SEKSI P2PM
KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2018
I. Latar Belakang
II. Tujuan
a. TBC
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penularan TBC agar tidak tejadi
kesakitan, kematian dan kecacatan.
b. DBD
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan
pengendalian DBD.
2. Menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang beresiko terhadap
penularan DBD.
3. Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar.
4. Menurunkan angka kesakitan DBD.
5. Menurunkan angka kematian akibat DBD.
c. Kusta
1. Mengintensifkan penemuan dan pengobatan penderita.
2. Mengembangkan puskesmas dengan perawatan cacat yang adekuat
didukung sistim rujukan ke rumah sakit.
3. Melaksanakan pengelolaan program pengendalian kusta dengan strategi
sesuai endemisitas daerah.
4. Memberikan perawatan dan pelayanan rehabilitasi yang tepat kepada
penyandang cacat kusta.
III. Target
a. TBC
1. Target Pogram Nasional Penanggulangan TBC sesuai dengan target
eliminasi global yaitu Eliminasi TBC pada tahun 2035 dan Indonesia
bebas TBC 2050.
b. DBD
1. Tercapainya 100% penderita DBD ditangani.
2. Menurunkan angka kesakitan DBD menjadi <49/100.000 penduduk
pada tahun 2018.
3. Membatasi penularan DBD dengan mengendalikan populasi vektor
sehingga tercapai angka bebas jentik ≥95%.
4. Menurunkan angka kematian akibat DBD menjadi <1%.
c. Kusta
1. Memberikan pengobatan yang adekuat sehingga tercapai angka
kesembuhan (RFT) lebih dari 90%.
2. Menurunkan proporsi anak dan kecacatan tingkat 2 diantara
penderita baru menjadi kurang dari 5%.
IV. Strategi
a. TBC
1. Penguatan kepemimpinan Program TBC
2. Peningkatan akses layanan TBC yang bermutu
3. Pengendalian faktor risiko
4. Peningkatan kemitraan TBC melalui forum koordinasi TBC
5. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam penanggulangan TBC
6. Penguatan managemen program (health system strenghtening)
b. DBD
1. Penyelidikan Epidemiologi
2. Penanggulangan Fokus Seperlunya
3. Pengendalian Sebelum Musim Penularan
4. Kegiatan Monitoring
5. Pemenuhan kebutuhan logistik
c. Kusta
1. Manajemen sumber daya manusia pengelola program
2. Peningkatan penemuan kasus dini
3. Upaya pencegahan cacat
BAB II
BT dan 437’ LS - 537’ LS. Wilayah Kabupaten Lampung Timur sebelumnya merupakan
Tulang Bawang
Lampung Selatan.
Gambar 2.1.
2.1.2. Topografi
Pada umumnya wilayah Kabupaten Lampung Timur merupakan daerah yang datar
dengan sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian 25-55 meter diatas permukaan
laut (mdpl), kecuali Kecamatan Pasir Sakti, Braja Selebah, dan Bumi Agung yang hanya
berada pada ketinggian 0-25 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan sebaran tingkat
kemiringan lahan, wilayah Kabupaten Lampung Timur terdiri dari kelas lereng datar
(kelerengan 1-3%) yaitu seluas 96.627 hektar, kelas lereng landai (3- 8%) yaitu seluas
198.248 hektar, kelas lereng bergelombang (8-15%) yaitu seluas 213.911 hektar, dan kelas
Terdapat daerah rawa dengan sebaran rawa antara lain berada hampir di sepanjang
pesisir pantai di Kabupaten Lampung Timur terutama rawa dengan vegetasi mangrove
antara lain di Kecamatan Pasir Sakti dan Labuhan Maringgai. Selain itu terdapat wilayah
dengan morfologi rawa bervegetasi rendah yang tersebar di Kecamatan Jabung, Pasir Sakti,
Waway Karya, Labuhan Maringgai, Mataram Baru, Bandar Sribhawono, Way Jepara dan
Braja Selebah.
Selain itu di Kabupaten Lampung Timur juga terdapat 6 (enam) buah pulau-pulau
besar dan kecil, yaitu Pulau Segama Besar, Pulau Segama kecil, Pulau Basa, Pulau Gosong
5.325,03 km2 atau sekitar 15,09 persen dari luas wilayah Provinsi Lampung. Kecamatan
yang terluas ialah Sukadana di mana luas wilayahnya mencapai 14,21 persen luas wilayah
Kabupaten Lampung Timur. Sedangkan persentase luas wilayah yang paling kecil ialah
Kecamatan Bumi Agung yakni sekitar 1,37 persen, (BPS Lampung Timur, 2017). Adapun
penggunaan lahan terdiri dari lahan sawah seluas 52.601 Ha atau 9,88%. Perkebunan seluas
51.481,36 Ha atau 9,67 %. Kawasan hutan lindung seluas 22.292,5 Ha atau 4,19%.
Kawasan hutan suaka margasatwa seluas 125.621,3 Ha atau 23,59%. Kawasan hutan
produksi seluas 14.663,36 Ha atau 2,75% dan penggunaan lainnya seluas 260.518,33 Ha
atau 49,92%.
Undang Nomor 12 Tahun 1999, dengan pusat pemerintahan di kota Sukadana. Sejak
pemekaran, hingga tahun 2017 Kabupaten Lampung Timur terdiri atas 24 Kecamatan
2.3. Demografi
secara geografis. Hal ini berkaitan dengan aspek kultural, historis dan ekologis serta
Timur berorientasi pada potensi pertanian dan bergeser sedikit ke agro industri. Akibatnya
terjadi pola pergeseran yang kurang ideal dengan kepadatan penduduk tertinggi pada
daerah pusat industri dan akses yang baik. Berdasarkan proyeksi sementara Badan Pusat
Statistik Kabupaten Lampung Timur tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Lampung
Timur sebanyak 1.027.476 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 0,89.
Jumlah tersebut cenderung meningkat dibanding tahun 2016 yakni 1.018.424 jiwa dengan
Perkembangan jumlah penduduk dari tahun 2008 s/d 2017 dapat dilihat pada grafik
di bawah ini:
Grafik 2.1.
jiwa/km² dengan rata-rata jiwa dalam rumah tangga adalah 3 (3,14). Kepadatan penduduk
sebesar 497,81 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Sukadana sebesar 92,04 jiwa /km2.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 2.2.
perempuan sebesar 102,51 dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 529.369 jiwa dan
penduduk perempuan 506.824 jiwa. Hal tersebut berarti bahwa di setiap 100 penduduk
2.4. Pendidikan
berperilaku termasuk dalam berperilaku di bidang kesehatan. Selain itu pendidikan juga
mempunyai andil peluang kerja dan kemajuan sosial ekonomi yang pada akhirnya akan
pendidikan harus ditingkatkan salah satunya dengan meningkatkan rata-rata lama sekolah.
Berdasarkan publikasi BPS Kabupaten Lampung Timur tahun 2018, rata-rata lama
sekolah di Kabupaten Lampung Timur tahun 2017 adalah 7,56 tahun sedikit meningkat
bila dibanding tahun 2016 yaitu 7,55 tahun, lebih rendah dari angka rata-rata lama sekolah
Provinsi Lampung di tahun yang sama (7,79 tahun). Harapan lama sekolah di Kabupaten
Lampung Timur tahun 2017 adalah 12,44 tahun, meningkat bila dibanding tahun 2016
Indikator lain dalam capaian bidang pendidikan adalah penduduk berusia 10 tahun
ke atas yang melek huruf. Angka ini dapat digunakan untuk melihat pencapaian indikator
dasar yang telah dicapai oleh suatu daerah, karena kemampuan membaca dan menulis
merupakan dasar utama dalam memperluas ilmu pengetahuan, menyerap informasi, dan
pengembangan intelektual. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung,
penduduk berusia 10 tahun ke atas yang melek huruf di Kabupaten Lampung Timur tahun
2.5. Pekerjaan
Dimensi ekonomi berkaitan dengan kebutuhan manusia akan pekerjaan dalam memperoleh
pendapatan yang berhubungan dengan daya beli agar dapat hidup layak dan kemampuan
masyarakat terhadap kemampuan individu yang dapat mempengaruhi gaya hidup. Selain
itu lingkungan pekerjaan juga mempunyai pengaruh terhadap kesehatan baik langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu data pekerjaan harus diperhitungkan dalam upaya
pembangunan kesehatan.
Data pekerjaan yang disajikan dalam Profil Kesehatan Tahun 2017, adalah data
yang didapat dari Publikasi BPS Lampung Timur dalam Kabupaten Lampung Timur
dalam Angka 2017. Data pekerjaan dalam publikasi BPS tersebut merupakan data tahun
2015, dan menyebutkan bahwa pada kelompok angkatan kerja yang berjumlah 495.218
penduduk, sebanyak 472.970 penduduk (95,50%) berstatus bekerja, dengan jumlah pekerja
perempuan sebanyak 159.763 jiwa (33,78%). Perempuan yang bekerja perlu mendapat
perhatian dari program kesehatan, karena keadaan ini ibarat dua sisi mata pedang, di satu
sisi perempuan yang mempunyai kesempatan bekerja mempunyai peluang lebih besar
untuk meningkatkan penghasilan keluarga, lebih mudah mendapat pengalaman dan
perempuan pekerja juga memiliki konsekuensi dan resiko baik dari akibat langsung
maupun tidak langsung dari pekerjaannya terutama terkait tugas reproduksi dan
penduduk Lampung Timur umur 15 tahun ke atas adalah pertanian (49,83%) dan disusul
Grafik 2.6
pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran
kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. IPM dibangun
melalui pendekatan tiga dimensi dasar, sebagai ukuran kualitas hidup, yaitu umur panjang
dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Untuk mengukur dimensi umur panjang
dan sehat (dimensi kesehatan) digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Untuk
mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-
rata lama sekolah. Sedangkan untuk mengukur dimensi kehidupan yang layak, digunakan
indikator kemampuan daya beli (purchasing power parity) masyarakat terhadap sejumlah
kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita.
Kabupaten Lampung Timur tahun 2017 adal ah 68,05; meningkat 0,17 point bila dibanding
IPM Kabupaten Lampung Timur tahun 2016 yakni 67,88; namun berada di bawah IPM
Provinsi Lampung pada tahun yang sama yakni 68,25. Kenaikan IPM tersebut tercermin
dengan elemen IPM Kabupaten Lampung Timur tahun 2017 yaitu UHH 70,11 tahun,
EYS 12,44 tahun, MYS 7,56 tahun dan pengeluaran perkapita sebesar 9.453,-. Dengan
SPM Bidang kesehatan mengamatkan bahwa setiap orang terduga TBC wajib
orang terduga TBC sesuai standar meliputi pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang,
dan edukasi. Pemeriksaan klinis terduga TBC dilakukan minimal 1 kali dalam setahun
pemeriksaan dahak dan atau bakteriologis dan atau radiologis. Edukasi pada terduga
TBC adalah edukasi perilaku beresiko dan pencegahan penularan. Selain hal tersebut di
atas, pelayanan pada terduga TBC juga dapat dilakukan dengan melakukan rujukan pada
Lampung Timur pada tahun 2018 sebanyak 5.454 orang dan seluruhnya (100%) telah
Kabupaten Lampung Timur tahun 2018 berjumlah 1. 188 orang dengan persentase
penderita laki laki lebih banyak (56%) dibanding persentase pada penderita perempuan
(44%).
Case Detection Rate (CDR) pada tahun 2018 mencapi 30,1%, meningkat bila
dibanding CDR tahun CDR pada tahun 2017 yaitu 24,8% dan masih berada di bawah
target Nasional (85%). Case Detection Rate (CDR) adalah proporsi jumlah pasien baru
BTA+ yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA+ yang diperkirakan
ada dalam wilayah tersebut. CDR menggambarkan seberapa banyak kasus tuberculosis
yang terjangkau oleh program. Berdasarkan trend CDR Kabupaten Lampung Timur
Grafik 5. 1
Perkembangan Penemuan Kasus TB Paru BTA+ (CDR)
di Kabupaten Lampung Timur
Tahun 2006-2018
Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian penyakit Menular Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur
yang dilakukan oleh petugas Puskesmas dan mulai terlaksananya jejaring eksternal
pelayanan TBC dengan Rumah Sakit dan pelayanan kesehatan swasta. Upaya
Lampung Timur tahun 2018 yakni 115 per 100.000 penduduk. Walaupun belum mencapai
target Nasional 140/ 100.000 penduduk, namun capaian CNR signifikan bila dibanding
tahun 2017 (96,84 per 100.000 penduduk). Trend CNR di Kabupaten Lampung Timur
sebagai berikut:
Grafik 5.2
Case Notification Rate (CNR) Seluruh Kasus TB per 100.000 Penduduk
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011-2018
Sumber: Seksi P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018.
Berdasarkan data, di Kabupaten Lampung Timur juga terdapat 123 (26%) kasus
tuberculosis anak 0-14 tahun, temuan kasus TB anak tersebut meningkat bila dibanding
temuan tahun 2017 yaitu 93 kasus. Jumlah kasus TB anak tertinggi berasal dari wilayah
kepada anak terutama dari orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya transmisi
kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut
mempunyai BTA sputum positif, infiltrat luas atau kavitas pada lobus atas, produksi
sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang
terdaftar dan diobati tahun 2018 berjumlah 587 kasus. Jumlah terbanyak berasal dari
wilayah Puskesmas Labuhan Maringgai (72 kasus) dan terendah dari Puskesmas Ganti
Kabupaten Lampung Timur tahun 2018 tergambar pada grafik berikut ini :
Grafik 5.3
Jumlah TBC Terkonfirmasi Bakteriologis dan TB Anak 0-14 Tahun Berdasarkan
Puskesmas Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018
jumlah semua kasus tuberkulosis yang sembuh dan pengobatan lengkap di antara semua
kasus tuberkulosis yang diobati dan dilaporkan. Dengan demikian angka ini merupakan
penjumlahan dari angka kesembuhan semua kasus dan angka pengobatan lengkap
tahun 2018 mencapai 95,7% dari target 85%, sedangkan angka pengobatan lengkap
(complete rate) semua kasus tuberculosis pada tahun 2018 adalah 39%, sehingga angka
Timur mencapai 95,4%, meningkat bila dibanding tahun 2017 (91,29%), dan telah
mencapai standar yang ditetapkan WHO yaitu 90%. Trend Angka keberhasilan
Grafik 5.4.
Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate/CS)
Semua Kasus Tuberculosis Kabupaten Lampung Timur
Tahun 2006-2018
Sumber : Seksi P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018
Grafik 5.5.
Sebaran Succes Rate/CS Berdasarkan Puskesmas
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2006-2018
Sumber : Seksi P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018
Dari grafik di atas terlihat bahwa sebagian besar Puskesmas telah mencapai target SR
(85%), hanya 4 Puskesmas yang belum mencapai target yakni Puskesmas Raman Utara,
Bumi Emas, Donomulyo dan Puskesmas Karya Tani. Dari jumlah penderita tuberculosis
sebanyak 1,9% dengan persentase kematian tertinggi berasal dari wilayah Puskesmas
Donomulyo (33,3%).
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru yang disebabkan oleh
berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri dengan gejala panas tinggi
disertai batuk berdahak, napas cepat, sesak, dan gejala lainnya (sakit kepala, gelisah dan
menyumbang 16% dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun, yang menyebabkan
kematian pada 920.136 balita, atau lebih dari 2.500 per hari, atau di perkirakan 2 anak
Balita meninggal setiap menit pada tahun 2015 (WHO, 2017). Di Indonesia berdasarkan
penyebab kematian pada bayi, oleh karena itu beberapa upaya yang dapat dilakukan
untuk mengendalikan penyakit ini antara lain dengan meningkatkan perlindungan pada
balita melalui pemberian ASI ekslusif dan perbaikan gizi bayi balita, mencegah melalui
vaksinasi pertusis, campak, Hib; peningkatan PHBS dan menerapkan etika batuk dengan
benar, menurunkan polusi udara khususnya di ruangan serta mengobati melalui deteksi
penemuan kasus pneumonia menjadi hal yang penting dilakukan. Upaya yang dilakukan
menatalaksana semua kasus ISPA yang ditemukan dengan tatalaksana sesuai standar.
kasus ISPA. Selain melalui program P2 ISPA, upaya penemuan kasus pneumonia pada
balita juga dilakukan dengan pendekatan managemen MTBS (Manajemen Terpadu Balita
Sakit).
balita batuk atau mengalami kesukaran bernafas, sebanyak 80,7% dari jumlah kunjungan
balita tersebut telah ditatalaksana sesuai standar yakni dengan menghitung nafas dan
dengan melihat tarikan dinding dada ke dalam. Sebagian besar Puskesmas (97%) telah
balita di Lampung adalah 2,23% dari jumlah balita. Pada tahun 2018, temuan pneumonia
pada balita berjumlah 955 kasus atau 41,7% dari jumlah perkiraan. Dari jumlah tersebut
hanya 1,78% pneumonia pada balita yang merupakan pneumonia berat. Bila ditinjau dari
jenis kelamin, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara penderita pneumonia pada
balita laki laki (51%) dengan balita perempuan (49%), namun pada pneumonia berat
terdapat perbedaan yang sangat bermakna dimana pneumonia berat pada balita laki-laki
lebih banyak (94%) bila dibanding pneumonia pada balita perempuan (6%). Seluruh
temuan kasus pneumonia pada balita di atas telah ditatalaksana sesuai standar.
Sebaran kasus Pneumonia di Puskesmas tidak merata, dan terdapat disparitas yang
sangat besar antara Puskesmas dengan temuan kasus tertinggi yaitu Puskesmas Way
Mili (95%) dengan Puskesmas Purbolinggo (11%). Jumlah Puskesmas yang telah
mencapai target penemuan 90% hanya 14,7% Puskesmas, yakni Puskesmas Way Mili,
Braja Harjosari, Sukaraja Nuban, sekampung dan Puskesmas Pugung Raharjo. Salah
satu penyebab belum tercapainya target temuan kasus pneumonia pada balita adalah
karena belum semua tenaga kesehatan melaksanakan tatalaksana ISPA dan manajemen
MTBS dengan benar, sehingga kasus Pneumonia terutama Pneumonia ringan tidak
terjaring. Selain itu kasus Pneumonia dari Rumah Sakit, klinik swasta dan praktek mandiri
juga belum terlaporkan sehingga penderita pneumonia dari unit pelayanan kesehatan
Grafik 5.6
Distribusi Penemuan Kasus Pneumonia pada Balita
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018.
Berdasarkan trend, cakupan penemuan Pneumonia pada balita terlihat pada grafik
berikut ini:
Grafik 5.7
Jumlah Kasus Pneumonia Pada Balita
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2006 – 2018
sistem pelaporan untuk menjaring data, baik dari sarana pelayanan kesehatan swasta,
praktek mandiri maupun rumah sakit, melakukan penemuan secara aktif (care seeking),
bahwa setiap kasus batuk pilek pada balita harus dihitung napas dan ada tidaknya tarikan
dinding dada ke dalam untuk menjaring kasus pneumonia, meningkatkan penjaringan
HIV/ AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human
mudah terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki AIDS penderita
HIV/ AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang secara epidemi
mempunyai fenomena seperti gunung es dimana keadaan yang sebenarnya jauh lebih
besar daripada yang tercatat dan terlaporkan. Hal ini sebagai akibat dari sistem pelaporan
yang belum sempurna, masih tingginya stigma di masyarakat terhadap penyakit ini
terinfeksi HIV wajib mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar dengan target
100%. Pelayanan kesehatan sesuai standar yang dimaksud meliputi edukasi perilaku
beresiko dan skrining. Edukasi yang diberikan adalah tentang perilaku beresiko dan
pencegahan penularan, sedangkan skrining dilakukan dengan pemeriksaan tes cepat HIV
minimal 1 kali dalam setahun. Orang yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan HIV
adalah orang dengan resiko terinfeksi virus HIV antara lain ibu hamil, pasien TBC, pasien
IMS, penjaja seks, lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL), transgender/ waria,
penyakit HIV/ AIDS. Tujuan dari pengendalian penyakit tersebut adalah getting three
zeroes yaitu menurunkan jumlah kasus baru HIV, menurunkan angka kematian, dan
menurunkan stigma dan diskriminasi. Tujuan akhir dari upaya tersebut adalah
meningkatkan kualitas hidup ODHA. Strategi yang digunakan adalah dengan Layanan
mempertahankan kepatuhan ODHA dalam mengakses layanan dan therapy ARV secara
teratur.
Puskesmas tersebut antara lain melakukan konseling, melakukan tes, dan pengobatan
HIV/ AIDS. Seluruh Puskesmas di Kabupaten Lampung Timur juga merupakan klinik VCT/
IMS yang dapat melayani pemeriksaan HIV/ AIDS pos konseling pada populasi kunci dan
ibu hamil. Puskesmas juga telah melakukan kerjasama dengan Bidan dan Bidan Desa
untuk melakukan skrining tes HIV/ AIDS pada ibu hamil baik pada saat melakukan ANC
maupun pada saat kegiatan kelas ibu. Prosedur yang dilakukan adalah bahwa ketika
hasil tes reaktif, hasil tes dari Bidan/ Bidan Desa tersebut tetap harus dikonfirmasi ulang
lebih lanjut.
Selain itu, upaya penemuan kasus HIV/ AIDS di Kabupaten Lampung Timur juga
dilakukan secara aktif, baik oleh tenaga kesehatan maupun oleh tenaga non kesehatan.
Upaya penemuan kasus oleh tenaga non kesehatan dilakukan oleh kader maupun
masyarakat peduli HIV diantaranya dilakukan oleh kelompok yang tergabung dalam
Community TB HIV Care, juga melalui pemberdayaan peran serta msyarakat melalui
kelompok kunci. Bentuk nyata dari kegiatan penemuan kasus melalui pemberdayaan
peran serta msyarakat tersebut adalah dengan terlibatnya ODHA, pemilik warung, pemilik
melakukan penjaringan kasus melalui tes dan konseling pada 10.884 orang atau 47,3%
dari estimasi orang dengan resiko terinfeksi HIV sebanyak (23.027 orang). Dari hasil
Berdasarkan karakteristiknya, sebagian besar kasus HIV pada tahun 2018 berjenis
kelamin laki-laki (57,1%). Karakteristik kasus baru HIV pada tahun 2018 tersebut berbeda
bila dibandingkan dengan karakteristik kumulatif penderita HIV/ AIDS di Lampung Timur,
dimana persentase penderita perempuan lebih tinggi (52,7%) bila dibanding pada
penderita laki-laki.
Sedangkan bila dilihat berdasarkan kelompok umur, sebagian besar penderita HIV
yang ditemukan pada tahun 2018 berada pada kelompok umur 25-49 tahun dan umur 20-
24 tahun, dimana pada kelompok umur tersebut berada pada rentang usia produktif dan
aktif secara seksual. Selain itu terdapat juga penderita HIV pada anak-anak ≤4 tahun
yakni sebanyak 3,6% sebagai akibat dari transmisi dari ibu ke bayi.
Gambaran penderita baru HIV berdasarkan kelompok umur tahun 2018 tergambar
Sumber: Seksi P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018.
Dari temuan kasus baru di atas, maka temuan seluruh kasus HIV/ AIDS di
Kabupaten Lampung Timur sejak tahun 2006 sampai dengan 2018 berjumlah 224
penderita. Terdapat kecenderungan peningkatan temuan kasus baru HIV/ AIDS, namun
Rendahnya kematian akibat AIDS di Kabupaten Lampung Timur tersebut karena semakin
maksimalnya upaya penjaringan kasus baru HIV/ AIDS dan semakin baiknya tatalaksana
penderita. Salah satu upaya penjaringan adalah dengan melaksanakan program Layanan
Konseling dan Tes HIV Sukarela. Layanan ini merupakan suatu layanan untuk
mengetahui adanya infeksi HIV di tubuh seseorang, karena konseling dan tes HIV
merupakan pintu masuk utama pada layanan perawatan, dukungan dan pengobatan HIV.
Pendekatan yang dilakukan yaitu Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan
dan konseling (TIPK) yaitu tes HIV yang dianjurkan atau ditawarkan oleh petugas
layanan kesehatan, dan konseling dan tes HIV Sukarela (KTS) yaitu layanan tes HIV
secara pasif. Pada layanan tersebut klien datang sendiri untuk meminta dilakukan tes HIV
atas berbagai alasan baik ke fasilitas kesehatan atau layanan tes HIV berbasis komunitas.
Gambaran jumlah temuan kasus baru HIV/ AIDS dan jumlah kematian akibat AIDS
Grafik 5.9
Trend Jumlah Kasus Baru HIV / AIDS dan Jumlah Kematian AIDS Kabupaten Lampung
Timur Tahun 2006-2018
potensial KLB yang sering disertai kematian terutama pada bayi dan balita. Pelaksanaan
angka kesakitan dan kematian akibat diare bersama lintas program dan lintas sektoral.
Strategi program yang digunakan adalah (1) melakukan penemuan dan pengobatan
sesuai tatalaksana kasus diare, yaitu dengan menggunakan Lima Langkah Tuntaskan
Diare (LINTAS Diare) yaitu pemberian oralit, zinc, antibiotik bila disertai lendir dan darah,
makanan pendamping ASI, dan nasihat, (2) meningkatkan tatalaksana penderita diare di
rumah tangga yang tepat dan benar (3) meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini dan
penanggulangan diare (4) melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif (5)
Target cakupan pelayanan penderita Diare semua umur (SU) yang datang ke
sarana kesehatan adalah 10% dari perkiraan jumlah penderita Diare SU (Insidens Diare
SU dikali jumlah penduduk di satu wilayah kerja dalam waktu satu tahun). Sedangkan
target cakupan pelayanan penderita Diare Balita yang datang ke sarana kesehatan adalah
10% dari perkiraan jumlah penderita Diare Balita (Insidens Diare Balita dikali jumlah Balita
Berdasarkan laporan dari puskesmas jumlah kasus diare yang ditangani pada
tahun 2018 berjumlah 13.909 kasus (50%) pada diare semua umur dengan angka
kesakitan setara dengan 270 per 1.000 penduduk, dan 3.514 kasus (23,2%) diare pada
balita dengan angka kesakitan setara dengan 843 per 1.000 penduduk.
Berdasarkan data, cakupan diare pada balita yang dilayani di Kabupaten Lampung
Timur masih rendah, yakni 23,2%. Rendahnya cakupan tersebut adalah akibat dari belum
tercovernya data kasus diare yang berobat ke rumah sakit, klinik swasta, serta dokter
praktek baik yang berada di dalam maupun luar wilayah Kabupaten Lampung Timur. Oleh
karena itu upaya yang harus dilakukan untuk mencapai target penemuan dan pengobatan
diare adalah memperbaiki sistem pencatatan dan pelaporan, penjaringan data kasus diare
Sebarannya kasus diare pada balita tertinggi berasal dari wilayah Labuhan
Maringgai yaitu 109% dari jumlah target penemuan, namun terdapat 1 Puskesmas
dengan capaian 0, yakni Puskesmas Braja Caka. Hal ini disebabkan karena Puskesmas
tersebut tidak melaporkan pelayanan diare di Puskesmas. Gambaran sebaran diare yang
Grafik 5. 10
Sebaran Diare yang dilayani pada Balita Berdasarkan Puskesmas
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018
Sumber: Seksi P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018
Dari jumlah kasus diare yang ditemukan di atas, seluruh penderita (100%) telah
ditatalaksana sesuai standar, yaitu dengan pemberian oralit baik oleh petugas kesehatan
maupun oleh kader dan pemberian zink. Jumlah oralit yang diberikan pada penderita diare
minimal 6 bungkus per penderita, sedangkan zink diberikan selama 10 hari berturut-turut
terutama diare pada balita. Zink merupakan mikronutrien yang berfungsi untuk
mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada tiga bulan
berikutnya.
5.1.5. Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR)
Mycobacterium Leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2–3
minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman
kusta memiliki masa inkubasi 2–5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5
tahun. Penatalaksanaan yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif yang
dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.
dengan strategi sesuai endemisitas daerah, menurunkan proporsi anak dan kecacatan
tingkat 2 diantara penderita baru menjadi kurang dari 5%, memberikan pengobatan yang
adekuat sehingga tercapai angka kesembuhan (RFT) lebih dari 90%, menurunkan
proporsi penderita cacat pada mata, tangan dan kaki setelah RFT kurang dari 5%, serta
memberikan perawatan dan pelayanan rehabilitasi yang tepat kepada penyandang cacat
kusta.
yang pernah mengalami kusta dan keluarganya, pemberdayaan orang yang pernah
mengalami kusta dan penguatan partisipasi mereka dalam upaya pengendalian kusta,
program melalui penguatan advokasi kepada pengambil kebijakan dan penyedia layanan
mencegah kecacatan pada semua penderita baru yang ditemukan melalui perawatan dan
pengobatan yang benar. Keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru dapat diukur dari
tinggi rendahnya proporsi cacat tingkat II, sedangkan untuk mengetahui tingkat penularan
di masyarakat digunakan indikator proporsi anak (0-14 tahun) di antara penderita baru.
Timur tahun 2018 berjumlah 15 kasus atau setara dengan New Case Detection Rate
(NCDR) 1,4 per 100.000 penduduk, menurun bila dibanding tahun 2017 yakni 16 kasus
setara NCDR 1,55 per 100.000 penduduk. Berdasarkan bebannya, penemuan kasus
baru di Kabupaten Lampung Timur termasuk katagori beban kusta rendah (low burder)
karena new case detection rate ≤10 per 100.000 penduduk. Prevalensi kasus tercatat di
Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2018 adalah 0,2 per 10.000 penduduk, menurun
bila dibanding prevalensi tahun 2017 yakni 0,23 per 10.000 penduduk. Perkembangan
NCDR dan angka prevalensi kusta Kabupaten Lampung Timur, sebagai berikut :
Grafik 5. 11
Angka Prevalensi dan NCDR Kusta di Kabupaten Lampung Timur
Tahun 2005 – 2018
Sumber : Seksi P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018
yang sedang berlangsung serta berguna untuk menghitung kebutuhan obat. NCDR akan
mempengaruhi angka prevalensi. Prevalensi adalah jumlah kasus terdaftar pada suatu
waktu tertentu. Selain NCDR, angka prevalensi kusta juga dipengaruhi oleh durasi
penyakit kusta yang lama, serta penatalaksanaan penyakit kusta. Di Kabupaten Lampung
Timur, walaupun cenderung menurun, namun penurunan NCDR dan prevalensi kusta
tidak cukup bermakna. Hal ini menunjukkan adanya indikasi masih terus berlangsungnya
transmisi penyakit kusta dengan kecepatan yang cenderung sama dan mempertegas
masyarakat.
Berbeda dengan tahun 2017 dimana kasus kusta hanya ditemukan di 8 (23,5%)
Puskesmas, pada tahun 2018 penemuan kasus penderita kusta baru di Kabupaten
sebagian besar berbeda dengan tahun 2017, hanya terdapat 2 Puskesmas yang pada
tahun 2017 dan tahun 2018 ditemukan kasus kusta baru yakni Puskemas Trimulyo dan
Puskesmas Sribhawono. Jumlah penemuan kasus baru kusta pada tahun 2018 tertinggi
berasal dari wilayah Puskesmas Trimulyo, Sumber Rejo, Braja Caka, Sukadana dan
Puskesmas Tambah Subur, masing-masing ditemukan 2 penderita. Sebaran penyakit
Gambar 5. 1
Sebaran Kasus Kusta Baru Berdasarkan Puskesmas
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018.
Sumber: Seksi P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018.
(86,7%) lebih tinggi bila dibanding penderita perempuan. Kusta MB adalah bilamana
bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata di seluruh kulit badan,
terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak, bercak kulit lebih dari 5 tempat,
kerusakan banyak saraf tepi dan pemeriksaan bekteriologi positif. Tipe kusta MB sangat
sumber penularan. Selain itu, tingginya kasus kusta MB di Kabupaten Lampung Timur
menggambarkan kualitas deteksi kasus yang masih rendah. Deteksi kasus kusta
umumnya dilakukan secara pasif atau sukarela, sisanya dideteksi melalui pemeriksaan
kontak.
Salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan deteksi dini kasus baru kusta
dan keterlambatan antara kejadian penyakit dan penegakan diagnosis adalah angka cacat
pada tahun 2018 terdapat 2 kasus kusta baru dengan cacat tingkat 2 yaitu berasal dari
Kabupaten Lampung Timur juga masih ditemukan penderita kusta pada anak < 15 tahun
yaitu berjumlah 1 anak (6,7%) yang berasal dari wilayah Puskesmas Sumber Rejo. Hal
demikian menggambarkan bahwa tingkat penularan kusta di masyarakat cukup tinggi dan
Salah satu upaya untuk memutus mata rantai penularan penyakit kusta dapat
dilakukan melalui pengobatan MDT pada pasien kusta. Selain untuk memutus mata rantai
aturan, maka penderita tersebut akan dinyatakan Release From Treatment (RFT).
Persentase penderita kusta yang telah selesai berobat (RFT) pada tahun 2018 pada kusta
PB ( 2017) mencapai 100% sedangkan pada kusta MB (2016) baru mencapai 87,5%. RFT
pada kusta MB belum mencapai target 90%. Hal ini disebabkan karena terdapat 1
kuratif maupun rehabilitatif. Upaya tersebut secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Preventif, yaitu upaya penemuan dini melalui pemeriksaan kontak, survey anak
sekolah (UKS), Rapid Village Survai dan lain-lain; 2) Promotif, yaitu melalui penyuluhan
tanda dini kusta, dan kampanye penurunan stigma; 3) Kuratif , melalui pengobatan sedini
kesehatan penyakit kusta melalui tokoh masyarakat, tokoh adat, sekolah, LSM dan lain-
lain sehingga masyarakat dapat memahami tentang bahaya penyakit kusta dan
kusta.
Demam berdarah adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue
yang tergolong Arthropod-Borne Virus, Genus Flavivirus, dan Famili Flaviviridae. DBD
ditularkan yang melalui gigitan nyamuk dari Genus Aedes, misalnya Aedes Agypty atau
Aedes Albopictus. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang
yang telah terinfeksi virus tersebut, sehingga setelah masa inkubasi yaitu selama 8-10
hari orang yang sehat dapat menjadi sakit. Kejadian DBD cenderung terjadi di sepanjang
tahun dan menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
Timur tahun 2018 berjumlah 205 kasus Incidence Rate/ IR per 19, 8 per 100.000
penduduk), menurun bila dibanding jumlah kasus dan IR tahun 2017 yakni berjumlah 274
kasus (Incidence Rate/ IR 26,7 per 100.000 penduduk). Angka tersebut telah berada di
bawah target Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur tahun 2018 yaitu 46
per 100.000 penduduk. Dari jumlah kasus DBD tersebut, 100% penderita sudah ditangani
sesuai standar tatalaksana DBD, sehingga pada tahun 2018 tidak ada kasus kematian
akibat DBD (CFR: 0,0). Berikut trend IR dan CFR DBD Kabupaten Lampung Timur 2006 -
2018 :
Grafik 5. 14
Insiden Rate (IR) dan Case Fatality Rate (CFR) DBD
di Kabupaten Lampung Timur Tahun 2005-2018
Penurunan IR dan CFR di Kabupaten Lampung Timur tahun 2018 sebagai akibat
dari upaya peningkatan kegiatan promotif preventif, kemitraan dan jejaring kerja dengan
lintas program maupun lintas sektor di berbagai jenjang administrasi, peningkatan sistem
dini dan penanggulangan KLB serta penemuan dan tata laksana kasus. Namun demikian,
tetap diperlukan kewaspadaan terhadap munculnya kasus DBD di tahun yang akan
datang, mengingat Kabupaten Lampung Timur merupakan daerah endemis DBD dan
Puskesmas (55,88%). Bila dibanding sebaran tahun 2017 (76,47%), wilayah Puskesmas
yang terjangkit DBD di tahun 2018 lebih sedikit. Temuan kasus tertinggi berasal dari
wilayah Puskesmas Pugung Raharjo (45 kasus). Namun tidak terdapat perbedaan
wilayah, dimana temuan kasus DBD pada tahun 2018 sebagian besar berada di wilayah
Bila dibandingkan jumlah kasus tahun lalu, terjadi kenaikan cukup signifikan
temuan kasus DBD di wilayah Puskesmas Pasir Sakti (270%) dan Puskesmas Pugung
Raharjo (173%). Sedangkan wilayah Puskesmas Pekalongan yang tahun lalu mengalami
kenaikan kasus cukup signifikan, di tahun 2018 cenderung menurun yakni hanya
mengalami kenaikan 34%. Gambaran sebaran kasus DBD per wilayah Puskesmas di
Grafik 5. 16
Jumlah Kasus DBD Berdasarkan Puskesmas
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2016-2018
menjadi komitmen MDGs. Malaria disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan
berkembangbiak dalam sel darah merah dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina
dan dapat menyerang di semua umur. Prevalensi malaria di Indonesia berdasarkan hasil
Riskesdas tahun 2018 adalah 0,4%, menurun bila dibanding hasil Riskesdas tahun 2013
yaitu 1,4%.
global dalam Sustainable Development Goals (SDGs). Tujuan dari pengendalian penyakit
Malaria yaitu terwujudnya masyarakat yang hidup sehat terbebas dari penularan Malaria
(Eliminasi Malaria) sampai tahun 2030, dengan menurunnya kasus Malaria (API) dari 2
kegiatan utama terdiri dari (1) peningkatan kualitas dan akses terhadap penemuan dini
dan pengobatan Malaria (2) penjaminan kualitas diagosis Malaria melalui pemeriksaan
laboratorium melalui Rapid Diagnostic Test (RDT), (3) perlindungan terhadap kelompok
rentan terhadap ibu hamil dan balita di aderah endemis tinggi, (4) penguatan penanganan
KLB dan surveillens (5) intervensi vektor termasuk surveillens vektor dan (6) penguatan
dan seluruhnya telah dilakukan konfirmasi laboratorium dengan menggunakan rapid tes
jumlah kasus suspec penyakit Malaria di wilayah Kabupaten Lampung Timur, sebagai
berikut :
Grafik. 5. 17
Perkembangan Jumlah Kasus Malaria Klinis
di Kabupaten Lampung Timur Tahun 2006-2018
Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018
dengan rentang umur penderita pada usia 15-64 tahun. Kasus malaria positif tersebar di
Maringgai, dan Puskesmas Mataram Baru. Jumlah tertinggi kasus malaria positif berasal
dari Pukesmas Labuhan Maringgai (3 penderita). Temuan kasus malaria positif selama 2
Maringgai dan Puskesmas Mataram Baru. Berikut gambaran kasus malaria positif
Gambar 5.3
Sebaran Kasus Malaria Positif Berdasarkan Wilayah Puskesmas Kabupaten Lampung
Timur Tahun 2018.
Sumber: Seksi P2M Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018.
Incidence (API). Annual Parasite Incidence di Kabupaten Lampung Timur tahun 2018
sebesar 0,01 per 1.000 penduduk beresiko, walaupun telah berada di bawah standar yang
ditetapkan Nasional yakni 1 per 1000 penduduk beresiko, API di Kabupaten Lampung
Timur meningkat bila dibanding API tahun 2017 yakni 0,004 per 1.000 penduduk beresiko.
Trend Malaria positif dan API dari tahun 2010-2018 Kabupaten Lampung Timur, sebagai
berikut:
Grafik 5. 18
Trend Malaria Positif Terkonfirmasi Kabupaten Lampung Timur
Tahun 2010-2018
falcifarum, hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya dimana flasmodium vivak lebih
Grafik 5. 19
Distribusi Kasus Malaria Berdasarkan Parasit
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2011-2018
Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018
Dari seluruh kasus malaria positif di Kabupaten Lampung Timur, tidak ditemukan
kasus Malaria indegenous, kasus Malaria yang ditemukan selama ini adalah kasus
Malaria impor dari daerah endemis dari luar daerah Lampung Timur. Hal ini sejalan
dengan sertikat eliminasi malaria yang telah didapatkan Kabupaten Lampung Timur. dari
Lampung Timur dengan uji Laboratorium atau Rapid Diagnostic Test (RDT), dan
secara efektif, pemberian jenis obat harus benar dan cara meminumnya harus tepat
waktu yang sesuai dengan acuan program pengendalian malaria. Pengobatan efektif
adalah pemberian ACT pada 24 jam pertama pasien panas dan obat harus diminum
sampai habis. Persentase pengobatan ACT pada kasus malaria positif mempunyai target
90%, sedangkan di Kabupaten Lampung Timur pada tahun 2018 telah mencapai target
100%.
malaria di Kabupaten Lampung Timur, dimana CFR tahun 2018 sebesar 0,0%.
Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filaria yang
terdiri dari 3 (tiga) spesies yaitu Wuchereria Bancrofty, Brugeria Malayi, dan Brugeria
Timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe dan menular melalui gigitan nyamuk yang
mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut akan
tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di kelenjar limfe sehingga menyebabkan
2020 (The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health problem
sebagai bagian dari eliminasi filariasis global melalui dua pilar kegiatan yaitu:
Massal (POPM) filariasis di daerah endemis sekali setahun selama lima tahun berturut-
yang ditetapkan sebagai salah satu Kabupaten yang endemis Filariasis. Hal ini ditetapkan
berdasarkan hasil survey darah jari yang dilakukan pada tahun 2004 di Kecamatan
tersebut diatas 1%. Oleh karena itu sesuai Pedoman Eliminasi Filariasis untuk memutus
rantai penularan Filariasis di Kabupaten Lampung Timur harus dilakukan Pemberian Obat
kabupaten selama 5 tahun yakni dari tahun 2012 sampai tahun 2016 dengan rata-rata
Pada saat ini, Kabupaten Lampung Timur telah memasuki tahap surveilans pasca
pemberian POPM filariasis dimana pada pada tahun 2017 telah dilakukan survei PRE
TAS (Transmission Assessment Survey) filariasis, yakni survey darah jari pada 317
sampel di Desa Sidomulyo Kec. Sekampung dan 325 sampel di Desa Bojong Kec.
Sekampung Udik) dengan hasil Prevalensi Mikrofilaria < 1% (100% negatif). Selain itu,
hasil uji sampel yang dilakukan pada anak sekolah pada tahun 2018 juga didapatkan hasil
Prevalensi Mikrofilaria < 1% (100% negatif). Saat ini Kabupaten Lampung Timur sedang
lanjutan dari surveillans POPM filariasis yang direncanakan akan laksanakan pada tahun
Berbagai upaya di atas, terbukti dapat menekan kejadian kasus baru Filariasis di
Kabupaten Lampung Timur, dimana berdasarkan laporan, sejak tahun 2014 tidak lagi
ditemukan kasus Filariasis baru. Penderita Filariasis yang ada di Kabupaten Lampung
Timur tahun 2018 merupakan kasus lama yaitu berjumlah 15 penderita. Penderita
penderita terbanyak berasal dari wilayah Puskesmas Pugung Raharjo yaitu 4 penderita
dan Puskesmas Sidorejo yaitu 2 penderita, sehingga kasus filariasis di Kecamatan
Sekampung Udik merupakan 40% dari jumlah penderita di Kabupaten Lampung Timur.
Dari jumlah kasus di atas seluruhnya (100%) telah dilakukan tatalaksana sesuai standar.
Gambar 5.4
Sebaran Kasus Filariasis Kabupaten Lampung Timur Tahun 2018
I. Permasalahan
Dari beberapa masalah dan kendala yang sudah diuraikan diatas, maka
pemecahan masalah maupun rencana tindak lanjut yang harus dilakukan adalah
sebagai berikut:
3.2.1 Meningkatkan sosialisasi program Tb ke masyarakat dengan melibatkan
mantan pasien TB, dengan menggunakan anggaran dari BOK
3.2.2 Penjaringan suspec berbasis masyarakat
3.2.3 Rutin melakukan bimtek TB ke masing-masing Unit Pelayanan
Kesehatan tingkat Puskesmas
3.2.4 Monitoring tingkat Kabupaten tetap dilaksanakan
3.2.5 Melakukan feedback secara rutin terhadap hasil capaian program di setiap
Puskesmas
3.2.6 Menawarkan pada pasien TB yang diobati untuk melakukan skring
HIV/AIDS, yang diharapkan dapat mengintegrasi kegiatan kedua
program ini secara fungsional sehingga dalam pengendalian kedua
penyakit ini dapat berjalan secara efektif
3.2.7 Melaksanakan HDL dengan RSUD Sukadana guna membangun kembali
komitment dalam penanggulangan TB
3.2.8 Memotifasi dan memfasilitasi Puskesmas dalam melakukan kerjasama
dengan layanan kesehatan swasta
3.2.9 Mengusulkan pelatihan TB bagi petugas pengelola program tingkat
Puskesmas
BAB IV
KESIMPULAN
a. Dari hasil pelaksanaan program TB Paru Kabupaten Lampung Timur tahun 2015,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil Case Notifikation Rate (CNR) / 100.000 penduduk 96,5 target 140
2. Hasil Case Detection Rate (CDR) 48,27% target 85%
3. Prosentase capaian hasil konversi 95,5% target 80%
4. Prosentase capaian hasil keberhasilan pengobatan (Sucsess Rate/SR) 94,3 % target
87%
5. Prosentase capaian kesembuhan pada pengobatan TB 93,2% target 85%
b. DBD
1. Kecenderungan penyakit DBD di Lampung Timur selam 13 tahun terakhir
cukup fluktuatif. Melihat trend yang ada sepertinya siklus 5 tahunan juga berlaku
di Kabupaten Lampung Timur.
2. Adanya kecenderungan zero (0) CFR, kenaikan kasus DBD yang cenderung
meningkat tiap tahun berbanding terbalik dengan angka kematian (CFR).
3. Kepadatan jentik terutama pada musim penularan akan meningkatkan
potensi penularan, Angka Bebas Jentik di Lampung Timur masih kurang dari 95%
yaitu pada kisaran 63% - 78%. Belum optimalnya kegiatan pemantauan jentik
serta lemahnya peran lintas sektor terutama desa dalam kegiatan pengendalian
vektor utamanya dalam keikutsertaannya dalam peningkatan kemampuan daan
kemauan masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian DBD.
4. Angka insiden menunjukan bahwa DBD masih ada di sekitar masyarakat
dan dapat menjadi momok serta beban kesehatan jika tidak dikendalikan melalui
upaya promosi yang berkesinambungan serta upaya kewaspadaan dini dengan
melibatkan sektor terkait dan peran serta masyarakat.
c. Kusta
1. Angka prevalensi dapat menentukan beban kerja, besarnya masalah dan
sebagai alat evaluasi. Dipertahankannya angka Prevalensi di Kabupaten Lampung
Timur dalam 5 tahun terakhir berkisar pada angka 0,2/10.000 penduduk yang
berada pada angka eliminasi yaitu <1/10.000 penduduk yang berarti beban
penyakit kusta Lampung Timur berada pada kategori rendah.
2. Penemuan penderita baru (CDR) di Kabupaten Lampung Timur berada pada
kisaran angka kurang dari 5/100.000 penduduk selama 5 tahun terakhir. Keadaan
ini menunjukan bahwa besarnya masalah kusta masih kecil meskipun masih
terjadi transmisi penularan kusta di Kabupaten Lampung Timur, angka CDR juga
merupakan indikasi bahwa berjalannya kegiatan dan aktivitas program dimana
pendekatan program yang seharusnya dilakukan adalah prioritas di daerah fokus.