Anda di halaman 1dari 56

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN

PENYAKIT MENULAR DI KABUPATEN KARAWANG


dr.Hj. Yayuk Sri Rahayu, MKM
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang

Disampaikan Pada :
Pertemuan Koordinasi Lintas Program
Program Pencegahan & Pengendalian Penyakit Menular
Mercure Hotel, 13 Desember 2021
1. Program P2 TBC
2. Program P2 HIV dan IMS
3. Program P2 Hepatitis dan Infeksi Saluran Pencernaan
4. Program P2 Kusta dan Frambusia
PROGRAM 5. Program P2 DBD
SEKSI P2PM 6. Program P2 ISPA
7. Program P2 Zoonosis
8. Program P2 Diare
9. Program P2 Filariasis dan Kecacingan
SPM DAERAH KABUPATEN/KOTA
1. PELAYANAN KESEHATAN IBU HAMIL; 8. PELAYANAN KESEHATAN PENDERITA HIPERTENSI;
2. PELAYANAN KESEHATAN IBU BERSALIN; 9. PELAYANAN KESEHATAN PENDERITA DIABETES
MELITUS;
3. PELAYANAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR; 10.PELAYANAN KESEHATAN ORANG DENGAN
4. PELAYANAN KESEHATAN BALITA; GANGGUAN JIWA BERAT;

5. PELAYANAN KESEHATAN PADA USIA 11.PELAYANAN KESEHATAN ORANG TERDUGA


PENDIDIKAN DASAR; TUBERKULOSIS; DAN

6. PELAYANAN KESEHATAN PADA USIA 12.PELAYANAN KESEHATAN ORANG DENGAN


RISIKO TERINFEKSI VIRUS YANG MELEMAHKAN
PRODUKTIF;
DAYA TAHAN TUBUH MANUSIA (HUMAN
7. PELAYANAN KESEHATAN PADA USIA LANJUT; IMMUNODEFICIENCY VIRUS).
Kebijakan Program TBC
menuju Eliminasi TBC 2030
SITUASI TBC DI
INDONESIA
Komitmen: Indonesia dan dunia memiliki target bersama:
Eliminasi TBC di tahun 2030 dan Akhiri TBC di tahun 2050

Kondisi saat ini (Global TB Report 2020) :


1. Estimasi kasus TB sebesar 845.000 maka Indonesia memiliki
jumlah kasus kedua terbesar setelah India (2,64 juta),
dengan cakupan pengobatan sebesar 67% maka diperkirakan
24.000 penderita akan menjadi TBC resisten obat.
2. Tingginya penularan TB akan menimbulkan komplikasi
dengan penyakit HIV yang diperkirakan mencapai 19 ribu
orang.
3. Diperkirakan 96 ribu kasus kematian akibat TBC di
Indonesia setiap tahun.
SITUASI TUBERKULOSIS INDONESIA TAHUN 2020 - 2021
PENYIAPAN SDM UNGGUL

Skg No.
2

Pelacakan secara agresif;


Layanan diagnostik maupun
pengobatan TBC harus terus
tetap berlangsung; Upaya
lintas sektor
Komitmen Presiden
ARAHAN PRESIDEN :
1. Pelacakan secara agresif untuk menemukan
penderita TBC
2. Stok Obat-obatan TBC harus tersedia dan
pengobatan harus sampai tuntas
3. Upaya pencegahan harus dilakukan lintas
sektor hingga dari sisi infrasruktur

ARAHAN WAKIL PRESIDEN :


PERAN 1. Meningkatkan intensitas edukasi, komunikasi dan
PROMKES sosialisasi kepada masyarakat mengenai penyakit
TBC.
2. Meningkatkan intensitas penjangkauan ke
masyarakat (reaching out)
3. Melakukan penguatan fasilitas Kesehatan
4. Memperkuat sistem informasi dan
pemantauan
BAB I: TARGET DAN STRATEGI

