Anda di halaman 1dari 65

ISBN

Ind

PETUNJUK TEKNIS
TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS
PADA ORANG DENGAN HIV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2021
ISBN

Dukungan:
SAMBUTAN

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat diterbitkannya buku Petunjuk Teknis
Terapi Pencegahan Tuberkulosis pada Orang dengan HIV (ODHIV).

Tuberkulosis (TBC) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang masih menjadi


tantangan di dunia dan di Indonesia. Saat ini Indonesia berada di urutan kedua di antara
negara dengan beban TBC tertinggi di dunia. TBC merupakan penyebab utama kematian
pada orang dengan HIV (ODHIV), TBC merupakan salah satu infeksi oportunistik yang
banyak terjadi dan penyebab utama kematian pada orang dengan HIV (ODHIV). Dalam
menanggulangi permasalahan tersebut, disusunlah Dokumen Terapi Pencegahan
Tuberkulosis pada Orang dengan HIV agar kolaborasi kegiatan bagi kedua program dapat
berjalan secara sinergis dan harmonis serta mampu menanggulangi kedua penyakit
tersebut secara efektif dan efisien.

Sebaliknya, Epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menunjukkan


pengaruhnya terhadap peningkatan epidemi Tuberkulosis di seluruh dunia yang berakibat
meningkatnya jumlah kasus TBC di masyarakat. Epidemi ini merupakan tantangan terbesar
dalam pengendalian TBC dan banyak bukti menunjukkan bahwa pengendalian TBC tidak
akan berhasil dengan baik tanpa keberhasilan pengendalian HIV.

Akhirnya, semoga dokumen Terapi Pencegahan Tuberkulosis pada Orang dengan


HIV dapat memberikan motivasi untuk memberikan layanan TPT pada ODHIV untuk
menurunkan beban TBC pada ODHIV di Indonesia.

Jakarta, Januari 2022


Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit

Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan
hidayah Nya sehingga Petunjuk Teknis Terapi Pencegahan Tuberkulosis pada ODHIV dapat
diselesaikan tepat waktu.
Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) dimulai sejak tahun 2014 dengan
dikeluarkannya Petunjuk Teknis PP-INH pada ODHIV pada tahun tersebut. Berdasarkan
data Global TB Report (GTR, 2019) cakupan pemberian TPT pada ODHIV berada diangka
10% sama dengan kohort tahun 2018. Capaian tersebut masih jauh dari target yang
diharapkan yaitu sebesar 40%.
Peraturan Presiden No.67 Tahun 2021 paragraf 6 pasal 15 menyatakan bahwa
pemberian obat pencegahan TBC ditujukan pada tiga sasaran, yaitu salah satunya adalah
Orang dengan HIV (ODHIV) yang tidak terdiagnosis TBC. Menindaklanjuti hal tersebut,
Petunjuk Teknis TPT pada ODHIV ini menjelaskan lebih rinci mengenai tata laksana
pemberian TPT pada ODHIV, peran dan tugas tenaga kesehatan, pengelolaan logistik TPT,
serta monitoring dan evaluasi pemberian TPT pada ODHIV.
Pemberian TPT pada ODHIV diharapkan dapat mencegah ODHIV sakit TBC,
memutus mata rantai penularan TBC, dan mencapai eliminasi TBC pada tahun 2030.
Pemberian TPT saat ini dipermudah dengan adanya paduan jangka pendek pengobatan
selama 3 bulan dengan Isoniasid/INH dan Rifapentine (3HP) yang diminum sekali seminggu.
Kegiatan pemberian TPT pada ODHIV perlu melibatkan semua pihak termasuk
Instansi Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga), pemerintah daerah hingga di fasilitas
kesehatan tingkat pertama (FKTP), fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL) dan
melibatkan sektor lainnya seperti Ditjen PAS Kementerian Hukum dan HAM dengan UPT
Lapas/Rutannya, tempat kerja maupun lembaga pendidikan, dan lain-lain. Penting terlibat
juga peran organisasi kemasyarakatan dan juga kader Kesehatan yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan promosi, sosialisasi, merujuk ke fasyankes dan memantau
kepatuhan pengobatan TPT.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
penyusunan Petunjuk Teknis ini seperti tim penyusun, narasumber dan pihak terkait
lainnya yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Petunjuk Teknis TPT pada ODHIV ini.
Kami terbuka dengan segala kritik dan saran untuk perbaikan Petunjuk Teknis TPT pada
ODHIV ini di masa mendatang. Kami berharap dokumen ini dapat bermanfaat untuk upaya
pengendalian TBC di Indonesia.

Jakarta, Januari 2022


Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Menular Langsung

dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid


TIM PENYUSUN

PETUNJUK TEKNIS
TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG DENGAN HIV

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Jakarta 2022

Penasehat
Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS
dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid

Penanggung Jawab
dr. Ratna Budi Hapsari, MKM

Editor
dr. Lanny Luhukai
Rudy Elriman Hutagalung

Kontributor
Substansi HIV AIDS & PIMS: dr. Afriana Nurhalina, M.Kes; dr. Hariadi Wisnu Wardhana; dr.
Trijoko, MSc.PH; Nuraini, SKM, M.Kes; Dinasti Mularsih, SKM; dr. Pratono; Romauli, SKM, M.Kes;,
M.Kes; Eva Muzdalifah, SKM; Siti Zahra Eka Putri
Substansi Tuberkulosis: dr. Endang Lukitosari, MPH, dr. Galuh Budhi Leksono Adhi, M.Kes,
Esmawati, SKM
Panel Ahli HIV AIDS & PIMS: Dr. dr. Rudi Wisaksana, SpPD, KPTI, Ph.D; Dr. dr. Evy Yunihastuti,
Sp.PD(KAI), FINASIM; Dr. Yanri Wijayanti, Sp.PD, Ph.D; Dr. Yovita Hartantri, Sp.PD, KPTI; dr.
Beatricia Iswari, MKK; dr. Sigit Priohutomo, MPH
Komite Ahli TB: Prof. dr. Sudijanto Kamso, SKM, Dr. dr. Erlina Burhan, M,Sc, Sp.P(K); Dr.
Soedarsono, Sp.P (K); Dr. Fathiyah Isbaniyah, Sp.P (K)
WHO (HIV & TB): dr. Budiarto, dr. Tiara Mahatmi Nisa MS; dr. Kemmy A. Purnamawati; dr.
Steward Anwar; dr. Maria Regina Christian; Yoana Anandita, SKM, Eva Kartikasari
TWG TB-HIV: Yakub Gunawan
Yayasan KNCV Indonesia: dr. John Sugiarto, MPH; dr. Yeremia; drg. Meilani, ; Maylan, SKM;
Dinas Kesehatan Provinsi:

Diterbitkan oleh:
Kementerian Kesehatan RI

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang


Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya dalam bentuk dan dengan cara
apapun juga, baik secara mekanis maupun elektronik termasuk fotocopy rekaman dan lain-lain
tanpa seijin tertulis dari penerbit
DAFTAR ISI

SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
TIM PENYUSUN
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
E. Landasan Hukum
BAB 2 TUGAS DAN FUNGSI PELAKSANA TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA
ODHIV
A. Persiapan Pelaksanaan Terapi Pencegahan Tuberkulosis
B. Pelaksana Terapi Pencegahan Tuberkulosis
C. Tugas dan Fungsi Pelaksana Terapi Pencegahan Tuberkulosis
BAB 3 INFEKSI LATEN TUBERKULOSIS DAN TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA
ORANG DENGAN HIV
A. Infeksi Laten Tuberkulosis
B. Prinsip Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dengan HIV
C. Target Cakupan Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dengan HIV
BAB 4 TATALAKSANA PEMBERIAN TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG
DENGAN HIV
A. Jenis Terapi Pencegahan Tuberkulosis
B. Algoritma Pemeriksaan Dan Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang
Dengan HIV
C. Pilihan Paduan Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dengan HIV
D. Pemantauan Dan Evaluasi Terapi Pencegahan Tuberkulosis Saat Kontrol
E. Manajemen Efek Samping Terapi Pencegahan Tuberkulosis
F. Tatalaksana Pemberian Dosis Terapi Pencegahan Tuberkulosis Yang Terlewat
G. Pelacakan Orang Dengan HIV Yang di Terapi Pencegahan Tuberkulosis Mangkir
H. Hasil Akhir Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis
I. Interaksi Obat Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dengan HIV
BAB 5 PENGELOLAAN LOGISTIK TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG
DENGAN HIV
A. Perencanaan Logistik TPT Pada ODHIV
B. Pengadaan Logistik TPT Pada ODHIV
C. Penyimpanan Logistik TPT Pada ODHIV
D. Distribusi Logistik TPT Pada ODHIV
E. Pencatatan dan Pelaporan Logistik TPT Pada ODHIV
BAB 6 MONITORING DAN EVALUASI TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG
DENGAN HIV
A. Alur Pencatatan dan Pelaporan Pemberian TPT Pada ODHIV
B. Tugas dan Fungsi Tiap Tingkatan Dalam Pencatatan dan Pelaporan TPT Pada ODHIV
C. Pencatatan Dalam Pemberian TPT Pada ODHIV
D. Pelaporan Dalam Pemberian TPT Pada ODHIV
E. Monitoring dan Evaluasi Dalam Pemberian TPT Pada ODHIV
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

• Tabel-1: Tugas dan Fungsi Pelaksana TPT


• Tabel-2: Target cakuan pemberian TPT pada ODHIV tahun 2020-2024
• Tabel-3: Paduan TPT 6H dan 3HP
• Tabel-4: Manajemen efek samping obat
• Tabel-5: Tatalaksana pemberian dosis 6H yang terlewat
• Tabel-6: Tatalaksana pemberian dosis obat TPT paduan 3HP yang terlewat
• Tabel-7: Interaksi obat TPT dengan golongan obat lain
• Tabel-8: Perencanaan Logistik obat TPT pada ODHIV di tiap tingkat pelaksana
• Tabel-9: Perencanaan Logistik non-obat TPT pada ODHIV di tiap tingkat pelaksana
• Tabel-10: Perhitungan Obat TPT 6H
• Tabel-11: Perhitungan Obat TPT Paduan 3HP
• Tabel-12: Cara Pengisian Formulir Ikhtisar Perawatan (Lembar-2 bagian pemberian
obat TPT)
• Tabel-13: Cara Pengisian Buku Bantu Kunjungan dan Skrining TBC
• Tabel-14: Cara Pengisian Kartu Pasien
• Tabel-15: Laporan Kohort pemberian TPT pada ODHIV
• Tabel-16: Cara Pengisian Laporan Kohort Pemberian TPT Pada ODHIV
• Tabel-17: Indikator Pemberian dan Menyelesaikan TPT Pada ODHIV
• Tabel-18: Cara Perhitungan Indikaotr Pemberian TPT Pada ODHIV Tahun 2020-2024
DAFTAR GAMBAR

• Gambar-1: Algoritma Pemeriksaan dan Pemberian TPT pada ODHIV


• Gambar-2: Alur Permintaan, distribusi dan pelaporan logistik obat TPT untuk ODHIV
• Gambar-3: Contoh Register Pemberian Obat TPT untuk ODHIV
• Gambar-4: Contoh Register Stok Obat TPT untuk ODHIV
• Gambar-5: Format Pelaporan Logistik Obat TPT untuk ODHIV Tingkat Fasyankes
• Gambar-6: Format Pelaporan Logistik Obat TPT untuk ODHIV Tingkat Kab/Kota
• Gambar-7: Format Pelaporan Logistik Obat TPT untuk ODHIV Tingkat Provinsi
• Gambar-8: Alur Pencatatan dan Pelaporan Program HIV AIDS dan PIMS
• Gambar-9: Formulir Ikhtisar Perawatan (Lembar-2)
• Gambar-10: Buku Bantu Kunjungan dan Skrining TBC
• Gambar-11: Kartu Pasien
• Gambar-12: Formulir Rujukan
• Gambar-13: Laporan Kohort Pemberian TPT Pada ODHIV
• Gambar-14: Rekap Laporan Kohort Pemberian TPT Pada ODHIV

DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan dan menempati peringkat
10 teratas penyebab kematian di dunia. Beban penyakit TBC bervariasi antar negara
dengan rata-rata jumlah kasus baru di dunia adalah sekitar 130 kasus baru per 100.000
penduduk per tahun. Tahun 2019, sekitar 10 juta orang di dunia diperkirakan sakit TBC1.
TBC merupakan penyebab utama kematian pada orang dengan HIV/AIDS
(ODHIV)2. ODHIV berisiko 20 kali lebih besar untuk sakit TBC dibandingkan dengan
populasi yang tidak terinfeksi HIV3. Tahun 2019, diperkirakan 1,2 juta yang meninggal
karena TBC pada orang dengan HIV negatif, dan 208.000 kematian pada ODHIV 1.
Indonesia menduduki peringkat kedua untuk kasus TBC terbanyak di dunia,
setelah India. Tahun 2019, terdapat 845.000 kasus baru TBC di Indonesia. Di tahun yang
sama, TBC menjadi penyebab kematian pada 4700 ODHIV dengan angka kematian
sebesar 1,7 per 100.000 penduduk1.
Pengendalian HIV AIDS merupakan salah satu bagian dari 17 target SDG.
Berdasarkan Peraturan Kementerian Kesehatan No. 21/2013 tentang HIV AIDS,
pemerintah menetapkan target three zeros tahun 2030 untuk pengendalian epidemi HIV
AIDS di Indonesia. Target ini meliputi, zero infeksi HIV baru, zero kematian karena AIDS
pada ODHIV, serta zero diskriminasi. Menurut surat edaran 1564/2018 tentang
Penatalaksanaan ODHIV untuk Eliminasi 2030, strategi yang digunakan Kementerian
Kesehatan untuk mencapai three zeros adalah program STOP yaitu, Suluh Skrining (95%),
Temukan (95%), Obati (95%), dan Pertahankan (95%). Suluh dilaksanakan melalui
edukasi hendak dicapai 95% masyarakat paham HIV. Temukan dilakukan melalui
percepatan tes dini akan dicapai 95% ODHIV tahu statusnya. Obati dilakukan untuk
mencapai 95% ODHIV segera mendapat terapi ARV. Pertahankan yaitu 95% ODHIV yang
ART tidak terdeteksi virusnya.
Upaya menurunkan beban TBC pada ODHIV dilaksanakan dengan 4 strategi utama,
diantaranya: 1) Intensifikasi penemuan kasus TBC pada ODHIV termasuk pada populasi
kunci HIV dan memastikan pengobatan TBC yang berkualitas; 2) memperluas layanan
TPT di fasyankes yang memberikan layanan HIV; 3) persentase ODHIV baru yang
menerima TPT per tahun, dan 4) jumlah layanan perawatan HIV yang melakukan PPI TBC
di fasyankes.
Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) sebagai salah satu intervensi untuk
menurunkan beban TBC pada ODHIV telah direkomendasikan didalam Policy Statement
on Preventive Therapy against TBC in PLHIV, sejak 1998 oleh WHO dan the Joint United
Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS). Sejak tahun 2014, Indonesia sudah
memberikan TPT pada ODHIV dengan paduan isoniazid setiap hari selama 6 bulan (6H).
Studi pada 4 faskes di Indonesia memperlihatkan bahwa risiko pada ODHIV yang
mendapat 6H untuk mengalami kejadian TBC selama 3 tahun sebesar 3,53 lebih rendah
dibandingkan ODHIV yang tidak mendapat 6H (aOR= 0,283, p-value=0,003). Paduan 6H
juga dapat menurunkan angka kematian dan loss to follow-up. Penelitian ini
memperlihatkan hambatan dalam pelaksanaan TPT di fasyankes yaitu masih
terbatasnya diseminasi dan informasi panduan pelaksanaan serta efektifitas dan efek
samping TPT dan juga ketersediaan petugas kesehatan terlatih 4. Hingga tahun 2020,
ODHIV yang dilakukan skrining TBC kumulatif sampai dengan bulan Desember mencapai
107.729 ODHIV. Namun demikian angka capaian pemberian paduan 6H pada ODHIV
baru yang memulai ARV di Indonesia masih rendah yaitu sebanyak 2.324 dari 32.925
ODHIV baru mendapat ARV atau sekitar 7%. Oleh karena itu sesuai dengan rekomendasi
WHO tahun 2020 untuk meningkatkan angka cakupan dan kepatuhan dalam minum
obat pemberian TPT saat ini diperluas dengan menggunakan paduan jangka pendek
yaitu pengobatan TPT selama 3 bulan dengan INH dan Rifapentine (3HP) setiap minggu.
TPT dengan paduan jangka pendek 3HP memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan 6H. Studi yang dilakukan dibeberapa negara menunjukan tingkat
penyelesaian pengobatan pada orang yang menerima 3HP lebih tinggi dibandingkan
dengan orang yang menerima 6H5. Selain itu, studi yang dilakukan pada kelompok
populasi ODHIV juga menunjukan bahwa, kejadian TBC maupun efek samping yang
terjadi pada ODHIV yang menerima 3HP lebih sedikit dibandingkan dengan ODHIV yang
menerima INH selama 9 bulan 6. Penggunaan bersama TPT dan ARV pada ODHIV
berasosiasi secara signifikan dalam menurunkan insiden TBC. Dengan perluasan akses
ART, penggunaan TPT pada ODHIV akan meningkatkan pengendalian TBC di negara
dengan beban TBC tinggi. Oleh karena itu, sebagai upaya dalam mencapai eliminasi TBC
tahun 2030 dan berdasarkan Rencana Aksi Nasional HIV/AIDS dan PIMS tahun 2020-
2024, pemberian TPT pada ODHIV telah menjadi target pemerintah. Melihat angka
capaian yang ada saat ini masih jauh dari yang diharapkan, maka diperlukan Petunjuk
Teknis Terapi Pencegahan TBC pada ODHIV sebagai dasar dan penguatan implementasi
pemberian TPT pada ODHIV serta dengan pemberian TPT paduan jangka pendek
sehingga diharapkan dapat membantu mencapai target tersebut.

