Anda di halaman 1dari 152

PETUNJUK TEKNIS

I V STIGASI KONTAK
NE N TBC BAGI PETUGAS
P SI ATAN DAN KADER
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
AE KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2019
KS
EE
H
Pengarah : dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes (Direktur P2PML) Penanggungjawa
: dr. Imran Pambudi, MPHM (Kasubdit TB) Penyusun:
Kementerian Kesehatan
1. dr. Sulistya Widada
2. Nurjannah, SKM
3. dr. Yullita Evarini Y, MARS
4. Sulistyo, SKM, M.Epid
5. dr. Novayanti T
6. Suhardini, SKM, MM
7. Windy Oktavina, SKM, M.Kes
8. Helmi Suryani, SKM, M.Epid
9. Dangan Prasetya, S.IP
10. Roro Antasari, SKM
11. drh. Ganendra Awang
12. dr. Retno Kusuma Dewi, MPH
13. Lidya Mursida
Aisyiyah
14. Rahmat Hidayat, S.IP
15. Thoriq Hendrotomo, S.Kom
16. Muhammad Iqbal, S.Kom
LKNU
17. Dr. Esty Febriani, M.Kes
18. Ikhlas Tunggal Mulyandari, SKM, MKM
19. Raisa Afni Afifah, SKM, MKM
20. Elina Dian Karmila, M.Pd.
POP TB Indonesia
21. Budi Hermawan
22. Yulinda Sentosa
WHO Indonesia
23. dr. Setiawan Jati Laksono
24. dr. Maria Regina Christian
25. Yoana Anandita, SKM
KNCV/Challenge TB
26. Erman Varella, S.Akt
27. dr. Firza Asnely Putri
CCM Indonesia
28. dr. Carmelia Basri, M.Epid
29. Barry Adhitya

TIM PENYUSUN
KATA SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

Upaya untuk mengendalikan Tuberkulosis merupakan tantangan yang


harus kita sikapi bersama dengan sungguh-sungguh. Sebab, setiap tahu
diperkirakan muncul 842.000 kasus baru tuberkulosis di Indonesia. Dari
jumlah tersebut, baru sekitar 68% yang berhasil ditemukan dan diobati,
sedangkan sekitar 32% sisanya masih diupayakan untuk segera
ditemukan dan diobati. Dukungan dari seluruh jajaran kementerian/
lembaga, TNI-Polri, Pemerintah Daerah dan Akademisi serta seluruh
lapisan masyarakat sangat diperlukan agar masalah Tuberkulosis dapat
kita selesaikan segera dan tidak lagi menjadi masalah kesehatan yang
ada di dalam masyarakat.
Indonesia bersama lebih dari 100 negara di Dunia telah sepakat dan
bertekad mencapai Eliminasi Tuberkulosis pada tahun 2030. Tekad ini
telah kita wujudkan dengan upaya meningkatkan penemuan dan
pengobatan kasus Tuberkulosis di seluruh Indonesia yang didukung
dengan, antara lain (1) penyediaan sumberdaya, obat dan alat yang
berkualitas (2) penggerakan seluruh lapisan masyarakat, termasuk
peran dan partisipasi dari kader masyarakat termasuk dalam investigas
kontak dan (3) peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pencegahan serta pengendalian Tuberkulosis.
Investigasi kontak bertujuan untuk menemukan pasien TBC dan TB
laten. Pasien TBC laten adalah pasien TBC yang tidak/ belum
menunjukkan gejala. Oleh karenanya, harus segera diberikan
penanganan yang tepat dan sesuai standar. Langkah ini dilakukan
untuk, (1) mencegah terlambatnya penemuan kasus, (2) mencegah
penularan pada kontak yang sehat melalui penyuluhan hidup bersih dan
sehat, (3) memberikan pengobatan pencegahan pada anak di bawah
5 tahun dan (4) yang paling utama adalah investigasi kontak ini akan
dapat memutus rantai penularan TBC di masyarakat.
Kegiatan investigasi kontak ini perlu melibatkan semua pihak termasuk
Instansi Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga), elemen pendidikan
seperti sekolah, pondok pesantren, Madrasah, serta elemen
kemasyarakatan lainnya. Tak kalah penting tentunya petugas kesehata
di fasilitas kesehatan, sebagai layanan kesehatan terdekat dari
jangkauan masyarakat. Peran organisasi kemasyarakatan, juga
kader, sangat diperlukan untuk mendukung pelaksanaan promosi dan
sosialisasi, penemuan terduga TBC dan dalam pendampingan menelan
obat sampai tuntas.
Akhir kata, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan
terimakasih kepada tim penyusun, narasumber dan segala pihak terkait
yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam penyusununan buku
pedoman panduan petunjuk teknis ini. Semoga buku ini memberikan
manfaat yang baik untuk meningkatkan kualitas penemuan kasus TBC,
salah satunya lewat investigasi kontak di Indonesia.

Jakarta, September 2019 Direktur


Jenderal P2P,
dr. Anung Sugihantono, M.Kes NIP
196003201985021002

KATA PENGANTAR
DIREKTUR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR LANGSUNG
Indonesia merupakan salah satu dari negara dengan beban
Tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia. WHO memperkirakan insiden tahu
2017 sebesar 842.000 atau 319 per 100.000 penduduk, sedangkan TB-
HIV sebesar 36.000 kasus per tahunnya atau 14 per 100.000
penduduk. Kematian karena TBC diperkirakan sebesar 107.000 atau 40
per 100.000 penduduk dan kematian akibat TB-HIV sebesar 9.400 atau
3,6 per 100.000 penduduk. Dengan insiden sebesar 842.000 kasus per
tahun dan notifikasi kasus TBC sebesar 570.289 kasus maka masih ada
sekitar 32% kasus masih belum ditemukan dan diobati (un-reach) atau
sudah ditemukan dan diobati tetapi belum tercatat oleh program
(detected, un-notified). Mereka yang belum ditemukan menjadi sumber
penularan TBC di masyarakat. Keadaan ini merupakan tantangan besar
bagi program penanggulangan TBC di Indonesia, diperberat dengan
tantangan lain dengan tingkat kompleksitas yang makin tinggi seperti
ko-infeksi TBC-HIV, TBC resistan obat (TBC-RO), TBC kormobid, TBC
pada anak serta tantangan lainnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas Program Penanggulangan TBC
merubah strategi penemuan pasien TBC tidak hanya “secara pasif
dengan aktif promotif” tetapi juga melalui “penemuan aktif secara
intensif dan masif berbasis keluarga dan masyarakat“, dengan tetap
memperhatikan dan mempertahankan layanan yang bermutu sesuai
standar. Salah satu kegiatan yang penting untuk mendukung
dan investigasi kontak (contact tracing
keberhasilan and contact
strategi investigation).
penemuan aktif ini adalah melalui pelacakan
Investigasi kontak (IK) merupakan kegiatan pelacakan dan investigasi
yang ditujukan pada orang-orang yang kontak dengan pasien TBC
(indeks kasus) untuk menemukan terduga TBC.
Kontak yang terduga TBC akan dirujuk ke layanan kesehatan untuk
pemeriksaan lanjutan dan bila terdiagnosis TBC, akan diberikan
pengobatan yang tepat dan sedini mungkin. IK mempunyai 2 fungsi yait
meningkatkan penemuan kasus dan mencegah penularan TBC di
masyarakat.
IK di Indonesia dikembangkan dengan mencari kasus yang tertular
maupun yang merupakan sumber penularan pada kasus TBC
terkonfirmasi bakteriologis dan TBC pada anak.
Investigasi kontak dapat dilakukan oleh petugas kesehatan maupun
kader ataupun secara bersama serta dapat juga dengan melibatkan
Pengawas Menelan Obat (PMO) dari data indeks pasien (kasus indeks)
yang ada di Puskesmas. Pelibatan kader dalam program penanggulanga
TBC merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan melalui kegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan
membantu masyarakat agar berperan aktif dalam rangka penemuan
dan pendampingan pasien TBC juga dalam memberikan edukasi dan
informasi tentang TBC kepada masyarakat. Peran aktif kader ini akan
dapat dipenuhi dengan membekali kader kesehatan pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk melaksanakan tugasnya.
Akhirnya, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh
pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu per satu
dalam penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) Investigasi Kontak ini.
Semoga segala upaya yang telah dilakukan dapat memberikan

manfaat yang baik dan mendukung eliminasi TBC tahun 2030. Upaya
pencapaian eliminiasi TBC tahun 2030 akan berhasil jika semua pihak
dapat mengambil peran secara aktif sesuai dengan bidangnya masing-
masing. Karena “TB is everybody business”.

Jakarta, September 2019


Direktur P2PML,
dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes
NIP 196203301997032001
10 PETUNJUK TEKNIS INVESTIGASI KONTAK PASIEN TBC BAGI PETUGAS
DAN KADER
KESEHATAN
PETUNJUK TEKNIS INVESTIGASI KONTAK PASIEN TBC BAGI PETUGAS KESEHATAN
DAN KADER

TIM PENYUSUN 2
KATA SAMBUTAN 3
KATA PENGANTAR 5
DAFTAR ISI 8
DAFTAR SINGKATAN 9
DAFTAR ISTILAH 11
BAB I PENDAHULUAN 13
A. Latar Belakang 13
B. Tujuan 17
C. Sasaran 17
D. Ruang Lingkup 17
E. Dasar Hukum 17
BAB II INVESTIGASI KONTAK 20
A. Tujuan Investigasi Kontak 20
B. Sasaran 21
C. Pelaksanaan 22
BAB III MEKANISME KERJA 29
A. Persiapan 30
B. Pelaksanaan 30
C. Tindak Lanjut di Puskesmas 32
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI 34
A. Pencatatan dan Pelaporan 34
B. Indikator 38
C. Analisa Indikator 39
Lampiran Formulir 43

DAFTAR
ISI
DAFTAR
ISI

BTA : Basil Tahan Asam


DM : Diabetes Mellitus
DPM : Dokter Praktek Mandiri Fasyankes : Fasilitas Layana
Kesehatan
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas)
FKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IK : Investigasi Kontak
INH : Isoniazide
KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi Kupat-Kumis :
Kumuh padat - Kumuh miskin Lansia : Lanjut Usia
Monev : Monitoring dan Evaluasi Mtb : Mycobacterium
tuberculosis
NSPK : Norma Standar Prosedur Kriteria OAT : Obat
Anti Tuberkulosis
ODHA : Orang dengan HIV-AIDS
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
PIS-PK : Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga
PMO : Pengawas Menelan Obat
PP-INH : Pengobatan Pencegahan dengan Isoniazide PP-TBC
Pengobatan Pencegahan Tuberkulosis Puskesmas : Pusat
Kesehatan Masyarakat
SITT : Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu
SITB : Sistem Informasi Tuberkulosis
TB : DAFTAR
C SINGKATAN
Tuberkulosi
s

TBC-HIV : Tuberculosis Human Immunodeficiency Virus


TBC-RO : Tuberkulosis Resisten Obat TCM : Tes Cepat
Molekuler
WHO : World Health Organization
BTA (+) adalah jika salah satu atau kedua contoh uji dahak menunjukkan
hasil pemeriksaan BTA positif. Pasien yang menunjukkan hasil BTA (+)
pada pemeriksaan dahak pertama, dapat segera ditegakkan sebagai
pasien dengan BTA (+)
BTA  (-) adalah jika kedua contoh uji dahak menunjukkan hasil BTA
negatif. Apabila pemeriksaan secara mikroskopis hasilnya negati
maka penegakan diagnosis TBC dapat dilakukan dengan pemeriksaan
klinis dan penunjang (setidak-tidaknya pemeriksaan foto ronsen) yang
sesuai dan ditetapkan oleh dokter.
Kasus indeks adalah semua pasien TBC baru/kambuh yang terkonfirmasi
bakteriologis (TBC Sensitif Obat maupun TBC Resisten Obat) dan TBC
anak di lingkungan rumah tangga atau tempat-tempat lain (tempat kerja
asrama, sekolah, tempat penitipan anak, lapas/ rutan, panti, dsb).
Sumber data kasus indeks berasal dari data Puskesmas, Rumah Sakit,
dan Fasyankes swasta.
Kontak adalah orang yang terpajan/berkontak dengan kasus indeks,
misalnya orang serumah, sekamar, satu asrama, satu tempat kerja,
satu kelas, atau satu penitipan/pengasuhan.
Kontak  serumah adalah orang yang tinggal serumah minimal satu malam
atau sering tinggal serumah pada siang hari dengan kasus indeks
dalam 3 bulan terakhir sebelum kasus indeks mulai mendapat obat anti
tuberkulosis (OAT).
Kontak erat adalah orang yang tidak tinggal serumah, tetapi sering
bertemu dengan kasus indeks dalam waktu yang cukup lama, yang
intensitas DAFTAR
pajanan/berkontaknya hampir sama dengan kontak
ISTILAH
serumah. Misalnya orang yang berada pada ruangan/
lingkungan yang sama (tempat kerja, ruang pertemuan, fasilitas umum,
rumah sakit, sekolah, tempat penitipan anak) dalam waktu yang cukup
lama dengan kasus indeks, dalam 3 bulan terakhir sebelum kasus indek
minum OAT.
Terpajan   (tidak   ada   bukti   infeksi   ataupun   sakit   TBC) adalah kelompok
orang-orang yang berkontak dengan pasien TBC dan mempunyai
sistem imun yang baik. Meskipun terpajan kuman Mycobacterium
tuberculosis, sistem imun tubuh dapat mengeliminasi seluruh kuman
TBC, sehingga tidak menimbulkan infeksi di dalam tubuhnya. Secara
klinis, orang-orang yang termasuk dalam kelompok ini tidak mempunya
gejala TBC, uji tuberkulin negatif dan foto rontgen dada tidak
menunjukkan gambaran yang sesuai dengan TBC.
Terinfeksi tetapi tidak sakit TBC (Infeksi Laten TBC) adalah kelompok orang
yang berkontak dengan pasien TBC dan menghirup kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang kemudian kuman tersebut masuk ke paru
Sistem imun tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu menyingkirkan
kuman Mycobacterium tuberculosis dari tubuh secara sempurna tetapi mamp
mengendalikan kuman TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC
Sakit TBC adalah Orang yang terinfeksi TBC dapat berlanjut menjadi saki
TBC bila sistem imunnya kurang baik dan tidak mampu mengendalikan
kuman Mycobacterium tuberculosis secara adekuat, sehingga orang
16 PETUNJUK TEKNIS
DANtersebut
INVESTIGASI KONTAK PASIEN TBC BAGI PETUGAS KESEHATAN
KADER menunjukkan gela-gejala sakit TBC.
Faktor  risiko  TBC adalah kondisi yang menurunkan daya tahan tubuh
sehingga meningkatkan kemungkinan terkena sakit TBC, misalnya
pasien infeksi HIV, diabetes mellitus, keganasan, dalam pengobatan
jangka panjang, lansia, perokok.
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Mtb). Tuberkulosis ditularkan
melalui udara dari pasien TBC yang infeksius ke orang-orang
disekitarnya. Satu pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis yang tida
diobati secara tepat dan berkualitas dapat menginfeksi sekitar 10 orang
per tahun. Sekitar 3,5-10% orang-orang yang kontak akan sakit TBC dan
sekitar sepertiganya akan terinfeksi tetapi tidak sakit TBC. Kelompok
yang berisiko tinggi untuk terinfeksi adalah orang yang kontak erat
dengan pasien TBC, antara lain anak, lansia dan orang dengan
gangguan sistem kekebalan tubuh (misal gizi buruk, infeksi HIV). Di
antara orang-orang yang terinfeksi ini, 5-10% kemungkinannya akan
berkembang menjadi sakit TBC dalam perjalanan hidupnya.
Indonesia merupakan salah satu dari negara dengan beban TBC tertingg
di dunia. WHO memperkirakan insiden tahun 2018 sebesar 843.000 ata
319 per 100.000 penduduk sedangkan TBC-HIV sebesar 36.000 kasus
per tahun atau 14 per 100.000 penduduk. Kematian karena TBC
diperkirakan sebesar 107.000 atau 40 per 100.000 penduduk, dan
BAB I PENDAHULUANkematian TBC-HIV sebesar
9.400 atau 3,6 per 100.000 penduduk. Dengan insiden sebesar
843.000 kasus per tahun dan notifikasi kasus TBC sebesar 570.289
kasus maka masih ada sekitar 32% kasus yang belum ditemukan dan
diobati (un-reach) atau sudah ditemukan dan diobati tetapi
belum tercatat oleh program (detected, un-notified). Mereka yang
belum ditemukan menjadi sumber penularan TBC di
masyarakat. Keadaan ini merupakan tantangan besar
bagi program penanggulangan TBC di Indonesia, diperberat
dengan tantangan lain dengan tingkat kompleksitas yang maki
tinggi seperti ko- infeksi TBC-HIV, TBC resistan obat (TBC-RO),
TBC kormobid, TBC pada anak dan tantangan lainnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Program Penanggulangan TB
mergubah strategi penemuan pasien TBC tidak hanya “secara
pasif dengan aktif promotif” tetapi juga melalui “penemuan akt
secara intensif dan masif berbasis keluarga dan
masyarakat“, dengan tetap memperhatikan dan
mempertahankan layanan yang bermutu sesuai standar.
Salah satu kegiatan yang penting untuk mendukung
keberhasilan strategi penemuan aktif ini adalah pelacakan dan
investigasi kontak (contact tracing and contact investigation).
Selanjutnya kegiatan ini akan disebut sebagai Investigasi
kontak (IK), yang merupakan kegiatan pelacakan dan
investigasi yang ditujukan pada orang-orang yang kontak
dengan pasien TBC untuk menemukan terduga TBC. Kontak
yang terduga TBC akan dirujuk ke layanan untuk pemeriksaan
lanjutan dan bila terdiagnosis TBC, akan diberikan pengobatan
yang tepat sesuai standar dan sedini mungkin. IK
mempunyai 2 fungsi yaitu meningkatkan penemuan kasus da
mencegah penularan TBC. IK di Indonesia dikembangkan
dengan mencari kasus yang tertular maupun yang merupakan
sumber penularan pada kasus TBC terkonfirmasi bakteriologis
dan TBC pada anak.
Investigasi kontak dapat dilakukan oleh petugas dan atau kade
maupun secara bersama dengan melibatkan Pengawas
Menelan Obat (PMO). Selama ini kegiatan IK telah dilakukan
baik oleh petugas kesehatan maupun kader melalui kunjungan
rumah. Namun pelibatan peran PMO belum dieksplorasi lebih
jauh padahal PMO adalah orang terdekat pasien. Kegiatan ini
dapat terintegrasi juga dengan pendekatan Program Indonesia
Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Kegiatan
kunjungan dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah
dalam rangka mendeteksi 12 indikator PIS-PK yang salah
satunya adalah indikator TBC. Jika ditemukan adanya terduga
TBC, maka akan dirujuk ke layanan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan sesuai standar. Selanjutnya terduga
yang didiagnosis TBC akan dikunjungi petugas bekerja sama
dengan kader untuk di investigasi kontak.
Pada Juli-September 2017 telah dilakukan uji lapangan
pelaksanaan investigasi kontak oleh kader di dua
penyebabnya adalah keterampilan kader dalam mengidentifikasi
kabupaten/kota yaitu Jember dan Surakarta. Didapatkan hasil
bahwa kerjasama antara Puskesmas dan kader untuk
investigasi kontak dapat diterapkan dengan memperkuat
kapasitas Puskesmas sebagai koordinator IK di wilayahnya.
Kinerja hasil kegiatan investigasi kontak oleh kader cukup
tinggi yaitu 95-96% dari kontak yang diidentifikasi berhasil
diinvestigasi. Di Jember, proporsi pasien terkonfirmasi TBC di
antara kontak yang mendapat pemeriksaan diagnosis TBC lebi
tinggi dibandingkan dengan di Surakarta. Dalam uji lapangan in
juga diamati kontak anak<5 tahun yang dirujuk. Hasilnya adala
sebagai berikut : di kota Surakarta, dari 53 anak yang
diidentifikasi memenuhi syarat PP-INH, , tidak ada satupun yan
mendapat PP-INH sedangkan di Jember dari 92 anak yang
memenuhi syarat, 52 orang yang mendapatkan PP- INH (56%).
Perbedaan hasil uji laksana di kedua kab/kota ini
menunjukkan adanya variasi hasil yang ditengarai, salah
satu
terduga TBC dan melakukan tindak lanjut. Lesson learned dari
hasil uji laksana ini menujukkan bahwa standarisasi /
pembakuan pengetahuan dan ketrampilan kader
diperlukan untuk keberhasilan kegiatan ini.
Pengalaman lain didapat dari kegiatan yang dilaksanakan
selama peringatan Hari TBC Sedunia (HTBS). Dalam rangka
kampanye HTBS tahun 2018, secara nasional dilakukan geraka
penemuan aktif TBC dengan PIS-PK dengan prioritas pada
kontak pasien TBC. Kegiatan ini dilakukan secara aktif
oleh kader dan komunitas bekerja sama dengan petugas
kesehatan di bawah koordinasi Puskesmas di 17 provinsi, 62
kabupaten/ kota. Dari jumlah pasien TBC (kasus indeks) yang
dilakukan IK sebesar 57.082 orang, dilakukan skrining gejala
pada 174.144 (rata rata 3 kontak diinvestigasi untuk tiap kasus
indeks). Dari jumlah tersebut didapatkan 16.322 terduga TBC
dan 1.857 (1,1%) terkonfirmasi sakit TBC. Pada HTBS tahun
2019, penemuan aktif TBC di masyarakat dilakukan dengan
pendekatan IK. Kegiatan tersebut berhasil melakukan skrinin
gejala pada 339.451 orang. Dari jumlah tersebut didapatken
31.829 terduga TBC dan 8.350 (2,4%) terkonfirmasi sakit TBC.
Proporsi kasus yang ditemukan pada tahun 2018 dan 2019
lebih besar dibandingkan upaya yang dilakukan pada 2017.
Kegiatan Ketuk Pintu dalam rangka peringatan hari TBC
sedunia tahun 2017 dilakukan dengan mendatangi setiap ruma
yang ditemui. Jumlah orang yang diedukasi dan diskrining
TBC pada kegiatan tersebut sebesar 1.627.772. Dari jumla
tersebut didapatkan 92.094 terduga TBC dan 4.969 (0,3%) yang
terkonfirmasi sakit TBC.

