Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

STIMULASI TUMBUH KEMBANG

Dosen Mata kuliah:

Merissa Pramudita, S.Tr.Keb.,M.Kes

Disusun oleh :

1. Evi Maulidatul Karomah (2176620004 )


2. Alfina Zulkarnaen Putri (2176620001)
3. Siti Mailatul Qutsiah (2176620010)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL –QODIRI JEMBER

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang sudah melimpahkan rahmat, taufiq
dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyusun Asuhan Kebidanan Neonatus , Bayi dan Balita
ini dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita ketahui "pengetahuan mengenai
asuhan kebidanan tentang “ Stimulasi Tumbuh Kembanag " itu sangat berarti untuk para
mahasiswa kebidanan dan bidan . Tugas ini kami buat untuk membahas mengenai asuhan
kebidanan tentang materi tersebut. Mudah-mudahan makalah yang kami buat bisa menambah
wawasan kita semua menjadi lebih luas lagi. Kami menyadari banyak kekukaran dari makalah
yang kami susun ini.Oleh karena itu, kritik serta saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna kesempurnaan makalah ini. kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu. Dosen
Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus , Bayi dan Balita. Dan semua yang sudah mendukung
kami . Atas perhatiannya, kami sampaikan terima kasih.

Jember , 28 September 2022

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak 3
2.2 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan 3,4,5,6,
2.3 Deteksi dini penyimpangan perkembangan 7,8
2.4 Deteksi dini penyimpangan mental emosional. ,9,10,11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa depan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan anak dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Tahun-tahun pertama kehidupan, terutama
periode sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun merupakan periode yang
sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Periode ini merupakan kesempatan
emas sekaligus masa-masa yang rentan terhadap pengaruh negatif. Nutrisi yang baik dan cukup,
status kesehatan yang baik, pengasuhan yang benar, dan stimulasi yang tepat pada periode ini
akan membantu anak untuk tumbuh sehat dan mampu mencapai kemampuan optimalnya
sehingga dapat berkontribusi lebih baik dalam masyarakat. Stimulasi yang tepat akan
merangsang otak balita sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi
dan kemandirian pada balita berlangsung optimal sesuai dengan umur anak. Deteksi dini
penyimpangan tumbuh kembang perlu dilakukan untuk dapat mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang balita termasuk menindaklanjuti setiap keluhan orang tua
terhadap masalah tumbuh kembang anaknya. Apabila ditemukan ada penyimpangan, maka
dilakukan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita sebagai tindakan koreksi
dengan memanfaatkan plastisitas otak anak agar tumbuh kembangnya kembali normal atau
penyimpangannya tidak semakin berat. Apabila balita perlu dirujuk, maka rujukan juga harus
dilakukan sedini mungkin sesuai dengan indikasi.

Kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita
yang menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga
(orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat,
organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya) dengan tenaga profesional
(kesehatan, pendidikan dan sosial), akan meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak usia dini
dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal. lndikator keberhasilan pembinaan tumbuh
kembang anak tidak hanya meningkatnya status kesehatan dan gizi anak tetapi juga mental,
emosional, sosial dan kemandirian anak berkembang secara optimal.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimksud dengn Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak?


2. Apa yang dimaksud dengan Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan?
3. Apa yang dimaksud dengan Deteksi dini penyimpangan perkembangan?

1
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Makalah ini ditujukan agar mahasiswa mampu memahami bagaimana konsep tumbuh
kembang bayi balita.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi masa nifas
2. Untuk mengetahui penyebab perubahan sistem reproduksi
3. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi
1.4 Manfaat
A. Manfaat Teoritis
Makalah ini berguna untuk memperkuat teori mengenai konsep tumbuh kembang bayi
balita.
1. Bagi institusi
diharapkan dapat menjadi bahan bacaan mahasiswi dan menjadi tolak ukur mahasiswi
dalam pembelajaran Asuhan Kebidanan Neonatus , Bayi dan Balita.
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan pengetahuan sehingga dapat
memahami mengenai konsep tumbuh kembang bayi balita.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Deteksi tumbuh kembang adalah kegiatan peemeriksaan/skrining untuk menemukan


secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada anak balita dan pra-sekolah. Semakinb
dini ditemukan penyimpangan maka semakin mudah dilakukan intervensinya untuk
perbaikannya. Sebaliknya bila penyimpangan diketahu terlambat maka intervensi untuk
perbaikannya lebih sulit dilakukan. Keuntungan lain dari deteksi dini adalah agar tenaga
kesehatan mempunyai waktu dalam menyusun rencana dan melakukan tindakan/intervensi yang
tepat. Ada 3 jenis deteksi dini diantaranya :

