OLEH
DANIA APRILIA
NIM : 1218008
Proposal Tugas Akhir ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan dan
Salatiga,
Hari :
Tanggal :
Pembimbing
Helmy Apreliasari,S.ST.,M.Keb.
NIK : 11.240488.10
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir ini telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian
Akhir Program Pendidikan Diploma Tigas Kebidanan, seperti tertera dibawah ini :
Salatiga,
Hari
Tanggal
Penguji I, Penguji II
Mengetahui,
Kaprodi D3 Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ar-rum Salatiga
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelsaikan Proposal Tugas akhir yang
PMB Sri Rukini Suroto S.ST ” Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusun
Proposal Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan serta semangat dari
1. Kepada keluarga tercinta saya yang telah sangat berkontribusi dalam memberikan
Proposal Tugas Akhir ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan masukan,
kritik dan saran yang bermanfaat yang bersifat membangun sehingga dapat dihasilkan
Akhir yang diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri ataupun bagi
Salatiga,
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………..……...…………………………….……1
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................3
KATA PENGANTAR......................................................................................................4
DAFTAR ISI....................................................................................................................5
DAFTAR TABEL............................................................................................................6
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................7
BAB I................................................................................................................................8
PENDAHULUAN.............................................................................................................8
A. Latar Belakang.....................................................................................................8
B. Rumusan Masalah................................................................................................9
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................9
D. Pembatasan Kasus.............................................................................................11
E. Manfaat Studi Kasus........................................................................................11
F. Sistematika Penulisan........................................................................................12
G. Keaslian Studi Kasus…………………………………………………………………………………….13
BAB II.............................................................................................................................15
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................15
A. Tinjauan Teori Medis........................................................................................15
1. Payudara...........................................................................................................15
2. Abses Payudara................................................................................................25
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan.................................................................32
C. Landasan hukum kewenangan bidan...............................................................44
BAB III...........................................................................................................................46
METODOLOGI.............................................................................................................46
A. Jenis laporan tugas akhir......................................................................................46
B. Lokasi study kasus...............................................................................................46
C. Subyek study kasus..............................................................................................46
D. Waktu pengambilan kasus....................................................................................46
E. Instrument dan alat pengambilan data..................................................................46
F. Tekhnik pengumpulan data..................................................................................47
G. Etika penelitian.....................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................49
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………………..50
DAFTAR TABEL
1.1 Keaslian Studi Kasus…………………………………………………….13
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah payudara yang sering terjadi pada masa nifas seperti
bendungan ASI, mastitis, dan abses payudara. Makasalah ini dapat dicegah
dengan dilakukannya asuhan pada ibu nifas secara dini salah satunya
adalah dengan perawatan payudara saat kehamilan dan post partum serta
KIE tentang cara menyusui yang benar.
Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi, dengan
atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dari
sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah 10%.
Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca-
kelahiran. Dengan Sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74%
sampai 95% kasus terjai dalam 12 minggu pertama. Namun, mastitis dapat
terjadi pada setiap tahap laktasi. Abses payudra juga sering terjadi pada 6
minggu pertama pasca kelahiran. (WHO, 2017).
Abses payudara sebagai komplikasi, berkembang pada 3 sampai
11% wanita dengan mastitis, dengan kejadian yang dilaporkan 0,1-3%
pada wanita menyusui. Abses payudara pada wanita menyusui dan non-
menyusui ada dua entitas klinnis yang berbeda, masing-masing dengan
patogenesis diskrit. Abses payudara laktasi tetap lebih umum walaupun
insidennya telah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Sekitar 90% dari
abses payudara non-laktasi adalah sub-areolar. Abses payudara non-laktasi
yang tersisa disebabkan oleh etiologi granulomatosa, bakteri, atau jamur
langka. Abses non-laktasional, sub-areolar cenderung terjadi pada wanita
menjelang akhir tahun reproduksinya (NCBI, 2018).
Dalam jurnal Armita, dkk Organisasi Kesehatan Dunia WHO
(World Health Organitation) memperkirakan insiden mastitis pada ibu
menyusui sekitar 2,6%-33% dan prevalensi global adalah sekitar 10%.
Data masalah menyusui pada bulan April hingga Juni 2012 di Indonesia
menunjukkan 22,5% mengalami putting susu lecet, 42% mengalami
bendungan ASI, 18% ibu mengalami air susu tersumbat, 11% mengalami
mastitis, dan 6,5% ibu mengalami abses payudara yang disebabkan oleh
kesalahan ibu dalam menyusui bayinya.