Komparasi data tahun 2017, 2018 dan 2019 ini menunjukkan


bahwa proporsi hasil penemuan kasus lebih besar pada
investigasi kontak dibandingkan dengan penemuan di
masyarakat umum, meskipun dengan skrining gejala yang
sama. Dengan demikian investigasi kontak dapat mendorong
penemuan kasus lebih banyak dan lebih dini yang pada
akhirnya akan menurunkan risiko penularan.

B. Tujuan
Buku panduan ini digunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan dan
atau kader dalam pelaksanaan investigasi kontak oleh petugas
kesehatan berkolaborasi dengan komunitas.
C. Sasaran
Sasaran buku ini yaitu:
1. Kader, PMO dan pekerja komunitas lainnya
2. Petugas kesehatan di Fasilitas Kesehatan
3. Pengelola program TBC di Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup buku ini adalah:
1. Investigasi Kontak
2. Mekanisme Kerja
3. Monitoring dan Evaluasi

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65
Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan
Standar Pelaynan Minimal
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007
tentang Petunujk Teknis dan Penetapan Standar Pelayanan
Minimal
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerj
Kementerian Kesehatan
E. Dasar Hukum 6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011, tentang Ijin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan TBC
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
24 PETUNJUK TEKNIS INVESTIGASI KONTAK PASIEN TBC BAGI PETUGAS KESEHATAN
DAN KADER

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3


Tahun 2019 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokas
Khusus Non Fisik Bidang Kesehatan
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayana
Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No
Per.02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja
Investigasi Kontak (IK) adalah kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan penemuan kasus TBC dengan cara mendeteksi secara
dini dan sistematis terhadap orang yang kontak dengan sumber infeksi
TBC. Pedoman WHO menyatakan bahwa kegiatan IK bermanfaat untuk
mendeteksi kasus TBC secara dini, mencegah penyakit yang lebih bera
serta mengurangi penularan TBC pada orang lain. Selain itu, IK dapat
juga menemukan orang dengan infeksi TBC laten yang membutuhkan
BAB II INVESTIGASI KONTAK
pengobatan pencegahan. Kegiatan IK diselenggarakan melalui
A. Tujuan Investigasi Kontak
kolaborasi antara pemberi layanan kesehatan dengan komunitas yang
ada di masyarakat seperti kader kesehatan, PMO, pendidik sebaya dan
sebagainya.
Investigasi kontak dilaksanakan untuk semua pasien TBC baru/ kambuh
yang terkonfirmasi bakteriologis (TBC Sensitif Obat maupun TBC
Resisten Obat) dan TBC anak untuk mendeteksi secara dini
kemungkinan adanya kasus lain yang menulari kasus indeks atau kasus
lain yang tertular oleh kasus indeks, pada kontak serumah atau kontak
erat. IK juga dilaksanakan pada semua pasien TBC anak, dengan tujuan
mencari kasus lain yang merupakan sumber penularan. Pelaksanaan
kegiatan IK harus dicatat dan dilaporkan baik dalam kartu pengobatan
pasien TBC yang merupakan kasus indeks (TBC.01) maupun formulir
pemeriksaan kontak (TBC.16K).

Secara umum terdapat 4 tujuan pelaksanaan investigasi kontak, yaitu:


1. Menemukan kasus TBC secara dini dengan melakukan skrining
gejala dan faktor risiko TBC terhadap seluruh kontak dari pasien TBC
2. Menemukan TBC laten pada anak di bawah 5 tahun dan memberikan
pengobatan pencegahan TBC dengan segera
3. Mencegah penularan pada kontak yang sehat dengan cara
memberikan edukasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Memutus mata rantai penularan TBC di masyarakat.
B. Sasaran
Investigasi kontak dilakukan terhadap seluruh kontak dari semua
pasien TBC baru/kambuh yang terkonfirmasi bakteriologis (TBC Sensitif
Obat maupun TBC Resisten Obat) dan TBC anak di lingkungan rumah
tangga atau tempat-tempat lain (tempat kerja, asrama, sekolah, tempat
penitipan anak, lapas/rutan, panti, dsb). Sumber data kasus indeks
berasal dari data Puskesmas, rumah sakit, dan fasyankes swasta.
Prioritas utama kegiatan IK adalah kelompok usia anak karena alasan
sebagai berikut:
1. Apabila kontak erat dengan penderita TBC paru yang infeksius,
anak lebih berisiko untuk terinfeksi; dan setelah terinfeksi, anak berisik
tinggi untuk menjadi sakit TBC.
2. Jika sakit TBC, anak berisiko lebih tinggi untuk menderita TBC
berat seperti meningitis TBC dan TBC milier dengan risiko kematia
yang tinggi.

3. Anak balita yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru


dewasa lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam rumah sehingga
lebih lama kontak dengan kasus indeks dibandingkan dengan kelompok
umur yang lebih tua yang mempunyai aktivitas di luar rumah lebih
banyak. Risiko ini akan semakin meningkat jika kasus indeks adalah ibu
atau orang yang mengasuh anak tersebut.
4. Jika tidak diobati dengan benar, anak-anak dengan infeksi
laten TBC yang teridentifikasi melalui IK dapat berkembang menjad
kasus TBC di masa dewasanya, yang merupakan sumber penularan baru
di masa mendatang.
TBC anak menjadi sasaran IK karena anak yang sakit TBC umumnya
tertular dari orang dewasa dengan TBC infeksius disekitarnya. Oleh
karena itu, jika anak sakit TBC, disamping memberikan pengobatan yan
tepat pada anak tersebut, perlu juga dilakukan investigasi terhadap
orang dewasa yang berkontak untuk mencari sumber penularan dan
memberikan tatalaksana yang sesuai.
C. Pelaksanaan
Investigasi kontak dilaksanakan dengan kerja sama antara petugas
kesehatan dengan organisasi komunitas beserta anggota dan kadernya
Baik petugas kesehatan maupun para kader, melaksanakan kegiatan
sesuai dengan tugas dan fungsi masing masing. Puskesmas akan
berperan penting dalam pelaksanaan kegiatan IK ini, sesuai dengan
fungsi kewilayahannya, baik dalam pembinaan kesehatan komunitas
bekerja sama dengan organisasi komunitas dan para kader, maupun
dalam bidang pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan fungsi ini
bidang pelayanan kesehatan, Puskesmas akan berjejaring dengan
fasyankes lain yang ada di wilayahnya.

Koordinasi data kasus indeks untuk kegiatan IK dijelaskan sesuai


dengan alur dibawah ini;
Alur koordinasi data kasus indeks adalah sebagai berikut:
1. FKTP non Puskesmas melaporkan kasus indeks yang ditemukan
kepada Puskesmas menggunakan fotokopi/salinan formulir TB.03
Dinas(lampiran
Kesehatanformulir 1.10)
Provinsi
2. Rumah sakit melaporkan kasus indeks yang ditemukan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menggunakan formulir
fotokopi/salinan formulir TB.03 (lampiran formulir 1.10) dan
melampirkan Inform Consent kesediaan pasien untuk dilakukan investigas
kontak (lampiran 2.0)
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirimkan data kasus indeks
pada puskesmas sesuai domisili pasien
4. Puskesmas akan mengkoordinasikan data kasus indeks pada
petugas kesehatan dan atau kader untuk dilakukan kontak
investigasi.
Berikut diuraikan peran dari masing-masing pihak dalam
pelaksanaan kegiatan investigasi kontak.

Kementerian Kesehatan
1. Membuat NSPK tentang Pelaksanaan Investigasi Kontak
2. Melakukan sosialisasi IK kepada Dinas Kesehatan Provinsi
3. Melaksanakan Training of Trainer (ToT) Kader TBC tingkat
Provinsi
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi implementasi IK
1. Menyusun regulasi terkait IK, dapat diperkuat dengan Sura
Edaran Kepala Dinas Kesehatan Provinsi kepada seluruh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Melaksanakan Training of Trainer (ToT) Kader TBC tingkat
Kabupaten/Kota
3. Melakukan sosialisasi IK kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota
4. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan IK setiap
triwulan dengan mengundang pihak terkait

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota


1. Menyusun regulasi terkait IK, dapat diperkuat dengan Sura
Edaran Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada
seluruh Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit dan organisasi
komunitas
2. Melakukan sosialisasi IK kepada Puskesmas, Klinik, Rumah
Sakit dan Organisasi Komunitas
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan
Rumah Sakit untuk pengumpulan data kasus indeks sesuai alur
koordonasi data kasus indeks
4. Menjadikan kader terlatih sebagai sumber daya yang dapat
membantu keberhasilan program
5. Menyediakan formulir TBC.16 K, TBC. 16 RK, TBC. 16
Fasyankes, formulir A dan B, dan surat rujukan
6. Menyediakan media KIE TBC

7. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan IK setiap


triwulan dengan mengundang pihak terkait
8. Menyediakan anggaran untuk pelaksanaan IK di wilayah
kerja
Puskesmas
1. Memberikan bekal pengetahuan dan informasi serta
memberikan pelatihan kepada kader bersama dengan tim
pelatih kabupaten/kota
2. Memilih kasus indeks yang memerlukan IK, yaitu pasien
TBC terkonfirmasi bakteriologis dan pasien TBC anak. Pasien
bisa berasal dari Puskesmas tersebut maupun dari fasyankes
lain
3. Melakukan koordinasi dengan DPM dan Klinik untuk
pengumpulan data kasus indeks sesuai alur koordonasi data
kasus indeks
4. Menyiapkan form TBC.16K dan mengisi data kasus indeks
dan kontak yang akan digunakan dalam investigasi kontak
5. Melakukan kegiatan IK, kegiatan ini dapat dilakukan oleh
petugas secara mandiri dan/atau melibatkan kader terlatih
6. Menerima rujukan kontak anak dan melakukan skrining dan
prosedur diagnosis, dilanjutkan dengan pengobatan OAT
atau Pengobatan Pencegahan TBC (PP TBC) sesuai hasil
diagnosis
7. Menerima rujukan kontak terduga TBC lainnya dari kader
dan melakukan prosedur diagnosis serta memberikan
pengobatan apabila hasil diagnosis pasien positif TBC
8. Memberikan edukasi serta motivasi kepada pasien TBC dan
Pengawas Menelan Obat (PMO)

9. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan investigasi


kontak
10. Melakukan monitoring dan evaluasi serta memberikan
umpan balik pelaksanaan investigasi kontak setiap triwulan
dengan mengundang pihak terkait
11. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
Pengobatan Pencegahan TBC (PP TBC)
12. Menyediakan anggaran untuk pelaksanaan Investigas
Kontak di wilayah kerja

DPM dan Klinik


Melakukan koordinasi dengan Puskesmas untuk pengumpulan
data kasus indeks sesuai alur koordonasi data kasus indeks
Rumah Sakit
Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kot
untuk pengumpulan data kasus indeks sesuai alur koordonasi
data kasus indeks

Organisasi Komunitas
1. Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kot
serta melibatkan organisasi komunitas lain yang melakuka
kegiatan sama di wilayah kerjanya
2. Merekrut dan melatih kader bersama dengan Dinas
Kesehatan dan fasyankes terkait

