TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skabies
2.1.1 Definisi
Definisi skabies
prevalensinya)
prevalensi)
2.1.2 Patofisiologi
cairan sel. Tungau menggali hanya dilapisan bagian atas kulit dan tidak pernah
sebagai garis tipis yang berkelok-kelok yang berwarna abu- abu atau seperti
Siklus hidup Sarcoptes scabiei dari telur hingga menjadi tungau dewasa
memerlukan waktu 10-14 hari, sedangkan tungau betina mampu hidup pada
inangnya hingga 30 hari (Wardhana, et al, 2006; CDC, 2010). Tungau betina
papule pada kulit. Telur akan menetas setelah 2 - 3 hari (CDC, 2010).
pendek yang hampir tidak terlihat yang disebut sebagai moulting pounch
(kantung untuk berganti kulit). Setelah berumur 3-4 hari, larva Sarcoptes
biasanya dapat ditemukan di dalam moulting pounch atau pada folikel rambut.
Tritonimfa akan menjadi dewasa dan berubah spesifik menjadi jantan atau
betina dalam waktu 3-6 hari. Setelah dewasa, tungau akan segera keluar dari
yang masih utuh dan membuat terowongan kembali (Wardhana, et al, 2006;
mereka berada di dalam lubang sempit dan makan sampai mereka siap untuk
kawin. Setelah siap kawin, tungau jantan dewasa akan mencari tungau betina
pounch dan berada di permukaan kulit sampai menemukan tempat yang cocok
Setelah bertelur, tungau betina dewasa akan hidup sampai 1-2 bulan sebelum
Umumnya predileksi infeksi tungau adalah lapisan kulit yang tipis, seperti
di sela-sela jari tangan dan kaki, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan
(khusus pada pria). Pada bayi dan anak-anak dapat juga ditemukan ruam pada
kulit kepala, wajah, leher telapak tangan, dan kaki (McCarthy, et al, 2004;
CDC, 2010).
Gambar 2.1. Predileksi (area) infestasi tungau Sarcoptes scabiei pada tubuh
manusia (area pada gambar yang berwarna merah muda) (CDC, 2010)
Sarcoptes scabiei memerlukan waktu kurang dari tiga puluh menit untuk
masuk ke dalam lapisan kulit. Gejala klinis akibat infestasi tungau Sarcoptes
scabiei adalah timbul ruam pada kulit dan rasa gatal (pruritus) terutama pada
malam hari (McCarthy, et al, 2004). Ruam pada kulit berawal dengan
menjadi vesicle atau pustule (penonjolan kulit berisi cairan atau nanah).
Adanya terowongan di bawah lapisan kulit merupakan ciri khas dari infestasi
infestasi tungau ke dalam kulit. Rasa gatal terjadi menyeluruh baik pada
dan ruam yang timbul tidak berhubungan dengan jumlah tungau yang
tubuh tungau dan hasil ekskresi dan sekresi tungau (saliva, telur dan
ukuran yang lebih besar) dan bulla (bentuk vesicle dengan ukuran yang
lebih besar) pada area di mana tidak ditemukan tungau pada kulit
Pada beberapa kasus, ruam, dan rasa gatal pada penderita scabies dapat
permukaan kulit. Nodul pada kulit juga dapat menetap sampai beberapa
Keadaan ini disebut scabies dengan infeksi sekunder. Bakteri yang biasa
Gbr.2.3. Tungau yang hidup dalam terowongan (Sumber : Prof. Dr. R.S.
Siregar Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, edisi 2. 2005.)
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
2.1.1.1. Pengobatan
2.1.6.1 Sanitasi
Penyakit scabies adalah penyakit kulit yang berhubungan dengan sanitasi dan
hygiene yang buruk, saat kekurangan air dan tidak adanya sarana pembersih tubuh,
sanitasi yang sangat jelek. Scabies juga dapat disebabkan karena sanitasi yang
buruk.
