Respon pemerintah dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia berkembang
sangat dinamis baik dalam bentuk kebijakan maupun programnya. Namun, sampai saat ini
ada pandangan bahwa kebijakan AIDS kurang dilihat sebagai bagian dari sistem kesehatan,
meskipun pada sisi yang lain telah banyak upaya dilakukan untuk mengkaitkan kebijakan
AIDS ini dengan sistem kesehatan. Sebagai gambaran, program pencegahan belum berjalan
maksimal karena ketiadaan kebijakan opersional. Berbeda dengan kebijakan pengobatan
dan perawatan dimana pedoman operasionalnya sudah mengadopsi kebijakan pengobatan
dan perawatan penyakit menular umumnya. Akibatnya timbul kesenjangan program
pencegahan dibanding dengan upaya pengobatan dan perawatan.
Selain itu, kajian yang dilakukan oleh PKMK-FK UGM (2015)1 menunjukkan peran para
pemangku kepentingan penanggulangan HIV dan AIDS yang mempunyai kekuasaan politis
dan birokrasi tinggi belum menunjukkan kepentingan yang tinggi dalam upaya
penanggulangn HIV dan AIDS. Akibatnya, adopsi dan penerimaan kebijakan dan program
AIDS oleh pemerintah daerah ke dalam sistem kesehatan umum di daerah masih rendah.
Walaupun ada kebijakan, namun pelaksanaannya belum optimal sehingga dukungan daerah
kecil seperti anggaran dari APBD untuk HIV dan AIDS belum bisa menggantikan anggaran
dari MPI, selain itu partisipasi masyarakat dalam upaya penanggulang HIV dan AIDS pun
belum memberikan kontribusi yang bermakna dalam pembuatan kebijakan. Dinamika ini
menimbulkan tantangan tersendiri yakni bagaimana menempatkan kebijakan dan program
AIDS ini dalam sistem kesehatan yang ada? Banyak isu strategis yang masih menjadi
permasalahan dalam penanggulangan AIDS dalam sistem kesehatan nasional. Dalam
konteks pencegahan dan penanggulangan AIDS, beberapa pertanyaan strategis, antara lain;
1) Apakah kebijakan AIDS merupakan bagian dari sistem kesehatan? 2) Bagaimana dampak
desentralisasi terhadap penanggulangan AIDS? 3) Bagaimana pendekatan hulu hilir, mulai
dari pencegahan sampai ke kuratif? 4) Apakah perlu ada jaringan kebijakan AIDS untuk
memperbaiki kebijakan yang sudah ada? 5) Apakah sistem kesehatan itu dan bagaimana
sebenarnya keterkaitannya dengan kebijakan AIDS atau sebaliknya? 6) Apakah AIDS bagian
dari Sistem Kesehatan di pusat dan di daerah?
Untuk mampu mengantisipasi dan menyikapi berbagai isu-isu strategis tersebut, Pusat
Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (PKMK
FK UGM) melaksanakan Kursus Kebijakan Penanggulangan HIV dan AIDS dan Sistem
Kesehatan. Tujuan dari kursus ini pada dasarnya adalah untuk memperkuat kapasitas para
pelaku penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia dalam melakukan analisis kebijakan dan
sekaligus mampu merekomendasikan kebijakan yang berbasis pada bukti. Kursus pernah
dilakukan untuk dua angkatan: Angkatan I, pesertanya adalah para peneliti dari berbagai
universitas yang menjadi mitra PKMK FK UGM dalam penelitian integrasi upaya
penanggulangan HIV dan AIDS ke dalam sistem kesehatan nasional. Angkatan II, pesertanya
beragam terdiri dari KPAD, Dinkes, Sekolah Tinggi Kesehatan, Kementerian Sosial, pegawai
1
PKMK-FK UGM, 2015. Integrasi Upaya pengguangulangan Hib dan AIDS ke dalam Sistem Kesehatan
1
puskesmas dan satu orang dari LSM. Untuk angkatan ketiga ini pesertanya adalah sektor
komunitas, berupa Organisasi Masyarakat Sipil (OMS), organisasi berbasis komunitas (OBK),
dan organisasi berbasis agama/kepercayaan yang berperan penting dalam penanggulangan
HIV dan AIDS2, Populasi kunci, KDS, ODHA, perwakilan KPAD dan SKPD anggota KPAD,
dosen, peneliti dan pemerhati kesehatan dan AIDS.
Kursus ini dirancang dengan menggunakan sarana teknologi yang ada, dengan metode
campuran (blended learning) antara tatap muka dan online (web based) dengan aplikasi
webinar dengan memberikan fokus pada proses pembelajaran untuk memahami berbagai
isu strategis tersebut di atas. Kegiatan ini juga adalah upaya untuk penyebaran ilmu
pengetahuan secara luas yang efektif dan efisien, dalam artian para peserta belajar tidak
harus datang dan meninggalkan tugas rutin mereka, tapi bisa mengikuti pembelajaran via
web.
