Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS

“Pengenalan Tanda Bahaya pada Neonatus Bayi dan Balita”

“Makalah ini disusun guna memenuhi tugas matakuliah Asuhan Kebidanan


Neonatus”

Dosen Pengampu:

Dra. Elina, Skp., M.Kes

Disusun Oleh:
Kelompok 7 Kelas 2A

Karinandita Putri (P17124020012)

Naura Aqilah Syahla Rahmahadi (P17124020022)

Shafira Anjelia (P17124020034)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA 1

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah “Pengenalan Tanda Bahaya pada Neonatus Bayi dan
Balita” dapat selesai pada waktunya. Sehubungan dengan itu kami ingin
menyampaikan terimakasih sebanyak banyaknya kepada:
1. Tuhan yang selalu menjadi penuntun dan yang menyertai kami dalam
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan kami.
3. Devi Azriani, SST., M. Keb selaku dosen penanggung jawab mata kuliah
Asuhan Kebidanan Neonatus di Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jakarta 1.
4. Dra. Elina, S.Kp., M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Asuhan
Kebidanan Neonatus di Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jakarta 1.
5. Para anggota kelompok yang telah berpartisipasi untuk menyusun makalah
ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jakarta, 16 Juli 2021

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Pengertian Manajamen Terpadu Balita Sakit (MTBS) 3
2.2 Tujuan MTBS 3
BAB III PEMBAHASAN 4
3.1 Penilaian dan Klasifikasi 4
3.2 Tindakan dan Pengobatan 7
3.3 Konseling bagi Ibu 7
3.4 Pelayanan Tindak Lanjut 10
BAB IV PENUTUP 18
DAFTAR PUSTAKA 19
LEMBAR PERSETUJUAN 20

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) adalah sot modul yang
menjelaska secara rinci cara menerapkan proses keterpaduan pelayanan dalam
menangani balita sakit yang datang ke fasilitas rawat jalan. Keterpaduan
pelayanan tidak hanya kuratif, tapi promotif dan preventif. Sekitar 70%
kematian anak dibawah 5 tanhun disebabkan oleh pneumonia, diare, malaria,
campak, dan malnutrisi. Di Indonesia, angka kematian bayi (AKB) 50/1000
kelahiran hidup, dan angka kematian anak balita (AKABA) 64/1000 kelahiran
hidup.
Bank Dunia tahun 1993 melaporkan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) adalah intervensi yang cost effective untuk mengatasi masalah
kematian balita yang disebabkan oleh ISPA, diare, campak, malaria, kurang
gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut. MTBS yang
diperkenalkan WHO dan UNICEF di Indonesia pada tahun 1997. Penerapan
MTBS diharapkan tenaga kesehatan dibekalli cara untuk mengenali seecara
dini dan cepat semua gejala anak sakitsehingga dapat ditentukan apakah anak
sakit ringan berat dan perlu rujukan. Jika penyakitnya tidak parah petugas
dapat memberikan pengobatan/tindakan sesuai pedoman MTBS dan diuraikan
juga tentang konseling dan tindak lanjut.
Perubahan dalam tatalaksana MTBS untuk umur 2 bulan sampai 5 tahun
secara singkat dirangkum yakni perubahan jenis antibiotika pada pelaksanaan
pneumonia, penggunaan tablet Zinc dan oralit asmolaritas rendah pada diare,
tatalaksana malaria, penentuan status gizi dengan berat badan menurut
tinggi/panjang badan antara anak laki-lakidan perempuan, penggunaan
Albendazole sebagai obat kecacingan, tatalaksana masalah gizi dan anemia
dan perubahan jadwal imunisasi. Penerapan MTBS akan efektif jika
ibu/keluarga segera membawa balita sakit ke petugas kesehatan yang
terlatihserta mendapatkan pengobatan yang tepat. Jika ibu dan keluarga tidak

3
membawa anaknya kefasilitas kesehatan sampai sakitnya menjadi parah
mungkin anak itu akan meninggal karena penyakitnya. 

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana penilaian dan klasifikasi pada saat balita sakit?
2. Bagaimana tindakan dan pengobatan pada saat balita sakit?
3. Apa saja konseling yang harus diberikan pada ibu saat balita sakit?
4. Bagaimana pelayanan tindak lanjut saat balita sakit?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk memahami penilaian dan klasifikasi saat balita sakit.
2. Untuk memahami tindakan dan pengobatan saat balita sakit.
3. Untuk mengetahui konseling yang harus diberikan ibu saat balita sakit.
4. Untuk memahami pelayanan tindak lanjut saat balita sakit.

