Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROGRRAM PEMERINTAH TERKAIT KIA

DAN

PENANGANAN KOMPLIKASI IBU DAN ANAK DI NTT

Oleh :

NAMA : NATALIA I MARTINI

NIM : PO530324019478

TINGKAT : II- B SEMESTER IV

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KUPANG PROGRAM STUDI

D-III KEBIDANAN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiarat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat dari-Nya
yang limpah telah memberikan kesehatan baik jasmani maupun rohani sehingga terselesaikannya
makalah ini yang bertopik” PROGRRAM PEMERINTAH TERKAIT KIA DAN
PENANGANAN KOMPLIKASI IBU DANANAK DI NTT”

Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat terselesaikannya
makalah ini. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka demi menyempurnakan makalah
ini saya mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

Kupang, 02 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN

A. Program pemerintah terkait KIA/KB....................................................................05


B. Penanganan komplikasi kesehatan ibu dan anak di NTT.....................................09
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia telah berkembang pesat dan mengalami pertumbuhan ekonomi yang
baik dalam 20 tahun terakhir. Meskipun demikian, angka kematian ibu di Indonesia
masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan sebagian besar negara di kawasan Asia
Tenggara, dan angka kematian bayi baru lahir pun masih tinggi untuk sebuah negara yang
tergolong berpendapatan menengah.
Pendekatan baru dan terobosan diperlukan agar Indonesia mencapai tujuan
pembangunan kesehatannya. Hal ini telah ditunjukkan melalui komitmen yang kuat dari
Pemerintah Indonesia sebagaimana baru-baru ini tertuang dalam Peraturan Presiden
mengenai Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (2017) maupun
dalam dokumen Standar Pelayanan Minimal (2018). Pelbagai kebijakan baru pun telah
diluncurkan sebagai landasan mewujudkan pembangunan di bidang kesehatan, antara lain
BPJS-Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (Universal Health Coverage 2014),
Program Indonesia Sehat (2015) dengan tiga pilarnya serta pendekatan keluarga (PIS-PK
2016), Jaminan Persalinan4 (2011) dengan pemutakhiran skema biaya sejak 2015; dan
Standar Pelayanan Minimum Bidang Kesehatan (2016).

B. Rumusan masalah
1. Jelaskan Program Pemerintah terkait KIA/KB
2. Jelaska Penanganan komplikasi kesehatan ibu dan anak di NTT

C. Tujuan penulisan

Untuk Menambah wawasan pengetahuan penulis tentang Program Pemerintah terkait


KIA/KB dan Penanganan komplikasi kesehatan ibu dan anak di NTT

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Program Pemerintah terkait KIA/KB


Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu program pokok di
Puskesmas yang mendapat prioritas tinggi, mengingat kelompok ibu hamil, menyusui,
bayi dan anak merupakan kelompok yang rentan terhadap kesakitan dan kematian.
Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak (PWS-KIA) adalah alat
manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah
(puskesmas/ kecamatan) secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat terhadap wilayah yang cakupan pelayanan KIA nya masih rendah
(Depkes, 1994).
Tujuan umm PWS-KIA, yaitu meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA
secara terus menerus di wilayahnya. Sedangkan tujuan khusus KIA adalah:
1. Memantau cakupan pelayanan KIA dengan mutu yang memadai dipilih
sebagai indikator, secara teratur (bulanan) dan berkesinambungan( terus
menerus) untuk tiap wilayah/ desa.
2. Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapain sebenarnya
untuk desa
3. Menentukan urutan desa prioritas yang akan di tangani secara intensif
berdasarkan besarnya kesenjangan antara target dan pencapaian
4. Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia
dang dapat di gali
5. Membangkitkan peran pamong setempat dalam pergerakan sasaran dan
moblisasi sumber daya

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin dan bayi neonatal. Salahsatu tujuan

5
program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit pada ibu dan anak melalui
peningkatan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan
prenatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan primer (Sistriani, 2014).

Upaya-upaya Pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB yaitu dengan


mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS), yang terimplementasi dalam program
Jampersal untuk menjamin semua persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan oleh tenaga
terlatih, penyediaan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan
Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK), serta pemerintah
membuat kebijakan bagi tenaga kesehatan untuk menggunakan buku KIA sebagai alat
komunikasi dan media penyuluhan bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai
pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk rujukan dan standar pelayanan KIA dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 284/MENKES/SK/III/2004 (Republik
Indonesia, 2004).
Buku KIA digunakan sebagai buku catatan tentang kesehatan ibu dan anak yang
merupakan gabungan beberapa kartu kesehatan agar pelayanan kesehatan dapat diberikan
sesuai dengan standar, komprehensif dan berkesinambungan (Rahayu et al., 2015).
Penggunaan Buku KIA merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat
untuk memelihara kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang
berkualitas. Buku KIA berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan
ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak
(Sistriani, 2014).
Fenomena yang terjadi di masyarakat berdasarkan penelitian sebelumnya oleh
(Farida, 2016)yang dilakukan di Puskesmas Kabupaten Karawang menyatakan bahwa ibu
mengangap bahwa Buku KIA hanya buku Bidan yang harus dibawa sewaktu
pemeriksaan karena bidan akan mencatat hasil pemeriksaan didalam buku tersebut. Akan
tetapi, pada kenyataanya mereka tidak paham bahwa buku KIA adalah buku pegangan
ibu dengan berbagai informasi kesehatan kehamilan yang dapat diterapkan oleh ibu
maupun keluarga. Ibu hamil dengan pemanfaatan yang kurang pada buku KIA
menjadikan ibu memiliki pemahaman yang kurang terhadap cara mendeteksi dini adanya
komplikasi pada kehamilan.

6
Hasil penelitian Yanagisawa (2014) menyatakan bahwa konsisten dalam
penggunaan dan penyebaran serta promosi buku KIA sebagaimana fungsi dan
kelebihannya dapat meningkatkan pengetahuan, perilaku ibu hamil serta meningkatkan
persalinan normal dan aman serta meningkatkankesehatan anak di Cambodia. Bidan
sebagai petugas kesehatan memiliki peran serta dalam membantu ibu maupun keluarga
untuk peningkatan pengetahuan dan pemahaman kesehatan kehamilan dengan pemberian
informasi-informasi kesehatan kehamilan yang terdapat dalam buku KIA.
Berdasarkan hasil penelitian (Sirait, 2013) menyatkaan bahwa sikap atau
pandangan terhadap pelayanan kesehatan secara signifikan mempengaruhi pemanfaatan
pelayanan kesehatan oleh masyarakat.Pemanfaatan buku KIA oleh ibu dapat dinilai
dengan ibu yang selalu membawa buku saat melakukan kunjungan ke fasilitas kesehatan,
membaca, memahami pesan, dan menerapkan pesan-pesan yang terdapat dalam buku
KIA. Terkai dengan data buku KIA, di Indonesia data tersebut hanya sebatas cakupan
kepemilikan buku KIAdan cakupan penggunaan buku KIA yang digunakan untuk menilai
pemanfaatan buku KIA oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota, Puskesmas dan
penanggung jawab kesehatan lainnya dan belum terdapat evaluasi untuk menilai
pemanfaatan buku KIA oleh ibu maupun keluarga (Kemenkes, 2016).

Peraturan Presiden Republik Indonesia no. 59 tahun 2017: Pelaksanaan


Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia tahun 2018: Standar Pelayanan Minimal. Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. HK.02.02/MENKES/52/2015: Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 61
tahun 2017: Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Non Fisik Bidang
Kesehatan Tahun Anggaran 2018.

