Anda di halaman 1dari 35

EVALUASI SISTEM SURVEILENS HIV

DI PUSKESMAS SENTANI

Disusun Oleh :
Maria Rud Woisiri 20180711014189 Jessy rosani kewasare 20180711014258
Belandina F Griapon 20180711014022 Jeane P Soetimo 2020072014089
Renny J mokay 20180711014080 Geneyra Naomi Purba 201807110104043

Latina wanena 20180711014180

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Evaluasi
Sistem Surveilans HIV”

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada Mata Kuliah Evaluasi Sistem Surveilans Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang sistem surveilans pada penyakit HIV bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami menyadari, makalah yang Kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jayapura, 2 November 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................... 2

BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................................................ 3

2.1. Surveilans HIV/AIDS ................................................................................................ 3

2.2. Jenis-Jenis Surveilans HIV/AIDS ............................................................................ 5

2.3. Monitoring dan Evaluasi .......................................................................................... 6

2.4. Definisi Evaluasi ........................................................................................................ 8

2.5. Ruang Lingkup Evaluasi ....................................................................................... 12

2.6. Tujuan Evaluasi....................................................................................................... 13

2.7. Prosedur Evaluasi ................................................................................................... 14

2.8. Undang-Undang Surveilans HIV/AIDS ................................................................ 14

BAB III Metode Evaluasi ........................................................................................................ 15

3.1. Jenis Penelitian ........................................................................................................ 15

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................. 15

3.3. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ...................................................... 15

3.4. Pengolahan dan Analisis Data ................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah jenis virus yang menyerang atau
menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.
AIDS (Aquired Immune Deficiency Syndrom) adalah sekelompok sekelompok gejala
penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan Tubuh yang disebabkan oleh
HIV.(Kemenkes 2013) Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus
yang menyerang sel darah putih didalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan
turunnya kekebalan tubuh manusia dan membuatnya lebih rentan terhadap berbagai
penyakit,sulit sembuh dari berbagai penyakit infeksi oportunistik. Dan bisa
menyebabkan kematian (Dirjen P2PL RI 2012).Sedangkan Acquired
Immunodeficiency Syndrom (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena
rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat virus HIV (Depkes RI 2012). HIV
dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari orang yang terinfeksi,
seperti darah,ASI (Air Susu Ibu),semen dan cairan vagina.HIV juga dapat ditularkan
dari seorang ibu keanaknya selama masa kehamilan sampai persalinan.HIV tidak
menular melalui kontak sehari-hari seperti mencium,berpelukan,berjabat tangan,atau
berbagi makanan dan minuman. (WHO,2018).Pada tahun 2018 populasi terinfeksi
HIV terbesar di dunia adalah Benua Afrika dengan jumlah kasus (25,7 juta orang),
kemudian di Asia Tenggara (3,8 juta),dan di Amerika (3,5 juta).(WHO 2018).
Kementrian Kesehatan mencatat,jumlah kasus HIV terus meningkat sejak tahun 2010-
2019.Angkanya mencapai 50.282 kasus pada tahun 2019,naik 7,78% dibandingkan
tahun sebelumnya.Sementara, jumlah kasus AIDS cendurung fluktuatif mengarah ke
penurunan. Bahkan kemenkes mencatat kasus AIDS berkurang 30,95% menjadi
7.036 kasus pada 2019. Provinsi Papua hingga triwulan pertama berdasarkan data
Dinas Kesehatan Provinsi mencapai angka 40.805 Kasus.Dari temuan kasus yang
HIV/AIDS yang dilaporkan terbanyak Kabupaten Nabire yakni sebanyak 7.436
Kasus, selanjutnya Kota Jayapura sebanyak 6.765 Kasus, dan Kabupaten Jayawijaya
6.242 Kasus.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah
Bagaimana evaluasi sistem surveilans HIV AIDS di Puskesmas Kota Sentani
Kabupaten Jayapura ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui evaluasi sistem surveilans HIV AIDS di Puskesmas Sentani
Kabupaten Jayapura.

2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pelaksanaan surveialns HIV/AIDS di Puskesmas Sentani
Kabupaten Jayapura ditinjau dari aspek input meliputi sumber daya, biaya,dan
waktu.
2. Mengetahui pelaksanaan surveilans HIV/AIDS di Puskesmas Sentani di tinjau
dari aspek output meliputi informasi dan indikator program HIV/AIDS yang
dihasilkan
3. Mengetahui pelaksanaan surveilans HIV/AIDS di Puskesmas Sentani di tinjau
dari atribut-atribut surveilans meliputi

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Kepala Puskesmas
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan pengambilan keputusan
bagi Kepala Puskesmas maupun pengelolah program HIV/AIDS

2. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman dalam mengaplikasikan teori yang telah dipeoleh
selama berada di bangku perkuliahan ke dalam suatu penelitian dengan
menggunakan pola pikir yang ilmiah, serta dapat menambah pengetahuan
khususnya mengenai masalah surveilans.

3. Bagi Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih


Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk menambah mengenai
masalah surveilans,khususnya surveilans HIV/AIDS.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Surveilans HIV/AIDS


a. Dasar Surveilans
Surveilans HIV/AIDS adalah metode untuk mengetahui tingkat masalah melalui
pengumpulan data yang sistematis dan terus menerus terhadap distribusi dan
kecenderungan infeksi HIVdan penyakit terkait lainnya. Tujuan dari surveilans AIDS
ini adalah memberikan suatu data terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia agar
melakukan suatu perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan terhadap
penanggulangan AIDS di Indonesia. Sedangakn definisi kasus AIDS guna keprluan
surveilans sendiri adalah seseorang yang HIV positif dan didapatkan minimal 2 tanda
mayaor seperti diare kronis selama 1 bulan, berat badan menurun lebih dari 10%
dalam 1 bulan, demam berkepanjangan, dll disertai dengan 1 tanda minor yaitu seperti
salah satunya batuk menetap selama kuarang lebih 1 bulan dan dermatitis generalisata
yang disertai sensasi gatal.
Prosedur pemeriksaan darah untuk penderita AIDS adalah yang pertama harus
mengisi informed consent yang artinya ketersediaan subjek untuk diambil darahnya
kemudian diberikan konseling sebelum serta sesudah test terhadap subjek dan yang
terpenting harus rahasia agar subjek yag diambil darahnya merasa nyaman dan tidak
timbul rasa khawatir misalnya tidak di beri nama bisa langsung nama kota atau nama
samara saja. Cara pencatatan kasus surveilans AIDS yaitu yang pertama malakukan
pemeriksaan fisik terhadap penderita yang mencurigakan terkena AIDS seperti
terdapat 2 tanda mayor serta 1 tanda minor, kedua yaitu pemeriksaan laboratorium
untuk menguatkan dugaan terhadap penderita, selanjutnya pemeriksaan laboratorium
akan menghasilkan data apakah penderita positif AIDS atau tidak. Apabila penderita
positif menderita AIDS maka wajib mengisi formuir penderita AIDS agar semua
kasus dapat dilaporkan baik yang sudah meninggal atau yang masih hidup, untuk
yang sudah meninggal meskipun sebelumnya sudah lapor pada saat meninggal juga
wajib lapor, karena penguburan mayat positif AIDS berbeda dengan yang biasa.
Pelaporan kasus surveilans AIDS yaitu dengan menggunakan formulir dari laporan
penderita positif AIDS yang kemudian laporan kasus ini dikirim secepatnya tanpa
menunggu suatu periode waktu dan harus dilaporkan pada saat menemukan penderita

3
positif AIDS bisa melalui fax atau email untuk sementara tetapi kemudian disusul
dengan data secara tertulis.

b. Surveilans Sentinel HIV


Pengertiannya adalah melakukan kegiatan untuk menganalisis secara terus menerus
untuk menurunkan risiko terjadinya peningkatan serta penularan HIV dengan
menggunakan populasi sentinel atau kelompok tertentu pada lokasi tertentu untuk
memantau prevalensi penyakit tertentu seperti HIV misalanya pada tempat lokalisasa
atau pada kelompok berisiko tertentu yaitu seperti PSK, pengguna NAPZA dan waria
agar dapat melakukan pencegahan dan penanggulangn HIV serta memberikan
informasi terhadap pelayanan kesehatan.
Tujuan surveilans sentinel HIV sendiri adalah melakukan pemeriksaan
seroprevalens HIV pada kelompok risiko pada klinik, kemudian memantaun
kecenderungan infeksi HIV serta dampak dari pemberian program pada kelompok
tersebut. menyediakan data tentang proyeksi kasus HIV/AIDS di Indonesia
berdasarkan kegiatan analisis dan menyediakan informasi untuk perencanaan
pencegahan dan penanggulangan terhadap pelayanan kesehatan.
Tes HIV dilakukan tanpa memberikan identitas dengan menggunakan kode tertentu
yng tidak dapat dikaitkan dengan subjek yang diambil darahnya, misalnya
menggunakan nama kotanya saja atau nama samaran, yang tidak ada kaitannya dengan
subjek agar dapat menjaga kerahasiaan, karena penderita HIV/ AIDS sekarang
cenderung terdiskriminasi dan dikucilkan dari kelompok yang lainnya karena dianggap
sebagai penyakit kutukan dari tuhan terhadap balasan apa yang telah diperbuat, dan itu
persepsi yang salah karena penularan HIV/AIDS tidak hanya karena perilaku seks
dengan berganti-ganti pasangan tetapi bisa saja dari pisau cukur yang sebelumnya di
gunakan oleh penderita HIV/AIDS, atau mendapatkan donor darah dari penderita
HIV/AIDS yang tidak ada sangkut pautnya dengan hubungan seks.

c. Survei Surveilans Perilaku


Tujuan survey surveilans perilaku yaitu melakukan pemantuan terhadap perilaku
seksual dari kelomok berisiko dari waktu ke waktu untuk menyediakan informasi guna
menilai efektifitas dari upaya pencegahan yang telah dilakukan serta mengembangkan
program selanjutya. Peranan dari surveilans perilaku ini adalah sebagai sitem
peringatan dini, perencanaan suatu program pencegahan dan penanggulangan dan

4
membantu evaluasi program serta membantu menjelaskan perubahan suatu prevalensi.
Prinsip dari pelaksanaan surveilans perilaku sama dengan surveilans HIV yaitu survei
yang dilakukan berulang untuk mengumpulkan data tentang perilaku terhadap populasi
berisiko tertular seperti PSK, waria, pengguna NAPZA suntik dan lain-lain
d. Surverilans Generasi Kedua
Surveilans ini lebih mementingkan penggunaan data mengenai perilaku terhadap
suatu populasi, yang potensial tertular HIV/AIDS sebagai informasi dan menjelaskan
tren HIV pada pada suatu populasi. Surveilans generasi kedua ini merupakan
penggabungan dari surveilans biologis dan surveilans perilaku, informasi yang penting
didapatkan dari surveilans generasi kedua ini adalah perilaku suatu populasi yang
berisiko tertular HIV sebagai system kewaspadaan dini, kemudian mengambil
informasi dari perilaku populasi berisiko tinggi untuk membuat suatu program agar
terpusat dan tepat pada sasaran, serta mendapatkan informasi terhadap perilaku apa
saja yang bisa diubah untuk mencegah penularan, dan melakukan pengamatan perilaku
suatu populasi yang sudah diberikan program kemudian di evaluasi hasilnya apakah
perilaku populasi tersebut berubah yang artinya perilalku tersebut dapat menurunkan
prevalensi HIV pada populasi itu.

2.2 Jenis-Jenis Surveilans HIV/AIDS


1. Surveilans Individu
Surveilans individu (individual surveillance) mendeteksi dan memonitor individu-
individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes,
cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. Surveilans individu
memungkinkan dilakukannya isolasi institusional segera terhadap kontak,sehingga
penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. Sebagai contoh, karantina merupakan
isolasi institusional yang membatasi gerak dan aktivitas orang-orang atau binatang
yang sehat tetapi telah terpapar oleh suatu kasus penyakit menular selama periode
menular. Tujuan karantina adalah mencegah transmisi penyakit selama masa
inkubasi seandainya terjadi infeksi (Last, 2001).
Isolasi institusional pernah digunakan kembali ketika timbul AIDS 1980an dan
SARS. Dikenal dua jenis karantina: (1) Karantina total; (2) Karantina parsial.
Karantina total membatasi kebebasan gerak semua orang yang terpapar penyakit
menular selama masa inkubasi, untuk mencegah kontak dengan orang yang tak
terpapar. Karantina parsial membatasi kebebasan gerak kontak secara selektif,

5
berdasarkan perbedaan tingkat kerawanan dan tingkat bahaya transmisi penyakit.
Contoh, anak sekolah diliburkan untuk mencegah penularan penyakit
campak, sedang orang dewasa diperkenankan terus bekerja. Satuan tentara yang
ditugaskan pada pos tertentu dicutikan, sedang di pospos lainnya tetap bekerja.
Dewasa ini karantina diterapkan secara terbatas, sehubungan dengan masalah legal,
politis, etika, moral, dan filosofi tentang legitimasi, akseptabilitas, dan efektivitas
langkah-langkah pembatasan tersebut untuk mencapai tujuan kesehatan masyarakat
(Bensimon dan Upshur, 2007).

2. Surveilans Penyakit
Surveilans penyakit (disease surveillance) melakukan pengawasan terus menerus
terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan
sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian,
serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit,
bukan individu. Di banyak negara, pendekatan surveilans penyakit
biasanya didukung melalui program vertikal (pusat-daerah). Contoh, program
surveilans tuberkulosis, program surveilans malaria. beberapa dari system
surveilans vertikal dapat berfungsi efektif,tetapi tidak sedikit yang tidak terpelihara
dengan baik dan akhirnya kolaps,karena pemerintah kekurangan biaya. banyak
program surveilans penyakit vertical yang berlangsung parallel antara satu penyakit
dengan penyakit lainnya, mengeluarkan biaya untuk sumber daya masing-masing
dan memberikan informasi duplikatif, sehingga mengakibatkan inefisiensi.

3. Surveilans Sindromik
Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) melakukan
pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan
masing-masing penyakit. Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-
indikator kesehatan individual maupun populasi yang bisa diamati
sebelum konfirmasi diagnosis. Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator
individu sakit, seperti pola perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium,
yang dapat ditelusuri dari aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi
laboratorium tentang suatu penyakit. Surveilans sindromik dapat dikembangkan
pada level lokal, regional, maupun nasional. Sebagai contoh, Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) menerapkan kegiatan surveilans sindromik berskala

6
nasional terhadap penyakit-penyakit yang mirip influenza (flu-like
illnesses) berdasarkan laporan berkala praktik dokter di AS. Dalam surveilans
tersebut, para dokter yang berpartisipasi melakukan skrining pasien berdasarkan
definisi kasus sederhana (demam dan batuk atau sakit tenggorok) dan
membuat laporan mingguan tentang jumlah kasus, jumlah kunjungan menurut
kelompok umur dan jenis kelamin, dan jumlah total kasus yang teramati.
Surveilans tersebut berguna untuk memonitor aneka penyakit yang
menyerupai influenza, termasuk flu burung, dan antraks, sehingga dapat
memberikan peringatan dini dan dapat digunakan sebagai instrumen
untuk memonitor krisis yang tengah berlangsung (Mandl et al., 2004; Sloan et al.,
2006). Suatu sistem yang mengandalkan laporan semua kasus penyakit tertentu dari
fasilitas kesehatan, laboratorium, atau anggota komunitas, pada lokasi tertentu,
disebut surveilans sentinel.

4. Surveilans Berbasis Laboratorium


Surveilans berbasis laboratorium digunakan untuk mendeteksi dan
menonitor penyakit infeksi. Sebagai contoh, pada penyakit yang ditularkan melalui
makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah laboratorium sentral untuk
mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi outbreak penyakit dengan
lebih segera dan lengkap daripada sistem yang mengandalkan pelaporan sindroma
dari klinik-klinik (DCP2, 2008).

5. Surveilans Terpadu
Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan
semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/
kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan
struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Kendatipun
pendekatan surveilans terpadu tetap memperhatikan perbedaan kebutuhan data
khusus penyakit-penyakit tertentu (WHO, 2001, 2002; Sloan et al., 2006).
Karakteristik pendekatan surveilans terpadu:
1) Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common services);
2) Menggunakan pendekatan solusi majemuk;
3) Menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural;

7
4) Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni,
pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung
surveilans (yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan
laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya);
5) Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit. Meskipun
menggunakan pendekatan terpadu, surveilans terpadu tetap memandang
penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda
(WHO,2002).

6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global


Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan
binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas
negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara
berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut. Timbulnya
epidemi global (pandemi) khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang
terpadu di seluruh dunia, yang manyatukan para praktisi kesehatan,
peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional untuk memperhatikan kebutuhan-
kebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas negara. Ancaman aneka penyakit
menular merebak pada skala global, baik penyakit-penyakit lama yang muncul
kembali (re-emerging diseases), maupun penyakit-penyakit yang baru muncul (new
emerging diseases), seperti HIV/AIDS, flu burung, dan SARS. Agenda
surveilans global yang komprehensif melibatkan aktor aktor baru, termasuk
pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006; DCP2,
2008).
2.3 Monitoring Dan Evaluasi
a.Monitoring
Monitoring merupakan pengawasan rutin terhadap informasi penting dari kegiatan
Surveilens Sentnell Hiv yang sedang dilaksanakan dan hasil-hasil program yang harus
dicapai. Pada pelaksanaan Surveilans Sentinel Hiv, monitoring dilakukan melalui
sistem pencatatan dan pelaporan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Laboratorium
(BLK/BBLK/Labkesda/ laboratorium lain yang ditunjuk), Subdit AIDS & PMS, dan
instansi lain yang terlibat. Bila terdapat kesalahan dalam pelaksanaan kegiatan
pencatatan dan pelaporan, maka dapat dilakukan pemantauan dan pembinan teknis

8
secara berjenjang. Direktorat P2ML Subdit AIDS& PMS akan melakukan pembinaan
teknis terhahap Dinkes Provinsi, dan Dinkes Provinsi akan melakukan hal yang sama
terhadap Dinkes Kabupaten/Kota. Sementara, Direktorat Laboratorium Kesehatan
bertanggung jawab memantau kegiatan pemeriksaan spesimen yang dilakukan oleh
BLK/BBLK/ Labkesda/laboratorium lain yang ditunjuk. Indikator yang digunakan
untuk mengukur kegiatan SSH adalah:
1. Indikator Proses:
 Semua kegiatan yang tercantum pada petunjuk teknis harus
dimasukkan kedalam daftar tilik pada saat supervisi, dan menjadi
indikator proses.
2. Indikator Output:
 Pencapaian populasi sentinel sesuai rencana berdasarkan sasaran dan
lokasi.
 Ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan.
 Ketepatan waktu pelaporan hasil kegiatan.

b. Evaluasi

Biasanya evaluasi program dilakukan pada akhir suatu kegiatan, akan tetapi karena
Surveilans Sentinel Hiv merupakan kegiatan yang berkesinambungan, maka evaluasi
diadakan pada setiap akhir tahun anggaran, bersamaan dengan penyusunan rencana
aksi tahun berikutnya. Evaluasi kegiatan SSH dilakukan pada tahap input, proses
pelaksanaan, dan output.

1.Tahap Input

Pemegang program HIV dari semua tingkat admisnistratif perlu mengevaluasi


berbagai kebutuhan. Petugas tersebut perlu melaksanakan kerangka sampel yang
benar dan pelaksanaan pemetaan lokasi sentinel. Hal lain yang perlu diperhatikan
adalah jumlah petugas kesehatan yang bermutu, materi dan peralatan, serta biaya yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan lapangan. Selain itu, perlu diantisipasi masalah-
masalah yang mungkin timbul dalam pelaksanaan di lapangan.

2. Tahap Proses

Evaluasi proses pelaksanaan perlu dilakukan untuk mengetahui efektivitas


pelaksanaan kegiatan. Pada tahap ini, evaluasi dilakukan terhadap “siapa melakukan

9
apa dan bagaimana caranya”. Evaluasi ini dilakukan untuk semua petugas yang
dilibatkan, seperti: petugas pencatatan dan pelaporan, petugas laboratorium, dsb.
Contoh: Apakah petugas pengambil spesimen darah telah menggunakan prosedur
yang benar dan telah melakukan pengkodean pada setiap tabung vacuntainer yang
berisi spesimen darah.

3. Tahap Output

Evaluasi output mencerminkan evaluasi terhadap kegunaan data, kualitas data, dan
cakupan Surveilans Sentinel Hiv. Evaluasi terhadap kegunaan hasil surveilans
dilakukan dengan mengintrepretasikan tren/kecenderungan prevelans HIV pada
populasi sentinel yang diamati oleh setiap tingkat administrasi. Sementara, evaluasi
terhadap kualitas data SSH dilakukan untuk mengetahui seberapa valid data yang
dihasilkan dari kegiatan SSH tersebut, namun evaluasi tahap ini lebih dititikberatkan
pada proses pelaksanaan kegiatan. Evaluasi menyeluruh terhadap sistem surveilans ini
meliputi hal-hal yang menghambat pelaksanaan SSH yang mencakup 10 aspek
evaluasi sistem, yaitu:

a. Sensitivitas

 Proporsi penderita yang teridentifikasi sebagai kasus.


 Penting untuk mendapatkan gambaran tren/kecenderungan dan besaran
masalah yang tepat.
 Ketepatan teknik skrining dan diagnostik, alat tes dan bahan reagensia, serta
instrumen pengumpulan data sangat mempengaruhi sensitivitas.

b. Ketepatan waktu

 Terkait dengan pemenuhan jadwal pelaksanaan dari setiap simpul/rantai


kegiatan surveilans.
 Informasi disebarkan secepat mungkin, sehingga dapat ditindaklanjuti dengan
tepat waktu.

c. Keterwakilan (Representativeness)

 Kasus yang dilaporkan tidak berbeda dengan kasus yang tidak dilaporkan.
 Kegagalan untuk mendapatkan kepercayaan atau akses ke seluruh lapisan
populasi kunci, serta adanya stigma dan diskriminasi akan mengakibatkan

10
hanya sebagian populasi yang akan berpartisipasi, sehingga terjadi
underreporting, yang dapat mengakibatkan hasilnya tidak dapat mewakili.
d. Nilai prediksi positif
 Proprosi kasus yang benar-benar sakit.
 Nilai prediksi positif yang tinggi merupakan indikator yang penting untuk
efisiensi.

e. Daya terima
 Sistem mampu mendorong kerjasama dari seluruh pemangku kepentingan
dan sektor terkait, serta dapat menggalang partisipasi dengan responden.
 Dapat tercemin dari derajat keterwakilan atau tingkat respon/partisipasi
(respons rate atau participation rate) atau ketepatan waktu.
 Beberapa faktor, seperti: sikap dan pendekatan otoritas pelaksana terhadap
populasi sentinel, faktor sosial budaya masyarakat, kepercayaan (trust),
stigma dan diskriminasi terhadap populasi kunci, faktor biaya, dan tingkat
kesulitan/kompleksitas dari pelaksanaan kegiatan SSH (misalnya: luas dan
jarak wilayah cakupan, serta kesulitan akses ke populasi kunci), dapat
mempengaruhi daya terima.
f. Fleksibilitas
 Sistem yang lentur dan mudah diubah sesuai dengan perkembangan yang
relevan.
 Dalam ruang lingkup sistem surveilans nasional generasi kedua, aspek ini
juga penting untuk diperhatikan.
g. Kesederhanaan
 Sistem dirancang sesederhana mungkin, namun tetap dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan dengan ketepatan yang memadai.
h. Untung rugi
 Biaya yang dikeluarkan sebanding dengan nilai manfaat.
 Biaya dapat ditekan tanpa mengorbankan mutu informasi.
i. Penyebaran hasil
 Hasil disebarluaskan kepada pemangku kepentingan, serta pihak yang
tepat dan berwenang dalam mengambil keputusan.

11
j. Tindakan yang tepat
 Data/informasi hasil surveilans ditindaklanjuti secara tepat dan dapat
memberikan arah untuk tindakan intervensi yang efektif

2.4 Definisi Evaluasi


Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Proses ini mencakup langkah-langkah
memformulasikan tujuan, mengidentifikasi kriteria secara tepat yang akan dipakai
mengukur sukses, menentukan besarnya sukses dan rekomendasi untuk kegiatan
program selanjutnya.Evaluasi adalah suatu proses yang menghasilkan informasi
tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan
pencapaian itu dengan standar tertentu untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara
keduanya dan bagaimana manfaat yang telah dikerjakan dibandingkan dengan
harapan-harapan yang ingin diperoleh. Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan
dengan cara membandingkan hasil yang telah dicapai dengan rencana yang telah
ditentukan. Evaluasi merupakan alat penting untuk membantu pengambilan keputusan
sejak tingkat perumusan kebijakan maupun pada tingkat pelaksanaan program
(Wijono, 1999).
Evaluasi juga merupakan serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan
memperoleh informasi tentang keberhasi lan pencapaian tuj uan, kegiatan, hasil dan
dampak serta biayanya. Fokus utama dari evaluasi adalah mencapai perkiraan yang
sistematis dari dampak program. Dengan demikian evaluasi merupakan suatu usaha
untuk mengukur suatu pencapaian tujuan atau keadaan tertentu dengan
membandingkan dengan standar nilai yang sudah ditentukan sebelumnya. Juga
merupakan suatu usaha untuk mencari kesenjangan antara yang ditetapkan dengan
kenyataan hasil pelaksanaan. Menurut Wijono (1997), evaluasi adalah prosedur secara
menyeluruh yang dilakukan dengan menilai masukan, proses dan indikator keluaran
untuk menentukan keberhasilan dari pelaksanaan suatu program dalam mencapai
tujuan yang ditetapkan.
2.5 Ruang Lingkup Evaluasi
Setiap kegiatan didalam RAD pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dilakukan
pemantauan dan evaluasi dari berbagai aspek sebagai berikut.

12
a. Aspek Masukan
Aspek masukan meliputi seluruh sumber daya (manusia,bahan-
bahan,alat-mesin,dana,teknologi,informasi dan lain-lain.) yang
diperlukan dan dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan peran
serta para pemangku dan penanggulangan HIV/AIDS.

b. Aspek Proses
Aspek proses meliputi seluruh tahapan untuk mengubah masukan
menjadi keluaran,yaitu kesesuaiannya dengan
kebijakan,peraturan,pedoman,alur dan prosedur (SPO),yang telah
ditetapkan untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS

c. Aspek Keluaran
Aspek keluaran meliputi hasil capaian pelaksana kegiatan,yaitu
kesesuaiannya dengan target,standar dan harapan yang telah
ditetapkan untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.

d. Aspek Dampak
Aspek dampak meliputi perubahan-perubahan jangka panjang yang
kemungkinan bisa terjadi yang disebabkan oleh pelaksanaan kegiatan
pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.
2.6 Tujuan Evaluasi
Tujuan pelaksanaan evaluasi adalah :
1.Menentukan titik awal suatu program,
2. Menunjukkan Seberapa jauh kemajuan yang diperoleh akibat pelaksanaan Program,
3. Menunjukkan apakah program sesuai atau tidak,
4. Menunjukkan efektivitas program,
5. Membantu mehemukan titik Lemah pelaksanaan program
6. Sebagai arah keterampilan dan Kerja sama dengan potensi sekitar, dan
7. Membuktikan Sistematika perencanaan, serta
8. Memberikan kepuasan Perencana, pelaksana dan penilai.

13
2.7 Prosedur Evaluasi
1.Monitoring dan Evaluasi
Melakukan pemantauan dan evaluasi secara mandiri pelaksanaan
Program pengendalian HIV-AIDS dan IMS di puskesmas.
2.Pencatatan Dan Pelaporan
Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan pengendalian
HIV dan IMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

2.8 Undang-Undang Surveilans HIV/AIDS


1. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan
HIV dan AIDS
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/208/2015 tentang
Kelompok Kerja Penanggulangan HIV-AIDS dan IMS Kementerian Kesehatan

14
BAB III

METODE EVALUASI

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang bertujuan untuk menilai suatu
program yang sedang atau sudah dilakukan.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian


a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2021

3.3 Cara Pengumpulan Data


a) Cara Pengumpulan Data
 Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dari petugas penanggung jawab HIV/AIDS di
Puskesmas Sentani
3.4 Pengolahan Dan Analisis Data
Data sekunder dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan sistem
surveilans dari input sampai dengan output, berdasarkan orang, waktu, dan tempat
serta indikator HIV di Puskesmas Sentani dan informasi disajikan dalam bentuk
tabel dan grafik.

