Menetapkan kebijakan terkait Penanggulangan Mencantumkan TBC sebagai indikator dalam RPJMD dan renstra Pemda
TBC
Mengoordinasikan pelaksanaan dan menyediakan pendanaan kegiatan
penanggulangan TBC
Melaksanakan kegiatan Penanggulangan TBC
secara terintegrasi
Menyediakan dan meningkatkan SDM agar dapat mencapai target SPM terkait
penanggulangan TBC
Menyediakan sumber daya yang diperlukan Melakukan penemuan kasus baru secara aktif dan cepat dengan melibatkan masyarakat
Memastikan semua orang yang terdiagnosis, tercatat dan terlaporkan dalam SITB serta
Melakukan mitigasi dampak psikososial dan memberikan pengobatan pencegahan terhadap populasi rentan
ekonomi yang dihadapi pasien dan keluarganya
Menyusun dan menetapkan kebijakan Gubernur atau Bupati/Walikota agar pasien TBC
Melakukan upaya perlindungan sosial dan menjalankan pengobatan sampai selesai
pemberdayaan terhadap pasien dan masyarakat
terdampak TBC
PERUBAHAN ALUR DIAGNOSIS TBC
Komponen
Utama
Surat Edaran
Dirjen P2P
1. TCM menjadi alat diagnosis 4. Dinkes Prov/Kab/Kota 7. N o.936/202
Pasien TBC yang terdiagnosis dengan
utama untuk penegakan
diagnosis TB
menyiapkan sumber daya
di Fasyankes yang akan 1pemeriksaan
mikroskopis harus dilakukan
lanjutan dengan TCM.
mengoperasikan TCM.
2. Fasyankes yang belum/tidak 8. OAT Kat 1 untuk fase awal dan
mempunyai TCM, harus 5. Pasien MTB Pos Rif Sen dengan lanjutan dengan dosis harian. Prioritas
merujuk terduga riwayat pengobatan pasien TBC HIV, kasus TBC yang
TBC/spesimen ke Fasyankes sebelumnya akan dilanjutan diobati di RS, dan kasus TBC dengan
TCM. dengan pemeriksaan uji hasil MTB pos rif sen/indet dengan
kepekaan terhadap INH. riwayat pengobatan sebelumnya.
3. Dinkes Prov/Kab/Kota
mengatur jejaring rujukan dan 6. Penegakan diagnosis TBC secara 9. Pemberian OAT kat 2 tidak
menetapkan Fasyankes TCM klinis harus didahului dengan direkomendasikan lagi
menjadi pusat rujukan bagi pemeriksaan bakteriologis untuk pengobatan pasien
NOMOR
KEWAJIBAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM MELAKUKAN
HK.02.01/MENKES/660/2020 PENCATATAN
DAN PELAPORAN KASUS TUBERKULOSIS
Definisi :
Jejaring layanan dala
satu Kabupaten/Kota
Tuberkulosis myan
melibatkan kesehatan
g
fasilitas
Pemerintah dan yang
dikoordinasikan
swasta oleh
Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas
Tujuan Umum
Penerapan DPPM bertujuan agar semua
fasilitas layanan kesehatan yang menangani
TB berpartisipasi dalam jejaring sehingga
semua pasien TB dapat ditemukan dan
diobati sesuai standar dan tercatat dalam
sistem informasi Program TB Nasional.
ditemuka diobat tercat
n i at
Public Private Mix di
Indonesia
Diimplementasikan dalam Konsep PPM di Indonesia
Mengorganisasikan layanan TB
untuk memastikan layanan
rangka meningkatan akses dilaksanakan berbasis terpadu yang berpusat pada
layanan Tuberkulosis kabupaten/kota DPPM pasien (patient‐centered care)
bermutu dan berpihak desentralisasi pada tingkat kabupaten/kota
pada pasien dengan koordinasi yang
substansial
JEJARING EKSTERNAL Tim DPPM
Jejaring layanan TB KOPI TB Tim DPPM TB
Diimpementasikan
105 Kab/Kota
diantara telah terbentuk di
seluruh fasilitas oleh
pelayanan
kesehatan baik pemerintah dan
kabupaten/kota DPPM swasta di sebuah Tujuan DPPM
JEJARING INTERNAL
Jejaring layanan TB antara
seluruh unit di sebuah fasilitas
pelayanan kesehatan Detected Treated Reported
Revisi Konsep dan Model DPPM Berdasarkan Stranas TB 2020-2024
Tujuan
• Mengorganisasikan layanan TBC
untuk memastikan layanan
terpadu yang berpusat pada
pasien (patient‐centered care)
pada tingkat kabupaten/kota
dengan koordinasi yang
substansial.
Revisi Konsep dan Model DPPM Berdasarkan Stranas TB 2020-2024
1. Mengidentifikasi dan mengembangkan
mekanisme koordinasi dengan
stakeholder
2. Memfasilitasi, mendorong, membina,
memantau dan mengevaluasi
pembentukan struktur DPPM dan
implementasi intervensi DPPM
3. Mengidentifikasi,
mengembangkan,
membina, memantau dan mengevaluasi
jejaring PPM / jejaring eksternal
layanan TB yang melibatkan seluruh
fasyankes di kabupaten/kota;
4. Memastikan terbentuknya jejaring
internal layanan TB yang melibatkan
seluruh unit/poli terkait pada tingkat
fasyankes;
5. Membangun dan memperkuat
jejaring
termasuk kerjasama lintas batas
wilayah;
Key Person Role Summary
Menguatkan peran lintas program, lintas sektor dan komunitas dalam penerapan
PPM, antara lain dengan:
• Peran organisasi profesi dan asosiasi fasyankes
• Melibatkan BPJS dalam melakukan monitoring dan evaluasi
• Mendorong pembentukan KOPI TB
• Mendorong TBC sebagai komponen utama dalam sertifikasi yang berkaitan
dengan OP
Strategi Implementasi PPM 2020-
2024
Menguatkan implementasi wajib notifikasi TBC
• Menyusun regulasi pelaporan TBC (notifikasi wajib) yang disesuaikan dengan
kondisi lokal maupun disertai dengan system reward/punishment (DAK/Klaim
BPJS/Kapitasi/SKP)
• Mendiseminasikan wajib notifikasi TBC dan isu terkait TBC lainnya kepada
seluruh anggota organisasi profesi
• Menghubungkan talaksana TBC dengan sistem credentialing BPJS dan
konsep
performance based
Menguatkan kolaborasi DPPM melalui skema pembiayaan kesehatan
• Mengembangkan mekanisme strategic health purchasing (SHP)
• Menyiapkan sumber daya yang adekuat untuk mengimplementasikan uji
coba
reformasi BPJS sesuai rencana pada tahun 2020
8
Membangun jejaring antara layanan kesehatan swasta dengan organisasi
masyarakat untuk menerapkan dukungan pasien (patient support), kontak
investigasi, rujukan TB‐HIV, serta upaya promosi dan preventif.
Indikator dan Target PPM
dalam Strategi Nasional Penanggulangan TB 2020-
2024 Target
No Penjelasan Indikator
2020 2021 2022 2023 2024
1 Proporsi Kab/Kota yang membentuk Tim DPPM TB 50% 70% 90% 100% 100%
2 Proporsi Puskesmas dan B/BKPM Lapor Kasus TB 100% 100% 100% 100% 100%
Keterlibatan
3 Proporsi Klinik dan RS Pemerintah Lapor Kasus TB 75% 82% 87% 92% 100%
Fasyanke Jumlah Rumah Sakit Swasta yang sudah bekerja sama dengan
s
4a BPJS yang melaporkan kasus TBC 925 1156 1388 1542 1542
dalam
Jumlah DPM/Klinik Swasta yang sudah bekerja sama dengan BPJS
Pelaporan 4b yang melaporkan kasus TBC 250 500 750 1000 1200
TB
Proporsi notifikasi kasus TBC dari Klinik dan Rumah Sakit
5 Pemerintah 17% 18% 20% 22% 23%
Kontribusi 6 Proporsi Notifikasi Kasus TB dari RS Swasta 23% 30% 31% 33% 36%
notifikasi
per jenis 7 Proporsi Notifikasi Kasus TB dari DPM/Klinik 1% 1% 1% 1% 1.4%
fasyankes Persentase treatment success rate di fasilitas pelayanan
diantara 8 kesehatan swasta 75% 80% 85% 85% 90%
total
Prioritas Kegiatan PPM 2021-2023 Tingkat
Pusat
Advokasi Peningkatan komitmen Peningkatan peran BPJS Kesehatan
lintas sektor dalam penanggulangan dalam penanggulangan TB
1. Penjaminan pembiayaan TB dalam era JKN
TB (BPJS Kesehatan)
1. Peningkatan pendanaan TB, penjaminan 2. Menghubungkan talaksana TBC dengan
kesehatan dan sosial untuk pasien TB sistem credentialing BPJS dan Performance-
bersama lintas kementerian/lembaga based payment
dan swasta 3. Strategic health purchasing kontrak
2. Regulasi terkait SDM dalam dan metode pembayaran berbasis kinerja)
penanggulangan TB (peningkatan 4. Integrasi sistem informasi TB-BPJS
kapasitas, penempatan, mutasi dsb)
3. Penanggulangan TB di tempat kerja
Pengembangan sistem insentif
Diseminasi Peraturan Presiden
pelibatan
terkait TB
faskes khusunya swasta
Advokasi, koordinasi dan penguatan 5. Non Moneter : Pendekatan melalui Akreditasi
peran asosiasi fasyankes, organisasi Faskes, sertifikasi tenaga kesehatan,
peningkatan kapasitas SDM
profesi, termasuk big chain hospitals, 6. Moneter : pendekatan SHP JKN
Prioritas Kegiatan PPM 2021-
Tingkat Kabupaten/Kota
2023
Koordinasi Multi-sektoral Pengembangan Rencana Aksi Penanggulangan Tuberkulosis
Tingkat Kabupaten/Kota
4
peran KOPI TB Kesehatan dalam
Mendorong Mendorong program TB
pembentukan kegiatan a)TB sebagai
Tim DPPM, integrasi SIMRS- komponen utama a)Identifikasi
dalam sertifikasi faskes BPJS yang
KOPI SITB sebagai belum lapor
TB Kab/Kota alternatif b)Aktif diseminasi kasus TB,
dan pengganti isu wajib
Mekanisme notifikasi TB dan b)Aktif dalam
penyisiran
isu terkini terkait pemantauan TB
Jejaring kasus TB, di tingkat
Eksternal diantaranya TB lainnya
kepada seluruh fasyankes
Layanan TB di dengan anggota OP, c)Mendorong
Kabupaten/Kot mengidentifikasi melalui online mekanisme rujuk
a Lain diluar RS yang course balik pasien TB
pendampingan berpotensi (webinar)/surat tanpa penyulit/
IO PPM edaran/dsb. komplikasi ke
LANGKAH PEMBENTUKAN TIM
DPPM Rancangan Tim DPPM
Analisis situasi:
Status Pembentukan Tim DPPM
antara lain terdiri
atas:
Sudah Belum
1. Struktur organisasi
tim DPPM
Apakah Tim DPPM aktif? Identifikasi unsur-unsur untuk terlibat
dalam Tim DPPM, termasuk KOPI TB 2. Anggota tim DPPM
3. Tugas pokok
Ya Tidak dan
fungsi tim DPPM
Bentuk rancangan Tim DPPM
4. Mekanisme kerja
Lanjutkan Revitalisasi tim DPPM
Pengesahan Tim DPPM oleh Kepala
5. Pembiayaan
Daerah/Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota
OPSI PILIHAN LAYANAN BAGI FASYANKES SWASTA :
Penemua Mulai Pencatatan
Pilihan Diagnosis Pengobatan Jenis
n pengobata &
Fask
Terduga n Pelaporan
1a
1b
Opsi 1:
di Faskes Swasta 1a. Surat pengantar dan Fc KTP
1b. Form TB 05 dan SITB/Wifi TB
di Puskesmas 2. Form TB 05, Form TB 06 dan SITB/Wifi TB
3. Form TB 05, Form TB 06, Form TB 01, TB 02, TB 03, TB 09 dan SITB/WifiTB.
4. Form TB 05, Form TB 06, Form TB 01, TB 02, TB 03 dan SITB.
Alur Jejaring Diagnosis TB di Fasyankes Swasta
3 5
6
Dinke
DP 2 s
7
M
1 4
Lab TCM
Puskesmas
Puskesmas RS Swasta
Logistik Laboratorium
Klinik 5 – Dinkes- Lab TCM.
4 6– Dinkes – Puskesmas -- Faskes
Swasta
2 7 – Dinkes –RS Swasta
Jejaring TCM Umpan Balik Hasil TCM
1– FKTP swasta merujuk pasien/spesimen ke Puskesmas dengan 3 – Lab TCM- Puskesmas – Faskes Swasta.
membawa surat rujukan dan/Form TB 05. 4 – Lab TCM – Faskes Swasta
2 – Faskes swasta merujuk terduga TB dengan kurir ke Lab TCM
(Form TB 05 dan Spesimen)
5/23/2022 FOOTER GOES HERE 31
Jejaring Pengobatan TB di Fasyankes Swasta
3
RS Swasta
4
DP
M
1
2
Dinkes
Puskesmas 4
Logistik OAT (FDC/Kombipak)
4 – Puskesmas dan RS mengajukan
Klinik permintaan logistik OAT ke Dinkes
3 setiap triwulan.
FKTP Swasta mengajukan permintaan
OAT ke Puskesmas sesuai kebutuhan
1 Puskesmas RS Swasta
IFK