2.1.6.2 Pengetahuan
0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, dan higiene
Scabies masih merupakan penyakit yang sulit diberantas, pada manusia terutama
kulit yang banyak diderita oleh santri, kasus terjadi pada daerah padat penghuni
2.1.6.4 Perilaku
2.1.6.4.1 Pemakaian alat mandi, pakaian dan alat sholat secara bergantian
scabies, dan ada hubugan yang signifikan antara kebiasaan pemakaian sabun
2.1.6.4.2 Air
Air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam
upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfatannya (minum,
infeksi yang bisa mematikan maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air
yang tercemar. Sedikitnya 200 juta orang terinfeksi melalui kontak dengan air yang
terinvestasi oleh parasit. Sebagian penyakit yang berkaitan dengan air bersifat
Laporan terbaru tentang scabies sekarang sudah sangat jarang dan sulit
namun tak dapat dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu
berbagai belahan dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada
pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau
cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari,
terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan
dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung
Air merupakan hal yang paling esensial bagi kesehatan, tidak hanya dalam
upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi domestik dan pemanfatannya (minum,
infeksi yang bisa mematikan maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air
yang tercemar. Sedikitnya 200 juta orang terinfeksi melalui kontak dengan air yang
terinvestasi oleh parasit. Sebagian penyakit yang berkaitan dengan air bersifat
Laporan terbaru tentang scabies sekarang sudah sangat jarang dan sulit ditemukan
diberbagai media di Indonesia (terlepas dari faktor penyebabnya), namun tak dapat
dipungkiri bahwa penyakit kulit ini masih merupakan salah satu penyakit yang
dunia, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan
yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan
kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang
ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut
istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut
terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas
kerja menjadi tangan, tidur bersama dalam satu tempat tidur, dan hubungan
2.2 Penyuluhan
2.3.1 Definisi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara umum merupakan perilaku-
perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan
dan meningkatkan kesehatannya. Menurut Lily S. Sulistyowati (2011:7) perilaku
hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga,
kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Menurut Proverawati (2012: 2) perilaku hidup bersih dan sehat merupakan cerminan
pola hidup keluarga yang senantiasa memperhatikan kesehatan seluruh anggota
keluarga. Semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat
berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Mencegah lebih baik
daripada mengobati, prinsip kesehatan inilah yang menjadi dasar dari pelaksanaan
PHBS(Soemirat J. Kesehatan Lingkungan. 2011. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press)
Selain ketiga faktor diatas, terdapat hal-hal lain yang dapat mempengaruhi PHBS,
sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut faktor internal dan
sebagian terletak di luar dirinya yang disebut faktor eksternal (Soemirat J. Kesehatan
Lingkungan. 2011. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press)
a. Faktor Internal
Faktor internal seperti keturunan. Seseorang berperilaku tertentu karena memang
sudah demikian diturunkan dari orang tuanya. Sifat-sifat yang dimiliki adalah sifat-
sifat yang diperoleh oleh orang tua atau neneknya dan sebagainya. Faktor internal
lainnya adalah motif. Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif
tertentu. Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan yang
oleh Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, sosial dan ekonomi
b. Faktor Eksternal
Faktor yang menyebabkan atau mempengaruhi seseorang untuk berbuat sesuatu yang
disebabkan karena adanya suatu dorongan atau unsur-unsur tertentu. Faktor eksternal
juga merupakan faktor yang terdapat diluar diri individu (Soemirat J. Kesehatan
Lingkungan. 2011. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press)
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan hidup pada individu, keluarga
dan masyarakat yang ada di Pesantren berorientasi sehat, serta bertujuan untuk
meningkatkan, melindungi dan memelihara kesehatan baik fisik, mental, maupun
sosial (Dinas Kesehatan, 2010). Kondisi sehat ini dapat dicapai dengan mengubah dan
mempunyai keinginan dari diri sendiri para santri untuk mengubah perilaku tidak
sehat menjadi perilaku sehat dan bisa menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat
di pesantren (Dinas Kesehatan, 2010).
Perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah (pesantren) adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah
(pesantren) atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri
mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam
mewujudkan lingkungan sehat (Soemirat J. Kesehatan Lingkungan. 2011.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press)
Beberapa indikator yang digunakan sebagi dasar dalam pelaksanaan pola hidup bersih
dan sehat di lingkungan sekolah/pesantren diantaranya.
a. Setiap santri agar makan makanan yang mengandung unsur zat tenaga, zat
pembangun, zat pengatur sebagai Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
b. Semua santri menggunakan garam beryodium untuk keperluan sehari-hari.
c. Semua santri agar membuang air besar atau tinja di jamban atau WC.
d. Santri agar mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar dalam waktu akan
makan.
e. Santri agar menggunakan air bersih dan untuk minum agar dimasak terlebih dahulu.
f. Setiap halaman, pekarangan agar selalu bersih, bebas dari sampah dan bebas dari
sarang nyamuk.
g. Santri agar menggosok gigi paling sedikitnya 2 kali sehari, yaitu sesudah makan dan
sebelum tidur.
h. Tidak merokok
Berolahraga secara teratur. (Dwi Jayanti, Linda. 2011. Perilaku Hidup Bersih Dan
Sehat (Phbs) Serta Perilaku Gizi Seimbang Kaitannya Dengan Status Gizi , Jawa
Timur. Vol 6 )
DAFTAR PUSTAKA
Handoko, R. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.122-125.
Tabri F. 2003. Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL,
Kurniati DD, editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI,.p.62-79.
Dwi Jayanti, Linda. 2011. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs) Serta Perilaku Gizi
Seimbang Ibu Kaitannya Dengan Status Gizi Dan Kesehatan Balita Di Kabupaten
Bojonegoro, Jawa Timur. Vol 6(3).