Cakupan ASI Ekskusif selama 3 tahun di Kota Salatiga sudah
diatas target, yaitu tahun 2016 target 42% capaian 59,39%, tahun 2017
target 44% capaian 64,84%, tahun 2018 (triwulan III) target 47% capaian
54,59%. Meskipun capaian program sudah memenuhi target tetapi
Pemerintah Kota Salatiga akan terus berupaya meningkatkan cakupan ASI
yang lebih tinggi.
Di PMB Sri Rukini Suroto ada sebanyak 5 orang dalam setahun
mengalami masalah Abses Payudara.
membahas tentang abses payudara, maka dari itu penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus untuk Proposal Tugas Akhir yang berjudul “asuhan
Suroto S.ST”
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Ibu Menyusui Patologis
Dengan Abses Payudara di PMB Sri Rukini Suroto S.ST? “
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada pada ibu menyusi patologis di
PMB Sri Rukini Suroto S.ST?
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada ibu menyusui patologis dengan
Suroto S.ST
dalam study kasus dalam pembuatan proposal ini. Ruang lingkup dari
2. Bagi Penyusun
Payudara
Abses Payudara.
4. Bagi Pasien.
menyusui patologis.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan proposal ini, penulis akan membahasan penulisan dari
BAB I sampai BAB III dimana antara BAB I dengan yang lain saling
berhubungan.
BAB I PENDAHULUAN
Berisi jenis karya tulis ilmiah, lokasi study kasus, subyek study
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Menyusui Dengan Abses Payudara, Waktu studi kasus, dilaksanakan pada tahun
TINJAUAN TEORI
h. Pemberian ASI
Pemberian ASI dapat diberikan dengan dua cara beberapa cara
yaitu dengan menyusui langsung dan tidak langsung dengan pemberian
ASI perah.
Berikut langkah-langkah dalam menyusui :
a. Menyusui langsung
1) Sebelum menyusui pastikan tangan ibu dalam keadaan bersih,
perasaan harus senang dan tenang karena pengeluaran ASI
dipengaruhi oleh hormone oksitosin. Lalu oleskan puting dan
areola dengan ASI, kemudian rangsang rooting reflex bayi dengan
meletakkan jari ke mulut bayi, selanjutnya mulai menyusui dengan
teknik menyusui yang benar.
2) Teknik menyusui yang benar adalah dengan memerhatikan posisi
dan teknik menyusui. Posisi menyusui dilakukan dengan
memegang bayi dengan satu lengan, kepala bayi pada lengkung
siku, bokong bayi pada lengan. Perut bayi menempel dengan perut
ibu. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus, kepala
menghadap payudara. Teknik menyusui yang benar juga
dipengaruhi oleh perlekatan bayi. Prinsip perlekatan yang baik
adalah sebagian besar areola payudara ibu masuk ke dalam mulut
bayi, mulut bayi terbuka lebar, bibir atas dan bawah bayi melipat
keluar, dagu bayi menyentuh paudara ibu dan bayi terlihat tenang
saat menyusu.
3) Setelah menyusui selesai, ibu dapat melepas hisapan bayi dengan
memasukkan jari kelingking ke dalam mulut bayi, dan terakhir
menyendawakan bayi. Menyendawakan bayi berguna untuk
menghindari kembung setelah bayi menyusu, dapat dilakukan
dengan menggendong bayi tegak ke pundak ibu dan mengusah
tengkuk/punggung bayi.
i. Perah ASI
Menekan dan melepaskan secara ritmik tepi areola dengan ibu
jari dan telunjuk, untuk memungkinkan drainase dari semua duktus
laktiferus, jari tangan harus diposisikan kembali pada beberapa
interval areola.Tiap sesi pemerahan tidak ada batasan waktu, perah
ASI terus dilanjutkan sampai aliran ASI berhenti/fase deras. Tiap
payudara diperah setidaknya dua kali.
ASI dapat disimpan dalam wadah bersih berupa botol plastik,
beling, atau wadah khusus ASI sekali pakai.Wadah ASI-P tidak perlu
disterilisasi, dapat dibersihkan dengan air sabun hangat dan dibilas
dengan air, jika sabun tidak tersedia wadah dapat di rebus. ASI
sebaiknya disimpan dalam wadah cukup untuk satu kali pemberian,
masing-masing wadah perlu diberi keterangan tanggal dan waktu.
Berikut hal yang harus diperhatikan dalam memberikan ASI Perah :
1) ASI harus diberikan dalam keadaan hangat,
2) ASI yang dingin dihangatkan dengan meletakkan wadah ASI ke
dalam wadah berisi air hangat.
3) ASI-P yang sudah dihangatkan tidak dapat didinginkan lagi
4) Jika ASI beku sebelumnya ASI harus dicairkan perlahan dalam
lemari es bagian bawah (bukan freezer).
5) ASI beku yang sudah dicairkan harus digunakan dalam 24 jam,
dan ASI yang sudah cair tidak dapat dibekukan kembali.
6) ASI-P dapat diberikan dengan menggunakan botol atau alternatif
media lainnya seperti sendok lunak/spoon feeder, syringe,
pemberian dengan cangkir (cup feeding). (Febi Sukma, 2017)
2. Abses Payudara
a. Pengertian
Breast abscess atau Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan
payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan
infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan dibagian tubuh
lainnya, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat
menyerupai kista.
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan
dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan
bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga
tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong.
Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas
abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi
ebih lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam
tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses. Payudara
yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan
membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan
menjadi kapsul abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang
membengkak yang sangat nyeri, dengan kemerahan panas dan edema pada kulit
diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan menjadi berfluktuasi, dengan
perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti ini demam biasa muncul
ataupun tidak. Pus dapat diaspirasi dengan spuit dan jarum berlubang besar.
Diagnosis banding abses payudara mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan
karsinoma. Abses payudara adalah pengumpulan nanah lokal di dalam payudara,
merupakan komplikasi berat dari mastitis. Abses payudara adalah kumpulan bahan
purulen yang terlokalisasi di dalam payudara, yang bisa merupakan komplikasi dari
mastitis.
Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini dikarenakan
meluasnya peradangan pada payudara, pada payudara tampak merah, bernanah
sehingga perlu insisi untuk mengeluarkan nanah. (PubMed Central U.S, 2018)
b.Etiologi
Dua penyebab utama abses payudara adalah bendungan ASI dan infeksi.
Bendungan ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau
berkembang menuju infeksi. Gunther pada tahun 1958, menyimpulkan dari
pengamatan klinis bahwa abses payudara diakibatkan stagnasi ASI di
dalampayudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan
tersebut. Infeksi bila terjadi bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI
sebagai media pertumbuhan bakteri. Infeksi pada payudara biasanya disebabkan
oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus).
Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui
kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui.
Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah. Suatu infeksi bakteri bisa
menyebabkan abses melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut :
1) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril
2) Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
3) Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
gangguan, kadang bisa menyebabkan abses. Peluang terbentuknya suatu abses
akan meningkat jika
c. Patofisiologi
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting
sehingga terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk
kedalam payudara sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus
kemudian terjadi infeksi yang tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
d.Gambaran Klinis
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu
organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara
diantaranya :
1) Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh,
membengkak dan adanya nyeri tekan).
2) Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
3) Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise
4) Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
5) Gatal- gatal
6) Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena.
Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:
1) Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi
2) Fisura putting susu
3) Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras
4) Warna kemerahan pada seluruh payudara atau lokal
5) Limfadenopati aksilaris yang nyeri
6) Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit
7) Suhu badan meningkat dan menggigil
8) Payudara membesar, keras dan akhirnya pecah dengan borok serta
keluarnya cairan nanah bercampur air susu serta darah.
e. Resiko
Menurut Saleha (2010) faktor resiko abses payudara:
1) Diabetes Melitus
Selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor resiko utama, beberapa
faktor lain ternyata dapat meningkatkan resiko abses payudara. Hal ini
terungkap dalam sebuah penelitian di University of Lowa, yang
dipublikasikan dalam Journal of The American College of Surgeon, Juli 2010.
2) Perokok berat
Dapat meningkatkan resiko abses payudara enam kali lipat dibanding wanita
yang tidak merokok.
3) Tindik dibagian puting susu
Resiko untuk mengalami abses payudara pada wanita yang putingnya ditindik
cenderung meningkat pada kurun waktu hingga tujuh tahun sejak tindik
dibuat.
4) Infeksi setelah melahirkan
5) Anemia
6) Penggunaan obat steroid
7) Rendahnya sistem imun
8) Penanaman silikon
f. Diagnosis
Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan aspirasi nanahnya. Pada
penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah
sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses, bisa dilakukan
pemeriksaan rontgen, USG atau CT scan.
g.Pencegahan
1) Perawatan Puting Susu Rata
Beberapa Ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah
hal yang sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffman’s
exercise dapat dimulai sejak 32 minggu kehamilan.Oles sedikit ASI pada
daerah areola. Dua ruas jari atau satu jari dan jempol diletakkan disepanjang
sisi puting susu dan kulit dengan lembut ditarik searah horizontal, lakukan
dikeduanya. Jika latihan ini dilakukan dapat mengeluarkan puting susu.