3. Melakukan monitoring dan evaluasi hasil kegiatan IK d


wilayah kerjanya
4. Melakukan pelatihan penyegaran kader (refreshing)
5. Melaporkan hasil kegiatan IK per triwulan kepada Dina
Kesehatan dan Puskesmas di wilayah kerjanya
Kader kesehatan
Kader kesehatan dan petugas kesehatan bekerja sama
dalam kemitraan untuk melaksanakan kegiatan investigasi
kontak di lapangan. Peran kader secara umum adalah bermitra
untuk mendukung petugas kesehatan dalam merubah perilaku
masyarakat untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Seha
(PHBS) dalam upaya penanggulangan TBC, melalui pemberian
edukasi, penemuan kasus di masyarakat umum, melakukan
investigasi kontak, dan melakukan pendampingan. Peran kader
secara khusus dalam upaya penemuan kasus TBC dimasyaraka
adalah sebagai berikut :
1. Mendata kontak serumah dan kontak erat kasus indeks
2. Melakukan skrining secara langsung terhadap setiap konta
di sekitar kasus indeks dan menemukan terduga TBC serta
merujuk terduga TBC dan semua kontak anak <5 tahun ke
fasyankes
3. Berkoordinasi dengan petugas Puskesmas untuk melakuka
kunjungan ulang bagi terduga TBC yang sebelumnya menolak
untuk dirujuk atau terduga TBC yang sudah menerima surat
rujukan tetapi tidak datang memeriksakan diri
4. Memberikan edukasi tentang TBC secara komprehensif ke
semua kontak
5. Mendampingi kontak lansia terduga TBC untuk pemeriksaa
ke fasyankes
6. Memantau munculnya gejala pada kontak serumah
berkoordinasi dengan PMO
7. Melaporkan kegiatan investigasi kontak sesuai dengan
formulir yang tersedia ke petugas kesehatan
8. Melakukan edukasi kepada pasien TBC dan kontak sekitar
9. Memantau kepatuhan berobat berkoordinasi dengan PMO
10. Melakukan skrining yang berkualitas sesuai dengan
mekanisme tahapan pelaksanaan investigasi kontak
Pengawas Menelan Obat (PMO)
Pengawas Menelan Obat adalah orang yang dipilih berdasa
kesepakatan pasien dan petugas kesehatan untuk mendamping
pasien dan mengawasi minum obat selama masa pengobatan.
PMO menjadi mitra kader dalam mengidentifikasi kontak
serumah dan kontak erat pasien.
Peran PMO:
1. Memotivasi pasien TBC untuk menjalani pengobatan dan
melakukan kunjungan rutin ke fasyankes untuk mengambil oba
dan pemeriksaan dahak sesuai jadwal
2. Memfasilitasi pasien TBC yang mengalami keluhan efek
samping obat ke fasyankes
3. Memantau perkembangan pengobatan pada pasien TBC
4. Memantau pemberian Pengobatan Pencegahan TBC pada
anak balita
5. Membantu petugas dan kader dalam melakukan investigasi
kontak

6. Memberikan informasi terkait dengan kondisi kasus indeks


kontak serumah dan kontak erat
7. Memantau munculnya gejala TBC pada kontak sekitar
Pendidik Sebaya
Pendidik sebaya adalah mantan pasien TBC yang terlatih
sebagai pendidik sebaya di fasilitas kesehatan. Pendidik sebay
dapat menjadi bagian dari kader yang melakukan investigasi
kontak.
NCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
ESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2019
dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes (Direktur P2PML) Penanggungjawab
i, MPHM (Kasubdit TB) Penyusun:

, MARS
pid

M
M, M.Kes
, M.Epid
.IP

ng
Dewi, MPH

IP
, S.Kom
.Kom

.Kes
yandari, SKM, MKM
KM, MKM
M.Pd.

aksono
ristian
KM

kt
ri

M.Epid
TAN DIREKTUR JENDERAL
AN PENGENDALIAN PENYAKIT

endalikan Tuberkulosis merupakan tantangan yang


rsama dengan sungguh-sungguh. Sebab, setiap tahun
ul 842.000 kasus baru tuberkulosis di Indonesia. Dari
ru sekitar 68% yang berhasil ditemukan dan diobati,
32% sisanya masih diupayakan untuk segera
ati. Dukungan dari seluruh jajaran kementerian/
Pemerintah Daerah dan Akademisi serta seluruh
sangat diperlukan agar masalah Tuberkulosis dapat
era dan tidak lagi menjadi masalah kesehatan yang
arakat.
lebih dari 100 negara di Dunia telah sepakat dan
Eliminasi Tuberkulosis pada tahun 2030. Tekad ini
n dengan upaya meningkatkan penemuan dan
Tuberkulosis di seluruh Indonesia yang didukung
(1) penyediaan sumberdaya, obat dan alat yang
nggerakan seluruh lapisan masyarakat, termasuk
si dari kader masyarakat termasuk dalam investigasi
ngkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pengendalian Tuberkulosis.
bertujuan untuk menemukan pasien TBC dan TBC
laten adalah pasien TBC yang tidak/ belum
a. Oleh karenanya, harus segera diberikan
tepat dan sesuai standar. Langkah ini dilakukan
ah terlambatnya penemuan kasus, (2) mencegah
tak yang sehat melalui penyuluhan hidup bersih dan
ikan pengobatan pencegahan pada anak di bawah
g paling utama adalah investigasi kontak ini akan
tai penularan TBC di masyarakat.
si kontak ini perlu melibatkan semua pihak termasuk
h Pusat (Kementerian/Lembaga), elemen pendidikan
ondok pesantren, Madrasah, serta elemen
nnya. Tak kalah penting tentunya petugas kesehatan
an, sebagai layanan kesehatan terdekat dari
akat. Peran organisasi kemasyarakatan, juga
lukan untuk mendukung pelaksanaan promosi dan
an terduga TBC dan dalam pendampingan menelan
.
menyampaikan penghargaan dan ucapan
a tim penyusun, narasumber dan segala pihak terkait
sebutkan satu persatu dalam penyusununan buku
petunjuk teknis ini. Semoga buku ini memberikan
untuk meningkatkan kualitas penemuan kasus TBC,
t investigasi kontak di Indonesia.

Jakarta, September 2019 Direktur


Jenderal P2P,
dr. Anung Sugihantono, M.Kes NIP
196003201985021002

TA PENGANTAR
NGENDALIAN PENYAKIT MENULAR LANGSUNG
an salah satu dari negara dengan beban
tertinggi di dunia. WHO memperkirakan insiden tahun
00 atau 319 per 100.000 penduduk, sedangkan TB-
0 kasus per tahunnya atau 14 per 100.000
n karena TBC diperkirakan sebesar 107.000 atau 40
uk dan kematian akibat TB-HIV sebesar 9.400 atau
duduk. Dengan insiden sebesar 842.000 kasus per
i kasus TBC sebesar 570.289 kasus maka masih ada
masih belum ditemukan dan diobati (un-reach) atau
an diobati tetapi belum tercatat oleh program
Mereka yang belum ditemukan menjadi sumber
asyarakat. Keadaan ini merupakan tantangan besar
nggulangan TBC di Indonesia, diperberat dengan
gan tingkat kompleksitas yang makin tinggi seperti
TBC resistan obat (TBC-RO), TBC kormobid, TBC
ntangan lainnya.
ersebut di atas Program Penanggulangan TBC
penemuan pasien TBC tidak hanya “secara pasif
otif” tetapi juga melalui “penemuan aktif secara
berbasis keluarga dan masyarakat“, dengan tetap
n mempertahankan layanan yang bermutu sesuai
kegiatan yang penting untuk mendukung
egicontact
d investigation).
penemuan aktif ini adalah melalui pelacakan
(IK) merupakan kegiatan pelacakan dan investigasi
a orang-orang yang kontak dengan pasien TBC
k menemukan terduga TBC.
a TBC akan dirujuk ke layanan kesehatan untuk
an dan bila terdiagnosis TBC, akan diberikan
epat dan sedini mungkin. IK mempunyai 2 fungsi yaitu
muan kasus dan mencegah penularan TBC di

kembangkan dengan mencari kasus yang tertular


pakan sumber penularan pada kasus TBC
riologis dan TBC pada anak.
dapat dilakukan oleh petugas kesehatan maupun
cara bersama serta dapat juga dengan melibatkan
Obat (PMO) dari data indeks pasien (kasus indeks)
mas. Pelibatan kader dalam program penanggulangan
alah satu upaya pemberdayaan masyarakat yang
kegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan
akat agar berperan aktif dalam rangka penemuan
pasien TBC juga dalam memberikan edukasi dan
BC kepada masyarakat. Peran aktif kader ini akan
gan membekali kader kesehatan pengetahuan dan
memadai untuk melaksanakan tugasnya.
mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh
t yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Petunjuk Teknis (Juknis) Investigasi Kontak ini.
aya yang telah dilakukan dapat memberikan

dan mendukung eliminasi TBC tahun 2030. Upaya


asi TBC tahun 2030 akan berhasil jika semua pihak
eran secara aktif sesuai dengan bidangnya masing-
B is everybody business”.

Jakarta, September 2019


Direktur P2PML,
dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes
NIP
KONTAK PASIEN TBC BAGI PETUGAS 196203301997032001
KESEHATAN
KONTAK PASIEN TBC BAGI PETUGAS KESEHATAN

2
3
5
8
9
11
13
13
17
17
17
17
ONTAK 20
si Kontak 20
21
22
ERJA 29
30
30
Puskesmas 32
DAN EVALUASI 34
Pelaporan 34
38
r 39
43
l Tahan Asam
etes Mellitus
er Praktek Mandiri Fasyankes : Fasilitas Layanan

ilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas)


ilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut
n Immunodeficiency Virus
stigasi Kontak
azide
munikasi, Informasi dan Edukasi Kupat-Kumis :
muh miskin Lansia : Lanjut Usia
itoring dan Evaluasi Mtb : Mycobacterium

ma Standar Prosedur Kriteria OAT : Obat

ng dengan HIV-AIDS
laku Hidup Bersih dan Sehat
gram Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga
awas Menelan Obat
gobatan Pencegahan dengan Isoniazide PP-TBC :
gahan Tuberkulosis Puskesmas : Pusat
akat
em Informasi Tuberkulosis Terpadu
em Informasi Tuberkulosis

erculosis Human Immunodeficiency Virus


erkulosis Resisten Obat TCM : Tes Cepat

Health Organization
salah satu atau kedua contoh uji dahak menunjukkan
BTA positif. Pasien yang menunjukkan hasil BTA (+)
dahak pertama, dapat segera ditegakkan sebagai
(+)
kedua contoh uji dahak menunjukkan hasil BTA
pemeriksaan secara mikroskopis hasilnya negatif,
agnosis TBC dapat dilakukan dengan pemeriksaan
g (setidak-tidaknya pemeriksaan foto ronsen) yang
an oleh dokter.
semua pasien TBC baru/kambuh yang terkonfirmasi
Sensitif Obat maupun TBC Resisten Obat) dan TBC
rumah tangga atau tempat-tempat lain (tempat kerja,
mpat penitipan anak, lapas/ rutan, panti, dsb).
indeks berasal dari data Puskesmas, Rumah Sakit,
sta.
yang terpajan/berkontak dengan kasus indeks,
rumah, sekamar, satu asrama, satu tempat kerja,
tu penitipan/pengasuhan.
lah orang yang tinggal serumah minimal satu malam,
l serumah pada siang hari dengan kasus indeks
khir sebelum kasus indeks mulai mendapat obat anti

rang yang tidak tinggal serumah, tetapi sering


sus indeks dalam waktu yang cukup lama, yang
berkontaknya hampir sama dengan kontak
orang yang berada pada ruangan/
ma (tempat kerja, ruang pertemuan, fasilitas umum,
h, tempat penitipan anak) dalam waktu yang cukup
indeks, dalam 3 bulan terakhir sebelum kasus indeks

  bukti   infeksi   ataupun   sakit   TBC) adalah kelompok


berkontak dengan pasien TBC dan mempunyai
baik. Meskipun terpajan kuman Mycobacterium
imun tubuh dapat mengeliminasi seluruh kuman
k menimbulkan infeksi di dalam tubuhnya. Secara
yang termasuk dalam kelompok ini tidak mempunyai
rkulin negatif dan foto rontgen dada tidak
aran yang sesuai dengan TBC.
sakit TBC (Infeksi Laten TBC) adalah kelompok orang
ngan pasien TBC dan menghirup kuman TBC
ulosis) yang kemudian kuman tersebut masuk ke paru.
orang yang terinfeksi tidak mampu menyingkirkan
m tuberculosis dari tubuh secara sempurna tetapi mampu
man TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC
ang yang terinfeksi TBC dapat berlanjut menjadi sakit
unnya kurang baik dan tidak mampu mengendalikan
m tuberculosis
KONTAK secara
PASIEN TBC BAGI adekuat,
PETUGAS KESEHATANsehingga orang
kan gela-gejala sakit TBC.
dalah kondisi yang menurunkan daya tahan tubuh
tkan kemungkinan terkena sakit TBC, misalnya
diabetes mellitus, keganasan, dalam pengobatan
sia, perokok.
) adalah penyakit menular yang disebabkan
acterium tuberculosis (Mtb). Tuberkulosis ditularkan
pasien TBC yang infeksius ke orang-orang
pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis yang tidak
t dan berkualitas dapat menginfeksi sekitar 10 orang
3,5-10% orang-orang yang kontak akan sakit TBC dan
a akan terinfeksi tetapi tidak sakit TBC. Kelompok
untuk terinfeksi adalah orang yang kontak erat
C, antara lain anak, lansia dan orang dengan
kekebalan tubuh (misal gizi buruk, infeksi HIV). Di
yang terinfeksi ini, 5-10% kemungkinannya akan
di sakit TBC dalam perjalanan hidupnya.
an salah satu dari negara dengan beban TBC tertinggi
perkirakan insiden tahun 2018 sebesar 843.000 atau
penduduk sedangkan TBC-HIV sebesar 36.000 kasus
er 100.000 penduduk. Kematian karena TBC
ar 107.000 atau 40 per 100.000 penduduk, dan
sebesar
100.000 penduduk. Dengan insiden sebesar
ahun dan notifikasi kasus TBC sebesar 570.289
ada sekitar 32% kasus yang belum ditemukan dan
au sudah ditemukan dan diobati tetapi
atat oleh program (detected, un-notified). Mereka yang
mukan menjadi sumber penularan TBC di
at. Keadaan ini merupakan tantangan besar
ram penanggulangan TBC di Indonesia, diperberat
ntangan lain dengan tingkat kompleksitas yang makin
erti ko- infeksi TBC-HIV, TBC resistan obat (TBC-RO),
obid, TBC pada anak dan tantangan lainnya.
an hal tersebut di atas, Program Penanggulangan TB
strategi penemuan pasien TBC tidak hanya “secara
an aktif promotif” tetapi juga melalui “penemuan aktif
ensif dan masif berbasis keluarga dan
at“, dengan tetap memperhatikan dan
hankan layanan yang bermutu sesuai standar.
u kegiatan yang penting untuk mendukung
an strategi penemuan aktif ini adalah pelacakan dan
kontak (contact tracing and contact investigation).
a kegiatan ini akan disebut sebagai Investigasi
), yang merupakan kegiatan pelacakan dan
yang ditujukan pada orang-orang yang kontak
sien TBC untuk menemukan terduga TBC. Kontak
uga TBC akan dirujuk ke layanan untuk pemeriksaan
an bila terdiagnosis TBC, akan diberikan pengobatan
sesuai standar dan sedini mungkin. IK
i 2 fungsi yaitu meningkatkan penemuan kasus dan
penularan TBC. IK di Indonesia dikembangkan
encari kasus yang tertular maupun yang merupakan
nularan pada kasus TBC terkonfirmasi bakteriologis
ada anak.
i kontak dapat dilakukan oleh petugas dan atau kader
ecara bersama dengan melibatkan Pengawas
bat (PMO). Selama ini kegiatan IK telah dilakukan
petugas kesehatan maupun kader melalui kunjungan
mun pelibatan peran PMO belum dieksplorasi lebih
hal PMO adalah orang terdekat pasien. Kegiatan ini
ntegrasi juga dengan pendekatan Program Indonesia
alui Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Kegiatan
dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah
gka mendeteksi 12 indikator PIS-PK yang salah
dalah indikator TBC. Jika ditemukan adanya terduga
akan dirujuk ke layanan kesehatan untuk
kan pelayanan sesuai standar. Selanjutnya terduga
gnosis TBC akan dikunjungi petugas bekerja sama
der untuk di investigasi kontak.
September 2017 telah dilakukan uji lapangan
an investigasi kontak oleh kader di dua
dalam mengidentifikasi
/kota yaitu Jember dan Surakarta. Didapatkan hasil
jasama antara Puskesmas dan kader untuk
kontak dapat diterapkan dengan memperkuat
Puskesmas sebagai koordinator IK di wilayahnya.
sil kegiatan investigasi kontak oleh kader cukup
u 95-96% dari kontak yang diidentifikasi berhasil
asi. Di Jember, proporsi pasien terkonfirmasi TBC di
tak yang mendapat pemeriksaan diagnosis TBC lebih
ndingkan dengan di Surakarta. Dalam uji lapangan ini
ati kontak anak<5 tahun yang dirujuk. Hasilnya adalah
rikut : di kota Surakarta, dari 53 anak yang
asi memenuhi syarat PP-INH, , tidak ada satupun yang
PP-INH sedangkan di Jember dari 92 anak yang
syarat, 52 orang yang mendapatkan PP- INH (56%).
hasil uji laksana di kedua kab/kota ini
kan adanya variasi hasil yang ditengarai, salah
BC dan melakukan tindak lanjut. Lesson learned dari
ksana ini menujukkan bahwa standarisasi /
n pengetahuan dan ketrampilan kader
untuk keberhasilan kegiatan ini.
an lain didapat dari kegiatan yang dilaksanakan
ringatan Hari TBC Sedunia (HTBS). Dalam rangka
HTBS tahun 2018, secara nasional dilakukan gerakan
aktif TBC dengan PIS-PK dengan prioritas pada
sien TBC. Kegiatan ini dilakukan secara aktif
dan komunitas bekerja sama dengan petugas
di bawah koordinasi Puskesmas di 17 provinsi, 62
/ kota. Dari jumlah pasien TBC (kasus indeks) yang
IK sebesar 57.082 orang, dilakukan skrining gejala
144 (rata rata 3 kontak diinvestigasi untuk tiap kasus
ari jumlah tersebut didapatkan 16.322 terduga TBC
(1,1%) terkonfirmasi sakit TBC. Pada HTBS tahun
emuan aktif TBC di masyarakat dilakukan dengan
n IK. Kegiatan tersebut berhasil melakukan skrining
a 339.451 orang. Dari jumlah tersebut didapatken
duga TBC dan 8.350 (2,4%) terkonfirmasi sakit TBC.
asus yang ditemukan pada tahun 2018 dan 2019,
r dibandingkan upaya yang dilakukan pada 2017.
Ketuk Pintu dalam rangka peringatan hari TBC
hun 2017 dilakukan dengan mendatangi setiap rumah
mui. Jumlah orang yang diedukasi dan diskrining
kegiatan tersebut sebesar 1.627.772. Dari jumlah
dapatkan 92.094 terduga TBC dan 4.969 (0,3%) yang
asi sakit TBC.

