Anda di halaman 1dari 57

Program TBC Nasional 2022 1

Tim Penyusun
Pengarah
Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, D.H.S.M., M.A.R.S. (Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit)
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc.,Ph.D.
dr. Yudhi Pramono, M.A.R.S. (Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit)
dr. Imran Pambudi, M.P.H.M. (Direktur Pencegahan dan Pengendalian penyakit)
Prof. dr. Adi Utarini, M.Sc., M.P.H., Ph.D.

Penanggung jawab
dr. Tiffany Tiara Pakasi, M.A.

Tim Penulis
Sulistyo, S.K.M., M. Epid.
Ratna Dilliana Sagala, S.K.M., M.P.H.
Dwi Asmoro, S.K.M.
Sarah Nadhila Rahma, S.K.M.
dr. Bachti Alisjahbana, Sp.PD-KPTI., Ph.D.
dr. Raspati Cundarani Koesoemadinata, M.Sc.

Kontributor
Pearl Gan (Oxford University Clinical Research Unit)
Aditya Eka (Health Info Merdeka)
Photovoice Project RC3ID UNPAD
STPI – TBC Komunitas
Active Case Finding 2 Study, RC3ID UNPAD
Konsorsium Komunitas Penabulu – STPI

Fasilitator
dr. Elvieda Sariwati, M. Epid.
Indra Jaya, S.K.M., M. Epid.
Ali Rahmansyah,S.K.M., M. Epid.
Christina Martha Br. Panjaitan, S.K.M., M. Kes.
Tri Yulianti, S.Pd., M.M.
Alifiah Rachma, S.K.M., M.K.M.
Sofa Khasani, S.K.M., M. Epid.
Budi Hermawan
Nur Rohmah, S. Kom.

Petunjuk Untuk Merujuk ke buku ini :


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan RI. 2023. Laporan Tahunan Program TBC Nasional Tahun 2022

Desain & Layout Laporan ini didukung oleh


UNICEF INDONESIA

2 Laporan Tahunan
Ucapan Terima Kasih

Puji syukur yang tak terhingga kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang
Maha Esa, yang atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan
laporan tahunan tuberkulosis (TBC) nasional tahun 2022 ini.

Terima kasih kami sampaikan kepada Pearl Gan (Oxford University


Clinical Research Unit) untuk foto yang digunakan pada halaman
sampul laporan ini dan pada gambar 15, kepada Aditya Eka (Health Info
Merdeka), Research Centre for Care and Control of Infectious Disease,
Universitas Padjadjaran (Photovoice project dan Active Case Finding 2
Study), STPI – TBC Komunitas, dan Konsorsium Komunitas Penabulu
– STPI untuk foto-foto yang digunakan sebagai ilustrasi, dan UNICEF
untuk proses layout naskah. Selain itu, ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam
penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dalam
upaya penanggulangan penyakit TBC di Indonesia.

Tim Penyusun

Program TBC Nasional 2022 3


Kata Sambutan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Penguatan program Tuberkulosis (TBC) tidak terlepas dari perwujudan


Transformasi Kesehatan dari Kementerian Kesehatan. Komitmen Pemerintah
Pusat dalam penanggulangan TBC juga sudah tertuang dalam Perpres Nomor 67
tahun 2021. Tanggung jawab dan peran serta dari pemerintah, komunitas, sektor
swasta dan masyarakat terus ditingkatkan dalam upaya pengentasan TBC.

Prestasi yang dicapai saat ini adalah gambaran hasil dari upaya kerja sama multi-
sektoral antara pemerintah, mitra dan masyarakat. Kerja keras dalam penemuan
kasus, pemanfaatan teknologi terbaru untuk skrining dan diagnosis TBC,
serta edukasi masyarakat tentang TBC dan pengobatan TBC telah membawa
keberhasilan program TBC. Indonesia memiliki dukungan dan ambisi kuat untuk
menurunkan insiden TBC dan angka kematian akibat TBC dari seluruh pihak.
Apresiasi saya terhadap semua pihak yang terlibat, khususnya petugas TBC di
layanan kesehatan dan masyarakat.

Berbagai upaya akan terus dilakukan untuk meningkatkan jangkauan dan kualitas
layanan TBC, penyebaran teknologi untuk skrining dan diagnosis TBC yang
merata, serta penyediaan obat untuk memenuhi kebutuhan pengobatan TBC,
sehingga tujuan dari eliminasi TBC di tahun 2030 dapat terwujud.

Menteri Kesehatan,

BUDI G. SADIKIN

4 Laporan Tahunan
Kata Pengantar
Direktur Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit

Sampai saat ini penyakit TBC masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia bahkan global. Indonesia menjadi negara dengan beban TBC tertinggi
kedua di dunia setelah India. Namun sejak tahun 2022, Indonesia sudah berhasil
bangkit setelah pandemi COVID-19 dalam peningkatan notifikasi kasus TBC dan
keberhasilan pengobatan kasus TBC.

Program Penanggulangan Tuberkulosis (TBC) menjadi program prioritas


nasional dan masuk dalam Standar Pelayanan Minimal, maka dengan demikian
penanggulangan TBC menjadi salah satu bagian yang dinilai dalam keberhasilan
pembangunan bidang kesehatan di tingkat daerah dan nasional.

Apresiasi yang sangat banyak kepada seluruh pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan program TBC untuk menemukan dan mengobati kasus TBC. Tanpa
dukungan dan kerja sama dari seluruh pihak, keberhasilan program TBC ini tidak
akan tercapai.

Saya ingin menegaskan kembali bahwa program TBC bisa mencapai eliminasi
TBC di tahun 2030. Kami akan terus berupaya meningkatkan kualitas dan
aksesibilitas layanan TBC. Kami juga sudah memiliki lebih banyak alat diagnosis
dan obat dalam persenjataan untuk mengobati TBC daripada sebelumnya.

Akhir kata, saya berharap laporan tahunan program TBC tahun 2022 ini dapat
memberikan gambaran yang jelas dan transparan tentang keberhasilan program
TBC nasional.

Terima kasih atas perhatian dan dukungan dari seluruh pihak terkait dalam upaya
menjaga kesehatan masyarakat Indonesia.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS

Program TBC Nasional 2022 5


Daftar Isi

Tim Penyusun 2
Ucapan Terima Kasih 3
Kata Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 4
Kata Pengantar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
5
Penyakit
Daftar Singkatan 8
Daftar Grafik 10
Daftar Gambar 11
Ringkasan 12
Pendahuluan 15
Suara Mereka 17
Situasi TBC & Program Penanggulangan TBC di Indonesia 19
Berapakah Jumlah PasienTBC di Indonesia? 19
Pasien TBC adalah Mereka dalam Usia yang Produktif 20
Cakupan Penemuan KasusTBC Tertinggi Pada Tahun 2022 20
Belum Semua Kasus TBC Terkonfirmasi Memulai Pengobatan 21
Bagaimana Capaian Penemuan Kasus di Berbagai Daerah di
22
Indonesia?
Berapakah Angka Keberhasilan Pengobatan PasienTBC? 22
Cakupan PengelolaanTBC Resisten Obat Masih Rendah 23
Apakah Kita Cukup Aktif Mengelola PasienTBC-HIV? 24
ApakahTBC-DM Terdeteksi dan Terkelola Dengan Baik? 24
Tantangan Pada Teteksi dan Pengelolaan TBC Anak 25
Capaian Terapi PencegahanTBC (TPT) Masih Rendah 26
Apakah Tenaga Kesehatan yang MengelolaTBC Cukup? 26
Program TBC Nasional Masih Mengandalkan Dana Bantuan Luar
28
Negeri
Mengapa Capaian Notifikasi TBC Kita Tidak Pernah Mencapai
29
Target yang Diharapkan?

6 Laporan Tahunan
Upaya Mencapai Eliminasi TBC di Indonesia 32

Penguatan Komitmen dan Kepemimpinan Pemerintah 33


Peningkatan Akses Layanan TBC Bermutu dan Berpihak pada
35
Pasien
Optimalisasi Upaya Promosi dan Pencegahan, serta Pengenda-
45
lian Infeksi TBC
Pemanfaatan Hasil Riset dan Teknologi Skrining, Diagnosis,
49
dan Tatalaksana TBC
Peningkatan Peran Serta Komunitas, Mitra, dan Multi-sektor
51
lainnya dalam Eliminasi TBC
Penguatan Manajemen Program melalui Penguatan Sistem
52
Kesehatan
Penutup 54
Referensi 56

Program TBC Nasional 2022 7


Daftar Singkatan
BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Covid-19 Coronavirus Disease 2019

DM Diabetes Melitus
DPPM District-Based Public Private Mix
DPM Dokter Praktik Mandiri
Fasyankes Fasilitas Pelayanan Kesehatan
GF Global Fund
HIV Human Immunodeficiency Virus
IK Investigasi Kontak
INA-TIME Indonesia International Tuberculosis Meeting
INA-CBGs Indonesian Case-based Groups
JEMM Joint External Monitoring Mission
JetSet TB Jejaring Riset TBC
JKN Jaminan Kesehatan Nasional
Komli TB Komite Ahli TBC
Mtb Mycobacterium Tuberculosis
OAT Obat Anti Tuberkulosis
Perpres Peraturan Presiden
PETA Pejuang Tangguh
PHBS Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
P2TBC Pencegahan dan Pengendalian TBC
RC3ID Research Center for Care and Control of Infectious Disease
RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

8 Laporan Tahunan
SDGs Sustainable Development Goals
SDM Sumber Daya Manusia
SIMRS Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
SITB Sistem Informasi Terpadu Tuberkulosis
TBC Tuberkulosis
TBC-RO Tuberkulosis Resisten Obat
TBC-SO Tuberkulosis Sensitif Obat
TC Treatment Coverage
TCM Tes Cepat Molekuler
TERJANG Yayasan Terus Berjuang
TPT Terapi Pencegahan Tuberkulosis
TP2TBC Tim Percepatan Penanggulangan TBC
UNPAD Universitas Padjadjaran
USAID United States Agency for International Development
WGS Whole Genome Sequencing
WHO World Health Organization
WPKTB Wadah Kemitraan Penanggulangan Tuberkulosis