VISI: Sebuah negara di mana para pemangku kepentingannya terjalin dalam


kemitraan yang berkontribusi nyata bagi peningkatan keselamatan ibu dan bayi baru lahir

MISI

1. Misi Multistakeholder Advisory Body ini adalah untuk:

7
2. Memberikan arahan kepada pelibatan pemangku kepentingan, fasilitasi kemitraan,
investasi, dan proses kolaborasi terkait upaya percepatan penurunan kematian ibu dan
bayi baru lahir.
3. Memberikan pandangan untuk memastikan segala intervensi yang dijembatani
USAID Jalin didasari pada bukti ilmiah yang paling relevan dan terkini.
4. Memberikan masukan demi memastikan bahwa intervensi yang didukung oleh
USAID Jalin dapat diperluas dan berkelanjutan.
5. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap proses-proses mewujudkan kemitraan
dan investasi di nasional maupun di daerah yang berpotensi membawa dampak yang
nyata untuk menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir.
6. Mendukung upaya Jalin untuk memobilisasi sumber-sumber pembiayaan dalam
negeri demi keberlanjutan intervensi keberlangsungan hidup ibu dan bayi baru lahir.

PERAN

1. Penasehat: memberikan arahan untuk penentuan prioritas teknis, program, dan


investasi finansial.
2. Perluasan Jejaring: menghubungkan dan memperluas jejaring dengan pemangku
kepentingan yang siap berkolaborasi.
3. Advokasi: turut mempromosikan pentingnya kesehatan ibu dan bayi baru lahir,
pemanfaatan bukti ilmiah, peran serta beragam pemangku kepentingan, dan
memperluas sumber-sumber pembiayaan untuk kemitraan yang dijalin.

Keluarga Berencana atau KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalaui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesehatan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia da sejahtera. ( Jitowiyono Sugeng,15:2019)

Peran Pemerintah tidak lepas dengan adanya strategi dan kebijakan untuk lebih
baiknya program ini berjalan dan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
masyarakat. Selain itu perlu adanya partisipasi masyarakat untuk berjalan atau tidaknya
program tersebut. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera berawal dari keluarga

8
yang sejahtera dan bahagia. Salah satu kehidupan sejahtera di keluarga dapat dilihat
dengan keadaan kesehatan lebih baik.

Tujuan program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KB), selain


meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak, juga menekan laju pertumbuhan penduduk.
Laju pertumbuhan penduduk akan menjadi masalah yang besar jika tidak ditangani secara
serius, karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa disertai pertambahan produksi
akan menjadi beban yang berat bagi pemerintah daerah. Meningkatkan mutu atau kualitas
spelayanan KB memang diperlukan mengingat bahwa mutu pendidikan anggota
masyarakat makin bertambah.

B. Penanganan komplikasi kesehatan ibu dan anak di NTT


1. Jampersal
Jampersal diluncurkan pada bulan Januari 2011 oleh pemerintah Indonesia
sebagai upaya terobosan untuk mengurangi tingginya Angka Kematian Ibu (AKI)
dan Angka Kematian Balita dan Anak (AKBA) Indonesia yang masih jauh dari
target pencapaian MDGs pada tahun 2015, dan dari target pencapaian RPJMN.
Kemenkes menggambarkan tingginya AKI dan AKB adalah akibat dari
faktor resiko keterlambatan yang dikenal sebagai Tiga Terlambat, yaitu:
a. Terlambat dalam mengambil pemeriksaan kehamilan (terlambat
mengambil keputusan)
b. Terlambat dalam memperoleh pelayanan persalinan dari tenaga
kesehatan
c. Terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat dalam keadaan
emergency
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan pada kelompok sasaran miskin (Kuintil 1) baru mencapai
63,9%, jauh dari persentase nasional yaitu 82,2%. Sedangkan persalinan yang
dilakukan di fasilitas kesehatan masih mencakup 55,4%, sisanya di rumah dan
tempat lain. Di antara yang melahirkan di rumah, masih terdapat 40,2% yang
ditolong oleh non nakes. Hal ini disebabkan oleh kesulitan akses ke fasilitas
kesehatan dan tenaga kesehatan bagi ibu hamil dan melahirkan baik karena