B. Tujuan
Sebagai panduan teknis dalam pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada
Orang dengan HIV (ODHIV) di layanan HIV.

C. Sasaran
Sasaran Petunjuk Teknis ini ditujukan kepada petugas layanan HIV maupun pelaksana
kegiatan kolaborasi TB-HIV baik yang ada di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Dinas
Kesehatan, Kementerian Kesehatan, maupun institusi terkait lainnya seperti Kelompok
Dukungan Sebaya (KDS) dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

D. Ruang Lingkup
Buku Petunjuk Teknis Pemberian TPT Pada ODHIV ini membahas mengenai aspek
manajemen dan teknis pelaksanaan pemberian TPT pada ODHIV. Ruang lingkup
pembahasan meliputi manajemen pelaksanaan, tugas dan fungsi pelaksana, serta
monitoring dan evaluasi.

E. Landasan Hukum
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan
• Peraturan Menteri Kesehatan No 21 Tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV AIDS
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengobatan
Antiretroviral
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Surveilans Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1113)
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676)
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang Penanggulangan
Penyakit Menular (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1755)
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 87 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengobatan
Antiretroviral
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik
dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 671)
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 tahun 2015 tentang Laboratorium
Pemeriksaan HIV AIDS dan Infeksi Oportunistik
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2015 tentang Upaya Peningkatan
Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 857)
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 tahun 2017 tentang Eliminasi Penularan HIV,
Hepatitis B dan Sifilis dari Ibu ke Anak
• Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 tahun 2018 tentang Penerapan Standar
Pelayanan Minimal
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 tahun 2019 tentang Sistem Informasi
Puskesmas
• Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/90/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata
Laksana HIV
• Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/755/2019 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran
Tata Laksana Tuberkulosis
BAB 2
TUGAS DAN FUNGSI PELAKSANA TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ODHIV

A. Persiapan Pelaksanaan Terapi Pencegahan Tuberkulosis


Dalam pelaksanaan pemberian TPT pada ODHIV, ada beberapa kriteria layanan HIV yang
dapat melaksanakan kegiatan pemberian TPT, yaitu:
1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki layanan pemeriksaan dan pengobatan
HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS).
2. Memiliki layanan/jejaring TBC.
3. Sudah menjalankan kolaborasi TB-HIV.
4. Memiliki komitmen yang baik.

B. Pelaksana Terapi Pencegahan Tuberkulosis


Pelaksana kegiatan pemberian TPT pada ODHIV dilakukan di tiap tingkatan, yaitu:
1. Pusat: Direktorat P2PML, Substansi HIV AIDS dan PIMS, Substansi Tuberkulosis dan
institusi terkait lainnya.
2. Provinsi: Dinas Kesehatan Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Bidang
Pelayanan Kesehatan dan Bidang Sumber Daya Kesehatan.
3. Kabupaten/Kota: Dinas Kesehatan/Suku Dinas Kesehatan dan institusi terkait lainnya.
4. Fasilitas pelayanan kesehatan: Dokter, perawat/bidan, petugas farmasi, petugas
laboratorium, petugas pencatatan dan pelaporan di layanan HIV dan TBC

C. Tugas dan Fungsi Pelaksana Terapi Pencegahan Tuberkulosis


Tugas dan fungsi tiap pelaksana pemberian TPT pada ODHIV adalah sebagai berikut:

Tabel-1: Tugas dan Fungsi Pelaksana TPT

No Instansi Tugas dan Fungsi


1 Pusat • Melakukan perencanaan terkait pelaksanaan dan perluasan
kegiatan TPT serta ketersediaan logistik.
• Memobilisasi sumber daya dan dana serta peningkatan
kapasitas
• Memonitor dan mengevaluasi kegiatan sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan
• Melakukan bimbingan teknis pelaksanaan kegiatan pemberian
TPT pada ODHIV
2 Provinsi • Menyusun rencana kerja
• Melakukan perencanaan untuk kebutuhan logistik
• Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait
kegiatan TPT
• Melakukan analisis kebutuhan dan peningkatan kapasitas SDM
• Memonitor dan mengevaluasi kegiatan sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan
• Melakukan bimbingan teknis pelaksanaan kegiatan pemberian
TPT pada ODHIV
3 Kabupaten/Kota • Menyusun rencana kerja
• Melakukan perencanaan untuk kebutuhan logistik
• Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait
kegiatan TPT
• Melakukan analisis kebutuhan dan peningkatan kapasitas SDM
• Menindaklanjuti pasien yang mangkir dan putus berobat
• Memonitor dan mengevaluasi kegiatan sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan
• Melakukan bimbingan teknis pelaksanaan kegiatan pemberian
TPT pada ODHIV
4 Fasilitas Pelayanan Petugas Layanan HIV
Kesehatan
a. Dokter • Melakukan penilaian kriteria dan menentukan keputusan klinis
pemberian TPT.
• Menilai kesiapan pasien untuk ikut serta dalam pengobatan
pencegahan TBC.
• Memberikan informasi mengenai manfaat dan efek samping
yang mungkin timbul pada pemberian TPT.
• Memberikan informasi dan konseling kepatuhan sebelum dan
selama pemberian TPT.
• Melibatkan keluarga pasien atau kelompok dukungan dalam
menjamin kepatuhan berobat.
• Meresepkan TPT dan vitamin B6.
• Melakukan pemantauan secara rutin baik selama pemberian
maupun setelah pemberian TPT.
• Memberikan penatalaksanaan jika terjadi efek samping pada
pemberian TPT.
• Melakukan rujukan pengobatan maupun rujukan pindah jika
diperlukan
b. Perawat/Bidan • Memberikan informasi dan konseling kepatuhan sebelum dan
selama pemberian TPT.
• Melakukan Skrining TBC pada ODHIV dengan menggunakan
formulir skrining TBC dan penilaian kriteria pemberian TPT.
• Mencatat dan melengkapi formulir ikhtisar keperawatan, kartu
pasien, register ART dan pra-ART.
• Mencatat waktu kunjungan pada kartu pasien dan
menjadwalkan waktu kunjungan berikutnya.
• Menilai kepatuhan pasien.
• Melibatkan keluarga pasien atau kelompok dukungan dalam
menjamin kepatuhan berobat.
• Membantu Dokter di layanan HIV dalam hal melakukan
pemantauan secara rutin pada ODHIV yang diberikan TPT baik
selama pemberian maupun setelah pemberian TPT.
• Membantu melacak keberadaan pasien bila ada pasien yang
mangkir selama pengobatan
c. Petugas • Melakukan validasi pencatatan ART.
Pencatatan dan • Membuat Laporan Bulanan Perawatan HIV dan ART (LBPHA).
Pelaporan • Mengirimkan LBPHA ke Dinas Kesehatan Kab/Kota
• Melakukan analisis data TB-HIV termasuk data pemberian TPT
pada ODHIV
d. Farmasi • Melakukan permintaan, penerimaan, penyimpanan dan
pemberian obat TPT dan vitamin B6 sesuai standar.
• Melakukan monitoring dan memastikan ketersediaan obat TPT
dan vitamin B6.
• Melakukan pencatatan permintaan, penerimaan,
penyimpanan dan pemberian obat TPT dan vitamin B6 pada
setiap ODHIV.
• Membuat laporan pemakaian obat TPT dan vitamin B6 per
bulan.
• Menyiapkan, memberikan dan menjelaskan cara minum obat
TPT dan vitamin B6 pada ODHIV
BAB 3
INFEKSI LATEN TUBERKULOSIS DAN TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG
DENGAN HIV

A. Infeksi Laten Tuberkulosis


Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) adalah suatu keadaaan dimana sistem imun
tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu mengeliminasi kuman Mycobacterium
tuberculosis dari tubuh secara sempurna tetapi mampu mengendalikan kuman TBC
sehingga tidak timbul gejala sakit TBC. Penanganan ILTB saat ini diberikan kepada kontak
erat dari pasien TBC yang terkonfirmasi bakteriologis, pada ODHIV, dan kelompok risiko
lainnya dengan HIV negatif (pasien immunokompromais lainnya, Warga Binaan
Pemasyarakatan, petugas kesehatan, sekolah berasrama, dan pengguna narkoba
suntik). Juknis ini lebih difokuskan untuk pemberian TPT pada ODHIV

B. Prinsip Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dengan HIV


Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) merupakan salah satu intervensi kesehatan
masyarakat yang penting untuk mencegah ODHIV sakit TBC. Tujuan pemberian TPT
adalah untuk menurunkan beban TBC pada ODHIV dengan sasaran ODHIV baru dan
ODHIV lama yang berkunjung ke fasyankes HIV, tidak terdiagnosis TBC dan tidak
memiliki kontraindikasi dalam pemberian TPT (sebagai TPT primer). Pemberian TPT
diprioritaskan kepada ODHIV baru yang belum terbukti sakit TBC berapapun usianya.
Selain itu, TPT juga dapat diberikan pada ODHIV yang sakit TBC, segera setelah
menyelesaikan OAT dan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap (sebagai TPT
sekunder). Menurut studi pada pasien ODHIV yang sudah menyelesaikan OAT dan
dinyatakan sembuh, 14% mengalami TBC kambuh, dimana 90% di antaranya akibat dari
reinfeksi dengan bakteri M. Tuberculosis yang berbeda 9. Hal ini menunjukkan
pentingnya pemberian TPT sekunder. Efek proteksi dari pemberian TPT pada ODHIV
bertahan selama 37 sampai dengan 5 tahun8 sehingga pemberian TPT ulang dapat
dilakukan setelah 5 tahun. Pemberian ulang TPT juga perlu dipertimbangkan bagi ODHIV
yang terpapar ulang (kontak serumah dan kontak erat TBC).
Dibandingkan dengan populasi dengan HIV negatif, ODHIV memiliki risiko 20 kali
lebih besar untuk sakit TBC1. Secara global, TBC merupakan penyebab kematian utama
pada ODHIV5 . Pada tahun 2018, TBC menyebabkan 251.000 kematian pada ODHIV dan
sekitar sepertiga dari semua kematian ODHIV. Hasil penelitian mengenai terapi
pencegahan TBC dengan INH di Afrika Barat menunjukkan bahwa TPT menaikkan tingkat
kelangsungan hidup (survival) pada ODHIV ketika dalam pengobatan ART6.