Program TBC Nasional 2022 9


Daftar Grafik
Proporsi estimasi target cakupan kasus TBC tahun 2022
Grafik 1 19
per provinsi
Kasus TBC menurut kelompok umur di Indonesia tahun
Grafik 2 20
1995-2021
Grafik 3 Penemuan kasus TBC di Indonesia pada tahun 1995-2022 21
Grafik 4 Notifikasi kasus TBC di Indonesia tahun 2018-2022 21
Cakupan penemuan dan pengobatan TBC di Indonesia
Grafik 5 22
tahun 2022
Persentase keberhasilan pengobatan TBC di Indonesia
Grafik 6 22
tahun 2022
Penemuan, pengobatan, dan enrolment rate TBC-RO
Grafik 7 23
nasional tahun 2009-2022
Grafik 8 Capaian pasien TBC tahu status HIV tahun 2022 24
Jumlah penyandang DM yang dilakukan skrining TBC di
Grafik 9 25
Indonesia tahun 2022
Grafik 10 Capaian treatment coverage TBC anak tahun 2022 25
Cakupan pemberian TPT pada kontak serumah di
Grafik 11 26
Indonesia tahun 2022
Grafik 12 Situasi ketenagaan Program TBC Nasional tahun 2022 27
Grafik 13 Sumber dana Program TBC Nasional dalam million USD 28
Proporsi hasil pemeriksaan kasus TBC yang ditemukan
Grafik 14 29
pada Survei Prevalensi TBC Nasional tahun 2014
Distribusi proporsi pasien berdasarkan fasyankes di mana
Grafik 15 mereka diobati dan tingkat pelaporan yang dilakukan di 30
masing-masing fasyankes
Grafik 16 Tren utilisasi TCM tahun 2016-2022 38
Proporsi kabupaten/kota yang membentuk tim DPPM,
proporsi RS swasta yang melaporkan kasus TBC, dan
Grafik 17 42
proporsi DPM/klinik swasta yang melaporkan kasus TBC
tahun 2020-2022
Capaian PPM tahun 2022 berdasarkan indikator dan
Grafik 18 target strategi nasional penanggulangan TBC tahun 2020- 43
2024

10 Laporan Tahunan
Daftar Gambar
Pola jenis fasyankes yang dipilih oleh pasien TBC sejak
Gambar 1 30
mencari pertolongan pertama hingga pengobatan
Komitmen awal lahirnya Perpres No. 67 Tahun 2021 Tentang
Gambar 2 32
Penanggulangan TBC oleh Presiden Joko Widodo tahun 2020
High Level Meeting Tuberculosis 2022 bertajuk “Aksi TP2TBC
Gambar 3 Menuju Eliminasi TBC: Upaya Tindak Lanjut Peraturan 33
Presiden Nomor 67 Tahun 2021”
Advokasi monitoring TBC terkait implementasi Perpres No. 67
Gambar 4 34
Tahun 2021 Tentang Penanggulangan TBC
Gambar 5 Kegiatan kunjungan lapangan JEMM Program TBC Tahun 2022 35
Enam pilar perbaikan sistem kesehatan untuk memperbaiki
Gambar 6 35
program TBC di Indonesia
Pelatihan penggunaan alat TCM TBC bagi fasyankes calon
Gambar 7 36
penerima alat TCM tahun 2022
Gambar 8 Peta distribusi alat TCM di Indonesia per 6 Februari 2023 38
Kegiatan penemuan kasus TBC secara aktif menggunakan
Gambar 9 39
foto ronthen dada di 8 provinsi prioritas
Gambar 10 Fasyankes rujukan TBC-RO yang aktif beroperasi di Indonesia 40
Gambar 11 Pertemuan pengembangan implementasi DPPM 42
Gambar 12 Sosialisasi penggunaan aplikasi SITB untuk petugas kesehatan 44
Gambar 13 Penggunaan SITB mobile 44
Kader TBC di Kota Bandung melakukan investigasi pada
Gambar 14 45
kontak serumah penderita TBC
Penyuluhan mengenai TBC kepada keluarga dan pengelolaan
Gambar 15 46
TBC anak di Puskesmas Garuda, Bandung
Fun run bersama masyarakat dalam rangka Peringatan Hari
Gambar 16 47
TBC Sedunia Tahun 2022
INA-TIME di Denpasar, Bali pada tanggal 8-10 September
Gambar 17 49
2022
Topik penelitian prioritas menurut peneliti TBC seluruh
Gambar 18 50
Indonesia
Gambar 19 Contoh hasil pemeriksaan WGS TBC 51
Gambar 20 Peluncuran Aksi Program Terpadu Penanggulangan TBC 52
Surveilans aktif P2TBC untuk monitoring dan evaluasi
Gambar 21 52
pelaksanaan program TBC di lapangan

Program TBC Nasional 2022 11


Ringkasan
Situasi Program TBC di Indonesia

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit TBC di Indonesia diketahui status HIV-nya.


menular yang masih menjadi masalah Selain itu, rekomendasi untuk melakukan
kesehatan masyarakat. Diperkirakan ada skrining diabetes mellitus (DM) pada
843.000 penderita TBC di Indonesia setiap pasien TBC juga belum rutin dilakukan dan
tahunnya sebelum terjadinya pandemi tercatat.
Covid-19. Namun karena beban sektor
kesehatan di masa pandemi Covid-19, Pada ranah pencegahan, cakupan terapi
estimasi jumlah kasus TBC meningkat pencegahan TBC (TPT) pada kontak
menjadi 969.000 kasus, dengan proporsi serumah pasien TBC masih sangat jauh
tertinggi pada usia produktif (15 hingga 54 dari harapan, yaitu hanya sebesar 1,3%
tahun). Penyebaran kasus penderita TBC dari kontak serumah yang teridentifikasi.
di Indonesia bervariasi di berbagai pulau Sebaliknya cakupan deteksi kasus TBC
dan daerah. anak mencatatkan pencapaian 145,6%
dari target jumlah kasus. Lebih tingginya
Penemuan dan pengelolaan kasus TBC cakupan dari target dapat terjadi karena
senantiasa mengalami peningkatan sejak angka estimasi yang terlalu rendah, atau
tahun 2014 hingga tahun 2019, namun terjadinya over diagnosis pada pasien
dengan adanya pandemi Covid-19 pada anak.
tahun 2020-2021, jumlah notifikasi kasus
TBC mengalami penurunan hingga 31%.
Berbagai upaya peningkatan deteksi kasus Upaya Peningkatan Cakupan
termasuk pelibatan pelaporan dari Rumah
Program Tuberkulosis di
Sakit di tingkatkan kembali pada tahun
2022. Alhasil, program TBC mencapai Indonesia
jumlah cakupan tertinggi yang pernah
dicapai, yaitu sebesar 724.309 kasus Sebagai upaya penanggulangan TBC dan
atau 75% dari target estimasi kasus. Dari mencapai eliminasi TBC tahun 2030,
semua kasus yang ditemukan, angka pemerintah telah membuat Peraturan
keberhasilan pengobatan adalah sebesar Presiden (Perpres) No. 67 Tahun 2021
86% (target 90%). tentang Penanggulangan TBC. Terdapat
enam strategi penanggulangan TBC di
Peningkatan cakupan program masih Indonesia, yaitu: 1) Penguatan komitmen
diperlukan pada upaya deteksi dan dan kepemimpinan pemerintah pusat,
pengelolaan TBC resisten obat (TBC-RO). provinsi, dan kabupaten/kota untuk
Pada tahun 2022, baru sebanyak 68% mendukung percepatan eliminasi TBC
pasien yang mulai pengobatan dari semua 2030; 2) Peningkatan akses layanan
kasus TBC-RO yang ditemukan. Demikian TBC bermutu dan berpihak pada pasien;
pula dengan program kolaborasi TBC-HIV. 3) Optimalisasi upaya promosi dan
Pada tahun 2022, hanya 48% dari pasien pencegahan, pemberian pengobatan
pencegahan TBC, serta pengendalian

12 Laporan Tahunan
infeksi; 4) Pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining,
diagnosis, dan tatalaksana TBC; 5) Peningkatan peran serta
komunitas, mitra, dan multi-sektor lainnya dalam eliminasi
TBC; dan 6) Penguatan manajemen program melalui
penguatan sistem kesehatan.

Sebagai upaya penguatan komitmen dan kepemimpinan


pemerintah (strategi pertama), telah dilaksanakan High Level
Meeting Tuberculosis 2022 yang bertajuk “Aksi Tim Percepatan
Penanggulangan TBC (TP2TBC) menuju eliminasi TBC: Upaya
Tindak Lanjut Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021”
pada bulan November 2022 di Surabaya, Jawa Timur yang
dihadiri oleh lima menteri dan 34 pimpinan daerah. Selain itu,
telah dilaksanakan Joint External Monitoring Mission (JEMM)
2022, yaitu kunjungan supervisi eksternal oleh para ahli
internasional termasuk dari WHO, Global Fund, USAID, dan
organisasi internasional lainnya yang menghasilkan berbagai
rekomendasi.

Upaya peningkatan akses layanan TBC bermutu dan berpihak


pada pasien (strategi kedua) dilakukan di semua lini, level,
dan berbagai layanan kesehatan melalui enam pilar perbaikan
sistem kesehatan, yaitu: 1) Transformasi layanan primer; 2)
Transformasi layanan rujukan; 3)Transformasi sistem ketahanan
kesehatan; 4) Transformasi sistem pembiayaan kesehatan; 5)
Transformasi SDM kesehatan; dan 6) Transformasi teknologi
kesehatan. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan diantaranya
pelatihan sumber daya manusia (SDM), peningkatan akses
tes cepat molekuler (TCM), penemuan kasus TBC secara aktif
dengan foto rontgen dada, peningkatan kapasitas layanan
TBC-RO, pengembangan District-based Public Private Mix
(DPPM), dan pembaruan sistem teknologi informasi TBC.

Optimalisasi upaya promosi dan pencegahan, serta


pengendalian infeksi TBC (strategi ketiga) dilakukan dengan
meningkatkan investigasi kontak serumah dan pemberian
terapi pencegahan, penyuluhan pada pasien dan keluarganya
dan promosi kesehatan pada masyarakat umum. Sebagai
bagian dari strategi keempat, upaya pemanfaatan hasil riset dan
teknologi skrining, diagnosis, dan tatalaksana TBC, program
TBC nasional secara rutin mengakomodasikan kerjasama
dengan Komite Ahli TBC (Komli TB) dan Jejaring Riset TBC
(Jetset TB). Ajang komunikasi terbuka diakomodasikan dalam
seminar TBC nasional yang dilaksanakan setiap tahun.