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sistem Surveilans HIV


Sistem surveilans HIV merupakan salah satu kegiatan untuk memperoleh data
epidemiologi yang diperlukan dalam sistem informasi program penanggulangan
HIV. Sistem informasi program pengendalian HIV adalah seperangkat tatanan
yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat, teknologi, dan
sumber daya manusia (SDM) yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu
untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung
pembangunan nasional. Informasi kesehatan adalah data kesehatan yang telah
diolah atau diproses menjadi bentuk yang mengandung nilai dan makna yang
berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan mendukung pembangunan
kesehatan. Informasi kesehatan untuk program pengendalian HIV adlah informasi
dan pengetahuan yang memadu dalam melakukan penentuan strategi,
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program HIV.
1. Gambaran Masukan (Input)
a. Sumber Daya Manusia (Man)
Terdapat dua orang petugas surveilans HIV di Puskesmas Sentani dengan
pendidikan masing-masing S1 Keperawatan (Ners) yang telah bekerja
sebagai petugas surveilans HIV Sejak tahun 2002, lulusan DIII
Keperawatan yang telah bekerja sebagai petugas surveilans HIV Sejak
tahun 2007. Petugas surveilans HIV merangkap sebagai petugas pelayanan
IMS. Petugas surveilans juga aktif dalam mengikuti pelatihan-pelatihan
yang dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten dan provinsi.
Kemampuan mengelolah dan menganalisis data dengan komputer sudah
cukup baik.

b. Dana (Money)
Sumber dana program HIV di puskesmas Sentani pada tahun 2020 berasal
dari dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan). Dana tersebut
digunakan untuk keperluan pelaksanaan program HIV di puskesmas
seperti, membayar isentif petugas surveilans, membiayai kegiatan-kegiatan
penyuluhan dan sosialisasi tentang HIV yang dilakukan kepada
masyarakat atau sasaran dari program-program HIV dan lain-lain.

c. Alat, Bahan, dan Sarana (Material)


1) Alat

16
Alat tulis kantor (ATK) berupa pensil,bolpoin,penggaris, kertas
F4,A4,printer, stenpel dan labtop di sediakan oleh puskesmas.Alat-
alat laboratorium untuk pemeriksaan darah dan dahak bagi pasien
yang menderita TB-HIV.
2) Bahan
Bahan atau dokumen yang digunakan dalam surveilans HIV terdiri
dari beberapa dokumen atau lembar pelaporan. Dokumen atau
lembar pelaporan HIV di puskesmas yang tersedia dan tidak
tersedia adalah sebagai berikut.

Tabel 4.1 Dokumen Surveilans HIV di Puskesmas Sentani Tahun 2020

No Dokumen Ada Tidak Ada


1 Formulir tes dan Konseling HIV √
2 Lembar konsultasi follow-up (Dewasa) √
3 Lembar Follow-Up perawatan pasien & √
terapi antiretroviral
4 Lembar Ikhtisar perawatan pasien HIV √
dan terapi Antiretroviral (ARV)
5 Kartu Kontrol Pasien √
Sumber : Data Primer, 2020
3) Sarana
Sarana yang digunakan dalam kegiatan surveilans HIV yaitu satu
labtop yang di gunakan untuk sistem informasi puskesmas, yang
diperoleh dari pengadaan barang dengan dana BOK. Sarana ini
telah diangap cukup untuk melaksanakan kegiatan surveilans HIV
dan program yang digunakan untuk mengelolah data adalah
program aplikasi microsoft exel dan Siha.
Terdapat koneksi jaringan internet atau wifi di puskesmas dan
dimanfaatkan untuk kegiatan surveilans HIV dan alat komunikasi
berupa handphone petugas surveilans

4) Metode
Metode yang digunakan pada surveilans HIV di puskesmas sentani
yaitu, berdasarkarkan buku register HIV dimana pencatatan
dilakukan pada saat pasien datang ke polik umum dan polik TB
untuk melakukan pengobatan. Pasien di arahkan untuk mengisi
formulir tes dan konseling HIV, setelah itu pasien di arahkan oleh
petugas untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau pemeriksaan
labotatorium.
5) Data
Data program HIV di kumpulkan berdasarkan sistem pencatatan
dan pelaporan rutin di puskesmas

17
Tabel 4.2 Komponen data surveilans HIV di Puskesmas Sentani Tahun 2020

No Jenis Data Variabel Sumber Jenis Laporan


1 Jumlah Penduduk Jumlah penduduk per Puskesmas Profil
tahun. puskesmas
2 Jumlah Terduga Nama,alamat,umur, Puskesmas Formulir tes dan
HIV nomor register terduga konseling HIV
HIV.
Jumlah terduga HIV
3 Jumlah pasien Nama,alamat,umur,nomor Puskesmas Formulir tes dan
HIV yang register pasien konseling HIV,
ditemukan,diobati HIV,pengobatan kartu kontrol
dan di evaluasi HIV,evaluasi pengobatan pasien, dan
pengobatan HIV Lembar Follow-
Up perawatan
pasien & terapi
antiretroviral
4 Jumlah pasien Nama, alamat, umur, Puskesmas Lembar Ikhtisar
HIV yang pemberian ARV. perawatan
mendapat ARV pasien HIV dan
terapi
Antiretroviral
(ARV)
Sumber:Data Primer 2020

2. Gambaran Proses

a. Pengumpuan Data

Pengumpulan data pada sistem surveilans HIV dilakukan secara akif dan pasif
ditingkat puskesmas.Secara aktif yaitu berasal dari data kunjungan penderita yang
dilaporkan rutin ke puskesmas dan juga dilakukan secara pasif seperti kunjungan
investigasi pasien HIV oleh petugas, ketok pintu dari rumah ke rumah dengan
frekuensi pengumpulan data telah sesuai dengan buku panduan yang dilaporkan
setiap bulan.

b. Analisis dan Interpretasi Data


Data HIV yang sudah di dapatkan kemudian diolah dan dianalisis untuk
menghasilkan informasi. Analisis data yang dilakukan berdasarkan waktu, tempat,
dan orang serta dalam bentuk capaian indikator sesuai dengan program HIV.
Petugas surveilans melakukan pengumpulan dan analisis data kemudian di bantu
oleh satu orang petugas promosi kesehatan dari puskesmas untuk pengolahan data.
Interpretasi data hasil analisis dilakukan dengan cara melihat kecenderungan atau
trend penemuan kasus HIV berdasarkan waktu (jumlah kasus tiap bulan) dan

18
tempat (jumlah kasus menurut kelurahan dan kampung), dan berdasarkan
indikator-indikator HIV yang telah diprogramkan.

c. Pelaporan

Untuk pelaporan rutin puskesemas Sentani akan melaporkan kasus HIV melalui
sistem pelaporan online berbasis aplikasi yaitu aplikasi SIHA(Sistem Informasi HIV
AIDS) yang dilaporkan setiap bulan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura,
Dinas Kesehatan Provinsis Papua, dan Kementrian Kesehatan RI.

Gambar 4.1 Alur Pelaporan Surveilans HIV

Kementrian Kesehatan RI

Dinas Kesehatan Provinsi

Dinas Kesehatan
Kabupaten

Fasilitas Kesehatan
Puskesmas Rujukan Tingkat
Lanjutan (RS/Klinik)

Sumber : Data Primer, 2020

3.Gambaran Keluara (Output)


a. Informasi

19
b. Indikator Program HIV

Indikator Program HIV di Puskesmas Sentani Menurut Nasional

Kelom Indikator Sumber Data Alat dan Metode Frekuensi


pok yang digunakan
Indika
tor
Masuk  Tenaga  Laporan  Form  Tahuna
an  Sarana Berkala Laporan n
(Input)  Dana  Sistem
Informasi
HIV AIDS
dan PIMS
(SIHA)
 Pelatihan  Laporan  Form  Triwula
Proses tenaga Berkala Laporan n
 Penyediaan  Sistem  Semeste
barang Informasi r
 Pertemuan HIV AIDS  Tahuna
koordinasi dan PIMS n
(SIHA)
Luaran  Capaian  Laporan  Form  Bulanan
(Outpu kegiatan Berkala Laporan  Triwula
t) pencegahan (SIHA) SIHA n
 Capaian tes  Form  Semeste
 Capaian Laporan r
pengobatan Lain  Tahuna
n
Hasil  Perubahan  Survei  Kuisioner  Tiga
(Outco perilaku Perilaku Survei tahunan
me)  Supresi (STBP) STBP  Tahuna
virus  Laporan  Sistem n
Berkala Informasi
HIV AIDS
dan PIMS
(SIHA)

20
Dampa  Kesakitan  Survei  Kuisioner  Tiga
k (insidens, Prevalens Survei tahunan
(Impac prevalens) i (STBP) STBP  Tahuna
t)  Kematian  Survei  Form n
Kesehata Laporan
n Lab
 Estimasi  Aplikasi
Pemodela Pemodelan
n  Sistem
Informasi
HIV AIDS
dan PIMS
(SIHA)
Indikator program HIV/AIDS di Puskesmas Sentani didapat dengan menbandingkan
antara hasil pencapaian dengan target yang ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk.
Diketahui jumlah orang yang melakukan tes HIV sebanyak 2.896 orang. Berikut ini program
P2 HIV yang ada di Puskesmas Sentani.

Indikator Program HIV/AIDS Puskesmas Sentani Tahun 2020


120

100

80
Axis Title

60

40

20

0
Pasien
Bumil HIV
HIV (+) Eligible ARV Eligible Kasus Sifilis TB-HIV
(+)
Dapat Arv
Jumlah 54 51 51 10 101 10

Gambar.4.2 Sumber: Data Sekunder Puskesmas Sentani, 2020

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat indikator program HIV tahun 2020 kasus sifilis
sebanyak 101 kasus , diikuti dengan jumlah HIV positif sebanyak 54 kasus dari total 2.896
yang melakukan tes HIV di Puskesmas Sentani.

21
Kegiatan Program HIV Puskesmas Sentani Januari-Desember 2020

1 Layanan Testing HIV Populasi Umum


Berdasarkan Grafik yang ada dapat saya Presentasikan bahwa Jumlah
Kinerja Skrining HIV. Layanan Testing HIV Populasi Umum Jumlah target
tes HIV yang di dapatkan sejumlah 14348 sedangkan di tes HIV nya 2777.
Yang Positif 52 orang dan dapat dirujukan PDP 47 orang. Dari grafik ini
dapat kita lihat tingkat banyaknya Target tes HIV lebih banyak di atas 14000
di bandingkan dengan Rujuk PDP yg hanya 47 Layanan Testing HIV
Populasi Umumnya.
LAYANAN TESTING HIV POPULASI UMUM
16000
Jumlah Layanan Testing HIV

14000 14348
12000
Populasi Umum

10000
8000
Series 1
6000
4000
2777
2000
0 52 47
Target tes HIV Di Tes HIV HIV Positit Rujuk PDP

Gambar 4.3 Hasil layanan testing HIV Populasi Umum

2 Kelompok Resiko (PSK,Waria,LSL,Lesbi,Penasun,WBP)


Kemudian untuk grafik Kinerja Skrining HIV pada kelompok
(PSK,Waria,LSL,Lesbi,Penasun dan WBP) adalah banyaknya Target tes HIV
392 mendekati 400 san sedangkan yang di Tes HIV nya sebanyak 235 dan
jumlah positif HIV 5 orang sedangkan rujuk PDP nya berjumlah 4 orang.
Berdasarkan Grafit tersebut dapat kita ketuhui bahwa Kelompok Resiko
(PSK, Waria, LSL, Lesbi, Penasun Dan WBP) Jumlah Target tes HIV lebih
banyak di bandingkan dengan Rujuk PDP.
KELOMPOK RESIKO
(PSK,Waria,LSL,Lesbi,Penasun,WBP)
450
400 392
Jumlah Kelompok Resiko

350
300
250
235
200 Series 1
150
100
50
0 5 4
Target tes HIV Di Tes HIV HIV Positit Rujuk PDP

Gambar. 4.4 Hasil Kelompok resiko (PSK, Waria, LSL, Lesbi, Penasum dan WBP)

22
3 PPIA/BUMIL
Untuk data Kinerja Skrining/Tes HIV pada PPIA atau Bumil Dapat kita lihat
di grafik tersebut bahwa Banyaknya Target tes HIV sebesar 1670, untuk
banyak yang di tes HIV yaitu berjumlah 1415. kemudian untuk HIV
Positifnya 24 dan Rujuk PDP nya 21. Itu Artinya Target tes HIV lebih
banyak di bandingkan Rujuk PDP dan hampir sama dengan kedua grafik
sebelumnya.
PPIA/BUMIL
1800
1600 1670
1400 1415
Jumlah PPIA/Bumil

1200
1000
800 Series 1
600
400
200
0 24 21
Target tes HIV Di Tes HIV HIV Positit Rujuk PDP

Gambar 4.5 Hasil Jumlah PPIA/Bumil

4 Bayi Lahir Dari Ibu HIV +


Grafik Kinerja Skrining/Tes HIV yang berikut ini menunjukan Hasil Bayi
Lahir dari Ibu yang terpositif HIV. Hasil Datanya menunjukan banyaknya
Bayi yang lahir dari Ibu yang Positif HIV berjumlah 14 dan dapat di
Profilaksis sebanyak 10 kemudian di Tes EID hanya 6 dan bayi yang
terpositif hanya 1 saja. Berdasarkan Hasil Grafik ini menunjukkan Ibu yang
terpositif HIV dari banyaknya 14 hanya melahirkan bayi hanya satu orang
saja anak bayi yang Terpositif.
BAYI LAHIR dari IBU HIV +
16
Jumlah Bayi Lahir dari Ibu HIV +

14 14
12
10 10
8
6 6 Series 1
4
2
1
0
Bayi Lahir dr Dapat Di Tes EID HIV Positit
Ibu HIV + Profilaksis