Tujuan:
1. Memahami dan mampu melakukan analisis dan evaluasi komponen dan fungsi sistem
kesehatan yang diperlukan untuk penguatan respon HIV dan AIDS serta mampu
menyediakan rekomendasi yang konkrit terhadap kebijakan yang diperlukan di pusat
dan di berbagai daerah.
2. Menganalisis strategi advokasi untuk mendorong peran yang lebih besar sektor
kesehatan dalam respon HIV dalam konteks sistem kesehatan yang ada.
3. Menganalisis kesenjangan layanan kesehatan bagi kelompok yang terdampak oleh HIV
dan AIDS dan mampu menyediakan rekomendasi untuk memperbaiki akses terhadap
layanan tersebut melalui partisipasi yang lebih besar dari kelompok yang terdampak.
Materi Kursus:
a. Sistem Kesehatan dan Desentralisasi Politik: Desentralisasi Politik dan sektor
kesehatan, tujuan dari sistem kesehatan, aktor yang terlibat dalam sistem kesehatan,
kerangka analitik untuk menilai kinerja sistem kesehatan, hubungan dan saling
keterkaitan komponen sistem kesehatan
b. Organisasi Sistem Kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan: desentralisasi dan tata
kelola, pembiayaan pemerintah dan swasta, pendekatan vertikal dan horizontal,
strategi untuk mengoptimalkan struktur organisasi dan integrasi.
c. Perluasan Respon AIDS dan Sistem Kesehatan, dalam konteks Jaringan Kesehatan:
keterkaitan antara perluasan respon AIDS dengan fungsi dan komponen sistem
kesehatan, dampak AIDS pada sistem kesehatan, indikator yang perlu dikembangkan
terkait dengan penguatan sistem kesehatan untuk memperkuat respon AIDS, sumber
daya manusia dan isu tentang stigma dan diskriminasi (AIDS dan latar belakang
perilaku)
2
Istilah ini mengikuti istilah yang dipakai oleh berbagai organisasi dan ahli dalam sektor komunitas, seperti
Alliance et.al, 2007; Asthana and Oostvogels, 1996; Bernet et.al., 2001; UNAIDS, 2008 dalam PKMK FK UGM,
2015; Tinjauan Respon Sektor Komunitas dalam penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia
2
d. Sistem Penguatan Masyarakat Sipil: komponen utama fungsi dari sistem penguatan
masyarakat sipil, kebutuhan bagi penguatan masyarakat sipil dalam konteks respon
HIV dan AIDS dan keterkaitan antara penguatan sistem masyarakat sipil dengan
penguatan sistem kesehatan.
e. Layanan HIV, aksesibilitas dan Artikulasi Kepentingan kelompok Populasi Kunci dan
Masyarakat: ketersediaan layanan bagi kelompok populasi kunci, prinsip GIPA, isu-isu
sensitif dari kelompok populasi kunci, transparansi dan akuntabilitas layanan.
f. Penelitian Kebijakan AIDS dan Penulisan Paper Kebijakan AIDS: Pemahaman akan
metode penelitian kebijakan, topik-topik prioritas penelitian kebijakan AIDS,
menyusun policy paper.
Metode Kursus:
Kursus dilakukan dengan metode tatap muka dan juga model campuran (blended) antara
tatap muka dan web-based-learning bagi peserta dari luar Yogyakarta
Narasumber/Fasilitator:
Peneliti Kebijakan Kesehatan dan HIV & AIDS
Praktisi penanggulangan AIDS baik dari sektor pemerintah dan non-pemerintah
Waktu Kursus:
Kursus dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016
3
Sertifikat
Peserta yang mengikuti secara penuh semua rangkaian kegiatan kursus akan mendapatkan
sertifikat.
Jadwal Pelaksanaan
Pertemuan tatap muka pertama akan dilakukan pada tanggal 24-25 Februari 2016, di
Yogyakarta
Hari I
Waktu Materi Nara Sumber
08.00 – 10.00 Sistem Kesehatan Nasional Praptoraharjo, PhD
10.00 – 10.30 Break
10.30 - 12.30 Organisasi Kesehatan Dr Ita Perwira, MPH
12.30 – 14.00 Break Lunch
14.00 – 15.30 Perluasan Respons AIDS dan Sistem
Kesehatan M.Suharni, MA
15.30 – 16.00 Break
16.00 - 17.00 Penguatan Sistem Komunitas Hersumpana, MA
Hari II
Waktu Materi Nara Sumber
8.00 – 10. 00 Layanan HIV aksesibilitas dan artikulasi dr. Satiti P Retno, SPKK (K)
Kepentingan Kelompok Populasi Kunci dan
Masyarakat
10.00 -10.30 Break
10.30 -12. 30 Penulisan Paper Kebijakan dr. Mubasysyir Hasanbasri,
MA
12.30 – 14.00 Break
14.00 - 15.30 RTL M. Suharni, M.A
15.30 - 16.00 Break
16.00 – 16.30 Penutupan Eviana Hapsari Dewi, M PH
4
Jadwal Kursus Reguler Maret – April 2016
Kontak person