Program TBC Nasional 2022 13


Strategi kelima, yaitu peningkatan peran serta komunitas, mitra, dan
multi-sektor lainnya dalam eliminasi TBC berwujud dalam bentuk
kemitraan semua pemangku kepentingan dalam Wadah Kemitraan
Penanggulangan Tuberkulosis (WPKTB) yang terdiri dari unsur penta-
heliks, meliputi pihak pemerintah, komunitas, akademisi, media,
dan swasta termasuk industri. Dalam rangka penguatan manajemen
program melalui penguatan sistem kesehatan (strategi keenam),
telah dilaksanakan surveilans aktif P2TBC untuk monitoring dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan TBC di lapangan, penambahan SDM
pengelola program, dan upaya peningkatan kontribusi pembiayaan
dalam negeri yang sesuai dengan skema strategic financing untuk
program TBC Nasional.

Rekomendasi

Pemanfaatan hasil riset dengan bijak dan progresif masih perlu


ditingkatkan oleh Program Penanggulangan TBC Nasional. Jenis
penelitian yang diperlukan diantaranya penelitian terkait cakupan
yang menggunakan data nasional, penelitian terkait pembiayaan,
dan penelitian PPM. Selain itu, peran serta komunitas dan mitra
dari berbagai sektor masih perlu ditingkatkan. Pihak-pihak tersebut
diantaranya dokter dan klinik swasta, komunitas kader, perangkat
desa, dan sektor non-kesehatan lainnya. Penguatan sistem
kesehatan dengan dengan pembiayaan strategis juga sangatlah
penting.

14 Laporan Tahunan
Pendahuluan
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mtb). Kuman Mtb ditularkan
oleh penderita TBC melalui batuk, bersin, bercakap-cakap, bernyanyi,
dan sebagainya. Penyakit TBC dapat diobati, disembuhkan, bahkan
dapat dicegah. Meski demikian diagnosis TBC masih memerlukan
beberapa modalitas yang perlu dimanfaatkan secara komprehensif.
Pengobatan masih memerlukan waktu sekitar 6 bulan. Sehingga,
sampai saat ini TBC masih menjadi masalah kesehatan global yang
menyerang semua kelompok umur.

Mengacu pada Laporan TBC Global yang diterbitkan oleh WHO tahun
2022, Indonesia merupakan negara dengan beban TBC tertinggi
kedua di dunia. Diperkirakan terdapat 969.000 kasus orang dengan
sakit TBC dan 144.000 kematian akibat TBC per tahun di Indonesia.
Permasalahan TBC semakin diperberat dengan terjadinya pandemi
Covid-19. Pandemi ini mengakibatkan belum tercapainya berbagai
target indikator penanggulangan TBC di Indonesia.

Diketahui ada sekitar seperempat populasi global telah terpapar


oleh kuman Mtb, tetapi pada umumnya bakteri tersebut tidak
berkembang biak dan tidak mengakibatkan penyakit. Paparan
terhadap TBC bisa diperoleh dari sejak kecil, namun, 90% penderita
sakit TBC merupakan orang dewasa, dengan jumlah penderita laki-
laki lebih banyak dibandingkan jumlah penderita perempuan. Pada
umumnya penyakit ini menyerang paru-paru (TBC paru) tetapi dapat
juga menyerang organ lainnya. Jika tidak diobati, angka kematian
akibat TBC adalah sekitar 50%. Tetapi dengan terapi obat anti
tuberkulosis (OAT), sekitar 85% dapat disembuhkan.

Pada tahun 2022, angka insidensi TBC di Indonesia adalah 301


per 100.000 penduduk. Insidensi TBC ditargetkan menurun pada
tahun 2030 menjadi 65 per 100.000 penduduk. Angka kematian
akibat TBC masih berada pada angka 34 per 100.000 penduduk,
sedangkan target pada tahun 2030 adalah menurun menjadi 6 per
100.000 penduduk. Kondisi ini merupakan tantangan yang perlu
diatasi Pemerintah bersama masyarakat untuk mencapai Eliminasi
TBC pada tahun 2030.

Program TBC Nasional 2022 15


Program Penanggulangan TBC Nasional mengacu pada peta jalan
Eliminasi TBC 2030. Berdasarkan capaian kasus di Indonesia tahun
2021-2022, secara umum terjadi peningkatan cakupan penemuan
kasus untuk kasus TBC secara keseluruhan. Peningkatan penemuan
kasus juga terjadi untuk TBC resisten obat (TBC-RO), TBC anak,
TBC-HIV, dan lain-lain. Namun pasien meninggal pun mengalami
peningkatan pada tahun 2022 dibanding 2021. Selain itu, capaian
indikator TBC sensitif obat (TBC-SO) dan TBC-RO pada tahun 2022
pun belum mencapai target yang diharapkan.

Komitmen Pemerintah untuk Eliminasi TBC dituangkan dalam


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024, Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, Perpres
67 Tahun 2021, serta peraturan dan kebijakan pendukung lainnya.
Strategi utama untuk percepatan Eliminasi TBC adalah dengan
peningkatan penemuan kasus TBC, dengan fokus pada upaya
deteksi kasus melalui skrining TBC pada populasi berisiko, deteksi
dini pada kontak serumah penderita TBC, peningkatan akses pada
layanan diagnosis TBC, optimalisasi pencatatan dan pelaporan TBC
pada sistem informasi, dan perluasan pemberian terapi pencegahan
TBC (TPT). Selain itu, jumlah orang yang terkena infeksi dan menjadi
sakit bahkan meninggal akibat TBC dapat diturunkan melalui
tindakan kerja sama multi-sektoral untuk mengurangi determinan
TBC seperti mengurangi angka kemiskinan, kurang gizi, infeksi HIV,
perilaku merokok dan diabetes melitus (DM).

16 Laporan Tahunan
Suara Mereka

Perjuangan Nurdin. Seorang pasien TBC yang


berjuang untuk sembuh demi keluarga.
“Awalnya saya hanya batuk tetapi kok lama. Lebih
dari dua minggu masih tidak sembuh juga. Lalu
badan sering menggigil waktu sore, berkeringat
di malam hari dan normal besok paginya. Dari
situ saya memutuskan ke puskesmas. Ternyata
setelah diperiksa saya terkena TBC. Saya harus
minum obat agar sembuh dan jangan sampai
anak dan istri tertular.”
(sumber: Health Info Merdeka / Aditya Eka)

Penyintas TBC Anak. Ida percaya bahwa


siapa saja bisa terkena TBC, tidak terkecuali
anak-anak. Ketika berumur 11 bulan, putri
Ida terdiagnosis TBC. Saat itu, Ida merasa
sangat terpukul dan merasa gagal sebagai
seorang ibu. Ida selalu bertanya kenapa
harus putrinya yang sakit TBC. Ida bahkan
pernah mendapat cibiran dari orang di
sekitarnya yang mengatakan bahwa dirinya
tidak mampu menjaga putri kecilnya dengan
baik. Hal itu sempat membuat Ida merasa
putus asa dan khawatir akan masa depan
putrinya, namun Ida percaya bahwa TBC
dapat disembuhkan. Ida bersyukur selama
pengobatan tidak ada hambatan yang
berarti. Hingga akhirnya tepat pada bulan
Desember 2019 putrinya dinyatakan sembuh
dari TBC setelah 9 bulan berjuang (sumber:
Photovoice project, RC3ID, UNPAD).

Program TBC Nasional 2022 17


Ardiansyah, Penyintas TBC Resisten Obat.
Pengobatan TBC resisten obat (TBC-RO) jauh lebih berat karena
perlu menggunakan lebih dari 4 jenis obat. Adiansyah adalah
salah satu mantan pasien TBC-RO berhasil sembuh. Saat ini
aktif menjadi Manajer Kasus TBC-RO di RSUD Abdoel Muluk
Bandar Lampung.
“TBC tidak akan menjadi momok sepanjang hayat jika mau
berobat. Walaupun badan sudah terasa lebih sehat, jangan
pernah bosan dan lelah untuk minum obat sampai waktu yang
ditentukan.” (sumber: STPI – TBC Komunitas)

18 Laporan Tahunan
Situasi TBC & Program
Penanggulangan TBC di
Indonesia
Berapakah Jumlah Pasien TBC di Indonesia?
Jumlah pasien TBC di Indonesia dapat ditentukan berdasarkan estimasi
epidemiologi. Sebelum pandemi Covid-19 estimasi prevalensi penderita
TBC di Indonesia adalah sebanyak 843.000 kasus. Namun setelah
pandemi, karena banyak kasus yang tidak tertangani, estimasi prevalensi
TBC kita meningkat jadi 969.000 kasus. Target jumlah kasus inilah yang
harus ditemukan dan diobati setiap tahun bila kita ingin mengeliminasi
TBC.

Penyebaran penderita TBC di Indonesia juga bervariasi antar provinsi


dan kabupaten/kota. Lima provinsi dengan estimasi jumlah kasus
TBC terbesar adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara dan DKI
Jakarta.

Tabel 1. Estimasi target pencapaian kasus TBC tahun 2022 per Provinsi
dan capaiannya (sumber: data SITB per tanggal 2 Februari 2023)

Jumlah Estimasi Kasus TBC 2022: 969.000 Kasus

Jawa Barat Kalimantan Timur


Jawa Timur Jambi
Jawa Tengah Bali
Sumatera Utara Kepri
DKI Jakarta Sulawesi Tenggah
Sumatera Selatan Kalimantan Tengah
Banten Sulawesi Utara
Sulawesi Selatan Sulawesi Utara
Lampung D.I. Yogyakarta
Riau Bengkulu
Sumatera Barat Papua Barat
Aceh Maluku
Nusa Tenggara Timur Babel
Papua Sulawesi Barat
Nusa Tenggara Barat Maluku Utara
Kalimantan Barat Gorontalo
Kalimantan Selatan Kalimantan Utara

Grafik 1. Proporsi estimasi target cakupan kasus TBC tahun 2022 per provinsi
(sumber: data Program TBC Nasional per Februari 2023)

Program TBC Nasional 2022 19


Pasien TBC adalah Mereka Dalam Usia yang Produktif
Pola sebaran usia pasien TBC tidak terlalu banyak berubah dari tahun
ke tahun. Proporsi jumlah kasus TBC tertinggi berada di usia 15 hingga
54 tahun. Ini adalah usia produktif dimana seseorang sangat perlu
mengemban pendidikan dan bekerja dengan aktif. Pelaporan kasus TBC
pada anak berusia 0-14 tahun baru mulai terlaporkan sejak tahun 2008.