Gambar 4.6 Hasil Bayi Lahir dari Ibu HIV+

5 Kolaborasi TB HIV
Kemudian yang berikut ini adalah hasil Grafik dari Kinerja Skrining/Tes HIV Pada
Kolaborasi TB HIV. Juhlah Pasien TB yang di rikrut data sebanyak 286 dan yang di
tes HIV nya 221 Hasil yang positif HIV sebanyak 43 dan hanya 39 yang dapat ARV

23
dan OAT itu artinya sebagian dari jumlah Pasien TB tdk dapat di ARV dan OAT. di
karekan sebagian tidak mengikuti tes HIV dan Juga Tidak Positif HIV.
KOLABORASI TB HIV
350
300
286
Jumlah Kolaborasi TB HIV 250
221
200
150 Series 1
100
50 43 39
0
JML PASIEN TB Di Tes HIV HIV Positit Dapat ARV &
OAT

Gambar 4.7 Hasil Kolaborasi TB HIV

6 Cascade Layanan ARV Puskesmas Sentani Tahun 2020


Untuk data grafit yang ini menunjukkan Cascade Layanan ARV Puskesmas
Sentani Tahun 2020 untuk jumlah Kabupaten di mana jumlah OTHA di
Kabupaten Sebanyak 996. Jumlah Otha yang Masuk PDP sebanyak 860, dan
Jumlah Otha yang memenuhi syarat sebanyak 777. Jumlah Otha yang
mememulai ARV adalah 675 dan Jumlah Otha On ARV 242. Jumlah Otha
yang meninggal ada 87 dan jumlah Otha LFU 303 sedangkan Jumlah Otha
yang di rujuk keluar 43. Dari Grafik ini dapat di Jumlah Otha sangat banyak
Akan tetapi yang rujuk keluar hanyak 43 sehingga mengakibatkan tingkat
kematian di Otha di Kabupaten Sebanyak 87 orang.
Kabupaten
Jumlah Cascade Layanan ARV Puskesmas Sentani

1200
1000 996
860
800 777
Than 2020 Kabupaten

675
600
400
303
200 242
87 43
0 Kabupaten

Gambar 4.8 Cascade Layanan ARV Puskesmas Sentani Tahun 2020

7 Cascade Layanan PPIA Puskesmas Sentani Tahun 2020


Untuk Grafit yang berikut ini menunjukan Cascade Layanan PPIA
Puskesmas sentani Tahun 2020 Bumil di Kabupaten. Dimana Bumil yang
terpositif HIV di kabupaten sebanyak 21 orang. Yang mendapatkan ARV 21

24
dan Mendapatkan PPK juga 21 tetapi Yang FLU Ada 5 dan Bersalin dengan
Seksio hanya 2 tetapi yang bersalin Per Vaginam adalah 12. Dari grafik ini
dapat kita lihat bahwa Jumlah Bumil yang terpositi HIV, Mendapat ART dan
mendapat PPK di Kabupaten dengan jumlah yang sama yaitu sebanyak 21,
Tetapi yang bersalin dengan Seksio hanya 2 dan 12 nya Bersalin Per
Vaginam.
Kabupaten BUMIL HIV +
Puskesmas Sentani Tahun 2020
Jumlah Cascade Layanan PPIA

25
20 21 21 21
15
12
10
5 5
2 Kabupaten
0

Gambar 4.9 Hasil Cascade Layanan PPIA Puskesmas Sentani Tahun 2020

8 Layanan PPIA Tahun 2020


Kemudian untuk Grafik yang terakhir ini adalah hasil Cascade layanan PPIA
Puskesmas Tahun 2020 Yaitu bayi yang lahir dari Bumil yang terpositif HIV
di Kabupaten. Berdasarkan grafik tersebut menunjukan bahwa bayi yang
lahir dari Bumil posistif HIV di kabupaten sebanyak 12 sedangkan yang
mendapatkan PPK yaitu 10 dan yang mendapat Profilaksi ARV juga 10 yang
mendapatkan Pasi bertambah 1 orang sehingga menjadi 11 tetapi yang
mendapatkan ASI ekslusi di kabupaten hanya 1. Sehingga dapat kita lihat
dari 12 Bayi yang lahir dari Bumil yang positif HIV di Kabupaten hanya 1
Anak yang mendapatkan Asi dari Ekslisif.
Kabupaten BAYI DARI BUMIL
PUSKEMAS TAHUN 2020 KABUPATEN

HIV +
14
JIMLAH CASCADE LAYANAN PPIA

12 12
11
10 10 10

6
Kabupaten
4

2
1
0
Bayi Lahir Mendapat Mendapat Mendapat Mendapat
dr Bumil PPK Profilaksis PASI ASI ekslusif
HIV + ARV

Gambar 4.10 Hasil Layanan PPIA Tahun 2020 Bayi Dari Bumil HIV +

25
 Tren kasus HIV
Berdasarkan data dari United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS),
tahun 2019 populasi terinfeksi HIV terbesar di dunia adalah di benua Afrika (25,7
juta orang), kemudian di Asia Tenggara (3,8 juta), dan di Amerika (3,5 juta).
Sedangkan yang terendah ada di Pasifik Barat sebanyak 1,9 juta orang. Tingginya
populasi orang terinfeksi HIV di Asia Tenggara mengharuskan Indonesia untuk
lebih waspada terhadap penyebaran dan penularan virus ini. Meskipun cenderung
fluktuatif, data kasus HIV AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke
tahun. terlihat bahwa selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV di
Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus.
Berdasarkan data WHO tahun 2019, terdapat 78% infeksi HIV baru di regional
Asia Pasifik.

Berdasarkan provinsi, HIV paling banyak terjadi Jawa Timur, yakni 8.935 kasus.
Sedangkan, AIDS paling banyak terjadi di Jawa Tengah, yakni 1.613
kasus.Mayoritas penderita HIV/AIDS merupakan laki-laki. Sedangkan
berdasarkan usia, penderitanya paling banyak berumur 25-49 tahun.Tingginya
kasus HIV di Indonesia salah satunya disebabkan oleh perilaku seks bebas. Selain
itu, hal tersebut karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
perilaku seksual berisiko, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan, serta
penyakit menular seksual

 Pengobatan Kasus HIV


Meski sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada
jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut
sebagai antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang
dibutuhkan oleh virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah
virus HIV menghancurkan sel CD4. selain minum obat ada cara untuk
menceggah agar tidak tertular dengan penyakit HIV yaitu sebagi berikut:

Cara Mencegah dan Menghindari penularan HIV

Untuk menghindari penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai berikut:

1. A (Abstinence) : Artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang
belum menikah.

26
2. B (Be Faithful) : Artinya Bersikap salaingb setia kepa satu pasangan seks (tidak berganti-
ganti pasangan).
3. C (Condom) : Artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seks dengan
mennggunakan kondom.
4. D (Drug No) : Artinya Dilarang menagunakan narkoba.
5. E (Education) : Artinya pemberian edukasi dan Informasi yang benar mengenai HIV, cara
penularan, pencegahan,dan pengobatannya

Capaian Indikator HIV di Puskesmas Sentani Tahun 2020

No Indikator Target Capaian


1. Positif Hiv 63% 54
2. Eligible ARV 77% 51
3. Pasien dapat Eligible 80% 51
ARV
4. Bumil HIV(+) 45% 10
5. Kasus Sifilis 80% 101
6. TB-Hiv 47% 10

Capaian Indikator Program HIV/AIDS


Puskesmas Sentani Tahun 2020
120

100

80
Axis Title

60

40

20

0
Pasien
Bumil HIV
HIV (+) Eligible ARV Eligible Kasus Sifilis TB-HIV
(+)
Dapat Arv
Jumlah 54 51 51 10 101 10

Sumber: Data Sekunder Puskesmas Sentani, 2020

Berdasarkan grafik diatas, dapat dilihat capaian terbanyak indikator program HIV tahun
2020 ialah kasus sifilis yaitu sebanyak 101 kasus , diikuti dengan jumlah HIV positif
sebanyak 54 kasus dari total 2.896 yang melakukan tes HIV di Puskesmas Sentani.

27
c. Desiminasi Informasi
Desiminasi informasi disampaikan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Jayapura dalam bentuk laporan ke bidang pengendalian penyakit. Informasi
epidemiologi yang dihasilkan dari hasil analisis dan interpretasi dapat
dimanfaatkan baik oleh institusi puskesmas yang dimanfaatkan untuk
perencanaan, melakukan tindakan dan evaluasi program penanggulangan
maupun instansi lain dimasyarakat yang membutuhkan.

B. Atribut Surveilans Menurut WHO


Atribut surveilans adalah karakteristik-karakteristik yang melekat pada suatu
kegiatan surveilans, yang digunakan sebagai parameter keberhasilan suatu
surveilans. Menurut WHO (1999), atribut-atribut tersebut adalah sebagai berikut:
1. Simplicity (kesederhanaan)
Simplicity yang dilakukan pada surveilans HIV/AIDS di Puskesmas
Sentani pada dasarnya sudah mengikuti panduan yang diberikan dari
KEMENKES dimana alur pencatatan sampai pelaporan dilakukan secara
manual yaitu mencatat dibuku register,offline yaitu dimasukkan ke
aplikasi dan online yaitu melalui WEB LBPHA.

2. Flexibility (fleksibel atau tidak kaku)


Surveilans yang dilakukan di Puskesmas Sentani dilaksanakan setiap hari
sesuai jam kerja,kecuali untuk pelayanan luar gedung mengikuti situasi
dan kondisi yang ada di dalam ruangan.

3. Acceptability (akseptabilitas)
Sistem Surveilans HIV yang dilaksanakan di Puskesmas Sentani
mengalami perubahan dari segi tenaga dan pelaporan dimana, petugas
pelaksana sebelumnya mengalami kendala dalam melakukan penginputan
secara online sehingga data yang didapatkan tidak bisa dianalisa lebih
lanjut.sehingga dengan adanya penggantian petugas yang mempunyai
kompeten dalam pengoperasian alat elektronik memudahkan petugas
dalam menginput data-data yang didapat baik di dalam gedung maupun

28
luar gedung dan dapat dilaporkan tepat waktu dan mudah untuk
diinterpretasikan.

4. Sensitivity (sensitifitas)
Kegiatan surveilans HIV yang dilakukan di Puskesmas Sentani dapat
dikatakan sensitif karena dilakukan pengumpulan data secara pasif dimana
pasien dating sendiri tanpa paksaan ke Puskesmas dan juga dilakukan
secara aktif denimana petugas melakukan screening HIV ke masyarakat
yang terduga terinfeksi. Frekuensi pengumpulan bersifat akumulatif dan
data telah sesuai dengan buku panduan, yaitu setiap bulan dan pelaporan
tahunan.

5. Representativeness (Keterwakilan)
Surveilans HIV yang ada di Puskesmas Sentani dapat menguraikan
kejadian HIV yang ada di Puskesmas Sentani sesuai dengan system
pelaporan berdasarkan panduan Kemenkes tetapi,kami tidak melihat
persentase laporan berdasarkan tempat wilayah kerja kerja Puskesmas
Sentani, dan variabel usia dan jenis kelamin. Kalaupun ada, variabel yang
digunakan hanya berdasarkan kasus sehingga kami kesulitan untuk
melakukan tabulasi data.

6. Timeliness (Ketepatan waktu)


Waktu dalam pengumpulan data sudah dilakukan secara tepat yang mana
tenaga surveilans HIV di Puskesmas Sentani mengumpulkan data setiap
bulan maksimal tanggal 25 ke Dinas Kesehatan Kota Jayapura, Dinas
Kesehatan Provinsi Jayapura dan Kementrian Kesehatan dan data tersebut
akan digunakan untuk pengambilan kebijakan selanjutnya.

29
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dilihat dari aspek input, Puskesmas Sentani memiliki dua orang petugas
surveilans HIV yang salah satu diantaranya memiliki tugas rangkap sebagai
petugas pelayanan IMS.
2. Dari aspek proses pelayanan surveilans HIV sudah berjalan dengan cukup baik
namun analisis yang dilakukan hanya berdasarkan waktu,tempat, dan orang dan
belum menghasilkan indkator sesuai program HIV
3. Dilihat dari atribut-atribut surveilans seperti, kesederhanaan, fleksibel,
akseptabilitas,sensitifitas dan lain-lain di Puskesmas Sentani telah berjalan engan
baik.
B. Saran
Sebaiknya dari Dinas Kesehatan perlu mengadakan pelatihan khusus bagi petugas
surveilans di Puskesmas tentang bagaimana cara mengelolah dan menganalisis
data serta menginterpretasikan data agar kedepannya bisa mencapai indikator
program HIV sesuai dengan target.

30
DAFTAR PUSTAKA

https://WWW.kemkes.go.id/article/view/17010600004/situasi-hiv-aids-di-
indonesia.html

Jurnal of Health Education ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP


NARAPIDANA KASUS NARKOBA TERHADAP PERILAKU BERISIKO
PENULARAN HIV/AIDS

https://infopublik.id/kategori/sosial-budaya/314722/jumlah-odha-tahun-2018-
sebanyak-640-443-jiwa

https://m.mediaindonesia.com/humaniora/365519/jangan-tutup-mata-dari-hivaids-di-
papua

https://databoks.katada.co.id/datapublish/2021/07/02/kasus-hiv-di-indonesia-terus-
meningkat-aids-cenderung-turun

Amiruddin, Ridwan (2013). Mengembangkan Evidence Based Public Health (EBPH)


HIV dan AIDS Berbasis Surveilans. Jurnal AKK,2(2),Mei (2013), 48-55

Kementrian Kesehatan RI,Direktoral Jendral Pengendalian Penyakit & Penyehatan


Lingkungan (2015).Petunjuk Teknis Surveilans Sentinel HIV

Jurnal EVALUASI PERENCANAAN DAN TERAPAANNYA PADA


PROGRAM PENYULUHAN

Sumber Organ Pengendalian HIV AIDS dan PIMS Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama

https://books.google.co.id/books?id=r4AIEAAAQBAJ&pg=PT87&dq=ruang+lingku
p+evaluasi+HIV&hl=en&sa=X&ved=2ahUKEwijs6uZ4vTzAhWL7XMBHc7zBGw
Q6AF6BAgMEAM#v=onepage&q=ruang%20linglup%20evaluasi%20HIV&f=false

31
LAMPIRAN

32

Anda mungkin juga menyukai