1
laksana Standar Pnemonia
5. Persentase Kab/Kota yang melaksanakan kegiatan
deteksi dini hepatitis B dan C pada kelompok berisiko
tinggi
Satuan RO : Kabupaten/Kota
2
1. LATAR BELAKANG
3
Berdasarkan hal tersebut diatas, program penanggulangan TBC
mengubah strategi pasien TBC tidak hanya “secara pasif dengan aktif promotif”
tetapi juga melalui penemuan aktif secara intensif dan masif berbasis keluarga
dan masyarakat, dengan tetap memperhatikan dan mempertahankan layanan
yang bermutu dan standar.
Salah satu kegiatan yang penting untuk mendukung keberhasilan strategi
penemuan aktif ini adalah pelacakan dann investigasi kontak (contatc tracing
and contact investigation). Selanjutnya kegiatan ini akan disebut sebagai
investigasi kontak (IK), yang merupakan kegiatan pelacakan dan investigasi
yang ditujukan pada orang-orang yang kontak dengan pasien TBC untuk
menemukan terduga TBC. Kontak yang terduga TBC akan dirujuk ke layanan
untuk pemeriksaan lanjutan dan bila terdiagnosa TBC, akan diberikan
pengobatan yang tepat sesuai standar dan sedini mungkin. IK mempunyai 2
fungsi yaitu meningkatkan penemuan kasus dan mencegah penularan TBC. IK
di indonesia dikembangkan dengan mencari kasus yang tertular maupun yang
merupakan sumber penularan pada kasus TBC terkonfirmasi bakteriologis dan
TBC anak.
Investigasi kontak dapat dilakukan oleh petugas dan atau kader maupun
secara bersama dengan melibatkan pengawas menelan obat (PMO). Selama ini
kegiatan IK telah dilakukan baik oleh petugas kesehatan maupun kader melalui
kunjungan rumah. Namun perlibatan peran PMO belum di eksplorasi lebih jauh
padahal PMO adalah orang terdekat pasien. Kegiatan ini dapat terintegrasi
dengan program indonesia sehat melaui Pendekatan Keluarga (PIS-PK).
Kegiatan kunjungan dilakukan oleh petugas kesehatan ke rumah dalam rangka
mendeteksi 12 insikator PIS-PK yang salah satunya adalah indikator TBC. Jika
ditemukan adanya terduga TBC, maka akan dirujuk ke layanan kesehatan untuk
mendapatkan pelayanan sesuai standar. Selanjutnya terduga yang didiagnosis
TBC akan dikunjungi petugas bersama dengan kader untuk di investigasi
kontak.
Pedoman WHO menyatakan bahwa investigasi kontak bermanfaat untuk
mendeteksi kasus TBC secara dini, mencegah penyakit yang lebih berat serta
mengurangi penularan TBC ke orang lain. Selain itu, IK juga dapat menemukan
orang dengan infeksi TBC laten yang membutuhkan pengobatan pencegahan.
Kegiatan IK diselenggarakan melalui kolaborasi antara pemberi layanan
kesehatan dengan komunitas yang ada di masyarakat seperti Kader kesehatan,
PMO, pendidik sebaya dan sebagainya.
Kegiatan investigasi kontak TBC perlu ditingkatkan dalam menemukan
kasus TBC yang belum dijangkau masyarakat, sehingga diperlukan dukungan
4
pembiayaan. Anggaran pelaksanaan dan operasional kegiatan IK bersumber
dari beberapa pembiayaan antara lain APBN melalui Bantuan Operasioanal
Kesehatan (BOK) tingkat puskesmas, Dekon, APBD, hibah dan pembiayaan
lainnya. Hasil survey pelayanan TBC di masa pandemi yang dilakukan pada
bulan Juli 2020, ditemukan bahwa pembiayaan TBC dialihkan untuk COVID
termasuk anggaran IK di Puskesmas. Oleh karena itu Direktorat P2PML
memberikan dukungan anggaran Dana Dekonsentrasi 2021 pada Dinas
Kesehatan Provinsi salah satunya untuk menu kegiatan investigasi kontak
tuberculosis guna meningkatkan penemuan kasus TBC di masyarakat.
2. TUJUAN
3. Dasar Hukum
a. Peraturan Menteri Kesehatann Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2016
tentang Penanggulangan TBC.
b. Peraturan Menteri Kesehatann Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pedekatan Keluarga.
c. Peraturan Menteri Kesehatann Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
d. Petunjuk teknis (JUKNIS) Investigasi Kontak Pasien TBC Bagi Petugas
Kesehatan dan Kader 2019.
e. Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tahun 2021.
4. Sasaran
a. Dinas Kesehatan Kabupaten/kota
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan/Puskesmas
c. Petugas Kesehatan/Kader
5. Mekanisme Pelaksanaan
1. Persiapan
- Dinas Kesehatan Provinsi membuat target Investigasi Kontak (IK) per
Kabupaten/Kota dan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat target investigasi kontak
perkecamatan/fasyankes/puskesmas dan dikirimkan ke
Fasyankes/Puskesmas.
5
- Puskesmas/Petugas Kesehatan/Kader melakukan kegiatan investigasi
kontak.
2. Pelaksanaan (Dinas Kesehatan Provinsi)
- Membuat surat edaran kepada seluruh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
- Sosialisasi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
- Melakukan pendampingan kegiatan IK sampai dengan puskesmas
sekaligus monitoring kegiatan lapangan bersama Tim Dinkes
Kabupaten/kota.
- Melaksanakan OJT terkait target dan sumber pembiayaan agar tidak
tumpang tindih dengan sumber pembiayaan lainnya.
- Mengumpulkan laporan hasil pelaksanaan investigasi kontak yang telah
dilaksanakan Puskesmas.
- Merekap laporan IK dan menganalisis kemudian mengirimkan ke Pusat.
3. Pelaksanaan (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota)
- Membuat surat edaran ke Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit dan
Organisasi komunitas.
- Sosialisasi ke ke Puskesmas, Klinik, Rumah Sakit dan Organisasi
komunitas.
- Koordinasi dengan Rumah Sakit untuk pengumpulan data kasus indeks
sesuai alur data kasus indeks.
- Menjadikan kader terlatih sebagai pelaksana kegiatan investigasi kontak.
- Menyediakan formulir investigasi kontak TBC.
- Menyediakan media KIE TBC.
- Mendampingi kegiatan IK bersama Dinkes Provinsi dan Puskesmas.
- Melaksanakan OJT terkait target dan sumber pembiayaan agar tidak
tumpang tindih dengan sumber pembiayaan lainnya.
- Melakukan break down target indeks kasus sampai ke level Puskesmas
dan Desa.
- Mengumpulkan laporan hasil pelaksanaan investigasi kontak yang telah
dilaksanakan Puskesmas.
- Merekap laporan IK dan menganalisis kemudian mengirimkan ke
Provinsi.
4. Pelaksanaan (Fasyankes/Puskesmas)
- Pembekalan pengetahuan dan informasi serta melatih kader bersama
Tim Pelatih.
6
- Bersama kader melakukan home visit kasus indeks untuk
investigasi kontak, pasien bisa berasal dari Puskesmas tersebut
maupun dari Fasyankes lain.
- Koordinasi dengan DPM dan klinik untuk pengumpulan data kasus
indeks.
- Menyiapkan form TB 16K dan mengisi data kasus indeks dan kontak.
- Menerima rujukan kontak anak dan melakukan skrining dan prosedur
diagnosis, dilanjutkan dengan pengobatan OAT atau pengobatan
pencegahan TBC (PP TBC) sesuai hasil diagnosis.
7
7. Target Indeks Kasus
Pelaksanaan contact tracing dilakukan dalam 2 (dua) tahap, setiap indeks kasus akan dilakukan pelacakan kontak 10-15 orang baik kontak
serumah maupun kontak erat pasien TB. Pasien TB yang dimaksud adalah seluruh pasien TB yang terdaftar dan diobati mulai dari TW 3
2020 sampai pasien TB yang terakhir kali ditemukan.
8
15
12 SULTRA KONAWE UTARA
194 91 47% 93 81 174
17
13 SULTRA KOTA BAU-BAU
695 203 29% 101 208 309
14 SULTRA KOTA KENDARI
15
1.495 433 29% 401 483 441
15 SULTRA MUNA
7
713 258 36% 257 280 273
16 SULTRA MUNA BARAT
10
241 77 32% 74 104 178
9
17 SULTRA WAKATOBI
321 38 12% 27 124 151
Keterangan :
Tahap Bulan
Pelaksanaan Agustus September Oktober November
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 1 Laporan Hasil ke Pusat
Tahap 1 Tahap 2 Tahap 2
9
8. LAPORAN PELAKSANAAN
Kegiatan investigasi kontak TBC dengan anggara dekonsentrasi Provinsi
Tahun 2021 akan membutuhkan laporan pertanggung jawaban sebagai berikut :
a. Surat Perintah Penugasan untuk melaksanakan IK.
b. Form Bukti Kehadiran Lapangan.
c. Kuitansi sebagai bukti transportasi
d. Lampiran Form TB 16K Investigasi Kontak TBC.
e. Entryan data dari SITB (dibuktikan dengan export data TB 16).
f. Dokumentasi kegiatan IK.
9. SUMBER PENDANAAN
11