Ind
PETUNJUK TEKNIS
TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS
PADA ORANG DENGAN HIV
Dukungan:
SAMBUTAN
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat diterbitkannya buku Petunjuk Teknis
Terapi Pencegahan Tuberkulosis pada Orang dengan HIV (ODHIV).
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
hidayah Nya sehingga Petunjuk Teknis Terapi Pencegahan Tuberkulosis pada ODHIV dapat
diselesaikan tepat waktu.
Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) dimulai sejak tahun 2014 dengan
dikeluarkannya Petunjuk Teknis PP-INH pada ODHIV pada tahun tersebut. Berdasarkan
data Global TB Report (GTR, 2019) cakupan pemberian TPT pada ODHIV berada diangka
10% sama dengan kohort tahun 2018. Capaian tersebut masih jauh dari target yang
diharapkan yaitu sebesar 40%.
Peraturan Presiden No.67 Tahun 2021 paragraf 6 pasal 15 menyatakan bahwa
pemberian obat pencegahan TBC ditujukan pada tiga sasaran, yaitu salah satunya adalah
Orang dengan HIV (ODHIV) yang tidak terdiagnosis TBC. Menindaklanjuti hal tersebut,
Petunjuk Teknis TPT pada ODHIV ini menjelaskan lebih rinci mengenai tata laksana
pemberian TPT pada ODHIV, peran dan tugas tenaga kesehatan, pengelolaan logistik TPT,
serta monitoring dan evaluasi pemberian TPT pada ODHIV.
Pemberian TPT pada ODHIV diharapkan dapat mencegah ODHIV sakit TBC,
memutus mata rantai penularan TBC, dan mencapai eliminasi TBC pada tahun 2030.
Pemberian TPT saat ini dipermudah dengan adanya paduan jangka pendek pengobatan
selama 3 bulan dengan Isoniasid/INH dan Rifapentine (3HP) yang diminum sekali seminggu.
Kegiatan pemberian TPT pada ODHIV perlu melibatkan semua pihak termasuk
Instansi Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga), pemerintah daerah hingga di fasilitas
kesehatan tingkat pertama (FKTP), fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL) dan
melibatkan sektor lainnya seperti Ditjen PAS Kementerian Hukum dan HAM dengan UPT
Lapas/Rutannya, tempat kerja maupun lembaga pendidikan, dan lain-lain. Penting terlibat
juga peran organisasi kemasyarakatan dan juga kader Kesehatan yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan promosi, sosialisasi, merujuk ke fasyankes dan memantau
kepatuhan pengobatan TPT.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusunan Petunjuk Teknis ini seperti tim penyusun, narasumber dan pihak terkait
lainnya yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Petunjuk Teknis TPT pada ODHIV ini.
Kami terbuka dengan segala kritik dan saran untuk perbaikan Petunjuk Teknis TPT pada
ODHIV ini di masa mendatang. Kami berharap dokumen ini dapat bermanfaat untuk upaya
pengendalian TBC di Indonesia.
PETUNJUK TEKNIS
TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG DENGAN HIV
Penasehat
Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid
Penanggung Jawab
dr. Ratna Budi Hapsari, MKM
Editor
dr. Lanny Luhukai
Rudy Elriman Hutagalung
Kontributor
Substansi HIV AIDS & PIMS: dr. Afriana Nurhalina, M.Kes; dr. Hariadi Wisnu Wardhana; dr.
Trijoko, MSc.PH; Nuraini, SKM, M.Kes; Dinasti Mularsih, SKM; dr. Pratono; Romauli, SKM, M.Kes;,
M.Kes; Eva Muzdalifah, SKM; Siti Zahra Eka Putri
Substansi Tuberkulosis: dr. Endang Lukitosari, MPH, dr. Galuh Budhi Leksono Adhi, M.Kes,
Esmawati, SKM
Panel Ahli HIV AIDS & PIMS: Dr. dr. Rudi Wisaksana, SpPD, KPTI, Ph.D; Dr. dr. Evy Yunihastuti,
Sp.PD(KAI), FINASIM; Dr. Yanri Wijayanti, Sp.PD, Ph.D; Dr. Yovita Hartantri, Sp.PD, KPTI; dr.
Beatricia Iswari, MKK; dr. Sigit Priohutomo, MPH
Komite Ahli TB: Prof. dr. Sudijanto Kamso, SKM, Dr. dr. Erlina Burhan, M,Sc, Sp.P(K); Dr.
Soedarsono, Sp.P (K); Dr. Fathiyah Isbaniyah, Sp.P (K)
WHO (HIV & TB): dr. Budiarto, dr. Tiara Mahatmi Nisa MS; dr. Kemmy A. Purnamawati; dr.
Steward Anwar; dr. Maria Regina Christian; Yoana Anandita, SKM, Eva Kartikasari
TWG TB-HIV: Yakub Gunawan
Yayasan KNCV Indonesia: dr. John Sugiarto, MPH; dr. Yeremia; drg. Meilani, ; Maylan, SKM;
Dinas Kesehatan Provinsi:
Diterbitkan oleh:
Kementerian Kesehatan RI
SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
E. Landasan Hukum
BAB 2 TUGAS DAN FUNGSI PELAKSANA TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA
ODHIV
A. Persiapan Pelaksanaan Terapi Pencegahan Tuberkulosis
B. Pelaksana Terapi Pencegahan Tuberkulosis
C. Tugas dan Fungsi Pelaksana Terapi Pencegahan Tuberkulosis
BAB 3 INFEKSI LATEN TUBERKULOSIS DAN TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA
ORANG DENGAN HIV
A. Infeksi Laten Tuberkulosis
B. Prinsip Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dengan HIV
C. Target Cakupan Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dengan HIV
BAB 4 TATALAKSANA PEMBERIAN TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG
DENGAN HIV
A. Jenis Terapi Pencegahan Tuberkulosis
B. Algoritma Pemeriksaan Dan Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang
Dengan HIV
C. Pilihan Paduan Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dengan HIV
D. Pemantauan Dan Evaluasi Terapi Pencegahan Tuberkulosis Saat Kontrol
E. Manajemen Efek Samping Terapi Pencegahan Tuberkulosis
F. Tatalaksana Pemberian Dosis Terapi Pencegahan Tuberkulosis Yang Terlewat
G. Pelacakan Orang Dengan HIV Yang di Terapi Pencegahan Tuberkulosis Mangkir
H. Hasil Akhir Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis
I. Interaksi Obat Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dengan HIV
BAB 5 PENGELOLAAN LOGISTIK TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG
DENGAN HIV
A. Perencanaan Logistik TPT Pada ODHIV
B. Pengadaan Logistik TPT Pada ODHIV
C. Penyimpanan Logistik TPT Pada ODHIV
D. Distribusi Logistik TPT Pada ODHIV
E. Pencatatan dan Pelaporan Logistik TPT Pada ODHIV
BAB 6 MONITORING DAN EVALUASI TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG
DENGAN HIV
A. Alur Pencatatan dan Pelaporan Pemberian TPT Pada ODHIV
B. Tugas dan Fungsi Tiap Tingkatan Dalam Pencatatan dan Pelaporan TPT Pada ODHIV
C. Pencatatan Dalam Pemberian TPT Pada ODHIV
D. Pelaporan Dalam Pemberian TPT Pada ODHIV
E. Monitoring dan Evaluasi Dalam Pemberian TPT Pada ODHIV
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan dan menempati peringkat
10 teratas penyebab kematian di dunia. Beban penyakit TBC bervariasi antar negara
dengan rata-rata jumlah kasus baru di dunia adalah sekitar 130 kasus baru per 100.000
penduduk per tahun. Tahun 2019, sekitar 10 juta orang di dunia diperkirakan sakit TBC1.
