Anda di halaman 1dari 29

KEBIJAKAN PROGRAM TUBERKULOSIS & PROGRAM

HEPATITIS DAN INFEKSI SALURAN PENCERNAAN


DI INDONESIA

13 JUNI 2021

Dr. Lusi Darmayanti, MPH

PERTEMUAN SOSIALISASI INVESTIGASI KONTAK DAN TERAPI


PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2022
• Situasi nasional
TOPIK • Target eliminasi
• Strategi percepatan penanggulangan
• Situasi TBC di Provinsi Lampung

2
SITUASI TERKINI TUBERKULOSIS
INDONESIA TAHUN 2021
49% 86%
Treatment Treatment Success
Negara dengan Peringkat Coverage

Beban Kasus TBC Tertinggi


di Dunia 8.296
Terkonfirmasi TB
2,590,000 Rifampycin Resistant
Jumlah Kasus TBC di Dunia : / MDR 46%
9,9 Juta Kasus Treatment success
r TB resisten obat
ate
5.125
Kasus enroll TB
Rifampycin Resistant
842,000 824,000 / MDR

38.707 8.344
Kasus TB Anak Kasus TB HIV

India Cina Indonesia


Global TB Report, 2021
Data per 2 Maret 2022
4
• Situasi nasional

TOPIK • Target eliminasi


• Strategi percepatan penanggulangan
• Situasi TBC di Provinsii Lampung

4
Pemerintah menargetkan eliminasi TB tahun 2030

Penurunan
angka kasus baru 65
(incidence rate) per 100,000 penduduk

Penurunan
angka kematian 6
per 100,000 penduduk

5
• Situasi nasional
TOPIK • Target eliminasi
• Strategi percepatan penanggulangan
• Situasi TBC di Provinsi Lampung

6
PERATURAN PRESIDEN 67/2021 TENTANG
PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS
Penguatan Jejaring Internal Layanan Kewajiban Pelaporan (Mandatory
TBC di Fasyankes Notification)
Pasal 12 Ayat 1 Pasal 12 Ayat 4
optimalisasi upaya penemuan kasus TBC Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
secara pasif intensif berbasis Fasilitas menemukan pasien TBC wajib
Pelayanan Kesehatan dan secara melaporkan kepada dinas kesehatan
aktif berbasis institusi dan komunitas kabupaten/ kota

Pasal 12 Ayat 2 Pasal 24 Ayat 2


Penemuan kasus TBC secara pasif intensif Salah satu tanggung jawab
dilakukan melalui pemeriksaan pasien Pemerintah Daerah adalah memastikan
dengan gejala TBC yang datang ke semua
yang terdiagnosis
orang TBC tercatat dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan terlaporkan dalam sistem informasi TBC.
terintegrasi dengan pelayanan
dan kesehatan
lainnya
PERUBAHAN ALUR DIAGNOSIS TBC
Komponen
Utama
Surat
Edaran
1. TCM menjadi alat diagnosis 4. Dinkes Prov/Kab/Kota 7. Dirjen P2P
Pasien TBC yang terdiagnosis dengan
utama untuk penegakan
diagnosis TB
menyiapkan sumber daya
di Fasyankes yang akan N o.936/202
mikroskopis harus dilakukan
pemeriksaan lanjutan dengan TCM.
8. 1
mengoperasikan TCM.
2. Fasyankes yang belum/tidak OAT Kat 1 untuk fase awal dan
mempunyai TCM, harus 5. Pasien MTB Pos Rif Sen dengan lanjutan dengan dosis harian. Prioritas
merujuk terduga riwayat pengobatan pasien TBC HIV, kasus TBC yang
TBC/spesimen ke Fasyankes sebelumnya akan dilanjutan diobati di RS, dan kasus TBC dengan
TCM. dengan pemeriksaan uji hasil MTB pos rif sen/indet dengan
3. Dinkes Prov/Kab/Kota kepekaan terhadap INH. riwayat pengobatan sebelumnya.
mengatur jejaring rujukan dan 6. Penegakan diagnosis TBC secara 9. Pemberian OAT kat 2 tidak
menetapkan Fasyankes TCM klinis harus didahului dengan direkomendasikan lagi
menjadi pusat rujukan bagi pemeriksaan bakteriologis untuk pengobatan pasien
• Situasi nasional
TOPIK • Target eliminasi
• Strategi percepatan penanggulangan
• Situasi TBC di Provinsi Lampung

1
1
Grafik Tren Penemuan dan Pengobatan (Treatment & Coverage) TBC
Provinsi Lampung tahun 2017 – 2022 (data sitb per 9 Juni 2022)
90 90
85
80 80
75
70 70
65
60
54
50
44 41.8
40 40
30
27
20
14.6
10
TARGET CAPAIAN
0
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Grafik Trens Keberhasilan Pengobatan (Treatment Success Rate)
Provinsi Lampung tahun 2017 - 2022
(data SITB : per 9 Juni 2022)

100% 97% 97% 98%


94%
90% 90% 90% 90% 90% 90% 90%
90%

80%
72%
70%

60%

50%

40%

30%

20%

10%
2017 2018 2019 2020 2021 2022

TARGET CAPAIAN
Capaian Standar Pelayanan Minimal Tuberkulosis (SPM TBC)
Provinsi Lampung Tahun 2022 (Sumber : SITB 9 juni 2022)
100
TARGET : 100 %
90

80

70

60

50 46.6
39.76 39.64
40 34.3
30.67 32.48 32.41
29.77 28.33
30 25.18
20.47
20 17.89 16.27 15.91 15.89 13.78
10

N
T

T
UR
U

AN
N

T
JI

A
NG

NG

US
H

RO

G
RA

RA
RA
AR
U

NA
TA

A
EW

AN
AM

M
ET

AR
ES

NG
PU

PU

BA

BA
BA
UT

LA

KA
TI
GS

W
M

W
M

TE

GG
SE

R
NG
G

BA
NG
NG

IN

AY
SA
LA

LA

SI
AN

NG

N
NG

PR

PU

SI
PU

W
PE
PU

G
TA
R
SI

PE
AN
PU
A

PU
IN

M
M
M
ND

BA

L
OV

LA
LA
M
LA

TU
BA

LA
G
LA
PR

AN
L
TU
TANTANGAN DAN RENCANA TINDAK LANJUT
PERCEPATAN YANG HARUS DILAKUKAN OLEH KABUPATEN/KOTA
• Melakukan sosialisasi dan advokasi Peraturan Presiden tentang Penanggulangan TBC
Pelibatan Multisektor Belum No 67 Tahun 2021 kepada multi sector ( Provinsi sedang menyusun Pergub Tim
Optimal percepatan Penanggulangan TBC yang harus diikuti oleh kabupaten/kota)

• Kasus yang undetected  intensifikasi investigasi kontak menggandeng komunitas,


Penurunan angka penemuan peluasan jejaring diagnosis/akses pemeriksaan TCM, mengintegrasikan skrining TB
kasus TB dalam proses skrining Covid-19 , PTM /Posbindu & ISPA
• Kasus yang unreported  jejaring pelibatan fasyankes pemerintah dan swasta (PPM)

• Sosialisasi dan diseminasi kebijakan TPT termasuk upaya peningkatan kapasitas kepada
Upaya penemuan kasus TB petugas puskesmas dan kader & perluasan cakupan TPT di fasyankes
secara aktif massif • Pendampingan pasien TB sebagai upaya mencapai kepatuhan dan keberhasilan
belum
optimal pengobatan, dapat juga dengan aplikasi Sobat TBC
• Berbagai landasan hukum terkait wajib lapor TB sudah terbit untuk dipergunakan
Under-reporting Kasus TB • Wajib notifikasi TB menjadi poin pertimbangan dalam pemberian Dana Alokasi Khusus
terutama di RS dan
• Bersama BPJS Kes, dalam proses mengembangkan konsep pembayaran berbasis kinerja
Layanan
Swasta (performance-based payment)
Kualitas Layanan dan
Keberhasilan Pengobatan • Memperluas akses peningkatan kapasitas SDM dan faskes dalam memberikan
TB yang Belum Optimal di tatalaksana TB (penemuan, penegakan diagnosis, pengobatan, pelaporan TB)
Seluruh Faskes
KEBIJAKAN PROGRAM HEPATITIS & PENYAKIT INFEKSI
SALURAN PENCERNAAN
TUJUAN UMUM DAN KHUSUS PROGRAAM
P2 HEPATITIS B DAN C
TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS
Eliminasi Hepatitis B dan Menurunkan prevalensi
1 Hepatitis C.
01 Hepatitis B dan Hepatitis C
Eliminisi Hepatitis B: 2030
Menurunkan insiden Hepatitis B
Eliminasi Hepatitis C: 2040
02 terutama pada anak usia 1-4 tahun

Menurunkan kematian akibat


03 Hepatitis C
Menurunkan kejadian infeksi
2 Hepatitis B dari ibu ke anak Meningkatkan kualitas hidup penderita
mulai tahun 2022 04 Hepatitis B & Hepatitis C

7
TARGET PROGRAM HEPATITIS
CAPAIAN PROGRAM HEPATITIS B
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 – 2022
% Kab/kota yang me laks anakan De te ks i Dini He pati ti s B
pada ibu hamil di provinsi lampung t ahun 2 0 15 – 2 0 21

100 100 100 100 100 Target Capaian


95
100 100 100 100
90 90
86.7
85
90 90
80 80
80 80
70
70 71.02
67.76
60 60 60 65.3
60
50
50 48.95
40 40
40

30 30
30
26
20 20 20 20

10 10 10
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2019 2020 2021 2022 2023 2024
TARGET CAPAIAN
KEBIJAKAN P2 PISP
Mengutamakan promotif dan preventif
1 tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif

2 Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat

Meningkatkan jejaring kerja, kemitraan dan


3 kerja sama

4 Penguatan peran pemerintah daerah

5 Pendekatan berjenjang dan

Dukungan ketersediaan infrastruktur


6 kesehatan yang memadai dengan kendali
mutu

ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML


Indikator Utama Program PISP 2020 – 2024
Indikator Utama
Definisi Operasional Cara Perhitungan Sumber Data
Indikator Outcome
Persentase Persentase Kab/Kota yang 80 Jumlah kab/kota yang Laporan rutin
Kab/Kota yang 80 % % Puskesmasnya melaksanakan Dinkes Prov
Puskesmasnya melaksanakan tatalaksana tatalaksana Diare
melaksanakan Diare sesuai standar bila: sesuai standar dibagi

tatalaksana Diare cakupan pemberian Oralit dan jumlah kab/kota yang

sesuai standar Zinc 100% pada penderita ada di Indonesia


diare balita dikali 100 %

52
ANTONY AZARSYAH, KASI PISP, SUBDIT HPISP, DIT P2PML
CAKUPAN PENEMUAN KASUS DIARE SEMUA UMUR
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2021
100.00%
91.24%
90.00%

80.00%

70.00%

60.00%

50.00%
44.18%
41.96%
39.18%
40.00%
32.08%
28.56% 29.13%
30.00% 25.70% 24.28%
17.96% 19.01% 19.46%
20.00% 17.33%
14.30% 14.98%
12.03%
10.00%

0.00%
t l
an ga
h
ar
a r at ng us ur an an wu uj
i at ra un
g ro ta
at Ut Ba
a m i m a n a r se e s a r
B a et T o
Se
l en w a T
yK w g B p M
g g
T ng ng g ba ngg ng a e sa Pr in b.M ng
si sir La
m
ta
n n pu pu a n T a pu W P . K a wa e r Ko
pu pu a m am T ul b. m b. a b. Kab Ba b.P nda
a m a m L L . Ka L a K a K g a a
b. . ab b. K B
b.L b.L a ab K a l an ta
K K K u
Ka Ka T Ko
a b.
K
CAKUPAN PENEMUAN KASUS DIARE BALITA
PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2021
30.00%

25.00% 24.39%
22.28%

20.00%

16.85%
16.07%
15.00% 13.85% 13.86%
12.53%
11.27% 11.71%

10.00% 9.22%
8.04% 8.51%
7.86%
6.67% 7.14%
6.31%
5.00%

0.00%
t u i t at l
an ga
h
ar
a a ng us ur na
n
ra
n
ew uj a r ng ro ta
at Ut ar a am m a s es ar Ba pu et T o
l en B w Ti a g B
Se T ng ng g ba gg ng a yK sa
w
r in b.
M
ng sis
i r a m
ta
M
ng ng pu u an an pu
e P a a e rL Ko
pu pu
p
ul
T . W .P b. K aw .P da
La
m a m b. m b b a B b n
am am . .L b.
T
Ka La Ka Ka K
ng Ka a
b.
L
b.
L b b Ka b. la ta
B
a a Ka Ka Ka Tu
K K Ko
b.
Ka
TANTANGAN
Frekuensi pergantian pengelola program PISP yang sering
1 sehingga kapasitas pengelola program PISP tidak maksimal
dalam melaksanakan program.

Rendahnya kepatuhan pengelola program untuk mengirimkan


2 laporan bulanan secara kelengkapan dan ketepatan

Tidak teralokasikan kegiatan layanan rehidrasi oral aktif (LROA),


kegiatan surveilans tifoid dan upaya pencegahan demam tifoid
3 pada kelompok anak sekolah dalam anggaran APBN pusat dan
dana dekonsentrasi serta APBD sehingga capaian indikator tidak
maksimal.

Kurangnya dukungan serta kesadaran pemerintah daerah dan


4 masyarakat terhadap penyakit infeksi saluran pencernaan
terutama diare baik dalam pelaksanaan tata laksana diare,
surveilans KLB, pelatihan petugas kesehatan, logistik (oralit dan
zinc) dan alokasi anggaran untuk kegiatan-kegiatan pendukung.

Tidak optimalnya kegiatan program dikarenakan banyak


5 kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan dikarenakan hampir
seluruh sumber daya direalokasi untuk penanggulangan pandemi
COVID 19.

6 Karena pandemi COVID 19, kasus diare yang mengakses layanan


di fasyankes berkurang.
REKOMENDASI
PENGUATAN PROGRAM
1. Peningkata kapasitasPengelola
n program dalam
tatalaksana termasuk dalam
pelaporan. kapasitas pencatatan
tenaga kesehatan
2. tatalaksana
Peningkatandiare.
dalam dan
3. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan,
keterjangkauan dan pemerataan obat diare yang
dibutuhkan masyarakat
4. Pemanfaatan teknologi informasi untuk penguatan
kapasitas, bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi
program pada masa pandemi ini
5. Optimalisasi sumber daya yang ada dalam rangka
percepatan pencapaian target
6. Perbaikan kualitas data dan kapasitas petugas catpor
7. Optimalisasi integrasi lintas program
8. Integrasi data angka kesakitan dan kematian balita
lintas program
9. Optimalisasi kemitraan dengan LSM, akademisi, mitra
dalam dan luar negeri, ahli, UN serta lintas program.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai