Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEBIDANAN IBU MENYUSUI PATOLOGIS

DENGAN ABSES PAYUDARA DI PMB SRI RUKINI SUROTO


S.ST
TEGAL REJO

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Ujian akhir Program Pendidikan Diploma Tiga Kebidanan

OLEH
DANIA APRILIA
NIM : 1218008

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AR-RUM SALATIGA
TAHUN 2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Tugas Akhir ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan dan

dipertahankan di depan Tim Penguji dalam Ujian Akhir Program Pendidikan

Diploma Tiga Kebidanan, seperti tertera di bawah ini :

Salatiga,

Hari :

Tanggal :

Pembimbing

Helmy Apreliasari,S.ST.,M.Keb.

NIK : 11.240488.10
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian
Akhir Program Pendidikan Diploma Tigas Kebidanan, seperti tertera dibawah ini :
Salatiga,
Hari
Tanggal

Penguji I, Penguji II

Mengetahui,
Kaprodi D3 Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ar-rum Salatiga

Atik Maria, S. SiT., M. Tr. Keb.


NIK : 22. 080387.10
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelsaikan Proposal Tugas akhir yang

berjudul ”Asuhan Kebidanan Ibu Menyusui Patologis Dengan Abses Payudara di

PMB Sri Rukini Suroto S.ST ” Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusun

Proposal Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan serta semangat dari

pembimbing, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kepada keluarga tercinta saya yang telah sangat berkontribusi dalam memberikan

semangat dan dukungan dalam proses pembuatan Proposal Tugas Akhir.

2. Mudy Oktiningrum S. SiT., M.Keb, selaku direktur STIKES Ar-Rum Salatiga.

3. Helmy Apreliasari,S.ST.,M.Keb. selaku pembimbing dalam penyusunan Proposal

Tugas Akhir ini.

4. Ana Mufidaturrosida S.ST.M.Keb. selaku koordinator Proposal Tugas Akhir ini.

5. Sri Rukini Suroto S.ST selaku pembimbing lahan praktek.

6. Sahabat-sahabat saya di Program Studi Diploma tiga Kebidanan STIKES Ar-Rum

Salatiga, terima kasih atas semangat dan dukungannya.

Proposal Tugas Akhir ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan masukan,

kritik dan saran yang bermanfaat yang bersifat membangun sehingga dapat dihasilkan

Proposal Laporan Tugas Akhir yang baik.

Segala hormat dipersembahkan oleh penulis sebuah Proposal Laporan Tugas

Akhir yang diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis sendiri ataupun bagi

pembaca pada umumnya

Salatiga,

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………..……...…………………………….……1

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................2
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................3
KATA PENGANTAR......................................................................................................4
DAFTAR ISI....................................................................................................................5
DAFTAR TABEL............................................................................................................6
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................7
BAB I................................................................................................................................8
PENDAHULUAN.............................................................................................................8
A. Latar Belakang.....................................................................................................8
B. Rumusan Masalah................................................................................................9
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................9
D. Pembatasan Kasus.............................................................................................11
E. Manfaat Studi Kasus........................................................................................11
F. Sistematika Penulisan........................................................................................12
G. Keaslian Studi Kasus…………………………………………………………………………………….13

BAB II.............................................................................................................................15
TINJAUAN TEORI.......................................................................................................15
A. Tinjauan Teori Medis........................................................................................15
1. Payudara...........................................................................................................15
2. Abses Payudara................................................................................................25
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan.................................................................32
C. Landasan hukum kewenangan bidan...............................................................44
BAB III...........................................................................................................................46
METODOLOGI.............................................................................................................46
A. Jenis laporan tugas akhir......................................................................................46
B. Lokasi study kasus...............................................................................................46
C. Subyek study kasus..............................................................................................46
D. Waktu pengambilan kasus....................................................................................46
E. Instrument dan alat pengambilan data..................................................................46
F. Tekhnik pengumpulan data..................................................................................47
G. Etika penelitian.....................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................49
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………………..50
DAFTAR TABEL
1.1 Keaslian Studi Kasus…………………………………………………….13
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Jadwal Studi Kasus

Lampiran 2 : Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Surat Persetujuan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah payudara yang sering terjadi pada masa nifas seperti
bendungan ASI, mastitis, dan abses payudara. Makasalah ini dapat dicegah
dengan dilakukannya asuhan pada ibu nifas secara dini salah satunya
adalah dengan perawatan payudara saat kehamilan dan post partum serta
KIE tentang cara menyusui yang benar.
Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi, dengan
atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dari
sedikit sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di bawah 10%.
Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga pasca-
kelahiran. Dengan Sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74%
sampai 95% kasus terjai dalam 12 minggu pertama. Namun, mastitis dapat
terjadi pada setiap tahap laktasi. Abses payudra juga sering terjadi pada 6
minggu pertama pasca kelahiran. (WHO, 2017).
Abses payudara sebagai komplikasi, berkembang pada 3 sampai
11% wanita dengan mastitis, dengan kejadian yang dilaporkan 0,1-3%
pada wanita menyusui. Abses payudara pada wanita menyusui dan non-
menyusui ada dua entitas klinnis yang berbeda, masing-masing dengan
patogenesis diskrit. Abses payudara laktasi tetap lebih umum walaupun
insidennya telah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Sekitar 90% dari
abses payudara non-laktasi adalah sub-areolar. Abses payudara non-laktasi
yang tersisa disebabkan oleh etiologi granulomatosa, bakteri, atau jamur
langka. Abses non-laktasional, sub-areolar cenderung terjadi pada wanita
menjelang akhir tahun reproduksinya (NCBI, 2018).
Dalam jurnal Armita, dkk Organisasi Kesehatan Dunia WHO
(World Health Organitation) memperkirakan insiden mastitis pada ibu
menyusui sekitar 2,6%-33% dan prevalensi global adalah sekitar 10%.
Data masalah menyusui pada bulan April hingga Juni 2012 di Indonesia
menunjukkan 22,5% mengalami putting susu lecet, 42% mengalami
bendungan ASI, 18% ibu mengalami air susu tersumbat, 11% mengalami
mastitis, dan 6,5% ibu mengalami abses payudara yang disebabkan oleh
kesalahan ibu dalam menyusui bayinya.
Cakupan ASI Ekskusif selama 3 tahun di Kota Salatiga sudah
diatas target, yaitu tahun 2016 target 42% capaian 59,39%, tahun 2017
target 44% capaian 64,84%, tahun 2018 (triwulan III) target 47% capaian
54,59%. Meskipun capaian program sudah memenuhi target tetapi
Pemerintah Kota Salatiga akan terus berupaya meningkatkan cakupan ASI
yang lebih tinggi.
Di PMB Sri Rukini Suroto ada sebanyak 5 orang dalam setahun
mengalami masalah Abses Payudara.

