KELUARGA PADA
PASIEN VITILIGO
Pembimbing :
Dr. dr. Aris Susanto, MS, Sp. OK
Disusun Oleh:
Adelia Yuantika ( 112019032 )
1
Lembar Pengesahan
Pembimbing
2
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
kewajiban dalam rangka Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana.
Makalah ini dibuat dengan pendekatan kedokteran keluarga. Semoga laporan yang saya
buat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata, saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan
dalam penyelesaian makalah ini kepada DR. dr. Aris Susanto MS,Sp.OK dan semua pihak
yang turut membantu terselesainya makalah ini.
Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang saya buat
ini, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga di masa
mendatang dapat ditingkatkan menjadi lebih baik.
Adelia Yuantika
3
BAB I
PENDAHULUAN
Vitiligo adalah kelainan kulit yang kronis, ditandai dengan depigmentasi atau
hipopigmentasi kulit dan mukosa. Depigmentasi atau hipopigmentasi dihasilkan dari tidak
adanya atau berkurangnya jumlah melanosit epidermal pada kulit dan / atau membran mukosa.
Pada awal penyakit, bercak putih dengan ukuran yang berbeda muncul di berbagai bagian
tubuh.1 Vitiligo adalah gangguan pigmentasi umum kulit, dengan insiden 0,1–2,9% persen
diseluruh dunia. Siapapun dari segala usia dapat berkembang menjadi vitiligo, tetapi sangat
jarang terjadi pada saat lahir, tersering pada usia 10 – 40 tahun, dengan dominasi pada
perempuan.2 Dalam berbagai studi berbasis populasi, prevalensi vitiligo di seluruh dunia
tercatat 0,5 persen sampai dengan 1 persen sementara ada juga terhitung hingga 8 persen.
Paling terbaru prevalensi vitiligo melalui pendataan awal terdapat lebih dari 50 studi di
seluruh dunia melaporkan prevalensi vitiligo antara 0,5 dan 2 persen.3
Vitiligo tidak pasti meskipun genetik, imunologi, biokimia (termasuk oksidatif stres)
dan faktor neurogenik dapat berinteraksi untuk memberikan kontribusi terhadap
perkembangannya, orang-orang melaporkan dan meyakini bahwa sepertiga dari anggota
keluarga yang mengalami gangguan vitiligo tersebut menunjukkan bahwa faktor genetik
memiliki peran penting dalam perkembangan penyakit ini. Bercak putih pada kulit adalah
tanda utama vitiligo. Bercak putih ini lebih umum didaerah dimana kulit terpapar matahari.
Area umum untuk bercak putih ini meliputi sekitar mulut, mata, alat kelamin, pusar, lubang
hidung, daerah dubur, ketiak, dan selangkangan. Dalam beberapa kasus, orang dengan
vitiligo mungkin mengalami sakit atau gatal pada beberapa daerah. Bagi sebagian orang
dengan vitiligo, bercak putih tidak menyebar, namun pada beberapa orang, bercak putih akan
menyebar kebagian tubuh yang lain, kadang–kadang pada beberapa kasus penyebaran terjadi
secara perlahan– lahan atau menyebar secara cepat.4 Vitiligo ialah penyakit kulit dan membran
mukosa kronis yang terjadi akibat destruksi melanosit, dengan karakteristik makula
depigmentasi, faktor predisposisi multifaktorial, dan faktor pencetus seperti trauma, terbakar
matahari, stres, serta penyakit sistemik.5
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Vitiligo adalah kelainan kulit yang kronis, ditandai dengan depigmentasi atau
hipopigmentasi kulit dan mukosa. Depigmentasi atau hipopigmentasi dihasilkan dari tidak
adanya atau berkurangnya jumlah melanosit epidermal pada kulit dan / atau membran
mukosa. Pada awal penyakit, bercak putih dengan ukuran yang berbeda muncul di berbagai
bagian tubuh.1
5
Penyebab vitiligo masih belum diketahui dengan jelas, namun ada beberapa teori yang
berusaha menerangkan patogenesisnya.7 :
1. Teori Neurogenik
Teori ini berdasarkan atas beberapa pengamatan. Menurut teori ini suatu mediator
neurokemik dilepaskan dan senyawa tersebut dapat menghambat melanogenesis serta
dapat menyebabkan efek toksik pada melanosit.
2. Teori Autoimun
Teori ini menganggap bahwa kelainan sistem imun menyebabkan terjadinya kerusakan
pada melanosit. Beberapa penyakit autoimun yang sering dihubungkan dengan vitiligo
antara lain adalah tiroiditis (Hashimoto), anemia pernisiosa, penyakit Addison,
alopesia areata dan sebagainya.
3. Teori rusak diri (self destruction theory)
Teori menyebutkan bahwa metabolit yang timbul dalam sintesis melanin
menyebabkan destruksi melanosit. Metabolit tersebut misalnya kuinon.
4. Teori Autositotoksik
Sel melanosit membentuk melanin melalui oksidasi tirosin ke DOPA dan DOPA ke
dopakinon. Dopakinon akan dioksidasi menjadi berbagai indol dan radikal bebas. Penyebab
dari vitiligo tidak diketahui secara pasti, namun terdapat tiga hipotesis untuk patogenesisnya
yaitu hipotesis autoimun, hipotesis neural dan hipotesis biokimia/sitotoksik. Riwayat
keluarga vitiligo pada 20% hingga 30% pasien menyatakan bahwa terdapat faktor genetik
yang berperan.8-10
1. Genetik pada Vitiligo
Hampir seluruh studi genetika terfokus pada vitiligo generalisata, telah diidentifikasi
sedikitnya 10 lokasi yang berbeda. 7 dari 10 terkait dengan penyakit autoimun lainnya, antara
lain yaitu HLA kelas I dan II, PTPN22, LPP, NALP1, TRY yang mengkode tirosinase yang
merupakan enzim penting dalam sintesis melanin. Pada tipe segmental diduga adanya mutasi
gen mosaik de novo bersifat sporadis. 8-10
2. Hipotesis Autoimun
Ditemukannya aktivitas imunitas humoral berupa antibody anti melanosit yang mampu
membunuh melanosit secara in vitro maupun in vivo. Sekarang aktivitas humoral ini lebih
diduga sebagai response sekunder terhadap melanosit yang rusak dibandingkan dengan
respons primer penyebab vitiligo generalisata. Pada tepi lesi vitiligo generalisata ditemukan
adanya sel T sitotoksik yang mengekspresikan profil sitokin tipe 1. 8-10
6
3. Hipotesis Neural
Hipotesis ini menunjukkan adanya mediator neurokimia yang bersifat sitotoksik terhadap
sel pigmen dan dikeluarkan oleh ujung saraf didekatnya. Teori ini didukung oleh kenyataan:
a) Vitiligo lokalisata yang terbatas secara segmental tidak dermatomal melainkan menyerang
beberapa dermatom
b) Vitiligo segmental tidak berefek dengan obat-obat vitiligo konvensional tetapi membaik
terhadap obat-obat yang memodulasi fungsi saraf.
c) Terjadinya vitiligo dilaporkan setelah mengalami tekanan emosional berat atau setelah
kejadian neurological, misalnya ensefalitis, multiple sklerosis, dan jejas saraf primer. 8-10
4. Hipotesis Biokimia
Kerusakan mitokondria mempengaruhi terbentuknya melanocyte growth factors dan
sitokin perugalsi ketahanan melanosit. Kadar antioksidan biologik pada vitiligo: katalase dan
glutation peroksidase berkurang. Disebabkan kadar H2O2 epidermis yang meningkat. Bukti
histopatologis menunjukkan adanya kerusakan yang diperantarai stress oxidative berupa
degenerasi vakuol. 8-10
Beberapa penulis menekankan adanya sensitivitas melanosit terhadap agen
peroksidatif, walaupun melemahnya sifat scavenging radikal bebas pada masa biosintesis
melanin belum jelas, namun dua teori yang paling menjanjikan adalah akumulasi H2O2 di
epidermis dan ekspresi abnormal tyrosin related protein (TRP-1).28-10
7
berbatas tegas. Berdasarkan penyebaran dari jumlahnya vitiligo dibagi atas generalisata dan
lokalisata (fokal, segmental dan mucosal). Jenis generalisata merupakan jenis yang sering kali
dijumpai, distribusi lesi simetris dan ukuran bertambah luas deiring waktu. Lesi dapat muncul
dimana saja , namun umumnya terdapat pada lutut, siku, punggung tangan dan jari-jari.
Vitiligo segmental merupakan varian yang hanya terdapat pada satu sisi segmen, dan jenis ini
jarang dijumpai. Kebanyakan pasien memiliki gambaran segmental berupa lesi tunggal yang
khas, namun dapat juga menempati dua atau lebih segmen satu sisi, berlawanan atau
mengikuti distribusi dermatomal (garis Blaschko). Daerah yang paling sering terkena yaitu
wajah, aksila, umbilicus, puting susu, sakrum dan inguinal.8,9
Vitiligo simetris sering dijumpai bila menyerang jari-jari, pergelangan tangan, aksila,
lipatan-lipatan lain dan daerah sekitar orifisium, misalnya: mulut, hidung dan genitalia. Pada
saat pigmen rusak tampak gambaran trikrom berupa daerah sentral yang putih dikelilingi area
yang pucat. Sangat jarang lesi vitiligo disertai peradangan pada sisi lesi yang sedang
berkembang dan disebut dengan vitiligo inflamatorik. 8,9
Vitiligo dapat menyerang folikel rambut, dengan demikian dapat ditemui rambut-rambut
menjadi putih. Pada pasien berkulit gelap depigmentasi dapat dilihat pula pada mukosa,
misalnya mulut. Perjalanan penyakit tidak dapat diperkirakan, tetapi sering progresif, setelah
setahun dalam keadaan stabil pun dapat mengalami eksaserbasi. Progresivitas yang sangat
cepat mengakibatkan depigmentasi sempurna dalam 6-12 bulan. 8,9
Sedangkan repigmentasi spontan pernah dijumpai pada 6-44% pasien. Bahkan walaupun
sangat jarang, pasien yang telah mengalami depigmentasi sempurna dapat secara spontan
warna kulitnya kembali seperti sedia kala. Penyembuhan atau repigmentasi spontan dapat
telihat dengan munculnya beberapa makula pigmentasi, perifolikuler atau berasal dari pinggir
lesi. Repigmentasi juga sebagai tanda bahwa lesi responsive terhadap terapi. 8,9
8
Tabel 1. Klasifikasi Vitiligo Menurutt Ortonne, 1983
Vitiligo Lokalisata Vitiligo Generalisata Vitiligo Universalis
Menurut tinjauan dari Vitiligo Global Issues Consensus Conference tahun 2011-2012, vitiligo
dapat diklasifikasikan sebagai berikut12,13:
9
Campuran/mixed : keterlibatan bersamaan
vitiligo segmental dan non-segmental.
Paling sering, bentuk segmental
mendahului NSV
10
11
2.7 Diagnosis banding
Diagnosis banding vitiligo yaitu pitiriasis versikolor, piebaldisme, hipomelanosis gutata,
pitiriasis alba, Von waardeburg Syndrome, nevus depigmentosus, nevus anemikus, tuberous
sklerosus, inkontinensia pigmentii, hipopigmentasi pasca inflamasi, lekoderma pasca infeksi,
lekoderma terinduksi kimia, fisikal, medikamen dan skleroderma, serta morfea.8
Diagnosis banding pada kasus ini dengan memperhatikan efloresensi pada pasien, maka
diagnosis banding adalah sebagai berikut :
2.7.1 Pitiriasis Alba
- Gambaran klinis pitiriasis alba yaitu makula hipopigmentasi, bulat atau oval, batas tidak
tegas dan tepi yang tidak teratur.2,10 Pada pasien ini ditemukan gambaran klinis serupa
yaitu makula hipopigmentasi, batas tidak tegas dan tepi tidak teratur pada regio maleolus
medialis dextra, namun tidak bulat atau oval. Sedangkan pada regio maleolus lateralis
dextra dan patella dextra ditemukan makula depigmentasi berbatas tegas dan tepi irregular.
- Menurut literatur, pada lesi terdapat warna merah muda atau sesuai warna kulit disertai
skuama halus. Setelah eritema menghilang, lesi berupa depigmentasi dengan skuama
halus.2 Pada pasien ini tidak ditemukan adanya skuama.
- Lesi paling sering di sekitar mulut, dagu, pipi, serta dahi. Namun lesi juga dapat dijumpai
pada ekstremitas, badan dan punggung.8,6,12 Pada pasien ini makula terdapat pada
pergelangan kaki dan ekstremitas kaki.
2.7.2 Pitiriasis Versikolor
❖ Lesi PV terutama terdapat pada badan bagian atas, leher dan perut, ekstremitas sisi
proksimal. Kadang ditemukan pada wajah dan skalp, dapat juga ditemukan pada aksila,
lipat paha dan genitalia.8 Pada pasien ini makula terdapat pada pergelangan kaki dan
ekstremitas kaki, dan tidak termasuk pada predileksi PV
❖ Lesi berupa makula berbatas tegas, dapat hipopigmentasi, hiperpigmentasi dan kadang
eritematosa, terdiri atas berbagai ukuran dan berskuama halus.8 Pada pasien ini terdapat
makula hipopigmentasi yang terdiri dari berbagai ukuran namun tidak tampak skuama.
2.7.3 Nevus Depigmentosus
❖ Gejala klinis berupa makula hipopigmentasi, stabil, berbatas tegas dan tepi irregular. Gejala
biasanya muncul saat lahir atau segera setelah lahir.14 Pada pasien ini terdapat makula
depigmentasi, berbatas tegas dan tepi ireguler. Namun, lesi tidak muncul saat lahir atau
segera setelah lahir. Lesi muncul saat pasien berusia 6 tahun.
12
2.7.4 Piebaldism
❖ Merupakan bercak kulit yang tidak mengandung pigmen yang ditemukan sejak lahir dan menetap
seumur hidup.
2.8 Tatalaksana
Dalam langkah-langkah tatalaksana, penilaian penting untuk mempertimbangkan usia,
penyakit yang telah ada sebelumnya, khususnya gangguan autoimun, obat-obatan
sebelumnya, dan parameter obyektif dan subyektif.3
Nevus halo
Riwayat
Penyakit
Autoimun
Penilaian
kualitas hidup
global
13
2.8.1 Terapi Farmakologis
A. Kortikosteroid
Merupakan pilihan utama untuk vitiligo karena harganya murah dan mudah
untuk diterapkan. penggunaan kortikosteroid topikal potensi tinggi lebih efektif untuk
mengobati daerah yang kecil seperti pada wajah, siku dan lutut. Berbagai
kortikosteroid topikal telah digunakan, misalnya triamsinolon asetonid 0,1%,
flusinolon asetat 0,01%; betametason valerat 0,1-0,2%, halometason 0,05%,
fluticason propionate 0,05% dan klobetasol propionate 0,05%. Pengaplikasian
digunakan satu kali sehari dan dianjurkan tidak melebihi 3 bulan karena dapat
menimbulkan efek samping.8,13
B. Inhibitor Kalsineurin
Inhibitor kalsineurin merupakan suatu imunosupresan. tacrolimus dan
pimecrolimus merupakan suatu inhibitor kalsineurin yang menunjukkan penyerapan
yang baik ketika digunakan secara topikal. Tacrolimus topikal adalah inhibitor
kalsineurin yang mengontrol aktivitas limfosit T melalui penghambatan sitokin
proinflamasi, memblokir transkripsi gen IL-2 yang penting untuk proliferasi limfosit T
sitotoksik, dan juga menghambat transkripsi dan produksi IL- 4, IL5, IL-10, IFN-γ dan
TNF-α. Salep tacrolimus 0,1% dan salep pimeroklimus 1% dipakai 2x sehari selama 6
bulan. 8,13
A. UVB
Narrowband UVB merupakan terapi lini kedua untuk vitiligo.
Gelombang UVB spectrum sempit (310-315) dan gelombang maksimal adalah
311. Dosis awal yang dipakai untuk semua tipi kulit 250 mj dan ditingkatkan
10-20% setiap kali pengobatan sampai lesi eritema minimal pada lesi putih
depigmentasi dalam 24 jam. Terapi dilakukan 2x seminggu, jangan setiap hari
berturut-turut. Efek samping jangka pendek berupa sensasi hangat 4-6 jam
14
setelah pengobatan, herpes labialis, eksema herpetikum, pruritus dan kulit
kering. Radiasi diperkirakan selama kurang lebih 9 bulan untuk menghasilkan
repigmentasi maksimal. Lesi dinyatakan tidak responsif bila dalam tiga bulan
tidak ditemukan repigmentasi.2,9
C. Surgical
Terapi lini ketiga adalah terapi depigmentasi dan pengobatan bedah.
Bila vitiligo lebih dari 80% permukaan tubuh, maka terapi yang dibutuhkan
adalah membuat kulit menjadi seluruhnya putih. Agen pemutih misalnya mono
benzileter hidrokuinon sudah lama dipakai. Diperlukan pengobatan setiap hari
1-3 bulan untuk memicu reaksi.2
Pengobatan bedah merupakan terapi alternative untuk vitiligo, karena
memakan waktu maka hanya ditujukan pada lesi segmental. Lima dasar
metode pembedahan repigmentasi2 :
a. Suspensi epidermis non-kultur
b. Dermoepidermal graft epidermis daerah depigmentasi
c. Tandur isap epidermis (suction epidermal grafting)
d. Punch minigrafting
e. Epidermis dikultur terlebih dahulu sebelum ditandur pada resepien.
D. Tabir Surya
Tabir surya membantu mencegah terbakar matahari, menyebabkan
15
kerusakan akibat sinar berkurang, sehingga tidak terjadi fenomena Koebner.
Tabir surya juga menyebabkan perubahan warna kulit berkurang, sehingga
tidak tampak kontras dengan lesi vitiligo.
2.9 Pencegahan
1. Menghindari lingkungan yang tercemar paparan bahan kimia seperti yang berasal dari
industri, logam berat, dan pelapis cat.
2. Memakan makanan sehat dan melakukan diet bergizi & seimbang.
3. Lindungin kulit dengan perlindungan maksimal ataupun memanfaatkan lotion atau tabir
surya agar kulit terlindungi.
4. Menghindari trauma fisik baik luka tajam, tumpul, ataupun tekanan repetitive. Trauma ini terjadi
umumnya pada aktivitas sehari-hari, misalnya pemakaian jam tangan, celana yang terlalu ketat,
menyisir rambut terlalu keras, atau menggosok handuk di punggung.
5. Hindari stress yang berlebihan.
2.10 Prognosis
Perjalanan penyakit vitiligo tidak dapat diduga, penyakit dapat stabil selama beberapa
tahun, namun dapat membesar, sementara lesi lain muncul atau menghilang. Pada
penyakit vitiligo ini jika penangannya tepat dan cepat maka prognosis baik.
16
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Identitas pasien
Nama : Nn. RA
Umur : 29 tahun
Agama : Kristen
Suku : Tionghoa
Pendidikan : S1
Keluhan utama
Bercak-bercak putih pada tungkai kaki kiri sejak 2 tahun lalu.
Keluhan tambahan
Tidak ada
Keluhan sekarang adalah terdapat bercak-bercak putih sejak 2 tahun lalu. Bercak putih
terdapat pada tungkai kaki kiri dan pergelangan kaki kiri. Awalnya gatal dan muncul bercak
putih, bercak hanya terdapat pada tungkai kaki dan meluas namun kemudian bercak muncul
pada pergelangan kaki pasien. Saat ini pasien tidak memiliki keluhan lain seperti adanya rasa
gatal dan perih. Disekitar kulit pasien tidak terdapat luka atau darah. Pasien mengatakan
bahwa keluhan yang ia alami tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Keluhan lain seperti
mual, muntah, nyeri ulu hati, sesak nafas, nyeri dada, dada terasa berdebar-debar, bengkak
pada tungkai bawah disangkal oleh pasien, riwayat cidera atau trauma, juga disangkal oleh
17
pasien. Saat ini nafsu makan pasien baik. Buang air besar saat ini lancar 1 kali sehari
berwarna kuning konsistensi lunak. Buang air kecil lancar berwarna kuning jernih. Riwayat
penyakit dahulu
Tidak ada
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi, baik terhadap makanan, cuaca, obat-obatan, debu dan
lainnya.
Riwayat Pengobatan
Pasien telah mendapat pengobatan yaitu betametason valerat 0,1 dan tacrolimus 0,01% selama 2
tahun. Obat digunakan 2x sehari pada pagi dan sore. Dan terapi sinar/fototerapi setiap 2-3 kali
dalam semingu. Pasien mengatakan bahwa bercak putih mengalami perbaikan.
18
Kebiasaan dan perilaku sosial pasien
• Olahraga: Olahraga ringan seperti lari pagi setiap hari minggu pagi
• Pola jajan: Membatasi minuman manis, tidak suka makanan yang mengandung MSG •
Pola makan: makan sehari 3 kali, makan makanan rumah, tidak ada pantangan makanan •
Pola minuman sehari hari: pasien minum air putih sehari 5-8 gelas yang berukuran 230ml
atau 2 Liter dalam sehari.
• Kebersihan diri: pasien mandi 2 kali sehari, keramas setiap hari, sikat gigi 2 kali sehari
dan ganti baju setelah mandi serta pasien mencuci tangan sebelum makan, dan rajin
memotong kuku jari tangan, jika keluar rumah untuk bekerja pasien selalu
menggunakan sepatu yang tertutup.
• Rekreasi: Pasien tidak banyak mempunyai kegiatan rekreasi, senin-jumat karena
berkerja secara work from home dikarenakan adanya pandemi saat ini. tidak ada
aktivitas fisik yang dilakukan. Sabtu-Minggu lari pagi dan membersihkan rumah dan
halaman luar rumah.
• Makan dan minuman lain seperti minuman kemasan (-), kopi (-), minuman beralkohol
(-), merokok (-)
19
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Gizi Baik/ Compos mentis
BB= 60KG; TB= 145cm; IMT=20,44 kg/m2 (Normal)
Tanda vital
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 90 kali/ menit
Pernapasan : 20 kali/ menit
Suhu : 36,5oC
Status Dermatologis
Pada status dermatologis di regio cruris sinistra dan regio dorsum pedis terdapat makula
hipopigmentasi multipel, ukuran dari milier sampai dengan plakat, penyebaran dan lokalisasi
lesi susunan ireguler sirkumskripta unilateral.
Pemeriksaan penunjang
1. Perhitungan Vitiligo Area Scoring Index (VASI) atau Vitiligo European Task Force
(VETF) untuk menentukan derajat keparahan, serta pemilihan dan follow up terapi,
yang dievaluasi ulang secara berkala setiap 3 bulan.8,9,
2. Pemeriksaan menggunakan lampu Wood untuk mendapatkan gambaran depigmentasi
yang jelas.1,9
Diagnosis
Diagnosis Kerja : Vitiligo
Diagnosis Banding : Pitiriasis alba, Pitiriasis versikolor, Nevus depigmentosus
Tatalaksana
Non-medikamentosa
❖ Menggunakan tabir surya yang kuat dengan lotion SPF 30 saat beraktivitas diluar
❖ Menghindari sinar matahari secara langsung
❖ Menghindari terjadinya trauma
❖ Menghindari stress yang berlebihan
❖ Menjalankan terapi sesuai anjuran dokter
Medikamentosa
❖ betametason valerat 0,1 dan tacrolimus 0,01% dioleskan dua kali sehari
❖ Dan terapi sinar setiap 2-3 kali dalam seminggu.
20
Pendekatan Secara Holistik
Profil Keluarga
Saat ini pasien tinggal; bersama dengan ibu dan ayah , 1 orang adik laki-laki
Genogram
Keterangan :
: Keluarga Nn. RA
: Laki-laki
normal : Wanita
normal :
Wanita vitiligo
Bentuk Keluarga
Bentuk keluarga ini adalah keluarga besar
21
Hubungan Anggota Keluarga
Nn.RA merupakan anak pertama dari 2 bersaudara dengan memiliki satu
saudara adik kandung laki-laki. Hubungan antara Nn.RA dengan anggota keluarga
yang lain sangat baik. Hubungan antara anggota keluarga sangat akrab.
Ibu Pasien
Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Tekanan Nadi : 86 kali/menit
Frekuensi Nafas : 18 kali/menit
Suhu : 36.6 C
Status Gizi :
- Berat badan : 52 kg
- Tinggi badan : 155 cm
- IMT : 21,64 kg/m2
- Status gizi : Normal
22
Adik Pasien
Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Tekanan Nadi : 84 kali/menit
Frekuensi Nafas : 18 kali/menit
Suhu : 36.6 C
Status Gizi :
- Berat badan : 65 kg
- Tinggi badan : 172 cm - IMT :
21,97 kg/m2 - Status gizi : Normal
23
Psikologis Keluarga
▪ Kebiasaan buruk : Tidak ada
▪ Pengambilan keputusan : Keluarga (semua keputusan diambil secara mufakat dengan
melibatkan seluruh anggota keluarga yang ada)
▪ Ketergantungan obat : Tidak ada
▪ Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas dan Rumah Sakit ( Jarak dari rumah
ke Puskesmas Dan Rumah Sakit Sekitar 3-4 km)
▪ Pola rekreasi : Baik
Spiritual Keluarga
▪ Ketaatan Ibadah : Baik
▪ Keyakinan tentang kesehatan : Baik
Kultural Keluarga
▪ Adat yang berpengaruh : Tidak ada
▪ Lain-lain : Tidak ada
24
▪ Ventilasi udara : Cukup
▪ Penerangan listrik : 6.000 watt
▪ Dapur : Ada
▪ Jamban keluarga : Ada 2
▪ Ketersediaan air bersih : Tidak ada
▪ Sumber air minum : Air mineral/gallon air
▪ Sumber pencemaran air : Tidak ada
▪ Pemanfaatan perkarangan : Ada
▪ Tempat pembuangan sampah : Ada, di dalam rumah dan di luar rumah (petugas
kebersihan mengambil sampah setiap hari)
▪ Sanitasi lingkungan : Baik
▪ Keadaan udara/polusi di luar rumah : Minimal
(rumah berada didalam kompleks dan jauh dari jalan raya)
25
b. Faktor Penghambat Terselesaikannya Masalah Dalam Keluarga
Di antara yang merupakan faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam
keluarga tersebut adalah dari diri pasien sendiri karena awalnya pasien kurang rajin
minum obat karena merasa tidak ada keluhan dan terkadang lupa untuk memakai
tabir surya saat berpergian.
Fungsi Fisiologis ( Skor APGAR )
Fungsi fisiologis adalah suatu penentu sehat tidaknya suatu keluarga yang
dikembangkan oleh Rosan, Guyman dan Leyton dengan menilai 5 fungsi pokok
keluarga, antara lain: ▪ Adaptation : Tingkat kepuasaan anggota keluarga dalam
menerima bantuan yang dibutuhkan.
▪ Partnership : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap komunikasi dalam
mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.
▪ Growth : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan
keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan kedewasaan semua anggota keluarga. ▪
Affection : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi
emosional yang berlangsung.
▪ Resolve : Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi
waktu, kekayaan dan ruang atas keluarga.
Penilaian
Hampir Selalu = skor 2
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah = skor 0
Total Skor
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
26
Penilaian Fungsi Fisiologis (APGAR) Keluarga Penderita
No. Pertanyaan Penilaian
Hamp Kada Hamp
ir ng ir
Selalu Kada Tidak
(2) ng (1) Pernah
(0)
1. Adaptation (Adaptasi) √
Saya puas bahwa saya dapat kembali
kepada keluarga saya, bila saya
menghadapi masalah
2. Partnership (Kemitraan) √
Saya puas dengan cara-cara keluarga
saya membahas serta membagi
masalah dengan saya
3. Growth (Pertumbuhan) √
Saya puas bahwa keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya melaksanakan kegiatan dan
ataupun arah hidup yang baru
5. Resolve (Kebersamaan) √
Saya puas dengan cara keluarga saya
membagi waktu bersama
Total Skor 9
Dari tabel APGAR diatas total Skor adalah 9 ini menunjukkan Fungsi keluarga
sehat. Fungsi patologis (SCREEM)
27
- Cultural: pasien adalah orang Indonesia yang makanan pokoknya adalah nasi. Dan pasien
setiap makan selalu mengkonsumsi nasi sesuai kebutuhan.
- Religious: Taat beribadah sesuai dengan aturan agama. Saat pandemi semua dilakukan
secara online
- Economy: keluarga pasien merasa kebutuhan ekonomi sekarang cukup. - Education:
Pendidikan anggota keluarga sudah baik, Nn.RA merupakan lulusan S1 - Medication: Pasien
dan keluarga menggunakan sarana pelayanan kesehatan dari puskesmas dan memiliki asuransi
kesehatan BPJS dan asuransi swasta.
- Medikasi
Pembiayaan pelayanan kesehatan sudah cukup baik. Pasien dan keluarganya biasanya
membayar secara mandiri. Keluarga ini juga berpendapat bahwa pemeriksaan rutin
kesehatan merupakan hal yang sangat perlu untuk dilakukan.
Diagnosis Pasien
❖ Biologi
Vitiligo
❖ Psikologis
Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga terjalin dengan sangat baik & akrab
❖ Sosial
Pasien bersosialisasi baik dengan tetangga disekitar rumahnya.
❖ Ekonomi
Keadaan ekonomi pasien cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
❖ Religius
Pasien menjalankan ibadah dengan baik setiap hari sesuai dengan aturan
agama. Diagnosis Keluarga
❖ Biologi
Sehat
❖ Psikologi
Hubungan semua anggota keluarga terjalin dengan baik.
❖ Sosiologi
Anggota keluarga bersosialisasi baik dengan tetangga disekitar
rumahnya. ❖ Ekonomi
Keadaan ekonomi keluarga anggota keluarga cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari
hari.
28
❖ Religius
Pasien menjalankan ibadah dengan baik setiap hari sesuai dengan aturan
agama. Penatalaksanaan Penyakit dan Edukasi
Promotif
a. Health Promotion : Meningkatkan derajat kesehatan perorangan, mengurangi peranan
penyebab dan derajat risiko, dan meningkatkan lingkungan yang sehat secara optimal.
Tindakan ini dilakukan pada seseorang yang sehat.
Sasaran untuk pasien dan keluarga:
▪ Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit vitiligo bahwa
penyakit ini adalah penyakit yang tidak menular dan cenderung mengalami perbaikan. ▪
Menjaga kebersihan badan
▪ Program pengendalian berat badan (diet sehat)
▪ Makanan dengan kandungan serat (seperti: Oatmeal, roti gandum, wortel, brokoli,
bayam) dan mengganti karbohidrat sederhana menjadi karbohidrat kompleks (seperti:
nasi merah, ubi jalar, kacang polong)
▪ Olahraga
(berenang, jogging, naik sepeda, dan senam)
Durasi : Pemanasan dan Pendinginan 5-10 menit.
Olahraga inti : 30-40 menit
Frekuensi : 3-5 kali seminggu
Preventif
b. Spesific Protection : Tindakan untuk mencegah penyakit, menghentikan proses
interaksi penyakit, tetapi sudah terarah pada penyakit tertentu (faktor risiko). Sasaran untuk
pasien:
Nn.RA melakukan Spesific Protection sudah terlambat, namun dapat diperbaiki atau
dicegah supaya bercak putih vitiligo ini meluas dengan cara menghindari trauma fisik baik
luka tajam, tumpul, ataupun tekanan repetitive, menghindari stress, menghindari pajanan
sinar matahari berlebihan.
Sasaran untuk keluarga Nn.RA:
▪ Skrining Kesehatan atau medical check up, menjaga kebersihan tubuh, dan
menggunakan tabir surya saat berpergian guna untuk mengindari sinar matahari.
29
Kuratif
c. Early Diagnosis and Prompt Treatment : Merupakan tindakan menemukan penyakit
sedini mungkin dan melakukan penatalaksanaan segera dengan terapi yang tepat.
Tindakan ini bertujuan untuk mendeteksi, mencegah meluasnya penyakit, dan
menghentikan proses penyakit sejak dini.
Sasaran untuk keluarga Nn.RA:
▪ Jika di keluarga Nn.RA ada yang mengalami keluhan serupa dengan pasien segera
memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
▪ Segera berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan begitu ada gejala walau sedikit. ▪
Konsultasi ke dokter dan kepatuhan menggunakan obat perlu diperhatikan
30
Sasaran untuk pasien:
▪ Pasien diminta untuk tetap melakukan kontrol secara rutin ke fasilitas layanan
kesehatan untuk dilakukan pemantauan pengobatan dan melihat perkembangan
penyakit.
▪ Penggunaan obat-obatan secara bijaksana sesuai dengan anjuran dokter.
Prognosis
Pasien
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad Bonam
Quo ad Cosmeticum : Dubia
Prognosis pasien dubia et bonam. Tidak terlihat terlihat adanya komplikasi yang terjadi. Pasien
sudah mendapatkan pengobatan yang tapat. Selain itu pasien juga selalu mendapatkan
dukungan dari keluarganya.
Keluarga
Prognosis kesehatan keluarga saat ini dubia et bonam karena meskipun memiliki risiko untuk
terjadi vitiligo karena vitiligo bisa terjadi dikarenakan adanya factor salah satunya adalah
genetik, namun keluarga sudah cukup mengetahui cara mencegah terjadinya vitiligo.
31
BAB IV
ANALISA KASUS
32
BAB V
KESIMPULAN
Menurut Teori Blum bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur yaitu
genetik, perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Dimana unsur-unsur tersebut saling
berinteraksi dan saling terkait satu sama lain, juga mengacu pada kemampuan mengetahui,
mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan kesehatan individu.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa dari keluhan pasien dan pemeriksaan fisik
secara dermatologis yang sudah dilakukan, pasien mengalami penyakit kulit vitiligo.
Penyebab pasti belum diketahui, tetapi terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang
hilangnya melanosit epidermal pada vitiligo. Beberapa penelitian juga menyatakan peran
genetik yang bermakna terhadap vitiligo. Factor pencetus seperti trauma, terbakar matahari,
stress bisa mengakibatkan terjadinya vitiligo.
Selain itu dari hasil anamnesis kondisi kesehatan keluarga pasien adalah sehat.
Walaupun demikian perlu menjadi perhatian bagi anggota keluarga yang lain dikemudian hari
mengingat adanya peran genetik yang berrisiko terjadinya penyakit vitiligo ini. Maka dari itu,
faktor prilaku seperti menjaga higienitas memiliki peranan yang sangat besar umtuk
mencegah penyakit vitiligo.
33
LAMPIRAN
Halaman
Dapat dilihat dari gambar halaman terpantau bersih dan rapi
tidak nampak sampah maupun kotoran yang berserakan.
35
Ruang Tamu
Masalah :
- Terdapat AC/air conditioner, sehingga jendela jarang dibuka
dapat menyebabkan kurangnya sirkulasi udara - Lemari besar
dari bahan kayu, terdapat tumpukan barang barang makanan
yang berada di lemari kayu
Masalah yang dapat menimbulkan penyakit kedepannya : 1.
Penyakit saluran pernafasan seperti asma, flu, dan rhinitis
alergi dan juga masalah kulit seperti tungau seperti scabies 2.
Ac yang digunakan dapat menjadi memicu masalah kult
kering, alergi, ISPA
3. Banyak pajangan dan barang potensi memicu alargi, asma
karena debu.
Solusi/saran :
1. Sarung bantal rutin dicuci seminggu sekali. Sebaiknya
memiliki sarung bantal cadangan agar ketika dicuci
ada penggantinya. Serta sofa minimal di jemur
minimal sebulan sekali. Bantal juga sebaiknya dijemur
diterik matahari agar bakteri dapat mati.
2. AC/air condioner harus rutin dibersihkan supaya
terhindar dari penyakit ISPA
36
Ruang Keluarga
37
Dapur
Masalah :
a. Wadah tempat piring bersih dan peralatan
makan yang sudah dicuci bersebelahan dengan
bak cuci piring dan tidak langsung disusun di
lemari makan
b. Tempat cuci tangan dan cuci piring digunakan
bersamaan
Masalah yang dapat menimbulkan penyakit
kedepannya :
Piring dan peralatan makan tersebut dapat terciprat air
cuci piring atau cuci tangan sehingga bisa menimbulkan
diare
Solusi/saran :
Setelah dicuci sebaiknya piring serta peralatan makan
langsung dilap dengan kain bersih dan di masukkan ke
lemari makan. wadah untuk peralatan makan yang
sudah bersih jangan bersebelahan dengan bak cuci
piring.
38
Kamar
Masalah :
- Kolong tempat tidur sulit untuk di sapu dan di pel tidak pernah
dibersihkan
- Kursi dan meja belajar tidak ergonomi
- Tidak ada pencahayaan matahari langsung masuk ke dalam
kamar
Masalah yang dapat menimbulkan penyakit kedepannya :
- ISPA, penyakit kulit, asma
- Kifosis postural
- Low Back Pain
Solusi/saran :
- Sprei diganti setiap 1-2 minggu sekali
- Tempat tidur digeser supaya kolong tempat tidur dapat
dibersihkan
- Pintu kamar dibuka saat pagi-siang hari agar pertukaran
sirkulasi udara baik
- Mengganti kursi serta meja belajar yang ergonomi
39
Kamar Mandi
Masalah :
Salah satu kamar mandi menggunakan bak mandi namun tanpa
penutup bak mandi.
Masalah yang dapat menimbulkan penyakit kedepannya :
Bak mandi yang terbuka dapat memicu adanya jentik-jentik
nyamuk. Solusi/saran :
Menguras bak mandi minimal 3 hari sekali. serta menaburi bak
mandi dengan bubu abate untuk membunuh larva nyamuk aedes
aegepty. Dan membeli penutup bak mandi.
40
Daftar Pustaka
1. Muhammad H S, IGA A P. Profil Pasien Vitiligo Di Poli Kulit Kelamin Rumah Sakit
Umum Pusat Sanglah Periode 2013 – 2015. Jurnal Medika Udayana, Vol.10
No.2,Februari, 2021
2. Anurogo D. dan Ikrar T. “Vitiligo.” Surya University, Neurscience Department, School
8. Menaldi SLS, Bramono K, Indriatmi W, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. eds. Fitzpatrick's Dermatology in
General Medicine, 8e New York, NY: McGraw-Hill;2012.
10. Malhotra, N., & Dytoc, M. (2013). The Pathogenesis of Vitiligo. Journal of Cutaneous
41
12. Ezzedine K, Lim H, Suzuki T, Katayama I, Hamzavi I, Lan C et al. Revised