C. Target Cakupan Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dengan HIV


Indikator dan target cakuan pemberian TPT pada ODHIV tahun 2020-2024 adalah
sebagai berikut:

Tabel-2: Target cakuan pemberian TPT pada ODHIV tahun 2020-2024


Baseline
No Indikator 2020 2021 2022 2023 2024
2019
1 Persentase pemberian 12% 35% 40% 45% 50% 55%
TPT pada ODHIV baru
mulai ART
2 Persentase pemberian N/A 35% 40% 45% 50% 55%
TPT pada ODHIV dalam
pengobatan ARV (on
ART)
3 Persentase ODHIV baru N/A ≥60% ≥65% ≥70% ≥75% ≥80%
memulai ART yang
menyelesaikan TPT
4 Persentase ODHIV yang N/A ≥60% ≥65% ≥70% ≥75% ≥80%
sedang dalam
pengobatan ARV (on
ART) dan
menyelesaikan TPT
Sumber Data: RAN HIV Tahun 2020-2024 dan RAN TB-HIV 2020-2024
BAB 4
TATALAKSANA PEMBERIAN TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG
DENGAN HIV

A. Jenis Terapi Pencegahan Tuberkulosis


Ada 2 jenis Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada ODHIV:
1. TPT Primer: TPT yang diberikan pada ODHIV yang tidak memiliki TBC aktif, atau
ODHIV tanpa riwayat pemberian terapi OAT sebelumnya.
2. TPT Sekunder: TPT yang diberikan pada ODHIV sebagai suatu kelanjutan setelah
menyelesaikan terapi OAT dan dinyatakan sembuh/pengobatan lengkap

B. Algoritma Pemeriksaan Dan Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang


Dengan HIV
Dalam upaya mencegah dan menurunkan beban TBC, Terapi Pencegahan
Tuberkulosis perlu diberikan pada kelompok sasaran sebagai berikut:
1. ODHIV berusia ≥12 bulan yang tidak memiliki TBC termasuk ODHIV dalam
pengobatan ART, ibu hamil dan ODHIV yang telah menyelesaikan terapi OAT.
2. ODHIV berusia <12 bulan yang tidak memiliki TBC, namun memiliki riwayat kontak
dengan pasien TBC.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pemberian TPT adalah riwayat
penyakit, riwayat pengobatan dan investigasi yang sesuai pedoman nasional.
1. Riwayat penyakit:
• Alergi atau hipersensitivitas terhadap OAT
• Status HIV dan rejimen ARV
• Status kehamilan atau metode KB yang digunakan
• Komorbiditas (seperti malnutrisi, diabetes, hepatitis virus) dan catat obat yang digunakan
untuk komorbid tersebut
• Riwayat kontak dengan pasien TBC Resistan Obat
• Potensi kontraindikasi terhadap TPT: seperti hepatitis aktif atau peningkatan
transaminase (3 kali lipat di atas batas atas normal), gejala neuropati perifer.
2. Riwayat pengobatan: informasi mengenai riwayat pengobatan untuk membantu
dalam pemilihan regimen TPT yang tepat sesuai dengan kondisi komorbid.
3. Pemeriksaan fungsi hati:
• Pemeriksaan fungsi hati tidak rutin dilakukan.
• Pemeriksaan fungsi hati dilakukan bila ada kecurigaan hepatitis aktif berdasarkan gejala
klinis (lemah, lesu, hilang nafsu makan, mual, muntah) atau pada individu yang memiliki
faktor risiko - riwayat penyakit hati, alcoholism, penyakit hati kronis, usia lebih dari 35
tahun dan kehamilan atau masa nifas (dalam waktu 3 bulan setelah melahirkan).
4. Situasi sosial dan finansial
5. Konseling kepatuhan pasien dalam minum obat melalui pendekatan 5M (menilai,
menyarankan, menyetujui, menyepakati dan merencanakan)

Skrining gejala dan tanda TBC harus dilakukan sebelum dimulainya Terapi
Pencegahan Tuberkulosis (TPT). Pada ODHIV yang mempunyai gejala dan tanda TBC
maka dilanjutkan dengan pemeriksaan TBC dan pengobatan TBC apabila terbukti TBC
terkonfirmasi sesuai dengan Pedoman Nasional TBC. Setelah ODHIV menyelesaikan
pengobatan OAT dan dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, maka ODHIV dapat
diberikan TPT (sebagai TPT sekunder).

Jika pada ODHIV tidak ditemukan gejala dan tanda TBC, dilanjutkan dengan
penentuan ada tidaknya kontraindikasi pemberian TPT. Pada ODHIV berusia dibawah 12
bulan, hanya yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC yang dapat diberikan TPT,
dengan syarat tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian TPT. Dalam inisiasi TPT,
pasien harus diberikan informasi dan edukasi terkait manfaat dan efek samping
pemberian TPT. Pasien harus diberikan konseling mengenai kepatuhan dalam
pengobatan melalui pendekatan 5M (mengkaji, menyarankan, menyetujui, membantu,
dan merencanakan).
Gambar-1: Algoritma Pemeriksaan dan Pemberian TPT pada ODHIV

ODHIV

Skrining TBC

Tidak ada gejala TBC *Ada gejala TBC

Pemeriksaan TBC
ODHIV usia <12 bulan ODHIV usia ≥12 bulan, termasuk
ODHIV dalam pengobatan ARV,
ibu hamil dan ODHIV yang telah
Kontak erat menyelesaikan pengobatan TBC Bukan TBC TBC
dengan pasien dan dinyatakan sembuh atau
TBC pengobatan lengkap
Pengobatan TBC

**Kontraindikasi TPT
Tidak Ya OAT selesai dan
dinyatakan sembuh
atau pengobatan
Tidak Ya Tidak lengkap
diberikan TPT

Tunda TPT ***Pemberian TPT


dengan paduan
yang tepat

Anak <2 tahun; Anak, Remaja, Dewasa,


Ibu hamil/Rencana hamil berusia ≥2 tahun

6H 6H atau 3HP

Catatan:
* Jika memiliki minimal salah satu dari gejala/tanda yang mengarah pada sakit TBC. Gejala
tersebut adalah batuk, demam, keringat di malam hari, penurunan berat badan atau
pembesaran kelenjar getah bening. Khusus pada anak usia ≤ 5 tahun, kurva pertumbuhan datar
atau berat badan sesuai usia sebesar <-2 (lebih kecil dari minus dua) Z-skor dianggap merupakan
tanda TBC.
** Kontraindikasi TPT: hepatitis akut atau kronis, neuropati perifer (jika menggunakan isoniazid)
dan konsumsi alkohol biasa atau berat.
*** Pemilihan paduan mempertimbangkan usia, sensitif obat atau resistan obat, risiko
toksisitas, interaksi obat dan ketersediaan obat
C. Pilihan Paduan Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dengan HIV
Pilihan paduan TPT yang disediakan program penanggulangan HIV/AIDS nasional
saat ini adalah:
1. Paduan Isoniasid/INH (6H)
• Terapi pencegahan TBC dengan paduan INH diberikan setiap hari selama 6 bulan
(6H) kepada semua ODHIV yang setelah dievaluasi dengan seksama tidak sakit TBC
dan ODHIV yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC harus diobati sebagai
infeksi TB laten dengan INH 300 mg/hari selama 6 bulan (total 180 dosis).
• Paduan 6H dapat diberikan pada ODHIV semua umur, tidak tergantung status
kehamilan, dan ODHIV yang menggunakan semua jenis ARV. Paduan ini menjadi
pilihan apabila memiliki kontraindikasi terhadap Rifapentine yang terdapat pada
paduan 3HP.
• Pada pemberian terapi pencegahan TBC dengan paduan 6H, untuk mencegah
kejadian neuropati perifer akibat INH, maka pada paduan ini ditambahkan Vitamin
B6 dengan dosis 25 mg per hari atau 50 mg selang sehari atau 2 hari sekali.
• Dosis INH pada anak usia <10 tahun 10mg/kg BB/hari, sedangkan anak usia ≥ 10
tahun 5mg/kg BB/hari maksimal 300 mg/hari (Tabel 3).
• Bila pasien anak dengan infeksi HIV diberikan tambahan vitamin B6 10 mg bila
dosis INH ≤200 mg/hari, sedangkan untuk dosis INH >200 mg/hari diberikan
vitamin B6 2x10 mg.
• Pada pasien dewasa dengan infeksi HIV diberikan dosis INH 300 mg/hari dan
vitamin B6 25 mg/hari.
• ODHIV yang juga mengkonsumsi ARV dapat mengkonsumsi paduan 6H sebagai
TPT secara bersamaan dengan ARV ataupun terpisah

2. Paduan Isoniasid/INH dan Rifapentin (3HP)


• Paduan 3HP adalah paduan obat Isoniazid dan Rifapentine yang dikonsumsi sekali
seminggu selama 3 bulan.
• Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal harus disarankan untuk
menggunakan metode kontrasepsi penghalang tambahan seperti kondom, kap
serviks, contraceptive sponge, diafragma untuk mencegah kehamilan, karena
Rifapentin dapat menurunkan kadar obat kontrasepsi hormonal.
• Beberapa studi menunjukan bahwa tingkat toksisitas 3HP lebih rendah
dibandingkan dengan paduan 6H. Meskipun harga obat rifapentin mahal, paduan
ini dianggap lebih efisien (cost effective) karena memiliki durasi pengobatan yang
lebih singkat dan tingkat penyelesaian pengobatan yang lebih tinggi.
• Paduan 3HP dapat diberikan kepada:
✓ ODHIV yang menjalani pengobatan ARV yang umum digunakan termasuk
Dolutegravir, kecuali Nevirapine dan golongan Protease Inhibitor.
✓ ODHIV anak usia >2 tahun
✓ ODHIV yang tidak sedang hamil atau menyusui, serta tidak merencanakan
kehamilan
• Pada ODHIV yang diberikan paduan 3HP diberikan vitamin B6 25 mg/hari untuk
dikonsumsi sekali seminggu. Catatan: jika terdapat tanda neuropati perifer dosis
B6 dinaikkan menjadi 50mg/hari untuk dikonsumsi sekali seminggu.
• ODHIV yang juga mengkonsumsi ARV dapat mengkonsumsi paduan 3HP sebagai
TPT secara bersamaan dengan ARV ataupun terpisah.
• ODHIV yang mengkonsumsi TPT harus menghindari konsumsi suplemen (obat
herbal) karena efeknya pada paduan TPT tidak dapat diantisipasi atau diukur.
Tabel-3: Paduan TPT 6H dan 3HP

6H 3HP
Interval pemberian Harian Mingguan
Durasi 6 bulan 3 bulan
Dosis 180 dosis 12 dosis
<10 thn: 10 mg/kg BB Usia 2-14 tahun
≥10 thn: 5 mg/kg BB Sediaan Obat 10-15 kg 16-23 kg 24-30 kg 31-34 kg >34 kg
Isoniasid/INH 100 mg (tablet) 3 5 6 7 7
Rifapentine 150 mg (tablet) 2 3 4 5 5
Isoniasid (INH)/Rifapentine FDC 2 3 4 5 5
(150 mg/150 mg)

Usia >14 tahun


Sediaan Obat 30-35 kg 36-45 kg 46-55 kg 56-70 kg >70 kg
Isoniasid/INH 300 mg (tablet) 3 3 3 3 3
Rifapentine 150 mg (tablet) 6 6 6 6 6
Isoniasid (INH)/Rifapentine FDC 3 3 3 3 3
(300 mg/300 mg)

Vitamin B6 25 mg per hari 25 mg per minggu


(Pyridoxine) atau
50 mg selang sehari atau 2 hari sekali
Kriteria Umur Semua umur ≥2 tahun
Kehamilan Aman digunakan Belum direkomendasikan
Interaksi dengan ARV Tidak ada Kontraindikasi: Semua PIs, NVP/NNRTIs, TAF
Dapat digunakan Semua ARV Boleh digunakan pada ODHIV dengan regimen: TDF, EFV (600 mg), DTGb, RALb
Absorbsi Obat • Paling baik dalam perut kosong • Baik diberikan bersamaan dengan makanan kecuali yang berbasis buah-buahan;
• Hindari makanan berlemak-konsentrasi • Bioavailabilitas Rifapentine oral sebesar 70%
dapat berkurang sampai 50%

Keterangan:
a. Rata-rata perhitungan jumlah dosis per tablet (pill burden) pada orang dewasa dengan bentuk obat: Isoniazid (H) = 300 mg; Rifampisin (R) = 300 mg/150 mg; Rifapentine (P) = 150 mg.
b. DTG = dolutegravir, EFV = efavirenz, H = isoniazid, LPV-RTV = lopinavir-ritonavir, NNRTI = non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors, NVP = nevirapine, PIs = protease inhibitors,
P = rifapentine, R = rifampicin, RAL = raltegravir, TAF = tenofir alafenamide, TDF = renofovir disporoxil fumarate.
Studi interaksi antar obat telah dilakukan pada kelompok dewasa saja, belum termasuk anak-anak; berlaku untuk orang dewasa yang menggunakan DTG atau RAL.
D. Pemantauan Dan Evaluasi Terapi Pencegahan Tuberkulosis Saat ODHIV Kontrol
Pemantauan pengobatan TPT dilakukan secara rutin bersamaan dengan
pemantauan pengobatan ARV pada ODHIV. Tujuan pemantauan untuk memastikan agar
pasien meminum obat secara teratur dan mengetahui efek samping secara dini.
Pemantauan dilakukan setiap bulan/kunjungan selama masa pengobatan TPT. Berikut
merupakan komponen penting yang harus dipantau selama masa pengobatan:
1. Evaluasi gejala yang mengarah pada sakit TBC. Gejala tersebut adalah batuk,
demam, keringat di malam hari dan penurunan berat badan.
2. Evaluasi Tanda dengan melakukan pemeriksaan fisik: berat badan, suhu tubuh,
tanda ikterus dan pembesaran kelenjar getah bening. Khusus untuk anak usia ≤5
tahun, kurva pertumbuhan datar atau berat badan sesuai usia sebesar <-2 Z-skor
dianggap merupakan tanda TBC.
3. Efek samping obat.
4. Kepatuhan ODHIV dalam minum TPT melalui pendekatan 5M (menilai,
menyarankan, menyetujui, menyepakati dan merencanakan).
5. Ada tidaknya dukungan sosial pada ODHIV selama masa pengobatan TPT dari
keluarga dan/atau pendampingan dari komunitas/kader.
6. Setelah ODHIV menyelesaikan pengobatan TPT, pemantauan gejala TBC dan
pemeriksaan fisik tetap harus dilakukan selama kunjungan pengobatan rutin

E. Manajemen Efek Samping Terapi Pencegahan Tuberkulosis


1. Pada dasarnya, kejadian efek samping yang terjadi pada pemberian TPT lebih jarang
dan ringan dibandingkan dengan kejadian efek samping pada pemberian OAT
dengan jumlah obat yang lebih banyak dan durasi pengobatan yang lebih panjang.
Sebagian besar orang yang mendapatkan TPT dalam kondisi sehat. Efek samping
yang muncul dalam pengobatan cenderung mempengaruhi kemungkinan pasien
untuk menyelesaikan TPT. Karena itu, toksisitas terkait obat harus diminimalkan.
Apabila efek samping terjadi maka manajemen efek samping dan alur rujukan
mengikuti sistem dan mekanisme penanganan efek samping yang ada pada layanan
HIV maupun layanan TBC yang berlaku.
2. Apabila ditemukan efek samping berat akibat Rifapentin pada paduan 3HP maka
dapat dipertimbangkan untuk mengganti paduan 3HP menjadi 6H.