Sehubungan dengan masih tingginya angka kejadian pada ibu

menyusi yang ditemukan, serta besarnya risiko yang ditimbulkan adalah

kematian jika tidak segera ditangani, sehingga penulis termotivasi untuk

membahas tentang abses payudara, maka dari itu penulis tertarik untuk

melakukan studi kasus untuk Proposal Tugas Akhir yang berjudul “asuhan

kebidanan ibu menyusui dengan Abses Payudara di PMB Sri Rukini

Suroto S.ST”

B. Rumusan Masalah
“Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Ibu Menyusui Patologis
Dengan Abses Payudara di PMB Sri Rukini Suroto S.ST? “
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada pada ibu menyusi patologis di
PMB Sri Rukini Suroto S.ST?
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada ibu menyusui patologis dengan

Abses Payudara di PMB Sri Rukini Suroto S.ST

b. Melakukan interpretasi data dan dapat mengetahui diagnosa

kebidanan, menentukan masalah yang timbul dan mengetahui

kebutuhan yang di butuhkan pada ibu menyusui patologis dengan

Abses Payudara di PMB Sri Rukini Suroto S.ST

c. Mengetahui diagnosa potensial yang timbul dari pengkajian pada

ibu menyusui patologis dengan Abses Payudara di PMB Sri

Rukini Suroto S.ST

d. Memberikan antisipasi jika timbul diagnosapada ibu menyusui

patologis dengan Abses Payudara di PMB Sri Rukini Suroto S.ST

e. Memberikan intervensi dari pengkajian dan msalah yang timbul

pada ibu menyusui patologis dengan Abses Payudara di PMB Sri

Rukini Suroto S.ST

f. Melakukan implementasi dari intervensi yang di pada ibu

menyusui patologis dengan Abses Payudara di PMB Sri Rukini

Suroto S.ST

g. Memberikan evaluasi dan tindak lanjut dari tindakan yang telah di

lakukan pada ibu menyusui patologis dengan Abses Payudara di

PMB Sri Rukini Suroto S.ST.


D. Pembatasan Kasus
Pembatasan kasus merupakan suatu obyek sasaran yang di ambil

dalam study kasus dalam pembuatan proposal ini. Ruang lingkup dari

karya ilmiah ini meliputi:

1. Pembatasan kasus sasaran.

Proposal ini adalah sasarannya pada ibu menyusui patologis

dengan Abses Payudara di PMB Sri Rukini Suroto S.ST

2. Pembatasan kasus tempat

Dalam proposal ini penulis mengambil kasus tentang menyusui

patologis dengan Abses Payudara di PMB Sri Rukini Suroto S.ST

3. Pembatasan kasus waktu

Pelaksaan Asuhan Kebidanan dalam proposal di laksanakan pada

bulan Juni 2021

E. Manfaat Studi Kasus


1. Manfaat Study Bagi Institusi

Memberikan pengalaman bagi mahasiswanya dalam melakukan dan

menerapkan asuhan kebidanan pada ibu menyusui patologis dengan

Abses Payudara sehingga dapat menumbuhkan dan menciptakan

seorang bidan yang terampil, profesional, dan mandiri.

2. Bagi Penyusun

Dapat meningkatkan keterampilan dan mengembangkannya sesuai

pengetahuan yang didapat selama perkuliahan serta dapat


mengaplikasikan penanganan ibu menyusui patologis dengan Abses

Payudara

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Untuk meningkatkan keterampilan dan pelayanan bidan dalam

menangani Asuhan Kebidanan pada ibu menyusui patologis dengan

Abses Payudara.

4. Bagi Pasien.

Dapat mengetahui cara penanganan Abses Payudara pada ibu

menyusui patologis.

F. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan proposal ini, penulis akan membahasan penulisan dari

BAB I sampai BAB III dimana antara BAB I dengan yang lain saling

berhubungan.

BAB I PENDAHULUAN

Meluputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penulisan , pembatas kasus, menfaat study kasus, sistematika

penulisan dan keaslian study kasus.

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan teori tentang pengertian ibu menyusui

B. Tinjauan teori tentang pengertian abses payudara

C. Abses payudara pada ibu menyusui


BAB III METODOLOGI

Berisi jenis karya tulis ilmiah, lokasi study kasus, subyek study

kasus, waktu pemgambilan kasus, instrument dan alat pengambilan

data, dan teknik pengumpulan data.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

G. Keaslian Studi Kasus


Tabel 1.1 Keaslian Studi Kasus

No Nama Tahun Judul Hasil

1. 1. Diana 2020 Asuhan Asuhan


Putri, kebidanan ibu kebidanan
Hellen menyusui yang
dengan Abses diberikan
Payudara di adalah
PMB Kusmini memberikan
Lampung Utara konseling
mengenasi
alternatif
pemberian
kompres
dingin
payudara ibu
2. Yanti 2018 Asuhan Asuhan
kebidanan kebidanan
patologis pada yang
Ny. D PIII A0 diberikan
umur 42 tahun tentang cara
post partum hari merawat
ke 25 dengan payudara
Abses Payudara
di Puskesmas
Tirto II
kabupaten
Pekalongan
Perbedaan dengan studi kasus ini terletak pada judul Asuhan Kebidanan Ibu

Menyusui Dengan Abses Payudara, Waktu studi kasus, dilaksanakan pada tahun

2021, subyek studi kasus serta tempat studi kasus.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Payudara
a. Anatomi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di
atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi
bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang
lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram
(Sarwono,2009).
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu :
1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.
Korpus dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma,
sel otot polos dan pembuluh darah. Alveolus, yaitu unit terkecil yang
memproduksi susu. Bagian Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,
yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap
payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil
(duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran
yang lebih besar (duktus laktiferus).
2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
Areola, Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna
kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya
kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna
jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya lebih gelap.
Selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan wama ini akan
menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli
semula. Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak
dari montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama
kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat
melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di aerola payudara terdapat
duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.
3) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Papilla atau Puting Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung
adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya akan
bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang - lubang kecil yang merupakan
muara dari duktus laktiferus, ujung - ujung serat saraf, pembuluh darah,
pembuluh getah bening, serat - serat otot polos yang tersusun secara
sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat
dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang
longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut. Payudara terdiri
dari 15 - 25 lobus. Masing-masing lobulus terdiri dari 20-40 lobulus.
Selanjutnya masing-masing lobulus terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-
masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga
merupakan suatu pohon. Puting susu dapat pula menjadi tegak bukan
sebagai hasil dari beberapa bentuk perangsangan seksual yang alami dan
puting susu seorang wanita mungkin tidak menjadi tegak ketika ia
terangsang secara seksual. Pada daerah areola terdapat beberapa minyak
yang dihasilkan oleh kelenjar Montgomery. Kelenjar ini dapat berbentuk
gelombang-gelombang naik dan sensitif terhadap siklus menstruasi
seorang wanita. Kelenjar ini bekerja untuk melindungi dan meminyaki
puting susu selama menyusui. Beberapa puting susu menonjol ke dalam
atau rata dengan permukaan payudara. keadaaan tersebut kemudian
ditunjukkan sebagai puting susu terbalik dan tidak satu pun dari keadaan
tersebut yang memperlihatkan kemampuan seorang wanita untuk
menyusui, yang berdampak negatif. Bentuk puting ada empat, yaitu
bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (Sarwono,
2011).
b. Fisiologi Laktasi
Laktogenesis adalah mulainya produksi ASI. Ada tiga fase
laktogenesis; dua fase awal dipicu oleh hormon atau respon neuroendokrin,
yaitu interaksi antara sistem saraf dan sistem endokrin (neuroendocrine
responses) dan terjadi ketika ibu ingin menyusui ataupun tidak, fase ketiga
adalah autocrine (sebuah sel yang mengeluarkan hormon kimiawi yang
bertindak atas kemauan sendiri), atau atas kontrol lokal.
c. Macam - Macam ASI
1) Kolustrum
Kolustrum diproduksi sejak kira-kira minggu ke-16 kehamilan
(laktogenesis I) dan siap untuk menyongsong kelahiran. Kolustrum ini
berkembang menjadi ASI yang matang atau matur pada sekitar tiga
sampai empat hari setelah persalinan. Kolustrum merupakan suatu
cairan kental berwarna kuning yang sangat pekat, tetapi terdapat dalam
volume yang kecil pada hari-hari awal kelahiran, dan merupakan nutrisi
yang paling ideal bagi bayi. Volume kolustrum yang sedikit ini
memfasilitasi koordinasi pengisapan, menelan dan bernapas pada saat
yang bersamaan pada hari-hari awal kehidupan. Bayi yang baru lahir
mempunyai ginjal yang belum sempurna dan hanya sanggup menyaring
cairan dengan volume kecil. Kolustrum juga mempunyai manfaat
membersihkan yang membantu membersihkan perut dari mekoneum,
yang mempunyai konsentrasi empedu yang tinggi, sehingga akan
mengurangi kemungkinan terjadinya ikterus (Lawrence dan Lawrence,
2016). Kolustrum berisi antibodi serta zat-zat anti infeksi seperti Ig A,
lisosom, laktoferin, dan sel-sel darah putih dalam konsentrasi tinggi
dibandingkan ASI biasa. Kolustrum juga kaya akan faktor-faktor
pertumbuhan serta vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, khususnya
vitamin A (Stables dan Rankin, 2011).
2) ASI tansisi (transitional milk)
ASI ini adalah susu yang diproduksi dalam 2 minggu awal
(laktogenesis II) volume susu secara bertahap bertambah, konsentrasi
imunoglobin menurun, dan terjadi penambahan unsur yang
menghasilkan panas (calorific content), lemak, dan laktosa (Stables dan
Rankin, 2011).
3) ASI matur (mature milk)
Kandungan ASI matur dapat bervariasi diantara waktu menyusu.
Pada awal menyusui, susu ini kaya akan protein, laktosa dan air
(foremilk), dan ketika penyusuan berlanjut, kadar lemak secara
bertahap bertambah sementara volume susu berkurang (hindmilk). Hal
ini penting ketika bidan mengajarkan kepada para ibu tentang pola
normal dalam menyusui. Terjadi penambahan lemak yang signifikan
pada pagi hari dan awal sore hari (Kent et al, 2011). Menurut Cregan et
al (2011) menemukan bahwa produksi ASI rata-rata bagi bayi sampai
umur enam bulan di atas periode 24 jam adalah 809±171 ml, dengan
rentang antara 548 dan 1147 ml, volume tertinggi dicapai pada pagi
hari. Kent (2011) menemukan bahwa syarat energi maternal untuk
memproduksi rata-rata 759 ml ASI perhari adalah 630 kkal.