TBC merupakan penyebab utama kematian pada orang dengan HIV/AIDS
(ODHIV)2. ODHIV berisiko 20 kali lebih besar untuk sakit TBC dibandingkan dengan
populasi yang tidak terinfeksi HIV3. Tahun 2019, diperkirakan 1,2 juta yang meninggal
karena TBC pada orang dengan HIV negatif, dan 208.000 kematian pada ODHIV 1.
Indonesia menduduki peringkat kedua untuk kasus TBC terbanyak di dunia,
setelah India. Tahun 2019, terdapat 845.000 kasus baru TBC di Indonesia. Di tahun yang
sama, TBC menjadi penyebab kematian pada 4700 ODHIV dengan angka kematian
sebesar 1,7 per 100.000 penduduk1.
Pengendalian HIV AIDS merupakan salah satu bagian dari 17 target SDG.
Berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan No. 21/2013 tentang HIV AIDS,
pemerintah menetapkan target three zeros tahun 2030 untuk pengendalian epidemi HIV
AIDS di Indonesia. Target ini meliputi, zero infeksi HIV baru, zero kematian karena AIDS
pada ODHIV, serta zero diskriminasi. Menurut surat edaran 1564/2018 tentang
Penatalaksanaan ODHIV untuk Eliminasi 2030, strategi yang digunakan Kementerian
Kesehatan untuk mencapai three zeros adalah program STOP yaitu, Suluh Skrining (95%),
Temukan (95%), Obati (95%), dan Pertahankan (95%). Suluh dilaksanakan melalui
edukasi hendak dicapai 95% masyarakat paham HIV. Temukan dilakukan melalui
percepatan tes dini akan dicapai 95% ODHIV tahu statusnya. Obati dilakukan untuk
mencapai 95% ODHIV segera mendapat terapi ARV. Pertahankan yaitu 95% ODHIV yang
ART tidak terdeteksi virusnya.
Upaya menurunkan beban TBC pada ODHIV dilaksanakan dengan 4 strategi utama,
diantaranya: 1) Intensifikasi penemuan kasus TBC pada ODHIV termasuk pada populasi
kunci HIV dan memastikan pengobatan TBC yang berkualitas; 2) memperluas layanan
TPT di fasyankes yang memberikan layanan HIV; 3) persentase ODHIV baru yang
menerima TPT per tahun, dan 4) jumlah layanan perawatan HIV yang melakukan PPI TBC
di fasyankes.
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) sebagai salah satu intervensi untuk
menurunkan beban TBC pada ODHIV telah direkomendasikan didalam Policy Statement
on Preventive Therapy against TBC in PLHIV, sejak 1998 oleh WHO dan the Joint United
Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS). Sejak tahun 2014, Indonesia sudah
memberikan TPT pada ODHIV dengan paduan isoniazid setiap hari selama 6 bulan (6H).
Studi pada 4 faskes di Indonesia memperlihatkan bahwa risiko pada ODHIV yang
mendapat 6H untuk mengalami kejadian TBC selama 3 tahun sebesar 3,53 lebih rendah
dibandingkan ODHIV yang tidak mendapat 6H (aOR= 0,283, p-value=0,003). Paduan 6H
juga dapat menurunkan angka kematian dan loss to follow-up. Penelitian ini
memperlihatkan hambatan dalam pelaksanaan TPT di fasyankes yaitu masih
terbatasnya diseminasi dan informasi panduan pelaksanaan serta efektifitas dan efek
samping TPT dan juga ketersediaan petugas kesehatan terlatih 4. Hingga tahun 2020,
ODHIV yang dilakukan skrining TBC kumulatif sampai dengan bulan Desember mencapai
107.729 ODHIV. Namun demikian angka capaian pemberian paduan 6H pada ODHIV
baru yang memulai ARV di Indonesia masih rendah yaitu sebanyak 2.324 dari 32.925
ODHIV baru mendapat ARV atau sekitar 7%. Oleh karena itu sesuai dengan rekomendasi
WHO tahun 2020 untuk meningkatkan angka cakupan dan kepatuhan dalam minum
obat pemberian TPT saat ini diperluas dengan menggunakan paduan jangka pendek
yaitu pengobatan TPT selama 3 bulan dengan INH dan Rifapentine (3HP) setiap minggu.
TPT dengan paduan jangka pendek 3HP memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan 6H. Studi yang dilakukan dibeberapa negara menunjukan tingkat
penyelesaian pengobatan pada orang yang menerima 3HP lebih tinggi dibandingkan
dengan orang yang menerima 6H5. Selain itu, studi yang dilakukan pada kelompok
populasi ODHIV juga menunjukan bahwa, kejadian TBC maupun efek samping yang
terjadi pada ODHIV yang menerima 3HP lebih sedikit dibandingkan dengan ODHIV yang
menerima INH selama 9 bulan 6. Penggunaan bersama TPT dan ARV pada ODHIV
berasosiasi secara signifikan dalam menurunkan insiden TBC. Dengan perluasan akses
ART, penggunaan TPT pada ODHIV akan meningkatkan pengendalian TBC di negara
dengan beban TBC tinggi. Oleh karena itu, sebagai upaya dalam mencapai eliminasi TBC
tahun 2030 dan berdasarkan Rencana Aksi Nasional HIV/AIDS dan PIMS tahun 2020-
2024, pemberian TPT pada ODHIV telah menjadi target pemerintah. Melihat angka
capaian yang ada saat ini masih jauh dari yang diharapkan, maka diperlukan Petunjuk
Teknis Terapi Pencegahan TBC pada ODHIV sebagai dasar dan penguatan implementasi
pemberian TPT pada ODHIV serta dengan pemberian TPT paduan jangka pendek
sehingga diharapkan dapat membantu mencapai target tersebut.