9
hambatan geografis maupun keuangan, dan perawatan saat melahirkan dan sesaat
setelah melahirkan, dimana 90% komplikasi terjadi pada masa-masa ini.
Turunnya angka prevalensi penggunaan alat kontrasepsi pada masa setelah Orde
Baru juga berpengaruh dalam menyumbang pada kenaikan jumlah kehamilan
beresiko.
Definisi Jampersal ialah “Jaminan pembiayaan yang digunakan untuk
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk
pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir”1Secara umum,
Jampersal bertujuan untuk menjamin akses pelayanan persalinan yang dilakukan
oleh dokter atau bidan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB. Sedangkan
tujuan khususnya adalah:
a. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan
pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
b. Meningkatnya cakupan pelayanan: – bayi baru lahir – KB pasca persalinan. –
penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB
pasca persalinan. oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan
akuntabel. Jampersal adalah perluasan kepesertaan Jamkesmas (Jaminan
Kesehatan Masyarakat), namun bersifat universal, pada semua kelompok
pendapatan dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja. Jampersal
juga bersifat portable, yaitu tidak hanya berlaku di wilayah tertentu saja, dan
berjenjang (pusat, provinsi, kabupaten/kota), yang merupakan bagian integral
dari Jamkesmas dan dikelola mengikuti tata kelola Jamkesmas.
Sasaran dan Manfaat Jampersal Kelompok sasaran program Jampersal
yaitu mereka yang berhak mendapatkan pelayanan yang berkaitan langsung
dengan kehamilan dan persalinan baik normal maupun dengan komplikasi atau
resiko tinggi untuk mencegah AKI dan AKB dari suatu persalinan, adalah:
a. Ibu hamil
b. Ibu bersalin
c. Ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan)

10
d. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari) Perkiraan jumlah sasaran adalah
60% dari estimasi proyeksi jumlah persalinan. Sedangkan manfaat pelayanan
Jampersal meliputi tiga jenis pelayanan utama yaitu pemeriksaan kehamilan
(Ante Natal Care), persalinan dan pelayanan nifas (Post Natal Care).
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sendiri, berbagai indikator
kesehatan masih menunjukkan ketertinggalan yang cukup berarti secara nasional,
dan termasuk 10 daerah yang bermasalah kesehatan
Namun demikian, dalam hal penyerapan anggaran kesehatan, NTT secara
umum memiliki persentase penyerapan yang sangat rendah, yang hanya mencapai
53,06 persenyang artinya belum optimalnya upaya memperbaiki status kesehatan
masyarakat, walaupun dengan anggaran yang (bahkan) belum
maksimalKhususnya dalam hal kesehatan ibu dan anak, Angka Kematian Ibu
yang paling parah di Indonesiayang seluruhnya menyumbang 50 persen kematian
ibu secara nasional)jauh dari status nasional
Beberapa Indikator Kesehatan NTT dan indikator AKB / IMRAKI /
MMRAK Balita Umur Harapan Hidup Oleh karena ketertinggalan yang
“Revolusi KIA” (Kesehatan Ibu dan Anak) sejak tahun 2009 melalui Pergub NTT
No.42/2009 tujuannya ialah: “Tercapainya percepatan penurunan kematian Ibu
melahirkanmelalui persalinan di fasilitaspada tahun 2004 menjadi 153/100.000
KH pada tahun 2013,KH tahun 2004 menjadi 27/1000Dengan sasaran program ini
yang juga adalah semua ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas serta bayi baru lahir
yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, program ini dapat dikatakan
Jampersal.
Penekanan utama Revolusi KIA ialah mendorong persalinan yang ditolong
olehkesehatan di fasilitas kesehatan yang memadai, karena masih rendahnya
nakes (Grafik 3) dan persalinan di fasProsentase Penolong Persalinan di NTT
(Riskesdas 2007) DukunNamun demikian, dalam hal penyerapan anggaran
kesehatan, NTT secara umum memiliki persentase penyerapan yang sangat
rendah, yang hanya mencapai 53,06 persenyang artinya belum optimalnya upaya
memperbaiki status kesehatan masyarakat, walaupun dengan anggaran yang
(bahkan) belum maksimal. Khususnya dalam hal kesehatan ibu dan anak, NTT

11
adalah termasuk lima provinsi yang memiliki g paling parah di Indonesia(yang
lainnya adalah Banten, Jabar, Jatengyang seluruhnya menyumbang 50 persen
kematian ibu secara nasional)dengan kesenjangan cukup 4). Tabel 4 Beberapa
Indikator Kesehatan NTT dan Nasional NTTNASIONAL57/1.000
34/1.000306/100.000228/100.000 80/1.000 44/1.000 Umur Harapan Hidup65,1
tahun70,5 tahun Sumber: Riskesdas 2007 (Presentasi Kadinkes)Oleh karena
ketertinggalan yangcukup jauh ini, pemerintah Provinsi NTT
mencanangkan“Revolusi KIA” (Kesehatan Ibu dan Anak) sejak tahun 2009
melalui Pergub NTT No.42/2009.
Tercapainya percepatan penurunan kematian Ibu melahirkandan kematian
Bayi Baru Lahmelalui persalinan di fasilitaskesehatan yang memadai dan siap 24
jam dari 554/100.000 KH pada tahun 2004 menjadi 153/100.000 KH pada tahun
2013,dan kematian bayi dari 62/1000 KH tahun 2004 menjadi 27/1000 KH pada
tahun 2013”. ni yang juga adalah semua ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas serta
bayi baru lahir yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, program ini dapat
dikatakan enekanan utama Revolusi KIA ialah mendorong persalinan yang
ditolong olehkesehatan di fasilitas kesehatan yang memadai, karena masih
rendahnya persalinan yang ditolong dan persalinan di faskes (Grafik 4). Grafik 3
Prosentase Penolong Persalinan di NTT (Riskesdas 2007)
Namun demikian, dalam hal penyerapan anggaran kesehatan, NTT secara
umum memiliki persentase penyerapan yang sangat rendah, yang hanya mencapai
53,06 persen (Kemenkes,2009), yang artinya belum optimalnya upaya
memperbaiki status kesehatan masyarakat, walaupun dengan termasuk lima
provinsi yang memiliki angka kematian ibu yang paling parah di Indonesia
Dengan demikian adanya Jampersal berarti menjadi suatu komplemen
bagi program Revolusi KIA pemerintah daerah NTT. Pada saat diluncurkan tahun
2011, dana Jampersal yang disalurkan ke Provinsi NTT untuk pelayanan dasar
adalah sebesar Rp 20.540.606.000, yang dibagikan kepada 21 kabupaten/kota di
NTT (sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 515/MENKES/SK/III/2011).
Sedangkan masalah-masalah yang dihadapi kurang lebih sama dengan di daerah
lain yaitu keterlambatan, kurang sosialisasi, dll. Monitoring Jampersal yang

12
dilakukan oleh PMPE UGM pada tahun 2011 di NTT mendapati isu-isu yang
dikemukakan oleh responden studi antara lain adalah:
a. Jampersal sangat sesuai dengan Revolusi KIA
b. Ada bidan kurang puas karena pendapatan berkurang
c. Pasien masih harus membeli obat sendiri
d. Hanya penduduk sekitar RS yang memanfaatkan
e. Jasa pelayanan tertunda 6 – 7 bulan

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama
pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin dan bayi neonatal. Salahsatu tujuan
program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit pada ibu dan anak melalui
peningkatan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu dan
prenatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan primer (Sistriani, 2014).
Keluarga Berencana atau KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalaui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesehatan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia da sejahtera.

B. Saran
Sebagai penulis menyarankan untuk menjalankan program KIA karena program ini bisa
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak

14
DAFTAR PUSTAKA
Jitowiyono Sugeng, Roul Abdul Masniah. 2019. Kelurga Berencana Dalam Perspektif Bidan.
Yogyakrta: PT. Pustaka Baru.
Wahyuni Dwi Eli. 2018. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
Maternity Daenty dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Penerbit Andy
Perkumpulan Prakarsa Piar NTT. 2012. Kesehatan ibu anak dan Jampersal di Nusa Tenggara
Timur. Jakarta dan Kupang: Prakarsa
Muchtar Asmujeni. 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Bakti Husada
Darwis D. Sudarwan. 2016. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta: Kedokteran EGC.

15

Anda mungkin juga menyukai