d. Komposisi Gizi Dalam ASI


ASI mengandung banyak unsur atau zat yang memenuhi kebutuhan
bayi dan ASI tidak dapat digantikan dengan susu buatan meskipun sudah ada
kemajuan teknologi. Maka ASI sering disebut sebagai cairan kehidupan
(living fluid). ASI mengandung air, lemak, protein, karbohidrat, elektrolit,
mineral serta imunoglobulin. Kira-kira 80% dari volume ASI adalah
kandungan air, sehingga bayi tidak membutuhkan minuman tambahan
meskipun dalam kondisi panas (Pollard, 2015).
1) Lemak
Lemak merupakan sumber energi utama dan menghasilkan kira-
kira setengah dari total seluruh kalori ASI. Lipid terutama terdiri dari
butiran-butiran trigliserid, yang mudah dicerna dan yang merupakan
98% dari seluruh lemak ASI (RCM, 2013). ASI terdiri dari asam lemak
tak jenuh rantai panjang yang membantu perkembangan otak dan mata,
serta saraf dan sistem vaskuler. Tetapi lemak yang terdapat dalam ASI
bervariasi sepanjang menyusui, dan akan bertambah bila payudara
kosong (Czank et al., 2011). Payudara penuh diasosiasikan dengan
jumlah minimum lemak dalam susu, sementara payudara yang lebih
kosong diasosiasikan dengan jumlah lemak yang lebih tinggi (Kent,
2011).
2) Protein
ASI matur mengandung kira-kira 40% kasein dan 60% protein
dadih (whey protein), yang membentuk dadih lunak di dalam perut dan
mudah dicerna.Whey protein mengandung protein anti infeksi,
sementara kasein penting untuk mengangkut kalsium dan fosfat.
Laktoferin mengikat zat besi, memudahkan absorbsi dan mencegah
pertumbuhan bakteri di dalam usus. Faktor bifidus yang tersedia untuk
mendukung pertumbuhan lactobacillus bifidus (bakteri baik) untuk
menghambat bakteri patogen dengan jalan meningkatkan pH feces bayi.
3) Prebiotik (oligosakarida)
Prebiotik berinteraksi dengan sel-sel epitel usus untuk
merangsang sistem kekebalan menurunkan pH usus guna mencegah
bakteri-bakteri patogen agar tidak menimbulkan infeksi, dan menambah
jumlah bakteri-bakteri patogen agar tidak menimbulkan infeksi, dan
menambah jumlah bakteri-bakteri bifido pada mukosa.
4) Karbohidrat
Laktosa merupakan karbohidrat utama dalam ASI (98%) dan
dengan cepat dapat diurai menjadi glukosa. Laktosa penting bagi
pertumbuhan otak dan terdapat dalam konsentrasi tinggi dalam ASI.
Laktosa juga penting bagi pertumbuhan laktobacillus bifidus. Jumlah
laktosa dalam ASI juga mengatur volume produksi ASI melalui cara
osmosis.
5) Zat besi
Bayi-bayi yang diberi ASI tidak membutuhkan suplemen
tambahan sebelum usia enam bulan karena rendahnya kadar zat besi
dalam ASI yang terikat oleh laktoferin, yang menyebabkannya menjadi
lebih terserap (bioavailable) dan dengan demikian mencegah
pertumbuhan bakteri-bakteri di dalam usus. Susu formula mengandung
kira-kira enam kali lipat zat besi bebas yang susah diserap sehingga
memacu perkembangan bakteri dan risiko infeksi. Elemen lainnya
terdapat dalam konsentrasi lebih rendah pada ASI dibandingkan dengan
yang dalam susu formula, tetapi lebih ideal karena lebih mudah diserap
(Walker,2011).
6) Vitamin yang larut dalam lemak
Konsentrasi vitamin A dan E cukup bagi bayi. Namun vitamin D
dan K tidak selalu berada dalam jumlah yang diinginkan. Vitamin D
penting untuk pembentukan tulang, tetapi jumlahnya bergantung pada
jumlah pajanan ibu terhadap sinar matahari. Sehingga ibu menyusui
juga perlu direkomendasikan mendapatkan suplemen vitamin D 10 µ
per hari. Vitamin K dibutuhkan untuk pembekuan darah. Kolustrum
mempunyai kadar vitamin K rendah, maka vitamin K
direkomendasikan diberikan secara rutin pada bayi 1 jam setelah lahir.
Ketika ASI sudah matur, maka melalui proses menyusui yang efektif,
usus bayi terkoloni oleh bakteri, sehingga kadar vitamin K meningkat
(RCM, 2009).
7) Elektrolit dan Mineral
Kandungan elektrolit dalam ASI sepertiga lebih rendah dari susu
formula, dan 0,2 persen natrium, kalium dan klorida. Tetapi untuk
kalsium, fosfor dan magnesium terkandung dalam ASI dalam
konsentrasi lebih tinggi.
8) Imunoglobulin
Imunoglobulin terkandung dalam ASI dalam 3 cara dan tidak dapat
ditiru oleh susu formula:
a) Antibodi yang berasal dari infeksi yang pernah dialami oleh ibu,
b) IgA (immunoglobin A sekretori), yang terdapat dalam saluran
pencernaan
c) Jaras entero-mamari dan bronko-mamari (gut-associated lymphatic
tissue/GALT) dan bronchus-associated lymphatic tissue/BALT).
Keduanya mendeteksi infeksi dalam lambung atau saluran napas
ibu dan menghasilkan atibodi.
d) Sel darah putih ada dan bertindak sebagai mekanisme pertahanan
terhadap infeksi, fragmen virus menguji sistem kekebalan bayi dan
molekul-molekul anti-inflamasi diperkirakan melindungi bayi
terhadap radang akut mukosa usus dengan jalan mengurangi
infeksi dalam merespon bakteri-bakteri patogen usus.

