onset dari sebuah
penyakit. Ini tertujuan untuk mencegah penyakit tersebut terjadi. Intervensi
sekunder yaitu intervensi setelah penyakit tersebut berkembang dan faktor
resikonya, tetapi sebelum munculnya gejala. Ini bertujuan deteksi awal
penyakit dan untuk mengurangi faktor resiko meskipun pasien belum
menunjukkan gejala. Intervensi tersier terjadi setelah munculnya gejala
tetapi belum cacat permanen.Tujuannya untuk mencegah resiko terburuk
dari sebuah penyakit.
Who (Siapa), pertanyaan kepada siapa kita harus arahkan intervensi.
Hal tersebut ditujukan pada individu yang dalam satu waktu membutuhkan
perawatan klinik atau harus diarahkan pada kelompok seperti populasi yang
rentan dan apakah perlu diarahkan pada seseorang atau kelompok.
Kemudian yang terakhir adalah How (Bagaimana). Bagaimana
seharusnya kita mengimplementasikan intervensi? Terdapat 3 tipe dasar
intervensi untuk merubah perilaku yaitu informasi (pendidikan), motivasi
(insentif) dan kebijakan (persaratan). Contoh dari impelementasi tersebut
adalah tentang bahaya merokok. Kapan dilakukannya edukasi mengenai
bahaya merokok? Apakah sebelum terjadinya penyakit karna merokok atau
setelah timbul penyakit karna merokok. Apabila sebelum maka dapat
dikategorikan sebagai tindakan preventif (pencegahan). Lalu kepada siapa
kita melakukan edukasi terhadap bahaya merokok?Apakah kepada bapak-
bapak atau kepada anak muda? Lalu setelah kita menentukan targetnya
maka kita dapat mengambil tindakan berupa penyuluhan dan edukasi
mengenai bahaya merokok atau dengan menerapkan peraturan mengenai
rokok.
e. Hal yang Harus Dilakukan Setelah Melakukan Implementasi
Masalah kesehatan masyarakat jarang sekali bisa langsung hilang
hanya dengan sekali/satu intervensi saja. Oleh karena itu penting untuk
adanya evaluasi apakah intervensi atau kombinasi intervensi telah berhasil
mengurangi masalah. Ini juga penting untuk mengukur seberapa banyak
masalah yang telah berhasil ditangani dengan intervensi tersebut.

13
2.5 Manfaat Pendekatan Evidence Based dalam Kesehatan Masyarakat
Penerapan pendekatan Evidence-Based Public Health memiliki beberapa
manfaat, antara lain:
1. Efektivitas Intervensi: Dengan didasarkan pada bukti ilmiah yang kuat,
intervensi yang diterapkan cenderung lebih efektif dalam mengatasi
masalah kesehatan masyarakat.
2. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya: Melalui pendekatan ini, sumber daya
kesehatan yang terbatas dapat dialokasikan dengan lebih efisien untuk
intervensi yang memberikan hasil terbaik.
3. Pengambilan Keputusan yang Lebih Baik: Para pengambil keputusan
memiliki landasan yang kuat untuk mempertimbangkan berbagai pilihan
intervensi dan memilih yang paling sesuai dengan situasi yang dihadapi.
4. Peningkatan Kualitas Data: Penerapan EBPH mendorong perbaikan dalam
pengumpulan, analisis, dan pelaporan data kesehatan, yang pada akhirnya
akan meningkatkan kualitas informasi kesehatan publik.

2.6 Prinsip-Prinsip Evidence-Based Public Health


Penerapan pendekatan Evidence-Based dalam kesehatan masyarakat
didasarkan pada beberapa prinsip utama:
1. Integritas Bukti Ilmiah: Semua keputusan dan intervensi harus didasarkan
pada bukti ilmiah terbaik yang tersedia. Bukti ini berasal dari penelitian
klinis, penelitian epidemiologi, analisis biostatistik, dan informasi
kesehatan publik lainnya.
2. Partisipasi Masyarakat: Keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi intervensi kesehatan masyarakat merupakan hal
yang penting. Partisipasi ini dapat meningkatkan penerimaan dan efektivitas
program.
3. Penggunaan Data dan Statistik: Pengambilan keputusan yang baik
memerlukan pemahaman yang baik tentang data dan statistik. Analisis data
yang tepat dan akurat diperlukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan
dan memahami dampak intervensi.
4. Konteks Lokal: Meskipun bukti ilmiah bersifat universal, implementasi

14
intervensi harus disesuaikan dengan konteks lokal, termasuk budaya, sosial,
dan ekonomi.

15
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari paragraf tersebut adalah bahwa pendekatan Evidence-
Based Practice (EBP) dalam kesehatan masyarakat mengandalkan bukti ilmiah
yang didukung oleh penelitian dan analisis yang valid. EBP memastikan
bahwa intervensi dan praktik kesehatan yang diterapkan didasarkan pada bukti-
bukti yang kuat, sehingga memberikan kepastian klinis dan efisiensi biaya.
Penerapan EBP membantu meningkatkan kualitas perawatan dan hasil bagi
klien serta memfasilitasi perkembangan lingkungan budaya pembelajar dan
budaya kerja. Pendekatan ini mencakup langkah-langkah seperti
mengidentifikasi masalah kesehatan, menetapkan penyebab, membuat
rekomendasi intervensi, dan melakukan implementasi berdasarkan konteks
lokal.
EBP juga memberikan manfaat berupa efektivitas intervensi, efisiensi
penggunaan sumber daya, pengambilan keputusan yang lebih baik, dan
peningkatan kualitas data. Prinsip-prinsip utama EBP meliputi integritas bukti
ilmiah, partisipasi masyarakat, penggunaan data dan statistik, serta konteks
lokal. Dengan mengikuti pendekatan EBP, kesehatan masyarakat dapat
bergerak menuju pengambilan keputusan yang lebih berdasarkan bukti dan
efektif dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat ini, semoga dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Terutama bagi mahasiswa kebidanan
yang sedang mendalami materi Evidence Based dalam Kesehatan
Masyarakat. Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali
memiliki kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya, penulis akan
terus memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh sebab itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah di
atas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, D. L., Maternity, D., & Putri, R. D. (2017). Asuhan Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta: Andi Publisher.
Bala, M., Lhachimi, S., & Vanagas, G. (2016). Evidence-Based Public Health.
BioMed Research International.
Cholifah, Kusumawardani, P., & Nisak, U. (2019). Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Jawa Timur: umsida press.
Hakimi, M., & Rahyani, N. (2021). Critical Thinking Dalam Asupan Kebidanan
Berbasis Bukti. Yogyakarta: UGM PRESS.
Rachmat, H. (2016). Penguatan upaya kesehatan masyarakat dan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Syamsul, M. (2021). Pengantar Kesehatan Masyarakat. Penerbit Insania.

iv

Anda mungkin juga menyukai