Grafik 2. Kasus TBC menurut kelompok umur di Indonesia tahun 1995-2021.


(Sumber: data SITB per Februari 2023)

Cakupan Penemuan Kasus TBC Tertinggi pada


Tahun 2022
Program nasional TBC Indonesia berupaya keras untuk mendeteksi
semua kasus sesuai target. Sebelum tahun 2014, target cakupan
kasus kita adalah 460.000 per tahun (WHO 2014). Mengacu pada
target ini, tampak penemuan kasus TBC meningkat perlahan. Penelitian
National TB Prevalence Survey, 2014 dan TB inventory study tahun 2016
menemukan bahwa jumlah kasus kita lebih besar dari perkiraan semula,
yaitu di 1.000.000 kasus per tahun. Berdasarkan hal ini, sejak tahun 2017
terdapat upaya penemuan kasus yang lebih intensif dan peningkatan
jumlah kasus yang ditemukan hingga tahun 2019. Namun dengan adanya
pandemi Covid-19 di tahun 2020-2021, jumlah notifikasi kasus TBC
mengalami penurunan 31%. Pada tahun 2022, kita telah bangkit Kembali
dengan pencapaian deteksi kasus yang paling tinggi yaitu 724.309 kasus
(75% dari 969.000) (grafik 3).

20 Laporan Tahunan
Grafik 3. Penemuan kasus TBC di Indonesia pada tahun 1995-2022
(Sumber: WHO Global Report, 2014 and 2022)

Belum Semua Kasus TBC Terkonfirmasi Memulai


Pengobatan
Capaian kasus yang tinggi di 2022 sayangnya tidak diikuti dengan
peningkatan angka memulai pengobatan. Jumlah kasus TBC yang
benar-benar menjalankan pengobatan mencapai lebih dari 90% di tahun
2020 (362.418 kasus) dan 2021 (403.168 kasus). Dengan penemuan
kasus yang intensif di tahun 2022, jumlah yang mulai pengobatan
sedikit menurun, yaitu 86% (635.840 kasus). Perlu diperhatikan karena
pengentasan TBC hanya dapat tercapai bila semua pasien TBC dapat
diobati secara lengkap hingga tuntas.

Grafik 4. Notifikasi kasus TBC di Indonesia tahun 2018-2022


(Sumber: Data Final SITB Tahun 2022 per 13 Maret 2023)

Program TBC Nasional 2022 21


Bagaimana Capaian Penemuan Kasus di Berbagai Daerah di Indonesia?

Cakupan penemuan kasus TBC belum mencapai di atas 90% dari target. Hal
ini tampak baik di tingkat nasional dan di sebagian besar provinsi di Indonesia.
Namun terdapat 4 provinsi yang sudah mencapai target case notification rate di
atas 90% di tahun 2022 ini. Keempat Provinsi tersebut adalah Jawa Barat (125%),
Banten (111%), Gorontalo (101%) dan DKI Jakarta (100%). Tingginya cakupan di
daerah tersebut dapat terjadi kemungkinan karena: 1) jumlah kasus TBC yang ada
sebenarnya lebih tinggi dari estimasi target yang ditentukan 2) terdapat banyak
kasus impor dari daerah lain ikut terhitung di provinsi tersebut.

120
100 Target Cakupan 90% dari 969.000 Kasus
80
60
40
20
0

Grafik 5. Cakupan penemuan dan pengobatan TBC di Indonesia tahun 2022


(Sumber data: Data Final SITB 2022 per 13 Maret 2023)

Berapakah Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien TBC?

Pada saat kita berupaya meningkatkan cakupan deteksi kasus TBC, kita
perlu memastikan agar semua kasus yang ditemukan berhasil diobati. Angka
keberhasilan pengobatan TBC pada tahun 2022 secara nasional meningkat ke 86%
dibandingkan tahun 2019 sebesar 83%. Provinsi yang masih mencatatkan angka
keberhasilan pengobatan yang rendah perlu mendapatkan perhatian (grafik 5).
Rendahnya angka keberhasilan pengobatan berdampak pada kejadian penularan
di komunitas serta peningkatan adanya kuman Mtb resisten obat.

100
Target Keberhasilan Pengobatan TBC 90% dari 969.000 Kasus
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Grafik 6. Persentase keberhasilan pengobatan TBC di berbagai Provinsi di Indonesia tahun


2022 dari kohort penemuan kasus tahun 2021 (sumber: Data SITB 2022 per 13 Maret 2023)

22 Laporan Tahunan
Kunjungan Rumah Melewati “Gang Senggol”
Ibu Dewi, petugas TBC di Puskesmas Garuda, Kota
Bandung mengunjungi rumah pasien yang terlalu
lemah untuk bisa mengambil obat ke puskesmas.
Rumah pasien berada di ujung gang kecil yang hanya
bisa dilewati oleh satu orang dewasa. Ironis sekali
bahwa di tengah kota besar, ia menemukan keadaan
rumah pasien yang sangat memprihatinkan. Sempit,
kekurangan cahaya matahari dan ventilasi udara.
Lingkungan seperti inilah yang menyebabkan TBC
paru dapat merebak. Bantuan perbaikan lingkungan
sangat diperlukan untuk mengatasi masalah seperti ini
(sumber: Photovoice project, RC3ID UNPAD).

Cakupan Pengelolaan TBC Resisten Obat Masih Rendah


Indonesia memulai program pengobatan pasien TBC resisten obat (TBC-RO)
pada tahun 2009. Semenjak saat itu jumlah kasus TBC-RO yang dilaporkan dan
diobati mengalami peningkatan secara konsisten. Pada tahun 2020 dan 2021
terjadi penurunan notifikasi kasus akibat pandemi Covid-19. Namun, dengan upaya
intensifikasi program yang baik, pada tahun 2022 dicapai penemuan kasus sebesar
12.531 pasien. Sayangnya dintara semua kasus yang berhasil ditemukan, pasien
yang memulai pengobatan hanya 68%.

Saat ini masih terdapat tantangan yang besar dalam pengelolaan TBC-RO yaitu
jumlah temuan sebesar ini ternyata baru mencakup 45% dari target estimasi jumlah
pasien TBC RO yang perlu dikelola di Indonesia yaitu sebesar 28.000 kasus per tahun.

Grafik 7. Penemuan, pengobatan, dan enrolment rate TBC-RO nasional tahun 2009-2022
(Sumber: Data Final SITB Tahun 2022 per 13 Maret 2023)

Program TBC Nasional 2022 23


Apakah Kita Cukup Aktif Mengelola Pasien TBC-HIV?
HIV adalah penyakit kronis yang meningkatkan kerentanan orang pada penyakit
TBC. Seyogyanya semua pasien TBC di skrining untuk menentukan apakah juga
menderita penyakit HIV. Cakupan pemeriksaan HIV pada pasien TBC masih
kurang yaitu hanya sebesar 48% diperiksa dan diketahui statusnya. Secara
proporsi provinsi dengan angka pemeriksaan HIV tertinggi adalah Sulawesi Tengah
(78%), Papua Barat (77%), Gorontalo (76%), Bengkulu (75%), dan Aceh (73%).
Seyogyanya kita juga bisa memperoleh data mengenai seberapa banyak pasien
HIV yang di skrining untuk TBC, serta berapa angka kejadiannya. Namun, informasi
ini belum terfasilitasi di dalam SITB.

Target Pasien TBC Tahu Status HIV: 100%

Grafik 8. Capaian pasien TBC tahu status HIV tahun 2022


(Sumber: Data Final SITB 2022 per 13 Maret 2023)

Apakah TBC-DM Terdeteksi dan Terkelola dengan Baik?


Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang banyak terjadi di Indonesia
dan sering ditemukan terjadi berbarengan dengan sakit TBC. Pasien TBC terutama
yang sudah berusia diatas 35 tahun seharusnya diperiksa untuk adanya DM.
Demikian pula sebaliknya, petugas kesehatan perlu waspada dan melakukan
skrining TBC pada pasien DM.

Di tahun 2022, upaya skrining TBC pada penyandang DM masih terbatas pada
satu aktivitas uji coba dimana sebanyak 6.485 orang dengan DM diskrining TBC.
Dalam upaya uji cob aini, 1.907 (29%) penyandang DM di nyatakan sebagai terduga
TBC dan 707 (11%) diantaranya menderita TBC. Angka prevalensi TBC pada DM
ini merupakan angka yang tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian TBC
di komunitas umum. (sumber: Data Final SITB Tahun 2022 per 13 Maret 2023).

24 Laporan Tahunan
Grafik 9. Jumlah penyandang DM yang dilakukan skrining TBC di berbagai provinsi di Indonesia pada tahun 2022
(Sumber: Data Final SITB 2022 per 13 Maret 2023)

Tantangan pada Deteksi dan Pengelolaan TBC Anak


Anak adalah kelompok yang rentan mendapatkan paparan pertama TBC. Kejadian sakit
TBC akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Tingginya kejadian TBC
pada anak menunjukkan besarnya tingkat penularan TBC di komunitas. Namun upaya
deteksi TBC anak terkendala dengan tahapan diagnostik yang tidak mudah. Menurut
estimasi, jumlah pasien TBC anak adalah 69.969 kasus secara nasional. Jumlah total
pasien TBC anak yang ternotifikasi adalah 101.881 kasus (145.6%). Jumlah ini melebihi
dari target yang ditentukan. Akurasi dari angka ini perlu ditinjau kembali. Cakupan yang
tinggi bisa terjadi karena angka estimasi yang terlalu rendah atau terjadi over diagnosis
pada beberapa fasilitas pelayanan kesehatan di daerah yang mengelola TBC anak.

Grafik 10. Capaian treatment coverage TBC anak tahun 2022


(Sumber: Data Final SITB Tahun 2022 per 13 Maret 2023)

Program TBC Nasional 2022 25


Capaian Terapi Pencegahan TBC (TPT) Masih Rendah
Pada tahun 2021 dan sebelumnya, terapi pencegahan TBC (TPT) ditujukan pada
orang dengan HIV-AIDS dan anak berusia di bawah 5 tahun yang tinggal bersama
pasien TBC. Pada tahun 2022, kita mulai memberikan TPT pada pasien kontak
serumah yang mengalami infeksi TBC. Target nasional pemberian TPT pada
kontak serumah tahun 2022 adalah 1.334.818 orang (48%). Namun berdasarkan
data SITB per Januari 2023, capaian TPT pada kontak serumah tahun 2022 baru
mencapai 17.353 orang atau 1,3% dari target. Intensifikasi program pemberian
TPT masih memerlukan pendekatan multi-disiplin termasuk dari sisi peningkatan
pengetahuan dan motivasi petugas kesehatan hingga penyuluhan kesehatan yang
efektif bagi masyarakat.

Grafik 11. Cakupan pemberian TPT pada kontak serumah di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2022
(Sumber: Data Final SITB 2022 per 13 Maret 2023)

Apakah Tenaga Kesehatan yang Mengelola TBC Cukup?


Melihat belum tercapainya cakupan tingkat notifikasi kasus TBC di Indonesia selama
hampir dua dekade ini, kita perlu memperhatikan kecukupan tenaga kesehatan
pengelola TBC. Dari analisa sumber daya manusia (SDM), ternyata jumlah tenaga
kesehatan yang aktif mengelola TBC masih sangat banyak dibutuhkan. Untuk
pengelolaan TBC yang adekuat dibutuhkan dokter, perawat, teknisi laboratorium
dan petugas farmasi di fasilitas kesehatan. Secara keseluruhan, terdapat
kesenjangan yang besar antara ketersediaan dengan kebutuhan, yaitu sebanyak
1.162 (68%) petugas kesehatan.

26 Laporan Tahunan
Grafik 12. Situasi ketenagaan Program TBC Nasional tahun 2022

Jalan Menanjak untuk


keberhasilan pengobatan TBC.
Tery bersama petugas puskesmas
lain menyusuri jalan menanjak
untuk mengunjungi pasien TBC
yang juga masih lemah dan
kurang gizi. Ini adalah kunjungan
rumah pertama semenjak pasien
pulang dari perawatan di Rumah
Sakit. Kunjungan ini diperlukan
untuk kelanjutan pengobatan di
Puskesmas tempat Tery bertugas.
Khawatir menggunakan kendaraan
roda dua di jalan tanjakan yang
sempit tersebut, Tery dan rekannya
memutuskan untuk berjalan kaki.
Kondisi yang menantang dalam
upaya mengobati TBC hingga
sembuh. (sumber: Photovoice
project, RC3ID UNPAD).

Program TBC Nasional 2022 27


Program TBC Nasional Masih Mengandalkan Dana Bantuan
Luar Negeri
Pelaksanaan program TBC didukung oleh beberapa sumber dana diantaranya
APBN, Global Fund (GF), dana BOK (DAK non fisik), dana dekonsentrasi, WHO,
USAID, dan hibah lainnya. Dana GF masih menjadi sumber utama pembiayaan
program TBC. Sumber keuangan dari dalam negeri meningkat sebelum pandemi
namun selama pandemi jumlah ini tidak konsisten. Total dana digunakan untuk
program TBC Nasional pada tahun 2022 adalah Rp. 874.000.000.000,- dengan
porsi terbesar (53%) diperoleh dari GF atau Dana Bantuan Luar Negeri.

Arus pendanaan program pengentasan TBC masih kompleks. Sebagian besar


pembiayaan program TBC diadakan berdasarkan pengadaan khusus dengan
pemenuhan suplai secara terpusat (supply driven). Pengeluaran keuangan yang
berdasarkan layanan (demand driven) dipenuhi oleh BPJS pada pasien TBC dengan
komplikasi yang dikelola di rumah sakit. Jumlah ini masih terbatas jumlahnya.

Grafik 13. Sumber dana Program TBC Nasional dalam million USD
(Sumber: WHO TB Finance Profile)

28 Laporan Tahunan
Mengapa Capaian Notifikasi TBC Kita Tidak Pernah
Mencapai Target yang Diharapkan?

1) Cara deteksi TBC kita kurang sensitif

Survei prevalensi TBC Nasional pada tahun 2014 melakukan skrining sekitar 65.000
orang di beberapa kabupaten di Indonesia. Pada semua responden diperiksa adanya
gejala TBC dan dilakukan foto rontgen dada. Pemeriksaan konfirmasi TBC dilakukan
dengan teknik yang paling sensitif dan spesifik yaitu kultur kuman Mtb dari dahak.
Ternyata terdapat 429 orang yang terkonfirmasi sakit TBC secara kultur. Dari semua
orang yang terkonfirmasi TBC ini, 42.5% tidak bergejala TBC namun terjaring untuk
pemeriksaan karena hasil foto rontgen dada menunjukkan kelainan sugestif TBC.

Dari survei ini dapat disimpulkan bahwa standar strategi skrining kita yang hanya
mengandalkan gejala TBC kurang sensitif. Bila foto rontgen dada tidak dimanfaatkan
dalam upaya penjaringan terduga TBC, maka kita akan bisa kehilangan 42.5% kasus
TBC aktif atau terkonfirmasi secara bakteriologis.

Grafik 14. Proporsi hasil pemeriksaan kasus TBC yang ditemukan pada Survei Prevalensi TBC Nasional tahun 2014
(Sumber: Laporan Survei Prevalensi TBC Nasional 2014)

2) Pasien TBC yang berobat ke rumah sakit dan klinik/dokter praktik


swasta tidak terlaporkan.

Berbagai studi menyatakan bahwa semua penderita sakit TBC cepat atau lambat
akan berobat ke pelayanan kesehatan. Tapi mengapa kita tidak bisa mendapatkan
tingkat notifikasi TBC yang setinggi target kita? Distribusi pusat layanan kesehatan
dimana penderita TBC berobat dapat digambarkan dengan baik pada Penelitian
Inventory (2018). Survei ini dilakukan pada 23 kabupaten/kota mencakup 1.681
sarana pelayanan kesehatan yang mewakili rumah sakit, puskesmas, klinik dokter
dan laboratorium swasta.

Program TBC Nasional 2022 29


Dalam penelitian ini ditemukan bahwa sebagian besar pasien TBC berobat di Rumah
Sakit (44.8%), kemudian di Puskesmas (36.9%) dan sebagian kecil (18.3%) di klinik,
dokter dan laboratorium swasta. Walaupun demikian besar proporsi pasien yang
berobat ke Rumah Sakit dan klinik/dokter/lab swasta, jumlah yang terlaporkan dari dua
kelompok fasilitas layanan Kesehatan ini hanyalah 38% dan 4% secara berurutan.
Karena sebagian besar pasien TBC berobat ke RS dan tidak terlaporkan, kita dapat
memahami mengapa notifikasi TBC belum pernah mencapai target yang diharapkan.

Grafik 15. Distribusi proporsi pasien berdasarkan fasyankes di mana mereka diobati dan tingkat pelaporan
dilakukan di masing-masing fasyankes (Sumber Inventory Study 2018)

3) Hampir semua Pasien TBC mencari pertolongan pertama kali ke dokter


praktik swasta dan farmasi

Pada Gambar 1, kita melihat bahwa dokter praktik swasta menunjukkan kontribusi
yang kecil. Namun pada saat dipetakan ke mana pasien TBC berobat pertama kali,
dapat dilihat bahwa hampir 50% pasien mencari pertolongan pertama kali ke dokter
praktik swasta dan sekitar 40% berobat ke fasilitas kesehatan informal seperti apotek.
Peran Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan yang dicari pertama masih kecil.
Sarana pelayanan kesehatan swasta merupakan pusat layanan favorit bagi sebagian
besar pasien TBC.

30 Laporan Tahunan
Kunjungan Pertama Diagnosis Diobati
100
RS Swasta
RS Swasta RS Swasta
75
DPS
RS Pemerintah RS Pemerintah
50 Puskesmas DPS
25 DPS
Faskes Informal
0
Lestari BW The Lancet Regional Health-Westrn Pasific. 2020 Dec 1;5.

Gambar 1. Pola jenis fasyankes yang dipilih oleh pasien TBC sejak mencari pertolongan pertama hingga pengobatan.
(RS = Rumah Sakit Swasta, DPS = Dokter praktek dan klinik swasta, Faskes Informal termasuk apotek, toko obat
dan balai pengobatan tanpa dokter), (Sumber: Lestari BW, The Lancet Regional Health, Western Pacific, 2022)

Obat herbal VS Obat TBC. Nurhasanah (petugas TBC) sering kali menemukan pasien
terlambat memulai pengobatan karena ingin mencoba pengobatan herbal terlebih dulu.
Meskipun Nurhasanah telah memberikan edukasi secara lengkap, masih ada pasien
yang tetap memutuskan berobat herbal, sehingga ketika pasien datang ke Puskesmas
keadaannya sudah parah. Menurut Nurhasanah, sering kali pasien merasa yakin bisa
sembuh dari TBC dengan menggunakan obat herbal berdasarkan saran dari keluarga
atau kerabat yang memberikan informasi terkait obat herbal (sumber: Photovoice
project, RC3ID UNPAD).

Program TBC Nasional 2022 31


Upaya Mencapai Eliminasi TBC
di Indonesia

Sebagai wujud nyata dari upaya percepatan penanggulangan TBC untuk mencapai
eliminasi TBC pada tahun 2030, pemerintah resmi meluncurkan Peraturan Presiden
(Perpres) No. 67 Tahun 2021 tentang Penanggulangan TBC. Perpres tersebut telah
ditandatangani oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 2 Agustus 2021.

Strategi dalam pelaksanaan Perpres diarahkan dalam enam bidang penanggulangan TBC
di Indonesia sebagai berikut: 1) Penguatan komitmen dan kepemimpinan pemerintah
pusat, provinsi, dan kabupaten/kota untuk mendukung percepatan eliminasi TBC 2030;
2) Peningkatan akses layanan TBC bermutu dan berpihak pada pasien; 3) Optimalisasi
upaya promosi dan pencegahan, pemberian pengobatan pencegahan TBC serta
pengendalian infeksi; 4) Pemanfaatan hasil riset dan teknologi skrining, diagnosis, dan
tatalaksana TBC; 5) Peningkatan peran serta komunitas, mitra, dan multi-sektor lainnya
dalam eliminasi TBC; dan 6) Penguatan manajemen program melalui penguatan sistem
kesehatan.