e. Manfaat Pemberian ASI


ASI mempunyai banyak manfaat, manfaat tersebut diantaranya adalah:
1) Mempunyai efek psikologis
Kontak kulit yang dini ini akan sangat besar pengaruhnya pada
perkembangan bayi kelak. Dengan menyusui sendiri akan memberikan
efek psikologis yang sangat besar, payudara ibu saat menyusui lebih
hangat dibanding payudara ibu yang tidak menyusui. Interaksi yang
timbul pada waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan
rasa aman pada bayi. Perasaan aman ini penting untuk menimbulkan
dasar kepercayaan pada bayi (basic sense of trust), yaitu dengan mulai
dapat mempercayai orang lain (ibu) maka akan timbul rasa percaya
pada diri sendiri.
2) Menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang baik
Bayi yang mendaptkan ASI mempunyai kenaikan berat badan
yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik dan
mengurangi kemungkinan obesitas, mencegah permasalahan gizi seperti
stunting dan wasting. ASI bermanfaat untuk pencapaian tumbuh
kembang yang optimal, sehingga menghasilkan generasi sumber daya
manusia yang berkualitas.
3) Mengurangi kejadian karies dentis
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh
lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusu
dengan botol dan dot, terutama pada waktu malam hari saat tidur, hal
ini menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan
menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi. Pada ASI
mengandung kadar selenium yang tinggi sehingga akan mencegah
karies dentis.
4) Mengurangi kejadian maloklusi
Telah terbukti melalui riset bahwa salah satu penyebab maloklusi
rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat
menyusu dengan botol dan dot.
5) Aspek kesehatan ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya
oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus
dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid
dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi
anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang
menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.
6) Aspek keluarga berencana
Menyusui secara eksklusif dapat menjarangkan kehamilan.
Ditemukan rerata jarak kehamilan ibu yang menyusui adalah 24 bulan,
sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang
mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon untuk ovulasi,
sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. Ibu yang sering hamil
juga menjadi faktor risiko tersendiri, misalnya mempunyai penyakit
seperti anemia, risiko kesakitan dan kemaatian serta menjadi beban bagi
ibu sendiri. (Heni Puji, 2018)

f. Upaya Perbanyak ASI


Beberapa cara untuk meningkatkan produksi ASI, antara lain:
1) Rangsangan otot-otot payudara
Rangsangan ini diperlukan untuk memperbanyak ASI dengan
mengaktivasi kelenjar-kelenjarnya. Otot-otot payudara terdiri dari otot-
otot polos yang dengan adanya rangsangan, akan berkontraksi lebih dan
kontraksi ini diperlukan dalam laktasi. Rangsangan pada payudara
dapatv dilakukan dengan masase atau mengurut, atau menyiram
payudara dengan air hangat dan dingin secara bergantian.
2) Keteraturan bayi menghisap
Isapan akan merangsang otot polos payudara untuk berkontraksi yang
kemudian merangsang susunan saraf di sekitarnya dan meneruskan
rangsangan ke otak. otak akan memerintahkan kelenjar hipofisis
posterior untuk mengeluarkan hormon pituitarin lebih banyak, sehingga
kadar hormon estrogen dan progesteron yang masih ada menjadi lebih
rendah. Pengeluaran hormon pitiutarin yang lebih banyak akan
memengaruhi kuatnya kontraksi otot-otot polos payudara dan uterus.
Kontraksi otot-otot polos payudara berguna memperlancar
pembentukan ASI.
3) Kesehatan ibu
Bila ibu tidak sehat, asupan makanannya kurang atau kekurangan darah
untuk membawa nutrien yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara.
Hal ini menyebabkan produksi ASI menurun.
4) Makanan dan istirahat ibu
Makanan diperlukan ibu dalam jumlah lebih banyak mulai dari hamil
hingga masa nifas. Istirahat berarti mengadakan pelemasan otot-otot
dan saraf setelah mengalami ketegangan karena beraktivitas.
g. Tanda Bayi Cukup ASI
Beberapa tanda bayi cukup ASI :
1) Bayi berkemih 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning
muda
2) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan dengan bentuk
"berbiji"
3) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur
cukup
4) Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam
5) Payudara ibu terasa lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui
6) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai
menyusu
7) Bayi bertambah berat badannya. (Bahiyatun, 2009)

h. Pemberian ASI
Pemberian ASI dapat diberikan dengan dua cara beberapa cara
yaitu dengan menyusui langsung dan tidak langsung dengan pemberian
ASI perah.
Berikut langkah-langkah dalam menyusui :
a. Menyusui langsung
1) Sebelum menyusui pastikan tangan ibu dalam keadaan bersih,
perasaan harus senang dan tenang karena pengeluaran ASI
dipengaruhi oleh hormone oksitosin. Lalu oleskan puting dan
areola dengan ASI, kemudian rangsang rooting reflex bayi dengan
meletakkan jari ke mulut bayi, selanjutnya mulai menyusui dengan
teknik menyusui yang benar.
2) Teknik menyusui yang benar adalah dengan memerhatikan posisi
dan teknik menyusui. Posisi menyusui dilakukan dengan
memegang bayi dengan satu lengan, kepala bayi pada lengkung
siku, bokong bayi pada lengan. Perut bayi menempel dengan perut
ibu. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus, kepala
menghadap payudara. Teknik menyusui yang benar juga
dipengaruhi oleh perlekatan bayi. Prinsip perlekatan yang baik
adalah sebagian besar areola payudara ibu masuk ke dalam mulut
bayi, mulut bayi terbuka lebar, bibir atas dan bawah bayi melipat
keluar, dagu bayi menyentuh paudara ibu dan bayi terlihat tenang
saat menyusu.
3) Setelah menyusui selesai, ibu dapat melepas hisapan bayi dengan
memasukkan jari kelingking ke dalam mulut bayi, dan terakhir
menyendawakan bayi. Menyendawakan bayi berguna untuk
menghindari kembung setelah bayi menyusu, dapat dilakukan
dengan menggendong bayi tegak ke pundak ibu dan mengusah
tengkuk/punggung bayi.
i. Perah ASI
Menekan dan melepaskan secara ritmik tepi areola dengan ibu
jari dan telunjuk, untuk memungkinkan drainase dari semua duktus
laktiferus, jari tangan harus diposisikan kembali pada beberapa
interval areola.Tiap sesi pemerahan tidak ada batasan waktu, perah
ASI terus dilanjutkan sampai aliran ASI berhenti/fase deras. Tiap
payudara diperah setidaknya dua kali.
ASI dapat disimpan dalam wadah bersih berupa botol plastik,
beling, atau wadah khusus ASI sekali pakai.Wadah ASI-P tidak perlu
disterilisasi, dapat dibersihkan dengan air sabun hangat dan dibilas
dengan air, jika sabun tidak tersedia wadah dapat di rebus. ASI
sebaiknya disimpan dalam wadah cukup untuk satu kali pemberian,
masing-masing wadah perlu diberi keterangan tanggal dan waktu.
Berikut hal yang harus diperhatikan dalam memberikan ASI Perah :
1) ASI harus diberikan dalam keadaan hangat,
2) ASI yang dingin dihangatkan dengan meletakkan wadah ASI ke
dalam wadah berisi air hangat.
3) ASI-P yang sudah dihangatkan tidak dapat didinginkan lagi
4) Jika ASI beku sebelumnya ASI harus dicairkan perlahan dalam
lemari es bagian bawah (bukan freezer).
5) ASI beku yang sudah dicairkan harus digunakan dalam 24 jam,
dan ASI yang sudah cair tidak dapat dibekukan kembali.
6) ASI-P dapat diberikan dengan menggunakan botol atau alternatif
media lainnya seperti sendok lunak/spoon feeder, syringe,
pemberian dengan cangkir (cup feeding). (Febi Sukma, 2017)

