Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH

FARMASI KESEHATAN MASYARAKAT


TEORI DAN MODEL PERILAKU KESEHATAN
DALAM MENINGKATKAN PROMOSI KESEHATAN SERTA
PENDIDIKAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK :8
ANGGOTA KELOMPOK : - TIZA 2030122067
- ULFA ROSIATUL HUDA 2030122069
- ULFADHILA YULFI 2030122070
- WAHYU SUCI W 2030122072
KELAS :B
DOSEN PENGAMPU : apt. DIZA SARTIKA, M.Farm

PROGRAM STUDI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Farmasi
Kesehatan Masyarakat “Teori Dan Model Perilaku Kesehatan: Kerangka Kerja
Promosi Kesehatan Dan Program Pendidikan Kesehatan”. Makalah tersebut
disusun untuk memenuhi syarat mengikuti mata kuliah Farmasi Kesehatan
Masyarakat di Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Perintis
Indonesia. Penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih sebesar-
besarnya kepada Ibu apt. Diza Sartika, M.Farm yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan serta
kelemahan dalam menyusun makalah ini.Demikian akhir kata, bukan pujian yang
kami harapkan, melainkan kritik dan saran guna memperbaiki makalah ini. Akhirnya,
kami ucapkan terima kasih.

Padang, Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................4
1.4 Manfaat..............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................6
2.1 Definisi Pendidikan Kesehatan..........................................................................6
2.2 Teori Model Umum digunakan dalam Program dan Intervensi Promosi
Kesehatan. .................................................................................................................7
2.3 Teknik Promosi Kesehatan dan Strategi..........................................................19
2.4 Menerapkan Teori dan Model Perilaku Kesehatan dalam Program Praktik
Farmasi.....................................................................................................................21
2.5 Memilih Model Perilaku Kesehatan................................................................25
2.6 Menerapkan Program Promosi Kesehatan.......................................................28
2.7 Penilaian dan Evaluasi Hasil............................................................................32
2.8 Peluang Penelitian dan Pendanaan..................................................................37
2.9 Tindakan untuk Perubahan Hari Ini.................................................................40
2.10 Ringkasan Jurnal..............................................................................................41
BAB III PENUTUP ....................................................................................................46
3.1 Kesimpulan......................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................47

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teori dan model perilaku kesehatan telah digunakan dalam desain pendidikan

kesehatan, kegiatan promosi kesehatan, dan pencegahan penyakit. Teori dan model

berguna untuk memahami faktor-faktor apa yang secara positif atau negatif

mempengaruhi perubahan perilaku pasien dan pemeliharaan perilaku kesehatannya.

Apoteker dilatih untuk memberikan edukasi tidak hanya tentang penggunaan obat

yang tepat juga tentang perubahan gaya hidup dan aktivitas perawatan diri.

Kerangka kerja teoritis dalam pelatihan praktisi mendukung dan mengoptimalkan

efektivitas promosi kesehatan dan intervensi pencegahan penyakit dan bagaimana

apoteker dapat mengintegrasikan kerangka kerja dalam kegiatan promosi kesehatan

dan pencegahan penyakit sehari-hari.

Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha

menyampaikanpesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut, maka masyarakat,

kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang

lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat berpengaruh

terhadap perilaku. Dengan kata lain dengan adanya promosi kesehatan tersebut

diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan perilakukesehatan dari

sasaran.

Menurut Maulana (2009) dalam promosi kesehatan, tidak ada satu

pun tujuan dan pendekatan atau serangkaian kegiatan yang benar. Hal

1
terpenting adalah bahwa kita harus mempertimbangkan tujuan dan kegiatan

yang kita miliki, sesuai dengan nilai-nilai dan penilaian kita terhadap

kebutuhan klien. Beberapa model promosi kesehatan dan Pendidikan kesehatan

adalah alat analisis yang berguna, yang dapat membantu memperjelas tujuan dan

nilai-nilai yang dianut. Terdapat banyak upaya untuk mengubah promosi kesehatan

menjadi konsep yang lebih operasional yaitu " Model Precede-Procede “.

Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam meningkatkan

kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama

masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta kegiatan yang sumber

daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

kebijakan kebijakan public yang berwawasan kesehatan.

Institute of Medicine (IOM) telah mengidentifikasi tiga fungsi kesehatan

masyarakat yang penting: penilaian, pengembangan kebijakan, dan jaminan layanan.

Apoteker memiliki peran penting dalam penilaian penggunaan obat, mengidentifikasi

potensi kesalahan pengobatan dan masalah terkait pengobatan, memantau hasil

terapeutik, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan. Apoteker dapat berfungsi

sebagai kelompok advokasi sumber daya, badan legislatif, dan pembuat kebijakan di

tingkat nasional, negara bagian, dan lokal tentang masalah kesehatan masyarakat

utama yang terkait dengan penggunaan obat. Sebagai anggota tim perawatan

kesehatan, apoteker dapat membantu memastikan distribusi obat yang aman dan

efisien, memberikan pendidikan dan konseling bagi pasien dan penyedia layanan

kesehatan, dan membuat rekomendasi berbasis bukti mengenai terapi pengobatan.

2
American Public Health Association (APHA) pada November 2006

mengeluarkan pernyataan kebijakan tentang peran apoteker dalam kesehatan

masyarakat. 2 Pernyataan tersebut mengakui bahwa apoteker tidak secara resmi

diakui sebagai profesi dalam tenaga kesehatan masyarakat; Namun, APHA mencatat

meningkatnya kebutuhan apoteker untuk dilatih dalam kesehatan masyarakat, karena

mereka adalah penyedia layanan kesehatan yang paling dapat diakses oleh

masyarakat. Saat ini, aktivitas apoteker telah berkembang melampaui tugas

pengeluaran tradisional untuk mencakup penyediaan perawatan yang berpusat pada

pasien dan berfungsi sebagai sumber informasi kesehatan dan pengobatan. Apoteker

menjalankan fungsi kesehatan masyarakat terkait dengan aksesibilitas perawatan,

aksesibilitas obat-obatan, dan layanan pencegahan.

Teori dan model perilaku kesehatan menginformasikan rancangan program

untuk mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit, dan memberikan pendidikan.

Teori-teori ini adalah dasar untuk pertanyaan penelitian dan tujuan dan sasaran

program. Apoteker perlu memahami berbagai kerangka teori dan menerapkannya

untuk mengoptimalkan hasil dalam hal pendidikan kesehatan dan perubahan perilaku.

Makalah ini akan membahas bagaimana apoteker dan pendidik farmasi menerapkan

teori-teori ini untuk merancang, mengembangkan, menerapkan, dan mengevaluasi

promosi kesehatan, pencegahan penyakit, serta intervensi dan program pendidikan

kesehatan.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi dari Pendidikan Kesehatan ?

2. Apa saja Teori dan Model Yang Umum digunakan dalam Program dan

Intervensi Promosi Kesehatan ?

3. Bagaimana Teknik untuk Membantu Perilaku dalam meningkatkan promosi

Kesehatan?

4. Bagaimana Rancangan dan Perencanaan serta Penerapan Program Promosi

Kesehatan?

5. Bagaimana Memilih Model Perilaku Kesehatan?

6. Bagaimana Peluang Penelitian dan Pendanaan?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Bagaimana Definisi dari Pendidikan Kesehatan.

2. Menjelaskan Apa saja Teori dan Model Yang Umum digunakan dalam

Program dan Intervensi Promosi Kesehatan.

3. Menjelaskan Bagaimana Teknik untuk Membantu perilaku dalam

meningkatkan promosi Kesehatan

4. Menjelaskan Rancangan dan Perencanaan serta Penerapan Program Promosi

Kesehatan

5. Menjelaskan pemilihan Model Perilaku Kesehatan

6. Menjelaskan Bagaimana Peluang Penelian dan Pendanaan

4
1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui definisi dari pendidikan kesehatan

2. Untuk mengetahui teori dan model yang digunakan dalam program promosi

kesehatan

3. Untuk mempelajari bagaimana teknik untuk membantu perilaku dalam

meningkatkan promosi kesehatan

4. Untuk mempelajari Rancangan dan Perencanaan serta Penerapan Program

Promosi Kesehatan

5. Untuk mengetahui pemilihan Model Perilaku Kesehatan

6. Untuk mengetahui Bagaimana Peluang Penelian dan Pendanaan

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2 Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan didefinisikan dalam berbagai cara dalam literatur

kesehatan masyarakat. Komite Bersama tentang Terminologi Pendidikan Kesehatan

mendefinisikan pendidikan kesehatan sebagai "kontinum pembelajaran yang

memungkinkan orang, sebagai individu dan sebagai anggota struktur sosial, untuk

secara sukarela membuat keputusan, mengubah perilaku, dan mengubah kondisi

sosial dengan cara yang meningkatkan kesehatan. Definisi lain dari pendidikan

kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk memfasilitasi

tindakan sukarela yang kondusif bagi kesehatan.

Promosi kesehatan telah didefinisikan sebagai agregat dari semua kegiatan

yang bertujuan yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan pribadi dan

masyarakat melalui kombinasi strategi, termasuk implementasi yang kompeten dari

strategi perubahan perilaku, pendidikan kesehatan, langkah-langkah perlindungan

kesehatan, deteksi faktor risiko, peningkatan kesehatan, dan pemeliharaan kesehatan.

definisi secara sederhana menyatakan bahwa promosi kesehatan adalah “kombinasi

dari pendidikan dan dukungan ekologis untuk tindakan dan kondisi kehidupan yang

kondusif untuk memberikan perspektif tentang apa yang harus dicapai oleh

pendidikan kesehatan.

