Anda di halaman 1dari 38

Update Konsep

District-based Public Private Mix


(DPPM)
Subdit TB
Dit. P2PML, Ditjen P2P, Kemenkes RI
Kebijakan Program Tuberkulosis
Target
Nasional
PETA JALAN ELIMINASI TUBERKULOSIS
2020 2025 2030
INSIDENSI TURUN 20% INSIDENSI TURUN 50% INSIDENSI TURUN 90%

• TREATMENT COVERAGE : • TREATMENT COVERAGE : • TREATMENT COVERAGE : >=


80% 90% 90%
• SUCCES RATE : 90% • SUCCES RATE : 90% • SUCCES RATE : >=90%
• TPT KONTAK SERUMAH : • TPT KONTAK SERUMAH : • TPT KONTAK SERUMAH : >=
11% 70% 80%
Strategi Penanggulangan TBC
2020-2024
Strategi 1: Penguatan Strategi 2: Peningkatan akses
kepemimpinan program pada layanan Tuberkulosis yang
tingkat pusat, provinsi dan bermutu dan berpihak pada
kabupaten/kota pasien

Strategi 3: Peningkatan upaya Strategi 4: Pemanfaatan hasil


promosi & pencegahan,
riset dan teknologi skrining,
pemberian pengobatan
pencegahan & pengendalian diagnosis dan tatalaksana
Infeksi Tuberkulosis

Strategi 5: Peningkatan peran Strategi 6: Penguatan


serta komunitas, mitra dan
multisektor lainnya dalam
manajemen program melalui
eliminasi Tuberkulosis penguatan sistem kesehatan
Inisiatif Terbaru
Strategi Nasional Penanggulangan TB
1. Manajemen Infeksi Laten TB: memperluas penggunaan TPT jangka
pendek pada kontak serumah
2. Penemuan kasus secara intensif pada kelompok geriatrik dan diabetic
3. Penemuan kasus secara aktif pada populasi dengan perkiraan insiden
1%, misalnya Warga Binaan Pemasyarakatan, wilayah padat penduduk,
asrama, pondok pesantren
4. Perluasan penggunaan TCM untuk diagnosis TB
5. Penggunaan paduan pengobatan jangka pendek untuk meningkatkan
kepatuhan pengobatan
6. Pemberian enabler pada semua pasien TB RO dan pemberian insentif
berbasis kinerja kepada petugas Kesehatan dan komunitas pendukung
pasien
7. Menghubungkan Sistem Informasi TB dengan sistem pengolahan data
laboratorium, logistik, dan indikator kinerja utama dengan sistem
informasi Kesehatan nasional
8. Dukungan hukum terhadap diskriminasi dan stigmatisasi pasien TB
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67/2021
TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
PERTEMUAN PELUNCURAN Pasal 2
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 67/2021
Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2021
(19 Agustus 2021)
ini ditujukan untuk memberikan acuan
dalam melaksanakan Penanggulangan TBC
bagi :
✓ Kementerian/Lembaga
✓ Pemerintah Daerah Provinsi
✓ Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
✓ Pemerintah Desa
✓ Pemangku Kepentingan

Pemangku Kepentingan adalah orang


perseorangan, masyarakat, institusi pendidikan,
organisasi profesi atau ilmiah, asosiasi, dunia
usaha, media massa, lembaga swadaya
masyarakat, dan mitra pembangunan yang berperan
aktif dalam pelaksanaan kegiatan Penanggulangan
TBC.
PERATURAN PRESIDEN 67/2021 TENTANG
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
Penguatan Jejaring Internal Layanan Kewajiban Pelaporan (Mandatory
TBC di Fasyankes Notification)
Pasal 12 Ayat 1 Pasal 12 Ayat 4
optimalisasi upaya penemuan kasus TBC Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
secara pasif intensif berbasis Fasilitas menemukan pasien TBC wajib
Pelayanan Kesehatan dan secara aktif melaporkan kepada dinas kesehatan
berbasis institusi dan komunitas kabupaten/ kota

Pasal 12 Ayat 2 Pasal 24 Ayat 2


Penemuan kasus TBC secara pasif intensif Salah satu tanggung jawab Pemerintah
dilakukan melalui pemeriksaan pasien Daerah adalah memastikan semua orang
dengan gejala TBC yang datang ke yang terdiagnosis TBC tercatat dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan terlaporkan dalam sistem informasi TBC.
terintegrasi dengan pelayanan kesehatan
lainnya
PERATURAN PRESIDEN 67/2021 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS

BAB IV: TANGGUNG JAWAB PUSAT - DAERAH


PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH DAERAH

Menetapkan kebijakan terkait Penanggulangan Mencantumkan TBC sebagai indikator dalam RPJMD dan renstra Pemda
TBC
Mengoordinasikan pelaksanaan dan menyediakan pendanaan kegiatan
penanggulangan TBC
Melaksanakan kegiatan Penanggulangan TBC
secara terintegrasi
Menyediakan dan meningkatkan SDM agar dapat mencapai target SPM terkait
penanggulangan TBC

Menyediakan sumber daya yang diperlukan Melakukan penemuan kasus baru secara aktif dan cepat dengan melibatkan
masyarakat

Memastikan semua orang yang terdiagnosis, tercatat dan terlaporkan dalam SITB
Melakukan mitigasi dampak psikososial dan serta memberikan pengobatan pencegahan terhadap populasi rentan
ekonomi yang dihadapi pasien dan keluarganya
Menyusun dan menetapkan kebijakan Gubernur atau Bupati/Walikota agar pasien
Melakukan upaya perlindungan sosial dan TBC menjalankan pengobatan sampai selesai
pemberdayaan terhadap pasien dan masyarakat
terdampak TBC
PERUBAHAN ALUR DIAGNOSIS TBC
Komponen Utama
Surat Edaran
Dirjen P2P
No.936/2021
1. TCM menjadi alat diagnosis 4. Dinkes Prov/Kab/Kota 7. Pasien TBC yang terdiagnosis dengan
utama untuk penegakan menyiapkan sumber daya di mikroskopis harus dilakukan
diagnosis TB Fasyankes yang akan pemeriksaan lanjutan dengan TCM.
mengoperasikan TCM.
2. Fasyankes yang belum/tidak 8. OAT Kat 1 untuk fase awal dan lanjutan
mempunyai TCM, harus 5. Pasien MTB Pos Rif Sen dengan dengan dosis harian. Prioritas pasien
merujuk terduga TBC/spesimen riwayat pengobatan TBC HIV, kasus TBC yang diobati di RS,
ke Fasyankes TCM. sebelumnya akan dilanjutan dan kasus TBC dengan hasil MTB pos rif
3. Dinkes Prov/Kab/Kota dengan pemeriksaan uji sen/indet dengan riwayat pengobatan
mengatur jejaring rujukan dan kepekaan terhadap INH. sebelumnya.
menetapkan Fasyankes TCM 6. Penegakan diagnosis TBC secara 9. Pemberian OAT kat 2 tidak
menjadi pusat rujukan bagi klinis harus didahului dengan direkomendasikan lagi untuk
Fasyankes di sekitarnya. pemeriksaan bakteriologis pengobatan pasien TBC.
NOMOR HK.02.01/MENKES/660/2020
KEWAJIBAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DALAM MELAKUKAN PENCATATAN
DAN PELAPORAN KASUS TUBERKULOSIS

1. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas,


tempat praktik mandiri dokter, klinik, balai
kesehatan, dan rumah sakit) wajib melakukan
pencatatan dan pelaporan semua kasus
Tuberkulosis yang ditemukan dan diobati
2. Pencatatan dan pelaporan menggunakan SITB atau
SIMRS-SITB
3. NIK = variabel wajib
4. Hasil pencatatan dan pelaporan kasus Tuberkulosis
menjadi bahan pertimbangan dalam pelaksanaaan
pengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK)
UPAYA AKSELERASI CAKUPAN PENEMUAN DAN PENGOBATAN
TUBERKULOSIS
Konsep Public Private Mix
KONSEP DPPM
District-Based Public-Private
Mix (DPPM)

Definisi:
Jejaring layanan Tuberkulosis dalam
satu Kabupaten/Kota yang
melibatkan fasilitas kesehatan
Pemerintah dan swasta yang
dikoordinasikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Tujuan Umum
Penerapan DPPM bertujuan agar semua
fasilitas layanan kesehatan yang menangani
TB berpartisipasi dalam jejaring sehingga
semua pasien TB dapat ditemukan dan
diobati sesuai standar dan tercatat dalam
sistem informasi Program TB Nasional.
ditemukan diobati tercatat
Public Private Mix di Indonesia
Mengorganisasikan layanan TB
Diimplementasikan dalam Konsep PPM di Indonesia untuk memastikan layanan
rangka meningkatan akses dilaksanakan berbasis terpadu yang berpusat pada
layanan Tuberkulosis kabupaten/kota → DPPM → pasien (patient‐centered care)
bermutu dan berpihak desentralisasi pada tingkat kabupaten/kota
pada pasien dengan koordinasi yang
substansial
JEJARING EKSTERNAL Tim DPPM
Jejaring layanan TB diantara
seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan baik pemerintah dan
Diimpementasikan
oleh
KOPI TB Tim DPPM TB
telah terbentuk di 105 Kab/Kota

swasta di sebuah kabupaten/kota

DPPM Tujuan DPPM

JEJARING INTERNAL
Jejaring layanan TB antara
seluruh unit di sebuah fasilitas
pelayanan kesehatan Detected Treated Reported
Revisi Konsep dan Model DPPM Berdasarkan Stranas TB 2020-2024

Tujuan
• Mengorganisasikan layanan TBC
untuk memastikan layanan
terpadu yang berpusat pada
pasien (patient‐centered care)
pada tingkat kabupaten/kota
dengan koordinasi yang
substansial.
Revisi Konsep dan Model DPPM Berdasarkan Stranas TB 2020-2024
1. Mengidentifikasi dan mengembangkan
mekanisme koordinasi dengan
stakeholder
2. Memfasilitasi, mendorong, membina,
memantau dan mengevaluasi
pembentukan struktur DPPM dan
implementasi intervensi DPPM
3. Mengidentifikasi, mengembangkan,
membina, memantau dan mengevaluasi
jejaring PPM / jejaring eksternal layanan
TB yang melibatkan seluruh fasyankes di
kabupaten/kota;
4. Memastikan terbentuknya jejaring
internal layanan TB yang melibatkan
seluruh unit/poli terkait pada tingkat
fasyankes;
5. Membangun dan memperkuat jejaring
termasuk kerjasama lintas batas wilayah;
6. Memastikan ketersediaan regulasi dan
anggaran untuk intervensi PPM.
Key Person Role Summary

Dinas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berperan dalam


Kesehatan 1) memastikan dan mendorong implementasi PPM
Kab/Kota di tingkat kabupaten/kota; 2) mengkoordinasikan
dan memfasilitasi kegiatan PPM.
Pelaksanaan fungsi teknis akan dilakukan oleh
Pengelola Program TB dan didukung oleh Technical
Officer PPM.
Tim DPPM 1) Mengembangkan rencana aksi PPM
2) mengorganisasikan intervensi/kegiatan PPM,
3) memastikan jejaring DPPM berfungsi dengan
baik
4) mengembangkan mekanisme koordinasi di
tingkat kabupaten/kota
5) berperan sebagai advokator untuk mendorong
peran dan kontribusi dari stakeholder terkait
6) melakukan pembinaan, pendampingan dan
evaluasi
7) mendukung Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
untuk melaksanakan peningkatan kapasitas
terkait layanan TB dan DPPM TB.
Key Person Role Summary
KOPI TB / Sebagai advokator, fasilitator, motivator dan
Organisasi pelaksana pelayanan TB dan kegiatan PPM
profesi

Asosiasi Mengadvokasi dan mendorong semua fasilitas


fasyankes kesehatan untuk terlibat dalam jejaring PPM
(PERSI, untuk memberikan diagnosis dan pengobatan
ARSSI, dsb) TB standar dan melaksanakan wajib notifikasu
TB.
CSO Sebagai patient supporter untuk memastikan
kepatuhan pengobatan TB dan menyediakan
pelacakan kasus TB LTFU dan investigasi kontak,
dan menyediakan kampanye TB baik untuk
faskes pemerintah dan swasta.
Revisi Model Jejaring DPPM Peran
Berdasarkan Stranas TB 2020-2024 KOPI TB

1. Keterlibatan 2. Tata laksana


praktisi dalam TB sesuai
kegiatan dengan ISTC
penanggulangan TB dan PNPK TB
nasional

3. Notifikasi pasien 4. Mendukung


TB dalam sistem keberhasilan
informasi Program penanggulangan
TB Nasional TB
KOALISI ORGANISASI PROFESI
HARAPAN DUKUNGAN KOPI TB (KOPI TB)
KESEPAKATAN Kesepakatan, diantaranya:
1. Forum/wadah information sharing kepada 1. mensosialisasikan regulasi yang
setiap anggota profesi
KOPI TB PUSAT mewajibkan anggotanya untuk
melakukan tatalaksana TB sesuai
2. Think tank untuk menggerakkan dan
standar serta melaporkan kasus TB
memicu berjalannya layanan TB standar yang ditemukan dan atau diobati.
dan jejaring PPM 2. melakukan kegiatan skrining terduga
3. Praktisi ahli di tempat praktik yang TB menggunakan pemeriksaan
merupakan bagian dari jejaring PPM dalam radiologis
pelayanan TB dan pelaporan kasus TB 3. tidak melayani pembelian OAT tanpa
4. Tenaga ahli, motivator, fasilitator, resep
4. memastikan orang dengan gejala TB
pelaksana pelayanan kesehatan dan
mendapatkan pemeriksaan sesuai
mendorong terbentuknya jejaring internal standar
RS layanan TB yang sinergis. 5. mendukung pengobatan TB sesuai
5. Fasilitator untuk meningkatkan kapasitas standar
petugas kesehatan fasyankes melalui 6. memberikan edukasi dan informasi
pelatihan, pembinaan, supervisi dan tentang penanggulangan TB kepada
mentoring keluarga dan masyarakat
Strategi Implementasi PPM 2020-2024
Meningkatkan keterlibatan dan menguatkan mekanisme jejaring antara seluruh
fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain dengan:
• Mengembangkan tools/system rujukan terduga TBC bagi Apotek/Farmasi
• Menguatkan pelaksanaan jejaring internal dan eksternal di fasyankes

Meningkatkan kualitas layanan TBC, antara lain dengan:


• Mensosialisasikan ISTC, PNPK TBC dan isu terkait TBC lainnya kepada seluruh
organisasi profesi
• layanan TBC untuk menjadi elemen penilaian utama dalam akreditasi

Menguatkan peran lintas program, lintas sektor dan komunitas dalam penerapan
PPM, antara lain dengan:
• Peran organisasi profesi dan asosiasi fasyankes
• Melibatkan BPJS dalam melakukan monitoring dan evaluasi
• Mendorong pembentukan KOPI TB
• Mendorong TBC sebagai komponen utama dalam sertifikasi yang berkaitan
dengan OP
Strategi Implementasi PPM 2020-2024
Menguatkan implementasi wajib notifikasi TBC
• Menyusun regulasi pelaporan TBC (notifikasi wajib) yang disesuaikan dengan
kondisi lokal maupun disertai dengan system reward/punishment (DAK/Klaim
BPJS/Kapitasi/SKP)
• Mendiseminasikan wajib notifikasi TBC dan isu terkait TBC lainnya kepada
seluruh anggota organisasi profesi
• Menghubungkan talaksana TBC dengan sistem credentialing BPJS dan konsep
performance based
Menguatkan kolaborasi DPPM melalui skema pembiayaan kesehatan
• Mengembangkan mekanisme strategic health purchasing (SHP)
• Menyiapkan sumber daya yang adekuat untuk mengimplementasikan uji coba
reformasi BPJS sesuai rencana pada tahun 2020

Membentuk Tim TBC Rumah Sakit


• termasuk melakukan capacity building dan mentoring
Strategi Implementasi PPM 2020-2024

7 Melakukan dukungan akses pasien TBC dari layanan swasta terkait


pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) dan sistem transportasi spesimen
yang efisien

8
Membangun jejaring antara layanan kesehatan swasta dengan organisasi
masyarakat untuk menerapkan dukungan pasien (patient support), kontak
investigasi, rujukan TB‐HIV, serta upaya promosi dan preventif.
Indikator dan Target PPM
dalam Strategi Nasional Penanggulangan TB 2020-2024
Target
No Penjelasan Indikator
2020 2021 2022 2023 2024
1 Proporsi Kab/Kota yang membentuk Tim DPPM TB 50% 70% 90% 100% 100%
2 Proporsi Puskesmas dan B/BKPM Lapor Kasus TB 100% 100% 100% 100% 100%
Keterlibatan 3 Proporsi Klinik dan RS Pemerintah Lapor Kasus TB 75% 82% 87% 92% 100%
Fasyankes Jumlah Rumah Sakit Swasta yang sudah bekerja sama dengan
dalam 4a 925 1156 1388 1542 1542
Pelaporan
BPJS yang melaporkan kasus TBC
TB
Jumlah DPM/Klinik Swasta yang sudah bekerja sama dengan BPJS
4b 250 500 750 1000 1200
yang melaporkan kasus TBC
Kontribusi
notifikasi Proporsi notifikasi kasus TBC dari Klinik dan Rumah Sakit
per jenis 5 17% 18% 20% 22% 23%
Pemerintah
fasyankes
diantara 6 Proporsi Notifikasi Kasus TB dari RS Swasta 23% 30% 31% 33% 36%
total 7 Proporsi Notifikasi Kasus TB dari DPM/Klinik 1% 1% 1% 1% 1.4%
notifikasi Persentase treatment success rate di fasilitas pelayanan
8 75% 80% 85% 85% 90%
kesehatan swasta
Prioritas Kegiatan PPM 2021-2023 Tingkat Pusat
Advokasi Peningkatan komitmen Peningkatan peran BPJS Kesehatan
lintas sektor dalam penanggulangan dalam penanggulangan TB
1. Penjaminan pembiayaan TB dalam era JKN
TB (BPJS Kesehatan)
1. Peningkatan pendanaan TB, penjaminan 2. Menghubungkan talaksana TBC dengan
kesehatan dan sosial untuk pasien TB sistem credentialing BPJS dan Performance-
bersama lintas kementerian/lembaga based payment
dan swasta 3. Strategic health purchasing → kontrak dan
2. Regulasi terkait SDM dalam metode pembayaran berbasis kinerja)
penanggulangan TB (peningkatan 4. Integrasi sistem informasi TB-BPJS
kapasitas, penempatan, mutasi dsb)
3. Penanggulangan TB di tempat kerja
Pengembangan sistem insentif pelibatan
Diseminasi Peraturan Presiden
faskes khusunya swasta
terkait TB 1. Non Moneter : Pendekatan melalui Akreditasi
Advokasi, koordinasi dan penguatan Faskes, sertifikasi tenaga kesehatan,
peningkatan kapasitas SDM
peran asosiasi fasyankes, organisasi 2. Moneter : pendekatan SHP JKN
profesi, termasuk big chain hospitals,
Prioritas Kegiatan PPM 2021-2023
Tingkat Kabupaten/Kota
Koordinasi Multi-sektoral Pengembangan Rencana Aksi Penanggulangan Tuberkulosis
Tingkat Kabupaten/Kota

Advokasi Pengembangan Skema Jaminan Kesehatan dan Jaminan Sosial Pasien


TB Kepada Stakeholder Terkait

Koordinasi Organisasi Profesi dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam Jejaring TB Di


Kabupaten/Kota

Supervisi Monitoring dan Evaluasi Dinkes Ke Fasyankes terkait Implementasi


PPM Termasuk Sistem Informasi Berbasis Mobile Application

Koordinasi Pembentukan Jejaring dan Penguatan Peran CSO khususnya dalam


Jejaring Layanan Swasta
Harapan Dukungan Dinkes Provinsi,
Dinkes Kab/Kota dan KOPI TB

1 2 3
Menguatkan
4
Melibatkan BPJS
peran KOPI TB Kesehatan dalam
Mendorong Mendorong program TB
pembentukan kegiatan a) TB sebagai
Tim DPPM, KOPI integrasi SIMRS- komponen utama a) Identifikasi
dalam sertifikasi faskes BPJS yang
TB Kab/Kota dan SITB sebagai
belum lapor kasus
Mekanisme alternatif b) Aktif diseminasi TB,
Jejaring pengganti isu wajib notifikasi
Eksternal penyisiran kasus TB dan isu terkini b) Aktif dalam
terkait TB lainnya pemantauan TB di
Layanan TB di TB, diantaranya
kepada seluruh tingkat fasyankes
Kabupaten/Kota dengan
anggota OP, c) Mendorong
Lain diluar mengidentifikasi melalui online
pendampingan RS yang mekanisme rujuk
course balik pasien TB
IO PPM berpotensi (webinar)/surat tanpa penyulit/
edaran/dsb. komplikasi ke FKTP.
LANGKAH PEMBENTUKAN TIM DPPM
Analisis situasi: Rancangan Tim DPPM
Status Pembentukan Tim DPPM
antara lain terdiri
atas:
Sudah Belum
1. Struktur organisasi
tim DPPM
Apakah Tim DPPM aktif? Identifikasi unsur-unsur untuk terlibat
dalam Tim DPPM, termasuk KOPI TB 2. Anggota tim DPPM
3. Tugas pokok dan
Ya Tidak fungsi tim DPPM
Bentuk rancangan Tim DPPM
4. Mekanisme kerja
Lanjutkan Revitalisasi tim DPPM
Pengesahan Tim DPPM oleh Kepala
5. Pembiayaan
Daerah/Kepala Dinas Kesehatan
Kab/Kota
OPSI PILIHAN LAYANAN BAGI FASYANKES SWASTA :
Penemuan Mulai Pencatatan &
Pilihan Diagnosis Pengobatan Jenis Faskes Swasta
Terduga pengobatan Pelaporan

1a DPM/ Klinik

1b DPM/ Klinik

2 DPM/ Klinik

3 DPM/ Klinik/ RS Swasta

4 DPM/ Klinik/ RS Swasta

Opsi 1:
di Faskes Swasta 1a. Surat pengantar dan Fc KTP
1b. Form TB 05 dan SITB/Wifi TB
di Puskesmas 2. Form TB 05, Form TB 06 dan SITB/Wifi TB
3. Form TB 05, Form TB 06, Form TB 01, TB 02, TB 03, TB 09 dan SITB/WifiTB.
4. Form TB 05, Form TB 06, Form TB 01, TB 02, TB 03 dan SITB.
Alur Jejaring Diagnosis TB di Fasyankes Swasta
3 5
6
Dinkes

DPM 2 7
1 4
Lab TCM
Puskesmas

Puskesmas RS Swasta

Logistik Laboratorium
Klinik 5 – Dinkes- Lab TCM.
4 6 – Dinkes – Puskesmas -- Faskes
Swasta
2 7 – Dinkes –RS Swasta
Jejaring TCM Umpan Balik Hasil TCM
1 – FKTP swasta merujuk pasien/spesimen ke Puskesmas dengan 3 – Lab TCM- Puskesmas – Faskes Swasta.
membawa surat rujukan dan/Form TB 05. 4 – Lab TCM – Faskes Swasta
2 – Faskes swasta merujuk terduga TB dengan kurir ke Lab TCM
(Form TB 05 dan Spesimen)
5/23/2022 FOOTER GOES HERE 31
Jejaring Pengobatan TB di Fasyankes Swasta
3

RS Swasta
4
DPM

1
2
Dinkes
Puskesmas 4
Logistik OAT (FDC/Kombipak)
4 – Puskesmas dan RS mengajukan
Klinik permintaan logistik OAT ke Dinkes
setiap triwulan.
3 FKTP Swasta mengajukan permintaan
OAT ke Puskesmas sesuai kebutuhan

Jejaring Pengobatan Follow Up pengobatan


1 – Faskes swasta merujuk pasien ke Puskesmas dengan membawa 3 -- Pemeriksaan ulang dahak merujuk
Form TB 09. pasien/specimen ke Puskesmas
2 – Faskes swasta mengobati pasien TB secara mandiri (OAT dari
Puskesmas)
5/23/2022 FOOTER GOES HERE 32
JEJARING LOGISTIK TB DI FKTP dan FKRTL SWASTA
Logistik TB
3 – Puskesmas- IFK .
4 – RS – IFK
DPM
2 3 4

1 Puskesmas RS Swasta
IFK

Klinik FKTP Swasta FKRTL Swasta


1 FKTP Swasta membuat permintaan logistik ke ❑ FKRTL Swasta membuat permintaan
Puskesmas setiap triwulan sekali menggunakan logistik di SITB setiap triwulan sekali
form permintaan. menggunakan form permintaan.
2. Puskesmas memberikan logistik TB ke FKTP ❑ IFK memberikan logistik TB ke FKRTL
swasta dan melakukan update logistik di SITB. dan melakukan update logistik di SITB.
Untuk OAT pemberian setiap ada pasien TB. ❑ FKRTL swasta melakukan update stok
* FKTP swasta yang menggunakan SITB, permintaan dan pemberian logistik, maksimal 1
dan pemakaian logistik TB menggunakan SITB bulan sekali.
Catatan:
RS menerima rujukan TB
dengan penyulit melalui
penegakan diagnosis (TB
ekstra paru, TB DM, dan
dengan kormobid atau
penyulit lainnya) dan
melakukan pelayanan
pengobatannya (mekanisme
BPJS). Jika penyakit penyulit
pada pasien TB sudah dapat
terkontrol kelanjutan
pengobatan dapat juga di
lakukan rujuk balik ke FKTP.

Anda mungkin juga menyukai