Tabel-4: Manajemen efek samping obat

Hentikan dan Jangan diberikan


Efek Samping Manajemen
Ulang
A Ringan-Sedang: Tatalaksana dilakukan di fasyankes pemberi
TPT.
Perubahan warna cairan Berikan konseling agar pasien
tubuh seperti urin, tahu bahwa perubahan warna
keringat atau air mata cairan tubuh merupakan hal yang
normal karena hasil ekskresi dari
pengobatan dan tidak berbahaya
Reaksi seperti flu (flu-like Berikan perawatan dukungan • Jika sedang hingga berat,
syndrome) berupa pertimbangkan untuk
demam disertai lemas, memberikan alternatif tanpa
lelah, sakit kepala, nyeri rifamisin (misal, 6H)
otot, takikardi,
berkeringat atau gejala • Jika demam >390C setelah
lainnya terjadinya demam karena obat
Ruam kulit • Pertimbangkan pemberian • Jika ada bullae yang luar/
obat antihistamin ulserasi selaput mukosa/
(diphenhydramine, loratadine Steven Johson atau Nekrolisis
dll) Epidermal Toksik, hubungi
• Steroid dokter spesialis dan gunakan
steroid
Neuropati perifer • Berikan atau tingkatkan dosis
piridoksin (vit B6).
• Jika menetap atau berat,
hentikan minum obat
Hepatotoksisitas ringan Obat diberikan sekuensial satu • Hentikan minum obat
(lesu, lelah, mengantuk, demi satu setiap 2 hari sebelum • Pertimbangkan memberikan
kehilangan nafsu makan menambah obat regimen 3HP ulang dengan
dan mual) hati-hati, saat gejala sudah
hilang
B Berat: Lakukan tatalaksana awal sampai tanda vital stabil
sebelum dirujuk ke FKRTL
Palpitasi yang menetap • Antiemetik.
• Bronkodilator
• Steroid
• Tunggu sampai gejala klinis
membaik
Hepatotoksisitas • Antiemetik. • SGOT/SGPT ≥5x nilai batas atas
(muntah, nyeri abdomen • Bronkodilator normal, tanpa gejala
kanan atas, ikterus pada • Steroid SGOT/SGPT ≥3x nilai batas atas
kulit dan/atau mata, • Tunggu sampai gejala klinis normal dan dengan gejala
gatal pada kulit, urin membaik
berwarna gelap/coklat,
feses berwarna pucat,
SGOT ≥3x batas atas nilai
normal)
Gangguan neuropsikiatri • Jika gejala menetap, hentikan • Verifikasi dosis obat, hentikan
berat obat yang paling mungkin jadi obat yang diduga menjadi
(insomnia, konvulsi, penyebab. penyebab.
gangguan memori, • Jika gejala berat atau menetap • Disebabkan oleh isoniazid
psikosis, neuritis optik, hentikan obat yang paling
gangguan kesadaran) mungkin menjadi penyebab
atau mengurangi dosis
Hipersensitivitas seperti • Berikan perawatan dukungan Kaji keparahan klinis dan jika
pingsan, nafas tersengal, pada kondisi mendesak berat pertimbangkan paduan TPT
anafilaksis atau • Melakukan rujukan untuk lain tanpa rifamisin (misal, 6H)
bronkospasme pemeriksaan dan tatalaksana
lanjut yang dibutuhkan.

3. Informasi yang perlu disampaikan pada saat pemberian TPT adalah sebagai berikut:
a. Anoreksia, perasaan lemah, lelah, tidak nafsu makan, mual, muntah (gejala awal
dari hepatotoksisitas), perut tidak nyaman, urin berwarna gelap, tinja pucat,
penyakit kuning, kebingungan dan kantuk.
b. Reaksi seperti flu (flu-like syndrome) muncul ketika menjalani TPT.
c. Gejala TBC seperti batuk, demam, penurunan berat badan, keringat pada malam
hari, pembesaran kelenjar getah bening.
d. Jika selama menjalani TPT pasien didiagnosis malaria. Lakukan pengobatan
malaria terlebih dahulu dan lanjutkan setelah pengobatan malaria selesai dan
gejala menghilang

Apabila ditemukan hal-hal diatas, maka:


a. Segera hubungi petugas kesehatan atau mengunjungi pelayanan kesehatan.
b. Tatalaksana efek samping atau reaksi obat harus selalu berpedoman pada
penilaian klinis dari penyedia layanan. Oleh karenanya jika petugas kesehatan
tidak bisa dihubungi untuk mengkonsultasikan gejala yang disebutkan di atas,
pasien disarankan segera menghentikan pengobatan terlebih dahulu.
c. Jika reaksi obat ringan/sedang, tenaga kesehatan memastikan bahwa reaksi yang
timbul adalah akibat TPT, berikan perawatan suportif dan observasi hingga reaksi
obat menghilang, jika reaksi akibat obat terus muncul lakukan pemeriksaan lebih
lanjut.
d. Jika reaksi obat berat segera diberikan perawatan suportif dan lakukan rujukan.
e. Pemeriksaan meliputi penapisan gejala TB, riwayat sebelumnya, riwayat efek
samping obat antara lain tipe, durasi, tingkat keparahan, dan pemeriksaan fisik

4. Yang perlu diperhatikan terkait pemeriksaan Fungsi Hati


a. Pemeriksaan fungsi hati (SGOT/SGPT) pada ODHIV tidak menjadi prasyarat untuk
memulai TPT. Pemeriksaan fungsi hati dapat dilakukan sejalan dengan pemberian
TPT.
b. Pemeriksaan fungsi hati dilakukan bila ada kecurigaan hepatitis aktif berdasarkan
gejala klinis (lemah, lesu, hilang nafsu makan, mual, muntah) atau pada individu
yang memiliki faktor risiko seperti riwayat penyakit hati, alcoholism, penyakit hati
kronis, usia lebih dari 35 tahun dan kehamilan atau masa nifas (dalam waktu 3
bulan setelah melahirkan).
c. Pemberian TPT pada ODHIV harus dihentikan apabila hasil pemeriksaan
menunjukan transaminase meningkat ≥3 kali batas atas normal disertai gejala
awal hepatitis (lemah, lesu, hilang nafsu makan, mual, muntah) atau meningkat 5
kali dari batas atas normal.

F. Tatalaksana Pemberian Dosis Terapi Pencegahan Tuberkulosis yang Terlewat


Tatalaksana pemberian dosis TPT yang terlewat adalah sebagai berikut:
1. TPT dengan obat Isoniasid/INH selama 6 bulan (6H)
a. Tetapkan jam minum obat setiap hari, sebaiknya pada waktu yang sama (pagi,
siang, sore atau malam)
b. Obat dikonsumsi satu kali sehari saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2
jam setelah makan).
c. Jika dosis terlewat, perhatikan ketentuan sebagai berikut:

Tabel-5: Tatalaksana pemberian dosis 6H yang terlewat


Durasi TPT yang
Langkah Selanjutnya Edukasi
Terlewat
Kurang dari 2 1. Lanjutkan TPT segera di jam yang sama pada Berikan nasihat
minggu jadwal/hari berikutnya kepada pasien dan
2. Jangan mengubah tanggal yang dijadwalkan untuk pendamping
kunjungan berikutnya, sementara jadwal kunjungan tentang
terakhir akan disesuaikan dengan tambahan jumlah hari pentingnya TPT
untuk mengganti dosis yang terlewatkan Contoh: jika dan obat harus
ODHIV melewatkan 3 hari, lanjutkan TPT untuk durasi 6 diminum sesuai
bulan ditambah 3 hari dari tanggal memulai dosis dan jadwal
Lebih dari 2 1. Apabila ODHIV sudah menyelesaikan pengobatan yang tepat.
minggu minimal 144 dosis (bulan ke 5) maka lanjutkan dan
selesaikan sisa perawatan sesuai rencana awal. Peninjauan dan
2. Apabila ODHIV sudah berhenti pengobatan lebih dari 2 persetujuan
minggu dan belum mencapai 144 dosis (bulan ke 5) dengan pasien dan
maka ODHIV dapat melanjutkan dan menyelesaikan sisa pendamping
perawatan dengan perpanjangan waktu hingga menjadi mengenai cara
239 hari. terbaik untuk
3. Jika ODHIV tetap tidak dapat menyelesaikan minimal meningkatkan
144 dosis setelah diberikan perpanjangan waktu, kepatuhan
pertimbangkan memulai TPT kembali secara lengkap

2. TPT dengan paduan Isoniasid/INH dan Rifapentin selama 3 bulan (3HP)


a. Tetapkan hari minum obat di tiap minggu, misal ditetapkan/dipilih hari minum
obat adalah hari Senin maka minggu selanjutnya juga setiap hari Senin sampai
selesai minum TPT. Waktu mengkonsumsi obat sebaiknya pada waktu yang sama
(pagi, siang, sore atau malam).
b. Obat dikonsumsi saat perut kosong (1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah
makan)
c. Pada anak, rifapentine dapat dikonsumsi dengan cara dihancurkan dan dicampur
dengan sedikit makanan seperti bubur, pudding, yogurt, es krim dan makanan lain
yang disukai anak. Hindari pemberian rifapentine dikonsumsi bersamaan dengan
buah atau makanan yang berbasis buah karena mengganggu bioavailabilitas obat.
d. Jika dosis terlewat, perhatikan ketentuan sebagai berikut:

Tabel-6: Tatalaksana pemberian dosis obat TPT paduan 3HP yang terlewat

Durasi TPT yang


Langkah Selanjutnya Edukasi
Terlewat
Terlewat jadwal 1. Jika ODHIV terlewat minum obat dalam kurun Berikan nasihat
hari minum waktu tidak lebih dari 2 hari dari jadwal rutin kepada pasien dan
obat dalam mingguan maka segeralah minum obat pada hari pendamping tentang
minggu yang tersebut dan lanjutkan pengobatan sesuai dengan pentingnya TPT dan
sama jadwal rutinitas minum obat obat harus diminum
2. Jika ODHIV terlewat minum obat dalam kurun sesuai dosis dan
waktu lebih dari 2 hari dari jadwal rutin jadwal yang tepat.
mingguan maka:
• ODHIV dapat melewatkan jadwal pengobatan Peninjauan dan
pada minggu tersebut dan melanjutkan persetujuan dengan
pengobatan pada minggu selanjutnya sesuai pasien dan
dengan jadwal rutin minum obat. pendamping
Catatan: adanya penambahan waktu sesuai dosis mengenai cara
yang terlewat terbaik untuk
• ODHIV dapat segera minum obat pada hari meningkatkan
tersebut dan menjadikan hari tersebut sebagai kepatuhan
jadwal minum obat baru.
Contoh: Jika ODHIV biasa minum obat pada hari
Senin dan baru ingat untuk minum obat
diminggu tersebut pada hari Jum’at, maka
ODHIV dapat menjadikan hari Jum’at sebagai
jadwal baru untuk melanjutkan sisa perawatan
Lebih dari satu 1. Jika antara 1-3 dosis mingguan terlewatkan, terapi
minggu dosis dilanjutkan sampai total 12 dosis diminum,
3HP yang sehingga memperpanjang durasi terapi hingga
terlewat
maksimum 16 minggu.
2. Jika 4 atau lebih dosis mingguan terlewat,
pertimbangkan untuk memulai kembali TPT
lengkap.
3. Jika kepatuhan terhadap rutinitas mingguan tidak
memungkinkan, pertimbangkan menghentikan
3HP dan menawarkan rejimen alternatif (harian).

G. Pelacakan Orang Dengan HIV yang di Terapi Pencegahan Tuberkulosis Mangkir


Jadwal kunjungan berikutnya perlu disepakati paling lambat setiap bulan untuk
pemantauan dan evaluasi hasil pengobatan TPT pada ODHIV. Pelacakan perlu dilakukan
pada ODHIV yang tidak datang berkunjung ke layanan HIV (mangkir) untuk pemantauan
TPT maksimal 2 hari dari jadwal kunjungan. Langkah-langkah yang harus dilakukan
apabila pasien mangkir diantaranya:
1. Petugas kesehatan di layanan HIV menghubungi pasien atau pendamping/PMO
melalui telepon.
2. Jika pasien atau pendamping/PMO tidak dapat dihubungi melalui telepon, petugas
HIV datang mengunjungi ke rumah ODHIV tersebut.
3. Tanyakan alasan ODHIV mangkir dan bantu ODHIV untuk menghadapi masalah yang
terkait dengan alasan mangkirnya.
4. Lakukan skrining gejala TBC. Bila tidak ada gejala lanjutkan TPT sampai dosis
lengkap. Bila ada gejala TBC, lakukan penegakan diagnosis sesuai alur.
5. Lakukan konseling kepatuhan ODHIV dalam minum obat TPT melalui pendekatan
5M (menilai, menyarankan, menyetujui, menyepakati dan merencanakan)

H. Hasil Akhir Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis


Evaluasi pemberian TPT dilakukan selama maupun pada akhir durasi pengobatan
dengan kategori sebagai berikut:
a. Pengobatan lengkap
ODHIV dewasa maupun anak yang telah menyelesaikan minimal 80% rangkaian
pengobatan pencegahan sesuai dengan durasi dari paduan TPT yang dipilih:
• 180 dosis selama 6 bulan atau minimal 144 dosis selama 239 hari untuk 6H
• 12 dosis selama 3 bulan atau minimal 11 dosis selama 120 hari untuk 3HP
b. Putus berobat (lost to follow up)
Jika ODHIV dewasa maupun anak tidak minum obat TPT selama 1 bulan atau lebih
secara berturut-turut.
c. Gagal selama pemberian TPT
ODHIV dewasa maupun anak yang sakit TBC selama masa pemberian TPT, dibuktikan
oleh hasil pemeriksaan sesuai dengan pedoman alur diagnosis TBC.
d. Rujuk Keluar
ODHIV yang pindah ke layanan PDP lain
e. Meninggal
Pasien yang meninggal sebelum menyelesaikan TPT dengan sebab apapun.
f. Berhenti/Stop
Pasien yang tidak dapat melanjutkan TPT karena mengalami efek samping berat atau
sebab lainnya, seperti kehamilan pada saat pemberian 3HP atau sakit berat

I. Interaksi Obat Terapi Pencegahan Tuberkulosis Pada Orang Dengan HIV


Rifapentine (P) merupakan penginduksi kuat enzim sitokrom P450, oleh karena itu
dapat mengganggu penyerapan obat-obatan yang metabolismenya menggunakan
enzim sitokrom P450. Obat-obatan ini termasuk ARV dan juga banyak obat lain seperti
antikonvulsan, antiaritmia, kina, antikoagulan oral, antijamur, kontrasepsi oral atau
injeksi, kortikosteroid, siklosporin, fluoroquinolon dan antimikroba lainnya, agen
hipoglikemik oral, metadon, dan antiseptiklik. Induksi dan peningkatan aktivitas enzim
sitokorom P450 ini mengakibatkan terjadinya percepatan eliminasi obat dalam tubuh,
sehingga kadar obat-obatan ini dalam tubuh cepat berkurang, dan karenanya dapat
menjadi tidak efektif. Oleh karena itu jika obat-obatan tersebut diberikan bersamaan
dengan regimen yang mengandung rifapentine, maka obat-obatan tersebut perlu
dihindari atau dilakukan penyesuaian dosis.
Regimen yang mengandung rifapentin harus diresepkan dengan hati-hati untuk
ODHIV yang memakai ARV karena potensi terjadinya interaksi antar obat. Regimen ini
tidak boleh diberikan kepada orang yang menerima protease inhibitor atau regimen
berbasis nevirapine, karena dapat menurunkan konsentrasi obat tersebut. ARV yang
tergolong protease inhibitor antara lain: atazanavir, darunavir, fosamprenavir, lopinavir,
saquinavir, ritonavir dan tipranavir.
Penelitian menunjukkan tidak adanya interaksi obat yang signifikan antara
rifapentine dengan rejimen ARV berbasis NNRTI efavirenz dan INSTI raltegravir. Tidak
ada interaksi obat yang signifikan antara rifapentine dan regimen ARV yang
mengandung abacavir (ABC), emtricitabine (FTC), tenofovir-disoproxil fumarate (TDF),
lamivudine (3TC), or zidovudine (AZT). Efavirenz atau regimen berbasis raltegravir yang
digunakan dengan kombinasi dengan ABC/3TC atau TDF/FTC dapat digunakan
bersamaan dengan 3HP.
Dalam penelitian awal, paduan 3HP yang diberikan bersamaan dengan dolutegravir
(DTG) menyebabkan efek samping serius pada 2 dari 4 subyek penelitian yang sehat.
Pada fase penelitian berikutnya, dilakukan pemberian paduan 3HP dan DTG pada pasien
dewasa dengan HIV. Penelitian ini melaporkan toleransi obat yang baik, penekanan viral
load, tidak terjadinya efek samping berat (adverse event Grade> 3) yang terkait dengan
paduan 3HP, dan tidak menunjukkan bahwa rifapentine mengurangi tingkat
dolutegravir sehingga tidak memerlukan penyesuaian dosis.
Rejimen rifapentine tidak direkomendasikan untuk diberikan bersamaan dengan
obat-obatan Hepatitis C yaitu golongan direct-acting antiviral drugs (DAAs). Hal ini
disebabkan rifapentine dapat menurunkan kadar konsentrasi obat Hepatitis C. ODHIV
dengan Hepatitis C sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter bila akan
menerima TPT paduan 3HP.
Tabel-7: Interaksi obat TPT dengan golongan obat lain