Promosi kesehatan memiliki perspektif yang lebih luas tetapi

mencakupkomponen penting pendidikan kesehatan. Teori perilaku kesehatan

merupakankonsep dan konstruksi yang digunakan untuk menjelaskan prediksi

6
perilaku kesehatan. Konsep adalah dasar dari konstruksi. Variabel menentukan

bagaimana suatu kendala diukur dalam situasi tertentu. Model membantu

menjelaskan masalah tertentu dalam pengaturan atau konteks tertentu. Model sering

diinfomasikan oleh lebih dari teori dan oleh temuan empiris. Teori dan model penting

untuk menjelaskan bagaimana individu, kelompok, dan organisasi mengubah perilaku

Mereka digunakan untuk merancang kegiatan promosi kesehatan yang efektif,

intervensi, dan untuk mengatasi masalah kesehatan di berbagai populasi.

Teori perilaku kesehatan dan promosi kesehatan diambil dari disiplin ilmu

psikologi, sosiologi, antropologi, dan perilaku konsumen. Tantangan dalam

menggunakan teori dan model adalah banyak belum diuji secara ketat pada populasi

yang beragam. Tidak ada teori atau model tunggal yang cukup untuk mendukung

satu program atau kegiatan promosi kesehatan. Komponen atau konsep dari dua atau

lebih teori dan model dapat digunakan untuk menjelaskan dan mendukung perubahan

perilaku kesehatan tertentu yang diharapkan dihasilkan dari program promosi

kesehatan.

3 Teori dan Model Yang Umum digunakan dalam Program dan Intervensi

Promosi Kesehatan.

Teori dan model yang umum digunakan dalam program dan intervensi

promosi kesehatan: model ekologi, model keyakinan kesehatan, model

transtheoretical atau tahapan perubahan, teori tindakan beralasan dan perilaku

terencana, dan teori kognitif sosial.

7
a. Model Ekologi

Model ekologi memiliki dua konsep penting yaitu: perilaku kesehatan

mempengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai tingkat hubungan danperilaku

kesehatan membentuk dan dibentuk oleh lingkungan sosial (sebab akibat timbal

balik). Model ini berguna dalam mengembangkan strategi dan intervensi yang

berfokus pada satu atau lebih berbagai tingkatan untuk mempengaruhi perubahan.

Model ini berupa pengembangan, implementasi, dan tindak lanjut program dari

berbagai perspektif.

Apoteker dapat menyusun rencana tindakan yang wajar dan diperlukan untuk

kesejahteraan pasien, tetapi pelaksanaan rencana dengan hasil maksimal mungkin

bergantung pada jaringan pendukung yang tersedia. Misalnya, jika pasien disarankan

untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayuran segar, maka pasien memerlukan

akses ke pasar lingkungan atau toko bahan makanan yang menyimpan buah dan

sayuran. Tanpa sumber tersebut, pasien mungkin tidak dapat mengikuti anjuran dan

mungkin makan makanan yang sudah tersedia terlepas dari nilai gizinya. Apa pun

perilaku yang ingin kita ubah, kita harus mempertimbangkan tingkat pengaruh dan

dampaknya terhadap individu.

Tabel Model Ekologi


Konsep Definisi Contoh

Tingkat Ciri-ciri Bisakah


Intrapersonal individu yang pasien menggambarkan
mempengaruhi tingkah gejala asma? Bagaimana
lakunya, seperti keyakinan pasien tentang
pengetahuan, sikap, kegunaan obat asmanya?

8
keyakinan, dan ciri-ciri Bagaimana tingkat melek
kepribadian kesehatan pasien?
Tingkat Proses Dukungan
Interpersonal interpersonal dan apa yang pasien
kelompok primer, dapatkan dari anggota
termasuk keluarga, teman, keluarga untuk
dan teman sebaya, yang mengatasi asmanya?
memberikan identitas Bagaimana hubungan
sosial, dukungan, dan pasien dan pertukaran
definisi peran. komunikasi dengan
apoteker?
Faktor Aturan, Apakah
Kelembagaan regulasi, kebijakan, dan pasien asma bekerja di
struktur informal yang lingkungan bebas rokok?
dapat membatasi atau Apakah ada kebijakan
mendorong perilaku yang yang diberlakukan di
direkomendasikan sekolah setempat yang
mengizinkan anak-anak
membawa inhaler ke
taman bermain?
Faktor Jaringan Apakah
komunitas sosial dan norma atau ada organisasi komunitas
standar, formal atau lokal yang menyediakan
informal, antara individu, sumber daya dan
kelompok, dan organisasi. dukungan bagi penderita
asma? Apa upaya akar
rumput untuk mengatasi
masalah lingkungan
masyarakat yang
mempengaruhi kesehatan
pernapasan?

9
Kebijak Kebijakan Apakah
an publik dan hukum lokal, negara asuransi kesehatan
bagian, dan federal yang pasien mencakup
mengatur atau mendukung "spacer"? Hukum lokal,
tindakan dan praktik yang negara bagian, atau
sehat untuk pencegahan federal Apa yang
penyakit, deteksi dini, dilakukan untuk
pengendalian, dan meminimalkan tingkat
manajemen asma yang tinggi?

b. Model Keyakinan Kesehatan


Model keyakinan kesehatan adalah model yang paling dikenal luas dalam

promosi dan pendidikan kesehatan.Model ini menerapkan persepsi individu tentang

ancaman terhadap kesehatannya yang disebabkan oleh masalah kesehatan atau

penyakit.Model ini menerangi konsep yang terlibat dalam pelaksanaan rekomendasi

kesehatan individu.Tujuan dari model keyakinan kesehatan adalah untuk memberikan

pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan kepada apoteker yang akan membantu

mereka berhasil dalam melaksanakan pengembangan rencana dalam kemitraan

dengan pasien.

Model ini mengkaji persepsi tentang manfaat dari menghindari ancaman dan

faktor yang mempengaruhi keputusan. Adapun 6 konsep presepsi yaitu :

1. Konsep pertama adalah persepsi individu tentang risiko tertular penyakit.

Individu memutuskan apakah risiko itu nyata dan apakah ada untuknya, dan

mengidentifikasi faktor risikonya dan kemungkinan tertular penyakit.

10
2. Konsep kedua adalah Keyakinan individu tentang keseriusan atau tingkat

keparahan kondisi kesehatan atau penyakit. Individu mempertimbangkan

konsekuensi atau hasil potensial dari tertular penyakit (cacat permanen atau

sementara atau kematian), dan dampak pada hubungan pribadi, profesional,

dan keluarga.

3. Konsep ketiga adalah manfaat kesehatan yang dirasakan dari mengubah

perilaku.

4. Konsep keempat mengkaji hambatan dan hambatan yang dirasakan individu

dalam mengubah perilakudan kemudian mempertahankan perubahan.

Hambatan ini termasuk biaya moneter, kendala waktu, dan ketidaknyamanan.

5. Konsep kelima adalah mengidentifikasi isyarat yang akan menyebabkan

seseorang melakukan tindakan untuk mengubah suatu perilaku. Ini mungkin

termasuk pesan multi-media, televisi, bioskop, materi cetak, dan pengumuman

layanan masyarakat di radio.

6. Konsep keenam adalah tingkat kepercayaan diri atau kemanjuran diri individu

untuk berhasil melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk menghasilkan

hasil yang diinginkan.

c. Model Transtheoretical (Tahapan Perubahan)

Model transtheoretical merupakan model yang menggambarkan proses

perubahan prilaku seseorang individu. Contohnya seseorang perokok yang ingin

mencoba untuk berhenti merokok. Lima tahap perubahan dalam model ini adalah :

Prakontemplasikontemplasi, persiapan, tindakan, dan pemeliharaan.

11
Tabel Tahap Perubahan
Konsep Definisi Contoh anggapan
Kerentanan yang dirasakan
Persepsi individu tentang risiko
"Sayatertular
tidak pernah terkena flu. Saya tidak
penyakit perlu mendapatkan vaksin flu."
"Saya menderita diabetes dan tertular flu
akan berbahaya bagi saya."
Keparahan yang dirasakan
Persepsi individu tentang "Jika
keseriusan
saya terkena flu, saya akan baik-baik
suatu kondisi kesehatan atausaja.
penyakit
Saya mengonsumsi banyak vitamin C."
"Saya sudah tua dan saya pernah flu
sebelumnya."
Manfaat yang dirasakan
Persepsi individu tentang hasil
"Saya positif
percaya bahwa mendapatkan vaksin
suatu kegiatan bagi mereka flu akan sangat menurunkan peluang saya
tertular flu."
Hambatan yang dirasakan
Persepsi individu tentang"Tahun
apa yanglalu saya menerima vaksin flu dan
harus mereka atasi untuk tetap
melakukan
tertular flu."
kegiatan kesehatan "Saya tidak punya asuransi untuk membayar
vaksin flu."
"Saya takut dengan jarum suntik, saya tidak
bisa melewati dengan suntikan."
Isyarat untuk bertindakPesan atau pemicu yang
Pengumuman
akan layanan masyarakat melalui
mengaktifkan individuiklan radio
untukdi mana mendapatkan vaksin flu
mengambil Isyarat untuk bertindak
gratis
Vaksin flu gratis disediakan oleh pemberi
kerja
Eficasy diri Tingkat keyakinan individu
Mencari
bahwa
informasi dari apoteker tentang
mereka dapat dengan
manfaat
sukses
vaksin flu
melaksanakan suatu perilaku

d. Teori Tindakan Beralasan dan Teori Perilaku


Teori tindakan beralasan (TRA) dan teori perilaku terencana (TPB) berfokus

pada faktor motivasi individu yang dapat menentukan kemungkinan melakukan

12
perilaku tertentu. Perbedaan utama antara kedua teori tersebut adalah bahwa TPB

menyertakan konsep tambahan yang mempertimbangkan kontrol yang dirasakan

individu atas kinerja perusahaan.