2.2 Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Kegiatan deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dapat dilakukan di tempat-tempat sebagai


berikut:

a. Di rumah, deteksi dini dilakukan oleh orang tua/pengasuh


b. Di Posyandu/Pos PAUD/BKB/TPA/Kelompok Bermain (play group)/Sekolah TK,oleh
kader kesehatan, kader PAUD, kader BKB, petugas TPA, guru play group atau guru TK.
c. Di Puskesmas, oleh doktek/bidan/perawat/ahli gizi atau petugas lain yang berwenang.

Alat-alat yang digunakan: Buku KIA tau KMS. Timbangan dacin,table BB/TB, grafik LK,
alat pengukur tinggi/panjang badan pita pengukur linkar kepala. Hal-hal yang diukur pada
deteksi dini penyimpangan pertumbuhan diantaranya :

1. Pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan (BB/TB), bertujuan untuk menentukan
status gizi anak (gemuk, normal, kurus sekali). Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan
dengan jadwal dteksidini tumbuh kembang balita. Penentuan umur anak dengan
menanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir. Umur dihitung dalam bulan penuh.
Contoh: anak usia 6 bulan 12 hari umur anak dibualatkan menjadi 6 bulan. anak usia 2
bulan 28 hari, umur anak dibulatkan menjadi 2 bulan. Untuk pemantauan pertumbuhan
dengan menggunakan berat badan menurut umur dilaksanakan secara rutin di posyandu
setiap bulan. Apabila ditemukan anak dengan berat badan tidak naik dua kali berturut-
turut atau anak dengan berat badan di bawah garis merah, kader merujuk ke petugas
kesehatan untuk dilakukan konfirmasi dengan menggunakan indikator berat badan
menurut panjang badan/tinggi badan. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan
jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita. Pengukuran dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan atau non kesehatan terlatih. Untuk penilaian BB/TB hanya dilakukan oleh
tenaga kesehatan

3
Cara mengukur berat badan
a. Menggunakan Timbangan Bayi.
 Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun
atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
 Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0. Bayi sebaiknya
telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan. Baringkan bayi dengan
hati-hati di atas timbangan.
 Lihat jarum timbangan sampai berhenti. Baca angka yang ditunjukkan
oleh jarum timbangan atau angka timbangan.
 Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengahtengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri.

b. Menggunakan Timbangan Dacin


 Pastikan dacin masih layak digunakan, perikasa dan letakkan banul geser
pada angka nol. Jika ujung kedua paku dacin tidak dalam posisi lurus,
maka timbangan tidak layak digunakan dan harus dikalibrasi.
 Masukan Balita ke dalam sarung timbang dengan pakaian seminimal
mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak lurus.
 Baca berat badan Balita dengan melihat angka di ujung bandul geser.
 Catat hasil penimbangan dengan benar
 Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan Balita dari sarung
timbang.

4
c. Menggunakan Timbangan Injak (Timbangan Digital).
 Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak.
 Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
 Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas
kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu.
 Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi.
 Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
 Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
 Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka
di tengah tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri

Cara mengukur tinggi badan

a) Pengukuran Panjang Badan untuk anak 0 - 24 bulan Cara mengukur dengan posisi
berbaring:
 Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
 Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
 Kepala bayi menempel pada pembatas angka
 Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada
pembatas angka 0 (pembatas kepala).
 Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan
batas kaki ke telapak kaki.
 Petugas 2 membaca angka di tepi diluar pengukur.
 Jika Anak umur 0 - 24 bulan diukur berdiri, maka hasil pengukurannya
dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm.

