Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS

DI BPM TRI NINGSIH , BANDUNGAN

Disusun Oleh :
Desi Fitriani
123456

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AR-RUM SALATIGA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kegiatan Praktik Komunitas ini telah diterima dan disahkan pada:
Hari : Senin
Tanggal : 20 November 2020

Pembimbing Akademik Koordinator Praktik Komunitas

ATIK MARIA, S.Si.T,M.Tr.Keb Liliana Nur Kholifah, S.ST., M.Tr.Keb


NIK. 22.080387.10 NIK. 42. 300991. 19

Mengetahui,
KETUA PRODI DIII KEBIDANAN

ATIK MARIA, S.Si.T,M.Tr.Keb


NIK. 22.080387.10
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah menganugerahkan
segala nikmat dan karunia tang tak terhingga, termasuk nikmat karunia ilmu
pengetahuan sebagai bekal pengabdian kepada-Nya. Atas berkat rahmat dan
karunia-Nya laporan praktik komunitas ini dapat tersusun.
Tujuan dari pembuatan laporan praktik komunitas ini adalah sebagai bentuk
aplikasi dari mata kuliah asuhan komunitas.
Kami menyadari dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami sangat mengahrapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
guna sempurnanya laporan ini.
Kami juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang membantu
terbentuknya laporan praktik komunitas ini.

Salatiga, November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………….……………………….1


Halaman Pengesahan............................................................................2
Kata Pengantar ………………………………………………………..3
Daftar Isi ………………………………………………………………4
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang …………………………………………
2. Tujuan ………………………………………………….
3. Manfaat …………………………………………………
BAB II : TINJAUAN TEORI
PWS KIA
Data PWS KIA yang dianalisa
POSYANDU
Lima Meja Posyandu
BAB III : HASIL ANALISA
1. Pembahasan PWS KIA berdasar teori dan temuan yang diperoleh
dengan analisis 5W 1H
2. Analisis pelaksanaan 5 meja Posyandu dengan 5W 1H
BAB IV : PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang
perlu dan mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas
sumber daya manusia pada generasi mendatang. Tingginya angka
kematian ibu dan angka kematian perinatal serta lambatnya penurunan
angka tersebut menunjukkan bahwa pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
(KIA) sangat mendesak untuk meningkatkan jangkauan maupun kualitas
pelayanannya. Upaya peningkatan pelayanan KIA tersebut perlu dilakukan
secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para pelaksana
pelayanan KIA di tingkat pelayanan dasar dan di tingkat pelayanan
rujukan.
Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terjadi pada ibu hamil yang
berisiko tidak terdeteksi secara dini. Berdasarkan hal tersebut maka peran
bidan sebagai pemberi pelayanan harus mampu dan terampil dalam
memberikan pelayanan sesuai dengan standart yang ditetapkan. Peran serta
yang proaktif dari bidan diharapkan dapat menekan penurunan angka
kematian ibu dan bayi di Indonesia.
Pelayanan antenatal yang kurang baik dan tidak terlaksana akan
mengakibatkan rendahnya pemantauan terhadap kesehatan ibu hamil dan
tidak terdeteksinya gangguan selama kehamilan atau komplikasi yang
dapat berakibat pada terancamnya kesehatan baik bagi ibu maupun
bayinya. Kematian Ibu dapat terjadi jika risiko tinggi kehamilan dan
komplikasi kehamilan tidak diketahui secara dini. Salah satu upaya untuk
memantau cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah dengan
menggunakan system pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan
anak (PWS-KIA). Pengelolaan data PWS KIA yang tepat diharapkan
dapat menentukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap wilayah
dengan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang masih rendah.
Selain itu, peran serta masyarakat dan sector terkait sangatlah diperlukan.
Salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi adalah Posyandu.
Poyandu merupakan salah satu bentuk upaya pengembangan kualitas
sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang
anak dapat dilaksanakan secara merata . Sistem pelayanan kesehatan yang
berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan
efisien, dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan
pelayanan, termasuk pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Pelaksanaan kegiatan posyandu memerlukan peran serta masyarakat.
Peran serta masyarakat dalam program pelayanan kesehatan merupakan
hubungan kemitraan sebagai upaya pendekatan yang memiliki pengaruh
signifikan pada kebersihan program. Kemitraan merupakan tujuan utama
dalam konsep masyarakat sebagai sumber daya yang perlu dioptimalkan,
dimana petugas pelayanan kesehatan komunitas harus memiliki
keterampilan memahami dan bekerja bersama dengan anggota masyarakat
dalam menciptakan perubahan di masyarakat.
B. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan latar belakang diatas, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis
adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan analisa data cakupan ibu hamil resti PWS KIA
2. Mendiskripsikan analisa pelaksanaan lima meja posyandu
C. Manfaat Penulisan
Laporan ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dan wawasan
penulis mengenai PWS KIA dan posyandu.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Ibu Hamil Resiko
Suatu kehamilan yang mengakibatkan ibu hamil serta bayi sebelum
persalinan berlangsung mengalami sakit ataupun meninggal disebut
dengan kehamilan resiko tinggi. Kehamilan resiko tinggi merupakan suatu
kehamilan yang mempunyai suatu resiko yang dari biasanya lebih besar
(baik bagi ibu hamil tersebut maupun bayinya), bisa mengakibatkan
kecacatan atau penyakit bahkan hingga kematian sebelum maupun sesudah
terjadinya persalinan. Kehamilan dengan resiko tinggi meliputi yaitu :
umur (terlalu muda, kurang dari 20 tahun sedangkan terlalu tua, lebih dari
35 tahun, normal kehamilan yaitu antara 20 sampai 35 tahun), jarak
kehamilan yang kurang dari 2 tahun, tinggi badan ibu yang kurang dari
145 cm, lingkar lengan atas ibu yang kurang dari 23,5 cm, hemoglobin
yang ada ditubuh ibu yang kurang dari 11 gr/dl, hamil yang lebih dari 4
kali, riwayat keluarga yang menderita hipertensi, penyakit kencing manis
atau diabetes melitus serta riwayat cacat 2 kongenital, kelainan bentuk
tubuh, misalnya kelainan panggul atau tulang belakang. Ada hubungan
yang signifikan antara umur ibu dan lama menikah dengan pengetahuan
ibu tentang pengetahuan ibu (Rahayuningsih,F.B. 2013). Resiko dalam