Tabel Teori Tindakan Beralasan dan Teori Perilaku :


Tahap Definisi Potensi Strategi Perubahan Contoh

Pra kontemplasi Tidak berniat Meningkatkan


mengambil kesadaran
Berikanuntuk
informasi tentang resiko
tindakan dalam 6Memberikan
bulan ke kebutuhanmerokok.
informasi
Jelajahi bersama pasien
depan untuk manfaat
perubahan;
yang mereka rasakan dari
mempresonalisasikan berhenti
informasi
merokok.
tentang resiko dan manfaat
contemplasi Bermaksud untukMotivasi
mengambil: dorong untukTetapkan
membuat
tanggal tertentu untuk
tindakan Memotivasi
rencana khusus berhenti. Identifikasi dengan teman
atau keluarga yang akan
mendukung upaya tersebut.
Diskusikan alat bantu berhenti
merokok yang tersedia untuk pasien
persiapan Bermaksud untukMembantu
mengambilmengembangkan
Tetapkkan
rencanajanji terapi, belilah alat
tindakan dalam tindakan
30 hari
yang konkret,bantu
membantu
untuk berhenti merokok.
kedepan dan telahmenetapkan
mengambil tujuan peningkatan
Siapkan dan
catatan dan dafar pemicu
beberapa langkah implementasi
perilaku ke yang harus dihindari
arah ini.
Tindakan Teah berubah perilaku
Bantuselama
dengan umpan balik,
Ucapkan
pemecah
selamat pada pasien atas
6 bulan masalah, dukungan sosial,
langkah-langkah
dan kecil dan
penguatan. diskusikan keinginan dan efek
samping dari alat bantu berhenti
merokok. Bantu pasien
merencanakan apa yang harus
dilakukan jika mereka merokok
pemeliharaan Telah berubah perilaku
Membantu
selama mengatasi,
Mengembangkan
beri mekasnisme
lebih dari 6 bulan pengingat, menemukankoping
alternatif,
dan rencana untuk

13
menghindari, pengingat, meghindari
menemukan pemicu. Berfokuslah
kekambuhan (sebagaimana
pada
berlaku)
manfaat untuk berhenti
merokok.

TPB dianggap sebagai perpanjangan dari TRA dan bukan teori independen.

Konstruksi teori ini adalah niat perilaku, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku

yang dirasakan. Teori ini menyatakan bahwa individu mungkin lebih untuk

melakukan suatu perilaku jika mereka memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi atau

kendali atas pelaksanaannya. TRA menyediakan kerangka kerja untuk

mengidentifikasi keyakinan utama yang memengaruhi perilaku.

Tabel Teori Perilaku yang Direncanakan


Konsep Definisi Contoh
Niat Perilaku Persepsi individu bahwaSetelah
merekamenerima nomor 1-800-
cenderung melakukan perilakuNOBUTTS,
tersebut seberapa besar kemungkinan
individu akan atau tidak akan melakukan
panggilan?
Sikap Evaluasi individu atas perilakuApakah menelfon 1-800-NOBUTTS akan
lebih baik, buruk, atau tidak ada bedanya?
Norma subjective Keyakinan individu bahwa
Apakah
perilaku
anda yakin bahwa kebanyakan
tersebut akan atau tidak akan disetujui
orang setuju atau tidak setuju untuk
menelfon 1-800 NOBOTTS
Kontrol perilaku yang dirasakan
Keyakinan individu bahwa
Siapay
mereka
ang membuat keputusan akhir untu
memiliki keyakinan kendali
menelefon
dan1-800 NO BUTTS ?anda atau
keyakinan untuk melakukan lerilaku
orang lain?

Beberapa perubahan perilaku adalah positif atau negatif. Misalnya, keputusan

individu untuk berhenti merokok dipengaruhi oleh keyakinan bahwa berhenti

merokok baik untuk kesehatan, tetapi juga mempertimbangkan pendapat keluarga dan

teman tentang perubahan tersebut. Intervensi dapat dirancang untuk mengubah

14
keyakinan dan norma untuk mendorong perubahan perilaku kesehatan. TRA

mencakup konstruksi kontrol atas perilaku seseorang, semakin besar kendali atas

perubahan yang diyakini individu, semakin besar kemungkinan perubahan

perilakunya. Setiap individu menentukan apakah perubahan perilaku itu mudah atau

sulit dan apakah dia memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan. Menerapkan

teori ini untuk intervensi dan program melibatkan pengumpulan informasi mendalam

dari pasien tentang keyakinan dan sikap mereka terhadap perilaku dan

mengumpulkan informasi tentang apa yang akan menciptakan lingkungan yang akan

memfasilitasi dan mendukung perubahan perilaku setelah dibuat.

Teori Kognitif Sosial Konsep pada tabel di atas mengintegrasikan proses pada

tingkat kognitif, perilaku, dan sosial. Teori ini mengkaji bagaimana perilaku, faktor

personal, dan pengaruh lingkungan berinteraksi satu sama lain. Faktor personal yang

mempengaruhi kemungkinan seseorang akan mengubah perilaku kesehatan adalah

self-efficacy. Konsep teori ini adalah determinisme timbal balik, kapabilitas perilaku,

ekspektasi, efikasi diri, pembelajaran observasi, dan penguatan. Teori ini

mengeksplorasi keterkaitan perilaku individu dan karakteristik pribadi dan

lingkungan. Dengan hasil perilaku yang jelas dan spesifik, teori ini dapat

memberikan jalan menuju pengembangan komponen program dan metode yang akan

mendorong perubahan.

Tabel Teori Kognitif Sosial


Konsep Definisi Strategi perubahan Potensi Contoh
Derterminasi timbal
Interaksi
balik dinamis antara
Pertimbnagan
orang, berabgai- cara
Anakuntuk
sekolah menengah pertama
perilaku dan lingkungan
mendorong
tempat perubahan dan
perilaku,
keluarganya menjadi anggota
perilaku tersebut dilakukan.
termasuk membuat penyesuaian
kelompok dukungan komunitas

15
terhadap lingkunganuntuk atau
penderita asma
mempengaruhi sikap pribadi.
- Sekolah memiliki program untuk
mendukung anak-anak penderita
asma, dan semua orang menjadi
lebih sadar tentang asma.
Kemampuan berprilaku
Pengetahuan dan keterampilan
Promosikan pembelajaran
- Pasien asma diajari keterampilan
untuk melakukan penguasaan
perilaku melalui untuk
pelatihanmenggunakan inhaler
tertentu keterampilan steroid dan albuteroldengan
benar.
- Penderita asma diajari tentang
pemicu yang harus dihindari
untuk mencegah serangan asma
akut.
Harapan Hasil yuang diharapkan
Contohkan
dari hasil positif
Pasien dari
mengalami bagaimana
suatu perilaku perilaku sehat. pernafasan mereka meningkat saat
menggunakan obat-obat dengan
benar
Efikasi Diri Keyakinan akan Dekati
kemampuan
perubahan perilaku
Pasiendalam
asma dapat memperagakan
seseoranguntuk langkah-langkah
memgabil kecil,
menggunaan
untuk inhaler mereka pada
tindakan dan memastikan
mengatasi kesuksesan;
setiap
jelaskan
kunjungan ke apotek;
hambatan secara spesifik tentangkunjungan
perubahanmemperkuat teknik yang
yang diinginkan tepat dan yang tidak tepat

Pembelajaran observasional
Akuisis perillaku yang
Tawarkan
terjadi model peran
Dua saudarakandung
yang menderita
(model) dengan mengamati tindakan
kredibel dan
yang melakukan
asma,
perilaku
adiknya mengamati kakanya
hasil dari perilaku orang
yanglain
ditargetkan menggunakan alat inhaler, kaka
yang lebih tua berperan sebagai
panutan
Bantuan Respon terhadap Promosikan
perilaku penghargaan
Siswa sekolah
dan menengah dipilih
seseorang yang menintensif
ingkatkan
yang dimulai
untuk
dari membantu
diri dalam program
atau menurunkan kemungkinan
sendiri nedidik teman sekelasnya tentang

16
kambuh asma dan mejadi ahlinya di dalam
kelas.