2. Abses Payudara
a. Pengertian
Breast abscess atau Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan
payudara. Hal ini biasanya disebabkan oleh infeksi pada payudara. Cedera dan
infeksi pada payudara dapat menghasilkan gejala yang sama dengan dibagian tubuh
lainnya, infeksi cenderung memusat dan menghasilkan abses kecil. Hal ini dapat
menyerupai kista.
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan
dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan
bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga
tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong.
Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas
abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi
ebih lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam
tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses. Payudara
yang terinfeksi seperti jaringan terinfeksi lain, melokalisasi infeksi dengan
membentuk sawar jaringan granulasi yang mengelilinginya. Jaringan ini akan
menjadi kapsul abses, yang terisi dengan pus. Terdapat benjolan yang
membengkak yang sangat nyeri, dengan kemerahan panas dan edema pada kulit
diatasnya. Jika keadaan ini dibiarkan maka pus akan menjadi berfluktuasi, dengan
perubahan warna kulit dan nekrosis. Dalam kasus seperti ini demam biasa muncul
ataupun tidak. Pus dapat diaspirasi dengan spuit dan jarum berlubang besar.
Diagnosis banding abses payudara mencakup galaktokel, fibroadenoma, dan
karsinoma. Abses payudara adalah pengumpulan nanah lokal di dalam payudara,
merupakan komplikasi berat dari mastitis. Abses payudara adalah kumpulan bahan
purulen yang terlokalisasi di dalam payudara, yang bisa merupakan komplikasi dari
mastitis.
Abses payudara merupakan kelanjutan dari mastitis, hal ini dikarenakan
meluasnya peradangan pada payudara, pada payudara tampak merah, bernanah
sehingga perlu insisi untuk mengeluarkan nanah. (PubMed Central U.S, 2018)

b.Etiologi
Dua penyebab utama abses payudara adalah bendungan ASI dan infeksi.
Bendungan ASI biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau
berkembang menuju infeksi. Gunther pada tahun 1958, menyimpulkan dari
pengamatan klinis bahwa abses payudara diakibatkan stagnasi ASI di
dalampayudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah keadaan
tersebut. Infeksi bila terjadi bukan primer, tetapi diakibatkan oleh stagnasi ASI
sebagai media pertumbuhan bakteri. Infeksi pada payudara biasanya disebabkan
oleh bakteri yang umum ditemukan pada kulit normal (staphylococcus aureus).
Infeksi terjadi khususnya pada saat ibu menyusui. Bakteri masuk ke tubuh melalui
kulit yang rusak, biasanya pada puting susu yang rusak pada masa awal menyusui.
Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah. Suatu infeksi bakteri bisa
menyebabkan abses melalui beberapa cara yaitu sebagai berikut :
1) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka dari tusukan jarum tidak steril
2) Bakteri menyebar dari suatu infeksi dibagian tubuh yang lain.
3) Bakteri yang dalam keadaan normal, hidup di dalam tubuh manusia dan tidak
gangguan, kadang bisa menyebabkan abses. Peluang terbentuknya suatu abses
akan meningkat jika
c. Patofisiologi
Adapun patogenesis dari abses payudara ini adalah luka atau lesi pada puting
sehingga terjadi peradangan kumudian organisme berupa bakteri atau kuman masuk
kedalam payudara sehingga pengeluaran susu terhambat akibat penyumbatan duktus
kemudian terjadi infeksi yang tidak tertangani yang mengakibatkan terjadinya abses.
d.Gambaran Klinis
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu
organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses payudara
diantaranya :
1) Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah mengkilap, panas jika disentuh,
membengkak dan adanya nyeri tekan).
2) Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
3) Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise
4) Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
5) Gatal- gatal
6) Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena.
Menurut Sarwono (2009), pada abses payudara memiliki tanda dan gejala yaitu:
1) Nyeri payudara yang berkembang selama periode laktasi
2) Fisura putting susu
3) Fluktuasi dapat dipalpasi atau edema keras
4) Warna kemerahan pada seluruh payudara atau lokal
5) Limfadenopati aksilaris yang nyeri
6) Pembengkakan yang disertai teraba cairan dibawah kulit
7) Suhu badan meningkat dan menggigil
8) Payudara membesar, keras dan akhirnya pecah dengan borok serta
keluarnya cairan nanah bercampur air susu serta darah.

e. Resiko
Menurut Saleha (2010) faktor resiko abses payudara:
1) Diabetes Melitus
Selain diabetes dan obesitas yang merupakan faktor resiko utama, beberapa
faktor lain ternyata dapat meningkatkan resiko abses payudara. Hal ini
terungkap dalam sebuah penelitian di University of Lowa, yang
dipublikasikan dalam Journal of The American College of Surgeon, Juli 2010.
2) Perokok berat
Dapat meningkatkan resiko abses payudara enam kali lipat dibanding wanita
yang tidak merokok.
3) Tindik dibagian puting susu
Resiko untuk mengalami abses payudara pada wanita yang putingnya ditindik
cenderung meningkat pada kurun waktu hingga tujuh tahun sejak tindik
dibuat.
4) Infeksi setelah melahirkan
5) Anemia
6) Penggunaan obat steroid
7) Rendahnya sistem imun
8) Penanaman silikon

f. Diagnosis
Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan aspirasi nanahnya. Pada
penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan jumlah
sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses, bisa dilakukan
pemeriksaan rontgen, USG atau CT scan.
g.Pencegahan
1) Perawatan Puting Susu Rata
Beberapa Ibu memiliki puting susu yang rata dan membuat menyusui adalah
hal yang sulit atau tidak mungkin. Untuk memperbaiki hal ini, Hoffman’s
exercise dapat dimulai sejak 32 minggu kehamilan.Oles sedikit ASI pada
daerah areola. Dua ruas jari atau satu jari dan jempol diletakkan disepanjang
sisi puting susu dan kulit dengan lembut ditarik searah horizontal, lakukan
dikeduanya. Jika latihan ini dilakukan dapat mengeluarkan puting susu.
2) Setelah menyusui, olesi puting kembali dengan ASI.
3) Hindari pakaian yang menyebabkan iritasi pada payudara.
4) Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan.
5) Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan
payudara dengan cara memompanya.
6) Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah luka pada
puting susu.
7) Minum banyak cairan.
8) Menjaga kebersihan puting susu.
9) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.
h.Penatalaksanaan
1) Teknik menyusui yang benar.
2) Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
3) Meskipun dalam keadaan payudara sakit, harus tetap menyusui bayi.
4) Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
5) Hentikan menyusui pada payudara yang abses, tetapi asi harus tetap
dikeluarkan.
6) Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, beri antibiotik.
7) Apabila penderita merasa nyeri, beri penghilang rasa sakit.
8) Ru juk apabila keadaan tidak membaik.