data tahun 2017, 2018 dan 2019 ini menunjukkan


porsi hasil penemuan kasus lebih besar pada
kontak dibandingkan dengan penemuan di
at umum, meskipun dengan skrining gejala yang
gan demikian investigasi kontak dapat mendorong
kasus lebih banyak dan lebih dini yang pada
akan menurunkan risiko penularan.

gunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan dan


elaksanaan investigasi kontak oleh petugas
borasi dengan komunitas.
itu:
an pekerja komunitas lainnya
hatan di Fasilitas Kesehatan
gram TBC di Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota

ini adalah:
ontak
erja
n Evaluasi

ng-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004


aktik Kedokteran
uran Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65
5 tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan
elaynan Minimal
uran Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2007
tunujk Teknis dan Penetapan Standar Pelayanan

uran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


s/Per/III/2008 tentang Rekam Medis
uran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
es/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
an Kesehatan
uran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
s/Per/I/2011 tentang Klinik
uran Menteri Kesehatan Republik Indonesia
2/Menkes/Per/X/2011, tentang Ijin Praktik dan
an Praktik Kedokteran
uran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2016 tentang Penanggulangan TBC
uran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Sehat dengan Pendekatan Keluarga
KONTAK PASIEN TBC BAGI PETUGAS KESEHATAN

uran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3


9 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi
n Fisik Bidang Kesehatan
uran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4
9 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
a Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
uran Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8
9 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang

uran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.


n/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
yelenggaraan Keselamatan Kerja
(IK) adalah kegiatan yang dilakukan untuk
muan kasus TBC dengan cara mendeteksi secara
terhadap orang yang kontak dengan sumber infeksi
O menyatakan bahwa kegiatan IK bermanfaat untuk
TBC secara dini, mencegah penyakit yang lebih berat
enularan TBC pada orang lain. Selain itu, IK dapat
ang dengan infeksi TBC laten yang membutuhkan
gahan. Kegiatan IK diselenggarakan melalui
emberi layanan kesehatan dengan komunitas yang
seperti kader kesehatan, PMO, pendidik sebaya dan

dilaksanakan untuk semua pasien TBC baru/ kambuh


bakteriologis (TBC Sensitif Obat maupun TBC
n TBC anak untuk mendeteksi secara dini
ya kasus lain yang menulari kasus indeks atau kasus
eh kasus indeks, pada kontak serumah atau kontak
anakan pada semua pasien TBC anak, dengan tujuan
yang merupakan sumber penularan. Pelaksanaan
icatat dan dilaporkan baik dalam kartu pengobatan
erupakan kasus indeks (TBC.01) maupun formulir
k (TBC.16K).

pat 4 tujuan pelaksanaan investigasi kontak, yaitu:


sus TBC secara dini dengan melakukan skrining
siko TBC terhadap seluruh kontak dari pasien TBC
C laten pada anak di bawah 5 tahun dan memberikan
ahan TBC dengan segera
ularan pada kontak yang sehat dengan cara
si tentang perilaku hidup bersih dan sehat.
rantai penularan TBC di masyarakat.
dilakukan terhadap seluruh kontak dari semua
mbuh yang terkonfirmasi bakteriologis (TBC Sensitif
Resisten Obat) dan TBC anak di lingkungan rumah
-tempat lain (tempat kerja, asrama, sekolah, tempat
as/rutan, panti, dsb). Sumber data kasus indeks
uskesmas, rumah sakit, dan fasyankes swasta.
iatan IK adalah kelompok usia anak karena alasan

k erat dengan penderita TBC paru yang infeksius,


untuk terinfeksi; dan setelah terinfeksi, anak berisiko
di sakit TBC.
, anak berisiko lebih tinggi untuk menderita TBC
ngitis TBC dan TBC milier dengan risiko kematian

ng tinggal serumah dengan penderita TBC paru


ak menghabiskan waktunya di dalam rumah sehingga
engan kasus indeks dibandingkan dengan kelompok
a yang mempunyai aktivitas di luar rumah lebih
kan semakin meningkat jika kasus indeks adalah ibu
engasuh anak tersebut.
obati dengan benar, anak-anak dengan infeksi
eridentifikasi melalui IK dapat berkembang menjadi
dewasanya, yang merupakan sumber penularan baru
.
sasaran IK karena anak yang sakit TBC umumnya
dewasa dengan TBC infeksius disekitarnya. Oleh
k sakit TBC, disamping memberikan pengobatan yang
sebut, perlu juga dilakukan investigasi terhadap
berkontak untuk mencari sumber penularan dan
ksana yang sesuai.
dilaksanakan dengan kerja sama antara petugas
organisasi komunitas beserta anggota dan kadernya.
atan maupun para kader, melaksanakan kegiatan
s dan fungsi masing masing. Puskesmas akan
dalam pelaksanaan kegiatan IK ini, sesuai dengan
nnya, baik dalam pembinaan kesehatan komunitas,
an organisasi komunitas dan para kader, maupun
yanan kesehatan. Dalam melaksanakan fungsi ini di
esehatan, Puskesmas akan berjejaring dengan
g ada di wilayahnya.

sus indeks untuk kegiatan IK dijelaskan sesuai


h ini;
a kasus indeks adalah sebagai berikut:
kesmas melaporkan kasus indeks yang ditemukan
s menggunakan fotokopi/salinan formulir TB.03
1.10)
melaporkan kasus indeks yang ditemukan kepada
Kabupaten/Kota menggunakan formulir
rmulir TB.03 (lampiran formulir 1.10) dan
Consent kesediaan pasien untuk dilakukan investigasi
0)
an Kabupaten/Kota mengirimkan data kasus indeks
esuai domisili pasien
kan mengkoordinasikan data kasus indeks pada
dan atau kader untuk dilakukan kontak

peran dari masing-masing pihak dalam


an investigasi kontak.

n Kesehatan
at NSPK tentang Pelaksanaan Investigasi Kontak
kan sosialisasi IK kepada Dinas Kesehatan Provinsi
anakan Training of Trainer (ToT) Kader TBC tingkat

anakan monitoring dan evaluasi implementasi IK


sun regulasi terkait IK, dapat diperkuat dengan Surat
epala Dinas Kesehatan Provinsi kepada seluruh
ehatan Kabupaten/Kota
anakan Training of Trainer (ToT) Kader TBC tingkat
/Kota
kan sosialisasi IK kepada Dinas Kesehatan
/ Kota
kan monitoring dan evaluasi pelaksanaan IK setiap
engan mengundang pihak terkait

hatan Kabupaten/Kota
sun regulasi terkait IK, dapat diperkuat dengan Surat
epala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada
uskesmas, Klinik, Rumah Sakit dan organisasi

kan sosialisasi IK kepada Puskesmas, Klinik, Rumah


Organisasi Komunitas
Kesehatan Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan
kit untuk pengumpulan data kasus indeks sesuai alur
i data kasus indeks
ikan kader terlatih sebagai sumber daya yang dapat
keberhasilan program
diakan formulir TBC.16 K, TBC. 16 RK, TBC. 16
, formulir A dan B, dan surat rujukan
diakan media KIE TBC

kan monitoring dan evaluasi pelaksanaan IK setiap


engan mengundang pihak terkait
diakan anggaran untuk pelaksanaan IK di wilayah
rikan bekal pengetahuan dan informasi serta
an pelatihan kepada kader bersama dengan tim
bupaten/kota
h kasus indeks yang memerlukan IK, yaitu pasien
nfirmasi bakteriologis dan pasien TBC anak. Pasien
al dari Puskesmas tersebut maupun dari fasyankes

kan koordinasi dengan DPM dan Klinik untuk


lan data kasus indeks sesuai alur koordonasi data
ks
pkan form TBC.16K dan mengisi data kasus indeks
k yang akan digunakan dalam investigasi kontak
kan kegiatan IK, kegiatan ini dapat dilakukan oleh
ecara mandiri dan/atau melibatkan kader terlatih
ma rujukan kontak anak dan melakukan skrining dan
diagnosis, dilanjutkan dengan pengobatan OAT
obatan Pencegahan TBC (PP TBC) sesuai hasil

ma rujukan kontak terduga TBC lainnya dari kader


kukan prosedur diagnosis serta memberikan
n apabila hasil diagnosis pasien positif TBC
rikan edukasi serta motivasi kepada pasien TBC dan
Menelan Obat (PMO)

kan pencatatan dan pelaporan kegiatan investigasi

ukan monitoring dan evaluasi serta memberikan


ik pelaksanaan investigasi kontak setiap triwulan
engundang pihak terkait
ukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan
n Pencegahan TBC (PP TBC)
diakan anggaran untuk pelaksanaan Investigasi
wilayah kerja

nik
koordinasi dengan Puskesmas untuk pengumpulan
s indeks sesuai alur koordonasi data kasus indeks
t
koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
gumpulan data kasus indeks sesuai alur koordonasi
s indeks

Komunitas
kan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan
engan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota
ibatkan organisasi komunitas lain yang melakukan
ama di wilayah kerjanya
ut dan melatih kader bersama dengan Dinas
dan fasyankes terkait

kan monitoring dan evaluasi hasil kegiatan IK di


rjanya
kan pelatihan penyegaran kader (refreshing)
rkan hasil kegiatan IK per triwulan kepada Dinas
dan Puskesmas di wilayah kerjanya
atan
ehatan dan petugas kesehatan bekerja sama
mitraan untuk melaksanakan kegiatan investigasi
apangan. Peran kader secara umum adalah bermitra
dukung petugas kesehatan dalam merubah perilaku
at untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
am upaya penanggulangan TBC, melalui pemberian
enemuan kasus di masyarakat umum, melakukan
kontak, dan melakukan pendampingan. Peran kader
usus dalam upaya penemuan kasus TBC dimasyarakat
agai berikut :
ta kontak serumah dan kontak erat kasus indeks
kan skrining secara langsung terhadap setiap kontak
kasus indeks dan menemukan terduga TBC serta
rduga TBC dan semua kontak anak <5 tahun ke

rdinasi dengan petugas Puskesmas untuk melakukan


ulang bagi terduga TBC yang sebelumnya menolak
uk atau terduga TBC yang sudah menerima surat
tapi tidak datang memeriksakan diri
rikan edukasi tentang TBC secara komprehensif ke
tak
mpingi kontak lansia terduga TBC untuk pemeriksaan
es
tau munculnya gejala pada kontak serumah
asi dengan PMO
rkan kegiatan investigasi kontak sesuai dengan
ng tersedia ke petugas kesehatan
kan edukasi kepada pasien TBC dan kontak sekitar
tau kepatuhan berobat berkoordinasi dengan PMO
ukan skrining yang berkualitas sesuai dengan
e tahapan pelaksanaan investigasi kontak
Menelan Obat (PMO)
Menelan Obat adalah orang yang dipilih berdasar
an pasien dan petugas kesehatan untuk mendampingi
mengawasi minum obat selama masa pengobatan.
adi mitra kader dalam mengidentifikasi kontak
an kontak erat pasien.

ivasi pasien TBC untuk menjalani pengobatan dan


n kunjungan rutin ke fasyankes untuk mengambil obat
iksaan dahak sesuai jadwal
silitasi pasien TBC yang mengalami keluhan efek
bat ke fasyankes
tau perkembangan pengobatan pada pasien TBC
tau pemberian Pengobatan Pencegahan TBC pada
a
ntu petugas dan kader dalam melakukan investigasi

rikan informasi terkait dengan kondisi kasus indeks,


umah dan kontak erat
tau munculnya gejala TBC pada kontak sekitar
baya
ebaya adalah mantan pasien TBC yang terlatih
ndidik sebaya di fasilitas kesehatan. Pendidik sebaya
jadi bagian dari kader yang melakukan investigasi
Kegiatan Investigasi Kontak (IK) dilakukan oleh petugas kesehatan dan
atau kader kesehatan yang ditunjuk dan dipilih oleh Puskemas dan
sudah terlatih yang dibekali dengan surat tugas dan tanda pengenal dar
Pimpinan Puskesmas. Sebelum pelaksanaan kegiatan di lapangan,
petugas kesehatan dan kader melakukan koordinasi dan menyusun
rencana kegiatan IK berdasarkan kasus indeks yang ada di wilayah
kerja
Puskesmas.
Mendapatkan data Kasus Indeks dari Petugas Di bawah ini adalah alur kerja kader dalam pelaksanaan IK
Usia ≥Pembuatan
5 tahun Jadwal

Mengunjungi Rumah Kasus Indeks Minimal


20 Kontak
Tidak Batuk Batuk
Skrining pada Kontak

Usia <5 tahun

Tidak Batuk tetapi


ada faktor risiko dan
gejala lain

Dilakukan skrining
ulang setelah 6
bulan

Rujuk ke
Fasyankes

PP TBC

Diagnosis
sesuai standar

Keterangan :
: Dilakukan oleh Kader
: Dilakukan oleh Petugas Kesehatan

BAB III MEKANISME KERJA


Edukasi TBC
Langkah-langkah dalam pelaksanaan investigasi kontak:

A. Persiapan
1. Petugas Kesehatan menginformasikan kepada setiap pasien baru
bahwa akan tim (Petugas Kesehatan dan atau kader) yang akan
melakukan kunjungan rumah dan rumah sekitar pasien.
2. Petugas kesehatan melakukan identifikasi kontak dari kasus
indeks dan mengisi formulir TBC.16K.
3. Petugas kesehatan menyepakati jadwal IK bersama kader. Data
kasus indeks diberikan oleh petugas kesehatan kepada kader sesuai
dengan wilayah kerja kader.
4. Petugas kesehatan menyerahkan formulir TBC.16K kepada kader
dan diharapkan kader menghubungi PMO masing masing kasus
indeks untuk mengatur jadwal kunjungan.
5. Sebelum melakukan kunjungan, kader menyiapkan masker untuk
diberikan pada pasien, surat tugas, tanda pengenal, materi KIE untuk
edukasi, formulir TBC.16K, TBC.16 RK dan surat pengantar.

Catatan:
Masker dan formulir (TBC.16K, TBC.16 RK dan surat pengantar) didapatkan
dari Puskesmas.

B. Pelaksanaan
1. Petugas kesehatan atau kader mengunjungi rumah kasus indeks
dengan mengutamakan kerahasiaan pasien. Jika diperlukan, untuk
memastikan alamat, petugas kesehatan/ kader dapat menghubungi
tokoh masyarakat, seperti RT,
RW, Lurah, Kepala Desa, Kepala Dusun, dll. Kader juga dapat
melakukan kunjungan dengan didampingi oleh petugas
kesehatan.
2. Petugas kesehatan/kader melakukan konfirmasi ulang
terkait kontak yang tercatat di formulir TBC.16 K dan
pendataan kontak, pada rumah kasus indeks minimal 20 konta
yang akan diinvestigasi.
3. Petugas kesehatan/kader melakukan skrining secar
langsung (tatap muka) kepada kontak dan:
- Jika kontak berusia < 5 tahun, diberikan surat pengantar ke
fasyankes;
- Jika kontak berusia ≥ 5 tahun, kader melakukan
investigasi terhadap gejala dan faktor risiko.
4. Kontak yang berusia ≥ 5 tahun akan diberikan surat
pengantar
bila memenuhi salah satu kriteria di bawah ini:
- Batuk
- Gejala lain (sesak napas, berkeringat di malam hari tanpa
kegiatan, demam meriang >1 bulan) dan faktor risiko yang lain
(DM, lansia, HIV, perokok, ibu hamil, malnutrisi, anak usia 5 –
14 tahun)
5. Pelaksanaan IK :
- Bila IK dilakukan oleh kader, maka kader mencatat hasil
skrining dalam formulir TBC.16K dan menyerahkan 1 rangkap
kepada petugas di fasyankes untuk dilampirkan di formulir
TBC.01.
- Bila IK dilakukan oleh petugas kesehatan, maka petugas
akan mencatat hasil skrining dalam formulir TBC.16K dan
melampirkannya di formulir TBC.01.

6. Jika menemukan terduga TBC, petugas kesehatan/kader


mengisi Surat Pengantar Pemeriksaan TBC dan merujuk
kontak untuk mendapat pemeriksaan di fasyankes. Apabila
diperlukan, maka kader mendampingi terduga TBC untuk
datang ke fasyankes.
7. Investigasi Kontak dapat dilaksanakan selama 1 mingg
untuk 1 Kasus Indeks. Jika pada saat kunjungan, tidak semua
kontak dapat diskrining, maka kader melakukan kunjungan
ulang di hari berikutnya untuk memastikan semua kontak telah
dilakukan skrining.
8. Kader mencatat rekapitulasi hasil IK semua kasus indeks
yang menjadi tanggung jawabnya pada formulir TBC.16 RK.
C. Tindak Lanjut di Puskesmas
1. Petugas puskesmas menerima rujukan terduga TBC dari hasil
investigasi kontak yang dilakukan oleh kader dan melaksanakan
prosedur diagnosis sesuai standar.
2. Petugas puskesmas wajib merujuk anak <5 tahun yang kontak
dengan pasien TBC RO ke fasyankes rujukan TBC RO.
3. Pemeriksaan laboratorium (mikroskopis atau TCM) hanya
dilakukan kepada terduga TBC yang mengumpulkan dahak yang
berkualitas (volume 3-5 ml, mukopurulen). Petugas laboratorium
berhak tidak melakukan pemeriksaan laboratorium jika spesimen
yang dikumpulkan tidak memenuhi syarat.
4. Jika kasus indeks adalah pasien TBC RO, pemeriksaan terhadap
kontak yang dilakukan dengan TCM.
5. Petugas puskesmas memberikan umpan balik hasil
pemeriksaan dan validasi laporan TBC 16K dan TBC 16RK kepada kade

6. Petugas puskesmas mencatat dan melaporkan formulir TBC


16 fasyankes ke dinas kabupaten/kota.
Catatan :
1. Pada awal pelaksanaan investigasi kontak, data Kasus
Indeks yang diambil adalah dari SITT/SITB dengan periode
data paling lama 1 tahun terakhir, dengan memprioritaskan
data kasus indeks yang sedang menjalani pengobatan.
2. Jika diperlukan, kegiatan investigasi kontak dapat diulang
pada kontak serumah setelah minimal 6 bulan pada kasus
indeks yang sama.
3. Pengumpulan dahak dilakukan oleh petugas puskesmas
namun pada kondisi tertentu misalnya jarak terlalu jauh,
kesulitan geografis, atau keterbatasan sumber daya
puskesmas, kader dapat didelegasikan untuk melakukan
pengumpulan dahak dengan ketentuan sebagai berikut :
- Kader dilatih oleh puskesmas tentang cara pengambilan
dahak yang berkualitas, cara pengemasan dan
pengiriman dahak yang aman (Lampiran 2.1 dan 2.2).
- Kader merujuk kontak usia ≥ 5 tahun bergejala TBC
dengan merujuk orang atau spesimen dahak.
- Jika merujuk spesimen dahak, maka kader dibekali pot
dahak oleh petugas puskesmas.
- Kader mengambil dan mengantarkan spesimen dahak ke
puskesmas.
- Kader diberi alat pelindung diri/APD (masker) oleh
petugas puskesmas.

40 PETUNJUK TEKNIS INVESTIGASI KONTAK PASIEN TBC BAGI PETUGAS KESEHATAN


DAN KADER
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi (monev) merupakan
tanggung jawab bersama yang dilaksanakan secara berjenjang mulai
dari komunitas, fasilitas kesehatan, Kabupaten/Kota, Provinsi hingga
Pusat. Seluruh kegiatan program harus dimonitor dan dievaluasi dari
aspek masukan (input), proses, maupun keluaran (output).

A. Pencatatan dan Pelaporan


Dalam pelaksanaan monev dan kegiatan surveilans, diperlukan
suatu sistem pencatatan dan pelaporan baku yang dilaksanakan
dengan baik dan benar, dengan maksud mendapatkan data yang sah
atau valid untuk diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan
disebarluaskan untuk dimanfaatkan sebagai dasar untuk perencanana
dan peningkatan program selanjutnya. Formulir-formulir yang
digunakan untuk pencatatan dan pelaporan investigasi kontak, adalah
sebagai berikut :
1. Formulir Investigasi Kontak Tuberkulosis (TBC.16 K)
TBC.16 K adalah formulir yang digunakan oleh petugas kesehatan
dan atau kader untuk mencatat hasil investigasi kontak. Petugas
mengisi nama kasus indeks yang akan di lakukan investigasi kontak.
Sedangkan nama kontak dapat diisi oleh petugas maupun kader.
Petugas mendapatkan nama kontak melalui hasil wawancara dengan
pasien saat pertama kali berobat dan kunjungan rumah, salah satunya
dalam kegiatan PIS PK. Kader mendapatkan nama kontak dengan
melaksanakan investigasi kontak.

BAB IV MONITORING DAN EVALUASI


2. Formulir Rekapitulasi Investigasi Kontak oleh Kader (TBC.16
RK)
TBC.16 RK adalah rekapitulasi hasil investigasi kontak yang
diisi oleh kader untuk dilaporkan setiap bulan kepada
petugas kesehatan di fasyankes dengan batas akhir
pelaporan pada tanggal 01 di bulan berikutnya. Pengisian
rekapitulasi berdasarkan hasil yang tertulis pada TBC.16 K.
Selanjutnya petugas kesehatan di Puskesmas memberikan
umpan balik evaluasi laporan hasil investigasi kontak pada
periode sebelumnya yang dilakukan oleh kader. Mekanisme
pelaksanaan dapat terintegrasi dengan kegiatan Monev yang
sudah ada di Puskesmas (contoh: pembinaan kader). Adapun
umpan balik tersebut meliputi :
a. Jumlah indeks kasus dengan target kontak yang
diskrining (1 indeks kasus = 20 kontak yang diinvestigasi)
b. Jumlah kontak yang dirujuk memenuhi kriteria rujukan
c. Semua kontak yang dirujuk melakukan pemeriksaan di
puskesmas
d. Hasil pemeriksaan semua kontak

3. Formulir Rekapitulasi Investigasi Kontak Fasyankes (TBC.16


Fasyankes)
TBC.16 Fasyankes adalah rekapitulasi hasil investigasi kontak
yang diisi oleh petugas kesehatan untuk dilaporkan setiap
bulan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dengan bata
akhir pelaporan pada tanggal 05 di bulan berikutnya. Pengisian
rekapitulasi berdasarkan hasil yang tertulis pada TBC.16 RK.
Dinkes Kabupaten/Kota memberikan umpan balik ke
puskesmas terhadap rekapitulasi hasil investigasi
kontak yang dilaporkan oleh Fasyankes (TBC.16 Fasyankes).
Mekanisme pelaksanaan dapat terintegrasi dengan kegiatan
Monev yang sudah ada.
4. Formulir Rekapitulasi Investigasi Kontak Kabupaten/ Kota
(TBC.16 Kabupaten/ Kota)
TBC.16 Kabupaten/Kota adalah rekapitulasi hasil investigasi
kontak yang diisi oleh petugas TBC dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk dilaporkan setiap bulan kepada dinas
kesehatan provinsi dengan batas akhir pelaporan pada
tanggal 10 di bulan berikutnya. Pengisian rekapitulasi
berdasarkan hasil yang tertulis pada TBC.16 Fasyankes. Dinkes
Provinsi memberikan umpan balik kepada Dinkes Kabupaten/
Kota terhadap rekapitulasi hasil investigasi kontak yang
dilaporkan oleh Kabupaten/Kota (TBC.16 Kabupaten/Kota).
Mekanisme pelaksanaan dapat terintegrasi dengan kegiatan
Monev yang sudah ada setiap enam (6) bulan sekali.
5. Formulir Rekapitulasi Investigasi Kontak Provinsi (TBC.16 Provinsi)
TBC.16 Provinsi adalah rekapitulasi hasil investigasi kontak
yang diisi oleh petugas TBC dinas kesehatan provinsi untuk
dilaporkan kepada pusat melalui email subdittb@tbindonesia.
or.id dengan batas akhir pelaporan pada tanggal 15 di bulan
berikutnya. Pengisian rekapitulasi berdasarkan hasil yang
tertulis pada TBC.16 Kabupaten/Kota. Pusat memberikan
umpan balik ke Dinkes Provinsi terhadap rekapitulasi hasil
investigasi kontak yang dilaporkan oleh Provinsi (TBC.16
Provinsi). Mekanisme pelaksanaan dapat terintegrasi dengan
kegiatan Monev yang sudah ada

6. Surat Pengantar Pemeriksaan TBC


6. Surat Pengantar Pemeriksaan TBC

Surat Pengantar merupakan surat yang digunakan kader


untuk merujuk terduga TBC agar melakukan pemeriksaan di
layanan kesehatan.
7. Formulir Penemuan Terduga dan Pasien TBC (Form A)
Formulir A merupakan formulir bagi kader untuk melakukan
pencatatan terkait penemuan Terduga TBC serta hasil
pemeriksaan TBC.
8. Formulir Pemantauan Pengobatan Pasien TBC (Form B)
Formulir B merupakan formulir bagi kader untuk melakukan
pencatatan terkait pemantauan pengobatan pasien TBC.
Hal ini bertujuan agar pengobatan pasien TBC berjalan sesuai
dengan ketentuan dan tidak terjadi putus berobat. Selain itu
Formulir B juga berfungsi untuk memantau pelaksanaan
pemeriksaan dahak ulang untuk penilaian hasil pengobatan
bagi petugas di fasyankes. Formulir ini disimpan oleh kader
hingga pasien TBC menyelesaikan pengobatan.
an Investigasi Kontak (IK) dilakukan oleh petugas kesehatan dan
ader kesehatan yang ditunjuk dan dipilih oleh Puskemas dan
terlatih yang dibekali dengan surat tugas dan tanda pengenal dari
nan Puskesmas. Sebelum pelaksanaan kegiatan di lapangan,
as kesehatan dan kader melakukan koordinasi dan menyusun
na kegiatan IK berdasarkan kasus indeks yang ada di wilayah

smas. Di bawah ini adalah alur kerja kader dalam pelaksanaan IK.

Keterangan :
: Dilakukan oleh Kader
: Dilakukan oleh Petugas Kesehatan

Skrining gejala TBC oleh


Petugas Kesehatan
Skrining gejala TBC oleh
Petugas Kesehatan

Ada Gejala Tidak ada Gejala

naan investigasi kontak:


Rujuk ke Fasyankes

ersiapan
tugas Kesehatan menginformasikan kepada setiap pasien baru
akan tim (Petugas Kesehatan dan atau kader) yang akan
ukan kunjungan rumah dan rumah sekitar pasien.
tugas kesehatan melakukan identifikasi kontak dari kasus
dan mengisi formulir TBC.16K.
tugas kesehatan menyepakati jadwal IK bersama kader. Data
indeks diberikan oleh petugas kesehatan kepada kader sesuai
n wilayah kerja kader.
tugas kesehatan menyerahkan formulir TBC.16K kepada kader
iharapkan kader menghubungi PMO masing masing kasus
untuk mengatur jadwal kunjungan.
belum melakukan kunjungan, kader menyiapkan masker untuk
kan pada pasien, surat tugas, tanda pengenal, materi KIE untuk
si, formulir TBC.16K, TBC.16 RK dan surat pengantar.

Catatan:
Masker dan formulir (TBC.16K, TBC.16 RK dan surat pengantar) didapatkan
dari Puskesmas.

elaksanaan
tugas kesehatan atau kader mengunjungi rumah kasus indeks,
an mengutamakan kerahasiaan pasien. Jika diperlukan, untuk
stikan alamat, petugas kesehatan/ kader dapat menghubungi
masyarakat, seperti RT,
RW, Lurah, Kepala Desa, Kepala Dusun, dll. Kader juga dapat
melakukan kunjungan dengan didampingi oleh petugas
kesehatan.
2. Petugas kesehatan/kader melakukan konfirmasi ulang
terkait kontak yang tercatat di formulir TBC.16 K dan
pendataan kontak, pada rumah kasus indeks minimal 20 kontak
yang akan diinvestigasi.
3. Petugas kesehatan/kader melakukan skrining secara
langsung (tatap muka) kepada kontak dan:
- Jika kontak berusia < 5 tahun, diberikan surat pengantar ke
fasyankes;
- Jika kontak berusia ≥ 5 tahun, kader melakukan
investigasi terhadap gejala dan faktor risiko.
4. Kontak yang berusia ≥ 5 tahun akan diberikan surat
pengantar
bila memenuhi salah satu kriteria di bawah ini:
- Batuk
- Gejala lain (sesak napas, berkeringat di malam hari tanpa
kegiatan, demam meriang >1 bulan) dan faktor risiko yang lain
(DM, lansia, HIV, perokok, ibu hamil, malnutrisi, anak usia 5 –
14 tahun)
5. Pelaksanaan IK :
- Bila IK dilakukan oleh kader, maka kader mencatat hasil
skrining dalam formulir TBC.16K dan menyerahkan 1 rangkap
kepada petugas di fasyankes untuk dilampirkan di formulir
TBC.01.
- Bila IK dilakukan oleh petugas kesehatan, maka petugas
akan mencatat hasil skrining dalam formulir TBC.16K dan
melampirkannya di formulir TBC.01.

6. Jika menemukan terduga TBC, petugas kesehatan/kader


mengisi Surat Pengantar Pemeriksaan TBC dan merujuk
kontak untuk mendapat pemeriksaan di fasyankes. Apabila
diperlukan, maka kader mendampingi terduga TBC untuk
datang ke fasyankes.
7. Investigasi Kontak dapat dilaksanakan selama 1 minggu
untuk 1 Kasus Indeks. Jika pada saat kunjungan, tidak semua
kontak dapat diskrining, maka kader melakukan kunjungan
ulang di hari berikutnya untuk memastikan semua kontak telah
dilakukan skrining.
8. Kader mencatat rekapitulasi hasil IK semua kasus indeks
yang menjadi tanggung jawabnya pada formulir TBC.16 RK.
ndak Lanjut di Puskesmas
tugas puskesmas menerima rujukan terduga TBC dari hasil
igasi kontak yang dilakukan oleh kader dan melaksanakan
dur diagnosis sesuai standar.
tugas puskesmas wajib merujuk anak <5 tahun yang kontak
n pasien TBC RO ke fasyankes rujukan TBC RO.
meriksaan laboratorium (mikroskopis atau TCM) hanya
kan kepada terduga TBC yang mengumpulkan dahak yang
alitas (volume 3-5 ml, mukopurulen). Petugas laboratorium
k tidak melakukan pemeriksaan laboratorium jika spesimen
dikumpulkan tidak memenuhi syarat.
ka kasus indeks adalah pasien TBC RO, pemeriksaan terhadap
k yang dilakukan dengan TCM.
tugas puskesmas memberikan umpan balik hasil
iksaan dan validasi laporan TBC 16K dan TBC 16RK kepada kader.

6. Petugas puskesmas mencatat dan melaporkan formulir TBC


16 fasyankes ke dinas kabupaten/kota.
Catatan :
1. Pada awal pelaksanaan investigasi kontak, data Kasus
Indeks yang diambil adalah dari SITT/SITB dengan periode
data paling lama 1 tahun terakhir, dengan memprioritaskan
data kasus indeks yang sedang menjalani pengobatan.
2. Jika diperlukan, kegiatan investigasi kontak dapat diulang
pada kontak serumah setelah minimal 6 bulan pada kasus
indeks yang sama.
3. Pengumpulan dahak dilakukan oleh petugas puskesmas,
namun pada kondisi tertentu misalnya jarak terlalu jauh,
kesulitan geografis, atau keterbatasan sumber daya
puskesmas, kader dapat didelegasikan untuk melakukan
pengumpulan dahak dengan ketentuan sebagai berikut :
- Kader dilatih oleh puskesmas tentang cara pengambilan
dahak yang berkualitas, cara pengemasan dan
pengiriman dahak yang aman (Lampiran 2.1 dan 2.2).
- Kader merujuk kontak usia ≥ 5 tahun bergejala TBC
dengan merujuk orang atau spesimen dahak.
- Jika merujuk spesimen dahak, maka kader dibekali pot
dahak oleh petugas puskesmas.
- Kader mengambil dan mengantarkan spesimen dahak ke
puskesmas.
- Kader diberi alat pelindung diri/APD (masker) oleh
petugas puskesmas.

EKNIS INVESTIGASI KONTAK PASIEN TBC BAGI PETUGAS KESEHATAN


sanaan monitoring dan evaluasi (monev) merupakan
ung jawab bersama yang dilaksanakan secara berjenjang mulai
omunitas, fasilitas kesehatan, Kabupaten/Kota, Provinsi hingga
Seluruh kegiatan program harus dimonitor dan dievaluasi dari
masukan (input), proses, maupun keluaran (output).

encatatan dan Pelaporan


pelaksanaan monev dan kegiatan surveilans, diperlukan
sistem pencatatan dan pelaporan baku yang dilaksanakan
n baik dan benar, dengan maksud mendapatkan data yang sah
alid untuk diolah, dianalisis, diinterpretasi, disajikan dan
rluaskan untuk dimanfaatkan sebagai dasar untuk perencanana
eningkatan program selanjutnya. Formulir-formulir yang
akan untuk pencatatan dan pelaporan investigasi kontak, adalah
ai berikut :
mulir Investigasi Kontak Tuberkulosis (TBC.16 K)
6 K adalah formulir yang digunakan oleh petugas kesehatan
au kader untuk mencatat hasil investigasi kontak. Petugas
si nama kasus indeks yang akan di lakukan investigasi kontak.
gkan nama kontak dapat diisi oleh petugas maupun kader.
as mendapatkan nama kontak melalui hasil wawancara dengan
saat pertama kali berobat dan kunjungan rumah, salah satunya
kegiatan PIS PK. Kader mendapatkan nama kontak dengan
sanakan investigasi kontak.