2) Setelah menyusui, olesi puting kembali dengan ASI.
3) Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara.
4) Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan.
5) Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan
payudara dengan cara memompanya.
6) Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah luka pada
puting susu.
7) Minum banyak cairan.
8) Menjaga kebersihan puting susu.
9) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
h.Penatalaksanaan
1) Teknik menyusui yang benar.
2) Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
3) Meskipun dalam keadaan payudara sakit, harus tetap menyusui bayi.
4) Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
5) Hentikan menyusui pada payudara yang abses, tetapi asi harus tetap
dikeluarkan.
6) Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, beri antibiotik.
7) Apabila penderita merasa nyeri, beri penghilang rasa sakit.
8) Ru juk apabila keadaan tidak membaik.
i. Terapi
1) Terapi bedah
Bila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan
insisi dan penyaliran, abses bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya dengan
insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir
supaya tidak memotong saluran ASI, yang biasanya membutuhkan anastesi
umum, pasang tampon dan drain untuk mengeringkan nanah. Tampon dan
drain diangkat setelah 24 jam. Tetapi dapat juga dikeluarkan melalui
aspirasi, dengan tuntunan. ultrasuara. Ultrasuara berguna untuk sebagi alat
diagnostik abses payudara dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus
dengan bimbingan ultrasuara dapat bersifat kuratif. Hal ini kurang nyeri dan
melukai dib andingkan insisi dan penyaliran, dan dapat dilakukan dengan
anastesi loka l, hal ini sering dilakukan pada pasien yang menjalani rawat
jalan.
Pengobatan sistemik dengan antibiotik sesuai dengan sensitivitas orga
nisme biasanya dibutuhkan sebagai tambahan. Karena penyebab utamanya
Staphylococcus aureus, antibiotika jenis penisilin dengan dosis tinggi,
biasanya dengan dosis 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Dapat diberikan
parasetamol 500 mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan. Namun antibiotik saja
tanpa dilakukannya pengeluaran pus tidak mempunyai arti. Sebab dinding
abses membentuk halangan yang melindungi bakteri patogen dari pertahanan
tubuh dan membuat tidak mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang
efektif dalam jaringan terinfeksi.
1) Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit,
4 kali/hari.
2) Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena untuk mencegah pembengkakan payudara.
3) Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan
istirahat yang cukup.
4) Dukungan untuk menyusui
Petugas kesehatan harus meyakinkan perawatan dengan abses payudara
ia dapat melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan
membahayakan bayinya dapat menyusui bayinya yang lain dikemudian
hari. Disini kita sebagai petugas kesehatan memiliki peran yang sangat
penting dengan menjelaskan kepada klien untuk penanganan yang harus
dilakukan dengan kondisi seperti ini.
Untuk menjamin agar menyusui yang baik terus berlangsung,
penatalaksanannya sebaiknya harus dilakukan sebagai berikut :
1) Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan sesudah pembedahan.
2) Bayi terus dapat menyusui pada payudara yang sehat.
3) Saat ibu menjalani pembedahan, bila sekiranya ibu tidak dapat
menyusui selama lebih dari 3 jam, bayi harus diberi makanan lain.
4) Sebagai persiapan bagian dari persiapan bedah, ibu dapat memeras
ASI-nya dari payudara yang sehat, dan ASI tersebut diberikan pada
bayi dengan cangkir saat ibu dalam pengobatan.
5) Segera setelah ibu sadar kembali (bila ibu tersebut diberi anastesi
umum), atau segera setelah pembedahan selesai (bila digunakan
anatesi lokal), ibu dapat menyusui kembali pada payudara yang
sehat.
6) Segera setelah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapat kembali
menyusui dari payudara yang terkena. Hal ini biasanya mungkin
dilakukan dalam beberapa jam, kecuali pembedahan dekat pada
puting susu. Ibu harus diberi analgesik yang diperlukan untuk
mengontrol nyeri dan memungkinkan menyusui kembali lebih dini.
7) Biasanya ibu membutuhkan bantuan terlatih untuk membantu bayi
mengenyut payudara yang terkena kembali, dan hal ini dapat
membutuhkan beberapa usaha sebelum bayi dapat menghisap
dengan baik. Dorong ibu untuk tetap menyusui, dan bantu ibu untuk
menjamin kenyutan yang baik.
8) Bila payudara yang terkena tetap memproduksi ASI, penting agar
bayi dapat mengisap dan mengeluarkan ASI dari payudara tersebut,
untuk mencegah statis ASI dan terulangnya infeksi.