Isoniasid Rifapentin
Jenis Golongan
Contoh Obat Meningkatkan Menurunkan
Obat
Konsentrasi Obat Konsentrasi Obat
Antiaritmik Disopyramide/Mexiletine/Quinidine/ √
Tocainide
Antibiotik Chloramphenicol/clarithromycin/ √
dapsone/doxycycline/
fluoroquinolones
Antikoagulan Warfarin √ √
Antikonvulsan Phenytoin √ √
Phenytoin,
carbamazepine,
primidone, valproic
acid)
Antidepresan Amitriptyline/nortriptyline √ √
Some SSRI
(selective serotonin
reuptake inhibitors)
Antimalaria √ √
Halofantrine Quinine
Antipsikotik Haloperidol √ √
Antiviral √ √
Ritonavir PI, INSTI
Efavirenz Nevirapine
(rifampicin)
Azole antifungal Fluconazole/itraconazole/ √ √
ketoconazole
Barbiturates Phenobarbital √
Benzodiazepine Diazepam √ √
Diazepam, triazolam
Beta blocker Propranolol √
Calcium Diltiazem/nifedipine/verapamil √
Channel blocker
Kortikosteroid Prednisone √
Kontraseptif Ethinyl oestradiol/levonorgestrel √
hormone (Rifapentine)
Analgesik Methadone √ √
Narkotik Levomethyldate
acetate
BAB 5
PENGELOLAAN LOGISTIK TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG DENGAN
HIV

Pengelolaan logistik Terapi Pencegahan TBC (TPT) sesuai dengan siklus pengelolaan
logistik meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan pelaporan. Siklus
ini akan berjalan baik dengan dukungan manajemen meliputi adanya sumber daya
manusia, organisasi, pembiayaan, sistem informasi dan jaga mutu. Rangkaian antara siklus
dan dukungan manajemen ini merujuk pada Kebijakan dan Aspek Hukum yang berlaku.
Logistik TPT untuk ODHIV dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu Obat TPT untuk
pencegahan dan non-Obat TPT. Obat untuk pencegahan dalam TPT ODHIV mencakup
Isoniazid dan Rifapentine serta vitamin B6. Sementara kebutuhan non-Obat untuk
pencegahan dalam TPT ODHIV adalah formulir pencatatan dan pelaporan, yaitu: Ikhtisar
Perawatan, Kartu Pasien, Formulir Rujukan, Kartu Stok, Formulir Pemberian Obat serta
media dan bahan KIE lainnya.

A. Perencanaan Logistik TPT Pada ODHIV


Perencanaan Obat dan non-Obat untuk TPT ODHIV merupakan siklus pertama dalam
pengelolaan logistik. Proses perencanaan dilakukan oleh tim perencanaan terpadu, yang
terdiri dari program, bidang perencanaan dan farmasi. Perencanaan dilakukan secara
berjenjang dari bawah (bottom-up) sesuai dengan alur dan jadwal yang berlaku.

Tabel-8: Perencanaan Logistik obat TPT pada ODHIV di tiap tingkat pelaksana

Tingkat Pelaksana Usulan Kebutuhan


Sumber Data
Pelaksana Perencanaan Perencanaan Logistik
Kabupaten Tim perencanaan 1.Sasaran dan target tahunan program Dikirim ke provinsi
terpadu 2. LPLPO
3. SIHA
Provinsi Tim perencanaan Hasil rekapitulasi perencanaan Obat Dikirim ke:
terpadu TPT ODHIV Kab/Kota 1.Dit P2PML
2. Dit.Tata Kelola Oblik
dan perbekkes
Pusat Ditjen P2P Hasil rekapitulasi perencanaan Obat Dikirim ke Ditjen
TPT ODHIV Provinsi Farmalkes

Tabel-9: Perencanaan Logistik non-obat TPT pada ODHIV di tiap tingkat pelaksana

Tingkat Pelaksana Usulan Kebutuhan


Sumber Data
Pelaksana Perencanaan Perencanaan Logistik
Kabupaten Tim perencanaan Sasaran dan target tahunan program Dikirim ke perencanaan
terpadu serta jumlah layanan kab/kota dan Dinkes
Provinsi
Provinsi Tim perencanaan Hasil rekapitulasi perencanaan Dikirim ke perencanaan
terpadu Kab/Kota provinsi dan Ditjen P2P
Pusat Ditjen P2P Hasil rekapitulasi perencanaan
provinsi
Perhitungan Kebutuhan Logistik Obat TPT Pada ODHIV
Perhitungan kebutuhan Obat TPT pada ODHIV dihitung berdasarkan pada beberapa hal,
yaitu: target minimal pemberian TPT pada ODHIV pada tahun yang direncanakan, sisa
stok TPT yang tersedia dan buffer stock TPT sekitar 10-20%. Berikut cara perhitungan
kebutuhan obat TPT pada ODHIV menurut jenis paduannya.

1. Perhitungan Kebutuhan Obat TPT Isoniasid/INH selama 6 bulan (6H)


Tabel-10: Perhitungan Obat TPT 6H

Sasaran/Pengguna TPT Cara Perhitungan Rumus


ODHIV Perkiraan jumlah ODHIV anak Jumlah ODHIV anak usia <2 tahun x
usia <2 tahun yang layak proporsi ODHIV anak usia <2 tahun x
mendapatkan TPT 6H 100% target capaian TPT ODHIV anak
usia <2 pada tahun perencanaan
Perkiraan jumlah INH 100 mg Perkiraan jumlah ODHIV anak usia < 2
yang dibutuhkan tahun yang eligible x 180 hari x 1
tablet

2. Perhitungan Kebutuhan Obat TPT Paduan Isoniasid/INH dan Rifapentin selama 3


bulan (3HP)
Tabel-11: Perhitungan Obat TPT Paduan 3HP

Sasaran/
Cara Perhitungan Rumus
Pengguna TPT
ODHIV 2-14 tahun Perkiraan jumlah INH 100 mg 1) Perkiraan jumlah ODHIV usia 2-14 tahun
yang dibutuhkan yang layak mendapatkan TPT 3HP sesuai
target perkiraan ODHIV on ART yg memenuhi
syarat utk terapi pencegahan TPT (ODHIV
diperiksa TB hasilnya BTA negatif) x 12
minggu x 6 tablet*
Perkiraan jumlah P 150 mg 2) Perkiraan jumlah ODHIV usia 2-14 tahun
yang dibutuhkan yang layak mendapatkan TPT 3HP sesuai
target perkiraan ODHIV on ART yg memenuhi
syarat utk terapi pencegahan TPT (ODHIV
diperiksa TB hasilnya BTA negatif) x 12
minggu x 4 tablet*
ODHIV usia >14 Perkiraan jumlah KDT 3HP INH Perkiraan jumlah ODHIV usia >14 tahun yang
tahun 300 mg/Rifapentin 300 mg layak mendapatkan KDT 3HP x 12 minggu x 3
tablet
*angka tengah dari dosis tablet sesuai berat badan di Tabel 3

B. Pengadaan Logistik TPT Pada ODHIV


Logistik TPT untuk ODHIV diadakan sesuai peraturan perundangan pengadaan
Barang dan Jasa Nasional yang berlaku dengan pendanaan dari pemerintah baik pusat
atau daerah (APBN atau APBD) maupun pendanaan lain yang sah.

C. Penyimpanan Logistik TPT Pada ODHIV


Penyimpanan logistik obat TPT untuk ODHIV, mengikuti ketentuan dan
persyaratan penyimpanan obat yang berlaku untuk obat program di Kementerian
Kesehatan, sesuai dengan suhu kamar 15-300C (Depkes, 2014) mulai dari ruang
penyimpanan, penataan obat hingga administrasi penyimpanan.

D. Distribusi Logistik TPT Pada ODHIV


Distribusi logistik obat TPT untuk ODHIV dilakukan secara berjenjang dengan
kelengkapan administrasi pengiriman sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

Gambar-2: Alur Permintaan, distribusi dan pelaporan logistik obat TPT untuk ODHIV

Kemenkes

Dinas Kesehatan Provinsi

Dinas Kesehatan Kab/Kota

Faskes/PDP Faskes/PDP Faskes/PDP

Keterangan:
Alur Distribusi
Alur Permintaan dan Pelaporan

E. Pencatatan dan Pelaporan Logistik TPT Pada ODHIV


Pencatatan dan pelaporan logistik TPT untuk ODHIV dilakukan secara berjenjang
mulai dari fasyankes, dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi hingga pusat.
Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
1. Register Pemberian Obat
• Satu halaman per hari
• Menyesuaikan daftar obat menurut apa yang diberikan
• Untuk semua pasien yang datang ke farmasi untuk pengambilam TPT
• Register nomor dan nama
• Jumlah tablet TPT yang diberikan
• Pada akhir hari tsb, tambahkan jumlah tablet yang diberikan untuk setiap obat
• Laporkan konsumsi pada hari itu dalam register stok obat
Gambar-3: Contoh Register Pemberian Obat TPT untuk ODHIV

Register Pemberian Obat TPT untuk ODHIV


(Tiap hari gunakan lembaran tersendiri)
Tanggal: …… / …… / ………

No Reg Jumlah Obat Diberikan


No Nama Pasien Keterangan
Nas H 100mg P 150mg 3HP Vit B6

Jumlah Obat yang diberikan:

Tanda tangan petugas farmasi/pemberi obat

( ………………………………………….. )

2. Register Stok Obat


• Satu baris = konsumsi 1 hari
• Satu halaman = 1 bulan
• Siapkan register stok obat TPT sebanyak jumlah obat TPT yang tersedia di
masing-masing fasyankes
Gambar-4: Contoh Register Stok Obat TPT untuk ODHIV

Register Obat Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) untuk ODHIV


(Satu halaman untuk satu obat)

Nama obat: …………………………………… Bulan: ……………………… Tahun: ……………

Stok Stok Penerimaan Stok Stok Stok


Tanggal Keterangan
Awal Dari Jumlah Pengeluaran Kadaluarsa Akhir

Ringkasan bulanan:
Stok pada awal bulan (A) Stok yang keluar (C)
Stok diterima (B) Stok Kadaluarsa (D)
Stok akhir bulan (E) = (A+B) – (C+D)
Catatan: Penulisan tanggal dimulai tanggal …. pada bulan sebelumnya sampai dengan tanggal …. pada bulan ini.
2. Tingkat Kabupaten/Kota
Pada tingkat Kabupaten/Kota, pencatatan yang diperlukan adalah:
• Kartu stok obat yang selalu diperbaharui setiap adanya penerimaan ataupun
pengeluaran dari obat serta dilengkapi dengan sumber dana, nomor Batch dan
tanggal kadaluwarsa.
• Rekapitulasi stok obat masuk, stok obat yang dikeluarkan dari tiap-tiap layanan
yang ada di kabupaten/kota tersebut.
• Rekap dari kartu stok obat yang berisi berbagai jenis obat menjadi formulir atau
data pelaporan obat ke tingkat Provinsi.
• Pencatatan dilakukan melalui Sistem Informasi Program HIV yang digunakan

3. Tingkat Provinsi
Pada tingkat Provinsi, pencatatan yang diperlukan adalah:
• Kartu stok obat yang selalu diperbaharui setiap adanya penerimaan ataupun
pengeluaran dari obat serta dilengkapi dengan sumber dana, nomor Batch dan
tanggal kadaluwarsa.
• Rekapitulasi stok obat masuk, stok obat yang dikeluarkan dari setiap
kabupaten/kota yang ada di provinsi tersebut.
• Rekap dari kartu stok obat yang berisi berbagai jenis obat menjadi formulir atau
data pelaporan obat ke tingkat Pusat.
• Pencatatan dilakukan melalui Sistem Informasi Program HIV yang digunakan

4. Contoh Format Laporan Logistik Obat TPT untuk ODHIV


a. Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Gambar-5: Format Pelaporan Logistik Obat TPT untuk ODHIV Tingkat Fasyankes
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
vial kapsul paket buah buah buah buah test test test kit test vial tablet tablet tablet
Kab/Kota No Layanan Azithromicyn Isoniasid+
Benzatin 1000mg + Alat suntik Alcohol Micafungin/ Vit. B6 Rifapentin
Fluconazol Rapid Rapid Rapid DBS Viral Load Isoniasid/
Penicilin Cefixime Kondom Lubricant Tuberkulin/ swab (BD micamin (Piridoksin) 300mg+
150mg HIV 1 HIV 2 HIV 3 Collection Genexpert INH 300mg
2,4 juta IU 400mg/ sterii swab) 50mg 25mg 300mg
Kombipak (3HP)
TOTAL
Kota Banda Aceh
1 RSUD Zainul Abidin

b. Tingkat Kabupaten/Kota
Gambar-6: Format Pelaporan Logistik Obat TPT untuk ODHIV Tingkat Kab/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
vial kapsul paket buah buah buah buah test test test kit test vial tablet tablet tablet
Provinsi No Kabupaten/Kota Azithromicyn Isoniasid+
Benzatin 1000mg + Alat suntik Alcohol Micafungin/ Vit. B6 Rifapentin
Fluconazol Rapid Rapid Rapid DBS Viral Load Isoniasid/
Penicilin Cefixime Kondom Lubricant Tuberkulin/ swab (BD micamin (Piridoksin) 300mg+
150mg HIV 1 HIV 2 HIV 3 Collection Genexpert INH 300mg
2,4 juta IU 400mg/ sterii swab) 50mg 25mg 300mg
Kombipak (3HP)
TOTAL
ACEH
1 Aceh Selatan

c. Tingkat Provinsi
Gambar-7: Format Pelaporan Logistik Obat TPT untuk ODHIV Tingkat Provinsi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
vial kapsul paket buah buah buah buah test test test kit test vial tablet tablet tablet
No Provinsi Azithromicyn Isoniasid+
Benzatin 1000mg + Alat suntik Alcohol Micafungin/ Vit. B6 Rifapentin
Fluconazol Rapid Rapid Rapid DBS Viral Load Isoniasid/
Penicilin Cefixime Kondom Lubricant Tuberkulin/ swab (BD micamin (Piridoksin) 300mg+
150mg HIV 1 HIV 2 HIV 3 Collection Genexpert INH 300mg
2,4 juta IU 400mg/ sterii swab) 50mg 25mg 300mg
Kombipak (3HP)
1 Aceh
BAB 6
MONITORING DAN EVALUASI TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PADA ORANG
DENGAN HIV