Gambar 2. Komitmen Awal Lahirnya Perpres No. 67 Tahun 2021 Tentang Penanggulangan TBC
oleh Presiden Joko Widodo Tahun 2020, (Sumber: STOP TB Partnership Indonesia)

32 Laporan Tahunan
1. Penguatan Komitmen dan Kepemimpinan
Pemerintah

Sebagai upaya penguatan komitmen dan kepemimpinan


pemerintah, telah dilakukan beberapa kegiatan di tingkat
kementerian dan kepala daerah. Kegiatan tersebut antara lain:

a. High Level Meeting Tuberculosis 2022 bertajuk “Aksi


TP2TBC Menuju Eliminasi TBC: Upaya Tindak Lanjut
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021”

Pertemuan ini dilaksanakan pada bulan November 2022


di Surabaya, Jawa Timur. Pertemuan dihadiri oleh 5
menteri dan pimpinan daerah dari 34 Provinsi prioritas.

Gambar 3. High Level Meeting Tuberculosis 2022 bertajuk “Aksi TP2TBC Menuju
Eliminasi TBC: Upaya Tindak Lanjut Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021”

Program TBC Nasional 2022 33


Gambar 4. Advokasi
monitoring TBC terkait
implementasi Perpres No.
67 Tahun 2021 Tentang
Penanggulangan TBC

b. Advokasi Monitoring TBC Terkait Implementasi


Peraturan Presiden No 67 Tahun 2021 Tentang
Penanggulangan TBC

Sebagai bagian dari implementasi Perpres No. 67 Tahun


2021, dibentuk Tim Percepatan Penanggulangan TBC
(TP2TBC) di Pemerintah pusat dan daerah. Anggota
TP2TBC merupakan perwakilan dari berbagai sektor
dan kementerian/lembaga (K/L) yang memiliki tugas
mengkoordinasikan dan menyinergikan penyelenggaraan
percepatan eliminasi TBC secara efektif, menyeluruh, dan
terintegrasi.

34 Laporan Tahunan
Gambar 5. Kegiatan kunjungan lapangan JEMM Program TBC Tahun 2022

2. Peningkatan Akses Layanan TBC Bermutu dan Berpihak


pada Pasien

Peningkatan akses layanan TBC yang bermutu diharapkan akan memberikan akses
yang mudah dan berpusat pada kebutuhan pasien. Untuk mencapai hal ini, diperlukan
perbaikan di berbagai lini sistem layanan kesehatan. Hal ini sejalan dengan upaya
transformasi sistem kesehatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan.
Secara garis besar aktivitas transformasi kesehatan dalam bidang akses layanan TBC
dideskripsikan dalam gambar 4 berikut.

Gambar 6. Enam pilar perbaikan sistem kesehatan untuk memperbaiki program TBC di Indonesia

Program TBC Nasional 2022 35


Gambar 7. Pelatihan penggunaan alat TCM TBC bagi fasyankes calon penerima alat TCM Tahun 2022

Bersamaan dengan upaya komprehensif yang disebutkan di atas,


Kementerian Kesehatan secara spesifik memberikan penekanan pada
beberapa hal penting di bawah ini:

a. Pelatihan Sumber Daya Manusia tenaga kesehatan

Program penanggulangan TBC memerlukan keterlibatan berbagai


keahlian. Di tingkat fasilitas kesehatan, sumber daya manusia yang
terkait dengan program TBC antara lain manajemen fasyankes,
pengelola program TBC, dokter, bidan, perawat poli TBC/ TBC-RO,
tenaga laboratorium, surveilans, dan farmasi. Sedangkan di tingkat
provinsi dan daerah antara lain kepala dinas, kepala bidang P2P, kepala
seksi pengendalian penyakit, pengelola program TBC (wasor TBC)
tingkat provinsi dan kabupaten/kota, tenaga laboratorium, surveilans
dan farmasi.

36 Laporan Tahunan
Dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM program TBC, Kementerian
Kesehatan telah melaksanakan pelatihan pada SDM di berbagai level
dan jenis pusat layanan kesehatan. Materi pelatihan SDM bervariasi
antara lain:

1) Pencatatan dan pelaporan untuk provinsi, kabupaten/kota, khususnya


rumah sakit pemerintah, swasta, dan DPM/klinik.

2) Pelatihan penggunaan alat tes cepat molekuler bagi tenaga klinis,


laboratorium, dan petugas TBC dalam melakukan skrining, diagnosis,
dan rujukan.

3) Pelatihan dalam pengelolaan TBC pada kelompok resiko tinggi (HIV,


DM, komunitas resiko tinggi).

4) Pelatihan dalam deteksi dan pengelolaan TBC resisten obat.

5) Pelatihan deteksi dan pengelolaan TBC anak.

6) Pelatihan manajemen pencegahan dan pengendalian TBC (P2TBC)


bagi pengelola program TBC provinsi dan kabupaten/kota.

Saat ini, ketersediaan SDM program TBC masih sangat kurang.


Dibutuhkan komitmen dari pimpinan pusat dan daerah untuk bisa
mencukupi tenaga kesehatan agar dapat mengelola upaya eliminasi TBC
yang berhasil.

Program TBC Nasional 2022 37


b. Peningkatan Akses Tes Cepat Molekuler (TCM)

Penggunaan tes cepat molekuler (TCM) direkomendasikan WHO sebagai alat


diagnosis cepat untuk memenuhi target End TB Strategy. Seyogyanya semua
pasien yang diduga TBC terperiksa dengan alat ini agar segera diketahui adanya
kuman Mtb resisten rifampisin. ProgramTBC nasional berupaya terus meningkatkan
ketersediaan alat TCM di seluruh Indonesia agar memudahkan akses bagi pasien.
Hingga Januari 2023, telah terdistribusi sebanyak 2.202 alat TCM di 34 provinsi
yang tersebar di 1.947 fasyankes (759 RS, 37 Laboratorium dan 1.151 puskesmas).
Bersamaan dengan hal tersebut, telah terjadi kenaikan penggunaan TCM hingga
60% dengan total tes sebanyak 2.435.362 tes. Capaian ini adalah jumlah tertinggi
yang pernah dicapai oleh program TBC Nasional.

Gambar 8. Peta distribusi alat TCM di Indonesia per 6 Februari 2023

Grafik 16. Tren utilisasi TCM tahun 2016-2022


(Sumber: laporan TCM SITB per 31 Januari 2023)

38 Laporan Tahunan
c. Uji coba penemuan kasus TBC
secara aktif dengan foto rontgen
dada

Penggunaan foto rontgen dada untuk


skrining aktif sudah menjadi suatu
standar yang direkomendasikan
WHO. Kegiatan uji coba penemuan
kasus aktif menggunakan foto rontgen
dada dilakukan secara serentak di
25 kabupaten/kota yang berada di 8
provinsi prioritas eliminasi TBC mulai
bulan Desember 2022. Pada kegiatan
ini, petugas Puskesmas mengajak
semua anggota keluarga serta
penghuni satu rumah dengan pasien
TBC untuk datang memeriksakan
diri. Pasien diperiksa dengan
wawancara gejala, pemeriksaan
dokter, foto rontgen dada, tes TCM
dan tes tuberkulin sesuai indikasi.
Upaya ini adalah aktivitas penemuan
kasus aktif paling ekstensif dengan
menggunakan modalitas diagnostik
yang lengkap. Anggota keluarga yang
terbukti tidak mengidap TBC juga
mendapatkan terapi pencegahan TBC
bila tes tuberkulin menunjukkan hasil
positif.

Gambar 9. Kegiatan penemuan


kasus TBC secara aktif
menggunakan foto rontgen dada di 8
provinsi prioritas

Program TBC Nasional 2022 39


d. Peningkatan kapasitas layanan TBC-RO

Masih rendahnya cakupan kasus TBC-RO yang terdeteksi menjadi tantangan


bagi program pengentasan TBC-RO. Untuk ini diperlukan upaya untuk
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat sehingga setiap pasien dapat
mengakses layanan dengan cepat dan tuntas. Program TBC Nasional sudah
mulai melakukan perluasan penyediaan layanan TBC-RO di 34 provinsi. Pada
akhir tahun 2022, sudah tersedia 393 Rumah Sakit/Balai Kesehatan yang
aktif memberikan layanan TBC-RO di 319 kabupaten/kota. Pada tahun 2024
ditargetkan akan ada sedikitnya 1 fasyankes TBC-RO ke 514 kabupaten/kota
di Indonesia.

Gambar 10. Fasyankes rujukan TBC-RO yang aktif beroperasi di Indonesia

Upaya meningkatkan kepatuhan berobat penderita TBC-RO juga didapatkan


dari perkumpulan penyintas TBC-RO, contohnya Yayasan Terus Berjuang
(TERJANG) di Jawa Barat, Pejuang Tangguh (PETA) TBC-RO di DKI Jakarta,
dan lain-lain.

40 Laporan Tahunan
Rosdia; kembali untuk berbagi.
Poliklinik TBC-RO di Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung ini menyimpan banyak
kenangan bagi Rosdia. Dulu, setiap kali
Rosdia berkonsultasi pada dokter, Ia
selalu bertekad ingin sembuh dan tidak
ingin kembali lagi sampai kapan pun.
Namun kenyataannya lain. Setelah
dinyatakan sembuh, Rosdia justru
sering berada di poliklinik ini. Bukan
sebagai pasien, melainkan ia aktif
mendampingi pasien yang baru mulai
atau sedang menjalani pengobatan
TBC-RO. Rosdia kembali ke tempat
ini untuk memberikan semangat
pada pasien TBC-RO agar dapat
menyelesaikan pengobatan mereka
hingga tuntas (sumber: Photovoice
Project, RC3ID UNPAD).

e. Pengembangan District-based Public Private Mix

Melihat dari banyaknya pasien TBC yang berobat ke Rumah Sakit dan Klinik/DPM tetapi
tidak terlaporkan, diperlukan program khusus untuk meningkatkan partisipasi mereka
dalam program TBC Nasional.

Kementerian Kesehatan telah melaksanakan program district-based public private


mix (DPPM) untuk meningkatkan keikutsertaan Rumah Sakit/Klinik/DPM dalam
melaporkan penderita TBC yang mereka kelola (Gambar 7). Kegiatan yang didanai
oleh GF ini mengalokasikan tim asisten teknis khusus di tingkat pusat dan di tingkat
provinsi serta kabupaten/kota. Staf teknis bertugas untuk membantu pengembangan
kerjasama dengan Rumah Sakit/Klinik/DPM dalam pelaporan TBC.