i. Terapi
1) Terapi bedah
Bila abses telah terbentuk pus harus dikeluarkan. Hal ini dapat dilakukan
insisi dan penyaliran, abses bisa ditusuk dan dikeluarkan isinya dengan
insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir
supaya tidak memotong saluran ASI, yang biasanya membutuhkan anastesi
umum, pasang tampon dan drain untuk mengeringkan nanah. Tampon dan
drain diangkat setelah 24 jam. Tetapi dapat juga dikeluarkan melalui
aspirasi, dengan tuntunan. ultrasuara. Ultrasuara berguna untuk sebagi alat
diagnostik abses payudara dengan dilakukan secara menyeluruh aspirasi pus
dengan bimbingan ultrasuara dapat bersifat kuratif. Hal ini kurang nyeri dan
melukai dib andingkan insisi dan penyaliran, dan dapat dilakukan dengan
anastesi loka l, hal ini sering dilakukan pada pasien yang menjalani rawat
jalan.
Pengobatan sistemik dengan antibiotik sesuai dengan sensitivitas orga
nisme biasanya dibutuhkan sebagai tambahan. Karena penyebab utamanya
Staphylococcus aureus, antibiotika jenis penisilin dengan dosis tinggi,
biasanya dengan dosis 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari. Dapat diberikan
parasetamol 500 mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan. Namun antibiotik saja
tanpa dilakukannya pengeluaran pus tidak mempunyai arti. Sebab dinding
abses membentuk halangan yang melindungi bakteri patogen dari pertahanan
tubuh dan membuat tidak mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang
efektif dalam jaringan terinfeksi.
1) Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit,
4 kali/hari.
2) Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena untuk mencegah pembengkakan payudara.
3) Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan yang bergizi dan
istirahat yang cukup.
4) Dukungan untuk menyusui
Petugas kesehatan harus meyakinkan perawatan dengan abses payudara
ia dapat melanjutkan menyusui. Bahwa hal ini tidak akan
membahayakan bayinya dapat menyusui bayinya yang lain dikemudian
hari. Disini kita sebagai petugas kesehatan memiliki peran yang sangat
penting dengan menjelaskan kepada klien untuk penanganan yang harus
dilakukan dengan kondisi seperti ini.
Untuk menjamin agar menyusui yang baik terus berlangsung,
penatalaksanannya sebaiknya harus dilakukan sebagai berikut :
1) Bayi sebaiknya tetap bersama ibu sebelum dan sesudah pembedahan.
2) Bayi terus dapat menyusui pada payudara yang sehat.
3) Saat ibu menjalani pembedahan, bila sekiranya ibu tidak dapat
menyusui selama lebih dari 3 jam, bayi harus diberi makanan lain.
4) Sebagai persiapan bagian dari persiapan bedah, ibu dapat memeras
ASI-nya dari payudara yang sehat, dan ASI tersebut diberikan pada
bayi dengan cangkir saat ibu dalam pengobatan.
5) Segera setelah ibu sadar kembali (bila ibu tersebut diberi anastesi
umum), atau segera setelah pembedahan selesai (bila digunakan
anatesi lokal), ibu dapat menyusui kembali pada payudara yang
sehat.
6) Segera setelah nyeri pada luka memungkinkan, ibu dapat kembali
menyusui dari payudara yang terkena. Hal ini biasanya mungkin
dilakukan dalam beberapa jam, kecuali pembedahan dekat pada
puting susu. Ibu harus diberi analgesik yang diperlukan untuk
mengontrol nyeri dan memungkinkan menyusui kembali lebih dini.
7) Biasanya ibu membutuhkan bantuan terlatih untuk membantu bayi
mengenyut payudara yang terkena kembali, dan hal ini dapat
membutuhkan beberapa usaha sebelum bayi dapat menghisap
dengan baik. Dorong ibu untuk tetap menyusui, dan bantu ibu untuk
menjamin kenyutan yang baik.
8) Bila payudara yang terkena tetap memproduksi ASI, penting agar
bayi dapat mengisap dan mengeluarkan ASI dari payudara tersebut,
untuk mencegah statis ASI dan terulangnya infeksi.
9) Bila pada mulanya bayi tidak mau mengenyut atau mengisap
payudra yang terkena, penting untuk memeras ASI sampai bayi
mulai mengisap kembali.
10) Bila produksi ASI pada payudara berhenti, pengisapan yang sering
merupakan jalan yang efektif untuk merangsang peningkatan
produksi.
11) Untuk sementara waktu bayi dapat terus menyusu pada payudara
yang sehat. Biasanya bayi dapat menyusu cukup hanya dari satu
payudara, sehingga ia cukup mendapatakan makanan sementara
produksi ASI dari payudara yang terkena pulih kembali.

Sedangkan menurut pendapat ahli mengatakan bahwa :

1) Segera setelah melahirkan menyusui bayi dilanjutkan dengan


pemberian ASI eksklusive.
2) Melakukan perawatan payudara dengan tepat dan benar. Massase
payudara, kompres hangat dan dingin, pakai bra yang menyokong
kedua payudara.
3) Rajin mengganti bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat
dan ASI, bra tidak boleh terlalu sempit dan menekan payudara.
4) Segera mengobati puting susu yang lecet, bila perlu oleskan sedikit
ASI pada puting tersebut. Bila puting bernanah atau berdarah,
konsultasikan dengan bidan di klinik atau dokter yang merawat.
j. Tanda dan gejala abses payudara
1) Sakit pada payudara ibu dan tampak parah
2) Payudara mengkilap, warna merah, benjolan berisi nanah
3) Payudara terasa nyeri, panas, demam
k.Perawatan Payudara
Perawatan payudara sangat penting untuk memperlancar proses
pengeluaran ASI. Manfaat perawatan payudara untuk menjaga kebersihan
terutama pada putting susu, mencegah berbagai penyakit, memperkuat
putting susu, merangsang kelenjar-kelenjar air susu yang ada di dalam
payudara sehingga produksi ASI lebih banyak dan lancar, mendeteksi
adanya kelainan pada payudara. Perawatan payudara dapat mengurangi
dari bendungan ASI, mastitis, dan abses pada payudara.
Perawatan payudara dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor
tersebut diantaranya umur ibu, pendidikan, paritas, pekerjaan dan sumber
informasi. Faktor lainnya yaitu kurangnya teknik menyusui yang benar
dan kurangnya pengetahuan tentang perawatan payudara. Hal tersebut
menunjukan banyak faktor yang mempengaruhi perawatan payudara.

Hal-Hal Untuk Merawat Payudara


a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu.
b. Menggunakan bra yang menyokong payudara.
c. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
d. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
e. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
f. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet
setiap 4-6 jam.

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan


1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah suatu metode atau proses berfikir

logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur

fikir untuk seorang bidan dalam memberikan arah atau kerangka dalam

menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan


berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan, dalam rangkaian atau

tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada

klien.

Pengelolaan dengan manajemen kebidanan menurut helen varney

konsep kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangka atau tahapan

yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien.

2. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan

Proses manajemen kebidanan menurut helen varney disusun menjadi 7

langkah yaitu :

a. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai klien

secara keseluruhan.

b. Menginterpretasi data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah.

c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi

penanganan masalah.

d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,

kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan

kondisi klien.

e. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan

rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah

sebelumnya.

f. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.


g. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang

kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak

efektif.

Penjelasan dari manajemen kebidanan menurut Varney adalah sebagai

berikut:

1) Langkah I : Pengkajian

Pada langkah ini yang dilakukan adalah mengumpulkan data dari

informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien dan disusun dengan sistematis.

a) Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai

langkah awal dari mengidentifikasi dan menganalisa masalah,

pengkajian pasien meliputi :

(1) Identitas Pasien

(a) Nama pasien

Dikaji pasien dengan nama jelas dan lengkap untuk

menghindari adanya kekeliruan atau membedakan

pasien lainnya.

(b) Umur

Umur pasie dikaji untuk mengetahui faktor resiko

yang ada hubungannya dengan pasien

(c) Agama
Dengan mengetahui agama pasien, maka petugas

dapat memberikan dukungan moril sesuai

keepercayaannya.

(d) Suku dan bangsa

Berpengaruh pada adat dan istiadat atau kebiasaan

sehari-hari.

(e) Pendidikan

Latar belakang akan mempengaruhi pengertian dan

tingkat pengetahuan pasien terhadap

kehamilannya .....

(f) Pekerjaan

Pekerjaan akan mempengaruhi aktivitas, istirahat,

tingkat sosial ekonomi dan besarnya penghasilan.