B. Tujuan
Sebagai panduan teknis dalam pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada
Orang dengan HIV (ODHIV) di layanan HIV.
C. Sasaran
Sasaran Petunjuk Teknis ini ditujukan kepada petugas layanan HIV maupun pelaksana
kegiatan kolaborasi TB-HIV baik yang ada di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Dinas
Kesehatan, Kementerian Kesehatan, maupun institusi terkait lainnya seperti Kelompok
Dukungan Sebaya (KDS) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
D. Ruang Lingkup
Buku Petunjuk Teknis Pemberian TPT Pada ODHIV ini membahas mengenai aspek
manajemen dan teknis pelaksanaan pemberian TPT pada ODHIV. Ruang lingkup
pembahasan meliputi manajemen pelaksanaan, tugas dan fungsi pelaksana, serta
monitoring dan evaluasi.
E. Landasan Hukum
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan
• Peraturan Menteri Kesehatan No 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV AIDS
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengobatan
Antiretroviral
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1113)
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676)
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1755)
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengobatan
Antiretroviral
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik
dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 671)
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 tahun 2015 tentang Laboratorium
Pemeriksaan HIV AIDS dan Infeksi Oportunistik
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 857)
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan HIV,
Hepatitis B dan Sifilis dari Ibu ke Anak
• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 tahun 2018 tentang Penerapan Standar
Pelayanan Minimal
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 tahun 2019 tentang Sistem Informasi
Puskesmas
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/90/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana HIV
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/755/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tata Laksana Tuberkulosis
BAB 2
TUGAS DAN FUNGSI PELAKSANA TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ODHIV
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pemberian TPT adalah riwayat
penyakit, riwayat pengobatan dan investigasi yang sesuai pedoman nasional.
1. Riwayat penyakit:
• Alergi atau hipersensitivitas terhadap OAT
• Status HIV dan rejimen ARV
• Status kehamilan atau metode KB yang digunakan
• Komorbiditas (seperti malnutrisi, diabetes, hepatitis virus) dan catat obat yang digunakan
untuk komorbid tersebut
• Riwayat kontak dengan pasien TBC Resistan Obat
• Potensi kontraindikasi terhadap TPT: seperti hepatitis aktif atau peningkatan
transaminase (3 kali lipat di atas batas atas normal), gejala neuropati perifer.
2. Riwayat pengobatan: informasi mengenai riwayat pengobatan untuk membantu
dalam pemilihan regimen TPT yang tepat sesuai dengan kondisi komorbid.
3. Pemeriksaan fungsi hati:
• Pemeriksaan fungsi hati tidak rutin dilakukan.
• Pemeriksaan fungsi hati dilakukan bila ada kecurigaan hepatitis aktif berdasarkan gejala
klinis (lemah, lesu, hilang nafsu makan, mual, muntah) atau pada individu yang memiliki
faktor risiko - riwayat penyakit hati, alcoholism, penyakit hati kronis, usia lebih dari 35
tahun dan kehamilan atau masa nifas (dalam waktu 3 bulan setelah melahirkan).
4. Situasi sosial dan finansial
5. Konseling kepatuhan pasien dalam minum obat melalui pendekatan 5M (menilai,
menyarankan, menyetujui, menyepakati dan merencanakan)
Skrining gejala dan tanda TBC harus dilakukan sebelum dimulainya Terapi
Pencegahan Tuberkulosis (TPT). Pada ODHIV yang mempunyai gejala dan tanda TBC
maka dilanjutkan dengan pemeriksaan TBC dan pengobatan TBC apabila terbukti TBC
terkonfirmasi sesuai dengan Pedoman Nasional TBC. Setelah ODHIV menyelesaikan
pengobatan OAT dan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, maka ODHIV dapat
diberikan TPT (sebagai TPT sekunder).
Jika pada ODHIV tidak ditemukan gejala dan tanda TBC, dilanjutkan dengan
penentuan ada tidaknya kontraindikasi pemberian TPT. Pada ODHIV berusia dibawah 12
bulan, hanya yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC yang dapat diberikan TPT,
dengan syarat tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian TPT. Dalam inisiasi TPT,
pasien harus diberikan informasi dan edukasi terkait manfaat dan efek samping
pemberian TPT. Pasien harus diberikan konseling mengenai kepatuhan dalam
pengobatan melalui pendekatan 5M (mengkaji, menyarankan, menyetujui, membantu,
dan merencanakan).
Gambar-1: Algoritma Pemeriksaan dan Pemberian TPT pada ODHIV
ODHIV
Skrining TBC
Pemeriksaan TBC
ODHIV usia <12 bulan ODHIV usia ≥12 bulan, termasuk
ODHIV dalam pengobatan ARV,
ibu hamil dan ODHIV yang telah
Kontak erat menyelesaikan pengobatan TBC Bukan TBC TBC
dengan pasien dan dinyatakan sembuh atau
TBC pengobatan lengkap
Pengobatan TBC
**Kontraindikasi TPT
Tidak Ya OAT selesai dan
dinyatakan sembuh
atau pengobatan
Tidak Ya Tidak lengkap
diberikan TPT
6H 6H atau 3HP
Catatan:
* Jika memiliki minimal salah satu dari gejala/tanda yang mengarah pada sakit TBC. Gejala
tersebut adalah batuk, demam, keringat di malam hari, penurunan berat badan atau
pembesaran kelenjar getah bening. Khusus pada anak usia ≤ 5 tahun, kurva pertumbuhan datar
atau berat badan sesuai usia sebesar <-2 (lebih kecil dari minus dua) Z-skor dianggap merupakan
tanda TBC.
** Kontraindikasi TPT: hepatitis akut atau kronis, neuropati perifer (jika menggunakan isoniazid)
dan konsumsi alkohol biasa atau berat.
*** Pemilihan paduan mempertimbangkan usia, sensitif obat atau resistan obat, risiko
toksisitas, interaksi obat dan ketersediaan obat
C. Pilihan Paduan Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dengan HIV
Pilihan paduan TPT yang disediakan program penanggulangan HIV/AIDS nasional
saat ini adalah:
1. Paduan Isoniasid/INH (6H)
• Terapi pencegahan TBC dengan paduan INH diberikan setiap hari selama 6 bulan
(6H) kepada semua ODHIV yang setelah dievaluasi dengan seksama tidak sakit TBC
dan ODHIV yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC harus diobati sebagai
infeksi TB laten dengan INH 300 mg/hari selama 6 bulan (total 180 dosis).
• Paduan 6H dapat diberikan pada ODHIV semua umur, tidak tergantung status
kehamilan, dan ODHIV yang menggunakan semua jenis ARV. Paduan ini menjadi
pilihan apabila memiliki kontraindikasi terhadap Rifapentine yang terdapat pada
paduan 3HP.
• Pada pemberian terapi pencegahan TBC dengan paduan 6H, untuk mencegah
kejadian neuropati perifer akibat INH, maka pada paduan ini ditambahkan Vitamin
B6 dengan dosis 25 mg per hari atau 50 mg selang sehari atau 2 hari sekali.
• Dosis INH pada anak usia <10 tahun 10mg/kg BB/hari, sedangkan anak usia ≥ 10
tahun 5mg/kg BB/hari maksimal 300 mg/hari (Tabel 3).
• Bila pasien anak dengan infeksi HIV diberikan tambahan vitamin B6 10 mg bila
dosis INH ≤200 mg/hari, sedangkan untuk dosis INH >200 mg/hari diberikan
vitamin B6 2x10 mg.
• Pada pasien dewasa dengan infeksi HIV diberikan dosis INH 300 mg/hari dan
vitamin B6 25 mg/hari.
• ODHIV yang juga mengkonsumsi ARV dapat mengkonsumsi paduan 6H sebagai
TPT secara bersamaan dengan ARV ataupun terpisah
6H 3HP
Interval pemberian Harian Mingguan
Durasi 6 bulan 3 bulan
Dosis 180 dosis 12 dosis
<10 thn: 10 mg/kg BB Usia 2-14 tahun
≥10 thn: 5 mg/kg BB Sediaan Obat 10-15 kg 16-23 kg 24-30 kg 31-34 kg >34 kg
Isoniasid/INH 100 mg (tablet) 3 5 6 7 7
Rifapentine 150 mg (tablet) 2 3 4 5 5
Isoniasid (INH)/Rifapentine FDC 2 3 4 5 5
(150 mg/150 mg)
Keterangan:
a. Rata-rata perhitungan jumlah dosis per tablet (pill burden) pada orang dewasa dengan bentuk obat: Isoniazid (H) = 300 mg; Rifampisin (R) = 300 mg/150 mg; Rifapentine (P) = 150 mg.
b. DTG = dolutegravir, EFV = efavirenz, H = isoniazid, LPV-RTV = lopinavir-ritonavir, NNRTI = non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors, NVP = nevirapine, PIs = protease inhibitors,
P = rifapentine, R = rifampicin, RAL = raltegravir, TAF = tenofir alafenamide, TDF = renofovir disporoxil fumarate.
Studi interaksi antar obat telah dilakukan pada kelompok dewasa saja, belum termasuk anak-anak; berlaku untuk orang dewasa yang menggunakan DTG atau RAL.
D. Pemantauan Dan Evaluasi Terapi Pencegahan Tuberkulosis Saat ODHIV Kontrol
Pemantauan pengobatan TPT dilakukan secara rutin bersamaan dengan
pemantauan pengobatan ARV pada ODHIV. Tujuan pemantauan untuk memastikan agar
pasien meminum obat secara teratur dan mengetahui efek samping secara dini.
Pemantauan dilakukan setiap bulan/kunjungan selama masa pengobatan TPT. Berikut
merupakan komponen penting yang harus dipantau selama masa pengobatan:
1. Evaluasi gejala yang mengarah pada sakit TBC. Gejala tersebut adalah batuk,
demam, keringat di malam hari dan penurunan berat badan.
2. Evaluasi Tanda dengan melakukan pemeriksaan fisik: berat badan, suhu tubuh,
tanda ikterus dan pembesaran kelenjar getah bening. Khusus untuk anak usia ≤5
tahun, kurva pertumbuhan datar atau berat badan sesuai usia sebesar <-2 Z-skor
dianggap merupakan tanda TBC.
3. Efek samping obat.
4. Kepatuhan ODHIV dalam minum TPT melalui pendekatan 5M (menilai,
menyarankan, menyetujui, menyepakati dan merencanakan).
5. Ada tidaknya dukungan sosial pada ODHIV selama masa pengobatan TPT dari
keluarga dan/atau pendampingan dari komunitas/kader.
6. Setelah ODHIV menyelesaikan pengobatan TPT, pemantauan gejala TBC dan
pemeriksaan fisik tetap harus dilakukan selama kunjungan pengobatan rutin
3. Informasi yang perlu disampaikan pada saat pemberian TPT adalah sebagai berikut:
a. Anoreksia, perasaan lemah, lelah, tidak nafsu makan, mual, muntah (gejala awal
dari hepatotoksisitas), perut tidak nyaman, urin berwarna gelap, tinja pucat,
penyakit kuning, kebingungan dan kantuk.
b. Reaksi seperti flu (flu-like syndrome) muncul ketika menjalani TPT.
c. Gejala TBC seperti batuk, demam, penurunan berat badan, keringat pada malam
hari, pembesaran kelenjar getah bening.
d. Jika selama menjalani TPT pasien didiagnosis malaria. Lakukan pengobatan
malaria terlebih dahulu dan lanjutkan setelah pengobatan malaria selesai dan
gejala menghilang
Tabel-6: Tatalaksana pemberian dosis obat TPT paduan 3HP yang terlewat
Isoniasid Rifapentin
Jenis Golongan
Contoh Obat Meningkatkan Menurunkan
Obat
Konsentrasi Obat Konsentrasi Obat
Antiaritmik Disopyramide/Mexiletine/Quinidine/ √
Tocainide
Antibiotik Chloramphenicol/clarithromycin/ √
dapsone/doxycycline/
fluoroquinolones
Antikoagulan Warfarin √ √
Antikonvulsan Phenytoin √ √
Phenytoin,
carbamazepine,
primidone, valproic
acid)
Antidepresan Amitriptyline/nortriptyline √ √
Some SSRI
(selective serotonin
reuptake inhibitors)
Antimalaria √ √
Halofantrine Quinine
Antipsikotik Haloperidol √ √
Antiviral √ √
Ritonavir PI, INSTI
Efavirenz Nevirapine
(rifampicin)
Azole antifungal Fluconazole/itraconazole/ √ √
ketoconazole
Barbiturates Phenobarbital √
Benzodiazepine Diazepam √ √
Diazepam, triazolam
Beta blocker Propranolol √
Calcium Diltiazem/nifedipine/verapamil √
Channel blocker
Kortikosteroid Prednisone √
Kontraseptif Ethinyl oestradiol/levonorgestrel √
hormone (Rifapentine)
Analgesik Methadone √ √
Narkotik Levomethyldate
acetate
BAB 5
PENGELOLAAN LOGISTIK TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG DENGAN
HIV
Pengelolaan logistik Terapi Pencegahan TBC (TPT) sesuai dengan siklus pengelolaan
logistik meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan pelaporan. Siklus
ini akan berjalan baik dengan dukungan manajemen meliputi adanya sumber daya
manusia, organisasi, pembiayaan, sistem informasi dan jaga mutu. Rangkaian antara siklus
dan dukungan manajemen ini merujuk pada Kebijakan dan Aspek Hukum yang berlaku.
Logistik TPT untuk ODHIV dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu Obat TPT untuk
pencegahan dan non-Obat TPT. Obat untuk pencegahan dalam TPT ODHIV mencakup
Isoniazid dan Rifapentine serta vitamin B6. Sementara kebutuhan non-Obat untuk
pencegahan dalam TPT ODHIV adalah formulir pencatatan dan pelaporan, yaitu: Ikhtisar
Perawatan, Kartu Pasien, Formulir Rujukan, Kartu Stok, Formulir Pemberian Obat serta
media dan bahan KIE lainnya.
Tabel-8: Perencanaan Logistik obat TPT pada ODHIV di tiap tingkat pelaksana
Tabel-9: Perencanaan Logistik non-obat TPT pada ODHIV di tiap tingkat pelaksana
Sasaran/
Cara Perhitungan Rumus
Pengguna TPT
ODHIV 2-14 tahun Perkiraan jumlah INH 100 mg 1) Perkiraan jumlah ODHIV usia 2-14 tahun
yang dibutuhkan yang layak mendapatkan TPT 3HP sesuai
target perkiraan ODHIV on ART yg memenuhi
syarat utk terapi pencegahan TPT (ODHIV
diperiksa TB hasilnya BTA negatif) x 12
minggu x 6 tablet*
Perkiraan jumlah P 150 mg 2) Perkiraan jumlah ODHIV usia 2-14 tahun
yang dibutuhkan yang layak mendapatkan TPT 3HP sesuai
target perkiraan ODHIV on ART yg memenuhi
syarat utk terapi pencegahan TPT (ODHIV
diperiksa TB hasilnya BTA negatif) x 12
minggu x 4 tablet*
ODHIV usia >14 Perkiraan jumlah KDT 3HP INH Perkiraan jumlah ODHIV usia >14 tahun yang
tahun 300 mg/Rifapentin 300 mg layak mendapatkan KDT 3HP x 12 minggu x 3
tablet
*angka tengah dari dosis tablet sesuai berat badan di Tabel 3
Gambar-2: Alur Permintaan, distribusi dan pelaporan logistik obat TPT untuk ODHIV
Kemenkes
Keterangan:
Alur Distribusi
Alur Permintaan dan Pelaporan
( ………………………………………….. )
Ringkasan bulanan:
Stok pada awal bulan (A) Stok yang keluar (C)
Stok diterima (B) Stok Kadaluarsa (D)
Stok akhir bulan (E) = (A+B) – (C+D)
Catatan: Penulisan tanggal dimulai tanggal …. pada bulan sebelumnya sampai dengan tanggal …. pada bulan ini.
2. Tingkat Kabupaten/Kota
Pada tingkat Kabupaten/Kota, pencatatan yang diperlukan adalah:
• Kartu stok obat yang selalu diperbaharui setiap adanya penerimaan ataupun
pengeluaran dari obat serta dilengkapi dengan sumber dana, nomor Batch dan
tanggal kadaluwarsa.
• Rekapitulasi stok obat masuk, stok obat yang dikeluarkan dari tiap-tiap layanan
yang ada di kabupaten/kota tersebut.
• Rekap dari kartu stok obat yang berisi berbagai jenis obat menjadi formulir atau
data pelaporan obat ke tingkat Provinsi.
• Pencatatan dilakukan melalui Sistem Informasi Program HIV yang digunakan
3. Tingkat Provinsi
Pada tingkat Provinsi, pencatatan yang diperlukan adalah:
• Kartu stok obat yang selalu diperbaharui setiap adanya penerimaan ataupun
pengeluaran dari obat serta dilengkapi dengan sumber dana, nomor Batch dan
tanggal kadaluwarsa.
• Rekapitulasi stok obat masuk, stok obat yang dikeluarkan dari setiap
kabupaten/kota yang ada di provinsi tersebut.
• Rekap dari kartu stok obat yang berisi berbagai jenis obat menjadi formulir atau
data pelaporan obat ke tingkat Pusat.