5
b) Pengukuran Tinggi Badan untuk anak 24 - 72 Bulan Cara mengukur dengan posisi
berdiri
 Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
 Berdiri tegak menghadap kedepan.
 Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
 Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
 Baca angka pada batas tersebut.
 Jika anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka hasil pengukurannya
dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.

2. Pengukurn Lingkar Kepala Anak (LKA), bertujuan mengetahui apakah ukuran lingakaran
kepala anak dlam batas normal atau tidak normal (terdiri dari makrosefal atau
mikrosefal). Jadwal pengukuran LKA disesuaikan dengan umur anak. Untuk usia 0-11
bulan pengukuran dilakukan setiap 3 bulan. Sedangkan untuk anak usia 12-72 bulan
pengukuran dilakukan setiap 6 bulan.
Cara mengukur dengan posisi berbaring, Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
 Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
 Kepala bayi menempel pada pembatas angka
 Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada
pembatas angka 0 (pembatas kepala).
 Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan
batas kaki ke telapak kaki.
 Petugas 2 membaca angka di tepi diluar pengukur.
 Jika Anak umur 0 - 24 bulan diukur berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi
dengan menambahkan 0,7 cm.

6
2.3 Deteksi Dini Penyimpangan
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua tingakat pelayanan
kesehatan mulai dari Posyandu, Pos PAUD/KB, Pustu, hingga Rumah Sakit. Pelaksana
skrining bias petugas/kader Posyandu/PAUD/BKB, guru TK, tenaga kesehatan atau petugas
terlatih lainnya.

Pemeriksaan terdiri dari :

Deteksi penyimpangan perkembangan anak

1. Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Tujun deteksi ini untk mengetahui
apakah perkembangan anak normal atau tidak. Jandwal Skrining KPSP rutin dilakukn
pada saat umr anak mencapai 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72
bulan. Bila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh
kembang pada usia anak diluar jadwal skrining, maka gunakan KPSP untuk usia skrining
terdekat yang lebih muda. Alat yang dipakai: Formulir KPSP menurut kelompok umur.
Formulir KPSP berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah
dicapai anak, petugas memeriksa/menanyakan kepada orang tua dan anak. Formulir
KPSP tersedia untuk untuk setiap kelompok umur anak dari 3 bulan hingga 72 bulan.
Interpretasi hasil KPSP: bila jawaban "Ya" mencapai 9-10 berarti perkembangan anak
sesuai dengan tahap perkembangannya, bila jawaban "Ya" berjumlah 7-8 berarti
perkembangan anak meragukan, sedangkan bila jawaban "Ya" berjumlah 6 atau kurang
berarti kemungkinan ada penyimpangan perkembangan anak.
2. Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes ini untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini agar dapat segera
ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. Jadwal
TDD setiap 3 bulan pada bayi (usia kurang dari 12 bulan), dan setiap 6 bulan pada anak
usia 12 bulan keatas. Pemeriksa memakai alat/instrumen TDD menurut usia anak,
gambar-gambar binatang dan manusia serta mainan (boneka, cangkir, sendok dan bola).
Pada anak usia kurang dari 24 bulan, semua pertanyaan dijawab oleh orang
tua/pengasuh, sedangkan pada anak usia lebih dari 24 bulan, pertanyaan berupa perintah-
perintah kepada anak melalui orang tua/pengasuh untuk dikerjakan anak. Pemeriksa
mengamati dengan teliti kemampuan. anak dalam melakukan perintah yang
diinstruksikan oleh orang tua/pengasuh. Jawaban 'Ya' bila anak dapat melakukan yang
diperintahkan, jawaban 'Tidak' bila anak tidak adapat atau tidak mau melakukan
perintah.
3. Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan tes ini untuk menemukangangguan/kelainan daya lihat anak sejak dini
agar dapat segera ditindaklanjuti sehingga kesempatan memperoleh ketajaman daya lihat
menjadi lebih besar. Jadwal TDL setiap 6 bulan pada anak usia pra-sekolah (36-72
bulan).Untuk pemeriksaan TDL, memakai ruangan yang bersih, tenang dengan
penyinaran baik. Pemeriksa memakai alat/instrumen TDL: 2 buah kursi ( untuk anak dan
7
untuk pemeriksa), Poster E' untuk digantung atau dipegang setinggi mata anak dan Kartu
E' untuk dipegang anak. Jarak pemeriksa dengan anak 3 meter. Anak diminta menutup
sebelah matanya dengan buku atau kertas, pemeriksa menunjuk poster E dengan alat
penunjuk dan menanyakan arah huruf E kepada anak, mulai baris teratas (huruf E ukuran
besar) hingga huruf E terkecil yang masih dapat dilihat Ulangi pada mata anak sisi
sebelahnya. Setiap kali anak. mampu mencocokkan, berikan anak pujian
Interpretasi hasil pemeriksaan: Bila anak tidak dapat mencocokkan sampai baris
ketiga Poster E dengan kedua matanya maka diduga anak mengalami gangguan daya
lihat. Untuk itu lakukan intervensi: Minta kepada orang tua agar membawa anaknya
untuk memeriksa ulang 1 minggu kemudian. Bila pada pemeriksaan ulang 2 minggu
kemudian didapati hasil yang sama maka kemungkinan anak memang mengalami
gangguan daya lihat. Selanjutnya pemeriksa menganjurkan anak diperiksa ke Rumah
Sakit dengan membawa surat rujukan yang berisi keterangan mata yang mengalami
gangguan (mata kiri, kanan atau keduanya).