(g) Alamat

Untuk mengetahui tempat tinggal pasien

(2) Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi, menggali tanda

dan gejala preeklamsia

(3) Riwayat mentruasi

Untuk mengetahui umur berapa pertama kali haid

(menarche), siklusnya teratur atau tidak, lama menstruasi,

jumlah darah banyak atau sedikit, dan apakah ada keluhan

saat menstruasi.
(4) Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, pada usia berapa

menikah, berapa lama menikah dan pernikahan keberapa.

(5) Riwayat kesehatan

Untuk mengetahui status kesehatan pasien yang

memberikan gambaran tentang masalah kesehatan aktual

dan potensial.

(a) Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui keluhan pasien, apakah pasien

pernah memeriksa dan apakah hasilnya sudah

didapatkan.

(b) Riwayat kesehatan dahulu

Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat

penyakit, penyakit kronis yang kemungkinan dapat

mempengaruhi kondisi kesehatan sekarang.

(c) Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui apakah ada riwayat penyakit

menurun, menular dan menahun serta gangguan

genetik yang berhubungan dengan pasien.

(6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, pernah abortus

atau tidak, bersalin dimana, bagaimana proses persalinan,

penolong persalinan, dan keadaan masa nifas.


(7) Riwayat KB

Untuk mengetahui jenis kontrasepsi yang pernah dipakai,

berapa lama penggunaan alat kontrasepsi tersebut, keluhan

yag dirasakan sebagai efek samping dari alat kontrasepsi

yang digunakan.

(8) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

(a) Pola nutrisi

Untuk mengetahui kebiasaan makan dan minum.

(b) Pola eliminasi

Untuk mengetahui kebiasaan buang air kecil (BAK)

meliputi frekuensi, warna dan jumlah. Kebiasaan

buang air besar (BAB) meliputi frekuensi, jumlah,

konsistensi dan warna fases.

(c) Pola isturahat

Untuk mengetahui kualitas tidur, relaksasi dan

istirahat.

(d) Pola personal hygiene

Untuk mengetahui pola kebersihan pasien dari mandi,

keramas, gosok gigi, dan kebersihan genetalia, apakah

genetalia bersih atau tidak.

(e) Pola aktivitas

Untuk mengetahui aktivitas sehari-hari termasuk

kerja,rekreasi dan acara santai.


(f) Pola seksual

Untuk mengetahui berapa kali dalam seminggu ibu

melakukan hubungan seksual.

b) Data objektif

Data objektif di peroleh dari hasil pemeriksaan fisik secara

langsung yang di lakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki

(head to toe).

(1) PemeriksaanUmum

(a) KesehatanUmum

Untuk mengetahui keadaan umum pasien secara

keseluruhan

(1) Tanda-tanda vital

Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti suhu,

denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah dan

merupakan bagian data dasar pengkajian.

(2) Pemeriksaanfisik

Pemeriksaan harus sitematis dari kepala sampai

kaki dengan meningkat struktur anatomi, fungsi

dan keadaan abnormal.

Pemeriksaan fisik meliputi:

i. Kepala
Untuk melihat bentuk kepala (mesochepal,

macrochepal danmicroephal)

ii. Rambut

Untuk melihat karakteristikumum (Keringat

atau berminyak), rontok atau tidak, infeksi

kulit kepala, ketombe dan kuku.

iii. Kulit

Untuk melihat kelembaban, turgorkulit, dan

bekas luka.

iv. Muka

Untuk melihat keadaan muka pucat atau tidak

adakah kelainan dan odema.

v. Mata

Untuk melihat apakah konjung tiva anemis

atau tidak, apakah sklera tampak ikterik atau

tidak.

vi. Hidung

Untuk mengetahuai ada secret atau tidak,

adanyeri tekan atau tidak, ada pembesaran

polip atau tidak.

vii. Mulut dan gigi

Untuk mengetahui bibir tebal atau tipis, pecah-

pecah, kering atau sariawan atau tidak, gigi


berlubang atau tidak ada pembengkakan pada

gusi atau tidak.

viii. Leher

ix. Untuk mengetahui adanya pembesaran

kelenjar tyroid, vena jugolaris dan pembesaran

limfe.

x. Dada

Untuk mengetahui apakah dada simestris atau

tidak adn apakah ada retraksi pada dinding

dada.

xi. Paru-paru

Inspeksi : Pengembangan saat bernafas, ada

retaksi dinding dada atautidak

Palpasi : Kesimetrisan

Perkusi : Langsung dan tidak langsung

untuk mengidentifikasikan suara

paru (hiper,sonor,danvesikuler).

Asukultasi : Untuk menilai suara nafas

dan tambahan lainya (Wheezing

danronchi).

xii. Jantung

Pemeriksaan dengan cara inspeksi, palpasi

detak jantung, dan getaran bising, perkusi


pembesaran jantung meliputi suara jantung,

irama dan bising.

xiii. Payudara

Untuk mengetahui adanya benjolan atau tidak

teraba nyeri atau tidak.

xiv. Aksila

Untuk mengetahui adanya benjolan, nyeri atau

tidak.

xv. Abdomen

Inspeksi : Bentuk abdomen

Auskultasi : Ada bising usus atau tidak,

frekuensi 15 kali permenit

Perkusi : Timpani atau hipertimpani

Palpasi : Terdapat pembesaran hati atau tidak,

terdapat benjolan atau tidak, terdapat rasa

nyeri atau tidak.

xvi. Genetalia

Untuk mengetahui daerah genetalia eksterna

ada atau tidak oedema dan varises, berapa

jumlah darah yang keluar.

xvii. Ekstermitas

Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak,

adanya varises, reflek patela


xviii. Anus

Untuk mengetahui ada hemoro idatau tidak.

(2) Data penunjang

Data penunjang merupakan data yang memperjela satau

yang menguatkan data subjektif dengan ojektif yang ada

untuk menegangkan diagnose kebidanan,pada........di

lakukan pemeriksan USG dan laparaskopi.

2) Langkah II : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnose atau masalah

berdasarkan interpetasi data yang telah di kumpulkan.Data dasar

yang telah di kumpulkan di idenfikasi sehingga di temukan

masalah atau masalah yang spesifik. Interpretasi data terdiridari

diagnose kebidanan, diagnose masalahdan diagnose kebutuhan.

a) Diagnosakebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan oleh

bidan dalam lingkup praktek kebidanan.

Misalnya :

Asuhan kebidananIbu Hamil PadaNy… Umur…Tahundengan

Preeklamsi Berat.

Data subjektif

(1) Pertanyaan tentangnamadanumur

(2) Pertanyaantentangberapa lama terjadinya

Data objektif
(1) TTV (tekanandarah,nadi,suhu,pernafasan)

(2) Pemeriksaan abdomen adabenjolanatautidak

(3) Pemeriksaangenetaliaadaperdarahanatautidak

(4) PemeriksaanpenunjangUSG

b) Masalah

Masalah yang berkaitan dengan pengalaman yang di temukan

dan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnose sesuai

dengan diagnose pasien. Masalah dapat muncul tapi dapat pula

tidak. Hal ini muncul berdasarkan sudut pandang klien dengan

keadaan yang dialami apakah menimbulkan masalah terhadap

klien atau tidak. Masalah pada kasus ini yaitu merasa cemas

sebelum dilakukan tindakan selanjutnya.

c) Kebutuhan

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum

teridentifikasi dalam diagnose danmasalah yang didapatkan

dengan melakukanan alisa data.

3) Langkah III: Diagnosa Potensial

Mengidentifikasikan masalah atau diagnose pontesial yang

mungkin akan terjadi. Pada langkah ini terind`entifikasi masalah

atau diagnose potensial berdasarkan rangkaian masalah

dandiagnose, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila

kemugkinan menunggu dan mengamati dan bersiap-siap apabila

hal ini tersebut terjadi.