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
mahasiswa, sehingga dapat mengetahui, menjelaskan, mengaplikasikan, dan
menjadi bahan acuan pembelajaran tentang manajemen terpadu balita sakit.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajamen Terpadu Balita Sakit (MTBS)


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris yaitu
Intregated Management of Chilhood Illness (IMCI) adalah suatu manajemen
melalui pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit,
status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan
konseling yang diberikan (Surjono et al,; Wijaya, 2009; Depkes RI, 2008).
Materi MTBS terdiri dari langkah penilaian, klasifikasi penyakit,
identifikasi tindakan, pengobatan, konseling, perawatan di rumah dan kapan
kembali untuk tindak lanjut. MTBS bukan merupakan suatu program
kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Sasaran
MTBS adalah anak umur 0-5 tahun dan dibagi menjadi dua kelompok sasaran
yaitu kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan (bayi muda) dan kelompok usia 2
bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2008).

2.2 Tujuan MTBS


Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan
secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang berkaitan dengan
penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan di unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar dan memberi kontribusi
terhadap pertumbuhan perkembangan kesehatan anak.

5
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penilaian dan Klasifikasi


MTBS dilakukan pada bayi usia 2 bulan sampai dengan 5 tahun.
Penanganan balita ini menggunakan suatu bagan yang memperlihatkan
langkah-langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya, sehingga dapat
mengklasifikasikan penyakit yang dialami oleh balita, melakukan rujukan
secara cepat dan tepat apabila diperlukan. Inti dari kegitan MTBS adalah
pengklasifikasian penyakit, penilaian status gizi, pemberian imunisasi pada
balita, pemberian konseling pada ibu tentang tata cara pemberian obat di
rumah, kunjungan ulang, penanganan tindak lanjut (Depkes RI, 2007).
Kemampuan menilai dan membuat klasifikasi sebagai dasar dalam
kompetensi petugas pemberi pelayanan MTBS. Kemampuan menilai dan
membuat klasifikasi sebagai dasar dalam kompetensi petugas pemberi
pelayanan MTBS. Menilai anak berarti melakukan penilaian dengan cara
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Membuat klasifikasi berarti membuat
sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah setingkat
keparahannya. Kita akan memilih suatu kategori atau klasifikasi untuk setiap
gejala utama yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit. Klasifikasi
ini merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan bukan sebagai
diagnosis spesifik penyakit. 
Penilaian dan klasifikasi balita sakit.
Adapun penilaian dan klasifikasi balita sakit yaitu :
1. Menanyakan kepada ibu mengenai masalah anaknya, bagan MTBS tidak
digunakan bagi anak sehat yang dibawa untuk imunisasi atau bagi anak
dengan keracunan, kecelakaan atau luka bakar. Tentukan apakah merupakan
kunjungan pertama atau kunjungan ulang.
2. Memeriksa tanda bahaya umum
3. Penilaian dan klasifikasi batuk atau sukar bernapas
4. Memeriksa status gizi

6
5. Memeriksa anemia
6. Memeriksa status imunisasi anak
7. Memeriksa pemberian vitamin A
Penilaian dan klasifikasi penyakit harus melaksanakan pemeriksaan tanda bahaya
umum. Tanda bahaya umum dapat terjadi pada penyakit apapun dan tidak dapat
membantu menetukan penyakit secara spesifik. Hanya dengan satu tanda bahaya
umum saja, belum cukup untuk menunjukkan bahwa penyakit ini berat, sehingga
sebelum melakukan penilaian terhadap setiap penyakit, penting memeriksa
beberapa tanda bahaya umum seperti tidak bisa minum atau menyusui,
memuntahkan semuanya, kejang serta tidak sadarkan diri.
3.1.1 Penilaian dan Klasifikasi Pneumonia
Biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri
Klasifikasi :
Klasifikasi berdasarkan ada tidaknya tanda bahaya tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam dan frekuensi napas.
Penilaian :
1. Tanyakan keluhan utama
a. Apakah anak penderita batuk dan sukar bernafas 
b. Jika, iya tanyakan berapa lama dan periksa lebih lanjut
2. Lihat dan dengarkan
a. Hitung nafas dalam 1 menit 
b. Perhatikan adanya tarikan dinding dada di kedalam 
c. Dengarkan adanya stridor 
d. Pastikan anak tenang
e. Periksa dengan pulse oxymeter (jika ada) untuk menilai saturasi
oksigem

7
GEJALA KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN

Tarikan dinding ● beri oksigen maksimal 2-3 liter


dada ke dalam per menit
PNEUMONIA ● beri dosis pertama antibiotik
Atau
BERAT yang sesuai

Saturasi oksigen ● rujuk segera

>90&

● beri amoksilin 2x sehari selama


3 hari
● peri pelega tenggorokan dan
pereda batuk yang aman
● obati wheezing bila ada
Napas cepat PNEUMONIA
● apabila batuk >14 hari atau
wheezing berulang, RUJUK
untuk pemeriksaan lanjutan
● nasihati kapan kembali
● kunjungan ulang 3 hari

● beri pereda tenggorokan dan


pereda batuk yang aman
Tidak ada tanda- ● obati wheezing bila ada
tanda BATUK ● apabila batuk >14 hari atau
pneumonia berat BUKAN wheezing berulang, RUJUK
maupun PNEUMONIA untuk pemeriksaan lanjutan
pneumonia ● nasihati kapan kembali
● kunjungan ulang 5 hari jka
tidak ada perbaikan

8
3.2 Tindakan dan Pengobatan
Setelah beberapa tahap kegiatan diatas, kemudian dilakukan kegiatan
untuk   menentukan jenis tindakan atau pengobatan yang perlu dilakukan.
Tindakan ini berarti menentukan tindakan dan memberi pengaobatan di
fasilitas kesehatan yang sesuai. menentukan tindakan/pengobatan bagi
penyakit anak maka kolom tindakan harus dilengkapi mulai dari penilaian,
tanda/gejala, klasifikasi dan tindakan yang akan dilakukan. Langkahnya
adalah merujuk anak, memberikan obat yang sesuai, mengajari ibu cara
memberikan obat di rumah, mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di
rumah, nasehat perawatan di rumah tanpa obat dan meningkatkan kesehatan
anak.

3.3 Konseling bagi Ibu


Konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari seorang
konselor kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya
membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri,
mampu memecahkan 2 masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi
krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya (Yusuf & Juntika, 2005).
Konseling dalam manajemen terpadu balita sakit (MTBS) berarti
mengajari atau menasehati ibu yang bertujuan untuk membantu memecahkan
masalah, pemenuhan kebutuhan maupun perubahan tingkah laku atau sikap
dalam ruang lingkup pelayanan kesehatan. Pengetahuan dan sikap merupakan
faktor predisposing yang mempengaruhi perilaku.

Berhasil tidaknya pengobatan di rumah tergantung keterampilan


komunikasi petugas kesehatan yang disampaikan kepada ibu balita. Penting
bagi ibu untuk tahu: cara memberi obat dan mengerti tentang pentingnya
pengobatan bagi anaknya. Komunikasi yang baik tersebut adalah:

9
a. Tanya dan dengar; mengajukan pertanyaan dan dengarkan jawaban ibu
dengan seksama untuk mengetahui tindakan yang telah dilakukan dengan
benar dan apa yang perlu ditambah.
b. Puji; berikan pujian atas tindakan yang benar yang telah dilakukan ibu.
c. Nasehati; menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh ibu untuk
memberikan nasehat.
d. Cek pemahaman; Mengajukan pertanyaan untuk mengetahui apa yang
telah dipahami dan apa yang perlu dijelaskan lebih lanjut.

Menasehati ibu cara pengobatan di rumah menggunakan 3 (tiga) langkah


dasar mengajar:
a. Memberi penjelasan
b. Memberi contoh
c. Memberi kesempatan praktek
Mengecek pemahaman ibu bagian terpenting adalah pertanyaan untuk
mengecek pemahaman ibu. Pertanyaan yang baik harus dapat mencakup: apa,
mengapa, bagaimana kapan dan berapa banyak ibu memberi obat. Dari
jawaban ibu, dapat disimpulkan ibu paham tentang pengobatan. Jika ibu tidak
dapat menjawab dengan benar, terangkan sekali lagi dengan lebih jelas.