2.3 Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional.

Pemeriksaan ini untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional autisme
dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas pada anak agar dapat segera dilakukan
tindakan intervensi. Jadwal defeksi dini masalah mental emosional adalah rutin setiap 6 bulan,
dilakukan untuk anak yang berusia 36 bulan zampai 72 bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal
skrining/pemeriksaan perkembangan anak. Alat yang digunakan antara lain:

1. Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) yang terdiri dari la pertanyaan untuk
mengenali problem mental emosional anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
Cara melakukan
 Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada KMPE kepada orang tua/pengasuh anak.Catat jawaban
YA, kemudian hitung jumlah jawaban YA.
 lnterpretasi : Bila ada jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami masalah
perilaku emosional.
 lntervensi : Bila jawaban YA hanya 1 (satu)
 Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh
Yang Mendukung Perkembangan Anak.

8
 Lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan rujuk ke Rumah Sakit
yang memberi pelayanan rujukan tumbuh kembang atau memiliki fasilitas
pelayanan kesehatan jiwa.
 Bila jawaban YA ditemukan 2 (dua) atau lebih : Rujuk ke Rumah Sakit yang
memberi pelayanan rujukan tumbuh kembang atau memiliki fasilitas pelayanan
kesehatan jiwa. Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan masalah
mental emosional yang ditemukan.
2. M-CHAT (Modified-Checklist for Autism in Toddlers)
Ada 23 pertanyaan yang dijawab oleh orang tua/pengasuh anak. Pertanyaan
diajukan secara berurutan, satu persatu. Jelaskan kepada orangtua untuk tidak ragu-
ragu atau takut menjawab. Alat M-CHA ini digunakan untuk mendeteksi secara dini
adanya autis pada anak umur 18 bulan sampai 36 bulan. Dilaksanakan atas indikasi
atau bila ada keluhan dari ibu/pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader
kesehatan, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat
berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:
a. Keterlambatan berbicara.
b. Gangguan komunikasi/ interaksi sosial.
c. Perilaku yang berulang-
ulang. Cara menggunakan M-
CHAT
 Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku
yang tetulis pada M-CHAT kepada orang tua atau pengasuh anak. 25 2.
Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan tugas pada Modified-
Checklist for Autism in Toddlers (M-CHAT)
 Catat jawaban orang tua/pengasuh anak dan kesimpulan hasil pengamatan
kemampuan anak, YA atau TIDAK. Teliti kembali apakah semua pertanyaan
telah dijawab.
 Interpretasi: 1. Enam pertanyaan No. 2, 7, 9, 13, 14, dan 15 adalah pertanyaan
penting (crirical item) jika dijawab tidak berarti pasien mempunyai risiko
ringgi autism. Jawaban tidak pada dua atau lebih critical item atau tiga
pernyaan lain yang dijawab tidak sesuai (misalnya seharusnya dijawab ya,
orang tua menjawab tidak) maka anak tersebut mempunyai risiko autism 2.
Jika perilaku itu jarang dikerjakan (misal anda melihat satu atau 2 kali) ,
mohon dijawab anak tersebut tidak melakukannya.
 Intervensi: Bila anak memiliki risiko tinggi autism atau risiko autism, Rujuk
ke Rumah Sakit yang memberi layanan rujukan tumbuh kembang anak.