9) Bila pada mulanya bayi tidak mau mengenyut atau mengisap
payudra yang terkena, penting untuk memeras ASI sampai bayi
mulai mengisap kembali.
10) Bila produksi ASI pada payudara berhenti, pengisapan yang sering
merupakan jalan yang efektif untuk merangsang peningkatan
produksi.
11) Untuk sementara waktu bayi dapat terus menyusu pada payudara
yang sehat. Biasanya bayi dapat menyusu cukup hanya dari satu
payudara, sehingga ia cukup mendapatakan makanan sementara
produksi ASI dari payudara yang terkena pulih kembali.
fikir untuk seorang bidan dalam memberikan arah atau kerangka dalam
klien.
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien.
langkah yaitu :
secara keseluruhan.
penanganan masalah.
kondisi klien.
sebelumnya.
efektif.
berikut:
1) Langkah I : Pengkajian
a) Data Subyektif
pasien lainnya.
(b) Umur
(c) Agama
Dengan mengetahui agama pasien, maka petugas
keepercayaannya.
sehari-hari.
(e) Pendidikan
kehamilannya .....
(f) Pekerjaan
(g) Alamat
saat menstruasi.
(4) Riwayat perkawinan
dan potensial.
didapatkan.
yang digunakan.
istirahat.
b) Data objektif
(head to toe).
(1) PemeriksaanUmum
(a) KesehatanUmum
keseluruhan
(2) Pemeriksaanfisik
i. Kepala
Untuk melihat bentuk kepala (mesochepal,
macrochepal danmicroephal)
ii. Rambut
iii. Kulit
bekas luka.
iv. Muka
v. Mata
tidak.
vi. Hidung
viii. Leher
limfe.
x. Dada
dada.
xi. Paru-paru
Palpasi : Kesimetrisan
paru (hiper,sonor,danvesikuler).
danronchi).
xii. Jantung
xiii. Payudara
xiv. Aksila
tidak.
xv. Abdomen
xvi. Genetalia
xvii. Ekstermitas
a) Diagnosakebidanan
Misalnya :
Preeklamsi Berat.
Data subjektif
Data objektif
(1) TTV (tekanandarah,nadi,suhu,pernafasan)
(3) Pemeriksaangenetaliaadaperdarahanatautidak
(4) PemeriksaanpenunjangUSG
b) Masalah
klien atau tidak. Masalah pada kasus ini yaitu merasa cemas
c) Kebutuhan
5) Langkah V : Intervensi
melaksanakan.
6) Langkah VI : Implementasi
dan aman.
7) Evaluasi
Pada langkah ini di lakukan evalusi apa kah rencana asuhan telah
Pasal 49
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong
persalinan normal;
d. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
e. melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin,
nifas, dan rujukan; dan
f. melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan
pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.
Pasal 50
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b, Bidan berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan
anak prasekolah;
b. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat; c.
melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak
prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh
kembang, dan rujukan; dan
c. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru
lahir dilanjutkan dengan rujukan
BAB III
METODOLOGI
suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal.
Pada kasus ini kasusnya adalah ibu menyusui dengan Abses Payudara.
studi kasus yang di ambil adalah di PMB Sri Rukini Suroto S.ST
C. Subyek study kasus
Subyek study kasus merupakan orang yang akan di jadikan pasien untuk di
jadikan study kasus. Subyek dalam study kasus adalah ibu menyusui
penulis untuk mencari study kasus. Waktu pengambilan kasus yaitu dari
asuhan kebidanan.
a. Observasi
b. Wawancara
c. Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih
a. Dokumentasi
b. Studi kepustakaan
G. Etika penelitian
sosial pasien
pasien
3. Justce (adil)
Arief dan Kristiyanasari, Weni. 2009. Neonatus & Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Puji, Heni, 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: KEMENKES
RI
Sukma, Febi dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas: Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan. UMJ: Jakarta
The National Center for Biotechnology Information.Abscess, Breast.
NBK459122/, 2019
LAMPIRAN
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Dengan hormat,
Nim : 1218008
Studi kasus ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden,
Penulis
Dania Aprilia
PERNYATAAN PERSETUJUAN
(Informed Consent)
Nama :
Umur :
Alamat :
persetujuan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada paksaan siapa pun
Salatiga,
Responden
(...........................)
Waktu (2021)
April Mei Juni Juli Agustus
No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
Proposal
2. Ujian Proposal
3. Revisi Proposal
4. Perijinan
Proposal
5. Persiapan
Penelitian
6. Pelaksanaan
Penelitian
7. Pengolahan
Data
8. Laporan LTA
9. Ujian LTA