Menasihati Ibu tentang Masalah Pemberian Makan

1. Jika pemberian makan anak tidak sesuai dengan "Anjuran Makan untuk
Anak Sehat Maupun Sakit" :
a. Nasihati ibu cara pemberian makan sesuai kelompok umur anak
2. Jika ibu mengeluhkan kesulitan pemberian ASI, lakukan konseling
menyusui:
a. Lakukan penilaian cara ibu menyusui (lihat bagan Bayi Muda)
b. Tunjukkan pada ibu cara menyusui yang benar
c. Jika ditemukan masalah lakukan tindakan yang sesuai
3. Jika bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat susu formula atau
makanan lain:
a. Anjurkan ibu untuk relaktasi:

10
b. Bangkitkan rasa percaya diri bahwa ibu mampu memproduksi ASI
sesuai kebutuhan anaknya
c. Susui bayi lebih sering, lebih lama, pagi, siang, maupun malam
d. Secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan lain
4. Jika bayi berumur 6 bulan atau lebih dan ibu menggunakan botol untuk
memberikan susu pada anaknya
a. Minta ibu untuk mengganti botol dengan cangkir/mangkuk/gelas
b. Peragakan cara memberi susu dengan cangkir/mangkuk/gelas
c. Berikan Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai kelompok umur
5. Jika anak tidak diberi makan secara aktif, nasihati ibu untuk:
a. Duduk di dekat anak, membujuk agar mau makan, jika perlu menyuapi
anak
b. Memberi anak porsi makan yang cukup dengan piring/mangkuk
tersendiri sesuai dengan kelompok umur
c. Memberi makanan kaya gizi yang disukai anak
6. Jika ibu merubah pemberian makan selama anak sakit:
a. Beritahu ibu untuk tidak merubah pemberian makan selama anak sakit
b. Nasihati ibu untuk memberi makanan sesuai kelompok umur dan kondisi
anak

3.3.1 Konseling Pemberian Cairan


Menasihati Ibu untuk Meningkatkan Pemberian Cairan Selama Anak Sakit
1. Untuk Setiap Anak Sakit
a. Beri ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali menyusui
b. Tingkatkan pemberian cairan. Contoh: beri kuah sayur, air tajin, atau
air matang
2. Untuk Anak Diare
a. Pemberian cairan tambahan akan menyelamatkan nyawa anak
b. Beri cairan sesuai Rencana Terapi A atau B pada bagan pengobatan
3. Pemberian cairan tambahan sangat penting

11
a. Beri cairan tambahan (cairan apa saja atau oralit, asal tidak yang
berwarna merah atau coklat)
3.3.2 Konseling Pemberian Makan
Tanyakan tentang cara pemberian makan anak. bandingkan jawaban ibu
dengan anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit.
1. Apakah ibu menyusui anak ini?
a. Berapa kali sehari?
b. Apakah ibu menyusui juga pada malam hari?
2. Apakah anak mendapat makanan atau minuman lain?
a. Makanan atau minuman apa?
b. Berapa kali sehari?
c. Alat apa yang digunakan untuk memberi makan/minum anak?
3. Jika anak gizi kurang atau gizi buruk tanpa komplikasi :
a. Berapa banyak makanan/minuman yang diberikan kepada anak?
b. Apakah anak mendapat porsi sendiri?
c. Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?
d. Makanan apa yang tersedia di rumah?
4. Selama anak sakit, apakah pemberian makanan berubah? Bila ya,
bagaimana?

3.4 Pelayanan Tindak Lanjut


“Memberi pelayanan tindak lanjut” berarti memberikan tindakan dan pengobatan
pada saat anak datang untuk kunjungan ulang (Depkes RI, 2008. Modul-1).
3.4.1 Kunjungan Ulang untuk Pneumonia
Setiap anak dengan pneumonia harus kembali ke petugas kesehatan
setelah 2 hari untuk kunjungan ulang.
Tanyakan :
1. Apakah nafsu makan anak membaik?
2. Apakah nafas lebih lambat?
Periksa :

12
1. Tanda bahaya umum
2. Lakukan penilaian untuk batuk atau sulit bernapas
Tindakan :
1. Jika ada tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada ke dalam
beri :
a. 1 dosis antibiotik pra rujukan, lalu segera rujuk
2. Jika frekuensi napaf atau nafsu makan anak tidak menunjukkan
perbaikan, gantilah dengan antibiotik pilihan kedua dan anjurkan
ibu untuk kembali 2 hari, atau rujuk jika anak menderita campak
dalam 3 bulan terakhir.
3. Jika napas melambat dan nafsu makan membaik, lanjutkan
pemberian antibiotik hingga seluruhnya 3 hari.