9
3 GPPH (Deteksi Dini Gangguan Permusatan Perhatian dan Hiperaktifitas) pada anak
Tujuannya adalah mengetahui secara dini anak adanya Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak umur 36 bulan ke atas. Dilaksanakan atas
indikasi bila ada keluhan dari orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga
kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan
tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:
1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3. Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsive
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale), Formulir ini terdiri 10
pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua/pengasuh anak/guru TK dan pertanyaan
yang perlu pengamatan pemeriksa.
Cara menggunakan formulir deteksi dini GPPH:
 Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu perilaku yang
tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan kepada orangtua/pengasuh
anak untuk tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
 Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir
deteksi dini GPPH.
 Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak berada, misal
ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll);setiap saat dan ketika anak dengan siapa
saja.
 Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan.
 Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
 lnterpretasi: Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan "bobot nilai"
berikut ini, dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai total - Nilai
0: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak. - Nilai 1:jika keadaan
tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak. - Nilai 2: jika keadaan tersebut
sering ditemukan pada anak. - Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.
 lntervensi:
a. Anak dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit yang member
pelayanan rujukan tumbuh kembang atau memiliki fasilitas kesehatan jiwa untuk
konsultasi dan lebih lanjut.
b. Bila nilai total kurang dari 13 tetapi anda ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan
ulang 1 bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat dengan
anak (orang tua, pengasuh, nenek, guru, dsb)

10
4. DDST (Denver Developmental Screening Test)

Denver Developmental Screening Test (DDST) atau yang dikenal dengan


Tabel/Tes Denver merupakan alat skrining tumbuh kembang anak untuk menemukan
penyimpangan perkembangan pada anak usia 0-6 tahun. Tujuannya adalah menilai
tingkat perkembangan anak sesuai kelompok seusianya, serta digunakan untuk
memonitor dan memantau perkembangan bayi atau anak dengan resiko tinggi terjadinya
penyimpangan perkembangan secara berkala.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak adalah kegiatan pemeriksaan/skrining untuk


menemukan Semakin mudah dilakukan intervensi untuk perbaikannya,Sebaliknya bila secara
dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada anak balita dan pra-sekolah. Semakin dini
ditemukan penyimpangan maka penyimpangan intervensi untuk perbaikannya lebih sulit
dilakukan. Keuntungan lain dari deteksi dini adalah agar dan tepat.terlambat diketahui maka
tenaga kesehatan mempunyai waktu dalam rencana menyusun melakukan tindakan/intervensi
yang Ada 3 jenis deteksi dini, yaitu:

1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan.


2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan.
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional.

Dimana 3 deteksi ini harus bisa benar -benar difahami secara sempurna bagi para tenaga
kesehatan maupun pendamping bayi (ibu) agar pertumbuhan serta perkembangan bayi bisa
dipantau dengan seksama

3.2 Saran

1. Bagi Mahasiswa: Diharapkan mahasiswa mampu mengembangkan ilmu pengetahuan


tentang asuhan kebidanan tentang stimulasi Tumbuh kembang serta pembagiannya
dengan baik dan benar.
2. Bagi masyarakat : Diharapkan bagi masyarakat khususnya pada ibu neonatus untuk bisa
menerapkan serta memahami tentang Tumbuh kembang bayi dengan baik dan benar serta
bisa menerapkan pada kehidupan sehari-hari dalam mengasuh anaknya

12
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.

Dr. Soedjatmiko, Spa (K), MSi, 2009, Materi presentasi pada Pelatihan Program Keehatan Blita
Bagi Penanggung Jawab Program Kesehatan Anak. Bogor, 009, Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita.

13

Anda mungkin juga menyukai