Pencatatan dan pelaporan merupakan komponen penting dalam Program


Pencegahan dan Pengendalian HIV AIDS dan PIMS. Pencatatan dan pelaporan hasil
kegiatan layanan HIV AIDS dan PIMS diperlukan untuk mendapatkan data hasil kegiatan
program yang nantinya akan diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan disebarluaskan
untuk dimanfaatkan.
Pencatatan dan pelaporan dalam layanan pemberian TPT pada ODHIV diperlukan
untuk Pemantauan TPT pada ODHIV yang harus dilakukan dengan baik dan didukung
dengan sistem pencatatan dan pelaporan yang berkualitas. Dimana data yang dicatat dan
dilaporkan harus valid (akurat, lengkap dan tepat waktu), sehingga akan memudahkan
dalam pengolahan dan analisis.
ODHIV yang mendapat TPT diharapkan dapat meminum obat TPT secara teratur
sesuai dengan jadwal yang ditetapkan hingga selesai. Selama ODHIV minum TPT adalah
bagian dari proses yang akan dimonitor sampai dengan akhir terapi yang diberikan. Evaluasi
keberhasilan TPT dapat diamati dari pemantauan terhadap angka temuan TBC dan bukan
TBC pada ODHIV. Harapannya, temuan kasus TBC pada ODHIV akan menurun seiring
dengan banyaknya ODHIV yang mendapatkan TPT dan menyelesaikannya sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan

A. Alur Pencatatan dan Pelaporan Pemberian TPT Pada ODHIV


Gambar-8: Alur Pencatatan dan Pelaporan Program HIV AIDS dan PIMS
B. Tugas dan Fungsi Tiap Tingkatan Dalam Pencatatan dan Pelaporan TPT Pada ODHIV
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
a. Membuat permintan logistik TPT
b. Mencatat pada formulir dan input dalam sistem/dokumen elektronik (SIHA)
c. Melakukan verifikasi data, khususnya terkait dengan data TPT
d. Membuat dan mengirimkan laporan (program dan logistik) ke Dinkes
e. Melakukan analisis data ditingkat Fasyankes

2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


a. Membuat permintaan logistik TPT ke dinkes provinsi dari semua layanan
kesehatan di Kab/Kota tersebut dan mendistribusikannya ke fasyankes
b. Menerima dan melakukan validasi laporan perawatan HIV AIDS
c. Melakukan analisa data sesuai dengan wilayah dan indikator yang diperlukan.
d. Memberikan umpan balik terhadap capaian fasyankes secara rutin

3. Dinas Kesehatan Provinsi


a. Membuat permintaan logistic TPT ke pusat dari semua Kab/Kota dan
mendistribusikannya ke Dinkes Kab/Kota
b. Mengkompilasi laporan perawatan HIV AIDS
c. Melakukan analisa data sesuai dengan wilayah dan indikator yang diperlukan.
d. Memberikan umpan balik terhadap capaian kabupaten/kota secara rutin

4. Pusat
a. Melakukan analisa data sesuai dengan wilayah dan indikator yang diperlukan
b. Melakukan perencanaan kebutuhan obat TPT untuk semua provinsi
c. Melakukan pengiriman Logistik TPT ke Dinas Kesehatan Provinsi

C. Pencatatan Dalam Pemberian TPT Pada ODHIV


Pencatatan pada program pengendalian HIV-AIDS dan PIMS dilakukan baik secara
manual menggunakan formulir-formulir standar program maupun dalam bentuk
elektronik excel. Data yang ada kemudian dinput kedalam sistem informasi berbasis web
yaitu SIHA. Dalam proses pengembanganya, SIHA dipersiapkan untuk dapat mengisi
data individu langsung secara online. Informasi terkait TPT merupakan bagian dari
variabel yang dicatat pada format pencatatan ODHIV yang mendapatkan perawatan HIV
AIDS. Formulir yang digunakan untuk mendokumentasikan TPT adalah sebagai berikut:
1. Ikhtisar Perawatan (Lembar-2)

Gambar-9: Formulir Ikhtisar Perawatan (Lembar-2)


Tabel-12: Cara Pengisian Formulir Ikhtisar Perawatan (Lembar-2 bagian pemberian obat TPT)

Variabel Petunjuk Pencatatan Kapan Siapa


Tanggal Kunjungan Tulis tanggal, bulan, dan tahun pada hari saat pasien HIV berkunjung ke layanan PDP Setiap kali kunjungan Dokter/Perawat
Kajian Status TBC Tulis kajian status TBC berdasarkan pilihan berikut ini: Setiap kali kunjungan Dokter/Perawat
1 = Jika tidak ada gejala TBC (bukan TBC)
2 = Jika terduga TBC
3 = Jika dalam pengobatan TBC
Status TBC Tulis status TBC berdasarkan pilihan di bawah ini: Setiap kali kunjungan Dokter/Perawat
1 = TBC
2 = Bukan TBC
TPT Tuliskan dengan kode TPT berdasarkan riwayatnya dan hasil akhir TPT: Setiap kali kunjungan Dokter/Perawat
PL: Pengobatan lengkap
LFU: lost to follow up/ Putus obat
GT: Gagal selama pemberian TPT
RK: Rujuk Keluar
M: Meninggal
S: Stop
Efek Samping Tuliskan dengan kode efek samping yang terjadi: Setiap kali kunjungan Dokter/Perawat
R : Ruam pada Kulit
Mua :Mual
Mun : Muntah
D : Diare
N: Neuropati
Ikt : Ikterus
An : Anemia
Ll : Lelah
SK : Sakit Kepala
Dem : Demam
Hip : Hipersensitivitas
Dep : Depresi
Ngan : Ngantuk
P : Pankreatitis
Lan : Lain-lain, uraikan
2. Buku Bantu Kunjungan dan Skrining TBC
Gambar-10: Buku Bantu Kunjungan dan Skrining TBC

Tabel-13: Cara Pengisian Buku Bantu Kunjungan dan Skrining TBC

Variabel - TPT Petunjuk Pengisian Kapan Siapa


Bulan Laporan Bulan pelaporan akan terisi otomatis setelah mengisi tanggal kunjungan bulan ini Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Tahun Laporan Tahun laporan akan terisi otomatis setelah mengisi tanggal kunjungan bulan ini Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Tanggal Kunjungan Bulan ini Diisi dengan tanggal dimana pasien berkunjung ke fasyankes Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Nomor Register Nasional Diisi dengan nomor registrasi nasional pasien. Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR

Pastikan cara penulisan sama dengan yang ada di register Pra ART dan ART
No. Rekam Medis Diisi dengan nomor rekam medis pasien di fasyankes. Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan sama dengan yang ada di register Pra
ART dan ART
Nama Pasien Diisi dengan nama lengkap pasien. Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Catatan:
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan nama sama dengan yang ada di register
Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Tanggal Lahir Diisi dengan tanggal lahir pasien Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Catatan:
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan tanggal lahir sama dengan yang ada di
register Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Umur Diisi dengan umur pertama kali pasien berkunjung ke layanan PDP Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Catatan:
Jika di isi manual, pastikan cara penulisan umur sama dengan yang ada di register
Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Jenis Kelamin Diisi dengan jenis kelamin pasien dengan cara: Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
L= untuk laki-laki
P= untuk perempuan
Catatan:
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan jenis kelamin sama dengan yang ada di
register Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Tanggal Kunjungan Pertama Diisi dengan tanggal kunjungan pertama ke layanan PDP Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Catatan:
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan tanggal kunjungan pertama sama
dengan yang ada di register Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Status Pasien Diisi dengan status pasien saat berkunjung bulan ini. Cara pengisiannya tulis: Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
• Baru: jika tanggal kunjungan bulan ini sama dengan tanggal kunjungan
pertama
• Lama: jika tanggal kunjungan bulan ini lebih besar dari tanggal knjungan
pertama
Catatan:
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan status pasien sama dengan yang ada di
register Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Ketepatan Jadwal Kunjungan Akan terisi otomatis jika jadwal kunjungan bulan ini pada kunjungan sebelumnya Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
dan tanggal kunjungan bulan ini saat ini terisi.
Tanggal Mulai ART Diisi dengan tanggal pasien memulai ART pertama kali Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Catatan:
Jika diisi manual, pastikan cara penulisan tanggal mulai ART sama dengan yang
ada di register Pra ART dan ART.
Jika telah menggunakan register Pra ART dan ART bagian ini akan terisi otomatis
setelah mengisi nomor registrasi nasional
Rencana Kunjungan Rencana kunjungan selanjutnya akan terisi otomatis dalam format tanggal jika Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Selanjutnya tanggal kunjungan bulan ini dan sisa obat ARV terisi.
Sisa Obat ARV (hari) Diisi dengan obat ARV yang tersisa bulan ini dari pemberian pada kunjungan Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
bulan sebelumnya. Tuliskan dalam satuan hari
PPK Diisi dengan status Profilaksis kotrimokzasol yang diberikan bulan ini. Cara Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
mengisinya pilih PPK dari droplist yang tersedia dengan ketentuan:
0 = Jika tidak mendapatkan PPK bulan ini
1 = Jika mendapatkan PPK bulan ini
Kondom Diisi dengan jumlah kondom (pcs) yang diterima oleh pasien Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Status Kehamilan Diisi dengan status kehamilan pasien pada bulan ini. Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Cara mengisinya pilih status kehamilan dari drop list yang tersedia dengan
ketentuan:
1 = baru hamil bulan ini (kehamilan pertama sejak mulai perawatan di fasyankes
ini.
2 = baru hamil bulan ini (kehamilan kedua/dsb sejak mulai perawatan di
fasyankes ini)
3 = Sedang hamil
4 = Sudah/pernah melahirkan
5 = belum pernah hamil (sejak mulai perawatan)
Status COVID-19 Diisi dengan status covid-19 pada kunjungan bulan ini. Cara mengisinya pilih Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
status covid-19 dari drop list yang tersedia dengan ketentuan:
• OTG
• ODP-proses pemantuan
• ODP-selesai pemantauan
• PDP-tidak dirawat
• PDP-masih dirawat
• PDP-pulang & sehat
• COVID-dirawat
• COVID-sembuh
• COVID-meninggal
• COVID-isoman mandiri
Skrining COVID-19 Diisi dengan skrining covid yang dilakukan pada kunjungan bulan ini. Cara Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
mengisinya pilih skrining covid-19 dari drop list yang tersedia dengan ketentuan:
• Ya, jika dilakukan skrining
• Tidak, jika tidak dilakukan skrining
Tanggal Pasien COVID-19 Diisi dengan tanggal meninggal pasien dengan status covid-19 Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Meninggal
Keterangan Status Pasien Akan terisi otomatis jika status covid terisi Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Covid-19
KETERANGAN Pasien COVID- Akan terisi otomatis jika status covid terisi Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
19 Positif
Lama Pengobatan ARV (bln) Akan terisi otomatis jika tanggal kunjungan dan tanggal mulai ART terisi Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
Tanggal Tes VL Terakhir Akan terisi otomatis jika inputan Viral Load pada menu Viral Load terisi Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
(sebelum kunjungan ini)
Hasil Tes VL Terakhir Akan terisi otomatis jika inputan Viral Load pada menu Viral Load terisi Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
(sebelum kunjungan ini)
Kajian Status TBC Diisi dengan hasil kajian status TBC. Cara mengisinya pilih angka 1,2,3,4 pada Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
drop list yang tersedia dengan ketentuan sebagai berikut:
1 = Jika tidak ada tanda dan gejala TBC
2 = Jika suspek/terduga TBC
3 = Jika dalam pengobatan TBC
Tipe Diagnosis Diisi dengan Tipe diagnosis. Cara mengisinya pilih dari drop list yang tersedia: Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
• TCM, jika diagnosis dilakukan dari hasil pemeriksaan TBC yang dilakukan
dengan menggunakan mesin TCM
• Mikroskopis, Jika diagnosis dilakukan dari hasil pemeriksaan TBC yang
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis
• Klinis, jika diagnosis dilakukan dari hasil pemeriksaan klinis yang dilakukan.
Status TBC Diisi dengan status TBC. Cara mengisinya pilih angka 1 atau 2 pada drop list yang Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
tersedia dengan ketentuan:
1 = TBC
2 = Bukan TBC
Status OAT di bulan ini Diisi dengan status OAT pasien bulan ini (jika pasien positif TBC). Cara mengisinya Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
pilih status OAT dibulan ini dari drop list yang tersedia dengan ketentuan:
• Belum pengobatan, jika pasien positif TBC namun belum memulai pengobaan
OAT
• Baru mulai, jika pasien baru pertama kali terapi dengan OAT pada saat
kunjungan bulan ini
• Sedang menerima, jika pada kunjungan bulan ini pasien masih terapi dengan
OAT
• Selesai, jika pada kunjungan bulan ini pasien telah selesai terapi dengan OAT
• Stop, jika pada kunjungan bulan ini pasien stop terapi dengan OAT
• Gagal, jika pada kunjungan bulan ini pasien telah selesai terapi dengan OAT
dan dinyatakan gagal pengobatan
Memenuhi syarat TPT Diisi dengan informasi terkait pasien yang memenuhi syarat TPT. Cara Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
mengisinya pilih memenuhi syarat TPT dari drop list yang tersedia dengan
ketentuan:
0 = Tidak memenuhi syarat TPT
1 = Memenuhi Syarat TPT
ODHIV dikatakan memenuhi syarat TPT jika:
Primer:
ODHIV tidak sedang dalam pengobatan TBC, atau
ODHIV tidak suspek TBC, atau
ODHIV tidak kontradiksi dengan TPT, atau
Sekunder:
ODHIV sudah pernah TPT >5 tahun (tidak ada gejala/tanda TBC)
ODHIV sudah pernah TBC
Status TPT di bulan ini Diisi dengan status TPT pasien pada bulan ini. Cara mengisinya pilih status TPT Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
dibulan ini dari drop list yang tersedia dengan ketentuan:
• Baru memulai INH, jika pasien baru pertama kali terapi dengan INH pada saat
kunjungan bulan ini
• Sedang INH, jika pada kunjungan bulan ini pasien masih/sedang terapi dengan
INH
• Selesai INH, jika pasien telah menyelesakan minimal 80% rangkaian
pengobatan pecjegahan dengan INH
• Stop INH, jika pasien tidak dapat melanjutkan terapi dengan INH karena
mendapatkan efek samping berat atau sebab lainnya
• Gagal INH, jika pasien sakit TBC selama pemberian terapi dengan INH
• LFU INH, jika tidak minum terapi dengan INH selama 1 bulan atau lebih secara
berturut-turut
• RK dengan INH, jika pasien yang sedang dalam terapi INH rujuk keluar ke
fasyankes PDP lain