persalinan disebabkan oleh kehamilan dengan resiko tinggi, ibu hamil
mengalami masalah kesehatan berkaitan dengan kehamilannya sekitar
40% dan ibu hamil yang menderita komplikasi jangka panjang dari yang
mengancam jiwa hingga sampai menimbulkan kematian sekitar 15%.
Kegiatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil merupakan salah satu upaya
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, tugas bidan di desa
dalam deteksi dini ibu hamil dengan faktor resiko dengan indikator:
memberikan pelayanan antenatal sesuai standar: mengidentifikasi ibu
hamil (anamnesis), pemeriksaan dan pemantauan antenatal, palpasi
abdominal, pemeriksaan laboratorium (Hb, protein urine), persiapan
persalinan, penyuluhan/konseling selama kehamilan serta melakukan
rujukan kefasilitas kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit) sesuai resiko
yang ditemukan dalam pemeriksaan. 1,3 Salah satu peran dan fungsi bidan
adalah sebagai pelaksana, dimana salah satu tugas bidan adalah
memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan
pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan
kolaborasi. Keberhasilan dalam mendeteksi pelayanan ibu hamil resiko
tinggi bergantung pada diri bidan dan ibu hamil itu sendiri.3 Faktor yang
paling berpengaruh dalam kegiatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil
adalah melakukan deteksi dini ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan
dan masyarakat yang kemudian ditindak-lanjuti (dipantau secara intensif
dan ditangani sesuai kewenangan dirujuk ketingkat pelayanan yang lebih
tinggi) dalam kurun waktu tertentu.
Dalam PWS KIA, indicator deteksi factor risiko dan komplikasi oleh
masyarakat adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau komplikasi
yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk
ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu
sendiri. Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan
masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil,
bersalin dan nifas.
Rumus yang dipergunakan adalah
(Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun bayi
atau masyarakat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi
dengan20% × Jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1
tahun) × 100%.
B. Lima meja posyandu
Pelaksanaan kegiatan posyandu dikenal dengan nama “sistem 5 meja”,
dimana kegiatan di masing-masing meja mempunyai kekhususan sendiri-
sendiri. Sistem 5 meja tersebut tidak berarti bahwa Posyandu harus
memiliki 5 buah meja untuk pelaksanaanya, tetapi kegiatan Posyandu
harus mencakup 5 pokok kegiatan:
1. Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui
a. Pendaftaran Balita
1) Balita didaftar dalam formulir pencatatan balita
2) Bila anak sudah memiliki KMS, berarti bulan lalu anak
sudah ditimbang. Minta KMSnya, namanya dicatat pada
secarik kertas. Kertas ini diselipkan di KMS, kemudian ibu
balita diminta membawa anaknya menuju tempat
penimbangan.
3) Bila anak belum punya KMS, berarti baru bulan ini ikut
penimbangan atau KMS lamanya hilang. Ambil KMS baru,
kolomnya diisi secara lengkap, nama anak dicatat pada
secarik kertas. Secarik kertas ini diselipkan di KMS,
kemudian ibu balita diminta membawa anaknya ke tempat
penimbangan.
b. Pendaftaran ibu hamil
1) Ibu hamil didaftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil.
2) Ibu hamil yang tidak membawa balita diminta langsung
menuju ke meja 4 untuk mendapat pelayanan gizi oleh
kader serta pelayanan oleh petugas kesehatan di meja 5.
3) Ibu yang belum menjadi peserta KB dicatat namanya pada
secarik kertas, dan ibu menyerahkan kertas itu langsung
kepada petugas kesehatan di meja 5.
2. Meja 2 Penimbangan balita
Penimbangan anak dan balita, hasil penimbangan berat anak dicatat
pada secarik kertas yang terselip di KMS. Selipkan kertas ini kembali
ke dalam KMS. Selesai ditimbang, ibu dan anaknya dipersilakan menu
meja 3, meja pencatatan.
3. Meja 3 Pencatatan hasil penimbangan
a. Buka KMS balita
yang bersangkutan
b. Pindahkan hasil
penimbangan anak dari secarik kertas ke KMSnya
c. Pada penimbangan
pertama, isilah semua kolom yang tersedia pada KMS.
d. Bila ada Kartu
Kelahiran, catatlah bulan lahir anak dari kartu tersebut.
e. Bila tidak ada Kartu
Kelahiran tetapi ibu ingat, catatlah bulan lahir anak sesuai ingatan
ibunya.
f. Bila ibu tidak ingat
dan hanya tahu umur anaknya yang sekarang, perkirakan bulan
lahir anak dan catat.
4. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan
ibu menyusui
Penyuluhan untuk semua orang tua balita. Mintalah KMS anak,
perhatikan umur dan hasil penimbangan pada bulan ini. Kemudian ibu
balita diberi penyuluhan.
Penyuluhan untuk semua ibu hamil. Anjurkan juga agar ibu
memeriksakan kehamilannya sebanyak minimal 5 kali selama
kehamilan pada petugas kesehatan atau bidan
Penyuluhan untuk semua ibu menyusui mengenai pentingnya ASI,
kapsul iodium/garam iodiumdan vitamin A.
5. Meja 5 Pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit
Kegiatan di meja 5 adalah kegiatan pelayanan kesehatan dan pelayanan
KB, imunisasi sertapemberian oralit. Kegiatan ini dipimpin dan
dilaksanakan oleh petugas kesehatan dari Puskesmas.

Berikut contoh KMS


BAB III
HASIL ANALISA
A. Pembahasan PWS KIA berdasar teori dan temuan yang diperoleh dengan
analisis 5W 1H
Temuan data :
Cakupan thdp Cakupan thdap bulan lalu status
target
No. Desa diatas dibawah naik turun tetap
1 Taman v v cukup
Agung

Analisa Data :
1. W = What = Apa masalah yang terjadi?
Timbulnya kesenjangan dalam data ibu hamil resti dimana cakupan resti
dibawah target namun naik terhadap cakupan bulan lalu.
2. W = Where = Dimana masalah terjadi?
Masalah terjadi di desa taman agung.
3. W = When = Kapan?
Temuan ini terjadi bulan Juni 2019
4. W = Who = Siapa yang terpapar masalah?
Ibu hamil resiko tinggi
Bidan
5. Why = mengapa = mengapa masalah terjadi?
a. Kesadaran ibu akan kesehatan kehamilan kurang
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai ibu hamil resiko tinggi
c. Kurangnya pemberdayaan masyarakat oleh bidan
6. H = How = bagaimana cara mengatasi?
Pada desa Taman Agung berstatus cukup, yang mana cakupan resti
dibawah target namun naik terhadap cakupan bulan lalu. Rencana tindak
lanjut yang dapat dilakukan adalah :
a. Meninjau ulang terhadap rencana tindakan. Dimungkinkan terjadi
kesalahan pada input maupun proses. Kesalahan input lebih besar
terjadi pada pelaksana, alat penunjang, maupun pengguna jasa
pelayanan.
b. Untuk pelaksana bisa diperbaiki dengan meningkatkan
kemampuannya dalam pendeteksian resti. Alat penunjang dapat
diperbaiki dengan pembaharuan alat.
c. Sedangkan pada pengguna jasa pelayanan bisa diperbaiki dengan
meningkatkan kesadaran masyarakat melalui pemberdayaan
terhadap kader, FGD, organisasi masyarakat, keluarga dan
masyarakat itu sendiri.
d. Untuk proses dapat diperbaiki dengan melakukan pelayanan sesuai
dengan prosedur yang ada. masyarakat, FKD, keluarga
diberdayakan dengan diperkenalkan tanda bahaya kehamilan agar
bisa ikut mendeteksi adanya resiko kehamilan.

B. Analisis pelaksanaan 5 meja Posyandu dengan 5W 1H


Temuan data : Tidak ada meja 4 di posyandu Anggrek
Analisa masalah :
1. W = What = Apa masalah yang terjadi?
Tidak dilaksanakannya kegiatan di meja 4 posyandu
2. W = Where = Dimana masalah terjadi?
Masalah terjadi di posyandu anggrek
3. W = When = Kapan?
Temuan ini terjadi bulan November 2020.
4. W = Who = Siapa yang terpapar masalah?
Kader
Bidan
5. Why = mengapa = mengapa masalah terjadi?
a. Kurangnya partisipasi kader
b. Kurangnya pengetahuan tentang 5 meja posyandu
6. H = How = bagaimana cara mengatasi?
a. Sosialisasi ulang mengenai 5 meja posyandu
b. Peningkatan peran serta masyarakat dan pihak terkait.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Deteksi dini ibu hamil resiko oleh masyarakat sangatlah penting dilakukan
agar angka kesakitan dan kematian ibu hamil dapat mengalami penurunan.
Kemitraan dalam posyandu penting dilakukan agar pelaksanaan lima meja
posyandu sesuai standar dapat terlaksana dengan baik.
B. Saran
Bagi pemberi layanna
1. Pemberdayaan masyarakat akan deteksi dini ibu hamil lebih ditingkatkan
lagi.
Bagi ibu hamil
1. Berdayakan diri dengan peningkatan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan: Pedoman bagi
Tenaga Kesehatan. Jakarta: WHO, IBI & POGI, Kementerian Kesehatan
RI.
2. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu,
Jakarta: Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Kementerian
Kesehatan.
3. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.
LAMPIRAN
1. Data PWS KIA dalam bentuk hitungan
2. Foto pelaksanaan 5 meja posyandu

Anda mungkin juga menyukai