4) Langkah IV : Antisipasi

Mengidentifikasi perlunya tindakan yang memerlukan

penanganan segera mungkin oleh bidan atau dikonsultasikan atau

di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan lainya.

5) Langkah V : Intervensi

Pada langkah ini tugas seorang bidan merumuskan rencana

asuhan sesuai dengan hasil pembahasan bersama sebelum

melaksanakan.

6) Langkah VI : Implementasi

Pada langkah ini mengarahkan dan rencana asuhan secara efektif

dan aman.

7) Evaluasi

Pada langkah ini di lakukan evalusi apa kah rencana asuhan telah

terpenuhi secara efektif atau tidak.

C. Landasan hukum kewenangan bidan


Berdasarkan peraturan mentri kesehatan nomor 4 tahun 2019 tentang izin
dan penyelenggaraan praktek bidan, kewenagan yang di miliki bidan meliputi
:
1. Kewenangan normal pelayanan kesehatan ibu.
2. Kewenangan dalam menjalankan program pemerintah
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktek di daerah yang tidak
memiliki dokter.

Pasal 49
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
b. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
c. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa persalinan dan menolong
persalinan normal;
d. memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas;
e. melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin,
nifas, dan rujukan; dan
f. melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa
kehamilan, masa persalinan, pascapersalinan, masa nifas, serta asuhan
pascakeguguran dan dilanjutkan dengan rujukan.

Pasal 50
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf b, Bidan berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan
anak prasekolah;
b. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat; c.
melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak
prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh
kembang, dan rujukan; dan
c. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru
lahir dilanjutkan dengan rujukan
BAB III

METODOLOGI

A. Jenis laporan tugas akhir

Metodologi penelitian yang digunakan oleh penulis dalam

penyusunan proposal ini adalah studi kasus.

Studi kasus adalah studi yang digunakan dengan cara meneliti

suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit tunggal.

Pada kasus ini kasusnya adalah ibu menyusui dengan Abses Payudara.

B. Lokasi study kasus

Lokasi studi kasus merupakan tempat pengembalian studi kasus. Lokasi

studi kasus yang di ambil adalah di PMB Sri Rukini Suroto S.ST
C. Subyek study kasus

Subyek study kasus merupakan orang yang akan di jadikan pasien untuk di

jadikan study kasus. Subyek dalam study kasus adalah ibu menyusui

dengan Abses Payudara

D. Waktu pengambilan kasus

Waktu pengambilan study kasus adalah rentang waktu yang di gunakan

penulis untuk mencari study kasus. Waktu pengambilan kasus yaitu dari

pengambilan data sampai 25 Mei 2021

E. Instrument dan alat pengambilan data

Instrument yang di gunakan utuk pengambilan kasus ini adalah dengan

mengunakan format asuhan kebidanan pada ibu menyusi dengan Abses

Payudara dengan 7 langkah varney

F. Tekhnik pengumpulan data

Untuk menyusun study kasus ini pengumumpulan di lakukan dengan dua

cara yaitu data primer dan data skunder.

1. Data primer yaitu data yang di kumpulkan sendiri saat melakukan

asuhan kebidanan.

a. Observasi

Observasi yaitu prosedur yang berencana antara lain melihat,

mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang di kaji.

b. Wawancara
c. Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih

dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara.

2. Data sekunder yaitu data yang di peroleh dari mempelajari status

maupun dokumentasi milik pasien, data dari cacatan dalam kebidanan

dan studi. Data skunder di peroleh dari:

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan dara dengan cara mengambil

semua data yang di butuhkan yang terdapat dalam cacatan atau

dokumentasi yang ada.

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah bahan bahan yang sangat penting dalam

menunjang latar belakang teoritis dalam studi kasus.

G. Etika penelitian

Proses Pelaksanaan penelitian di dasarkan pada akidah akidah ilmiah

(metode ilmiah) meliputi:

1. Respect for persen (menghormati nilai kemanusiaan)

Secara moral ada alas an penting dan relevasinya dengan cara

menghormati nilai kemanusiaan dantidak membedakan bedakan status

sosial pasien

2. Beneficence dan non maleficence (bermanfaat dan tidak merugikan)

Harus ada harapan cukup kuat bahwa penelitian menghasilkan

pengetahuan yang bemanfaat harus berusaha melindungi subyek yang di


teliti, terhindar dari bahaya atau ketidak nyamanan fisik atau mental

pasien

3. Justce (adil)

Prinsip ini mengandung subyek untuk mendapatkan perlakuan yang adil

dan hak mereka untuk mendapatkan keleluasaan pribadi. Hak

mendapatkan perlakuan yang adil berarti subyek mempunyai hak yang

sama, sebelum, selama, dan setelah partisipasi dalam penelitian.

4. Informed consent (persetujuan)

Subyek penelitian harus secara sukarela dalam berperan serta sehingga

konsekuensinya harus dapat di ketahui sebelum pelaksaan penelitian,

dengan cara melakukan persetujuan terlebih dahulu kepada pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Arief dan Kristiyanasari, Weni. 2009. Neonatus & Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Hasanah, et al. 2017. HubunganTeknik Menyusui dengan Risiko Terjadinya


Mastitis. Diakses Pada 11 Mei Pukul 22.40 WIB

Prasetyono, D. 2009. Buku Pintar Asi Eksklusif. Diva Press. Yogyakarta.

Puji, Heni, 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta: KEMENKES
RI

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba

Sarwono, 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka

Suherni, dkk. 2009. Perawatan Ibu Nifas. Yogyakarta: Fitramaya

Sukma, Febi dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas: Fakultas Kedokteran dan
Kesehatan. UMJ: Jakarta
The National Center for Biotechnology Information.Abscess, Breast.
NBK459122/, 2019

The National Center for Biotechnology Information. Breast Infection: A Review


of Diagnosis and Management Practices. PMC6092150/, 2018

LAMPIRAN
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Calon Responden Studi Kasus

DI PMB Sri Rukini Suroto S.ST

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswi kebidanan

sekolah tinggi ilmu kesehatan ar rum salatiga,

Nama : Dania Aprilia

Nim : 1218008

Akan melaksanakan studi kasus berbentuk studi kasus dengan judul


“ASUHAN KEBIDANAN IBU MENYUSUI DENGAN ABSES PAYUDARA”.

Studi kasus ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi responden,

kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan akan dipergunakan untuk

kepentingan penelitian dalam usaha mengembangkan ilmu pengetahuan.

Demikian surat permohonan saya ajukan, atas perkenaan dan kesediaan

ibu, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis

Dania Aprilia

PERNYATAAN PERSETUJUAN

(Informed Consent)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah saya membaca dengan seksama, mengerti dan memahami

penjelasan dan informasi yang diberikan, saya bersedia berpatisipasi sebagai

responden dalam Proposal Tugas Akhir yang dilakukan oleh mahasiswi.

Nama : Dania Aprilia


Nim : 1218008

Judul Proposal : “ASUHAN KEBIDANAN IBU MENYUSUI

PATOLOGIS DENGAN ABSES PAYUDARA”

Bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan dalam laporan tugas

akhir sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Demikian pernyataan

persetujuan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada paksaan siapa pun

dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Salatiga,

Responden

(...........................)

JADWAL STUDI KASUS

Waktu (2021)
April Mei Juni Juli Agustus
No Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan

Proposal
2. Ujian Proposal
3. Revisi Proposal
4. Perijinan

Proposal
5. Persiapan

Penelitian
6. Pelaksanaan

Penelitian
7. Pengolahan

Data
8. Laporan LTA
9. Ujian LTA

10. Revisi LTA

Anda mungkin juga menyukai