• Baru memulai 3HP, jika pasien baru pertama kali terapi dengan INH pada saat
kunjungan bulan ini
• Sedang 3HP, jika pada kunjungan bulan ini pasien masih/sedang terapi dengan
3HP.
• Selesai 3HP, jika pasien telah menyelesakan minimal 80% rangkaian
pengobatan pencegahan dengan 3HP
• Stop 3HP, jika pasien tidak dapat melanjutkan terapi dengan 3HP karena
mendapatkan efek samping berat atau sebab lainnya, seperti kehamilan pada
saat pemberian 3HP atau sakit berat.
• Gagal 3HP, jika pasien sakit TBC selama pemberian terapi dengan 3HP
• LFU 3HP, jika tidak minum terapi dengan 3HP selama 1 bulan atau lebih secara
berturut turut
• RK dengan 3HP, jika pasien yang sedang dalam terapi 3HP rujuk keluar ke
fasyankes PDP lain

• Baru memulai TPT lainnya, jika pasien baru pertama kali terapi dengan TPT
lainnya pada saat kunjungan bulan ini
• Sedang TPT lainnya, jika pada kunjungan bulan ini pasien masih/sedang terapi
dengan TPT lainnya
• Selesai TPT lainnya, jika pasien telah menyelesakan minimal 80% rangkaian
pengobatan pencegahan dengan TPT lainnya
• Stop TPT lainnya, jika pasien tidak dapat melanjutkan terapi dengan TPT
lainnya karena mendapatkan efek samping berat atau sebab lainnya, seperti
kehamilan pada saat pemberian 3HP atau sakit berat.
• Gagal TPT lainnya, jika pasien sakit TBC selama pemberian terapi dengan TPT
lainnya
• LFU TPT lainnya, jika tidak minum terapi dengan TPT lainnya selama 1 bulan
atau lebih secara berturut turut
• RK dengan TPT lainnya, jika pasien yang sedang dalam terapi INH rujuk keluar
ke fasyankes PDP lain
• Meninggal, jika pasien meninggal
• Tidak TPT, jika pasien tidak TPT
Sisa obat TBC/TPT yang Diisi dengan sisa obat TBC/TPT setelah mendapatkan obat pada periode Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
dibawa (tablet) sebelumnya dan jika pasien pindah diisi dengan sisa obat TBC/TPT yang dibawa
oleh pasien ketika rujuk keluar ke fasyankes lain.
Satuan dalam tablet.
Efek Samping Diisi dengan efek samping obat yang diinformasikan pasien pada kunjungan Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
bulan ini. Cara mengisinya pilih efek samping dari drop list yang tersedia dengan
ketentuan:
R= Ruam Kulit, Ll= Lelah,
Mua= Mual, SK= Sakit Kepala,
Mun= Muntah, Dem= Demam,
D= Diare, Hip= Hipersensitifitas,
N= Neuropati, Dep= Depresi,
Ikt= Ikterus, Ngan= Ngantuk,
An= Anemi, P= Pankreatitis,
Lan= Lain-lain uraikan
Lokasi Fasyankes Diisi dengan nama fasyankes tujuan pasien yang rujuk keluar Saat berkunjung ke fasyankes Petugas RR
3. Kartu Pasien

Gambar-11: Kartu Pasien


Tabel-14: Cara Pengisian Kartu Pasien

Variabel Petunjuk pencatatan* Kapan Siapa

Tanggal Kunjungan Diisi dengan tanggal kedatangan pasien Setiap kali kunjungan Dokter/Perawat

Jumlah obat TPT yang sisa Diisi dengan jumlah obat TPT yang tersisa pada bulan berjalan Setiap kali kunjungan Dokter/Perawat

Jumlah obat TPT yang diberikan untuk Diisi dengan jumlah obat TPT yang diberikan untuk bulan berikutnya Setiap kali kunjungan Dokter/Perawat
bulan berikutnya
*Untuk penjelasan lengkap terkait kartu pasien dapat dilihat pada juknis pencatatan SIHA
4. Formulir Rujukan

Gambar-12: Formulir Rujukan


Cara Pengisian Formulir Rujukan

Tabel-15: Cara Pengisian Formulir Rujukan

Petugas yang
Variabel Cara Pengisian Waktu Pengisian
Mengisi
Status TPT Diisi dengan status TPT pada Saat pasien akan Perawat/Dokter
saat pasien pindah: dirujuk
1. Dalam Pengobatan TPT
2. Tidak dalam Pengobatan TPT
Jumlah Obat TBC/TPT Diisi dengan sisa obat TBC/TPT
yang dibawa pulang yang dibawa oleh pasien ketika
(dibekalkan) rujuk keluar ke fasyankes lain.
Satuan dalam tablet.
*Untuk penejelasan lengkap terkait formulir rujukan dapat dilihat pada juknis pencatatan SIHA.

5. Register Pemberian Obat TPT


Penjelasan lebih rinci ada di BAB Pengelolaan Logistik TPT Pada ODHIV

6. Register Stok Obat TPT


Penjelasan lebih rinci ada di BAB Pengelolaan Logistik TPT Pada ODHIV

D. Pelaporan Dalam Pemberian TPT Pada ODHIV


Pelaporan dalam pemberian TPT pada ODHIV merupakan lanjutan dari proses
pencatatan, dimana data yang telah dicatat dalam format pencatatan Program HIV AIDS
dan PIMS dilaporkan dalam format laporan maupun di entry ke dalam Sistim Informasi
untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan program. Program HIV AIDS dan PIMS
memiliki sistim pelaporan yang baku dengan menggunakan sistim pelaporan yang
berbasis web, yaitu Sistim Informasi HIV AIDS (SIHA). Laporan terkait dengan
pelaksanaan pemberian TPT pada ODHIV juga dilaporkan dalam format yang telah
dibakukan dan di entry ke SIHA. Hal ini dipersiapkan untuk mendapatkan hasil laporan
yang mengacu pada indikator-indikator program HIV AIDS dan PIMS maupun indikator-
indikator Kegiatan Kolaborasi TB-HIV yang telah ditetapkan. Format laporan yang
digunakan dalam layanan pemberian TPT pada ODHIV adalah sebagai berikut:
1. Laporan Kohort Pemberian TPT Pada ODHIV

Gambar-13: Laporan Kohort pemberian TPT pada ODHIV

LAPORAN KOHORT TERAPI PENCEGAHAN TBC


UPK :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Periode Laporan :
Nama Penanggung Jawab :

Bulan
No Indikator Jan Feb Mar Apr
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8 ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8 ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke-6 ke-7 ke-8 ke-1 ke-2
1 Jumlah ODHIV baru mulai ART
2 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC
3 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT
4 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
a. Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
6H
b. Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
3HP
c. Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
lainnya
5 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
yang STOP (berhenti) TPT
6 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
yang LFU
7 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
yang Meninggal
8 Jumlah ODHIV baru mulai ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
yang Gagal Pengobatan TPT
9 Jumlah ODHIV on ART (ODHIV Lama)
10 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC
11 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT
12 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT
a. Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT 6H
b. Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT 3HP
c. Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT lainnya
13 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT yang STOP
(berhenti) TPT
14 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT yang LFU
15 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT yang
Meninggal
16 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC memenuhi syarat dapat TPT dan mendapat TPT yang Gagal
Pengobatan TPT
2. Rekap Laporan Kohort Pemberian TPT Pada ODHIV

Gambar-14: Rekap Laporan Kohort Pemberian TPT Pada ODHIV

Laki-laki Perempuan
No Indikator Total
<1 1-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 ≥75 <1 1-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 ≥75
1 % Pemberian TPT pada ODHIV baru
mulai ART
a. Jumlah ODHIV baru mulai ART
yang mendapat TPT
b. Jumlah ODHIV baru mulai ART
yang memenuhi syarat mendapat
TPT
2 % Pemberian TPT pada ODHIV
dalam pengobatan ARV/on ART
(ODHIV Lama)
a. Jumlah ODHIV on ART yang
memenuhi syarat dapat TPT dan
mendapat TPT
b. Jumlah ODHIV on ART yang
memenuhi syarat mendapat TPT
3 % Menyelesaikan TPT pada ODHIV
baru mulai ART
a. Jumlah ODHIV baru mulai ART
yang dapat TPT dan
menyelesaikan TPT
b. Jumlah ODHIV baru mulai ART
yang dapat TPT
4 % Menyelesaikan TPT pada ODHIV
on ART (ODHIV Lama)
a. Jumlah ODHIV on ART yang dapat
TPT dan menyelesaikan TPT
b. Jumlah ODHIV on ART yang dapat
TPT
Cara Pengisian Laporan Kohort Pemberian TPT Pada ODHIV