Program TBC Nasional 2022 41


Gambar 11. Pertemuan pengembangan implementasi DPPM

Dalam Grafik 17 tampak terdapat peningkatan jumlah kabupaten


yang membentuk tim DPPM. Proporsi jumlah RS pemerintah dan
RS swasta yang melaporkan kasus TBC juga meningkat disertai
dengan peningkatan jumlah kasus TBC yang dilaporkan oleh RS
publik, RS swasta dan klinik swasta.

Grafik 17. Proporsi kabupaten/kota yang membentuk tim DPPM, proporsi RS swasta
yang melaporkan kasus TBC, dan proporsi DPM/klinik swasta yang melaporkan kasus
TBC tahun 2020-2022

42 Laporan Tahunan
Grafik 18. Capaian PPM tahun 2022 berdasarkan indikator dan target strategi nasional
penanggulangan TBC tahun 2020 - 2024 (sumber: SITB & Wifi TB per 16 Januari 2023)

f. Sistem teknologi informasi tuberkulosis

Untuk mendukung upaya peningkatan akses layanan TBC bermutu dan terpantau,
adanya data dan informasi yang tersedia setiap saat sangat penting. Untuk itu Program
TBC Nasional telah secara intensif melakukan perbaikan pada sistem informasi
terpadu TBC (SITB). SITB adalah sebuah sistem informasi berbasis jaringan/online
untuk mencatat kasus TBC mulai dari terduga sampai akhir pengobatan secara real-
time. SITB Disosialisasikan dan diimplementasikan oleh seluruh pengelola program
TBC dan fasyankes di seluruh Indonesia sejak 1 Januari 2020. SITB memuat informasi
mengenai pasien TBC, kemajuan pengobatannya, kontak serumah pasien, informasi
ketersediaan obat serta klaim keuangan ke Program Penanggulangan TBC Nasional.

Pada awal tahun 2022 juga telah diperkenalkan SITB mobile yang merupakan aplikasi
pendukung untuk proses pencatatan dan pelaporan data TBC ke SITB melalui smart-
phone maupun tablet. SITB mobile memudahkan fasyankes dengan akses yang
terbatas untuk tetap dapat melaporkan aktivitas pelayanan TBC dengan cepat. SITB
akan berintegrasi dengan sistem lain seperti layanan mobile reporting untuk DPM
(Wifi TB), sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS), sistem pelaporan hasil
pemeriksaan Xpert (GxAlert™), P-Care, SIP, dan lainnya.

Instalasi software GxAlert™/Aspect™ telah dilakukan oleh Tim Kerja TBC Kemenkes
kepada seluruh fasyankes TCM di Indonesia pada Oktober 2022. Saat ini >90%
fasyankes TCM di Indonesia telah dilakukan instalasi software GxAlert™/Aspect™.

Program TBC Nasional 2022 43


Gambar 12. Sosialisasi penggunaan aplikasi SITB untuk petugas kesehatan

Gambar 13. Penggunaan SITB mobile

44 Laporan Tahunan
3. Optimalisasi Upaya Promosi dan Pencegahan, serta
Pengendalian Infeksi TBC

Upaya promosi dan pencegahan TBC dilakukan melalui kegiatan yang


terarah pada kontak keluarga dan penghuni serumah penderita TBC dan
upaya promosi pada masyarakat umum.

a. Upaya investigasi kontak serumah dan pemberian terapi


pencegahan

Investigasi kontak (IK) merupakan kegiatan kunjungan pada


rumah pasien TBC untuk menemukan bila ada orang lain
yang mungkin sakit TBC juga. Investigasi kontak seyogyanya
digabung dengan kegiatan evaluasi kondisi keluarga pasien
untuk meyakinkan cukupnya dukungan keluarga pada pasien
TBC yang menjalani pengobatan TBC serta membina keluarga
pasien agar menjalankan terapi pencegahan TBC.

Gambar 14. Kader TBC di Kota Bandung melakukan investigasi pada kontak serumah
penderita TBC (Sumber: Active Case Finding 2 Study, RC3ID UNPAD)

Program TBC Nasional 2022 45


Bila ada anggota keluarga pasien TBC yang memiliki gejala TBC,
maka mereka perlu diperiksa sesuai prosedur standar. Jika ia
terkonfirmasi TBC, maka akan mendapatkan pengobatan yang
tepat dan sedini mungkin. Kontak yang tidak bergejala TBC dan
terinfeksi TBC mendapatkan terapi pencegahan TBC.

Gambar 15. Penyuluhan mengenai TBC kepada keluarga dan pengelolaan TBC anak di
Puskesmas Garuda, Bandung (Hak Cipta: Pearl Gan, Singapore)

Dalam pelaksanaannya, kegiatan IK menemui sejumlah hambatan


karena masih adanya stigma masyarakat tentang penyakit TBC dan
terbatasnya jumlah tenaga dan kader kesehatan. Hingga saat ini
capaian cakupan IK masih jauh dari target 90%. Kegiatan uji coba
penemuan kasus secara aktif pada keluarga dan penghuni serumah
pasien TBC di 25 kabupaten kota di atas (Upaya 2.c) merupakan uji
coba untuk memulai intensifikasi kegiatan IK.

46 Laporan Tahunan
Gambar 16. Fun Run bersama masyarakat dalam rangka Peringatan Hari TBC Sedunia Tahun 2022

b. Upaya promosi pada masyarakat umum

Berbagai kegiatan dilakukan untuk mempromosikan program TBC serta upaya


pencegahan dan deteksi dini TBC di masyarakat diantaranya adalah Sosialisasi TBC
dalam rangka Hari TBC Sedunia dan Hari Kesehatan Nasional 2022. Dalam kegiatan
ini disampaikan pengetahuan mengenai cara pencegahan dan deteksi TBC sebagai
bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Program TBC Nasional 2022 47


Penyintas TBC; Zaskia Sungkar & Fitri
Tropica. Aktor dan Aktris Indonesia
penyintas TBC. Saat ini mereka
aktif menggalakkan dukungan bagi
penderita TBC.
“Sebelumnya saya tidak tahu apa
itu TBC, karena minimnya informasi.
Setelah menderita di tahun 2019,
saya penasaran untuk cari tahu lebih
dalam tentang TBC. Kemudian saya
aktif memberikan informasi ke publik
bahwa TBC bisa sembuh dengan
pengobatan yang tepat. Kita semua
harus terlibat dalam memberikan
informasi tentang TBC.”
(sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id)

Perjuangan para kader TBC dalam mengedukasi pasien untuk segera memulai pengobatan
dan memberi semangat dalam menjalani pengobatan patut diapresiasi. Perjuangan yang
penuh suka dan duka dijalani dengan tulus.
“Rekan-rekan kader ketika menghadapi pasien TBC terutama yang kebal obat
membutuhkan etos kerja tinggi. Itu tentu tidak mudah. Saya tahu menjadi kader TBC itu
tidak mudah tapi kita semua ikhlas.”
(sumber: Konsorsium Komunitas Penabulu - STPI)

48 Laporan Tahunan
Gambar 17. INA-TIME di Denpasar, Bali pada tanggal 8-10 September 2022

4. Pemanfaatan Hasil Riset dan Teknologi Skrining, Diagnosis,


dan Tatalaksana TBC

a. Koordinasi antar peneliti TBC di Indonesia

Di Indonesia telah hadir dua organisasi ahli dan aktif melakukan penelitian
dalam bidang TBC. Organisasi tersebut adalah Komite Ahli TBC (Komli-TB) dan
Jaringan Riset TBC (JetSet TB). Komli-TB adalah perkumpulan ahli yang ditunjuk
oleh Kemenkes berfungsi untuk melakukan evaluasi pada semua strategi baru
yang akan diimplementasikan oleh program TBC. Komli-TB juga berfungsi untuk
mengusulkan penelitian awal yang diperlukan untuk memutuskan perlunya
suatu intervensi baru dalam upaya penanggulangan TBC nasional.

JetSet TB adalah organisasi sukarela dan terbuka untuk para peneliti dan
peminat program TBC. Keanggotaan yang terbuka membuat siapa saja yang
tertarik pada penelitian TBC dapat bergabung dan mendapatkan masukan dari
para ahli yang ada di dalam kelompok JetSet TB. Baik Komli-TB dan JetSet-
TB akan siap untuk memberikan telaah yang dibutuhkan untuk memutuskan
perlunya implementasi suatu modalitas diagnostik, obat atau vaksin baru.

Sebagai ajang koordinasi antar peneliti, program TBC dan industri, Kemenkes
dan para peneliti TBC telah sepakat untuk menyelenggarakan seminar TBC
nasional setiap tahun yang dikenal dengan nama Indonesia Tuberculosis
International Meeting (INA-TIME). Pada tahun 2022, pertemuan INA-TIME
dilakukan di Denpasar, Bali pada tanggal 8-10 September 2022. Pertemuan ini
adalah ajang sosialisasi dan koordinasi antar para peneliti TBC dan staf program
TBC nasional.

Program TBC Nasional 2022 49


b. Mendorong berbagai penelitian terkait TBC

Berbagai alat skrining, diagnostik, pengobatan dan vaksin baru akan hadir di Indonesia.
Kementerian Kesehatan sangat mengakomodasikan berbagai penelitian yang akan
dapat memudahkan pengendalian TBC serta mempercepat pengentasan TBC.
Penelitian tersebut antara lain adalah:

1. Penelitian operasional dalam bidang TBC. Penelitian operasional diperlukan untuk


meyakinkan bahwa suatu strategi atau teknologi baru dapat diimplementasikan
dengan lancar dan bermanfaat di Indonesia.

2. Penelitian epidemiologi. Penelitian epidemiologi diperlukan untuk mengetahui


seberapa besar masalah yang ada di masyarakat. Penelitian ini melibatkan survei
atau analisis sekelompok pasien dalam waktu panjang. Penelitian epidemiologi
dapat dilakukan pada data sekunder SITB yang akan dikumpulkan secara
terpusat.

Gambar 18. Topik penelitian prioritas menurut peneliti TBC seluruh Indonesia

3. Penelitian percobaan klinis obat baru. Dengan besarnya perhatian dunia pada
TBC, obat TBC akan senantiasa berkembang. Agar kita bisa memanfaatkan
obat TBC terbaru kita perlu memastikan bahwa kita memiliki kemampuan
untuk mengevaluasi dan menentukan efektivitas, manfaat dan dampak dari
penggunaan obat tersebut.

50 Laporan Tahunan
4. Turut aktif terlibat dalam pengembangan
vaksin TBC. Banyak peneliti di berbagai
negara saat ini berlomba-lomba untuk
membuat vaksin untuk TBC. Kita
sebaiknya juga siap untuk melakukan
evaluasi kualitas dan efektivitas vaksin
yang akan hadir di Indonesia.

5. Penelitian biologi dasar. Program


TBC nasional membuka diri untuk
pemanfaatan teknologi baru yang
akan bermanfaat untuk pengentasan
penyakit. Teknik whole genome
sequencing (WGS) adalah sejenis
pemeriksaan biologi molekuler yang
dapat digunakan memeriksa pola
kekebalan pada obat TBC jauh lebih
cepat dan lengkap dibandingkan
dengan pemeriksaan menggunakan
kultur kuman. Disamping itu, WGS juga
dapat menentukan strain kuman Mtb
untuk mengetahui sumber penularan
TBC. Dalam program ini, Kementerian
Kesehatan sudah mempersiapkan 30
Gambar 19. Contoh hasil pemeriksaan WGS TBC alat WGS yang akan dimanfaatkan oleh
beberapa institusi akademik, rumah
sakit dan laboratorium di Indonesia.

5. Peningkatan Peran Serta Komunitas, Mitra, dan Multi-sektor


Lainnya dalam Eliminasi TBC

Dalam ekspansi dan peningkatan program Penanggulangan TBC Indonesia, semua


fasyankes dan pemangku kepentingan terkait perlu dilibatkan dalam suatu bentuk
kemitraan. Wadah Kemitraan Penanggulangan Tuberkulosis (WKPTB) dibentuk
untuk melakukan sinergi serta kolaborasi antar semua pihak agar dapat serentak
mendorong kemajuan program TBC di Indonesia. Anggota WKPTB terdiri dari
unsur penta-heliks meliputi unsur Pemerintah, Komunitas, Akademisi, Media dan
Swasta termasuk industri. Jumlah anggota saat ini sebanyak 35 mitra dan masih
didorong untuk terus bertambah dan berkembang.

Program TBC Nasional 2022 51


Gambar 20. Peluncuran Aksi Program Terpadu Penanggulangan TBC

6. Penguatan Manajemen Program melalui Penguatan Sistem


Kesehatan

a. Surveilans aktif P2TBC untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan


program TBC di lapangan

Tahun 2022, tim kerja TBC telah melakukan kunjungan ke 17 provinsi untuk
monitoring evaluasi ke dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota dan fasyankes,
serta kunjungan IK ke rumah pasien TBC. Kendala yang ditemukan di lapangan
adalah: 1) program TBC belum menjadi program prioritas di daerah, 2)
dukungan dana APBD sangat kurang, 3) beban tugas rangkap petugas
TBC di tingkat puskesmas, 4) belum ada kerja sama dengan lintas sektor
atau klinik swasta setempat, 5) kendala jarak dan geografis dari rumah
warga ke fasyankes, dan 6) anggapan masyarakat terkait TBC sebagai
penyakit memalukan sehingga mereka enggan untuk diperiksa dan
diobati. Survei ini membuktikan perlunya pembinaan dukungan pemerintah
daerah serta dukungan dari seluruh masyarakat pada program TBC.

Gambar 21. Surveilans aktif P2TBC untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan program TBC di lapangan

52 Laporan Tahunan
b. Pembiayaan

Ketergantungan Program TBC Nasional pada bantuan


luar negeri masih besar. Hal ini perlu menjadi perhatian
karena sumber dana luar negeri ini hanya bersifat
sementara. Peningkatan kontribusi dana dari dalam
negeri perlu diupayakan. Beberapa langkah yang akan
diambil adalah sebagai berikut:

1. Implementasi skema pembiayaan berbasis kinerja


dengan sebutan Dana Operasional Kesehatan
Berbasis Kinerja (BOK Puskesmas) dilaksanakan
sejak tahun 2020. Dana diberikan terkait dengan
indikator program TB, misalnya sesuai jumlah
pasien dengan pengobatan yang berhasil.

2. Penerapan persyaratan terbaru untuk pembayaran


BPJSK pada Rumah Sakit. Aturan ini mengharuskan
memasukkan nomor registrasi TBC (SITB) dalam
klaim rumah sakit kepada BPJSK.

3. Pengenalan Strategic Health Purchasing


(Pembiayaan Kesehatan Strategis) diterima dengan
baik dan telah diawali dengan sertifikasi kesiapan
fasilitas untuk layanan TBC sebagai persyaratan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

4. Penggunaan kode sementara untuk TBC resisten


obat untuk klaim dari rumah sakit berdasarkan
Indonesian Case-base Groups (INA-CBGs). Hal
ini berpotensi mengurangi atau menghilangkan
ketergantungan pada pendanaan GF yang tidak
berkelanjutan untuk biaya klinis TBC-RO;

5. Merevisi Keputusan Kemenkes tentang penggunaan


dana agar dapat digunakan mendukung promosi
dan pencegahan kesehatan termasuk kegiatan
penjangkauan. Ini merupakan langkah penting
karena kapitasi JKN merupakan sumber pendapatan
terbesar dan dana paling fleksibel yang tersedia
bagi Puskesmas.

Program TBC Nasional 2022 53


Penutup
Program penanggulangan TBC masih belum optimal untuk
mencapai sasaran eliminasi di tahun 2030. Jumlah cakupan
deteksi kasus dan pengelolaan nasional sudah mencapai kinerja
tertinggi di 2022, namun belum mencapai target yang diharapkan.
Hal ini terjadi antara lain karena kurang sensitifnya strategi skrining
terduga TBC yang dilakukan, belum sinerginya kerja sama antara
pusat layanan primer dan rujukan, serta belum terintegrasinya
pelayanan kesehatan publik dan swasta. Sebagian besar pasien
TBC mengakses layanan swasta dalam upaya pertama mencari
pertolongan, namun layanan deteksi TBC belum siap untuk dapat
mendeteksi secara dini di tingkat pelayanan primer ini.

Penguatan programTBC perlu menjangkau semua aspek transformasi


kesehatan. Upaya untuk mendekatkan akses pelayanan diagnosis
dan pengelolaan TBC ke Masyarakat merupakan suatu terobosan
baik. Namun untuk bisa melaksanakan hal tersebut semua pilar
dari transformasi kesehatan perlu dibenahi dengan seksama. Pilar-
pilar yang perlu penguatan tersebut antara lain adalah 1) pusat
layanan primer 2) pelayanan rujukan 3) ketahanan kesehatan 4)
pendanaan 5) sumber daya manusia dan 6) teknologi kesehatan.
Kegiatan penelitian seharusnya dapat memberikan dimanfaatkan
lebih optimal oleh Program TBC Nasional agar diperoleh terobosan
baru dalam strategi penanggulangan TBC.

Komitmen pemerintah pusat dalam penguatan program TBC


Nasional sudah jelas dengan Perpres 67 tahun 2021. Sebagian besar
dari ke 6 strategi yang disampaikan pemerintah sudah tercakup
dalam upaya transformasi kesehatan yang sedang diupayakan.
Namun perlu diingat bahwa upaya pengentasan penyakit TBC bukan
hanya tanggung jawab Kementerian Kesehatan saja. Peran serta
komunitas dan masyarakat untuk memahami dan turut serta dalam
promosi dan deteksi TBC sangat diperlukan. Disamping itu, peran
dari sektor non kesehatan serta mitra swasta untuk mendukung
pengentasan TBCC akan sangat membantu pencegahan TBC
secara luas. Dukungan ini bukan hanya di layanan Kesehatan tetapi
juga termasuk mempromosikan dan mengembangkan lingkungan
yang sehat dan bebas dari penularan TBC.

54 Laporan Tahunan
Komitmen pemerintah akhirnya seyogyanya tampak dalam
penguatan dukungan pembiayaan program TBC nasional.
Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain adalah
implementasi skema pembiayaan berbasis kinerja, pelaksanaan
belanja kesehatan strategis yang memungkinkan pembayaran
dipenuhi sesuai dengan layanan yang diberikan, serta dukungan
dana BPJS yang memudahkan pelayanan TBC di rumah sakit
serta upaya promotif dan preventif di pusat layanan primer.

Bersama Kita
Eliminasi TBC 2030.
Bebas TBC mulai
dari Kita.
Salam TOSS TBC!

Program TBC Nasional 2022 55


Referensi

1. Aksi Program Terpadu Kemitraan Penanggulangan


Tuberkulosis (PROTEKSI). Jakarta: WKTB; 2022.

2. Balakrishnan, S., Muhwa, J., Putra, A., Dewi, S., Suharno, N.


Report of the External Assessment of District Based Public-
Private Mix for TB Control in Indonesia. Jakarta; 2022.

3. Global tuberculosis report 2022. Geneva: World Health


Organization; 2022. Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.

4. Inventory Study 2017.

5. Indonesia TB Joint External Monitoring Mission (JEMM)


Report. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2022.

6. Ministry of Health of Republic Indonesia. National TB


Prevalence Survey 2014.

7. Noviyani A, Nopsopon T, Pongpirul K. Variation of tuberculosis


prevalence accross diagnostic approaches and geographical
areas of Indonesia. PLoS ONE 2021;16(10):e0258809. Doi:
10.1371/journal.pone.0258809.

8. Lestari BW. Et al, Patient pathways and delays to diagnosis


and treatment of tuberculosis in an urban setting in
Indonesia. Lancet Reg Health West Pac. 2020 Nov
28;5:100059. doi: 10.1016/j.lanwpc.2020.100059.

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 67


Tahun 2016 Tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:
Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2016.

10. Peraturan Presiden Nomor 67 tahun 2021 Tentang


Penanggulangan Tuberkulosis.

11. Petunjuk Teknis Pemeriksaan TBC Menggunakan Tes Cepat


Molekuler. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.

12. Sistem Informasi Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan RI;


2022.

13. Strategi Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia


2020-2024. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2020.

56 Laporan Tahunan
Program TBC Nasional 2022 57

Anda mungkin juga menyukai