1. Jika frekuensi napas, atau nafsu makan tidak membaik, beri


antibiotik pilihan kedua untuk pneumonia. Sebelum anda memberi
antibiotik pilihan kedua, tanya ibu apakah anak minum
antibiotiknya selama 2 hari terakhir.
a. Jika anak tidak minum antibiotik, atau dosis yang diberikan
terlalu rendah atau terlalu jarang, obati lagi dengan antibiotik
yang sama. Beri satu dosis di depan petugas kesehatan dan cek
apakah ibu tahu cara memberi ofat di rumah. Bantu ibu untuk
mengatasi masalahnya seperti membujuk anak untuk minum
obat jika anak menolak.
b. Jika anak telah mendapat antibiotik dengan benar namun tidak
membaik, ganti dengan antibiotik pilihan kedua untuk
pneumonia. Beri untuk 3 hari. Misalnya:
● Bila anak sudah mendapat kotrimoksazol, ganti dengan
amoksisilin.
● Bila anak sudah mendapat amoksisilin, ganti dengan
kotrimoksazol. Beri dosis pertama antibiotik di klinik. Ajari

13
ibu cara memberi obat di rumah. Ibu diminta untuk
membawa anak kembali dalam waktu 2 hari.
c. Jika anak telah mendapat antibiotik dan saudara tidak punya
antibiotik lain yang sesuai, rujuk anak ke rumah sakit. Jika
anak dengan pneumonia, juga menderita campak dalam 3 bulan
terakhir, rujuk anak ke rumah sakit.
2. Jika anak harus melanjutkan pengobatan antibiotik hingga
seluruhnya 3 hari, pastikan ibu mengerti pentingnya menghabiskan
obat tersebut walaupun keadaan anak membaik.

3.4.2 Kunjungan Ulang Diare Persisten


Jika anak dengan diare persisten kembali untuk kunjungan ulang
setelah 5 hari, ikuti petunjuk berikut :

Tanyakan :
1. Apakah diare sudah berhenti?
Tindakan :
1. Jika diare belum berhenti, lakukan penilaian ulang lengkap. Beri
pengobatan yang sesuai, selanjutnya rujuk. Jika diare persisren
berkelanjutan, pikirkan penyebab lain, misalnya : HIV/AIDS
2. Jika diare sudah berhenti, nasihati ibu untuk menerapkan
anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit sesuai dengan
kelompok umur.

3.4.3 Kunjungan Ulang Disentri


Setiap anak yang diklasifikasikan sebagai disentri kembali ke petugas
kesehatan untuk kunjugan ulang setelah 2 hari

Tanyakan :
1. Apakah BAB berkurang?
2. Apakah jumlah darah dalam tinja berkurang?

14
3. Apakah nafsu makan anak membaik?
Periksa :
1. (lihat bagan penilaian dan klasifikasi)
Tindakan :
1. Jika mengalami dehidrasi, atasi dehidrasi
2. Jika frekuensi BAB, jumlah darah dalam tinja atau nafsu makan
tetap atau memburuk : ganti dengan antibiotik oral pilihan
kedua untuk Shigela.
3. Beri untuk 5 hari. Anjurkan ibu kembali dalam 2 hari.
4. Jika 2 hari, pemberian antibiotika pilihan ke 2 tidak membaik,
ganti dengan metronidazol, tanpa pemeriksaan lab sebelumnya.
Jika anak :
1. Berumur kurang dari 12 bulan
2. Mengalami dehidrasi pada kunjungan pertama
3. Menderita campak dalam 3 bulan terakhir.
(Point 1-3 segera rujuk)
4. Jika BAB berkurang, jumlah darah dalam tinja berkurang dan
nafsu makan membaik, lanjut pemberian antibiotik yang sama
hingga selesai.
Jika anak dengan disenteri belum menunjukkan perbaikan setelah
diobati dengan antibiotik pilihan kedua selama 2 hari, mungkin anak
menderita amubiasis, obati dengan metronidazol (jika tersedia) atau
rujuk. Kepastian diagnosis amubiasis hanya bisa dilakukan apabila
trophozoite dari E. histolytice yang berisi sel-sel darah merah terlihat
dalam sediaan tinja segar.
3.4.4 Malaria (Daerah Resiko Tinggi atau Resiko Rendah)
Jika tetap demam setelah minum obat anti malaria 3 hari berturut-turut.
Periksa : lakukan penilaian ulang untuk malaria dan cari penyebab lain
dari demam
Tindakan:

15
1. Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan sebagai
PENYAKIT BERAT DENGAN DEMAM
2. Jika ada PENYEBAB LAIN DARI DEMAM selain malaria, beri
pengobatan. Bila satu satunya penyebab demam periksa sediaan
darah.
3. Jika positip falsifarum, vivax atau ada infeksi campuran (mixed),
beri obat anti malaria oral pilihan obat kedua jika tetap demam
dengan pengobatan RUJUK.
4. Jika anak tetap demam 7 hari RUJUK untuk pemeriksaan lebih
lanjut.

Demam : Bukan Malaria


(Daerah tanpa Resiko Malaria dan Tidak ada Kunjungan ke Daerah
Resiko)
Periksa :
1. Lakukan penilaian untuk demam
2. Cari penyebab lain dari demam
Tindakan :
1. Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan
sebagai penyakit berat dengan demam
2. Jika ada penyebab lain dari demam, beri pengobatan.
3. Jika tidak diketahui penyebab demam, anjurkan ibu kembali
dalam 2 hari, jika tetap demam.
4. Pastikan anak mendapat tambahan cairan dan mau makan.
5. Jika anak tetap demam >7hari, rujuk untuk pemeriksaan
lanjutan.

3.4.5 DBD dan Demam (mungkin bukan DBD)


Jika anak mempunyai klasifikasi DBD dan Demam (mungkin bukan
DBD), kembali untuk tindak lanjut karena tetap demam

Sesudah 1 hari, (Mungkin DBD)

16
Sesudah 2 hari, (Mungkin bukan DBD)
Periksa :
1. Lakukan penilaian ulang untuk demam, jika tetap demam.
2. Cari penyebab lain dari demam
Tindakan :
1. Jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk perlakukan
sebagai penyakit berat dengan demam
2. Jika ada penyebab lain dari demam selain demam, beri
pengobatan
3. Jika ada tanda-tanda DBD, perlakukan sebagai DBD
4. Jika tetap demam >7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan

3.4.6 Campak dengan Komplikasi pada Mata atau Mulut

Periksa :
1. Lakukan penilaian
2. Periksa mata, bernanah? Apakah nanah bertambah banyak?
3. Periksa pusar, apakah merah atau keluar nanah? Apakah meluas?
Tindakan :
1. Jika menetap atau bertambah parah, rujuk segera
2. Jika membaik
a. Untuk luka dimulut tetap atau membaik lanjutkan pengobatan
dengan 0.25% gentian violet hingga seluruhnya 5 hari.
b. Untuk mata bernanah, lanjutkan obat tetes atau salep mata
sampai nanah hilang, jika tidak bernanah dan tidak merah
hentikan pengobatan, dan puji ibu.

3.4.7 Infeksi Telinga

Sesudah 2 hari untuk infeksi telinga akut, atau

17
Sesudah 5 hari untuk infeksi telinga kronis
Periksa :
1. Lakukan penlaian ulang masalah telinga
2. Ukur suhu tubuh anak
Tindakan :
1. Jika ada pembengkakak yang nyeri dibelakang telinga atau
demam tinggi (suhu >38.5) rujuk segera
2. Infeksi telinga akut : jika masih ada nyeri atau keluar nanah,
obati antibiotik selama 5 hari lanjutkan dengan mengeringkan
telinga. Kunjungan ulang 5 hari lagi
3. Infeksi telinga kronis : perhatikan cara ibu mengeringkan dengan
benar dan anjurkan dilanjutkan
4. Jika tidak ada lagi nyeri telinga atau tidak keluar nanah, pujilah
ibu; infeksi telinga akut, teruskan antibiotik oral sampai 5 hari;
infeksi telinga kronis, lanjutkan tetes telinga sampai 14 hari
5. Jika infeksi telinga berulang (3kali dalam 6 bulan), rujuk untuk
penilaian fungsi pendengaran.

3.4.8 Anak Kurus

Sesudah 14 hari
Periksa :
1. Lakukan penilaian lengkap
2. Teteapkan apakah berat badan menurut umur masih rendah?
3. Lakukan penilaian cara menyusui
4. Lakukan penilaian ulang cara pemberian makan
Tindakan :
1. Lakukan tindakan atau pengobatan sesuai klasifikasi yang
ditemukan. Jika BB menurut panjang : tinggi badan sudah berada
>-2SD
2. Jika berat badan menurut panjang : tinggi badan masih berada

18
antara –3 SD dan -2 SD: nasihati ibu untuk setiap masalah
pemberian makan yang dijumpai dan anjurkan anak kembali
setiap bulan sampai makannya membaik dan BB menurut
panjang : tinggi badan >-2 SD
3. Perhatian : jika anda tidak yakin akan ada perbaikan dalam cara
pemberian makan, atau berat anak terus menurun, rujuk
(mungkin TBC atau HIV)

3.4.9 Masalah Pemberian Makan

Sesudah 7 hari
Tanyakan :
1. Masalah pemberian makan yang ditemukan ketika kunjungan
pertama
Periksa :
1. Lakukan penilaian ulang cara pemberian makan
Tindakan :
1. Nasihari ibu tentang masalah pemberian makan yang masih ada
atau yang baru dijumpai. Jika saudara menganjurkan suatu
perubahan mendasar dalam cara pemberian makan, minta ibu
melakukan kunjungan ulang 5 hari lagi untuk konseleing
pemberian makan
2. Jika gizi anak kurang, kembali setelah 30 hari untuk mengetahui
penambahan berat badan

3.4.10 Anemia

Sesudah 14 hari
Tindakan :
1. Beri zat besi. Nasihati ibu untuk kembali dalam 14 hari
2. Lanjutkan pemberian zat besi setiap 14 hari selama 2 bulan
3. Jika sesudah 2 bulan telapak tangan anak masih pucat, rujuk

19
untuk pemeriksaan lanjut
4. Jika sesudah 2 bulan telapak tangan anak tidak pucat, tidak
ada pengobatan tambahan.

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
MTBS dilakukan pada bayi usia 2 bulan sampai dengan 5 tahun. Inti dari
kegitan MTBS adalah pengklasifikasian penyakit, penilaian status gizi,
pemberian imunisasi pada balita, pemberian konseling pada ibu tentang tata
cara pemberian obat di rumah, kunjungan ulang, penanganan tindak lanjut
(Depkes RI, 2007).

1.2 Saran
Selepasnya makalah ini tidak terlepas dari banyaknya kekurangan-kekurangan
pembahasan, oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.

20
DAFTAR PUSTAKA

Purwanti, S. (2011). Analisis Pengaruh Karakteristik Individu, Fasilitas,


Supervisi, Dan Motivasi Terhadap Kinerja Petugas Pelaksana Pelayanan
Rogram MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) Di Kabupaten
Banyumas Tahun 2010. Bidan Prada: Jurnal Publikasi Kebidanan Akbid
YLPP Purwokerto.

Muslimin, M. (2014). PENATALAKSANAAN PENYAKIT INFEKSI


SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA DENGAN
PENDEKATAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT
(MTBS). Jurnal Kesehatan, 5(1), 479-487.

Wijayanti, F., & Purwaningsih, H. (2019). Buku Petunjuk Manajemen Terpadu


Balita Sakit (MTBS). Universitas Ngudi Waluyo.
Buku Bagan MTBS. 2015

Dewi, Ariftya Divika. 2015. Pengaruh Konseling Tentang Manajemen Terpadu


Balita Sakit (MTBS) Terhadap Perilaku Perawatan Anak Demam Oleh Ibu
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kasihan Ii Bantul. Yogyakarta

21
LEMBAR PERSETUJUAN

Makalah perkuliahan dengan pokok pembahasan “Pengenalan Tanda


Bahaya Pada Neonatus, Bayi dan Balita”. Telah dikoreksi oleh dosen
penanggung jawab dan telah dilakukan revisi oleh tim.

Jakarta, 16 Juli 2021


Dosen Pengampu

Dra. Elina, S.Kp., M.Kes

22

Anda mungkin juga menyukai