EVALUASI
2. Formulir Rekapitulasi Investigasi Kontak oleh Kader (TBC.16
RK)
TBC.16 RK adalah rekapitulasi hasil investigasi kontak yang
diisi oleh kader untuk dilaporkan setiap bulan kepada
petugas kesehatan di fasyankes dengan batas akhir
pelaporan pada tanggal 01 di bulan berikutnya. Pengisian
rekapitulasi berdasarkan hasil yang tertulis pada TBC.16 K.
Selanjutnya petugas kesehatan di Puskesmas memberikan
umpan balik evaluasi laporan hasil investigasi kontak pada
periode sebelumnya yang dilakukan oleh kader. Mekanisme
pelaksanaan dapat terintegrasi dengan kegiatan Monev yang
sudah ada di Puskesmas (contoh: pembinaan kader). Adapun
umpan balik tersebut meliputi :
a. Jumlah indeks kasus dengan target kontak yang
diskrining (1 indeks kasus = 20 kontak yang diinvestigasi)
b. Jumlah kontak yang dirujuk memenuhi kriteria rujukan
c. Semua kontak yang dirujuk melakukan pemeriksaan di
puskesmas
d. Hasil pemeriksaan semua kontak

3. Formulir Rekapitulasi Investigasi Kontak Fasyankes (TBC.16


Fasyankes)
TBC.16 Fasyankes adalah rekapitulasi hasil investigasi kontak
yang diisi oleh petugas kesehatan untuk dilaporkan setiap
bulan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dengan batas
akhir pelaporan pada tanggal 05 di bulan berikutnya. Pengisian
rekapitulasi berdasarkan hasil yang tertulis pada TBC.16 RK.
Dinkes Kabupaten/Kota memberikan umpan balik ke
puskesmas terhadap rekapitulasi hasil investigasi
kontak yang dilaporkan oleh Fasyankes (TBC.16 Fasyankes).
Mekanisme pelaksanaan dapat terintegrasi dengan kegiatan
Monev yang sudah ada.
4. Formulir Rekapitulasi Investigasi Kontak Kabupaten/ Kota
(TBC.16 Kabupaten/ Kota)
TBC.16 Kabupaten/Kota adalah rekapitulasi hasil investigasi
kontak yang diisi oleh petugas TBC dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk dilaporkan setiap bulan kepada dinas
kesehatan provinsi dengan batas akhir pelaporan pada
tanggal 10 di bulan berikutnya. Pengisian rekapitulasi
berdasarkan hasil yang tertulis pada TBC.16 Fasyankes. Dinkes
Provinsi memberikan umpan balik kepada Dinkes Kabupaten/
Kota terhadap rekapitulasi hasil investigasi kontak yang
dilaporkan oleh Kabupaten/Kota (TBC.16 Kabupaten/Kota).
Mekanisme pelaksanaan dapat terintegrasi dengan kegiatan
Monev yang sudah ada setiap enam (6) bulan sekali.
5. Formulir Rekapitulasi Investigasi Kontak Provinsi (TBC.16 Provinsi)
TBC.16 Provinsi adalah rekapitulasi hasil investigasi kontak
yang diisi oleh petugas TBC dinas kesehatan provinsi untuk
dilaporkan kepada pusat melalui email subdittb@tbindonesia.
or.id dengan batas akhir pelaporan pada tanggal 15 di bulan
berikutnya. Pengisian rekapitulasi berdasarkan hasil yang
tertulis pada TBC.16 Kabupaten/Kota. Pusat memberikan
umpan balik ke Dinkes Provinsi terhadap rekapitulasi hasil
investigasi kontak yang dilaporkan oleh Provinsi (TBC.16
Provinsi). Mekanisme pelaksanaan dapat terintegrasi dengan
kegiatan Monev yang sudah ada

n TBC
n TBC

Surat Pengantar merupakan surat yang digunakan kader


untuk merujuk terduga TBC agar melakukan pemeriksaan di
layanan kesehatan.
7. Formulir Penemuan Terduga dan Pasien TBC (Form A)
Formulir A merupakan formulir bagi kader untuk melakukan
pencatatan terkait penemuan Terduga TBC serta hasil
pemeriksaan TBC.
8. Formulir Pemantauan Pengobatan Pasien TBC (Form B)
Formulir B merupakan formulir bagi kader untuk melakukan
pencatatan terkait pemantauan pengobatan pasien TBC.
Hal ini bertujuan agar pengobatan pasien TBC berjalan sesuai
dengan ketentuan dan tidak terjadi putus berobat. Selain itu
Formulir B juga berfungsi untuk memantau pelaksanaan
pemeriksaan dahak ulang untuk penilaian hasil pengobatan
bagi petugas di fasyankes. Formulir ini disimpan oleh kader
hingga pasien TBC menyelesaikan pengobatan.
PUSAT
Form TBC

Umpan Balik
PROVINSI
Form TBC.16

KABUPATEN/KOTA
Form TBC.16

FASYANKES

Umpan Balik
.16
Provinsi

Umpan Balik
Ka
b/
Ko
ta

Umpan Balik
Fasyan
kes

KADER
Form TBC.16RK

*Gambar 1.0
Diagram Alur Pencatatan dan Pelaporan Investigasi Kontak (sesuai form terlampir)
Sebagai catatan, setelah diimplementasikannya Sistem Informsi
Tuberkulosis (SITB) pada tahun 2020, maka pencatatan dan
pelaporan untuk data investigasi kontak ini langsung dapat
langsung dilaporkan melalui SITB.
Kontak (sesuai form terlampir)
Untuk mempermudah analisis data diperlukan indikator
sebagai alat ukur kinerja dan kemajuan program (marker of
progress). Beberapa indikator yang digunakan adalah;
Tabel 1. Indikator Utama
No Indikator Pembilang Penyebut Periode Sumber
(Numerator) (Denumerator) data

1 Persentase Jumlah kasus Jumlah kasus Bulanan  TBC.16K


pasien TBC ter- TBC TBC  TBC.16RK
konfirmasi bak- terkonfirma-
si bakteriologis terkonfirma-
si bakteriologis  TBC.03
teriologis dan dan TBC anak dan TBC anak  TBC.07
TBC anak yang yang dilakukan yang ada di
dilakukan inves- investigasi kon- wilayah kerja
tigasi kontak tak fasyankes pada
periode tertentu

2 Persentase pen- Jumlah semua Total penemuan Bulanan  TBC.16K


emuan semua kasus TBC yang semua kasus  TBC.16RK
kasus TBC dari ditemukan dari TBC yang ada  TBC.03
hasil investigasi hasil investigasi di wilayah kerja  TBC.07
kontak kontak fasyankes pada
periode tertentu

3 Persentase anak Jumlah anak Jumlah anak Bulanan  TBC.16K


<5 tahun yang <5 tahun yang <5 tahun dari  TBC.16RK
mendapatkan mendapatkan hasil investigasi  TBC.15
pengobatan pengobatan kontak
pencegahan dari pencegahan dari
hasil investigasi hasil investigasi
kontak kontak

Analisis Indikator Investigasi Kontak


1. Persentase pasien TBC terkonfirmasi bakteriologis dan TBC
anak yang dilakukan investigasi kontak

B. Indikator Investigasi Kontak


Rumus
: Jumlah kasus TBC
terkonfirmasi
Jumlah kasus TBC
bakteriologis dan TBC anak yangterkonfirmasi
dilakukan investigasi kontak x 100%

Jumlah kasus TBC terkonfirmasi bakteriologis dan TBC anak yang ada di wilayah kerja fasyankes pada
periode tertentu
Indikator ini menggambarkan jumlah kasus indeks TBC yang terkonfirmasi bakteriologis dan
TBC anak yang dilakukan investigasi kontak dari jumlah kasus TBC terkonfirmasi
bakteriologis dan TBC anak yang ada di wilayah kerja fasyankes pada periode tertentu
2. Persentase penemuan semua kasus TBC dari hasil investigasi kontak
Rumus:
Jumlah semua kasus TBC yang ditemukan dari hasil investigasi kontak

x 100%
Total penemuan semua kasus TBC yang ada di wilayah kerja fasyankes
pada periode tertentu
Indikator ini menggambarkan jumlah kasus indeks TBC
yang ditemukan dari hasil investigasi kontak diantara total
penemuan semua kasus TBC yang ada di wilayah kerja
fasyankes pada periode tertentu.
3. Persentase anak <5 tahun yang mendapatkan pengobatan
pencegahan dari hasil investigasi kontak
Rumus:

Jumlah anak <5 tahun yang mendapatkan pengobatan pencegahan


dari hasil investigasi kontak x 100%

Jumlah anak <5 tahun dari hasil investigasi kontak


alisis data diperlukan indikator
a dan kemajuan program (marker of
tor yang digunakan adalah;
ma

i Kontak
i bakteriologis dan TBC
gasi kontak
yang ada di wilayah kerja fasyankes pada

yang terkonfirmasi bakteriologis dan


mlah kasus TBC terkonfirmasi
rja fasyankes pada periode tertentu
nvestigasi kontak

x 100%
a kasus TBC yang ada di wilayah kerja fasyankes

arkan jumlah kasus indeks TBC


l investigasi kontak diantara total
TBC yang ada di wilayah kerja
ertentu.
ahun yang mendapatkan pengobatan
estigasi kontak

pengobatan pencegahan
x 100%

vestigasi kontak
Indikator ini menggambarkan kontribusi penemuan anak <
tahun yang mendapatkan pengobatan pencegahan dari
hasil kegiatan investigasi kontak anak.
Tabel 2. Indikator Proses
Pembilang Penyebut
No Indikator (Numerator) (Denumer- ator) Periode Sumber Data

1 Persentase Jumlah kontak Jumlah Bulanan  TBC.16K


kontak yang yang kontak yang  TBC.16 RK
dilakukan dilakukan teridentifi-
skrining TBC skrining TBC kasi
oleh petugas
kesehatan dan
atau kader

2 Persentase Jumlah Jumlah ter- Bulanan  TBC.16K


terduga TBC terduga TBC duga TBC  TBC.06
yang dirujuk yang dirujuk yang dirujuk  Surat
dan dilakukan oleh petugas oleh petugas Pengantar
pemeriksaan kesehatan dan kesehatan Pemeriksaan
atau kader dan atau TBC
yang kader  Form
dilakukan Penemuan
pemeriksaan Terduga dan
Pasien
Analisis Indikator Proses
Tuberkulosis
1. Persentase kontak yang dilakukan skrining TBC
Rumus:
Jumlah kontak yang dilakukan skrining TBC oleh petugas kesehatan dan atau
kader
Jumlah kontak yang teridentifikasi
an kontribusi penemuan anak <5
engobatan pencegahan dari
ontak anak.

x 100%
diantara kontak yang teridentifikasi.
2. Persentase terduga TBC yang dirujuk dan dilakukan pemeriksaan
Rumus:
Jumlah terduga TBC yang dirujuk oleh petugas
Indikator ini menggambarkan jumlah
kesehatan dan kontak
atau kader yangyang diskrining
dilakukan pemeriksaan x 100%

Jumlah terduga TBC yang dirujuk oleh kader


Indikator ini menggambarkan jumlah kasus terduga TBC yang dirujuk dan dilakukan
pemeriksaan diantara terduga TBC yang dirujuk oleh kader.
Tabel 3. Indikator Output

No Indikator Pembilang Penyebut Periode Sumber Data


(Numera- tor) (Denumer- ator)

1 Persentase Jumlah kasus Jumlah kasus Bulanan  TBC.03


kasus TBC TBC yang TBC yang  TBC.06
yang terkon- terkonfirmasi terkonfirmasi  Form Pen-
firmasi dan dan memulai emuan Ter- duga
memulai pengobatan dan Pasien Tu-
pengobatan berkulosis
 Form Pe-
mantauan
Pasien TBC
entifikasi.
dan dilakukan pemeriksaan

oleh petugas
krining
n pemeriksaan x 100%

k oleh kader
a TBC yang dirujuk dan dilakukan
ng dirujuk oleh kader.
ut
2 Persen- tase Jumlah kasus Jumlah kasus Bulanan  TBC.03
kasus TBC TBC yang TBC yang  Form Pe-
yang mendapat- terkonfirmasi mantauan
menyele- kan pengo- dan memulai Pasien Tu-
saikan pen- batan dan pengobatan berkulosis
gobatan menyele-
saikan pen-
gobatan
(sembuh dan
pengobatan
lengkap) Analisis Indikator Output
1. Persentase kasus TBC yang terkonfirmasi dan memulai
pengobatan
Rumus:
Jumlah kasus TBC yang terkonfirmasi dan
memulai pengobatan

Jumlah kasus TBC x 100%


yang terkonfirmasi
Indikator ini menggambarkan jumlah kasus TBC yang terkonfirmasi dan memulai
pengobatan diantara jumlah kasus TBC yang terkonfirmasi.
2. Persentase kasus TBC yang menyelesaikan pengobatan
Rumus:
Jumlah kasus TBC yang menyelesaikan pengobatan
(sembuh dan pengobatan lengkap) x 100%

Jumlah kasus TBC yang memulai pengobatan


Indikator ini menggambarkan jumlah kasus TBC yang menyelesaikan pengobatan,
yakni pasien yang sembuh dan menjalani pengobatan lengkap diantara kasus TBC yang
memulai pengobatan.
ut
nfirmasi dan memulai

firmasi dan
n

x 100%

yang terkonfirmasi dan memulai


asi.
tan

yang menyelesaikan pengobatan,


lengkap diantara kasus TBC yang
*Lampiran Formulir 1.1
Formulir Investigasi Kontak Tuberkulosis (TBC.16K)
TBC.16K
PENANGGULANGAN TBC NASIONAL
INDONESIA/EDISI 2
FORMULIR INVESTIGASI KONTAK
TUBERKULOSIS
Nama Kader/Petugas Kesehatan : ………………………………………..….
Organisasi Kader : ……………………………………………
Nama Indeks : ………………………………………..….
No. Register TBC.03 Indeks : ………………………………………..…. Bulan : …………………………

Identitas Kontak Hasil Skrining Hasil


Pemeriksa
Gejala Lain Faktor Risiko Fasyank an
No Tanggal Diruju es Diperik
. Kontak Investigasi Berkeringa Demam Pernah
k Rujuka s a Sakit Tida
Nama Umu L/P Alamat Serum Bat Sesa t malam meriang beroba
r uk k hari tanpa >1 Ibu t TBC
D Lansia Ham Perokok tapi n TBC k
ah napa kegiatan bulan M >60 th il tidak TBC
s tuntas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Keterangan: Organisasi Kader diisi apabila ada dan disebutkan


Apabila Investigasi kontak dilakukan oleh petugas kesehatan semua kolom diisi oleh petugas Apabila dilakukan oleh
kader, Pengisian Formulir Kolom nomor 1-18 (diisi oleh Kader):

Keterangan Pengisian Formulir Kolom 19-21 (diisi


oleh Petugas Kesehatan):
Kontak dirujuk, bila terdapat minimal salah satu:
1) Tuliskan nomor urut 19) Berikan tanda (V) apabila jawaban ya

2) Tuliskan Nama kontak yang diidentifikasi 20 s/d 21) Tuliskan tanggal hasil pemeriksaan TBC 1. Anak < 5 th

3) Tuliskan umur kontak yang diidentifikasi 22) Tuliskan tanggal pemberian PP-INH untuk pertama 2. Semua batuk
kali
4) Tuliskan Jenis kelamin kontak (L : laki-laki, tulis P : perempuan) 3. Satu gejala lain dan satu faktor risiko

5) Alamat rumah: Nama jalan, RT/RW, Nomor Rumah

6) Bila kontak tinggal serumah dengan pasien, berikan tanda (V)

7) Tuliskan tanggal dilakukan investigasi kontak (skrining) pada kontak yang ditemui. Kosongkan bila tidak bertemu kontak

8) Berikan tanda (V) apabila batuk

9-17) berikan tanda (V) apabila jawaban ya

18) Tuliskan nama fasyankes rujukan tempat merujuk terduga


INDONESIA/EDISI 2

Bulan : …………………………

Tanggal
Pember
ian PP
INH
pada
anak
<5 th

22

rdapat minimal salah satu:

satu faktor risiko


*Lampiran Formulir 1.2
Formulir Rekapitulasi Investigasi Kontak Oleh Kader (TBC.16RK)

PENANGGULANGAN TBC NASIONAL

REKAPITULASI INVESTIGASI KONTAK OLEH KADER


Nama Kader : .......................................
Organisasi Kader : .......................................
Bulan : .......................................
Tahun : .......................................

Jumlah Jumlah
Umur Jenis Kelamin memenuhi Jumlah yang Dirujuk kontak yang
Jumlah kontak syarat rujukan diperiksa Jumlah kontak
No. Nama Kasus Indeks Jumlah Kontak
diinvestigasi Total Dirujuk yang sakit TBC
< 5 th ≥ 5 th L P < 5 th ≥ 5 th

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Jumlah

Keterangan Pengisian Formulir Kolom 1-14:


1) Tuliskan nomor urut
2) Tuliskan nama kasus indeks (merujuk pada nama indeks pada TBC.16K)
3) Tuliskan jumlah kontak yang diidentifikasi (merujuk pada total kolom no.2 pada TBC.16K)
4,5) Tuliskan jumlah kontak pada kelompok umur <5 tahun dan ≥5 tahun (merujuk pada kolom no.3 pada TBC.16K)
6,7) Tuliskan jumlah kontak dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan (merujuk pada kolom no.4 pada TBC.16K)
8) Tuliskan jumlah kontak yang diinvestigasi (merujuk total kolom no.7 pada TBC.16K)
9) Tuliskan jumlah kontak yang memenuhi syarat rujukan (merujuk pada kolom 8-16 pada TBC.16K)
10-12) Tuliskan jumlah kontak yang dirujuk berdasarkan usia (merujuk pada kolom no.3 dan 17 pada TBC.16K)
13) Tuliskan jumlah kontak yang diperiksa TBC (merujuk pada kolom no.19 pada TBC.16K)
14) Tuliskan jumlah kontak yang sakit TBC (merujuk pada kolom no.20 pada TBC.16K)

15) Tuliskan jumlah anak yang menerima PP INH (merujuk pada kolom no. 22 pada TBC.16K)
TBC.16RK
INDONESIA/EDISI 2

Jumlah anak <5


tahun menerima
PP INH

15
*Lampiran Formulir 1.3  
Formulir Rekapitulasi Investigasi Kontak Tuberkulosis di Fasyankes (TBC.16 FASYANKES)

PENANGGULANGAN TBC NASIONAL TBC.16 FASYANKES


INDONESIA/EDISI 2

REKAPITULASI INVESTIGASI KONTAK TUBERKULOSIS DI FASYANKES


Nama Fasyankes : ……………………………………….
Triwulan : ……………………………………….
Tahun : ……………………………………….

No. Nama Kader / Petugas Organisasi Kader Jumlah Jumlah Umur Jenis Kelamin Jumlah Jumlah Jumlah yang Dirujuk Jumlah Jumlah
Kesehatan Kasus Kontak kontak memenuhi yang kontak
Indeks diinvestigasi syarat rujukan diperiksa yang sakit
< 5 th ≥ 5 th L P < 5 th ≥ 5 th Total TBC
Dirujuk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Jumlah

Keterangan: a. LKNU Jumlah Kasus Indeks Jumlah Kontak Diinvestigasi


Kolom Organisasi Kader (3) diisi dengan pilihan: b. Aisyiyah
c. Tidak ada
d. Lainnya (sebutkan) Oleh Petugas
Kesehatan
Oleh Kader
TBC.16 FASYANKES
INDONESIA/EDISI 2

Jumlah anak
<5 tahun
menerima
PP INH

17

Jumlah Kontak Diinvestigasi


*Lampiran Formulir 1.4  
Formulir Rekapitulasi Investigasi Kontak Tuberkulosis di Kabupaten/Kota (TBC.16 KAB/KOTA)
PENANGGULANGAN TBC NASIONAL TBC.16
KAB/KOTA
INDONESIA/EDISI 2

REKAPITULASI INVESTIGASI KONTAK TUBERKULOSIS DI KABUPATEN/KOTA


Nama Kabupaten/Kota : ……………………………………
Triwulan : ……………………………………
Tahu : ……………………………………
n
No. Nama Fasyankes Jumlah Kasus Indeks Jumlah Umur Jenis Kelamin Jumlah kontak Jumlah Jumlah yang Dirujuk Jumlah Jumlah
Kontak diinvestigasi memenuhi yang kontak yang
syarat rujukan diperiksa sakit TBC
Oleh Petugas Oleh Kader < 5 th ≥ 5 th L P Oleh Petugas Oleh Kader < 5 th ≥ 5 th Total
kesehatan kesehatan Dirujuk

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Juml
ah
TBC.16
KAB/KOTA
INDONESIA/EDISI 2

Jumlah anak
<5 tahun
menerima PP

18
*Lampiran Formulir 1.5
Formulir Rekapitulasi Investigasi Kontak Tuberkulosis di Provinsi (TBC.16 PROVINSI)
PENANGGULANGAN TBC
NASIONAL
REKAPITULASI INVESTIGASI KONTAK TUBERKULOSIS DI PROVINSI
Nama Provinsi : ……………………………………
Triwulan : ……………………………………
Tahu : ……………………………………
n
No. Nama Kabupaten/Kota Jumlah Kasus Indeks Jumla Umur Jenis Jumlah kontak Jumlah Jumlah yang Jumlah yang
h Kelamin diinvestigasi memenuhi Dirujuk diperiksa
Konta syarat rujukan
Oleh Petugas Oleh Kader k < 5 th ≥ 5 th L P Oleh Oleh Kader < 5 th ≥ 5 th Total Dirujuk
kesehatan Petugas
kesehatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Juml
ah

*Lampiran Formulir 1.6
Pencatatan PP TBC (TBC. 15)

*Lampiran 1.7
Surat Pengantar Pemeriksaan TBC

Surat Pengantar Pemeriksaan TBC


Kepada,
Puskesmas ...................................
Di tempat
Mohon untuk dilakukan pemeriksaan kepada:
Nama  :                                       
Umur  :                                       
Jenis Kelamin  :                                       
Alamat  :                                       
Hasil Skrining oleh Kader
Kontak Serumah Kontak Erat Batuk Gejala lain :
Faktor Resiko:
Batuk Berdarah DM
Sesak Nafas Umur > 60th
Berkeringat di Malam Hari Ibu Hamil
Demam/Meriang >1 bulan Perokok
Pernah berobat TB
usia < 5 tahun tapi tidak tuntas
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
 ..………….., ....../........../............
Kader
TBC.16 PROVINSI
INDONESIA/EDISI 2

Jumlah Jumlah anak


kontak yang <5 tahun
sakit TBC menerima
PP
INH
17 18
PENANGGULANGAN TBC NASIONAL FORM - A
2018

FORMULIR PENEMUAN TERDUGA DAN PASIEN TUBERKULOSIS


Nama Kader : ....................................... Kecamatan : .......................................
Bulan : ....................................... Kota/Kab : .......................................
Investigasi Profil Pasien
Kontak
No Tanggal
No. Registrasi Nama L/P Usia Alamat Kecamatan Periksa Nama Puskesmas/UPK Alamat Puskesmas/UPK
Ya Tdk
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Hasil Skrining oleh Kader Hasil Pemeriksaan


Gejala Lain Faktor Risiko Edukasi Tes HIV

Batuk Berkeringat Demam Umu r Pernah Ekstr a Rontg Ront Tipe PMO (KEL/
No ber- malam hari meriang >1 > 60 berobat TBC Paru en gen Nama PMO No. Tlp PMO NON KEL)
Batuk
darah Sesak tanpa bulan th Ibu Perok tapi tidak BTA BTA + - TCM TCM Anak Anak Ya/
kegiatan DM tuntas Tanggal
napas Hamil ok + - + - + - Tdk

1 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35

Keterangan Pengisian Formulir : Otorisasi
1) Tuliskan nomor urut 8) Tuliskan kecamatan terduga TBC 31) Berikan tanda (V) apabila jawaban ya
2) Berikan tanda (V) pada kolom Ya, jika hasil rujukan investigasi kontak 9) Tuliskan tanggal periksa terduga TBC 32) Tuliskan tanggal edukasi & motivasi dan pada kolom Tdk, jika hasil rujukan dari penyuluhan Disiapkan oleh Kader Diverifikasi oleh Petugas TB
10) Tuliskan nama Puskesmas/UPK 33) Tuliskan nama PMO Puskesmas/UPK
3) Tuliskan nomor registrasi terduga TBC 11) Tuliskan alamat Puskesmas/UPK 34) Tuliskan No telp PMO
4) Tuliskan nama lengkap terduga TBC 12) Berikan tanda (V) apabila jawaban ya 35) Tuliskan tipe PMO
5) Tuliskan jenis kelamin terduga TBC 14-30) Berikan tanda (V) apabila jawaban ya
6) Tuliskan usia terduga TBC (Jika rujukan IK maka harus sesuai dengan formulir IK)
7) Tuliskan alamat lengkap terduga TBC

( ) ( )
Tanggal: Tanggal:
PENANGGULANGAN TBC NASIONAL
2018
FORMULIR PEMANTAUAN PASIEN TUBERKULOSIS
Nama Kader : ....................................... Kecamatan : .....
Bulan : ....................................... Kota/Kab : ...

PROFIL PASIEN
Nama Puskesmas/UPK
No. Registrasi Nama L/P Usia Alamat Kecamatan Alamat Puskesmas/UPK

RIWAYAT PEMANTAUAN
TAHAP INTENSIF
INFORMASI/KEGIATAN Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V
*(K/T/S) Tanggal *(K/T/S) Tanggal *(K/T/S) Tanggal *(K/T/S) Tanggal *(K/T/S) Tanggal
1. Edukasi Penyakit TBC

2. Edukasi Pentingnya
Minum Obat
3. Edukasi Kesehatan
Lingkungan
4. Edukasi PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat)
5. Edukasi HIV

6. Edukasi PMO

TAHAP LANJUTAN

INFORMASI/KEGIATAN Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI Bulan VII

*(K/T/S) Tanggal *(K/T/S) Tanggal *(K/T/S) Tanggal *(K/T/S) Tanggal *(K/T/S) Tanggal

1. Edukasi Penyakit TBC

2. Edukasi Pentingnya
Minum Obat
3. Edukasi Kesehatan
Lingkungan
4. Edukasi PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat)
5. Edukasi HIV

6. Edukasi PMO

Keterangan: K=Kunjungan, T=Telpon, S=SMS *(isi salah satu)

Tanggal Laporan Keberhasilan Pengobatan


Putus Obat Nama Kader
Sembuh Lengkap (Default) Meninggal Gagal Pindah

Tanggal
FORM - B
2018
R PEMANTAUAN PASIEN TUBERKULOSIS
Kecamatan : ......................................
Kota/Kab : ......................................

PROFIL PASIEN
Tanggal Periksa Tanggal Mulai Pengobatan Tipe PMO
(KEL/ NON KEL)
Alamat Puskesmas/UPK Nama PMO

RIWAYAT PEMANTAUAN
TAHAP INTENSIF
Minggu VI Minggu VII Minggu VIII
*(K/T/S) Tanggal *(K/T/S) Tanggal *(K/T/S) Tanggal

TAHAP LANJUTAN

Bulan VIII Bulan IX Bulan X

*(K/T/S) Tanggal *(K/T/S) Tanggal *(K/T/S) Tanggal

Otorisasi Laporan
Nama Ttd Petugas Puskesmas Nama Koord SSR
Ttd Kader Petugas Puskesmas Ttd Koord SSR

Tanggal Tanggal
Hlm. 1

PENANGGULANGAN TBC NASIONAL


REGISTER PASIEN TBC FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Nama Fasyankes : ……………………………………………………………………
Kode Fasyankes : ……………………………………………………………………
Kabupaten/ Kota : ……………………………………………………………………
Provinsi : ……………………………………………………………………
Triwulan ……….…….....….. Tahun …………..….….....

No. No. No. Rekam Nomor Identitas Umur Jenis


Registrasi Registrasi TBC Medis Kependudukan (NIK) (Tahun) Kelami n
Fasyankes Kab/Kota
Nomor BPJS Nama Lengkap Pasien

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Hlm. 1

Alamat Lengkap

(9)
Hlm. 2

No. Dilakukan Dirujuk/ dikirim Oleh Tipe Diagnosis TBC Klasifikasi Klasifikasi Klasifikasi Skoring TBC Anak (0- Tanggal Mulai
Registrasi Pemeriksaan kontak Berdasarkan Lokasi Berdasarkan Riwayat Berdasarkan Status 13) Pengobatan
Fasyankes Anatomi Pengobatan HIV Paduan OAT
Sebelumnya

(1) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)
Hlm. 2

Sumber Obat

(19)
Hlm. 3

No. Registrasi Pemeriksaan Contoh Uji


Fasyankes
Sebelum Pengobatan Akhir Bulan ke 2 Akhir Bulan ke 3 Bulan ke 5 Akhir Pengobatan
No Reg Lab Hasil No Reg Lab Hasil Mikroskopis No Reg Lab Hasil Mikroskopis No Reg Lab Hasil Mikroskopis No Reg Lab
Mikroskopis Xpert (TCM) Biakan

(1) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26) (27) (28) (29) (30)
Hlm. 3

Akhir Pengobatan
Hasil Mikroskopis

(31)
Hlm. 4

TBC.03 SO FASYANKES
INDONESIA/EDISI 2

No. Hasil Akhir Pengobatan Kolaborasi Kegiatan TBC-HIV Kegiatan TBC-DM Dipindah ke
Registrasi TBC.03 RO
Fasyankes Tanggal Layanan Tes dan Konseling HIV Layanan PDP
(hh/bb/tttt)
Hasil Tanggal DM Terapi DM
Dianjurkan Tanggal Tes HIV Hasil Tes PPK ART

(1) (32) (33) (34) (35) (36) (37) (38) (39) (40) (41)
*Lampiran 2.0
Informed Consent

PENJELASAN PERSETUJUAN INVESTIGASI KONTAK


Salah satu kegiatan yang penting untuk mendukung keberhasilan
strategi penemuan kasus tuberkulosis (TBC) secara aktif adalah
Investigasi kontak (IK), yang merupakan kegiatan pelacakan dan
investigasi yang ditujukan pada orang-orang yang kontak dengan
pasien TBC untuk menemukan terduga TBC. Kontak yang terduga
TBC akan dirujuk ke layanan untuk pemeriksaan lanjutan dan bila
terdiagnosis TBC, akan diberikan pengobatan yang tepat dan sedini
mungkin.
IK mempunyai 2 fungsi yaitu meningkatkan penemuan kasus dan
mencegah penularan TBC. Investigasi Kontak dikembangkan dengan
mencari kasus yang tertular maupun yang merupakan sumber penularan
pada kasus TBC terkonfirmasi bakteriologis dan TBC pada anak.

Semua pasien TBC baru/kambuh yang terkonfirmasi bakteriologis dan


TBC anak merupakan kasus indeks dalam kegiatan IK. Data kasus
indeks akan diserahkan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan
(Fasyankes) kepada Puskesmas. Puskesmas merupakan koordinator
kegiatan di wilayah kerjanya sehingga kegiatan investigasi kontak akan
dilaksanakan di bawah koordinasi Puskesmas. Pelaksanaan kegiatan IK
ini adalah
Penjelasan Mekanisme Kunjungan dalam bentuk
Investigasi Kontak:kunjungan rumah yang akan dilakukan oleh
tim investigasi kontak (petugas kesehatan dan/atau kader).
1. Tim IK akan mengunjungi rumah pasien TBC (pasien TBC = kasus
indeks) untuk membantu melakukan skrining (deteksi dini) TBC secara
langsung kepada orang yang tinggal serumah dengan pasien TBC
(kontak serumah).
2. Tim IK akan melakukan pendataan kontak dan skrining (deteksi
dini) TBC secara langsung, pada lingkungan rumah kasus indeks,
minimal 20 orang di sekitar lingkungan rumah kasus indeks yang akan
diskrinning.
3. Tim IK melakukan kunjungan dengan mengutamakan kerahasiaan
pasien.
4. Jika menemukan orang terduga TBC, tim IK akan mengisi Surat
Pengantar Pemeriksaan TBC dan merujuk kontak/orang tersebut untuk
mendapat pemeriksaan di Fasyankes terdekat. Apabila diperlukan,
maka kader mendampingi terduga TBC untuk datang ke Fasyankes
tersebut.
Dengan berpartisipasi dan mendukung kegiatan ini, pasien TBC (kasus
indeks) berkontribusi dalam upaya pecegahan penularan TBC.
*Catatan; untuk terlebih dahulu diketahui
Kontak adalah orang yang terpajan/berkontak dengan kasus indeks,
misalnya orang serumah, sekamar, satu asrama, satu tempat kerja,
satu kelas, atau satu penitipan/pengasuhan.
Kontak  serumah adalah orang yang tinggal serumah minimal satu malam
atau sering tinggal serumah pada siang hari dengan kasus indeks
dalam 3 bulan terakhir sebelum kasus indeks mulai mendapat obat anti
tuberkulosis (OAT).

Kontak erat adalah orang yang tidak tinggal serumah, tetapi sering


bertemu dengan kasus indeks dalam waktu yang cukup lama, yang
intensitas pajanan/berkontaknya hampir sama dengan kontak
serumah. Misalnya orang yang berada pada ruangan/ lingkungan yang
sama (tempat kerja, ruang pertemuan, fasilitas umum, rumah sakit,
sekolah, tempat penitipan anak) dalam waktu yang cukup lama dengan
kasus indeks, dalam 3 bulan terakhir
sebelum kasus indeks minum OAT.
Hlm. 4

Keterangan

(42)
keberhasilan
ra aktif adalah
pelacakan dan
kontak dengan
ak yang terduga
lanjutan dan bila
epat dan sedini

muan kasus dan


embangkan dengan
n sumber penularan
pada anak.

bakteriologis dan
an IK. Data kasus
Kesehatan
pakan koordinator
stigasi kontak akan
sanaan kegiatan IK
dilakukan oleh
kader).
sien TBC = kasus
i dini) TBC secara
pasien TBC

krining (deteksi
asus indeks,
indeks yang akan

akan kerahasiaan

n mengisi Surat
ng tersebut untuk
abila diperlukan,
ke Fasyankes

asien TBC (kasus


TBC.
kasus indeks,
satu tempat kerja,

minimal satu malam,


gan kasus indeks
mendapat obat anti

tetapi sering
up lama, yang
gan kontak
lingkungan yang
m, rumah sakit,
ukup lama dengan
Saya yang bertanda tangan di bawah ini;
Nama :                                                        
Jenis Kelamin :                                                        
Tanggal Lahir :                                                        
Alamat Rumah :                                                        

Telp :                                                        
Asal Fasyankes :                                                        
Dengan ini MENYETUJUI untuk menjadi kasus indeks dalam
pelaksanaan kegiatan Investigasi Kontak (IK) yang ada di lingkungan
saya.
Dari penjelasan yang telah diberikan, saya telah memahami maksud,
tujuan, dan segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan
investigasi kontak.
           ,
Tim Pelaksana, ttd                            
Yang Membuat Pernyataan, ttd
(………………………………) (………………………………)

LEMBAR PERSETUJUAN INVESTIGASI KONTAK

Standar Prosedur Operasional Pengambilan, Pengemasan, dan


Pengiriman Spesimen Dahak
A. Standar Prosedur Operasional Pengambilan Dahak
1. Waktu Pengambilan Dahak
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan
Tuberkulosis, pemeriksaan laboratorium untuk diagnosis dan follow up memerlukan masing
masing 2 (dua) contoh uji dahak, terdiri dari:
- S (Sewaktu pertama):
Dahak dikumpulkan pada saat datang di kunjungan pertama ke laboratorium fasyankes
- P (Pagi):
Dahak dikumpulkan pagi segera setelah bangun tidur pada hari ke-2, dibawa langsung oleh
pasien ke fasyankes. Diperbolehkan untuk pasien mengumpulkan dua dahak
Sewaktu pada hari yang sama untuk menghindari
kemungkinan hilangnya pasien jika datang keesokan harinya. Jarak pengambilan dahak
minimal 1(satu) jam dan dahak yang dikumpulkan harus berkualitas. Kualitas dahak yang baik
adalah memiliki volume 3-5 ml, berwana kuning kehijauan (mukopurulen) dan kental.
2. Tempat Pengumpulan Dahak
a. Ruang terbuka; dengan sinar matahari langsung atau dilakukan di tempat khusus
pengumpulan dahak (sputum booth).

*Lampiran 2.1
b. Ruang tertutup; dengan ventilasi yang baik
c. Jangan mengumpulkan / mengeluarkan dahak di ruangan
tertutup seperti di laboratorium, kamar kecil/ toilet/ WC, ruang
tunggu, ruang kerja, ruang pendaftaran, ruangan dengan
ventilasi yang jelek.
3. Cara Mengeluarkan Dahak
a. Kumur dengan air minum matang sebelum mengeluarkan
dahak, bila memakai gigi palsu, lepaskan gigi palsu
sebelum berkumur.
b. Tarik napas dalam 2-3 kali, tahan selama beberapa detik
dan hembuskan napas dengan kuat.
c. Buka penutup pot dahak, dekatkan pot dahak dekat
dengan mulut.
d. Batukkan dengan keras dari dalam dada dan keluarkan
dahak ke dalam pot. Hindari terjadinya percikan pada dinding
luar wadah.
e. Tutup pot dahak dengan rapat.
f. Setelah selesai, anjurkan penderita membersihkan mulut
dengan tisu bersih dan mencuci tangan dengan air mengal
dan sabun.
g. Serahkan pot dahak kepada petugas laboratorium.
h. Catatan: Jangan berdiri didepan penderita saat
pengeluaran dahak.
4. Persiapan pasien
a. Pasien diberitahu bahwa contoh uji dahak sangat bernilai
untuk menentukan status penyakitnya
b. Dahak yang baik adalah yang berasal dari saluran nafas
bagian bawah ,berupa lendir yang berwarna kuning
kehijauan (mukopurulen).
c. Pasien berdahak dalam keadaan perut kosong, sebelum
makan/minum dan membersihkan rongga mulut terlebih dahulu
dengan berkumur air bersih.
d. Dahak adalah bahan infeksius sehingga pasien harus
berhati-hati saat berdahak dan mencucu tangan.
e. Pasien dianjurkan membaca prosedur tetap pengumpulan
dahak yang tersedia di tempat/lokasi berdahak.
5. Petunjuk kepada Pasien
a. Motivasi pasien untuk datang kembali melengkapi
pemeriksaan (SP)
b. Motivasi untuk mengulang pengambilan dahak bila:
• Kualitas dahak kurang baik
• Saliva atau
• Nasal mucus,
c. Anjurkan olahraga ringan lalu tarik nafas dalam beberapa
kali, dan bila terasa mau batuk, nafas ditahan selama mungkin
lalu dibatukkan
d. Malam hari sebelum tidur anjurkan banyak minum air
hangat.
e. Anjurkan menelan 1 tablet gliseril guayakolat 200 mg
sebelum tidur.
6. Persiapan Alat
a. Pot sputum bersih, diameter 4-6 cm, tutup berulir.

b. Sebelum diserahkan kepada pasien, pot dahak harus


sudah diberi identitas sesuai identitas/nomor register
pada form TB 05.
*) JANGAN lakukan penulisan identitas pasien pada tutup
pot dahak
c. Formulir Permohonan Pemeriksaan Laboratorium (TB
05).
d. Label, pensil, spidol.
7. Penilaian Kualitas Contoh Uji Dahak oleh Petugas
Laboratorium Fasyankes
a. Penilaian dilakukan tanpa membuka tutup pot
b. Petugas laboratorium melihat dahak melalui dinding pot
yang transparan
c. Hal-hal yang perlu diamati adalah :
• Volume 3,5 - 5 ml
• Kekentalan : mukoid
• Warna : Hijau kekuningan (purulen)

8. Setelah Dahak Diterima oleh Petugas Laboratorium Fasyankes


a. Periksa kualitas dahak:
• Volume,
• Konsistensi
b. Periksa identitas label pada pot dahak, apakah sesuai
dengan data pada formulir TB-05
c. Apabila semua data sudah lengkap, dahak siap diperiksa di
laboratorium
i bawah ini;

uk menjadi kasus indeks dalam


igasi Kontak (IK) yang ada di lingkungan

berikan, saya telah memahami maksud,


g berhubungan dengan pelaksanaan

           ,
                             
Yang Membuat Pernyataan, ttd
(………………………………)

an, Pengemasan, dan


ak

67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan


agnosis dan follow up memerlukan masing-

gan pertama ke laboratorium fasyankes

dur pada hari ke-2, dibawa langsung oleh


mengumpulkan dua dahak
indari
eesokan harinya. Jarak pengambilan dahak
harus berkualitas. Kualitas dahak yang baik
hijauan (mukopurulen) dan kental.

ung atau dilakukan di tempat khusus


dengan ventilasi yang baik
pulkan / mengeluarkan dahak di ruangan
aboratorium, kamar kecil/ toilet/ WC, ruang
ruang pendaftaran, ruangan dengan

Dahak
ir minum matang sebelum mengeluarkan
ai gigi palsu, lepaskan gigi palsu

m 2-3 kali, tahan selama beberapa detik


as dengan kuat.
pot dahak, dekatkan pot dahak dekat

n keras dari dalam dada dan keluarkan


Hindari terjadinya percikan pada dinding

dengan rapat.
anjurkan penderita membersihkan mulut
dan mencuci tangan dengan air mengalir

hak kepada petugas laboratorium.


n berdiri didepan penderita saat

u bahwa contoh uji dahak sangat bernilai


status penyakitnya
adalah yang berasal dari saluran nafas
upa lendir yang berwarna kuning
ulen).
dalam keadaan perut kosong, sebelum
membersihkan rongga mulut terlebih dahulu
r bersih.
ahan infeksius sehingga pasien harus
rdahak dan mencucu tangan.
n membaca prosedur tetap pengumpulan
di tempat/lokasi berdahak.
asien
untuk datang kembali melengkapi

mengulang pengambilan dahak bila:


urang baik

ga ringan lalu tarik nafas dalam beberapa


mau batuk, nafas ditahan selama mungkin

lum tidur anjurkan banyak minum air

an 1 tablet gliseril guayakolat 200 mg

ih, diameter 4-6 cm, tutup berulir.

erahkan kepada pasien, pot dahak harus


dentitas sesuai identitas/nomor register
5.
kan penulisan identitas pasien pada tutup

rmohonan Pemeriksaan Laboratorium (TB

l, spidol.
Contoh Uji Dahak oleh Petugas
es
kan tanpa membuka tutup pot
orium melihat dahak melalui dinding pot

lu diamati adalah :
l
koid
kuningan (purulen)

terima oleh Petugas Laboratorium Fasyankes


dahak:

s label pada pot dahak, apakah sesuai


ormulir TB-05
ata sudah lengkap, dahak siap diperiksa di
Alat dan bahan yang diperlukan pada pengemasan spesimen
dahak tanpa rantai dingin,
yaitu:

B. Standar Prosedur Operasional Pengemasan dan Pengiriman Dahak

No. Nama Barang Spesifikasi Contoh Barang

1 Pot Dahak Pot dahak bersih, tidak mudah


pecah, ± 5 cm, dan bertutup ulir
(minimal 4 ulir).

2 Plastic box Volume 2-3 L, terbuat dari bahan


yang tidak mudah rusak,
memiliki pengaman (lid
lock),tinggi >10 cm sehingga
memungkinkan memuat
beberapa pot dahak yang
disusun bertumpuk, atau
bersebelahan

3 Parafilm (36) Ukuran 4” x 125

4 Kantong plastik 10 x 15 cm
ziplock (untuk pot
dahak)

5 Kantong plastik 30 x 40 xm, transparan


bening (untuk
formulir)
rlukan pada pengemasan spesimen
,

riman Dahak
No. Nama Barang Spesifikasi Contoh Barang

6 Biohazard label sticker bahan vinyl

7 Label untuk bahan vinyl


menunjukan posisi
pot sputum

8 Karet gelang
9 Tisu
Prosedur pengemasan dan pengiriman spesimen sebagai berikut :
- Kumpulkan 1 spesimen dahak ke dalam
pot dahak steril. Beri label/ identitas dan
tanggal pengumpulan spesimen pada dinding
pot dahak
*Lampiran 2.2 - Tutup rapat pot berisi spesimen dahak
kemudian kuatkan dengan lilitan parafilm di
sekitar batas tutup dan badan pot dahak

- Masukkan beberapa lembar tisu (3-4 lapis)


ke dalam kantong plastik bersegel sebagai
absorban

- Masukkan pot dahak ke dalam kantong


plastik bersegel yang telah berisi absorban,
rapihkan dengan karet

- Untuk bahan rujukan pemeriksaan biakan


dan uji kepekaan masukkan 2 pot dahak dari
1 orang pasien ke dalam kantong plastik
bersegel yang lebih besar. Jangan memasukan
pot dahak dari pasien yang
berbeda ke kantong yang sama.
- Masukkan spesimen ke dalam cool box atau
wadah bertutup (styrofoam). Agar spesimen
tidak terguncang, masukkan potongan-
potongan kertas sebagai penyangga
sebagai berikut :
- Masukkan formulir TB 05 : permintaan pe-
meriksaan laboratorium dan dokumen
pendukung lain ke dalam kantong plastik
bersegel, tutup segelnya dan rekatkan di
bagian luar cool box.
- Rekatkan pula 3 label lain (lambang
bio hazard, tulisan “jangan dibanting” dan tan-
da panah penunjuk posisi pot dahak pada
dinding cool box
Pengirim
Puskesmas Kebayoran Baru
Jl. Radio 4 Jakarta Selatan 12140
Kepada Yth. LRN Mikrobiologi Laboratorium Mikrobiologi FK UI Jll. Pegangsaan Timur No: 16 Jakarta Pusat 10320

- Tuliskan alamat, no telepon laboratorium rujukan dan laboratorium


pengirim bahan rujukan dengan jelas di atas/samping cool box

- Kirimkan kemasan spesimen dahak ke SPC atau faskes pemeriksa


sesuai jadwal yang telah disepakati

 Pengiriman spesimen dahak


a. Pengiriman spesimen dahak dapat dilakukan dengan mengantar
langsung ke laboratorium maupun menggunakan kurir.
b. Laboratorium pengirim diharapkan menghubungi laboratorium
penerima untuk menginformasikan pengiriman
A. Kriteria Penolakandahak.
Spesimen Oleh Fasyankes Pemeriksa
A. Kriteria Penolakan Spesimen Oleh Fasyankes Pemeriksa

Berikut beberapa kriteria penolakan spesimen dahak oleh


fasyankes pemeriksa, antara lain yaitu:
a. Tanpa identitas
b. Tanpa tanggal pengumpulan dahak
c. Pot dahak pecah atau kosong
d. Spesimen mengandung sisa makanan atau partikel padat
lain.
Apabila tidak memungkinkan untuk mendapatkan spesimen
baru, lakukan pengolahan spesimen dan pilih bagian yang tida
bercampur dengan sisa makanan atau partikel padat lain.
a. Kualitas dahak tidak baik atau volume kurang.
b. Tampak pertumbuhan jamur (kontaminasi)
*Catatan :
Apabila ada penolakan spesimen, komunikasikan dengan
fasyankes pengirim.

B. Rujukan Pemeriksaan Laboratorium TBC


*Gambar 2.0
Diagram Rujukan Pemeriksaan Laboratorium TBC
Keterangan rujukan Pemeriksaan Lab TBC adalah sebagai berikut;
1. Semua diagnosis terduga TB RO di kabupaten kota yang
mempunyai akses TCM dilakukan menggunakan TCM. Faskes TCM
dapat menerima rujukan pemeriksaan terduga TB dari kab kota yang
sama maupun antar kabupaten kota jika kapasitas pemeriksaan TCM
masih mencukupi. Jejaring rujukan pemeriksaan dari faskes ke layanan
TCM diatur oleh dinas kesehatan kab kota
/ provinsi.
2. Di kabupaten sekitar yang tidak mempunyai akses pemeriksaan
TCM maka untuk diagnosis TB RO dan PL HIV tetap menggunakan TCM
dengan cara merujuk pemeriksaan TCM ke kab kota terdekat yang
memiliki layanan pemeriksaan TCM. Diagnosis TB SO di kab kota yang
tidak mempunyai akses TCM dapat tetap menggunakan pemeriksaan
mikroskopis BTA.
apat dilakukan dengan mengantar
menggunakan kurir.
kan menghubungi laboratorium
n pengiriman
sa
sa

a penolakan spesimen dahak oleh


ara lain yaitu:

mpulan dahak
kosong
ng sisa makanan atau partikel padat

nkan untuk mendapatkan spesimen


spesimen dan pilih bagian yang tidak
akanan atau partikel padat lain.
baik atau volume kurang.
jamur (kontaminasi)

spesimen, komunikasikan dengan

rium TBC
m TBC
Lab TBC adalah sebagai berikut;
B RO di kabupaten kota yang
n menggunakan TCM. Faskes TCM
aan terduga TB dari kab kota yang
ta jika kapasitas pemeriksaan TCM
n pemeriksaan dari faskes ke layanan
kab kota

ak mempunyai akses pemeriksaan


dan PL HIV tetap menggunakan TCM
an TCM ke kab kota terdekat yang
M. Diagnosis TB SO di kab kota yang
t tetap menggunakan pemeriksaan
*Lampiran 3.0
Estimasi Target Investigasi Kontak Tahun 2019-2020
TARGET KASUS TB TARGET INVESTIGASI KONTAK
NO PROVINSI
2019 2020 2019 2020
1 ACEH 10,881 11,057 117,516 119,412
2 SUMUT 37,643 37,400 406,544 403,926
3 SUMBAR 14,922 14,883 161,157 160,740
4 RIAU 18,419 19,055 198,927 205,790
5 KEPRI 4,917 4,957 74,425 77,699
6 SUMSEL 26,528 26,509 286,503 286,303
7 BABEL 3,869 3,906 31,148 31,914
8 JAMBI 15,559 15,445 53,104 53,525
9 BENGKULU 2,884 2,955 41,787 42,187
10 LAMPUNG 6,891 7,194 168,035 166,802
11 DKI JAKARTA 42,638 42,110 460,491 454,789
12 BANTEN 115,115 115,488 284,788 291,470
13 JABAR 71,315 70,048 1,243,238 1,247,268
14 JATENG 5,674 5,642 770,198 756,511
15 DIY 80,037 78,189 61,277 60,939
16 JATIM 26,369 26,988 864,398 844,436
17 BALI 5,470 5,452 59,076 58,884
18 KALBAR 9,623 9,607 94,956 95,418
19 KALTENG 11,053 11,179 60,814 62,518
20 KALSEL 8,792 8,835 117,322 118,368
21 KALTIM 5,631 5,789 115,754 118,575
22 KALTARA 10,863 10,960 26,918 29,043
23 GORONTALO 10,718 10,980 34,507 34,792
24 SULUT 2,492 2,688 90,830 89,972
25 SULTENG 8,410 8,330 88,246 88,918
26 SULSEL 8,171 8,233 293,715 291,103
27 SULBAR 27,196 26,954 34,654 35,329
28 SULTRA 5,689 6,326 61,442 68,324
29 NTB 3,195 3,222 103,927 103,752
30 NTT 3,209 3,272 119,375 120,738
31 MALUKU 5,921 6,020 63,946 65,015
32 MALUT 2,754 2,815 29,742 30,402
33 PAPUA 2,745 2,833 179,892 182,856
34 PAPUA BARAT 16,657 16,931 29,645 30,598
INDONESIA 632,250 632,252 6,828,300 6,836,395

DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


PENYAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2019
80

PETUNJUK TEKNIS INVESTIGASI KONTAK PASIEN TBC BAGI PETUGAS KESEHATAN


DAN KADER
PETUNJUK TEKNIS INVESTIGASI KONTAK PASIEN TBC BAGI PETUGAS KESEHATAN
DAN KADER

CATATAN
2020

79
BC BAGI PETUGAS KESEHATAN
BC BAGI PETUGAS KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai