Anda di halaman 1dari 11

Materi PPM

(untuk diintegrasikan dengan materi kebijakan TBC)


Tim Kerja TBC & ISPA
PERATURAN PRESIDEN 67/2021 TENTANG
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
Penguatan Jejaring Kewajiban Pelaporan
Internal Layanan TBC di (Mandatory Notification)
Fasyankes
Pasal 12 Ayat 1
Pasal 12 Ayat 4
optimalisasi upaya penemuan
Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan
kasus TBC secara pasif intensif
yang menemukan pasien TBC wajib
berbasis Fasilitas Pelayanan
melaporkan kepada dinas kesehatan
Kesehatan dan secara aktif
kabupaten/ kota
berbasis institusi dan komunitas

Pasal 12 Ayat 2
Penemuan kasus TBC secara
Pasal 24 Ayat 2
pasif intensif dilakukan melalui
Salah satu tanggung jawab Pemerintah
pemeriksaan pasien dengan
Daerah adalah memastikan semua
gejala TBC yang datang ke
orang yang terdiagnosis TBC
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tercatat dan terlaporkan dalam sistem
dan terintegrasi dengan
informasi TBC.
pelayanan kesehatan lainnya
SE MENKES NOMOR HK.02.01/MENKES/660/2020
KEWAJIBAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM MELAKUKAN
PENCATATAN DAN PELAPORAN KASUS TUBERKULOSIS

1. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan


(Puskesmas, tempat praktik mandiri dokter,
klinik, balai kesehatan, dan rumah sakit) wajib
melakukan pencatatan dan pelaporan semua
kasus Tuberkulosis yang ditemukan dan diobati
2. Pencatatan dan pelaporan menggunakan SITB
atau SIMRS-SITB
3. NIK = variabel wajib
4. Hasil pencatatan dan pelaporan kasus
Tuberkulosis menjadi bahan pertimbangan
dalam pelaksanaaan pengalokasian Dana
Alokasi Khusus (DAK)
SE DIRJEN YANKES NOMOR HK.02.02/1/2270/2022
KEWAJIBAN KLINIK DAN DOKTER PRAKTIK MANDIRI UNTUK MELAKUKAN
REGISTRASI FASYANKES DAN PELAPORAN PENANGANAN KASUS TUBERKULOSIS
MELALUI SISTEM INFORMASI

1. Kewajiban registrasi klinik dan tempat praktik mandiri dokter


melalui http://registrasifasyankes.kemkes.go.id
2. Pelaporan penanganan kasus TBC melalui SITB (sistem
informasi utama) atau WiFi TB (sistem informasi alternatif
DPM/Klinik)
3. Pelaporan penanganan TBC berupa penemuan terduga,
penegakkan diagnosis,dan pengobatan kasus Tuberkulosis
oleh dokter di klinik dan tempat praktik mandiri melalui sistem
informasi dapat memperoleh Satuan Kredit Profesi (SKP)
dari organisasi profesi.
4. Dinkes bertanggungjawab memastikan semua kasus
Tuberkulosis yang ditangani diwilayahnya terlaporkan
dalam sistem informasi penanggulangan Tuberkulosis, serta
memastikan klinik dan DPM terlibat dalam jejaring
diagnosis dan pengobatan Tuberkulosis dengan
Puskesmas setempat,
SURAT EDARAN DIRJEN P2P tentang
Pelibatan Jaringan RS Swasta Besar (Big Chain Hospitals) Dalam
Rangka Penguatan Implementasi Program Penanggulangan TBC
JEJARING LAYANAN
TUBERKULOSIS
Baik jejaring internal maupun jejaring eksternal TBC
dengan kompleksitas yang berbeda, mencakup :
1) Alur Diagnosis TBC
Jejaring Layanan 2) Alur Rujukan Pasien Pindah Pengobatan dan Pasien
TBC Mangkir
3) Pengelolaan Logistik
4) Pencatatan dan Pelaporan TBC
Jejaring Internal
TBC Jejaring internal TBC adalah jejaring di dalam fasyankes
yang meliputi seluruh unit yang menangani pasien tuberkulosis,
• FKTP semakin besar fasyankes maka semakin besar jejaring internal
Terdiri

• FKRTL
dari :

antar unit layanan di dalamnya

Jejaring eksternal TBC adalah jejaring layanan tuberkulosis


yang melibatkan seluruh fasilitas pelayanan kesehatan baik
Jejaring Eksternal pemerintah maupun swasta di tingkat kabupaten/kota dibawah
TBC koordinasi Dinas Kesehatan Kab/Kota agar seluruh kasus TBC
yang ditemukan dapat ditatalaksana sesuai standar dan
dilaporkan ke sistem informasi nasional.
PERAN FASYANKES DALAM
JEJARING INTERNAL LAYANAN
TUBERKULOSIS
Jejaring Internal dalam hal:
1) Penemuan terduga/skrining terduga TBC
2) Alur Diagnosis TBC
3) Alur Penanganan Pasien Mangkir
4) Pengelolaan Logistik
5) Pencatatan dan Pelaporan TBC

Tujua
n • Memastikan semua pasien TB di faskes tersebut terdiagnosis dan diobati dengan tepat sesuai dengan kebijakan nasional
• Meningkatkan kegiatan kolaborasi layanan antar unit layanan/pasif intensif, misalnya antara unit pelayanan umum, gigi,
MTBS, KIA, HIV dan unit / poli lainnya di dalam faskes
• Mengurangi terjadinya keterlambatan diagnosis TBC (delayed-diagnostic) dan kasus TBC yang tidak terlaporkan (under-
reporting);
• Memastikan kasus TBC dilaporkan secara berkala melalui sistem informasi program tuberkulosis

Jejaring internal layanan TBC dapat dituangkan dalam SOP


di masing-masing faskes yang mencakup peran dari unit/poli lain, serta mekanisme dan periode
pengumpulan data dari unit/poli terkait
KETERLIBATAN FASYANKES DALAM
JEJARING EKSTERNAL LAYANAN
Tujuan Jejaring Eskternal:
TUBERKULOSIS
Memastikan seluruh faskes (pem & swasta) non
memastikan seluruh fasyankes 1 Jejaring Rujukan
TCM/lab memiliki akses dan jejaring rujukan ke
memiliki akses untuk memberikan Diagnostik TBC
fasyankes TCM/lab
layanan TBC yang sesuai standar agar
semua pasien TBC ternotifikasi, diobati
dan terlaporkan ke sistem informasi TBC Rujukan Terduga Pindah Sebelum Mulai
2. Jejaring Rujukan
Pengobatan dan Rujukan Pasien Pindah Setelah
Pengobatan Pasien
Mulai Pengobatan

Pasien mangkir/putus obat milik DPM, Klinik


3. Jejaring Pelacakan
maupun RS dapat dikomunikasikan dengan
Jejaring Eksternal TBC Pasien Mangkir
Puskesmas dan Dinkes setempat

Faskes selain Puskesmas melaporkan dan


4. Investigasi Kontak dan mengirimkan kasus indeks kepada Puskesmas
Pemberian TPT (sesuai wilayah domisi) melalui menu investigasi
kontak di SITB dan koordinasi dengan Dinkes

Puskesmas dan RS mengajukan dan/atau


5. Jejaring Pengelolaan
memperoleh OAT Program dari Dinkes. Sementara
Logistik
DPM/Klinik dari Puskesmass wilayahnya
IDENTIFIKASI KONTRIBUSI PELAYANAN TUBERKULOSIS

PENEMUAN INISIASI PENGOBATAN SAMPAI


TINGKAT TERDUGA PENEGAKAN DIAGNOSIS PENGOBATAN SELESAI
1 TB.05, TB.06 melalui SITB/WIFI TB
2 TB.05, TB.06, TB.01, TB.03, TB.09 melalui SITB/WIFI TB**
3 TB.05, TB.06, TB.01, TB.03 melalui SITB/WIFI TB

Puskesmas Tingkat 3 Catatan:


1. Seluruh fasyankes didorong memberikan tatalaksana TBC secara komprehensif
RS Pemerintah Tingkat 3, 2, 1 sampai dengan selesai pengobatan (tingkat 3);
RS Swasta Tingkat 3, 2, 1 2. Fasyankes yang belum mampu melaksanakan sampai tingkat 3, dapat diidentifikasi
opsi maksimal lainnya untuk kontribusi awal. Secara bertahap, opsi kontribusi
Klinik Pemerintah Tingkat 3, 2 fasyankes perlu ditingkatkan;
Klinik Swasta Tingkat 3, 2, 1 3. Seluruh fasyankes wajib mencatat dan melaporkan seluruh terduga/kasus TBC ke
sistem informasi TBC;
Dokter Praktik Tingkat 3, 2, 1 4. Secara ideal, seluruh kasus TBC tanpa penyulit dapat ditatalaksana di FKTP;
Mandiri (*) Kasus TBC tanpa penyulit perlu dirujuk balik dari FKRTL ke FKTP dengan
mempertimbangkan preferensi pasien
(**) Jika DPM/Klinik sudah memiliki akun dan menggunakan SITB, tidak bisa downgrade ke
WiFi TB

SITB WIFI TB
Diperuntukkan untuk seluruh Hanya untuk DPM/Klinik yang berkontribusi sampai tingkat 1; belum
fasyankes. Tersedia dalam versi menggunakan SITB dan memiliki keterbatasan SDM serta sarana
mobile dan website. prasarana, secara bertahap diupgrade menggunakan SITB.
HARAPAN KONTRIBUSI FASYANKES
1. Puskesmas dan RS (pemerintah dan swasta) membangun jejaring internal
layanan TB (dikuatkan dengan adanya SOP) yang melibatkan seluruh poli dalam
fasyankes untuk:
• melakukan penemuan dan penjaringan terduga TB (strategi TEMPO)
• memastikan semua unit/poli menerapkan mekanisme penegakan diagnosis TBC sesuai
standar
• memastikan seluruh kasus TBC dari seluruh unit/poli dilaporkan
2. Puskesmas dan RS (pemerintah dan swasta) terlibat aktif dalam jejaring
eksternal layanan TBC di tingkat kab/kota
3. Puskesmas membangun jejaring dan mekanisme koordinasi dengan DPM/Klinik
di wilayahnya, mendorong DPM/Klinik terlibat dalam pelaporan TB,
memberikan pendampingan kepada DPM/Klinik.
PERAN DAN DUKUNGAN DARI KEMENTERIAN KESEHATAN UNTUK
MENDUKUNG KETERLIBATAN DAN KONTRIBUSI FASKES DALAM
PROGRAM TBC

1. Melalui Dinkes Provinsi dan Kab/Kota memberikan akses dalam hal pemeriksaan
laboratorium untuk penegakan diagnosis tuberkulosis, ketersediaan akses obat anti
tuberkulosis (OAT) yang berkualitas sesuai dengan program nasional, dan bahan habis
pakai untuk penanggulangan tuberkulosis kepada fasyankes
2. Memberikan peningkatan kapasitas terkait tatalaksana dan pelaporan tuberkulosis,
berupa pelatihan, lokakarya, on the job training (OJT) dan/atau bimbingan teknis
bekerjasama dengan Dinkes Provinsi dan Kab/Kota
3. Memberikan dukungan pendampingan, pembinaan, pemantauan dan evaluasi
kinerja layanan tuberkulosis bekerjasama dengan Dinkes Provinsi dan Kab/Kota
4. Memfasilitasi akses untuk sistem pencatatan dan pelaporan tuberkulosis (SITB)

Anda mungkin juga menyukai