Anda di halaman 1dari 10

KERANGKA ACUAN KEGIATAN/TERM OF REFERENCE

KOORDINASI PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT


TB DI PROVINSI

(INVESTIGASI KONTAK TB)

TAHUN ANGGARAN 2021

Kementerian : Kementerian Kesehatan RI


Negara/Lembaga

Unit Eselon I/II : Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian


Penyakit / Direktorat P2P ML

Program : Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Sasaran Program : Menurunnya penyakit menular, PTM, serta


meningkatnya kesehatan jiwa

Indikator Kinerja Program : 1. Prevelansi HIV ditetapkan sebesar < 0,5


2. Peresentase cakupan keberhasilan pengobatan
TB/Success Rate ditetapkan sebesar 90 %
3. Jumlah Kab/Kota dengan eliminasi malaria sebesar
300 Kab./Kota
4. Jumlah Provinsi dengan eliminasi kusta ditetapkan
sebesar 34 Provinsi
5. Jumlah Kab/Kota dengan eleminasi filariasis sebesar
35 Kab./Kota
6. Persentase penurunan kasus penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisai (PD3I) tertentu sebesar 40
%
7. Persentase Kab/Kota yang mempunyai kebijakan
kesiap-siagaan dalam penaggulangan kedaruratan
kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
ditetapkan 100 %
8. Persentase Kab/Kota yang melaksanakan kebijakan
kawasan tanpa rokok (KTR) minimal 50 % ditetapkan
sebesar 50 %
9. Jumlah Kab/Kota yang memiliki Puskesmas yang
menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa dan/atau
napza ditetapkan sebesar 280 Kab./Kota
Kegiatan : Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung.

Sasaran Kegiatan : Menurunnya penyakit menular langsung

Indikator Kinerja Kegiatan : 1. Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta


tanpa cacat
2. Persentase kasus TB yang ditatalaksanakan sesuai
standar
3. Persentase kasus HIV yang di obati
4. Persentase Kab/Kota yang 50% Pusk melakukan tata

1
laksana Standar Pnemonia
5. Persentase Kab/Kota yang melaksanakan kegiatan
deteksi dini hepatitis B dan C pada kelompok berisiko
tinggi

Klasifikasi Rincian Output : Pelayanan Publik Lainnya

Indikator KRO : Jumlah Layanan Pengendalian Penyakit TB

Rincian Output : Layanan Deteksi Dini Terduga TBC

Indikator RO : Persentase Kab/Kota yang telah melakukan layanan


deteksi dini terduga TBC

Volume RO : 17 (tujuh belas)

Satuan RO : Kabupaten/Kota

2
1. LATAR BELAKANG

Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang


penting dan utama di dunia dan di Indonesia hingga saat ini, karena selain
jumlah penderita yang mencapai 1,6 juta orang, penyakit TB juga merupakan
penyakit Infeksi yang paling banyak merenggut nyama penduduk Indonesia
dengan jumlah kematian pertahun mencapai sebanyak 100.000 orang
Kasus ILTB di Indonesia yang diberikan Terapi Pencegahan Tuberkulosis
(TPT) baru diperkenalkan sejak tahun 2016 dengan sasaran anak anak usia di
bawah 5 (lima) tahun yang berkontak dengan kasus TBC aktif dan orang dengan
HIV/AIDS (ODHA) yang tidak sakit TBC. Pada tahun 2019, Indonesia
diperkirakan sekitar 1,7 juta kasus ILTB yang berkontak dengan kasus TBC aktif
dan populasi berisiko lainnya. Berdasarkan data Global TB Report (GTR, 2019)
cakupan pemberian TPT pada anak usia di bawah 5 (lima) tahun dan ODHA
berada diangka 10% sama dengan kohort tahun 2018. Capain tersebut masih
jauh dari target yang diharapkan baik pada anak usia dibawah 5 (lima) tahun
maupun ODHA sebesar 40%.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 67 tahun 2016 menjelaskan bahwa
pemberian obat pencegahan TBC tertuang dalam paragraph 6 pasal 15
ditujukan pada anak usia di bawah 5 (lima) tahun yang kontak erat dengan
pasien TBC aktif, ODHA yang tidak terdiagnosa TB, dan populasi tertentu
lainnya. Menindaklanjuti hal tersebut, petunjuk teknis penanganan ILTB ini
mendetailkan sasaran populasi tertentu lainnya seperti kontak serumah usia di
atas 5 (lima) tahun, pasien immunokompremais lainnya (pasien yang menjalani
pengobatan kanker, pasien yang mendapatkan perawatan dialisis, pasien yang
mendapatkan kortikosteroid jangka panjang, pasien yang sedang persiapan
transpalansi organ, dll), Warga Binaan Pemasyarakatan (WPB), petugas
kesehatan, sekolah berasrama, barak militer dan pengguna narkoba suntik.
Periode pelaporan data P2TB Tahun 2020 telah ditutup pada tanggal 30
April 2021, namun berdasarkan rekap data per tanggal 1 April 2021 ditemukan
bahwa sebanyak 2 Kab/Kota (11%) belum melaporkan atau melengkapi data
TB untuk kesembuhan. Cakupan penemuan data TB dengan CNR (Case
Notification Rate) sebesar 179 per 100.000 penduduk. Sedangkan Angka
Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) sebesar 80%. Hasil indikator utama
program TB yaitu treatment coverage atau penemuan kasus baru hanya
sebesar 30% dari yang telah ditargetkan.

3
Berdasarkan hal tersebut diatas, program penanggulangan TBC
mengubah strategi pasien TBC tidak hanya “secara pasif dengan aktif promotif”
tetapi juga melalui penemuan aktif secara intensif dan masif berbasis keluarga
dan masyarakat, dengan tetap memperhatikan dan mempertahankan layanan
yang bermutu dan standar.
Salah satu kegiatan yang penting untuk mendukung keberhasilan strategi
penemuan aktif ini adalah pelacakan dann investigasi kontak (contatc tracing
and contact investigation). Selanjutnya kegiatan ini akan disebut sebagai
investigasi kontak (IK), yang merupakan kegiatan pelacakan dan investigasi
yang ditujukan pada orang-orang yang kontak dengan pasien TBC untuk
menemukan terduga TBC. Kontak yang terduga TBC akan dirujuk ke layanan
untuk pemeriksaan lanjutan dan bila terdiagnosa TBC, akan diberikan
pengobatan yang tepat sesuai standar dan sedini mungkin. IK mempunyai 2
fungsi yaitu meningkatkan penemuan kasus dan mencegah penularan TBC. IK
di indonesia dikembangkan dengan mencari kasus yang tertular maupun yang
merupakan sumber penularan pada kasus TBC terkonfirmasi bakteriologis dan
TBC anak.
Investigasi kontak dapat dilakukan oleh petugas dan atau kader maupun
secara bersama dengan melibatkan pengawas menelan obat (PMO). Selama ini
kegiatan IK telah dilakukan baik oleh petugas kesehatan maupun kader melalui
kunjungan rumah. Namun perlibatan peran PMO belum di eksplorasi lebih jauh
padahal PMO adalah orang terdekat pasien. Kegiatan ini dapat terintegrasi
dengan program indonesia sehat melaui Pendekatan Keluarga (PIS-PK).
Kegiatan kunjungan dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah dalam rangka
mendeteksi 12 insikator PIS-PK yang salah satunya adalah indikator TBC. Jika
ditemukan adanya terduga TBC, maka akan dirujuk ke layanan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan sesuai standar. Selanjutnya terduga yang didiagnosis
TBC akan dikunjungi petugas bersama dengan kader untuk di investigasi
kontak.
Pedoman WHO menyatakan bahwa investigasi kontak bermanfaat untuk
mendeteksi kasus TBC secara dini, mencegah penyakit yang lebih berat serta
mengurangi penularan TBC ke orang lain. Selain itu, IK juga dapat menemukan
orang dengan infeksi TBC laten yang membutuhkan pengobatan pencegahan.
Kegiatan IK diselenggarakan melalui kolaborasi antara pemberi layanan
kesehatan dengan komunitas yang ada di masyarakat seperti Kader kesehatan,
PMO, pendidik sebaya dan sebagainya.
Kegiatan investigasi kontak TBC perlu ditingkatkan dalam menemukan
kasus TBC yang belum dijangkau masyarakat, sehingga diperlukan dukungan

4
pembiayaan. Anggaran pelaksanaan dan operasional kegiatan IK bersumber
dari beberapa pembiayaan antara lain APBN melalui Bantuan Operasioanal
Kesehatan (BOK) tingkat puskesmas, Dekon, APBD, hibah dan pembiayaan
lainnya. Hasil survey pelayanan TBC di masa pandemi yang dilakukan pada
bulan Juli 2020, ditemukan bahwa pembiayaan TBC dialihkan untuk COVID
termasuk anggaran IK di Puskesmas. Oleh karena itu Direktorat P2PML
memberikan dukungan anggaran Dana Dekonsentrasi 2021 pada Dinas
Kesehatan Provinsi salah satunya untuk menu kegiatan investigasi kontak
tuberculosis guna meningkatkan penemuan kasus TBC di masyarakat.
2. TUJUAN

Sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, petugas kesehatan


atau kader dalam melaksanakan investigasi kontak dengan menggunakan
anggaran dekonsentrasi Provinsi Tahun 2021.

3. Dasar Hukum
a. Peraturan Menteri Kesehatann Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016
tentang Penanggulangan TBC.
b. Peraturan Menteri Kesehatann Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pedekatan Keluarga.
c. Peraturan Menteri Kesehatann Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
d. Petunjuk teknis (JUKNIS) Investigasi Kontak Pasien TBC Bagi Petugas
Kesehatan dan Kader 2019.
e. Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tahun 2021.
4. Sasaran
a. Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan/Puskesmas
c. Petugas Kesehatan/Kader
5. Mekanisme Pelaksanaan
1. Persiapan
- Dinas Kesehatan Provinsi membuat target Investigasi Kontak (IK) per
Kabupaten/Kota dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat target investigasi kontak
perkecamatan/fasyankes/puskesmas dan dikirimkan ke
Fasyankes/Puskesmas.

5
- Puskesmas/Petugas Kesehatan/Kader melakukan kegiatan investigasi
kontak.
2. Pelaksanaan (Dinas Kesehatan Provinsi)
- Membuat surat edaran kepada seluruh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
- Sosialisasi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
- Melakukan pendampingan kegiatan IK sampai dengan puskesmas
sekaligus monitoring kegiatan lapangan bersama Tim Dinkes
Kabupaten/kota.
- Melaksanakan OJT terkait target dan sumber pembiayaan agar tidak
tumpang tindih dengan sumber pembiayaan lainnya.
- Mengumpulkan laporan hasil pelaksanaan investigasi kontak yang telah
dilaksanakan Puskesmas.
- Merekap laporan IK dan menganalisis kemudian mengirimkan ke Pusat.
3. Pelaksanaan (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota)
- Membuat surat edaran ke Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit dan
Organisasi komunitas.
- Sosialisasi ke ke Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit dan Organisasi
komunitas.
- Koordinasi dengan Rumah Sakit untuk pengumpulan data kasus indeks
sesuai alur data kasus indeks.
- Menjadikan kader terlatih sebagai pelaksana kegiatan investigasi kontak.
- Menyediakan formulir investigasi kontak TBC.
- Menyediakan media KIE TBC.
- Mendampingi kegiatan IK bersama Dinkes Provinsi dan Puskesmas.
- Melaksanakan OJT terkait target dan sumber pembiayaan agar tidak
tumpang tindih dengan sumber pembiayaan lainnya.
- Melakukan break down target indeks kasus sampai ke level Puskesmas
dan Desa.
- Mengumpulkan laporan hasil pelaksanaan investigasi kontak yang telah
dilaksanakan Puskesmas.
- Merekap laporan IK dan menganalisis kemudian mengirimkan ke
Provinsi.
4. Pelaksanaan (Fasyankes/Puskesmas)
- Pembekalan pengetahuan dan informasi serta melatih kader bersama
Tim Pelatih.

6
- Bersama kader melakukan home visit kasus indeks untuk
investigasi kontak, pasien bisa berasal dari Puskesmas tersebut
maupun dari Fasyankes lain.
- Koordinasi dengan DPM dan klinik untuk pengumpulan data kasus
indeks.
- Menyiapkan form TB 16K dan mengisi data kasus indeks dan kontak.
- Menerima rujukan kontak anak dan melakukan skrining dan prosedur
diagnosis, dilanjutkan dengan pengobatan OAT atau pengobatan
pencegahan TBC (PP TBC) sesuai hasil diagnosis.

- Melaksanakan pemeriksaan TCM pada seluruh kontak dari pasien TB


terkonfirmasi bakteriogis.
- Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan investigasi kontak.
- Mengentry data hasil investigasi kontak dari Form TB 16K ke dalam SITB.
- Melaporkan hasil IK dan menyerahkan pertanggung jawaban ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
5. Pelaksanaan (Kader Kesehatan)
- Mendata kontak serumah dan kontak erat sekaligus kasus indeks.
- Melukan skrining secara langsung terhadap setiap kontak disekitar kasus
indeks dan menemukan terduga TBC serta merujuk terduga TBC dan
semua kontak anak <5 tahun ke fasyankes.
- Berkoordinasi dengan puskesmas untuk melakukan kunjungan ulang bagi
terduga TBC yang sebelumnya menolak untuk dirujuk atau terduga TBC
yang sudah menerima surat rujukan tetapi tidak datang memeriksakan
diri.
- Mendampingi kontak lansia terduga TBC untuk pemeriksaan ke
Fasyankes.
- Melaporkan kegiatan investigasi kontak sesuai dengan formulir yang
disediakan petugas kesehatan.
6. Tahapan Pelaksanaan
No Kegiatan Tahapan Waktu Pelaksanaan

1 Surveilans Aktif  Rapat persiapan Dilaksanakan Bulan


TBC  Pelaksanaan Maret – April 2021
 Pembuatan Laporan

2 Investigasi Kontak  Rapat persiapan Dilaksanakan bulan


 Pelaksanaan Juli 2021 –
 Pembuatan Laporan November 2021

7
7. Target Indeks Kasus
Pelaksanaan contact tracing dilakukan dalam 2 (dua) tahap, setiap indeks kasus akan dilakukan pelacakan kontak 10-15 orang baik kontak
serumah maupun kontak erat pasien TB. Pasien TB yang dimaksud adalah seluruh pasien TB yang terdaftar dan diobati mulai dari TW 3
2020 sampai pasien TB yang terakhir kali ditemukan.

Target Indeks Target Indeks


Perkiraan Treatment PKM
Kasus 2020 Kasus 2021 Target Indeks
No Provinsi Kab/Kota Insiden TB Total 2021 Coverage (TC) Pelaksana
(pasien TB TW 3 (pasien TB Kasus
2021 2021 IK
& 4) 2021)
27 SULTRA 2340 3346 4979 190
9.005 2.708 30%
1 SULTRA BOMBANA
13
586 159 27% 112 229 341
12
2 SULTRA BUTON
315 133 42% 121 129 250
3 SULTRA BUTON SELATAN
8
245 94 38% 60 103 163
10
4 SULTRA BUTON TENGAH
354 154 44% 121 127 248
7
5 SULTRA BUTON UTARA
207 34 16% 33 81 114
14
6 SULTRA KOLAKA
712 298 42% 310 327 637
12
7 SULTRA KOLAKA TIMUR
591 114 19% 106 149 255
8 SULTRA KOLAKA UTARA
11
465 146 31% 66 176 242
9 SULTRA KONAWE
9
770 150 19% 153 304 457
10 SULTRA
KONAWE 5
KEPULAUAN 102 65 64% 58 44 102
11 SULTRA KONAWE SELATAN
16
999 261 26% 247 397 644

8
15
12 SULTRA KONAWE UTARA
194 91 47% 93 81 174
17
13 SULTRA KOTA BAU-BAU
695 203 29% 101 208 309
14 SULTRA KOTA KENDARI
15
1.495 433 29% 401 483 441
15 SULTRA MUNA
7
713 258 36% 257 280 273
16 SULTRA MUNA BARAT
10
241 77 32% 74 104 178
9
17 SULTRA WAKATOBI
321 38 12% 27 124 151

Keterangan :

Tahap Bulan
Pelaksanaan Agustus September Oktober November
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 1 Laporan Hasil ke Pusat
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 2

9
8. LAPORAN PELAKSANAAN
Kegiatan investigasi kontak TBC dengan anggara dekonsentrasi Provinsi
Tahun 2021 akan membutuhkan laporan pertanggung jawaban sebagai berikut :
a. Surat Perintah Penugasan untuk melaksanakan IK.
b. Form Bukti Kehadiran Lapangan.
c. Kuitansi sebagai bukti transportasi
d. Lampiran Form TB 16K Investigasi Kontak TBC.
e. Entryan data dari SITB (dibuktikan dengan export data TB 16).
f. Dokumentasi kegiatan IK.

9. SUMBER PENDANAAN

Anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan ini adalah sebesar


Rp. 799.670.000,- Rincian biaya sesuai dengan RAB terlampir.
Demikian kerangka acuan ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

11

Anda mungkin juga menyukai