Tabel-16: Cara Pengisian Laporan Kohort Pemberian TPT Pada ODHIV

No Variabel Cara Pengisian


1 Jumlah ODHIV baru mulai ART Cara pengisian secara manual:
Dapat dilihat dari LBPHA indikator nomor 3.2
Atau Informasi bisa didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini”,
“Tanggal memulai ART”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya dan tanggal kunjungan bulan ini masuk dalam
periode laporan yang sama
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
Atau sesuai cara perhitungan otomatis pada juknis SIHA
Jumlah ODHIV baru mulai ART
bukan TBC
2 Jumlah ODHIV baru mulai ART Cara pengisian secara manual:
bukan TBC yang memenuhi Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“, “Tanggal
syarat untuk dapat TPT memulai ART” dan “memenuhi syarat TPT=1”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya dan tanggal kunjungan
bulan ini masuk dalam periode laporan yang sama dan bagian memenuhi syarat TPT terisi angka 1.
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
3 Jumlah ODHIV baru mulai ART Cara pengisian secara manual:
bukan TBC yang memenuhi Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
syarat dapat TPT dan mendapat memulai ART”, “memenuhi syarat TPT=1” dan “status TPT dibulan ini = baru memulai INH/baru mulai 3HP/baru mulai TPT
TPT lainnya”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya dan tanggal kunjungan bulanan masuk dalam periode laporan
3.a. 3HP yang sama, memenuhi syarat TPT terisi angka 1 dan status TPT dibulan ini terisi: baru memulai INH/baru mulai 3HP/baru
3.b. INH mulai TPT lainnya.
3.c. TPT lainnya Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
4 Jumlah ODHIV baru mulai ART Cara pengisian secara manual:
yang memenuhi syarat dan Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini, “Tanggal
mendapatkan TPT yang STOP kunjungan pertama”, “ Tanggal memulai ART”, “memenuhi syarat TPT=1” dan “status TPT dibulan ini = stop INH, stop 3HP,
(berhenti) TPT stop TPT lainnya”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya dan tanggal kunjungan pertama masuk dalam
periode laporan yang sama, memenuhi syarat TPT=1, status TPT dibulan ini terisi: stop INH, stop 3HP, stop TPT lainnya dan
tanggal kunjungan bulan ini masuk dalam periode laporan.
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
5 Jumlah ODHIV baru mulai ART Cara pengisian secara manual:
yang memenuhi syarat dan Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini, “Tanggal
mendapat TPT yang LFU kunjungan pertama”, “Tanggal memulai ART”, “memenuhi syarat TPT=1” dan “status TPT dibulan ini = LFU INH, LFU 3HP,
LFU TPT lainnya”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya dan tanggal kunjungan pertama masuk dalam periode
laporan yang sama, memenuhi syarat TPT=1, status TPT dibulan ini terisi: LFU INH, LFU 3HP, LFU TPT lainnya dan tanggal
kunjungan bulan ini masuk dalam periode laporan.
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
6 Jumlah ODHIV baru mulai ART Cara pengisian secara manual:
yang memenuhi syarat dan Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini, “Tanggal
mendapat TPT yang Meninggal kunjungan pertama”, “ Tanggal memulai ART”, “memenuhi syarat TPT=1” dan “status TPT dibulan ini = meninggal”.
Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya dan tanggal kunjungan pertama masuk dalam periode laporan yang
sama, memenuhi syarat TPT=1, status TPT dibulan ini terisi: meninggal dan tanggal kunjungan bulan ini masuk dalam
periode laporan (tanggal dicatatat sebagi meninggal).
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
7 Jumlah ODHIV baru mulai ART Cara pengisian secara manual:
yang memenuhi syarat dan Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini, “Tanggal
mendapat TPT yang Gagal kunjungan pertama”, “Tanggal memulai ART”, “memenuhi syarat TPT=1” dan “status TPT dibulan ini = gagal INH, gagal 3HP,
pengobatan gagal TPT lainnya”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya dan tanggal kunjungan pertama masuk dalam
periode laporan yang sama, memenuhi syarat TPT=1, status TPT dibulan ini terisi: gagal INH, gagal 3HP, gagal TPT lainnya
dan tanggal kunjungan bulan ini masuk dalam periode laporan.
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
8 Jumlah ODHIV sedang dalam Cara pengisian secara manual:
pengobatan ARV/on ART (ODHIV Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
Lama) memulai ART”dan “status TPT di bulan ini: baru mulai INH, baru mulai 3HP, baru mulai TPT lainnya dan tidak TPT”. Hitunglah
jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya terisi (tidak kosong), status TPT diisi baru mulai INH, baru mulai 3HP, baru mulai
TPT lainnya dan tidak TPT dan tanggal kunjungan bulan ini masuk dalam periode laporan
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
Atau sesuai cara perhitungan otomatis pada juknis SIHA.
9 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC Cara pengisian secara manual:
yang memenuhi syarat untuk Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
mendapat TPT memulai ART”dan “status TPT di bulan ini: baru mulai INH, baru mulai 3HP, baru mulai TPT lainnya, tidak TPT dan
“memenuhi syarat TPT=1”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya terisi (tidak kosong), status TPT diisi baru
mulai INH, baru mulai 3HP, baru mulai TPT lainnya, tidak TPT, memenuhi syarat TPT terisi 1 dan tanggal kunjungan bulan ini
masuk dalam periode laporan.
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
10 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC Cara pengisian secara manual:
yang memenuhi syarat dapat TPT Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
dan mendapat TPT memulai ART” dan “status TPT di bulan ini: baru mulai INH/baru mulai 3HP/baru mulai TPT lainnya, dan “memenuhi syarat
10.a. 3HP TPT=1”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya terisi (tidak kosong), status TPT diisi baru mulai INH/baru mulai
10.b. INH 3HP/baru mulai TPT lainnya, memenuhi syarat TPT terisi 1 dan tanggal kunjungan bulan ini masuk dalam periode laporan.
10.c. TPT lainnya Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
11 Jumlah ODHIV on ART bukan Cara pengisian secara manual:
TBC yang memenuhi syarat Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
dapat TPT dan mendapat TPT memulai ART”,“memenuhi syarat TPT=1” dan “status TPT dibulan ini = stop INH, stop 3HP, stop TPT lainnya”. Hitunglah
yang STOP (berhenti) TPT jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya terisi (tidak kosong), memenuhi syarat TPT=1, status TPT dibulan ini terisi: stop
INH, stop 3HP, stop TPT lainnya dan tanggal kunjungan bulan ini masuk dalam periode laporan
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
12 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC Cara pengisian secara manual:
yang memenuhi syarat dapat TPT Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
dan mendapat TPT yang LFU memulai ART”,“memenuhi syarat TPT=1” dan “status TPT dibulan ini = LFU INH, LFU 3HP, LFU TPT lainnya”. Hitunglah jumlah
pasien yang tanggal mulai ARTnya terisi (tidak kosong), memenuhi syarat TPT=1, status TPT dibulan ini terisi: LFU INH, LFU
3HP, LFU TPT lainnya dan tanggal kunjungan bulan ini masuk dalam periode laporan
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
13 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC Cara pengisian secara manual:
yang memenuhi syarat dapat TPT Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
dan mendapat TPT yang memulai ART”,“memenuhi syarat TPT=1” dan “status TPT dibulan ini = meninggal INH/ meninggal 3HP/ meninggal TPT
Meninggal lainnya”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya terisi (tidak kosong), memenuhi syarat TPT=1, status TPT
dibulan ini terisi: meninggal dan tanggal kunjungan bulan (tanggal dicatat sebagai meninggal) masuk dalam periode laporan
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
14 Jumlah ODHIV on ART bukan TBC Cara pengisian secara manual:
yang memenuhi syarat dapat TPT Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
dan mendapat TPT yang Gagal memulai ART”,“memenuhi syarat TPT=1” dan “status TPT dibulan ini = gagal INH/ gagal 3HP/ gagal TPT lainnya”. Hitunglah
pengobatan jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya terisi (tidak kosong), memenuhi syarat TPT=1, status TPT dibulan ini terisi: gagal
INH/ gagal 3HP/ gagal TPT lainnya dan tanggal kunjungan bulan ini masuk dalam periode laporan
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
RINGKASAN
1 % Pemberian TPT pada ODHIV Cara pengisian secara manual:
baru mulai ART Jumlah ODHIV baru mulai ART yang mendapat TPT dibagi Jumlah ODHIV baru memulai ART yang memenuhi syarat untuk
mendapat TPT kali100%. Catatlah pada kolom yang sesuai dengan kelompok umur dan jenis kelamin
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
a. Jumlah ODHIV baru mulai ART Cara pengisian secara manual:
yang mendapat TPT Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
memulai ART”, “memenuhi syarat TPT=1” dan “status TPT dibulan ini = baru memulai INH, baru mulai 3HP, baru mulai TPT
lainnya”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya dan tanggal kunjungan bulanan masuk dalam periode laporan
yang sama, memenuhi syarat TPT terisi angka 1 dan status TPT dibulan ini terisi: baru memulai INH, baru mulai 3HP, baru
mulai TPT lainnya. Catatlah pada kolom yang sesuai dengan kelompok umur dan jenis kelamin
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
b. Jumlah ODHIV baru mulai ART Cara pengisian secara manual:
yang memenuhi syarat Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
mendapat TPT memulai ART” dan “memenuhi syarat TPT=1”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya dan tanggal kunjungan
bulan ini masuk dalam periode laporan yang sama dan bagian memenuhi syarat TPT terisi angka 1. Catatlah pada kolom yang
sesuai dengan kelompok umur dan jenis kelamin
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
2 % Pemberian TPT pada ODHIV Cara pengisian secara manual:
dalam pengobatan ARV/on ART Jumlah ODHIV sedang dalam pengobatan ARV (on ART) yang mendapat TPT di bagi Jumlah ODHIV sedang dalam pengobatan
(ODHIV Lama) ARV (on ART) yang memenuhi syarat untuk mendapat TPT dikali 100%. Catatlah pada kolom yang sesuai dengan kelompok
umur dan jenis kelamin
Cara pengisian secara elekntronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
a. Jumlah ODHIV on ART yang Cara pengisian secara manual:
memenuhi syarat dapat TPT Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
dan mendapat TPT memulai ART”dan “status TPT di bulan ini: baru mulai INH, baru mulai 3HP, baru mulai TPT lainnya, dan “memenuhi syarat
TPT=1”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya terisi (tidak kosong), status TPT diisi baru mulai INH, baru mulai
3HP, baru mulai TPT lainnya, memenuhi syarat TPT terisi 1 dan tanggal kunjungan bulan ini masuk dalam periode laporan.
Catatlah pada kolom yang sesuai dengan kelompok umur dan jenis kelamin
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
b. Jumlah ODHIV on ART yang Cara pengisian secara manual:
memenuhi syarat mendapat Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
TPT memulai ART”dan “status TPT di bulan ini: baru mulai INH, baru mulai 3HP, baru mulai TPT lainnya, tidak TPT dan “memenuhi
syarat TPT=1”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya terisi (tidak kosong), status TPT diisi baru mulai INH, baru
mulai 3HP, baru mulai TPT lainnya, tidak TPT, memenuhi syarat TPT terisi 1 dan tanggal kunjungan bulan ini masuk dalam
periode laporan. Catatlah pada kolom yang sesuai dengan kelompok umur dan jenis kelamin
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
3 % Menyelesaikan TPT pada Cara pengisian secara manual:
ODHIV baru mulai ART Jumlah ODHIV baru mulai ART dan menyelesaikan TPT dibagi Jumlah ODHIV baru mulai ART yang mendapatkan TPT dikali
100%. Catatlah pada kolom yang sesuai dengan kelompok umur dan jenis kelamin.
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
a. Jumlah ODHIV baru mulai ART Cara pengisian secara manual:
yang dapat TPT dan Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
menyelesaikan TPT memulai ART”, “memenuhi syarat TPT=1” dan “status TPT dibulan ini = selesai INH, selesai 3HP, selesai TPT lainnya”. Hitunglah
jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya dan tanggal kunjungan bulanan masuk dalam periode laporan yang sama, memenuhi
syarat TPT terisi angka 1 dan status TPT dibulan ini terisi: selesai INH, selesai 3HP, selesai TPT lainnya. Catatlah pada kolom
yang sesuai dengan kelompok umur dan jenis kelamin
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
b. Jumlah ODHIV baru mulai ART Cara pengisian secara manual:
yang dapat TPT Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
memulai ART”, “memenuhi syarat TPT=1” dan “status TPT dibulan ini = baru memulai INH, baru mulai 3HP, baru mulai TPT
lainnya”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya dan tanggal kunjungan bulanan masuk dalam periode laporan
yang sama, memenuhi syarat TPT terisi angka 1 dan status TPT dibulan ini terisi: baru memulai INH,baru mulai 3HP, baru mulai
TPT lainnya. Catatlah pada kolom yang sesuai dengan kelompok umur dan jenis kelamin
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
4 % Menyelesaikan TPT pada Cara pengisian secara manual:
ODHIV on ART (ODHIV Lama) Jumlah ODHIV sedang dalam pengobatan ARV (on ART) yang menyelesaikan TPT dibagi Jumlah ODHIV sedang dalam
pengobatan ARV (on ART) yang mendapatkan TPT dikali 100%. Catatlah pada kolom yang sesuai dengan kelompok umur dan
jenis kelamin
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
a. Jumlah ODHIV on ART yang Cara pengisian secara manual:
dapat TPT dan menyelesaikan Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
TPT memulai ART”dan “status TPT di bulan ini: selesai INH, selesai 3HP, selesai TPT lainnya, dan “memenuhi syarat TPT=1”.
Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya terisi (tidak kosong), status TPT diisi selesai INH, selesai 3HP, selesai TPT
lainnya, memenuhi syarat TPT terisi 1 dan tanggal kunjungan bulan ini masuk dalam periode laporan. Catatlah pada kolom
yang sesuai dengan kelompok umur dan jenis kelamin
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
b. Jumlah ODHIV on ART yang Cara pengisian secara manual:
dapat TPT Informasi didapat dari buku bantu kunjungan dan skrining TBC dengan memeriksa “Tanggal kunjungan bulan ini“ Tanggal
memulai ART”dan “status TPT di bulan ini: baru mulai INH, baru mulai 3HP, baru mulai TPT lainnya, dan “memenuhi syarat
TPT=1”. Hitunglah jumlah pasien yang tanggal mulai ARTnya terisi (tidak kosong), status TPT diisi baru mulai INH, baru mulai
3HP, baru mulai TPT lainnya, memenuhi syarat TPT terisi 1 dan tanggal kunjungan bulan ini masuk dalam periode laporan.
Catatlah pada kolom yang sesuai dengan kelompok umur dan jenis kelamin
Cara pengisian secara elektronik:
Akan terisi otomatis seperti algoritma pengisian manual.
E. Monitoring dan Evaluasi Dalam Pemberian TPT Pada ODHIV
Monitoring dan evaluasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menilai
keberhasilan pengobatan dan juga pelaksanaan program. Monitoring dilaksanakan
secara berkala dan terus-menerus, agar dapat segera diketahui apabila ada
ketidaksesuaian, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan sesegera mungkin.
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pemberian TPT pada ODHIV dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi program HIV nasional untuk memantau pelaksanaan
TPT maupun adanya kasus TBC pada ODHIV serta untuk perencanaan kebutuhan logistik
TPT untuk ODHIV. Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mengukur pencapaian
tujuan, indikator dan target yang telah ditetapkan.
Berikut adalah target dan indikator program dalam pelaksanaan pemberian TPT
pada ODHIV yang menjadi acuan program untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
pemberian TPT pada ODHIV.

1. Indikator Pemberian TPT Pada ODHIV Tahun 2020-2024

Tabel-17: Indikator Pemberian dan Menyelesaikan TPT Pada ODHIV

Baseline
No Indikator 2020 2021 2022 2023 2024
2019
1 Persentase pemberian
TPT pada ODHIV baru 12% 35% 40% 45% 50% 55%
mulai ART
2 Persentase pemberian
TPT pada ODHIV dalam
N/A 35% 40% 45% 50% 55%
pengobatan ARV (on
ART)
3 Persentase ODHIV baru
memulai ART yang N/A ≥60% ≥65% ≥70% ≥75% ≥80%
menyelesaikan TPT
4 Persentase ODHIV yang
sedang dalam
pengobatan ARV (on N/A ≥60% ≥65% ≥70% ≥75% ≥80%
ART) dan
menyelesaikan TPT
Sumber: RAN HIV Tahun 2020-2024 dan RAN TB-HIV 2020-2024
2. Cara Perhitungan Indikaotr Pemberian TPT Pada ODHIV Tahun 2020-2024

Tabel-18: Cara Perhitungan Indikaotr Pemberian TPT Pada ODHIV Tahun 2020-2024

Sumber
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
Data
1 Persentase Persentase pemberian Terapi Numerator: Laporan
pemberian TPT Pencegahan TBC (TPT) pada Jumlah ODHIV baru memulai ART yang mendapat TPT Kohort
pada ODHIV ODHIV baru mulai ART dan Denominator: TPT
baru mulai ART memenuhi syarat TPT Jumlah ODHIV baru memulai ART yang memenuhi syarat untuk mendapat TPT
Cara menghitung Denominator:
Jumlah ODHIV baru memulai ARV, dikurangi dengan ODHIV dengan TBC aktif, suspek TBC,
kontraindikasi obat TPT dan sudah pernah mendapatkan TPT dalam 5 tahun terakhir (tidak ada
gejala/tanda TBC).
2 Persentase Persentase pemberian Terapi Numerator: Laporan
Pemberian TPT Pencegahan TBC (TPT) pada Jumlah ODHIV sedang dalam pengobatan ARV (on ART) yang mendapat TPT Kohort
pada ODHIV ODHIV baru dan lama yang Denominator: TPT
dalam sedang dalam pengobatan (on Jumlah ODHIV sedang dalam pengobatan ARV (on ART) yang memenuhi syarat untuk
pengobatan ARV ART) dan memenuhi syarat TPT mendapat TPT
(on ART) Cara menghitung Denominator:
Jumlah ODHIV baru dan lama yang sedang dalam pengobatan ARV, dikurangi dengan ODHIV
dengan TBC aktif, suspek TBC, kontraindikasi obat TPT dan sudah pernah mendapatkan TPT
dalam 5 tahun terakhir (tidak ada gejala/tanda TBC).
3 Persentase Persentase ODHIV baru yang Numerator: Laporan
ODHIV baru memulai ART dan menyelesaikan Jumlah ODHIV baru mulai ART dan menyelesaikan TPT Kohort
memulai ART Terapi Pencegahan TBC (TPT) di Denominator: TPT
yang antara ODHIV baru yang memulai Jumlah ODHIV baru mulai ART yang mendapatkan TPT
menyelesaikan ART dan memulai/mendapatkan (pengobatan pencegahan TBC untuk INH selama 6 bulan pengobatan, 3HP selama 3 bulan
TPT TPT. pengobatan)
4 Persentase Persentase ODHIV baru dan lama Numerator: Laporan
ODHIV yang yang sedang dalam pengobatan Jumlah ODHIV sedang dalam pengobatan ARV (on ART) yang menyelesaikan TPT Kohort
sedang dalam (on ART) dan menyelesaikan Denominator: TPT
pengobatan ARV Terapi pencegahan TBC (TPT) di Jumlah ODHIV sedang dalam pengobatan ARV (on ART) yang mendapatkan TPT
(on ART) dan
menyelesaikan antara ODHIV baru dan lama (pengobatan pencegahan TBC untuk INH selama 6 bulan pengobatan, 3HP selama 3 bulan
TPT yang memulai/mendapatkan TPT. pengobatan)
DAFTAR PUSTAKA

1. Global tuberculosis report 2020. Geneva: World Health Organization; 2020


2. WHO operational handbook on tuberculosis. Module 1: prevention-tuberculosis
preventive treatment. Geneva: World Health Organization; 2020
3. Wisaksana R, et al. Benefit of isoniazide preventive therapy to reduce incident TB,
mortality and loss to follow-up in Indonesian five-years cohort. 2018.
4. Sharma SK, Sharma A, Kadhiravan T, Tharyan P. Rifamycins (rifampicin, rifabutin and
rifapentine) compared to isoniazid for preventing tuberculosis in HIV-negative people at
risk of active TB. Cochrane Database Syst Rev. 2013;9(7):CD007545.
5. Sterling TR, Scott NA, Miro JM, et al. Three months of weekly rifapentine and isoniazid
for treatment of Mycobacterium tuberculosis infection in HIV-coinfected persons. AIDS.
2016;30(10):1607–15
6. Ford N, Matteelli A, Shubber Z, Hermans S, Meintjes G, Grinsztejn B, et al. TB as a cause
of hospitalization and in-hospital mortality among people living with HIV worldwide: a
systematic review and meta-analysis. J Int AIDS Soc. 2016;19(1):20714.
7. Badje A, Moh R, Gabillard D, Guéhi C, Kabran M, Ntakpé J-B, et al. Effect of isoniazid
preventive therapy on risk of death in west African, HIV-infected adults with high CD4
cell counts: long-term follow-up of the Temprano ANRS 12136 trial. Lancet Glob Health.
2017;5(11):e1080–
8. World Health Organization. Latent tuberculosis infection: updated and consolidated
guidelines for programmatic management. Geneva, 2018
9. Narayanan S, Swaminathan S, Supply P, Shanmugam S, Narendran G, Hari L, et al. Impact
of HIV infection on the recurrence of tuberculosis in South India. J Infect Dis.
2010;201(5):691–703
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai