Anda di halaman 1dari 18

JURNAL POLITIK PEMERINTAHAN, Agustus 2016, Hlm. 25 – 43 Volume 9 No.

1, Agustus 2016

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL
BIDANG KESEHATAN DI PUSKESMAS GARAWANGI
KABUPATEN KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT

Oleh: M. Rifa’i1, Udaya Madjid, dan Ismunarta


Institut Pemerintahan Dalam Negeri
1
E-mail: masfairif@yahoo.co.id

ABSTRACT
Health services are increasingly required in line with the development of diseases
resulting from the lack of public awareness of health care, such as the number of malnutrition
cases, slum sand unhealthy environment, and society unhealthful life style habits. Therefore,
Kuningan District Government,through the Health Department, has been trying to implement
the Regulation of the Minister of Health number 741 of 2008 concerning the SPM field of
Health in the District/city and Decree number 828 of 2008 as the implementation technical
guide line. Thus, the standard of health services that implemented by Puskesmas Garawangi
of Kuningan District is the manifestation of central government policy in order to protect
and improve society health level.
Keywords: policy; standard of services; society health

ABSTRAK
Pelayanan kesehatan semakin dibutuhkan sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran
dan munculnya berbagai penyakit sebagai dampak kurangnya kesadaran masyarakat menjaga
kesehatan, baik yang ditimbulkan dari lingkungan sekitar maupun kebiasaan masyarakat pada
pola makan dan pola hidup yang kurang sehat. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Kuningan,
melalui dinas kesehatan, berusaha menerapkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 741
Tahun 2008 tentang SPM bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota dan Keputusan Nomor: 828
Tahun 2008 sebagai petunjuk teknis pelaksanaannya. dengan demikian, standar pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas Garawangi Kabupaten Kuningan merupakan
perwujudan dari kebijakan Pemerintah Pusat guna melindungi dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Kata kunci: kebijakan; standar pelayanan; kesehatan masyarakat

PENDAHULUAN ini ditujukan kepada seluruh masyarakat


Pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan

B erbicara pelayanan publik, maka


pelayanan kesehatan merupakan
salah satu bagiannya karena pelayanan
dasar (basic needs) bagi masyarakat,
sehingga Pemerintah baik Pusat maupun
Daerah harus menyediakan sarana
26 M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta DHARMA PRAJA

pelayanan kesehatan, seperti poliklinik, minimal yang dapat diberlakukan untuk


puskesmas dan rumah sakit. Mengingat semua daerah.
masalah kesehatan menyangkut hajat Standar Pelayanan Minimal yang telah
hidup orang banyak, maka di setiap daerah ditetapkan Pemerintah ternyata belum
Kabupaten dan Kota perlu dibentuk Dinas sepenuhnya bisa dilakukan oleh semua
Kesehatan dalam rangka pemenuhan dan Daerah di Indonesia, termasuk di Pemerintah
perlindungan kesehatan masyarakat. Kabupaten Kuningan. Hal ini bisa
Pelayanan kesehatan semakin dimaklumi mengingat masalah kesehatan
dibutuhkan sejalan dengan banyaknya merupakan kebutuhan dasar masyarakat
kasus kematian mendadak dan kematian yang jangkauannya sangat luas hingga ke
di usia muda, timbulnya kejadian luar pelosok desa terpencil, termasuk pelayanan
biasa beberapa penyakit yang menimpa kesehatan dasar di setiap Puskesmas sebagai
masyarakat, lingkungan kumuh dan tindak lanjut pemberlakuan SPM yang
kurang sehat serta kurangnya kesadaran ditetapkan Pemerintah.
masyarakat menjaga kesehatan, seperti Dengan adanya SPM diharapkan
pola makan tidak teratur, kurang olah raga Daerah menjadi lebih baik dalam upaya
dan kurang istirahat yang berdampak pada memberikan layanan kesehatan, termasuk
ketahanan tubuh menurun dan tingkat stres perhatian terhadap pelayanan kesehatan
yang bertambah. dasar di setiap Puskesmas sebagai tindak
Upaya Pemerintah dalam menyediakan lanjut pemberlakuan SPM yang ditetapkan
jasa/layanan kesehatan yang berkualitas Pemerintah, dengan tetap mengacu pada
dan terjangkau oleh masyarakat umum prinsip-prinsip SPM, seperti prinsip
menjadi penting adanya. Maka sudah keterbukaan, konsensus, sederhana,
selayaknya Pemerintah menerapkan terjangkau, terukur, nyata, bertahap dan
program subsidi untuk kesehatan, akuntabel (PP Nomor 65 Tahun 2005).
khususnya masyarakat kurang mampu, Pusat Kesehatan Masyarakat
seperti pemberian kartu Jaminan (Puskesmas) adalah salah satu sarana
kesehatan melalui Badan Penyelenggara pelayanan kesehatan masyarakat yang
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. dengan amat penting ditinjau dari sistem pelayanan
demikian, perhatian Pemerintah terhadap kesehatan di Indonesia. Peran puskesmas
kesehatan masyarakat mempunyai arti sebagai sarana pelayanan kesehatan dasar
strategis dalam rangka meningkatkan dan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Kabupaten/Kota, diharapkan mampu
Dalam rangka meningkatkan derajat memberikan pelayanan kesehatan yang
kesehatan masyarakat, baik yang ada bermutu kepada masyarakat.
di perkotaan maupun di perdesaan, Untuk menjamin terlaksananya
Pemerintah harus menetapkan standar pelayanan kesehatan yang bermutu di
yang jelas dan terukur sehingga mudah setiap Puskesmas, termasuk di Puskesmas
diimplementasikan di setiap Daerah. Kecamatan Garawangi Kabupaten
Untuk menghindari ketimpangan dalam Kuningan, sebagai salah satu Puskesmas
pelaksanaannya, maka harus ada standar yang pernah mendapat prestasi Puskesmas
DHARMA PRAJA M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta 27

teladan Tingkat Jawa Barat pada Tahun Kabupaten Kuningan dari kajian teoritis
2009 (www.kuningankab.go.id/prestasi terlebih dahulu.
dan penghargaan), diharapkan dapat
memberikan pelayanan sesuai Standar Berbicara tentang implementasi,
Pelayanan Minimal kepada masyarakat tidak terlepas dari suatu kebijakan yang
Kecamatan Garawangi yang jumlah telah dibuat, baik oleh individu maupun
penduduknya mencapai 43.975 jiwa sekelompok orang dalam suatu organisasi.
(Tahun 2015), dengan cakupan luas Implementasi menurut arti sederhana
wilayah 39.356 Km2. yaitu penerapan atau pelaksanaan.
Widodo (2001: 193) menyatakan bahwa
Meskipun demikian, terdapat beberapa
implementasi adalah proses yang
kekurangan dalam pelayanan kesehatan
melibatkan sejumlah sumber-sumber
sebagaimana terjadi di banyak Puskesmas,
yang di dalamnya termasuk manusia, dana
termasuk Puskesmas Garawangi.
dan kemampuan operasional, baik oleh
Seperti kurangnya SDM, baik dari sisi
Pemerintah maupun swasta (individu atau
kuantitas maupun kualitasnya, kurangnya
sarana dan prasarana di Puskesmas, kelompok) untuk mencapai tujuan yang
kurangnya kesadaran masyarakat untuk telah ditetapkan sebelumnya oleh pembuat
memeriksakan kesehatannya secara gratis kebijakan.
di Puskesmas, dan perlunya sosialisasi
Dengan demikian, implementasi
kepada masyarakat akan pentingnya
kebijakan merupakan rangkaian kegiatan
kesehatan, baik dari dinas kesehatan
setelah suatu kebijakan dirumuskan.
maupun Puskesmas setempat.
Tanpa suatu pelaksanaan, maka suatu
Dari latar belakang permasalahan yang kebijakan yang telah dirumuskan akan sia-
terkait pelaksanaan SPM bidang kesehatan sia belaka. Oleh karena itu, pelaksanaan
di Puskesmas Garawangi adalah: 1)
kebijakan mempunyai kedudukan penting
Bagaimana penerapan Standar Pelayanan
dalam pembahasan kebijakan publik
Minimal bidang kesehatan di Puskesmas
(public policy).
Kecamatan Garawangi Kabupaten
Kuningan, 2) Apakah pelayanan di Dalam hal ini, penulis hendak
Puskesmas Kecamatan Garawangi sudah menampilkan pendapat yang dikemukakan
sesuai Standar Pelayanan Minimal yang oleh Matland (dalam Hamdi, 2014: 105),
ditetapkan Pemerintah, dan 3) Apakah bahwa implementasi kebijakan terdiri
dampak penerapan Standar Pelayanan atas serangkaian gambaran (perihal
Minimal bagi Puskesmas dan masyarakat atau keadaan) mengenai dinamika
di Kecamatan Garawangi. produktivitas, linearitas, dan efisiensi.
Setelah mengetahui permasalahan
yang tidak terlepas dari judul penelitian, Standar Pelayanan Minimal (SPM)
maka perlu dijelaskan tentang implementasi Bidang Kesehatan
kebijakan dan penerapan standar pelayanan Standar pelayanan merupakan ukuran
minimal dalam pelayanan kesehatan yang dibakukan dalam penyelenggaraan
di Puskesmas Kecamatan Garawangi pelayanan publik sebagai pedoman
28 M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta DHARMA PRAJA

yang wajib ditaati dan dilaksanakan oleh Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
penyelenggara pelayanan, dan menjadi Penyusunan dan Penerapan Standar
pedoman bagi penerima pelayanan dalam Pelayanan Minimal yang diberlakukan
proses pengajuan permohonan, serta sebagai di seluruh Pemerintah Propinsi dan
alat kontrol masyarakat dan/atau penerima Pemerintah Kabupaten/Kota yang
layanan atas kinerja penyelenggara pelayanan berkaitan dengan pelayanan dasar, yang
(Hardiyansyah, 2011: 28). Sementara itu, di dalamnya memuat prinsip-prinsip SPM,
Surjadi (2012:69) menjelaskan standar seperti sifatnya yang sederhana, konkrit,
pelayanan minimal merupakan ukuran terukur, terbuka, terjangkau dan dapat
yang dibakukan dalam penyelenggaraan dipertanggungjawabkan serta mempunyai
pelayanan publik yang wajib ditaati oleh batas waktu pencapaian.
pemberi atau penerima pelayanan. Salah satu jenis jasa/layanan publik
Meskipun demikian, masih banyak adalah pelayanan kesehatan. Pelayanan ini
keluhan dan ketidakpuasan masyarakat berhubungan langsung dengan ketahanan
terhadap pelayanan yang diberikan oleh hidup seseorang atau masyarakat secara
Pemerintah, baik Pemerintah Pusat luas, dan berpengaruh pula terhadap
maupun Pemerintah Daerah. Padahal, kualitas sumber daya manusia secara
sejak tahun 2005 telah diterbitkan keseluruhan. Dalam hal ini, Lumenta
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun (1989: 45), menyatakan;” mendapat
2005 yang memuat ketentuan tentang pelayanan kesehatan bukanlah suatu
Pedoman Penyusunan dan Penerapan keistimewaan bagi masyarakat, tetapi
Standar Pelayanan Minimal (SPM), sudah merupakan hak mereka sehingga
bahkan diperkuat adanya Permendagri harus dapat tersedia bagi semua yang
Nomor 6 Tahun 2007. tentang Petunjuk membutuhkan.”
Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Menurut Undang-Undang Republik
Pelayanan Minimal. Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Menurut Permendagri Nomor 6 Tahun Kesehatan pasal 1 (ayat 11) pengertian
2007 (pasal 1 ayat 8) disebutkan bahwa upaya atau pelayanan kesehatan adalah
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
dasar yang merupakan urusan wajib terintegrasi dan berkesinambungan untuk
Daerah yang berhak diperoleh setiap warga memelihara dan meningkatkan derajat
secara minimal. Kemudian pada ayat (10) kesehatan masyarakat dalam bentuk
disebutkan bahwa indikator SPM adalah pencegahan penyakit, peningkatan
tolak ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif kesehatan, pengobatan penyakit, dan
yang digunakan untuk menggambarkan pemulihan kesehatan oleh pemerintah.
besaran sasaran dalam pencapaian SPM,
yang berupa masukan, proses, keluaran, Penerapan SPM Kesehatan di Daerah
hasil dan/atau manfaat pelayanan dasar.
Pelaksanaan SPM sebagaimana diatur
Permendagri di atas merupakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor
penguatan dari Peraturan Pemerintah 65 Tahun 2005, dimaksudkan agar: (1)
DHARMA PRAJA M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta 29

terjaminnya masyarakat untuk menerima 5. Target tahunan pencapaian SPM


suatu pelayanan dasar dari Pemerintah tersebut dituangkan ke adalam
Daerah dengan mutu tertentu, (2) menjadi Rencana Kerja Pemerintah Daerah
alat dalam menentukan jumlah anggaran (RKPD), Rencana Kerja Satuan
untuk menyediakan suatu pelayanan Perangkat Daerah (Renja SKPD),
dasar, sehingga SPM dapat menjadi dasar Kebijakan Umum Anggaran (KUA),
dalam menentukan kebutuhan pembiayaan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan
daerah, (3) menjadi landasan dalam Kerja Perangkat Daerah (RKA-
menentukan perimbangan keuangan SKPD) sesuai klasifikasi belanja
dan/atau bantuan lain yang lebih adil daerah dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan daerah.
dan transparan, (4) menjadi dasar dalam
menentukan anggaran dengan basis 6. Penyususnan rencana pencapaian SPM
kinerja, (5) memperjelas tugas pokok dan anggaran kegiatan yang terkait
Pemerintah Daerah dan mendorong dengan pencapaian SPM dilakukan
terwujudnya check and balance yang berdasarkan analisis kemampuan
efektif, (6) mendorong transparansi dan dan potensi daerah dengan mengacu
partisipasi masyarakat dalam proses pada pedoman yang ditetapkan oleh
penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Menteri Dalam Negeri.
7. Rencana pencapaian target tahunan
Dalam kaitannya dengan penerapan
SPM serta realisasinya diinformasikan
SPM, di dalam PP Nomor 65 Tahun 2005
kepada masyarakat sesuai peraturan
diatur hal-hal sebagai berikut:
perundang-undangan.
1. Pemerintah Daerah menerapkan SPM
8. Pemerintah Daerah mengakomodasi­
sesuai dengan ketentuan yang diatur
kan pengelolaan data dan informasi
dalam Peraturan Menteri.
penerapan SPM ke dalam sistem
2. SPM yang telah ditetapkan Pemerintah informasi daerah yang dilaksanakan
menjadi salah satu acuan bagi sesuai dengan peraturan perundang-
Pemerintah Daerah untuk menyusun undangan.
perencanaan dan penganggaran
9. Dalam rangka pelaksanaan urusan
penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
pemerintahan yang mengakibatkan
3. Pemerintah Daerah menyusun dampak lintas daerah dan atau untuk
rencana pencapaian SPM yang menciptakan efisiensi, daerah wajib
memuat target tahunan pencapaian mengelola pelayanan publik secara
SPM dengan mengacu pada batas bersama dengan daerah di sekitarnya
waktu pencapaian SPM sesuai dengan sesuai peraturan perundang-undangan.
Peraturan Menteri. 10. Dalam pengelolaan pelayanan dasar
4. Rencana pencapaian SPM tersebut secara bersama sebagai bagian dari
dituangkan ke dalam Rencana pelayanan publik, rencana pencapaian
Pembangunan Jangka Menengah SPM perlu disepakati bersama dan
Daerah (RPJMD) dan Rencana dijadikan dasar dalam merencanakan
Strategi Satuan Kerja Perangkat dan menganggarkan kontribusi
Daerah (Renstra SKPD). masing-masing daerah.
30 M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta DHARMA PRAJA
8. Pemerintah Daerah mengakomodasikan pengelolaan data dan informasi penerapan
11. DalamSPMupayake dalampencapaian
sistem informasi daerah yang
SPM, dilaksanakan
dikeluarkan sesuai dengan
petunjuk peraturan
teknis (Juknis)
perundang-undangan.
Pemerintah Daerah dapat bekerjasama tentang SPM bidang kesehatan Kabupaten/
9. Dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak
dengan pihak
lintas swasta.
daerah Kota efisiensi,
dan atau untuk menciptakan dengan daerah
Kepmenkes Nomor 828
wajib mengelola
pelayanan
Standar publik Minimal
Pelayanan secara bersama Tahun
yangdengan daerah2008. tentangsesuai
di sekitarnya Petunjuk Teknis
peraturan
perundang-undangan.
telah ditetapkan Pemerintah melalui PP 65 Standar Pelayanan Minimal (SPM)
10. Dalam pengelolaan pelayanan dasar secara
Tahun 2005 ternyata bidang Kesehatan
bersama Kabupaten/Kota
sebagai bagian dari pelayananyang
publik, rencanabelum sepenuhnya
pencapaian SPM perlu ditujukan
disepakati bersama dan dijadikan dasar
pada tercapainya kepuasan
bisa dilaksanakan oleh semua
dalam merencanakan Daerah
dan menganggarkan kontribusi masing-masing daerah.
di Indonesia, masyarakat, yang pada gilirannya dapat
11. Dalam termasuk di Pemerintah
upaya pencapaian SPM, Pemerintah Daerah dapat bekerjasama dengan
Kabupatenpihak Kuningan..
swasta. Hal ini bisa memberi dampak kepada citra pemerintah
dimaklumi mengingat masalah kesehatan di mata masyarakatnya.
merupakanStandar Pelayanandasar
kebutuhan Minimal yang telah ditetapkan
masyarakat Pemerintah
Untuk melalui
melihat PP 65 Tahun
gambaran terkait
2005 ternyata belum sepenuhnya bisa dilaksanakan oleh semua Daerah di Indonesia,
implementasi Standar Pelayanan Minimal
yang jangkauannya sangat luas dan
termasuk di Pemerintah Kabupaten Kuningan.. Hal ini bisa dimaklumi mengingat masalah
merupakan hak setiap
kesehatan merupakan orang dasar
kebutuhan dalam bidang
masyarakat yang kesehatan
jangkauannyadisangat
Indonesia
luas dandapat
memperoleh akses
merupakan hak di orang
setiap bidang kesehatan
dalam dilihat pada bagan sebagaimana
memperoleh akses di bidang kesehatan (UU 36/ 2009, terdapat
(UUpasal
36/2009,
5 :ayat pasal
1). 5:ayat 1). pada gambar 1 di bawah.
Sebagai tindak lanjutnya, Menteri Kesehatan dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Sebagai tindak lanjutnya, Menteri
Nomor 741/ 2008, menetapkan SPM bidang KesehatanMETODE yang selanjutnya disebut SPM
PENELITIAN
Kesehatan
Kesehatan.dengan Peraturan Menteri
Untuk mempermudah pelaksanaannya, maka dikeluarkan petunjuk teknis
Kesehatan Nomor SPM
(Juknis) tentang 741/2008,
bidang menetapkan
kesehatan Kabupaten/ Guna memperoleh
Kota dengan hasilNomor
Kepmenkes yang 828
optimal
SPM bidang Kesehatan yang selanjutnya
Tahun 2008. tentang Petunjuk Teknis Standar dalam suatu penelitian,
Pelayanan Minimal diperlukan
(SPM) bidang desain
disebut
KesehatanSPM Kesehatan.
Kabupaten/ Untuk pada
Kota yang ditujukan tercapainya kepuasan masyarakat,
penelitian yang selaras dengan kondisi yang
pada gilirannya dapat
mempermudah memberi dampak
pelaksanaannya, kepada citra
maka dan pemerintah di mataakan
objek yang masyarakatnya.
diteliti. Desain
Untuk melihat gambaran terkait implementasi Standar Pelayanan Minimal bidang
kesehatan di Indonesia dapat dilihat pada bagan sebagai berikut :

Permenkes No.741
Tahun 2008
(SPM Kesehatan)

UU No 36/ 2009 PP No. 65/ 2005 Kualitas Kesehatan


Ttg. Kesehatan Penerapan SPM Masyarakat

Kepmenkes No.828
Tahun 2008
(SPM Kesehatan
Kab / Kota)

Gambar 1
Gambar
Kerangka 1
Pemikiran
Kerangka
Implementasi Standar Pemikiran
Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan
Implementasi Standar Pelayanan
Dalam Meningkatkan Minimal (SPM)
Kualitas Kesehatan Kesehatan
di Indonesia
Dalam Meningkatkan Kualitas Kesehatan di Indonesia
DHARMA PRAJA M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta 31

penelitian menurut Nazir (2009: 84) yang berkaitan dengan fokus penelitian,
merupakan semua proses yang diperlukan memuat aspek-aspek yang akan diteliti
dalam perencanaan dan pelaksanaan dalam rangka menjawab permasalahan
penelitian. Dalam pengertian yang lebih penelitian.
sempit, desain penelitian hanya mengenai Dalam penelitian ini yang menjadi
pengumpulan dan anlisis data saja. lingkup dari implementasi kebijakan
Desain penelitian harus sesuai dengan sebagaimana dikemukakan oleh
metode penelitian, dan prosedur serta alat Matland (dalam Hamdi, 2014: 105),
yang digunakan dalam penelitian harus bahwa implementasi kebijakan terdiri
cocok dengan metode penelitian yang atas serangkaian gambaran (perihal
digunakan. Prosedur penelitian merupakan atau keadaan) mengenai dinamika
urutan-urutan pekerjaan yang harus produktivitas, linearitas, dan efisiensi.
dilakukan dalam suatu penelitian. Teknik Adapun lingkup dari Standar Pelayanan
penelitian merupakan alat-alat pengukur Minimal (SPM) Kesehatan meliputi
yang diperlukan dalam melaksanakan prosedur pelayanan, waktu pelayanan,
suatu penelitian, sedangkan metode biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana
penelitian memandu tentang urut-urutan dan prasarana serta kompetensi petugas
bagaimana penelitian dilakukan. di Puskesmas Kecamatan Garawangi
Sebagaimana Sugiyono (2011: 2) Kabupaten Kuningan.
menjelaskan bahwa metode penelitian
Sumber Data Penelitian
adalah cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Arikunto (2010:172) mengemukakan
Adapun teknik pengumpulan data bahwa yang dimaksud dengan sumber
dilakukan secara triangulasi (gabungan), data adalah subjek di mana data dapat
analisis data bersifat kualitatif, dan hasil diperoleh. Adapun tiga klasifikasi dari
penelitian kualitatif lebih menekankan sumber data yang disingkat dalam 3p
makna daripada generalisasi. Metode yaitu: 1) person, 2) place, dan 3) paper.
yang digunakan adalah metode deskriptif Person, yaitu sumber data yang bisa
kualitatif dengan pendekatan induktif. memberikan data berupa jawaban lisan
Maksud dari penggunaan pendekatan melalui wawancara atau jawaban tertulis
induktif adalah untuk menggali fakta- melalui angket. Place, yaitu sumber
fakta yang ada di lapangan terkait dengan data yang menyajikan tampilan berupa
penerapan Standar Pelayanan Minimal keadaan diam dan bergerak, baik dalam
bidang Kesehatan di Puskesmas Kecamatan wujud mapun aktivitas manusia. dan lain
Garawangi Kabupaten Kuningan. dan sebagainya. Paper, yaitu sumber data yang
menggambarkannya secara sistematis dan menyajikan tanda-tanda berupa huruf,
faktual untuk ditarik suatu simpulan. angka, gambar dan simbol-simbol lain.
Untuk memperoleh gambaran terkait Untuk memperoleh data dan informasi
hal ini, perlu diketahui metode penelitian yang diperlukan maka harus ditentukan
serta scope atau lingkup penelitian untuk sumber data yang akan digunakan dalam
memberikan gambaran tentang konteks penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
32 M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta DHARMA PRAJA

menggunakan sumber data dari hasil Dalam hal ini, penulis mengambil teknik
wawancara sebagai data primer. Sementara dokumentasi berupa pengumpulan data
itu, sumber data dari pelacakan dokumen dengan cara mempelajari dokumen-
sebagai data sekundernya. dokumen yang berkaitan dengan pokok
permasalahan seperti laporan-laporan,
Teknik Pengumpulan Data dan buku-buku, arsip-arsip, catatan-catatan
Instrumen Penelitian peraturan perundang-undangan dan
Guna mengumpulkan data yang dokumen lain yang ada hubungannya
dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik dengan fokus penelitian.
lapangan. Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan sebagai berikut: Teknis Analisis Data

1. Wawancara Bogdan dalam Sugiyono (2011:244),


menyatakan bahwa analisis data adalah
Yaitu teknik pengumpulan data untuk
proses mencari dan menyusun secara
memperoleh keterangan dengan
sistematis data yang diperoleh dari
cara tanya jawab secara langsung
hasil wawancara, catatan lapangan,
antara peneliti dengan informan yang
telah ditentukan dengan pedoman dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
wawancara. Menurut Esterberg (dalam mudah difahami, dan temuannya dapat
Sugiyono, 2011: 231), dijelaskan diinformasikan kepada orang lain.
bahwa wawancara adalah merupakan Dengan demikian, analisis data
pertemuan dua orang untuk bertukar adalah proses mencari dan menyusun
informasi atau ide melalui tanya secara sistematis data yang diperoleh
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan dari hasil wawancara, catatan lapangan,
maknanya dalam suatu topik tertentu. dan dokumentasi, sehingga penulis
Untuk keperluan ini, penulis melakukan berupaya menggambarkan secara
wawancara berdasarkan instrumen tertulis, sistematis tentang keadaan yang
penelitian (pedoman wawancara) sebenarnya dengan melakukan cross
dengan Kepala Puskesmas, Kepala cek untuk memeriksa keabsahannya
seksi pelayanan umum, dokter/petugas sehingga diperoleh simpulan yang benar
pelayanan kesehatan dan masyarakat dan menyeluruh berdasarkan analisis
di Puskesmas Kecamatan Garawangi data yang tepat.
Kabupaten Kuningan.
2. Dokumentasi HASIL PENELITIAN DAN PEM­
BAHASAN
Menurut Arikunto (2010:201),
dokumentasi yang asal katanya Kecamatan Garawangi merupakan
dokumen, artinya barang-barang salah satu dari 32 kecamatan yang berada
tertulis. Melalui dokumentasi peneliti di Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa
dapat mempelajari benda-benda Barat. Berdasarkan Peraturan Daerah
tertulis seperti buku-buku, majalah, Kabupaten Kuningan Nomor 13 Tahun
dokumen peraturan-peraturan, notulen 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
rapat, catatan harian dan sebagainya. Kecamatan di Kabupaten Kuningan,
DHARMA PRAJA M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta 33

maka wilayah Garawangi ditetapkan Profil Puskesmas Kecamatan Gara­


sebagai salah satu kecamatan definitif, wangi
yang meliputi tujuh belas (17) desa, yakni
Upaya kesehatan yang diseleng­
Desa Garawangi, Purwasari, Lengkong,
garakan di Puskesmas terdiri dari Upaya
Tembong, Karamatwangi, Sukaimut,
Kesehatan Wajib dan Upaya Kesehatan
Cikananga, Tambakbaya, Mekarmulya,
Pengembangan. Upaya Kesehatan
Sukamulya, Mancagar, Citiusari,
Wajib merupakan upaya kesehatan yang
Pakembangan, Kutakembaran, Gewok,
dilaksanakan oleh seluruh Puskesmas
Cirukem dan Desa Kadatuan dengan
di Indonesia. Upaya Kesehatan Wajib
keseluruhan wilayah seluas 39.468,861
adalah Promosi Kesehatan, Kesehatan
Km².
Lingkungan, Kesehatan Ibu Anak
dan Keluarga Berencana, Perbaikan
Kondisi Demografi, Ekonomi, dan
Gizi Masyarakat, Pencegahan dan
Sosial Pemberantasan Penyakit Menular serta
Menurut data yang diperoleh, Jumlah Pengobatan.
penduduk Kecamatan Garawangi tercatat Upaya Kesehatan Pengem­ bangan
sebanyak 44.246 jiwa pada tahun 2016 adalah upaya kesehatan yang ditetapkan
dengan rincian laki-laki 40. 047 jiwa dan berdasarkan permasalahan kesehatan
perempuan 39.071 jiwa Adapun kondisi yang ditemukan di masyarakat setempat
demografi menurut rincian diketahui serta disesuaikan dengan kemampuan
bahwa desa Lengkong mempunyai jumlah Puskesmas. Adapun perawatan kesehatan
penduduk terbanyak dibanding desa-desa masyarakat merupakan bagian integral
lain di wilayah Kecamatan Garawangi dari upaya pelayanan di Puskesmas dan
yaitu sebesar 6.679 jiwa dengan tingkat bersifat menyeluruh.
kepadatan penduduknya mencapai 2,57
jiwa/Km². Visi dan Misi Puskesmas Kecamatan
Struktur mata pencaharian penduduk Garawangi
yang memengaruhi sektor perekonomian
daerah masih didominasi oleh petani • Visi Puskesmas
dan buruh tani; hal ini dikarenan wilayah “TERCAPAINYA MASYARAKAT
Kecamatan Garawangi sebagian besar SEHAT, MANDIRI DENGAN
areal persawahan. Maka bisa dijelaskan PELAYANAN KESEHATAN YANG
bahwa mayoritas penduduknya adalah TERJANGKAU, MERATA DAN
petani/buruh tani sebesar 16.303 orang BERKUALITAS”
(36,84 %), pedagang sebanyak 3. 650
orang (8,25 %), Buruh/karyawan sebesar • Misi Puskesmas
6.823 orang (15,42 %), PNS/TNI dan Polri 1. Menjamin pelayanan kesehatan yang
sebanyak 878 orang (1,98 %), wiraswasta terjangkau, bermutu, merata dan
sebesar 5. 003 orang (11,31 %) dan yang berkualitas kepada seluruh masyarakat
tyidak bekera/pelajar/Mahasiswa sebesar di wilayan UPTD Puskesmas
11.589 orang (26,20 %). Garawangi melalui pelayanan di
34 M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta DHARMA PRAJA

Puskesmas, posyandu, Poskesdes dan • Ruang Rawat untuk PONED


PONED. • Ruang Loket Obat
2.
Mendorong masyarakat untuk • Ruang Bersalin
hidup sehat dan mandiri dengan • Ruang BP. Gigi
melaksanakan kegiatan pelayanan di • Ruang Bidan
masyarakat melalui upaya peningkatan Selain sarana dan prasarana, untuk
Program Kesehatan Pengembangan, meningkatkan kualitas pelayanan
KIE/Konseling Kesehatan, KIA/ dibutuhkan tenaga kerja (SDM) yang
KB, upaya perbaikan gizi keluarga,
cukup sehingga semua pekerjaan terkait
pencegahan penyakit dan peningkatan
pelayanan medis maupun non medis
kesehatan lingkungan.
dapat berjalan dengan baik. Dari data
3. Melaksanakan kegiatan kesehatan yang diperoleh terdapat 3 orang dokter (2
berbasis masyarakat melalui orang dokter umum dan 1 orang dokter
pengembangan Desa Siaga. gigi), 1 orang Kasubag TU, 8 perawat (6
4.
Memanfaatkan sumber daya PNS dan 2 orang Sukarelawan), 1 orang
kesehatan yang maksimal agar efektif perawat gigi, 1 orang kefarmasian, 1
dan efisien. orang bagian gizi, 1 orang sanitarian dan
22 orang bidan Puskesmas dan bidan
Sarana-Prasarana dan SDM di
desa.
Puskesmas Garawangi
Melihat jumlah tenaga, baik medis
Puskesmas Garawangi mempunyai maupun non medis cukup memadai,
tugas dan fungsi pelayanan kesehatan meskipun masih terdapat beberapa tenaga
baik preventif, promotif, kuratif dan yang statusnya masih bidan PTT yakni
rehabilitatif kepada masyarakat di wilayah sebanyak 10 orang. Hal ini tentu bisa
Kecamatan Garawangi dan sekitarnya. berdampak pada pelayanan kesehatan
Untuk melaksanakan tugas tersebut, di Puskesmas, apalagi jika dilihat rasio
maka perlu dilengkapi dengan sarana dan jumlah penduduk Kecamatan Garawangi
prasarana serta SDM yang memadai. Dari dengan jumlah pegawai yang ada di
data yang penulis dapatkan, prasarana Puskesmas Kecamatan Garawangi.
yang dimiliki Puskesmas Garawangi
berupa gedung Puskesmas, luasnya 440 Kondisi Pelayanan Kesehatan Dasar
M² dengan perincian sebagai berikut: di Puskesmas dan Jaringannya di
• Ruang Kepala Puskesmas Kecamatan Garawangi
• Ruang Konseling a. Puskesmas adalah Unit Pelaksana
• Ruang Tata Usaha/Staf Teknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten
• Ruang Emergency Kuningan yang bertanggung jawab
• Ruang Rapat menyelenggarakan pembangunan/
• Gudang Obat pelayanan kesehatan di suatu wilayah
• Ruang BP Umum b. Jaringan Puskesmas terdiri dari unit
• Ruang KIA/KB Puskesmas Pembantu (Pustu) dan unit
• Ruang Laboratorium Pondok Bersalin (Poned).
DHARMA PRAJA M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta 35

Prosedur, Alur, dan Waktu Pelayanan c. Poliklinik KIA/KB


• Pelayanan rawat jalan di puskesmas 1) Pelayanan Kesehatan Ibu dan
Kecamatan Garawangi Anak (KIA) dan KB.
1. Pasien datang ke loket untuk 2) Pelayanan dilakukan oleh
mengambil nomor urut dan mendaftar tenaga dokter, bidan atau
tenaga paramedis lainnya
2. Pasien menunggu panggilan di ruang yang telah dilatih Antenantal
tunggu untuk menunggu panggilan Care (ANC)
sesuai dengan nomor urut, dan sesuai
3) Untuk pelayanan Kesehatan
dengan keluhan pasien. Kecuali pasien
Ibu dan Anak (KIA)
dalam keadaan kegawat-daruratan.
diperlukan waktu: 15 – 25
a. Poliklinik umum menit.
Pasien masuk ruang poliklinik/ 4) Untuk pelayanan KB
periksa untuk pemeriksaan oleh diperlukan waktu : 10 – 45
dokter dan atau paramedis (bidan/ menit
perawat) yang berwewenang 5) USG: 15 menit
untuk melakukan:a) Anamnese/
tanya jawab, b) Pemeriksaan d. Ruang MTBS
fisik, c) Diagnostik dan d) Terapi. Bagi Puskesmas yang melaksanakan
untuk item a,b,c,d waktu yang Manajemen Terpadu Balita Sakit
diperlukan 10 – 15 menit (MTBS) pelaksanaannya dilakukan
b. Poliklinik gigi oleh paramedis.
Pelayanan gigi, waktu yang Waktu yang diperlukan 10 – 25
diperlukan 15 – 45 menit (sesuai menit
kasus) e. Konsultasi Gizi
1) Kasus Ringan Pelayanan Konseling Gizi
a) Pemeriksaan/konsultasi: dilakukan oleh tenaga dokter atau
5 menit nutrisionis, diperlukan waktu 15 –
b) Cabut gigi susu (suntik): 30 menit
7 menit f. Klinik Sanitasi
c) Cabut gigi susu
Pelayanan Konseling Sanitasi
(chloretil): 5 menit
dilakukan oleh tenaga dokter atau
2) Kasus Sedang sanitarian, diperlukan waktu 15 –
a) Cabut gigi dewasa: 45 20 menit
menit
g. Laboratorium
b) Tambal sementara: 10
Pemeriksaan Laboratorium dila­
menit
ku­kan tenaga Analisis Kesehatan
c) Tambal permanen: 10 atau tenaga paramedis yang
menit terlatih, diperlukan waktu 30 – 90
d) Skeling: 10-15 menit menit
36 M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta DHARMA PRAJA

h. Surat Keterangan dan Visum 5. Pelayanan imunisasi ditunjang dengan


1) Pelayanan surat keterangan adanya vaksin carrier
sakit/sehat/lainnya dari dok­ 6. Pertolongan persalinan normal oleh
ter, diperlukan waktu 10 – 15 bidan, diperlukan waktu 1 – 24 jam
menit Melihat data hasil pengamatan dan
2) Pelayanan visum et repertum wawancara, laporan di atas cukup baik,
dilakukan oleh dokter dan mengingat ada kejelasan dalam suatu
paramedis, diperlukan waktu pelayanan dalam setiap tindakan dengan
45 – 60 menit tetap mengacu pada prinsip-prinsip
3) Lama Pelayanan (Tidak Standar Pelayanan Minimal. Setelah
termasuk waktu tunggu/antri) melihat adanya kejelasan, baik dari sisi
a) Tanpa tindakan/rujukan prosedur pelayanan, waktu pencapaian
diperlukan waktu 40 – 90 layanan, serta kesiapan pada setiap
menit tindakan pelayanan di Puskesmas.
b) dengan tindakan (tergantung Penerapan Standar Pelayanan Minimal
kasus), waktu 2 – 3 jam (SPM) Kesehatan di Puskesmas
i. A p o t e k Kecamatan Garawangi
Pelayanan di apotek dilakukan Dalam laporan ini, penulis
oleh tenaga Apoteker/Asisten menggambarkan model implementasi
Apoteker/Paramedis terlatih kebijakan tentang Standar Pelayanan
diperlukan waktu: di Puskesmas Garawangi sebagaimana
a) Pembuatan puyer
: 15 – 30 yang dikemukakan oleh Matland (dalam
menit Hamdi, 2014:105) dengan mengacu pada
b) Pemberian obat selain puyer: tiga aspek dalam implementasi kebijakan,
10 – 15 menit yaitu produktivitas, linearitas dan efisiensi
yang akan dijelaskan sebagai berikut:

• Pelayanan di Pondok Bersalin


• Produktivitas
(PONED)
Produktivitas berkaitan dengan
1. Pasien datang ke PONED kemampuan untuk mewujudkan penca­
2. Pelayanan administrasi dilakukan oleh paian standar yang telah ditentukan,
bidan terutama yang berupa pencapaian standar
3. Pemeriksaaan anamnese, pemeriksaan jumlah kelompok sasaran. Semakin lan­
fisik, diagnostik, dan terapi ibu hamil car pemenuhan capaian kelompok sasa­
dilakukan oleh bidan, diperlukan ran, maka dapat dinyatakan bahwa imple­
waktu 20 – 30 menit mentasi kebijakan semakin produktif.
4. Pelayanan Keluarga Berencana, Komunikasi antara Pemerintah atau
konseling, pemasangan alat Pemerintah Daerah, dalam hal ini Dinas
kontrasepsi dilakukan oleh bidan, Kesehatan Kabupaten Kuningan dengan
diperlukan waktu 20 – 30 menit Puskesmas Kecamatan Garawangi dan
DHARMA PRAJA M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta 37

Masyarakat Kecamatan Garawangi jelas dan terukur. Jika setiap kegiatan


sudah berjalan berkat adanya koordinasi pelayanan mengacu pada prosedur yang
antar bagian/unit dan sosialisasi tentang telah ditetapkan, maka setiap kegiatan, baik
Standar Pelayanan di Puskesmas sehingga dalam rangka tertib administrasi maupun
masyarakat pun mengetahui prosedur, pemberian pelayanan kepada masyarakat
mekanisme dan ketentuan pelayanan harus berdasarkan SOP apalagi terkait
di Puskesmas. Hal ini diperkuat hasil pelayanan yang bersifat darurat.
wawancara dengan Kasubag TU dan Guna menunjang kegiatan
ibu Euis (tanggal 4 Mei 2016) bahwa operasional, maka Pemerintah Daerah
masyarakat sudah mengetahui tata cara melalui Peraturan Daerah Kabupaten
berobat dan berkunjung di Puskesmas, Kuningan Nomor 01 Tahun 2011 telah
baik melalui penjelasan petugas pelayanan menetapkan standar biaya/retribusi
maupun prosedur pelayanan yang pelayanan di setiap Puskesmas sebagai
tertempel pada dinding dekat pendaftaran. acuan dalam penentuan biaya pelayanan
bagi masyarakat yang berkunjung/berobat
• Linearitas dalam rangka transparansi sebagai salah
satu cerminan dari good governance.
Linearitas berkenaan dengan
kesesuaian proses pemenuhan standar Terkait ketersediaan pelaksana/pegawai,
dengan pedoman spesifikasi standar yang baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya,
telah ditentukan, di mana di dalamnya Puskesmas Kecamatan Garawangi telah
menyangkut prosedur, waktu, biaya, tempat menempatkan pegawai pada jabatan dan
dan pelaksana. Semakain sesuai proses posisi tertentu dengan tupoksi yang jelas,
pemenuhan standar dalam implementasi agar pelaksanaan pekerjaan berjalan sesuai
kebijakan, maka dapat dinyatakan bahwa tugas dan tanggungjawab dari masing-
implementasi kebijakan tersebut semakin masing pegawai. Dalam hal ini, Puskesmas
linear. Kesesuaian juga dimaknai tidak sebagai unit pelaksana dari Dinas Kesehatan
melampaui standar yang telah ditentukan, harus mampu melaksanakan kebijakan
seperti prosedur yang tidak semakin terkait Standar Pelayanan di Puskesmas
panjang/berbelit-belit, waktu pencapaian Garawangi.
yang tidak semakin lama, biaya yang tidak
semakin besar, tempat yang tidak berubah- • Efisiensi
ubah, dan pelaksana/pegawai yang tidak Efisiensi berkaitan dengan
semakin besar jumlahnya. kemampuan pendayagunaan sumber daya
Mekanisme atau prosedur pelayanan dalam implementasi kebijakan. Sumber
biasanya sudah ditetapkan melalui daya tersebut dapat berupa pelaksana,
Standart Operating Procedure (SOP) yang aset, dana dan teknologi. Semakin
dicantumkan dalam guideline program/ minimal penggunaan pelaksana, aset, dan
kebijakan. SOP yang baik mencantumkan dana melalui perangkat teknologi, maka
kerangka yang jelas, sistematis, tidak semakin tepat implementasi kebijakan
berbelit-belit dan mudah dipahami oleh dalam mencapai tujuannya. Untuk itu,
siapapun serta waktu pencapaian yang semua bagian/unit kerja yang ada harus
38 M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta DHARMA PRAJA

dapat memanfaatkan sumber daya yang ada, Paru, SOP Pelaksanaan Imunisasi, SOP
baik terkait kebutuhan pegawai dan beban Pelayanan Darurat Medis, SOP Pelayanan
kerjanya, ketersediaan dana operasional Rujukan Medis dan lain-lain.
yang menunjang pelayanan, ketersediaan Sebagai bukti atas pelaksanaan SPM
peralatan kesehatan dan fasilitas pendukung, di Puskesmas Kecamatan Garawangi
serta ketersediaan informasi dan ketepatan dapat dillihat dari Peraturan Bupati
penggunaan teknologi. Kuningan Nonor 35 Tahun 2010 tentang
Terkait implementasi kebijakan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan
tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM), Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten
penulis lebih melihat dari sisi pelaksanaan Kuningan dengan laporan Tahunan
kebijakan tentang SPM tersebut di Puskesmas Garawangi Tahun 2015 yang
Puskesmas Garawangi, di mana penerapan diperoleh penulis. Dari kedua dokumen
SPM bertujuan untuk memberikan tersebut dapat diketahui rencana dan
pemahaman kepada Pemerintah Daerah target pencapaian dengan realisasi
agar dapat menyelenggarakan pelayanan pencapaiannya setiap indikator pelayanan
kesehatan sesuai ketentuan Pemerintah kesehatan di Puskesmas Garawangi.
dalam rangka meningkatkan kualitas Setelah melihat laporan yang
kesehatan masyarakat. dibandingkan dengan rencana pencapaian
SPM, maka diketahui bahwa masing-masing
Selain itu, adanya dokumen terkait
indikator pada Pelayanan Kesehatan Dasar
Standar Pelayanan Minimal (SPM) di
sudah terlaksana, namun dari sebagian
Puskesmas Garawangi turut menunjang
besar indikator belum mencapai target.
pelaksanaan pelayanan, di mana setiap jenis
Kemudian, apa yang menjadi sebab atau
pelayanan yang ada di Puskesmas sudah
alasan tidak tercapainya target dari setiap
mengikuti standar pelayanan yang telah
indikator yang ada di Standar Pelayanan
ditetapkan, baik oleh Pemerintah Pusat
Minimal yang telah ditetapkan Pemerintah
(Permenkes RI Nomor: 741/MENKES/
melalui Menteri Kesehatan akan diuraikan
PER/VII/2008) dan Peraturan Bupati
sebagai berikut:
Kuningan Nomor 35 Tahun 2010 beserta
laporan tahunan Poskesmas Garawangi. 1. Cakupan kunjungan Ibu hamil
Hal ini dibenarkan oleh Kepala Puskesmas hanya sekitar 685 orang dari 990
dan Kepala Sub Bagian TU Puskesmas orang (69,2 %), meskipun secara
Garawangi (wawancara, tanggal 4 Juni keseluruhan cakupan pemeriksaan
2016) bahwa dalam menjalankan fungsi ibu hamil mengalami penurunan jika
pelayanan di Puskesmas Garawangi, dibandingkan dengan target estimasi,
petugas telah mengacu pada kedua namun jika dibandingkan dengan
peraturan tersebut dan setiap pelaksanaan sasaran riilnya semua sasaran mendapat
jenis pelayanan yang diberikan kepada pelayanan pemeriksaan ibu hamil.
masyarakat juga mengacu pada prosedur 2. Cakupan komplikasi kebidanan
(SOP) yang ada, seperti SOP Persalinan mencapai 363 dari 198 orang
Normal, SOP Pelayanan Kesehatan Gigi (estimasi), sehingga komplikasi
dan Mulut, SOP Pelayanan Pasien TB kebidanan yang ditangani mencapai
DHARMA PRAJA M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta 39

183 % (melebihi target) dibandingkat menunjukkan bahwa kunjungan Balita


target estimasi yang ditetapkan belum mencapai target yang ditetapkan
Pemerintah melalui Menkes sebesar Pemerintah melalui Menkes yakni
80 %. Namun demikian menurut data sebesar 90 %. Hal ini dikarenakan: 1)
yang diperoleh semua komplikasi Keterampilan petugas dengan metode
yang ditemukan dapat ditangani dan MTBM/MTBS belum optimal, dan 2)
tidak terjadi kematian ibu. Balita yang sudah mendapat imunisasi
3. Cakupan pertolongan persalinan oleh lengkap tidak rutin datang berkunjung.
bidan mencapai 701 orang (99,8 %).
8. Cakupan Balita gizi buruk yang
pada tahun 2015 ditemukan satu kasus
mendapat perawatan sebanyak 2 anak
persalinan ditolong oleh non nakes
dan 100 % tertangani dengan baik
(sunda: paraji), hal ini bisa terjadi karena
berkat kerjasama petugas kesehatan,
kasus grande multi dengan persalinan
yang cepat, sehingga tidak sempat aparat pemerintah setempat dan kader
ditolong oleh bidan (di tangani paraji). yang terlibat dalam penanganan
masalah gizi buruk Balita.
4. Cakupan pelayanan ibu nifas mencapai
701 orang (77,9 % tertangani). 9. Cakupan penjaringan siswa SD/
Meskipun ibu nifas yang mendapat setingkat mencapai 689 anak (100 %),
pelayanan kesehatan tidak mencapai artinya pencapaian dari program ini
target jika dibandingkan dengan sesuai target estimasi yakni terdapat
estimasi 900 orang, namun secara riil siswa SD/setingkat sebanyak 689
seluruh sasaran ibu nifas mendapat anak yang menjadi sasaran.
pelayanan kesehatan.
10. Cakupan peserta KB aktif mencapai
5. Cakupan neonatus dengan komplikasi 6.250 orang (73,20 %), artinya capaian
yang ditangani sebanyak 58 orang dari untuk peserta KB aktif masih di
estimasi sebesar 161 orang. Untuk bawah target 75 %. Hal ini merupakan
komplikasi neonatal pencapaiannya tantangan bagi pemerintah, termasuk
meningkat, namun komplikasi yang bagi petugas lapangan untuk lebih aktif
dapat ditangani hanya mencapai 36,02 %.
dalam mensosialisasikan program
6. Cakupan Desa Siaga/UCI sebanyak KB dan pendekatan serta penjelasan
2 desa dari 17 desa yang ada (11,8 kepada masyarakat akan tujuan dan
%). pada Tahun 2015 hanya terdapat pentingnya ber-KB.
2 (dua) desa yang mencapai Desa
11. Cakupan penemuan dan penanganan
Siaga/UCI, hal ini disebabkan karena:
penderita Pneumonia Balita mencapai
1) sasaran riil yang ditemukan lebih
225 anak (52,52 %),
kecil dari target estimasi, 2) beberapa
kelompok masyarakat masih menolak 12. Penderita TB BTA mencapai 41 orang
untuk dilakukan imunisasi karena (100 % tertangani),
alasan keyakinan,meskipun hanya 13.
Penderita DBD yang ditangani
sebagian kecil masyarakat. mencapai 33 orang (100 % tertangani),
7. Cakupan pelayanan anak Balita 14. Penderita diare sebanyak 1212 orang
mencapai 1.872 bayi (64 %). Halini (100 % tertangani),
40 M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta DHARMA PRAJA

15. Cakupan pelayanan dasar masyarakat mengacu pada Standar Pelayanan Minimal
miskin mencapai 11.509 orang (34,22 %). yang dikeluarkan Pemerintah melalui
16. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741
pasien masyarakat miskin mencapai Tahun 2008 dengan standar pelayanan
1.737 dari 25.554 0rang (6,80 %), kesehatan yang dilaksanakan oleh setiap
17. Cakupan desa yang mengalami Puskesmas, termasuk Puskesmas Kecamatan
KLB yang dilakukan penyelidikan Garawangi, baik dari sisi standar prosedur,
epidemiologi < 24 pukul tidak terjadi alur dan waktu pelayanan (SOP), biaya
18. Cakupan untuk desa siaga aktif sebanyak pelayanan (Perda Nomor 01 Tahun 2011
2 desa dari 17 desa yang ada (11,8 %). tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan
pada Pusat Kesehatan Masyarakat), dan
Terkait transparansi biaya pelayanan
target pencapaian SPM yang ada pada
kesehatan di Puskesmas, Kabupaten
Peraturan Bupati Kuningan Nonor 35 Tahun
Kuningan telah membuat ketentuan terkait
2010 tentang Rencana Pencapaian Standar
biaya pelayanan kesehatan di Puskesmas
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
melaui Perda Nomor 01 Tahun 2011 tentang
Kabupaten Kuningan mengacu kepada target
Retribusi Pelayanan Kesehatan pada Pusat
pencapaian dari Pemerintah melalui Menteri
Kesehatan Masyarakat. dengan demikian,
Kesehatan. Namun demikian, masih terdapat
antara pihak Puskesmas dan masyarakat
beberapa kekurangan dalam sosialisasi dan
dapat mengetahui biaya pelayanan di
informasi Standar Pelayanan Minimal bagi
Puskesmas karena sudah ada Peraturan
masyarakat, serta belum semua target tercapai
Daerah sebagai pedomannya, di mana di
dalam setiap jenis pelayanan yang ada di
dalamnya memuat besaran biaya terkait
Puskesmas berdasarkan Laporan Tahunan
pelayanan dasar di Puskesmas secara rinci,
Puskesmas Garawangi Tahun 2015. Selain
seperti besaran biaya untuk rawat jalan
itu, jika dilihat dari sarana dan prasarana serta
dengan item-item pelayanan di dalamnya,
rasio antara jumlah tenaga kesehatan dengan
rawat inap untuk persalinan di PONED,
jumlah penduduk, termasuk Bidan Desa
pemeriksaan kesehatan, rawat kunjungan,
yang seharusnya ada di setiap desa belum
dan pemeriksaan untuk penunjang
semuanya terpenuhi. (wawancara dengan
diagnostik laboratorium kesehatan daerah.
Kepala TU, 4 Mei 2016).
Ketentuan Pemerintah dalam
Pelaksanaan SPM Kesehatan di Dampak bagi Puskesmas dan
Puskesmas Kecamatan Garawangi Masyarakat terkait Pelaksanaan SPM
di Puskesmas Kecamatan Garawangi
Berdasarkan informasi dari Puskesmas
Garawangi dan masyarakat yang sedang Dampak bagi Puskesmas terkait
berobat dan menerima layanan kesehatan pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal
Puskesmas, pelayanan yang diberikan di antaranya dapat memberikan pelayanan
petugas, baik medis maupun non medis sudah yang sesuai ketentuan pemerintah dan
sesuai dengan ketentuan pemerintah terkait kejelasan dalam pelayanan, apalagi di
pelaksanaan SPM di Puskesmas Garawangi. dukung adanya Standar Operasional
Dimana dalam kegiatan pelayanan tetap Prosedur (SOP) pada setiap jenis
DHARMA PRAJA M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta 41

pelayanan di Puskesmas, namun di sisi pelayanan (SOP), waktu pencapaian


lain terdapat beberapa kendala dalam hal layanan, standar biaya pada setiap
SDM dan sarana prasarana di Puskesmas tindakan pelayanan, ketersediaan
Garawangi dalam melaksanakan seluruh sarana dan prasarana serta kompetensi
ketentuan yang ada pada SPM. pegawai pemberi jasa pelayanan
Sementara itu, dampak bagi kesehatan di Puskesmas. Hal ini
masyarakat Kecamatan Garawangi terkait menunjukkan bahwa Pemerintah
pelaksanaan SPM pada setiap pelayanan Kabupaten Kuningan melalui pusat
di Puskesmas sangat membantu dalam pelayanan kesehatan setempat telah
memperoleh informasi dan tidak adanya melaksanakan Permenkes RI Nomor:
perlakuan yang berbeda/deskriminatif 741/MENKES/PER/VII/2008 tentang
pada setiap pasien serta pelayanannya pun Standar Pelayanan Minimal (SPM)
sesuai standar yang telah ditetapkan. bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
dan Peraturan Bupati Kuningan Nomor
Berdasarkan hasil konsultasi dan survei
35 Tahun 2010 tentang Rencana
lapangan, ternyata Pemerintah Kabupaten
Pencapaian Standar Pelayanan
Kuningan cukup responsif atas kebijakan
Minimal Bidang Kesehatan Kabupaten
Pemerintah dalam pelaksanaan SPM
Kuningan beserta laporan tahunam di
bidang kesehatan. Sebagai umpan balik
Puskesmas Kecamatan Garawangi,
dari kebijakan ini, Pemerintah Kabupaten
meskipun masih terdapat beberapa hal
Kuningan dapat meningkatkan derajat
yang perlu diperbaiki terkait masalah
kesehatan masyarakat yang sekaligus bisa
teknis seperti kecepatan dan ketepatan
mendongkrak besaran IPM Kabupaten
waktu pelayanan, keramah-tamahan
Kuningan. Dari data yang penulis peroleh,
petugas serta masih adanya perlakuan
IPM Kabupaten Kuningan mencapai
yang berbeda oleh petugas kepada
besaran 74,11, di mana angka ini lebih tinggi
pasien pengguna kartu BPJS.
dibanding tingkat daya beli masyarakat
yakni sebesar 59,50 pada Tahun 2015. 2. Berdasarkan informasi dari Puskesmas
Garawangi dan masyarakat yang
Simpulan sedang berobat dan menerima
layanan kesehatan Puskesmas,
Dari hasil observasi dan wawancara pelayanan yang diberikan petugas,
dengan Kepala Puskesmas, Kepala TU, Petugas baik medis maupun non medis sudah
Kesehatan serta masyarakat yang sedang sudah mengikuti standar pelayanan
berobat atau dirawat di Puskesmas Garawangi yang telah ditetapkan, baik oleh
maka dapat penulis simpulkan bahwa: Pemerintah Pusat melalui Permenkes
1. Penerapan SPM bidang kesehatan di RI Nomor: 741/MENKES/PER/
Puskesmas Garawangi cukup baik VII/2008 tentang Standar Pelayanan
jika dilihat dari aspek produktivitas, Minimal (SPM) bidang Kesehatan di
linearitas dan efisiensi, di mana setiap Kabupaten/Kota dan Peraturan Bupati
tindakan pelayanan telah mengacu Kuningan Nomor 35 Tahun 2010
pada prinsip-prinsip Standar Pelayanan tentang Rencana Pencapaian Standar
Minimal, baik dari sisi prosedur Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
42 M. Rafa’i, Udaya Madjid, dan Ismunarta DHARMA PRAJA

Kabupaten Kuningan beserta laporan Nazir, M, 2011, Metode Penelitian, Bogor;


tahunam Puskesmas Kecamatan Ghalia Indonesia;
Garawangi. Namun demikian, masih Sugiyono, 2011, Metode Penelitian
terdapat beberapa kekurangan terkait Kuantitatif, kualitatif, dan R&D,
target pencapaian pada setiap indikator Alfabeta, Bandung;
yang ada pada standar pelayanan Surjadi, 2012, Pengembangan Kinerja Pelayanan
belum 100 % semuanya terealisasi. Publik, Refika Aditama, Bandung;
3. Dampak bagi Puskesmas terkait Widodo, J, 2001, Good Government: Telaah dari
pelaksanaan Standar Pelayanan Gimnesi, Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi
Minimal di antaranya dapat pada Era Desentralisasi dan Otonomi
memberikan pelayanan yang sesuai Daerah, PT. Insan Cendekia, Surabaya.
ketentuan pemerintah dan kejelasan
dalam pelayanan, apalagi di dukung Peraturan Perundang-Undangan
adanya Standar Operasional Prosedur
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang
(SOP) pada setiap jenis pelayanan di
Kesehatan;
Puskesmas, namun di sisi lain terdapat
beberapa kendala dalam hal SDM Peraturan Pemerintah Nomor: 65 Tahun 2005,
dan sarana prasarana di Puskesmas tentang Pedoman Penyusunan dan
Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
Garawangi dalam melaksanakan
seluruh ketentuan yang ada pada SPM. Permendagri Nomor 6 Tahun 2007, tentang
Adapun dampak bagi masyarakat Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Kecamatan Garawangi terkait Penetapan Standar Pelayanan Minimal ;
pelaksanaan SPM di Puskesmas Permenkes RI Nomor: 741/MENKES/PER/
sangat membantu dalam memperoleh VII/2008, tentang Standar Pelayanan
informasi dan tidak adanya perlakuan Minimal (SPM) bidang Kesehatan di
yang deskriminatif pada setiap pasien Kabupaten/Kota;
yang datang ke Puskesmas. Kepmenkes RI Nomor: 828 Tahun 2008,
tentang Petunjuk Teknis (Juknis) Standar
DAFTAR PUSTAKA Pelayanan Minimal (SPM) bidang
Kesehatan Kabupaten/Kota;
Buku
Peraturan Daerah Kabupaten Kuningan
Arikunto, S, 2010, Prosedur Penelitian: Suatu Nomor 7 Tahun 2011 tentang Retribusi
Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, Pelayanan Kesehatan pada Puskesmas
Jakarta; dan Pemeriksaan Laboratorium pada
Hardiyansyah, 2011, Kualitas Pelayanan Dinas Kesehatan;
Publik; Konsep, Dimensi, Indikator dan
Peraturan Bupati Kuningan Nomor 35 Tahun
Implementasinya, Gava Media, Yogyakarta;
2010 tentang Rencana Pencapaian
Lumenta, B, 1989, Pelayanan Medis: Citra,
Konflik dan Harapan (Tinjauan Standar Pelayanan Minimal Bidang
Fenomena Sosial), Kanisius, Yogyakarta; Kesehatan Kabupaten Kuningan.
Hamdi, M, 2014, Kebijakan Publik: Proses, www.kuningankab.go.id/prestasi dan peng­
Analisis dan Partisipasi, Bogor; Ghalia. hargaan (diakses 13 Maret 2016)

Anda mungkin juga menyukai