• Pencatatan dilakukan melalui Sistem Informasi Program HIV yang digunakan
b. Tingkat Kabupaten/Kota
Gambar-6: Format Pelaporan Logistik Obat TPT untuk ODHIV Tingkat Kab/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
vial kapsul paket buah buah buah buah test test test kit test vial tablet tablet tablet
Provinsi No Kabupaten/Kota Azithromicyn Isoniasid+
Benzatin 1000mg + Alat suntik Alcohol Micafungin/ Vit. B6 Rifapentin
Fluconazol Rapid Rapid Rapid DBS Viral Load Isoniasid/
Penicilin Cefixime Kondom Lubricant Tuberkulin/ swab (BD micamin (Piridoksin) 300mg+
150mg HIV 1 HIV 2 HIV 3 Collection Genexpert INH 300mg
2,4 juta IU 400mg/ sterii swab) 50mg 25mg 300mg
Kombipak (3HP)
TOTAL
ACEH
1 Aceh Selatan
c. Tingkat Provinsi
Gambar-7: Format Pelaporan Logistik Obat TPT untuk ODHIV Tingkat Provinsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
vial kapsul paket buah buah buah buah test test test kit test vial tablet tablet tablet
No Provinsi Azithromicyn Isoniasid+
Benzatin 1000mg + Alat suntik Alcohol Micafungin/ Vit. B6 Rifapentin
Fluconazol Rapid Rapid Rapid DBS Viral Load Isoniasid/
Penicilin Cefixime Kondom Lubricant Tuberkulin/ swab (BD micamin (Piridoksin) 300mg+
150mg HIV 1 HIV 2 HIV 3 Collection Genexpert INH 300mg
2,4 juta IU 400mg/ sterii swab) 50mg 25mg 300mg
Kombipak (3HP)
1 Aceh
BAB 6
MONITORING DAN EVALUASI TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG
DENGAN HIV
4. Pusat
a. Melakukan analisa data sesuai dengan wilayah dan indikator yang diperlukan
b. Melakukan perencanaan kebutuhan obat TPT untuk semua provinsi
c. Melakukan pengiriman Logistik TPT ke Dinas Kesehatan Provinsi
Pastikan cara penulisan sama dengan yang ada di register Pra ART dan ART
No. Rekam Medis Diisi dengan nomor rekam medis pasien di fasyankes. Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan sama dengan yang ada di register Pra
ART dan ART
Nama Pasien Diisi dengan nama lengkap pasien. Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Catatan:
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan nama sama dengan yang ada di register
Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Tanggal Lahir Diisi dengan tanggal lahir pasien Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Catatan:
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan tanggal lahir sama dengan yang ada di
register Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Umur Diisi dengan umur pertama kali pasien berkunjung ke layanan PDP Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Catatan:
Jika di isi manual, pastikan cara penulisan umur sama dengan yang ada di register
Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Jenis Kelamin Diisi dengan jenis kelamin pasien dengan cara: Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
L= untuk laki-laki
P= untuk perempuan
Catatan:
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan jenis kelamin sama dengan yang ada di
register Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Tanggal Kunjungan Pertama Diisi dengan tanggal kunjungan pertama ke layanan PDP Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Catatan:
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan tanggal kunjungan pertama sama
dengan yang ada di register Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Status Pasien Diisi dengan status pasien saat berkunjung bulan ini. Cara pengisiannya tulis: Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
• Baru: jika tanggal kunjungan bulan ini sama dengan tanggal kunjungan
pertama
• Lama: jika tanggal kunjungan bulan ini lebih besar dari tanggal knjungan
pertama
Catatan:
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan status pasien sama dengan yang ada di
register Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Ketepatan Jadwal Kunjungan Akan terisi otomatis jika jadwal kunjungan bulan ini pada kunjungan sebelumnya Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
dan tanggal kunjungan bulan ini saat ini terisi.
Tanggal Mulai ART Diisi dengan tanggal pasien memulai ART pertama kali Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Catatan:
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan tanggal mulai ART sama dengan yang
ada di register Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Rencana Kunjungan Rencana kunjungan selanjutnya akan terisi otomatis dalam format tanggal jika Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Selanjutnya tanggal kunjungan bulan ini dan sisa obat ARV terisi.
Sisa Obat ARV (hari) Diisi dengan obat ARV yang tersisa bulan ini dari pemberian pada kunjungan Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
bulan sebelumnya. Tuliskan dalam satuan hari
PPK Diisi dengan status Profilaksis kotrimokzasol yang diberikan bulan ini. Cara Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
mengisinya pilih PPK dari droplist yang tersedia dengan ketentuan:
0 = Jika tidak mendapatkan PPK bulan ini
1 = Jika mendapatkan PPK bulan ini
Kondom Diisi dengan jumlah kondom (pcs) yang diterima oleh pasien Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Status Kehamilan Diisi dengan status kehamilan pasien pada bulan ini. Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Cara mengisinya pilih status kehamilan dari drop list yang tersedia dengan
ketentuan:
1 = baru hamil bulan ini (kehamilan pertama sejak mulai perawatan di fasyankes
ini.
2 = baru hamil bulan ini (kehamilan kedua/dsb sejak mulai perawatan di
fasyankes ini)
3 = Sedang hamil
4 = Sudah/pernah melahirkan
5 = belum pernah hamil (sejak mulai perawatan)
Status COVID-19 Diisi dengan status covid-19 pada kunjungan bulan ini. Cara mengisinya pilih Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
status covid-19 dari drop list yang tersedia dengan ketentuan:
• OTG
• ODP-proses pemantuan
• ODP-selesai pemantauan
• PDP-tidak dirawat
• PDP-masih dirawat
• PDP-pulang & sehat
• COVID-dirawat
• COVID-sembuh
• COVID-meninggal
• COVID-isoman mandiri
Skrining COVID-19 Diisi dengan skrining covid yang dilakukan pada kunjungan bulan ini. Cara Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
mengisinya pilih skrining covid-19 dari drop list yang tersedia dengan ketentuan:
• Ya, jika dilakukan skrining
• Tidak, jika tidak dilakukan skrining
Tanggal Pasien COVID-19 Diisi dengan tanggal meninggal pasien dengan status covid-19 Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Meninggal
Keterangan Status Pasien Akan terisi otomatis jika status covid terisi Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Covid-19
KETERANGAN Pasien COVID- Akan terisi otomatis jika status covid terisi Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
19 Positif
Lama Pengobatan ARV (bln) Akan terisi otomatis jika tanggal kunjungan dan tanggal mulai ART terisi Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Tanggal Tes VL Terakhir Akan terisi otomatis jika inputan Viral Load pada menu Viral Load terisi Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
(sebelum kunjungan ini)
Hasil Tes VL Terakhir Akan terisi otomatis jika inputan Viral Load pada menu Viral Load terisi Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
(sebelum kunjungan ini)
Kajian Status TBC Diisi dengan hasil kajian status TBC. Cara mengisinya pilih angka 1,2,3,4 pada Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
drop list yang tersedia dengan ketentuan sebagai berikut:
1 = Jika tidak ada tanda dan gejala TBC
2 = Jika suspek/terduga TBC
3 = Jika dalam pengobatan TBC
Tipe Diagnosis Diisi dengan Tipe diagnosis. Cara mengisinya pilih dari drop list yang tersedia: Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
• TCM, jika diagnosis dilakukan dari hasil pemeriksaan TBC yang dilakukan
dengan menggunakan mesin TCM
• Mikroskopis, Jika diagnosis dilakukan dari hasil pemeriksaan TBC yang
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis
• Klinis, jika diagnosis dilakukan dari hasil pemeriksaan klinis yang dilakukan.
Status TBC Diisi dengan status TBC. Cara mengisinya pilih angka 1 atau 2 pada drop list yang Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
tersedia dengan ketentuan:
1 = TBC
2 = Bukan TBC
Status OAT di bulan ini Diisi dengan status OAT pasien bulan ini (jika pasien positif TBC). Cara mengisinya Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
pilih status OAT dibulan ini dari drop list yang tersedia dengan ketentuan:
• Belum pengobatan, jika pasien positif TBC namun belum memulai pengobaan
OAT
• Baru mulai, jika pasien baru pertama kali terapi dengan OAT pada saat
kunjungan bulan ini
• Sedang menerima, jika pada kunjungan bulan ini pasien masih terapi dengan
OAT
• Selesai, jika pada kunjungan bulan ini pasien telah selesai terapi dengan OAT
• Stop, jika pada kunjungan bulan ini pasien stop terapi dengan OAT
• Gagal, jika pada kunjungan bulan ini pasien telah selesai terapi dengan OAT
dan dinyatakan gagal pengobatan
Memenuhi syarat TPT Diisi dengan informasi terkait pasien yang memenuhi syarat TPT. Cara Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
mengisinya pilih memenuhi syarat TPT dari drop list yang tersedia dengan
ketentuan:
0 = Tidak memenuhi syarat TPT
1 = Memenuhi Syarat TPT
ODHIV dikatakan memenuhi syarat TPT jika:
Primer:
ODHIV tidak sedang dalam pengobatan TBC, atau
ODHIV tidak suspek TBC, atau
ODHIV tidak kontradiksi dengan TPT, atau
Sekunder:
ODHIV sudah pernah TPT >5 tahun (tidak ada gejala/tanda TBC)
ODHIV sudah pernah TBC
Status TPT di bulan ini Diisi dengan status TPT pasien pada bulan ini. Cara mengisinya pilih status TPT Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
dibulan ini dari drop list yang tersedia dengan ketentuan:
• Baru memulai INH, jika pasien baru pertama kali terapi dengan INH pada saat
kunjungan bulan ini
• Sedang INH, jika pada kunjungan bulan ini pasien masih/sedang terapi dengan
INH
• Selesai INH, jika pasien telah menyelesakan minimal 80% rangkaian
pengobatan pecjegahan dengan INH
• Stop INH, jika pasien tidak dapat melanjutkan terapi dengan INH karena
mendapatkan efek samping berat atau sebab lainnya
• Gagal INH, jika pasien sakit TBC selama pemberian terapi dengan INH
• LFU INH, jika tidak minum terapi dengan INH selama 1 bulan atau lebih secara
berturut-turut
• RK dengan INH, jika pasien yang sedang dalam terapi INH rujuk keluar ke
fasyankes PDP lain
• Baru memulai 3HP, jika pasien baru pertama kali terapi dengan INH pada saat
kunjungan bulan ini
• Sedang 3HP, jika pada kunjungan bulan ini pasien masih/sedang terapi dengan
3HP.
• Selesai 3HP, jika pasien telah menyelesakan minimal 80% rangkaian
pengobatan pencegahan dengan 3HP
• Stop 3HP, jika pasien tidak dapat melanjutkan terapi dengan 3HP karena
mendapatkan efek samping berat atau sebab lainnya, seperti kehamilan pada
saat pemberian 3HP atau sakit berat.
• Gagal 3HP, jika pasien sakit TBC selama pemberian terapi dengan 3HP
• LFU 3HP, jika tidak minum terapi dengan 3HP selama 1 bulan atau lebih secara
berturut turut
• RK dengan 3HP, jika pasien yang sedang dalam terapi 3HP rujuk keluar ke
fasyankes PDP lain
• Baru memulai TPT lainnya, jika pasien baru pertama kali terapi dengan TPT
lainnya pada saat kunjungan bulan ini
• Sedang TPT lainnya, jika pada kunjungan bulan ini pasien masih/sedang terapi
dengan TPT lainnya
• Selesai TPT lainnya, jika pasien telah menyelesakan minimal 80% rangkaian
pengobatan pencegahan dengan TPT lainnya
• Stop TPT lainnya, jika pasien tidak dapat melanjutkan terapi dengan TPT
lainnya karena mendapatkan efek samping berat atau sebab lainnya, seperti
kehamilan pada saat pemberian 3HP atau sakit berat.
• Gagal TPT lainnya, jika pasien sakit TBC selama pemberian terapi dengan TPT
lainnya
• LFU TPT lainnya, jika tidak minum terapi dengan TPT lainnya selama 1 bulan
atau lebih secara berturut turut
• RK dengan TPT lainnya, jika pasien yang sedang dalam terapi INH rujuk keluar
ke fasyankes PDP lain
• Meninggal, jika pasien meninggal
• Tidak TPT, jika pasien tidak TPT
Sisa obat TBC/TPT yang Diisi dengan sisa obat TBC/TPT setelah mendapatkan obat pada periode Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
dibawa (tablet) sebelumnya dan jika pasien pindah diisi dengan sisa obat TBC/TPT yang dibawa
oleh pasien ketika rujuk keluar ke fasyankes lain.
Satuan dalam tablet.
Efek Samping Diisi dengan efek samping obat yang diinformasikan pasien pada kunjungan Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
bulan ini. Cara mengisinya pilih efek samping dari drop list yang tersedia dengan
ketentuan:
R= Ruam Kulit, Ll= Lelah,
Mua= Mual, SK= Sakit Kepala,
Mun= Muntah, Dem= Demam,
D= Diare, Hip= Hipersensitifitas,
N= Neuropati, Dep= Depresi,
Ikt= Ikterus, Ngan= Ngantuk,
An= Anemi, P= Pankreatitis,
Lan= Lain-lain uraikan
Lokasi Fasyankes Diisi dengan nama fasyankes tujuan pasien yang rujuk keluar Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
3. Kartu Pasien
Tanggal Kunjungan Diisi dengan tanggal kedatangan pasien Setiap kali kunjungan Dokter/Perawat
Jumlah obat TPT yang sisa Diisi dengan jumlah obat TPT yang tersisa pada bulan berjalan Setiap kali kunjungan Dokter/Perawat
Jumlah obat TPT yang diberikan untuk Diisi dengan jumlah obat TPT yang diberikan untuk bulan berikutnya Setiap kali kunjungan Dokter/Perawat
bulan berikutnya
*Untuk penjelasan lengkap terkait kartu pasien dapat dilihat pada juknis pencatatan SIHA
4. Formulir Rujukan
Petugas yang
Variabel Cara Pengisian Waktu Pengisian
Mengisi
Status TPT Diisi dengan status TPT pada Saat pasien akan Perawat/Dokter
saat pasien pindah: dirujuk
1. Dalam Pengobatan TPT
2. Tidak dalam Pengobatan TPT
Jumlah Obat TBC/TPT Diisi dengan sisa obat TBC/TPT
yang dibawa pulang yang dibawa oleh pasien ketika
(dibekalkan) rujuk keluar ke fasyankes lain.