4 Teknik dan Strategi Promosi Kesehatan

Wawancara Molivasional Wawancara motivasi adalah teknik untuk membantu

pasien dengan perubahan perilaku kesehatan. Hal ini pada awalnya dikembangkan

untuk digunakan dengan penyalahgunaan zat. Wawancara motivasi berbeda dari

tradisional teknik konseling yang tidak memberikan nasihat langsung atau memberi

tahu pasien apa yang harus dilakukan atau tidak tetapi sebaliknya mengeksplorasi

bersama pasien kompleksitas perubahan perilaku kesehatan dan langkah apa yang

dapat mereka ambil untuk membuat perubahan. Teknik ini tidak "membuat" pasien

berubah atau "memotivasi" mereka untuk melakukannya, tetapi memberikan

pertukaran informasi antara pasien dan dokter untuk membuat rencana tindakan.

Wawancara motivasi telah terbukti lebih efektif daripada sesi konseling pemberian

nasihat tradisional dalam membantu pasien menyelesaikan ambivalensi tentang

perubahan.

PRECEDE adalah singkatan dari predisposisi, penguatan, dan memungkinkan

konstruksi pendidikan/diagnosis dan evaluasi lingkungan, dan PROCEED adalah

singkatan dari kebijakan, peraturan, dan konstruksi organisasi dalam pembangunan

pendidikan dan lingkungan .

Model ini digunakan terutama untuk mengembangkan dan melaksanakan

inisiatif kesehatan masyarakat multilevel yang besar. Ini adalah kerangka kerja untuk

mengumpulkan data untuk penilaian komunitas, populasi, dan masalah kesehatan

17
mereka. Fase PRECEDE meliputi pengumpulan dan penilaian data, dan fase

PROCEED melibatkan implementasi program dan evaluasi proses, dampak, dan

hasil. Model ini memiliki fleksibilitas untuk beradaptasi dalam lingkungan

komunitas, pekerjaan, pendidikan, dan perawatan kesehatan. Misalnya, untuk

mengatasi masalah kesalahan pengobatan di rumah sakit perawatan akut, model ini

memerlukan serangkaian penilaian dari perspektif pasien, dokter, dan administrator,

diikuti dengan memprioritaskan masalah yang ditemukan dalam proses tersebut.

Langkah selanjutnya adalah mengembangkan intervensi dan menciptakan lingkungan

yang akan mendukung perubahan dalam perilaku dan prosedur yang perlu terjadi.

Secara bersamaan, proses dan evaluasi hasil dilakukan untuk mendokumentasikan

perubahan dan hasil yang diharapkan dan tidak diharapkan untuk pasien, dokter, dan

administrator.

5 Menerapkan Teori dan Model Perilaku Kesehatan dalam Program Praktik

Farmasi

Untuk memfasilitasi perubahan perilaku kesehatan sangatlah kompleks. Teori

dan model memberi para praktisi kerangka kerja untuk menetapkan arah dan dasar

pemikiran untuk desain dan pelaksanaan program promosi kesehatan dan pendidikan

kesehatan. Setiap program promosi kesehatan terdiri dari empat tahap utama: desain

awal dan perencanaan program, pemilihan teori atau model perilaku kesehatan,

implementasi program, dan penilaian dan evaluasi hasil. Merancang dan

Merencanakan Program Promosi Kesehatan untuk memulai, apoteker harus menilai

kebutuhan pasien dalam prakteknya. Pasien yang memiliki penyakit kronis seperti

18
diabetes atau HIV/AIDS yang seringkali memerlukan perawatan kesehatan yang

berkelanjutan.

a. Merancang dan Merencanakan Program Promosi Kesehatan


Sebelum memulai, apoteker harus menilai kebutuhan pasien dalam

prakteknya. Pasien yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes atau HIV / AIDS

seringkali memerlukan perawatan layanan kesehatan yang berkelanjutan dalam

berbagai pengaturan. Apoteker mungkin juga ingin menilai kebutuhan pengasuh

pasien mereka, termasuk anggota keluarga, teman, dan teman sebaya. Kebanyakan

pasien mengambil isyarat untuk bertindak dari orang-orang yang dekat dengannya,

dan menyediakan lingkungan yang mendukung bagi pasien dapat meningkatkan

kemungkinan mereka untuk beradaptasi dengan perilaku gaya hidup yang lebih

sehat. Setelah menilai kebutuhan pasien dan pengasuh, apoteker harus

memprioritaskan masalah kesehatan pasien mereka dan menerapkan program yang

akan mengoptimalkan status kesehatan mereka. Apoteker mungkin ingin

menargetkan pasien berisiko tinggi yang memiliki penyakit tertentu dan dapat

memperoleh manfaat paling besar dari program promosi kesehatan.

b. model transtheoretical (tahapan perubahan) dan teknik wawancara motivasi


untuk program berhenti merokok mereka secara tepat.
Apoteker komunitas melaksanakan proyek untuk memberikan bantuan

kepada semua pasiendi apotekmereka cara merokok berkelanjutan. Apoteker

pertama-tama menilai kebutuhan pasien mereka dan memastikan bahwa banyak

pasien yang menderita hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan kanker adalah

perokok. Selanjutnya, apoteker berkolaborasi dengan sekolah farmasi di lingkungan

19
mereka dan mengajukan permohonan hibah dari dinas kesehatan setempat. Setelah

menerima dana hibah untuk proyek mereka, mereka menerapkan program berhenti

merokok di apotek mereka dan memberikan hitungan kepada pasien mereka tentang

produk berhenti merokok.

Apoteker memilih untuk menggunakan model transtheoretical (tahapan

perubahan) dan teknik wawancara motivasi untuk program berhenti merokok mereka

secara tepat, makan pilihan bagi pasien yang membutuhkan pembinaan

berkelanjutan. Apoteker menggunakan model teoritis trane untuk menilai kesiapan

pasien mereka untuk berhenti merokok. Teknik wawancara motivator digunakan

karena memungkinkan apoteker untuk mengurangi pertahanan pasien dan resistensi

mereka terhadap perubahan perilaku tidak sehat. Inter motivasi melihat berfokus

pada apa yang memotivasi pasien untuk menjadi lebih efektif dan efisien dalam

menggunakan argumen mereka sendiri untuk perubahan perilaku. Selain

meningkatkan kepuasan pasien, wawancara motivasi memperkuat hubungan antara

apoteker dan pasien mereka.

Setelah menyaring pasien mereka untuk penggunaan tembakau dan menilai

tingkat kesiapan mereka untuk berhenti, apoteker menggunakan 8 komponen teknik

wawancara motivasi:

1. Memberi nasihat: Apoteker menasihati pasien mereka tentang manfaat

kesehatan dari berhenti merokok.

2. Menghilangkan penghalang: Mereka mendidik pasien mereka tentang sumber

daya yang tersedia untuk membantu mereka berhenti, termasuk nomor

telepon gratis yang menyediakan interaksi langsung dengan penyedia

20
berhenti merokok, situs web interaktif untuk mengembangkan rencana

tindakan yang dipersonalisasi, dan kelompok dukungan di komunitas.

3. Memberikan pilihan: Mereka menekankan bahwa berhenti merokok adalah

pilihan pasien dan bahwa peran apoteker terutama membantu pasien

membuat keputusan yang tepat.

4. Penurunan keinginan: Mereka menyoroti kebutuhan untuk mengubah status

quo dan menjelaskan tahapan perubahan pada pasien mereka.

5. Mempraktikkan empati: Mereka menggunakan mendengarkan secara aktif

untuk lebih memahami dilema pasien dan secara akurat mencerminkan emosi

pasien.

6. Memberikan umpan balik: Mereka memberikan masukan tentang kemajuan

pasien dan meminta mereka untuk menggambarkan tingkat dukungan yang

mereka terima di lingkungan mereka.

7. Mengklarifikasi tujuan: Mereka memberikan umpan balik tentang tujuan

yang perlu dipenuhi oleh pasien dalam perjalanan mereka untuk berhenti

merokok.

8. Menggunakan bantuan aktif: Apoteker memberikan dukungan berkelanjutan

kepada pasien mereka untuk membantu mereka berhenti merokok dan

mempertahankan gaya hidup yang lebih sehat.

Untuk mengevaluasi keberhasilan program, apoteker mendokumentasikan

dan melaporkan ke departemen kesehatan setempat jumlah total pasien yang

mendapat intervensi di apotek mereka. Mereka menghitung jumlah total pasien yang

diskrining, jumlah yang menyelesaikan program, dan jumlah yang berhenti merokok.

21
Selain itu, mereka mengevaluasi hasil klinis (misalnya, tekanan darah, jumlah

serangan asma, dan jumlah total obat yang digunakan) untuk menilai dampak dari

berhenti merokok pada kesehatan pasien. Akhirnya, apoteker melakukan analisis

biaya-utilitas untuk mengevaluasi biaya program berhenti merokok dan dampaknya

terhadap kualitas hidup pasien mereka.

Gambar 8-2. Model PRECEDE-PROCEED.Diadaptasi dari: National Cancer

Institute. Sekilas Teori: Panduan Praktik Promosi Kesehatan.

6 Memilih Model Perilaku Kesehatan

Perbandingan teori dan model perilaku kesehatan yang paling umum

digunakan akan membantu praktisi yang melaksanakan program promosi kesehatan

untuk memilih model yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Model ekologi

22
memungkinkan apoteker untuk memeriksa semua tingkat pengaruh yang

berkontribusi terhadap perilaku pasien mereka.

Faktor intrapersonal atau internal yang dapat mempengaruhi perilaku antara

lain sikap dan keyakinan, sedangkan faktor interpersonal meliputi keluarga, teman,

dan teman sebaya. Tingkat kelembagaan, komunitas, dan kebijakan publik dari

model tersebut memeriksa dampak dari jaringan dukungan dan sosial formal dan

informal, serta aturan dan regulasi yang mempengaruhi perilaku pasien. Model ini

berguna bagi apoteker yang ingin lebih memahami perilaku pasiennya baik di tingkat

individu maupun masyarakat. Berbeda dengan model ekologi, model keyakinan

kesehatan berfokus pada pemahaman pengaruh pada tingkat individu. Penekanannya

adalah pada persepsi pasien tentang penyakit mereka. Pasien tidak sepenuhnya

menghargai konsekuensi dari tidak mengikuti pengobatan, diet, atau olahraga untuk

mengobati penyakit mereka, mungkin sulit bagi mereka untuk tetap termotivasi

sebagai aktif peserta dalam perawatan mereka. Apoteker dapat membantu pasien

untuk memahami dan menghargai manfaat fisik dan psikologis yang dapat mereka

terima dari mengikuti rejimen perawatan mereka. Model keyakinan kesehatan

merupakan salah satu model yang paling banyak digunakan dalam pelaksanaan

program promosi kesehatan. Model ini menyatakan bahwa ada beberapa faktor

utama yang mempengaruhi kemungkinan pasien untuk mengambil tindakan atau

mengubah perilakunya. Faktor-faktor ini termasuk persepsi pasien tentang

kemungkinan tertular penyakit dan keseriusan penyakit, dan tingkat kepercayaan

mereka untuk mengubah perilaku mereka. Menurut model, sebelum mengambil

tindakan, pasien mempertimbangkan manfaat potensial terhadap risiko, hambatan,

23
dan pengalaman sebelumnya yang terkait dengan tindakan tersebut. Model tersebut

juga menekankan pentingnya isyarat dan pesan yang berpengaruh yang diterima

pasien di lingkungan mereka. Model ini dapat digunakan oleh apoteker yang ingin

mengubah perilaku pasien secara positif dengan mengatasi semua faktor potensial

yang mempengaruhi kemungkinan pasien untuk mengambil tindakan.

Model transtheoretical (tahapan perubahan) juga berfokus pada kemungkinan

tindakan pada tingkat individu. Awalnya dikembangkan untuk berhenti merokok,

model ini telah berhasil digunakan untuk mendorong penurunan berat badan dan

kebiasaan makan yang lebih baik. Model tersebut menggambarkan tahapan yang

dilalui individu sebelum mengambil tindakan. Selama tahap awal, individu tidak

berniat melakukan tindakan apa pun. Selanjutnya, individu mulai berpikir tentang

keuntungan mengambil tindakan. Selama tahap berikutnya, individu tersebut bersiap

untuk mengambil tindakan segera. Akhirnya, individu mengambil tindakan dan

merefleksikan kembali konsekuensinya Model ini paling baik digunakan oleh

apoteker yang ingin menerapkan rencana tindakan khusus untuk pasien yang

membutuhkan pembinaan berkelanjutan untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih

sehat. Berbeda dengan model tahapan perubahan, TRA dan TPB memeriksa faktor

eksternal yang dapat mempengaruhi perilaku pasien. Mereka berfokus pada "norma

subjektif", yang dapat digambarkan sebagai persepsi pasien tentang kemungkinan

bahwa orang-orang penting dalam hidup mereka akan mendukung perubahan

perilaku mereka. Seperti model keyakinan kesehatan dan model tahapan perubahan,

TRA dan TPB memeriksa efikasi diri dan niat pasien untuk mengambil tindakan.

TRA dan TPB memberi apoteker cara untuk lebih memahami interaksi antara niat,

24
keyakinan, pengendalian diri, dan persepsi pasien tentang memiliki lingkungan yang

mendukung.

Mirip dengan TRA dan TPB, teori kognitif sosial meneliti hubungan antara

faktor individu dan eksternal dan dampaknya terhadap perubahan perilaku pasien.

Apoteker dapat menggunakan teori ini untuk meningkatkan kesehatan dengan

memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan pasien untuk

menggunakan obat dengan benar. Mirip dengan model keyakinan kesehatan, teori

kognitif sosial menekankan pentingnya efikasi diri dan manfaat yang dirasakan dari

mengambil tindakan. Namun, teori kognitif sosial secara unik memeriksa

kemampuan perilaku pasien. Sebuah program harus menyediakan komponen

pendidikan yang memungkinkan pasien untuk meningkatkan keterampilan mereka,

seperti menggunakan monitor glukosa (Sidebar 8-3) dan menyimpan log pembacaan

glukosa, sehingga meningkatkan Kemampuan berperilaku Pasien kemudian dapat

menerima informasi baru yang mendorong mereka untuk mengubah elemen

lingkungan mereka dan perilaku pribadi mereka Konsep lain, determinisme timbal

balik, meneliti perubahan dalam lingkungan pasien yang dapat dilakukan untuk

mempengaruhi perubahan perilaku.

7 Menerapkan Program Promosi Kesehatan

Banyak strategi dan model implementasi untuk promosi kesehatan telah

dijelaskan; tetapi beberapa pedoman dasar penting untuk keberhasilan implementasi

program apapun jenisnya. Pilihan strategi eksekusi dapat dipengaruhi oleh waktu

dan sumber daya yang tersedia. Parkinson dan rekannya mengusulkan tiga strategi

yang dapat digunakan untuk pemikiran program:

25
(1) uji coba program

(2) mengimplementasikan program secara bertahap atau

(3) mengimplementasika program secara keseluruhan. Alasan utama untuk uji coba

program adalah untuk menentukan apakah program itu akan berhasil sebelum

sumber daya dalam jumlah besar dikeluarkan. Selain itu, ada kontrol program yang

lebih ketat dalam hal memastikan bahwa kegiatan dilaksanakan sebagaimana

mestinya. direncanakan dan peserta dapat mengakses dan menggunakan komponen

program Program besar seperti program kepatuhan pengobatan atau program

manajemen terapi pengobatan akan menjadi kandidat yang masuk akal untuk "uji

coba" untuk mengatasi setiap kesulitan dan membuat keputusan yang tepat tentang

perbaikan. Kerugian nyata dari strategi ini adalah lebih sedikit jumlah peserta yang

bisa mendapatkan keuntungan. Selain itu, dari sudut pandang penelitian, hasil

program percontohan mungkin tidak berlaku untuk populasi yang lebih besar.

Pentahapan dalam program memberikan kontrol selama implementasi

bertahap. Misalnya, yang pertama mungkin program percontohan dan tahap kedua

program yang ditingkatkan berdasarkan data dari percontohan. Dari sini, jumlah

peserta bisa ditambah bila perlu hingga tercapai program kapasitas. Keuntungan dari

strategi ini adalah beban kerja dapat ditingkatkan secara bertahap, memberikan

waktu untuk merencanakan dan membuat penyesuaian untuk pendaftaran yang lebih

besar. Kekurangannya adalah lebih sedikit peserta yang dapat memanfaatkan

program dan implementasinya membutuhkan waktu lebih lama. Strategi ini mungkin

lebih cocok daripada percontohan untuk program yang melibatkan populasi besar

dan intervensi kompleks. Misalnya, program manajemen terapi pengobatan mungkin

26
pada awalnya hanya dapat menangani 10 pasien. Dengan kelompok yang lebih kecil,

lebih banyak waktu dapat dicurahkan untuk memastikan bahwa program bekerja

secara logistik dan bahwa dokumentasi datanya efisien dan lengkap. Program

imunisasi di apotek komunitas dapat dilakukan secara bertahap pada awal musim

influenza dan, setelah musim berakhir, Apoteker dapat mulai mempromosikan dan

menyediakan vaksin pnetumokokus dan herpes zoster.

Penerapan program total ideal untuk acara satu kali seperti program

pendidikan atau acara, layanan, atau skrining yang terisolasi. Contohnya termasuk

membantu manula memahami pilihan rencana resep Medicare Part D mereka,

melakukan sesi "kantong coklat" tentang pengobatan di tempat umum, dan

memberikan ceramah tentang penggunaan yang tepat dari tabir surya dan praktik-

dan kemudian pindah ke perjalanan layanan lengkap Klinik vaksin. prinsip-prinsip

keamanan matahari.

Menerapkan program memiliki tantangannya. Masalah dan risiko tanggung

jawab mungkin perlu diketahui dan dinilai. Keamanan program sangat penting bagi

pasien dan staf; lingkungan kerja yang aman dan staf yang terlatih dengan baik dan

yang memenuhi syarat untuk melakukan kegiatan program diperlukan. Yang juga

penting adalah manual kebijakan dan prosedur serta faktor logistik seperti

mengamankan ruang, bahan, dan peralatan dan memberikan pelatihan yang sesuai

kepada staf farmasi dan pelajar. Persetujuan yang diinformasikan mungkin

diperlukan bagi pasien untuk pengobatan atau berpartisipasi dalam penelitian. Dalam

setiap strategi implementasi, diperlukan suatu mekanisme untuk menangani masalah

logistik dan kejadian tak terduga yang akan datang mengancam hasil yang diinginkan

27
gram. Sebuah rencana manajemen program yang mencakup perincian dari desain

hingga implementasi hingga evaluasi akhir membantu dalam melacak sumber daya,

kerangka waktu tanggung jawab, dan pencapaian program internal yang signifikan.

Dibangun dengan benar, rencana tersebut akan mempromosikan program yang

berhasil dan memungkinkan modifikasi untuk upaya di masa depan.

Sebelum melaksanakan program, apoteker perlu memutuskan jenis layanan

perawatan kesehatan yang ingin mereka berikan kepada pasien mereka. Dalam

pengaturan rawat inap dan rawat jalan. kebanyakan pasien membutuhkan bantuan

untuk menangani penyakit mereka. Apoteker harus menentukan tingkat dan jenis

layanan yang mereka ingin berikan dan mengkomunikasikan informasi tersebut

kepada pasien mereka dan penyedia layanan kesehatan lainnya. Layanan yang

diberikan apoteker dapat bervariasi dari memberikan saran kepada pasien tentang

produk non-resep (misalnya, toksisitas asetaminofen) hingga menyediakan layanan

manajemen terapi pengobatan di apotek komunitas atau sesi konseling pemulangan

di rumah sakit. Selain memilih jenis layanan, apoteker harus mendasarkan program

promosinya pada teori atau model perilaku kesehatan. Pemahaman teori dan model

memungkinkan apoteker melaksanakan program promosi kesehatan yang berdampak

positif pada perilaku pasien.

Apoteker Randall Heemer bekerja untuk meningkatkan akses keperawatan

berkualitas, meningkatkan literasi kesehatan, dan mengurangi kesalahan pengobatan

dan kesenjangan kesehatan untuk pasien yang membutuhkan di Erie, Pennsylvania.

Heemer adalah apoteker klinis di Community Health Net di Erie, sebuah pusat

kesehatan berkualifikasi federal yang memberikan layanan kepada pasien yang tidak

28
mampu, tidak diasuransikan, dan tunawisma. Dia bekerja sama dengan dokter,

perawat praktik, dokter mata, dokter gigi, dan pekerja sosial di Community Health

Net, memberikan konsultasi tentang dosis, interaksi obat, gejala efek samping,

penelitian obat, dan dokumentasi kejadian buruk dan melayani di apotek dan

terapeutik. komite. Heemer juga melayani di Northwestern Pennsylvania Diabetes

Collaborative Project Committee, yang didukung oleh Access (Pennsylvania

Medicaid). Komite dokter, perawat, apoteker, dan asisten medis bertemu secara

teratur untuk berbagi gagasan tentang peningkatan hasil pasien. Sebagai pengajar

praktik farmasi, Dr. Heemer melibatkan mahasiswanya dalam memberikan

pelayanan klinis kepada pasien diabetes, dislipidemia, dan hipertensi. Bekerja

dengan kelompok yang terdiri dari 12 hingga 15 pasien diabetes, ia menjadwalkan

sesi manajemen penjual obat untuk pasiennya dan mengundang siswa untuk

berpartisipasi dan mengamati cara melakukan wawancara pasien, menggunakan peta

percakapan, mendokumentasikan informasi penting, dan memberikan konseling

tentang penggunaan obat yang tepat. dan modifikasi gaya hidup,

8 Penilaian dan Evaluasi Hasil

Evaluasi harus dilakukan selama program promosi kesehatan untuk

mengumpulkan informasi untuk digunakan dalam pengambilan keputusan dan

perbaikan program. Mendefinisikan proses evaluasi harus menjadi bagian dari

pengembangan program. Peneliti kesehatan masyarakat telah mengidentifikasi enam

alasan mengapa penting untuk mengevaluasi program promosi kesehatan dan inisiatif

masyarakat. Yang pertama adalah menentukan apakah tujuan program telah tercapai

dan sampai sejauh mana; ini terutama penting untuk membandingkan keefektifan

29
program serupa. Kedua, mengidentifikasi komponen program atau inisiatif yang

dapat diperbaiki, dihilangkan, atau diganti untuk meningkatkan implementasi

program. Alasan ketiga untuk evaluasi adalah untuk memberikan

pertanggungjawaban kepada pemangku kepentingan, anggota masyarakat, dan

penyandang dana lainnya, yang ingin mengetahui nilai dan efektivitas biaya program

untuk menentukan apakah program tersebut harus menerima pendanaan lanjutan.

Alasan keempat adalah untuk meningkatkan dukungan komunitas untuk inisiatif, dan

yang kelima adalah berkontribusi pada pengetahuan dan pengujian hipotesis tentang

intervensi individu dan komunitas untuk mengubah perilaku kesehatan. Terakhir,

pendokumentasian evaluasi program memungkinkan pengambilan keputusan

kebijakan yang terinformasi. Proses, dampak, dan hasil dari program semuanya harus

dievaluasi. Evaluasi proses dimulai pada awal kegiatan program dan berlanjut

selama tahap implementasi. Data yang dikumpulkan digunakan dalam pemantauan

untuk memastikan kontrol dan kualitas ms. vention. Evaluasi dampak mengukur

efek langsung dan yang dapat diamati dari intervensi. Seperti perubahan kesadaran,

pengetahuan, sikap, keterampilan, dan perilaku. Penerapan evaluasi hasil. Strategi

jaminan kualitas berikut dapat digunakan: mengukur hasil yang diharapkan dari

intervensi. Penilaian berkelanjutan diperlukan untuk memastikan kualitas dan

keberlanjutan program yang sedang dilaksanakan. berikut strategi jaminan kualitas

yang digunakan:

- Menjadwalkan pertemuan rutin apoteker, teknisi, dan staf lain di lokasi selama

implementasi fase

30
- Memantau jumlah pasien yang terdaftar dalam program

- Menilai umpan balik dari pasien, dokter, dan penyedia layanan kesehatan lainnya

pada area yang membutuhkan perbaikan

- Menyediakan program pendidikan bagi apoteker untuk memastikan mereka

memiliki kebutuhan- Prokomunikasi, terapeutik, dan keterampilan manajemen

untuk memberikan layanan berkualitas kepada pasien mereka, dan,

- Mengevaluasi hasil pasien.

strategi evaluasi lain mungkin termasuk mengumpulkan data sebelum dan selama

pelaksanaan program untuk tujuan membuat penyesuaian untuk meningkatkan

program yang sedang berlangsung (evaluasi formatif). evaluasi menggabungkan

semua data intervensi dan ts untuk memperoleh kesimpulan tentang nilai, dampak,

dan manfaat program.

Gambar 8-3 mengilustrasikan komponen penting dari rencana evaluasi.

Lingkaran luar menjelaskan langkah-langkah dasar untuk melakukan evaluasi.

Empat kriteria dalam lingkaran dalam yang kami gunakan untuk menilai kualitas

program promosi kesehatan. Kerangka ini menyediakan memulai dan menetapkan

urutan langkah-langkah yang akan diselesaikan, meskipun ini dapat bervariasi

tergantung pada program atau intervensi.

Langkah-langkah dalam proses evaluasi harus ditentukan pada tahap awal

desain program. perubahan perilaku kesehatan untuk peserta program,

mengidentifikasi pemegang saham, dan mengembangkan informasi untuk

menentukan keberhasilan program untuk pemasaran internal dan eksternal (yaitu,

31
apakah kategori program proses, dampak, dan hasil; dan memilih data yang sesuai

Langkah pertama adalah untuk memperjelas tujuan program dan tujuan. Ini termasuk

mendefinisikan yang diharapkan ke dalam metode pengumpulan. Francisco evaluasi

orang-orang yang layak diinvestasikan). Langkah ketiga adalah mengembangkan

pertanyaan evaluasi; kolega organisasi "memberikan contoh metode pengumpulan

data kuisioner evaluasi, dan desain experiential learning. Langkah keempat adalah

membuat timeline evaluasi yang memungkinkan untuk mengumpulkan data dan

melakukan penyesuaian beban kerja program sesuai kebutuhan. Langkah kelima

adalah memilih, dari sumber internal personel di luar program, personel yang akan

melaksanakan. Setelah langkah-langkah ini diselesaikan, proses evaluasi dapat

dimulai.

Komponen penting dari rencana evaluasi adalah rencana analisis data.

Berbagai metode analisis tersedia. Metode analisis kuantitatif dan kualitatif

digunakan dalam kombinasi. Jika memungkinkan, penting untuk mempertimbangkan

penganggaran untuk dukungan statistik guna memfasilitasi analisis.

Ada tiga jenis utama hasil pasien: hasil ekonomi, klinis, dan humanistik.

disebut sebagai ECHO. Apoteker perlu memilih satu atau lebih metode berikut untuk

mengevaluasi hasil ekonomi: metrik atau lanjutan ractp tion.

 Analisis biaya penyakit memungkinkan apoteker menghitung biaya penyakit dan

membandingkannya dengan biaya pelaksanaan program intervensi.

32
 Analisis minimalisasi biaya memungkinkan apoteker untuk membandingkan dua

pengobatan berdasarkan biaya dalam dolar, dengan asumsi bahwa pilihan

pengobatan memiliki kemanjuran yang sama.

 Analisis biaya-manfaat adalah alat yang dapat digunakan apoteker untuk

menghitung rasio biaya-manfaat dengan membagi manfaat program dalam dolar

dengan biaya dalam dolar.

 Analisis efektivitas biaya memungkinkan apoteker untuk membandingkan

pilihan pengobatan yang memiliki tingkat kemanjuran berbeda ketika hasil tidak

dapat diukur dalam dolar. Biaya pilihan pengobatan dapat diukur dalam dolar,

sementara kemanjuran dapat diukur dengan hasil terapeutik tertentu.

 Analisis utilitas biaya adalah alat yang memungkinkan apoteker untuk menilai

kualitas hidup pasien. Biaya program diukur dalam dolar, sedangkan kualitas

hidup diukur melalui survei kepuasan persepsi pasien terhadap suatu penyakit.

Seiring dengan hasil ekonomi, apoteker harus menilai hasil klinis yang

dihasilkan dari intervensi mereka. Hasil klinis yang diinginkan akan bervariasi

tergantung pada jenis layanan, jumlah penyakit, dan populasi pasien. Apoteker yang

memberikan manajemen terapi pengobatan untuk pasien yang memiliki penyakit

penyerta perlu mengukur hasil klinis pada awal dan memantau parameter pasien

secara teratur. Apoteker yang memberikan program promosi kesehatan kepada

pasien diabetes dapat menggunakan perangkat yang mengukur hemoglobin

glikosilasi (A1c) pasien. Hasil klinis lain yang mungkin monitorea termasuk tekanan

darah, kepadatan mineral tulang, dan jumlah serangan asma.

33
Akhirnya, hasil humanistik mencakup semua aspek kualitas hidup pasien.

Pekerjaan Paticnfe serta kehidupan pribadi mereka mempengaruhi kualitas hidup

mereka. Kualitas saya yang terkait dengan kesehatan (HRQL) secara khusus

mengacu pada tiga komponen utama kesehatan pribadi pasien:

 Gejala fisik: Dampak suatu penyakit pada gejala pasien dan kemudian

kemampuan untuk berfungsi secara fisik setiap hari;

 Kemampuan fungsional: Emosi dan mekanisme pasien untuk mengatasi suatu

penyakit, jaringan sosial mereka, serta aktivitas perawatan diri mereka dan

dukungan yang mereka terima dari

 Persepsi: Pendapat pasien sendiri tentang status kesehatan mereka.

Ada banyak kuesioner tervalidasi, baik generik maupun spesifik, yang dapat

digunakan apoteker untuk menilai HRQL dalam berbagai pengaturan. Apoteker

yang tertarik untuk menilai HRQL secara keseluruhan dalam berbagai populasi

pasien dapat menggunakan instrumen umum seperti Formulir Singkat Studi Hasil

Medis 36 dan 12 (SF-36 dan SF-12). "Instrumen khusus memungkinkan apoteker

untuk mengukur HRQL terkait dengan penyakit tertentu atau dalam populasi pasien

tertentu. Apoteker dapat memilih untuk memberikan survei mandiri yang dapat

diselesaikan pasien mereka di rumah, atau mereka mungkin ingin melakukan telepon

atau menyelesaikan wawancara tatap muka dari pasien mereka. Instrumen khusus

termasuk Kuesioner Gagal Jantung Kronis dan Kuesioner Hidup dengan Gagal

Jantung Minnesota.

9 Peluang Penelitian dan Pendanaan

34
Pencegahan merupakan komponen kesehatan masyarakat yang penting di

mana apoteker berada pada posisi yang tepat untuk memainkan peran. Penelitian

diperlukan untuk menentukan intervensi promosi kesehatan yang paling efektif dan

dengan demikian menginformasikan kebijakan. Dengan meningkatnya biaya

perawatan kesehatan dan meningkatnya jumlah orang dengan penyakit kronis, kami

memiliki banyak pendapat tentang layanan yang diberikan apoteker untuk mencapai

hasil yang lebih baik.

Secara tradisional, apoteker belum dilatih untuk melakukan penelitian, namun

saat ini terdapat banyak peluang penelitian untuk mengevaluasi intervensi. Apoteker

menjadi terlibat dan memberikan perspektif unik dan terapi pengobatan. Tnertise,

Penelitian menghasilkan bukti yang dapat disebarluaskan untuk mendukung dan

memastikan keberlanjutan program. Protokol dan proposal penelitian harus disetujui

oleh dewan peninjau kelembagaan atau komite penelitian manusia yang sesuai

sebelum pelaksanaan penelitian.

Tantangan dalam melaksanakan program promosi kesehatan dan mencapai

tujuan program adalah mengidentifikasi sumber daya yang memadai dan

mengalokasikannya dengan bijak. Sumber daya termasuk personel, bahan pelajaran,

ruang, peralatan dan persediaan, dan pembiayaan. Jumlah pekerjaan yang dapat

diselesaikan oleh program penelitian seringkali sebanding dengan jumlah sumber

daya yang tersedia.

Berbagai sumber pendanaan tersedia, seperti pemerintah, perusahaan swasta,

dan yayasan. Persyaratan untuk proposal hibah khusus untuk lembaga pendanaan,

dan prosesnya sangat kompetitif. Proposal yang dengan jelas menjelaskan proyek,

35
rencana pelaksanaan, kebutuhan anggaran, dan bagaimana tujuan dan sasaran proyek

selaras dengan misi lembaga yang belum selesai akan lebih mungkin untuk didanai.

Sangat penting bagi lembaga pendanaan untuk memiliki kecocokan yang tepat untuk

program tersebut. Sasaran dan sasaran harus didukung dengan dasar-dasar teori

perilaku kesehatan, merinci bagaimana kegiatan intervensi akan bekerja dan akan

memfasilitasi perubahan perilaku kesehatan.

Komponen umum proposal hibah tercantum dalam Tabel 8-6, tetapi kriteria

untuk komponen ini ditentukan oleh sumber pendanaan. Apakah suatu sumber

memiliki rekam jejak pendanaan proyek yang mirip dengan proposal program

merupakan pertimbangan penting. Pertanyaan lain yang perlu dipertimbangkan

adalah apakah kombinasi sumber pendanaan dapat mendukung program promosi

kesehatan. Program dapat didanai dengan menggunakan dua atau lebih sumber

(Tabel 8-7), hal penting untuk diingat ketika melihat lembaga yang memberikan

sedikit uang.

TABEL 8-6 Komponen Proposal Hibah

 Judul atau halaman sampul-Saat menulis judul, harus ringkas dan eksplisit;

hindari kata-kata yang tidak menambahkan apa-apa.

 Abstrak atau ringkasan eksekutif-Mungkin bagian terpenting dari alat peraga.

Harus ditulis terakhir dan panjangnya sekitar 200 kata. Ini biasanya bagian

pertama dari proposal hibah yang dibaca.

 Daftar isi-Mungkin diperlukan atau tidak, tergantung pada panjang proposal.

Ini adalah kenyamanan bagi pembaca.

36
 Pendahuluan - Harus dimulai dengan pernyataan kapsul, dipahami oleh orang

awam yang memiliki informasi, dan mencakup pernyataan masalah,

signifikansi masalah, dan tujuan program.

 Latar Belakang-Harus mencakup pekerjaan terkait sebelumnya dari pengusul

dan literatur terkait.

 Deskripsi program yang diusulkan - Harus mencakup maksud atau tujuan

tertentu. deskripsi intervensi, rencana evaluasi, dan kerangka waktu.

 Deskripsi sumber daya lembaga / lembaga yang relevan.

 Daftar referensi-Harus menyertakan referensi yang dikutip dalam proposal.

 Bagian Personalia – Harus menyertakan resume atau sketsa biografi mereka

yang akan bekerja dengan program tersebut.

 Anggaran - Harus mencakup kebutuhan anggaran untuk personel (gaji dan

upah), peralatan, bahan dan persediaan, perjalanan, layanan, barang lain yang

diperlukan, dan biaya tidak langsung.

10 Tindakan untuk Perubahan

- Penelitian

• Berkolaborasi dengan profesional perawatan kesehatan dan pemegang saham

lainnya, mengidentifikasi topik penelitian yang sesuai, sesuai dengan peran

dan perspektif apoteker, yang bertujuan untuk meningkatkan hasil kesehatan

individu dan populasi.

• Melakukan evaluasi program untuk mengumpulkan data yang diperlukan

untuk mendukung program yang berhasil.

37
Tabel 8-7 Contoh Lembaga Pendanaan

 National Institutes of Health (http://grants.nih.gov/grants/oer.htm)

 Agency for Healthcare Research and Quality (www.ahrq-gov / fund /)

 Robert Wood Johnson Foundation ( www.rwjf.org/grants/)

 Walgreens (www.walgreens.com/about/community/guidelines.jsp#Funding)

 Yayasan Asosiasi Rantai Toko Obat Nasional

(www.nacdsfoundation.org/wmspage.cfm?parm1=1090)

 Lokal departemen kesehatan masyarakat

 Praktek farmasi

o Terus bekerja dalam upaya promosi kesehatan seperti program berhenti

merokok, imunisasi, dan kesiapsiagaan darurat.

o Berperan sebagai panutan bagi mahasiswa apoteker di bidang kesehatan

masyarakat.

o Menawarkan atau memperluas layanan manajemen terapi pengobatan

untuk mempromosikan praktik farmasi yang disetujui. Penggunaan obat

resep dan non resep yang aman.

• Advokasi / kebijakan

o Mengadvokasi peran apoteker sebagai pendidik dalam promosi kesehatan

dan pencegahan penyakit.

o Terlibat dalam pengembangan kebijakan dan pengambilan keputusan.

11 Ringkasan Jurnal

38
1. Efektivitas Media Edukasi Audio-visual dan Booklet terhadap
Pengetahuan Premenopause, Efikasi Diri dan Stres pada Wanita
Premenopause di Kota Bandung
Latar Belakang

Jumlah wanita menopause di Indonesia saat ini sebanyak 7,4% dari total

populasi, dan tahun 2020 jumlahnya diperkirakan mencapai 11,54%.

Menopause diawali dengan premenopause, dimana pada masa ini terjadi

penurunan hormon estrogen yang memunculkan sindrom premenopause yang

dapat mengakibatkan stres pada wanita.

Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas media edukasi audio-

visual dan booklet terhadap pengetahuan premenopause, efikasi diri dan

tingkat stres pada wanita premenopause di Kota Bandung.

Metode

Jenis penelitian adalah quasi experiment dengan pre-post test with control

group design. Jumlah partisipan sebanyak 76 orang, terdiri dari 38 orang

kelompok intervensi dan 38 orang kontrol.

Hasil

Penelitian ini menemukan bahwa pada kelompok intervensi rerata

pengetahuan 6,09 poin lebih tinggi, rerata efikasi diri 3,05 poin lebih tinggi,

dan rerata stres terjadi penurunan 1,23 poin dibandingkan dengan kelompok

kontrol. Penggunaan audio-visual dan booklet sebagai media edukasi

berhubungan dengan meningkatnya pengetahuan mengenai premenopause dan

39
efikasi diri, serta efektif menurunkan stres wanita premenopause di Kota

Bandung (p <0,05)

Kesimpulan

Pemberian edukasi media audivisual dan blookler efektif dapat meningkatkan

pengetahuan wanita premenopouse tentang premenopouse

2. Literasi Kesehatan Mental Orang Dewasa dan Penggunaan Pelayanan

Kesehatan Mental

Latar belakang

Prevalensi penduduk Indonesia yang menderita gangguan mental emosional

mengalami peningkatan, dimana prevalensi sebesar 6% pada tahun 2013

meningkat menjadi 9,8% pada tahun 2018. Pelayanan kesehatan jiwa bagi

setiap orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) belum diwujudkan secara

optimal di wilayah Kecamatan Bogor Timur. Masih sedikit ODMK yang

memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan literasi kesehatan mental

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan jiwa.

Metode

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan pendekatan

kuantitatif. Responden adalah orang dengan masalah kejiwaan yang bertempat

tinggal di Kecamatan Bogor Timur. Teknik multistage random sampling

40
digunakan untuk memilih 139 responden. Pengumpulan data dilakukan

dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data dianalisis menggunakan uji

regresi logistik ganda.

Hasil

Nilai rerata literasi kesehatan mental sebesar 73,08 (skala 100). Sebanyak

56,1% ODMK telah memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa dan 57,6%

responden berumur ≥30 tahun. Pada mereka yang mempunyai literasi

kesehatan mental tinggi, sebanyak 64,9% telah memanfaatkan pelayanan

kesehatan jiwa. Hasil analisis multivariat menunjukkan hubungan signifikan

antara literasi kesehatan mental dengan perilaku pemanfaatan pelayanan

kesehatan jiwa pada ODMK setelah variabel jenis kelamin dan ketersediaan

pelayanan kesehatan jiwa dikendalikan.

Kesimpulan

Orang dengan literasi kesehatan mental yang tinggi cenderung memanfaatkan

pelayanan kesehatan jiwa dibanding dengan mereka dengan literasi rendah.

3. Hubungan Smoking Media Literacy dengan Status Merokok Siswa


Menengah Atas
Latar Belakang

Paparan media dapat mempengaruhi inisiasi remaja untuk merokok. Konsep

literasi media (smoking media literacy [SML] ) dikembangkan sebagai

strategi dalam pengendalian tembakau berbasis sekolah.

Tujuan

41
Untuk mengetahui hubungan SML dengan status merokok siswa SMA negeri

di wilayah Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional

yang dilaksanakan pada April-Mei 2018 di Kecamatan Purwakarta Kabupaten

Purwakarta. Data dikumpulkan dengan kuesioner yang diisi sendiri oleh

responden yang berjumlah 310 siswa-siswi SMA negeri. Analisis multivariat

dilakukan dengan uji regresi logistik ganda. Variabel yang dikontrol dalam

analisis adalah jenis kelamin, pendidikan orang tua, parenting, orang terdekat

yang merokok (orang tua, saudara kandung, dan teman sebaya), capaian

prestasi di sekolah, depresi, self-esteem, sifat memberontak, dan sifat mencari

sensasi.

Hasil

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 14,2% responden yang

berstatus merokok. Nilai ratarata skor SML responden adalah 68,94 (dalam

skala 100). Hasil regresi logistik ganda menunjukkan bahwa ada hubungan

bermakna antara SML dengan status merokok setelah jenis kelamin, saudara

yang merokok, teman sebaya yang merokok, capaian prestasi di sekolah, dan

sifat memberontak dikendalikan (nilai p=0,048; CI=1,008-7,085).

Kesimpulan

Pemahaman siswa SMA tentang literasi media masih rendah, dan SML

berhubungan dengan status merokok siswa.

42
BAB III
PENUTUP
4. Kesimpulan

Bab ini telah mencoba untuk memungkinkan apoteker untuk menggunakan

teori dan model perilaku kesehatan untuk berhasil menerapkan inisiatif kesehatan

masyarakat dalam praktek mereka. Dengan pemahaman teori dan model perilaku

sehat serta langkah-langkah strategis dan proses program mentasi, apoteker dapat

mengembangkan program baru yang akan mempromosikan kesehatan, mencegah

meningkatkan kesejahteraan, dan pada akhirnya memajukan kesehatan masyarakat di

komunitas mereka. teori dan model perilaku kesehatan berfokus pada faktor-faktor

di tingkat individu (misalnya, model kepercayaan kesehatan) dan faktor-faktor lain

pada semua tingkat yang dapat mempengaruhi perilaku pasien, model ekologi).

43
Beberapa teori dan model meneliti pengaruh faktor eksternal yang berdampak pada

perilaku pasien (misalnya, teori tindakan beralasan dan perilaku menari, teori

pembelajaran kognitif sosial). Nodel transtheoretical (tahapan perubahan) berguna

untuk menilai kesiapan pasien untuk perubahan perilaku, dan wawancara motivasi

dapat meningkatkan inisiatif pasien dan memperkuat hubungan dengan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

American Public Health Association. The role of pharmacists in public health (policy
200614).Revised2006.www.apha.org/advocacy/policy/policysearch/default.htm?
id=1338. Accessed July 31, 2009.
Centers for Disease Control and Prevention. Ten major public health achievements-
United States, 1900–1999. MMWR Morb Mortal Wkly Rep. 1999; 48 (12): 241–
3. www.cdc.gov/mmwr/ preview / mmwrhtml / 00056796.htm. Retrieved
December 15, 2008. 2.
Earp JA, Ennet ST. Conceptual models for health education research and practice.
Health Educ Res. 1991: 6: 163–71.
Green LW, Kreuter MW. Health Promotion Planning: Educational and Ecological
Approaches. 3rd edition. Mountain Scenery, California: Mayfield; 1999.
Handayani T, Dian Ayubi, Dien Anshari.(2020). Literasi Kesehatan Mental Orang
Dewasa dan Penggunaan Pelayanan Kesehatan Mental. Perilaku dan
Promosi Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior.
2(1): 9-17
Healthy People 2010. Understanding and Improving Health.
www.healthypeople.gov/Document/ pdfluih / 2010uih.pdf. Accessed December
4, 2008.

44
Hochbaum GM. Public Participation in Medical Examination Programs:
Sociopsychological Studies. PHS publication no. 572. Washington, DC:
Government Printing Office; 1958.
Joint Committee on Health Education Terminology. 1990 Joint Committee Report on
Health Education Terminology, J Health Educ. 1991; 22: 97–108.
Kerlinger FN. Foundations Of Behavioral Research Basics. 3rd edition. New York:
Holt, Rinchart and Winston; 1986: 9.
Kirscht JP. Health belief models and disease behavior. Mongr Health Education.
1974; 2: 2387–2408.
Rosenstock IM. Historical origins of public health models. Mongr Health Education.
1974; 2: 328–35.
Setiawan R, Iryanti, Muryati.(2020). Efektivitas Media Edukasi Audio-visual dan
Booklet terhadap Pengetahuan Premenopause, Efikasi Diri dan Stres pada
Wanita Premenopause di Kota Bandung. Perilaku dan Promosi Kesehatan:
Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2(1): 1-8
Stokols D. Translating social ecological theory into guidelines for health promotion.
Am J Health. Promot.1996;10:282-98
Sugiarto D Wahansa, Dian Ayubi, Evi Martha.(2020). Hubungan Smoking Media
Literacy dengan Status Merokok Siswa Menengah Atas. Perilaku dan Promosi
Kesehatan: Indonesian Journal of Health Promotion and Behavior. 2(1): 18-
28

45

Anda mungkin juga menyukai