PENDAHULUAN
Warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai pigmen. Yang berperan pada
penentuan warna kulit adalah karoten, melanin, oksihemoglobin dan hemoglobin
bentuk reduksi, yang paling berperan adalah pigmen melanin. Melanosis adalah
kelainan pada proses pembentukan pigmen melanin kulit dapat berupa
hipermelanosis (melanoderma) bila produksi pigmen bertambah dan
hipomelanosis (lekoderma) bila produksi pigmen berkurang. Macam-macam
kelainan pigmen kulit seperti berikut ini :
4. Lentigo senilis, yaitu makula hiperpigmentasi pada kulit daerah yang terbuka,
biasanya pada orang tua.
Sejak zaman dahulu vitiligo telah dikenal dengan beberapa istilah yakni
shwetekusta, suitra, behak, dan beras. Kata vitiligo sendiri berasal dan bahasa
latin, yakni vitellus yang berarti anak sapi, disebabkan karena kulit penderita
berwarna putih seperti kulit anak sapi yang berbercak putih. Istilah vitiligo mulai
1
diperkenalkan oleh Celsus, ia adalah seorangdokter Romawi pada abad kedua.
Insidensi Vitiligo rata-rata hanya 1% di seluruh dunia. Penyakit ini dapat
mengenai semua ras dan kedua jenis kelamin. Pernah dilaporkan bahwa vitiligo
yang terjadi pada perempuan lebih berat daripada laki-laki, tetapi perbedaan ini
dianggap berasal dari banyaknya laporan dari pasien perempuan oleh karena
masalah kosmetik. Penyakit juga dapat terjadi sejak lahir sampai usia lanjut
dengan frekuensi tertinggi (50% dari kasus) pada usia 10 – 30 tahun.
Penyebab vitiligo yang pasti sampai saat ini belum diketahui. Namun, diduga
iniadalah suatu penyakit herediter yang diturunkan secara poligenik atau secara
autosomal dominan. Berdasarkan laporan, didapatkan lebih dari30% dari
penderitavitiligomempunyai penyakit yang sama pada orangtua, saudara, atau
anak mereka. Pernah dilaporkan juga kasus vitiligo yang terjadi pada kembar
identik. Walaupun penyebab pasti vitiligo belum diketahui sepenuhnya. Namun,
beberapa faktor diduga dapat menjadi pencetus timbulnya vitiligo pada seseorang:
1. Faktor mekanis
Pada 10-70% penderita vitiligo timbul lesi setelah trauma fisik, misalnya setelah
tindakan bedah atau pada tempat bekas trauma fisik dan kimiawi.
Pada 7-15% penderita vitiligo timbul lesi setelah terpajan sinar matahari atau UV
A dan ternyata 70% lesi pertama kali timbul pada bagian kulit yang terpajan.
3. Faktor emosi/psikis
4. Faktor hormonal
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Klasifikasi terbaru vitiligo membagi vitiligo secara klinis menjadi dua jenis:
segmental (tipe B) dan nonsegmental (Tipe A). Tipe B lebih jarang dan memiliki
distribusi dermatomal; setelah onset cepat dan mengalami perkembangan,
biasanya memiliki perjalanan penyakit yang lebih stabil. Tipe A lebih sering
ditemukan, serta memiliki potensi evolusi seumur hidup, dan berhubungan dengan
fenomena Koebner dan sering berkaitan dengan penyakit autoimun seperti
gangguan tiroid, Diabetes Melitus Tipe 1, Anemia Pernisiosa, dan Penyakit
Addison.
3
Penyebab vitiligo masih belum diketahui secara pasti, tetapi peneliti dan dokter
telah mengemukakan beberapa teori. Terdapat bukti kuat bahwa pasien vitiligo
mewarisi sekelompok gen yang menyebabkan mereka rentan terhadap
depigmentasi. Teori yang paling banyak diterima adalah depigmentasi terjadi
karena vitiligo reaksi autoimun, yaitu penyakit yang pada penderitanya terdapat
sistem kekebalan tubuh yang bereaksi terhadap organ atau jaringan tubuhnya
sendiri. Tubuh penderita tersebut memproduksi protein yang disebut sitokin yang
mengubah sel-sel penderita yang memproduksi pigmen, dan menyebabkan sel-sel
tersebut mati. Teori lain adalah melanosit menghancurkan diri mereka sendiri.
B. EPIDEMIOLOGI
Insidens yang dilaporkan bervariasi antara 0,1 sampai dengan 8,8% penduduk
dunia tanpa membedakan ras dan jenis kelamin. Mengenai semua umur, paling
banyak umur 20 – 40 tahun. Frekuensi pada kedua jenis kelamin sma, hanya sja
penelitian epidemiologik menunjukan bahwa penderita yang datang berobat lebih
banyak wanita daripada pria. Terdapat juga pengaruh faktor genetik, dimana pada
penderita vitiligo, 5% akan mempunyai anak dengan vitiligo juga.
C. ETIOLOGI
Penyebab vitiligo masih belum diketahui dengan jelas, namun ada beberapa
teori yang berusaha menerangkan patogenesisnya. Masih sedikit yang diketahui
tentang patogenesis vitiligo, sehingga patofisiologi penyakit ini masih menjadi
teka-teki. Sampai saat ini terdapat 3 hipotesis klasik patofisiologi vitiligo yang
dianut, yang masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan yaitu :
1. Hipotesis autositoksik
4
bersifat toksik terhadap melanosit. Seorang peneliti mengemukakan bahwa
melanosit normal mempunyai proteksi terhadap proses tersebut, sedangkan pada
penderita vitiligo mekanisme proteksi ini labil, sehingga bila ada gangguan,
produk antara tersebut akan merusak melanosit dan akibatnya terjadi vitiligo. Hal
ini secara klinis dapat terlihat lesi banyak dijumpai pada daerah kulit yang
mengandung pigmen lebih banyak (berwarna lebih gelap). Juga hal ini dapat
terjadi pada pekerja-pekerja industri karet, plastik dan bahan perekat karena
banyak berkontak dengan bahan fenol dan katekol.
2. Hipotesis neurohumoral
3. Hipotesis imunologik
5
Selain itu, terdapat beberapa teori lain mengenai patogenesis vitiligo, diantaranya:
1. Teori Neurogenik
Teori ini berdasarkan atas beberapa pengamatan. Menurut teori ini suatu mediator
neurokemik dilepaskan dan senyawa tersebut dapat menghambat melanogenesis
serta dapat menyebabkan efek toksik pada melanosit.
2. Teori Autoimun
4. Teori Autositotoksik
Sel melanosit membentuk melanin melalui oksidasi tirosin ke DOPA dan DOPA
ke dopakinon. Dopakinon akan dioksidasi menjadi berbagai indol dan radikal
bebas.
D. GEJALA KLINIS
6
pigmen tersebut hanya sebagian, tetapi makin lama seluruh pigmen melanin
hilang.
Lesi vitiligo umumnya mempunyai distribusi yang khas. Lesi terutama
terdapat pada daerah terpajan (muka, dada, bagian atas, punggung tangan), daerah
intertriginosa (aksila, lipat paha), daerah sekitar orifisium (sekitan mulut, hidung,
mata dan anus), pada bagian ekstensor permukaan tulang yang menonjol (jari-jari,
lutut, siku), daerah tibia anterior, daerah sekitar puting susu dan umbilikus
(pusar). Daerah mukosa yang sering terkena terutama genital, bibir dan gusi.
Di samping itu dapat pula ditemukan bentuk-bentuk lain dari lesi vitiligo, antara
lain:
1. Trichome vitiligo : vitiligo yang terdiri atas lesi berwarna coklat, coklat muda
dan putih.
2. Vitiligo inflamatoar: lesi dengan tepi yang meninggi eritematosa dan gatal.
3. Lesi linear.
Gejala subyektif tidak ada, tetapi dapat timbul rasa panas pada lesi. Gejala
atau gambaran klinis vitiligo dimulai dengan bintik – bintik atau makula putih
7
yang makin lama makin lebar hingga mencapai ukuran lentikular atau plakat
dengan batas tegas tanpa perubahan epidermis yang lain. Biasanya tidak gatal atau
nyeri.
8
E. KLASIFIKASI
Vitiligo mempunyai beberapa pola distribusi yang khas. Ada 2 bentuk vitiligo :
1. Lokalisata
a. Vitiligo Fokal (Localized) : satu atau lebih makula pada satu area, tetapi tidak
segmental.
2. Generalisata
Pada area yang terkena trauma dapat timbul vitiligo. Daerah yang sering
terkena adalah :
9
4. Daerah tulang kering
5. Lutut
6. Pergelangan kaki
7. Genitalia
8. Kelopak mata
9. Regio perioral
G. DIAGNOSIS
Anamnesa
a. Awitan penyakit
b. Riwayat keluarga tentang timbulnya lesi dan uban yang timbul dini.
c. Riwayat penyakit kelainan tiroid, alopesia areata, diabetes mellitus, dan anemia
pernisiosa.
Pemeriksaan Fisik
10
Tes Diagnostik
Tes Laboratorium
Pemeriksaan Histopatologi
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Piebaldisme
11
I. PENGOBATAN
Rumah fototerapi UVB narrowband adalah pendekatan yang sangat umum yang
memperlakukan vitiligo. Paparan UVB cahaya berasal dari lampu UVB kecil
narrowband yang memberikan panjang gelombang tertentu hanya 311-313
nanometer. Kekuatan lampu sangat rendah dan ada panas. Tingkat keberhasilan
sangat tinggi pada anak dan pada orang dewasa ketika Bintik-bintik pada wajah
dan leher. Waktu pemaparan bervariasi; frekuensi pengobatan berkisar dari dua
sampai tiga kali per minggu dengan meningkat secara bertahap dalam paparan
setiap sesi berikutnya.
Sumber untuk narrowband UVB sinar UVB dapat jenis dari lampu neon yang
merawat area yang luas dalam beberapa menit atau daya tinggi serat optik
perangkat dalam sepersekian detik, di klinik.
Gelombang panjang ultraviolet (UVA) cahaya dari lampu UVA, dengan Psoralen,
yang disebut "PUVA", diberikan di klinik. Ini membantu dalam sebagian besar
kasus. Psoralen dapat diambil dalam sebuah pil 1-2 jam sebelum paparan atau
sebagai Psoralen merendam daerah ½ jam sebelum paparan.
12
Studi juga menunjukkan bahwa krim imunomodulator seperti Protopic dan Elidel
juga menyebabkan repigmentation dalam beberapa kasus, bila digunakan dengan
perawatan narrowband UVB.
Pada awal 2008 para ilmuwan di King College London menemukan bahwa
piperin, bahan kimia yang berasal dari lada hitam, dapat mempersingkat proses
repigmentation di kulit dan mengurangi eksposur UVB, menghasilkan pigmentasi
lebih tahan lama dan lebih merata.
Sebuah studi tahun 2003 yang terbatas di India dari 25 pasien dengan vitiligo
terbatas dan lambat menyebarkan diberikan secara lisan-diambil Ginkgo biloba
menemukan itu menjadi "terapi yang cukup efektif untuk menahan perkembangan
penyakit". Sebuah tinjauan 2008 dari produk kesehatan alami yang ditemukan
studi untuk umum dengan kualitas yang miskin, tetapi menyimpulkan bahwa L-
fenilalanin digunakan dengan fototerapi, dan Ginkgo biloba lisan sebagai
monoterapi menunjukkan janji.
Umum
13
2. Penderita vitiligo perlu periksa KGD.
3. Pada lesi, oleh karena mudah terbakar sinar matahari, dianjurkan memakai tabir
surya.
Khusus
Tidak ada terapi yang memuaskan, bila perlu dianjurkan untuk penggunaan
kamufalse agar kelainan tersebut tertutup dengan cover mask.
Psoralen (PUVA)
Bahan aktif yang sering digunakan adalah trimetoksi psoralen (TPM) dan 8
metoksi psoralen yang bersifat photosensitizer.
Obat psoralen topikal dioleskan lima menit sebelum penyinaran, tetapi sering
menimbulkan dermatitis kontak iritan .
Helioterapi
14
Prosedur pelaksanaan :
- Pengobatan diberikan 2-3 kali setiap minggu tidak boleh dua hari berturut – turut
Kortikosteroid
a. Krim kortikosteroid (KST) dioleskan pada lesi sekali sehari selama 3-4 bulan.
Fluorourasil
15
melanosit di epidermis yang kemudian bermigrasi ke daerah lesi sewaktu proses
epitelisasi.
Depigmentasi
Jika lesi vitiligo sangat luas, jauh lebih luas dari kulit normalnya (lebih dari 50%)
ada yang menganjurkan untuk memberikan monobenzil hidrokuinon 20% dua kali
sehari pada kulit normal sehingga terjadi bleaching dan diharapkan warna kulit
menjadi sama.
Tindakan Bedah
Tindakan bedah yang dapat dilakukan adalah autologous skin graft yakni
memindahkan kulit yang normal (2-4 mm) ke ruam vitiligo. Efek samping yang
mungkin timbul antara lain parut, repigmentasi yang tidak teratur, Koebnerisasi
dan infeksi
Sinar ultraviolet B gelombang pendek adalah teknologi yang relative baru dalam
pengobatan vitiligo. Dahulu kebanyakan dokter menggunakan sistem PUVA
namun efek samping tidak dapat dihindarkan. Panel dan kabinet sinar UVB
gelombang pendek memecahkan masalah paparan berlebihan sinar UV dengan
memaksimalkan pengiriman radiasi UVB gelombang pendek (dalam kisaran 311
sampai 312 nanometer).
UVB gelombang pendek hanya memancarkan sinar 311 sampai 312 nanometer.
Studi klinis menunjukkan panjang gelombang yang paling efektif bersifat
therapeuik adalah 295 sampai 313 nanometer, namun panjang gelombang
16
dibawah 300 nm dapat menyebabkan eritema atau luka bakar parah dan
meningkatkan resiko kanker kulit. UVB gelombang pendek lebih efektif untuk
penanganan vitiligo anak-anak.
Gambar. NB-UVB
17
tersebut berploriferasi dan bermigrasi dari folikel rambut ke epidermis dan
menyebar secara sentrifugal.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Marina Hapsari dan beberapa peneliti
pembantu lainya dari Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada 7
orang pasien vitiligo pada bulan Januari-Desember 2005, pengobatan
menggunakan terapi NB-UVB terbukti efektif. Dalam jangka waktu 1 tahun,
terjadi repigmentasi sebesar <25% pada lima orang pasien, 26-50% pada satu rang
pasien, dan >75% pada pasien lainnya. Perbedaan kecepatan respon terapi diduga
berhubungan dengan letak anatomis lesi. Hipotesis ini masih memerlukan
penelitian lebih lanjut.
Karena vitiligo mengganggu penampilan seseorang maka dapat dipakai zat warna
topikal sebagai kamuflase. Ini dapat dilakukan dalam kasus yang ringan di mana
bercak vitiligo dapat disembunyikan dengan make up atau kamoflase kosmetik
lain.
18
Lain-lain
1. Teknik bedah:
Cangkok tandur kulit, dengan cara kulit dari bagian tubuh yang normal diambil
dan ditempelkan di tempat lain yang terkena vitiligo. Umumnya digunakan pada
dengan vitiligo yang kecil.
4. Tabir surya dan pelindung kulit yang pucat, Suatu pelindung yang kuat Sun-
blok dioleskan pada daerah vitiligo untuk mencegah sengatan matahari. Daerah
kulit yang terkena mengalami gangguan vitiligo dilindungi ketika sinar matahari
kuat, terutama di siang hari, misalnya memakai topi yang lebar dan pakaian
berlengan panjang.
19
Cara pengobatan di atas memang memerlukan waktu yang lama, pengobatan
biasanya memerlukan waktu 18 bulan sampai 2 tahun.
Efek psikososial vitiligo juga tidak boleh dilupakan. Tiap penderita memerlukan
dukungan psikologis, lebih-lebih bila terdapat hambatan sosial atau psikis.
Vitiligo bukan penyakit yang membahayakan kehidupan, tetapi prognosisnya
masih meragukan dan bergantung pula pada kesabaran dan kepatuhan penderita
terhadap pengobatan yang diberikan.
20
BAB III
PENUTUP
21
DAFTAR PUSTAKA
Soepardiman Lili, Kelainan pigmen “Vitiligo”, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 1999, Hal:274-76
Siregar, R.S, Prof, Dr, Vitiligo dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit
Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2004, Hal:252-53
Harahap Marwali, Prof, Dr, Vitiligo dalam Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates,
Jakarta 2000, Hal 151-56
Ovedoff D., Kapita Selekta Kedokteran, Binarupa Aksara, Jakarta, 2002, 91-92
22