Satuan dalam tablet.
*Untuk penejelasan lengkap terkait formulir rujukan dapat dilihat pada juknis pencatatan SIHA.
Bulan
No Indikator Jan Feb Mar Apr
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8 ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8 ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8 ke-1 ke-2
1 Jumlah ODHIV baru mulai ART
2 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC
3 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT
4 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
a. Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
6H
b. Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
3HP
c. Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
lainnya
5 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
yang STOP (berhenti) TPT
6 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
yang LFU
7 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
yang Meninggal
8 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
yang Gagal Pengobatan TPT
9 Jumlah ODHIV on ART (ODHIV Lama)
10 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC
11 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT
12 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
a. Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT 6H
b. Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT 3HP
c. Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT lainnya
13 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT yang STOP
(berhenti) TPT
14 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT yang LFU
15 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT yang
Meninggal
16 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT yang Gagal
Pengobatan TPT
2. Rekap Laporan Kohort Pemberian TPT Pada ODHIV
Laki-laki Perempuan
No Indikator Total
<1 1-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 ≥75 <1 1-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 ≥75
1 % Pemberian TPT pada ODHIV baru
mulai ART
a. Jumlah ODHIV baru mulai ART
yang mendapat TPT
b. Jumlah ODHIV baru mulai ART
yang memenuhi syarat mendapat
TPT
2 % Pemberian TPT pada ODHIV
dalam pengobatan ARV/on ART
(ODHIV Lama)
a. Jumlah ODHIV on ART yang
memenuhi syarat dapat TPT dan
mendapat TPT
b. Jumlah ODHIV on ART yang
memenuhi syarat mendapat TPT
3 % Menyelesaikan TPT pada ODHIV
baru mulai ART
a. Jumlah ODHIV baru mulai ART
yang dapat TPT dan
menyelesaikan TPT
b. Jumlah ODHIV baru mulai ART
yang dapat TPT
4 % Menyelesaikan TPT pada ODHIV
on ART (ODHIV Lama)
a. Jumlah ODHIV on ART yang dapat
TPT dan menyelesaikan TPT
b. Jumlah ODHIV on ART yang dapat
TPT
Cara Pengisian Laporan Kohort Pemberian TPT Pada ODHIV
Baseline
No Indikator 2020 2021 2022 2023 2024
2019
1 Persentase pemberian
TPT pada ODHIV baru 12% 35% 40% 45% 50% 55%
mulai ART
2 Persentase pemberian
TPT pada ODHIV dalam
N/A 35% 40% 45% 50% 55%
pengobatan ARV (on
ART)
3 Persentase ODHIV baru
memulai ART yang N/A ≥60% ≥65% ≥70% ≥75% ≥80%
menyelesaikan TPT
4 Persentase ODHIV yang
sedang dalam
pengobatan ARV (on N/A ≥60% ≥65% ≥70% ≥75% ≥80%
ART) dan
menyelesaikan TPT
Sumber: RAN HIV Tahun 2020-2024 dan RAN TB-HIV 2020-2024
2. Cara Perhitungan Indikaotr Pemberian TPT Pada ODHIV Tahun 2020-2024
Tabel-18: Cara Perhitungan Indikaotr Pemberian TPT Pada ODHIV Tahun 2020-2024
Sumber
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
Data
1 Persentase Persentase pemberian Terapi Numerator: Laporan
pemberian TPT Pencegahan TBC (TPT) pada Jumlah ODHIV baru memulai ART yang mendapat TPT Kohort
pada ODHIV ODHIV baru mulai ART dan Denominator: TPT
baru mulai ART memenuhi syarat TPT Jumlah ODHIV baru memulai ART yang memenuhi syarat untuk mendapat TPT
Cara menghitung Denominator:
Jumlah ODHIV baru memulai ARV, dikurangi dengan ODHIV dengan TBC aktif, suspek TBC,
kontraindikasi obat TPT dan sudah pernah mendapatkan TPT dalam 5 tahun terakhir (tidak ada
gejala/tanda TBC).
2 Persentase Persentase pemberian Terapi Numerator: Laporan
Pemberian TPT Pencegahan TBC (TPT) pada Jumlah ODHIV sedang dalam pengobatan ARV (on ART) yang mendapat TPT Kohort
pada ODHIV ODHIV baru dan lama yang Denominator: TPT
dalam sedang dalam pengobatan (on Jumlah ODHIV sedang dalam pengobatan ARV (on ART) yang memenuhi syarat untuk
pengobatan ARV ART) dan memenuhi syarat TPT mendapat TPT
(on ART) Cara menghitung Denominator:
Jumlah ODHIV baru dan lama yang sedang dalam pengobatan ARV, dikurangi dengan ODHIV
dengan TBC aktif, suspek TBC, kontraindikasi obat TPT dan sudah pernah mendapatkan TPT
dalam 5 tahun terakhir (tidak ada gejala/tanda TBC).
3 Persentase Persentase ODHIV baru yang Numerator: Laporan
ODHIV baru memulai ART dan menyelesaikan Jumlah ODHIV baru mulai ART dan menyelesaikan TPT Kohort
memulai ART Terapi Pencegahan TBC (TPT) di Denominator: TPT
yang antara ODHIV baru yang memulai Jumlah ODHIV baru mulai ART yang mendapatkan TPT
menyelesaikan ART dan memulai/mendapatkan (pengobatan pencegahan TBC untuk INH selama 6 bulan pengobatan, 3HP selama 3 bulan
TPT TPT. pengobatan)
4 Persentase Persentase ODHIV baru dan lama Numerator: Laporan
ODHIV yang yang sedang dalam pengobatan Jumlah ODHIV sedang dalam pengobatan ARV (on ART) yang menyelesaikan TPT Kohort
sedang dalam (on ART) dan menyelesaikan Denominator: TPT
pengobatan ARV Terapi pencegahan TBC (TPT) di Jumlah ODHIV sedang dalam pengobatan ARV (on ART) yang mendapatkan TPT
(on ART) dan
menyelesaikan antara ODHIV baru dan lama (pengobatan pencegahan TBC untuk INH selama 6 bulan pengobatan, 3HP selama 3 bulan
TPT yang memulai/mendapatkan TPT. pengobatan)
DAFTAR PUSTAKA