Penurunan Target tahun


Angka Kejadian
2030:
(Incidence Rate)
Target Eliminasi TBC 65 per 100.000
TBC 312/100 K penduduk
(Indikator Dampak) Penurunan Target tahun
Angka Kematian 2030:
Akibat TBC 6 per 100.000
34/100K penduduk

BAB II : STRATEGI NASIONAL ELIMINASI TBC


1. Penguatan komitmen dan kepemimpinan pusat hingga kab/kota
2. Peningkatan akses layanan TBC yang bermutu dan berpihak pada pasien
3. Intensifikasi upaya kesehatan
4. Peningkatan penelitian, pengembangan, dan inovasi di bidang
penanggulangan TBC
5. Peningkatan peran serta komunitas, pemangku kepentingan dan multisector
6. Penguatan manajemen program
TANTANGAN PROGRAM TB
Belum semua fasyankes melaporkan
PERAN kasus TBC khususnya RS dan DPM
PROMKES???
01
02
Akses terhadap layanan TBC yang
Masih rendahnya kesadaran

05
berkualitas termasuk pelayanan TBC
masyarakat dalam memeriksakan resistan obat belum merata serta angka
kesehatan apabila ada gejala TBC putus berobat masih sangat tinggi

Peran aktif Multisektoral dalam


penanggulangan TB belum optimal 04 03 Komitmen pemerintah daerah dalam
penanggulangan TBC belum optimal
INDIKATOR-INDIKATOR PROGRAM
TB
No Indikator Target

1 Capaian Penemuan Orang Terduga TB (SPM) 100%

2 Capaian Penemuan Kasus TB (semua tipe)/ CDR= Case Detection Min 90%
Rate

3 Kasus TB Ternotifikasi/CNR= Case Notification Rate Target 2020-2021


241/100.000 penduduk

4 Angka Keberhasilan Pengobatan TBSO/TSR= Treatment Success Min 90%


Rate

5 Capaian Penemuan Kasus TBRO 3% dari Target kasus TBSO

6 Angka Keberhasilan Pengobatan TBRO/TSR= Treatment Success Min 60% dari kasus TBRO
Rate
APAKAH DILAKUKAN
KUNJUNGAN RUMAH
DAN MELAKUKAN
PEMERIKSAAN
KONTAK ERAT
SERUMAH JIKA
DITEMUKAN KASUS
TBRO ?

YA, WAJIB DILAKUKAN


OLEH PETUGAS
PUSKESMAS
BERMITRA DENGAN
KADER TB DESA,
APARAT DESA, LSM
EDUKASI TBRO DAN
TIM TB DINKES
KABUPATEN
INVESTIGASI KONTAK

Melakukan kunjungan ke rumah pasien TB dalam pengobatan


untuk melakukan skrining TBC terhadap orang-orang
disekitar pasien TBC, baik kontak serumah maupun kontak
erat
PROTOKOL LAYANAN TBC SAAT PANDEMI COVID-19

Pengelola program TBC Provinsi dan Kabupaten/Kota


diharapkan untuk membuat rencana kontingensi untuk
penanganan TBC dengan membuat :
a. Layanan TBC tidak boleh dihentikan
b. Rencana kebutuhan obat TBC dan logistik lainnya
termasuk masker dengan berbagai pertimbangan
kondisi yang terjadi.
c. Mapping dan penunjukan fasyankes rujukan TBC RO
sementara (terpisah dengan fasyankes COVID-19)
d. Mapping dan penunjukkan faskes lain untuk layanan
laboratorium dalam rangka diagnosis TBC yang
ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat,
apabila jejaring yang lama perlu dilakukan penyesuaian
akibat penanganan COVID-19 di wilayah tersebut.
e. Rencana untuk memantau pengawasan minum obat
pasien TBC menggunakan teknologi digital atau nomer
WA, hotline sesuai dengan kemampuan setempat
f. Mapping dalam pelibatan komunitas setempat untuk
pendampingan pasien
SITUASI TBC DI KABUPATEN KARAWANG
SELAMA MASA PANDEMI COVID-19
1.Terkendala 4.Sering
penemuan
1.Terkendala pergantian
terduga dan program 6.Tenaga
pemantauan
investigasi
minum obat 2.Kekurangan mer TB analis lab
kontak selama kapasitas PKM
terhadap 3.Beberapa
pandemi Covid- rawat Inap kurang
pasien petugas
19. Petugas TB untuk
terutama Lab faskes
dan kader tidak pasien
pasien TBRO, menolak 5.Beberapa
maksimal TBRO,
karena obat untuk faskes
dalam kegiatan karena
dibawa pemeriksa- TCM TBC 7.Adanya
penjaringan Ruang
pulang oleh an Lab BTA digunaka pergantian
terduga dan Isolasi
pasien. (terutama n untuk Sistem
kasus dibeberapa
awal pemeriks pencatatan
RS TBRO
pandemi). a-an dan
digunakan
COVID-19 pelaporan
untuk
TBC dari
perawatan
SITT dan
pasien
e-TB
COVID-19
Manager
ke SITB.
UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN PROGRAM TBC
DI MASA PANDEMI COVID-19

Beberapa RS rujukan TBRO memberlakukan pengawasan minum obat (PMO) dilakukan oleh
1 keluarga pasien atau melalui media elektronik/video call

Membuat surat edaran “Pengaturan Rawat Inap untuk Pasien TBRO Selama Masa Pandemi
2 COVID-19”untuk kab/kota dalam penanganan pasien TBC RO, Karawang menunjuk RSUD dan
RSKP

Melaksanakan virtual meeting "Penguatan Jejaring Laboratorium TBC di Masa Pandemi COVID-
3 19“ dengan mengundang Faskes dan narasumber Dinkes Provinsi Jawa Barat, diantaranya
pertemuan Feedback capaian program TB, Sosialisasi SITB
Pengaturan jejaring faskes TCM TBC dalam penggunaan alat TCM TBC untuk pemeriksaan
4 COVID-19 dalam lampiran surat Edaran Hasil Kesepakatan pasca Sosialisasi Perpres TB NO.67
2021 dan SE Dirjen No. 936 2021

5 On the Job Training (OJT) SITB bagi beberapa Faskes yang masih belum optimas dal

Pertemuan Tatap Muka secara bertahap bagi seluruh programmer TBC, Petugas Lab TBC dan
6 Petugas Farmasi Rumah Sakit dan Puskesmas
1. Worshop Strategi Penanganan TBC dengan Strategi DOTS untuk semua RS
pemerintah dan RS Swasta
UPAYA KABUPATEN 2. Pembuatan MOU antara Dinas Kesehatan dengan semua RS Swasta tentang
KARAWANG Penanganan TBC dengan strategi DOTS
TAHUN
2021 3. Penambahan alat TCM menjadi 6 alat, yang semula Cuma 2 alat ( 2 di RSUD,
Pkm Cikampek, Pkm Batujaya, Pkm Lemahabang dan RSPK). Dan masih
menunggu datangnya 2 alat lagi
4. Monev Program TB ke PKM
5. Mengajukan RS paru sebagai RS pelayanan TB RO ( sekarang semua pasien
TBC RO baru sudah bisa pengobatan di RSKP)
6. Validasi data TB
7. Surat Edaran Kadinkes Kab. Karawang no. 443.32/4429/ 2021 tentang Revisi
Alur diagnosis TBC tahun 2021 dan kesepakatan pertemuan Virtual Zoom
Evaluasi Lab TBC kab. Karawang : untuk Diagosis TBC semua menggunakan
TCM, RS dan PKM diberikan Tuberkulin Test
8. Rencana Pertemuan dengan PPM
9. Ada Kader dari STPI penapulu yang membantu untuk investigasi kasus TBC
10. OJT programmer TB baru dan Rencana OJT Petugas Lab
KEBIJAKAN PROGRAM PENCEGAHAN PENULARAN HIV, HEPATITIS
B DAN SIFILIS (TRIPLE ELIMINATION) DARI IBU KE ANAK
Kegiatan utama Pelayanan HIV
1. Tes HIV dan diagnosis
2. Pengobatan ODHA
3. Konseling dan dukungan perawatan, termasuk rujukan
pelayanan yang dibutuhkan ODHA (jejaring internal
fasyankes dan eksternal/antar fasyankes)
4. Kolaborasi TB HIV
5. Pencatatan
6. Pelaporan
TATALAKSANA IBU HAMIL (TRIPLE E) DAN BAYI

ANC HIV Sifilis Hep B


Deteksi
dini Tes HIV Tes Sifilis Tes Hep B

+ + +
R1 (+), R2 (+), R3 (+) TP Rapid Rapid Hep B
Hasil
ARV Benzatin Penisilin
IBU KDT 1 tab/24jam G 2,4 juta IU
Pengawasan
ketat
seumur hidup boka-boki

ARV profilaksis Trias Hutchinson, Pengawasan


BBL Cotrim profilaksis
PCR EID usia 4-6
Snuffle,
Penicillin
ikterik
HB0 < 24 jam
mgg Aqueous IV HBIg < 24 jam
Target
1. Skrining pada semua perempuan usia subur yang datang ke
pelayanan KB, jika ditemukan IMS dilakukan tes HIV dan Sifilis
2. Semua ibu hamil dilakukan tes HIV, sifilis dan Hep B pada
kunjungan antenatal pertama sampai menjelang persalinan.
3. Semua ibu hamil dengan HIV dan/atau sifilis, serta ibu hamil
dengan Hep B mendapat tatalaksana sesuai standar.
4. Semua bayi lahir dari ibu dengan HIV dan/atau sifilis mendapatkan
pemeriksaan dan terapi. Bayi lahir dari ibu dengan Hep B
mendapatkan HB0 dan HBIg
Kebijakan Pencegahan dan Pengendalian
Hepatitis
KEBIJAKAN PROGRAM P2 HEPATITIS
DI INDONESIA
TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS
Eliminasi Hepatitis B dan
1 Hepatitis C.
01 Menurunkan prevalensi
Hepatitis B dan Hepatitis C
Eliminisi Hepatitis B: 2030
Menurunkan insiden
Eliminasi Hepatitis C: 2040
02 Hepatitis B terutama
pada anak usia 1-4 tahun
Menurunkan kematian
03 akibat Hepatitis C
Menurunkan kejadian
2 infeksi Hepatitis B dari ibu Meningkatkan kualitas
ke anak mulai tahun 2022 04 hidup penderita Hepatitis
B dan Hepatitis C

28
HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML
KEBIJAKAN PROGRAM P2 HEPATITIS
DI INDONESIA

29
HEPATITIS & PISP Kementerian Kesehatan Republik Indonesia – Direktorat P2PML
Pencegahan Penularan
Hepatitis B dari Ibu ke Anak PROGRAM
Dimulai di beberapa
DI
provinsi (mikroeliminasi)
INDONESIA
Pemberian Tenofovir Ibu hamil reaktif HBsAg dirujuk
pada bumil dengan VL
tinggi untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut

HBIg HBIg diberikan kepada bayi lahir dari ibu reaktif HBsAg

Pemeriksaan pada ibu Semua ibu hamil harus melakukan ANC terpadu dan DDHB
hamil, ANC, dan
pemantauan bayi serta bayinya dilakukan pemantauan

Pemberian HB0 untuk mengurangi Pemberian HB0 <24 jam diberikan wajib
transmisi dari ibu ke bayi kepada semua bayi baru lahir
Pemberian Imunisasi Hepatitis B (3 Imunisasi wajib hepatitis B (3 dosis)
dosis) untuk mengurangi insiden
diberikan kepada semua bayi
KEBIJAKAN PROGRAM P2 HEPATITIS
DI INDONESIA

 PERMENKES NO 53/2015
Tentang Penanggulangan Hepatitis Virus
secara komprehensif melalui pendekatan
Promosi, Pencegahan, Deteksi Dini dan
Penatalaksanaan
 PERMENKES NO 52/2017 tentang
Eliminasi Penularan Hepatitis B, HIV, Sifilis
dari ibu ke anak PPIA pada tahun 2022

Dilakukan SEMUA KOMPONEN BANGSA sebagai


bagian INTEGRAL dari pembangunan kesehatan
yang TERINTEGRASI LINTAS PELAKU dengan
PENDEKATAN HOLISTIK
31
URGENT  PEMUTUSAN PENULARAN
DARI IBU KE BAYI

 DETEKSI DINI HEPATITIS B PADA IBU HAMIL


1. 5,3 juta Bumil diperiksa status Hepatitis B
(RDT @ Rp. 10 rb + biaya pemeriksaan
@Rp.20 rb)  106 M
2. Perlindungan spesifik pada bayi dari ibu
reaktif (HBIG) sekitar 3% = 150 rb x @ Rp.
1,3 jt = Rp.195 M
3. Vaksinasi HB0, HB1, HB2, HB3 sudah
dianggarkan melalui Imunisasi
 Efisiensi jangka panjang :
Rp.38,2T – (Rp.106M + Rp.195M)
=Rp.37,9 T/tahun
Pencegahan Hepatitis B

Spesifik Non Spesifik


NOTE:
• Imunisasi pada bayi yang • Tes dengan rapid tes 1. Ibu yang reaktif
HbSag, jika tidak
ibu reaktif HBSAg HbSAg pada ibu hamil ada komplikasi bisa
• Pada bayi baru lahir • Skrining pada kelompok lahir di PPKB 1
diberi imunisasi Hb dan resiko tinggi 2. Bayi yang lahir dari
dilanjutkan minimal • Edukasi pada kelompok ibu Reaktif HbSag
bulan ke 1 dan ke – 6 resiko agar di rapid ulang
• Pemberian Hb Ig pada usia 9 sd 12 bulan

BBL <24 jam


KOORDINASI P2PM-
KIA-PROMKES
Kebijakan Pencegahan dan
Penanggulangan Diare
PENYEBAB KEMATIAN PADA BAYI DAN BALITA
(Riskesdas 2007)
Bayi (29 hari – 11 bulan) Balita (1 – 4 tahun)

1,2

1,2

31,4% 25,2%
35
Komitmen Nasional dan Global Penanggulangan PISP
The WHO- INTER
SDGs UNICEF GAPPD GOVERMENT
Joint AL PANEL ON
2030 2013 CLIMATE
Statement CHANGE 2013
1 May 2004 3 4
CEO- & Co Founder
2
• Target 3.3 Pada tahun 2030, • To end • Adaptasi
mengakhiri epidemi AIDS,
tuberkulosis, malaria, dan
• Kebijakan preventable
CEO- & Co Founder Perubahan
CEO- & Co FounderIklim
penyakit tropis yang terabaikan, bersama dalam childhood Kesehatan (APIK)
dan memerangi hepatitis, hal pengobatan deaths due to melalui program
penyakit bersumber air, serta
penyakit menular lainnya.
diare yaitu pneumonia and pengendalian
pemberian diarrhoea by penyakit yang
• Target 3.2 Pada tahun 2030,
mengakhiri kematian bayi baru
oralit dan 2025. terdampak iklim
lahir dan balita yang dapat Zinc selama
dicegah, dengan seluruh negara 10-14 hari.
berusaha menurunkan Angka
Kematian Neonatal setidaknya
hingga 12 per 1000 Kelahiran
Hidup (KH) dan Angka
Kematian Balita 25 per 1000
36 36
UPAYA
PERCEPATAN
PENURUNAN

1. PMT untuk mengatasi 7. Suplementasi zink. 1. Air Bersih, Sanitasi.


KEK pd bumil 8. Fortifikasi zat besi ke dalam 2. Fortifikasi-Ketahanan Pangan.
2. TTD untuk anemia bumil makanan. 3. Akses kepada Layanan Kesehatan
3. Konsumsi Garam 9. Obat Cacing
danKB.
Beriodium 10. Vitamin A
11. Tata Laksana Gizi Buruk
4. JKN, Jampersal, Jamsos lain
4. ASI Ekslusif 5. Pendidikan Pola Asuh Ortu.
12. Penanggulangan Malaria
5. Pemberian ASI sampai 6. PAUD HI- SDIDTK
13. Pencegahan dan Pengobatan
usia 2 tahun didampingi
diare 7. Pendidikan Gizi Masyarakat.
dengan MP ASI adekuat
14. Cuci tangan dengan benar 8. Edukasi Kesehatan Seksual dan
6. Imunisasi
Reproduksi, serta Gizi pada
Remaja.
9. Program Padat Karya Tunai
KONVERGENSI MULTI SEKTOR PERENCANAAN, PENGANGGARAN, PENGGERAKAN
- 7
5 Tatalaksana Diare
(Lintas Diare)
2 4
Obat zinc selama 10 Antibiotika atas
hari indikasi

1 3 5
Oralit osmolaritas ASI dan Makan Nasihat pada
rendah sesuai umur ibu/pengasuh
PENANGGULANGAN
KECACINGAN DI KABUPATEN
KARAWANG
CACINGAN
• Cacingan Masih menjadi masalah
Kesehatan khususnya di Kabupaten
Karawang
• Kabupaten Karawang masuk kedalam
100 Kab / kota dengan angka stunting
tinggi

40
UPAYA
PERCEPATAN
PENURUNAN

1. PMT untuk mengatasi 7. Suplementasi zink. 1. Air Bersih, Sanitasi.


KEK pd bumil 8. Fortifikasi zat besi ke dalam 2. Fortifikasi-Ketahanan Pangan.
2. TTD untuk anemia bumil makanan. 3. Akses kepada Layanan Kesehatan
3. Konsumsi Garam 9. Obat Cacing
danKB.
Beriodium 10. Vitamin A
11. Tata Laksana Gizi Buruk
4. JKN, Jampersal, Jamsos lain
4. ASI Ekslusif 5. Pendidikan Pola Asuh Ortu.
12. Penanggulangan Malaria
5. Pemberian ASI sampai 6. PAUD HI- SDIDTK
13. Pencegahan dan Pengobatan
usia 2 tahun didampingi
diare 7. Pendidikan Gizi Masyarakat.
dengan MP ASI adekuat
14. Cuci tangan dengan benar 8. Edukasi Kesehatan Seksual dan
6. Imunisasi
Reproduksi, serta Gizi pada
Remaja.
9. Program Padat Karya Tunai
KONVERGENSI MULTI SEKTOR PERENCANAAN, PENGANGGARAN, PENGGERAKAN
- 7
TUJUAN DAN SASARAN
TUJUANPELAKSANAAN
: PROGRAM KECACINGAN
1. Menurunkan prevalensi cacingan pada anak usia balita, anak
usia pra sekolah dan anak usia sekolah dasar atau madrasah
ibtidaiyah sebesar 10% secara bertahap,
2. Meningkatkan cakupan POPM Cacingan minimal 75%
KELOMPOK UMUR SASARAN :
3. Usia baduta (12-23 bulan),
4. Usia balita (24-59 bulan),
5. Usia pra sekolah (5-6 tahun), dan
6. Usia sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah (7-12 tahun).

42
TARGET KELOMPOK UMUR

Target age
Group
Dosis Obat

Untuk 12 – 23 bulan : Albendazol suspensi 5 ml atau ½ botol


Tempat
Pemberian Obat
Cacing

Taman Kanak-kanak, Pos PAUD, SD ,


Termasuk kelompok bermain , tempat
penitipan anak , dll
KEBIJAKAN PROGRAM KUSTA.
Latar Belakang
• Menurut data WHO tahun 2011, indonesia yang merupakan negara
berkembang dengan urutan no 3 di dunia setelah India dan Brazil
merupakan negara penyumbang penyakit kusta terbesar di dunia.
• Ditingkat nasional, pada tahun 2018 Jawa Barat urutan 2 setelah Jawa
Timur merupakan provinsi penyumbang penderita kusta terbanyak.
• Kab. Karawang merupakan penyumbang terbesar jumlah penderita kusta
di Jawa Barat. Puncak peningkatan penemuan penderita baru yaitu pada
tahun 2013 yaitu sebanyak 385 kasus.
• Di tingkat Provinsi, setelah 7 tahun ( 2013 – 2019 ) menjadi penyumbang
penderita terbanyak.
• Pada tahun 2020 penemuan penderita baru di Kab. Karawang menurun
yaitu hanya 132 penderita dengan prevalensi 1,1.
• Wilayah pesisir pantai laut Jawa yang mayoritas penduduknya golongan
rendah didukung pengetahuan dan lingkungan yang tidak sehat
merupakan kantong kantong penderita kusta.
TUJUAN PROGRAM
P2 KUSTA

TUJUAN JANGKA PANJANG


• Menurunkan transmisi peny.kusta pd tingkat tertentu
sehingga kusta tdk menjadi masalah kesehatan.
• Mencegah kecacatan pada semua pend.baru yg
ditemukan melalui pengobatan dan perawatan yang
benar.
• Eliminasi Kusta tingkat provinsi tahun 2019 dan tingkat
kap/kota tahun 2024
INDIKATOR PROGRAM KUSTA

Angka Kecacatan tingkat II pada


penderita baru : < 5 %

 Proporsi penderita Anak ( <15 TH ): < 5 %


Strategi
 Strategi Percepatan ELIMINASI KUSTA di Indonesia

1. Penemuan kasus sedini mungkin di masyarakat


dan Pengobatan secara dini dengan cara :
a. PASIF : Pasien datang ke tenaga kesehatan
(puskesmas)
b.AKTIF : - Kontak Survey
- School Survey (penjaringan di Sekolah)
- ICF (Intensive Case Finding)

2. Pelayanan kusta berkualitas di-integrasikan


dengan pelayanan dasar lain

3. Peningkatan kapasitas petugas kesehatan dalam


pelaksanaan program pengendalian kusta
Strategi (2)
4. Penyebaran informasi tentang kusta di
masyarakat
5. Eliminasi stigma terhadap orang yang pernah
menderita kusta
6. Pemberdayaan orang yang pernah menderita
kusta
7. Kemitraan dengan berbagai elemen
8. Penguatan dukungan program kusta dari
pengambil kebijakan
9. Dukungan politis
DEMAM
BERDARAH
Kebijakan - kebijakan

 Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan Kab. Karawang Nomor: 443.32/2224/P2P


Tanggal 28 April 2021 tentang kesiapsiagaan mengantisipasi peningkatan kasus dbd
ditengah pandemic covid 19
 Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan Kab. Karawang Nomor: 443.32/2250/P2P
Tanggal 19 mei 2021 tentang kesiapsiagaan mengantisipasi peningkatan kasus dbd
dan cikungunya pada musim pancaroba ditengah pandemic covid 19
 Surat Edaran Bupati Karawang Nomor: 440/3120/Dinkes Tanggal 31 mei 2021 tentang
Kewaspadaan Dini Penyakit Demam Berdarah Dengue.
Indikator
Angka
dan Target Kesakitan Angka Angka
DBD penderita Kematian
penderita
Bebas Jentik
DBD
Tahun 2021 (IR) DBD
(CFR) > 95
49 per %
100.000 pddk <1%
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai